Anda di halaman 1dari 5

Sistem among

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pramuka, atau sering juga disebut pandu atau kepanduan (Inggris : scouting) adalah sebuah gerakan
pemuda yang telah merambah ke seluruh dunia. Gerakan kepanduan terdiri dari berbagai organisasi
kepemudaan, baik untuk pria maupun wanita, yang bertujuan untuk melatih fisik, mental, dan
spiritual para pesertanya dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat.

Mungkin kita sering mendengar istilah gerakan pramuka, kepramukaan, dan pramuka. Gerakan
pramuka adalah nama organisasi pendidikan luar sekolah yang menggunakan prinsip dasar
kepramukaan dan metode kepramukaan. Pramuka adalah anggota dari Gerakan Pramuka yang
terdiri dari anggota muda, peserta didik, dan anggota dewasa selaku Pembina Pramuka. Sedangkan
kepramukaan adalah nama kegiatan anggota Gerakan Pramuka di lingkungan sekolah dan di luar
lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, dan
praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode
kepramukaan yang sasaran ahirnya yaitu pembentukan akhlak, watak, dan budi pekerti luhur (Reka
Kerja,2011:1).

Gerakan pramuka sebagai wadah pendidikan non formal, memiliki tanggungjawab dalam rangka
mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mental, moral, spiritual,
emosional, intelektual, dan fisiknya sehingga menjadi sosok berkepribadian, berwatak, dan berbudi
pekerti luhur serta menjadi warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Gerakan Pramuka menggunakan prinsip-prinsip dasar dan metode
kepramukaan yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan
bangsa dan masyarakat Indonesia. Metode kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif
yang dilakukan untuk mendapatkan tujuan semudah mungkin, salah satunya dengan
mempergunakan sistem Among. Apa itu sistem Among? Mengapa sistem Among perlu diterapkan
dalam kepramukaan? Dan bagaimana pelaksanaan sistem Among tersebut? Semua akan kami bahas
dalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut,

1. Apa yang dimaksud dengan sistem Among?

2. Mengapa sistem among perlu diterapkan?

3. Bagaimana penerapan sistem among tersebut?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem among.

2. Untuk mengetahui alasan penerapan sistem among.

3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem among tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Among

Sistem Among adalah hasil pemikiran dari Raden Mas Suwardi Suryaningrat yang dikenal dengan
nama Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang juga pendiri Perguruan Taman
Siswa. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 28 April 1959. Untuk
mengenang jasanya dalam dunia pendidikan, tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan
Nasional Indonesia.

Pendidikan dalam Gerakan Pramuka ditinjau dari hubungan antara Pembina dengan peserta didik
bersendikan sistem Among. Sistem Among berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi
insan yang merdeka jasmani, rokhani, dan pikirannya, disertai rasa tanggungjawab dan kesadaran
akan pentingnya bermitra dengan orang lain.

Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan kebebasan
kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa, dengan sejauh mungkin
menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, paksaan, sepanjang tidak merugikan, baik bagi diri
peserta didik maupun bagi masyarakat sekitarnya, dengan maksud untuk menumbuhkan dan
mengembangkan rasa percaya pada diri sendiri, kreatifitas, dan aktifitas sesuai dengan aspirasi
peserta didik (Reka Kerja, 2011:17). Sistem Among memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kepribadiannya, bakat, kemampuan dan cita-citanya.

Kata “Among” berarti mengasuh, memelihara, menjaga, merawat. Sedangkan orang yang
melaksanakan “Among” disebut sebagai “Pamong”, yaitu orang yang memiliki kepandaian dan
pengalaman lebih dari yang diamong. Dalam gerakan pramuka, Pembina pramuka adalah Pamong
(Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, 1983 : 51).

Pembina Pramuka sebagai Pamong berperan untuk menjaga, membenarkan, meluruskan,


mendorong, memberi motivasi serta sebagai tempat berkonsultasi dan bertanya. Sejauh mungkin
Pembina menghindari unsur-unsur perintah, keharusan, dan paksaan. Dengan memberi kebebasan
dan kesempatan berkreasi seluas-luasnya, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan
kreativitas sesuai aspirasinya dan dapat memperkuat rasa percaya diri akan kemampuannya.

2.2. Alasan Penerapan Sistem Among

Sasaran proses pendidikan kepramukaan itu adalah mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman peserta didik dalam Gerakan Pramuka yang sasaran akhirnya adalah menjadikan para
Pramuka itu sebagai tenaga kader pembangunan yang bermoral pancasila.
Sasaran proses pendidikan itu dikatakan tercapai dengan efektif kalau sikap, tingkah laku, dan
kegiatan peserta didik merupakan refleksi dari proses pendidikan yang dialaminya. Tegasnya, hasil
pendidikan Kepramukaan itu membudaya pada diri setiap Pramuka.

Untuk mencapai maksud itu, maka proses pendidikan itu harus diberikan secara kongkrit. Untuk
mengkongkritkan sesuatu pada peserta didik, jalan yang praktis dan mudah adalah dengan
menggunakan contoh. Contoh tersebut dapat berupa contoh teladan yang diberikan oleh pendidik,
yang dalam hal ini adalah Pamong. Apabila bahan disampaikan kepada peserta didik berupa contoh-
contoh yang sangat kongkrit, maka peserta didik akan mengalami proses melihat, lalu tahu,
kemuadian mengerti, dan akhirnya paham. Jika keempat proses ini terlaksana, maka peserta didik
dapat dikatakan menghayati bahan tersebut.

Dengan penghayatan ini, berarti peserta didik akan menggunakan bahan tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari, sehingga bahan itu telah menjadi miliknya dan membudaya dalam dirinya.
Dengan membudayakan bahan pendidikan pada setiap peserta didik, maka perlu diberi motivasi
agar dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah membuadaya itu, peserta didik dapat
mengembangkan diri dan mampu untuk berkarya atas dasar karsanya yang positif.

Diterapkannya sistem Among dalam Gerakan Pramuka, tidaklah karena sistem Among itu
merupakan hasil pemikiran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip filsafat, ideology, ilmu jiwa dan bahwa
diakui dalam ilmu pendidikan dan ilmu pengajaran mutakhir, tetapi juga sesuai proses yang
diuraikan di atas. Ketegasan proses itu adalah tampak pada ungkapan sistem Among dalam bentuk
kalimat sederhana : Ing ngarso sung tulodho maksudnya di depan menjadi teladan, Ing madyo
mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan, Tut wuri handayani artinya di belakang
memberi motivasi.

Gerakan Pramuka menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan dalam rangka membina watak anak,
remaja dan pemuda Indonesia, agar mereka menjadi manusia yang bermoral Pancasila. Pendidikan
moral tidak akan berhasil dilakukan dalam bentuk klasikal dan masal, lebih efektif dilaksanakan
secara individual.

2.3. Penerapan Sistem Among

Proses pendidikan Kepramukaan atas dasar sistem Among, harus dilaksanakan dalam suasana
kekeluargaan. Penerapan sistem Among dalam Gerakan Pramuka tidak lain merupakan tuntutan
sikap laku seorang Pembina harus menjadi manusia pemberi teladan, manusia pendorong positif
bagi peserta didik.

Sistem Among mengharuskan Pembina mempunyai sikap laku yang sesuai dengan :

Di depan memberi teladan (Ing ngarso sung toludho)

Di tengah-tengah membangun kemauan (Ing madyo mangun karso)

Di belakang memberi dorongan (Tut wuri handayani)

(Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, 1983 : 53).

Dalam melaksanakan tugasnya, Pembina harus memelihara sikap baik yang berdasarkan pada :

Rasa cinta kasih, rasa keadilan, rasa kepantasan dan rasa kesanggupan berkorban

Rasa disiplin disertai inisiatif dan rasa tanggungjawab terhadap Tuhan, masyarakat dan
dirinya.
Sistem Among dalam Gerakan Pramuka, para Pramuka dibiarkan berkembang pribadinya, bakatnya,
kemampuannya, cita-citanya, tugas Pamong/Pembina hanyalah menjaga, membenarkan,
meluruskan, mendorong, memberi motivasi, tempat bertanya, dan tempat meminta pertimbangan.
Para Pramuka harus diperlakukan dan dihargai sebagai subyek didik, bukan sebagai obyek didik
belaka. Sistem Among berarti bahwa semua kegiatan Kepramukaan, sebagai proses pendidikan,
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata dengan contoh-contoh nyata, dapat dimengerti
dan dihayati, tidak dengan paksaan atau atas perintah, atas dasar minat dan karsa para Pramuka.
Pembina Pramuka harus mampu memberi contoh, pelaksanaan, tidak hanya pandai memerintah
atau meminta dilayani, serta menuntut perlakuan istimewa dari peserta didik

Sistem Among digunakan secara terpadu, tidak terpisah-pisah, satu dengan lainnya saling berkaitan,
karena itu untuk semua golongan peserta didik (S,G,T,D) digunakan teladan, memberikan daya kreasi
dan dorongan. Ketiga golongan peserta didik itu memerlukan :

1) Konkritisasi (Perwujudan)

Contohnya teladan untuk mengenal, mengetahui, mengerti, dan memahami.

2) Daya Kemampuan

Pengembangan kemampuan berkarya atas dasar karsanya.

3) Dorongan/Motivasi

Motivasi untuk berani berdiri di atas kaki sendiri. Namun tentu saja sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar Kepramukaan dan metodik pendidikan Kepramukaan , pelaksanaannya akan berbeda.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Sistem Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak secara leluasa.

2. Alasan diterapkannya sistem among agar proses Kepramukaan itu hasilnya pada diri setiap
pramuka, sedangkan Pembina pramuka bersikap laku pemberi teladan, pembangun karsa, dan
pemberi motivasi

3. Dalam penerapannya, sistem among mengharuskan Pembina Pramuka mempunyai sikap


laku :

– Ing ngarsa sung tulada : di depan memberi teladan

– Ing madya mangun karsa : di tengah-tengah membangun kemauan

– Tut wuri handayani : di belakang memberi dorongan

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini agar para pembaca memahami sistem
among dan mampu menerapkannya dalam kegiatan kepramukaan.

Anda mungkin juga menyukai