Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT REFKA

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

“HYPERTENSION GRADE II “

OLEH :

Nama : Megawati Zainal S.Ked


NIM : N 111 17 090
Pembimbing Klinik
dr. Miranti,.M.Kes
dr. Benny Siyulan,. M.Kes

DISUSUN DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK
DI BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi.
Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di
dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya
darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah
suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi,
maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan
hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan
mengalami ganguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam
ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. Terdapat dua
macam kelainan tekanan darah darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi
atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. [1]

Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan
salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian
yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di
negara berkembang, seperti halnya di Indonesia. Hipertensi disebabkan oleh
adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya. Hipertensi dikenal juga
sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala
atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian penderita tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering
ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk
memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan
gejala-gejala yang spesifik. [2,3]

Penyakit hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Tidak


hanya di Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1
dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan jumlah

2
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami
penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan
sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila.

Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita
hipertensi diseluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu
sebesar 30% dan prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1.5 juta kematian terjadi di
Asia Tenggara yang 1/3 populasinya. Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi
yang lebih tinggi dibandingkan wanita.2
Di Indonesia, berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia pada tahun 2015,
hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah
sakit pada tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan
80.615 pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2013 di Indonesia adalah
sebesar 25,8%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan
Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan
dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).
Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang
berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. 3
Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang
terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang
minum obat sendiri.4

3
Data penyakit Rawat jalan Terbanyak Untuk Semua Golongan Umur di UPT
Puskesmas Talise Tahun 2018 hipertensi menempati urutan keenam penyakit
sepuluh besar, dengan jumlah penderita sebanyak 1.706 orang. 5
Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia
(lansia), usia diatas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari
populasi lansia. Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi. Keadaan ini
didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan usia. Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi
hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun
sebesar 65%. Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi
peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia
>70 tahun 2,97 kali.1
Pada tahun 2018 bulan Desember sudah tercatat 1,706 pasien hipertensi. Kasus
tersebut menduduki penyakit terbanyak keenam setelah ISPA. Melalui uraian
diatas Penulis merasa penting untuk mengkaji lebih lanjut kasus Hipertensi di
daerah kerja Puskesmas talise. [5]
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengambilan kasus tersebut adalah :
1. Sebagai pemenuhan syarat menyelesaikan tugas di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyakit hipertensi dan beberapa faktor resiko di wilayah
kerja Puskesmas Talise

4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Sepuluh Penyakit Terbesar Puskesmas Talise Pasca Bencana


NO NAMA PENYAKIT JUMLAH

Infeksi Saluran Pernapasan Akut


1 6.319
(ISPA)
2 Penyakit lain infeksi saluran nafas 3.550
3 Dispepsia 2.816
4 Dermatitis 2.132
5 Penyakit kelainan susunan saraf 1.986
6 HT 1.706
7 Mialgia 1.667
8 Bronchitis 1.135
9 Diare 935
10 Tonsilitis 481
Total 22.727

2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon Kuantitatif


Tabel 2.1 Prioritas masalah di Puskesmas Talise

No Masalaah Besar Kegawatdaruratan Kemungkinan Nilai


kesehatan masalah diatasi
1 ISPA 3 1 4 8
2 Diare 4 4 1 9
3 Hipertensi 3 3 1 7

4 Dermatitis 2 1 3 6

5
5 Dispepsia 2 1 4 7
Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada puskesmas
Talise adalah ISPA, diare, dermatitis, hipertensi dan dispepsia

a. KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10

Masalah Besar masalah Nilai


kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (ispa) V 8
Y (diare) V 9
Z (Hipertensi) V 7
Keterangan total skor:
Nilai 1-4 :Insidensi kurang Nilai 5-7: Insidensi sedang Nilai 8-10:
Insidensi sangat banyak

b. KRITERIA B :Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)

Masalah Keganasan Tingkat Biaya yang Nilai


kesehatan urgency dikeluarkan
X (ispa) 1 4 4 9
Y (diare) 1 3 3 7
Z (Hipertensi) 1 3 4 8

Nilai 1-4 :tidak gawat Nilai 5-7: tidak terlalu gawat (sedang)

Nilai 8-10: gawat

6
c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan

Sangat sulit X Z Y sangat mudah

1 2 3 4 5

d. KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
P : Propriety (Kesesuaian)
E : Economics (Ekonomi murah)
A : Accetable (Dapat diterima)
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality(Legalitas terjamin)

e. PENETAPAN NILAI
- ISPA
NPD : (A+B) C = (8+9) 3 = 51
NPT : (A+B) CxD = (8+9) 3x1 = 51
- DIARE
NPD : (A+B) C = (9+7) 4 = 64

7
NPT : (A+B) CxD = (9+7) 4x1 = 64
- HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (7+8) 3 = 45
NPT : (A+B) CxD = (7+8) 3x1 = 45

f. KESIMPULAN

Masalah A B C NPD D NPT Prioritas


kesehatan (PEARL)
ISPA 8 9 2 51 1 51 1
Diare 9 7 4 64 1 64 2
Hipertensi 7 8 3 45 1 45 3
Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit hipertensi merupakan prioritas ketiga
dari 3 prioritas masalah yang ada di Puskesmas Talise. Hal ini berkaitan dengan tingkat
morbiditas dan insidensi hipertensi yang timbul di ruang lingkup kerja Puskesmas
Talise. Oleh karena itu akan di bahas mengenai kasus penyakit Hipertensi pada laporan
kasus saat ini.

8
2.1. Identitas pasien
Nama Pasien : Tn. M
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Huntara Tondo

Anamnesis
Keluhan utama: Sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki usia 79 tahun datang di tempat pemeriksaan kesehatan di huntara
tondo dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan kurang lebih 2 hari sebelum pasien
kontrol. Sakit dirasakan hilang timbul, terasa pada kepala bagian depan dan sekitar
leher. Sakit yang dirasakan seperti berdenyut.pasien juga mengeluhkan sulit tidur saat
malam hari. Pasien menyangkal adanya nyeri dada, mual ataupun muntah. BAB (+)
biasa, BAK (+) lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah menderita hipertensi kurang lebih sudah 10 tahunan.
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Keluarga pasien tidak memiliki riwayat alergi, dan tidak pernah menderita hal
seperti ini.
Riwayat pengobatan:
- Pasien meminum obat amlodipine 10 mg 1x pada malam hari .
Riwayat kebiasaan dan Lingkungan
Kondisi tempat tinggal:
- Pasien sebelumnya memiliki rumah di daerah talise namun terkena tsunami saat
ini pasien mendapatkan bantuan tempat tinggal di Huntara Tondo yang luasnya
kurang lebih 3 x 4 meter, dengan hanya 1 ruangan yang bisa berisi 1 kasur , 1

9
lemari pakean, 1 rak piring dan 1 kompor, 1 buah dispenser, 1 buah reskuker,
dan beberapa bahan makanan dan alat dapur didalam rungan tersebut. untuk
kamar mandi terdapat 2 kamar mandi umum .Dinding rumah terbuat dari
tripleks, lantai papan, dan langit langit rumah tertutup rapi . Kebersihan rumah
tampak berantakan karena ruangan yang tidak memadai, Pasien mengaku
bahwa dirinya dan keluarga sering membersihkan rumahnya.
- Keluarga pasien tidur menggunakan kasur yang dilapisi dengan seprai.
- Pasien merupakan perokok aktif, sekarang masih merokok tetapi frekuensi
berkurang. Dan ada anggota keluarga yang merokok.
- Keluarga pasien mendapatkan air dari PDAM, yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga seperti minum, mandi dan mencuci.
Makanan sehari-hari:
- Keluarga pasien sehari-sehari mengkonsumsi nasi, disertai lauk pauk seperti
ikan, sayur dan telur. Keluarga pasien jarang mengkonsumsi daging, udang,
cumi dan mengurangi mengkonsumsi garam.
- Pasien setiap hari beraktivitas dirumah.
Hewan peliharaan:
- Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
2.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Composmentis/E4V5M6
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Denyut Nadi : 82 ×/menit
Respirasi : 21×/menit
Suhu axilla : 36,6 0C
Berat Badan : Kg
Tinggi Badan : cm
Status Gizi : Normal, IMT

10
Status Generalis
Kepala Leher:
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Putih, lurus
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga : Liang telinga normal, serumen minimal (+/+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak ada peningkatan
Thorax:
Inspeksi:
- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada simetris
- Permukaan dada papula (-), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)
- Pergerakan otot bantu nafas: tidak tampak
Palpasi:
- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
- Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Taktil fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi:
- Batas jantung normal
- Paru sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi:
- Cor: S1S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo: vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen:
Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-)
Auskultasi: bising usus (-) normal, bising aorta (-)

11
Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)
Extremitas:
Edem (-/-), akral hangat (+/+)

2.4. Pemeriksaan Penunjang


Tidak ada

2.5. Diagnosis Kerja


Hipertensi Grade II ( JNC 7)

2.6. Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- Amlodipine 10 mg 0-0-1
Non Medikamentosa:
Edukasi:
- Menjelaskan mengenai penyebab penyakit hipertensi serta factor resiko yang
memicu.
- Mulai membiasakan diri membatasi memakan makanan tinggi karbohidrat,
menghindari sumber protein hewani dan perbanyak konsumsi makanan tinggi
serat. Pengaturan cara dan pola makan dengan menyesuaikan jadwal makan,
jenis makanan dan jumlahya
- Menganjurkan pasien untuk membatasi aktivitas fisik yang dapat memperberat
penyakit
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien akan meminum obat seumur hidup
untuk mengontrol tekanan darah.
- Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi yang diderita
tidak terkontrol.

12
- Kontrol setiap bulan ke puskesmas atau tiap minggu di tempat pemeriksaan
kesehatan untuk cek tekanan darah dan keberhasilan terapi.
- Olahraga teratur dan berhenti merokok.

2.7. Prognosis
Dubia ad bonam

2.8. Anjuran
Melakukan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan yang lebih memadai, seperti
EKG, Echocardiografi, Profil lipid, skin prick test utuk menentukan jenis alergi,
spirometri dan foto thorax.

2.9 Analisis Kasus


Pasien merupakan seorang laki-laki dengan pekerjaan sebagai kepala
sekolah namun sudah pensiun, sebelum ia mengetahui menderita penyakit
Hipertensi ia sering merokok. Pasien dimasa tuanya juga tinggal bersama seorang
istri, anak dan cucunya, sehingga sulit untuk melakukan kontrol dalam
pengobatan karena tempat tinggal yang bersebelahan rumah tidak dalam satu
rumah Karena rungan yang tidak memadai.

2.10 Identifikasi Masalah pada Pasien


1. Bagaimana masalah Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Talise?
2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah Hipertensi di Wilayah
kerja Puskesmas Talise?
3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait Hipertensi di Wilayah
kerja Puskesmas Talise?

13
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 79 tahun datang di tempat pemeriksaan kesehatan di huntara
tondo dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan kurang lebih 2 hari sebelum pasien
kontrol. Sakit dirasakan hilang timbul, terasa pada kepala bagian depan dan sekitar
leher. Sakit yang dirasakan seperti berdenyut.pasien juga mengeluhkan sulit tidur saat
malam hari. Pasien menyangkal adanya nyeri dada, mual ataupun muntah. BAB (+)
biasa, BAK (+) lancar. Pasien mengau sebagai perokok aktif tetapi sekarang frekuensi
merokok dikurangi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg
dan respiratory rate 21x/menit terdapat peningkatan, JVP tidak meningkat, auskultasi
paru didapatkan kelainan pada thorax dextra dan suara jantung s1/s2 murni regular
tidak ada murmur ataupun gallop, batas jantung normal dan ictus cordis teraba di SIC
V linea midclavicularis sinistra. Tidak terdapat udem tungkai. Sehingga dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan hipertensi.

Kategori Tekanan dan/ Tekanan Darah


Tekanan Darah Darah Sistol atau Diastol (mmHg)
menurut JNC 7 (mmHg)
Normal < 120 dan < 80

Pra-Hipertensi 120-139 atau 80-89

Hipertensi:

Tahap 1 140-159 atau 90-99

Tahap 2 ≥ 160 atau ≥ 100

Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)[4]

14
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep kesehatan
masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menjadi
faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh pasien dalam kasus ini yakni sebagai
berikut
Faktor-faktor risiko penyakit jantung hipertensi antara lain adalah: [4]

1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain
itu didapatkan 70-80% 10 kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.

2. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria yang berusia di atas 55 tahun.
Hal ini kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya usia maka
tekanan darah akan semakin meningkat terutama pada pria. Tapi setelah
menopause tiba wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah yang
lebih tajam dan mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada pria.

3. Usia

Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin


meningkat. Hal ini sebanding dengan terjadinya penyakit jantung hipertensi
yang lebih banyak dialami oleh para lanjut usia.

15
4. Garam

Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi melalui


peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Faktor lain
yang ikut berperan yaitu sistem renin angioten sin yang berperan penting
dalam pengaturan tekanan darah. Produksi rennin dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain stimulasi saraf simpatis. Renin berperan dalam proses
konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan
sekresi aldosteron yang mengakibatkan menyimpan garam dalam air.
Keadaan ini yang berperan pada timbulnya hipertensi.

5. Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat
pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

6. Status Gizi

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan


masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu
juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan
keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara
adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks
Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi
seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai
IMT ≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit
degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes
mellitus.

16
7. Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah yang menetap tinggi.
8. Rokok

Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan


darah tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin .
Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat
dari kemampuan menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel
darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya.

9. Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam
tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah
tinggi, namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita tekanan
darah tinggi.8

Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-


faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu faktor
genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat, faktor lingkungan
(sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan
kualitasnya), namun yang paling berperan dalam terjadinya hipertensi adalah faktor
genetik, perilaku, serta pelayanan kesehatan. Hipertensi menjadi masalah di mayarakat
disebabkan oleh karena faktor-faktor berikut :

17
1) Genetik/Biologis
a) Usia
Kasus hipertens lebih banyak didapatkan pada pasien-pasien berusia >
45 tahun. Pada kasus sendiri pasien berumur 79 tahun, pasien mengetahui
bahwa dirinya memiliki penyakit hipertensi sejak tahun 1991 sampai dengan
2019
2) Perilaku
-
Pada anamnesis, pasien mengatakan memiliki kebiasaan mengonsumsi
masakan berkuah seperti, ikan, sayur-sayuran dan menguangi mengkonsumsi
garam.
-
Pasien jarang melakukan pengukuran tekanan darah di rumah maupun pada
petugas kesehatan semnjak gempa pada tgl 28 septeber 2019 namun akhir-
akhir ini pasien sering mengecek Tekanan darah.
-
Pasien hanya mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tetapi terkadang
lupa untuk meminum obatnya

3) Lingkungan
Pada pasien tingkat pendidikan terakhir adalah S1. Hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya kasus hipertensi. Pasien mengetahui tentang
penyakitnya. Pasiensebelumnya bekerja sebagai kepala sekolah namun sudah
pensiun dan sekarang tidak ada pekerjaan sehingga pasien stres menurut teori
faktor stress dapat menjdi factor resiko terjadinya hipertensi
4) Pelayanan Kesehatan
Alur pelayanan pasien hipertensi di Puskesmas Talise sama seperti pasien
dengan penyakit lain yaitu :
a. Pasien mendaftar ke loket puskesmas
b. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan anamnesis singkat
c. Diarahkan ke poli umum untuk mendapatkan pengobatan

18
d. Setelah dilakukan pemeriksaan dan memperoleh resep pasien diarahkan ke
apotek
Usaha kesehatan perorangan (UKP) di Puskesmas Talise untuk menangani
pasien hipertensi, pasien akan masuk ke poli umum dan ditangani oleh dokter
umum. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien diberikan resep yang kemudian
diambil di apotek. Di Puskesmas Talise banyak hal yang telah dilakukan dalam
menunjang UKP seperti:
- Pasien dengan diagnosis hipertensi diberikan konseling gizi untuk mengatur
asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari
- Puskesmas Talise memiliki 3 dokter umum yang terbagi dalam 3 poli yaitu poli
Gigi, poli umum dan poli lansia.
Usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Talise untuk menangani
pasien hipertensi dilakukan di posbindu setiap bulannya. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada pelaksanaan UKM antara lain:

- Dilakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi secara kelompok maupun


individu pada pasien yang menderita hipertensi (prolanis).
- Dilakukan pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, lingkar perut, dan Tanda-
tanda vital
- Dilakukan Pemeriksaan kolesterol, gula darah dan asam urat oleh petugas
kesehatan.
Dalam melakukan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas
Talise terlebih tentang pelaksanaan posbindu, masih ada beberapa hal yang belum
terlaksana secara sempurna dikarenakan beberapa kendala, antara lain :

- Tidak adanya dokter yang mendampingi pelaksanaan posbindu, sehingga


pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh pemegang program posbindu.
Sehingga terapi yang diberikan mungkin saja tidak sesuai untuk penanganan
pasien yang bersangkutan.

19
- Pasien yang tidak seluruhnya dapat berkunjung rutin setiap bulan ke posbindu
karena alasan aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan ataupun karena letak rumah
yang jauh sehingga penjaringan pasien-pasien sakit masih kurang.
Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali terabaikan
padahal melihat kejadian yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini,
jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru semakin meningkat.

Guideline JNC 8 mencantumkan 9 rekomendasi penanganan hipertensi:[6]

1) Pada populasi umum berusia ≥60 tahun, terapi farmakologis untuk


menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg dengan target sistolik ˂150 mmHg
dan target diastolik ˂90 mmHg. (Strong Recommendation - Grade A). Pada
populasi umum berusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologis hipertensi
menghasilkan tekanan darah sistolik lebih rendah (misalnya ˂140 mmHg) dan
ditoleransi baik tanpa efek samping kesehatan dan kualitas hidup, dosis tidak
perlu disesuaikan. (Expert Opinion - Grade E).
2) Pada populasi umum ˂60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
tekanan darah diastolik ˂90 mmHg,(untuk usia 30-59 tahun Strong
Recommendation - Grade A; untuk usia 18-29 tahun Expert Opinion - Grade
E).
3) Pada populasi umum ˂60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik ˂140 mmHg (Expert Opinion - Grade E).
4) Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik ˂140 mmHg dan target tekanan darah diastolik ˂90
mmHg (Expert Opinion - Grade E).

20
5) Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target tekanan darah sistolik
˂140 mmHg dan target tekanan darah diastolik ˂90 mmHg (Expert Opinion -
Grade E).
6) Pada populasi non-kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes,
terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe thiazide, calcium
channel blocker (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI),
atau angiotensin receptor blocker (ARB). (Moderate Recommendation -
Grade B).
7) Pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe thiazide atau CCB.
(Untuk populasi kulit hitam: Moderate Recommendation - Grade B; untuk
kulit hitam dengan diabetes: Weak Recommendation - Grade C).
8) Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal (atau tambahan, sebaiknya mencakup ACEI atau ARB
untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien
penyakit ginjal kronik dengan hipertensi terlepas dari ras atau status diabetes.
(Moderate Recommendation - Grade B).
9) Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah
satu kelas yang direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazide-type
diuretic, CCB, ACEI, atau ARB. Dokter harus terus menilai tekanan darah
dan menyesuaikan regimen perawatan sampai target tekanan darah dicapai.
Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan
titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB
bersama-sama pada satu pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
menggunakan obat di dalam rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau perlu

21
menggunakan lebih dari 3 obat, obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan.
Rujukan ke spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika target tekanan
darah tidak dapat tercapai dengan strategi di atas atau untuk penanganan
pasien komplikasi yang membutuhkan konsultasi klinis tambahan. (Expert
Opinion - Grade E).
Modifikasi Gaya Hidup

Dalam guideline JNC 8 modifkasi gaya hidup tidak dibahas secara detail,
mungkin tetap mengacu pada modifikasi gaya hidup dalam JNC 7 dan beberapa
panduan lain: [6]

 Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20


mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang ˂94 cm untuk pria
dan ˂80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh ˂25 kg/m2. Rekomendasi
penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga
meningkatkan aktivitas fsik.
 Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Lebih banyak makan buah,
sayur-sayuran, dan produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak
penuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan calcium.
 Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
Konsumsi sodium chloride ≤6 g/hari. (100 mmol sodium/hari).
Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai bagian pola makan sehat.
 Aktivitas fsik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Lakukan
aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau setiap hari pada 1
minggu (total harian dapat diakumulasikan, misalnya 3 sesi @10 menit).
 Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4
mmHg. Maksimum 2 minuman standar/hari: 1 oz atau 30 mL ethanol;

22
misalnya bir 24 oz, wine 10 oz, atau 3 oz, 0-proof whiskey untuk pria, dan 1
minuman standar/hari untuk wanita.
 Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskuler secara keseluruhan

23
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan kasus diatas, dapat diberikan beberapa saran pada


kasus hipertensi di Puskesmas Talise, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor resiko hipertensi pada pasien disebabkan faktor usia, jenis
kelamin, merokok dan juga stress
2. Pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan kurang menjangkau
masyarakat akan terpenuhinya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah pola pikir serta perilakunya dalam hal kesehatan pribadinya
maupun keluarganya.

SARAN
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Hipertensi dapat dilaksakan
Five Level Prevention:
1. Health Promotion
Promosi kesehatan (health promotion) dalam upaya mencegah
terjadinya penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai upaya
seperti:

a) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hipertensi dan


bagaimana penyebarannya serta kemungkinannya menurun pada
keluarga melalui riwayat genetic walaupun untuk pencegahan tahap
genetic belum ada pencegahan yang pasti.
b) Memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada masyarakat mengenai
pola makan gizi seimbang yang harus dicukupi setiap harinya oleh
setiap masyarakat khususnya untuk mengurangi makanan-makanan
yang tinggi kadar garam maupun lemak.

24
2. Spesific Protection
Pencegahan khusus ini terutama ditujukan pada keluarga di daerah
wilayah kerja Puskesmas Talise yang memiliki riwayat hipertensi maupun
dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti: perbaikan status gizi
perorangan maupun masyarakat, seperti: makan dengan teratur, porsi
cukup, gizi seimbang (3x sehari)
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit tingkat
kedua. Sasaran dari tahap ini khususnya di wilayah kerja Puskesmas Talise
yaitu bagi mereka yang menderita penyakit hipertensi maupun yang
beresiko.
4. Disability Limitation
Screening, kontrol, pengobatan dan perawatan khusus untuk
menghindari komplikasi yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian seperti infark miokard, CHF yang diakibatkan oleh
Hipertensi.ataupun gagal jantung . Dapat dilakukan senam lansia setiap
dilakukan posbindu
5. Rehabilitation
Dalam kasus hipertensi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengobatan hingga tuntas, dengan mengikuti jadwal konsumsi obat yang
sudah diatur oleh dokter jika perlu adanya anggota keluarga yang dapat
menjadi pengawas pengobatan agar keberhasilan terapi dapat dinilai dalam
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, tetap kontrol Tekanan darah.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI;
2014.
2. Anonim, 2017. Buku Kerja KKN Profesi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, Palu.
3. Soenarta et al, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Pedoman PERKI. Jakarta. 2015.

4. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
FKUI; 2009.

5. UPTD Puskesmas Talise, 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Talise.UPTD Urusan


Puskesmas Talise, Palu.

6. Muhadi. JNC 8: Evidence Based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi


Dewasa. Analisis Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
CDK-236 vol.43.no.1. 2016.

26
LAMPIRAN

Gambar rumah bagian depan pasien

Gambar tampakan ruang makan dan ruang keluarga pasien


Gambar tampakan ruang tempat tidur

Gambar Kamar mandi dan wc pasien

28

Anda mungkin juga menyukai