Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HUKUM PIDANA ISLAM

KETETAPAN SANKSI ZINA DI DAERAH ISTIMEWA ACEH DALAM


QANUN ACEH NO 6 TAHUN 2014

DISUSUN OLEH: POPPY ASTARI

NIM: 160101077

UNIVERSITAS SAMUDRA

FAKULTAS HUKUM
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Propoganda pergaulan bebas dan zina benar benar membuat negri ini semakin rusak.

Marak nya zina dikalangan remaja,muda maupun tua menjadi permasalahan serius yang dapat
merusak moral bangsa. Walaupun dalam hukum islam maupun hukum nasional telah di tetapkan
mengenai sanksi hukuman zina namun masih saja banyak yang melakukan pelanggaran tersebut.
Pada perbuatan semacam ini perlu adanya u’qubah (Hukuman) yang harus di tetapkan
pemerintah untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku dan menghindari agar perbuatan tersebut
1
dihindari oleh orang lain,

Zina adalah perbuatan persetubuhan antara laki laki dan perempuan yang tidak terikat
pernikahan atau perkawinan. Yang dimana pelaku zina melakukan perzinahan tersebut secara
illegal demi memuaskan nafsu birahi dan dapat merusak kehormatan manusia itu sendiri.
Walaupun larangan zina sudah jelas di tetapka Allah SWT namun masih saja banyak manusia
yang yang tergodan dan terpikat ,karna itulah yang menjadi target utama iblis menjerumuskan
anak cucu adam. Larangan zina sebagaimana diatur dalam firman Nya “ Dan jangan lah kamu
mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk”
(Qs.Al-Isra Ayat 32) maknanya larangan zina amat sangat ketat dalam islam,bahkan
mendekatinya saja tidak boleh apalagi sampai melakukannya.melanggar ketetapan Nya, karena
zina dikemas sedemikian oleh para iblis sehingga banyak manusia yang terjerumus.

Mengapa zina dilarang? Islam melarang tindakan perzinahan karena dampak negatifnya
yang sangat besar. Konsekuensi buruk yang timbul dari perzinaan termasuk: Hancurkan masa
depan anak. Seorang anak yang dihasilkan dari perselingkuhan (perselingkuhan) akan
menghadapi ketidakbahagiaan masa kecilnya karena ia tidak memiliki identitas identitas yang
jelas. Menghancurkan anak sah ketika perzinahan menghasilkan anak atau lebih. Keturunan yang
sah menurut Islam adalah anak-anak yang lahir dari pernikahan yang sah. Jika hubungan gelap
dilakukan dengan dua pria atau lebih, itu akan mengaburkan hubungan nasab atau keturunan
dengan ayah kandung. Mendorong tindakan berdosa besar lainnya, seperti membatalkan konten,
membunuh wanita yang hamil karena perzinahan, atau bunuh diri karena malu mereka telah
melakukan perzinaan. Ini menciptakan berbagai jenis penyakit menular seksual seperti AIDS,
jika perzinaan dilakukan dengan mengubah pasangan. Meskipun saat ini tidak ada perangkat
keamanan, itu tidak menjamin penyakit menular menular gratis.2

Inilah mengapa islam melarang keras perbuatan zina yang ber efek pada dampak buruk
bagi jiwa,raga maupun social. Setelah kita melihat uraian diatas,kita dapat melihat bahwa zina
adalah dosa besar dalam islam dan merupakan permasalahan yang serius yang harus
ditanggulangi dengan penerapan Qanun yang berisi sanksi ketetapan hukuman yang sangat
efektif untuk mengurangi hingga memberantas tingkat perzinahan yang terjadi di seluruh
provinsi Aceh. Maka dalam makalah ini akan di uraikan secara sederhana mengenai isi pada
ketetapan Qanun Aceh No.6 tahun 2014.

RUMUSAN MASALAH:

1. Bagaimana ketetapan sanksi zina dalam Qanun Aceh tahun 2014 pasal 33 ayat (1) ?

TUJUAN PENELITIAN:

1. Sebagai pengetahuan ilmu untuk memahami ketetapan hukuman dalam Qanun Aceh no 6
tahun 2014 pasal 33 ayat (1)
2. Menganalisis hukuman yang berlaku di provinsi Aceh terhadap pelaku zina muhshan dan
zina ghairu muhson

2
https://www.ridwanaz.com/2012/06/pengertian-zina-dampak-negatif-perzinaan-dan-cara-menghindari-
zina.html
PEMBAHASAN

BAB II
Pengertian Zina

Zina berarti hubungan kelamin antara seorang laki laki dengan seorang perempuan tanpa
ikatan perkawinan. Tidak masalah apakah salah satu pihak atau kedua nya telah memiliki
pasangan hidup nya masing masing atau pun belum menikah sama sekali. Selain itu,zina juga
berarti setiap persetubuhan yang terjadi bukan karena persetubuhan yang sah,bukan karna
syubhat,bukan pula karna kepemilikan (budak)3. Zina dalam qanun jinayat terbagi dua; zina
muhson yaitu persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki laki dan seorang perempuan yang
sudah menikah lalu melakukan perzinahan dengan yang bukan miliknya, sedangkan zina ghairu
muhson yaitu persetubuhan yang dilakukan oleh seorang seorang laki laki dengan seorang
perempuan yang belum menikah .

Zina yang didefinisikan dalam Qanun Aceh No 6 Tahun 2014 tentang hukum jinayat
adalah; persetubuhan antara seorang laki laki atau lebih dengan seorang perempuan atau lebih
tanpa ikatan perkawinan dengan kerelaan kedua belah pihak. ketetapan zina ghairu muhson dan
zina muhson yang telah di tetap kan dalam Qanun Aceh No.6 tahun 2014 pada pasal 33 ayat (1)
yang berlaku di daerah istimewa Aceh. Yang dimana dalam Qanun ini berisi mengenai ketetapan
sanksi hukuman bagi yang melakukan suatu pelanggaran atau perbuatan dosa yang diancam
dengan Uqubat Hudud dan/takzir. Uqubat hudud adalah hukuman yang dapat dijatuhkan oleh
hakim terhadap pelaku Jarimah.

Dasar dasar larangan zina:

(Qs.Al-Isra Ayat 32)

Artinya : “ Jangan lah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji
dan suatu jalan yang buruk”

(Surat An-Nur Ayat 2)

3
A Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 308
Artinya : “ Perempuan yang berzina dan laki laki yang berzina,maka deralah tiap tiap
keduanya dengan seratus kali deraan,dan janganlah kamu belas kasihan kepada kedua
nya didalam menjalankan ketentuan agama Allah yaitu jika kamu beriman kepada Allah
dan hari akhir. Dan hendaklah dalam melaksanakan( hukuman) mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang orang beriman.

Sedang kan dasar penetapan hukum rajam adalah hadist Nabi:

” Terimalah dari ku! Terimalah dariku! Sungguh Allah telah memberi jalan bagi mereka.
Bujangan yang berzina dengan gadis, dijilid seratus kali dan diasingkan selama satu
tahun. Dan orang yang telah kawin didera seratus kali dan di rajam “

HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizy dan An-Nasai:

Dari Ibn Abbas ra. Umar ibn al-Khaththab mengajarkan, "Sesungguhnya, Allah
mengutus Nabi Muhammad. dengan haq dan juga menurunkannya ke Al-Kitab (Al-
Qur'an). Dan di antara ayat-ayat yang turun kepadanya adalah ayat rajam ("Pria yang
sudah menikah dan wanita yang sudah menikah ketika mereka melakukan perzinahan,
kemudian menusuk mereka berdua, sebagai hukuman dari Allah dan Allah yang
Mahakuasa, Bijaksana."). Kami telah membacanya dan memahaminya. Dan Rasulullah
telah diasah dan kita juga telah diasah. Saya khawatir bahwa setelah waktu yang lama
akan ada seseorang yang berkata, "Kami tidak menemukan informasi tentang rajam
dalam Alquran." Kemudian orang tersebut telah menyesatkan dengan meninggalkan
faridhah (kewajiban) yang telah Tuhan ungkapkan. Hukum rajam berlaku untuk laki-laki
dan perempuan yang berzinah, ketika diberlakukan oleh bayyinah (saksi) atau pengakuan.

Demi Allah, jangan ada yang mengatakan bahwa Umar telah menambahkan ayat Alquran.

Syarat ditetapkan nya hukum cambuk:

1. Wilayah Hukum Resmi


Hukum cambuk harus diberlakukan secara resmi terdahulu sebuah wilayah resmi yang
menjalalankan hukum itu,serta masyarakat setuju dan ridha atas pemberlakuan hukum
cambuk tersebut.
2. Adanya Mahkamah syariah
Pelaksanaan hukum tersebut hanya boleh dijalankan oleh oleh perangkat syariah yang
resmi dan sah.Mahkamah ini hanya boleh di pimpin oleh qadhi yang ahli dibidang
syariah islam,qadhi ini harus ditunjuk dan diangkat secara sah dan resmi oleh Negara
bukan sekedar pemimpin non formal.
3. Peristiwa tersebut terjadi di wilayah Hukum
Kasus zina dan kasus kasus lain nya hanya dapat dip roses hukum nya bila kejadian nya
didalam wilayah hukum yang telah menerapkan syariat islam diatas. Sebagai ilustrasi,bila
ada seorang Saudi tertangkap berzina di Indonesia,tidak bisa diproses hukum Saudi
Arabia,dan sebaliknya meski berkebangsaan Indonesia tetapi kalau berzina diwilayah
kerajaan hukum Saudi Arabia maka harus dijatuhi hukum cambuk.
4. Terpenuhi nya syarat bagi pelaku zina
Tidak semua pelaku zina bsa dijatuhi hukuman cambuk/dera,setidak tidak nya ia harus
seorang muhshan yang memenuhi syaratsyarat beriku,yaitu beragaa islam,usia nya sudah
mencapai usia baligh,sehat akalnya,berstatus orang merdeka bukan dan bukan
budak,iffah,dan sudah menikah(tazwij)
5. Kesaksian 4 orang atau pengakuan sendiri
Untuk bisa dip roses dimahkamah syariah. Kasus zina itu harus dimajukan ke meja hijau.
Hanya ada dua pintu yaitu lewat kesaksian dan pengakuan diri sendiri.
Jika melalui saksi maka harus minimal 4 orang saksi,beragama
islam,baligh,berakkal,melihat langsung terjadinya perzinahan tersebut.

Dan provinsi aceh telah memenuhi syarat syarat tersebut.Qanun ini disahkan pada tahun 2014
dan mulai berlaku efektif pada tahun 2015.

Qanun adalah ketetapan ketetapan peraturan daerah mengatur penyelenggaran pemerintah


yang berlaku di seluruh provinsi Aceh yang telah di sah kan oleh gubernur yang mendapat
persetujuan dengan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh. Umat islam di Aceh patut bersyukur atas
pemberlakuan Qanun Jinayat tersebut yang menyelamatkan kita dari dosa , jika ada yang
membenci ketetapan dalam Qanun tersebut bermakna ia membenci ketetapan Allah,karena
Qanun tersebut terisi penuh dengan hukum Allah. Aceh adalah provinsi yang menerapkan syariat
islam sudah mengatur tentang u’qubat jarimah zina (perbuatan zina) ini dalam qanun Aceh No 6
tahun 2014 tentang hukum JInayah,yang hak mengadili nya di di wewenagkan kepada
Mahkamah Syari’ah sebagai lembaga peradilan Agama dan tata beracara nya di atur dalam
Qanun No.7 tahun 2013 tentang hukum acara Jinayah.

KETETAPAN ZINA DALAM QANUN ACEH NO 16 TAHUN 2014


PASAL 33

(1) Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan Jarimah Zina,

diancam dengan 'Uqubat Hudud mencambuk 100 (seratus) kali.

Dalam pasal 33 ayat (1) Qanun Aceh No 6 Tahun 2014 tentang hukum jinayat
ditetapkan:”setiap orang dengan sengaja melakukan jarimah zina,diancam dengan uqubat hudud
cambuk 100 (seratus) kali” Qanun tersebut tidak memisahkan antara pezina muhson dan pezina
ghairu muhson seperti dalam kentuan hukum islam yang memisahkan 100 kali cambuk untuk
pezina ghairu muhson dan rajam untuk pezina muhson. Itu berarti orang yang berzina di Aceh
baik yang sudah menikah ataupun belum menikah sama berat hukuman nya yakni 100 kali
cambukan. Terdapat sedikit perbedaan mengenai ketetapan zina ghairu muhson dan pezina
muhson dalam ketetapan Hukum Pidana islam, yang dimana dalam hukum pidana islam telah
menetapkan mengenai ketetapan sanksi zina bagi pelaku pezina ghairu muhson yang hukuman
nya didera sebanyak 100 (seratus kali ) dera dan bagi pelaku zina muhson di dera 100 (seratus
kali) dan di rajam hingga mati, atau dikubur hidup hidup sampai leher. Kemudian disekitar nya
di taruh batu supaya semua orang bisa melempari nya dan berhak melempari nya dengan batu
tersebut sampai mati. Hukuman ini berdasarkan Al-quran dan hadist,mutawatir dan ij’ma para
ulama.Karena orang yang sudah menikah mereka sudah merasakan yang namanya kenikmatan
sempurna yang ia dapatkan dari kmaluan suami/istri4.

4
https://islamudina.net/hukuman-bagi-pelaku-zina-zina-ghairu-muhsan/.
KESIMPULAN

1. Zina merupakan pebuatan jarimah ( perbuatan yang dilarang dalam syariat islam)yang
larangan nya telah banyak ditegaskan dalam ayat al-quran,hadist,dan juga Qanun aceh no 6 tahun
2014 tentang jinayat yang berlaku di provinsi Aceh yang wewenang mengadili nya diserahkan
kepada Mahkamah Syariah Aceh sebagai Lembaga Peradilan Agama di Aceh.

2. Pengertian zina dalam Qanun jinayat Aceh yang menjelaskan bahwa zina adalah persetubuhan
antara seorang laki laki dengan seorang perempuan yang dilakukan dengan kerelaan ke dua belah
pihak tanpa ada ikatan perkawinan .

3.Mengenai sanksi hukuman,Qanun Aceh Jinayat tidak membedakan bagi pelaku zina yang
sudah atau pernah menikah ( muhshan) atau yang belum pernah menikah muhshan)yaitu
dikenakan hukuman 100 kali cambukan.

4. Hukuman cambuk tersebut baru dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi syarat persaksian
yang minimal 4 orang saksi dan pengakuan diri sendiri.
DAFTAR PUSAKA

 https://www.ridwanaz.com/2012/06/pengertian-zina-dampak-negatif-perzinaan-dan-cara-menghindari-
zina.html
 A Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm.
308

 https://dsi.acehprov.go.id/wp-content/uploads/2017/02/Qanun-Aceh-Nomor-6-Tahun-2014-Tentang-
Hukum-Jinayat.pdf

 https://islamudina.net/hukuman-bagi-pelaku-zina-zina-ghairu-muhsan/

 http://aceh.tribunnews.com/2016/02/26/zina-dalam-qanun-jinayat

Anda mungkin juga menyukai