Anda di halaman 1dari 26

Manajemen Pondok Pesantren

MANAJEMEN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN


KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MODERN FATHAN MUBINA

MANAGEMENT OF ISLAMIC BOARDING SCHOOL IN IMPROVING


STUDENTS’ SPEAKING SKILL OF ENGLISH IN FATHAN MUBINA
MODERN BOARDING SCHOOL

Hera Nurafni1, Nuraini2, Nur Siti Fatima3, Euis Kurnia4


1234
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Djuanda, Bogor

ABSTRACT (TNR-14 BOLD)


Abstract english version, written using Times New Roman-11 and consist of 150-250 words. Abstract
contain research aim/purpose, method, and reseach results; written in 1 paragraph, single space
among rows, and using past tense sentences.

Keywords: that it’s important, spesific, or representative for the article, consists of 3-6 words.

ABSTRAK (TNR-14 CETAK TEBAL)


Abstrak berbahasa Indonesia ditulis dalam satu paragraph dan terdiri dari 150-250 kata, menggunakan
Times New Roman-11, satu spasi. Abstrak terdiri dari pendahuluan yang memuat tujuan; metode;
hasil dan pembahasan; kesimpulan dan implikasi.
Kata kunci: penting, spesifik, atau representatif bagi artikel ini, terdiri dari 3-6 kata.

PENDAHULUAN
Seiring dengan percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua
bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan
kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah
tatanan dalam sistem makro, meso, maupun mikro, demikian halnya dalam sistem pendidikan.
Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. (Mulyasa 2007)
Salah satu komponen penting dari bagian pendidikan tersebut adalah bahasa, karena bahasa
memegang peranan yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Kepentingan bahasa itu hampir mencakupi segala bidang kehidupan karena segala sesuatu yang
Manajemen Pondok Pesantren

dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain jika
telah diungkapkan dengan bahasa, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Secara praktis, bahasa
merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang
bermakna, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Oleh karena itu, agar manusia dapat
berkomunikasi dengan baik, maka ia harus terampil berbahasa.
Melihat pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia di dunia, maka
penguasaan bahasa selain bahasa ibu, yaitu bahasa Internasional seperti bahasa Inggris menjadi
tuntutan yang mendesak (P. Sudiarta 2005)
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing pertama yang diajarkan di Indonesia sebagai
kebijakan pemerintah dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris lebih
dini sebagai salah satu matapelajaran muatan lokal. Kebijakan ini telah mendapat sambutan
positif dari masyarakat, terutama oleh sekolah-sekolah dasar yang merasa memerlukan dan
mampu menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris (K. Kasihani dan E. Suyatno 2007).
Bahasa Inggris merupakan bahasa komunikasi internasional baik dalam bidang
pembangunan, teknologi, ekonomi, maupun pendidikan. Sejalan dengan arus globalisasi,
kebutuhan akan kemampuan berbahasa Inggris semakin terasa. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan jika para ahli yang berkecimpung dalam dunia pendidikan merasa perlu
memberikan pelajaran bahasa Inggris secara intensif, menyenangkan, dan berkesinambungan
kepada para peserta didik disekolah menengah bahkan sejak anak-anak masih duduk di bangku
sekolah dasar. (Gusti Astika 2009)
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang banyak memiliki peran
dalam mencerdaskan anak bangsa. Seiring berkembangnya zaman, lahirlah pondok pesantren
modern yang membiasakan menggunakan bahasa asing dalam berkomunikasi, termasuk
bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, guna santri yang belajar di pondok pesantren
selain belajar ilmu agama dapat pula menguasai bahasa inggris sehingga dapat bersaing di
tengah era modernisasi.
Pondok Pesantren Modern Fathan Mubina menggunakan bahasa asing dalam berbicara
salah satunya adalah bahasa Inggris, oleh karena itu peneliti tertarik dan bermaksud untuk
mengetahui bagaimana manajemen Pondok Pesantren Modern Fathan Mubina dalam
meningkatkan Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris Santri.
Manajemen Pondok Pesantren

METODE
Jenis Penelitian
. Penelitian menggunakan pendekatan Studi kasus atau “case-study”, adalah bagian dari metode
kualitatif yang hendak mendalami suatu kasus tertentu secara lebih mendalam dengan
melibatkan pengumpulan beraneka sumber informasi. Creswell mendefinisikan studi kasus
sebagai suatu eksplorasi dari sistem-sistem yang terkait (bounded system) atau kasus. Suatu
kasus menarik untuk diteliti karena corak khas kasus tersebut yang memiliki arti pada orang
lain, minimal bagi peneliti (J.R. Raco, 2010) tentang bagaimana manajemen pondok pesantren
dilakukan dalam meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris santri di pondok
pesantren tersebut.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 05 & 08 Maret 2019, di Pondok Pesantren Modern Fathan
Mubina tepatnya berlokasi di Jl. Veteran III (Raya Tapos) No.23 A, Ciawi Bogor 16760.

Target/Subjek Penelitian
Responden penelitian ini adalah responden inti. Responden inti adalah sumber Informasi dan
data yang diperoleh langsung dari responden yang merupakan objek penelitian. Dalam
penelitian ini yang merupakan responden inti yaitu Wakil Pimpinan Bidang Pengembangan
Pendidikan dan bagian bahasa OSFAMA (Organisasi Santri Fathan Mubina).

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap pertama penyampaian
surat perizinan, tahap kedua observasi dan wawancara, tahap ketiga analisis data.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data


Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah struktur pengurus Pondok Pesantren Modern
Fathan Mubina dan struktur organisasi OSFAMA (Organisasi Santri Fathan Mubina).
Sedangkan yang menjadi sumber data utama atau data primer adalah Wakil Pimpinan Bidang
Pengembangan Pendidikan Pondok Pesantren Modern Fathan Mubina terkait Manajemen
Pondok Pesantren dan yang menjadi sumber data pendukung atau sekunder adalah Bagian
Bidang Bahasa OSFAMA (Organisasi Santri Fathan Mubina). Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini seperti yang diungkapkan Prof. Dr. Sugiyono bahwa dari segi
cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan
Manajemen Pondok Pesantren

observasi (pengamatan), Interview (wawancara), dan dokumentasi (Sugiyono, 2016).


Bagaimana data dikumpulkan, dengan instrumen yang mana data dikumpulkan, dan
bagaimana teknis pengumpulannya, perlu diuraikan secara jelas dalam bagian ini

Teknik Analisis Data


Analisis data menurut Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani (2012) adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Data yang terkumpul dapat berupa catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto,
dokumen, laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Analisis data itu dilakukan dalam suatu
proses. Proses berarti pelaksanaannya mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan
dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan.
Manajemen Pondok Pesantren

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil
Temuan Umum
Sekilas Mengenai Pondok Pesantren Modern Fathan Mubina
Lembaga Pendidikan Pondok Pesantren “Fathan Mubina” bernaung di bawah Yayasan
Pembangunan Umat “Fathan Mubina” yang didirikan pada tanggal 31 Mei 1986.
Berawal dari sebuah pengajian rutin bulanan dan pelatihan keagamaan setiap bulan
Ramadhan yang diprakarsai oleh Bapak Drs. H. Paisal Kamal (Pendiri) yang berada
ditempat kediaman beliau di Jalan Otista Raya No. 448/449 Cawang I, Jakarta Timur.
Namun kegiatan tersebut dianggap kurang efektif, karena dalam pembinaan pendidikan
diberikan hanya sebulan sekali, maka timbullah gagasan untuk mendirikan pondok pesantren
modern. Sebagai langkah awal, dicari lokasi yang cocok untuk lingkungan pondok pesantren,
setelah melalui perjalanan panjang pencarian lokasi, pada tahun 1985, atas petunjuk Allah
SWT jualah di temukan lokasi yang dianggap cukup strategis untuk pendidikan, yaitu di
wilayah kabupaten Bogor, tepatnya di Jalan Raya Tapos No. 23 A, Ciawi, seluas kurang lebih
10.000 m2. Dengan melalui proses kepemilikan dan perizinan penggunaan lokasi, mulailah
dibangun beberapa gedung sederhana semi permanen untuk sementara, dengan harapan jika
telah memperoleh dana yang memadai akan dibangun gedung yang permanen. Pada tahun
1985 setelah selesai kepengurusan perpindahan hak milik, dibangun 5 ruang lokal yang cukup
sederhana (namun masih berdiri sampai detik ini dengan kondisi yang memprihatinkan) untuk
dipergunakan sebagai lokal Raudhatul Athfal (Taman Kanak-kanak Islam). Raudhatul Athfal
ini hanya bertahan kurang lebih 1 tahun karena minat masyarakat sekitar wilayah saat itu
terhadap taman kanak-kanak masih kurang.
Pada tahun ajaran baru 1986-1987 sambil menunggu proses perizinan pendirian
sekolah dan di tengah persaingan di antara sekolah umum yang sudah eksis sebelumnya.
Fathan Mubina memulai aktifitas belajar mengajar Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Selanjutnya pada tahun ajaran 1989-1990, lembaga
Pondok Pesantren Fathan Mubina mulai aktif. Kurangnya pemahaman dan minat masyarakat
tentang madrasah, tak membuat surut niat kami untuk selalu memperkenalkan madrasah yang
sebenarnya lebih pantas menjadi pilihan utama pendidikan putra putri mereka, karena melalui
pendidikan di madrasah dengan nuansa kepesantrenan, para siswa lebih memiliki
keseimbangan dalam memahami ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum seperti
Matematika, IPA, ekonomi dan lain sebagainya. Dalam persepsi mereka, di madrasah hanya
Manajemen Pondok Pesantren

dibekali ilmu pengetahuan agama saja sehingga mereka khawatir akan masa depan putra
putrinya dalam mencari pekerjaan.
Perjalanan pendidikan yang selama ini diselenggarakan mengantarkan kami pada
kesadaran bahwa terdapat tuntutan untuk segera mereformasi pola dan model ke arah yang
lebih prospektif dan futuristik. Pada awal tahun 2003, tebersit niat akan membuka kembali
pondok pesantren modern yang tentunya dengan manajemen dan sistem yang berbeda dari
sebelumnya. Hingga ditetapkanlah tanggal 3 Maret 2003 sebagai hari berdirinya Pondok
Pesantren Fathan Mubina Maka, pada tahun ajaran 2004-2005, Yayasan Pembangunan Umat
Fathan Mubina membuka pola pendidikan sistem pesantren (boarding school) dan diharapkan
para siswa-siswi atau santri dapat dididik secara optimal dengan menfokuskan pada
keunggulan komparatif di bidang bahasa Arab dan Inggris, Matematika dan Tahfizh al-
Qur`an.
Pengalaman satu tahun dengan hasil yang patut disyukuri, membuat kami lebih
berbesar hati. Sambutan masyarakat pun juga meningkat. Ini terbukti dengan penerimaan
pendaftaran santri yang terus meningkat sehingga mencapai ± 282 santri pada tahun pelajaran
2007/2008. Dalam praktiknya pun, diterapkan pendidikan dan pembinaan terpisah antara
putra dan putri, baik asrama maupun ruang belajarnya. Pada umumnya, pendidikan sistem
pesantren terdiri dari santri yang berasal jauh dari lokasi pondok pesantren tersebut, tanpa
mengurangi pelayanan kami kepada masyarakat sekitar, kami tetap mempertahankan dan
mengembangkan sistem lama yaitu pulang pergi bagi masyarakat di sekitar lokasi pondok
pesantren Fathan Mubina yang tidak mau tinggal di asrama.
Dari sudut strata ekonomi, hampir 90% para peserta didik berasal dari kelas menengah
ke bawah –jika tidak boleh dikatakan berasal dari keluarga tidak mampu. Umumnya, para
orang tua wali murid berprofesi sebagai petani, buruh bangunan atau buruh pabrik, bahkan
tidak sedikit yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Meskipun demikian, kondisi initidak
menyurutkan langkah kami untuk memberikan segala yang terbaik kepada mereka, baik
kelimuan, layanan sarana dan bahkan termasuk pemberian santunan beasiswa khusus bagi
santri (siswa yang mau tinggal di asrama) dengan beberapa kriteria yang telah kami tentukan.
Saat ini sekitar 90 persen santri Pondok Pesantren Fathan Mubina berasal dari luar
kecamatan Ciawi. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, baik Jadebotabek
maupun luar Jawa seperti Sumatra dan Sulawesi. Sementara siswa pulang pergi (non Asrama)
hampir 100 persen adalah putra-putri masyarakat sekitar kecamatan Ciawi, Bogor.
Manajemen Pondok Pesantren

Visi & Misi Yayasan Fathan Mubina

Visi: Insan Cendekia Akhlak Mulia

Indikator insan cendekia yang berakhlak mulia adalah insan yang unggul dalam:

1. Pencapaian SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimal).


2. Persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Aplikasi, aktivitas & prestasi keagamaan berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.

4. Prestasi olah raga dan prestasi kesenian.

5. Mendapat kepercayaan dari masyarakat.

Misi: Mempertinggi Keimanan dan Ketaqwaan Kepada Allah SWT


1. Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Al-Qur’an dengan program hafalan 2
juz/tahun.
2. Mengaplikasikan ajaran al-Qur’an dalam aktivitas sehari-hari.

3. Melestarikan sunnah Rasulullah.

4. Menghiasi Kepribadian dengan akhlak mulia.

5. Mendalami dan Membiasakan penggunaan bahasa Arab dan Inggris dalam percakapan
sehari-hari.

6. Meningkatkan pengalaman belajar peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke


jenjang yang lebih tinggi

7. Meningkatkan ketrampilan seni dan budaya.

8. Mengembangkan diri dan terampil, sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi.

9. Menonjolkan sekolah yang nyaman sebagai Wawasan Wiyatamandala dalam menjalin


hubungan yang harmonis dengan lingkungan baik ke dalam maupun ke luar.

Untuk menunjang realisasi visi dan misi tersebut, Yayasan Pembangunan Umat Fathan
Mubina menyelenggarakan beberapa lembaga pendidikan berikut:
Manajemen Pondok Pesantren

A. Kategori Pendidikan Umum (Majlis Taklim)


B. Kategori Pendidikan Khusus:

1. Pondok Pesantren (Asrama)

2. Madrasah Ibtidaiyyah

3. Masrasah Tsanawiyyah

4. Madrasah Aliyah

5. Sekolah Menengah Pertama IT

6. Sekolah Menengah Atas Islam

Terkait dengan pendidikan dalam Kategori Pendidikan Khusus, diterapkan kurikulum yang
sesuai dengan ketentuan Diknas dan Depag dipadukan dengan kurikulum pesantren yang
dirancang sedemikian rupa dengan harapan dapat menghasilkan keunggulan komparatif.

Profil
I. Data Lembaga
Nama PONDOK PESANTREN FATHAN MUBINA

No. Statistik Pontren


01.2.32.01.100.026
(NSP)

62.559 M2 terdiri dari:

2 Ha dengan status sertifikat hak milik


Luas Lahan
4,2559 Ha dengan status akta jual beli

2 Ha, status wakaf belum bersertifikat wakat

Tahun pendirian 1986

Non Asrama : Tahun Ajaran 1986/1987


Mulai operasi
Berasarama : Tahun Ajaran 2004/2005

Tingkat Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Madrasah Tsanawiyah

Madrasah Aliyah & Pondok Pesantren Modern


Manajemen Pondok Pesantren

Sekolah Menengah Pertama IT

Sekolah Menengah Atas Islam

Jl. Veteran III ( Raya Tapos ) No. 23 A Ciawi Bogor, 16760 Telp. (0251)
Alamat
245 291, 245 407 Fax. (0251) 244 327

II. Data Pimpinan

Pengasuh H. Chairuman Kamal, Lc., M.A.

Program S1, Fakultas Syari’ah Islamiyyah, Universitas Al Azhar, Mesir


Pendidikan
Program S2, Kajian Islam, Ekonomi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Struktur OSFAMA Putri 2019


Ketua : Aninda Putri Saraswati

Wakil Ketua : Adinda Mutigari Prawansa

Sekertaris & Bendahara : Salsa Ditya Aulia

Bagian Keamanan : Zakiyah Rana Danti Annisa Maulida

Zinda Rud Faiza Noor Hanifah Laila

Bagian Bahasa : Wardah Salsabila Putri Permata

Jihan Syahira Karimah Abdillah

Bagian Pengajaran : Muthia Raihani Siregar

Dhawany Azzahra Amanda Chaerunnisa

Bagian Kebersihan : Nuuruzzahra Siti Hamelia Putri

Salsabila Elsa Siti Nurhasanah

Bagian Kesehatan : Dewi Nor Putriandi Kharisma Tiara

Afiqoh Nurul Falah Ziyadatunnafi’ah

Bagian Ta’mir Masjid : Annisa Febriani

Defita Anugrah Timur


Manajemen Pondok Pesantren

Bagian Perpustakaan : Ainun Mardiyah

Fatimah Az-Zahra Nabila Nurrahmah

Bagian Kesejahteraan Santri : Aprillita Maharani Prananda Indri

Euis Fitriyani Putri Wildani

Thania Ria F

Bagian Ekskul : Nadya Rizka Amanda Nabila Nurhaliza

Bagian Penerimaan Tamu : Nadwa Syifa Salsabila Lutfi

Bagian Tahfidz : Dhea Husna Safiina Pretty Kurniawati

Bagian Basatin : Hegar Azhara Via Vironi

Struktur Pengurus Pondok Pesantren Fathan Mubina Periode: 2018-2019

Pimpinan: H. Chairuman Kamal, M.A

Wakil Pimpinan Bid. Peng. Pendidikan: Syahrul Mubarok, S.H.I


Sie Pengembangan bahasa Putra:

M. Sutisna, Dedek Kurniawan, Abdul Aziz H

Sie Pengembangan bahasa Putri:

Nurul Adhia, Wardatul Jannah, Nuraida Fitria

Sie Bimbingan Konseling:

Dita Hizatun Haifa, Siti Rukoyah, S.Pd

Sie Perpustakaan dan jurnalistik:

Mira Humaira.

Sie Laboratorium Komputer:

Muflih Nawawi

Sie P3S Akademik & Lab IPA:

M. Awaluddin Fikri, S.Far, Apt, Ika Widyawati, S.Pd, Gr., Misbahul Umam
Manajemen Pondok Pesantren

Kabag Kur. & Pengajaran : Kusnady Adam, S.Th.I


Bag. Pengajaran Putra : Supriadi, Rifaldi Saputra, Ujang Syamsudin

Bag. Pengajaran Putri: Syifa Nurlaila Sari, Eva Latifah, Vasti Voleta, S.Pd. , Mutiara
Nurrohmah

Sie Adm Pesantren & Diknas: Mila Karmila, S. Pd.

1. KEPALA SEKOLAH SMP : Oo Sunardi, S.Pd

2. KEPALA SEKOLAH SMA : Ibrahim Rifqi Bafaqih, M.S

Wakil Pimpinan Bid. Peng. Dan Pembinaan : M. Jaka Priatna, S.Pd.


Sie Ta’mir dan Tahfidz putra:

Suganda Danu Maya, S.Pd. , Isa Mustofa

Sie Ta’mir dan Tahfidz putri:

Fitri Qodriyah, Suci Andini, Siti Kholisoh

Sie P3S Non Akademik:

Siti Fatimah, S.TP, Guslan Saputra, Tia martiana, Siti Nazila Amalina

KABAG PENGASUHAN PUTRA : Ade Suherman


Sie Keamanan Putra :

Multazam Shidqi, Guntur Hidayat, S.Pd. Gr, Nizar Falach, Oki widianto, M. Anshori

KABAG PENGASUHAN PUTRI : Yusri Zuraida, A.Ma


Sie Keamanan Putri:

Yuni Apriliani, Siti Rahayu, Naila rahma, Siti Anisa Hamidah

KABAG. KESEHATAN : Ivan Abdurrahman, S. Pd.I


Sie kesehatan Putra

Hadi Irfan, Riyansyah Kusuma


Manajemen Pondok Pesantren

Sie kesehatan Putri

Nia Maudi, Indah Suprihatin, Nisrina Huwaida

Sie Kebersihan:

Aisyah Karimah, S.Pd, Fatimah Muchlis Tahir, Nadhifa Salsabila

WAKIL PIMPINAN BID ADMUMKA : SITI SULALAH, A.MA


Sie Tata Usaha: Azharuddin Aziz, S.Kom, Vanny (Non GPS), Siti Hafidah

WAKIL PIMPINAN BID. RUMAH TANGGA : H. SITI MAKBULAH, M.A

KABAG SARANA & PRASARANA Syehabuddin, S.Pd


Sie Sapras:

Ahmad Rifai, Nurul Kharisma

KABAG KESEJAHTERAAN SANTRI : Aan Anita Nurlia, S.H.I


Sie SODAQO & Kantin

Cindy Putri D, S.Pd., Yoga Hidayatullah, Anitasari, Siti

Sie Dapur & Laundry


Syamsul Mu’arif, Sahrudin, Siti Hindun, Fitri Anggraini

Kepanitiaan – Kepanitiaan

1. Mastaari : Nizar Falachi/ Siti Rahayu


2. Khotib Idul Adha : Ust. Syahrul Mubarok
3. Qurban idul Adha : Ust. Ade Suherman
4. Camping : Rifaldi
5. UAS I : Dedek Kurniawan
6. UAS II : Ahmad Rifai
7. Odema : Siti Fatimah, S.Pt
8. FTF : M. Awaluddin Fikri, S, Far, Apt
9. Yudisium : Siti Rahayu

Pengurus

Penasehat

Jabatan Nama

Penasehat Umum Ketua Yayasan Pembangunan Ummat Fathan Mubina


Manajemen Pondok Pesantren

Penasehat Pendidikan H. Mustolah Maufur, M.A.

Pengurus Harian

Jabatan Nama

Pengasuh Pondok Pesantren H. ChairumanKamal, M.A.

Sekretaris Benny T.M., S.Pd.

Bendahara Hj. Siti Makbulah, M.A.

Pengurus Harian Biro

Bidang Nama

H. Muflih Kamil
Biro Pengasuhan Santri
Dadan Abdullah

Nana Husna Syahida

Seksi Keputrian & Ekskul Yayuk Trirahayu, S.Pd.

Lina Isnawati

Herni Haryani, S.Pd.


Seksi Kebersihan & Kesehatan
Siti Maimunah

Biro Peng. Pendidikan & Pengajaran Putri M. Jaka Priatna, A.Md.

Seksi Kesiswaan & Kurikulum Dede Mulyana

Anna Maftuhah, M.Pd.I.


Seksi Pengembangan Bahasa
Leni Sri Mulyani

Seksi Pengembangan Ilmu Quran & Tahfidz Yusri Zuraida

Biro Pengasuhan Santri Putra Dadan Abdullah

Seksi Keamanan Taufikurahman

Seksi Kebersihan & Kesehatan Mauri Kelana

Ivan Abdurrahman, A.Md.


Seksi Pengembangan Bakat & Ekskul
Oo Sunardi
Manajemen Pondok Pesantren

Biro Peng. Pendidikan & Pengajaran Putra Syahrul Mubarok, S.H.I.

Seksi Kesiswaan & Kurikulum Suhendra

Ibrahim Rifqi Bafaqih, M.S.

Ade Suherman
Seksi Pengembangan Bahasa
Cucup Supriadi, S.Pd.I.

Irvan Awaluddin

Seksi Pengembangan Ilmu Quran & Tahfidz Asep Amarullah Syahid

Biro Administrasi Umum & Akademik Benny T.M., S.Pd.

Siti Sulalah A, M.A.


Seksi Keuangan & Kesekretariatan
Heru Herlana, A.Md.

Biro Kesejahteraan Ahlul Fath Hj. Siti Makbulah, M.A.

Nursalam Tirmidzi
Seksi Sarana & Prasarana
Syehabuddin

Seksi Kantin Dede Mulyana

Seksi Dapur Siti Rabiah

Penanggung Jawab Laboratorium

Penanggungjawab Nama

Laboratorium Bahasa Ketua Seksi Pengembangan Bahasa

Laboratorium IPA Ketua Rumpun Materi Mipa

Laboratorium Komputer Guru Teknologi & Informatika

Perpustakaan Biro Peng. Pendidikan & Pengajaran

Aktifitas

I. Aktivitas Harian

Pukul Aktifitas

03.30 – 04.15 Bangun pagi, Persiapan ke masjid & Shalat Tahajjud

04.15 – 04.45 Shalat Shubuh berjama’ah

04.45 – 05.30 Tadarrus & tahfidz al-Qur`an


Manajemen Pondok Pesantren

05.30 – 06.15 Persiapan belajar formal di kelas

06.15 – 07.00 Sarapan pagi **

07.00 – 12.00 Belajar formal di kelas

12.00 – 12.45 Shalat Dzuhur berjamaah & Kultum Santri

12.45 – 14.00 Makan siang & Istirahat **

14.00 – 15.00 Belajar formal di kelas

15.00 – 16.00 Shalat Ashar berjama’ah, tadarrus & tahfidz

16.00 – 17.15 BAS (Bebas ber-Aktivitas Santri) & Ekskul **

17.15 – 17.45 Mandi & persiapan shalat Maghrib berjama’ah **

17.45 – 18.45 Shalat Maghrib berjama’ah, tadarrus & tahfidz

18.45 – 19.15 Makan Malam**

19.15 – 20.00 Shalat Isya berjamaah

20.00 – 22.00 Belajar mandiri disertai bimbingan & pengawasan guru

22.00 – 22.15 Penyampaian kosakata baru

22.15 – 03.30 Istirahat & tidur malam

* Jadwal dapat berubah disesuaikan waktu shalat


** Di waktu ini juga orangtua diizinkan berkomunikasi dengan santri melalui telepon atau
kunjungan
II. Aktivitas Mingguan *

Hari Aktifitas

Sabtu Pramuka / Keputrian I/ Fannul Khitobah

Olahraga / senam / pemutaran film pendidikan


Ahad
Keputrian II / ekstra kurikuler

* Dilaksanakan sebelum atau sesudah waktu belajar formal kecuali hari libur
III. Aktivitas Bulanan *

Hari Aktifitas

Sabtu Sima’an hafalan al-Qur`an

Ahad Sima’an hafalan al-Qur`an / pengajian umum

* Dilaksanakan sebelum atau sesudah waktu belajar formal kecuali hari libur
Manajemen Pondok Pesantren

Fasilitas
Jenis Ketersediaan

1. Lahan Seluas 62,559 m2 milik sendiri

2. Ibadah Masjid 2 lantai

30 ruang belajar

Laboratorium Bahasa

Laboratorium IPA
3. Pendidikan
Laboratorium Komputer dengan 30 unit PC (jaringan intranet)

Perpustakaan

Area belajar di luar ruangan yang hijau, nyaman dan sejuk

4. Pertemuan Gedung aula seluas 800 m2

Lapangan sepak bola

Kolam renang

Lapangan volley
5. Olah raga
Lapangan basket

Lapangan futsal

4 meja tennis

Asrama santri putra dan putri dengan segala sarana pendukungnya

Kantin
6. Asrama
Ruang parkir yang luas dan nyaman

Security guard 24 jam

7. Beasiswa Untuk mereka yang memenuhi standar kriteria yang telah ditentukan

Temuan Khusus

Perencanaan (Planning): wakil bidang bahasa bersama penanggung jawab kebahasaan


OSFAMA merencanakan program kebahasaan (bahasa Inggris). Seperti dalam wawancara
Manajemen Pondok Pesantren

kepada wakil bidang pengajaran (bahasa) “untuk penyusunan program biasanya sesuai
dengan sifatnya seperti ke organisasian yaitu oleh osfama itu pun sudah di konsultasiakan
oleh guru dan bidang kebahasaan yang bertanggung jawab.”

Pengorganisasian (Organizing): dalam rekrutmen bagian kebahasaan Pondok Pesantren


Modern Fathan Mubina asatidz/asatidzah tidak diwajibkan memiliki latar belakang
pendidikan bahasa Inggris “untuk kriteria itu sendiri untuk menjadi guru tidak memiliki
kriteria khusus karena saat melamar untuk menjadi tenagga pengajar itu di tuntut sudah
memahami dan menguasi bahasa inggris itu sendiri, terkecuali untuk bagain penanggung
jawaban kebahasaan itu harus suadah Paham dan menguasi lebih bahasa inggris. Kriteria
tersebut juga tidak harus lulusan S1 bahasa inggris tetapi bisa juga lulusan SMA sederajat
Apabila sudah paham dan memahami bahasa Inggris. Untuk alumni atau lulusan pondok
pesantren Fathan mubina itu sendiri harus mengikuti tahap-tahap yang ada pada peraturan
pondok pesantren itu sendiri.” Dalam Organisasi Santri Fathan Mubina (OSFAMA) terdapat
bagian yang bertanggung jawab mengenai bahasa Inggris yaitu bagian kebahasaan

Pelaksanaan (Actuating):

1. Setiap hari ada penyampaian kosa kata setiap ba’da isa setiap kelas 1-3 di berikan di
setiap kelasnya oleh kakak kelas, dan untuk kelas 4 ke atas di berikan tugas oleh guru
2. Conversation pada setiap hari minggu Setelah tahfid pada waktu ba'da subuh bersama
masing-masing dengen membawa bahan ajaran yang telah di siapkan pada malam
hari.
3. Khutbah/pidato bahasa inggris, untuk kelas 1 belum di wajibkan untuk melaksanan
khutbah, tetapi untuk kelas 2 keatas sudah di wajibkan, untuk materinya sesui dengan
kemampuan bakat siswa/santri itu sendiri.

Ketika wawancara dengan bagian bahasa OSFAMA


“Setiap sore kita tulis ni (vocab) di whiteboard gitu, terus nanti kayak manajer dari
kamarnya nanti nulis apa yang kita kasih terus nanti sehabis isya ya manajer apa
kamarnya itu ngasih vocabulary ke anggota. Eemmm apa siii, pemberian kosakata, nah
nanti terus kita bagian Bahasa kita control ke pondok putri, kta control udah baejalan
nya kosakata itu. satu minggu 5 (lima) kali ada penyetorannya sebelum tidur. Tapi nanti
untuk checking penulisan written itu nanti setiap sabtu di kumpulin bukunya ke bagian
Bahasa baru kita koreksi.”
Manajemen Pondok Pesantren

penanya :” terus selain itu ada gak yang ikut-ikut perlombaan kayak gitu, khususnya di
English?”

Narasumber: “paling kayak storytelling, public speaking, di sini juga kita mau ngadain
public speaking contest, hehehe, ada LAFESTA (language festival) disetiap tahunnya”

Pengawasan (Evaluasi)

Pengawasan dilakukan oleh bagian bahasa OSFAMA “untuk pengawas yaitu semua
santri menjadi pengawas bagi siswa atau santri yang melanggar seperti halnya apabila
ada santri yang luap untuk berbahasa inggris maka temennya mencatat temannya yang
melanggar lalu di serahkan kepada guru atau bagian dari keamanan. untuk santri putri
apabila ketahuan tidak menggunakan bahasa yang seharus maha hukumnya santri
tersebut berdiri di tengah lapangan dan menghapal kosa kata. Dan apabila sudah
melanggar peraturan sampai 3x maka santri tersebut harus menggunakan pakaian
khusus bagi para pelanggar. Dana apabila sudah melakukan perlanggaran lebih dari 3x
maka akan d keluarkan dari pondok pesanteren. Dan untuk santri putra pun sama
dengan putri tapi yang membedakannya santri putra itu ada hukiman di bodak dan
membersihkan kamar madi dan lainnya. Bagai yang melanggar lebih atau patal akan di
keluarkan dari pondok pesantren.”

Pembahasan

Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen (A. M. Kadarman dan Jusuf Udaya, 2001) berasal dari bahasa Inggris
yaitu management dengan kata asal to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam
arti khusus manajemen digunakan bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang- orang yang
melakukan kegiatan memimpin dalam suatu organisasi.

Fungsi Manajemen

Pandangan George R. Terry sorang ahli manajemen dalam bukunya dikutip oleh Soekarno
(1992) menguraikan 4 fungsi manajemen yang mutlak dan pundamental dalam proses
Manajemen Pondok Pesantren

manajemen yaitu, planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating


(penggerak/pelaksana), controlling (pengawasan) yang biasa disingkat dengan POAC.
Bagi Pondok Pesantren, perencanaan sangat besar manfaatnya. Yang jelas betapapun,
bekerja berdasarkan cita-cita dan rencana yang ideal-rasional, dampak terhadap penggarapan
perlengkapan fisik (sarana-prasarana) dan nonfisik (pendidikan) seharhari, niscaya akan jauh
lebih baik, terarah dan tepat sasaran dari pada bekerja asal jalan, tanpa cita-cita, tanpa arah.
Bila rencana tidak ada, organisasi mungkin akan jalan di tempat, mudah terbawa arus, atau
bahkan salah arah. Penjabaran perencanaan dalam lembaga pendidikan pondok pesantren,
seyogyanya berangkat dari Visi, Misi, dan Tujuan.
Terkait dengan pengorganisasian dalam pondok pesantren, diberlakukannya Undang-
Undang Yayasan Tahun 2001 dan 2004 (dimplementasikan tahun 2007), memberi peluang
kepada pondok pesantren untuk merekonstruksi manajemennya, hingga manajemen dapat
diterapkan sebagaimana mestinya. Yaitu sesuai dengan ilmu serta kode etik manajemen yang
lazim. Penempatan dan pemberdayaan sumber daya manusia dalam organisasi (staffing),
intinya mengusahakan secara sungguh-sungguh penerapan the right man on the right place
serta pembinaan dan pengembangan melalui pengarahan, diklat, penataran atau disekolahkan,
dan melalui penghargaan dan sanksi seperti promosi, rolling, mutasi dan sebagainya.
Penggerakan dilakukan oleh pimpinan pondok pesantren melalui instruksi. Tetapi
seyogyanya instruksi hanya dikeluarkan bagi urusan-urusan yang sangat penting dalam
keadaan khusus. Misalnya menyangkut pelaksanaan kebijakan umum pondok pesantren yang
mempunyai nilai fundamental dalam situasi yang tepat. Penggerakan tidak terbatas pada cara-
cara formal. Ia dapat dilakukan dengan cara pembinaan, memberi motivasi, pengarahan, dan
sebagainya. Dalam pondok pesantren yang menerapkan manajemen, pada dasarnya semua
cara penggerakan tersebut di atas dapat diaplikasikan, tentunya dengan berbagai kemungkinan
penyesuaian karena pertimbangan kultural.
Dalam evaluasi, adanya laporan pertriwulan, caturwulan, persemester atau laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) setiap akhir tahun. Fokus utamanya pada pelaksanan dan
penjabaran program. Ada pula yang bersifat nonformal di luar rapat dan di luar program dan
anggaran bila dipandang perlu dan proporsional. Bahkan dimungkinkan adanya pengontrolan
bersifat rahasia.

Manajemen Pondok Pesantren


Manajemen Pondok Pesantren

Kata pondok pesantren adalah perpaduan dari dua kata yang dirangkai menjadi satu yang
terdiri dari kata pondok dan pesantren. Sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat
mengenai pengertian dari pondok pesantren ini. Ada yang mengatakan berasal dari India dan
ada yang mengatakan berasal dari bahasa Arab. Adapun yang mengatakan bahwa istilah
pondok berasal dari India adalah Soegarda Poerbakawaja yang menjelaskan adanya
persamaan dalam penyerahan tanah oleh negara bagi kepentingan agama yang terdapat pada
tradisi Hindu. Adanya persamaan dapat ditemukan didalam sistem pendidikan Hindu dengan
pesantren yaitu guru tidak mendapat gaji, letak pesantren di luar kota dan seluruh sistemnya
bersifat agama. (Karel. A. Steen Brink, 1986)
Menurut Manfred Ziemek dalam Kompri (2018) istilah pondok berasal dari bahasa
Arab Funduq yang berarti ruang tidur atau wisma sederhana, karena pondok memang
merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajaryang jauh dari tempat asalnya.
Adapun kata pesantren berasal dari kata santri yang ditumbuhi awalan pe dan akhiran
an yang berarti menunjukan tempat, maka artinya tempat para santri.
Sedangkan istilah pondok menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah “Rumah untuk
sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan. Pondok adalah rumah yang kurang
baik biasanya berdindingkan bilik atau pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji,
belajar ilmu agama. (Muhamad Ali, 1980)
Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pondok pesantren
adalah lembaga atau tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam yang mempunyai tujuan
untuk melestarikan dan mengembangkan agama Islam.
Pengertian manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management dengan kata asal
to manage yang secara umum berarti mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi
pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin dalam
suatu organisasi. (A. M. Kadarman dan Jusuf Udaya, 2001)
Dengan demikian pengertian manajemen dapat diartikan menyatakan, “manajemen
adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan
sumber daya lainya. (Yayat M. Herujito, 2004)
Sedangkan istilah pondok menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah “Rumah untuk
sementara waktu, seperti didirikan di ladang, di hutan. Pondok adalah rumah yang kurang
baik biasanya berdindingkan bilik atau pondok adalah madrasah dan asrama tempat mengaji,
belajar ilmu agama (Muhamad Ali, 1980)
Manajemen Pondok Pesantren

Sedangkan pengertian pesantren istilah pesantren adalah gabungan kata “Sant


(manusia baik) dihubungkan dengan suku kata Tra (suka menolong)” sehingga kata pesantren
dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik. (Manfred Ziemek, 1986)
Dengan demikian maka pengertian manajemen pondok pesantren adalah merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengendalikan
segala upaya di dalam mengatur maupun mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana untuk mencapai tujuan.
Kemampuan Berbahasa
Definisi Kemampuan menurut KBBI (2007: 707) berasal dari kata “mampu” yang berarti
kuasa atau sanggup untuk melakukan sesuatu, ditambah dengan “ke” dan akhiran “an”
menjadi kemampuan yang dapat diartikan pula dengan kesanggupan; kecakapan; dan
kekuatan. Dengan demikian secara bahasa kemampuan dapat diartikan pula dengan
“kesanggupan”, maupun “kecakapan”. Seseorang dapat dikatakan mampu apabila ia bisa
melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Thoha (1998: 154) menjelaskan bahwa kemampuan merupakan “salah satu unsur
dalam kematangan yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan suatu pengalaman”. Pendapat menurut Thoha
diatas menjelaskan bahwa kemampuan dapat diperoleh melalui berbagai macam cara, antara
lain: pendidikan, pelatihan maupun pengalaman.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan berdasarkan definisi diatas kemampuan adalah
kecakapan, keterampilan seseorang dalam menguasai sesuatu baik melalui proses pendidikan,
pelatihan maupun pengalaman.
Jean Aitchison (2008: 21) “Language is patterned system of arbitrary sound signals,
characterized by structure dependence, creativity, displacement, duality, and cultural
transmission”. Artinya adalah bahasa merupakan sistem yang terbentuk dari isyarat suara
yang telah disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung, kreatifitas,
penempatan, dualitas dan penyebaran budaya.
Pengertian berbahasa menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam KBBI (2007:
10), adalah “menggunakan bahasa”. Bahasa tidak hanya dipahami atau dimengerti oleh
pemakai, tetapi juga harus dipahami oleh orang lain. Jika ucapan salah dimengerti, tidak dapat
dipahami, atau bentuk-bentuk menyatakan suatu makna yang lain dari yang dimaksud oleh
seseorang, maka dianggap gagal bahasa tersebut. Bahasa pada hakikatnya merupakan ucapan,
pikiran dan perasaan manusia, secara teratur yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
Manajemen Pondok Pesantren

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang sistematis untuk mengungkapkan ide,
perasaan, pendapat, dan gagasan dengan menggunakan isyarat, bunyi, gerak dan tanda yang
lazim yang mempunyai arti yang dapat dipahami. Bahasa memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia baik dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi, agama maupun
kebudayaan. Bahasa sangat dibutuhkan oleh kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun.
Telah diketahui bahwa ada banyak bahasa di dunia ini. Setiap masyarakat dari suatu negara,
wilayah, desa, suku, dan yang lainnya mempunyai bahasanya sendiri-sendiri, untuk
berkomunikasi dengan yang lain. Seseorang dapat menggunakan satu bahasa saja di dalam
kelompok masyarakat mereka sendiri. Namun, orang akan mendapat masalah untuk
berkomunikasi dengan yang lain di dalam kelompok masyarakat yang berbeda. Hal ini karena
bahasa yang berbeda yang digunakan oleh mereka sehingga proses komunikasi tidak berjalan
dengan baik. Mereka tidak memahami satu sama lain dan tidak dapat menangkap pesan. Oleh
karena itu, mereka seharusnya mempelajari dan menguasai bahasa lain. Bahasa memiliki
berbagai macam tujuan yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia baik secara individu
maupun kelompok. Oleh sebab itu, perlu adanya perhatian khusus dalam rangka
meningkatkan kemampuan berbahasa seseorang. Mu’in (2004: 26-27)
Berdasarkan paparan diatas, bahasa adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan
sehingga dapat tercapainya komunikasi yang baik antara satu dengan lainnya.
Sehingga kemampuan berbahasa adalah suatu keterampilan, kecakapan, seseorang
dalam mengutarakan simbol bahasa yang dapat dimengerti sehingga dapat berkomunikasi
dengan yang lain.
Kemampuan Berbicara Bahasa Inggris
1) Pengertian Berbicara
Soenardi (2011: 8) menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan:
Kemampuan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang melalui bunyi-bunyi bahasa
dan kata - kata yang dirangkai dalam susunan bahasa yang lebih lengkap seperti frasa,
kalimat, dan wacana lisan yang lebih panjang seperti cerita, pidato dan lain-lain. Kemampuan
berbicara merupakan salah satu indikator kualitas pembelajaran bahasa, termasuk bahasa
Inggris. Menurut Iskandarwassid (2011: 13) kemampuan ini juga didasari oleh, “kepercayaan
diri seseorang untuk berbicara secara wajar, jujur, benar dan bertanggung jawab dengan
menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah dan
lain-lain”. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek dasar kemampuan berbahasa
yang meliputi kemampuan menyimak, kemampuan membaca, kemampuan berbicara dan
Manajemen Pondok Pesantren

kemampuan menulis. Kemampuan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan


memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan
perasaan dan keinginan kepada orang lain.
Menurut Tarigan (2008: 16) berbicara merupakan, “kemampuan mengucapkan bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan”. Berbicara menurut Soenardi (2011: 118), “Berbicara berarti mengungkapkan
pikiran secara lisan.” Dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat
orang lain yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya, agar orang lain dapat
menangkap dan memahami apa yang diungkapkan secara lisan. Menurut Soenardi (2011: 118)
berbicara perlu memperhatikan rambu-rambu yang perlu dipenuhi. Adapun rambu-rambu
tersebut adalah pertama-tama seorang pembicara perlu memiliki sesuatu pesan, masalah, atau
topik tertentu yang ingin disampaikan kepada mereka yang mendengarkannya, sekurang-
kurangnya untuk sekadar dipahami, ada kalanya untuk ditanggapi. Tanpa adanya suatu pesan,
masalah atau topik tertentu yang ada di dalam pikiran untuk diungkapkan, tidaklah akan
terdapat kebutuhan bagi seseorang untuk berbicara. Agar pesan, masalah atau topik yang ingin
diungkapkan itu dapat mencapai orang yang mendengarkan dan dapat memahaminya, maka
isi pesan, masalah, atau topik itu perlu diatur susunannya sedemikian rupa sehingga
memudahkan pemahaman oleh orang yang mendengarkan. Berdasarkan beberapa pendapat
ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan
untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati seseorang melalui bunyi-bunyi bahasa dan kata-
kata yang dirangkai dalam susunan bahasa.
2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berbicara
Lawtie (2004: 1) mengatakan bahwa: Kesulitan dalam berbicara yang dialami seseorang,
khususnya siswa disebabkan oleh beberapa faktor: siswa tidak ingin berbicara atau
mengatakan sesuatu dalam kelas, kelas terlalu gaduh sehingga guru kehilangan kendali atas
kelas tersebut.
Burns dan Joyce (1997: 134) menulis bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan siswa enggan
berpartisipasi dalam tugas-tugas di kelas:
a) Pertama, karena siswa beranggapan bahwa belajar bahasa cukup dengan mendengarkan
guru, memahami bacaan dan menulis dari buku teks dan mengerjakan latihan-latihan;
b) Kedua, kesulitan linguistik, yaitu kesulitan memahami perbedaan antara bahasa ibu dan
bahasa yang dipelajari, kesulitan memahami pengucapan penutur asli, dan kesulitan
memahami perbedaan tata-bahasa dari bahasa ibu dan bahasa yang dipelajari (Bahasa
Inggris); dan
Manajemen Pondok Pesantren

c) Ketiga adalah faktor psikologis dan faktor-faktor lain, misalnya, faktor kultur, pengalaman,
kurang motivasi, kecemasan dan malu berbicara di dalam kelas.
Berbicara (speaking) meliputi tiga macam pengetahuan:
a) Mekanisme (pengucapan, tata bahasa, dan kosa kata): menggunakan kata yang tepat
dengan tata bahasa yang tepat dan pengucapan yang tepat.
b) Fungsi (transaksi dan interaksi): memahami bahwa penyampaian berita/ maksud adalah
yang terpenting (transaksi/pertukaran informasi) dan bila pemahaman yang tepat tidak terlalu
diperlukan (interaksi/relasi).
c) Aturan-aturan dan norma-norma sosial dan kultural (bergantian berbicara, kecepatan
berbicara, panjangnya pause antara pembicara, peran partisipan): memahami bagaimana
mempertimbangkan siapa lawan bicaranya, dalam situasi macam apa, tentang apa, dan untuk
keperluan pembicaraan. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar kemampuan
berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a) penguasaan bahasa, b)
bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan
teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan,
meliputi a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai, c)
pilihan kata, d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, e) ketepatan sasaran
pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi a) sikap yang wajar, tenang dan
tidak kaku, b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara, c) kesediaan menghargai orang
lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi,
penalaran, h) penguasaan topik. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan
(lingusitik) dan non kebahasaan (nonlinguistik).
Belajar bahasa Inggris berarti memiliki kemampuan untuk memproduksi ujaran
grammatikal dari sebuah bahasa dan memahami bagaimana menggunakannya dengan benar
untuk dapat berkomunikasi secara efektif. Dalam mempelajari bahasa di kelas, mahasiswa
lebih cenderung memberi perhatian untuk menjadi lebih teliti (accuracy) akan tetapi pada
dasarnya mereka juga harus berlatih untuk menggunakan bahasa secara fasih (fluency).
3) Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan seseorang selalu mempunyai maksud dan
tujuan. Menurut Tarigan (1983: 15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya sang pembicara memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek
Manajemen Pondok Pesantren

komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip- prinsip yang
mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan
5) menggerakkan. Menurut Tarigan (2008:16) pada dasarnya berbicara mempunyai tiga tujuan
umum, yaitu memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to
entertain), membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade). Menurut Faizah
(2011: 9), tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi secara langsung antara
pembicara dan pendengar. Sedangkan menurut O’loghlin (dalam Faizah 2011:8) menyatakan
bahwa, “tujuan berbicara adalah untuk mencari informasi agar pendengar bisa mengambil dan
mempergunakan informasi tersebut atau mereka menginginkanya sebagai gambaran dari
cerminan hidup mereka”.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan
kegiatan berbicara bertujuan untuk dapat berkomunikasi yang didalamnya terdapat pesan
yang disampaikan antara informan dan lawan bicara sehingga adanya timbal balik satu sama
lain demi memeroleh informasi.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


Kesimpulan

Simpulan dapat bersifat generalisasi temuan sesuai permasalahan penelitian, dapat pula
berupa rekomendatif untuk langkah selanjutnya.

Implikasi

Saran dapat berupa masukan bagi peneliti berikutnya, dapat pula rekomendasi implikatif dari
temuan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Aitchison, J. (2008). Linguistics. London: Hodder Headline.

Ali, M. (1980). Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amanah.

Astika, G. (n.d.). Model Kelas Bilingual di Sekolah Bertaraf Internasional:Sebuah Pemikiran

Konseptual. Retrieved from http://Model Kelas Bilingual di Sekolah Bertaraf

Internasional: Guru Pembaharuan.html

Karel. (1986). Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta: LP3ES.


Manajemen Pondok Pesantren

Kasihani, & Suyatno. (2007). English for Young Lerners. Jakarta: Bumi Aksara.

Kompri. (2018). Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta: Prenadamedia

Group.

Masyud, S., & Khusnurdilo. (2003). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.

Mu'in, A. (2004). Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia Telaah terhadap

Fonetik dan Morfologi. Jakarta: Pustaha Ala Husna Baru.

Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Raco, J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya.

Jakarta: PT Grasindo.

Soenardi, D. (2011). Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT Indeks.

Sudiarta. (2005). Pengembangan Pendidikan Billingual untuk Mencapai Kompetensi Lulusan

Bertaraf Internasional. IKIP Negeri Singaraja.

Tarigan, H. G. (2008). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Thoha, M. (2002). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai