Vaskularisasi hidung
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan
posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a. karotis interna. Bagian
bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di
antaranya ialah ujung a. palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari
foramen sfenopalatina bersama n. sfenopalatina dan memasuki rongga hidung
dibelakang ujung posterior konka media. Bagian depan hidung mendapat
pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Pada bagian depan septum terdapat
anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmid anterior, a. labialis
superior dan a. palatine mayor, yang disebut pleksus kiesselbach (little’s area).
Pleksus kiesesselbach letaknya superficial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga
sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung), terutama pada anak. Vena-
vena hidung mempunyai nama yang sama dan brjalan berdampingan denga
arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v. oftalmika
yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena dihidung tidak memiliki
katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyeabaran
infeksi sampai ke intrakranial.5,6,8
Persarafan hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
Etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n. Nasosiliaris, yang berasal dari
n. Oftalmikus (N. V-1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat
persarafan sensoris, juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk
mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut saraf simpatis dari m. Petrosus
superfisialis mayor profundus. Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan
sedikit di atas ujung posterior konka media. Fungsi penghidupan berasal dari n.
Olfaktorius. Saraf ini turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidup pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.5,6
Gambar 2.3. Persarafan hidung
Mukosa hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa olfaktorius). Mukosa pernapasan terdapat
pada sebagian besar rongga hidung dan permukaaannya dilapisi oleh epitel torak
berlapis semu yang mempunyai silis (ciliated peudostratified collumner epithelium)
dan di antaranya terdapat sel-sel goblet. Mukosa penghidu terdapat pada atap
rongga hidung, konka superior dan sepertia berlapis semu tidak bersilia
(pseudostratified collumner non ciliated epithelium) epitelnya dibentuk oleh tiga
macam sel, yaitu sel, penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah
mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan. Pada bagian yang lebih terkena
aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang terjadi metaplasia, menadi
sel epitel skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa respratori berwarna merah
muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lender (mucous blanket) pada
permukaannya. Di bawah epitel terdapat tunika propria yang banyak mengandung
pembuluh darah, kelenjar mukosa dan jaringan limfoid. Pembuluh darah pada
mukosa hidung mempunyai susunan yangkhas. Arteriol terletak pada bagian yang
lebih dalam dari tunika propria dan tersusun secara paralel dan longitudinal.
Arteriol ini memberikan pendarahab pada anyaman kapiler perglanduler dan sub-
epitel. Pembuluh eferen dari anyaman kapiler ini membuka ke rongga sinusoid vena
yang besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan elastik dan otot polos. Pada
bagian ujungnya sinusoid mempunyai sfingter oto. Selanjutnya sinusoid akan
mengalirkan darahnya ke pleksus vena yang lebih dalam lalu ke venula. Dengan
susunan demikian mukosa hidung menyerupai jaringan kavernosa yang erektil,
yang mudah mengmbangkan dan mengerut. Vasodilatasi dan vasosonstriksi
pembuluh darah ini dipengaruhi oleh saraf otonom.5,6,8
Permukaan kavum nasi dan sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang
berkesinambungan dengan berbagai sifat dan ketebalan. Secara umum sel-sel pada
hidung dan mukosa sinus terdiri atas 4 tipe sel yaitu : Sel kolumnar bersilia,
sel kolumnar tidak bersilia, sal basal dan sel goblet. Mukosa yang melapisi
terdiri atas dua tipe yaitu tipe olfaktorius dan sebahagian besar tipe
respiratorius. Mukosa olfaktorius terdapat pada permukaan atas konka superior
dan dibawahnya terletak mukosa respiratorius. Lapisan mukosa respiratorius
terdiri atas epitel,membran basalis dan lamina propia.9,10
Mukosa respiratori terdapat pada sebagian besar rongga hidung yang
bervariasi sesuai dengan lokasi yang terbuka dan terlindung serta terdiri dari empat
macam sel. Pertama sel torak berlapis semu bersilia (pseudostratified
columnar epithelium) yang mempunyai 50-200 silia tiap selnya .Sel-sel bersilia
ini memiliki banyak mitokondria yang sebagian besar berkelompok pada bagian
apeks sel. Mitokondria ini merupakan sumber energy utama sel yang
diperlukan untuk kerja silia. Di antara sel-sel bersilia terdapat sel-sel goblet dan
sel sikat (yang mempunyai mikrovili)9,10
Gambar 2.5. Histologi mukosa olfactory
Epitel respiratorius lainnya adalah epitel pipih berlapis yang terdapat
pada daerah vestibulum nasi dan epitel transisional yang terletak persis di
belakang vestibulum. Epitel yang terletak di daerah vestibulum nasi ini
dilengkapi dengan rambut yang disebut vibrissae. Lanjutan epitel pipih berlapis
pada vestibulum akan menjadi epitel pipih berlapis tanpa silia terutama pada
ujung anterior konka dan ujung septum nasi. Kemudian pada sepanjang daerah
inspirasi maka epitel akan berbentuk torak, bersilia pendek dan agak tidak
teratur. Pada meatus media dan inferior yang terutama menangani udara
ekspirasi silianya panjang dan tersusun rapi.9,10
Silia merupakan struktur yang menonjol dari permukaan sel. Bentuknya
panjang, dibungkus oleh membran sel dan bersifat mobile. Jumlah silia dapat
mencapai 200 buah pada tiap sel. Panjangnya antara 2-6 μm dengan diameter 0,3
μm. Struktur silia terbentuk dari dua mikrotubulus sentral tunggal yang dikelilingi
sembilan pasang mikrotubulus luar. Masing-masing mikrotubulus dihubungkan
satu sama lain oleh bahan elastis yang disebut neksin dan jari-jari radial. Tiap silia
tertanam pada badan basal yang letaknya tepat dibawah permukaan sel. 9,10
b. Palut lendir
Palut lendir merupakan lembaran yang tipis, lengket dan liat,
merupakan bahan yang disekresikan oleh sel goblet, kelenjar seromukus
dan kelenjar lakrimal. Terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan yang menyelimuti
batang silia dan mikrovili (sol layer) yang disebut lapisan perisiliar. 9,10
Cairan perisiliar mengandung glikoprotein mukus, protein serum,
protein sekresi dengan berat molekul rendah. Lapisan ini sangat berperanan penting
pada gerakan silia, karena sebagian besar batang silia berada dalam lapisan
ini, sedangkan denyutan silia terjadi di dalam cairan ini. Lapisan superfisial
yang lebih tebal utamanya mengandung mukus. Diduga mukoglikoprotein ini
yang menangkap partikel terinhalasi dan dikeluarkan oleh gerakan mukosiliar,
menelan dan bersin. Lapisan ini juga berfungsi sebagai pelindung pada temperatur
dingin, kelembaban rendah, gas atau aerosol yang terinhalasi serta
menginaktifkan virus yang terperangkap.9,10
c. Membrana Basalis
Membrana basalis merupakan lapisan tipis membran rangkap dibawah
epitel. Di bawah lapisan rangkap ini terdapat lapisan yang lebih tebal yang
terdiri atas kolagen dan fibril retikulin. 9,10
d. Lamina propria
Lamina propria merupakan lapisan dibawah membrana basalis. Lapisan
ini dibagi atas empat bagian yaitu lapisan subepitelial yang kaya akan sel,
lapisan kelenjar superfisial, lapisan media yang banyak sinusoid kavernosus
dan lapisan kelenjar profundus. Lamina propria ini terdiri dari sel jaringan
ikat, serabut jaringan ikat, substansi dasar, kelenjar, pembuluh darah dan saraf. 9,10
2. 3. FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi respirasi
Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem repirasi melalui nares
anterior, lalu naik ke atas stinggi konka media dan kemudian turun ke bawah kearah
nasorafing. Aliran udara di hidung ini benbentuk lingkungan atau arkus. Udara yang
dihirup akan menglami humidifikasi oleh palut lendir. Pada musim panas, udara
hamper jenuh oleh uap air, sehingga terjadi sedikit penguapan udara inspirasi oleh
palut lendir, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya. Suhu udara
yang melalui hidung diatur sehingga berkisar 37 derajat celcius. Fungsi pengatur
suhu ini dimungkinkan oleh banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan
adanya permukaan konka dan septum yang luas.5,6,7
Partikel debu, virus, bakteri dan jamur yang terhirup bersama udara akan
disaring di hidung oleh: a) rambut (vibrissae) pada vesti bulum nasi, b) silis, c) palut
lender. Debu dan bakteri akan melekat pada palut lender dan partikel-partikel yang
besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin.5,6,7,8
Fungsi penghidu
Hidung juga bekerja sebagai indera penghidu dan pencecep dengan adanya
mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian
atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
lendir atau bila menarik napas dengan kuat. Fungsi hidung untuk membantu indra
pencecep adalah untuk membedakan rasa manis yang berasal dari berbagai macam
bahan, seperti perbedaan rasa manis strawberi, jeruk, pisang atau coklat. Juga untuk
membedakan rasa asam yang berasal dari cuka dan asam jawa.5,6,7,8
Fungsi fonetik
Resonasi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
bernyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonasi berkurang atau hilang,
sehingga terdengar suara sengau (rinolalia). Hidung membantu pembentukkan
konsonan nasal (m, n, ng), rongga mulut tertutup dan hidung terbuka dan palatum
mole turun untuk aliran udara.5,6,7,8