Anda di halaman 1dari 14

Ilmu Tanaman Perkebunan (AGH 341)

Morfologi Bunga, Taksasi Produksi, dan AKP

Oleh:
Kelompok 10
Gita Mairizky Ramadhani A24160005
Imzar Rahmatsyah Pulungan A24160026
Nadya Irawan Priatna A24160186
Bahari Lubis G24160001
Adilah Yuri Okta Putri G24160045
Nurhayatul Ulfah I34160019

Dosen Praktikum:
Dr. Ir. Hariyadi, MS
Dr. Ir. Supijatno, M.Si
Hafith Furqoni, SP M.Si
Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS

Asisten Pembimbing:
Anis Nur Habibah A24150110

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan kelompok tanaman berumah satu (monoecious),


artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon,
tetapi tempatnya berbeda. Kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerbuk
silang sehingga benih yang dihasilkan tidak seragam sifatnya dan sifat unggul tidak
dapat dipertahankan. Karangan bunga kelapa sawit berbentuk bulir majemuk
(compound spike), atau tongkol (spadix) yang terdiri atas tangkai (pedunculus)
yang panjangnya 30-45 cm dan disambung dengan sebuah sumbu (rachis). Dari
sumbu tumbuh sejumlah karangan bunga (spikelet). Menurut jenis kelaminnya
terdapat karangan bunga jantan dan karangan bunga betina, tetapi selain itu terdapat
juga yang hermafrodit (Mangoensoekarjo dan Semangun 2008). Bunga jantan dan
betina mekar pada waktu yang berbeda sehingga hampir selalu terjadi penyerbukan
antar tumbuhan atau penyerbukan silang (Lubis 2008).
Produksi buah kelapa sawit dapat diperkirakan melalui taksasi. Taksasi
yaitu memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada masa tertentu dan
masa berikutnya dalam luasan tertentu. Melalui taksasi produksi, dapat ditentukan
jumlah buah yang dapat dipanen pada kebun kelapa sawit. Hal ini penting untuk
memperkirakan keefisienan penggunaan jumlah tenaga kerja pemanen, angkutan,
dan pelaksanaan panen. Dalam pelaksanaan taksasi, kemampuan untuk mengenal
dan mengetahui morfologi bunga buah sangat diperlukan. Taksasi dilakukan
dengan melihat morfologi bunga buah. Untuk itu, pekerja yang malakukan taksasi
harus mengetahui bagaimana ciri-ciri bunga dan buah pada fase dan umur tertentu.
Bunga yang masih mengalami inisiasi dan bunga yang sudah diserbuki akan
berbeda. Begitu pula buah pada umur 1 bulan akan berbeda dengan buah yang
berumur 2 bulan.

Tujuan

Kegiatan praktikum bertujuan untuk:


1. Melakukan taksasi produksi.
2. Menghitung AKP dan perkiraan hasil panen.
3. Menghitung kebutuhan tenaga kerja panen.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari jumat, 22 Februari 2019 pukul


07.00-10.00 WIB di Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan

Alat pada praktikum ini yaitu kored, cangkul dua buah, golok satu buah, dan
ember satu buah. Bahan yang digunakan yaitu tanaman kelapa sawit TM sebanyak
10 tanaman contoh dan brondolan.

Metode
Praktikum morfologi bunga, taksasi produksi, dan AKP kelapa sawit dimulai
dengan penentuan sepuluh tanaman contoh yang akan diamati. Lalu mengamati dan
menghitung bunga jantan dan bunga betina pada setiap tanaman contoh. Kemudian
mengamati dan menghitung jumlah seluruh tandan sepuluh tanaman contoh.
Selanjutnya buah kelapa sawit dikelompokkan berdasarkan umurnya sejak anthesis.
Mengamati brondolan dan menentukan tipe buah ke dalam kelompok dura, psifera,
atau tenera. Terakhir menghitung prestasi kerja dan AKP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Hasil pengamatan taksasi produksi


Umur Buah Juml Juml
1 2 3 4 5 6 ah ah
Ulanga 10 Bung Bung
Bula Bula Bula Bula Bula Bula
n Hari a a
n n n n n n
Betin Janta
a n
1 2 0 0 0 0 0 0 2 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 4
3 0 0 4 0 0 1 0 5 2
4 0 2 2 2 0 0 0 6 2
5 1 0 1 0 6 0 0 8 14
6 1 0 1 0 0 0 0 2 6
7 0 1 0 0 0 1 0 2 6
8 0 0 0 1 1 0 0 2 8
9 1 0 0 2 0 0 0 3 9
10 0 0 0 3 0 0 0 3 4
Jumlah 5 3 8 8 7 2 0 33 55

Rata- 0.5 0.3 0.8 0.8 0.7 0.2 0 3.3 5.5


Rata

Contoh perhitungan :
 Populasi tanaman kelapa sawit 10 hektar :
Jarak tanam = 9 m × 9 m
1 1
 Luas segitiga ABE = 2 𝑎𝑡 = 2 × 4.5 𝑚 × 7.79 𝑚 = 17.54 m2
 Luas jajar genjang ABDC= 𝑎𝑡 = 4 × 17.54 m2 = 70.15 m2
Luas lahan 10000 m2
 Populasi tanaman 1 ha = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑗𝑎𝑟 𝑔𝑒𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝐵𝐷𝐶 = 70.15 m2 = 143 tanaman
 Populasi tanaman 10 ha = populasi 1 ha × 10 = 1430 tanaman
Jumlah Bunga Betina
 Sex ratio = Jumlah Bunga Total
33
= 55
= 0.6
Σ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 10 ℎ𝑎𝑟𝑖−5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
 Taksasi Produksi 6 Bulan = × 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛/
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐻𝑎 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
3
= 10 × 143 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 14𝑘𝑔
= 600.6 Kg
= 0.6006 Ton
Σ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 3 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛−5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
 Taksasi Produksi 3 Bulan = × 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛/
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝐻𝑎 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
6
= 10 × 143 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 14𝑘𝑔
= 1201.2 Kg
= 1.2012 Ton
Σ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 5 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
 Taksasi Produksi 1 Bulan = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛/
𝐻𝑎 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
2
= 10 × 143 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 14𝑘𝑔
= 400.4 Kg
= 0.4004 Ton
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
 Angka Kerapatan Panen (AKP) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ × 100%
2
= 𝑥 100%
10
= 20%
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑥 𝐴𝐾𝑃 𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑥 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖
 Kebutuhan tenaga kerja panen = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛
1.28 ℎ𝑎 𝑥 20% 𝑥 14 𝑘𝑔 𝑥 143 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
=
100 𝑗𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔/𝐻𝑂𝐾
= 512.512 pemanen per hari kerja.

Pembahasan

Filotaksi Daun Kelapa Sawit


Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8, lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kekiri dan kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan
ini penting diketahui agar kita dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17, dan lain-
lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan
contoh daun dan pengamatan lainnya. (Adlin,L,U.2008). Filotaksi daun kelapa
sawit dengan arah spiral ke kanan dan arah spiral ke kiri dapat dilihat dari gambar
berikut ini:

Gambar 1 Filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kanan dan
arah spiral ke kiri

Gambar 2 Filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kanan


Gambar 3 Filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kiri

Kriteria Buah Kelapa Sawit


Kriteria matang panen diidentifikasikan dengan pengetahuan dasar tentang
perkembangan buah kelapa sawit. Perkembangan buah kelapa sawit dimulai dari
terjadinya penyerbukan buah kelapa sawit hingga masak panen yang
membutuhkan waktu 5.5 bulan. Masa resertif bunga betina kelapa sawit terjadi
selama 3-4 hari setelah bunga mekar, sedangkan pada bunga jantan akan
menghasilkan pollen 2-3 hari setelah seludang membuka, pada kondisi tersebut
viabilitas pollen optimal, kondisi ini biasanya ditandai dengan aroma yang harum
Purba et al, (2017). Tahapan perkembangan buah kelapa sawit menurut Purba et al,
(2017) sebagai berikut:

a. Buah sawit umur 1 bulan


Buah sawit umur 1 bulan memiliki kriteria seludang terbuka, keadaan
tandan ada buah kecil terbentuk pada tandan, daging buah putih kehijauan
lunak dan berair, cangkang putih dan lembut, inti berupa cairan, embrio belum
terlihat. Berikut gambar bentuk buahnya;

Gambar 4 Kelapa sawit 1 bulan


b. Buah sawit umur 2 bulan
Buah sawit berumur 2 bulan memiliki kriteria seludang terbuka,
keadaan tandan muda, daging buah putih kehijauan, cangkang putih agak
keras, inti seperti agar-agar, embrio belum terlihat. Berikut gambar bentuk
buahnya;

Gambar 5 Kelapa sawit 2 bulan

c. Buah sawit umur 3 bulan


Buah sawit berumur 3 bulan memiliki kriteria seludang terbuka;
keadaan tandan sebagai tandan muda; daging buah kuning kehijauan; cangkang
coklat muda keras; inti mulai mengeras; embrio berupa titik putih. Berikut
gambar bentuk buahnya;

Gambar 6 Kelapa sawit 3 bulan

d. Buah sawit umur 4 bulan


Buah sawit berumur 4 bulan memiliki kriteria seludang terbuka;
keadaan tandan berupa tandan mentah; daging buah kuning kemerahan,
cangkang coklat keras; inti putih keras; embrio berumur normal 3.5 mm.
Berikut gambar bentuk buahnya;

Gambar 7 Kelapa sawit 4 bulan

f. Buah sawit umur 5 bulan


Buah sawit berumur 5 bulan memiliki kriteria seludang terbuka, keadaan
tandan berupa tandan masak, daging buah berwarna merah kekuningan,
cangkang berwarna cokelat tua keras, inti putih keras, embrio normal 3.5
mm. Berikut gambar bentuk buahnya;

Gambar 8 Kelapa sawit 5 bulan

g. Buah siap panen


Derajat kematangan buah menjadi salah satu faktor yang paling
menetukan dalam kegiatan panen. Metode yang digunakan dalam
menentukan derajat kematangan buah adalah jatuhnya brondolan di
piringan sebelum tandan dipotong. Indikator buah yang layak dipanen
adalah jumlah brondolan yang jatuh pada piringan kelapa sawit. Kriteria
matang panen yang tepat adalah minimal terdapat lima brondolan di pringan
kelapa sawit (Hutagaol dan Yahya, 2009). Berikut gambar bentuk
buahnya;
Gambar 9 Kelapa sawit siap panen

Perbedaan Buah Kelapa Sawit Tipe Dura, Psifera, Tenera


Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang tergolong
dalam famili palmae. Tanaman kelapa sawit digolongkan berdasarkan ketebalan
tempurung (cangkang) dan warna buah (Pahan, 2012).
Menurut Pahan (2012), berdasarkan ketebalan cangkang, tanaman kelapa
sawit dibagi menjadi tiga varietas, yaitu:
1. Varietas Dura
Varietas Dura memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) ketebalan cangkangnya 2-8 mm
b) bagian luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut
c) daging buahnya relatif tipis
d) daging biji besar dengan kandungan minyak yang rendah
e) varietas ini biasanya digunakan sebagai induk betina oleh para
pemulia tanaman.

2. Varietas Psifera,
Varietas Psifera memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) ketebalan cangkang yang sangat tipis (bahkan hampir tidak ada)
b) daging buah tebal
c) daging biji sangat tipis
d) psifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman
komersial
e) dapat digunakan sebagai induk jantan oleh para pemulia tanaman
untuk menyerbuki bunga betina.

3. Varietas Tenera
Varietas Tenera memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera
b) varietas ini memiliki ciri-ciri yaitu cangkang yang yang tipis dengan
ketebalan 1.5 – 4 mm
c) terdapat serabut melingkar disekeliling tempurung
d) daging buah yang sangat tebal.
e) Varietas ini umumnya menghasilkan banyak tandan buah.
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Artinya,
pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah.
Namun, seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan
(hermaprodit) (Setyamidjaja, 2006). Rangkaian bunga jantan terpisah dengan
bunga betina. Bentuk bunga jantan lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak
meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Sementara itu, bentuk bunga betina
agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Suwarto
dan Octavianty, 2010).
Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika
bunga tersebut menjelang matang. Bunga betina terletak dalam tandan yang muncul
pada ketiak daun. Bunga jantan biasanya terbuka selama dua hari pada satu tandan.
Sedangkan bunga betina terbuka selama 3 – 5 hari pada satu tandan. Pada tanaman
kelapa sawit muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit dibanding bunga betina
(Setyamidjaja, 2006).
Berdasarkan tabel dan perhitungan di atas, sex ratio merupakan pembagian
antara jumlah bunga betina dengan jumlah total bunga. Sex ratio dapat menentukan
produksi kelapa sawit. Semakin rendah sex ratio maka produksi kelapa sawit akan
semakin menurun dan tidak efisien. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah bunga
betina pada 10 tanaman contoh kelapa sawit didapatkan hasil sex ratio tanaman 1
sebesar 100%, tanaman 2 sebesar 0%, tanaman 3 sebesar 71.43%, tanaman 4
sebesar 75 %, tanaman 5 sebesar 36.36%, tanaman 6 sebesar 25%, tanaman 7
sebesar 25%, tanaman 8 sebesar 20%, tanaman 9 sebesar 25% dan tanaman 10
sebesar 42.86% . Hasil ini menunjukkan efisiensi produksi kelapa sawit masih
cukup baik. Namun, nilai sex ratio yang tinggi tidak dapat menjamin bahwa
produksi kelapa sawit tinggi karena ada faktor lain yang dapat memengaruhi
produksi kelapa sawit, misalnya genetik, usia pohon, kondisi lingkungan, juga
dipengaruhi oleh serapan hara terutama unsur nitrogen. Sex ratio dapat
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit karena apabila jumlah bunga betina
semakin banyak maka jumlah buah kelapa sawit yang dihasilkan juga akan semakin
tinggi (Pahan, 2006).
Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah yang
terletak di sebelah dalam tandan berukuran lebih kecil dan bentuknya kurang
sempurna dibandingkan dengan yang berada di luar tandan (Setyamidjaja, 2006).
Warna buah pada tanaman kelapa sawit tergantung varietas dan umurnya. Secara
anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah
perikarpium yang terdiri dari epikarpium dan mesokarpium. Bagian kedua adalah
biji yang terdiri dari endokarpium, endosperm, dan lembaga atau embrio. Tipe buah
kelapa sawit yang umum dijumpai di perkebunan kelapa sawit adalah Dura, Psifera,
dan Tenera yang merupakan persilangan dari Dura dan Psifera (Suwarto dan
Octavianty, 2010).
Hasil pengamatan di lapangan ditemukan buah tipe Dura dan Tenera.
Perbedaan yang mendasar dari ketiga tipe buah ini dilihat dari cangkangnya. Buah
tipe Dura memiliki cangkang yang tebal (2 – 8 mm). Buah tipe Psifera tidak
memiliki cangkang. Sedangkan buah tipe Tenera memiliki cangkang yang tipis (0.5
– 2 mm) (Pahan, 2006).

Gambar 3. Penampang melintang buah tipe Psifera, Tenera, dan Dura (dari
kiri ke kanan).
Taksasi produksi pada kelapa sawit dilakukan untuk memperkirakan
produksi 6 bulan, 3 bulan dan 1 bulan yang akan datang atau 1 hari sebelum panen.
Dari taksasi produksi dapat diketahui berapa banyak tandan yang akan dipanen serta
kapan dilakukan pemanenan. Sehingga kebutuhan sarana dan pra sarana untuk
memanen menjadi efektif dan efisien. Dari perhitungan di atas untuk taksasi 5 bulan
perkiraan produksinya, yaitu sekitar 0.048 ton, untuk taksasi 3 bulan perkiraan
produksinya sekitar 0.19 ton dan untuk taksasi 1 bulan sekitar 0.072 ton.
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat
membantu pemanen agar memotong buah yang benar. Kriteria yang umum
digunakan adalah berdasarkan umur buah yang dilihat dari jumlah brondolan yang
lepas secara alami dari tandan, yaitu lebih dari 4 brondolan. Buah yang berumur 1
– 2 bulan buahnya tidak membrondol dan berwarna hitam pekat. Buah berumur 3 –
4 bulan buah luarnya membrondol sebanyak 12.5 – 25% dan berwarna kemerahan.
Buah berumur 5 bulan buah luarnya membrondol sebanyak 26 – 50% dan berwarna
merah mengkilat. Sedangkan buah siap dipanen sebagianbuah bagian dalam
membrondol dan berwarna merah jingga (Nurmalisa, 2011).

Gambar 5. Buah kelapa sawit umur 1-2 bulan, 3-4 bulan, 5 bulan, dan
buah siap dipanen (dari kiri ke kanan).
Angka kerapatan panen (AKP) adalah sejumlah angka yang menunjukkan
tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal. Tujuannya untuk
mendapatkan satu tandan yang matang panen. Angka kerapatan panen didapat
dengan menghitung jumlah janjang matang pada pokok yang dijadikan sampel
kemudian dibagi jumlah total pokok yang diamati dan dikalikan persentase 100,
maka akan didapatkan angka kerapatan panen pada blok tersebut (Nurmalisa,
2011). Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai AKP tandan 5 bulan sebesar 20%.
Setelah didapatkan angka kerapatan panen (AKP) maka dapat dihitung kebutuhan
tenaga kerja panen kebun kelapa sawit. Hasil perhitungan pada praktikum ini
didapatkan angka kebutuhan tenaga kerja panen pada satu blok kebun seluas 1,28
ha sebesar 513 pemanen per hari kerja. Praktikum dilakukan selama 30 menit
dengan hasil perhitungan hari orang kerja (HOK) sebesar 0.4 HOK/ha.

SIMPULAN
Hasil taksasi untuk panen 5 bulan sekitar 0,048 ton, taksasi 3 bulan sekitar
0,19 ton dan untuk taksasi 1 bulan sekitar 0,072 ton. Angka kerapatan panen untuk
5 bulan sebesar 20%. Kebutuhan tenaga kerja untuk kebun dengan luas 1,28 ha
adalah 6 orang.

DAFTAR PUSTAKA
Adlin, L.U. 2008. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat.
Pematang Siantar
Hutagaol E dan Yahya. 2009. Manajemen panen tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Di sungai Pinang Estate, PT. Bina Sains Cemerlang
Minamas Plantation, Musi Rawas, Sumatera Selatan. Skripsi [Internet].
[Diunduh 2019 Februari 28]. Tersedia pada:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/13575/1/A09ehu_a
stract.pdf
Lubis A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar-Sumatera
Utara. 435 hal.
Mangoensoekarjo dan Semangun.2008.Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Yogyakarta (ID) : UGM Press. 605 hal.
Nurmalisa, M. 2011. Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Sungai Bahaur Estate PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin
Timur, Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta, ID.
Purba I,R, Irsal, Meiriani. 2017. Hubungan Fraksi Kematangan Buah dan
Ketinggian Tandan terhadap Jumlah Buah Memberondol pada Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Kebun Rambutan PTPN III.
Jurnal Agroteknologi. 5(2): 315-328. [Internet]. [Diunduh 2019 Februari
28]. Tersedia pada: https://media.neliti.com/media/publications/110101
ID-hubungan-fraksi-kematangan-buah-dan-keti.pdf
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisus. Yogyakarta, ID.
Suwarto, Y. Octavianty. 2010. Budidaya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.
Penebar Swadaya. Jakarta, ID.
LAMPIRAN

Gambar 1 Filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kanan

Gambar 2 Filotaksi daun kelapa sawit dengan arah spiral ke kiri

Gambar 3 Kelapa sawit 1 bulan Gambar 4 Kelapa sawit 2 bulan


Gambar 5 Kelapa sawit 3 bulan Gambar 6 Kelapa sawit 4 bulan

Gambar 7 Kelapa sawit 5 bulan Gambar 8 Kelapa sawit siap panen

Anda mungkin juga menyukai