Penentuan Dosis Kaporit Sebagai Desinfek 24f6d6bf PDF
Penentuan Dosis Kaporit Sebagai Desinfek 24f6d6bf PDF
Email : dheasy15@gmail.com
ABSTRACT
13
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
desinfektan karena harganya yang lebih sesuai dengan dosis yang tepat sehingga malah
murah, lebih stabil dan lebih melarut dalam mengakibatkan penyakit. Penyakit yang terjadi
air. Klorin yang ditambahkan pada air kolam seperti typhus, infeksi hepatitis dan juga bisa
renang akan bereaksi membentuk hidroklorit, karena protozoa. Dari sini maka Persatuan
hidrogen dan klorida bebas (Sawyer, C.N., et Negara melakukan penelitian dan
al., 2003) menghasilkan kesimpulan bahwa penambahan
Klorin yang ditambahkan pada air desinfektan harus melalui perhitungan
kolam renang akan bereaksi dengan amoniak (Sawyer, C.N., et al, 2003).
membentuk kloramin (monokloramin dan Desinfektan merupakan bahan selektif
dikhloramin) pada awal penyisihan yang digunakan untuk merusak penyakit yang
ammonium (NH₄⁺) sampai ammonium (NH₄⁺) disebabkan oleh organisme yang berasal dari
hampir tersisih sempurna dan menghasilkan bakteri, virus, dan amoeba. Pada proses ini
gas N2 . Break Point Clorination (BPC) adalah organisme belum mati seluruhnya, berbeda
Penentuan jumlah optimum klor untuk dengan strerilisasi yang mana dapat
bereaksi dengan logam – logam, zat organik membunuh seluruh organisme yang ada .
dan ammonia yang dibutuhkan untuk Penyakit yang timbul misalnya thypus, kolera,
desinfeksi air dalam suatu wadah melalui parathypus, disentri, polimielitis dan infeksi
proses pereaksian (Metcalf & Eddy, Inc, 1991) hepatitis, sehingga diperlukan desinfektan
Penambahan kaporit harus sesuai dalam pembersihan air kolam renang.
dengan hasil yang didapat dari Break Point Desinfektan umumnya diperoleh dari
Chlorination (BPC) karena bila kurang dari bahan kimia, bahan fisika, mekanik dan
hasil yang didapatkan akan mengakibatkan radiasi. Bahan kimia yang biasa digunakan
mikroorganisme yang ada di dalam air kolam adalah klorin dimana unsur ion-ionnya
renang tidak dapat tereduksi sempurna dan terdapat dalam senyawa kaporit. Desinfektan
bila kelebihan penambahan kaporit bisa dari bahan fisika dapat berasal dari cahaya
menyebabkan rasa gatal pada kulit akibat matahari. Radiasi ultraviolet sangat berguna
reaksi dari kalsium hipoklorit yang berlebih dalam sterilisasi kualitas kecil pada air karena
(Tchobanoglous, G, 1991) dan menyebabkan dapat membunuh molekul dari organik dan
bau yang sangat menyengat dari phenol juga organisme. Desinfeksi secara mekanik
(Clesceri,L.S., et.al., 1998). mengutamakan kebersihan dari air kolam
Bertolak dari masalah tersebut di atas renang. Sedangkan desinfeksi secara radiasi
perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan menggunakan sinar gamma pada cara
dosis optimum kaporit dalam bentuk kristal sterilisasi (Tchobanoglous, G, 1991).
dan larutan, yang nilainya didapat dari hasil
Break Point Chlorination (BPC) dalam Kaporit
menyisihkan konsentrasi ammonium (NH₄⁺). Kaporit merupakan desinfektan yang
umum digunakan dalam segala bentuk baik
TINJAUAN PUSTAKA bentuk kering / kristal dan bentuk basah /
Desinfektan larutan . Dalam bentuk kering, biasanya
Pada tahun 1850, desinfektan sudah kaporit berupa serbuk atau butiran, tablet atau
dipakai dengan menggunakan metode pil. Dalam bentuk basah biasanya kristal yang
klorinasi. Selama itu hipoklorit digunakan ada dilarutkan dengan aquadest menurut
sebagai desinfektan sebelum adanya kebutuhan desinfeksi. Berdasarkan uji
penelitian. Pada tahun 1912, penggunaan kaporit dalam laboratorium disebutkan
klorin sebagai desinfektan, penambahannya bahwa kaporit terdiri lebih dari 70%
dilakukan secara sembarangan atau tidak
bentuk klorin. Kaporit dalam bentuk
14
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
butiran atau pil dapat cepat larut dalam air dkk., 2008; Sururi, 2008; Brooks, 1999;
dan penyimpanannya ditempat kering yang Alaert dan Sumestri, 1984)
jauh dari bahan kimia yang mengakibatkan
korosi, dalam kondisi atau temperatur Break Point Clorination (BPC)
rendah, relatif stabil. Kaporit merupakan Break Point Clorination (BPC)
bahan yang mudah dicari, mudah adalah penentuan jumlah klor yang
penggunaannya, terjangkau oleh dibutuhkan dalam pereaksian, sehingga
masyarakat umum (Tchobanoglous, G, semua zat yang dapat dioksidasi menjadi
1991). teroksidasi, amoniak hilang sebagai gas
Kaporit / Kalsium hipoklorit pada N2 , dan masih ada residu klor aktif terlarut
proses desinfeksi bisa dengan cepat yang konsentrasinya dianggap perlu untuk
membunuh organisme yang ada di air desinfeksi mikroorganisme (Santika, S.S.,
kolam renang, dan juga bisa menyisihkan 1987).
NH₄⁺ pada air kolam renang sehingga Proses yang terjadi dari penambahan
kadar dari ammoniak bisa berkurang dan kaporit sampai didapatkan BPC adalah
tidak melampaui batas dari Standar sebagai berikut : logam – logam zat
Nasional Indonasia dimana air kolam organik seperti Fe²⁺, Mn²⁺, H2 S dan
renang merupakan air yang masuk dalam organik lainnya akan bereaksi dengan
golongan 3 dimana kadar ammoniak bebas klorin dan sebagian akan berubah menjadi
tidak boleh lebih dari 5 mg/L. ion klorida. Kelebihan klorin akan
Kelemahan klorinasi adalah adanya bereaksi dengan amoniak sehingga
korelasi positif antara kaporit dengan menghasilkan kloramin, jika jumlah NH3 (
senyawa organohalogen yang merupakan amoniak ) lebih banyak dari klorin maka
hasil reaksi antara klor dengan senyawa monokloramin dan dikloramin juga
organik berhalogen (CHCl) yang terdapat banyak terbentuk (pada awal penyisihan
dalam limbah. Salah satu senyawa NH₄⁺). Tetapi hal ini tergantung dari pH
organohalogen adalah trihalometan dan temperatur. Penambahan klorin secara
(THM). Semakin tinggi konsentrasi terus menerus pada akhir breakpoint akan
kaporit, semakin tinggi pula probilitas meningkatkan klorin bebas (yang tidak
terbentuknya THM. Trihalomentan bereaksi dengan hipoklorit) sehingga
bersifat karsinogenik dan mutagenik peningkatan akan berlangsung selama
(Sururi, dkk. 2008). Untuk mengeliminasi breakpoint clorination beroperasi. Persen
terbentuknya THM, penentuan titik dari penambahan klorin akan bereaksi
breakpoint clorination (BPC) menjadi dengan nitrogen organik dan kemungkinan
penting sebelum aplikasi kaporit di akan membentuk kurva breakpoint
lapangan. BPC adalah jumlah klor aktif (Tchobanoglous, G., 1991).
(ion OCl- dan HOCl) yang dibutuhkan Jumlah klorin yang harus
untuk mengoksidasi semua bahan organik ditambahkan untuk mencapai tingkat
dan bahan anorganik yang terlarut dalam residu yang diinginkan disebut kebutuhan
limbah dan kemudian sisa klor aktifnya klorin. Dari grafik BPC yang telah
berfungsi sebagai disinfektan (Lestari, diketahui kebutuhan klorinnya bisa
digunakan untuk mendapatkan prosentase
15
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
16
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
( )
17
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
( )
Konsentrasi ammonium setelah
penambahan kaporit
Tabel 2. Tabel Hasil Penentuan Residual Klorin (penambahan kaporit dalam bentuk larutan)
18
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
GRAFIK BPC I
500
450
400
Residual Clorine (mg/L)
350
300
200
150
100
50
0
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750
Konsentrasi Kaporit (mg/L)
Tabel 3. Tabel Hasil Penentuan Residual Klorin (penambahan kaporit dalam bentuk kristal)
Volume Konsentrasi Volume Konseentrasi Volume Konsentrasi Residual
No Kaporit Kaporit Kaporit Kaporit Natrium Natrium Klorin
Awal Awal Akhir Akhir Thiosulfat Thiosulfat (mg/L)
(ml) (mg) (ml) (ml) (ml) (N)
1 0,5 10.000 25,5 196.0784314 7,4 0,0125 130.68288
2 0,8 10.000 25,8 310.0775194 7,6 0,0125 134.31296
3 1,0 10.000 26,0 384.6153846 8,0 0,0125 141.57312
4 1,2 10.000 26,2 458.0152672 8,4 0,0125 148.83328
5 1,4 10.000 26,4 530.3030303 8,5 0,0125 150.64832
6 1,6 10.000 26,6 601.5037594 8,6 0,0125 152.46336
7 1,8 10.000 26,8 671.6417910 8,9 0,0125 157.90848
8 2,0 10.000 27,0 740.7407407 9,3 0,0125 165.16864
9 2,2 10.000 27,2 808.8235294 22,7 0,0125 402.93888
10 2,4 10.000 27,4 875.9124088 10,8 0,0125 190.5792
11 2,6 10.000 27,6 942.0289855 10,6 0,0125 188.76416
12 2,8 10.000 27,8 1007.194245 9,7 0,0125 172.4288
13 3,0 10.000 28,0 1071.428571 9,4 0,0125 166.98368
14 3,2 10.000 28,2 1134.751773 9,2 0,0125 163.3536
15 3,4 10.000 28,4 1197.183099 11,3 0,0125 199.6544
16 3,6 10.000 28,6 1258.741259 11,8 0,0125 208.7296
17 3,8 10.000 28,8 1319.444444 12,3 0,0125 217.8048
18 4,0 10.000 29,0 1379.310345 12,9 0,0125 228.69504
19 4,2 10.000 29,2 1438.356164 13,5 0,0125 239.58528
20 4,4 10.000 29,4 1496.598639 14,3 0,0125 254.1056
21 4,6 10.000 29,6 1554.054054 15,3 0,0125 270.44096
19
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
GRAFIK BPC II
450
400
350
Residual Clorine (mg/L)
300
250
GRAFIK BPC II
200
150
100
50
0
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750
Konsentrasi Kaporit (mg/L)
20
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
21
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
22