Anda di halaman 1dari 9

UPEJ 6 (2) (2017)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MENGGUNAKAN CRI DAN PENYEBABNYA


PADA MATERI MEKANIKA FLUIDA KELAS XI SMA
Rika Febriani Yudhittiara, Nathan Hindarto, Mosik
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam miskonsepsi siswa, penyebab
Diterima Juni 2017 terjadinya miskonsepsi dan akibat yang ditimbulkan dari adanya miskonsepsi tersebut. Desain
Disetujui Juni 2017 penelitian ini adalah penelitian survei yaitu penelitian untuk mendapatkan data dari tempat
Dipublikasikan Agustus
tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan
2017
data. Pengambilan sampel dengan purposive sampling diperoleh kelas XI IPA 3 dan kelas XI IPA
Keywords: 5. Metode pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi, angket, tes dan wawancara. Hasil
Misconceptions, causes didapatkan bahwa tingkat tahu konsep tertinggi pada konsep fluida dan fluida statis sebesar
misconception, fluid 40,2%, tingkat tahu konsep tetapi kurang yakin pada konsep adhesi dan kohesi sebesar 11,8%,
mechanics tingkat miskonsepsi tertinggi pada konsep hukum Archimedes sebesar 54,5%, dan tingkat tidak
tahu konsep tertinggi pada konsep viskositas dan satuannya sebesar 72,5%. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa diantaranya : faktor pembelajaran,
cara berpikir siswa, buku teks pelajaran, pengalaman dan pengetahuan yang kurang mendalam.

Abstract
This study aimed to determine variety of students misconception, as well as its causes and impact.
Design of the study was a survey study, which was a study to collect data from a certain natural place (not
created one), but the researcher did a treatment in collecting data. Samples were taken by using purposive
sampling method, and they were classes of XI IPA 3 and XI IPA 5. The samples were collected by
observation, documentation, questionnaire, test and interview. Result of study indicated that highest level of
knowing the concept was on fluids and static fluids concepts as much as 40,2%, level of knowing-but-not-sure
was on adhession and cohession concept as much as 11,8%, while the highest level of misconception was on
Archimedes law concept as much as 54,5% and the highest level of not-knowing was on viscosity and its units
concept as much as 72,5%. There were some factors causing the students misconception, such as, learning
process, students thinking way, material books, experience and lack of knowledge.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : yudhittiararika@gmail.com
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

PENDAHULUAN dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang


diterima para pakar dalam bidang itu (Suparno,
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
2013: 4). Senada dengan itu, Fowler sebagaimana
Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
dikutip oleh Suparno, (2013: 5) menjelaskan
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
miskonsepsi secara lebih rinci, ia memandang
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
akurat akan konsep, penggunaan konsep yang
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak
keterampilan yang diperlukan dirinya,
benar.
masyarakat, bangsa dan Negara”. Pendidikan erat
Berdasarkan observasi yang dilakukan
kaitannya dengan proses belajar. Proses belajar
peneliti pada saat menjalani program praktik
yang dialami manusia mengakibatkan seseorang
pengalaman lapangan di SMA N 2 Bae Kudus,
dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru,
kebanyakan siswa menganggap bahwa fisika
berdasarkan apa yang telah dipelajari. Salah satu
merupakan mata pelajaran yang ditakuti
kegiatan belajar dalam bidang ilmiah adalah
dikarenakan susah menghafalkan rumus. Ketika
fisika (Ningrum dan Linuwih, 2015).
sebuah soal diubah sedikit, banyak siswa yang
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang
tidak bisa mengerjakannya karena yang mereka
paling mendasar, karena berhubungan dengan
tahu atau hafal hanya rumusnya tetapi tidak
perilaku dan struktur benda (Giancoli, 2001: 1).
dengan konsepnya. Padahal mata pelajaran fisika
Sedangkan menurut Sumarsono (2009: 2), fisika
tidak hanya sekedar menghafalkan rumus, tetapi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat
dibutuhkan pemahaman konsep yang benar dan
dan gejala pada benda-benda di alam. Oleh
tepat sehingga tidak menimbulkan salah konsep
karena fisika berkaitan dengan alam, maka dalam
atau miskonsepsi.
mempelajarinya diperlukan fakta, hukum,
Selain itu menurut guru mata pelajaran
konsep, prinsip yang telah dirumuskan oleh para
fisika, pembelajaran fisika selama ini lebih
peneliti berdasarkan kejadian yang terdapat di
banyak menggunakan metode ceramah dengan
alam. Menurut Hasim dan Ihsan (2011), konsep-
alasan memenuhi tuntutan waktu untuk
konsep fisika yang tertanam dalam fikiran siswa
menyelesaikan beberapa materi dalam satu
sangat dibutuhkan dalam pengembangan pola
semester. Sedangkan dalam pembelajaran
fikir untuk mempelajari fisika ke depannya.
menggunakan metode ceramah seringkali siswa
Dalam pembelajaran yang terjadi di kelas,
enggan bertanya atau mengungkapkan
guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab
gagasannya. Senada dengan hal tersebut,
atas hasilnya. Menurut Setyadi dan Komalasari
menurut Suparno (2013: 50), metode ceramah
(2012), tugas utama seorang guru dalam
yang tanpa memberikan kesempatan siswa untuk
pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi,
bertanya dan juga untuk mengungkapkan
tetapi juga menanamkan pengertian dan konsep
gagasannya sering kali meneruskan dan
dengan benar. Oleh karena itu, konsep yang
memupuk miskonsepsi, terlebih pada siswa yang
tertanam tersebut haruslah benar dan tepat
kurang mampu. Siswa-siswa ini tidak mempunyai
secara ilmiah sehingga tidak menyebabkan salah
wahana untuk mengecek apakah konsep yang
konsep.
mereka dapatkan sudah benar atau tidak. Mereka
Menurut Berg, (1991: 10) siswa sudah
juga tidak mempunyai kesempatan untuk
mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep
meluruskan bila ternyata keliru, karena tidak
fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran fisika
diberi kesempatan.
di sekolah. Miskonsepsi atau salah konsep
menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai
82
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

Kesalahan konsep fisika yang berhubungan salah dengan alasan benar serta CRI rendah
dengan gerak, terdapat pada bidang mekanika. artinya seseorang tidak tahu konsep, jawaban
Berdasarkan keadaan bahan secara keseluruhan, salah dengan alasan salah serta CRI tinggi artinya
mekanika dapat dibagi menjadi mekanika zat seseorang mengalami miskonsepsi, sedangkan
padat dan fluida (Ningrum dan Linuwih, 2015). jawaban salah dengan alasan salah serta CRI
Selanjutnya menurut Fatmawati dan Hariyono, rendah artinya seseorang tidak tahu konsep.
dalam Ningrum dan Linuwih (2015), pada Sedangkan untuk alasan terbuka digunakan
mekanika fluida, materi yang menuntut siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
untuk memahami konsep beserta aplikasinya siswa terhadap konsep. Senada dengan hal
adalah fluida statis. Fluida statis merupakan tersebut, Amir et al. sebagaimana dikutip
fluida yang tidak mengalir berupa zat cair dalam Suparno (2013: 123), menggunakan tes pilihan
wadah dan gas dalam wadah yang tertutup. ganda (multiple choice) dengan alasan terbuka di
Sedangkan di dalam fluida statis terdiri dari mana siswa harus menjawab dan menulis
massa jenis, tekanan, tekanan hidrostatis, hukum mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu.
Pascal, prinsip Archimedes, adhesi dan kohesi, Selain mengidentifikasi miskonsepsi siswa,
tegangan permukaan, kapilaritas dan viskositas. penyebab siswa mengalami miskonsepsi juga
Salah satu cara untuk mengidentifikasi harus diketahui sehingga dapat mengurangi
miskonsepsi yang terjadi pada siswa yaitu adanya miskonsepsi lebih lanjut. Metode yang
diberikan tes pilihan ganda dengan alasan digunakan pun dapat bermacam-macam seperti
terbuka menggunakan Certainty of Response angket, wawancara, persoalan, pengamatan, peta
Index (CRI). Tes pilihan ganda (Multiple Choice konsep, dan lain-lain (Suparno, 2013: 132).
Test) terdiri atas suatu keterangan atau Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang data yang dilakukan dengan cara memberi
belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
memilih satu dari beberapa kemungkinan kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
jawaban yang telah disediakan (Arikunto, 2013: 2010: 199). Sedangkan wawancara digunakan
183). Penggunaan Certainty of Response Index sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
(CRI) di maksudkan untuk membedakan ingin melakukan studi pendahuluan untuk
miskonsepsi, tahu konsep dengan baik, tahu menemukan permasalahan yang harus diteliti
konsep tetapi kurang yakin dan tidak tahu dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
konsep. Seseorang yang mengalami miskonsepsi hal dari responden yang lebih mendalam dan
dapat dibedakan dengan cara membandingkan jumlah respondennya sedikit atau kecil
benar atau tidaknya jawaban dengan alasan yang (Sugiyono, 2010: 194). Angket dan wawancara
diberikan serta tinggi atau rendah CRI yang digunakan untuk mengetahui apa saja penyebab
diberikannya untuk jawaban soal tersebut. terjadinya miskonsepsi.
Jawaban benar dengan alasan yang benar serta Penelitian sebelumnya yang dilakukan
CRI tinggi artinya seseorang telah mengetahui Hakim et al. (2012) menunjukkan perbedaan
konsep dengan baik, jawaban benar dengan dalam hasil analisis data hubungan yang
alasan benar serta CRI rendah artinya seseorang signifikan antara CRI dan teknik CRI dimodifikasi.
tahu konsep tetapi kurang yakin, jawaban benar Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Hafizah
dengan alasan salah serta CRI tinggi artinya et al. (2014), menyatakan bahwa berdasarkan
seseorang mengalami miskonsepsi, jawaban analisis data, siswa yang mengalami miskonsepsi
benar dengan alasan salah serta CRI rendah dan tahu konsep lebih banyak dari pada yang
artinya seseorang tidak tahu konsep, jawaban siswa yang tidak tahu konsep (kurang
salah dengan alasan benar serta CRI tinggi artinya pengetahuan). Penelitian selanjutnya oleh
seseorang mengalami miskonsepsi, jawaban Ningrum dan Linuwih, (2015) menyatakan
83
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

bahwa faktor penyebab terjadinya konsepsi pada ganda dengan alasan terbuka, tes pilihan ganda
kelas XI cenderung akibat pengetahuan sebagai dengan alasan terbuka, lembar angket tertutup
serpihan terpisah-pisah, pengetahuan sebagai serta pedoman wawancara.
struktur teoritis, apresiasi konseptual dan Metode pengumpulan data dilakukan
pemahaman kurang mendalam. Penelitian lain dengan observasi, dokumentasi, tes, angket dan
yang dilakukan oleh Dalaklioglu et al. wawancara. Metode observasi dilakukan untuk
menunjukkan bahwa rata-rata miskonsepsi pada menentukan masalah pada awal penelitian.
konsep energi dan momentum menggunakan tes Metode dokumentasi digunakan untuk
survei sebanyak 32,5%. Berdasarkan uraian latar mengetahui metode dan model pembelajaran
belakang diatas, telah dilakukan penelitian serta mencari data kemampuan awal siswa, juga
dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi digunakan pada saat dilakukannya tes pilihan
Menggunakan CRI dan Penyebabnya Pada Materi ganda dengan alasan terbuka, angket dan
Mekanika Fluida Kelas XI SMA”. wawancara. Metode tes digunakan untuk
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepi pada materi
mengetahui berbagai macam miskonsepsi siswa mekanika fluida yaitu fluida statis. Metode angket
pada materi mekanika fluida, mengetahui dan wawancara digunakan untuk mengetahui
penyebab terjadinya miskonsepsi pada materi penyebab terjadinya miskonsepsi pada materi
mekanika fluida, dan mengetahui akibat yang mekanika fluida yaitu fluida statis.
ditimbulkan dari adanya miskonsepsi pada Analisis data pada tes pilihan ganda dengan
materi mekanika fluida. alasan terbuka berupa presentase dari tahu
konsep dengan baik, tahu konsep tetapi kurang
METODE PENELITIAN yakin, miskonsepsi dan tidak tahu konsep
kemudian di deskripsikan. Analisis data pada
Penelitian ini merupakan penelitian survei. angket penyebab miskonsepsi berupa presentase
Penelitian survei merupakan penelitian untuk dari setiap butir pernyataan. Analisis data dari
mendapatkan data dari tempat tertentu yang hasil wawancara dideskripsikan untuk
alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti mengungkap lebih dalam penyebab timbulnya
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, miskonsepsi pada materi mekanika fluida yaitu
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, fluida statis.
wawancara terstruktur dan sebagainya
(perlakuan tidak seperti dalam eksperimen) HASIL DAN PEMBAHASAN
(Sugiyono, 2010: 12).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
siswa kelas XI SMA N 2 Bae Kudus yaitu XI IPA 1 berbagai macam miskonsepsi siswa pada materi
sampai dengan XI IPA 5 tahun ajaran 2015/2016. mekanika fluida, mengetahui penyebab
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini terjadinya miskonsepsi pada materi mekanika
adalah teknik sampling purposive, yaitu teknik fluida, dan mengetahui akibat yang ditimbulkan
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dari adanya miskonsepsi pada materi mekanika
(Sugiyono, 2010: 124). Pengambilan sampel fluida. Dari hasil analisis tes pilihan ganda dengan
dilakukan berdasarkan nilai akademik pada alasan terbuka didapatkan tingkat miskonsepsi
ulangan akhir semester ganjil. Sampel dalam siswa dalam memahami hukum archimedes lebih
penelitian ini yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 5. tinggi daripada yang lainnya sedangkan untuk
Instrumen dalam penelitian ini harus diuji , tingkat miskonsepsi siswa dalam memahami
pengujian dilakukan melalui dua tahap yaitu uji viskositas dan satuannya adalah yang paling
ahli dan uji coba. Instrumen yang digunakan rendah dari yang lainnya. Hal ini dapat dilihat
dalam penelitian ini yaitu kisi-kisi soal tes pilihan dari gambar 1 berikut ini.
84
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

Dari hasil analisis lembar angket didapatkan rendah dari yang lainnya. Hal ini dapat dilihat
tingkat sangat tidak setuju siswa pada dari Gambar 2 di bawah ini.
pernyataan yang berhubungan dengan massa Setelah mengidentifikasi miskonsepsi pada
jenis dan satuannya lebih tinggi daripada yang hasil tes pilihan ganda menggunakan CRI dan
lainnya sedangkan untuk tingkat sangat tidak lembar angket, dilakukan wawancara pada siswa
setuju pada pernyataan yang berhubungan yang memiliki miskonsepsi tertinggi, menengah
dengan penerapan tegangan permukaan serta dan terendah. Dari hasil wawancara didapatkan
viskositas dan satuannya adalah yang paling penyebab miskonsepsi pada beberapa konsep.

Gambar 1. Perbandingan Identifikasi Miskonsepsi Tiap Konsep

Gambar 2. Perbandingan Jawaban Angket Tiap Konsep

85
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

Pada konsep fluida dan fluida statis Pada konsep tekanan hidrostatis terdapat
kebanyakan siswa tidak dapat menjawab siswa mengalami miskonsepsi bahwa semakin
pengertian fluida tetapi hanya dapat besar kedalaman semakin kecil tekanan
menyebutkan zat yang termasuk ke dalam fluida. hidrostatis yang dihasilkan dengan alasan massa
Selain itu pada besaran yang berhubungan jenis kecil sehingga menyebabkan tekanan
dengan fluida terdapat beberapa siswa yang hidrostatis yang dihasilkan kecil. Hal ini sesuai
menyebutkan kalor jenis termasuk ke dalam dengan penelitian Tyas et al. (2013), terdapat
besaran fluida padahal kalor jenis termasuk miskonsepsi pada konsep tekanan zat cair yaitu
besaran yang berhubungan dengan panas atau tekanan zat cair berbanding terbalik dengan
kalor. kedalaman. Selain itu dalam penelitian Saifullah
Pada konsep massa jenis dan satuannya et al. (2015), terdapat miskonsepsi pada konsep
beberapa siswa mempunyai konsep bahwa massa tekanan hidrostatis yaitu pada tekanan
jenis dengan tekanan adalah sama. Menurut hidrostatis dipengaruhi kedalaman benda.
beberapa siswa “rho” bukan merupakan simbol Terdapat pula siswa yang menganggap bahwa
dari massa jenis. Ada pula siswa yang semakin tinggi menuju atmosfer semakin besar
menyebutkan bahwa massa persatuan volume pula tekanan hidrostatisnya. Padahal salah satu
adalah definisi dari tekanan. Selain itu pada yang mempengaruhi tekanan hidrostatis yaitu
dimensi massa jenis banyak siswa yang kedalaman. Semakin berkurang ketinggian maka
menyebutkan dimensi massa jenis yaitu ML3 semakin bertambah tekanan di atmosfer . selain
karena tidak memahami definisi dari massa jenis. itu pada bejana yang mempunyai titik yang
Pada konsep tekanan dan satuannya sejajar terdapat siswa yang menyebutkan
terdapat siswa yang mendefinisikan tekanan tekanan paling besar terdapat pada ujung bejana.
sebagai gerak atau gaya yang dilakukan sehari- Hal ini sesuai dengan penelitian Saifullah et al.
hari, hal ini merupakan definisi dari kerja. (2015), terdapat miskonsepsi pada konsep
Kemudian menyebutkan bahwa semakin besar tekanan hidrostatis yaitu pada tekanan
luas penampang sebuah benda semakin besar hidrostatis pada satu garis horizontal adalah
pula tekanan yang dihasilkan. Hal ini justru sama besar. Kebanyakan siswa juga mengalami
berkebalikan dengan konsep yang sebenarnya. miskonsepsi pada paradoks hidrostatis. Menurut
Semakin besar luas penampang sebuah benda beberapa siswa paradoks hidrostatis adalah
maka semakin kecil tekanan yang dihasilkan. keadaan dimana yang mempengaruhi tekanan
Terdapat pula siswa yang menyebutkan tekanan adalah bentuk bejana bukan ketinggian.
sebagai massa persatuan volume, padahal hal ini Pada konsep penerapan hukum Pascal
merupakan definisi dari massa jenis. Selain itu terdapat siswa yang menyebutkan bahwa timba
pada satuan tekanan, beberapa siswa hanya air merupakan salah satu penerapan dari adanya
memahami Pascal sebagai satuan tekanan, hukum Pascal. Padahal timba air merupakan
sedangkan atm, bar dan Torr bukan satuan penerapan dari adanya hukum Archimedes.
tekanan. Padahal Pascal merupakan sistem (SI) Pada konsep hukum Archimedes
dari tekanan sedangkan atm, bar dan Torr kebanyakan siswa dapat menjelaskan hukum
merupakan sistem (cgs). Pada konsep tekanan Archimedes tetapi tidak dapat menyebutkan
yang terdapat dalam ban mobil, kebanyakan penerapan dari adanya hukum Archimedes. Pada
siswa menyebutkan bahwa tekanan dalam ban penerapan timba yang terasa ringan saat ember
mobil merupakan tekanan hidrostatis bukan masih di dalam air dan terasa lebih berat ketika
tekanan gauge dengan alasan bahwa di dalam muncul ke permukaan air, kebanyakan siswa
ban mobil terdapat gas yang dapat membentuk menganggap hal ini dikarenakan adanya tekanan
ban mobil. hidrostatis. Sedangkan pada kasus besi yang
tenggelam tetapi kapal tidak tenggelam terdapat
86
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

siswa yang menyebutkan alasan luas penampang dapat menyebutkan penerapan dari adanya
besi lebih kecil daripada luas penampang kapal kapilaritas. Beberapa siswa juga dapat
sehingga besi tenggelam tetapi kapal tidak mendefinisikan pipa kapiler tetapi menganggap
tenggelam. Ada pula siswa yang menyebutkan bahwa ketika pipa kapiler dimasukkan ke dalam
dikarenakan massa jenis kapal lebih besar air, permukaan air di dalam pipa kapiler sama
daripada massa jenis air. Hal ini sesuai dengan tinggi dari permukaan air di luar pipa kapiler
penelitian Fitriani et al. (2015), terdapat dengan alasan tekanan di dalam pipa kapiler dan
miskonsepsi pada konsep tentang hukum di luar pipa kapiler adalah sama. Padahal sesuai
Archimedes pada kasus kapal yang terbuat dari konsep yang benar, permukaan air di dalam pipa
besi bisa terapung di atas air. Selain itu pada kapiler lebih tinggi dari permukaan air di luar
penelitian Utami et al. (2014), terdapat pipa kapiler, hal tersebut disebabkan adhesi air
miskonsepsi pada konsep gaya Archimedes yaitu dengan kaca lebih besar dibandingkan dengan
siswa menganggap massa benda menentukan kohesi antar molekul air. Selain itu pada sudut
peristiwa terapung, melayang dan tenggelamnya kontak dalam pipa kapiler kebanyakan siswa
suatu benda. Dalam penelitian Marlis (2015), juga menyebutkan bahwa pipa kapiler yang berisi air
terdapat miskonsepsi pada hukum Archimedes sudut kontak berupa sudut putar sempurna,
yaitu gaya apung dipengaruhi oleh nilai massa dengan alasan pipa kapiler berbentuk U. Padahal
jenis benda. Pada contoh kapal tersebut, terdapat untuk pipa kapiler yang berisi zat cair yang
gaya gravitasi yang bekerja ke bawah. Tetapi permukaannya cekung misalnya air, maka sudut
sebagai tambahan, juga terdapat gaya apung ke kontak berupa sudut lancip (kurang dari 90o).
atas yang dilakukan oleh zat cair tersebut. Gaya Sedangkan pada pipa kapiler yang berisi raksa
apung terjadi karena tekanan pada fluida beberapa siswa menyebutkan sudut kontak
bertambah terhadap kedalaman. berupa sudut siku-siku, dengan alasan karena
Pada konsep adhesi dan kohesi terdapat berisi raksa. Padahal cairan yang memiliki
siswa yang mendefinisikan kohesi merupakan permukaan cembung, misalnya air raksa
gaya tarik menarik antar partikel yang tidak membentuk sudut tumpul (90o < θ < 180o).
sejenis. Padahal kohesi merupakan gaya tarik Pada konsep viskositas dan satuannya
menarik antar partikel yang sejenis. kebanyakan siswa dengan yakin menyebutkan
Pada konsep tegangan permukaan dan satuan viskositas yaitu atm. Menurut siswa Pa
penerapannya terdapat siswa yang adalah satuan dari tekanan sedangkan s adalah
mendefinisikan tegangan permukaan yaitu satuan jarak bukan waktu, sehingga Pa.s
tegangan yang massa jenisnya sama. Terdapat bukanlah satuan dari koefisien viskositas.
siswa yang menyebutkan bahwa adhesi pada Terdapat perbedaan antara jawaban siswa
permukaan yang menyebabkan timbulnya pada tes pilihan ganda dan lembar angket. Dalam
tegangan permukaan. Padahal kohesi adalah gaya wawancara diketahui bahwa perbedaan tersebut
tarik menarik antar molekul yang sama. Akibat dikarenakan siswa kurang teliti pada saat
adanya kohesi maka terjadilah apa yang mengerjakan angket.
dinamakan tegangan permukaan. Pada peristiwa Secara umum ada beberapa faktor yang
mencuci dengan air panas dan air sabun hasilnya menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi.
lebih bersih daripada menggunakan air biasa, Faktor yang paling mempengaruhi yaitu faktor
beberapa siswa menyebutkan bahwa peristiwa pembelajaran. Jika pembelajaran yang diberikan
ini menunjukkan adanya kapilaritas. Hal ini oleh guru sulit dipahami maka akan
dikarenakan tidak memahami definisi dari menyebabkan miskonsepsi pada materi yang
kapilaritas. disampaikan oleh guru. Faktor pemahaman juga
Pada konsep kapilaritas kebanyakan siswa berpengaruh, pemahaman yang kurang
dapat mendefinisikan kapilaritas tetapi tidak mendalam terlihat ketika siswa tidak bisa
87
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

menjelaskan tentang beberapa konsep karena penerapan tegangan permukaan sebesar 55,6%,
kurang memahami materi tertentu. Selain itu kapilaritas sebesar 58,2%, serta viskositas dan
fakor buku teks juga mempengaruhi seperti satuannya sebesar 72,5%.
bahasa yang kurang mudah dimengerti sehingga Terdapat beberapa faktor yang
siswa susah untuk memahami. menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa
diantaranya faktor pembelajaran, cara berpikir
KESIMPULAN DAN SARAN siswa, buku teks pelajaran, pengalaman dan
pengetahuan yang kurang mendalam.
Berdasarkan penelitain yang dilakukan
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu DAFTAR PUSTAKA
tingkat tahu konsep siswa mengenai konsep
fluida dan fluida statis sebesar 40,2%, massa Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi
jenis dan satuannya sebesar 21,6%, tekanan dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
satuannya sebesar 15,7%, tekanan hidrostatis
sebesar 35%, penerapan hukum Pascal sebesar Berg, E.V.D. 1990. Miskonsepsi Fisika Dan
13,7%, hukum Archimedes sebesar 8,2%, adhesi Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen
dan kohesi sebesar 2%, penerapan tegangan Satya Wacana
permukaan sebesar 5,9%, kapilaritas sebesar
5,2%, serta viskositas dan satuannya sebesar 0%. Dalaklioglu, S., N. Demirci., & A. Sekercioglu.
Tingkat tahu konsep tetapi kurang yakin 2015. Eleventh Grade Student’s
siswa mengenai konsep fluida dan fluida statis Difficulties and Misconceptions About
sebesar 6,9%, massa jenis dan satuannya sebesar Energy and Momentum Concepts.
3,9%, tekanan dan satuannya sebesar 4,9%, International Journal on New Trends in
tekanan hidrostatis sebesar 8,5%, penerapan Education and Their Implications. 6(1):
hukum Pascal sebesar 3,9%, hukum Archimedes 13-21.
sebesar 3,1%, adhesi dan kohesi sebesar 11,8%,
penerapan tegangan permukaan sebesar 5,9%, Giancoli, C.D. 1998. Fisika (5th ed). Translated by
kapilaritas sebesar 5,9%, serta viskositas dan Hanum, Yuhilza. 2001. Jakarta:
satuannya sebesar 2%. Erlangga.
Tingkat miskonsepsi siswa mengenai
konsep fluida dan fluida statis sebesar 39,2%, Fitriani, K., J. Mansyur, & M. Ali. 2014. Pengaruh
massa jenis dan satuannya sebesar 33,3%, Interactive Demonstration Terhadap
tekanan dan satuannya sebesar 45,1%, tekanan Perubahan Konsep Siswa Tentang
hidrostatis sebesar 32,7%, penerapan hukum Tekanan Zat Cair Pada Kelas VIII SMP
Pascal sebesar 45,1%, hukum Archimedes Negeri 14 Palu. Jurnal Pendidikan
sebesar 54,5%, adhesi dan kohesi sebesar 33,3%, Fisika Tadulako (JPFT). 3(3): 17-23.
penerapan tegangan permukaan sebesar 32,7%,
kapilaritas sebesar 30,7%, serta viskositas dan Hafizah, D., V. Haris, & Eliwatis. 2014. Analisis
satuannya sebesar 25,5%. Miskonsepsi Siswa Melalui Tes Multiple
Tingkat tidak tahu konsep siswa mengenai Choice Menggunakan Certainty Of
konsep fluida dan fluida statis sebesar 13,7%, Response Index Pada Mata Pelajaran
massa jenis dan satuannya sebesar 41,2%, Fisika MAN 1 Bukittinggi. Jurnal
tekanan dan satuannya sebesar 34,3%, tekanan Pendidikan MIPA. 1(1): 100-103.
hidrostatis sebesar 23,9%, penerapan hukum
Pascal sebesar 37,3%, hukum Archimedes Hakim, A., Liliasari., & A. Kadarohman. 2012.
sebesar 34,1%, adhesi dan kohesi sebesar 52,9%, Student Concepts Understanding Of
88
Rika Febriani Yudhittiara / Unnes Physics Education Journal 6 (2) (2017)

Natural Products Chemistry in Primary


and Secondary Metabolites Using the Sumarsono, J. 2009. Fisika. Jakarta: Pusat
Data Collecting Technique Of Modified Perbukuan Departemen Pendidikan
CRI. International Online Journal of Nasional.
Educational Sciences. 4(3): 544- 553.
Suparno, P. 2013. Miskonsepsi & Perubahan
Marlis. 2015. Analisis Profil Pemahaman Konsep Konsep Dalam Pendidikan Fisika.
dan Konsistensi Konsepsi Siswa Kelas X Jakarta: PT Grasindo.
SMA Negeri 1 Tilatang Kamang pada
Materi Fluida Statis. Prosiding Tyas, R.N., Sukisno, & Mosik. 2013. Penggunaan
Simposium Nasional Inovasi dan Strategi POE (Predict-Observe-Explain)
Pembelajaran Sains. Bandung. Untuk Memperbaiki Miskonsepsi
Fisika. Jurnal Pendidikan Sains
Ningrum, F. S. & S. Linuwih . 2015. Analisis Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pemahaman Siswa SMA Terhadap 1(1): 37-41.
Fluida Pada Hukum Archimedes. Unnes
Physics Education Journal. 4(1): 33-36. Undang-Undang Republik Indonesia. 2003.
Undang-Undang Republik Indonesia
Saifullah A.M, Wartono, & Sugiyanto. 2015. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pengembangan Instrumen Diagnostik Pendidikan Nasional.
Three-Tier Untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi Materi Fluida Statis Pada Utami R., T. Djudin, & S.B. Arsyid. 2014.
Siswa Kelas X MIA. Malang: Universitas Remediasi Miskonsepsi Pada Fluida
Negeri Malang. Statis Melalui Model Pembelajaran TGT
Berbantuan Mind Mapping di SMA.
Setyadi, E.K. & Arif, K. 2012. Miskonsepsi Tentang Pontianak: Universitas Tanjungpura.
Suhu dan Kalor Pada Siswa Kelas 1 Di
SMA Muhammadiyah Purworejo, Jawa W, Hasim & Ihsan, N. 2011. Identifikasi
Tengah. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. Miskonsepsi Materi Usaha, Gaya Dan
4(1&2): 46-49. Energi Dengan Menggunakan CRI
(Certainty Of Response Index) Pada
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Siswa Kelas VIII SMPN Malangke Barat.
Bandung: ALFABETA. JSPF. 7(1): 25-37.

89

Anda mungkin juga menyukai