Anda di halaman 1dari 5

Standar Kompetensi : 3.

Memahami manfaat keanekaragaman hayati


Kompetensi Dasar : Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha
pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam
Materi Pembelajaran : Keanekaragaman hayati indonesia.
Indikator:
1. Memberikan contoh hewan dan tumbuhan indonesia yang endemik yang dapat dikenali
oleh siswa.
2. Menjelaskan KRH indonesia yang langka dan sebab kelangkaannya.
3. Menjelaskan usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia baik yang
langka maupun yang tidak langka.
4. Mengetahui cara pemanfaatan sumber daya alam di indonesia.

Uraian Materi

1. Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam


variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat, yang terlihat pada berbagai tingkatan
persekutuam makhluk hidup yaitu tingkatan ekosisitem, tingkatan jenis dan tingkatan
genetik. Keanekaragaman hayati menurut UU NO 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman
di antara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan dan
ekosistem akuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keaneka ragaman dalam spesies, antara species dengan
ekosisitem. Berdasarkan definisi di atas ada 3 elemen keanekaragaman hayati yaitu,
keaneka ragaman ekosisitem, keaneka ragaman jenis dan keaneka ragaman genetik.

2. Kekayaan Flora dan Fauna di Indonesia


Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi
dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Tingginya
keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada
di Indonesia, seperti: ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput,
ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna,
dan lain-lain. Masing-masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.
Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-
Malaya. Flora Indo-Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand,
Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Filipina
sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana.
Hutan di daerah flora Malesiana memiliki kurang lebih 248.000 species tumbuhan
tinggi, didominasi oleh pohon dari familia Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang
menghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi dan
membentuk kanopi hutan. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya
Keruing (Dipterocarpus sp.), Meranti (Shorea sp.), Kayu garu (Gonystylus bancanus), dan
Kayu kapur (Drybalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropis atau hutan basah, dicirikan
dengan kanopi yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti
rotan. Tumbuhan khas Indonesia seperti durian (Durio zibethinus), Mangga (Mangifera
indica), dan Sukun (Arthocarpus sp.) di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa
dan Sulawesi.
Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan non–
Dipterocarpaceae. Hutan ini memiliki pohon-pohon sedang, diantaranya beringin (Ficus
sp), dan matoa (Pometia pinnata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian.
Selanjutnya, mari kita lihat hewan (fauna) di Indonesia. Hewan-hewan di Indonesia
memiliki tipe Oriental (Kawasan Barat Indonesia) dan Australia (Kawasan Timur
Indonesia) serta peralihan. Hewan-hewan di bagian Barat Indonesia (Oriental) yang
meliputi Sumatera, Jawa, dan Kalimantan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau,
badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2. Terdapat berbagai macam kera, misalnya: bekantan, tarsius, orang utan.
3. Terdapat hewan endemik, seperti: badak bercula satu, binturong (Aretictis binturang),
monyet (Presbytis thomari), tarsius (Tarsius bancanus), kukang (Nyeticebus coucang).
4. Burung-burung memiliki warna bulu yang kurang menarik, tetapi dapat berkicau.
Burung-burung yang endemik, misalnya: jalak bali (Leucopsar nothschili), elang jawa,
murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons).
Sekarang mari kita lanjutkan dengan hewan-hewan yang terdapat di Kawasan
Indonesia Timur. Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian timur, yaitu Irian, Maluku,
Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewannya adalah:
1. Mamalia berukuran kecil
2. Banyak hewan berkantung
3. Tidak terdapat species kera
4. Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya (Papua) memiliki hewan mamalia berkantung, misalnya: kanguru (Dendrolagus
ursinus), kuskus (Spiloeus maculatus). Papua juga memiliki kolek si burung terbanyak, dan
yang paling terkenal adalah burung Cenderawasih (Paradiseae sp.). Di Nusa Tenggara,
terutama di pulau Komodo, terdapat reptilian terbesar yaitu komodo (Varanus
komodoensis).
Sedangkan daerah peralihan meliputi daerah di sekitar garis Wallace yang
terbentang dari Sulawesi sampai kepulauan Maluku, jenis hewannya antara lain tarsius
(Tarsius bancanus), maleo (Macrocephalon maleo), anoa, dan babi rusa (Babyrousa
babyrussa).

a. Hewan dan Tumbuhan Langka di Indonesia


Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka. Hewan langka
misalnya babirusa (Babyrousa babyrussa), harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae),
harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), macan kumbang (Panthera pardus), orang utan
(Pongo pygmaeus abelii di Sumatra dan Pongo pygmaeus-pygmaeus di Kalimantan),
badak Sumatra (Decerorhinus sumatrensis), tapir (Tapirus indicus), gajah asia (Elephas
maximus), bekantan (Nasalis larvatus), komodo (Varanus komodoensis), banteng
(Bossondaicus), cendrawasih (Paradisaea minor), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus),
maleo (Macrocephalon maleo), kakatua raja (Probosciger aterrimus), rangkong (Buceros
rhinoceros), kasuari (Casuarius casuarius), buaya muara (Crocodylus porosus), buaya
irian (Crocodylus novaeguinae), penyu hijau (Chelonia mydas), ular sanca bodo (Phyton
molurus), sanca hijau (Chondrophyton viridis). Tumbuh-tumbuhan langka misalnya bedali
(Radermachera gigantea), putat (Planchonia valida), nangka celeng (Artocarpus
heterophyllus), kluwak (Pangium edule), bendo (Arthocarpus elasticus), mundu (Garcinia
dulcis), sawo kecik (Manilkara kauki), winong (Tetrameles nudiflora), bayur
(Pterospermum javanicum), gandaria (Bouea macrophylla), matoa (Pometia pinnata),
sukun berbiji (Artocarpus communis).
b. Hewan dan Tumbuhan Endemik di Indonesia
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan
endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu hanya ada di Indonesia, tidak terdapat
di negara lain.
Hewan yang endemik misalnya harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau
bali (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak bercula satu
(Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong), monyet (Presbytis
thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang),
maleo (hanya di Sulawesi), komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan
sekitarnya.
Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii
(endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. cilliata
(Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R.patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran),
R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatra bagian timur).

3. Usaha-Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia secara in-situ dan ex-


situ
Pemanfaatan sumber daya hayati untuk berbagai keperluan secara tidak seimbang ditandai
dengan makin langkanya beberapa jenis flora dan fauna karena kehilangan habitatnya,
kerusakan ekosisitem dan menipisnya plasma nutfah. Hal ini harus dicegah agar kekayaan
hayati di Indonesia masih dapat menopang kehidupan. Konservasi sumber daya hayati di
Indonesia diatur oleh UU No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Azas
yang digunakan dalam pengelolaan linggungan hidup adalah azas tanggung jawab,
berkelanjutan dan manfaat.
Upaya konservasi keaneka ragaman ekosisitem di Indonesia dilakukan secara in-
situ yang menekankan terjaminnya terpeliharanya keaneka ragaman hayati secara alami
melalui proses evolusi. Saat ini kawasan konservasi yang ada di Indonesia terkelompok
menjadi 180 cagar alam, 72 suaka margasatwa, 70 taman wisata, 13 taman buru, 17 taman
nasional dan 3 taman hutan raya serta 13 taman laut. Dalam rangka kerja sama konservasi
internasional, 6 dari kawasan suaka alam dijadikan cagar biosfer. Cagar biosfer ini suatu
kawasan yang terdiri dari ekosisitem asli, unik dan atau ekosisitem yang telah mengalami
degradasi yang dilindungi dan dilestarikan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan.
Taman nasional di Indonesia mulai dikembangkan tahun 1980. Lima taman nasional
pertama yaitu taman nasional gunung Leuser, taman nasional ujung Kulon, Taman
nasional Gede Pangrango, taman nasional Baluran dan Taman nasional Komodo
diperuntukkan untuk melindungi dan mengawetkan warisan alami bangsa Indonesia.
Pelestarian keanekaragaman jenis di Indonesia dilakukan baik secara in-situ
maupun ek-situ. Pelestarian eksitu berarti memindahkan jenis dari habitatnya untuk
dilestarikan dan diamankan. Pendirian kebun raya Bogor, kebun binatang, penangkaran
hewan langka seperti badak, jalak bali, rusa timor, kayu hitam sawo kecik dan lain-lain
merupakan upaya pelestarian exsitu yang tidak perlu mengganggu populasi alaminya.
Pelestarian plasma nutfah di Indonesia dilakukan baik secara insitu maupun ek-situ.
Pemuliaan tanaman saat ini ditujukan pada tanaman budi daya seperti padi, anggrek serta
kultivar lainnya. Untuk hewan upaya penangkaran dan persilangan dilakukan pada
berbagai jenis satwa piaraan seperti sapi, kambing, kuda dan ayam. Kebun koleksi plasma
nutfah yang ada di Indonesia sampai daat ini belum menghasilkan banyak kultivar unggul
baru. Kebun koleksi buah di Paseh dan Cibinong, kebun koleksi mangga di Grati, koleksi
kopi di Ijen dan koleksi kelapa di Bone-Bone belum menampakkan hasil yang diharapkan
sebagai sumber plasma nutfah. Sebenarnya secatra tradisional masyarakat Indonesia telah
memiliki pola pelestarian alam yang ekologis, misalnya tidak boleh menebang pohon
beringin, tidak boleh mengambil ikan di lubuk, dan lain-lain, namun karena kemajuan
teknologi warisan tradisional tersebut memudar.

Anda mungkin juga menyukai