Makalah PBL Kedokteran Keluarga Dengan Hipertensi Modul Komprehensif Fix
Makalah PBL Kedokteran Keluarga Dengan Hipertensi Modul Komprehensif Fix
Makalah PBL Kedokteran Keluarga Dengan Hipertensi Modul Komprehensif Fix
KELOMPOK 13
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Wulan Sutrima N (03013249)
2. Jessica Febriani (03013235)
3. Andika Setio N (03014012)
4. Andri Bachtiar (03014014)
5. Anika Istika (03014016)
6. Apriyanti Mukadar (03014018)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan kurnia-Nya,
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah PBL untuk Kedokteran Keluarga
yang berjudul tentang hipertensi.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari modul
komprehensif yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran di Universitas
Trisakti Jakarta.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih atas dukungan,
bantuan, doa,masukan dan kerjasamanya kepada:
1. Dr. Noviani Prasetyaningsih, Sp.M selaku kontributor bagi penulis yang
telah membantu mengarahkan untuk penyelesaian makalah ini.
2. Dr. Agnes Tineke Waney Rorong, dr. SpKJ dan seluruh dokter dan staf
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti yang telah mencurahkan tenaga,
pikiran dan waktu demi terlaksananya modul komprehensif ini.
3. Bapak Radi telah bersedia untuk dilakukan pemeriksaan oleh penulis.
4. Ibu Munah selaku kader yang selalu siap untuk mengantarkan dan
menemani penulis selama program pembelajaran lapangan berlangsung.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
2.1.6 Penegakan Diagnosis ................................................................ 9
2.1.7 Pemeriksaan Mencari Faktor Resiko ........................................ 9
2.1.8 Terapi ...................................................................................... 10
2.1.9 Komplikasi .............................................................................. 14
2.2 Gangguan Jantung ............................................................................. 14
2.2.1 Definisi.................................................................................... 14
2.2.2 Epidemiologi ........................................................................... 15
2.2.3 Etiologi Dan Faktor Resiko .................................................... 15
2.2.4 Patofisiologi dan Patogenesis ................................................. 16
2.2.5 Tanda dan Gejala .................................................................... 17
2.2.6 Penegakkan Diagnosis ............................................................ 17
2.2.7 Tatalaksana ............................................................................. 19
2.2.8 Komplikasi .............................................................................. 21
BAB III HASIL PBL ............................................................................................. 22
3.1 Identitas pasien .................................................................................. 22
3.2 Hasil pemeriksaan di puskesmas ....................................................... 22
3.3 Anamnesis .......................................................................................... 22
3.4 Pemeriksaan fisik ............................................................................... 23
3.5 Pemeriksaan penunjang ..................................................................... 25
3.6 Diagnosis kerja .................................................................................. 25
3.7 Hasil kunjungan rumah ..................................................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 28
4.1 Analisis penyakit................................................................................ 28
4.2 Rencana Penatalaksanaan ................................................................. 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 31
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 31
5.2 Saran .................................................................................................. 31
iii
5.2.1 Bagi keluarga ........................................................................... 31
5.2.2 Bagi institusi pemerintah/puskesmas ....................................... 31
5.2.3 Bagi institusi pendidikan ......................................................... 31
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lain masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan
maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta atau komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dengan gangguan jantung di
Kelurahan Krendang, Tambora, Jakarta Barat
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi pada pak
Radi.
b. Mengidentifikasi terapi hipertensi pada pak Radi.
c. Mengidentifikasi komplikasi hipertensi pada pak Radi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai
hipertensi.
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
a. Memberikan pengalaman meneliti sehingga menjadi pemicu untuk melakukan
kegiatan penelitian dimasa yang akan datang.
b. Menimbulkan minat dalam menganalisa masalah kesehatan.
2
1.4.3 Manfaat bagi Pemerintah
Untuk menambah data serta diharapkan pusat layanan kesehatan setempat
dapat mengembangkan pelayanan kesehatan bagi warga setempat.
1.4.4 Manfaat bagi Pendidikan
Menambah bahan bacaan tentang ilmu kesehatan tentang hipertensi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Menurut The Seventh of The Joint national Committee on
Prevention, detection, Wvaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan derajat 2.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7
Klasifikasi TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Tekanan Darah
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 90
Hipertensi derajat 140 – 159 Atau 90 – 99
1
Hipertensi derajat ≥ 160 Atau ≥ 100
2
4
Risiko penyakit kardiovaskular bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari factor resiko lainnya
2.1.2 Epidemiologi
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan
bertambah, dimana baik hipertensi sistolok maupun kombinasi hipertensi sistolik
dan diastolic sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam
decade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar), dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara-negara yang sudah maju. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999 – 2000,
insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29 – 31%, yang berarti
terdapat 58 – 65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta
dari data NHNES III tahun 1988 – 1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan
95% dari seluruh kasus hipertensi.
2.1.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
5
Hipertensi Hiperdinamik
Penyebab 1 :
↑ Frekuensi denyut jantung / volume ekstrasel
↓
↑ Aliran balik vena
↓
↑ Volume sekuncup (mekanisme Frank-Starling)
↓
HIPERTENSI
Penyebab 2 :
↑ Aktivitas simpatis (dari SSP) / ↑ respon terhadap katekolamin
↓
↑ Curah jantung
↓
HIPERTENSI
Hipertensi Resistensi
Penyebab :
- ↑ Aktivitas simpatis
- ↑ Respon terhadap katekolamin
- ↑ Konsentrasi angiotensin II Vasokonstriksi perifer
- Mekanisme autoregulasi (arteriol)
- Hipertrofi otot vasokonstriktor ↓
- ↑ Viskositas darah (↑ hematokrit) → HIPERTENSI
HIPERTENSI → kerusakan vaskuler → ↑ TPR → HIPERTENSI MENETAP
b. Hipertensi Sekunder (disebabkan oleh penyakit lain)
Dibagi 3 :
Hipertensi Renal
Hipertensi Hormonal
Hipertensi Neurogenik
6
2.1.4 Patomekanisme berdasarkan faktor resiko
Genetik (♀ > ♂)
Penduduk kota > desa (Hipertensi primer)
Stres psikologis kronis (berubungan dengan pekerjaan / kepribadian)
o ↑ Volume ekstrasel
↑ Tekanan darah (HIPERTENSI)
Stress / ketegangan fisik (olahraga) pelepasan adrenalin & nor-adrenalin
vasokontriktif ↑ tekanan darah sementara
HIPERTENSI
7
Konsumsi liquorice
Adalah sejenis gula-gula yang dibuat dari Succus liquiritiae yang mengandung
asam glizirinat dengan khasiat retensi air ↑ Tekanan darah jika dimakan dalam
jumlah besar
Merokok
Nikotin vasokonstriksi ↑ tekanan darah
Hormon pria & kortikosteroid
Menyebabkan retensi air ↑ tekanan darah
2.1.5 Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
8
2.1.6 Penegakan diagnosis
Pemeriksaan Dasar
Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar dilakukan tidak hanya sekali, bila
perlu dapat pada lebih sekali kunjungan.
Syarat standar pengukuran tekanan darah :
Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit di
ruangan yang tenang
Cuff standar yaitu dengan balon 12 – 13 cm lebar dan panjang 35
cm, orang gemuk atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang
setinggi jantung
Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolic = fase V
Pengukuran pertama haarus pada kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada manula,
pasien DM, atau keadaan yang sering timbul hipotensi ortostatik
9
c. Mikroalbuminaria pada diabetes mellitus
d. Toleransi glukosa terganggu
e. Obesitas
f. Tidak berolahraga (secondary lifestyle)
g. Fibrinogen meningkat
h. Kelompok resiko tinggi tertentu; sosioekonomi, ras, geografik
3. Kerusakan organ sasaran
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Proteinuria / kreatinin 1,2 – 2,0 mg%
c. Penyempitan a.retina local / umum
d. Tanda aterosklerosis pada a.karotis, a.iliaka, aorta
2.1.8 Terapi
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes, gagal ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
Selain pengobatan hipertensi, pengobatan terhadap factor resiko atau kondisi
penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus
dilaksanakan hingga mencapai target terapi masing-masing kondisi.
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis.
Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan
tujian menurunkan tekanan darah dan mengendalikan factor-faktor resiko serta
penyakit penyerta lainnya.
Terapi nonfarmakologis terdiri dari :
Menghentikan merokok
Menurunkan berat badan berlebih
Menurunkan konsumsi alcohol berlebih
Latihan fisik
Menurunkan asupan garam
10
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak
Jenis – jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan JNC 7:
Diuretika, terutama jenis Thiazie (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist
(Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Anatagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1receptor antagonist / blocker
(ARB)
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah :
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan tida atau empat kombinasi obat
11
sebagian besar indikasi yang
kasus, dapat memaksa
dipertimbangkan obat
ACEI, ARB, antihipertensi
BB, CCB, atau lain
kombinasi (diuretika,
ACEI, ARB,
BB, CCB)
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 atau ≥ Ya Kombinasi 2
derajat 2 100 obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB
12
Diuretika (Loop) Insufisiensi ginjal, gagal
jantung kongestif
13
nefropati DM tipe 1,
proteinuria
2.1.9 Komplikasi
Aterosklerosis
Penyakit jantung koroner
Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
Aneurisma
Gagal Jantung
Stroke
Edema paru
Gagal ginjal
Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
Sindrom metabolic
14
2.2.2 Epidemiologi
Pasien yang telah didiagnosa mengidap penyakit gagal jantung di Indonesia
pada tahun 2013 memiliki prevalensi sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar
229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter terhadap gejala sebesar
0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. Dari penelitian yang dilakukan
pada tahun 2009, didapatkan bahwa jumlah penderita gagal jantung terbanyak ada
pada kelompok usia 50 – 59 tahun.
15
2.2.4 Patofisiologi dan Patogenesis
Gangguan jantung merupakan suatu kelainan multisistem yang kompleks.
Pada disfungsi sistolik terjadi gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan
terjadinya penurunan cardiac output (CO). Hal ini mengaktivasi mekanisme
kompensasi yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga kerja
jantung dapat terjaga.
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga CO dengan
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta vasokonstriksi
perifer (melalui peningkatan katekolamin). Apabila timbul berkelanjutan dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi jantung. Aktivasi simpatis yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit, hipertofi dan nekrosis miokard
fokal. Stimulasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (SRAA) menyebabkan
penigkatan konsentrasi renin, angiotensin II plasma dan aldosteron. Angiotensin II
merupakan vasokonstriktor renal yang poten dan mengalami sirkulasi sistemik
yang merangsang pelepasan norepinefrin dari pusat saraf simpatis, menghambat
tonus vagal dan merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan
retensi natrium dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga
memiliki efek pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal
jantung
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama dan
memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat. Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap
peregangan yang menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain
Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel
dan kerjanya mirip dengan ANP. C-type natriuretic peptide terbatas pada endotel
pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
vasodilatasi minimal. Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai
respon terhadap ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis
terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi aldosteron dan reabsorbsi
natrium di tubulus renal. Karena peningkatan natriuretic peptide pada gangguan
16
jantung salah satunya gagal jantung, maka natriuretic peptide digunakan sebagai
marker diagnostik dan prognosis.
Vasopressin merupakan hormon antidiuretik yang meningkat kadarnya pada
gangguan jantung yaitu gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang tinggi juga
didapatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan hiponatremia.
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah yang merupakan peptida
vasokonstriktor yang poten dan menyebabkan efek vasokonstriksi pada pembuluh
darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Disfungsi diastolik
merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding
ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan
pada pengisian ventrikel saat diastolik. Hipertrofi ventrikel kiri dan
kardiomiopati, gangguan pompa jantung merupakan manifestasi yang
ditimbulkan apabila seseorang mengalami gangguan jantung salah satunya gagal
jantung.
17
foto thorax, elektrokardiografi (EKG) 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan darah,
pemeriksaan, angiografi dan tes fungsi paru.
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan pembesaran siluet jantung
(cardio thoraxic ratio > 50%) dan gambaran kongesti vena pulmonalis. Dapat
pula tampak gambaran efusi pleura bilateral.
EKG 12 lead didapatkan gambaran abnormal seperti abnormalitas gelombang
Q, abnormalitas ST – T, hipertrofi ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi
atrium.
Ekokardiografi menunjukkan gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi
jantung. Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah semua pasien
dengan tanda gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur,
sesak yang berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko
disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tak terkontrol, atau
aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik,
fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta mengetahui risiko
emboli.
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai
penyebab susah bernafas dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta
komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan
mengeluarkan air sehingga dapat timbul hiponatremia dilusional, karena itu
adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung yang berat.
Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya
gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi
peningkatan serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme
(ACE) inhibitor dan diuretik dosis tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi
proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian diuretik tanpa
suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Hiperkalemia timbul pada
gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-inhibitor
serta obat potassium sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati
(bilirubin, Serum Glutamic Piruvic Tansaminase/SGPT, Serum Glutamic
Oxaloacetic Tansaminase SGOT) gambarannya abnormal karena kongesti hati.
18
Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai
kebutuhan.
Pemeriksaaan penanda Brain Natriuretic Peptide (BNP) sebagai penanda
biologis gagal jantung dengan kadar BNP plasma 100pg/ml dan plasma NT-
proBNP adalah 300pg/ml.
Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung.
Angiografi ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang global
maupun segmental serta mengetahui tekanan diastolik, sedangkan kateterisasi
jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah kanan (atrium kanan,
ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta pulmonary artery capillary wedge
pressure.
2.2.7 Tatalaksana
Tatalaksana medikamentosa diantaranya sebagai berikut:
- Pemberian ACE Inhibitor bagi semua pasien dengan Ejection Fraction
(EF) ≤ 40%, untuk menurunkan risiko hospitalisasi akibat gagal jantung
dan kematian dini
- Pemberian penyekat β, setelah pemberian ACEI atau Angiotensin Reseptor
Blocker (ARB) pada semua pasien dengan EF ≤ 40% untuk menurunkan
risiko hosipitalisasi akibat gagal jantung dan kematian prematur
- Mineralocorticoid Reseptor Antagonis (MRA) direkomendasikan bagi
semua pasien dengan gejala gagal jantung yang persisten dan EF≤ 35,
walaupun sudah diberikan dengan ACEI dan Penyekat β Bila disertai
dengan kondisi diabetes maka tatalaksana medikamentosa diantaranya
sebagai berikuit:
o ACE/ ARB, Penyekat β direkomendasikan pada pasien diabetes
dengan gagal jantung, memiliki efek yang sama pada pasien
diabetes maupun non diabetes.
o MRA, direkomendasikan pada pasien diabetes dan gagal jantung,
yang telah mendapat ACEI/ ARB, penyekat β untuk mengurangi
risiko perburukan gagal jantung dan rehospitalisasi
19
o Tiazolidindion harus dihindari, karena akan menyebabakan retensi
garam dan cairan
o Metformin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada
pasien gagal jantung dengan fungsi ginjal yang normal dan fungsi
ginjal harus dievaluasi secara berkala; tetapi harus dihindari pada
pasien gagal jantung yang tidak stabil atau yang dirawat, serta
pasien dengan gangguan ginjal atau hati yang berat karena dapat
meningkatkan resiko asidosis laktat
Tatalaksana nonmedikamentosa diantaranya sebagai berikut:
- Manajemen perawatan mandiri
Manajemen perawatan mandiri dapat
didefnisikansebagai tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas
fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan
mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
- Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan
kualitas hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20-60% pasien
yang taat pada terapi farmakologi maupun non-farmakologi
- Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat
kenaikanberat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikandosis
diuretik atas pertimbangan dokter
- Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5-2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien
dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin
pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak
memberikan keuntungan klinis
- Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan
gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal
jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
20
- Latihan fisik
Direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di
rumah sakit atau di rumah.
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul karena adanya gangguan pada jantung yaitu gagal
jantung diantaranya adalah stroke, efusi pleura, aritmia, pembentukan thrombus
pada ventrikel kiri, pembesaran hati, dan gangguan fungsi ginjal
21
BAB III
HASIL PBL
Nama : Radi
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jalan Krendang Barat no.1 RW 05 – Jakarta Barat
Pekerjaan : pekerja konveksi
Pendidikan : SD
3.2 Hasil Pemeriksaan di Puskesmas
3.3 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Pasien merasa sesak nafas saat istirahat dan beraktivitas.
b. Keluhan Tambahan: Nyeri pada paha bagian atas sebelah kiri dan kanan,
sesekali juga pasien merasa pusing. Mengeluh mata kiri sedikit buram.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien merasa sesaknya bertambah berat pada
saat beraktivitas seperti naik tangga, berjalan, dan mengangkat beban dan
sedikit berkurang dengan istirahat walaupun terkadang sesak masih dirasakan
pada saat istirahat. Selain itu pasien merasa nyeri pada kedua paha bagian atas
dan lengan pada saat bangun tidur. Pasien juga memiliki penyakit hipertensi
sejak 16 tahun. Pasien pernah dirawat di RS karena tingginya tekanan darah.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi.
e. Riwayat Pengobatan: Pasien sempat memeriksakan keluhannya ke Puskesmas
dan dirujuk ke RS Tarakan sekitar 3 tahun yang lalu karena hipertensinya
dengan menggunakan JKN. Setelah menggunakan BPJS pasien memeriksakan
kesehatannya ke RS Sumber Waras, kemudian pernah dirawat 2 bulan yang
lalu. Obatnya candesartan 8 mg 1x sehari, concor (bisoprolol fumarate) 2,5
22
mg, ramipril 10 mg, spironolactone 25 mg untuk obat hipertensinya,
allopurinol 300 mg untuk gout artritis.
f. Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu kandung pasien memiliki riwayat hipertensi.
g. Riwayat Perkawinan: Menikah (mulai tahun 1996) dengan 3 anak.
h. Aktivitas fisik: Kegiatan sehari-hari : pasien bekerja di konveksi mulai dari
jam 08.00-23.00 WIB
i. Pola makan : 2-3x sehari, nasi +ikan/telur+sayur, dengan porsi yang dikurangi
dan air putih 800 ml perhari.
j. Perilaku hubungan dengan keluarga di rumah : Pasien memiliki 3 orang anak,
namun yang tinggal satu rumah dengan pasien hanya 2 anak yang berusia 25
tahun dan 15 tahun, namun hubungan dengan anak-anaknya baik.
k. Perilaku sosial: hubungan dengan tetangganya baik.
l. Keikutsertaan kegiatan sosial: sering mengikuti pengajian setiap malam rabu.
m. Kepemillikan Kartu Jaminan Kesehatan: Telah terdaftar sebagai pasien BPJS.
Keadaan Umum :
- Kesadaran : compos mentis
- Cara berjalan : berjalan tapi perlahan-lahan
- Cara duduk : aktif
- Cara berbicara : baik
- Postur tubuh : normal
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 160/100 mmHg
- Nadi : 104x/menit
- Napas :25x/menit
- Suhu : 36,9ºC
Status Gizi :
o BB : 68,1 kg
o TB : 165 cm
o Lingkar pinggang : 94 cm
23
o IMT : 25 kg/m2 (obese I)
Bentuk Badan :
- Berat Badan : 31,8 kg (berat badan pasien dari dulu memang kecil, tidak
ada perubahan)
- Tinggi Lutut : 44 cm
- Lingkar Betis: 27 cm
- LiLA : 20 cm
Kulit:
o Warna : sawo matang
o Telapak tangan kanan dan kiri:
Turgor : normal
Suhu perabaan : normal
Keringat : (-)
Kelembaban : (-)
Kepala :
o Wajah : ekspresi normal
o Rambut : bentuk simetris, normal (hitam, tidak ada alopesia)
Mata :
o Alis : normal
o Kelopak : normal (tidak ada tanda dehidrasi)
o Konjungtiva : normal
o Sklera : normal
o Pupil : dx: refleks (+), sn: refleks (+)
o Lensa : dx:normal , sn: normal
o Kornea : dx:normal , sn: normal
THT :
o Telinga : dx:normal , sn: normal dengan sedikit debris
o Hidung : normal
o Tenggorokan : normal
Leher: normal (tidak ada pembesaran KGB, kel. Tiroid), arteri karotis teraba.
24
Thoraks :
o Bentuk : normal
o Gerakan : simetris
Abdomen :
o Bentuk : normal
o Peristaltik : simetris
Ekstremitas :
o Proporsi ukuran : normal, simetris
o Deformitas : (-)
o Otot : eutrofi
o Tulang sendi : normal (masih berfungsi baik)
EKG terakhir :
Radiologi : LVH
a. Kondisi Pasien Saat Ini: kondisi pasien saat ini dapat dilihat pada hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan melihat hasil pemeriksaan penunjang yang
telah dilakukan.
25
Gambar 1. Denah Rumah
MEJA
LEMARI
PIRING
MEJA
PINTU
KULKAS
KAMAR
KAKAK IBU
LANTAI 2 LEMARI
LANTAI 3
LEMARI JE
KASUR M
BAPAK, U
IBU, RA
KASUR RANI FAJAR N
LANTAI 4
GUDANG
26
a. Kondisi Rumah
- Rumah tempat tinggal pasien adalah rumah milik sendiri yang
merupakan warisan dari orang tuanya.
- Rumah pasien tingkat 4 untuk memanfaatkan kondisi, namun tangga
dirumah pasien hanya terbuat dari kayu seadanya.
- Tingkat pertama merupakan dapur, kamar mandi dan ruang tamu.
Tingkat ke dua di tempati oleh kakanya. Tingkat ke tiga merupakan
kamar anak dan kamar pasien dengan istrinya ,serta terdapat jemuran di
balkon. Kemudian tingkat empat merupakan gudang.
- Toilet yang ada dirumah pasien menggunakan WC jongkok
- Penerangan dirumah pasien cukup, tapi pentilasinya kurang.
- Pasien tidur di kasur dengan istrinya.
- Untuk pembuangan sampah ada petugas yang mengambil setiap dua
hari sekali.
- Air minum pasien menggunakan air galon dan air untuk mandi serta
mencuci baju menggunakan air pam.
b. Analisis Kedokteran Keluarga
Daftar anggota keluarga yang tinggal serumah
Tabel 2.Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu EKG dan Rontgen. Pada
EKG dan Rontgen terdapat pembesaran ventrikel kiri dan peningkatan corakan
bronkovaskular pada kedua lapang paru.
Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Terapi Obat Awal Terapi Obat awal
Tekanan (mmHg) (mmHg) Pola tanpa Indikasi dengan Indikasi
darah Hidup Memaksa Memaksa
29
derajat 1 159 – 99 Thiazide untuk untuk indikasi
sebagian besar yang memaksa
kasus, dapat obat
dipertimbangkan antihipertensi
ACEI, ARB, BB, lain (diuretika,
CCB, atau ACEI, ARB, BB,
kombinasi CCB) sesuai
kebutuhan
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Oleh karena itu kami mencoba membuat rencana kegiatan untuk mencegah
terjadinya perburukan kesehatan bapak Radi seperti sosialisasi mengenai aktivitas
fisik serta tatalaksana personal seperti diberi obat-obatan hipertensi dan gagal
jantung. Kami mengharapkan dengan diterapkannya hal – hal tersebut dapat
meningkatkan kualitas hidup bapak Radi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Keluarga
- Pasien diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap kesehatanya
dengan melakukan pemeriksaan secara rutin ke pusat kesehatan terdekat
- Pasien diharapkan lebih memahami tentang penyakit, tatacara perawataan
penyakit CHF.
5.2.2 Bagi Pemerintah/Puskesmas
Puskesmas diharapkan aktif dalam melakukansosialisasi mengenai
penyebab, faktor risiko, pencegahan, serta tatalaksana penyakit CHF,dan
berperan aktif dalam pelayanan kesehatan.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan turut serta dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan sosialisasi
kepada masyarakat guna meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Lampiran 1. Hasil Dokumentasi
Pemeriksaan fisik
33
Kamar kakak pak Radi
34
Kamar pak Radi & istri serta anaknya
35
Jemuran
36
Lampiran 2. Tabel POA
Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat PJ Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak Ukur
Memperkenal- Mengurangi Warga Puskesmas Puskes Puskesmas Puskesmas Presentasi Meningkatkan
kan penyakit kejadian CHF krendan mas pembuatan kualitas hidup
CHF g pamflet warga krendang
37