Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Hari / Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2017

Peralatan Industri Pertanian Golongan : P4


Dosen : Ir. Ade Iskandar, M.Si
Asisten :
1. Rizky Pangestu F34130092
2. Pratiwi Wulandari F34130109
3. Amiraihan Hendrasetianto F34130120

PERALATAN PENCAMPURAN

Oleh :

1. Reza Satria F34150101


2. Nur Faizah Putri F34150116

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam suatu industri terdapat satu atau beberapa tahap proses pengolahan
produk hasil pertanian. Beberapa proses yang terdapat pada industri, yaitu
pengecilan ukuran, pemisahan, pencampuran, pengeringan dan proses-proses
lainnya. Dengan perkembangan teknologi, proses pengolahan produk hasil
pertanian seperti pengecilan ukuran, pemisahan, pencampuran dan proses lainnya
dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan industri.
Proses pencampuran merupakan suatu proses yang penting dilakukan
dalam industri, bahkan mesin pencampur ditemukan di hampir semua industri
pengolahan pangan dan non pangan, mulai dari pencampuran yang sederhana
sampai pencampuran yang rumit seperti pada industri farmasi. Mesin pencampur
dapat digolongkan ke dalam kategori mesin pengolah dalam suatu industri yang
menunjang proses pengolahan bahan menjadi produk.
Peralatan pencampuran mempunyai pemanfaatan yang bermacam-macam.
Untuk menentukan jenis dari alat pencampur, tergantung pada jenis bahan yang
akan di campurkan (cairan, padatan, atau gas), kecepatan alat yang diinginkan
serta kekentalan dari suatu bahan tersebut. Oleh karena itu, perlu dipelajari
macam-macam peralatan pencampuran yang ada pada laboratorium sehingga
dalam melakukan proses pencampuran dapat menggunakan peralatan
pencampuran yang sesuai dengan bahan yang digunakan.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memperkenalkan peralatan pencampuran
dan aplikasinya pada industri.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

[Terlampir].

Pembahasan

Mixer merupakan salah satu alat pencampuran bahan heterogen untuk


mencapai suatu homogenitas yang bersifat seragam dan memiliki penyebaran
yang merata (Kusdarini 1997). Terdapat dua jenis mixer yang berdasarkan jumlah
propeler-nya (turbin), yaitu mixer dengan satu propeller dan mixer dengan dua
propeller. Mixer dengan satu propeller adalah mixer yang biasanya digunakan
untuk cairan dengan viskositas rendah, sedangkan mixer dengan dua propeller
umumnya digunakan pada cairan dengan viskositas tinggi (Handoko 1992).
Prinsip pencampuran bahan diturunkan dari prinsip mekanika fluida.
Perpindahan bahan akan terjadi jika ada gerakan yang akan dicampur baik secara
horizontal ataupun vertikal (Syarif 1981). Tujuan dari proses pencampuran yaitu
mengurangi ketidaksamaan dalam komposisi, temperatur atau sifat-sifat lain yang
terdapat dalam suatu bahan. Mekanisme kerja yang terjadi pada alat pencampur,
yaitu bahan baku dimasukkan ke wadah lalu akan dicampur dengan bantuan alat
pengaduk yang bergerak secara horizontal atau vertical (Handoko 1992).
Menurut Mc Cabe et al (1985), spesifikasi alat pencampuran ada tiga,
yaitu alat pencampuran bahan cair/liquid, alat pencampuran bahan padat dan alat
pencampuran bahan viskositas. Pencampuran bahan cair bertujuan untuk
mensuspensikan partikel padatan, menggabungkan bahan cair yang dapat saling
bercampur ,mendispersikan bahan cair lain yang tidak dapat bercampur dan
meningkatkan pindah panas antara bahan cair dan sumber panas.
Berdasarkan penggerakkannya, alat pencampur dibedakan berdasarkan 3
macam, pencampur dengan pengaduk bergerak, pencampur yang wadahnya
bergerak, dan pencampur yang pengaduk serta wadahnya bergerak (Kusdarini
1997).. Terdapat 5 jenis mixer yang diperkenalkan kepada praktikan, yaitu
planetary mixer, vertical double rotary mixer, single rotary mixer, molen
mixer dan ribbon mixer. Planetary mixer bekerja berdasarkan teori perputaran
planet, wadah dari mixer bersifat stasioner, sedangkan pengaduk bergerak
melingkar sehingga pengaduk bergerak secara berulang melewati seluruh bagian
wadah. Vertical double rotary mempunyai 2 alat penggerak, yaitu wadah dan
pengaduk yang berputar pada porosnya (Manickam 2010). Single rotary mixer
hanya memiliki satu alat yang bergerak, yaitu impeller atau pengaduk yang
berputar pada porosnya. Molen mixer merupakan alat pencampur yang berbentuk
seperti molen yang pengaduknya menempel pada permukaan dalam wadah.
Ribbon mixer memiliki alat pengaduk horizontal yang berbentuk seperti pita yang
mampu bergerak secara 360 derajat, sedangkan wadahnya tidak bergerak
(Handoko 1992).
Planetary mixer adalah alat pencampuran bahan viscous, seperti pasta.
Prinsip penerapannya untuk mencampur bahan yang berviskositas tinggi dan
berbentuk pasta. Prinsip kerja alat ini adalah dengan berputarnya impeller untuk
mencampur bahan ke seluruh bagian wadah, sedangkan wadahnya tetap diam
sehingga menghasilkan adonan yang rata dan lembut (Masiuk 1987). Vertical
double rotary mixer, yaitu alat yang terdiri dari dua kerucut yang berputar pada
porosnya. Jika kerucut berputar maka bahan yang ada didalamnya akan teraduk
atau tercampur. Pencampuran dengan menggunakan Vertical double rotary
mixer pada umumnya adalah bahan padat (solid mixing) yang banyak
diaplikasikan di berbagai bidang industri. Kelebihan mixer ini dapat digunakan
untuk bahan yang padat, impeller berputar dengan kecepatan 140 rpm, dan mudah
dibersihkan. Adapun kekurangannya, yaitu membutuhkan tenaga yang lebih besar
(Manickam 2010).
Molen mixer merupakan alat pencampur yang berbentuk seperti molen
yang pengaduknya menempel pada permukaan dalam wadah. Alat ini mempunyai
kapasitas yang cukup besar hingga 50 kg. Akan tetapi, produk yang dihasilkan
mixer ini tidak bersifat halus karena wadah atau bejananya tidak berputar dengan
cepat (Kusdarini 1997). Ribbon mixer memiliki pengaduk berbentuk pita heliks
yang bergerak secara longitudinal. Alat ini mampu mendapatkan hasil yang elastis
dan pengembangan gluten yang diinginkan. Keuntungan lainnya, yaitu alat ini
mudah dipelihara dan bahan kecil dapat didispersikan tanpa membutuhkan
pencampuran terlebih dahulu (Masiuk 1987).. Single rotary mixer hanya memiliki
satu alat yang bergerak, yaitu impeller atau pengaduk yang berputar pada
porosnya. Produk yang dihasilkan lebih heterogen daripada double rotary mixer,
tetapi tenaga yang dibutuhkan lebih kecil (Manickam 2010).
Proses mixing yang mendasar, mengakibatkan mesin pencampuran
ini banyak digunakan di berbagai industri. Contoh pengaplikasian mixing di
agroindustri adalah proses pembuatan permen cokelat batangan, tepatnya terdapat
di pengolahan tersier tahap pencampuran adonan. mesin yang digunakan adalah
double rotary mixer. Industri kerupuk juga menggunakan mixer untuk mengaduk
adonan kerupuk. Mesin yang digunakan adalah mesin molen dengan pencetak
kerupuk pada proses hilirnya. Industri kopi instan menggunakan mesin
pencampuran untuk mencampur hasil gilingan kopi (kopi bubuk) dengan gula
ataupun susu krimer.
PENUTUP

Simpulan

Mixer merupakan mesin pencampuran bahan yang berguna untuk


menyeragamkan dan meratakan bahan. Prinsip kerja mixer mengikuti prinsip
mekanika fluida sehingga pencampuran bahan terjadi karena adanya pengadukan.
Planetary mixer bekerja berdasarkan teori perputaran planet, wadah dari mixer
bersifat stasioner, sedangkan pengaduk bergerak melingkar. Vertical double
rotary mixer memiliki wadah dan pengaduk yang berputar pada porosnya. Single
rotary mixer hanya pengaduk yang berputar pada porosnya, tanpa perputaran
wadah. Molen mixer memiliki pengaduk yang menempel pada permukaan dalam
wadah. Ribbon mixer memiliki alat pengaduk horizontal yang berbentuk seperti
pita yang mampu bergerak secara 360 derajat, sedangkan wadahnya tidak
bergerak. Contoh pengaplikasian mixing pada industri adalah industri cokelat,
industri kerupuk, dan industri kopi instan.

Saran

Sebaiknya diberikan penjelasan tambahan mengenai beberapa mixer yang


menyatu dengan mesin lainnya, seperti yang ada di industri kerupuk yang
menyatukan mesin mixing dan mesin pembentuk adonan.
DAFTAR PUSTAKA

Handoko D. 1992. Perancangan dan Pengujian Performansi Prototipe Alat


Pengaduk Dodol [Skripsi]. Bogor: FATETA, IPB.
Kusdarini E. 1997. Kajian Kinerja Mesin Pengolah Kue Bawang [Skripsi]. Bogor:
FATETA IPB.
Manickam, SS, Shah R., Tomei J, Bergman TL and Chaudhuri B. 2010.
Investigating mixing in a multi-dimensional rotary mixer:
experiments and simulations. Journal of Technology. 201(1), hal: 83-
92.
Masiuk S. 1987. Power consumption, mixing time and attrition action for solid
mixing in a ribbon mixer. Journal of Technology. 51(3), hal: 217-229
Mc Cabe,1985. Unit Operation of Chemical Engineering. Jakarta : Erlangga.
Syarif A. 1981. Desain dan Uji Performansi Alat Pencampuran Tepung Tenaga
Pedal [Skripsi]. Bogor: FATETA, IPB.

Anda mungkin juga menyukai