Anda di halaman 1dari 6

Protobiont (2015) Vol.

4 (1) : 52-57

Efektivitas Ekstrak Metanol Daun Sembung Rambat


(Mikania micrantha Kunth) Terhadap Pertumbuhan Jamur
Candida albicans
Raniyanti Rieska Alfiah1, Siti Khotimah1, Masnur Turnip1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
Pontianak
Email korespondensi: rieska.alfiah@gmail.com

Abstract
Candida albicans is a fungus which commonly found in the human body and can cause candidiasis disease
with varies symptoms. One of the potential anti fungal plant is Mikania micrantha Kunth leaves. The
purpose of this study was to determine the ability of M. micrantha fungus. The anti fungal activity tests on
M. micrantha leaves were conducted by using Kirby-Bauer smear method. The test were carried out with 7
treatments, ie : negative control, solvent control (DMSO 10%), posiive control (ketokonazole 2%),
concentrate of M. micrantha leaves extract as much as 20%, 25%, 30%, 35% and 40%. From the result on
30% anti fungal concetration, it showed that the activity level was very strong. This case shows that 30%
concentrate of M. micrantha leaves extract is the most potential concentrate to inhibit the growth of C.
albicans fungus.

Keywords: methanol extract, Mikania micrantha, Candida albicans, Kirby-Bauer

PENDAHULUAN kaya akan berbagai sumber flora. Pemakaian


bahan yang bersumber dari alam memiliki tingkat
Candida adalah jamur golongan khamir yang keamanan relatif lebih kecil bila digunakan secara
paling umum ditemukan di rongga mulut, saluran benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu
pencernaan, saluran reproduksi dan kulit penggunaan, dan cara penggunaannya (Mulyani,
khususnya spesies Candida albicans. Pada rongga 2004).
mulut jumlah C. albicans berkisar antara 100-500
koloni permilimeter saliva. Jamur C. albicans Salah satu jenis tumbuhan yang mempunyai
akan berubah patogen ketika jumlahnya berlebih potensi untuk dikembangkan menjadi sediaan
di dalam tubuh. Saat kondisi imun tubuh manusia fitofarmaka yaitu daun sembung rambat
menurun jamur C. albicans akan menyebabkan (Mikania micrantha). Berdasarkan penelitian
penyakit kandidiasis. Kandidiasis merupakan Haisya et al., (2013) daun M. micrantha dapat
suatu penyakit yang banyak menginfeksi manusia menghambat beberapa pertumbuhan bakteri dan
dengan gejala bervariasi tergantung pada bagian hasil analisis fitokimia ekstrak daun M. micrantha
tubuh yang terinfeksi. Penyakit ini dapat mengandung zat aktif dalam bentuk metabolit
menginfeksi bagian lipatan kulit (intertriginosa), sekunder seperti alkaloid, saponin, steroid, tanin,
bagian vagina (vulvovaginitis), bagian dalam dan terpenoid. Beberapa kandungan metabolit
rongga mulut (thrush), dan bagian kuku sekunder dapat digunakan untuk menghambat
(paronikia). Menurut Nolte (1982), kandidiasis pertumbuhan jamur. Penelitian terhadap daun
terjadi di seluruh dunia dan menyerang usia 20-60 M. micrantha sebagai antijamur untuk
tahun baik laki-laki maupun perempuan. menghambat pertumbuhan jamur C. albicans
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu perlu
Masyarakat saat ini cenderung melakukan adanya pengujian aktivitas antijamur ekstrak
pengobatan secara tradisional menggunakan metanol daun M. micrantha terhadap pertumbuhan
tumbuhan herbal dibandingkan menggunakan obat jamur C. albicans.
sintetik. Hal tersebut disebabkan obat sintetik
yang relatif mahal dan dapat menimbulkan efek Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
samping contohnya seperti gangguan pada ginjal, kemampuan ekstrak metanol daun M. micrantha
gangguan pada jantung dan gangguan pada liver dalam menghambat pertumbuhan jamur C.
(Gholib, 2009). Pemanfaatan sumber obat dari albicans. Selain itu, untuk mengetahui konsentrasi
alam sangat memungkinkan di Indonesia yang minimum ekstrak daun M. micrantha yang baik
52
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 52-57

dalam menghambat pertumbuhan jamur C. sampai semua metanol menguap sehingga


albicans. diperoleh ekstrak metanol kental sebanyak 38 g.
. Ekstrak kental dimasukkan ke dalam wadah steril,
BAHAN DAN METODE selanjutnya disimpan di dalam desikator silika gel
(Elin et al., 2006).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan di Pembuatan media
Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam media selektif SDA (Saboured Dextrose Agar).
serta proses evaporasi dilakukan di Laboratorium Pembuatan media dilakukan dengan
Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan Universitas mencampurkan 40 g dextrose, 15 g agar, dan 10 g
Tanjungpura Pontianak. pepton yang dilarutkan dalam 1 L akuades dan
ditambah 1% streptomycin. Setelah itu dilakukan
Bahan Penelitian sterilisasi dengan autoklaf sebelum digunakan
Bahan yang digunakan adalah daun sembung (Hendra, 2011).
rambat (Mikania micrantha) diambil dari
perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Persiapan Kultur Murni Jamur Uji
Khatulistiwa di Jalan 28 Oktober Kota Pontianak, Kultur murni jamur C. albicans diinokulasikan
biakan Candida albicans diperoleh dari sebanyak satu ose pada medium agar miring SDA
Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak, akuades dalam tabung reaksi dengan cara digoreskan
steril, alkohol 70%, DMSO (Dimetil Sulfoksida), secara aseptik, kemudian diinkubasikan selama 24
ketokonazol 2%, media Natrium Broth (NB), jam pada suhu 37oC.
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA), metanol
pvro analisis (p.a), dan spritus. Prekultur jamur
Satu ose kultur jamur dari agar miring SDA
Prosedur Kerja dipindahkan ke dalam medium cair NB sebanyak
Persiapan Sampel 10 ml yang sudah disterilisasi. Tabung biakan
Sampel yang digunakan adalah daun M. kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24
micrantha. Daun M. micrantha ditimbang jam.
sebanyak 5 kg kemudian disortasi basah dan
dicuci dengan air mengalir. Sampel daun Pembuatan Larutan Sampel
kemudian dikeringanginkan pada tempat yang Ekstrak daun M. micrantha dibuat dalam 5 taraf
tidak terkena sinar matahari secara langsung konsentrasi yaitu 20%, 25%, 30%, 35%, dan 40%
selama kurang lebih 7 hari hingga daun berwarna (g/ml). Konsentrasi uji dibuat dengan cara
kecoklatan. Sampel yang sudah kering kemudian menimbang ekstrak masing-masing 0,20g, 0,25g,
dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang 0,30g, 0,35g, dan 0,40g dengan timbangan analitik,
dengan timbangan analitik sebanyak 200 g. kemudian masing-masing dilarutkan dengan
v pelarut DMSO (Dimetil Sulfoksida) 10%
Pembuatan Ekstrak Daun Sembung Rambat (M. sebanyak 1 ml. Kontrol positif menggunakan
micrantha) ketokonazol 2% dibuat dengan cara menimbang
Pembuatan ekstrak daun M. micrantha 0,02g ketokonazol kemudian dilarutkan dengan
menggunakan metode maserasi, serbuk daun akuades steril sebanyak 1 ml. Kontrol negatif
sembung rambat sebanyak 200 g direndam dalam menggunakan aquades steril 1 ml tanpa ekstrak.
1000 ml metanol pada suhu 25-30°C dan terhindar Selanjutnya diujikan pada setiap unit percobaan
dari cahaya matahari langsung. Proses maserasi sesuai dengan rancangan percobaan.
dilakukan selama 3x24 jam, dan dilakukan
pengadukan setiap 1x24 jam dengan Pengujian Mikrobiologis
menggunakan batang pengaduk. Larutan Penentuan aktivitas antijamur C. albicans
kemudian difiltrasi dengan menggunakan kain dilakukan dengan metode apus Kirby-Bauer
serbet sehingga diperoleh maserat (Rahmawati, dengan menggunakan kertas cakram. Metode ini
2010). dilakukan dengan prosedur yaitu media agar SDA
sebanyak 20 ml dituangkan masing-masing ke
Semua maserat dari hasil penyaringan dalam 7 buah cawan petri dan dibiarkan hingga
dikumpulkan menjadi satu dan diuapkan dengan padat, setelah itu ditambahkan 0,1 ml inokulum
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40°C C. albicans. Permukaan media diapus dengan
dengan kecepatan putaran 56 rpm dan suhu 45ºC cotton bud hingga tersebar merata. Kertas cakram
53
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 52-57

steril dimasukkan pada botol vial yang berisi


ekstrak daun M. micrantha dengan berbagai taraf Analisis Data
konsentrasi dan dibiarkan selama 15 menit. Data diperoleh melalui pengukuran diameter zona
Setelah itu, kertas cakram diletakkan di atas hambat dari tiap-tiap konsentrasi ekstrak pada hari
lempeng agar menggunakan pinset. Masing- kedua inkubasi. Dari setiap perlakuan dianalisa
masing cawan petri ini diinkubasi selama 1x24 dengan Analysis of Variance (ANOVA) SPSS 18.
jam pada suhu 37ºC. Zona hambat pertumbuhan di Apabila diperoleh hasill yang berbeda nyata maka
sekeliling kertas cakram menunjukkan uji positif dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan taraf
dan diameter zona hambat diukur menggunakan kepercayaan α = 0,05.
mistar. Jarak kertas saring antara satu dengan yang
lainnya sebesar 3 cm dari tepi media sebesar 2 cm. HASIL DAN PEMBAHASAN
Skema peletakan kertas saring dapat dilihat pada
Hasil
Gambar 1.
Koloni jamur Candida albicans yang tumbuh
pada masing-masing perlakuan menunjukkan
adanya perbedaan yang terlihat dari rerata
A diameter zona hambat setelah inkubasi selama 24
1 2
jam. Berdasarkan rerata zona hambat yang
2 cm
dibandingkan dengan kategori respon hambatan
3 4 koloninya dapat diketahui bahwa diameter zona
hambat tertinggi pada konsentrasi 40% dengan
nilai rerata sebesar 2,50 cm dan diameter zona
3 cm B hambat terendah pada konsentrasi 20% dengan
nilai rerata sebesar 1,20 cm konsentrasi perlakuan
30%, 35%, dan 40% menunjukkan respon
Gambar 1. Peletakan kertas saring pada media uji,
hambatan sangat kuat terhadap pertumbuhan
(a) Kertas cakram ; (b) Cawan petri koloni jamur (Tabel 2).
(Waluyo, 2007).
Tabel 2. Aktivitas daya hambat ekstrak daun
Pengukuran diameter zona hambat dilakukan M. micrantha terhadap jamur C.
albicans
untuk menentukan kekuatan daya hambat ekstrak
Respon
daun M. micrantha terhadap pertumbuhan jamur C. Perlakuan Rerata Zona
Hambatan
albicans. Penentuan kategori respon hambatan (%) Hambat ( cm )
Koloni Jamur
pertumbuhan menurut Puthera et al., (2007) dapat 20 1,20a Sedang
dilihat pada Tabel 1. 25 1,85b Kuat
30 2,47c Sangat Kuat
Tabel 1. Klasifikasi respon hambatan pertumbuhan 35 2,32bc Sangat Kuat
jamur 40 2,50c Sangat Kuat
Respon Hambatan Ketokonazol 2 2,62c Sangat Kuat
Diameter Zona Bening
Pertumbuhan Keterangan: angka yang ditandai dengan huruf yang
> 2 cm Sangat Kuat sama pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh
1,6 – 2 cm Kuat yang sama atau memiliki nilai yang tidak berbeda nyata
1 – 1,5 cm Sedang pada taraf kepercayaan 95%.
< 1 cm Lemah
Hasil analisis nilai persentase aktivitas zona
hambat ekstrak daun M. micrantha menunjukkan
Parameter Pengukuran pengaruh yang berbeda nyata dalam menghambat
Pengamatan aktivitas antijamur ekstrak daun pertumbuhan jamur C. albicans (F6,21=26,182;
M. micrantha terhadap jamur C. albicans P=0,000; ANAVA). Perlakuan ketokonazol tidak
dilakukan selama 24 jam. Parameter yang diukur berbeda nyata dengan konsentrasi 30%, 35%, dan
adalah diameter zona hambat yang terbentuk pada 40% namun berbeda nyata dengan konsentrasi
tepi daerah kertas cakram. Pengukuran zona 20% dan 25%. Konsentrasi 25% tidak berbeda
hambat yang terbentuk dilakukan dengan nyata dengan konsentrasi 35%. Konsentrasi 20%
mengukur diameter zona bening yang terbentuk merupakan konsentrasi terendah yang
dengan menggunakan penggaris. Setelah itu zona memberikan respon hambatan sangat kuat
hambat yang terbentuk dibandingkan dengan
diameter zona hambat kontrol positif ketokonazol.
54
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 52-57

sehingga dapat dinyatakan sebagai konsentrasi sel jamur yaitu protein, asam nukleat dan
efektif (Tabel 2). nukleotida (Ganiswarna, 1995).

Pembahasan Steroid dapat menghambat pertumbuhan jamur,


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan baik melalui sitoplasma maupun mengganggu
diperoleh hasil bahwa ekstrak daun M. micrantha pertumbuhan dan perkembangan spora jamur.
mampu menghambat pertumbuhan jamur C. Subhisha (2005) menyatakan bahwa steroid dapat
albicans. Hal ini dapat dilihat dari adanya zona berfungsi sebagai antijamur karena sifat lipofilik
hambat yang terbentuk akibat aktivitas antijamur. yang dimiliki oleh steroid dapat menghambat
Besar kecilnya zona hambat tersebut dipengaruhi perkecambahan spora pada jamur.
oleh konsentrasi ekstrak yang diberikan. Mujim
(2010) menyatakan bahwa meningkatnya Mekanisme antijamur yang dimiliki tanin yaitu
konsentrasi ekstrak menyebabkan meningkatnya kemampuannya menghambat sintesis kitin yang
kandungan bahan aktif yang berfungsi sebagai digunakan untuk pembentukan dinding sel pada
antijamur sehingga kemampuannya dalam jamur dan merusak membran sel sehingga
menghambat pertumbuhan suatu jamur juga pertumbuhan jamur terhambat (Watson dan
semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan pada Preedy, 2007). Najib (2009) menyatakan bahwa
konsentrasi 35% mengalami penurunan dengan tanin merupakan senyawa yang bersifat lipofilik
rerata 2,32 cm (Tabel 2). Menurut Dewi (2010), sehingga mudah terikat pada dinding sel dan
kenaikan dan penurunan zona hambat yang tidak mengakibatkan kerusakan dinding sel jamur.
sama dapat disebabkan oleh sifat kelarutan zat
aktif pada ekstrak dan perbedaan kecepatan difusi Cowan (1999) dan Panda (2010) menyatakan
pada media agar. terpenoid yang bersifat lipofilik dapat
menghambat pertumbuhan jamur dengan
Senyawa antijamur mempunyai berbagai mengganggu proses terbentuknya membran atau
mekanisme penghambatan terhadap sel jamur. dinding sel jamur, dapat melarutkan lipid yang
Djunaedy (2008) menyatakan bahwa senyawa terdapat dalam membran sel dan mengganggu
antijamur memiliki mekanisme kerja dengan cara transport nutrisi yang dapat menyebabkan
menetralisasi enzim yang terkait dalam invasi membran sel kekurangan nutrisi sehingga terjadi
jamur, merusak membran sel jamur, menghambat kerusakan sel.
sistem enzim jamur sehingga mengganggu
terbentuknya ujung hifa dan mempengaruhi Peningkatan konsentrasi ekstrak daun M.
sintesis asam nukleat dan protein. micrantha mempengaruhi diameter zona hambat
yang terbentuk, diameter zona hambat yang
Adanya zona hambat pada masing-masing berbeda-beda menunjukkan kemampuan ekstrak
perlakuan konsentrasi ekstrak daun M. micrantha yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan
karena adanya zat-zat aktif atau senyawa jamur uji. Perbedaan diameter zona hambat ini
metabolit sekunder yang terkandung seperti dapat disebabkan adanya perbedaan kandungan
alkaloid, saponin, steroid, tanin, dan terpenoid metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak.
yang dapat menghambat pertumbuhan jamur C. Hal ini sesuai dengan pendapat Prescott (2005)
albicans. Masing-masing senyawa metabolit yang menyatakan bahwa ukuran dari zona hambat
sekunder memiliki cara kerja yang berbeda-beda dipengaruhi oleh perbedaan besar kecilnya
(Fitriani et al., 2012). konsentrasi ekstrak. Faktor lain yang
mempengaruhi perbedaan zona hambat yaitu
Mekanisme kerja senyawa alkaloid pada ekstrak temperatur inkubasi, waktu pemasangan cakram
daun M. micrantha dapat menghambat respirasi dan jarak cakram antimikroba.
sel jamur (Aniszewki, 2007). Adegoke dan
Adebo-tayo (2009) juga menyatakan bahwa Peningkatan konsentrasi juga memberikan
senyawa alkaloid dapat menghambat sintesis asam pengaruh terhadap respon hambatan. Semakin
nukleat, protein, dan membran fosfolipid. tinggi konsentrasi maka respon hambatan semakin
kuat. Pada konsentrasi 25% sudah menunjukkan
Senyawa saponin dapat mengganggu stabilitas respon hambatan yang kuat (Tabel 2).
membran sel pada jamur yang mengakibatkan Berdasarkan respon hambatan tersebut dapat
kerusakan membran sel dan menyebabkan dinyatakan bahwa ekstrak daun M. micrantha
keluarnya berbagai komponen penting dari dalam memiliki sensitivitas yang tinggi dalam
menghambat pertumbuhan jamur C. albicans.
55
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 52-57

Menurut Hermawan et al., (2007) interpretasi digunakan dalam pengobatan kelainan atau infeksi
daerah hambatan pertumbuhan antimikroba yang disebabkan oleh jamur.
mengacu pada standar umum yang di keluarkan
Departemen Kesehatan (1988) disebutkan bahwa Menurut Tjay dan Rahardja (2007) pada antijamur
mikroba dikatakan peka terhadap antimikroba asal ketokonazol dapat menekan aktivitas berbagai
tanaman apabila mempunyai ukuran diameter jenis jamur, mekanisme penghambatannya yaitu
daya hambatan sebesar 1,2-2,4 cm. pada biosintesis ergosterol dalam sel jamur
dengan menghambat enzim, menimbulkan
Ekstrak daun M. micrantha memberikan efek ketidakteraturan membran sel jamur dengan cara
penghambatan yang besar terhadap pertumbuhan mengubah permeabilitas membran dan mengubah
jamur C. albicans. Konsentrasi 20% sudah dapat fungsi membran dalam proses pengangkutan
memberikan respon hambatan yang sangat kuat senyawa-senyawa essensial yang dapat
dengan diameter zona hambat sebesar 1,20 cm. menyebabkan ketidakseimbangan metabolik
Zona hambat yang terbentuk lebih besar sehingga mengganggu sintesis ergosterol yang
dibandingkan dengan hasil penelitian Sulistyawati merupakan komponen penting dari membran sel
dan Mulyati (2009) yang menggunakan ekstrak jamur.
daun jambu mete (Anacardium occidentale) untuk
menghambat pertumbuhan jamur C. albicans.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan DAFTAR PUSTAKA
bahwa ekstrak M. micrantha lebih efektif dalam
menghambat pertumbuhan jamur C. albicans. Adegoke, A.A. & Adebayo-tayo, B.C, 2009,
Antibacterial activity and phytochemical
Perlakuan konsentrasi ekstrak daun M. analysis of leaf extracts of Lasienthera
micrantha dan kontrol positif yaitu ketokonazol africanum, African Journal of Biotechnology,
Vol 3, No 3 hal 156, diakses 13 Oktober 2014
dalam penelitian menunjukkan adanya zona
<http//academicjournals.org/article/article13803
hambat, artinya ekstrak daun M. micrantha 73601_Adegoke%20and%20Adebayo.pdf>
memiliki keefektifan yang hampir sama dengan Aniszewki, T. 2007. Alkaloid-secrets of life, Elsevier,
kontrol positif dalam menghambat pertumbuhan Amsterdam, pp. 187
jamur C. albicans. Pada konsentrasi 20% sampai Borgers, M, van de Bossche, H, Brabande, M, 1983,
40% memiliki respon daya hambat sama dengan ‘The mechanism of action of the new anti-
ketokonazol (Tabel 2). Konsentrasi 20% mycotic ketokonazole’, American Journal of
merupakan konsentrasi minimum yang Medicine, Vol 24, No 74, hal 2 - 4, diakses 18
memberikan respon hambatan sangat kuat Oktober 2014,
sehingga dinyatakan sebagai konsentrasi efektif. <http//ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6295147.pdf>
Cowan, M.M., 1999, Plant products as antimikrobial
Menurut Fitriyani et al., (2013) konsentrasi efektif
agents, Clinical Microbiology Review, 12 (4) :
adalah konsentrasi minimum yang dapat 564 – 582, diakses 15 Agustus 2014
memberikan respon hambatan yang sangat kuat. <http: //www. heart-ntl.net/HEART/120104/Plant
Productsas Antimicrobi.pdf>
Penggunaan kontrol positif ketokonazol pada Departemen Kesehatan, 1988, Inventaris obat
penelitian ini dikarenakan ketokonazol memiliki Indonesia Jilid I, Badan Penelitian dan
mekanisme menghambat jamur C. albicans yang Pengembangan Kesehatan, Departemen
hampir sama dengan senyawa aktif pada ekstrak Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
daun M. micrantha yaitu menghambat enzim dan Dewi, F. H. 2010. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol
mengganggu permeabilitas membran. Zona buah mengkudu terhadap bakteri pembusuk
daging, Skripsi, Universitas Sebelas Maret
hambat yang terbentuk pada perlakuan
Jakarta
ketokonazol sebesar 2,6 cm hasil ini tidak jauh Djunaedy, A, 2008, ‘Aplikasi fungisida sistemik dan
berbeda dengan hasil penelitian Sudrajad dan Azar pemanfaatan mikoriza dalam rangka
(2009) yang menunjukkan pemberian ketokonazol pengendalian patogen tular tanah pada tanaman
pada jamur C. albicans dapat menghambat dengan kedelai (Glycine max L.)’, Embryo, vol. 5, no. 2,
membentuk zona hambat sebesar 2,4 cm. Hal ini hal. 1-9, diakses 7 Desember 2013,
disebabkan ketokonazol aktif terhadap <http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wpcontent/uplo
kebanyakan jamur patogen termasuk dermatofit ads/2012/03/3-JUNED-EMBRYO.pdf>
dan ragi. Selain itu, menurut Borgers et al., (1983), Elin, EY, Suwendar & Ernita Ekawati, 2006, Aktivitas
ketokonazol juga memiliki toksisitas yang rendah ekstrak etanol herba seledri (Apium graveolens)
dan daun urang aring (Eclipta prostata (L.)L.)
bagi tubuh dan dapat ditoleransi dengan baik oleh
tubuh. Hal ini menyebabkan ketokonazol banyak
56
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 52-57

terhadap Pityrosporum ovale, Skripsi, Institut Najib, A. 2009, Tanin, diakses 26 September 2014
Teknologi Bandung, Bandung <http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/tan
Fitriani, A, Aryani, A, Yusuf, H & Permatasari, Y, in.pdf>
2012. ‘The Exploration of Ketosynthase Gene Nolte AW, 1982, Oral microbiologi, 4 ed, The C.V
on Endophytic Bacterial Root of Vetiveria Mosby co, St Louis, Toronto, London h. 523- 32
zizanioides L’, International Journal of Basic & Panda, K., S.S. Brahma and K. Dutta, S., 2010,
Applied Sciences, vol.13, no.04, hal. 112-119, Selective antifungal action of crude extracts of
diakses 17 Oktober 2014, cassia fistula L.: A preltminary study on
<http://www.ijens.org/Vol_13_I_04/138604- Candida and Aspergillus spesies, Malaysian
5757-IJBAS-IJENS.pdf> Journal of Microbiology, 6(1):62-68, diakses 18
Fitriani, S, Raharjo & Guntur T, 2013, ‘Aktivitas September 2014
Antifungi Ekstrak Daun Kedondong <http://web.usm.my/mjm/issues/vol6no1/researc
(Spondias pinnata) dalam Menghambat h9.pdf>
Pertumbuhan Aspergillus flavus’, LenteraBio, Prescott, L.M, Harley, J.P dan Klein, D.A., 2005,
vol. 2, no. 2, hal. 125-129, diakses 7 September Microbiology, Ed Ke-6, Mc- Graw-Hill, New
2014 <http://ejournal.unesa.ac.id/> York
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan terapi, Penerbit Puthera, A, G.N Agung dan A.S Duniaji, 2007,
EGC Kedokteran, Jakarta, Hal, 800-810 Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Gholib, D, 2009, ‘Daya hambat ekstrak kencur Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga) Terhadap
terhadap pertumbuhan jamur Trichophyton Pertumbuhan Aspergillus flavus pada Kacang
mentagrobhytes dan Cryptococcus neoformans Tanah (Arachis hypogaea L.)., Vol. 4, No. 2,
jamur penyebab penyakit kurap pada kulit dan Hal. 131-136, diakses 5 Juni 2014,
penyakit paru’, Bul. Littro, vol. 20, no.1, hal. 59- <http://www.Id.Scribd.Com/>
67, diakses 15 September 2014 Rahmawati, R, 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Metanol
<http://balittro.litbang.pertanian.go.id/ind/image Rhizoma Alang-alang (Imperata cylindrical (L.)
s/publikasi/bul.vol.20.no.1/7-kencur.pdf> Beauv) terhadap Pertumbuhan Escherichia coli
Haisya, Nisa, Asfi, RL & Riris, PS, 2013, ‘Sembung dan Staphylococcus aureus, Skripsi, Universitas
rambat (Mikania micrantha H.B.K.) as natural Tanjungpura, Pontianak
alternative antibacterial and its study against Subhisha, S. 2005. Antifungal activities of a steroid
bacterial common as causative agent in cattle from Pallavicinia lyllii a Liverwort. Tropical
mastitis in indonesia’, vol 6, no 73, hal 2, Botanic Garden and Research Institute
diakses 17 Nopember 2013 Sudrajat, Heru & F. Azar, 2009, ‘Uji aktivitas antifungi
<http://cisak.perpika.kr/wpcontent/uploads/2013 minyak atsiri rimpang temulawak
/07/2013-73.pdf> (Curcuma xanthorriza Roxb.) secara in vitro
Hendra, H, 2011, Aktivitas antifungi ekstrak metanol terhadap Candida albicans’, Badan Penelitian
kulit buah langir (Xanthophyllum obscurum dan Pengembang Kesehatan Kementerian
A.W. Benn) terhadap jamur Pityrosporum ovale Kesehatan RI, diakses 2 September 2014
penyebab ketombe, Skripsi, Universitas <http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php
Tanjungpura, Pontianak /ilmuFarmasidanklinik/article/view/384>
Hermawan, A., Hana, E., dan Tyasningsi, W. 2007. Sulistyawati, D dan S. Mulyati, 2009. Uji Aktivitas
Pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L.) Antijamur Infusa Daun Jambu Mete
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus (Anacardium occidentale L.) Terhadap
dan Escherichia coli dengan metode difusi disk, Candida albicans, Biomedika Vol 2, Hal, 47-51,
Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas diakses 7 Agustus 2014,
Airlangga. Surabaya <http://himamia.mipa.uns.ac.id/wpcontent/uploa
Mujim, S, 2010, ‘Pengaruh ekstrak rimpang jahe ds/2012/08/21094751.pdf>
(Zingiber officinale Rosc.) terhadap Tjay, T. H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-obat penting :
pertumbuhan Pythium sp. penyebab penyakit khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya,
rebah kecambah mentimun secara in vitro’, Edisi IV
Jurnal HPT Tropika, vol. 10, no. 1, hal. 59-63, Waluyo, L 2007, Mikrobiologi Umum, Edisi Revisi,
diakses 27 Oktober 2014 UPT, Penerbit Universitas Muhammadiyah
<http://journal.unila.ac.id/> Malang
Mulyani, S, Gunawan, D, 2004, Ilmu obat alam Watson, R. R. dan Preedy, V. R. 2007. Bioactive foods
(Farmakognosi), Jilid I, Penerbit Penebar in promoting health: probiotics and prebiotics.
Swadaya, Jakarta Academic Press. USA

57

Anda mungkin juga menyukai