Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ahmad An’im Fajrussolah

Nim :12201173283

Kelas :PAI 4C

BACAAN MAD

1. Hukum Bacaan Mad

Mad menurut istilahnya para qurro’ ialah memanjangkan suaranya


huruf mad, huruf yang dibaca mad itu ada 3, yaitu alif, waw, dan ya’ dengan
syarat harus mati dan harus jatuh sesudah harokat yang sesuai (waw sesudah
dhomah, ya’ sesudah kasroh). Kalau alif pasti menjadi mad karena adanya
fathah.

Mengurangi bacaan mad thobingi dari kadar satu alif hukumnya


adalah haram syar’an (disiksa) Mengurangi panjangnya mad far’i dari
ketentuanya masig masing adalah menjadi bacaan yang lahan dan salah yang
buruk., dan menyalahi dari ketetapan Nabi SAW. Yang sudah mutawatir. Dan
menambah panjangnya mad dari kepastianya masing masing mad thobingi
dan mad far’i, ini termasuk paling buruk buruknya pekerjaaan bid’ah. Apalagi
kalau sampai diikuti dan dijadikan pedoman oleh orang orang bodoh.

Misalnya membaca ‫وال ااضآلين‬ ini berlaku oleh para imam sembahyang

membacanya kurang panjang. Padahal ini merupakan bacaan mad yang


terpanjang / mad lazim, dan sudah menjadi ijma’nya semua ulama qurro’.

2. Mad Lazim Mukhofaf Harfi dan Mad Lazim Musaqqol Harfi

kalau bertemunya huruf mad dengan sukun ini dalam satu kalimat
(tidak pada huruf-huruf fawatihus suar), ini dinamai mad lazin kilmi. Kalau
sukunnya tidak rangkap dengan tasdid, maka dinamai mad lazim kilmi

mukhofaf (diringankan). Misalnya firman Allah ta’ala ‫كنتم‬ ‫ءآلئن وقد‬.


kalau sukunnya berupa tasdid (sukun lil idghom), maka dinamai mad

lazim mutsaqol (diberatkan). Seperti ‫الطآمة الكبرى‬dinamakan mutsaqol,


karena huruf mad bertemu tasdid itu lebih berat dari pada mukhofaf. Dan
dinamakan kilmi sebab bertemunya huruf mad dengan sukun ini dalam satu
kalimat. Kalau bertemunya sudah tidak dalam satu kalimat, maka huruf mad

tidak dibaca panjang, seperti ‫قلواادعولن‬. 1

3. Kesimpulan

Mad ialah memanjangkan suaranya huruf mad, huruf yang dibaca mad
ada 3 yaitu alif, waw, dan ya dengan syarat harus mati dan harus jatuh
sesudah harokat yang sesuai. Mengurangi maupun menambah bacaan
hukumnya adalah haram syar’an.dan menyalahi dari ketetapan Nabi
Muhammad SAW.
Cukuplah kiranya tidak usah menuturkan nama nama mad lain yang
banyak yang kembalinya kepada yang sudah disebut. Mari kita lanjutkan
tentang cara caranya membaca Al Qur’an yang di dalamnya masih banyak
tentang bacaan panjang pendek yang perlu diketahui. Maka hendaklah di
pahami ketentuanya masing masing.

4. Daftar pustaka

Birri Maftuh Basthul, standar Tajwid Bacaan Al-qur’an, (kediri: Madrasah Murottilil
Qur’anil Karim, 2016),

1
Maftuh Basthul Birri, standar Tajwid Bacaan Al-qur’an, (kediri: Madrasah Murottilil
Qur’anil Karim, 2016), hal.125

Anda mungkin juga menyukai