Oleh:
Kelompok 10
Gita Mairizky Ramadhani A24160005
Imzar Rahmatsyah Pulungan A24160026
Nadya Irawan Priatna A24160186
Bahari Lubis G24160001
Adilah Yuri Okta Putri G24160045
Nurhayatul Ulfah I34160019
Dosen Praktikum:
Dr. Ir. Hariyadi, MS
Dr. Ir. Supijatno, M.Si
Hafith Furqoni, SP M.Si
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS
Asisten Pembimbing:
Anis Nur Habibah A24150110
Latar Belakang
Tujuan
Alat pada praktikum ini yaitu kored, cangkul dua buah, golok satu buah, dan
ember satu buah. Bahan yang digunakan yaitu tanaman kelapa sawit TM sebanyak
10 tanaman contoh dan brondolan.
Metode
Praktikum morfologi bunga, taksasi produksi, dan AKP kelapa sawit dimulai
dengan penentuan sepuluh tanaman contoh yang akan diamati. Lalu mengamati dan
menghitung bunga jantan dan bunga betina pada setiap tanaman contoh. Kemudian
mengamati dan menghitung jumlah seluruh tandan sepuluh tanaman contoh.
Selanjutnya buah kelapa sawit dikelompokkan berdasarkan umurnya sejak anthesis.
Mengamati brondolan dan menentukan tipe buah ke dalam kelompok dura, psifera,
atau tenera. Terakhir menghitung prestasi kerja dan AKP.
Hasil
Contoh perhitungan :
Populasi tanaman kelapa sawit 10 hektar :
Jarak tanam = 9 m × 9 m
1 1
Luas segitiga ABE = 2 𝑎𝑡 = 2 × 4.5 𝑚 × 7.79 𝑚 = 17.54 m2
Luas jajar genjang ABDC= 𝑎𝑡 = 4 × 17.54 m2 = 70.15 m2
Luas lahan 10000 m2
Populasi tanaman 1 ha = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝐵𝐷𝐶 = 70.15 m2 = 143 tanaman
Populasi tanaman 10 ha = populasi 1 ha × 10 = 1430 tanaman
Jumlah Bunga Betina
Sex ratio = Jumlah Bunga Total
33
= 55
= 0.6
Σ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 10 ℎ𝑎𝑟𝑖−5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Taksasi Produksi 6 Bulan = × 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛/
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐻𝑎 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
3
= 10 × 143 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 14𝑘𝑔
= 600.6 Kg
= 0.6006 Ton
Σ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 3 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛−5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Taksasi Produksi 3 Bulan = × 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛/
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐻𝑎 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
6
= 10 × 143 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 14𝑘𝑔
= 1201.2 Kg
= 1.2012 Ton
Σ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Taksasi Produksi 1 Bulan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛/
𝐻𝑎 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
2
= 10 × 143 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 14𝑘𝑔
= 400.4 Kg
= 0.4004 Ton
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
Angka Kerapatan Panen (AKP) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 100%
2
= 𝑥 100%
10
= 20%
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑥 𝐴𝐾𝑃 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑥 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
Kebutuhan tenaga kerja panen = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
1.28 ℎ𝑎 𝑥 20% 𝑥 14 𝑘𝑔 𝑥 143 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
=
100 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝐻𝑂𝐾
= 512.512 pemanen per hari kerja.
Pembahasan
Gambar 1 Filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kanan dan
arah spiral ke kiri
2. Varietas Psifera,
Varietas Psifera memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) ketebalan cangkang yang sangat tipis (bahkan hampir tidak ada)
b) daging buah tebal
c) daging biji sangat tipis
d) psifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman
komersial
e) dapat digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman
untuk menyerbuki bunga betina.
3. Varietas Tenera
Varietas Tenera memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera
b) varietas ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan
ketebalan 1.5 – 4 mm
c) terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung
d) daging buah yang sangat tebal.
e) Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan buah.
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya,
pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah.
Namun, seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan
(hermaprodit) (Setyamidjaja, 2006). Rangkaian bunga jantan terpisah dengan
bunga betina. Bentuk bunga jantan lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak
meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Sementara itu, bentuk bunga betina
agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Suwarto
dan Octavianty, 2010).
Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika
bunga tersebut menjelang matang. Bunga betina terletak dalam tandan yang muncul
pada ketiak daun. Bunga jantan biasanya terbuka selama dua hari pada satu tandan.
Sedangkan bunga betina terbuka selama 3 – 5 hari pada satu tandan. Pada tanaman
kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibanding bunga betina
(Setyamidjaja, 2006).
Berdasarkan tabel dan perhitungan di atas, sex ratio merupakan pembagian
antara jumlah bunga betina dengan jumlah total bunga. Sex ratio dapat menentukan
produksi kelapa sawit. Semakin rendah sex ratio maka produksi kelapa sawit akan
semakin menurun dan tidak efisien. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah bunga
betina pada 10 tanaman contoh kelapa sawit didapatkan hasil sex ratio tanaman 1
sebesar 100%, tanaman 2 sebesar 0%, tanaman 3 sebesar 71.43%, tanaman 4
sebesar 75 %, tanaman 5 sebesar 36.36%, tanaman 6 sebesar 25%, tanaman 7
sebesar 25%, tanaman 8 sebesar 20%, tanaman 9 sebesar 25% dan tanaman 10
sebesar 42.86% . Hasil ini menunjukkan efisiensi produksi kelapa sawit masih
cukup baik. Namun, nilai sex ratio yang tinggi tidak dapat menjamin bahwa
produksi kelapa sawit tinggi karena ada faktor lain yang dapat memengaruhi
produksi kelapa sawit, misalnya genetik, usia pohon, kondisi lingkungan, juga
dipengaruhi oleh serapan hara terutama unsur nitrogen. Sex ratio dapat
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit karena apabila jumlah bunga betina
semakin banyak maka jumlah buah kelapa sawit yang dihasilkan juga akan semakin
tinggi (Pahan, 2006).
Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah yang
terletak di sebelah dalam tandan berukuran lebih kecil dan bentuknya kurang
sempurna dibandingkan dengan yang berada di luar tandan (Setyamidjaja, 2006).
Warna buah pada tanaman kelapa sawit tergantung varietas dan umurnya. Secara
anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah
perikarpium yang terdiri dari epikarpium dan mesokarpium. Bagian kedua adalah
biji yang terdiri dari endokarpium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Tipe buah
kelapa sawit yang umum dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah Dura, Psifera,
dan Tenera yang merupakan persilangan dari Dura dan Psifera (Suwarto dan
Octavianty, 2010).
Hasil pengamatan di lapangan ditemukan buah tipe Dura dan Tenera.
Perbedaan yang mendasar dari ketiga tipe buah ini dilihat dari cangkangnya. Buah
tipe Dura memiliki cangkang yang tebal (2 – 8 mm). Buah tipe Psifera tidak
memiliki cangkang. Sedangkan buah tipe Tenera memiliki cangkang yang tipis (0.5
– 2 mm) (Pahan, 2006).
Gambar 3. Penampang melintang buah tipe Psifera, Tenera, dan Dura (dari
kiri ke kanan).
Taksasi produksi pada kelapa sawit dilakukan untuk memperkirakan
produksi 6 bulan, 3 bulan dan 1 bulan yang akan datang atau 1 hari sebelum panen.
Dari taksasi produksi dapat diketahui berapa banyak tandan yang akan dipanen serta
kapan dilakukan pemanenan. Sehingga kebutuhan sarana dan pra sarana untuk
memanen menjadi efektif dan efisien. Dari perhitungan di atas untuk taksasi 5 bulan
perkiraan produksinya, yaitu sekitar 0.048 ton, untuk taksasi 3 bulan perkiraan
produksinya sekitar 0.19 ton dan untuk taksasi 1 bulan sekitar 0.072 ton.
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat
membantu pemanen agar memotong buah yang benar. Kriteria yang umum
digunakan adalah berdasarkan umur buah yang dilihat dari jumlah brondolan yang
lepas secara alami dari tandan, yaitu lebih dari 4 brondolan. Buah yang berumur 1
– 2 bulan buahnya tidak membrondol dan berwarna hitam pekat. Buah berumur 3 –
4 bulan buah luarnya membrondol sebanyak 12.5 – 25% dan berwarna kemerahan.
Buah berumur 5 bulan buah luarnya membrondol sebanyak 26 – 50% dan berwarna
merah mengkilat. Sedangkan buah siap dipanen sebagianbuah bagian dalam
membrondol dan berwarna merah jingga (Nurmalisa, 2011).
Gambar 5. Buah kelapa sawit umur 1-2 bulan, 3-4 bulan, 5 bulan, dan
buah siap dipanen (dari kiri ke kanan).
Angka kerapatan panen (AKP) adalah sejumlah angka yang menunjukkan
tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal. Tujuannya untuk
mendapatkan satu tandan yang matang panen. Angka kerapatan panen didapat
dengan menghitung jumlah janjang matang pada pokok yang dijadikan sampel
kemudian dibagi jumlah total pokok yang diamati dan dikalikan persentase 100,
maka akan didapatkan angka kerapatan panen pada blok tersebut (Nurmalisa,
2011). Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai AKP tandan 5 bulan sebesar 20%.
Setelah didapatkan angka kerapatan panen (AKP) maka dapat dihitung kebutuhan
tenaga kerja panen kebun kelapa sawit. Hasil perhitungan pada praktikum ini
didapatkan angka kebutuhan tenaga kerja panen pada satu blok kebun seluas 1,28
ha sebesar 513 pemanen per hari kerja. Praktikum dilakukan selama 30 menit
dengan hasil perhitungan hari orang kerja (HOK) sebesar 0.4 HOK/ha.
SIMPULAN
Hasil taksasi untuk panen 5 bulan sekitar 0,048 ton, taksasi 3 bulan sekitar
0,19 ton dan untuk taksasi 1 bulan sekitar 0,072 ton. Angka kerapatan panen untuk
5 bulan sebesar 20%. Kebutuhan tenaga kerja untuk kebun dengan luas 1,28 ha
adalah 6 orang.
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, L.U. 2008. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.
Pematang Siantar
Hutagaol E dan Yahya. 2009. Manajemen panen tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Di sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang
Minamas Plantation, Musi Rawas, Sumatera Selatan. Skripsi [Internet].
[Diunduh 2019 Februari 28]. Tersedia pada:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/13575/1/A09ehu_a
stract.pdf
Lubis A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar-Sumatera
Utara. 435 hal.
Mangoensoekarjo dan Semangun.2008.Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta (ID) : UGM Press. 605 hal.
Nurmalisa, M. 2011. Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Sungai Bahaur Estate PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin
Timur, Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta, ID.
Purba I,R, Irsal, Meiriani. 2017. Hubungan Fraksi Kematangan Buah dan
Ketinggian Tandan terhadap Jumlah Buah Memberondol pada Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Kebun Rambutan PTPN III.
Jurnal Agroteknologi. 5(2): 315-328. [Internet]. [Diunduh 2019 Februari
28]. Tersedia pada: https://media.neliti.com/media/publications/110101
ID-hubungan-fraksi-kematangan-buah-dan-keti.pdf
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisus. Yogyakarta, ID.
Suwarto, Y. Octavianty. 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.
Penebar Swadaya. Jakarta, ID.
LAMPIRAN