OLEH
KELOMPOK 3:
Alimuddin (R012181048)
Asriyani Hamid (R012181020)
Irawati (R012181033)
Maria Kurni Menga (R012181009)
Iskandar Zulkarnain (R012181021)
Kelompok III
DAFTAR ISI
A. Pengkajian keperawatan
1. Anamnesis
Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Dari
anamnesis akan didapatkan keluhan utama dan perjalanan penyakit,
serta faktor-faktor lain yang sering membantu tegaknya diagnosis
(Gray, Dawkins, Morgan, & Simpson, 2002).
a. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama,
alamat, pendidikan, dan pekerjaan
b. Keluhan utama
Sesak nafas memberat sejak 2 hari terakhir
c. Keluhan yang sering muncul menurut (Udjianti, 2013) :
1) Dada terasa berat
2) Berdebar-debar atau palpitasi
3) Paroxysmal Noctural Dyspnea (PND) atau Ortopneu, sesak
napas saat beraktivitas, batuk, hemoptu, tidur harus pakai
bantal lebih dari dua, tidak nafsu makan, mual dan muntah
4) Letargi (kelesuan) atau fatigue(kelelahan)
5) Insomnia
6) Kaki bengkak dan berat badan bertambah
7) Jumlah urine menurun
8) Serangan timbul mendadak atau sering kambuh
d. Riwayat penyakit sekarang
Hipertensi renal, angina, infarkmiokar kronis, diabetes melitus,
bedah jantung dan disritmia (Udjianti, 2013).
1) Ada tidaknya batuk ? sejak kapan , intensitasnya bagaimana,
batuk terus menerus atau hanya sesaat, apakah batu produktif
atau nonproduktif ?
2) Ada hemoptosis atau tidak ?
3) Ada tidaknya nyeri dada ? sejak kapan ? saat beristirahat atau
beraktivitas ? seperti tertekan atau tidak ? menjalar ketempat
lain atau tidak ? berapa lama rasa nyerinya ?
4) Ada tidaknya keringat dingin ? ada tidaknya mual dan muntah
? ada demam atau tidak ?
5) Adakah rasa letih, pembekakan di tungkai ?
e. Riwayat Diet
Mengkaji jumlah intake gula, garam, lemak, kafein, cairan,
alkohol
f. Riwayat pengobatan
Apakah ada toleransi terhadap pengobatan, penekanan fungsi
jantung, streoid, jumlah cairan per IV, alergi terhadap obat-obatan
tertentu.
g. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Adakah riwayat sesak nafas sebelumnya ?
2) Adakah riwayat kencing manis? Sudah berapa lama?
kondisinya penyakit stabil atau semakin buruk? gula darah
terakhir periksa berapa dan kapan? Minum obat apa? Teratur
atau tidak?
3) Ada hipertensi? Sudah berapa lama? stabil atau semakin
buruk? tekanan darah berapa dan kapan terakhir? Minum obat
apa? Teratur atau tidak?
4) Riwayat penyakit parah sampai masuk RS? Jantung koroner,
kapan? Sudah diobati? Kondisi membaik, stabil atau
memburuk?
5) Menanyakan riwayat minum obat sebelumnya ? obat apa ?
hasilnya bagaimana membaik atau tidak ada perubahan ?
6) Apakah pernah menjalani operasi ?
7) Ada tidaknya alergi ?
h. Riwayat pribadi
1) Apakah merokok atau tidak ?
2) Peminum alkohol atau tidak ?
3) Sering melakukan olahraga atau tidak ?
4) Bagaimana pola makannya, apakah suka memakan daging,
santan, makanan yang digoreng ?
i. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Apakah ada dalam keluarga yang merokok ?
2) Apakah ada dalam keluarga yang menderita penyakit kencing
manis, stroke, darah tinggi ?
3) Apakah ada dalam keluarga yang mengalami serangan jantung
di usia muda, peningkatan kadar koleterol ?
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan tanda vital
Pada gagal jantung ringan atau sedang, pasien tampak tidak
memiliki keluhan, kecuali merasa tidak nyaman saat berbaring datar
selama lebih dari beberapa menit. Pada pasien dengan gagal jantung
yang lebih berat, pasien bisa memilliki upaya nafas yang berat dan bisa
kesulitn untuk menyelesaikan kata-kata akibat sesak (Gray et al.,
2002).
Tekanan darah sistolik bisa normal atau tinggi, tapi pada umumnya
berkurang pada gagal jantung lanjut karena fungsi nodus AV yang
sangat menurun. Tekana nadi bisa berkurang, dikarenakan stroke
volume, dan tekanan diastolik arteri bisa meningkat sebagai akibat
vasokonstriksi sistemik (Gray et al., 2002).
1) Pemeriksaan vena jugularis dan leher
Pemeriksaan vena jugulari memberikan perkiraan tekanan pada
atrium kanan, dan secara tidak langsung tekanan pada atrium kiri.
Pemeriksaan tekanan vena jugularis dinilai terbaik saat pasien tidur
dengan kepala diangkat dengan sudut 45 o. Tekanan vena jugularis
dihitung dengan satuam cm H2O (normalnya < 4cm H2O). Pada
tahap awal gagal jantung, tekanan vena jugularis bisa normal saat
istirahat, tapi dapat secara abnormal menigkat saat diberikan
tekanan yang cukup lama pada abdomen (Gray et al., 2002).
2) Pemeriksaan paru
Pulmonary crackles (ronkhi atau krepitasi) dihasilkan oleh
transudasi cairan dari rongga intravaskular kedalam alveoli. Pada
pasien dengan edema paru, ronkhi dapat didengar pada kedua
lapang paru dan dapat disertai dengan wheezing ekspiratoar (asma
kardiale). Jika ditemukan pada pasien tanpa penyakit paru, ronkhi
spesifik untuk gagal jantung. Walau demikian harus ditekankan
bahwa ronkhi seringkali tidak ditemukan pada pasien dengan gagal
jantung kronik, bahakan ketika pulmonary capilary wedge
pressure kurang dari 20 mmHg, hal ini karena pasien sudah
beradaptasi dan drainase sistem limfatik cairan rongga alveolar
sudah meningkat (Gray et al., 2002).
Efusi pleura timbul sebagai akibat meningkatnya tekanan
sistem kapiler pleura hasilnya adalah transudasi cairan kedalam
rongga pleura. Karena vena pada pleura bermuara pada vena
sistemik dan pulmoner, effusi pleura paling sering terjadi pada
kegagalan kedua ventrikel (biventricular failure) (Gray et al.,
2002).
3) Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan jantung, walau penting, sering sekali tidak
dapat memberikan informasi yang berguna mengenai beratnya
gagal jantung. Jika terdapat kardiomegali, ictus cordis biasanya
tergeser kebawah ICS ke V dan kelateral line midclavicularis.
Hipertrofi ventrikel kiri yang berat mengakibatkan pulsasi
prekordial teraba lebih kuat angkat. Pemeriksaan pulsasi prekordial
ini tidak cukup untuk mengevaluasi beratnya disfungsi ventrikel
kiri (Gray et al., 2002).
Pada beberapa pasien, bunyi janutng ketiga dapat didengar
dan teraba pada apex. Pada pasien dengan ventrikel kanan yang
besar dan mengalami hipertrofi dapat memiliki impuls yang kuat
dan lama sepanjang sistol pada parasternal kiri. Gallop umumnya
ditemukan pada pasien dengan volume overload yang mengalami
takikardi dan takipnue dan seringkali menunjukan kompensasi
hemodinami yang berat. Bunyi jantung keempat bukan indikator
spesifik pada ggal jantung, tapi biasanya ada pada pasien dengan
disfungsi diastolik. Murmur refurgitasi mitral dan trikuspid
umumnya ditemukan pada pasien dengan gagal jantung yang lanjut
(Gray et al., 2002).
4) Pemeriksaan abdomen dan ekstremitas
Hepatomegali adalah tanda yang penting tapi tidak umu
pada pasien dengan gagal jantung. Jika memang ada, hati yang
membesar sering teraba lunak dan dapat berpulsasi saat sistol jika
terdapat regurgutasi katup trikuspid. Asites dapat timbul sebagai
akibat transudasi karena tingginya tekanan pada vena hepatik dan
sistem vena yang berfungsi dalam drainase peritenium (Gray et al.,
2002).
Jaundice dapat ditemukan dan merupakan tanda gagal
jantung stgadium lanjut, biasanya kadar bilirubin direk dan indirek
meningkat. Ikterik pada gagal jantung diakibatkan terganggunya
fungsi hepar sekunder akibat kongesti hepar dan hipoksia
hepatoseluler (Gray et al., 2002).
Edema perifer adalah manisfestasi kardinal gagal jantung,
hal ini walau demikian tidaklah spesifik dan biasanya tidak
terdapat pada pasien yang telah mendapat diuretik. Edema perifer
pada pasien gagal jantung biasanya simetris, beratnya tergantung
pada gagal jantung yang terjadi, dan paling sering terjadi
dipergelangan kaki dan daerah pretibial pada pasin yang masih bisa
beraktivitas. Pada pasien tirah baring, edema dapat ditemukan pada
sacrum dan skrotum (Gray et al., 2002).
5) Kaheksia kardiak
Pada gagal jantung kronis yang berat, dapat ditemukan riwayat
penurunan berat badan dan kaheksia. Walau mekanisme kaheksia
tidak sepenuhnya dimengerti, kemungkinan besar factor
penyebabnya banyak termasuk didalamnya adalah meningkatnya
basal metabolik rate, anorexia, nausea dan muntah-muntah yang
diakibatkan oleh hepatomegali dan rasa penuh diabdomen,
menigkatnya konsentrasi sitokin proinflamasi yang bersirkulasi dan
terganggunya absorpsi pada saluran cerna akibat kongesti vena
intestinal. Jika terdapat kaheksia maka prognosis gagal jantung
akan semakin memburuk (Gray et al., 2002).
8. Monitor asupan dan Jika asupan lebih banyak dari keluaran, klien
keluaran dan analisis beresiko kelebihan cairan dan tidak
temuan tiap 8 jam dan jika mengeksreikan caoran karena dekompensasi
diperlukan amati warna jantun. Urin gelap dan pekat dan oliguria
dan jumlah urine tiap 2 menunjukan penurunan perfusi ginjal. Diuresis
jam. diharapkan diharapkan terjadi pada pasien yang
mendapatkan terapi diuretik.
Kewaspadaan terhadap
jantung
2 Kelebihan volume Dapat Pemantauan Cairan Berat badan adalah indikator sensitif
cairan b/d retensi mempertahankan
air serta natrium keseimbangan cairan 1. Monitor asupan dan
didalam ruang keluarahn setiap 4 jam.
intrasesluler dan
ekstraseluler tubuh keseimbangan cairan dan peningkatan berat
dengan skala tarhet 2. Timbang berat badan klien badan mengindikasikan kelebihan volume cairan.
outcome 3(cukup setiap hari dan bandingkan
terganggu) di dengan berat badan
tingkatkan ke 5(tidak sebelumnya.
terganggu)
3. Auskultasi suara napas Jika tekanan hidrostatik kapiler pulmonal
tiap 2 jam dan jika perlu melebihi tekanan onkotik, cairan bergerak dalam
amati adanya ronchi dan intra alveolar dan di tandai dengan suara ronchi
monitor produksi sputum pada auskultasi. Sputum berbusa berwarna merah
berbusa. merupakan indikasi terjadi odem paru
4. Kaji edema perifer. Jgn Gagal jantung menyebabkan kongesti vena yang
mengangkat tungkai jika menyebabkan peningkatan kapiler jika tekanan
klien sesak. hidrostatik melebihi tekanan interstisiel maka
cairan akan bocor keluar dari kapiler dan
mengakibatkan odem tungkai, sakrumdan
skrotum. Angkat tungkai meningkatkan aliran
5. Kaji distensi vena balik vena ke jantung.
jugularis , hepatomegali
dan nyeri abdomen
Peningkatan volume pada vena cava terjadi
akibat pengosongan atrium kanan yg tdk
adekuat.kelebihan cairan ini akan di transmisikan
ke vena jugularis, hati dan abdomen dapat di
Manajemen hipervolemia amati distensi abdomen.
Pemeliharaan kesehatan
oral
Pemantauan pernapasan
5. Kaji sianosis tiap 4 jam Sianosis adalah tanda lanjut dari oksigenasi yang
jika perlu buruk.
Terapi oksigen
Konseling
Bimbingan antisipasi
Peningkatan koping
A. Kesimpulan
B. Saran
Brown, J., Mazel, J., Myerson, S., Choudhury, R., & Mitchell, A. (2011).
Cardiology Emergencies. OUP USA: Oxford University Press, Inc.
Gray, H., Dawkins, K., Morgan, J., & Simpson, I. (2002). Lecture notes
kardiologi (Edisi IV). Jakarta: Erlangga.
Mariyono, H., & Santoso, A. (2007). Gagal jantung. Journal Penyakit Dalam,
8(3), 85–94.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th editio). Elsevier Inc.
Yancy, C. W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D. E., Drazner, M. H.,
… Wilkoff, B. L. (2013). 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management
of Heart Failure. Journal of the American College of Cardiology.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2013.05.019