Keywords: that it’s important, spesific, or representative for the article, consists of 3-6 words.
PENDAHULUAN
Seiring dengan percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua
bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan
kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah
tatanan dalam sistem makro, meso, maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan.
Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. (Mulyasa 2007)
Salah satu komponen penting dari bagian pendidikan tersebut adalah bahasa, karena bahasa
memegang peranan yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Kepentingan bahasa itu hampir mencakupi segala bidang kehidupan karena segala sesuatu yang
Manajemen Pondok Pesantren
dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika
telah diungkapkan dengan bahasa, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Secara praktis, bahasa
merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang
bermakna, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Oleh karena itu, agar manusia dapat
berkomunikasi dengan baik, maka ia harus terampil berbahasa.
Melihat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia di dunia, maka
penguasaan bahasa selain bahasa ibu, yaitu bahasa Internasional seperti bahasa Inggris menjadi
tuntutan yang mendesak (P. Sudiarta 2005)
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama yang diajarkan di Indonesia sebagai
kebijakan pemerintah dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris lebih
dini sebagai salah satu matapelajaran muatan lokal. Kebijakan ini telah mendapat sambutan
positif dari masyarakat, terutama oleh sekolah-sekolah dasar yang merasa memerlukan dan
mampu menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris (K. Kasihani dan E. Suyatno 2007).
Bahasa Inggris merupakan bahasa komunikasi internasional baik dalam bidang
pembangunan, teknologi, ekonomi, maupun pendidikan. Sejalan dengan arus globalisasi,
kebutuhan akan kemampuan berbahasa Inggris semakin terasa. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan jika para ahli yang berkecimpung dalam dunia pendidikan merasa perlu
memberikan pelajaran bahasa Inggris secara intensif, menyenangkan, dan berkesinambungan
kepada para peserta didik disekolah menengah bahkan sejak anak-anak masih duduk di bangku
sekolah dasar. (Gusti Astika 2009)
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang banyak memiliki peran
dalam mencerdaskan anak bangsa. Seiring berkembangnya zaman, lahirlah pondok pesantren
modern yang membiasakan menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi, termasuk
bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, guna santri yang belajar di pondok pesantren
selain belajar ilmu agama dapat pula menguasai bahasa inggris sehingga dapat bersaing di
tengah era modernisasi.
Pondok Pesantren Modern Fathan Mubina menggunakan bahasa asing dalam berbicara
salah satunya adalah bahasa Inggris, oleh karena itu peneliti tertarik dan bermaksud untuk
mengetahui bagaimana manajemen Pondok Pesantren Modern Fathan Mubina dalam
meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Santri.
Manajemen Pondok Pesantren
METODE
Jenis Penelitian
. Penelitian menggunakan pendekatan Studi kasus atau “case-study”, adalah bagian dari metode
kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan
melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Creswell mendefinisikan studi kasus
sebagai suatu eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded system) atau kasus. Suatu
kasus menarik untuk diteliti karena corak khas kasus tersebut yang memiliki arti pada orang
lain, minimal bagi peneliti (J.R. Raco, 2010) tentang bagaimana manajemen pondok pesantren
dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris santri di pondok
pesantren tersebut.
Target/Subjek Penelitian
Responden penelitian ini adalah responden inti. Responden inti adalah sumber Informasi dan
data yang diperoleh langsung dari responden yang merupakan objek penelitian. Dalam
penelitian ini yang merupakan responden inti yaitu Wakil Pimpinan Bidang Pengembangan
Pendidikan dan bagian bahasa OSFAMA (Organisasi Santri Fathan Mubina).
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap pertama penyampaian
surat perizinan, tahap kedua observasi dan wawancara, tahap ketiga analisis data.
dibekali ilmu pengetahuan agama saja sehingga mereka khawatir akan masa depan putra
putrinya dalam mencari pekerjaan.
Perjalanan pendidikan yang selama ini diselenggarakan mengantarkan kami pada
kesadaran bahwa terdapat tuntutan untuk segera mereformasi pola dan model ke arah yang
lebih prospektif dan futuristik. Pada awal tahun 2003, tebersit niat akan membuka kembali
pondok pesantren modern yang tentunya dengan manajemen dan sistem yang berbeda dari
sebelumnya. Hingga ditetapkanlah tanggal 3 Maret 2003 sebagai hari berdirinya Pondok
Pesantren Fathan Mubina Maka, pada tahun ajaran 2004-2005, Yayasan Pembangunan Umat
Fathan Mubina membuka pola pendidikan sistem pesantren (boarding school) dan diharapkan
para siswa-siswi atau santri dapat dididik secara optimal dengan menfokuskan pada
keunggulan komparatif di bidang bahasa Arab dan Inggris, Matematika dan Tahfizh al-
Qur`an.
Pengalaman satu tahun dengan hasil yang patut disyukuri, membuat kami lebih
berbesar hati. Sambutan masyarakat pun juga meningkat. Ini terbukti dengan penerimaan
pendaftaran santri yang terus meningkat sehingga mencapai ± 282 santri pada tahun pelajaran
2007/2008. Dalam praktiknya pun, diterapkan pendidikan dan pembinaan terpisah antara
putra dan putri, baik asrama maupun ruang belajarnya. Pada umumnya, pendidikan sistem
pesantren terdiri dari santri yang berasal jauh dari lokasi pondok pesantren tersebut, tanpa
mengurangi pelayanan kami kepada masyarakat sekitar, kami tetap mempertahankan dan
mengembangkan sistem lama yaitu pulang pergi bagi masyarakat di sekitar lokasi pondok
pesantren Fathan Mubina yang tidak mau tinggal di asrama.
Dari sudut strata ekonomi, hampir 90% para peserta didik berasal dari kelas menengah
ke bawah –jika tidak boleh dikatakan berasal dari keluarga tidak mampu. Umumnya, para
orang tua wali murid berprofesi sebagai petani, buruh bangunan atau buruh pabrik, bahkan
tidak sedikit yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Meskipun demikian, kondisi initidak
menyurutkan langkah kami untuk memberikan segala yang terbaik kepada mereka, baik
kelimuan, layanan sarana dan bahkan termasuk pemberian santunan beasiswa khusus bagi
santri (siswa yang mau tinggal di asrama) dengan beberapa kriteria yang telah kami tentukan.
Saat ini sekitar 90 persen santri Pondok Pesantren Fathan Mubina berasal dari luar
kecamatan Ciawi. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, baik Jadebotabek
maupun luar Jawa seperti Sumatra dan Sulawesi. Sementara siswa pulang pergi (non Asrama)
hampir 100 persen adalah putra-putri masyarakat sekitar kecamatan Ciawi, Bogor.
Manajemen Pondok Pesantren
Indikator insan cendekia yang berakhlak mulia adalah insan yang unggul dalam:
5. Mendalami dan Membiasakan penggunaan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan
sehari-hari.
Untuk menunjang realisasi visi dan misi tersebut, Yayasan Pembangunan Umat Fathan
Mubina menyelenggarakan beberapa lembaga pendidikan berikut:
Manajemen Pondok Pesantren
2. Madrasah Ibtidaiyyah
3. Masrasah Tsanawiyyah
4. Madrasah Aliyah
Terkait dengan pendidikan dalam Kategori Pendidikan Khusus, diterapkan kurikulum yang
sesuai dengan ketentuan Diknas dan Depag dipadukan dengan kurikulum pesantren yang
dirancang sedemikian rupa dengan harapan dapat menghasilkan keunggulan komparatif.
Profil
I. Data Lembaga
Nama PONDOK PESANTREN FATHAN MUBINA
Madrasah Tsanawiyah
Jl. Veteran III ( Raya Tapos ) No. 23 A Ciawi Bogor, 16760 Telp. (0251)
Alamat
245 291, 245 407 Fax. (0251) 244 327
Thania Ria F
Mira Humaira.
Muflih Nawawi
M. Awaluddin Fikri, S.Far, Apt, Ika Widyawati, S.Pd, Gr., Misbahul Umam
Manajemen Pondok Pesantren
Bag. Pengajaran Putri: Syifa Nurlaila Sari, Eva Latifah, Vasti Voleta, S.Pd. , Mutiara
Nurrohmah
Siti Fatimah, S.TP, Guslan Saputra, Tia martiana, Siti Nazila Amalina
Multazam Shidqi, Guntur Hidayat, S.Pd. Gr, Nizar Falach, Oki widianto, M. Anshori
Sie Kebersihan:
Kepanitiaan – Kepanitiaan
Pengurus
Penasehat
Jabatan Nama
Pengurus Harian
Jabatan Nama
Bidang Nama
H. Muflih Kamil
Biro Pengasuhan Santri
Dadan Abdullah
Lina Isnawati
Ade Suherman
Seksi Pengembangan Bahasa
Cucup Supriadi, S.Pd.I.
Irvan Awaluddin
Nursalam Tirmidzi
Seksi Sarana & Prasarana
Syehabuddin
Penanggungjawab Nama
Aktifitas
I. Aktivitas Harian
Pukul Aktifitas
Hari Aktifitas
* Dilaksanakan sebelum atau sesudah waktu belajar formal kecuali hari libur
III. Aktivitas Bulanan *
Hari Aktifitas
* Dilaksanakan sebelum atau sesudah waktu belajar formal kecuali hari libur
Manajemen Pondok Pesantren
Fasilitas
Jenis Ketersediaan
30 ruang belajar
Laboratorium Bahasa
Laboratorium IPA
3. Pendidikan
Laboratorium Komputer dengan 30 unit PC (jaringan intranet)
Perpustakaan
Kolam renang
Lapangan volley
5. Olah raga
Lapangan basket
Lapangan futsal
4 meja tennis
Kantin
6. Asrama
Ruang parkir yang luas dan nyaman
7. Beasiswa Untuk mereka yang memenuhi standar kriteria yang telah ditentukan
Temuan Khusus
kepada wakil bidang pengajaran (bahasa) “untuk penyusunan program biasanya sesuai
dengan sifatnya seperti ke organisasian yaitu oleh osfama itu pun sudah di konsultasiakan
oleh guru dan bidang kebahasaan yang bertanggung jawab.”
Pelaksanaan (Actuating):
1. Setiap hari ada penyampaian kosa kata setiap ba’da isa setiap kelas 1-3 di berikan di
setiap kelasnya oleh kakak kelas, dan untuk kelas 4 ke atas di berikan tugas oleh guru
2. Conversation pada setiap hari minggu Setelah tahfid pada waktu ba'da subuh bersama
masing-masing dengen membawa bahan ajaran yang telah di siapkan pada malam
hari.
3. Khutbah/pidato bahasa inggris, untuk kelas 1 belum di wajibkan untuk melaksanan
khutbah, tetapi untuk kelas 2 keatas sudah di wajibkan, untuk materinya sesui dengan
kemampuan bakat siswa/santri itu sendiri.
penanya :” terus selain itu ada gak yang ikut-ikut perlombaan kayak gitu, khususnya di
English?”
Narasumber: “paling kayak storytelling, public speaking, di sini juga kita mau ngadain
public speaking contest, hehehe, ada LAFESTA (language festival) disetiap tahunnya”
Pengawasan (Evaluasi)
Pengawasan dilakukan oleh bagian bahasa OSFAMA “untuk pengawas yaitu semua
santri menjadi pengawas bagi siswa atau santri yang melanggar seperti halnya apabila
ada santri yang luap untuk berbahasa inggris maka temennya mencatat temannya yang
melanggar lalu di serahkan kepada guru atau bagian dari keamanan. untuk santri putri
apabila ketahuan tidak menggunakan bahasa yang seharus maha hukumnya santri
tersebut berdiri di tengah lapangan dan menghapal kosa kata. Dan apabila sudah
melanggar peraturan sampai 3x maka santri tersebut harus menggunakan pakaian
khusus bagi para pelanggar. Dana apabila sudah melakukan perlanggaran lebih dari 3x
maka akan d keluarkan dari pondok pesanteren. Dan untuk santri putra pun sama
dengan putri tapi yang membedakannya santri putra itu ada hukiman di bodak dan
membersihkan kamar madi dan lainnya. Bagai yang melanggar lebih atau patal akan di
keluarkan dari pondok pesantren.”
Pembahasan
Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen (A. M. Kadarman dan Jusuf Udaya, 2001) berasal dari bahasa Inggris
yaitu management dengan kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam
arti khusus manajemen digunakan bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang- orang yang
melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.
Fungsi Manajemen
Pandangan George R. Terry sorang ahli manajemen dalam bukunya dikutip oleh Soekarno
(1992) menguraikan 4 fungsi manajemen yang mutlak dan pundamental dalam proses
Manajemen Pondok Pesantren
Kata pondok pesantren adalah perpaduan dari dua kata yang dirangkai menjadi satu yang
terdiri dari kata pondok dan pesantren. Sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat
mengenai pengertian dari pondok pesantren ini. Ada yang mengatakan berasal dari India dan
ada yang mengatakan berasal dari bahasa Arab. Adapun yang mengatakan bahwa istilah
pondok berasal dari India adalah Soegarda Poerbakawaja yang menjelaskan adanya
persamaan dalam penyerahan tanah oleh negara bagi kepentingan agama yang terdapat pada
tradisi Hindu. Adanya persamaan dapat ditemukan didalam sistem pendidikan Hindu dengan
pesantren yaitu guru tidak mendapat gaji, letak pesantren di luar kota dan seluruh sistemnya
bersifat agama. (Karel. A. Steen Brink, 1986)
Menurut Manfred Ziemek dalam Kompri (2018) istilah pondok berasal dari bahasa
Arab Funduq yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajaryang jauh dari tempat asalnya.
Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang ditumbuhi awalan pe dan akhiran
an yang berarti menunjukan tempat, maka artinya tempat para santri.
Sedangkan istilah pondok menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah “Rumah untuk
sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan. Pondok adalah rumah yang kurang
baik biasanya berdindingkan bilik atau pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji,
belajar ilmu agama. (Muhamad Ali, 1980)
Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pondok pesantren
adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang mempunyai tujuan
untuk melestarikan dan mengembangkan agama Islam.
Pengertian manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management dengan kata asal
to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi
pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam
suatu organisasi. (A. M. Kadarman dan Jusuf Udaya, 2001)
Dengan demikian pengertian manajemen dapat diartikan menyatakan, “manajemen
adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lainya. (Yayat M. Herujito, 2004)
Sedangkan istilah pondok menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah “Rumah untuk
sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan. Pondok adalah rumah yang kurang
baik biasanya berdindingkan bilik atau pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji,
belajar ilmu agama (Muhamad Ali, 1980)
Manajemen Pondok Pesantren
Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang sistematis untuk mengungkapkan ide,
perasaan, pendapat, dan gagasan dengan menggunakan isyarat, bunyi, gerak dan tanda yang
lazim yang mempunyai arti yang dapat dipahami. Bahasa memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia baik dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi, agama maupun
kebudayaan. Bahasa sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun.
Telah diketahui bahwa ada banyak bahasa di dunia ini. Setiap masyarakat dari suatu negara,
wilayah, desa, suku, dan yang lainnya mempunyai bahasanya sendiri-sendiri, untuk
berkomunikasi dengan yang lain. Seseorang dapat menggunakan satu bahasa saja di dalam
kelompok masyarakat mereka sendiri. Namun, orang akan mendapat masalah untuk
berkomunikasi dengan yang lain di dalam kelompok masyarakat yang berbeda. Hal ini karena
bahasa yang berbeda yang digunakan oleh mereka sehingga proses komunikasi tidak berjalan
dengan baik. Mereka tidak memahami satu sama lain dan tidak dapat menangkap pesan. Oleh
karena itu, mereka seharusnya mempelajari dan menguasai bahasa lain. Bahasa memiliki
berbagai macam tujuan yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia baik secara individu
maupun kelompok. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian khusus dalam rangka
meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang. Mu’in (2004: 26-27)
Berdasarkan paparan diatas, bahasa adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan
sehingga dapat tercapainya komunikasi yang baik antara satu dengan lainnya.
Sehingga kemampuan berbahasa adalah suatu keterampilan, kecakapan, seseorang
dalam mengutarakan simbol bahasa yang dapat dimengerti sehingga dapat berkomunikasi
dengan yang lain.
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris
1) Pengertian Berbicara
Soenardi (2011: 8) menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan:
Kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang melalui bunyi-bunyi bahasa
dan kata - kata yang dirangkai dalam susunan bahasa yang lebih lengkap seperti frasa,
kalimat, dan wacana lisan yang lebih panjang seperti cerita, pidato dan lain-lain. Kemampuan
berbicara merupakan salah satu indikator kualitas pembelajaran bahasa, termasuk bahasa
Inggris. Menurut Iskandarwassid (2011: 13) kemampuan ini juga didasari oleh, “kepercayaan
diri seseorang untuk berbicara secara wajar, jujur, benar dan bertanggung jawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah dan
lain-lain”. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek dasar kemampuan berbahasa
yang meliputi kemampuan menyimak, kemampuan membaca, kemampuan berbicara dan
Manajemen Pondok Pesantren
c) Ketiga adalah faktor psikologis dan faktor-faktor lain, misalnya, faktor kultur, pengalaman,
kurang motivasi, kecemasan dan malu berbicara di dalam kelas.
Berbicara (speaking) meliputi tiga macam pengetahuan:
a) Mekanisme (pengucapan, tata bahasa, dan kosa kata): menggunakan kata yang tepat
dengan tata bahasa yang tepat dan pengucapan yang tepat.
b) Fungsi (transaksi dan interaksi): memahami bahwa penyampaian berita/ maksud adalah
yang terpenting (transaksi/pertukaran informasi) dan bila pemahaman yang tepat tidak terlalu
diperlukan (interaksi/relasi).
c) Aturan-aturan dan norma-norma sosial dan kultural (bergantian berbicara, kecepatan
berbicara, panjangnya pause antara pembicara, peran partisipan): memahami bagaimana
mempertimbangkan siapa lawan bicaranya, dalam situasi macam apa, tentang apa, dan untuk
keperluan pembicaraan. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b)
bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan
teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan,
meliputi a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai, c)
pilihan kata, d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, e) ketepatan sasaran
pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi a) sikap yang wajar, tenang dan
tidak kaku, b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara, c) kesediaan menghargai orang
lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi,
penalaran, h) penguasaan topik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan
(lingusitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).
Belajar bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi ujaran
grammatikal dari sebuah bahasa dan memahami bagaimana menggunakannya dengan benar
untuk dapat berkomunikasi secara efektif. Dalam mempelajari bahasa di kelas, mahasiswa
lebih cenderung memberi perhatian untuk menjadi lebih teliti (accuracy) akan tetapi pada
dasarnya mereka juga harus berlatih untuk menggunakan bahasa secara fasih (fluency).
3) Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan seseorang selalu mempunyai maksud dan
tujuan. Menurut Tarigan (1983: 15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek
Manajemen Pondok Pesantren
komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip- prinsip yang
mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan
5) menggerakkan. Menurut Tarigan (2008:16) pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan
umum, yaitu memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to
entertain), membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Menurut Faizah
(2011: 9), tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi secara langsung antara
pembicara dan pendengar. Sedangkan menurut O’loghlin (dalam Faizah 2011:8) menyatakan
bahwa, “tujuan berbicara adalah untuk mencari informasi agar pendengar bisa mengambil dan
mempergunakan informasi tersebut atau mereka menginginkanya sebagai gambaran dari
cerminan hidup mereka”.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan
kegiatan berbicara bertujuan untuk dapat berkomunikasi yang didalamnya terdapat pesan
yang disampaikan antara informan dan lawan bicara sehingga adanya timbal balik satu sama
lain demi memeroleh informasi.
Simpulan dapat bersifat generalisasi temuan sesuai permasalahan penelitian, dapat pula
berupa rekomendatif untuk langkah selanjutnya.
Implikasi
Saran dapat berupa masukan bagi peneliti berikutnya, dapat pula rekomendasi implikatif dari
temuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (1980). Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amanah.
Kasihani, & Suyatno. (2007). English for Young Lerners. Jakarta: Bumi Aksara.
Group.
Masyud, S., & Khusnurdilo. (2003). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
Mu'in, A. (2004). Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia Telaah terhadap
Offset.
Jakarta: PT Grasindo.
Soenardi, D. (2011). Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT Indeks.
Thoha, M. (2002). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.