Anda di halaman 1dari 34

INFEKSI SALURAN PERNAPASA

AKUT (ISPA)
PEMBIMBING KLINIK
dr. Indah P. Kiay Demak, M.Med, Ed

dr. Ni Luh Gede Feryantini. W, M.Kes(MARS)


BAB I
PENDAHULUAN

ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak – anak, baik di
negara berkembang maupun di negara maju dan banyak dari mereka perlu masuk
rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit – penyakit saluran pernapasan
pada masa bayi dan anak – anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa
dewasa dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3 – 6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari
kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA
Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan serebrospinal
pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu masalah yang sering ditemui di
bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%.
Kasus ini merupakan salah satu masalah dalam bedah saraf yang paling sering ditemui.
Data menyebutkan bahwa hidrosefalus kongenital terjadi pada 3 dari 1000 kelahiran di
Amerika Serikat dan ditemukan lebih banyak di negara berkembang seperti Brazil yaitu
sebanyak 3,16 dari 1000 kelahiran. Sedangkan di Indonesia ditemukan sebanyak 40%
hingga 50% dari kunjungan berobat atau tindakan operasi bedah saraf.
Tujuan

◦ Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dan ujian dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.

◦ Sebagai gambaran penyakit Hidrocephalus di lingkungan wilayah kerja Puskesmas


Toaya.
IDENTIFIKASI MASALAH
No Masalaah Besar Kegawatdaruratan Kemungkinan diatasi Nilai
kesehatan masalah

1 Hipertensi 4 3 4 11

2 Penyakit Kulit 3 2 3 8
Alergi

3 Diare 3 3 3 9

4 ISPA 3 3 4 10

prioritas masalah di Puskesmas Toaya


Masalah Kesehatan Besar masalah Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

X (Hipertensi) V 8

Y (Ispa) V 6

Z (Diare) V 7

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10
Masalah Kesehatan Keganasan Tingkat urgency Biaya yang Niilai
dikeluarkan

X (Hipertensi) 3 3 2 8

Y (Ispa) 3 3 3 9

Z (Diare) 2 2 3 7

Nilai 1-4 :tidak gawat Nilai 5-7: tidak terlalu gawat (sedang)
Nilai 8-10: gawat
KRITERIA C :kemudahan dalam penanggulangan

Sangat sulit Z X Y Sangat mudah

1 2 3 4 5
KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil perkalian


Kesehatan

X 1 1 1 1 1 1

Y 1 1 1 1 1 1

Z 1 1 1 1 1 1
◦ PENETAPAN NILAI

◦ HIPERTENSI
◦ NPD : (A+B) C = (8+8) 3= 16x3 = 48
◦ NPT : (A+B) CxD = (8+8) 3x1 = 16x3 = 48
◦ ISPA
◦ NPD : (A+B) C = (6+9) 2 = 15x4 = 60
◦ NPT : (A+B) CxD = (6+9) 4x1 = 15x4 =60

◦ DIARE
◦ NPD : (A+B) C = (7+7) 2 = 14x2 = 28
◦ NPT : (A+B) CxD = (7+7) 2x1 = 14x2 = 28
Masalah A B C NPD D (PEARL) NPT Prioritas
kesehatan

Hipertensi 8 8 4 64 1 48 2

Ispa 6 9 2 30 1 60 1

Diare 7 7 3 42 1 28 3
Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit Ispa merupakan prioritas pertama dari 3 prioritas
masalah yang ada di Puskesmas Toaya. Hal ini berkaitan dengan tingkat morbiditas dan
insidensi yang timbul di ruang lingkup kerja Puskesmas Toaya. Oleh karena itu akan di
bahas mengenai suatu kasus penyakit ISPA pada laporan kasus ini.
Kasus
Identitas Pasien

Nama : An. F
Umur : 1 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Toaya
TanggalPemeriksaan : 18 Desember 2018
ANAMNESIS
◦ Keluhan Utama : batuk + Kepala membesar
◦ Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan kepala membesar sejak 1 tahun yang lalu disertai dan
disertai batuk disertai lendiri berwarna putih yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan batuk tidak disertai darah, namun kadang-kadang juga mengalami sesak
nafas. Pasien tidak mengalami adanya mual dan muntah. Nafsu makan dan minum
pasien mulai menurun selama pasien sakit. Buang air kecil lancar dan buang air besar
biasa.
Riwayat Sosial dan lingkungan :

◦ Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya dan 1 kakaknya

◦ Rumah tempat tinggal pasien terdiri dari satu kamar tidur, ruang keluarga
dan ruang makan,1 ruang dapur dan kamar mandi yang hanya terpisahkan
oleh tirai kain. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga cukup berjauhan
sekitar 30 meter. Terdapat 1 jendela berukuran 30x 30 cm di salah satu kamar
tidur. tiap ruangan terbuat dari dinding kayu. Lantai rumah terbuat dari kayu
sehingga gampang berdebu. tidak terdapat plafon sama sekali sehingga
udara panas sangat terasa ketika siang hari dan Kondisi rumah pasien
bagian depan tidak tertata rapi dikarenakan terdapat banyak buah kelapa
yang berserakan.
◦ Sumber air minum berasal dari sumur bor yang ditampung dan pasien sekeluarga
mengkonsumsinya setelah dimasak menggunakan kompor gas untuk kebutuhan sehari-
hari.

◦ Pasien makan 2 kali sehari dengan nasi dan lauk pauk seperti tahu, tempe, sayur, dll.

◦ Bapak pasien merupakan perokok aktif sejak sebelum menikah sampai sekarang dan
sering merokok di dalam maupun teras rumah.

◦ Pasien sehari-hari memasak dengan menggunakan bakaran kayu, .

◦ Tidak terdapat tempat sampah di dalam rumah. Sampah hanya dimasukkan dalam
kantong plastik kemudian dibuang di depan rumah untuk dibakar, dimana asap yang
ditimbulkan sering masuk ke dalam rumah pasien melalui ventilasi jendela
◦ Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya bapaknya bekerja sebagai tukang kebun
dan ibunya IRT, ia memiliki hubungan yang baik dengan saudara lainnya dan
berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya.
Keadaan umum

◦ Keadaan umum : Sakit sedang


◦ Kesadaran /GCS : Compos mentis/E4V5M6

Tanda vital

◦ Tekanan darah : tidak dilakukan


◦ Nadi : 82 kali/menit, reguler
◦ Respirasi : 23 kali/menit
◦ Suhu : 36,80C
◦ BB : 9,6 kg
Pemeriksaan fisik umum

Kepala-leher
◦ Kepala : macrocephal
◦ Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
◦ Telinga : deformitas (-/-)
◦ Hidung : deformitas (-)
◦ Mulut : sianosis bibir (-)
◦ Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks
◦ Inspeksi : simetris, tarikan dinding dadang (-/-)
◦ Palpasi : simetris bilateral
◦ Perkusi : sonor (+/+)
◦ Auskultasi: vesikular (+/+), rhonki basal (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
◦ Inspeksi : tampak datar, distensi (-)
◦ Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
◦ Perkusi : timpani 4 kuadran abdomen
◦ Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
◦ Ekstremitas atas
Edema (-/-), akral hangat (+/+)
◦ Ekstremitas bawah
Edema (-/-), akral hangat (+/+)

◦ Pemeriksaan penunjang
◦ Tidak dilakukan pemeriksaan

◦ Diagnosis
◦ Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan Hidrocephalus
◦ Penatalaksanaan
◦ Medikamentosa
◦ Ambroxol syr 3x1
◦ Rujuk ke RS

◦ Non medikamentosa

◦ Edukasi :
◦ Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan rumah

◦ Memberikan makanan bergizi untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh

◦ Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.

◦ Menganjurkan keluarga pasien untuk berhenti merokok, jika sulit sebaiknya merokok di luar rumah
dan jauh dari jangkauan.

◦ Menganjurkan untuk membuang sampah ditempat pembuangan sampah umum, tidak


membakar sampah di depan rumah.

◦ Menganjurkan agar pasien secepatnya di bawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
Identifikasi masalah
◦ Bagaimana masalah ISPA di wilayah kerja Puskesmas Toaya?

◦ Faktor risiko apa saja yang mempengaruhi masalah ISPA di wilayah kerja Puskesmas Toaya?

◦ Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait ISPA di wilayah kerja Puskesmas Toaya?
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-faktor utama
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang
diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu :

◦ Faktor genetik (keturunan)

◦ Perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat

◦ Faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik)

◦ Faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).

◦ Namun yang paling berperan dalam terjadinya ISPA adalah faktor perilaku, lingkungan
serta pelayanan kesehatan.
Faktor perilaku yang dapat diambil dari kasus ini adalah bapak pasien
merupakan perokok aktif dimulai sejak duduk sebelum menikah dan
terkadang merokok didekat pasien.

Selain itu juga perilaku keluarga yang memasak menggunakan kayu bakar
sehingga asap masuk kedalam rumah dan terhirup setiap harinya menjadi
bagian yang sangat tidak baik bagi kesehatan .

Kemudian, perilaku mengumpulkan sampah dalam rumah dengan


menggunakan kantong plastik dan setelah penuh sampah tersebut dibuang di
depan rumah untuk dibakar sehingga asap yang ditimbulkan sering masuk ke
dalam rumah terutama ruang kamar tidur dan ruang makan
Faktor Lingkungan

◦ Faktor lingkungan pertama yang dapat diambil dari kasus ini adalah keadaan rumah
yang belum sesuai dengan kriteria rumah sehat. Rumah tersebut tidak memiliki ventilasi
yang baik sehingga sirkulasi dalam rumah tidak baik

Faktor Pelayanan Kesehatan

◦ Faktor pelayanan kesehatan yang dapat diambil dari kasus ini adalah masih kurangnya
sosialisasi mengenai penyakit ISPA. Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan
sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan
Pada hydrocephalus Penyebab pada anak secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua, yaitu

prenatal

postnatal
Penyebab prenatal
◦ Beberapa penyebabnya terutama adalah stenosis akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy
Walker,Holopresencephaly, Myelomeningokel, danMalformasi Arnold Chiari. Selain itu,
terdapat juga jenis malformasi lain yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa
infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor genetic.
Penyebab postnatal
◦ Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista arakhnoid dan kista
neuroepitelial merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran likuor.
Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga merupakan penyabab yang
cukup sering terjadi
kesimpulan
Angka kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Toaya masih tinggi sebagai peringkat
pertama dari sepuluh penyakit terbanyak, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
yaitu:

◦ Perilaku masyarakat yang masih kurang terhadap kebersihan diri dan lingkungannya.

◦ Lingkungan fisik (perumahan), ekonomi (pembiayaan) maupun sosial (kondisi masyarakat


sekitar pasien) yang masih kurang guna mendukung pencapaian kondisi sehat dari
masyarakat.

◦ Pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan kurang menjangkau masyarakat akan
terpenuhinya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah pola pikir serta
perilakunya dalam hal kesehatan pribadinya maupun keluarganya.
Saran
◦ Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit gizi buruk dapat dilaksanakan dengan
mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five level prevention), sebagai berikut :

◦ Promosi kesehatan

◦ Promosi kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut dapat dilakukan dengan
cara :

◦ Meningkatkan penyuluhan mengenai ISPA ditempat-tempat yang terjangkau oleh


masyarakat.

◦ Meningkatkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai