Disusun Oleh :
Nisrina rihhadatul Aisy
N 111 17 088
Pembimbing :
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
3. Untuk mengetahui manajemen ruang tindakan di Puskesmas Toaya
4. Untuk mengetahui kelengkapan sarana prasarana dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan
5. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan manajemen ini adalah untuk melaksanakan fungsi Puskesmas, salah satu
diantaranya yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer. Dalam
melaksanankan fungsinya tersebut, Puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibentuklah uraian tugas. Uraian tugas adalah
pernyataan tertulis untuk setiap tingkat jabatan dalam unit kerja yang mencerminkan
fungsi, tanggung jawab dan kualitas yang dibutuhkan. Uraian tugas merupakan dasar
utama untuk dapat memahami dengan tepat tugas dan tanggung jawab serta
akuntabilitas setiap petugas di Puskesmas dalam melaksanakan peran dan fungsinya.
Setiap petugas di Puskesmas harus mempunyai uraian tugas yang memuat tangungg
jawab, wewenang dan hubungan kerja antar sesama petugas. Uraian tugas dibuat dan
dipantau pelaksanaan tugasnya oleh Kepala Puskesmas.3
3.1 Input
Ruang tindakan pasca gempa dialihkan di luar gedung puskesmas tepatnya di parkiran
mobil. Jumlah tempat tidur 3 buah, 1 buah meja dokter/perawat, 1 buah tabung oksigen besar,
1 buah tabung oksigen kecil, 1 buah lampu tindakan, alat minor set, 1 buah lemari peralatan,
2 buah alat tensimeter, 1 buah alat EKG potable, USG portable, syok anafilaksis set.
Berdasarkan kondisi yang ada, terdapat beberapa kekurangan yaitu kurang lengkapnya obat-
obat yang sering digunakan pada kasus kegawat daruratan, dan tidak terdapat alat Bantuan
Hidup Dasar sehingga penanganan kegawat daruratan pada ruang tindakan Puskesmas Toaya
juga menjadi kendala tidak terdapatnya area cuci tangan. Pengolahan sampah pada puskesmas
ini sudah cukup baik di mana terdapat tempat sampah khusus jarum, sampah infeksius dan
non-infeksius.
Berdasarkan PERMENKES NO.75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
juga mengatur mengenai ruang pelayanan Puskesmas non-rawat inap yaitu ruang tindakan
juga digunakan untuk pelayanan gawat darurat.4 Pada pasal 32 Undang-Undang tentang
kesehatan Republik Indonesia No 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa jika dalam keadaan
gawat darurat, maka fasilitas pelayanan kesehatan, entah itu milik pemerintah atau swasta,
wajib melakukan pelayanan kesehatan guna usaha menyelamatkan nyawa pasien dan
pencegahan perburukan penyakit hingga kecacatan. Disinilah peran penting ilmu manajemen
fasilitas di ruang tindakan puskesmas non rawat inap untuk mengantisipasi adanya kasus
kegawatan yang tidak bisa diprediksi.
Menjaga standar kualitas pelayanan dan menjamin kualitas yang diberikan adalah yang
terbaik dengan mempertimbangkan hal diatas. Menurut Soekanto tahun 2007, manajemen
ruang, tata kelola, SDM dan prosedur pelayanan yang baik di puskesmas diharapkan akan
mendapat mutu pelayanan yang baik. Maka setidaknya sebagai unit pelayanan kesehatan,
puskesmas harus memperhatikan:
1. Peralatan, Sarana dan Prasarana
2. Sumber daya manusia
3. Administrasi dan Manajemen
Puskesmas Toaya memiliki 1 tenaga dokter umum yang bertugas di polik umum dan
juga merangkap sebagai dokter di ruang tindakan. Dan juga terdapat. Tenaga kesehatan di
ruang tindakan berjumlah 2-3 orang dan merupakan pegawai tetap. Tetapi kendala yang terjadi
bahwa pada shift siang dan malam tidak terdapatnya dokter jaga yang stand by di tempat.
Sumber pembiayaan dan pengadaan alat bahan pada kegiatan di ruang tindakan
Puskesmas Toaya berasal dari bantuan Dinas Kesehatan Kota Palu. Cara pasien melakukan
pembayaran tindakan yang dilakukan di ruangan ini yaitu menggunakan BPJS/JAMKESMAS
atau membayar sesuai harga tindakan yang telah di tetapkan UPTD Puskesmas bagi pasien
umum pada jam dinas tetapi di luar jam dinas semua pelayanan kesehatan gratis.
3.2 Proses
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program ini, ruang tindakan Puskesmas
Toaya menggunakan model manajemen yang sederhana yaitu meliputi 3 fungsi: perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Model manajemen ini biasa disebut juga model PIE. Perencanaan
dilakukan diakhir tahun dengan pengadaan rapat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan
selama setahun yang tertuang dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Untuk
implementasinya sangat di perlukan kerja sama dari tenaga kesehatan yang bertugas dan
ketersediaan alat dan bahan yang di perlukan. Evaluasi juga dilakukan sama pada saat
dilakukannya evaluasi program lainnya, namun dari ruang tindakan sendiri biasa melakukan
evaluasi kerja per triwulan atau setiap 3 bulan.
3.3 Output
Pelayanan yang diberikan pada ruang tindakan di Puskesmas Toaya masih berupa
perawatan luka, penanganan awal kecelakaan, debridement luka, penanganan luka gigitan
anjing, aff hecting, penanganan syok, sirkumsisi, eksisi soft tissue tumor, rujukan pasien
emergency dan non emergency, penanganan pasien dengan penyakit infeksi. Adapun
pelaksanaan kegiatan di ruang tindakan Puskesmas Toaya belum berlangsung dengan baik hal
tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan sehingga menghambat pelayanan yang ada di ruang tindakan Puskesmas Toaya.
Adapun pelaksanaan kegiatan di ruang tindakan Puskesmas Kawatuna mengacu pada SOP
(standar operasional) yang telah ditetapkan oleh kepala UPTD Puskesmas. Sebagian besar
kegiatan diatas telah dilakukan sesuai dengan protab SOP, namun pada pelaksanaan kegiatan
penyimpanan obat emergency belum sesuai dengan peraturan PERMENKES N0.30 tahun
2014 yaitu menyimpan obat pada lemari penyimpanan sesuai dengan jenis obat, stabilitas,
mudah/tidaknya meledak, narkotik/psikotropika, obat penanganan syok yang disimpan dalam
lemari khusus dan mengontrol ketersediaan obat dengan kartu stok yang ada.
Ketidaktersediaan obat emergency dalam ruang tindakan, hal ini dapat menyebabkan
terhambatnya penanggulangan penderita di tempat kejadian.
Keterbatasan sarana prasarana, alat bahan, dan tenaga kesehatan merupakan beberapa
hambatan yang masih dapat ditemukan di bagian ruang tindakan Puskesmas Toaya. Adapun
alur permintaan alat bahan dari ruang tindakan ke Dinas Kesehatan Kota Palu yaitu bagian
ruang tindakan membuat laporan dan mendata alat dan bahan yang belum tersedia/habis yang
dilakukan pada setiap triwulan, kemudian permintaan dimasukkan ke bagian tata usaha dan
akan diteruskan pihak Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota Palu untuk dilakukan pengadaan.
Berdasarkan PERMENKES NO.75 tahun 2004 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
Puskesmas wajib melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
guna meningkatkan mutu pelayanan, namun keterbatasan dana menjadi salah satu hambatan
upaya pembinaan sumberdaya yang dimiliki Puskesmas.4
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada laporan manajemen ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya:
1. Masalah yang ditemui dalam pelayanan di ruang tindakan yang dilaksanakan Puskesmas
Toaya yaitu kendala ketersediaan alat, bahan, sarana dan prasarana berupa tempat
penyimpanan obat-obatan emergency di ruang tindakan.
2. Serta jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai yang dapat berdampak pada kurang
maksimalnya penanganan pasien.
4.2 Saran