Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kolom
2.1.1 Definisi Kolom

Kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting


dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan
juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. (Sudarmoko, 1996)

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur


bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

Kolom merupakan bagian vertikal dari suatu struktur rangka yang menerima
beban tekan dan lentur. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi
yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. (Nawy,1998)

2.1.2 Jenis Kolom

Dalam buku struktur beton bertulang (Dipohusodo, 1994), ada tiga jenis
kolom beton bertulang yaitu :

a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom


beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.

4
c. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.

Gambar 2.1 Jenis-jenis kolom

2.1.3 Perencanaan Kolom

Dalam perencanaan kolom yang dibebani beban aksial dan lentur harus
memenuhi peraturan pada SNI 03-2847-2013,hal 74-75, yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan penampang yang dibebani lentur atau aksial atau kombinasi beban
lentur dan aksial harus didasarkan atas kompatibilitas regangan dan tegangan
dengan menggunakan asumsi dalam 10.2 SNI 03-2847-2013.
2. Kondisi regangan seimbang terjadi pada penampang ketika tulangan tarik tepat
mencapai regangan yang berhubungan dengan tegangan leleh fy pada saat yang
bersamaan dengan tercapainya regangan batas 0.003 pada bagian beton yang
tertekan.
3. Penampang adalah terkendali tekan jika regangan tarik neto dalam baja tarik
terjauh, ξt, sama dengan atau kurang dari batas regangan terkontrol tarik bila
beton tekan mencapai batas regangan asumsi sebesar 0,003. Batas regangan
terkendali tekan adalah regangan tarik neto dalam tulangan pada kondisi
regangan seimbang. Untuk tulangan Mutu 420 MPa,dan untuk semua tulangan

5
prategang, diizinkan untuk menetapkan batas regangan. terkendali tekan sama
dengan 0,002.
4. Penampang adalah terkendali tarik jika regangan tarik neton dalam baja tarik
terjauh, ξt, sama dengan atau lebih besar dari 0,005 bila beton tekan mencapai
batas regangan asumsi sebesar 0,003. Penampang dengan ξt antara batas
regangan terkendali tekan dan 0,005 membentuk daerah transisi antara
penampang terkendali tekan dan terkendali tarik.
5. Untuk komponen struktur lentur non-prategang dan komponen struktur
nonprategang dengan beban tekan aksial terfaktor kurang dari 0.10 fc’Ag, ξt
pada kekuatan nominal tidak boleh kurang dari 0,004. Pemakaian tulangan
tekan diizinkan terkait dengan tulangan tarik tambahan untuk meningkatkan
kekuatan komponen struktur lentur.
6. Desain beban aksial ØPn dari komponen struktur tekan tidak boleh lebih besar
dari ØPn,max, yang dihitung dengan Persamaan sebagai berikut :
 Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan spiral yang
memenuhi 7.10.4 atau komponen struktur komposit yang memenuhi 10.13:

ØPn(max) = 0.85 (0.85 fc’(Ag –Ast) +fy Ast)

 Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan pengikat yang


memenuhi 7.10.5:
ØPn(max) = 0.80 (0.85 fc’(Ag –Ast) +fy Ast)
 Untuk komponen struktur prategang, kekuatan aksial desain, ØPn , tidak
boleh diambil lebih besar dari 0,85 (untuk komponen struktur dengan
tulangan spiral) atau 0,80 (untuk komponen struktur dengan tulangan
pengikat) dari kekuatan aksial desain pada eksentrisitas nol ØPo.
7. Komponen struktur yang dibebani aksial tekan harus didesain terhadap momen
maksimum yang mungkin menyertai beban aksial. Beban aksial terfaktor Pu
dengan eksentrisitas yang ada tidak boleh melampaui nilai yang diberikan
dalam 10.3.6. Momen terfaktor maksimum Mu harus diperbesar untuk
memperhitungkan pengaruh kelangsingansesuai dengan 10.10.

6
2.1.4 Kapasitas Kolom

Kapasitas suatu kolom yang mengalami beban aksial murni (Axial Load
only) terjadi apabila kolom hanya menahan beban sentris pada penampangnya
(tanpa eksentrisitas). Pada kondisi ini gaya luar akan ditahan oleh penampang
kolom yang secara matematis dirumuskan dalam persamaan:

Po = { 0,85. fc’. (Ag– Ast) + Ast.fy }

dimana:

fc’ = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa),

Ag = Luas penampang kolom,

Ast = Luas tulangan total

fy = Kuat tarik tulangan baja yang diijinkan (MPa).

Namun kekuatan yang dihitung dengan rumus diatas jarang sekali bisa
diperoleh pada suatu kolom karena normalnya selalu ada momen pada kolom yang
akan mereduksi kapasitas aksial kolom. Momen tersebut bisa saja terjadi akibat:

a. Tidak konsentrisnya as kolom dari satu lantai terhadap lantai berikutnya.


b. Mengimbangi momen pada balok.
c. Penulangan yang tidak sentries yang mengakibatkan tidak berhimpitnya titik
berat geometrinya dengan titik berat penampang.

Untuk memperhitungkan efek dari momen yang tidak diharapkan tersebut,


maka kapasitas aksial kolom harus dikalikan dengan 0,85 untuk kolom dengan
spiral dan 0,8 untuk kolom dengan sengkang, sehingga:

Pn = 0,85 * Po ( kolom dengan spiral)

Pn = 0,80 * Po ( kolom dengan sengkang)

Secara umum, kolom akan menerima beban seperti yang disajikan dalam
gambar berikut:

7
My

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Kolom konsentris, (b) kolom eksentris

Apabila beban P bergeser dari sumbu kolom, maka timbul eksentrisitas


beban pada penampang kolom, sehingga kolom harus memikul kombinasi
pembebanan aksial dan momen.

2.1.5 Diagram Interaksi Kolom

Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan kombinasi gaya


aksial dan momen lentur dapat digambarkan dalam bentuk suatu kurva interaksi
antara kedua gaya dalam tersebut. Gambar 2.3 memperlihatkan contoh diagram
tersebut. Setiap titik dalam kurva ini menunjukkan kombinasi kekuatan gaya
nominal Pn dan kekuatan momen nominal Mn yang sesuai dengan lokasi sumbu
netralnya. Diagram interaksi tersebut dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu daerah
yang ditentukan oleh keruntuhan tarik dan dearah yang ditentukan oleh keruntuhan
tekan, dengan pembatasnya adalah titik balanced (titik B). contoh berikut ini
mengilustrasikan pembuatan diagram P-M untuk penampang segiempat tipikal.
(Nawy,1998)

8
Gambar 2.3 Diagram interaksi P-M kolom

Analisis kolom dengan diagram P-M diperhitungkan pada tiga kondisi


yaitu :
a. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana memiliki
nilai sebesar kuat rencana maksimum.
ϕPn = ϕPn max = 0,80 ϕ (Ag – Ast) 0.85 f’c + Ast fy
b. Pada Kondisi Momen Murni
Momen murni tercapai apabila tulangan tarik belum luluh sedangkan
tulangan tekan telah luluh dimana fs adalah tegangan tulangan tekan pada kondisi
luluh. Pada kondisi momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (Pn =
Pu = 0). Keseimbangan pada kondisi momen murni yaitu :
ND1 + ND2 = NT
Dimana :
ND1 = 0,85 f’c b a
ND2 = f’s A’s
NT = fy As

9
Selisih akibat perhitungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Persamaan yang diperoleh dari segitiga sebangun dengan tinggi sumbu netral
pada c yaitu :
0,003(𝑐−𝑑′)
𝑓′𝑠 = 𝐸𝑠 𝜀′𝑠 = 𝐸𝑠 𝑐

Dengan mensubtitusikan persamaan-persamaan di atas akan dihasilkan


persamaan pangkat dua dengan perubah tinggi sumbu netral c. Momen rencana
dapat dihitung sebagai berikut :
Mr = ϕMn
Mn = Mn1 + Mn2 = ND1 Z1 + ND2 Z2
c. Pada Kondisi Balance
Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh dan
beton mengalami batas regangan dan mulai hancur. Persamaan yang diperoleh
dari segitiga yang sebangun dengan persamaan sumbu netral pada kondisi
balance (Cb) yaitu :
𝐶𝑏 0,003
= 𝑓𝑦
𝑑 0,003+
𝐸𝑠

atau dengan Es = 200000, maka :


600 𝑑
𝐶𝑏 = 600+ 𝑓𝑦

Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :


Pb = ND1 + ND2 – NT
Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai berikut :

Pb (eb + d/2) = Mnb

Mrb = ϕPb eb

2.2 Pembebanan Struktur

Pada perencanaan pembebanan digunakan beberapa acuan sebagai berikut:

1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung


dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012).
2. Pedoman Perancanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG,
1987).

10
2.2.1 Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin
serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung
tersebut (PPPURG, 1987). Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai
berikut:

 Berat jenis beton = 2400 Kg/m3


 Dinding pasangan setengah bata merah = 250 Kg/m2
 Spesi lantai keramik = 2100 Kg/m3
 Penutup lantai keramik = 2400 Kg/m3
 Plafond + penggantung = 18 Kg/m2

2.2.2 Beban Hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari
barang-barang yang dapat berpindah dan termasuk beban akibat air hujan pada atap
(PPPURG, 1987). Adapun beban mati yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Beban hidup lantai = 250 Kg/m2


 Beban hidup atap = 100 Kg/m2
 Beban hujan = 40 Kg/m2

2.2.3 Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa tersebut (PPPURG, 1987).

2.2.3.1 Penentuan Faktor Keutamaan Gedung

Berdasarkan SNI-1726-2012 dalam menentukan kategori risiko bangunan


dan faktor keutamaan bangunan bergantung dari jenis pemanfaatan bangunan
tersebut. Kategori resiko struktur untuk bangunan gedung dan non gedung diatur
sesuai dengan Tabel 2.1. Pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan

11
dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 2.2. Khusus untuk struktur
bangunan dengan kategori risiko IV, bila dibutuhkan pintu masuk untuk
operasional dari struktur bangunan yang bersebelahan, maka struktur bangunan
yang bersebelahan tersebut harus didesain sesuai dengan kategori risiko IV.

Tabel 2.1 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
 Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
 Fasilitas sementara
I
 Gudang penyimpanan
 Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko
I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
 Perumahan
 Rumah toko dan rumah kantor
 Pasar
 Gedung perkantoran II
 Gedung apartemen/ rumah susun
 Pusat perbelanjaan/ mall
 Bangunan industry
 Fasilitas manufaktur
 Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
 Bioskop
 Gedung pertemuan
 Stadion
 Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat
 Fasilitas penitipan anak
 Penjara
 Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: III
 Pusat pembangkit listrik biasa
 Fasilitas penanganan air
 Fasilitas penanganan limbah
 Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar
berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang
mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana
jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh
instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat
jika terjadi kebocoran.

12
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
 Bangunan-bangunan monumental
 Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
 Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
 Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan darurat
 Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
 Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas IV
lainnya untuk tanggap daruratPusat pembangkit energi dan fasilitas
publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan daruratStruktur
tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan
bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air
pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air
atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan
untuk beroperasi pada saat keadaan darurat.
 Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko
IV.
Sumber : SNI 1726 : 2012

Tabel 2.2 Faktor keutamaan gempa


Kategori Risiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50
Sumber : SNI 1726 : 2012

2.2.3.2 Penentuan Wilayah Gempa

Parameter Ss adalah percepatan batuan dasar pada periode pendek


sedangkan parameter S1 adalah percepatan batuan dasar pada periode 1 detik.
Parameter Ss dan S1 tergantung dari letak dan lokasi bangunan. Parameter-
parameter tersebut ditetapkan masing-masing dari respons spectral percepatan 0,2
detik dan 1 detik dalam peta gerak tanah seismik pada pasal 14 SNI-1726-2012
dengan kemungkinan 2 persen terlampaui dalam 50 tahun (𝑀𝐶𝐸𝑅 , 2 persen dalam
50 tahun), dan dinyatakan dalam bilangan desimal terhadap percepatan gravitasi.
Gambar 2.4 menunjukkan peta gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko
tertarget (𝑀𝐶𝐸𝑅 ) parameter-parameter gerak tanah Ss, kelas situs SB dan Gambar
2.5 menunjukkan peta gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget
(𝑀𝐶𝐸𝑅 ) parameter-parameter gerak tanah S1 , kelas situs SB.

13
Gambar 2.4 Ss, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget
(MCER), kelas situs SB

Sumber : SNI 1726-2012

Gambar 2.5 S1, Gempa maksimum yang dipertimbangkan risiko tertarget


(MCER), kelas situs SB

Sumber : SNI 1726-2012

14
2.2.3.3 Penentuan Kelas Situs

Berdasarkan sifat-sifat tanah pada situs, maka situs harus diklasifikasikan


sebagai kelas situs SA (batuan keras) , SB (batuan) , SC (tanah keras, sangat padat
dan batuan lunak) , SD (tanah sedang) , SE (tanah lunak) dan SF (tanah khusus,
yang membutuhkan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons spesifik-
situs yang mengikuti Pasal 6.10.1 SNI-1726-2012. Bila sifat-sifat tanah tidak
teridentifikasi secara jelas sehingga tidak bias ditentukan kelas situsnya, maka kelas
situs SE dapat digunakan kecuali jika pemerintah/dinas yang berwenang memiliki
data geoteknik yang dapat menentukan kelas situs SF. Dalam menentukan
Koefesien Situs Fa dan Fv sangat bergantung dari jenis tanah pada lokasi bangunan
dan percepatan batuan dasar pada periode pendek (Ss) serta percepatan batuan dasar
pada periode 1 detik (S1). Koefesien Situs Fa dan Fv ditentukan dari Tabel 2.3 dan
Tabel 2.4 sebagai berikut.

Tabel 2.3 Koefisien Situs, Fa


Parameter respons spectral
Kelas Situs
percepatan gempa (MCER) terpetakan
Ss≤0,25 Ss=0,5 pada periode pendek,
Ss=0,75 Ss=1,0 T=0,2 Sdetik, S
s≥1,25s

SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8


SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0
SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF SSb
Sumber : SNI 1726 : 2012

CATATAN:

 Untuk nilai-nilai antara Ss dapat dilakukan interpolasi linier


 Ss=SItus yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs-spesifik lihT 6.10.1

15
Tabel 2.4 Koefisien situs, Fv
Parameter respons spectral percepatan gempa (MCER)
Kelas Situs
terpetakan pada periode 1 detik S1

S1≤0,1 S1=0,2 S1=0,3 S1=0,4 S1≥0,5


SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
Sumber : SNI 1726 : 2012

CATATAN:

 Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier


 Ss=SItus yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis respons
situs-spesifik lihat 6.10.1

Nilai spektral respons percepatan (spectral response acceleration) SDS dan


SD1 yaitu :

SMS = Fa × Ss

SM1 = Fv × S1

SDS = 2/3 × SMS

SD1 = 2/3 × SM1

2.2.3.4 Penentuan Kategori Desain Seismik

Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang


mengikuti pasal ini. Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, 1 S ,
lebih besar dari atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik E. Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di
mana parameter respons spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, 1 S ,
lebih besar dari atau sama dengan 0,75, harus ditetapkan sebagai struktur dengan
kategori desain seismik F. Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain
seismik-nya berdasarkan kategori risikonya dan parameter respons spektral
percepatan desainnya, SDS dan SD1.
16
Tabel 2.5 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada perioda 1 detik
Kategori Resiko
Nilai SDS
I atau II atau III IV
SDS < 0,167 A A
0,167 ≤ SDS < 0,33 B C
0,33 ≤ SDS < 0,50 C D
0,50 ≤ SDS D D
Sumber : SNI 1726 : 2012

Tabel 2.6 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada
perioda pendek
Kategori Resiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0,167 A A
0,167 ≤ SD1 < 0,33 B C
0,33 ≤ SD1 < 0,50 C D
0,50 ≤ SD1 D D
Sumber : SNI 1726 : 2012

2.2.3.5 Pemilihan Sistem Struktur

Sistem penahan-gaya gempa yang berbeda diijinkan untuk digunakan,


untuk menahan gaya gempa di masing-masing arah kedua sumbu ortogonal
struktur. Bila sistem yang berbeda digunakan, masing-masing nilai faktor R, Cd,
dan Ω0 harus dikenakan pada setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur yang
termuat dalam Tabel 2.7

Tabel 2.7 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa
Faktor Batasan Sistem Struktur
Koefisien Faktor dan Batasan Tinggi
Sistem Kuat
Modifikai Pembesaran struktur (m)
Penahan Gaya Lebih
Respon, Defleksi Kategori Desain Seismik
Seismik Sistem,
R (Cd)
(Ω0) B C D E F
Sistem rangka
pemikul
momen
1. Rangka
baja pemikul
8 3 5½ TB TB TB TB TB
momen
khusus

17
Tabel 2.7 (Lanjutan)
Batasan Sistem Struktur
Faktor dan Batasan Tinggi
Koefisien Faktor
Sistem Kuat struktur (m)
Modifikai Pembesaran
Penahan Gaya Lebih Kategori Desain
Respon, Defleksi
Seismik Sistem, Seismik
R (Cd)
(Ω0)
B C D E F
2. Rangka
batang baja
7 3 5½ TB TB 48 30 TI
pemikul
momen khusus
3. Rangka baja
pemikul
4½ 3 4 TB TB 10 TI TI
momen
menengah
4. Rangka baja
pemikul 3½ 3 3 TB TB TI TI TI
momen biasa
5. Rangka
beton
bertulang 8 3 5½ TB TB TB TB TB
pemikul
momen khusus
6. Rangka
beton
bertulang
5 3 4½ TB TB TI TI TI
pemikul
momen
menengah
7. Rangka
beton
bertulang 3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul
momen biasa
8. Rangka baja
dan beton
komposit 8 3 5½ TB TB TB TB TB
pemikul
momen khusus
9. Rangka baja
dan beton
komposit
5 3 4½ TB TB TI TI TI
pemikul
momen
menengah

18
Tabel 2.7 (Lanjutan)
Batasan Sistem Struktur
Faktor dan Batasan Tinggi
Koefisien Faktor
Sistem Kuat struktur (m)
Modifikai Pembesaran
Penahan Gaya Lebih Kategori Desain
Respon, Defleksi
Seismik Sistem, Seismik
R (Cd)
(Ω0)
B C D E F
10. Rangka
baja dan beton
komposit
6 3 5½ 48 48 30 TI TI
terkekang
parsial pemikul
momen
11. Rangka
baja dan beton
komposit 3 3 2½ TB TI TI TI TI
pemikul
momen biasa
12. Rangka
baja canai
dingin pemikul
3½ 3 3½ TB 10 10 10 10
momen khusus
dengan
pembautan
Sumber : SNI 1726 : 2012

2.2.3.6 Gaya Geser Dasar Seismik

Pada saat menentukan waktu getar alami fundamental (T) Digunakan


perioda fundamental pendekatan (Ta) untuk struktur yang tidak melebihi 12 tingkat,
dimana sistem penahan gaya seismik terdiri dari rangka penahan momen beton atau
baja secara keseluruhan dan tingkat paling sedikit 3 m sehingga didapat

Ta = 0.10 × N ,dimana N = jumlah tingkat

Menurut SNI 1726-2012 persamaan 21, 22 halaman 54, Gaya geser (V)

V = Cs × W

SDS
Cs =
R
Ie

19
Cs di atas tidak perlu melebihi

SD1
Cs =
R
T (I )
e

Cs di atas harus tidak kurang dari

Csmin = 0,044 × SDS × Ie ≥ 0,01

Cs = Koefisien respons seismik

W = berat seismik efektif

R = faktor modifikasi respons

Ie = faktor keutamaan gempa

2.2.3.7 Kontrol Beban Gempa

Beban gempa dapat dianalisis dengan menggunakan metode statik (statik


ekivalen dan autoload) dan metode dinamis (respon spektrum dan time history).
Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.9.4.1, kombinasi respons untuk geser dasar
ragam (Vt) lebih kecil 85 persen dari geser dasar yang dihitung (V) menggunakan
𝑉
prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan dengan 0,85 𝑉𝑡
.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka analisis gaya gempa dengan menggunakan
metode dinamis bisa digunakan jika gaya geser dasar dengan metode dinamis lebih
dari 85 % gaya geser dasar dasar dengan metode statik.

2.3 Kombinasi Pembebanan

Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2013 kekuatan perlu U harus paling tidak


sama dengan pengaruh beban terfaktor dalam persamaan di bawah ini. Pengaruh
salah satu atau lebih beban yang tidak bekerja secara serentak harus diperiksa
(beban S (salju) dalam persamaan-persamaan di bawah dihapus karena tidak
relevan, lihat Daftar Deviasi).

U = 1,4D

U = 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau R)

20
U = 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W)

U = 1,2D + 1,0W + 1,0L + 1,6 (Lr atau R)

U = 1,2D + 1,0Ex + 0,3Ey + 1,0L

U = 1,2D + 1,0Ey + 0,3Ex + 1,0L

U = 0,9D + 1,0W

U = 0,9D + 1,0Ex + 0,3Ey

U = 0,9D + 1,0Ey + 0,3Ex

kecuali sebagai berikut:

a. Faktor beban pada beban hidup L dalam persamaan di atas diizinkan direduksi
sampai 0,5 kecuali untuk garasi, luasan yang ditempati sebagai tempat
perkumpulan publik, dan semua luasan dimana L lebih besar dari 4,8 kN/m2.
b. Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6W harus digunakan
sebagai pengganti dari 1,0W dalam persamaan di atas dan 0,8W harus
digunakan sebagai pengganti dari 0,5W dalam persamaan di atas.
c. Dihilangkan karena tidak relevan, lihat Daftar Deviasi.

2.4 Persyaratan Desain Struktur SRPMK


2.4.1 Balok

Berdasarkan SNI 03-2847-2013, persyaratan ini berlaku untuk komponen


struktur rangka momen khusus yang membentuk bagian sistem penahan gaya
gempa dan diproporsikan terutama untuk menahan lentur. Komponen struktur
rangka ini juga harus memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut.

 Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen struktur, Pu, tidak boleh melebihi
Agf’c/10.
 Bentang bersih untuk komponen struktur, ln, tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya.
 Lebar komponen, bw, tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0,3h dan 250
mm.
21
 Lebar komponen struktur, bw, tidak boleh melebihi lebar komponen struktur
penumpu, c2, ditambah suatu jarak pada masing-masing sisi komponen struktur
penumpu yang sama dengan yang lebih kecil dari (a) dan (b):
(a) Lebar komponen struktur penumpu, c2, dan
(b) 0,75 kali dimensi keseluruhan komponen struktur penumpu, c1.

2.4.2 Kolom

Komponen struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial


beton bertulang sesuai SNI 03-2847-2013, pasal 21.6 pada Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan dari sub pasal ini berlaku untuk komponen struktur rangka momen
khusus yang membentuk bagian sistem penahan gaya gempa dan yang menahan
gaya tekan aksial terfaktor Pu akibat sebarang kombinasi beban yang melebihi
Agf’c/10 .
2. Dimensi penampang terpendek, diukur pada garis lurus yang melalui pusat
geometri, tidak boleh kurang dari 300 mm.
3. Rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi tegak lurus tidak boleh
kurang dari 0,4.
4. Luas tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari 0,01Ag atau lebih dari
0,06Ag.
5. Pada kolom dengan sengkang bulat, jumlah tulangan longitudinal minimum
harus 6.
6. Spasi tulangan transversal sepanjang lo tidak lebih daripada:
a. Seperempat dimensi terkecil komponen struktur 0.25C2
b. Enam kali diameter tulangan longitudinal,.
c. So yang dihitung dengan:
350-hx
So = 100 +
3
d. Nilai so dari persamaan di atas tidak boleh lebih besar dari 150 mm dan
tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.

22
2.5 Simpangan Ijin

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.12.1, simpangan antar lantai


tingkat desain (Δ) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin (Δa). Simpangan
antar lantai ijin (Δa) dapat dilihat pada tabel berikut ini. Hsx pada tabel
menunjukkan tinggi tingkat dibawah tingkat x.

Tabel 2.8 Simpangan antar lantai ijin (Δa)


Kategori risiko
Srtuktur
I atau II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding geser batu
bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding
interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding 0,025hsx 0,020hsx 0,015hsx
eksterior yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat.
Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010hsx 0,010hsx 0,010hsx
Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007hsx 0,007hsx 0,007hsx
Semua struktur lainnya 0,020hsx 0,015hsx 0,010hsx
Sumber : SNI 1726:2012

2.6 Pemodelan Struktur SAP 2000 v15

Program SAP2000 dapat melakukan perhitungan analisis struktur statik/


dinamik, saat melakukan desain penampang beton bertulang maupun struktur baja,
SAP2000 juga menyediakan metode interface (antarmuka) yang secara grafis
mudah digunakan dalam proses penyelesaian analisis struktur. Langkah-langkah
pemodelan kedua struktur yang telah disebutkan diatas adalah sebagai berikut.

1. Membuat Grid

Pilih menu file lalu new models kemudian pilih grid only untuk membuat
ukuran portal yang akan dibuat. Setelah muncul kotak dialog grid only masukkan
data jarak antar portal dan tinggi portal sesuai dengan yang direncanakan.

2. Mendefinisikan Material

Pilih menu define lalu materials kemudian pilih add new materials. Setelah
muncul kotak dialog materials property data masukkan data material yang
digunakan meliputi kuat tekan beton (f’c)/kuat tarik baja (fy), berat jenis bahan,
modulus elastisitas dan sebagainya.

23
3. Mendefinisikan Frame Sections

Pilih menu define lalu section property kemudian frame section. Pilih add
new materials kemudian pilih jenis material yang akan digunakan dan selanjutnya
sesuaikan data dimensi, material, dan reinforcement data yang gunakan. Untuk
menyesuaikan tulangan agar program SAP2000 mengecek tulangan yang kita
gunakan pilih reinforcement to be checked seperti pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Kotak dialog reinforcement data

4. Mendefinisikan Area Sections

Pilih menu define lalu section property kemudian area sections. Pilih add
new property kemudian sesuaikan data material dan ketebalan area sections.

5. Mendefinisikan Load Pattern

Pilih menu define lalu load pattern kemudian definisikan beban-beban


yang akan digunakan dalam analisis. Pada self wight multiplier masukkan nilai 1
(satu) jika dimaksudkan beban didefinisikan sendiri oleh program dan masukkan
nila 0 (nol)) jika dimaksudkan beban tidak didefinisikan sendiri oleh program.

24
Ketika self wight multiplier didefinisikan 0 (nol) maka beban harus diinput manual
pada program SAP2000.

6. Mendefinisikan Load Combinations

Pilih menu define lalu load combinations kemudian definisikan kombinasi


pembebanan yang akan digunakan.

7. Draw Frame dan Area

Pilih menu draw lalu draw frame/cable/tendon untuk balok dan kolom,
draw reactangular area untuk pelat. Gambarkan balok, kolom, dan pelat pada grid
yang telah dibuat sebelumnya.

8. Beban Merata Pelat


Pilih menu assign lalu area loads kemdian uniform (shell). Masukkan data
beban yang direncanakan.

9. Pembebanan pada Balok


Pilih menu assign lalu frame loads kemdian distributed. Masukkan data
beban yang direncanakan.

10. Pembebanan Gempa


Beban gempa yang digunakan adalah beban gempa autoload untuk gempa
statik dan respon spektrum untuk gempa dinamis. Pada pengaplikasiannya, beban
gempa yang digunakan pada SAP2000 adalah salah satu beban gempa bergantung
pada pengontolan beban gempa statik dan dinamis sesuai pada sub-bab 2.2.3.7.

a. Motode Autoload
Pilih menu define lalu load pattern kemudian definisikan beban gempa x
dan beban gempa y. Pada self wight multiplier masukkan nilai 1 (satu) karena beban
gempa akan dihitung oleh program. Pada auto load pattern, pilih salah satu beban
gempa yang akan digunakan kemudian add new load pattern selanjutnya modify
lateral load pattern sesuai pada Gambar 2.7. Setelah muncul kotak dialog seismic
load pattern definisikan data gempa sesuai dengan yang direncanakan sesuai
Gambar 2.8.

25
Gambar 2.7 Kotak dialog load pattern

Gambar 2.8 Kotak dialog autoload IBC2009

b. Pembebanan Gempa Respon Spektrum


Langkah-langkah aplikasi metode respon spektrum pada SAP2000 adalah
sebagai berikut:

 Pengambilan data gempa


Data-data gempa didapatkan dari Desain Spektra Indonesia
(http://puskim.pu.go.id). Untuk memudahkan penginputan respon
spektrum, data periode dan percepatan tersebut dapat diunduh dalam bentuk
tabel. Dari tabel tersebut, dimasukan data berupa angka untuk fungsi
periode (T). Data respon spektrum diunggah ke SAP2000 pada struktur

26
beraturan dan tidak beraturan dengan cara mendefinisikan fungsi respon
spektrum.

 Mendefinisikan fungsi respon spektrum


Pilih menu define lalu functions untuk mendefinisikan fungsi. Untuk
respon spektrum, pilih fungsi respon spektrum. Akan muncul window
seperti Gambar 2.9. Pilih tipe fungsi from file yang berarti fungsi didapatkan
dari data yang diunggah oleh pengguna. Lalu klik add new function.
Setelah klik add new function, akan muncul window baru (Gambar
2.10). Ganti nama fungsi (function name) menjadi “RS” yang berarti respon
spektrum. Untuk menggunggah fungsi respon spektrum, klik browse lalu
pilih data respon spektrum yang telah disimpan dalam bentuk .txt. Karena
data respon spektrum yang didapat merupakan fungsi periode dan nilai
percepatan, maka pilih period vs value. Untuk memastikan grafik respon
spektrum telah diunggah dengan benar, klik display graph untuk melihat
bentuk grafik respon spektrum. Setelah selesai mengunggah grafik respon
spektrum, klik tombol OK pada kedua window yang sudah terbuka.

Gambar 2.9 Pendefinisian fungsi respon spektrum

27
Gambar 2.10 Pengunggahan grafik respon spektrum ke SAP2000

 Mendefinisikan load case


Klik menu define lalu pilih load case, keluarlah window
pendefinisian load case. Lalu klik add new load case (Gambar 2.12). Ganti
nama load case (load case name) dengan “gempa x” untuk arah-x dan
“gempa y” untuk arah-y dan pilih fungsi Response Spectrum pada tipe load
case (load case type). Kombinasi modal yang akan digunakan untuk analisis
adalah Complete Quadratic Combination (CQC) dan untuk kombinasi arah
menggunakan metode Square Root of the Sum of Squares (SRSS).

Pada bagian beban yang bekerja (loads applied), untuk arah-x, pilih
load name U1, fungsi yang digunakan adalah “RS” yaitu nama fungsi
respon spektrum yang telah didefinisikan. Skala faktor diinput nilai sesuai
persamaan (Ie/R) dikalikan dengan gaya gravitasi bumi (9,81 m/detik2).
Gaya gravitasi bumi dikonversikan sesuai dengan satuan yang digunakan.
Dengan nilai Ie = 1,0 ; R = 8, dan gaya gravitasi bumi = 9810 mm/detik2,
maka skala faktor untuk arah-x adalah 1226,25. Ulangi langkah yang sama
untuk mendefinisikan beban gempa arah-y.

28
Gambar 2.11 Data load case respon spektrum

 Constraint joint
Klik semua joint pada hubungan antara balok dan kolom kemudian
pilih menu assign lalu joint kemudian constraint. Pada choose constraint
type to add pilih diaphragm kemudian pilih add new constraint kemudian
klik ok.

11. Mendefinisikan sumber massa

Pilih menu define lalu mass source. Setelah muncul kotak dialog mass
source pilih from element and additional masses and loads kemudian definisikan
dead load dengan self weigth multiplier satu dan live load dengan self weigth
multiplier nol.

12. Run Analysis

Setelah semua pendefinisian struktur dan pembebanan struktur telah


selesai selanjutnya klik run analysis.

29
13. Design Check

Pada tahap ini akan dilakukan pengecekan dari frame section baik itu balok
maupun kolom. Pengecekan ini bertujuan untuk mengetahui apakah frame section
yang digunakan sudah memenuhi persyaratan,baik itu dari segi stress ratio dan
yang lainnya. Langkah pertama adalah pilih Design lalu Concerate Frame Design
kemudian View/Revise Preferences. Pilih Design Code dan Framing Type yang
akan digunakan, kemudian Start Design/Check of Structur.

14. Menampilkan data hasil analisis

Pilih menu display lalu show tables. Setelah muncul kotak dialog show
tables pilih data yang dibutuhkan dan kemudian klik ok kemudian akan muncul
kotak dialog data yang dibutuhkan. Pilih file lalu export current table kemudian to
excel.

30

Anda mungkin juga menyukai