Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA Ny.S DENGAN ASMA BRONCHIALE DI RUANG BONGENVIL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES YOGYAKARTA

DI SUSUN
OLEH :

NAMA : MARIAZINHA VERDIAL


NIM : KP. 16.01.155

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN & NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2017/2018

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA Ny.S DENGAN ASMA BRONCHIALEDI RUANG BOUNGENVILE
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES YOGYAKARTA
Laporan Pendahuluan Ini Telah Di Baca Dan Diperiksa Pada
Hari/Tanggal……………………………

Mahasiswa Praktikum

(Mariazinha Verdial)

Pembimbin Akademik Pembimbin Klinik

(…………………………..) (………………………….)

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA BRHONCHIALE

A. Definisi.
Asma adalah proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan peningkatan
responsivitas dan inflamasi jalan nafas, terutama jalan nafas bawah (Wong, 2008).
Sedangkan menurut Smeltzer, S.C. et all., 2011 mendefinisikan asma sebagai
penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
B. Etiologi.
Asma bronkiale disebabkan oleh 2 faktor. Faktor pertama yaitu alergik,
dimana individu hipersensitiv terhadap alergen seperti cuaca, benda asing didalam
udara (debu, tepung sari tumbuh-tumbuhan). Faktor kedua yaitu nonalergik atau
idiopatik, dimana faktor pencetus serangan asma pada jenis ini berasal dari tubuh
individu sendiri seperti keadaan flu / common cold, infeksi saluran nafas atas,
emosi dan latihan.
C. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah
spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan
eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi
paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan
perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak
cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama
penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin
dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila
respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin
juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler,
maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan
obstruksi aliran udara.
D. Gejala Klinis Asma:
1. Bunyi wheezing saat menghembuskan udara.
2. Dipsnu berat.
3. Retraksi dada.
4. Napas cuping hidung.
5. Peningkatan jelas usaha bernafas.
6. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
7. Batuk, wheezing, sesak saat bergiat.
8. Batuk yang berkepanjangan, yang tidak disebabkan oleh pilek, sering
memburuk pada waktu malam.
9. Pilek berulang dan penyembuhannya lama.
Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus
memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara
menjadi lebih lama.
E. Perangkat Diagnostik
1. Analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi
oksigen arteri, dan mula-mula alkalosis respiratorik karena karbon
dioksida dikeluarkan bersama pernapasan yang cepat. Apabil;a keadaan
menetap atau memburuk, maka dapat terjadi asidosis respiratorik akibat
status asmatikus.
2. Volume ekspirasi maksimumn dan kecepatan maksimum ekspirasi
menurun.
3. Diantara serangan asma, individu biasanya asimtomatik. Namun, sebagian
perubahan samar pada uji fungsi paru dapat dideteksi pada keadaan tanpa
serangan.

F. Penatalaksanaan & Pengobatan Asma


1. Umum : Identifikasi dan penghindaran alergen dan iritan yang diketahui
atau dicurigakan.
2. Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama
selama waktu-waktu puncak serangan asma, misalnya musim dingin.
Apabila diamati adanya penurunan bermakna volume ekspirasi maksimum
atau kecepatan aliran ekspirasi, maka intervensi farmakologi dapat segera
dimulai tanpa menuggu serangan timbul.
3. Khusus : obat-obat untuk penyembuh dan untuk pencegah
a. Obat untuk penyembuh, terdapat tiga kelompok, ketiganya dapat
dikombinasikan jika di perlukan :
1). Beta 2 agonis, contohnya adalah salbutamol dan terbutalin.
2). Antikolinergik
3). Teofilin
b. Obat untuk pencegah, terdapat tiga kelompok utama yaitu :
1). Kortikosteroid , obat ini biasanya diberikan secara inhalasi tapi
kadang-kadang diberikan secara oral.
2). Kromon, terdapat dua macam obat dalam kelompok ini yaitu
sodium kromoglikat dan nedokromil.
3). Antagonis reseptor leukotrin, contohnya montelukast dianjurkan
untuk diatas 2 tahun dan zafirlukast dapat digunakan pada anak diatas
12 tahun.
G. Komplikasi
Asma akan semakin parah dan tidak terkendali jika Anda tidak rutin
mengonsumsi obat yang dianjurkan dan masih terkena berbagai pemicu asma.
Bila dibiarkan akan ada banyak komplikasi asma yang muncul.
1. Tidak bebas beraktivitas
Asma membuat Andatidak bias melakukan aktivitas dengan baik, bahkan bisa
sampai menyebab kanproduktivitas menurun. Memiliki asma yang tak
terkendali akan membut Anda cepat lelah, karena oksigen yang masuk
kedalam tubuh tidak optimal.

2. Mengalami gangguan tidur


Menurut penelitian yang dilakukan di 2016, sebanyak 75 persen pengidap
asma mengalami gangguan tidur di malam hari .Padahal, gangguan tidur ini
akan menyebabkan berbagai masalah dan gangguan lain, misalnya pusing,
tubuh jadi semakin lemas, danstres.
Jika sudah begitu, aktivitas jadi terganggu danAnda akan susah focus
dengan pekerjaan.
3. Timbul masalah psikologi
Faktanya, penyakitasma yang tak terkendali berhubungan langsung dengan
stres, gangguan kecemasan, hingga depresi.Bila asma tak diobati dan
dikendalikan dengan baik, bukan tidak mungkin Anda mengalami gangguan
psikologis tersebut.
Tentusaja, gangguan psikologis itu akan memengaruhi aktivitas dan
kehidupan Anda sehari-hari.
4. Membutuhkan biaya pengobatan yang lebih banyak
Saat seseorang mengidap asma dan tidak mengendalikannya dengan baik,
bukan tidak mungkin kondisi kesehatannya semakin memburuk.
Ketika hal itu terjadi, pengobatan rawatinap mungkin saja dibutuhkan
supaya kondisi cepat pulih. Nah, tentu saja pengobatan rawat inap
membutuhkan biaya yang lebih besar ketimbang pengobatan rawat jalan
5. Komplikasi pada saluran pernapasan
Meskipun jarang terjadi, asma terkadang dapat menyebabkan komplikasi
pernafasan yang mengancam jiwa
termasuk pneumonia (infeksiparuparu), pneumotoraks (kolapssebagianatausel
uruhparu-paru), kegagalan pernafasan atau status asmatikus (serangan asma
berat yang tidak berespon terhadap pengobatan).
Menurut Global Initiative for Asthma, sekitarsatudari 250 kematian terjadi
setiap tahun di seluruh dunia karena asma. Tetapi banyak darikematian
inisebenarnya dapat dicegah dengan gejala dan perawatan darurat yang tepat
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang penting dalam asma adalah sebagai berikut :
1. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversibel.
2. Tes provokasi bronkhial untuk menunjukkan adanya hiperreaktivitas
bronkhus.
3. Pemeriksaan tes kulit
4. Pemeriksaan Ig E total dan Ig E spesifik dalam serum
5. Pemeriksaan radiologi
6. Analisis gas darah
7. Pxemeriksaan eosinofil total dalam darah
8. Pemeriksaan sputum
9.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola pemeliharaan kesehatan
Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidupnormal
sehingga pasien dengan Asma harus mengubah gayahidupnya sesuai
kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan Asma
b. Pola nutrisi dan metabolik
Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah,frekuensi,
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien
sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi, hal ini karena dispnea saatmakan, laju metabolism serta ansietas
yang dialami pasien.
c. Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup
warna,bentuk, konsistensi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam
polaeliminasi.28
d. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti
olahraga,bekerja, dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi
faktorpencetus terjadinya Asma
e. Pola istirahat dan tidur
Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa
lama pasien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang
dialami pasien. Adanya wheezing dan sesak dapatmempengaruhi pola tidur
dan istirahat pasien.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhikonsep
diri pasien dan akhirnya mempengaruhi jumlah stresoryang dialami pasien
sehingga kemungkinan terjadi serangan Asmayang berulang pun akan
semakin tinggi.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk
menjalankankehidupannya secara normal. Pasien perlu
menyesuaikankondisinya berhubungan dengan orang lain.
h. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalamkehidupan pasien.
Masalah ini akan menjadi stresor yang akanmeningkatkan kemungkinan
terjadinya serangan Asma.29
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah
dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang
diri yang salah juga akan menjadi stresor dalamkehidupan pasien.
j. Pola mekanisme dan koping
Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus
serangan Asma maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan
pengaruh terhadap kehidupan pasien sertacara penanggulangan terhadap
stresor.
k. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat
meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasienterhadap Tuhan Yang
Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan metode
penanggulangan stres yang konstruktif (Perry,2008 & Asmadi 2008).
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan spirometri
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah
pemberianbronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan
adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak >20% menunjukkan
diagnosis Asma.30
b. Pemeriksaan tes kulit
Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalamtubuh.
c. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan terhadapproses
patologik di paru atau komplikasi Asma, sepertipneumothorak,
pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderitadengan
serangan Asma berat.
e. Pemeriksaan sputum
Untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcot Leyden,
spiralChurschmann, pemeriksaan sputum penting untuk
menilaiadanyamiselium Aspergilus fumigatus.
f. Pemeriksaan eosinofil
Pada penderita Asma, jumlah eosinofil total dalam darah
seringmeningkat. Jumlah eosinofil total dalam darah membantu
untukmembedakan Asma dari Bronchitis kronik (Sundaru, 2008)

J .PATWAY

Faktor pencetus

Alergi Idiopatik

Edema dinding Spasme otot Sekresi mukus kental


bronkiolus polos bronkiolus didalam lumen bronkiolus
Menekan sisi Diameter bronkiolus Bersihan jalan nafas
Ekspirasi
luar bronkiolus mengecil tidak efektif

Intoleransi Aktifitas Dispnea

Gangguan pertukaran gas Perfusi paru tidak cukup


mendapat ventilasi

K . Proses Keperawatan.
1. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asma brokiale:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan lumen
bronkiolus.
DS : Menyatakan sesak nafas.
DO : Penderita batuk-batuk, sesak nafas, auskultasi wheezing, Perubahan
ritme dan frekwensi pernafasan.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi
ventilasi.
DS : Mengatakan sesak nafas, sakit kepala dan gangguan penglihatan.
DO Abnormal hasil AGD, konfusi / bingung, hypercapnia, somnolens,
tachycardia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispenia, kelelahan
DS : mengatakan sesak nafas serta muda cepat mengalami kelelahan
DO : Pasien tampak sesak dan terlihat lemah

2. Rencana Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Rasional
Tujuan Intervensi
Keperawatan
Bersihan jalan Respiratory status: Air way
nafas tidak Airway patency manajemen: Memudahkan
efektif Indikator: 1. Berikan bernafas
berhubungan 1. RR DBN posisi fowler Melebarkan
dengan (10-24 x/mnt) bron-chiolus,
penyempitan 2. Bebas suara na- 2. Kelola obat membebas-kan
lumen fas tambahan. anti lumen dari
bronkiolus 3. Kemudahan asma/bronchodilator mukus.
bernafas 3. Auskultasi suara Memonitor
nafas. perkembangan
4. Kelola oksigenasi.
Gangguan Respiratory status: Gas Acid Base Manage-
pertukaran Exchange ment: Respiratory
gas Indikator: Alkalosis
berhubungan 1. Status mental 1. Pasang akses Untuk
dengan baik. IV pemberian
ketidak 2. Tidak dyspnea 2. Jaga patensi jalan obat.
seimbangan 3.Tidak sianosis nafas.
perfusi pCO2 DBN(35- 3. Berikan oksigen
ventilasi. 45mmHG) terapi dengan RM Meningkatkan
4.Arterial PH DBN 4. Monitor pola ambilan CO2
(7,35 – 7,45) nafas. saat inspirasi.
5.Saturasi O 2 DBN 5. Monitor status Ketidak
(85 – 95%) mental. seimbangan
asam basa
6. Berikan support menyebab-kan
mental. perubahan pola
7. Monitor level nafas dan
ABG. perubahan
status mental
Menurunkan
stres/ krisis
situasional.
Evaluasi
Tolerance aktivitas Manajemen energi
Intoleransi
Indicator: 1. Kaji Mengetahui
Aktivitas
1. Kemampuan keterbatasan tingkat
berhubungan
berbicara saat fisik pasien. pemenuhan
dengan
beraktifitas energi
ketidak
2. Dapat melakukan 2. Dorong pasien terhadap
seimbangan
ADLs untuk aktifitas.
antara
3. Respon saturasi mengung- Meningkatkan
kebutuhan
oksigen, HR, BP kapkan support
dan supalai
dalam rentang perasaan-nya mental.
oksigen
normal terhadap tentang
ADLs keterbatasanny
4. Respon kemudahan a.
bernafas terhadap 3. Batasi stimulus
aktivitas lingkungan.
4. Turunkan ketidak
nyamanan fisik.
5. Tingkatkan
istirahat.
6. Monitor pola tidur
pasien.
7. Monitor respon
cardiorespiratory
oleh aktivitas.
8. Bantu klien dalam
menyusun jadwal
kegiatan harian.
8. Evaluasi program
dalam peningkatan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito LJ., (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J (2012). Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC.
Guyton, (2009). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Jakarta.
McCloskey&Bulechek, 2009, Nursing Interventions Classifications, Second edisi,
By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2008-2009, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
University IOWA., NIC & NOC Project., 2008, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA

Anda mungkin juga menyukai