Anda di halaman 1dari 20

PERAN BAHASA ARAB

DALAM PENGEMBANGAN ILMU DAN PERADABAN ISLAM*

Muhbib Abdul Wahab


Program Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
email : muhbib@uinjkt.ac.id

Abstract
This study aims to clarify the role of the Arabic language in advancing science and Islamic
civilization through a library study of the history of the Arabic language a long the ages. The approach
used to analyze the data of Arabic language development is historical approach combined with content
analysis approach. The study has come to the conclusion that there are ive important roles of Arabic
language. Firstly, it served as the language of the union among the people and the Arab tribes. Secondly,
Arabic preserved the richness of local Arabic cultures through all times. Thirdly, Arabic used as a
media for educational and scienti ic study, possitioning it as the language of science and technology.
Fourthly, Arabic is as a tool of communication among the people and tribes and generations. Fifthly,
Arabic is accepted as a standardized language for Islamic knowledge and modern sciences.

‫ﻣلخﺺ ﺍﻟﺒﺤﺚ‬
‫ﺪﻑ هﺬﺍ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺇ ى ﺗﻮﺿﻴﺢ ﺩﻭﺭ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮبﻴﺔ ي ﺗﻘﺪﻳﻢ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻭﺍلحﻀﺎﺭﺓ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻋﻦ ﻃﺮيﻖ ﺩﺭﺍﺳﺔ‬
‫ ﻭﺍﳌﺪﺧﻞ ﺍﳌﺘﺒﻊ ي ﺗﺤﻠﻴﻞ ﺍﻟﺒﻴﺎﻧﺎﺕ ﻋﻦ ﺩﻳﻨﺎﻣﻴﺔ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮبﻴﺔ هﻮ‬.‫ﻣﻜﺘبﻴﺔ ﻟﺘﺎﺭيﺦ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮبﻴﺔ ﻋ ﺮ ﺍﻟﻌﺼﻮﺭ‬
‫ ﻭﺗﻮﺻﻞ ﺍﻟﺒﺤﺚ ﺇ ى ﻧتﻴﺠﺔ ﺃهﻤهﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮبﻴﺔ ﺗﻠﻌﺐ ﻋ ى‬.‫ﺍﳌﺪﺧﻞ ﺍﻟﺘﺎﺭي ي ﺑﺘﺤﻠﻴﻞ ﺍﳌﻀﻤﻮﻥ ﺃﻭ ﺍملحﺘﻮﻯ‬
‫ ﻭﺛﺎﻧﻴﺎ كﻠﻐﺔ ﻟﻠﻤﺤﺎﻓﻈﺔ‬،‫ﺍﻷﻗﻞ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺩﻭﺍﺭ هﺎﻣﺔ ﻭ ي ﺃﻭﻻ ﺑﻤﺜﺎﺑﺔ ﻟﻐﺔ ﺍﻻﺗﺤﺎﺩ ﺑ ﻥ ﺍﻟﺸﻌﻮﺏ ﻭﺍﻟﻘﺒﺎﺋﻞ ﺍﻟﻌﺮبﻴﺔ‬
‫ ﻣﻤﺎ ﻳﺠﻌﻠهﺎ ﻟﻐﺔ‬،‫ ﻭﺛﺎﻟﺜﺎ كﻠﻐﺔ ﻭﺳﻴﻄﺔ ﻟﻠﺘﻌﻠﻴﻢ ﻭﺍﻟﺪﺭﺍﺳﺔ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ‬،‫ﻋ ى ﺍﻟ ﺮﻭﺍﺕ ﻭﺍﻟﺜﻘﺎﻓﺎﺕ ﺍﻟﻌﺮبﻴﺔ ﻋ ﺮ ﺍﻟﻌﺼﻮﺭ‬
‫ ﻭﺧﺎﻣﺴﺎ كﻠﻐﺔ ﻟﺘﻘﻨ ﻥ ﻣﺠﺎﻻﺕ‬،‫ ﻭﺭﺍبﻌﺎ كﻠﻐﺔ ﻟﻠﺘﻮﺍﺻﻞ ﺑ ﻥ ﺍﻟﺸﻌﻮﺏ ﻭﺍﻟﻘﺒﺎﺋﻞ ﻭب ﻥ ﺍﻷﺟﻴﺎﻝ‬،‫ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻭﺍﻟﺘﻜﻨﻮﻟﻮﺟﻴﺎ‬
.‫ﻣﺘﺨﺼﺼﺔ ي ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻭﺍﻟﻌﺼﺮيﺔ ﻭﻏ ﺮهﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ‬

Kata Kunci: peran bahasa Arab, bahasa integrasi, bahasa konservasi, bahasa edukasi dan studi,
bahasa komunikasi, bahasa standardisasi

Pendahuluan Arab merupakan bahasa yang mendapat


Bahasa Arab merupakan bahasa yang garansi dan “proteksi Ilahi” (al-himâyah
paling banyak menyandang atribut. Selain al-Ilâhiyyah), seiring dengan digunakannya
merupakan bahasa kitab suci al-Qur’an dan sebagai “wadah ekspresi al-Qur’an” (wiʻâ’
Hadis, bahasa Arab adalah bahasa agama al-Qur’ân).1 Bahasa Arab juga dipandang
dan umat Islam, bahasa resmi Perserikatan 1
Garansi dan proteksi tersebut berupa
Bangsa-bangsa (PBB), bahasa nasional lebih jaminan eksistensi dan kelestarian bahasa Arab
dari 25 negara di kawasan Timur Tengah, sebagai bahasa al-Qur’an yang otentisitas dan
lughah al-dhâd, dan bahasa warisan sosial kelestariannya dijamin oleh Allah dalam irman-Nya
berikut.
budaya (lughah al-turâts). Jabir Qumaihah, (9 :‫ﺤ ﹸﻦ ﻧﹶﺰﱠﻟﹾ ﹶﻨﺎ ٱﻟﺬﱢﻛﹾﺮ ﹶ ﻭﹶ ﹺﺇﻧﱠﺎ ﹶﻟ ﹸﻪ ﹶﳊ ﹶٰ ﹺﻔ ﹸﻈﻮ ﹶﻥ )ﺍﳊﺠﺮ‬
‫ﹺﺇﻧﱠﺎ ﻧ ﹶ ﹾ‬
misalnya, menegaskan bahwa bahasa

*Naskah diterima: 17 Februari 2014, direvisi: 21 April 2014, disetujui: 23 Mei 2014.
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

sebagai bahasa yang sangat orisinal; tidak fonologi, leksikologi, morfologi, sintaksis
memiliki masa kanak-kanak sekaligus masa maupun semantik. Kendatipun sebagai
renta (lughah ashîlah, laisa lahâ thufûlah wa bahasa al-Qur’an, bahasa Arab tidak perlu
laisa lahâ syaikhûkhah).2 disakralkan atau dianggap sebagai bahasa
Meskipun sebagai kalam Allah yang suci (lughah muqaddasah), tetapi cukup
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, diposisikan sebagai bahasa terhormat
bahasa Arab (al-Qur’an) tetap merupakan dan diberi apresiasi tinggi (lughah
bahasa manusia atau produk budaya bangsa mu‘azhzhamah) karena ia merupakan
Arab. Ia bukan bahasa Tuhan atau malaikat.3 bahasa al-Qur’an, bahasa yang digunakan
Sebagai produk dan subsistem budaya, dalam sebagian besar ibadah ritual, dan
bahasa Arab mempunyai dimensi linguistik, bahasa budaya Islam (lughah al-tsaqâfah al-
humanistik, sosio-kultural, dan pragmatik. Islâmiyyah). Pendapat ini mengisyaratkan
Bahasa Arab pada dasarnya tunduk kepada bahwa bahasa Arab adalah sebuah sistem
(mengikuti) sistem linguistik yang telah sosial-budaya yang terbuka untuk dikaji,
menjadi kesepakatan penutur bahasa dikritisi, dan dikembangkan.4
ini (nâthiq bi al-‘Arabiyyah), baik sistem Sebagai subsistem budaya, bahasa
Arab merupakan salah satu bahasa (rum-
Namun, dhamîr ʻnahnuʼ dalam ayat tersebut
menunjukkan bahwa pemeliharaan dan penjaminan pun) Semit (usrah al-Lughât al-Sâmiyyah)
itu melibatkan manusia, bukan hanya oleh Allah Swt. yang dinilai paling tua dan tetap eksis
Keterjaminan otentisitas dan eksistensialitas bahasa
hingga sekarang.5 Kemampuan bahasa
Arab memungkinkannya menjadi bahasa nasional
(lughah qaumiyyah) bagi sejumlah negara yang 4
Lihat Yusuf al-Qaradhawi, “Mustaqbal al-
tidak hanya “diikat-erat” oleh nasionalisme Arab, Lughah al-‘Arabiyyah wa Tahaddiyyâ tuhâ ”, diakses
melainkan juga dipersatukan oleh ikatan keagamaan dari http://www.alriyadh.com/contents, 25-06-
(Islam) yang merupakan agama mayoritas di kawasan 2003. Namun, Ibn Fâ ris (329-395 H) berpendapat
Timur Tengah. Melalui bahasa Arab, aneka pemikiran lain bahwa bahasa Arab adalah bahasa ilahi dan
dan ilmu pengetahuan diwariskan dari generasi ke manusiawi sekaligus, karena bahasa ini dipakai oleh
generasi berikutnya hingga sekarang. Lihat Jabir Allah sebagai bahasa kitab suci-Nya untuk keperluan
Qumaihah, Atsar Wasâ’il al-Iʻlâm al-Maqrû’ah wa al- penyampaian ajaran-ajaran-Nya kepada umat
Masmûʻah wa al-Mar’iyyah î al-Lughah al-‘Arabiyyah manusia. Lihat Ibn Faris, al-Shâhibî i Fiqh al-Lughah
(Madinah: Nadi al-Madinah al-Munawwarah al- wa Sunan al-‘Arab î Kalâmihâ (Beirut: Muʼassasah
Adabi, 1998), h. 5. Badran, 1963), h. 16.
2
ʻAbd al-‘Al Salim Mukram, al-Lughah al- 5
Para ahli bahasa (linguis), seperti Hasan
‘Arabiyyah î Rihâb al-Qur’ân al-Karîm (Kairo: ‘Alam Zhazha, Ramadhan ʻAbd al-Tawwab, dan Emil
al-Kutub, 1995), h. 3. Badiʻ Yaʻqub, mengategorikan bahasa-bahasa di
3
Dalam al-Qurʼan tidak dijumpai satu ayat pun dunia menjadi beberapa rumpun sesuai relasi dan
yang menegaskan bahwa bahasa Arab merupakan interrelasi struktural dalam sejarah perkembangan
bahasa Tuhan atau malaikat, tetapi dinyatakan mereka. Salah satu yang terpenting adalah rumpun
dengan lisân ‘Arabî atau Qur’ân ‘Arabî. Dari 13 Semit (turunan anak Nabi Nû h, Syâ m) yang meliputi:
ayat al-Qurʼan yang secara eksplisit menyebutkan bahasa Fenisia, Assyiria, Suriah, Aramea, Ibrani, dan
ungkapan yang menunjukkan bahasa Arab, dapat Arab. Lihat MH. Bakalla, Pengantar Penelitian Studi
ditegaskan bahwa Allah Swt. hanya menurunkan Bahasa Arab, terj. dari Arabic Culture, Through Its
wahyu kepada Rasul-Nya dengan bahasa kaumnya. Language and Literature oleh Males Sutiasumarga,
Ketiga belas ayat dimaksud adalah QS. Yû suf (12): (Jakarta: Hardjuna Dwitunggal, 1984), h. 1. Sebagian
2; Thâ ha (20): 113; al-Nahl (16): 103; Fushshilat besar bahasa tersebut sudah punah ditelan masa.
(41): 3; al-Syû râ (42): 7; al-Syuʻarâ ’ (26): 195; al- Yang masih eksis hingga sekarang adalah bahasa
Raʻd (13): 37; al-Zumar (39): 28, al-Ahqâ f (46): 12 Arab. Lihat Jaudat al-Rukabi, Thuruq Tadrîs al-
dan al-Zukhruf (43): 3. Lihat Muhbib Abdul Wahab, Lughah al-`Arabiyyah (Beirut: Dâ r al-Fikr, 1981),
“Revitalisasi dan Aktualisasi Bahasa Arab sebagai h.11. Rumpun bahasa Semit juga masih dapat
Bahasa Pendidikan dan Kebudayaan”, dalam Jurnal diklasi ikasikan menjadi tiga bagian, yaitu bahasa-
Jauhar (Jakarta: Program Pascasarjana UIN Syarif bahasa Semit Timur Laut (terdapat pada negeri
Hidayatullah, 2002), Vol. 3, No. 1, h. 99. al-Râ idain, Irak), bahasa-bahasa Semit Barat Laut

2 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

Arab tetap eksis hingga sekarang, antara disebabkan oleh watak dan karakteristik
lain, disebabkan oleh posisinya sebagai bahasa Arab yang elastis (murûnah),
bahasa pilihan Tuhan untuk kitab suci- menganut sistem derivasi dan analogi
Nya (al-Qur’an). Meskipun fungsinya (isytiqâq wa qiyâs) yang komprehensif, dan
lebih merupakan media ekspresi kitab memiliki perbendaharaan kata (tsarawât
suci bagi masyarakat Arab (tempat/lokasi lughawiyyah wa mufradât) yang kaya.8
Nabi Muhammad Saw. mendakwahkan
ajaran Islam), bahasa Arab—dalam hal Posisi Bahasa Arab dalam
ini bahasa suku Arab Quraisy sebagai Pengkajian Islam
bahasa standar dan lingua franca (lughah Allah Swt. memilih bahasa Arab sebagai
musytarakah) saat itu—merupakan bahasa bahasa kitab suci-Nya bukan semata-
yang telah mencapai puncak “kedewasaan mata karena masyarakat tempat Nabi
dan kematangannya”. Hal ini, antara lain, Muhammad Saw. ditugasi sebagai Rasul
terbukti dari penggunaan bahasa Arab adalah masyarakat yang berbahasa Arab
sebagai bahasa sastra dan pemersatu pada (bi lisân qawmihi) melainkan juga karena
masa Jahiliyah.6 bahasa Arab dipandang mampu dan laik
Selain itu, bahasa Arab hingga kini untuk mewadahi dan mengekspresikan
juga menjadi bahasa yang mampu me- pesan-pesan Ilahi yang abadi (eternal)
nampung kebutuhan para penggunanya dan universal. Bila kemudian bahasa Arab
dan menyerap berbagai perkembangan menjadi bahasa lebih dari 22 negara di
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kawasan Timur Tengah dan sebagian benua
berbagai bidang.7 Hal ini antara lain Afrika,9 lalu menjadi bahasa resmi sekaligus
(terdapat pada Suriah dan Palestina), dan bahasa- bahasa internasional yang digunakan
bahasa Semit Selatan (Jazirah Arab: Saudi Arabia sebagai bahasa kerja di PBB,10 maka
dan Yaman). Lihat Muhammad Mamdû h Badrâ n,
faktor utamanya–selain turut terpelihara
“al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Tadrı̂suhâ li ghair al-
Nâ thiqı̂n bihâ ”, dalam Ta`lîm al-Lughah al-`Arabiyyah bersamaan dengan “garansi dan proteksi
li Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Qadhâyâ wa Tajârib, Tunis: Ilahi” mengenai pemeliharaan al-Qur'an
Isesco, 1992.
tersebut— adalah elan vital (semangat
6
Pada masa Jahiliyah dikenal adanya “Bursa
dan Lomba Syair” di pasar Ukâzh (Sûq Ukâzh), Sekitar 8
Mengenai karakteristik bahasa Arab sebagai
Mekkah. Di antara karya-karya sastra yang dinilai bahasa Semit, lihat selengkapnya ulasan Ahmad
terbaik kemudian “digantung dan dipamerkan” pada Muhammad Qaddur, Madkhal ilâ Fiqh al-Lughah al-
dinding Ka’bah. Karena itu, karya-karya terbaik ‘Arabiyyah (Damaskus: Dar al-Fikr, 1999), h. 52-55.
kemudian dihimpun dalam sebuah antologi syair 9
Di antara negara yang menggunakan bahasa
yang disebut –dan hingga sekarang masih dijumpai— Arab sebagai bahasa resmi adalah: 1. Arab Saudi, 2.
al-Mu‘allaqât al-Sab’ atau al-Mu‘allaqât al-Asyr. Yaman, 3. Oman, 4. Suriah, 5. Palestina, 6. Jordania, 7.
Lihat Mushthafâ ‘Inâ nı̂ dan al-Iskandarı̂, al-Wasîth Iraq, 8. Kuwait, 9. Qatar, 10. Bahrain, 11. Uni Emirat
i Târîkh al-Adab al-‘Arabî (Kairo: Dâ r al-Ma‘â rif, tt); Arab, 12. Lebanon, 13. Mesir, 14. al-Jazair, 15. Tunisia,
dan Ahmad Hasan al-Zayyâ t, Târîkh al-Adab al-‘Arabî, 16. Libia, 17. Sudan, 18. Marokko, 19. Mali, 20.
(Beirut: Dâ r al-Ma‘rifah), Cet. VII, 2001. Menarik Somalia, 21. Nigeria, dan 22. Mauritania. Beberapa
dicermati bahwa pasar-pasar di masa Jahiliyah negara lain yang bahasanya banyak dipengaruhi
hingga abad kedua hijriyyah dapat dianggap sebagai bahasa Arab, walaupun tidak menggunakan bahasa
sumber baku materi bahasa Arab (mutun al-Lughah Arab sebagai bahasa resmi, adalah Iran (bahasa
al-‘Arabiyyah) yang kelak dirumuskan sebagai ilmu, Persia), Turki (bahasa Turki), Pakistan (bahasa
mulai dari ilmu nahwu, sharaf, balaghah, dan shina‘at Urdu), dan tentu saja Indonesia (bahasa Melayu).
al-mu‘jam (leksikogra i Arab). 10
Bahasa Arab ditetapkan menjadi bahasa
7
Lihat Saʻı̂d Syubar, al-Mushthalah Khiyâr resmi dan bahasa kerja PBB sejak tahun 1972, sejajar
Lughawî wa Simah Hadhâriyyah (Qatar: kitab al- bahasa PBB lainnya, seperti bahasa Inggris, Perancis,
Ummah, Edisi 78), 2000), h. 12. Rusia, Spanyol, dan Cina.

Muhbib Abdul Wahab 3


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

juang, daya dorong) dan motivasi religius Arab, karena pada waktu itu bahasa Arab
umat Islam untuk memahami pesan-pesan merupakan bahasa ilmu pengetahuan.
Ilahi dan Tradisi (Sunnah) Nabi Saw.11 Dengan kata lain, bahasa Arab bukan
Di samping itu, tentu saja, umat Islam semata-mata bahasa komunikasi harian
mendapati bahasa Arab tampil sangat antarpenuturnya, melainkan bahasa ilmu
elegan, leksibel, dan bernilai sastra tinggi pengetahuan yang mampu mewadahi dan
dalam mentransmisikan berbagai karya mentransmisikan wacana pemikiran dan
intelektual Muslim dalam bentuk teks- karya-karya keilmuan.
teks, baik buku maupun manuskrip, yang Dalam perkembangannya, terutama
hingga kini masih menjadi bahan kajian setelah Islam tersebar ke luar Jazirah
dan sumber inspirasi pemikiran Islam yang Arabia, bahasa Arab tidak hanya menjadi
sangat berharga. bahasa lokal, tetapi menjadi bahasa yang
Dalam konteks ini, dapat ditegaskan “menginternasional”, mengikuti universa-
bahwa bahasa Arab mempunyai posisi litas Islam. Wilayah-wilayah baru yang
sangat penting dan strategis dalam ditundukkan atau dibebaskan oleh ke-
pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu kuasaan Islam, meskipun sebelumnya telah
keislaman, bahkan dalam pengembangan memiliki bahasa resmi, akhirnya terarabkan
peradaban Islam. Menarik dicermati bahwa (menggunakan bahasa Arab). Salah satu
sebagian besar karya intelektual Muslim faktor yang membuat terjadinya “simbiosis-
yang non-Arab (tidak berkebangsaan Arab), mutualisme” antara bahasa Arab dan Islam
seperti Sı̂bawaih (w. 180 H), al-Fâ rabı̂ (w. adalah karena posisi bahasa Arab sebagai
339 H), Ibn Sı̂nâ (w. 428 H), Ibn Miskawaih bahasa agama (lughah al-dîn) dan bahasa
(932-1030 M), al-Ghazâ lı̂ (w. 1111 M), pembebas (lughah al-fâtih al-jadîd), yang
dan lain sebagainya ditulis dalam bahasa dalam ungkapan Ibn Khaldun, bahasa Arab
dinilai sebagai “lughah ahl al-amshâr tâbi’ah
11
Beberapa ulama, di antaranya Ibn Taimiyah li al-dawlah” (bahasa lokal yang mengikuti
(w. 728 H), memfatwakan bahwa mempelajari
bahasa Arab itu wajib. Alasannya adalah bahwa bahasa Negara, dalam hal ini Arab).12
“Jika kewajiban itu hanya akan terlaksana dengan Umat Islam generasi awal tampaknya
hal tertentu, maka hal tertentu itu menjadi wajib.” sangat serius dan intens dalam upaya
Bahasa Arab telah “ditakdirkan” menjadi bahasa
kitab suci. Pesan kitab suci hanya akan dapat dibaca,
memahami al-Qur’an dan Sunnah Nabi,
dipahami, dan diamalkan dengan baik, jika bahasa sehingga mereka senantiasa saling belajar,
yang digunakannya dapat dipahami. Karena itu, berdiskusi dan bertanya jawab mengenai
mempelajari dan memahami bahasa Arab menjadi
suatu kewajiban. Lihat Mâ jid ‘Irsâ n al-Kailâ nı̂, al-Fikr
makna-makna (tafsir) berbagai kata atau
al-Tarbawî ‘inda Ibn Taimiyyah (Madinah: Maktabah ayat al-Qur’an. Setelah Islam berkembang
al-Hâ di, 1986). Selain itu, ʻUmar ibn al-Khaththâ b luas ke berbagai daerah bekas “hegemoni
pernah juga menyatakan: “Pelajarilah bahasa
Arab, karena bahasa ini adalah bagian dari agama
sosial politik dan intelektual Persia” di
kalian”. Senada dengan itu, Imam Sya iʻi juga pernah sebelah timur Jazirah Arab dan “hegemoni
menyatakan: “Setiap Muslim harus mempelajari Romawi” di sebelah barat, banyak non-
bahasa Arab sesuai dengan kemampuannya”. Bahkan
Arab yang “terpaksa” harus beradaptasi
Ibrahim Anis menyatakan bahwa “Mempelajari
bahasa Arab bagi yang mampu adalah fardhu dan mempelajari bahasa Arab. Keinginan
‘ain, dan bagi semua adalah fardhu kifâyah.” Lihat untuk mempelajari bahasa Arab terutama
Fathullah Nawar, “al-Buʻd al-Dı̂nı̂ min Ta`lı̂m al-
Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nâ thiqı̂na bi Ghairihâ ”, 12
ʻAbduh al-Hilwu dan Bahzad Jabir, al-Wâ î î
dalam Majallah al-Mujtama’ Edisi 1458, Juni 2001, h Tarikh al-ʻUlum ʻinda al-ʻArab (Beirut: Dar al-Fikr al-
.48. Lubnani, 2002), h.22.

4 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

didorong oleh semangat untuk mengetahui al-Qur’an bagi bangsa non-Arab (ʻajam) agar
isi al-Qur’an dan memahami ajaran Islam terhindar dari kesalahan (lahn), maka ilmu
pada umumnya. bahasa Arablah—khususnya ilmu nahwu
Semua itu, pada gilirannya, memicu dan sharaf—yang pertama kali mencuat
dan memacu lahirnya berbagai disiplin dalam sejarah ilmu di dunia Islam. Hal ini
ilmu dalam Islam. Terjadinya berbagai diperkuat oleh fakta bahwa penyusun karya
perdebatan teologis dan perbedaan mazhab mengenai nahwu dan sharaf pertama secara
iqih pada awal abad kedua hijriyah juga sistematis adalah Sibawaih yang wafat pada
mendorong banyak kalangan mengkaji tahun 180 H. Ilmu-ilmu keislaman saat itu
bahasa Arab dengan tujuan memahami belum sampai pada tingkat kematangan-
sumber-sumber ajaran Islam, terutama nya, karena memang baru dalam taraf
al-Qur’an dan al-Sunnah. Percampuran konsolidasi dan kodi ikasi, seperti hadits,
dan akulturasi budaya (al-mutsâqafah) iqh dan ilmu kalam.15 Pemanfaatan ilmu
antara bangsa Arab dan non-Arab yang bahasa Arab sebagai basis dan media untuk
disemangati oleh komitmen dan keinginan memahami al-Qur’an, hadits, iqh, kalâm,
kuat memahami Islam juga menjadikan ushûl al- iqh, sejarah, dan sebagainya juga
bahasa Arab sebagai bahasa yang banyak memperkuat tesis tersebut.
dipelajari13, sehingga dorongan untuk Selain itu, posisi bahasa Arab menjadi
“mengilmukan” bahasa Arab pun muncul, lebih strategis dan bahkan menjadi bahasa
terutama setelah banyaknya kasus lahn pendidikan dan kebudayaan, terutama
(kesalahan berbahasa Arab) di kalangan karena sebagian ulama Islam juga me-
non-Arab. nguasai bahasa Suryani, Yunani, Persia,
Meskipun pertumbuhan ilmu-ilmu ke- dan India. Penguasaan bahasa asing, bagi
islaman masih menjadi bahan perdebatan, ulama Arab, sekaligus menjadi pintu masuk
dapat ditegaskan bahwa dorongan untuk berbagai bidang ilmu yang sebelumnya
menyusun dan merumuskan ilmu bahasa dikembangkan oleh bangsa Yunani, Persia,
Arab muncul paling dini dari “rahim” dunia dan India. Selain memiliki sifat terbuka
Islam. Jika memang benar bahwa ʻAlı̂ ibn (menerima perbedaan dan perubahan), para
Abı̂ Thâ lib (600-661 M) adalah khalifah ulama Arab juga cenderung memperlihat-
yang menginstruksikan Abû al-Aswad al- kan semangat kompetitif (rûh al-tanâfus)
yang tinggi, terutama terhadap bangsa-
Du’alı̂ (16-69 H)14 untuk menyusun kaidah-
bangsa yang baru dibebaskan (ditunduk-
kaidah praktis mengenai bahasa Arab,
kan), sehingga mereka tertarik untuk mem-
utamanya untuk kepentingan pembacaan
pelajari, mengkaji, dan mengembangkan
13
ʻAbduh al-Hilwu dan Bazad Jabir, op. cit., h.22. ilmu-ilmu yang sudah berkembang di
14
Ada juga ulama yang berpendapat bahwa
Abu al-Aswad al-Du`alı̂ adalah peletak dasar
wilayah atau kawasan yang baru mereka
ilmu nahwu, karena ia merasa terpanggil untuk kuasai. Posisi bahasa Arab menjadi bahasa
membenahi dan mengoreksi praktik kebahasaan akademik di berbagai lembaga pendidikan
yang salah di kalangan orang Irak. Kontribusi lain
yang ada juga turut menjadi faktor
yang memperkuat pendapat ini adalah bahwa ia
juga peletak tanda baca al-Qur’an berupa titik untuk 15
Lihat Muhammad Ridhwâ n al-Dâ yah,
memudahkan kalangan ʻajam dalam membacanya. al-Maktabah al-ʻArabiyyah wa Manhaj al-Bahts,
Sayangnya ia tidak meninggalkan karya, tetapi (Damaskus: Dâ r al-Fikr, 1999), cet. I, h. 133.
pendapat-pendapatnya mengenai nahwu banyak Bandingkan dengan ʻAbd al-Wahhâ b Ibrâ him Abû
diriwayatkan oleh para linguis Bashrah maupun Sulaimâ n, Kitâbât al-Bahts al-`Ilmî wa Mashâdir al-
Kû fah. Lihat Ahmad Hasan al-Zayyâ t, op. cit., h. 149. Dirâsât al-Islâmiyyah (Beirut: Dâ r al-Syurû q, 1978).

Muhbib Abdul Wahab 5


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

akselerasi (percepatan) persebaran bahasa Bangsa Arab memang dapat dianggap


Arab bagi banyak kalangan. Pusat-pusat bangsa “pemenang bukan pecundang”.
pendidikan dan pengkajian yang telah ada Karena itu, ketika berbagai istilah dalam
sebelum pemerintahan Islam menakluk- bidang administrasi, ekonomi, sosial, dan
kan mereka, seperti Jundisapur, Iskandaria, politik didominasi, terutama, oleh bahasa
Antokia, Harran, dan sebagainya yang Romawi dan Persia, Khalifah Abdul Malik
banyak dikembangkan oleh ulama Suryani, bin Marwan menemukan momentumnya
kemudian menjadi pusat pengkajian dan yang tepat untuk memulai arabisasi Negara
pengembangan bahasa Arab16, lebih-lebih (taʻrîb al-dawlah), yang pada gilirannya
saat dilakukan gerakan penerjemahan diikuti dengan arabisasi administrasi pe-
karya-karya asing (Yunani, Persia, Suryani merintahan (taʻrîb al-dawâwîn), mata uang,
dan India) ke dalam bahasa Arab. bahkan arabisasi budaya. Dari gerakan
arabisasi inilah, cikal bakal teoritisasi dan
Bahasa Arab dan Peradaban Islam dinamisasi ilmu-ilmu dalam bahasa Arab
Terlepas dari ilmu apa yang pertama itu dimulai.18
kali lahir dari “rahim dunia Islam”, dalam Implikasinya lebih jauh adalah bahwa
perkembangan selanjutnya, pada masa karya-karya sastra (sya’ir/puisi, natsr/
Khalifah Malik ibn Marwâ n, bahasa Arab prosa) yang bernuansa kearaban banyak
diposisikan sebagai bahasa negara (dawlah bermunculan. Romantisme “kejayaan baha-
Umayyah), khususnya sebagai bahasa resmi sa Arab era Jahiliyah” kembali menemukan
dan bahasa administrasi pemerintahan. bentuknya. Mata uang resmi diarabkan
Meskipun Arabisasi ini memang agak (dalam bentuk dinâr dan dirhâm) yang
bernuansa politis, karena Bani Umayyah semula berbahasa Persia atau Romawi-
tergolong memiliki “fanatisme yang kuat” Yunani. Berbagai transaksi sosial-ekonomi
(taʻashshub qawiy) terhadap kesukuan di hampir seluruh wilayah dinasti Umawi
dan kearabannya, dampaknya cukup luas juga menggunakan bahasa Arab. Dengan
dan signi ikan. Pengaruh bahasa Persia, demikian, pada masa itu, bahasa Arab tidak
Qibtia, dan bahasa Romawi sebagai bahasa sekadar bahasa agama, melainkan juga
administrasi di masa lalu (sebelum khilafah sebagai bahasa negara: bahasa administrasi,
Umawiyah) kemudian digantikan oleh birokrasi, diplomasi, dan bahasa transaksi
bahasa Arab.17 sosial ekonomi.19 Di antara dîwân (semacan
18
Jibran Mas’ud, al-‘Arabiyyah al-Fushhâ:
16
ʻAbduh al-Hilwu dan Bazad Jabir, op. cit., h. Sya’latun lâ Tantha i’ (Beirut: Bait al-Hikmah, 2001),
24. h. 30-31.
17
Menarik dicatat bahwa ketika bangsa Arab 19
Uraian lebih detail, lihat Husain Hallâ q,
menaklukkan negeri-negeri yang dekat atau yang Târîkh al-Hadhârah al-Islâmiyyah (Kairo: Dâ r al-
jauh di luar Jazirah Arabia, mereka tidak mencampuri Kutub al-Islâ miyyah, 1988). Di antara kisah sukses
bahasa dan kebudayaan bangsa-bangsa yang mereka dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus
taklukkan. Karena itu, pada masa awal sejarah Islam, (Suriah) adalah Arabisasi tersebut. Hal ini paradoks
bahasa resmi negara adalah Yunani dan Persia, dengan bahasa yang digunakan Nabi `Isa yang pernah
tetapi dalam perjalanan waktu, dirasakan perlunya hidup di kawasan Palestina-Suriah (sekarang).
peralihan ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan pun Nabi `Isa ternyata menggunakan tiga bahasa dalam
diubah, dari Suryani ke dalam bahasa Arab. Lebih hidupnya: bahasa Ibarani untuk bahasa kitab suci
lanjut lihat, C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan (Injil), bahasa Yunani untuk pemikiran, dan bahasa
dalam Islam, terj. dari Philosophy and Science in Aramea untuk percakapan sehari-hari. Perlu
the Islamic World oleh Hasan Basari (Jakarta: Obor ditegaskan bahwa selama hampir 4 abad kawasan
Indonesia, 1989), h. 37. Suriah telah terhelenisasikan atau terromawikan,

6 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

kantor kementerian) yang diarabisasikan India ke dalam bahasa Arab.21 Di antara buku
ketika itu adalah Kementerian Perpajakan, yang diarabkan saat itu adalah al-Tasyrîh
Kementerian Pos dan Telekomunikasi, dan (Pembedahan) karya Jalinus, al-Handasah
Kementerian Keuangan. Berbagai arabisasi (Arsitektur) karya Plato, al-Majesti karya
istilah, ungkapan, dan tradisi (budaya) juga Ptolemios, dan al-Samâʻ wa al-ʻÂlam karya
terjadi dalam berbagai instansi pemerintah Aristoteles.22 Kolaborasi ulama dan umara’
lainnya.20 Atas dasar itu, dapat ditegaskan terbukti membuahkan proses dan dinamika
bahwa gerakan arabisasi, yang semula keilmuan yang sangat pesat sehingga
merupakan kebijakan politik, ternyata men- dalam waktu yang relatif singkat kemajuan
jadi cikal bakal gerakan intelektual, gerakan peradaban Islam dalam berbagai bidang
kultural, pengembangan ilmu pengetahuan dapat diwujudkan. Dialektika pengetahuan
dan peradaban. dan kekuasaan ini ditopang oleh teologi
Ketika dinasti Abbasiyah berkuasa, rasional negara (Mu’tazilah) yang ber-
menggantikan dinasti Umayyah, orientasi pengaruh besar terhadap dinamisasi
dan tradisi keilmuan mendapat ruang dan pengembangan ilmu dan peradaban Islam.23
momentumnya yang relevan dan signi ikan. Gerakan penerjemahan tersebut
Bersamaan dengan itu, atas kebijakan tidak hanya melibatkan sumber daya
khalifah Hâ rû n al-Rasyı̂d (786-809 M) manusia (SDM) dari kalangan umat Islam
dan terutama al-Ma’mû n (813-833 M), saja, melainkan juga melibatkan atau
gerakan “intelektualisasi” berjalan mulus ada semacam usaha “menyewa” atau
dan memperlihatkan kesuksesan yang luar memanfaatkan para penerjemah dari
kalangan Nasrani, seperti Hunain ibn Ishâ q
biasa. Proses intelektualisasi dan sivilisasi
(808-873 M)24, dan Ishaq ibn Hunain untuk
(pemeradaban) umat Islam ini, tentu saja
tidak dapat dipisahkan dari pergumulan 21
Antusiasme penerjemahan berbagai karya
ilmiah pada masa Harun al-Rasyı̂d (786-809)
dan interaksi sosial budaya dan pemikiran tampaknya dispiriti oleh salah seorang menteri
antara umat Islam dengan berbagai Hâ run al-Rasyı̂d, yaitu Yahya al-Barmakı̂ (w. 805),
bangsa lain, utamanya bangsa-bangsa yang memang menaruh perhatian terhadap studi
ilsafat dan logika. Dengan kata lain, gerakan
bekas dominasi Romawi (seperti Suriah, intelektual dalam bentuk penerjemahan karya-karya
Turki, Palestina, Yordania) dan Persia yang penting dari bahasa Yunani, Persia maupun Suryani
memang meninggalkan khazanah keilmuan dan India, ke dalam bahasa Arab justru dimotori oleh
penguasa. Lihat, C.A. Qadir, op. cit., h. 36.
di berbagai bidang keilmuan. Yang menarik 22
Lihat ʻAbduh al-Hilwu dan Bahzad Jâ bir, op.
dalam konteks ini adalah bahwa sang cit., h. 27-28.
khalifah yang menginstruksikan gerakan
23
Kajian mengenai ralasi dan dialektika
pengetahuan dan kekuasaan (jadaliyyah al-
penerjemahan besar-besaran berbagai kar- ma‘rifah wa al-sulthah) relatif kurang populer,
ya ilosof Yunani dan ilmuwan Persia dan padahal dialektika itu sangat menentukan orientasi
pengembangan insitusi pendidikan dan ilmu. Yang
sehingga bahasa Yunani telah menjadi bahasa sering menjadi bahan kajian adalah hubungan agama
akademik. Uraian mengenai hal ini, lihat Nurcholish dan politik, bukan pengatahuan dan kekuasaan,
Madjid, “Orientasi dan Metodologi Studi Islam Masa atau sinergi ulama dan umara. Lebih lanjut lihat,
Depan”, dalam Jauhar, Jurnal PPs. IAIN Jakarta, Edisi ʻAbd al-Majid al-Shaghir, al-Maʻrifah wa al-Sulthah
I, Desember 2000. î al-Tajribah al-Islâmiyyah (Kairo: al-Hai’ah al-
20
Lihat Yû suf al-‘Isysy, al-Dawlah al- Mishriyyah al-‘Ammah, 2010).
Umawiyyah wa al-Ahdâts al-Târîkhiyyah al-latî 24
Hunain ibn Ishâ q adalah seorang dokter
Sabaqathâ wa Mahhadât lahâ ibtidân min Fitnah beragama Kristen asal Herat. Ia diangkat oleh Khalifah
ʻUtsmân (Damaskus: Dâ r al-Fikr, 1989), cet. 5, h. al-Ma’mû n menjadi ketua dewan penerjemahan. Ia
212. menerjemahkan sejumlah karya Plato, Aristoteles

Muhbib Abdul Wahab 7


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

menekuni dan mendedikasikan keahliannya bahasa Arab, meskipun pengembang dan


dalam menerjemahkan karya-karya dari perumusnya bukan orang Arab.
bahasa Yunani dan Suryani ke dalam bahasa Posisi bahasa Arab sebagai bahasa ilmu
Arab.25 Kerjasama akademik lintas agama pengetahuan Islam, bahasa pendidikan,
dan budaya ini membuktikan bahwa Islam dan kebudayaan pada masa keemasan
dan peradabannya memang terbuka dan Islam tersebut dipandang penting sebagai
bisa bekerjasama secara sinergis dengan “prestasi ganda”, yaitu prestasi Islam dan
siapapun, termasuk ilmuwan Yahudi, yang [bahasa] Arab. Karena itu, banyak penulis
pada umumnya menguasai bahasa Suryani. yang kemudian menyandingkan kata “Islam
Hal ini sekaligus menjadi isyarat kuat dan Arab” dalam berbagai judul karya,
bahwa untuk bisa maju dalam bidang ilmu seperti al-Wâ î î Târîkh al-ʻUlûm ʻinda al-
pengatahuan dan peradaban, umat Islam ʻArab karya ‘Abduh al-Hilwu dan Bahzad
harus terbuka dan bersedia melakukan Jâ bir, Târikh al-Falsafah al-ʻArabiyyah karya
kerjasama atau kemitraan keilmuan dengan Jamı̂l Shalı̂ba, Tajalliyât al-Falsafah al-
siapapun.26 ʻArabiyyah karya Abû Yaʻrib al-Marzû qı̂, dan
Pendirian Bait al-Hikmah oleh al- sebagainya.
Makmun menjadikan bahasa Arab sebagai Prestasi tersebut disebabkan oleh
bahasa politik sekaligus sebagai bahasa beberapa faktor. Di antaranya adalah faktor
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebu- politik, yaitu adanya political will dari
dayaan. Dengan kata lain, wacana keilmuan penguasa—yang sangat haus dan antusias
dalam berbagai bidang ( ilsafat, teologi, terhadap pengembangan iptek saat itu—
tasawuf, bahasa, iqh, kedokteran, kimia, untuk mengembangkan tradisi ilmiah dan
optika, geogra i, musik, matematika, Aljabar, sistem pendidikan yang berorientasi kepada
Aritmatika, dan sebagainya) diekspresikan intelektualiasi sekaligus spiritualisasi. Ke-
dan dikembangkan dengan menggunakan dua, faktor ekonomi berupa kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi,
dan Jalinus. Di antara karyanya adalah “Asyru Maqâlât
î al-‘Ain” dan “al-Madkhal î al-Thibb”. Lihat Louis sehingga sebagian besar mereka menekuni
Ma’lû f, al-Munjid î al-Lughah wa al-Aʻlâm (Beirut: bidang keilmuan secara ”khusyuk”: serius
Dâ r al-Masyriq, 1986), cet. XXVIII, h. 226.
dan produktif. Ketiga, faktor bahasa Arab
25
Pembahasan mengenai hal tersebut, lihat
ʻAli ʻAbdullah al-Difâ ʻ, Min Rawâ’iʻ wa Ishâmât yang memang sangat akomodatif untuk
al-Hadhârah al-Islâmiyyah (Beirut: Muassasah dijadikan sebagai media reproduksi pe-
al-Risâ lah, 1999). Bandingkan dengan Mehdi
mikiran dan karya-karya ilmiah para ilosof
Nakosteen, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual
Barat, terjemahan, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996). dan ilmuwan Muslim. Meskipun al-Khalı̂l
26
Dalam kaitan ini, menarik dicermati bahwa ibn Ahmad, Sı̂bawaih, Ibn Sı̂nâ , al-Fâ râ bı̂, al-
salah satu karakateristik peradaban Islam itu
Râ zı̂, Ibn Miskawaih, al-Ghazâ lı̂, Ibn Rusyd,
sendiri adalah peradaban yang terbuka (hadharah
munfatihah). Menurut Tajussirri Ahmad Harran, Ibn Mâ lik dan sebagainya bukan orang Arab
Islam dapat menjelma menjadi peradaban yang asli, mereka dengan penuh ekspresi dan
terbuka karena prinsip dasarnya berupa akidah
apresiasi menjadikan bahasa Arab sebagai
tauhid. Akidah Islam ini memberikan spirit yang
membuat peradaban Islam memiliki karakateristik bahasa ilmu. Madrasah Nizhamiyyah di
sebagai peradaban yang bervisi persatuan, bermisi Persia, tempat al-Ghazâ lı̂ digurubesar-kan,
universal, berprinsip nilai-nilai moral yang luhur,
Madrasah al-Ayyubiyyah, Pusat-pusat Studi
berorientasi kepada pengembangan ilmu, dan
bersikap toleran dan terbuka. Lihat Tâ jussirri di Harran dan Jundisyapur (Persia) serta
Ahmad Harran, al-‘Ulûm wa al-Funûn î al-Hadhârah al-Azhar di Kairo juga menjadikan bahasa
al-Islâmiyyah (Riyadh: Dar Eshbekia, 2002), h.11.

8 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

Arab sebagai bahasa akademik: bahasa Islamisasi serta arabisasi bahasa. Penguasa,
studi, pendidikan, dan kebudayaan mereka. ulama, dan partisipasi publik yang plural dan
Keempat, faktor ideologi dan mazhab teologi multikultural dalam pengembangan sistem
negara yang rasional (Muʻtazilah) juga turut pendidikan Islam membuat kemajuan ilmu
mendinamisasikan pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam menjadi
dan peradaban. Istana pada masa itu bukan semakin progresif.28
sekadar singgasana, tetapi sekaligus menjadi
pusat diskusi, perdebatan akademik, dan Aktualisasi Peran Bahasa Arab dalam
sebagainya. Pengembangan Ilmu dan Peradaban
Posisi strategis bahasa Arab sebagai Dari uraian terdahulu dapat ditegaskan
bahasa pendidikan, kebudayaan, politik dan bahwa warisan intelektual Yunani, khusus-
sebagainya dalam kehidupan sehari-hari nya di bidang ilsafat yang cukup kaya dan
pada masa kejayaan Islam tersebut, tidak subur itu, ternyata banyak menarik perhatian
dapat dipisahkan dari beberapa faktor umat Islam, terutama para mutakallimûn
penting. Di antaranya: pertama, faktor (teolog) yang banyak dihadapkan kepada
ideologis; bahwa bahasa Arab memang perdebatan teologis dan kebutuhan untuk
sudah “mengkristal” dengan agama Islam menggunakan logika dan ilsafat dalam
yang dianut oleh pemeluknya. Kedua, faktor berargumentasi. Khazanah Hellenistik yang
doktrinal; bahwa al-Qur’an yang berbahasa pernah dominan cukup lama di berbagai
Arab itu sangat menekankan umatnya wilayah Asia Barat, Asia Kecil, dan sebagian
mencari dan mengembangkan ilmu Afrika mulai menggugah para ilmuwan
pengetahuan sehingga umat Islam terpacu Islam untuk mengenal dan mempelajarinya.
untuk memahami dan mengaktualisasi- Pengaruh Hellenisasi telah dimulai pada
kan ajaran Islam yang tertuang dalam teks masa pertengahan dinasti Umayyah
Arab al-Qur’an dan al-Sunnah. Ketiga, faktor dan puncaknya pada masa Abbasiyah.29
linguistik; bahwa bahasa Arab–hingga Pengaruh tersebut tampak pada pendirian
kini—tetap memperlihatkan sebagai Pusat Observatori Astronomi di Damaskus,
bahasa fushhâ yang berkembang dinamis, Suriah sekitar 700 M. Dengan kata lain,
sanggup mengikuti perkembangan zaman 28
Pengembangan peradaban Islam (kemajuan
disebabkan oleh berbagai keunggulan sains, teknologi, dan seni budaya Islam) tidak hanya
morfologis, sintaksis, semantik dan so- disemangati oleh akidah tauhid, penghormatan ter-
hadap potensi manusia, dan aktualisasi nilai-nilai
siologis. Keempat, faktor politik; dukungan
akhlak Islami dalam kehidupan, melainkan juga dito-
penguasa dan rakyat yang multilateral dan pang oleh berbagai sendi utama tegaknya peradaban
multi-etnis dari Andalusia (Spanyol) di itu sendiri, yaitu (1) inovasi dan kreativitas ilmiah
dalam berbagai bidang keilmuan, (2) kreativitas seni
Barat dan Persia di Timur memungkinkan
yang dihasilkan oleh umat Islam (seni arsitektur,
bahasa Arab berkembang dan tersosialisasi kaligra i, ornamen, musik, dan sebagainya), dan ter-
dengan sangat efektif dalam berbagai bangunnya dengan solid sistem politik, administrasi
negara, militer, ekonomi, sosial, peradilan, dan seba-
lapisan masyarakat.27 Ekspansi politik
gainya yang mendukung efektivitas sistem pendidi-
Islam, terutama pada masa ʻUmayyah dan kan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Lihat Ta-
Abbâ siyah tampak berimplikasi pada proses jussirri Ahmad Harran, op. cit., h.12.
29
Pengaruh tersebut tampak dalam perkem-
27 Lihat misalnya ʻAbbâ s Mahjû b, Musykilât bangan dan pengembangan ilmu di dunia Islam. Li-
Taʻlîm al-Lughah al-ʻArabiyyah: Hulûl Nazhariyyah hat ʻUmar al-Taumi al-Syaibani, ”Ishâ mâ t al-Muslimı̂n
wa Tathbîqiyyah (Doha: Dâ r al-Tsaqâ fah, 1986), h. i al-ʻUlû m”, dalam Jurnal al-Daʻwah al-Islâmiyyah,
19-26. Tripoli–Libia, Edisi IX, 1992, h. 15-17.

Muhbib Abdul Wahab 9


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

cikal bakal tradisi ilmiah dan penerjemahan penelitian dan pengembangan. Ketiga,
karya-karya dari berbagai bahasa asing ke berkembangnya fase inovasi dan aplikasi
dalam bahasa Arab mulai berkembang pada ilmu pengetahuan (marhalah al-ibtikâr wa
masa Bani Umayyah. al-tathbîq al-ʻilmî) sehingga melahirkan ke-
Puncak kemajuan ilmu pengetahuan majuan teknologi dan karya-karya seni dan
dan peradaban Islam terjadi pada masa budaya. Ilmu dalam Islam ditransformasikan
pemerintahan Bani ‘Abbâ siyah. Sejarah dan dikontekstualisasikan dengan ke-
mencatat bahwa salah satu faktor penting hidupan nyata.30 Semua tahapan dan fase
keberhasilan pengembangan peradaban saat perkembangan itu tidak terlepas dari peran
itu adalah karena berkembangnya gerakan bahasa Arab sebagai bahasa ilmu dan
penerjemahan (arabisasi) yang dimotori teknologi.
oleh elit penguasa, yaitu Hâ run al-Rasyı̂d Ketika peradaban Islam di Spanyol dan
(786-809 M) dan al-Makmun (786-833 M). Sicilia mengalami kemajuan, terutama di
Gerakan penerjemahan itu disosialisasikan bawah pengaruh Ibn Rusyd (1126-1198 M),
dengan ditunjang oleh adanya pusat riset Barat masih terlelap dalam kegelapan ilmu.
dan pendidikan seperti Bait al-Hikmah dan Setelah menyadari ketertidurannya, Barat
Dâr al-Hikmah. Penerjemahan karya-karya lalu bangkit, kemudian melakukan gerakan
asing tidak terbatas pada ilmu-ilmu dasar, penerjemahan seperti pernah dilakukan
ilsafat Yunani, melainkan juga mencakup oleh umat Islam. Pengaruh Averoisme di
matematika, astronomi, isika, geometeri, Barat ternyata membawa mereka bangkit
optika, musik, dan kedokteran yang berasal dari ketertinggalannya, sehingga mereka
dari bahasa Suryani, Persia dan India. berhasil mencapai renaisance (tanwîr wa
Gerakan penerjemahan karya-karya nahdhah), dengan revolusi industri sebagai
ilmiah berbahasa asing ke dalam ba- titik awalnya. Demikian pula restorasi dan
hasa Arab tersebut, selain mendorong reformasi di Jepang setelah kalah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan Perang Dunia II juga dimulai dengan
teknologi, juga berpengaruh besar terhadap gerakan penerjemahan besar-besaran ter-
wacana keilmuan Islam, baik ilmu-ilmu hadap karya-karya ilmuwan Barat dari
tradisional maupun ilmu-ilmu rasional, bahasa Inggris ke dalam bahasa Jepang. Jadi,
sehingga umat Islam tidak hanya bertindak penerjemahan, baik sebagai ilmu maupun
sebagai pengalih ilmu tetapi juga sebagai praktik atau profesi, mempunyai kontribusi
penyusun, pengembang, dan pembangun yang besar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan dan peradaban
berbagai disiplin ilmu pengetahuan baru.
umat manusia sepanjang sejarah. Pe-
Dalam konteks ini, setidaknya ada tiga
radaban Islam Indonesia modern, kalau
tahapan perkembangan peradaban Islam.
boleh disebut seperti itu, tampaknya
Pertama, munculnya gerakan penerjemahan
belum melalui tahapan perkembangan dan
dan pemahaman berbagai karya asing ke
pengembangan ilmu yang pernah dilalui
dalam bahasa Arab. Kedua, implikasi dari
oleh umat Islam di masa lalu ketika hendak
gerakan ini, adalah lahirnya fase kreasi ilmu
mencapai puncak kejayaannya.
(marhalah al-ibdâʻ al-ʻilmî). Bangsa Arab
Setelah Bagdad jatuh pada tahun
(Muslim) tidak lagi sekadar menerjemah-
1258 M akibat dihancurkan oleh tentara
kan tetapi juga memproduksi: menulis dan
Mongol, dan dunia Islam mengalami
mengembangkan ilmu melalui berbagai
30
ʻUmar at-Taumi as-Syaibani, op. cit., h. 15-16.

10 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

kemunduran, posisi bahasa Arab pun dengan bahasa Arab (karena mungkin
mengalami pergeseran dari bahasa bahasa Arab dinilai sulit dan berbelit-
akademik-ilmiah menjadi bahasa yang belit), penghargaan terhadap karya ilmiah
cenderung lebih bernuansa religius berbahasa Arab tergolong minim, tradisi
(bahasa agama, bahasa spritual). Karya- dan kondisi ilmiah tidak kondusif, sistem
karya intelektual dalam berbagai bidang pendidikan dan pengajaran bahasa Arab di
tidak begitu banyak lagi ditemukan berbagai institusi pendidikan Islam kurang
dalam bahasa Arab. Bahasa Arab seakan menunjang, dan rendahkan kesadaran
menjadi “loyo” karena ketidakberdayaan ”promosi” karya intelektual anak bangsa
politik dan ekonomi umat Islam vis a vis ini ke dunia Arab; bahkan di kalangan
hegemoni Barat yang maju secara sains dan bangsa-bangsa Arab sendiri terdapat ke-
ekonomi. Perhatian umat Islam pada saat cenderungan yang menguat terhadap
itu cenderung ditujukan kepada perebutan penggunaan bahasa Arab ‘âmiyyah (pasaran,
kekuasaan di satu pihak, dan di pihak lain, bukan bahasa formal) belakangan ini.
sebagian cenderung memilih lelaku su istik Fakta-fakta historis dan sosial intelek-
atau “’asyîq-maʻsyûq” bertarekat, atau lebih tual yang diuraikan di atas memperlihatkan
mementingkan urusan ukhrawi dengan kepada kita bahwa bahasa Arab pada
“berdzikir” daripada mengembangkan ilmu awal Islam hingga puncak kemajuan
pengatahuan dan peradaban. ilmu pengetahuan dan peradaban Islam
Meskipun demikian, menarik dicatat memainkan setidak-tidaknya lima peran
bahwa dalam abad ke-18 dan 19, beberapa penting. Pertama, bahasa Arab berperan
ulama Jawi, seperti Syekh Nawawi al- sebagai bahasa integrasi. Sejarah menun-
Bantani, Syekh Mahfuzh al-Tirmasi, Syekh jukkan bahwa mayoritas bangsa-bangsa
Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh yang ditaklukkan Islam semula bukan
Syamsuddin al-Sumatrani dan sebagainya, berbahasa Arab. Akan tetapi, dalam
yang bermukim di Haramayn (Mekkah dan perkembangannya warga masyarakat yang
Madinah), termasuk KH. Hasyim Asyʻari, baru dibebaskan oleh penguasa Islam ini,
banyak menelurkan karya-karya bermutu bahasa Arab mampu menyatukan banyak
yang ditulis dalam bahasa Arab. Setelah suku bangsa dan budaya. Peran integrasi ini
masa “keemasan ulama Jawi” tersebut, menjadi semakin solid dan kuat terutama
karya-karya ulama Indonesia yang ditulis setelah khalifah Abdul Malik ibn Marwan
dalam bahasa Arab mengalami penurunan.31
melakukan gerakan arabisasi dan menjadi
Hal ini menunjukkan bahwa aktualisasi
bahasa Arab sebagai bahasa negara dan
peran bahasa Arab dalam pengembangan
administrasi pemerintahan. Peran integratif
ilmu dan peradaban perlu direvitalisasi dan
bahasa Arab ini ditopang oleh ajaran Islam
dikembangkan di era modern ini.
yang mengedepan integrasi dan kesatuan
Menurut penulis, ada sejumlah faktor
akidah, kesatuan ukhuwah, kesatuan akhlak,
yang menjadi penyebab ”kemandulan
kesatuan pemikiran, kesatuan hukum, dan
akademik” dalam berkarya dengan
kesatuan budaya.32
menggunakan bahasa Arab. Di antaranya
Kedua, bahasa Arab berperan sebagai
adalah ketidakmampuan sebagian ulama
bahasa konservasi. Ketika Islam ber-
dalam mengekspresikan karya mereka
kembang ke luar Jazirah Arabia, kebutuhan
31
Baca Azyumardi Azra, Jaringan Ulama
(Bandung: Mizan, 1998). 32
‘Abd al-‘Al Sâ lim Mukram, op. cit., h. 146.

Muhbib Abdul Wahab 11


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

umat Islam untuk dapat mengakses dan terhadap penerjemahan, penelitian, dan
memahami sumber ajaran Islam (al- pengembangan ilmu, al-Makmun yang
Qur’an) tentu semakin mendesak. Pada mempercayakan pengembangan lembaga
saat sama, ketika sebagian umat Islam non- riset Bait al-Hikmah kepada Hunain ibn
Arab banyak melakukan lahn, para ulama Ishâ q menilai karya hasil terjemahannya
bahasa Arab merasa perlu merumuskan dari bahasa Yunani dan Suryani ke dalam
ilmu-ilmu dasar bahasa Arab (nahwu dan bahasa Arab itu dengan insentif berupa
sharaf). Dengan diformulasikannya ilmu ini, emas seberat hasil karya terjemahannya.34
bahasa Arab tidak hanya berperan menjaga Artinya, jika dia berhasil menerjemahan
kelestarian (konservasi) kekayaaan bahasa karya asing ke dalam bahasa Arab seberat
dan budaya Arab itu sendiri dari masa ke 1kg, maka insentifnya pun berupa 1kg emas.
masa, termasuk konservasi turats (warisan Dalam waktu bersamaan, berbagai lembaga
atau khazanah intelektual Arab dan Islam), pendidikan yang sudah berkembang di
tetapi juga menjaga otentisitas al-Qur’an. wilayah-wilayah Islam seperti madrasah
Karena itu, formulasi ilmu tersebut juga Jundisapur, Herat, Harran, Iskandaria,
dibarengi dengan pemberian tanda baca Antakia, dan sebagainya menjadikan bahasa
(titik-titik) dan harakat (fathah, dhammah, Arab sebagai bahasa edukasi dan studi,
kasrah, dan sukûn) al-Qur’an.33 Jadi, terdapat bahasa penelitian, dan pengembangan ilmu.
hubungan simbiosis-mutualisme (’alâqah Bahkan, menurut Ira M. Lapidus, budaya
mutabâdilah wa mutalâzimah) antara Islam (kultur) bahasa Arab merupakan produk
dan bahasa Arab, antara agama dan bahasa, dari tiga hal, yaitu produk masyarakat
atau antara doktrin dan media komunikasi perkotaan kelas menengah yang konsen
sehingga kedua berkembang secara saling dengan keilmuan Islam, produk loyalitas
mendukung. Tanpa spirit Islam yang kesukuan bangsa Arab, dan produk
mengharuskan umatnya cerdas dalam penguasa (istana).35
“iqra’”, mustahil bahasa Arab berkembang Keempat, bahasa Arab berperan sebagai
maju. bahasa komunikasi lintas suku bangsa
Ketiga, bahasa Arab berperan sebagai dan generasi yang mempercepat proses
bahasa edukasi dan studi. Ketika transmisi nilai-nilai Islam dan nilai-nilai
Islam mencapai kemajuannya, bahasa sosial kemanusiaan di kalangan masyarakat
Arab kemudian memainkan peran se- Arab. Seperti karakter bangsa Arab pada
bagai bahasa pendidikan, pembelajaran umumnya, bahasa Arab merupakan bahasa
dan penelitian ilmiah di hampir semua yang terbuka. Sebagai bahasa terbuka,
lapisan masyarakat Arab sehingga ba- bahasa Arab sejak awal memperlihatkan
hasa Arab kemudian menjadi bahasa kemampuannya beradaptasi dan menerima
ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini perubahan, termasuk mengadopsi bahasa-
ditunjang oleh kontribusi kebijakan politik bahasa Asing. Dalam al-Qur’an, dapat
dan inansial yang sangat besar dari elit dijumpai sejumlah kata yang berasal dari
penguasa, terutama al-Makmun, kepada bahasa lain, seperti: irdaus, zanzabîl,
para peneliti dan pengembang ilmu. kafûr, istibrâq, qamtharîr, salsabîl, dan
Sedemikian besar dukungan kekuasan 34
Jibran Masʻud, op. cit., h. 34.
35
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam,
33
Lihat Sa‘id al-Afghani, Min Târîkh al-Nahwi, terj. Ghufron M. Mas’adi (Jakarta: Rajawali Press,
(Beirut: Maktabah al-Falah, 1985). 1999), h. 138-139.

12 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

sebagainya. Di era modern ini, bahasa Arab terlihat pada terbitnya beberapa kamus
juga memperlihatkan perannya sebagai sebagai berikut:
bahasa komunikasi dalam berbagai bidang, • Ahmad Syafı̂q al-Khathı̂b, Mu‘jam
terutama politik, ekonomi, dan sosial al-Mushthalahât al-‘Ilmiyyah wa al-
budaya, termasuk media massa, baik di Fanniyah wa al-Handasiyyah, Beirû t:
dunia nyata maupun dunia maya. Selain Maktabah Lubnâ n, Cet. I, 1971 (Cet. VI,
itu, sebagai bahasa komunikasi akademik, 1991).
terutama di kalangan akademisi Arab, • Majdy Wahbah, Mu‘jam al-‘Ibârât al-
banyak sekali karya ilmiah dipublikasikan Siyâsiyyah al-Hadîtsah, Beirû t: Maktabah
melalui berbagai media, juga menjadikan Lubnâ n, 1978.
bahasa ini semakin berkembang, antara • Ahmad Zaky Badawı̂, Mu‘jam Mush-
lain, dengan banyaknya mufradat dan istilah thalahât al-‘Ulûm al-Ijtimâ‘iyyah, Bairû t:
baru dalam bahasa Arab.36 Maktabah Lubnâ n, 1982.
Kelima, bahasa Arab berperan sebagai • Nabı̂h Ghattâ s, Mu‘jam Mushthalahât al-
bahasa standarisasi di bidang ilmu-ilmu Iqtishâd wa al-Mâl wa Idârah al-A`mâl,
keislaman dan lainnya. Hal ini terbukti Beirû t: Maktabah Lubnâ n, 1985.
dengan dirintiskan penulisan kamus bahasa • Muhammad Mushthafâ Zaidâ n, Mu‘jam
Arab. Menurut catatan sejarah, mu‘jam al- al-Mushthalahât al-Nafsiyyah wa al-
‘Ain karya al-Khalil ibn Ahmad (100-170 Tarbawiyyah, Beirû t: Dâ r al-Syurû q,
H) adalah kamus pertama di dunia Islam. 1984.
Kamus ini sudah memiliki sistem dan metode • Nabı̂h Ghattâ s, et.al., Mu‘jam al-Idârah,
ilmiah yang cukup solid. Dari kamus ini, Beirû t: Maktabah Lubnâ n, 1983.
kelak menginspirasi lahirnya aneka kamus • Muhammad ‘Alı̂ al-Khû lı̂, Mu‘jam ‘Ilm
dalam bahasa Arab, seperti Maqâyîs al- al-Lughah al-Tathbîqî, Beirû t: Maktabah
Lughah karya Ibn Faris, Lîsan al-‘Arab karya Lubnâ n, 1986.
Ibn Manzhur, hingga aneka kamus istilah • Hâ rits Sulaimâ n al-Fâ ruqı̂, al-Mu‘jam al-
dalam berbagai bidang keilmuan yang, Qanunî, Beirû t: Maktabah Lubnâ n, Edisi
terutama, diprakarsai dan dikembangkan III, 1991.
oleh Maktabah Lubnan di Beirut. • Jamı̂l Shalı̂bâ , al-Mu‘jam al-Falsa î, dua
Spesialisasi kamus dalam bahasa Arab jilid, Beirû t: Dâ r al-Kitâ b al-Lubnâ nı̂,
mulai berkembang sejak tahun 1970-an, 1982.
setelah beberapa negara di Timur Tengah • Sumû hı̂ Fawqa al-‘Adah, Mu‘jam
mulai banyak bergumul dengan [atau al-Diblumâsiyyah wa al-Syu’ûn al-
terpengaruh oleh dinamika leksikologi] Dawliyyah, Beirû t: Maktabah Lubnâ n,
Barat, utamanya dalam rangka studi tt.
dan eksplorasi minyak, sehingga proses Agar kelima peran bahasa Arab dapat
transformasi teknologi pun terjadi dan diaktualisasikan, menurut penulis, perlu
dengan sendirinya usaha untuk melakukan adanya terobosan-terobosan inovatif baik
“Arabisasi” istilah-istilah teknologi pun dalam ”pengilmuan” bahasa Arab maupun
berkembang.37 Spesialisasi itu, antara lain, pembelajarannya. Misalnya saja, orientasi
36
Lihat Mahmud Fahmi Hijazi, al-Lughah al- pembelajaran bahasa Arab perlu diubah,
‘Arabiyyah î al-‘Ashr al-Hadîts: Qadhâyâ wa Musykilât
(Kairo: Dar Quba’, 1998), h. 137-138. dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Jakarta:
37
Lihat Muhbib Abdul Wahab, Epistemologi UIN Jakarta Press, 2008).

Muhbib Abdul Wahab 13


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

terutama di dalam sistem pendidikan calon lulusan Perguruan Tinggi (misalnya


pesantren dan madrasah (kemudian dengan TOAFL), sehingga mereka memiliki
di perguruan tinggi), dari sekadar standar kompetensi dalam berbahasa
sebagai proses spiritualisasi atau untuk Arab. Penciptaan lingkungan berbahasa
membaca ”kitab kuning” menjadi proses Arab (dengan keteladanan dosen dalam
intelektualisasi dan profesionalisasi. Bahasa berbahasa Arab sebagai bahasa akademik/
Arab tidak sekadar diposisikan sebagai alat perkuliahan) penting digalakkan. Para
untuk memahami melainkan juga media dosen juga perlu membiasakan menulis
untuk komunikasi, reproduksi keilmuan, dan karya ilmiah dalam bahasa Arab, sehingga
diplomasi kebudayaan. Strateginya adalah dikenal oleh dunia luar, khususnya dunia
dengan pendekatan politik dan akademik. Arab. Pemanfaatan teknologi informasi
Dalam konteks itu, kita harus bisa dan komunikasi yang canggih, khususnya
meyakinkan pemerintah, utamanya Kemen- dalam bidang teknologi dan multimedia
terian Agama dan Kementerian Pendidikan pendidikan bahasa Arab juga perlu
dan Kebudayaan agar mendeklarasikan dipikirkan bersama. Intinya: aktualisasi
dan memberikan maklumat moral bahwa peran bahasa Arab harus dibarengi dengan
bahasa Arab itu sangat penting dan perlu reformasi sistem pendidikan bahasa Arab
dipelajari, baik oleh umat Islam maupun secara terpadu, integral dan berkelanjutan,
yang lain. Dengan begitu, bahasa Arab bukan mulai dari tingkat dasar, menengah hingga
lagi ”bahasa milik orang Islam” dan hanya perguruan tinggi. Dengan demikian, bahasa
dikaji di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Arab insya Allah akan menjadi bahasa yang
Aneka kegiatan diplomasi dan promosi menarik, terutama dalam posisinya sebagai
(pariwisata, peluang investasi, kerjasama bahasa pendidikan dan kebudayaan. Umat
ekonomi, dan sebagainya) dengan berbagai Islam, baik kalangan santri maupun non-
negara Timur Tengah perlu didorong santri, dipandang perlu memberikan
sedemikian rupa sehingga posisi tawar apresiasi yang memadai terhadap pengem-
bahasa Arab di Indonesia semakin kuat dan bangan dan sosialisasi bahasa Arab di
menarik minat banyak kalangan. Indonesia.
Selain itu, kesadaran umat Islam juga Apresiasi yang antara lain perlu
harus dibangkitkan, melalui berbagai diaktualisasikan adalah intensifikasi dan
lembaga pendidikan dan media massa ekstensifikasi jam belajar bahasa Arab
bahwa belajar bahasa Arab itu tidak di madrasah-madrasah maupun sekolah-
sekadar untuk memahami Islam, melainkan sekolah, bahkan perguruan tinggi Islam
juga untuk memahami ilmu pengetahuan, seperti UIN, IAIN, STAIN, Perguruan Tinggi
yang kini sudah mulai banyak ditulis dalam Negeri di bawah naungan Kemendikbud
bahasa Arab. dan PTAIS lainnya. Berbagai institusi
Selanjutnya, perlu dipikirkan bersama pendidikan dan lembaga pemerintahan
adanya upaya pencitraan dan sosialisasi lainnya, seperti Akademi Pariwisata,
bahwa bahasa Arab itu penting dikaji Akademi Seni dan Budaya, Departemen
dan dikuasai sebagai bahasa studi Islam Pariwisata dan Budaya, Departemen
dan ilmu pengetahuan. Diperlukan juga Luar Negeri dan sebagainya sudah
upaya standarisasi kemampuan bahasa saatnya “melirik” pangsa pasar negara-
Arab bagi calon mahasiswa maupun negara Arab yang secara ideologis dan

14 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

religius memiliki kesamaan dengan leading (tetap eksis dan berdaya). Pertama
bangsa kita yang mayoritas beragama adalah merancang dan memformulasikan
Islam, dan secara ekonomis, mereka kurikulum pendidikan dan penyusunan
lebih potensial dan kaya. Promosi dan buku ajar bahasa Arab bagi non-Arab.
diplomasi kebudayaan ke berbagai negara Kedua adalah penyiapan dan pengkaderan
Timur Tengah tampaknya masih minim. guru-guru/dosen-dosen/pakar-pakar bahasa
Karena itu, intensifikasi kerjasama Arab dan guru-guru pendidikan Islam serta
antarnegara dan perwakilan Indonesia di penyelenggaraan berbagai pelatihan yang
Timur Tengah perlu dikembangkan dan efektif untuk mereka. Ketiga adalah penulisan
dioptimalisasikan. bahasa-bahasa bangsa Muslim dengan huruf-
huruf Arab.38
Tantangan dan Prospek Bahasa Arab Selain hal tersebut, upaya lain yang perlu
ke Depan disosialisasikan dalam rangka menjadikan
Peristiwa Selasa kelabu, 11 September bahasa Arab sebagai bahasa pendidikan dan
2001 tampaknya banyak membawa berkah kebudayaan, bahasa ilmu pengetahuan, dan
bagi umat Islam. Meski label “teroris” peradaban adalah promosi dan diplomasi
kerapkali dialamatkan Barat kepada umat kebudayaan ke berbagai negara di Timur
Islam, para peminat kajian Islam di Barat, Tengah, agar para turis dan wisatawan
khususnya Amerika Serikat, semakin yang berkunjung ke Indonesia meningkat.
meningkat. Rasa keingintahuan mereka Seiring dengan itu, bahasa Arab juga layak
tentang Islam—berikut upaya pembuktian dimasukkan dalam kurikulum akademi
benar tidaknya Islam sebagai agama pariwisata atau lembaga pendidikan
yang menyokong terorisme—setidaknya lainnya yang beorientasi memberikan jasa
mengantarkan mereka untuk mengkaji kepariwisataan dan perhotelan. Dengan
sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan al- begitu, kita dapat memberikan pelayanan
Sunnah, yang pada gilirannya mendorong yang lebih baik, dan pada gilirannya,
mereka mempelajari bahasa Arab. dengan semakin banyak turis atau investor
Sebelum peristiwa tersebut, memang dari Timur Tengah ke Indonesia, niscaya
bahasa Arab sudah dipelajari di berbagai sosialisasi bahasa Arab di kalangan
universitas terkemua di Barat, seperti di masyarakat Indonesia lebih mudah dan
Canada, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, efektif.
dan Jerman. Bahasa Arab dikaji sebagai Dalam konteks tersebut, perlu juga
mata kuliah wajib bagi mereka yang dipikirkan bersama kemungkinan di-
melakukan studi Islam. Dalam pandangan jadikan bahasa Arab sebagai salah satu
mereka, mustahil melakukan studi Islam bahasa siaran berita pada TVRI dan TV-TV
tanpa mempelajari bahasa Arab. swasta lainnya. Penyiaran berita dengan
Menurut al-Munazhzhamah al-Islâmîy- bahasa Arab melalui TV dan radio, —meski
yah li al-Tarbiyah wa al-‘Ulûm wa al- masih terbatas pada Radio at-Tahiriyah—
Tsaqâfah (organisasi Islam untuk Pen- diharapkan dapat memberi nuansa baru
didikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebu- bagi umat Islam Indonesia. Beberapa
dayaan) yang berpusat di Rabat, Marokko, 38
‘Abd al-‘Azı̂z ibn ‘Utsmâ n al-Taujiry, “Juhûd
ada tiga tantangan dan poros yang dapat al-Isisco î Nasyr al-Lughah al-‘Arabiyyah Baina ghair
al-Nâthiqîna bihâ”, dalam Harian al-Syarq al-Awsath,
membuat bahasa Arab di masa depan
Edisi 6136, Sabtu, 16 September 1995.

Muhbib Abdul Wahab 15


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

tahun lalu, bahasa Arab memang sudah utamanya adalah wahyu, yaitu: al-Qur’an
menjadi salah satu acara rutin (pelajaran dan al-Sunnah.39 Orientasi peradaban
Bahasa Arab) di TVRI dan TPI, namun Islam juga mengarah kepada nilai-
—barangkali karena faktor marketabilitas nilai transendental, tidak hanya berupa
dan rating yang tidak komersial—acara itu mewujudkan î al-dunya hasanah, tetapi
akhirnya ditiadakan sehingga bahasa Arab juga î al-âkhirati hasanah sekaligus waqinâ
kehilangan tempat. Di bulan Ramadhan adzâba al-nâr (QS al-Baqarah [2]: 201).
lalu, alhamdulillah, ada tayangan serial Peradaban Islam juga harus memposisi-
dalam bahasa Arab tentang sejarah Islam, kan kehidupan dunia sebagai instrumen
khususnya Umar ibn al-Khaththab di Trans7 atau sarana menuju kebahagiaan hidup di
dan belakangan juga ada siaran langsung akhirat. Karena itu, pemikiran Islam tidak
TV al-Jazeerah yang diterjemahkan ke seharusnya berorientasi kekinian dan
dalam bahasa Indonesia yang disiarkan kedisinian semata, tetapi harus berorientasi
oleh TVOne. Seiring dengan banyak jauh ke depan. Allah Swt. ber irman: Walal-
media berbahasa Arab, terutama di dunia âkhiratu khairul laka minal ûla. Artinya:
maya, sudah saatnya juga dikembangkan Orientasi kehidupan masa depan [akhirat]
bahan ajar dan sumber belajar berbasis itu sungguh lebih baik daripada orientasi
ICT yang dipandang dapat menunjang masa kini [kehidupan dunia] (QS al-Dhuha
proses pembelajaran bahasa Arab yang [93]: 4).
komunikatif dan interaktif: pembelajaran Selain itu, peradaban Islam dibangun di
bahasa Arab yang membisakan dan atas fondasi tauhid (ajaran tentang keesaan
membiasakan, bukan membisukan dan Allah, kesatuan wujud, kesatuan penciptaan,
membosankan! kesatuan kemanusiaan, kesatuan tujuan).
Kesatuan akidah inilah yang merupakan
Karakteristik Peradaban Islam pemersatu (uniting factor) berbagai upa-
Bahasa Arab akan tetap menjadi ya pemikiran menuju kamajuan dan kese-
bahasa umat Islam yang memungkinkan jahteraan umat. Penelitian serius yang
“dilahirkan kembali” peradaban Islam dilakukan oleh pemikir Muslim dalam
modern. Tentu saja, kita harus berjuang rangka mengungkap rahasia dan hukum-
sekuat tenaga untuk melahirkannya. Islam hukum alam tidak lain karena didasari oleh
mempunyai potensi dan sumber daya nilai semangat dedikasi atau pengabdian hanya
yang luar biasa unggul untuk mewujudkan untuk memperoleh ridha (perkenan, restu)
peradaban dimaksud. Jika dibandingkan Allah Swt. dan sekaligus untuk mengokoh
dangan peradaban Barat yang sekuler dan iman yang ada dalam diri pemikir dan
materialistik, peradaban Islam mempunyai siapa saja yang membaca dan memahami
beberapa karakteristik yang perlu dijadikan pemikirannya.40
sebagai visi, misi, orientasi, dan aktualisasi Kedua, peradaban Islam bersifat
pengembangan sains dan teknologi Islami ke insâniyyah (kemanusiaan). Produk pe-
depan. Karakteristik peradaban dimaksud radaban Islam hendaknya berorientasi
adalah sebagai berikut. 39
‘Abd al-Rahman ibn Zaid al-Zunaidi, Haqîqah
Pertama, peradaban Islam itu bersifat al-Fikr al-Islâmi: Dirâsah Ta’shîliyyah li Ma hûm al-
rabbânî, bersumber dari dan bermuara Fikr al-Islâmî wa Muqawwimâtihi wa Khashâishihi,
kepada tata nilai ketuhanan. Sumber (Riyâ dh: Dâ r al-Muslim, 1995), Cet. I, h. 125.
40
‘Ali ‘Abdullah al-Difâ ‘, op. cit., h. 20.

16 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

kepada proses humanisasi, pemanusiaan rasional tidak cukup untuk memahami


manusia, dengan mengedepankan ke- realitas meta isika dan isika. Pengetahuan
maslahatan manusia. Karena itu, peradaban gnostik (ma‘rifah) atau pendekatan su istik,
Islam memperioritaskan pemberlakuan seperti yang pernah ditempuh oleh al-
rambu-rambu dan nilai-nilai moral yang Ghazzali (w. 1111) juga dapat mengantarkan
luhur dalam berinteraksi dengan kitab dirinya menuju mukâsyafah (penyingkapan
suci maupun dalam mengembangkan tabir Ilahi) dan ma‘rifatullâh.
wacana keilmuan. Peradaban Islam dalam Keempat, peradaban Islam itu bersifat
berbagai bidang tidak berwujud teori- al-hada iyyah al-sâmiyah (bercita-cita dan
teori yang tidak membumi, melainkan bertujuan luhur). Pemikiran Islam tidak
seharunya melahirkan tatanan kehidupan menganut paham “pemikiran untuk
masyarakat yang lebih beradab, adil, dan pemikiran atau ilmu untuk ilmu” tetapi
sejahtera.41 Dengan kata lain, peradaban dimaksudkan untuk merealisasikan
Islam harus mampu melayani kepentingan cita-cita mulia dan luhur, yaitu: dedikasi
dan kemaslahatan manusia sesuai dengan manusia kepada Allah Swt. Karena itu,
norma-norma syariah dan nilai-nilai akhlâq pemikiran Islam menghendaki aksi dan
karîmah. implementasi. Pemikiran, ilmu, gerakan,
Ketiga, peradaban Islam itu bersifat dan amal merupakan satu kesatuan menuju
syumûliyyah, komprehensif dan terpadu, kebaikan dan kesalehan sosial. Keluhuran
meliputi segala bidang keilmuan, tujuan pemikiran Islam juga terletak
keterampilan, berorientasi dunia-akhirat. pada kesadaran pemikirnya terhadap
Pemikiran Islam tidak terbatas mengkaji tuntutan realitas dan petunjuk syariah.44
masalah meta isika—seperti yang digeluti Jadi, pemikiran Islam bukan semata-mata
oleh ilosof dan teolog—tetapi juga menca- retorika wacana tanpa makna dan fakta.
kup seluruh bidang dan aspek kehidupan Hanya saja, ketika wacana pemikiran
manusia. Komprehensivitas peradaban Islam itu hendak diaplikasikan dalam
Islam juga tidak terletak pada tema kajian realitas empirik, visi dan cita-cita luhur
tetapi juga meliputi sumber pengetahuan. pemikiran Islam terkadang mengalami
Sumber pengetahuan dalam pemikiran disorientasi dan distorsi. Gerakan pe-
Islam tidak terbatas pada logika, rasio mikiran “sala isme”, misalnya, yang
[rasionalisme] dan pengalaman empiris mencoba mengembalikan persoalan umat
[empirisme] tetapi juga bersumber dari kepada igur dan model ulama salaf dalam
wahyu dan intuisi [gnostik, ma’rifah].42 memahami dan mengamalkan Islam,
Demikian pula, metode yang digunakan justru “terjebak” dengan realitas historis
dalam memproduksi pemikiran tidaklah masa lalu yang aktualisasinya tidak cukup
semata-mata deduksi-induksi tetapi aktual dan relevan dengan persoalan masa
juga merupakan perpaduan antara kini. Demikian pula, “Pemikiran Islam
ta‘aqquli-ta‘ammuli, (penalaran logis Liberal” yang disuarakan oleh intelektual
dan kontemplatif), bayânî (penjelasan muda melalui Jaringan Islam Liberal (JIL)
elaboratif), burhânî (demonstratif), jadalî terkesan agak kebablasan dalam memahami
(dialektik) dan hadasî (intuitif).43 Pemikiran
‘Aql al-‘Arabi: Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah li Nizhâm
41
‘Ali ‘Abdullah al-Difâ ‘, op. cit., h. 20-21. al-Ma‘rifah î al-Tsaqâfah al-‘Arabiyyah (Beirut:
42
al-Zunaidi, op. cit., h. 126. Markaz Dirâ sat al-Wahdah al-‘Arabiyyah, 1990).
43
Lihat Muhammad ‘Abid al-Jâ biri, Binyah al- 44
al-Zunaidi, op. cit., h. 127.

Muhbib Abdul Wahab 17


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

ajaran Islam, sehingga nilai-nilai dasar yang karena dibutuhkan untuk melayani kajian
diperjuangkan lebih “kebarat-baratan” dari- al-Qur’an. Bahkan para qurrâ’ adalah juga
pada keislaman. para ahli bahasa. Ilmu-ilmu bahasa Arab
Kelima, peradaban Islam bercirikan al- dan keislaman bisa berkembang, antara
wudhûh (kejelasan, evidensi). Per-adaban lain, karena adanya inspirasi dan motivasi
Islam itu jelas tidak hanya dari segi sumber dari al-Qur’an yang berbahasa Arab.
dan metode tetapi juga jelas dari segi orientasi, Ketika Islam berkembang luas dan
kerangka kerja dan implementasinya. bersentuhan dengan peradaban lain,
Peradaban Islam tidak bertolak dari mitos bahasa Arab berperan sebagai jembatan
dan khayalan. Pemikiran Islam bersumber penghubung keilmuan melalui gerakan
dari dan berinteraksi dengan ajaran Tuhan penerjemahan. Gerakan ini mendapat
untuk diaktualisasikan dalam kehidupan momentum yang tepat, tidak hanya dari
nyata. Peradaban Islam seharusnya juga kalangan ulama, tetapi juga dukungan
jelas dimaksudkan untuk memenuhi itrah politik dan inansial dari umara, sehingga
dan kebutuhan manusia, dan bukan untuk sinergi kekuasaan dan pengetahuan
mengabdi kepada rejim dan kekuasaan.45 menjelma menjadi sebuah kekuatan
Selain itu, peradaban Islam juga memiliki yang dahsyat dalam pengembangan ilmu
kejelasan asal-usul, akar-akar historis, dan pengetahuan dan peradaban Islam. Gerakan
peta kajian, sehingga mampu memberikan penerjamahan karya-karya Yunani, India,
solusi terhadap permasalahan yang sedang dan Persia ke dalam bahasa Arab, lalu
terjadi. Ketika bangsa ini memerlukan ditindaklajuti dalam bentuk penelitian
pemecahan terhadap perosalan “korupsi dan pengembangan karya-karya kreatif
berjamaah”, pemikiran Islam seharusnya dan inovatif dari ulama Islam yang juga
dapat merespons dengan solusi yang tidak berkolaborasi dengan ilmuwan non-Muslim,
hanya teori-teori akademik, tetapi juga mejadikan bahasa Arab sebagai bahasa ilmu
dibarengi langkah-langkah konkret dalam dan peradaban.
upaya pemberantasannya. Bahasa Arab ke depan diprediksi dapat
berperan lebih optimal lagi jika lembaga
Simpulan pendidikan Islam dapat bersinergi dengan
Dari uraian terdahulu, dapat disimpul- kekuasaan dalam memantapkan perannya
kan bahwa peran bahasa Arab sebagai sebagai bahasa diplomasi, bahasa edukasi,
bahasa agama, bahasa integrasi dunia Arab dan bahasa komunikasi dalam berbagai
(dan Islam), dan bahasa resmi PBB, tetap bidang. Karena itu, diperlukan adanya
penting, tidak hanya dalam pengembangan inovasi sistem pendidikan bahasa Arab
kajian keislaman tetapi juga dalam pengem- yang lebih dari sekadar PAIKEM, misalnya
bangan ilmu pengetahuan dan peradaban. pembelajaran bahasa Arab berbasis riset,
Bahasa Arab dan peradaban Islam sepan- berbasis budaya, berbasis penciptaan
jang sejarahnya tidak dapat dipisahkan, lingkungan berbahasa komunikatif dan
bagaikan dua sisi dari mata uang. Di satu produktif. Peran bahasa Arab sebagai
sisi bahasa Arab bisa berkembang maju bahasa edukasi dan studi, termasuk sebagai
karena al-Qur’an, dan di sisi lain, bahasa standarisasi, perlu diaktualisasikan dengan
Arab perlu dikembangkan sebagai ilmu mendinamisasikan berbagai kegiatan
akademik yang kreatif dan inovatif.
45
al-Zunaidi, op. cit., h. 127.

18 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam


Vol. I, No. 1, Juni 2014 | ISSN : 2356-153X

Selain itu, peran IMLA (Ittihâd Mudarrisî dinamis dan produktif, menjadi referensi
al-Lughah al-‘Arabiyyah) ke depan, dalam standarisasi sumber belajar bahasa
diharapkan bisa seperti ma‘jâmi al-Lughah Arab, standarisasi evaluasi dan tes bahasa
al-‘Arabiyyah di beberapa negara Timur Arab, dan bahkan pusat serti ikasi guru
Tengah, seperti Mesir, Saudi Arabia, Yordania, bahasa Arab, penerjemah bahasa Arab, dan
Suriah dan Irak; bukan sekadar menjadi calon diplomat yang akan ditugaskan di
organisasi asosiasi profesi, melaimkan juga negara-negara Arab. Wallâhu a‘lam bi al-
menjadi institusi ilmiah dan intelektual yang shawâb! []

Daftar Rujukan

‘Abd al-Wahhâ b Ibrâ him Abû Sulaimâ n, Kitâbât al-Bahts al-‘Ilmî wa Mashâdir al-Dirâsât al-Islâmiyyah,
Beirut: Dâ r al-Syurû q, 1978.
Abdul Wahab, Muhbib, “Revitalisasi dan Aktualisasi Bahasa Arab sebagai Bahasa Pendidikan dan
Kebudayaan”, dalam Jurnal Jauhar, Jakarta: Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Vol.
3, No. 1, 2002.
––––––, Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008.
al-Afghani, Sa‘id, Min Tarîkh al-Nahwi, Beirut: Maktabah al-Falah, 1985.
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama, Bandung: Mizan, 1998.
Badrâ n, Muhammad Mamdû h, “al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Tadrı̂suhâ li ghair al-Nâ thiqı̂n bihâ ”,
dalam Ta‘lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîn bihâ: Qadhâyâ wa Tajârib, Tunis: Isesco,
1992.
Bakalla, MH., Pengantar Penelitian Studi Bahasa Arab, Terj. dari Arabic Culture, Through Its Language
and Literature oleh Males Sutiasumarga, Jakarta: Hardjuna Dwitunggal, 1984
al-Dâ yah, Muhammad Ridhwâ n, al-Maktabah al-‘Arabiyyah wa Manhâj al-Bahts, Damaskus: Dâ r al-
Fikr, 1999.
al-Difâ ‘, ‘Ali ‘Abdullah, Min Rawâ’i‘ wa Ishâmât al-Hadhârah al-Islâmiyyah, Beirut: Muassasah al-
Risâ lah, 1999
Hallâ q, Husain, Târîkh al-Hadhârah al-Islâmiyyah, Kairo: Dâ r al-Kutub al-Islâ miyyah, 1988.
Harran, Tâ jussirri Ahmad, al-‘Ulûm wa al-Funûn î al-Hadharah al-Islâmiyyah, Riyadh: Dar Eshbekia,
2002.
Hijazi, Mahmud Fahmi, al-Lughah al-‘Arabiyyah î al-‘Ashr al-Hadîts: Qadhâyâ wa Musykilât, Kairo: Dar
Quba’, 1998.
al-Hilwu, ‘Abduh, dan Bahzad Jabir, al-Wa î î Târîkh al-‘Ulûm ‘inda al-‘Arab, Beirut: Dar al-Fikr al-
Lubnani, 2002.
Ibn Fâ ris, al-Shâhibî î Fiqh al-Lughah wa Sunan al-‘Arab î Kalâmihâ, Beirû t: Mu'assasah Badrâ n,
1963.
Inâ nı̂, Mushthafâ dan al-Iskandarı̂, al-Wasîth î Târîkh al-Adab al-‘Arabî, Kairo: Dâ r al-Ma‘â rif, tt); dan
Ahmad Hasan al-Zayyâ t, Târîkh al-Adab al-‘Arabî, Beirut: Dâ r al-Ma‘rifah, Cet. VII, 2001.
Isysy, Yû suf, al-Dawlah al-Umawiyyah wa al-Ahdâts al-Târîkhiyyah allatî Sabaqathâ wa Mahhadat lahâ
ibtidâ'ân min Fitnah ’Utsmân, Damaskus: Dâ r al-Fikr, 1989.

Muhbib Abdul Wahab 19


Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban

al-Jâ biri, Muhammad ‘Abid, Binyah al-‘Aql al-‘Arabi: Dirâsah Tahlîliyyah Naqdiyyah Li Nizhâm al-
Ma‘rifah î al-Tsaqâfah al-‘Arabiyyah, Beirut: Markaz Dirâ sat al-Wahdah al-‘Arabiyyah, 1990.
al-Kailâ nı̂, Mâ jid ‘Irsâ n, al-Fikr al-Tarbawî ‘inda Ibn al-Taimiyah, Madinah: Maktabah al-Hâ di, 1986.
Lapidus, Ira M., Sejarah Sosial Umat Islam, terj: Ghufron M. Mas’adi Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Ma’lû f, Louis, al-Munjid î al-Lughah wa al-A‘lâm, Beirut: Dâ r al-Masyriq, 1986.
Madjid, Nurcholish, “Orientasi dan Metodologi Studi Islam Masa Depan”, dalam Jauhar, Jurnal PPs.
IAIN Jakarta, Edisi I, Desember 2000.
Mahjû b, ‘Abbâ s, Musykilât Ta‘lîm al-Lughah al-‘Arabiyyah: Hulûl Nazhariyyah wa Tathbîqiyyah, Doha:
Dâ r al-Tsaqâ fah, 1986.
Mas’ud, Jibran, al-‘Arabiyyah al-Fushha: Sya’latun la tantha i’, Beirut: Bait al-Hikmah, 2001.
Mukram, Abd al-‘Al Sâ lim, al-Lughah al-‘Arabiyyah i Rihâb al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: ‘Alam al-Kutub,
1995.
Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat, terjemahan, Surabaya: Risalah Gusti,
1996.
Nawar, Fathullah, “al-Bu‘d al-Dı̂nı̂ min Ta‘lı̂m al-Lughah al-‘Arabiyyah li al-Nâ thiqı̂na bi Ghairihâ ”,
dalam Majallah al-Mujtama’ Edisi 1458, Juni 2001.
Qaddur, Ahmad Muhammad, Madkhal ilâ Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyyah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1999.
Qadir, C.A., Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Terj. dari Philosophy and Science in the Islamic
World oleh Hasan Basari, Jakarta: Obor Indonesia, 1989.
al-Qaradhâ wı̂, Yû suf, “Mustaqbal al-Lughah al-‘Arabiyyah wa Tahaddiyatuhâ ”, diakses dari http://
www.alriyadh.com /contents, 25-06-2003.
Qumaihah, Jabir, Atsar Wasâ’il al-I‘lâm al-Maqrû‘ah wa al-Masmu‘ah wa al-Mar’iyyah î al-Lughah al-
‘Arabiyyah, (Madinah: Nadi al-Madinah al-Munawwarah al-Adabi, 1998), h. 5.
al-Rukâ bi, Jaudat, Thuruq Tadrîs al-Lughah al-‘Arabiyyah, Beirut: Dâ r al-Fikr, 1981.
al-Shaghir, Abdul Majid, al-Ma‘rifah wa al-Sulthah î al-Tajribah al-Islâmiyyah, Kairo: al-Hai’ah al-
Mishriyyah al-‘Ammah, 2010.
al-Syaibani, Umar at-Taumi, ”Ishâ mâ t al-Muslimı̂n fı̂ al-’Ulû m”, dalam Jurnal al-Da’wah al-Islâmiyyah,
Tripoli – Libia, Edisi IX, 1992.
Syubar, Sa‘ı̂d, al-Mushthalah Khiyâr Lughawî wa Simah Hadhâriyyah, Qatar: kitab al-Ummah, Edisi
78), 2000.
al-Taujiry, ‘Abd al-‘Azı̂z ibn ‘Utsmâ n , “Juhûd al-Isisco î Nasyr al-Lughah al-Arabiyyah Baina ghair al-
Nâthiqîna bihâ”, dalam Harian al-Syarq al-Awsath, Edisi 6136, Sabtu, 16 September 1995.
al-Zunaidi, ‘Abd al-Rahman ibn Zaid, Haqîqah al-Fikr al-Islâmi: Dirâsah Ta’shîliyyah li Ma hûm al-Fikr
al-Islâmi wa Muqawwimâtihî wa Khashâ'ishihi, Riyâ dh: Dâ r al-Muslim, 1995.

20 Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan Peradaban Islam

Anda mungkin juga menyukai