Anda di halaman 1dari 6

Patofisiologi Osteoporosis

Posted by Just RatHi S.Gz on 04:53

BAB I
PENDAHULUAN
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahab secara progresif
dalam proses biokimia, sehinga terjadi kelainan atau perubahan stuktur dan fungsi jaringan, sel, dan
nono sel(Widjayakusumah 19920. Berbagai perubahan fisik dan psikososial akan terjadi sebagai akibat
proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang mencapai usia tua yang tidak disebabkan
oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita geriatric berbeda dengan populasi lain
(Brocklehurst and Allen, 1987) Banyak perubahan fisiologi yang mempengaruhi status gizi pada proses
penuaan diantaranya adalah penurunan kecepatan basal metabolic range (BMR) sekitar 2% decade
setelah 30 tahun. Penurunan sekresi asam klorida dan asam empedu yang berpotensi untuk
mengganggu penyerapan kalsium, zat besi, seng protein,, lemak dan vitamin yang larut dalam
penyerapan lemak. (Moore, 1997)
Ada beberapa faktor risiko osteoporosis daiantaranya genetic, jenis kelamin dan masalah
kesehatan kronis, defisiensi hormone, kurang olah raga, serta rendahnya asupan kalsium, Bila dalam
suatu keluarga mempunyai riwayat osteoporosis maka kemungkinan peluang anak mengalami hal yang
sama adalah 60-80%. Dilihat dari jenis kelamin 80% wanita mengidap osteoporosis. Risiko osteoporosis
juga akan meningkat apabila mengidap penyakit kronis. Sedangkan hubunga antara perempuan
osteoporosis karena menaupose akibat penurunan hormone esterogen , (Siswono, 2003)
Disamping asupan kalsium, ada beberapa zat gizi lainnya yang terkait dengan kejadian
osteoporosis pada wanita usia lanjut, asupan vitamin D, asupan Fosfor, kalium, protein dan magnesium.
Hasil penelitian Macdonald, 2004 mendapatkan bahwa asupan lemak tidak jenuh ganda (PUFA). Masuka
sayur dan buah yang tinggi juga dapat bersifat melindungi. Penelitian lain menyebutkan bahwa total
asupan protein hewani dapat memperbasar risiko patah tulang pinggul pada wanita post menaupose
(Munger,1999).

BAB II
DEFENISI OSTEOPOROSIS
Osteoporosis atau dikenal sebagai tulang keropos atau kopong. Pada osteoporosis massa yang
membentuk tulang sudah berkurang, sehingga tulang dapat dikatakan kopong. Struktur pengisi tulang
antara lain berupa senyawa-senyawa kolagen disamping juga kalsium, berfungsi bagaikan semen cor-an
nya tulang. Ketika massa ini menjadi berkurang maka tulang menjadi kurang padat sehingga tak kuat
menahan benturan ringan sekalipun yang mengenainya, resikonya patah tulang gampang terjadi. .
Di luar dari mudahnya tulang yang keropos itu mengalami fraktur, tulang yang keropos hampir tak
bergejala sama sekali, silent disease. Jadi Keduanya memang dekat dengan wanita usia post
menopause dikarenakan proses metabolisme di tulang memang membutuhkan pengaruh dari hormone
estrogen yang lazimnya menurun saat wanita post menopause. Selain itu OA (pengapuran) sendi dipicu
pula dengan berbagai trauma menahun pada sendi tersebut seperti misalnya over use saat olahraga
(misalnya banyak menimpa para pesenam) maupun jenis trauma minor sekalipun seperti sering nyeletek-
nyeletekin jari. Trauma menahun pada sendi akan membuat rawannya mudah aus akibatnya akan terjadi
penumpukan kalsium disana (osteofit).
Osteoporosis selain bergantung pada fungsi hormone estrogen juga ditengarai berkaitan dengan
stok kalsium yang kurang pada tubuh, misalnya jarang minum susu. Namun yang penting untuk
diketahui, puncak massa tulang kita sudah menurun saat kita mulai masuk usia kepala tiga, artinya kita
harus sudah memulai menimbun kalsium sejak kita usia pertengahan untuk menjamin saat tua nanti
tulang kita masih cukup padat.
Jadi apabila sudah mengalami osteoporosis dan baru memulai minum suplemen tinggi kalsium maupun
susu tinggi kalsium, hal tersebut tidak akan banyak faedahnya. Selain pada susu, kalsium yang tinggi
juga dapat dijumpai pada ikan-ikan kecil seperti ikan teri. Kalsium dari alamiah memang lebih dianjurkan,
sementara suplemen kalsium dosis tinggi dapat menimbulkan beberapa masalah seperti terbentuknya
batu saluran kemih serta adanya isu peningkatan risiko stroke dan serangan jantung yang menyertai para
wanita usia lanjut yang mengkonsumsi suplemen kalsium secara rutin (sesuai laporan research di
Auckland, New Zealand baru-baru ini).
Menurut definisi, osteoporosis adalah penyakit yang dicirikan oleh rendahnya massa tulang dan
kemunduran struktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang. Bila tidak dicegah atau bila
tidak ditangani, proses pengeroposan akan terus berlanjut sampai tulang menjadi patah dan
penderitanya mengalami kesakitan dalam melakukan pergerakan anggota tubuhnya. Patah tulang ini
umumnya akan terjadi pada tulang belakang, tulang panggul, dan pergelangan tangan.
Bila patah terjadi pada tulang panggul, hampir selalu penanganannya terpaksa melalui operasi
atau pembedahan. Bila tulang tidak bergeser, biasanya sambungan disangga dengan plat dan batang
logam. Namun bila sambungan tulang bergeser, penggantian dengan sendi tiruan seringkali dilakukan.
Semua ini memerlukan biaya pengobatan yang sangat besar. Patah tulang panggul juga bisa membuat
seseorang tidak mampu berjalan tanpa bantuan dan bisa menyebabkan kecacatan permanen.
Sementara patah pada tulang belakang juga tidak ringan akibatnya, karena bisa menyebabkan
berkurangnya tinggi tubuh, rasa sakit pada tulang belakang yang parah, dan perubahan bentuk tubuh.
Dalam keadaan normal, tulang kita senantiasa berada dalam keadaan seimbang antara proses
pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran (resorpsi) yang dilaksanakan oleh osteoklas,
dan fungsi pembentukan yang dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan serasi. Fase
yang satu akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang senantiasa beregenerasi.
Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memainkan peranan penting.
Bahkan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis adalah kadar kalsium yang tersisa pada
tulang. Orang-orang yang sebelumnya memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang padat), mungkin
tidak akan sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium yang dialami tidak mencapai tingkat
dimana terjadi osteoporosis.
Lebih kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh kita berada di dalam tulang dan gigi. Bila kadar
kalsium darah turun dibawah normal, tubuh akan mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi.
Seiring dengan bertambahnya usia, keseimbangan sistem mulai terganggu. Tulang kehilangan
kalsium lebih cepat dibanding kemampuannya untuk mengisi kembali. Alasan mengapa hal ini terjadi
belum jelas. Secara umum dapat kita katakan bahwa osteoporosis terjadi saat fungsi penghancuran sel-
sel tulang lebih dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel tulang..

ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis al.

 Usia
 Genetik
 Faktor hormonal
 Obat-obat tertentu
 Gaya hidup : kurang olahraga, merokok, minum minuman beralkohol, kafein.

Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium
dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya
kalsium dari tulang.
Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang sampai tercapai kepadatan maksimal
berjalan paling efisien sampai umur kita mencapai 30 tahun.
Semakin tua usia kita, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Padahal, di usia tersebut, jaringan
tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa sesudah usia mencapai 40 tahun,
kita semua akan kehilangan tulang sebesar setengah persen setiap tahunnya. Pada wanita dalam masa
pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum
menopause.
Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai resiko lebih
besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar hormon estrogen.
Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang.
Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta menghambat kerja hormon paratiroid
dalam merangsang osteoklas.
Estrogen memperlambat atau bahkan menghambat hilangnya massatulang dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran cerna. Dengan demikian, kadar kalsium darah yang
normal dapat dipertahankan. Semakin tinggi kadar kalsium di dalam darah, semakin kecil kemungkinan
hilangnya kalsium dari tulang (untuk menggantikan kalsium darah).
Penurunan kadar estrogen yang terjadi pada masa pascamenopause membawa dampak pada
percepatan hilangnya jaringan tulang. Resiko osteoporosis lebih meningkat lagi pada mereka yang
mengalami menopause dini (pada usia kurang dari 45 tahun).
Pada pria, hormon testosteron melakukan fungsi yang serupa dalam hal membantu penyerapan kalsium.
Bedanya, pria tidak pernah mencapai usia tertentu dimana testis berhenti memproduksi testosteron..
Dengan demikian, pria tidak begitu mudah mengalami osteoporosis.dibanding wanita.
Selain estrogen, berbagai faktor yang lain juga dapat mempengaruhi derajat kecepatan
hilangnya massa tulang. Salah satu hal yang utama adalah kandungan kalsium di dalam makanan kita.
Masalahnya, semakin usia kita bertambah, kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium dari makanan
juga berkurang.
Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat
densitometri), WHO membuat kriteria sebagai berikut :

Normal : Nilai T pada BMD > -1


Osteopenia : Nilai T pada BMD antara -1 dan -2,5
Osteoporosis : Nilai T pada BMD < -2,5
Osteoporosis Berat : Nilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan fraktur

CARA PENCEGAHAN
Pencegahan adalah satu-satunya pengobatan utama. Bila tulang sudah mengalami osteoporosis,
kita hanya bisa menjaganya agar tidak bertambah parah.

1. Umum
 Penuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
 Upayakan mencapai berat tubuh yang ideal
 Hilangkan kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein
 Usahakan menghindari obat-obat yang dapat meningkatkan resiko osteoporosis
 Rajin olahraga (dokter spesialis fisioterapi dapat memberikan petunjuk mengenai latihan
yang sesuai)
 Upayakan untuk mencegah terjadinya cedera (khususnya jatuh)
2. Farmakoterapi
 Pemberian suplemen kalsium, magnesium dan vitamin D
 Terapi pengganti hormonal (Hormone Replacement Therapy) bila diperlukan
 Obat-obat pengurang nyeri dan atau obat anti inflamasi non-steroid (NSAID), seperti :

- Ibuprofen ; efek samping yang dapat timbul : mual, muntah, diare, konstipasi.
- Indomethasin ; efek sampingnya : sakit kepala, diare.
- Aspirin ; efek sampingnya : nyeri lambung, mual, diare.

 Kalsitonon ; biasanya diberikan dalam bentuk injeksi, efek sampingnya antara lain mual
dan wajah terasa panas yang dirasakan segera setelah injeksi dan biasanya hilang
dengan sendirinya. Mungkin pula timbul diare, muntah dan rasa sakit pada bekas
suntikan.
 Bifosfonat (Alendronat) : jarang menimbulkan efek samping, namun bisa timbul diare,
rasa sakit dan kembung pada perut, dan gangguan pada tenggorokan atau esofagus.
3. Fisioterapi
4. Pembedahan

Sumber Kalsium

o Sayur-sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi)


o Ikan teri kering
o Udang kering
o Tahu
o Kacang-kacangan
o Salmon, sardine
o Susu & hasil olahannya

Fungsi Kalsium

o Membentuk serta mempertahankan tulang dan gigi yang sehat


o Mencegah osteoporosis
o Membantu proses pembekuan darah dan penyembuhan luka
o Menghantarkan signal ke dalam sel-sel saraf
o Mengatur kontraksi otot
o Membantu transport ion melalui membran
o Sebagai komponen penting dalam produksi hormon dan enzim yang mengatur proses
pencernaan, energi dan metabolisme lemak

Gejala Kekurangan Kalsium

1. Gangguan pertumbuhan
2. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh
3. Kekejangan otot

BAB III
KESIMPULAN
Dengan bertambahnya umur harapan hidup menyebabkan semakin meningkatnya prevalensi
penyakit pada wanita. Menopouse merupakan faktor risiko dari osteoporosis pada wanita usia lanjut.
Osteoporosis menyebabkan indiks masa tulang menjadi rendah sehingga hanya dengan trauma yang
minimal tulang akan mudah patah.
Penyabab utama osteoporosis adalah genetic, jenis kelamin defisiensi hormone, merokok,
kurangnya asupan kalsium dan kurangnya olah raga.,kurangnya asupan Vitamin D, fosfor, kalium ,
protein, dan magnesium.
Osteoporosis dapat dicegah dengan merubah gaya hidup dan memperbaiki pola konsumsi dan
meningkatkan kegiatan olah raga.

Anda mungkin juga menyukai