Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN DENSITAS BATUBARA

I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan peranan sifat fisik batubara
2. Menentukan densitas batubara

II. Bahan dan Alat yang Digunakan


2.1 Bahan yang Digunakan
Larutan typol
Batubara ukuran 60 mesh
Aquadest
2.2 Alat yang Digunakan
Piknometer
Gelas kimia 250 ml
Pipet ukur
Bola karet
Corong kaca
Spatula
Labu ukur 100 ml

III. Dasar Teori

Densitas atau massa jenia adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap
volumennya. Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik ( Kgm3).

Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa
jenis yang sama.

Rumus untuk menentukan massa jenis adalah sebagai berikut :

P=m/V
Dengan :

P = massa jenis

M = massa

V = volume

Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukan hubungan kandungan


karbon. Batubara dengan kandungan karbon 85% biasanya menunjukan suatu derajat ari
hidropobik yang lebih besar dari batubara paling rendah. Bagaimanapun hasil temuan
terbaru pada prediksi sifat hidropobik batubara mendedikasikan bahwa korelasi
karakteristik kandungan air lebih baik dari pada kandungan karbon dan begitu rasio
kandungan air / karbon lebih baik dari pada rasio. Atomik oksigen / karbon, begitupula
terdapat suatu hubungan antara sifat hidropobik batubara dan kandungan air.
Kecenderungan bahwa density batubara bernilai minimum pada kandungan karbon 85%.
Sebagai contoh ; karbon batubara 50 – 55% akan memiliki densitas sekitar 1,5 g / cm3
dan kecenderungan berkurang hingga 1,3 g/ cm3 untuk batubara mengandung 85%
karbon diikuti dengan peningkatan 1,8 g / cm3 untuk batubara dengan kandungan 87%.

Padatan yang porous seperti batubara, memiliki tiga perbedaan dalam


pengukuran densitasnya, true densitas dan apparent density. Apparent density batubara
dapat dilakukan dengan cara memberikan sampel batubara didalam cairan dan kemudian
mengukur cairan yang terpindahkan. Untuk prosedur ini, cairan harus mebasahi
permukaan batubara, tidak ada absorbsi yang kuat pada permukaan, tidak menyebabkan
pengembangan, dan menetrasi pori batubara.

True density batubara ditentukan dengan menggunakan prinsip perpindahan helium.


Helium baik digunakan sebab dapat mentrasi pori – pori sampel batubara tanpa
menyebabkan interaksi secara kimiawi. Particl density adalah berat suatu unit volume
padatan termasuk pori dan rekahan (Mahajan dan Walter,1978). Densitas partikel dapat
ditentukan dengan cara satu dari tiga metode, yaitu: mercury displasment (Gen et al,
1982); aliran gas (Ergun, 1951); atau Silanization (Ettinger dan Zhupakhina, 1960).

Densitas batubara dapat bervariasi yang menunjukkan hubungan antara rank dan
kandungan karbon. Batubara dengan kandungan karbon 85% biasanya menunjukkan
suatu derajat ciri hidropobik yang lebih besar dari batubara berank paling rendah.
Bagaimanapun, hasil temuan terbaru pada prediksi sifat hidropobik batubara
mengindikasikan bahwa korelasi kharakteristik kandungan air lebih baik dari pada
kandungan karbon dan begitupun rasio kandungan air/karbon lebih baik daripada rasio
atomik oksigen/karbon. Begitupun, terdapat suatu hubungan antara sifat hidropobik
batubara dan kandungan air ((Labuschagne, 1987; Labuschagne, 1988).

Kecenderungan bahwa density batubara bernilai minimum pada kandungan karbon


85%. Sebagai contoh, karbon batubara 50-55% akan memiliki densiti sekitar 1,5 g/cm 3,
3
dan cenderung berkurang hingga 1,3 g/cm untuk batubara mengandung 85% karbon
3
diikuti dengan peningkatan 1,8 g/cm untuk batubara dengan kandungan karbon 87%.
Sebagai pembanding, densitas graphite (2,25 g/cm 3) juga mengikuti kecenderungan ini.

Walaupun variasi densitas tidak begitu besar, umumnya densitas untuk maseral
(memilki kandungan karbon yang sama) adalah exinite

Dalam standar ASTM D291 dinyatakan dalam berat batubara tercrusher per kubik
feet, yang mana bervariasi dengan ukuran partikel batubara dan dengan cara pengisian
dalam sebuah container.

Densitas relatif

Densitas relatif batubara tergantung pada rank dan mineral pengotornya. Data
densitas relatif diperlukan untuk membuat sampel komposit dalam menentukan
banyaknya asap (seam). Selain itu diperlukan juga sebagai faktor penting dalam
mengubah cadangan batubara dari unit volume menjadi unit massa.

Penentuan dilakukan dengan menghitung banyaknya kehilangan berat pada saat


dicelupkan ke dalam air. Cara terbaik adalah dari data berat batubara dengan
menggunakan piknometer. Pengukuran berat jenis tergantung tujuan penggunaan:

- Bulk density adalah berat per satuan volume batubara lepas, gunanya untuk
menghitung besarnya stockpile.

- Apparent density adalah berat jenis bongkah batubara termasuk inherent moisture,
mineral matter dan udara di dalam pori.
- True density adalah berat jenis batubara yang bebas dari udara dan air yang tidak
terikat, tetapi termasuk mineral matter.

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya berat jenis, antara lain:

- Rank: umumnya batubara dengan rank yang tinggi makan mempunyai berat jenis
yang tinggi pula. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi
selama proses pembentukan batubara, yaitu terbentuknya grup-grup hidrokarbon yang
lebih berat.

- Komposisi petrografik: exinite, micrinite, dan fusinite.

- Impurities: air dan mineral yang ada di dalam batubara.

Proses pencucian batubara

Pencucian batubara merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas


batubara, agar batubara tersebut memenuhi syarat untuk mengurangi impuritis
anorganik. Karakteristik batubara dan impuritisnya yang utama ditinjau dari segi
pencucian secara mekanis ialah komposisi ukuran yang disebut size consist, perbedaan
berat jenis dari material yang dipisahkan ke permukaan. Friability relatif dari batubara
dan impuritisnya serta kekuatan dan kekerasannya.

Dalam proses pencucian batubara untuk memisahkan dari mineral pengotor. Dipakai
berbagai jenis peralatan konsentrasi berdasarkan sifat – sifat batubara dari mineral
pengotor. Perbedaan tersebut dapat berupa sifat fisik atau mekanik dari butiran tersebut.
Seperti halnya berat jenis, ukuran, warna, gaya sentrifugal.

Pada saat proses penambangan batubara, batubara yang dihasilkan belum tentu
merupakan batubara bersih, karena masih banyak mengandung mineral pengotor.
Pengotor batubara dapat berupa pengotor homogen yang terjadi di alam saat
pembentukan batubara itu sendiri, yang disebut dengan inherent impurities. Maupun
pengotor yang dihailkan dari operasi penambangan itu sendiri, yang disebut extraneous
impurities.
Properties Fisik Batubara

Sama halnya evaluasi batubara dapat dicapai dengan penentuan dari beberapa
propertis yang penting, disinipun berbagai propertis batubara telah disediakan banyak
informasi yang bernilai tentang potensi penggunaan batubara (Van Krevelen, 1957).
Tentu saja, itu juga merupakan propertis dari material-material organik yang merupakan
informasi bernilai yang menawarkan tentang perilaku lingkungan (Lyman et al., 1990).
Karenanya, adalah alasan yang baik untuk mempelajari ciri khas daripada batubara
tersebut.

Dalam pengertian yang lebih luas, merupakan suatu hal yang telah diterima bahwa
pada butiran alamiah dari batubara berperingkat tinggi adalah penting untuk dapat
dipahami sifat fisik alamiahnya jika ingin dimodelkan dengan medium butiran yang
mana terdiri dari graphite-like material embedded dalam batasan matriks organik.

Propertis Fisik

Sebagai pertimbangan awal, perlunya mengenal sifat fisik secara tidak langsung juga
menerangkan tentang hubungannya dengan sifat kimia. Sebagai contoh, ukuran pori
batubara, yang mana merupakan sifat fisik batubara, merupakan faktor utama dalam
penentuan reaktivitas kimiawi batubara (Walker, 1981). Dan efek kimiawi dari swelling
indeks dan pengkokasan batubara memiliki efek substansial pada penanganan batubara
atau selama operasi konversi batubara.

Batubara Sebagai Sedimen Organik

Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan organik,


terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa
tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak
air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh
dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara.

Penyusun Batubara

Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan ditemukannya
cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam penyusunannya batubara diperkaya
dengan berbagai macam polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat,
lignin, dll. Namun komposisi dari polimer-polimer ini bervariasi tergantung pada spesies
dari tumbuhan penyusunnya.

1. Lignin

Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah
susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada
rumput mempunyai susunan p-koumaril alkohol yang kompleks. Pada umumnya lignin
merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol.

2. Karbohidrat

Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima
sampai delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara
gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya
mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah
yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling
banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan
membentuk batubara.

3. Protein

Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir
sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup.

Proses Pembentukan Batubara

Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa material


tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama, mengalami peluruhan
sebagian kemudian hasilnya teralterasi oleh berbagai macam proses kimia dan fisika.
Selain itu juga, dinyatakan bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan
terbentuknya peat.
Kualitas dan Klasifikasi Batubara

Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi
potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter
penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk menentukan
kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa
analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan
jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixedcarbon), dan
kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan
unsur kimia pada batubara seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
tambahan.

Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society for Testing
and Material (ASTM, 1981). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan
nilai kalori dalam basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried
(adb) menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM,
1981).

Manfaat Batubara

Berikut ini adalah beberapa manfaat batubara yang perlu kita ketahui.

1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik


2. Industri Produksi Baja
3. Bahan Bakar Cair
4. Industri Produksi Semen
5. Industri Produk Aluminum
6. Batubara Menghasilkan Produk Gas
7. Industri Pabrik Kertas
8. Industri Bahan Kimia
9. Produksi Bahan Metanol
10.Produksi Asam Nitrat
11. Produksi Produk Pupuk Pertanian
12. Komponen Bahan Sabun
13. Komponen Produk Aspirin
14. Batubara Mendukung Ekonomi Negara
15. Batubara Membuka Daerah Terisolasi

Dampak Buruk Batubara

Berikut ini beberapa dampak buruk dari batubara yang bisa kita pelajari:

1. Bagi Lingkungan : salah satu elemen yang menerima akibat buruk dari sebuah
pertambahan batubara.
2. Bagi tenaga kerja
3. Bagi kesehatan.

IV. Langkah Kerja


1. Membuat larutan typol 0,1 % dalam labu ukur. Larutan ini disimpan dalam desikator,
divakumkan sampai tidak ada gelembung udara dan di atas larutan typol.
2. Mengisi piknometer dengan larutan typol sampai lubang kapilernya terisi penuh,
kemudian ditimbang (P)
3. Sebagian larutan typol dipindahkan dari piknometer dengan memakai pipet sampai
kira-kira ½ bagian volumenya
4. Menimbang satu gram sampel (sampel berukuran 60mesh) dimasukkan ke dalam
piknometer yang berisi typol ½ bagian volume dengan menggunakan corong kecil
5. Piknometer divakumkan, apabila tidak ada gelembung udara dan batubara sudah turun
semua ke dasar piknometer, mengisi piknometer kembali dengan typol sampai penuh
dan ditimbang (W1)
V. Analisa Percobaan

Pada percobaan kali ini ialah penentuan densitas batubara, praktikum ini bertujuan
untuk mengetahui peranan sifat fisik dari batubara dan menentukan densitas batubara.
Densitas merupakan nilai kerapatan molekul penyusun dari senyawa tertentu dimana
keterkaitannya yaitu ketika kerapatannya rendah maka densitasnya juga rendah dan begitupun
sebaliknya.

Untuk mengetahui rank dari batubara salah satu spesifikasi yang harus diketahui
adalah nilai densitas, dengan mengetahui nilai densitas maka kadar karbon yang terkandung
didalam batubara dapat diketahui. Semakin besar nilai densitas dari batubara maka karbonnya
semakin tinggi. Dengan kadar karbon yang tinggi maka energi yang dapat dihasilkan dari
proses pembakaran menggunakan batubara juga akan meningkat. Dengan kata lain, nilai
densitas batubara berbanding lurus dengan nilai/kadar karbon pada batubara tersebut.

Pada percobaan ini menggunakan prinsip Apparent Density karena sampel batubara
dicelupkan kedalam air/larutan serta memenuhi empat syarat Apparent Density yaitu
membasahi permukaan batubara, tidak ada absorbsi yang kuat pada permukaan, tidak
menyebabkan pengembangan dan menetrasi pori-pori batubara.

Pada percobaan ini larutan yang digunakan adalah larutan Typol dengan konsentrasi
0.1%. Larutan ini digunakan karena larutan tersebut bersifat sabun atau basa dan juga tidak
akan mengubah struktur kimia dari batubara itu sendiri. Penggunaan larutan pada penentuan
densitas batubara dikarenakan batubara merupakan senyawa dalam bentuk padatan maka
harus digunakan larutan yang akan melengkapi sisa ketenggangan dari batubara dalam wujud
padatan tersebut. Kemudian, sebelum melakukan penimbangan seharusnya dihilangkan
terlebih dahulu air yang ada didalam pori-pori pada batubara atau yang biasa disebut dengan
Inherent Moisture. Inherent Moisture akan menambah volume batubara dan itu akan
memengaruhi nilai densitas batubara secara signifikan.

Batubara yang menjadi sampel pada praktikum kali ini ialah berukuran 60 Mesh
karena dengan ukuran tersebut massa batubara masih berat sehingga mudah tenggelam dan
memang sudah menjadi ketetapan standar pengukuran densitas berdasarkan ASTM 167-71
yang tentunya sudah dilakukan penelitian terlebih dahulu.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dianalisa bahwa terbentuknya


gelembung pada saat dimasukkannya batubara kedalam larutan Typol karena adanya
kandungan udara. Mengendapnya sebagian batubara ke dasar piknometer dikarenakan pori-
pori tersebut. Sedangkan batubara yang masih melayang dikarenakan pori-pori batubara kecil
sehingga larutan membutuhkan waktu untuk terserap kedalam batubara.

Berdasarkan data dan perhitungan didapatkan nilai Apparent Density sebesar 2,0846
gr/ml sedangkan nilai True Density sebesar 1,91 gr/ml. Dari nilai densitas tersebut dapat
diketahui bahwa sampel batubara tersebut termasuk kedalam jenis batubara
Grafit. Hilangnya densitas karena udara telah hilang dalam batubara.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

a. Dengan mengetahui densitas batubara, maka dapat diklarifikasikan jenis batubara.


b. Densitas sebelum diendapkan (Apparent Density) = 2.0846 gr/ml
c. Densitas sesudah diendapkan (True Density) = 1.91 gr/ml
VII. Daftar Pustaka

Kasie Laboratorium Teknologi Migas dan Batubara. 2019. Penuntun Laboratorium


Teknologi Migas dan Batubara. Palembang: POLSRI.

http://wahyusisilia.blogspot.com/2016/01/laporan-penentuan-densitas.html (Diakses pada 23


April 2019).

https://www.scribd.com/document/293569173/laporan-penentuan-densitas-batubara-docx
(Diakses pada 23 April 2019).

https://ilmubatubara.wordpress.com/2006/10/07/batubara-sebagai-sedimen-organik/ (Diakses
pada 23 April 2019).

https://ilmubatubara.wordpress.com/2006/10/07/uji-mekanik/ (Diakses pada 23 April 2019).

http://rafitarjenipolsri.blogspot.com/2018/02/penentuan-densitas-batubara.html (Diakses pada


23 April 2019).

https://ilmubatubara.wordpress.com/2006/10/07/batubara-sebagai-sedimen-organik/ (Diakses
pada 23 April 2019).

http://phian20.blogspot.com/2012/03/proses-pembentukan-batubara.html (Diakses pada 23


April 2019).

http://eprints.polsri.ac.id/3146/3/BAB%20II.pdf (Diakses pada 23 April 2019).

https://manfaat.co.id/manfaat-batu-bara-dalam-kehidupan-sehari-hari#tab-bagi-lingkungan
(Diakses pada 23 April 2019).
GAMBAR ALAT

Piknometer Labu Ukur

Neraca Analitis

Anda mungkin juga menyukai