“HYPERTENSION GRADE II “
OLEH :
Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan
salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian
yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah perkotaan di
negara berkembang, seperti halnya di Indonesia. Hipertensi disebabkan oleh
adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya. Hipertensi dikenal juga
sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala
atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian penderita tidak
mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering
ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk
memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan
gejala-gejala yang spesifik. [2,3]
2
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025.
Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami
penyakit hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa dapat dikategorikan
sebagai mayoritas utama yang status kesehatannya akan menjadi lebih baik bila.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 terdapat sekitar 600 juta penderita
hipertensi diseluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu
sebesar 30% dan prevalensi terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%.
Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025
sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1.5 juta kematian terjadi di
Asia Tenggara yang 1/3 populasinya. Secara umum, laki-laki memiliki prevalensi
yang lebih tinggi dibandingkan wanita.2
Di Indonesia, berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia pada tahun 2015,
hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di rumah
sakit pada tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien rawat inap dan
80.615 pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi
hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2013 di Indonesia adalah
sebesar 25,8%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan
Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan
dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%).
Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang
berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. 3
Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang
terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang
minum obat sendiri.4
3
Data penyakit Rawat jalan Terbanyak Untuk Semua Golongan Umur di UPT
Puskesmas Talise Tahun 2018 hipertensi menempati urutan keenam penyakit
sepuluh besar, dengan jumlah penderita sebanyak 1.706 orang. 5
Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia
(lansia), usia diatas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari
populasi lansia. Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi. Keadaan ini
didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan usia. Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi
hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun
sebesar 65%. Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi
peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia
>70 tahun 2,97 kali.1
Pada tahun 2018 bulan Desember sudah tercatat 1,706 pasien hipertensi. Kasus
tersebut menduduki penyakit terbanyak keenam setelah ISPA. Melalui uraian
diatas Penulis merasa penting untuk mengkaji lebih lanjut kasus Hipertensi di
daerah kerja Puskesmas talise. [5]
1.2 Tujuan
Tujuan dari pengambilan kasus tersebut adalah :
1. Sebagai pemenuhan syarat menyelesaikan tugas di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
2. Sebagai gambaran penyakit hipertensi dan beberapa faktor resiko di wilayah
kerja Puskesmas Talise
4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
4 Dermatitis 2 1 3 6
5
5 Dispepsia 2 1 4 7
Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada puskesmas
Talise adalah ISPA, diare, dermatitis, hipertensi dan dispepsia
Nilai 1-4 :tidak gawat Nilai 5-7: tidak terlalu gawat (sedang)
6
c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan
1 2 3 4 5
Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
P : Propriety (Kesesuaian)
E : Economics (Ekonomi murah)
A : Accetable (Dapat diterima)
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality(Legalitas terjamin)
e. PENETAPAN NILAI
- ISPA
NPD : (A+B) C = (8+9) 3 = 51
NPT : (A+B) CxD = (8+9) 3x1 = 51
- DIARE
NPD : (A+B) C = (9+7) 4 = 64
7
NPT : (A+B) CxD = (9+7) 4x1 = 64
- HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (7+8) 3 = 45
NPT : (A+B) CxD = (7+8) 3x1 = 45
f. KESIMPULAN
8
2.1. Identitas pasien
Nama Pasien : Tn. M
Umur : 79 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Huntara Tondo
Anamnesis
Keluhan utama: Sakit kepala
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien laki-laki usia 79 tahun datang di tempat pemeriksaan kesehatan di huntara
tondo dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan kurang lebih 2 hari sebelum pasien
kontrol. Sakit dirasakan hilang timbul, terasa pada kepala bagian depan dan sekitar
leher. Sakit yang dirasakan seperti berdenyut.pasien juga mengeluhkan sulit tidur saat
malam hari. Pasien menyangkal adanya nyeri dada, mual ataupun muntah. BAB (+)
biasa, BAK (+) lancar.
9
lemari pakean, 1 rak piring dan 1 kompor, 1 buah dispenser, 1 buah reskuker,
dan beberapa bahan makanan dan alat dapur didalam rungan tersebut. untuk
kamar mandi terdapat 2 kamar mandi umum .Dinding rumah terbuat dari
tripleks, lantai papan, dan langit langit rumah tertutup rapi . Kebersihan rumah
tampak berantakan karena ruangan yang tidak memadai, Pasien mengaku
bahwa dirinya dan keluarga sering membersihkan rumahnya.
- Keluarga pasien tidur menggunakan kasur yang dilapisi dengan seprai.
- Pasien merupakan perokok aktif, sekarang masih merokok tetapi frekuensi
berkurang. Dan ada anggota keluarga yang merokok.
- Keluarga pasien mendapatkan air dari PDAM, yang digunakan untuk keperluan
rumah tangga seperti minum, mandi dan mencuci.
Makanan sehari-hari:
- Keluarga pasien sehari-sehari mengkonsumsi nasi, disertai lauk pauk seperti
ikan, sayur dan telur. Keluarga pasien jarang mengkonsumsi daging, udang,
cumi dan mengurangi mengkonsumsi garam.
- Pasien setiap hari beraktivitas dirumah.
Hewan peliharaan:
- Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
2.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Composmentis/E4V5M6
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 180/110 mmHg
Denyut Nadi : 82 ×/menit
Respirasi : 21×/menit
Suhu axilla : 36,6 0C
Berat Badan : Kg
Tinggi Badan : cm
Status Gizi : Normal, IMT
10
Status Generalis
Kepala Leher:
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Putih, lurus
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga : Liang telinga normal, serumen minimal (+/+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak ada peningkatan
Thorax:
Inspeksi:
- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada simetris
- Permukaan dada papula (-), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)
- Pergerakan otot bantu nafas: tidak tampak
Palpasi:
- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
- Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
- Taktil fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi:
- Batas jantung normal
- Paru sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi:
- Cor: S1S2 murni reguler, murmur (-), gallop (-)
- Pulmo: vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen:
Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-)
Auskultasi: bising usus (-) normal, bising aorta (-)
11
Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)
Extremitas:
Edem (-/-), akral hangat (+/+)
2.6. Penatalaksanaan
Medikamentosa:
- Amlodipine 10 mg 0-0-1
Non Medikamentosa:
Edukasi:
- Menjelaskan mengenai penyebab penyakit hipertensi serta factor resiko yang
memicu.
- Mulai membiasakan diri membatasi memakan makanan tinggi karbohidrat,
menghindari sumber protein hewani dan perbanyak konsumsi makanan tinggi
serat. Pengaturan cara dan pola makan dengan menyesuaikan jadwal makan,
jenis makanan dan jumlahya
- Menganjurkan pasien untuk membatasi aktivitas fisik yang dapat memperberat
penyakit
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien akan meminum obat seumur hidup
untuk mengontrol tekanan darah.
- Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi yang diderita
tidak terkontrol.
12
- Kontrol setiap bulan ke puskesmas atau tiap minggu di tempat pemeriksaan
kesehatan untuk cek tekanan darah dan keberhasilan terapi.
- Olahraga teratur dan berhenti merokok.
2.7. Prognosis
Dubia ad bonam
2.8. Anjuran
Melakukan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan yang lebih memadai, seperti
EKG, Echocardiografi, Profil lipid, skin prick test utuk menentukan jenis alergi,
spirometri dan foto thorax.
13
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien laki-laki usia 79 tahun datang di tempat pemeriksaan kesehatan di huntara
tondo dengan keluhan sakit kepala yang dirasakan kurang lebih 2 hari sebelum pasien
kontrol. Sakit dirasakan hilang timbul, terasa pada kepala bagian depan dan sekitar
leher. Sakit yang dirasakan seperti berdenyut.pasien juga mengeluhkan sulit tidur saat
malam hari. Pasien menyangkal adanya nyeri dada, mual ataupun muntah. BAB (+)
biasa, BAK (+) lancar. Pasien mengau sebagai perokok aktif tetapi sekarang frekuensi
merokok dikurangi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 180/110 mmHg
dan respiratory rate 21x/menit terdapat peningkatan, JVP tidak meningkat, auskultasi
paru didapatkan kelainan pada thorax dextra dan suara jantung s1/s2 murni regular
tidak ada murmur ataupun gallop, batas jantung normal dan ictus cordis teraba di SIC
V linea midclavicularis sinistra. Tidak terdapat udem tungkai. Sehingga dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan hipertensi.
Hipertensi:
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)[4]
14
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep kesehatan
masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menjadi
faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh pasien dalam kasus ini yakni sebagai
berikut
Faktor-faktor risiko penyakit jantung hipertensi antara lain adalah: [4]
1. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain
itu didapatkan 70-80% 10 kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria yang berusia di atas 55 tahun.
Hal ini kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya usia maka
tekanan darah akan semakin meningkat terutama pada pria. Tapi setelah
menopause tiba wanita akan mengalami peningkatan tekanan darah yang
lebih tajam dan mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada pria.
3. Usia
15
4. Garam
5. Kolesterol
Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat menyebabkan
timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat
pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.
6. Status Gizi
16
7. Stres
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah yang menetap tinggi.
8. Rokok
9. Kurang Olahraga
Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam
tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah
tinggi, namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita tekanan
darah tinggi.8
17
1) Genetik/Biologis
a) Usia
Kasus hipertens lebih banyak didapatkan pada pasien-pasien berusia >
45 tahun. Pada kasus sendiri pasien berumur 79 tahun, pasien mengetahui
bahwa dirinya memiliki penyakit hipertensi sejak tahun 1991 sampai dengan
2019
2) Perilaku
-
Pada anamnesis, pasien mengatakan memiliki kebiasaan mengonsumsi
masakan berkuah seperti, ikan, sayur-sayuran dan menguangi mengkonsumsi
garam.
-
Pasien jarang melakukan pengukuran tekanan darah di rumah maupun pada
petugas kesehatan semnjak gempa pada tgl 28 septeber 2019 namun akhir-
akhir ini pasien sering mengecek Tekanan darah.
-
Pasien hanya mengkonsumsi obat penurun tekanan darah tetapi terkadang
lupa untuk meminum obatnya
3) Lingkungan
Pada pasien tingkat pendidikan terakhir adalah S1. Hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya kasus hipertensi. Pasien mengetahui tentang
penyakitnya. Pasiensebelumnya bekerja sebagai kepala sekolah namun sudah
pensiun dan sekarang tidak ada pekerjaan sehingga pasien stres menurut teori
faktor stress dapat menjdi factor resiko terjadinya hipertensi
4) Pelayanan Kesehatan
Alur pelayanan pasien hipertensi di Puskesmas Talise sama seperti pasien
dengan penyakit lain yaitu :
a. Pasien mendaftar ke loket puskesmas
b. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan anamnesis singkat
c. Diarahkan ke poli umum untuk mendapatkan pengobatan
18
d. Setelah dilakukan pemeriksaan dan memperoleh resep pasien diarahkan ke
apotek
Usaha kesehatan perorangan (UKP) di Puskesmas Talise untuk menangani
pasien hipertensi, pasien akan masuk ke poli umum dan ditangani oleh dokter
umum. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien diberikan resep yang kemudian
diambil di apotek. Di Puskesmas Talise banyak hal yang telah dilakukan dalam
menunjang UKP seperti:
- Pasien dengan diagnosis hipertensi diberikan konseling gizi untuk mengatur
asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari
- Puskesmas Talise memiliki 3 dokter umum yang terbagi dalam 3 poli yaitu poli
Gigi, poli umum dan poli lansia.
Usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Talise untuk menangani
pasien hipertensi dilakukan di posbindu setiap bulannya. Adapun kegiatan yang
dilakukan pada pelaksanaan UKM antara lain:
19
- Pasien yang tidak seluruhnya dapat berkunjung rutin setiap bulan ke posbindu
karena alasan aktivitas yang tidak bisa ditinggalkan ataupun karena letak rumah
yang jauh sehingga penjaringan pasien-pasien sakit masih kurang.
Penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi seringkali terabaikan
padahal melihat kejadian yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini,
jumlah kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi justru semakin meningkat.
20
5) Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dengan target tekanan darah sistolik
˂140 mmHg dan target tekanan darah diastolik ˂90 mmHg (Expert Opinion -
Grade E).
6) Pada populasi non-kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes,
terapi antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe thiazide, calcium
channel blocker (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI),
atau angiotensin receptor blocker (ARB). (Moderate Recommendation -
Grade B).
7) Pada populasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretik tipe thiazide atau CCB.
(Untuk populasi kulit hitam: Moderate Recommendation - Grade B; untuk
kulit hitam dengan diabetes: Weak Recommendation - Grade C).
8) Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal (atau tambahan, sebaiknya mencakup ACEI atau ARB
untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien
penyakit ginjal kronik dengan hipertensi terlepas dari ras atau status diabetes.
(Moderate Recommendation - Grade B).
9) Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah
satu kelas yang direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazide-type
diuretic, CCB, ACEI, atau ARB. Dokter harus terus menilai tekanan darah
dan menyesuaikan regimen perawatan sampai target tekanan darah dicapai.
Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan
titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB
bersama-sama pada satu pasien. Jika target tekanan darah tidak dapat dicapai
menggunakan obat di dalam rekomendasi 6 karena kontraindikasi atau perlu
21
menggunakan lebih dari 3 obat, obat antihipertensi kelas lain dapat digunakan.
Rujukan ke spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika target tekanan
darah tidak dapat tercapai dengan strategi di atas atau untuk penanganan
pasien komplikasi yang membutuhkan konsultasi klinis tambahan. (Expert
Opinion - Grade E).
Modifikasi Gaya Hidup
Dalam guideline JNC 8 modifkasi gaya hidup tidak dibahas secara detail,
mungkin tetap mengacu pada modifikasi gaya hidup dalam JNC 7 dan beberapa
panduan lain: [6]
22
misalnya bir 24 oz, wine 10 oz, atau 3 oz, 0-proof whiskey untuk pria, dan 1
minuman standar/hari untuk wanita.
Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskuler secara keseluruhan
23
BAB III
KESIMPULAN
SARAN
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit Hipertensi dapat dilaksakan
Five Level Prevention:
1. Health Promotion
Promosi kesehatan (health promotion) dalam upaya mencegah
terjadinya penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan berbagai upaya
seperti:
24
2. Spesific Protection
Pencegahan khusus ini terutama ditujukan pada keluarga di daerah
wilayah kerja Puskesmas Talise yang memiliki riwayat hipertensi maupun
dapat dilakukan dengan berbagai upaya seperti: perbaikan status gizi
perorangan maupun masyarakat, seperti: makan dengan teratur, porsi
cukup, gizi seimbang (3x sehari)
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Diagnosis dini dan pengobatan dini (Early Diagnosis and Prompt
Treatment) merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit tingkat
kedua. Sasaran dari tahap ini khususnya di wilayah kerja Puskesmas Talise
yaitu bagi mereka yang menderita penyakit hipertensi maupun yang
beresiko.
4. Disability Limitation
Screening, kontrol, pengobatan dan perawatan khusus untuk
menghindari komplikasi yang dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian seperti infark miokard, CHF yang diakibatkan oleh
Hipertensi.ataupun gagal jantung . Dapat dilakukan senam lansia setiap
dilakukan posbindu
5. Rehabilitation
Dalam kasus hipertensi dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengobatan hingga tuntas, dengan mengikuti jadwal konsumsi obat yang
sudah diatur oleh dokter jika perlu adanya anggota keluarga yang dapat
menjadi pengawas pengobatan agar keberhasilan terapi dapat dinilai dalam
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat, tetap kontrol Tekanan darah.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Rani, Aziz, dkk. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan FKUI;
2014.
2. Anonim, 2017. Buku Kerja KKN Profesi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, Palu.
3. Soenarta et al, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular.
Pedoman PERKI. Jakarta. 2015.
4. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
FKUI; 2009.
26
LAMPIRAN
28