Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

BAB 12

Analisis Biaya – Volume – Laba : Alat

Perencanaan Manajerial

Bagian Pertama
Titik Impas Dalam Unit

Titik impas adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, titik di mana laba sama
dengan nol. Untuk menemukan titik impas dalam unit, kita memfokuskan pada laba operasi.

Penggunaan Laba Operasi Dalam Analisis Biaya – Volume - Laba

Penggunaan laba operasi dalam analisis biaya – volume – laba, laba operasi dinyatakan dalam
persamaan:

Laba operasi = pendapatan penjualan – beban variabel – beban tetap

Laba operasi hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional normal perusahaan.
setelah memiliki ukuran unit yang terjual, kita dapat mengembangkan persamaan laba bersih dalam
konteks pendapatan penjualan dan beban variabel dalam jumlah unit mata uang dan jumlah unit.

laba operasi = (harga x jumlah unit terjual) – (biaya variabel per unit x jumlah unit terjual) – total
biaya tetap.

Sebuah keunggulan penting dari pendekatan laba operasi adalah bahwa seluruh persamaan
analisis biaya, volume, laba berikutnya diturunkan dari laporan laba rugi menurut perhitungan biaya
variabel.

contoh kasus

Misalkan saja, PT Maju Makmur memproduksi alat pemotong. untuk tahun yang akan
datang, pengawas telah menyusun laporan laba rugi sebagai berikut

AKUTANSI MANAJEMEN
1
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

penjualan (1000 unit@ $400) $400.000


dikurangi: beban variabel $325.000
margin kontribusi $ 75.000
dikurangi: beban tetap $ 45.000
laba operasi $ 30.000

Jadi, persamaan laba operasinya adalah sebagai berikut

0=($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000


0=($75 x unit) - $45.000
$75 x unit = $45.000
unit= 600

Dengan demikian, PT Maju Makmur harus menjual 600 mesin pemotong rumput untuk
sekedar menutupi semua beban tetap dan variabel.

Jalan Pintas Untuk Menghitung Unit Impas

Kita dapat lebih cepat menghitung unit impas dengan memfokuskan pada margin kontribusi.

margin kontribusi = pendapatan penjualan – total biaya variabel.


pada impas, margin kontribusi = beban tetap.

apabila kita mengganti margin kontribusi per unit untuk harga dikurangi biaya variabel per
unit pada persamaan laba operasi dan memperoleh jumlah unit, maka kita akan mendapatkan dasar
impas sebagai berikut:

jumlah unit = biaya tetap/margin kontribusi per unit

contoh kasus

PT Maju Makmur membagi margin kontribusi dengan unit yang terjual untuk menghasilkan
$75 per unit ($75.000/1000 unit)

jumlah unit = $45.000/($400 - $325)


jumlah unit = 600

AKUTANSI MANAJEMEN
2
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Penjualan Dalam Unit Yang Diperlukan Untuk Mencapai Target Laba

Analisis biaya – volume – laba menyediakan suatu cara untuk menentukan berapa unit yang
harus dijual untuk menghasilkan target laba tertentu. target laba operasi dapat dinyatakan sebuah
jumlah mata uang (dolar) atau sebagai suatu persentase dari pendapatan penjualan.

contoh kasus

Misalkan saja PT Maju Makmur ingin target laba tahun ini sebesar $60.000, maka unit yang harus
dijual sebesar

$60.000 = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000


$105.000 = $75 x unit
unit = 1400

Persentase Dari Penjualan Untuk Mencapai Target Laba

Analisis ini menggunakan persentase dalam menentukan berapa laba yang ingin dicapai
perusahaan pada periode tertentu.

contoh kasus

Misalkan saja, PT Maju Makmur targetkan laba sebesar 15% dari pendapatan penjualan.
maka unit yang harus dijual sebagai berikut

0,15 ($400) (unit) = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000


$60 x unit = ($400 x unit) – ($325 x unit) - $45.000
$60 x unit = ($75 x unit) - $45.000
$15 x unit = $45.000
unit = 3000

Target Laba Setelah Pajak

Pada saat menghitung titik impas, pajak penghasilan tidak berperan, karena pajak yang
dibayar atas laba nol adalah nol. namun, ketika perusahaan ingin mengetahui beberapa unit yang

AKUTANSI MANAJEMEN
3
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

harus dijual untuk menghasilkan laba bersih tertentu, maka diperlukan beberapa pertimbangan
tambahan.
umumnya, pajak dihitung sebagai persentase dari laba, laba setelah pajak dihitung dengan
mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba sebelum pajak).

laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan


diturunkan
laba bersih = laba operasi - (tarif pajak x laba operasi) atau
laba bersih = laba operasi (1-tarif pajak)
sehingga
laba operasi = laba bersih / (1/tarif pajak)

contoh kasus

Misalkan saja, PT Maju Makmur ingin menarget laba bersih sebesar $48.750 dan tarif pajak
sebesar 35%. untuk mengonversi target laba setelah pajak menjadi target laba sebelum pajak, musti
diselesaikan langkah berikut

$48.750 = laba operasi – (0,35 x laba operasi)


$48.750 = 0,65 (laba operasi)
$75.000 = laba operasi

selanjutnya, lanjutkan perhitungan pencarian unit

unit = ($45.000 + $75.000)/$75


unit = $120.000/$75
unit = 1.600

AKUTANSI MANAJEMEN
4
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian Kedua
Titik Impas Dalam Satuan Uang (dolar) Penjualan

Dalam beberapa kasus ketika menggunakan analisis biaya – volume – laba , manajer mungkin
lebih suka menggunakan pendapatan penjualan sebagai ukuran aktivitas penjualan dari pada unit yang
terjual. suatu unit yang terjual dapat dikonversikan menjadi suatu ukuran pendapatan penjualan hanya
dengan mengalikan harga jual per unit dengan unit yang terjual.

pendapatan penjualan = harga jual per unit x unit yang terjual

Dalam kasus ini, variabel yang penting adalah satuan uang (dolar) penjualan, bukan unit,
karena pendapatan penjualan selalu dinyatakan dalam satuan uang, bukan unit, maka pengukuran
variabel tidak menjadi masalah.
Untuk menghitung titik impas dalam satuan uang penjualan, biaya variabel didefinisikan
sebagai suatu persentase dari penjualan bukan sebagai jumlah per unit yang terjual dan biaya tetap
didefinisikan sebagai margin kontribusi, secara matematis pendekatan pendapatan penjualan
digambarkan sebagai berikut

rasio margin kontribusi = total margin kontribusi/total penjualan atau


rasio biaya variabel = total biaya variabel/total penjualan
rasio margin kontribusi = 1 – rasio biaya variabel

laba operasi = penjualan – biaya variabel - biaya tetap


dapat diturunkan menjadi
laba operasi = penjualan – (rasio biaya variabel x penjualan) – biaya tetap,
laba operasi = penjualan – (1 – rasio biaya variabel) – biaya tetap
laba operasi = penjualan – (rasio margin kontribusi)
sehingga
penjualan = biaya tetap / (1 – rasio biaya variabel) atau
penjualan = biaya tetap / rasio margin kontribusi

Jika titik impas menggunakan pendekatan dasar impas, maka secara matematis dalam dirumuskan
sebagai berikut

unit impas = biaya tetap/(harga – biaya variabel per unit).

AKUTANSI MANAJEMEN
5
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

selanjutnya, mengalikan “harga” di sisi kiri dan kanan rumus


unit impas x harga = harga x [biaya tetap/ (harga – biaya variabel per unit)]
penjualan impas = biaya tetap x [harga/(harga – biaya variabel per unit)]
penjualan impas = biaya tetap x (harga/margin kontribusi)
penjualan impas = biaya tetap/rasio margin kontribusi

contoh kasus

Tampilan di atas mengilustrasikan pembagian pendapatan penjualan menjadi biaya variabel


dan margin kontribusi. dalam tampilan tersebut, harga adalah $10 dan biaya variabel sebesar $6. tentu
saja, sisinya adalah margin kontribusi sebesar $4 ($10 – $6). jika yang terjual adalah 10 unit, maka
total biaya variabel adalah $60 ($60 x 10 unit). atau, karena setiap unit yang dijual menghasilkan
pendapatan sebesar $10dan membutuhkan biaya variabel $6, maka kita dapat mengatakan bahwa 60%
dari setiap dolar pendapatan yang dihasilkan diakibatkan biaya variabel. jadi dengan memfokuskan
pendapatan penjualan, kita dapat memperkirakan total biaya variabel sebesar $60 untuk pendapatan
$100 (0,60 x $100).
Angka 60% ini adalah rasio biaya variabel. persentase ini dihitung dengan menggunakan
data total maupun data per unit. tentu saja, persentase dari dolar penjualan yang tersisa merupakan
rasio margin kontribusi yaitu sisa dari 60% dari persentase 100% sebesar 40%.

Berikut ini adalah laporan laba rugi PT Maju Makmur berdasarkan perhitungan biaya variabel untuk
1000 unit mesin pemotong rumput.

AKUTANSI MANAJEMEN
6
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

rasio biaya variabelnya adalah 0,8125 ($325.000/$400.000)


rasio margin kontribusi adalah 0,1875 (1 – 0,8125)
biaya tetap $45.000
pendapatan penjualan yang akan dihasilkan sebesar

0 = penjualan (0,1875) - $45.000


penjualan (0,1875) = $45.000
penjualan = $240.000 (penjualan menggunakan pendekatan pendapatan penjualan)

penjualan impas = $45.000/0,1875


penjualan impas = $240.000 (penjualan menggunakan pendekatan dasar impas)

Membandingkan Kedua Pendekatan

Untuk pengaturan produk tunggal, pendekatan dasar impas dalam pendapatan penjualan
hanya merupakan masalah pengalihan harga jual dengan unit yang terjual.
Untuk pengaturan multi produk, rumus pendekatan pendapatan penjualan memungkinkan kita
untuk secara langsung jika hal tersebut dikehendaki.

AKUTANSI MANAJEMEN
7
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian Ketiga
Analisis Multiproduk

Analisa biaya – volume – laba cukup mudah diterapkan dalam pengaturan produk tunggal.
namun, kebanyakan perusahaan memproduksi sejumlah produk dan jasa. meskipun kompleksitas
konseptual dari analisis biaya, volume, laba lebih tinggi dalam situasi multi produk, namun
pengoperasiannya tidak jauh berbeda. berikut pendekatan yang dapat digunakan perusahaan dalam
melakukan analisis multiproduk.

contoh kasus

PT Maju Makmur telah memutuskan menawarkan dua model mesin penghisap debu, yaitu
mesin pemotong rumput model manual dan mesin pemotong rumput model otomatis. harga jual
untuk mesin manual, $400, dan untuk mesin otomatis $800. departemen pemasaran yakin, sebanyak
1.200 mesin pemotong rumput manual dan 800 unit pemotong rumput otomatis dapat dijual untuk
tahun depan. pengawas perusahaan telah menyusun proyeksi laporan laba rugi berdasarkan ramalan
penjualan.

AKUTANSI MANAJEMEN
8
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Titik Impas Dalam Unit

Dalam perusahaan yang memproduksi atau menjual barang dan jasa melebih satu produk
(multiproduk), maka perusahaan harus menghitung unit impas tiap produk yang dihasilkan. rumus
matematikanya disajikan sebagai berikut

unit impas (multiproduk) = biaya tetap/(harga – biaya variabel per unit)

contoh kasus

Untuk PT Maju Mundur itu sendiri, mesin rumput manual memiliki margin kontribusi
sebesar $75 ($400 - $325) dan mesin otomatis memiliki margin kontribusi sebesar $200 ($800 -
$600).

impas untuk pemotong rumput manual adalah sebagai berikut


unit impas mesin pemotong rumput manual = $30.00/$75
unit impas mesin pemotong rumput manual = $400 unit

impas untuk mesin pemotong rumput otomatis sebagai berikut


unit impas mesin pemotong rumput otomatis = $40.000/$200
unit impas mesin pemotong rumput otomatis = $200 unit

Pendekatan Satuan Uang (dolar) Penjualan

Dalam pendekatan satuan dolar, perhitungan penjualan impas berdasarkan atas total biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan semua produksi multiproduk. rumus matematikanya disajikan
sebagai berikut

penjualan impas = biaya tetap/rasio margin kontribusi

contoh kasus

Misalkan, informasi yang diperlukan adalah proyeksi laporan laba rugi PT Maju Makmur
secara keseluruhan.

penjualan $1.120.000
dikurangi: biaya variabel $ 870.000

AKUTANSI MANAJEMEN
9
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

margin kontribusi $ 250.000


dikurangi: biaya tetap $ 96.250
laba operasi $ 153.750

Proyek laporan laba rugi bersandar pada asumsi bahwa 1.200 mesin pemotong rumput manual dan
800 mesin pemotong rumput otomatis akan terjual dengan rasio margin kontribusi sebesar 0,2232
($250.000/$1.120.000), maka penjualan impasnya

penjualan impas = $96.250/0,2232


penjualan impas = $431.228

AKUTANSI MANAJEMEN
10
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian keempat
Penyajian Secara Grafis Hubungan Antara Laba – Volume – Biaya

Penyajian secara grafis dapat membantu para manajer dalam melihat perbedaan antara biaya
variabel dan pendapatan. hal itu juga dapat membantu mereka memahami dengan cepat dampak
kenaikan atau penurunan terhadap titik impas. dua grafik dasar yang penting yaitu grafik laba –
volume, dan grafik biaya – volume – laba

Grafik Laba – Volume

Grafik laba dan volume menggambarkan secara visual hubungan antara laba dan volume
penjualan. grafik dari laba – volume merupakan grafik dari persamaan laba operasi (laba operasi =
(harga x unit) – (biaya variabel per unit x unit) – biaya tetap). Dalam grafik ini, laba variasi
merupakan variabel terikat, dan unit merupakan variabel bebas.

contoh kasus

Tyson Company memproduksi suatu produk tunggal dengan data dan harga biaya sebagai
berikut:
total biayatetap $100
biaya variabel per unit $ 5
harga jual per unit $ 10

Dengan menggunakan data tersebut, perhitungan laba operasi dapat dihitung sebagai berikut

laba operasi = ($10 x unit) – ($5 x unit) - $100


laba operasi = ($5 x unit) - $100

Jika penjualan unit yang di lakukan Tyson menjual 0 unit, maka akan terjadi rugi operasi, dengan titik
koordinat terbentuk (0,-$100).
jika Tyson mampu menjual sebesar 40 unit, maka titik koordinat yang terbentuk (40,$100).
jika laba operasi sama dengan nol, maka unit yang terjual adalah sebesar 20 (20,$0).

AKUTANSI MANAJEMEN
11
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

sehingga, membentuk grafik laba – volume sebagai berikut

Grafik Biaya – Volume – Laba

Grafik biaya – volume – laba, menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan laba.
untuk mendapatkan gambaran lebih rinci, perlu dibuat gambaran grafik dengan dua garis yang
terpisah yaitu garis total pendapatan dan garis total biaya. kedua garis mempunyai persamaan sebagai
berikut

pendapatan = harga x unit


total biaya = (biaya variabel per unit x unit) + biaya tetap

contoh kasus

Dengan menggunakan contoh Tyson Company, persamaan dari pendapatan biaya adalah
sebagai berikut:

Pendapatan = $10 x unit


Total biaya = ($5 x unit) + $100

AKUTANSI MANAJEMEN
12
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

untuk persamaan pendapatannya, menetapkan jumlah unit sebesar 0 akan menghasilkan $0 dengan
titik koordinat (0,$0), dan menetapkan jumlah unit yang sama sebesar 20 akan menghasilkan $200
dengan titik koordinat (20,$100).
untuk persamaan biayanya, unit yang terjual sama dengan 0 akan menghasilkan titik koordinat
(0,$100) dan menetapkan unit terjual yang sama sebesar 20 menghasilkan titik koordinat (20,$200).
dalam grafik digambarkan sebagai berikut

Asumsi – asumsi Pada Analisis Biaya – Volume – Laba

Grafik laba – volume – biaya yang baru saja diilustrasikan mengandalkan pada beberapa
asumsi penting. beberapa dari asumsi tersebut adalah sebagai berikut
1. analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk linier
2. analisis mengasumsikan bahwa harga, total biaya tetap, dan biaya variabel per unit dapat
identifikasi secara akurat dan tetap konstan sepanjang rentan yang relevan
3. analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dapat dijual
4. untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan diketahui
5. diasumsikan harga jual dan biaya diketahui dengan pasti.

Asumsi yang pertama yaitu Fungsi linier, fungsi biaya dan pendapatan linier, memerlukan
pertimbangan tambahan.
Asumsi kedua adalah rentang yang relevan, yang menyatakan analisis biaya – laba – volume
merupakan alat pengambil keputusan jangka pendek karena sebagian biaya adalah tetap. selanjutnya,
rentang yang relevan menggunakan hubungan biaya dan pendapatan yang berlaku.

AKUTANSI MANAJEMEN
13
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Asumsi ketiga adalah produksi sama dengan penjualan, menyatakan bahwa apa yang
diproduksi dapat dijual. tidak ada dampak perubahan persediaan pada periode tersebut dan persediaan
tidak memiliki dampak terhadap analisis impas (keputusan jangka pendek).
Asumsi keempat adalah bauran penjualan yang konstan, dalam analisis produk tunggal,
bauran penjualannya tentu saja konstan sebesar 100% dari penjualan adalah satu produk. dalam
analisis impas multiproduk, mensyaratkan suatu bauran penjualan yang konstan.
Asumsi kelima adalah harga dan biaya diketahui pasti, dalam kenyataannya, perusahaan
jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara pasti. satu perubahan pasa satu
variabel dapat mempengaruhi semua variabel.

AKUTANSI MANAJEMEN
14
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian kelima
Perubahan Variabel Analisis Biaya, Volume, Laba

Karena perusahaan beroperasi dalam dunia yang dinamis, perusahaan harus memperhatikan
perubahan yang terjadi pada harga, biaya variabel, dan biaya tetap Perusahaan juga harus
memperhitungkan pengaruh risiko dan ketidakpastian.

contoh kasus

Misalkan, PT. Maju Makmur melakukan studi pemasaran mengenai studi pemotongan rumput manual
yang mengungkapkan 3 alternatif berbeda
1. Alternatif 1, jika pengeluaran iklan meningkat $8.000, penjualan akan naik dari 1.600 unit
menjadi 1.725 unit
2. Alternatif 2, penurunan harga dari $400 menjadi $375 per mesin rumput manual akan
meningkatkan penjualan dari 1600 menjadi 1900 unit
3. Alternatif 3, menurunkan harga menjadi $375 dan meningkatkan pengeluaran iklan sebesar
$8.000 akan meningkatkan penjualan dari 1600 ke 2.600 unit
maka, ikhtisar pengaruh tiap alternatif sebagai berikut
Ikhtisar alternatif pertama

AKUTANSI MANAJEMEN
15
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Ikhtisar alternatif kedua

Ikhtisar pengaruh alternatif ketiga

Memperkenalkan risiko dan ketidakpastian

Risiko dan ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis. Manajemen
harus menyadari sifat ketidakpastian dari harga, biaya, dan kuantitas di masa depan. Selanjutnya,
manajer bergerak dari pertimbangan titik impas ke pertimbangan “kisaran titik impas”.
Dua konsep yang bermanfaat bagi manajer dalam melakukan analisis risiko dan ketidakpastian, yaitu
konsep margin pengaman & pengungkit operasi.

AKUTANSI MANAJEMEN
16
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Margin pengaman , adalah unit yang terjual atau yang diharapkan untuk terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi volume impas. Margin
pengaman dapat dipandang sebagai ukuran kasar risiko, karena, dalam kenyataannya, selalu muncul
peristiwa yang tidak diketahui ketika rencana disusun yang akibatnya mungkin akan menurunkan
penjualan di bawah jumlah yang diharapkan
Pengungkit operasi, merupakan penggunaan biaya tetap untuk menciptakan perubahan
persentase laba yang lebih tinggi ketika aktivitas berubah. semakin besar tingkat pengungkit operasi,
semakin banyak perubahan dalam aktivitas penjualan yang akan mempengaruhi laba. Tingkat
pengungkit operasi untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan rasio margin kontribusi
terhadap laba sebagai berikut
tingkat pengungkit operasi = margin kontribusi/laba

contoh kasus

Tingkat penjualan sebesar 10.000 unit

Tingkat pengungkit operasi untuk sistem otomatis adalah 4,0 ($500.000/$125.000)


Tingkat pengungkit operasi untuk sistem manual adalah 2,0 ($200.000/$100.000)

AKUTANSI MANAJEMEN
17
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Jika sistem penjualan naik sebesar 40%, maka laba operasi akan meningkat sebesar

Analisis sensitivitas dan CVP

Analisis sensitivitas adalah sebuah teknik “bagaimana jika” yang menguji dampak dari perubahan
asumsi – asumsi yang mendasari terhadap sesuatu jawaban. Analisis ini relatif mudah dengan
memasukan data mengenai harga, biaya variabel, biaya tetap dan bauran penjualan. Selanjutnya, data
diubah sebagaimana diinginkan untuk mengetahui dampak perubahan terhadap laba yang diharapkan.
Analisis sensitivitas biasanya menggunakan aplikasi – aplikasi komputer , sebagai contoh,
penggunaan “microsoft excel”.

AKUTANSI MANAJEMEN
18
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian Keenam
Analisis biaya – laba – volume dan kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas.

Analisis CVP Konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya perusahaan dapat


dikelompokkan menjadi 2 kategori. Yaitu biaya variabel dan biaya tetap Selanjutnya, biaya
merupakan fungsi linier dari volume penjualan.
Sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas, biaya dibagi menjadi kategori unit dan non
unit. Sistem ini mengakui bahwa beberapa biaya berubah tergantung pada jumlah unit yang
diproduksi. Namun, sistem ini juga mengakui biaya berdasarkan non unit dapat berpengaruh dalam
perubahan volume produksi.
Sebagai ilustrasi, anggaplah biaya perusahaan dapat dijelaskan dengan 3 variabel, yaitu
penggerak aktivitas tingkat unit, penggerak aktivitas tingkat batch (pengaturan), dan penggerak
aktivitas tingkat produk (jam rekayasa).
Persamaan biaya ABC dinyatakan sebagai berikut:

Total biaya = biaya tetap + (biaya variabel per unit x jumlah unit) + (biaya pengaturan x jumlah
pengaturan) + (biaya rekayasa x jumlah jam rekayasa)

Jika total biaya diaplikasikan ke dalam rumus laba operasi, maka rumusnya sebagai berikut

Laba operasi = total pendapatan + [(biaya variabel per unit x jumlah unit) + (biaya pengaturan x
jumlah pengaturan) + (biaya rekayasa x jumlah jam rekayasa)]

Jika menggunakan pendekatan margin kontribusi, maka, perhitungan titik impas dalam unit
sebagai berikut

Unit impas = [biaya tetap + (biaya pengaturan x jumlah pengaturan) + (biaya rekayasa x jumlah jam
rekayasa)] / (harga - biaya variabel per unit)]

AKUTANSI MANAJEMEN
19
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian Ketujuh
impikasi stategis: analisis CVT secara konvensional

Untuk mengilustrasikannya, dibahas melalui contoh kasus


Misalkan, depertemen pemasaran menyatakan bahwa penjualan 12.000 unit mustahil dicapai
dan hanya mampu menjual 10.000 unit saja. Kemudian, presiden direktur memerintahkan para
insinyur mempertahankan biaya konvensional sebesar $100.000 dan biaya variabel per unit $10
(terdiri dari tenaga kerja langsung $4, bahan baku langsung $5 dan overhead variabel $1). Sehingga,
untuk mengurangi titik impas, para insinyur mengurangi biaya tenaga kerja sebesar $2 per unit dan
tidak mempengaruhi biaya bahan baku atau overhead variabel. Sehingga, biaya variabel yang baru
adalah $8 per unit. Maka titik impasnya sebagai berikut.

Jumlah unit = biaya tetap/(harga – biaya variabel per unit)


Jumlah unit = $10.000/($20 - $8)
Jumlah unit = 8.333 unit

Proyeksi laba jika 10.000 unit terjual


Penjualan ($20 x 10.000) $200.000
Dikurang: beban variabel($8 x 10.000) $ 80.000
Margin kontribusi $120.000
Dikurangi: biaya tetap $100.000
laba operasi $ 20.000

AKUTANSI MANAJEMEN
20
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

Bagian Kedelapan
Analisis Activity Based Costing & Just In Time

untuk mengilustrasikan Activity Based Costing (ABC) , maka digambarkan pada contoh kasus
Total biaya tetap $50.000
Unit yang terjual $10
Biaya pengaturan $1.000
Biaya jam rekayasa $30
Misalkan bahwa, rancangan baru tersebut membutuhkan pengaturan yang lebih rumit, biaya
pengaturan naik menjadi $1.600, dukungan teknik bertambah 40% menjadi 1.400 jam. Sehingga
persamaan biaya baru adalah
Total biaya = $50.000 + ($8 x unit) + ($1.600 x pengaturan) + ($30 x jam rekayasa)

Jadi, perhitungan unit impas (dengan pengaturan sebesar 20) adalah


Unit impas = [$50.000 + ($1.600 x 20) + ($30 x $1.400)]/ ($20 - $8)
Unit impas = $124.000/$12
Unit impas = 10.333 unit

Dengan laba operasi sebesar 10.000 unit, maka perhitungan nya adalah
Penjualan ($20 x 10.000) $200.000
Di kurang: beban variabel($8 x 10.000) $ 80.000
Margin kontribusi $120.000
Di kurang beban variabel non unit
Pengaturan ($1.600 x $20) $32.000
Teknik ($30 x 1.400) $42.000$ $ 74.000
margin yang dapat ditelusuri $ 46.000
Dikurangi beban tetap $ 50.000
Rugi operasional $ 4.000

Jika perusahaan menganut sistem Just In Time (JIT), maka biaya variabel per unit berkurang, dan
biaya tetap bertambah.
Dengan demikian, persamaan biaya pada JIT dapat dinyatakan sebagai berikut
Total biaya = biaya tetap + (biaya variabel per unit x jumlah unit) + (biaya rekayasa x jumlah jam
rekayasa).
Oleh karena aplikasi JIT merupakan pembahasan khusus dari persamaan ABC, maka tidak ada contoh
yang diberikan.

AKUTANSI MANAJEMEN
21
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

studi kasus

Perencanaan Laba Melalui Penggunaan Analisis Biaya, Volume, Laba,


Studi Kasus di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa PT Madu,
Jakarta

Dwi Darwanto, Boedi (1999) Perencanaan Laba Melalui Penggunaan Analisis Biaya, Volume, Laba,
Studi Kasus di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa PT Madu, Jakarta. Masters thesis, Institut
Pertanian Bogor.

Pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan usaha di bidang pangan, sehingga


turut mengembangkan industri minyak goreng khususnya industri minyak goreng kelapa. Lambatnya
perkembangan kebun kelapa dan kebiasaan petani menjual kelapa dalam bentuk segar, serta
munculnya kecenderungan untuk mengekspor bahan baku bempa kopra menyebabkan peranan
minyak goreng kelapa semakin tergeser oleh minyak goreng sawit, dengan demikian diperkirakan
konsumsi minyak goreng kelapa pada tahun 1998 s/d 2005 akan menurun sebesar 2,85 % per tahun.
Pada tahun 1998 kinerja usaha PT Madu mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya, terlihat dari penurunan hasil penjualan sebesar 34 % dan penurunan laba sebesar 74,7 %.
Kecenderungan penurunan kinerja usaha tersebut menimbulkan permasalahan bagi manajemen untuk
mengetahui sampai seberapa jauh penurunan volume penjualan yang dapat di tolelir, dan bagaimana
pengaruh volume penjualan terhadap perolehan laba, serta bagaimana prospek penjualan pada tahun
1999 berikut implikasinya terhadap kegiatan usaha.
Berdasarkan estimasi terhadap biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan kegiatan usahanya
selama tahun 1998, maka secara keseluruhan biaya terbagi ke dalam biaya variabel sebesar Rp
5.580,254 per kg produk, dan biaya tetap sebesar Rp 2.016.044.553 per tahun. Berdasarkan peramalan
dengan metode eksponensial maka pada tahun 1999 PT Madu diperkirakan dapat mencapai volume
penjualan sebanyak 3.010.080 kg, sedangkan harga jual produk diperkirakan akan berada di antara Rp
5.007 s/d Rp 7.231 per kg, yang berarti rata-rata menurun sebesar 3 % dibandingltan dengan harga
jual pada tahun 1998.
Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan, diketahui bahwa pembahan harga jual
sangat terpengaruh oleh perubahan harga bahan baku kopra dan minyak kelapa. Mengikuti hasil
analisis tersebut maka pada tahun 1999 juga diperkirakan akan terdapat penurunan terhadap biaya
bahan baku sebesar 15,4 %, sehingga biaya variabel yang 95 % di antaranya terdiri dari bahan baku
juga akan menurun menjadi Rp 4.909,5 per kg produk. Berdasarkan estimasi biaya, perkiraan volume
penjualan, dan skenario harga jual pada tahun 1999, maka diperkirakan laba yang diperoleh pada
tahun 1999 adalah sebesar Rp 2.771.3 15.264.
Dibandingkan jumlah laba yang direncanakan oleh manajemen sebesar 50 % dari rata-rata
laba 2 tahun terakhir atau sebesar Rp 380.1 15.470, maka jumlah laba tersebut masih berada sekitar

AKUTANSI MANAJEMEN
22
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

629 % di atas rencana laba yang hanya membutuhkan pencapaian tingkat penjualan sebesar 1.506.662
kg ekuivalen hasil penjualan sebesar Rp 9.792.894.448, sedangkan titik impas akan tercapai melalui
volume penjualan sebanyak 1.267.617 ekuivalen hasil penjualan sebesar Rp. 8.239.396.085.
Berdasarkan hasil perhitungan Margin of safety maka kemampuan perusahaan untuk bersaing
berada di antara 15,9 s/d 57,9 %, sedangkan hasil perhitungan Degree of operating Levarage
menunjukkan bahwa peningkatan 1 % volume penjualan akan meningkatkan laba sebesar 6,303 %.
Berdasarkan keseluruhan hasil analisis tersebut di atas maka PT Madu disarankan untuk untuk
melakukan penelitian pasar, agar dapat menemukan adanya kemungkinan pasar domestik yang belum
digarap selama ini termasuk juga pasaran ekspor, untuk selanjutnya pasar tersebut dapat segera
digarap dengan mulai menerapkan strategi pemasaran yang lebih agresif melalui peningkatan strategi
promosi dan reorientasi bisnis menuju pasaran ekspor, mengingat selama ini PT Madu belum
menerapkan ha1 tersebut, sehingga dapat memperbesar margin yang diperoleh yang sebagai hasil
akhirnya adalah perolehan laba sebesar 57,9 % di atas titik impas seperti tercermin dari hasil
perhitungan Margin of safety di atas.
Di sisi lain, di bidang produksi juga agar dilakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya
langkah-langkah efisiensi yang dapat dilakukan agar dapat menurunkan biaya variabel per kg
sehingga kontribusi marjin per kg yang diperoleh dapat meningkat untuk meningkatkan laba secara
optimal. Melalui upaya-upaya di atas, diharapkan PT Madu pada tahun 1999 dan juga tahun-tahun
berikutnya akan dapat meningkatkan kiprahnya pada industri minyak goreng, khususnya minyak
goreng kelapa melalui perolehan laba yang semakin meningkat.

AKUTANSI MANAJEMEN
23
KELOMPOK 10 BAB 12 Analisis Biaya – Volume – Laba

referensi

 Bab 16 Hansen, Don R, Maryanne M. Mowen. 2005, “Management Accounting, Cincinnati;


South-Westren Colledge Publishing
 Dwi Darwanto, Boedi (1999) Perencanaan Laba Melalui Penggunaan Analisis Biaya,
Volume, Laba, Studi Kasus di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Kelapa PT Madu,
Jakarta. Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.

AKUTANSI MANAJEMEN
24

Anda mungkin juga menyukai