Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KADAR KLORIN DALAM AIR KOLAM RENANG DENGAN KELUHAN

IRITASI MATA PADA PENGGUNA KOLAM RENANG TIRTA KARTIKA (GAPERTA)


KECAMATAN HELVETIA TENGAH KABUPATEN MEDAN HELVETIA
KOTA MEDAN TAHUN 2018

The Relationship Between Chlorine Levels in Swimming Pool and Eye Irritation Complaints on The
User of Swimming Pool at Tirta Kartika (Gaperta) Swimming Pool User at Helvetia Tengah
Sub District Medan Helvetia District in 2018

Ririn Fitriana1*, Ayi Darmana2, Neni Ekowati Januariana3


1*
Mahasiswa S1 Kesling Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia Medan, Indonesia
2
Dosen S1 Kesling Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia Medan, Indonesia
3
Dosen S1 Kesling Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia Medan, Indonesia
*
Penulis Koresponden

Abstrak
Pendahuluan; kolam renang menggunakan klorinasi sebagai metode sanitasi untuk
mempertahankan agar air kolam renang tetap terjaga kualitasnya. Menurut PERMENKES RI No. 32
Tahun 2017 kadar klorin yang diperbolehkan dalam air kolam renang adalah (1-1,5) mg/L. Sebagai
desinfektan, kadar klorin dalam penyediaan air sengaja dipelihara. Tujuan; penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara kadar klorin dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang
Tirta Kartika. Metode; jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan cross
sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Sampel air kolam diuji
menggunakan Spectroquant Nova 60. Analisis data disajikan dalam bentuk tabel univariat dan tabel
bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil; hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata
kadar klorin air kolam renang yaitu 2,30 mg/L, kemudian jumlah perenang yang mengalami keluhan
iritasi mata sebanyak 78,9% atau 60 orang dari 76 responden dan nilai signifikan menunjukkan sig p =
0,011 atau < sig a 0,05 artinya ada hubungan kadar klorin dengan keluhan iritasi mata pada pengguna
kolam renang Tirta Kartika. Kesimpulan; kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan
antara kadar klorin dengan keluhan iritasi mata pada pengguna kolam renang Tirta Kartika.
Disarankan perlu memberikan pelatihan mengenai pengelolaan air kolam renang kepada petugas
kolam renang, sebaiknya dalam pemantauan kadar klorin pada air kolam renang.
Kata Kunci : Keluhan iritasi mata, Kadar klorin, Kolam renang

Abstract
Backgroud; swimming pools use chlorination as a sanitation method to maintain the
swimming pool's water quantity. According to PERMENKES RI No. 32 of 2017 chlorine levels
allowed in swimming pool water is (1-1.5) mg/L. As a disinfectant, the remaining chlorine in the
provision of water is deliberately maintained. Objectives; the purpose of this study was to determine
the relationship between chlorine levels and eye irritation complaints in Tirta Kartika swimming pool
users. The method; this type of research was analytical observational with cross sectional. The
sampling was using accidental sampling technique. Analysis of the data was presented in the form of
univariate tables and bivariate tables using the chi-square test. Results; the results of this study
indicated that the average value of pool water chlorine levels was 2.30 mg / L, then the number of
swimmers who experience eye irritation complaints as many as 78.9% or 60 people from 78
respondents and significant values of sig = 0.011 or <sig a 0 Therefore, there was a relationship
between chlorine levels and eye irritation complaints in Tirta Kartika swimming pool users.
Conclusion; It is suggested to provide training on swimming pool water management to pool staff,
preferably in monitoring chlorine levels in swimming pool water.
Keywords : Eye Irritation Complaints, Chlorine Levels, Swimming Pool

Alamat Koresponden :
Ririn Fitriana, Jalan Sepat Muara Delang Tabir Selatan Jambi, Kode Pos 37354. Hp 081262047036.
Email : ririnfitria44@gmail.com (muslimah123)

1
PENDAHULUAN tidak baik antara lain infeksi hidung dan
Air merupakan salah satu kebutuhan tenggorokan, batuk, pilek, iritasi mata, masalah
hidup dan merupakan dasar bagi perikehidupan pernapasan, infeksi kulit, infeksi saluran
di bumi. Oleh karena itu, penyediaan air pencernaan seperti diare, cryptosporidiasis dan
merupakan salah satu kebutuhan utama bagi giardiasis. (4)
manusia untuk kelangsungan hidup dan Pemerintah indonesia telah
menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan memberikan rekomendasi tentang persyaratan
kesejahteraan manusia. Sumber daya air dapat kolam renang yang sehat dan bersih. Menurut
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun
lain : untuk kepentingan rumah tangga 2017 Tentang Standart Baku Muku Kesehatan
(domestik), industri, pertanian, perikanan, dan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
akan air dan kemajuan teknologi, air Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
permukaan dapat dimanfaatkan lebih luas lagi Umum. (5)
antara lain utnuk sumber baku air minum dan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
air industri. (1) RI No. 32 Tahun 2017 kadar sisa khlor bebas
Kolam renang merupakan suatu usaha yang diperbolehkan dalam air kolam renang
bagi umum yang menyediakan tempat untuk adalah (1-1,5) mg/L untuk kolam renang
berenang, berekreasi, berolah raga, serta jasa beratap/tidak beratap. Sebagai desinfektan, sisa
pelayanan lainnya yang menggunakan air khlor dalam penyediaan air sengaja dipelihara.
bersih yang telah diolah. Kolam renang Kolam renang menggunakan klorinasi sebagai
sebagai sarana umum yang ramai dikunjungi metode sanitasi untuk mempertahankan agar
masyarakat dapat berpotensi menjadi air kolam renang tetap terjaga kualitasnya.
saranapenyebaran bibit penyakit maupun Klorinasi adalah metode yang menggunakan
gangguan kesehatan akibat kondisi saitasi gas klor/serbuk klor sebagai desinfektan.
lingkungan kolam renang yang buruk dan Sebagai salah satu produk teknologi, bahan
kualitas air kolam renang yang tercemar. (2) kimia ini dibutuhkan keberadaannya tetapi
Pemeriksaan kualitas air kolam renang dilain pihak bahan kimia tersebut dapat
secara kimia termasuk salah satu upaya sanitasi membahayakan manusia dan lingkungannya
yang dilakukan. Penambahan bahan kimia jika tidak ditangani secara baik dan benar.
dianjurkan untuk pengawasan kualitas air Penggunaan bahan kimia sebagai desinfektan
kolam renang dengan batasan tertentu dan air kolam yang dapat mengganggu kesehatan
pengawasan yang baik. Salah satunya adalah bagi para pengguna kolam renang adalah
pemberian senyawa kimia berupa senyawa klor kaporit (kalsium hipoklorit) (CaOCl2).
berupa kaporit ( Ca(Ocl2) yang berfungsi Pengguna kolam renang dapat terkena gas
untuk menjernihkan dan mendesinfeksi kuman. klorin melalui hirupan udara, tertelan dan
Namun, penggunaan kaporit juga harus masuk kedalam tubuh yang ada di lingkungan
diperhatikan dengan baik dan harus sesuai kolam renang yang dilepas oleh kaporit dalam
dengan batas aman yang ada. Penggunaan air. Disamping itu, klor ini dapat menyebabkan
kaporit dalam konsentrasi yang kurang dapat iritasi mata. (5)
menyebabkan desinfektan yang ada dikolam Khlor masuk ke dalam tubuh manusia
renang tidak bekerja secara optimal dan melalui inhalasi, ingesti dan dermal serta mata.
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Manusia dapat kontak dengan klor dalam
Sedangkan penggunaan kaporit dengan jangka pendek maupun jangka panjang.
konsentrasi yang berlebih dapat meninggalkan Biasanya, bila berada di kolam renang akan
sisa klor yang menimbulkan dampak buruk kontak dalam jangka panjang dengan tingkat
bagi kesehatan. (3) eksposur rendah pada tahun 2008, hampir
Keluhan kesehatan terjadi mulai dari 4,600 orang mengunjungi unit gawat darurat
yang ringan hingga yang berat dapat untuk cedera akibat bahan kimia kolam renang.
meneyebabkan penularan melalui kolam Cedera yang paling umum diagnosis adalah
renang seperti gejala demam, batuk, pilek, atau keracunan, yang meliputi konsumsi bahan
infeksi faringo konjungtivitis yang disebabkan kimia kolam renang serta menghirup uap, asap,
adenivirus serta gangguan fungsi paru akibat atau gas dan iritasi mata. (6)
gas klorin. Penyakit atau gejala penyakit yan Patogenesis iritasi mata akibat paparan
timbul akibat kualitas air kolam renang yang klorin dalam air berawal dari kontak antara

2
senyawa klorin dalam air dengan bagian mata. (85%) tidak memakai kacamata renang yang
Senyawa klorin yang bersifat iritatif kemudian memenuhi standart (BS 5883: 1996),
akan menyebabkan peradangan pada lapisan responden dengan durasi ≥ 15 menit sebanyak
mata bagian luar seperti lapisan konjungtiva 69 orang (86,3%), sebanyak 40 responden
maupun pada bagian kornea mata. Gejala (50%) positif mengalami iritasi mata, dan
iritasi yang muncul akibat peradangan tersebut sebanyak 3 sampel air kolam renang (33.3%)
diantaranya berupa mata merah, mata terasa mengandung pH 6. (10)
seperti berpasir, mata terasa gatal, mata terasa Penelitian yang dilakukan oleh Fadila
pedih, mata berair, bengkak pada kelopak Harariet, Darmiah, dan Imam Santoso, tahun
mata, dan penglihatan menjadi kabur. (7) 2017 dengan judul Hubungan Jumlah Perenang
Penelitian lain oleh Ibnu Burhanudin Dengan Kandungan Sisa Klor Pada Air Kolam
tahun 2015, hasil pengukuran kadar awal sisa Renang Antasari Banjarbaru, hasil penelitian
klor pada kolam renang pemerintah jakarta menunjukkan jumlah perenang rata-rata 151
selatan sebesar 3 mg/l. Ditemukan 74 orang orang dengan angka terendah 113 dan tertinggi
pengguna kolam renang mengalami keluhan 223 orang. Sisa klor air kolam renang rata-rata
iritasi mata dan didapatkan hasil bahwa ada 0,73 mg/L, standart deviasi 0,71 mg/L dengan
hubungan bermakna antara sisa klor terhadap angka terendah 0,01 mg/L dan tertinggi 1,49
keluhan iritasi mata pada pengguna kolam mg/L. Hasil analisis tidak ada hubungan jumlah
renang Pemerintah Jakarta Selatan. (8) perenang dengan sisa klor di kolam renang
Penelitian yang dilakukan oleh Dian karena H0 diterima (nilai p = 0,679 > nilai α =
Wahyu Cita dan Retno Adriyani, tahun 2013 0,05) dan nilai r adalah -0,218 sehingga tidak
dengan judul Kualitas Air dan Keluhan bisa dilihat keeratan hubungan. (11)
Kesehatan Pengguna Kolam Renang di Pencemaran mikrobiologis pada air
Sidoarjo, penelitian ini merupakan penelitian kolam renang dapat disebabkan karena
observasional deskriptif, dan menggunakan kontaminasi fekal dan kontaminasi non-fekal.
metode cross sectional. Penelitian ini Kontaminasi fekal berasal dari kotoran yang
dilakukan bulan Maret – Juni 2013. Populasi dikeluarkan oleh pengguna kolam renang
dari penelitian ini adalah air kolam renang maupun dari kotoran yang terdapat pada sumber
Tirta Krida dan GOR Sendang Delta, serta air yang digunakan sebagai air kolam renang.
masyarakat pengguna kolam renang tersebut. Pada kolam renang terbuka, kontaminasi fekal
Sampel diambil secara sistematik random juga dapat berasal dari kotoran hewan seperti
sampling. Hasil penelitian ini, parameter air burung dan tikus yang berada di area kolam
kolam renang keduanya tidak memenuhi renang. (12) Air yang digunakan sebagai air
persyaratan yang ditetapkan. Kolam renang kolam renang dapat berasal dari beberapa
Tirta Krida residu klorinnya setelah klorinasi sumber air. Berdasarkan letak sumbernya, air
sebesar 4,6 mg/L, sedangkan kadar residu dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
klorin sesudah digunakan pengunjung sebesar permukaan,dan air tanah. (13)
0,175 mg/L, sedangkan di kolam renang GOR Berdasarkan studi pendahuluan yang
Sendang resido klorinnya sebesar 2,175 mg/L dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6 Mei
setelah klorinasi, dan 0,1375 mg/L sesudah 2018, diperoleh data dikolam renang Tirta
digunakan pengunjung. (9) Kartika (Gaperta) dari 16 pengunjung, 4
Penelitian yang dilakukan oleh Bayu diantaranya setelah berenang mengeluhkan
Wicaksono, Budiyono, dan Onny Setiani, mata perih, 9 orang mengalami mata merah,
tahun 2016 dengan judul Faktor Risiko dan 3 orang sisanya tidak mengalami keluhan
Kejadian Iritasi Mata Pada Pengguna Kolam iritasi mata. Studi pendahuluan ini juga
Renang X di Kota Semarang, berdasarkan hasil memperoleh informasi tentang sistem
pengukuran dan wawancara diperoleh data pergantian air pada kolam renang
sebagai berikut : Hasil pengkuran kadar sisa menggunakan sistem filter dengan sirkulasi.
klor diperoleh rata – rata 4,26 mg/l dengan Sedangkan untuk proses pemberian
standart deviasi sebesar 2,433, dengan kadar desinfektannya (kaporit) diberikan setiap hari
sisa klor terendah yaitu 0,3 mg/l dan yang pada pagi hari sebanyak 5 kg tergantung
tertinggi 7 mg/l. Diketahui bahwa sebanyak 69 jumlah pengunjung. Desinfektan yang
sampel air kolam renang (86,3%) tidak digunakan yaitu kaporit jenis serbuk.
memenuhi syarat kadar sisa klor dengan kadar Tujuan penelitian ini adalah untuk
lebih dari 0,5 mg/l, sebanyak 68 responden mengetahui hubungan kadar khlorin dengan

3
keluhan iritasi mata pada pengguna kolam adanya hubungan yang signifikan antara
renang Tirta Kartika (Gaperta) Kecamatan variabel bebas dengan variabel terikat, pada
Helvetia Tengah Kabupaten Medan Helvetia batas kemaknaan perhitungan statistikp value
Kota Medan. (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan
nilai p < p value (0,05) maka Ho ditolak,
METODE PENELITIAN artinya kedua variabel secara statistik
Jenis penelitian ini adalah analitik mempunyai hubungan yang signifikan.
observasional dengan rancangan cross Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi
sectional. Variabel yang akan diteliti antara (hubungan) antara svariabel terikat dengan
kualitas kimia air kolam renang yaitu pada variabel bebas digunakan analisis tabulasi
parameter kadar klorin dan keluhan iritasi mata silang.
pada pengguna kolam renang Tirta Kartika
(Gaperta) Kecamatan Helevtia Tengah HASIL
Kabupaten Medan Helvetia Kota Medan Analisis Univariat
Tahun 2018. (14) Hasil penelitian berdasarkan analisis
Populasi adalah keseluruhan sumber data univariat dan bivariat. Pada tabel univariat
yang diperlukan dalam suatu penelitian. sampel yang diambil pada 3 titik selama 3 hari
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh yaitu jum’at, senin dan selasa. Hasil
pengunjung kolam renang Tirta Kartika pengukuran pada hari jum’at sebelum
(Gaperta) selama tiga bulan dengan nilai rata- ditambahkan larutan khlorin pada kolam
rata sebanyak 327 orang. renang Tirta Kartika (Gaperta) dengan nilai
Sampel merupakan sebagian yang diambil rata-rata 0,685 mg/L, pada hari senin nilai rata-
dari keseluruhan objek yang diteliti dan rata 0,806 mg/L, pada hari selasa nilai rata-rata
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel sisa khlor sebelum dilakukan penambahan
dalam penelitian ini dihitung dengan khlorin 0,788 mg/Ldan sesudah dilakukan
menggunakan rumus slovin, sejumlah 76 penambahan larutan khlorin pada hari jum’at
orang. Pengukuran sampel air akan diambil dengan nilai rata-rata 1,857 mg/L dengan
selama 3 hari. Sampel akan diambil pada hari jumlah perenang yang mengalami keluhan
jum’at, senin dan selasa pada pagi pukul 07.30 iritasi mata sebanyak 15 orang dan yang tidak
WIBsebelum ditambahkan larutan khlorin dan mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 10
pukul 09.00 WIB setelah ditambahkan larutan orang, pada hari seninpenambahan larutan
hlorin.Pertimbangan ini berdasarkan waktu khlorin dengan nilai rata-rata 2,267 mg/L
penambahan klorin yang dilakukan setiap pagi dengan jumlah perenang yang mengalami
hari pukul 08.00 WIB dilakukan oleh petugas keluhan iritasi mata sebanyak 23 orang dan
kolam renang. Pengambilan sampel air kolam yang tidak mengalami keluhan iritasi mata
renang diambil oleh peneliti dan dibantu sebanyak 3 orang, pada hari selasa sesudah
dengan petugas kolam renang. penambahan khlorin dengan nilai rata-rata
Analisis data yang digunakan yaitu 2,302 mg/L dengan jumlah perenang yang
analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 22
untuk mengetahui hubungan antara dua orang dan yang tidak mengalami keluhan
variabel penelitian. Data kemudian dianalisis iritasi mata sebanyak 3 orang. Berikut hasil
dengan uji Chi-Square untuk membuktikan tabel analisis univariat.

Tabel 1. Kadar Sisa Khlorin Air Kolam Renang


Kadar Sisa Khlor (mg/L) Rata-rata kadar
Hari/Tanggal/Tahun Baku Mutu
Titik A Titik B Titik C sisa khlor
Sebelum Penambahan Klorin
Jum’at/14/2018 pukul 07.30 0,508 0,718 0,829 0,685 1-1,5 mg/L
Senin/17/2018 pukul 07.30 0,861 0,716 0,840 0,806 1-1,5 mg/L
Selasa/18/2018 pukul 07.30 0,924 0,714 0,726 0,788 1-1,5 mg/L
Sesudah Penambahan Klorin
Jum’at/14/2018 pukul 09.00 1,923 1,718 1,931 1,857 1-1,5 mg/L
Senin/17/2018 pukul 09.00 2,370 2,240 2,190 2,267 1-1,5 mg/L
Selasa/18/2018 pukul 09.00 2,142 1,946 2,819 2,302 1-1,5 mg/L

4
Berdasarkan hasil penelitian diketahui mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 15
bahwa dari 6 titik sampel air kolam renang orang (60,0%) dan yang tidak mengalami
Tirta Kartika (Gaperta) Kecamatan Helvetia keluhan iritasi mata sebanyak 10 orang
Tengah Kabupaten Medan Helvetia Kota (40,0%).
Medan yang diperiksa kadar klorinnya, pada Berdasarkan hasil penelitian diketahui
kondisi sesudah penambahan larutan klorin bahwa dari 76 responden penelitian di Kolam
nilai rata-rata 2,30 mg/L termasuk dalam Renang Tirta kartika (Gaperta), terdapat 60
kategori tinggi dengan jumlah perenang yang orang (78,9%) mengalami keluhan iritasi mata
mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 45 setelah melakukan aktivitas berenang dan 16
orang (88,2%) dan yang tidak mengalami orang (21,1%) tidak mengalami keluhan iritasi
keluhan iritasi mata sebanyak 6 orang (11,8%), mata setelah melakukan aktivitas berenang.
kemudian pada kondisi sesudah dilakukan Hasil analisi univariat tentang kadar klorin dan
penambahan larutan klorin dengan nilai rata- keluhan iritasi mata dapat dilihat pada tabel
rata 1,85 mg/L termasuk dalam kategori dibawah ini.
rendah dengan jumlah perenang yang

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kadar Klorin dan Keluhan Iritasi Mata pada Pengguna Kolam
Renang Tira Kartika (Gaperta) Kecamatan Helvetia Tengah Kabupaten Medan Helvetia
Kota Medan Tahun 2018
Variabel Frekuensi (f) Baku Mutu
Kadar Klorin
Tinggi 2,30
1-1,5 mg/L
Rendah 1,85
Keluhan Iritasi Mata
Ada Keluhan 60 78,9
Tidak Ada Keluhan 16 21,1

Analisis Bivariat orang (62,5%). Berdasarkan hasil uji chi


Berdasarkan tabulasi silang antara sisa square diperoleh nilai p = 0,011 (p-value
khlor dengan keluhan iritasi mata pada <0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengguna kolam renang, yang paling banyak hubungan bermakna antara sisa khlor terhadap
mengalami keluhan iritasi mata pada saat sisa keluhan iritasi mata pada pengguna kolam
khlor dalam kategori tinggi yaitu 45 responden renang Tirta Kartika (Gaperta) Kecamatan
(75,0%) dan yang tidak mengalami keluhan Helvetia Tengah Kabupaten Medan Helvetia
iritasi mata sebanyak 6 orang (37,5%), Kota Medan Tahun 2018, semakin tinggi nilai
kemudian pada saat sisa khlor dalam kategori kadar sisa khlor semakin tinggi pula resiko
rendah yang mengalami keluhan iritasi mata yang mengalami keluhan iritasi mata. Berikut
sebanyak 15 orang (25,0%) dan yang tidak dapat dilihat pada tabel 3 tentang analisi
mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 10 bivariat

Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Kadar Klorin dengan Keluhan Iritasi Mata pada Pengguna
Kolam Renang Tirta Kartika (Gaperta) Kecamatan Helvetia Tengah
Kabupaten Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2018
Keluhan Iritasi Mata
Total p-Value
Sisa Khlor Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan
f % f % f %
Tinggi 45 75,0 6 37,5 51 67,1 0,011
Rendah 15 25,0 10 62,5 25 32,9

PEMBAHASAN Kabupaten Medan Helvetia Kota Medan,


Gambaran Umum Sisa Khlor Air diketahui bahwa kolam renang tersebut
Kolam Renang: berdasarkan hasil pengukuran memiliki nilai rata-rata kadar sisa khlor yang
kadar sisa khlor di kolam renang Tirta Kartika melebihi nilai batas ketentuan Peraturan
(Gaperta) Kecamatan Helvetia Tengah Menteri Kesehatan RI No.32 Tahun 2017

5
Tentang Standart Baku Mutu Kesehatan kontaminasi fekal dan kontaminasi non-fekal.
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Kontaminasi fekal berasal dari kotoran yang
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam dikeluarkan oleh pengguna kolam renang
Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian maupun dari kotoran yang terdapat pada
Umum, yaitu 1-1,5 mg/L. Tingginya kadar sumber air yang digunakan sebagai air kolam
sisak khlor pada kolam renang tersebut renang. Pada kolam renang terbuka,
disebabkan karena penggunaan dosis khlor saat kontaminasi fekal juga dapat berasal dari
proses klorinasi yang tidak sesuai. kotoran hewan seperti burung dan tikus yang
Dari hasil wawancara terkait proses berada di area kolam renang.(16)
klorinasi, diketahui bahwa dosis khlor yang Kontaminasi non-fekal di kolam
digunakan di kolam renang tersebut umunya renang dapat berasal dari pengguna kolam
kurang sesuai dan cenderung tinggi. renang, yaitu dari muntahan, lendir, air liur,
Penggunaan dosis khlor yang tinggi di kolam atau lapisan kulit yang mencemari air kolam
renang tersebut disebabkan karena pemberian renang. Kontaminasi tersebut merupakan
khlorin di setiap kolam renang hanya sumber potensial dari mikroorganisme patogen
dilakukan sekali pada saat kolam beroperasi, seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa
sehingga kadar sisa khlor yang dihasilkan pada dalam air yang menyebabkan infeksi pada
awal proses klorinasi diharapkan mampu pengguna kolam renang lain apabila kontak
bertahan hingga kolam renang ditutup atau dengan air yang telah terkontaminasi tersebut.
hingga proses klorinasi dilakukan kembali. (16)
Menurut Suryani, salah satu langkah Secara teori, dosis khlor yang tepat
pengelolaan kolam renang yang dilakukan digunakan pada proses klorinasi adalah jumlah
adalah pemantauan dan interpretasi data khlor yang dapat dipakai untuk membunuh
kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, kuman patogen dan mengoksidasi bahan
dan biologi. Namun, sebelum melangkah pada organik dalam air, serta meninggalkan sisa
tahap pengelolaan, diperlukan pemahaman khlor sebesar 1-1,5 mg/L dalam air. Nilai 1-1,5
yang baik tentang terminology, karakteristik, mg/L tersebut ditetapkan karena merupakan
dan interkoneksi parameter – parameter nilai batas keamanan sisa khlor dalam air
kualitas air. Tempat-tempat umum yang sering untuk membunuh kuman patogen yang ada
dijadikan tujuan berkumpulnya manusia dalam air. (17)
misalnya pemandian umum dan kolam renang, Penggunaan dosis khlor yang berlebih
merupakan media yang cukup baik dalam pada air kolam kolam renang dapat berguna
penularan penyakit. Secara langsung kontak untuk membunuh kuman patogen yang berada
yang terjadi diantara pengunjung dapat di dalam air, aka tetapi hal tersebut juga dapat
menyebabkan transmisi kuman penyakit dan memberikan dampak negatif pada pengguna
dengan mobilitas yang tinggi sekaligus dapat kolam renang karena dapat menyebabkan
merupakan media penyebarluasan penyakit. keluhan gangguan kesehatan.
Proses pemberian klorin ke dalam air yang Gambaran Keluhan Iritasi Mata Pada
telah menjalani proses filtrasi dan merupakan Perenang: berdasarkan hasil wawancara
langkah yang maju dalam proses purifikasi air. mengenai keluhan iritasi mata pada 76
Klorin ini banyak digunakan dalam responden di kolam renang Tirta Kartika
pengolahan limbah industri, air kolam renang, (Gaperta), diketahui bahwa terdapat 60 orang
dan air minum di negara-negara sedang (78,9%) mengalami keluhan iritasi mata
berkembang karena sebagai disinfektan, setelah melakukan aktivitas berenang dan 16
biayanya relative lebih murah, mudah dan orang (21,1%) tidak mengalami keluhan iritasi
efektif. mata setelah melakukan aktivitas berenang.
Klorin sudah umum diketahui oleh Keluhan iritasi mata dialami oleh
masyarakat kita dengan sebutan klor atau pengguna kolam renang di kolam renang Tirta
kapur klor karena banyak digunakan sebagai kartika (Gaperta) lokasi penelitian dapat
bahan pemutih bleaching agent yang disebabkan karena paparan senyawa khlor
mengandung sodium hipoklorit atau kalsium yang tinggi dalam air kolam renang, sebab
hipoklorit dan dikenal dengan nama kaporit. kolam renang tersebut memiliki nilai kadar sisa
(15) khlor yang melebihi batas ketentuan Peraturan
Pencemaran mikrobiologis pada air Menteri Kesehatan RI No. 32 Tahun 2017
kolam renang dapat disebabkan karena untuk kategori air kolam renang yaitu 1-1,5

6
mg/L. Hal ini sesuai dengan penelitian Ibnu Hubungan Sisa Khlor dengan Keluhan
Burhanudin, yang telah membuktikan bahwa Iritasi Mata: hasil dari tabulasi silang pada
terdapat hubungan antara sisa khlor dengan tabel abulasi silang antara sisa khlor dengan
keluhan iritasi mata pada pengguna kola keluhan iritasi mata pada pengguna kolam
renang Pemerintahan di Jakarta Selatan. renang, yang paling banyak mengalami
Alkalinitas adalah suatu parameter keluhan iritasi mata pada saat sisa khlor dalam
kimia perairan yang menunjukkan jumlah ion kategori tinggi yaitu 45 responden (88,2%) dan
karbonat dan bikarbonat yang mengikat logam yang tidak mengalami keluhan iritasi mata
golongan alkali tanah pada perairan tawar. sebanyak 6 orang (11,8%), kemudian pada saat
Alkalinitas disebut sebagai besaran yang sisa khlor dalam kategori rendah yang
menunjukkan kapasitas buffer dari ion mengalami keluhan iritasi mata sebanyak 15
karbonat dan sampai tahap tertentu ion orang (60,0%) dan yang tidak mengalami
karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion keluhan iritasi mata sebanyak 10 orang
tersebut didalam air akan bereaksi dengan ion (40,0%)
hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan Berdasarkan hasil uji chi-square kadar
menaikkan pH. Alkalinitas biasanya sisa khlor diperoleh p value sebesar 0,011 dan
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L). (18) oleh karena itu p = 0,011<a =0,05, sehingga
Sisa Klor adalah kadar klor yang ada hubungan kadar klorin dalam air kolam
tersisa setelah proses desinfeksi. Tujuan renangdengan keluhan iritasi mata pada
klorinasi pada air adalah untuk pengguna kolam renang Tirta Kartika
mempertahankan sisa klorin bebas sebesar 0,2 (Gaperta) Kecamatan Helvetia Tengah
mg/L di dalam air. Nilai tersebut merupakan Kabupaten Medan Helvetia Kota Medan
margin of safety (nilai bata keamanan)pada air Tahun 2018.
untuk membunuh patogen yang Pada penelitian ini, pengguna kolam
mengontaminasi air kolam. Sisa klor sangat renang dikatakan mengalami keluhan iritasi
dipengaruhi oleh pH, waktu kontak klor. (18) mata dan tidak mengalami keluhan iritasi mata
Iritasi mata yang disebabkan oleh berdasarkan hasil observasi peneliti. Iritasi
bakteri dapat termasuk dalam konnjungtiva mata ketika berenang pada perenang mata
bakteri. Konjungtivitis bakteri terbagi menjadi tidak permanen, hanya iritasi singkat. Hal ini
konjungtivitis akut (termasuk hiperakut dan dapat menyebabkan penglihatan kabur, mata
subakut) dan kronik. Konjungtivitis akut gatal, mata terasa panas, mata terasa perih,
biasanya jinak dan dapat sembuh engan mata memerah. Iritasi mata adalah cedera
sendirinya dan berlangsung < 14 hari. Bakteri renang yang sangat umum dan mudah teriritasi
yang menyebabkan konjungtivitis antara lain akibat proses klorinasi dalam air. Meskipun
yaitu Neisseeria gonorrhoeae pada tidak pernah benar-benar berlangsung terlalu
konjungtivitis hiperakut. Steptococcus lama bagi kebanyakan orang, hal ini dapat
pneumoniae pada konjungtivitis akut, menjadi iritasi yang mengganggu.
Haemophilus aegyptius pada konjungtivitis Menurut ismail, Renang adalah
subakut, dan Staphylococcus aureus pada olahraga yang meningkatkan kulitas hidup dan
konjungtivitis kronik. (19) kesehatan manusia. Tanpa disadari, sebaliknya
Secara teori, iritasi mata yang aktifitas di kolam renang atau tempat rekreasi
diperoleh seseorang setelah berenang di kolam lainnya tersebut ternyata dapat menyebabkan
renang dengan sistem klorinasi dapat penyakit,seperti: gejala demam, batuk, pilek.
disebabkan karena paparan zat iritan seperti Selain itu berbagai infeksi lain seperti infeksi
khlorin ataupun faktor kimia lain dalam air mata, infeksi saluran cerna, infeksi telinga
seperti pH. Paparan tersebut akan kontak bahkan infeksi otak dapat juga ditularkan lewat
dengan mata dan menyebabkan peradangan air. Bahkan dalam beberapa penelitian
pada lapisan mata bagian luar seperti lapisan terungkap pengaruh klorin dalam kadar
konjungtiva maupun bagian kornea mata. tertentu dan jangka panjang beresiko
Gejala iritasi yang muncul akibat peradangan mengakibatkan gangguan berbagai organ
tersebut diantaranya berupa mata merah, mata tubuh, sebagai pemicu asma dan meningkatkan
terasa seperti berpasir, mata terasa gatal, mata resiko kanker. (20)
terasa pedih, mata berair, bengkak pada Untuk melakukan pengecekkan kadar
kelopak mata, dan penglihatan menjadi kabur. sisa klor dan pH secara berkala untuk
(7) memonitor kebutuhan kaporit dan soda ash

7
yang digunakan. Untuk pengguna kolam renang merupakan salah satu zat kimia yang
renang sebaiknya meningkatkan kesadaran dapat menimbulkan munculnya keluhan iritasi
tentang pentingnya memakai kacamata renang, mata pada kadar dan waktu tertentu. Penelitian
pakaian renang dan perlengkapan keselamatan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
renang lainnya saat berenang. Dan segera antara keluhan iritasi mata dengan waktu
membersihkan diri dengan air bersih mengalir kontak dan kadar klorin air kolam renang.
setelah selesai berenang untuk menghilangkan Hasil penelitian yang dilakukan
zat kimia maupun bakteri dari air kolam Azzizahturahmah, didapatkan bahwa terdapat
renang. (21) hubungan antara keluhan mata dengan kadar
Kolam renang Tirta Kartika (Gaperta) klorin dengan hasil uji chi-square nilai p=
Kecamatan Helvetia Tengah Kabupaten Medan 0,002 dan od ratio sebesar 4,577. Terdapat
Helvetia Kota Medan yang mempunyai hubungan antara keluhan mata dengan waktu
kapasitas 1.800 m3 dan akan didesinfeksi kontak klorin dengan hasil uji chi-square nilai
dengan kaporit 60% aktif, serta sisa khlor p=0,04 dan od ratio sebesar 2,857. (24)
maksimal yang diharapkan adalah 1-1,5 mg/L, Menurut PERMENKES RI
maka kaporit yang dibutuhkan : No.32/MENKES/Per/IX/2017 kadar klorin
1.800.000.000 100 yang diperbolehkan dalam air kolam renang
1.000.000
× 1,5 × 60 =
adalah (1-1,5) mg/L. Kadar klorin dikatakan
4.500.01gram = 4,5 kg
tidak memenuhi syarat apabila kadar klorin
Pada kolam renang Tirta Kartika
pada saat pengukuran kurang dari 1 mg/L atau
(Gaperta) kaporit yang digunakan mempunyai
lebih dari 1,5 mg/L. Dari hasil penelitian
aktif khlor 60% dengan sekali pemberian 5 kg
menunjukkan hasil analisis hubungan antara
untuk pagi hari, yang artinya dalam sekali
kadar klorin dengan keluhan iritasi mata pada
pembubuhan kaporit kolam renang Tirta
pengguna kolam renang Tirta Kartika
Kartika (Gaperta) kelebihan 1,5 kg dari
(Gaperta) yang paling banyak mengalami
perhitungan yang telah dianjurkan, dan sudah
keluhan iritasi mata pada saat sisa khlor dalam
tidak memenuhi syarat dalam pembubuhan
kategori tinggi yaitu 45 responden (88,2%)
kaporit. (13)
dan yang mengalami keluhan iritasi mata pada
Gejala iritasi mata yang diperoleh
saat sisa khlor dalam kategori rendah yaitu 15
seseorang setelah berenang di kolam yang
orang dari total 76 responden.
menggunakan klorinasi dapat tergolong dalam
Berdasarkan hasil uji chi-square
konjungtivitas kimia atau keratitis kimia. Iritasi
diperoleh nilai p = 0,011 (p-value<0,05)
tersebut disebabkan oleh paparan zat iritan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
seperti klorin ataupun paparan senyawa kimia
hubungan bermakna antara kadar sisa khlor
lain dalam air. Apabila paparan tersebut
terhadap keluhan iritasi mata pada pengguna
menyebabkan peradangan pada selaput
kolam renang Tirta Kartika (Gaperta)
konjungtivita maka tergolong sebagai
Kecamatan Helvetia Tengah Kabupaten Medan
konjungtivitas kimia, namun jika iritasi terjadi
Helvetia Kota Medan Tahun 2018.
pada daerah kornea mata maka hal tersebut
Penelitian ini sejalan dengan Cita dan
digolongkan sebagai keratitis kimia. (22)
Adriyani (2013), bahwa ada hubungan antara
Patogenesis iritasi mata akibat paparan
kadar sisa khlor dengan keluhan iritasi mata
khlorin dalam air berawal dari kontak antara
pada pengguna kolam renang. Hasil observasi
senyawa khlorin dalam air dengan bagian
di lapangan kadar sisa khlor yang tinggi
mata. Senyawa khlorin yang bersifat iritatif
menandakan petugas kolam renang berlebihan
kemudian akan menyebabkan peradangan pada
dalam membubuhi kaporit ke dalam kolam
bagian lapisan mata bagian luar seperti lapisan
renang. Petugas kolam renang mengaku hanya
konjungtiva maupun pada bagian kornea mata.
memprediksi dalam melakukan desinfektan air
Gejala iritasi yang muncul akibat peradangan
kolam renang. (9)
tersebut diantaranya berupa mata merah, mata
Kadar klorin yang terlalu rendah atau
terasa seperti berpasir, mata terasa gatal,terasa
terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi mata.
pedih, berair, bengkak pada kelopak mata, dan
Pajanan sisa khlor yang kurang atau melebihi
penglihatan menjadi kabur. (23)
syarat di kolam renang dapat menyebabkan
Iritasi mata adalah peradangan lapisan
iritasi mata. Untuk mencegah iritasi mata,
konjungtiva yang diakibatkan oleh paparan zat
kolam renang harus dipelihara dengan baik,
iritan seperti zat kimia. Klorin pada air kolam
dibersihkan dan pemantauan kadar klorin agar

8
seimbang dan tidak kurang atau melebihi batas Occupational and Environmental
aman. Kolam renang mengandung banyak Medicine. J Occup Environ Med.
bahan kimia dan kontaminan potensial. Klorin 2003;60:385–9.
ditambahkan ke kolam renang untuk 4. J.H. Jacobs, S. Spaan GBGJ van R, , C.
mengendalikan bakteri, tetapi bahan kimia ini Meliefste VACZ, Rooyackers JM,
juga dapat mengiritasi mata. (23) Heederik and D. Exposure to
trichloramine and respiratory symptoms
KESIMPULAN in indoor swimming pool workers. J
Kesimpulan dalam penelitian ini Am Respir Crit Care Medicane.
menunjukkan bahwa Parameter kadar klorin 2011;183.
pada sampel air kolam renang Tirta Kartika 5. Permenkes RI. Permenkes RI No 32
(Gaperta) dengan kategori tidak memenuhi Tahun 2017 Tentang Standart Baku
syarat berdasarkan baku mutu Permenkes RI Muku Kesehatan Lingkungan Dan
No. 32 Tahun 2017. Ada hubungan bermakna Persyaratan Kesehatan Air Untuk
antara kadar klorin terhadap keluhan iritasi Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam
mata pada pengguna kolam renang Tirta Renang, Solus Per Aqua, dan
Kartika (Gaperta) Kecamatan Helvetia Tengah Pemandian Umum. In 2017.
Kabupaten Medan Helvetia Kota Medan 6. Hlavsa MC, Roberts VA, Kahler AM,
Tahun 2018. Hilborn ED, Wade TJ, Backer LC, et al.
Recreational water-associated disease
SARAN outbreaks--United States, 2009-2010.
Pengguna kolam renang diharapkan MMWR Morb Mortal Wkly Rep.
menjaga kebersihan personal sebelum 2014;63(1):6–10.
berenang dan dihimbau untuk menggunakan 7. Association GO. Pool Chemicals May
alat pelindung diri seperti kacamata renang Cause “Chemical Conjungtivitis and
sewaktu melakukan aktivitas berenang untuk Keratitis. 2013;
menghindari gangguan iritasi mata yang dapat 8. Burhanudin I. Analisis Klorin Terhadap
terjadi akibat kontak dengan air kolam renang Keluhan Iritasi Mata Pada Pengguna
dan pengelola kolam renang diharapkan selalu Kolam Renang Pemerintah Di Jakarta
menjaga kebersihan lingkungan kolam renang Selatan Tahun 2015. In Jakarta; 2015.
dan rutin melakukan pemantauan terhadap p. 1–125.
kualitas air kolam renang termasuk kadar 9. Cita DW, Adriany R. Kualitas Air dan
klorin. Keluhan Kesehatan Pengguna Kolam
Renang di Sidoarjo. Kesehat Lingkung.
UCAPAN TERIMA KASIH 2013;7:26–31.
Terima kasih kepada seluruh Staf dan 10. Wicaksono,B., Budiyono., dan Setiani
pengelola Kolam Renang Tirta Kartika O. Faktor Risiko Kejadian Iritasi Mata
(Gaperta) yang telah membantu dan memberi Pada Pengguna Kolam Renang X di
izin peneliti melakukan penelitian hingga Kota Semarang. Kesehat Masy.
selesai. 2016;72(10):1–13.
11. Harariet, F. Darmiah. Santoso I.
DAFTAR PUSTAKA Hubungan Jumlah Perenang Dengan
1. Sumantri A. Kesehatan Lingkungan. Kandungan Sisa Klor Pada Air Kolam
Cetakan ke. Jakarta: Prenada Media Renang Antasari Banjar Baru. J
Group; 2013. Kesehat Lingkung Poltekkes
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. Kemenkes. 2017;14(1):286–96.
061/MENKES/PER/I/1991 Tahun 1991 12. Światowa Organizacja Zdrowia. World
tentang Persyaratan Kesehatan Kolam Health Organization (WHO).Guidelines
Renang dan Pemandian Umum. In. for Safe Recreational Environment,
3. Bernard, Alfred., Carbonnelle, S., Volume 2 Swimming Pools and Similar
Michel O. Lung Hyperpermeability and Environments. Geneva. 2006;1:219.
Asthma Prevalence In Scholl Children : 13. Chandra B. Pengantar Kesehatan
Unexpected Assosiations With thr Lingkungan. Vol. 1, EGC. Penerbit
Attendance at Indoor Clorinated Buku Kedokteran; 2012. 111123 p.
Swimming Pools, Journal of 14. Muhammad I. Panduan penyusunan

9
Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan
Menggunakan Metode Ilmiah.
Bandung: Cita Pustaka Media Perintis;
2015.
15. Permana T, Suryani D. Hubungan sisa
klor dengan keluhan iritasi kulit dan
mata pada pemakai kolam renang hotel
di wilayah kota yogyakarta. J Kesehat
Masy. 2013;7 (1):1–6.
16. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit
Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;
2014. 77 p.
17. Effendi H. Telaah Kualitas Air bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. KANISIUS
(anggota IKAPI). Yogyakarta; 2003.
11-12 p.
18. Vaughan dan Abury. Oftalmologi
Umum (Vaughan & Asbury’s general
opthalmology). In: 17th ed. Jakarta:
EG; 2009.
19. Island Empire Swimming. Stinging
Eyes in Swimming pools. 2014;
20. Emma IW. Pengaruh Kualitas Air
Kolam Renang Terhadap Keluhan
Kesehatan Pengguna Pada Kolam
Renang Tirta Lontar Makassar.
2010;5(1976):1–73. Available from:
http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/2080/1/Emma Widiatmy
Ismail.pdf
21. Bayu Wicaksono, Budiyono OS. Faktor
Risiko Kejadian Iritasi Mata pada
Pengguna Kolam Renang X di Kota
Semarang. 2016;4:852–8.
22. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2012. 131-137 p.
23. BTKLPP. Profil Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan
Pengendalian Penyakit (BTKLPP).
Pusat Laboratorium Kimia; 2017.
24. Azizaturrahmah F. Hubungan Keluhan
Iritasi Mata dengan Lama Kontak dan
Kadar Klorin Pada Air Kolam Renang
Universitas Lampung. 2018.

10

Anda mungkin juga menyukai