Abstract
Two prominent da’i in Indonesia become the centre of this research. Based
on Rhetorical Criticism which focused on communication actors, message,
and language factors, this paper examines the rhetoric style of two da’i:
KH Jalaluddin Rakhmat and KH Abdullah Gymnastiar. A thorough litera-
ture study was conducted over texts written by those two Islamic schol-
ars. Paired with interview and observation on each majlis, research has
found that da’i point of view concerning his audience is matched with
their communication style. Moreover, life history, personal capacity, and
different emphasis in religious exercisizing became factors which deter-
mine their rhetoric style.
161
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
162
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
163
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
Aristoteles (Littlejohn, 1978: 159, dan menyatakan, “This work is generally consid-
Rybecki and Rybecki, 1991: 40) yang disebut, ered the most important single work in the
‘Teori Retorika Aristoteles.’ Teori ini literature of speechcraft.”
menyatakan bahwa manusia memiliki Tradisi retorika telah berkembang
kemampuan berbicara untuk meyakinkan sejak awal umat manusia menyertai adanya
orang lain bila disertai dengan etika yang kesadaran sejarah manusia. Kajian
baik. Kekuatan tersebut menjadikan terhadap pengaruh manusia melalui
seseorang memiliki kekuatan sebagai figur. komunikasi mungkin yang tidak pernah surut.
Teori retorika bersifat humanistik Minat dalam mengkaji pengaruh untuk
berakar dari pemikiran retorika Aristoteles. mengulas kembali jarak yang asli dari umat
Teori Aristoteles menjadi primadona manusia sebagaimana yang kita kenal
kerangka konseptual yang dipakai dalam sekarang. Manusia selalu terpesona dengan
bidang retorika (public speaking), karena proses-proses komunikasi yang
menekankan pada kekuatan retornya (dan mengarahkan seseorang untuk bisa efektif
atau pesannya) yang biasa dikenal sebagai dalam berkomunikasi.
persuasi. Perhatian terfokus pada Public speaking menjadi bagian yang
kesempatan ( occasion ) tertentu yang vital dari suatu studi formal dan pelatihan
membutuhkan kiprah komunikasi lisan, dan Yunani Kuno. Setelah runtuhnya tirani di
banyak investigasi psikologis mendapatkan Siracuse, warga menuntut berbicara di
hipotesis orisinal mereka dari karya depan publik untuk mem-perjuangkan
Aristoteles dan beberapa penafsirannya. pengurusan-diri dan mengklaim kembali
Teori Retorika Aristoteles penulis tanah-tanah mereka yang telah dirampas.
gunakan dengan pertimbangan sebagai Sejak saat itu, orang dengan pandangan yang
berikut: (1) Teori Retorika Aristoteles lebih tajam terhadap proses public speaking mulai
menekankan kepada aspek gaya dan bentuk belajar seni ini. Tradisi teori retorika tidak
subjek retornya. Jadi, melihat pada terselang lagi dan terus berkembang.
kredibilitas komunikator (retor) publik, Akar-akar pemahaman terhadap
karakteristik retor dan gaya bahasanya serta proses komunikasi secara umum, dan
pesan-pesan yang disampaikan selama khususnya tentang persuasi, dapat dilacak
pidato (public speaking); (2) Pelaku retorika pada khazanah yang tersedia dalam lintasan
dakwah dilihat pada aspek perbandingan sejarah. Sarjana sejarah telah memberi
retorika dari sisi manusiawi kedua figur sumbangan kepada pemahaman terhadap
(tokoh) yang dikaji ini, dan tidak mengkaji persoalan ini dengan menguji artefak-artefak
efek atau besaran pengaruh retorikanya pada historis, termasuk uraian-uraian (treatise),
audiens. makalah-makalah, dan teks pidato.
Retorika klasik dikaitkan dengan Bersamaan dengan kemajuan psikologi mod-
peranan pidato persuasif dalam ern dan ilmu-ilmu perilaku pada abad ke 20-
pembangunan demokrasi di Yunani. an, wajar sekali bila persuasi dikaji oleh
Aristoteles merupakan tokoh utama yang ilmuwan-ilmuwan perilaku (behavioral scien-
memasyhurkan retorika. Periode klasik tists) juga.
merentang dari abad 5 SM - 1 M. Di samping Disiplin-disiplin akademis seperti
Aristoteles, tokoh-tokoh lain di dunia retorika psikologi sosial, sosiologi, dan antropologi
pada zaman klasik adalah Plato, Isocrates, telah memberikan sumbangan yang bernilai
Cicero, dan Quintilian. dalam memandang ke dalam proses
Aristoteles menerbitkan beberapa komunikasi. Satu sorotan terhadap kata-kata
karyanya yang kini menjadi klasik, terkait kunci pemikiran dapat membantu me-
dengan watak benda-benda dan watak mahami pembicaraan dan memanfaatkannya
masyarakat. Karyanya sangat konsen dengan guna mendalami studi komunikasi.
komunikasi persuasi. Tentang karya Kebanyakan dari apa yang dipikirkan sebagai
Aristoteles, Littlejohn (1978: 159) teori komunikasi memiliki fondasi ilmu sosial
164
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
yang kuat dan sejarahnya telah disumbang menghibur atau menjual, tapi tidak
oleh ilmu-ilmu kemanusiaan ( humaniora ), melakukan keduanya” (Denny, 2006: 99).
termasuk oleh kelompok mazhab budaya Dia harus memilih salah satunya.
pemikiran. Ilmu komunikasi memiliki Retorika adalah suatu penjelasan dari
landasan teori yang dikembangkan proses-proses cara membuat pidato
sepanjang sejarahnya, dan sebagaimana sebagaimana textbook mengajarinya.
banyak teori yang lain, ia banyak mengambil Retorika bicara tentang problematika
acuannya dari fenomena sosial. “a theory masyarakat dan secara persuasif untuk
attempts to explain relationship among phe- menanggulangi berbagai persoalan
nomena that produce particular result.” masyarakat yang dihadapi. Karenanya,
(Rybecki and Rybecki, 1991: 39). retorika berarti ‘seni untuk berbicara baik,
Salah satu karya yang membahas yang dicapai berdasarkan bakat alam dan
tentang retorika adalah Brockriede yang keterampilan teknik’ (Hendrikus, 1991: 14).
dipandang penting bagi dunia retorika karena Jadi, ada problem sosial yang ingin
mengkaji ulang konsep retorika yang dipecahkan oleh retor melalui retorikanya,
diperluas menuju upaya menangkap seperti, alkohol, lemahnya penegakan
kompleksitas komunikasi modern yang lebih hukum, kualitas kerja rendah, kemiskinan dan
realistik. Dimensi-dimensinya yang diperluas kotornya hati. Hendrikus (1991: 41)
membekali permulaan dari suatu teori menyatakan bahwa retorika merupakan seni
retorika kontemporer dan ide-idenya untuk berbicara baik yang dicapai
melengkapi satu pandangan yang istimewa berdasarkan bakat alam dan keterampilan
terhadap persuasi sebagai suatu perkenalan teknik.
kepada pendekatan-pendekatan mikro Perlu ditegaskan bahwa mode utama
psikologis yang lain. dari persuasi dan komunikasi massa pada
Untuk keperluan itu, dia menawarkan masa klasik adalah public speaking. Sebagai
4 (empat) argumen guna menyokong satu hasilnya adalah semua teoretisi pada masa
teori yang lebih luas dan kontemporer. itu membahas bicara sebagai suatu saluran
Pertama, studi retorika Aristotelian adalah komunikasi. Fokus utama public speaking
suatu teori kegiatan retorika yang deskriptif adalah mencermati berbagai persoalan
sebagai satu perangkat prinsip. Kedua, satu ketika kita mencoba untuk menerapkan teori
aplikasi yang kontemporer dari teori ini akan retorika pada masa kini, sebagaimana kita
melibatkan situasi abad kedua puluh (atau bisa terlihat dari komentar Brockriede yang
setelahnya, [sic, penulis]). Ketiga, satu teori kontemporer atas teori Aritoteles (Littlejohn,
yang dinamis dan komprehensif. Keempat, 1978: 160). Di samping itu, public speaking
teori seperti itu akan menguntungkan untuk juga membawa pada tanggung jawab. Oleh
para peneliti, para kritikus dan pengajar. karena itu, ia dituntut besifat etis (Verderber,
Analisis Brockriede dimulai dengan 1991: 13).
beberapa asumsi penting. Retorika, Dua puluh lima abad berikutnya,
menurutnya, meliputi semua bidang aktivitas publik speaking merupakan sarana utama
komunikasi, baik publik maupun interper- untuk membentuk opini publik. Pembicara
sonal. Teori semacam ini merangkum secara melaksanakan transaksi komunikasinya di
induktif dari observasinya di masa lalu depan publik, baik dengan menggunakan
maupun masa kini dan ini melengkapi simbol-simbol oral maupun visual dalam
pandangan interaktif dari berbagai proses suatu konteks tertentu. Semua proses untuk
yang kompleks yang terkait. Teori retorika meyakinkan itu terkait dengan suasana pada
kontemporer menggarisbawahi dimensi aksi saat itu, yaitu untuk membangun demokrasi
retorika yang mendasarinya, yang saling dan pengambilan keputusan demokratis.
berhubungan satu dengan yang lain. Pada Cohen (1998: xii) menegaskan,
saat seseorang berdiri dan berbicara di
The formal study of rhetoric was important
depan sekelompok orang, “hendaknya orang
165
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
166
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
merupakan suatu wujud dari kepribadian segumpal darah apabila benar maka
komunikatornya yang sangat memengaruhi benarlah seluruh dirinya, namun bila
gaya bicaranya. Melalui pendalaman situasi rusak maka rusaklah semua dirinya.”
dan kondisi psikologis figur dapat dicermati Dua dalil tersebut memandu oleh
adanya kekuatan komunikasinya. Jati diri itu praktik, maka muncul konsep
melekat dalam diri seseorang dan memancar Manajemen Qolbu yang
ke dalam pribadi orang tersebut. Pada menegaskan: hati perlu ditata agar
kepribadian terdapat aspek psikologis, tidak (menjadi) sakit, sehingga dapat
sosiodemografis, dan kebahasaan. menumbuhkan potensi positifnya
sebanyak mungkin. Itu dikenal
1) Faktor Psikologis
dengan ‘Manajemen Qolbu (MQ)’
Aspek psikologis diamati melalui landasan konseptual dakwahnya. MQ
anasir, yaitu: self presentation, self monitor- menjadi ciri khas Aa Gym, baik
ing, ekstrovert dan introvert, dan dominasi- sebagai ‘pendekatan dakwah’
ketundukan. maupun ‘merek dagang.’ Kemajuan
a) Self Presentation KH. Abdullah Pesantren DT tidak bisa dilepaskan
Gymnastiar Ada 3 (tiga) hal yang dari kemampuan dan keprigelan Aa
menjadi titik kuat dalam aktivitas Gym dalam mengkomunikasikan,
dakwahnya; meliputi (1) Pemahaman menyosialisasikan, dan meyakinkan
konsep komunikasi dakwah; (2) Bahasa ide-idenya ke masyarakat.
komunikasi dakwah; dan (3), Aktivitas Komunikasi dakwah Aa Gym yang
dakwah yang inovatif. dibakukan untuk Pesantren, bertolak
(1) Pemahaman Konsep Komunikasi dari pengertian dakwah yang
Dakwah. Berbeda dengan pendapat dikonsepsikan sebagai ‘Dakwah MQ,’
orang pada umumnya yang yang intinya: “MQ itu menyangkut
menyatakan bahwa dakwah berarti hati.” Yang disentuh pertama kali oleh
mengajak orang lain kepada dakwah Aa Gym adalah hati, bukan
kebenaran, dakwah menurut KH. akal; akal mengikutinya. Karena akal
Abdullah Gymnastiar adalah upaya masih bisa menghindar, bila pikiran
untuk “mengajak diri sendiri untuk yang tersentuh. Kalau akal yang
berubah menuju ke arah yang lebih tersentuh masih bisa berkelit, namun
baik, baru kemudian mengubah or- bila hati yang tersentuh tidak bisa
ang lain” (Pidato [selanjutnya:P]-6). apa-apa. Kalau hati orang sudah
“Mengajak orang atau pihak lain sayang ya orang berbuat salah juga
dengan terlebih dahulu memgubah dimaklumi. Tapi kalau hati orang
diri sendiri,” (Wawancara sudah benci (perbuatan benar pun
[selanjutnya: W]-5) dan secara bisa dicela.”
bersamaan “menuju ke arah yang Sikap lembut, menyantuni dan
lebih baik dalam kehidupan sehari- menyayangi ini sudah jadi khitthah
hari berlandaskan ajaran Islam.” dakwah Aa Gym yang dibakukan di
(W-5). Jadi, subjek pelaku terlebih Pesantren DT dengan tetap menghargai
dahulu mengamalkan isi pesannya pendapat orang lain yang berdakwah
untuk dirinya sendiri, orang lain dengan gayanya sendiri, misalnya
mengikutinya. Landasan filsosofis menggunakan cara-cara yang agak
tentang ‘sikap dalam berdakwah’ keras, radikal, atau bahkan ekstrem.
yang sering diungkap oleh Aa Gym Biarlah ada kelompok yang
dalam berbagai ceramahnya (P-13) membongkar, namun harus ada pula
diambil dari QS. Ali-Imran [3]: 159). yang membangun, dan “DT adalah
Ayat itu dipadukan dengan hadis Nabi kelompok yang berupaya untuk
Saw., “di dalam diri manusia terdapat membangun. Inilah prinsip Dakwah Aa
167
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
Gym.” (W-16). Prinsip ini dipegang kontak dengan jamaah ini Aa Gym sering
teguh oleh pimpinan Pesantren DT meminta respon atau tindakan dari jamaah.
dengan para jajarannya. Aa Gym sering meminta hadirin membawa
(2) Bahasa Komunikasi dakwah Aa Gym temannya pada malam Jumat depan sambil
menggunakan bahasa verbal, nonver- menyatakan, “ Cung …..siapa yang akan
bal, dan behavioral . Apa yang membawa temannya malam Jumat
disampaikan menjadi kuat karena mendatang?” atau “Cung…., siapa yang
diselami dan dihayati terlebih dahulu. malam ini kemari diajak oleh temannya?’
Bahasa singkatan juga menonjol dalam Dengan adanya respon tersebut, maka
pengajiannya. Singkatan menjadi sebenarnya hadirin diajak beraudiensi
pemandu pembicaraannya. olehnya.
(3) Komunikasi Dakwah yang inovatif .
2) Faktor Sosio Demografis
“Menyajikan hal-hal baru yang bisa
menggugah dan menarik perhatian a) Hubungan Status-Kekuatan
audiens” (W-18). Menyampaikan ide Aa Gym saat ceramah menjadi
dengan baik adalah kunci memberikan perhatian utama jamaah. Pada saat yang
pemahaman. sama, dia pun melihat ke jamaah yang
ada di depannya dengan sorot mata
b) Self Monitoring Aa Gym yang tajam, sesekali bola matanya
Saat berceramah Aa Gym tampak bergerak ke kanan dan ke kiri.
ekspresif: mimik muka, sorot mata di balik Diperhatikanlah jamaahnya dengan
kacamatanya selalu lincah melihat ke jamaah; saksama sehingga apa yang muncul di
intonasi suaranya berat bergetar mantap. raut wajah jamaahnya selalu menjadi
Suara itu mengekpresikan apa yang sedang perhatiannya.
disampaikannya. Nada suaranya naik-turun,
b) Ras/Kultur Suku
lambat-cepat, dan selalu dibumbui humor-
Dialek Sunda terkadang muncul di
humor kondisional yang membuat pendengar
tengah-tengah pidatonya, yang
tertawa riuh.
memberikan per tanda bahwa Aa Gym
c) Ekstrovert –Introvert lahir dan dibesarkan di Tatar Priangan.
Aa Gym bersikap terbuka dalam Logat Sunda dalam presentasi Aa Gym
kehidupan sehari-hari. Dalam arti, dia menjadi ciri adanya pengaruh budaya
menyerap pengalaman orang lain, dan Sunda dalam bahasa lisan yang terasa
menyampaikannya ke jamaahnya. pas bagi wilayah penerimanya.
Keterbukaan sikap ini tampak dari
pembicaraannya, saat ia ceramah selalu 3) Kebahasaan
membuka diri untuk mengutip pendapat para
Pada diri komunikator terdapat
ulama, pakar, tokoh, atau anggota
kebahasaan yang sangat menonjol di mana
masyarakat yang ditemuinya atau dikenalnya
seseorang dapat menyampaikan pesan
secara dekat. Ada referensi yang dijadikan
ajaran Islam melalui bahasanya. Melalui
acuan dalam ceramahnya. Pemikiran orang
bahasa, komunikator memeroleh sambutan
lain dihargai, dan Aa Gym tidak ngotot
yang baik, dan atau sebaliknya. Dari uraian
mempertahankan pendapat sendiri. Meski
di atas tampak bahwa karakteritik
pendapatnya benar, ia tetap memberikan
komunikator Aa Gym ada pada gaya dra-
kesempatan pihak lain untuk berbeda.
matic-friendly.
d) Dominasi/Ketundukan
a. Pembinaan Kehidupan Beragama
Intonasi suara Aa Gym saat ceramah
Jamaah melalui Komunikasi Dakwahnya
mengalami naik-turun, sesuai dengan
pentingnya pembicaraan. Dalam urusan Aa Gym melalui komunikasi
168
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
169
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
mengajak orang kepada kebaikan dan topik khusus yang diberikan penjelasan
melarang dari kemunkaran yang dan pemaparannya secara mendalam.
dilaksanakan dengan cara yang bijak Keluasaan ilmu dan pikirannya menjadi
( Al-Hikmah [QS 16: 125]) pula. satu daya tarik dan kekuatannya dalam
Terutama mengajak melalui pembinaan berpidato. Apa yang sudah pernah
berpikir. Pemikiran ditata, dan ditulis atau dibaca olehnya, sulit
perbuatan mengikutinya. dilupakan, dan itulah yang menjadi
energinya yang mengalir terus dalam
b) Self Monitoring
pidatonya (pengajian).
Sifat pribadi Kang Jalal adalah spontan
Penghargaan terhadap kebebasan
dan suka bicara terbuka (transparan)
berpendapat sangat dijunjung tinggi
dalam memberikan respon terhadap
olehnya. Tindakan pihak lain
permasalahan yang ada. Kang Jalal
(penyerang) hanya di counter secara
kurang suka basa-basi dan berpikir
verbal. Untuk bertindak lebih jauh,
melingkar, tetapi langsung fokus dan
secara moral, dia tidak boleh. Dia tetap
tujuan yang ingin dicapainya. Meskipun
memihak kepada hak sipil. Meski suatu
sangat sibuk, namun dalam hal ceramah
paham dianggap salah, namun ia tetap
dipersiapkan dengan membaca kitab-
berhak untuk hidup di tengah-tengah
kitab malam Minggu sepulang dari luar
masyarakat, jika ada warga yang mau
kota, atau bila tidak sempat maka
mengambilnya sebagai pahamnya itu
kitabnya dibaca setelah Subuh. “Saya
(juga) kebebasannya. Kang Jalal juga
tidak bisa memberi pengajian tanpa
selalu membuka diri dan bercerita
membaca kitab terlebih dahulu,”
tentang pengalamannya.
demikian akunya. Terkadang saat
bicara itu beliau meminta asistennya
d) Dominan/Ketundukan
untuk mengambilkan kitab-kitab Arab di
Meski sudah berjalan lebih dari duapuluh
perpustakaan. Kadang ia bicara ke
lima tahun kiprah dakwah, sosial dan
anaknya, Miftah F.R., dengan bahasa
pendidikan membina kader-kader Mus-
Persia. Terkadang mencari ayat tertentu
lim generasi muda Muslim, dia tidak
dalam Al-Quran yang dibukanya
mendominasi pembicaraan di mimbar.
langsung. Jadi, sifat pengajiannya ini
Tidak merasa yang paling berjasa. Ini
agak santai, tidak terlalu formal, namun
dibuktikan dari beberapa kali dia minta
tetap berbobot. Salah satu ciri khasnya
ditunjukkan surah dan ayat Al-Quran
saat memberi ceramah adalah kain
tertentu saat beliau sedang bicara,
sarung, peci hitam, dan baju koko. Tidak
karena boleh jadi dia lupa. Di samping
pernah pakai surban. Untuk pengajian
itu, dia memberi kesempatan jemaah
Minggu, dia mengusahakan untuk
untuk bertanya. Bahkan kalau ada
mengisinya sendiri, sesibuk apa pun
pertanyaan yang tidak pas dia
dirinya. “Karena dari situlah saya bisa
meluruskannya.
memerory kan bahan-bahan yang sudah
dibaca itu, yaitu ketika sudah 2) Faktor Sosio Demografis
disampaikan kepada jamaah. Jadi,
a) Hubungan Status Kekuatan
sebenarnya jamaah telah membantu
Saat berbicara, Kang Jalal melihat
saya untuk mengingat-ingat”, akunya.
kepada jemaah, namun tidak cukup lama
c) Introvert dan Extrovert karena pada saat yang hampir bersamaan
Saat berceramah, KH. Jalal mengambil dia melihat ke bawah, ke mimbarnya yang
satu tema yang menjadi semangat tersimpan kitab Arab yang dibacanya. Di
perjuangannya. Tema besar itu samping buku, Kang Jalal juga membawa HP-
merupakan ‘ideologi’ perjuangannya nya guna melihat ayat-ayat Al-Quran yang
yang kemudian dijabarkan dalam topik- diperlukan karena sudah di-install dalam HP-
170
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
171
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
172
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
tahmid, syadatain, sholawat kepada (2) Kekuasaan pada Aa Gym diperoleh dari
Nabi Saw., pembacaan ayat Al-Quran keahlian ( expertise ) manajemen dan
dan Hadis Nabi Saw., uraian dan kewirausahaan. KH. Jalal diperoleh dari
penjelasan, tanpa kesimpulan, doa, dan penguasaan informasi dan wawasan
penutup. Namun, sebelum metutup KH. ilmu.
Jalal memberi kesempatan untuk (3) Gaya bahasa Aa Gym bercorak simbolik-
bertanya (secara tertulis), sedangkan ilustratif dengan imbauan emosional.
Aa Gym tidak. Kadang Aa Gym pada fo- Bahasa KH. Jalal bersifat referensial
rum yang lain (selain malam Jumat) juga dengan imbauan rasional-faktual.
memberikan kesempatan untuk Bahasa ilustrasi Aa Gym elaborated.
bertanya jawab. Ada feedback jamaah. Kang Jalal restricted.
(7) Muatan ideologis . Pada Pak Jalal, (4) Isi pesan dakwahnya Aa Gym bercorak
ideologinya bersifat nyata (manifest ide- ma’rifatullah, keluarga sakinah,
ology ): Syi’ah sebagai ideologi kepemimpinan, dan kemandirian,
memandu pembahasan materi. dengan pendekatan skriptural-literal. Isi
Sedangkan pada Aa Gym, ideologinya pengajian KH. Jalal, keberagamaan
tersembunyi (latent ideology); ideologi inklusif, makna kebahagiaan, dan
ekonomi. sejarah Islam kritis, dengan pendekatan
(8) Media komunikasi untuk dakwah faktual-rasional.
digunakan oleh keduanya, baik media (5) Retorika publik Aa Gym bersifat
kelompok maupun massa. Meski menghibur; KH. Jalal bersifat menjual
kadarnya berbeda. (menawarkan informasi).
(9) Konteks waktu bagi komunikasi publik (6) Retorika dalam pengajian (komunikasi
(public speaking)-nya dipertahankan. dakwah) Aa Gym lebih ke arah dialog
Aa Gym malam Jumat dan Ahad, (tepatnya: monolog, [sehingga boleh
sedangkan Kang Jalal Ahad pagi. disebut retorika monologis]); KH. Jalal
Kehadiran mereka di tengah jamaah lebih retorikanya bersifat dialektika,
memiliki makna tersendiri bagi sehingga dapat disebut retorika dialektis.
jamaahnya dan lembaganya. (7) Penggunaan media Aa Gym dilakukan
(10)Keduanya menyantuni orang-orang dengan cara menampilkan sosok yang
lemah. Aa Gym menyantuni orang cacat popular yang dititikberatkan pada self-
dan miskin; Kang Jalal menyantuni or- presenting dan self monitoring. Media
ang miskin dan cacat. massa Kang Jalal, cetak, agar pesannya
(11) Dalam memimpin organisasinya, sosial, dapat ditelaah ulang lebih intens.
dan keduanya memiliki wibawa yang (8) Konteks komunikasi dakwah Aa Gym
baik, tidak vested interest . Suara adalah pembinaan kehidupan beragama
dakwahnya independen tidak terkooptasi pada sentuhan hati, dan pengenalan diri
oleh kepentingan kekuasaan, sehingga dengan komunikasi nonverbal,
umat memercayai keduanya (sampai percontohan dan pelatihan; KH. Jalal
pertengahan 2007). membina berpikir kritis dan wawasan
(12) Retorika dakwah keduanya sama-sama keislaman yang luas.
melahirkan gerak dan perubahan sosial. (9) Aa Gym memandang jamaah sebagai
sahabat yang terkembang menjadi
2. Pembedahan Anatomi Komunikasi fans. KH. Jalal memandang jamaah
Dakwahnya sebagai individu yang perlu disentuh
akalnya dengan memberikan ilmu-ilmu
(1) Gaya komunikator kedua Kiai ini secara sistematis, jamaah terkembang
berbeda: Aa Gym dramatic dan friendly; menjadi murid.
KH. Jalal contentious dan open (terbuka). (10) Masing-masing retor dakwah ini memiliki
173
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
174
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
Tabel 1
Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin Rakhmat
dalam Membina Kehidupan Beragama Jamaah
Karakteristik - etos baik dengan tingkat - etos baik dengan kredibilitas kuat
Komunikator kredibilitas pada keahlian bidang yang lahir dari kecendekiaannya,
Etos moral, life skill dan dakwah inovatif berpihak pada paham minoritas dan
lapisan bawah (al-Mustadl’afin).
Ciri Kepribadian - sadar self present ation ,self - kurang mem perhatikan self presen-
monitoring, exrovert, dom inant, tation self monitoring, sedikit
- kekuasaannya pada keahlian dominant,
(expertise) pada lifeskill - kekuatannya pada informasi keilmuan
- sadar pentingnya popularitas
Pembinaan sebagai - membina akhlak, keluarga sakinah, - membina akhlak, berpikir kritis, dan
Konteks Komunikasi amal Ibadah, makna kebahagiaan
Dakwah - kewirausahaan dan kemandirian - rutin dan insidental dengan jamaah
- rutin dan insidental dengan jamaah yang relatif tetap
yang lebih besar - akhlak (keberagamaan yang inklusif),
- ada konteks psikologi sosial
Pola Komunikasi - pemberian materi/ tema-tema pada - materi lebih diarahkan untuk
komunikasi. Dakwah untuk membuka wawasan pengetahuan,
Dakwah
membina hidup beragama pada bernalar, dan berpikir kritis;
ranah tertentu
- membina keyakinan, menyentuh - pelayanan terhadap yang lain
hati, menggerakkan amal, dan diberikan dengan cara tertentu.
berlatih keterampilan.
175
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
dua hal: (1) segmentasi audiensnya dan (2) (1) Pola komunikasi dakwah kedua
tujuan pembinaannya. Bila yang menjadi dai (retor) yaitu, pada: Aa Gym ‘semi deliv-
uadiensnya masyarakat awam dan kaum ering extemporaneously dan impromptu,’
ibu, maka model Aa Gym cocok, namun bila sedangkan KH.Jalal yaitu ‘semi reading
yang menjadi sasaran itu kaum terpelajar manuscript dan impromptu.’
yang sesungguhnya (sejati, dan bukannya Temuan teori ini sedikit berbeda
ditekankan kepada prediket mahasiswa dengan teori yang ada pada literatur
semata) dan intelektual, model disarankan komunikasi umumnya. Pada pola komunikasi
adalah model KH. Jalal. yang umum, langkahnya disebut delivering
Demikian pula bila yang menjadi Extemporaneously (menyampaikan pokok-
sasaran pembinaan itu membina suasana pokok pikiran dan uraian), impromptu
hati dan perilaku amal saleh, maka model (berbicara langsung apa yang diingat oleh
Aa Gym tepat. Sedangkan bila yang menjadi komunikator karena tanpa persiapan), dan
sasaran pembinaannya adalah berpikir kritis, reading manuscript (membaca naskah atau
sikap hidup inklusif, model Kang Jalal layak teks). Sedangkan pada komunikasi dakwah
dipergunakan. ini, karena kajiannya bertolak dari kitab suci
(4) Baik Aa Gym maupun Kang Jalal, dan hadis Nabi Saw. yang keduanya
memiliki kekuatan penggunaan media. Me- melandasi kupasan buku-buku Arab. Namun
dia komunikasi dakwah yang bersifat inter- pada komunikasi dakwah kedua Kyai ini pola
personal, kelompok, dan massa. Media komunikasi dakwahnya dengan membaca
massa membawa konsekuensi pada tingkat kitab-kitab tertentu. Tetapi, pembacaan
keterlibatan (involvement) jamaah. kitab-kitab itu hanya di awal saja, karena
Media cetak mengarahkan ke pada selanjutnya materi pengajiannya mengalir
high involvement jamaah KH. Jalal untuk sesuai dengan kehendak retor dakwah,
melatih berpikir kritis-analitik. Sedangkan namun tetap relevan dengan tema pokok
media elektronik, mengarahkan kepada yang dibahas, sehingga penulis melihat
tingkat keterlibatan rendah (low involvement) adanya pola komunikasi yang campuran —
digunakan oleh KH. Aa Gym untuk dan tidak sepenuhnya seperti dalam literatur
membangun kesenangan figur dan konvensional — Karena itu, penulis
memengaruhi emosi. menyebutnya sebagai semi delivering ex-
(5) Bahasa nonverbal (dalam arti temporaneously dan impromptu (jadi
yang diperluas [mencakup behavioral])yang perpaduan antara keduanya).
meliputi percontohan, pelatihan, dan (2) Penggunaan metode komunikasi
magang. Di sini, figur dai utama dibantu oleh dakwah yang baku yang disebut al-Hikmah,
para asistennya (two step flow of communi- al-Mau’idhah al-Hasanah, dan al-jidal allati
cation) untuk menyebarkan pesan-pesan hiya ahsan pada seorang da’i memiliki
komunikasinya. kecenderungan masing-masing.
Metode dakwah Aa Gym adalah al-
2 Teori Komunikasi Dakwah yang Mau’idzah al-Hasanah untuk jamaah awam,
Relevan sedangkan metode KH. Jalal adalah al-Jidal
Penelitian ini menemukan teori
allati hiya ahsan adalah untuk jamaah kritis.
(3) Di balik emosionalitas pesan yang
komunikasi dakwah yang penulis sebut,
verbal, terdapat rasionalitas tindakan dalam
“Komunikasi Dakwah Berbasis Karakteristik
bidang usaha; di balik rasionalitas pesan
Komunikator ”. Intinya: “Efektivitas
terdapat emosionalitas sikap keberpihakan
pembinaan kehidupan beragama pada
kepada yang lemah (al-mustadl’afin).
komunikasi dakwah berkaitan dengan
Jenis pesan komunikasi dakwah Aa
Karakteristik komunikatornya.”
Gym bersisi emosi, namun tidak berarti
Selanjutnya, tampak pola komunikasi
meninggalkan sisi rasionalitas dalam dunia
dakwah, sebagai berikut:
176
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
usaha (bisnis). Jenis pesan KH. Jalal rasional, Islamiyah, dan keluarga sakinah; serta (3)
namun ada sisi emosional dalam kepemimpinan dan kemandirian. Sedangkan
keberpihakan kepada kaum yang tertindas isi pesan komunikasi dakwah KH. Jalal
( al-Mustadl’afin), dan minoritas beragama kategorinya adalah: (1) pembinaan Akhlak,
(kelompok sempalan (splinter [terutama: persaudaraan yang inklusif, dan pluralisme;
Syiah, dan nasrani]). (2) sejarah Islam berpendekatan kritis
(4) Isi pesan komunikasi dakwah mengetengah-kan fakta-fakta; (3) psikologi
berkaitan dengan tujuan pembinaan kehidupan agama dan makna kebahagiaan yang
beragama melalui komunikasi dakwah. membentuk sikap positif dan beramal saleh.
Isi pesan dakwah Aa Gym cocok untuk Keempat, media komunikasi dakwah
membina bidang kehidupan beragama kedua retor dakwah dai mempertimbangkan
tertentu, yaitu: kepercayaan, kesadaran efisiensi, efektivitas, dan kelayakannya. Me-
batin, dan kemandirian. Sedangkan pesan KH. dia interpersonal (seperti telepon, SMS),
Jalal berperan untuk membina nalar (dan media komunikasi kelompok seperti in-focus,
berpikir kritis), kehidupan yang inklusif, dan tv circuit, papan tulis, dan buletin digunakan
pembinaan mental remaja. karena mudah dan terjangkau. Media massa
digunakan Aa Gym karena dipandang sebagai
III. PENUTUP media yang besar pengaruhnya untuk
mencitrakan dakwah bermuatan “Manajemen
Dari uraian tersebut, dapat diajukan
Qolbu” (MQ) membutuhkan audio-visual. Me-
beberapa hal penting sebagai berikut:
dia massa elektronik pancar intensif
Pertama, gaya komunikasi Aa Gym
digunakan Aa Gym karena dipandang mampu
dramatic dan friendly; KH. Jalal memiliki gaya
mengangkat citranya dan mem
contentious dan opened.
populerkannya. Pada kondisi audiens yang
Kedua , tujuan Komunikasi dakwah
tingkat keterlibatannya pada pesan rendah
keduanya membina kehidupan beragama
(low involvement) tepat menggunakan me-
jamaahnya. Aa Gym membina keyakinan
dia siar (radio) dan pancar (televisi).
(kepercayaan), perilaku, persaudaraan, amal
Sedangkan KH. Jalal banyak menggunakan
ibadah (sosial), dan kepemimpinan/
media komunikasi massa cetak (press atau
kemandirian. Pembinaan kehidupan
publishing) karena masyarakat diajak untuk
beragama tergantung pada bidang-bidang
berpikir kritis, objektif, dan mendalam. Me-
yang dibinakan oleh retor dakwah.
dia massa cetak (published material) dipilih
Pembinaan kehidupan beragama jamaah
karena memberi kesempatan kepada jamaah
melalui komunikasi dakwah dilakukan dengan
lebih leluasa untuk mengkaji ulang pesan
berbagai bidang. Bahasa lisan dan teladan
dakwahnya secara saksama. Jamaah Kang
figur. Pembinaan kehidupan beragama
Jalal berhadapan dengan media relatif lebih
komunikasi KH. Jalal intens membina bidang
aktif dibandingkan dengan jamaah Aa Gym,
kehidupan beragama yang inklusif, berpikir
karena perilaku jamaah Kang Jalal berada
kritis, dan menemukan makna kebahagiaan
dalam kondisi high involvement; jamaah
hidup. Pembinaan akhlak dipraktikkan secara
mencari pesan dan menganalisisnya. Dalam
langsung behavioral, bukan berhenti pada
kondisi berpikir penuh (mindfulness).
bahasa verbal.
Kelima, kedua Kiai prinsipnya sama-
Ketiga, pesan-pesan komunikasi
sama bersifat melayani jamaah. Jamaah
dakwah kedua retor dakwah ( dai)
dipandang oleh kiai sebagai mitra (aktif)-nya.
bersumber ajaran Islam ditujukan ke arah
Ada beberapa spesifikasi yang membedakan
pembinaan bidang keagamaan tertentu. Ada
pandangan kedua dai ini terhadap
titik temu antara tujuan pembinaan dengan
jamaahnya. Aa Gym memandang
isi pesan komunikasinya. Kategori isi pesan
jamaahnya lebih bersifat bersahabat
komunikasi dakwah Aa Gym adalah: (1)
( friendly ) dengan sifat hubungannya
ma’rifatullah;, (2) akhlak, ukhuwwah
177
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
178
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180
179
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.
Formulir Berlangganan
Saya ingin berlangganan untuk (lingkari yang diperlukan):
Data Pelanggan
Nama : ………………………………………………………………..........
Alamat : ……………………………………………………………………..
Telp. & faks : ……………………………………………………………………..
E-mail : ……………………………………………………………………..
Keterangan:
• Harga langganan per eksemplar Rp 20.000,00 (sudah termasuk ongkos kirim).
• Jurnal MIMBAR terbit dua kali dalam setahun.
• Bila telah diisi lengkap, mohon Formulir ini dimasukkan amplop beserta bukti pembayaran dan
dikirimkan ke alamat Jurnal Sosial dan Pembangunan MIMBAR..
• Permohonan langganan dapat juga dilakukan via pos, e-mail, atau telepon.
_______________________________
180