PEMBIMBING KLINIK
dr. Nyoman Sumiati, Sp. KJ
A. DEFINISI
Delirium adalah sindrom mental organik akut
atau subakut ditandai dengan gangguan
kesadaran, gangguan kognitif global,
disorientasi, perkembangan gangguan persepsi,
defisit perhatian, penurunan atau peningkatan
aktivitas psikomotor (tergantung pada jenis
delirium), gangguan siklus tidur-bangun, dan
fluktuasi dalam presentasi.
Derilium adalah kondisi medis yang ditandai
dengan onset mendadak dari kebingungan dan
perubahan status mental
B. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 30 sampai 40 persen pasien rawat
inap yang berusia di atas 65 tahun
mengalami satu episode delirium
Sekitar 10 sampai 15 persen lansia
mengalami delirium saat masuk rumah sakit.
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
ETIOLOGI
1. Penyakit susunan saraf pusat (seperti epilepsi)
2. Penyakit sistemik (seperti gagal jantung)
3. Intoksikasi maupun keadaan putus obat dari zat farmakologis atau toksik.
FAKTOR PREDISPOSIS
Usia muda (yaitu anak)
Kerusakan otak yang telah ada sebelumnya (contohnya demensia, penyakit
serebrovaskuler, tumor),
Riwayat delirium
Ketergantungan alkohol
Diabetes
Kanker
Gangguan sensorik (contohnya kebutaan), dan malnutrisi.
Jenis kelamin pria merupakan faktor risiko independen untuk delirium
menurut DSM-IV-TR.
PATOFISIOLOGI
Defisiensi neurotransmitter asetilkolin sering
dihubungkan dengan sindrom delirium.
Penyebabnya antara lain gangguan
metabolism oksidatif di otak yang dikaitkan
dengan hipoksia dan hipoglikemia. Faktor lain
yang berperan meningkatnya sitokin otak
pada penyakit akut. Gangguan atau defisiensi
asetilkolin atau neurotransmitter serta
second messenger system. Pada gilirannya,
kondisi tadi akan memunculkan gejala-gejala
serebral dan aktivitas psikomotor yang
terdapat pada sindrom delirium
Manifestasi Klinis
Gangguan
Gangguan
Memori dan Agitasi Apatis
atensi
Disorientasi