Anda di halaman 1dari 20

MIMBAR, Vol. XXV, No.

2 (Juli - Desember 2009): 161-180

Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar


dan KH. Jalaluddin Rakhmat

BAMBANG SAIFUL MA’ARIF

Fakultas Dakwah Unisba, Jl. Tamansari No.1 Bandung, email: Basmar_ali@yahoo.com

Abstract

Two prominent da’i in Indonesia become the centre of this research. Based
on Rhetorical Criticism which focused on communication actors, message,
and language factors, this paper examines the rhetoric style of two da’i:
KH Jalaluddin Rakhmat and KH Abdullah Gymnastiar. A thorough litera-
ture study was conducted over texts written by those two Islamic schol-
ars. Paired with interview and observation on each majlis, research has
found that da’i point of view concerning his audience is matched with
their communication style. Moreover, life history, personal capacity, and
different emphasis in religious exercisizing became factors which deter-
mine their rhetoric style.

Kata kunci: pola komunikasi, komunikasi dakwah

I. PENDAHULUAN bukan paksaan, itulah salah satu fungsi


komunikasi dakwah. Oleh karenanya, dakwah
Komunikasi dakwah menyampaikan Islam dilakukan dengan cara persuasif.
pesan-pesan keagamaan dalam berbagai Pesannya dipahami dan diamalkan oleh
tatanan agar jamaahnya terpanggil dan umat. Komunikasi dakwah berlangsung
merasakan pentingnya nilai Islam dalam dengan menggunakan simbol dan lambang-
kehidupan. Di antara tatanan komunikasi lambang, karena manusia adalah makhluk
dakwah adalah interpersonal, publik, dan bersimbol (symbolicum animale). Lambang
bermedia. Pada tataran interpersonal, adalah ekspresi dari manusia (Tasmara,
komunikator dakwah (dai) mengajak orang- 1987: 3).
perorang mengamalkan Islam. Pada tataran Dakwah Islam berupaya untuk
publik, dai memasyarakatkan nilai Islam di menegakkan kepribadian yang berakhlaqul
berbagai majelis taklim, pesantren dan karimah . Herman Soewardi (2003: 26)
masjid. Sedangkan pada tataran media, da’i mengajukan 3 (tiga) tujuan operasional
menyebarluaskan ajaran agama dengan dakwah, yaitu: menjadikan orang lurus dan
menggunakan media. benar dengan melakukan kebaikan dan
Penyebarluasan ajaran Islam menghilangkan kemungkaran (amar ma’ruf
dilaksanakan oleh siapa saja, baik di desa dan nahyi munkar); melahirkan kekuatan
maupun di kota secara bijak dan damai. pada diri seseorang melalui karya-karyanya;
Jamaah “tergugah, tanpa melalui tekanan karsa; tinggi profesionalisme di bidang
fisik, untuk berubah” (Brown, 1972: 9). masing-masing. Dakwah Islam diarahkan
Mengadakan perubahan melalui kesadaran, pada terbinanya kesalehan pribadi dan

161
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

sosial. Al-Quran dan Nabi Saw. Sedangkan K.H.


Sejarah mencatat bahwa para kiai Salimuddin A. Rahman, MA. (dosen PTS di
telah memberikan sumbangan kepada Bandung [dalam Gandaatmadja, Shodiq dan
bangsa Indonesia sejak dulu. Sebagai Firdaus, 1989: 151]) menyatakan,
pribadi, ia melaksanakan dakwah di KH. Jalaluddin Rakhmat tulisannya
masyarakat. Sebagai pimpinan pesantren, ia cukup ilmiah karena dilengkapi dengan sci-
membimbing masyarakat untuk mandiri dan entific research yang menyoroti Islam,
memeroleh kemajuan dalam berbagai namun isinya bertentangan dengan norma-
bidang, sehingga mereka dapat mem eroleh norma akidah dan akhlak Islam.
penerangan batin. “Pesantren berperan Aktivis dakwah lain, lebih menonjolkan
dalam kegiatan politik, kegiatan wadahnya seperti: LDII, dan Hizbut Tahrir
perdagangan, dan pembukaan daerah (HT). Hizbut Tahrir (HT) mendakwahkan
pemukiman baru” (Rahardjo, 1995: 10). Kiai pentingnya sistem khilafah di dunia modern
memberikan kontribusinya bagi penguatan karena sistem pemerintahan modern yang
kehidupan beragama Muslim. diterapkan di berbagai negeri Islam tidak
Dakwah Islam seharusnya dilaksana- mampu menjawab problematika umat Islam
kan secara bijak (QS 16:125). Namun, dalam Alih-alih metode menyelesaikan masalah,
kenyataannya seringkali tidak seperti itu. sistem demokrasi, malah justru
Komunikasi dakwah seringkali belum mampu menyebabkan kemunduran Umat; Jemaah
membuka pemikiran dan kesadaran umat. Tabligh (JT) mengampenyakan pentingnya
Pesan-pesan agama mestinya dilaksanakan meninggalkan rumah untuk berkhidmat
dengan simpatik dan rasional, namun fakta (khuruj) pada masyarakat Muslim.
menunjukkan masih banyak orang Islam Banyak fakta ironis keberagamaan
yang bertaklid. Akibatnya, kaum Muslim Muslim yang perlu dikoreksi, di antaranya:
masih belum mampu berpikir kritis, intoleransi dan kekerasan semuanya
mengekor (Suminto [ed], 1989:88). berkelindan pada ajaran dan doktrin para
Media massa sebagai sumber ulama … Al-Quran secara mudah dan jelas
informasi dan hiburan utama umat Islam telah mengajarkan segala kebaikan untuk
dalam mengusung nilai-nilai edukatif lebih umatnya. Peristiwa buruk yang menimpa
banyak sifat informasi hiburan (edutainment masyarakat Muslim sesungguhnya
dan infotainment ), dengan tetap bersumber dari penyimpangan terhadap
menonjolkan bisnisnya, bukan sebagai ajaran Al-Quran (Poerhassan, 2002: 6).
yang bisa dianut. Media massa banyak Sampai satu dasawarsa yang lalu,
mengekspos cerita misteri dan mistik yang orientasi masyarakat beragama hanya
ramai disambut oleh masyarakat; seolah- didominasi oleh organisasi sosial keagamaan
olah dapat memuaskan keingintahuan tradisional (konvensional), seperti Nahdlatul
mereka gaib. Padahal, kebenaran peng- Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persatuan
ungkapan “dunia gaib” di televisi tidak pernah Islam (Persis). Sepertinya tak ditemukan
tuntas, karena sulit untuk dibuktikan terobosan baru yang lebih menggigit.
kebenarannya. Akibatnya, pikiran logis dan Padahal, bila dicermati secara seksama, ada
kritis umat terbelenggu; berpikir kurang satu terobosan dakwah Islam yang dilakukan
rasional. oleh pribadi-pribadi, misalnya KH. Abdullah
Sekelompok aktivis dakwah mencap Gymnastiar dan KH. Jalal. Di saat kondisi
kelompok luar golongannya sebagai “kafir” dakwah menjadikan umat Islam cenderung
(dalam Helmi, 1986). Sementara itu, KH. pasif, isi pesan komunikasi dakwah KH. A.
Athian M. Ali Da’i, Ketua Forum Ulama Gym terasa sejuk dan mengayomi.
Ummat Indonesia (FUUI), mencap KH. Kedua figur dakwah ini diambil
Jalaluddin Rakhmat “telah keluar dari Islam” sebagai kajian utama tulisan ini karena: (1)
karena berpaham Syi’ah yang menghujat Secara struktural tidak berada dalam
sahabat Nabi Saw. yang justru dihargai oleh organisasi sosial keagamaan konvensional,

162
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

seperti NU, Muhammadiyah, dan Mathla’ Beragama Jamaahnya di Bandung?”


ul-Anwar ; (2) Tidak lahir dari ‘atas’ Penelitian ini bermaksud untuk
dengan prakarsa pemerintah (Departemen memeroleh Pola Komunikasi Dakwah kedua
Agama RI), tetapi dari jemaah pengajian; Kiai ini dalam membina kehidupan beragama
(3) Membangun organisasi dakwah yang jamaahnya di Bandung.
berbasis jemaah; (4) Sama-sama memiliki Sedangkan tujuannya untuk
visi membangun umat Islam; dan (5) mengungkap konsep baru tentang:
Banyak menyosialisasikan tema-tema (1) Karakteristik komunikator dakwah KH.
akhlak dan persaudaraan Islami. Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin
Figur KH. Jalaluddin Rakhmat, sebagai Rakhmat sebagaimana tercermin pada
intelektual Muslim dan bercitra akademis gaya komunikasinya;
(Malik, 1992: 156), membina generasi muda (2) Bidang-bidang kehidupan beragama
untuk berpikir kritis-rasional, bersikap non- sebagai konteks komunikasi dakwah
sektarian, dan bermental positif untuk kedua Kiai melalui komunikasi
meraih prestasi. Peduli kepada mereka yang dakwahnya;
tertindas dan lemah (al-mustadl’afin ), (3) Isi pesan, dan struktur pesan dan jenis
memiliki komitmen untuk ‘Pencerahan imbauan pesan komunikasi dakwah
Pemikiran’. KH. Jalal membawa jemaahnya Kedua kiai dalam membina kehidupan
ke pemikiran yang positif, mental sportif. beragama jemaahnya;
Jemaah Aa Gym adalah tamu-tamu (4) Saluran komunikasi dakwah kedua Kiai
yang silih berganti, mengalir bak air. Satu dalam membina kehidupan beragama
angket yang disebarkan oleh pengurus jamaahnya;
J e m a a h M a j e l i s Ta k l i m Ta n a h A b a n g (5) Konsepsi ‘jamaah pengajian’ menurut
Jakarta kepada para Ibu peserta kunjungan kedua Kiai;
ke Daarut Tauhiid (DT) menginformasikan (6) Pola komunikasi dakwah kedua Kiai
bahwa, “85 % motivasi Ibu-Ibu datang ke dalam membina kehidupan beragama
Daarut Tauhiid adalah karena ingin melihat jemaahnya di Bandung;
KH. A. Gym dari dekat.” ( Tabloid MQ, (7) Faktor-faktor yang membentuk pola
Pebruari 2006: 8). Penulis mencermati, komunikasi dakwah kedua kiai ini
pengajian Aa Gym selalu ramai dikunjungi sebagaimana tampak pada gaya
jamaah, baik muda maupun tua, laki-laki komunikasi keduanya.
maupun perempuan, untuk mendengarkan
Penelitian ini berguna bagi:
siraman rohani Kiainya.
(1) Temuan Dunia akademis yang dapat
Uraian di atas menunjukkan bahwa
dijadikan sebagai satu langkah bagi
dakwah KH. A. Gym dan KH. Jalal dapat
pengembangan ilmu komunikasi
diterima oleh jamaah di luar organisasi
dakwah dari filosofinya.
keagamaan konvensional, seperti
(2) Ingin memerkuat teori-teori dan konsep
Muhammadiyah, NU, dan Persis. Tampak
yang ada yang dipergunakan.
kedua kiai dalam mempersuasi jamaahnya
(3) Manfaat praktis-pragmatis jika ada
memiliki cara tersendiri. Berdasarkan
sifatnya konsultatif berupa konsep untuk
pemaparan di atas, penulis merasa perlu
menguatkan teori dan perspektif,
mengajukan masalah ini dalam penelitian ini
maksimalnya pada kebijakan yang
yaitu, “Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah
bersifat akademik.
Gymnastiar dan KH. Jalaluddin Rakhmat
dalam Membina Kehidupan Beragama
II. PEMBAHASAN
Jemaahnya di Bandung.”
Rumuskan pertanyaannya adalah A. Landasan
“Bagaimana Pola Komunikasi Dakwah KH.
Penelitian ini menggunakan Teori
Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin
Retorika yang diambil dari konsep retorika
Rakhmat dalam Membina Kehidupan

163
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

Aristoteles (Littlejohn, 1978: 159, dan menyatakan, “This work is generally consid-
Rybecki and Rybecki, 1991: 40) yang disebut, ered the most important single work in the
‘Teori Retorika Aristoteles.’ Teori ini literature of speechcraft.”
menyatakan bahwa manusia memiliki Tradisi retorika telah berkembang
kemampuan berbicara untuk meyakinkan sejak awal umat manusia menyertai adanya
orang lain bila disertai dengan etika yang kesadaran sejarah manusia. Kajian
baik. Kekuatan tersebut menjadikan terhadap pengaruh manusia melalui
seseorang memiliki kekuatan sebagai figur. komunikasi mungkin yang tidak pernah surut.
Teori retorika bersifat humanistik Minat dalam mengkaji pengaruh untuk
berakar dari pemikiran retorika Aristoteles. mengulas kembali jarak yang asli dari umat
Teori Aristoteles menjadi primadona manusia sebagaimana yang kita kenal
kerangka konseptual yang dipakai dalam sekarang. Manusia selalu terpesona dengan
bidang retorika (public speaking), karena proses-proses komunikasi yang
menekankan pada kekuatan retornya (dan mengarahkan seseorang untuk bisa efektif
atau pesannya) yang biasa dikenal sebagai dalam berkomunikasi.
persuasi. Perhatian terfokus pada Public speaking menjadi bagian yang
kesempatan ( occasion ) tertentu yang vital dari suatu studi formal dan pelatihan
membutuhkan kiprah komunikasi lisan, dan Yunani Kuno. Setelah runtuhnya tirani di
banyak investigasi psikologis mendapatkan Siracuse, warga menuntut berbicara di
hipotesis orisinal mereka dari karya depan publik untuk mem-perjuangkan
Aristoteles dan beberapa penafsirannya. pengurusan-diri dan mengklaim kembali
Teori Retorika Aristoteles penulis tanah-tanah mereka yang telah dirampas.
gunakan dengan pertimbangan sebagai Sejak saat itu, orang dengan pandangan yang
berikut: (1) Teori Retorika Aristoteles lebih tajam terhadap proses public speaking mulai
menekankan kepada aspek gaya dan bentuk belajar seni ini. Tradisi teori retorika tidak
subjek retornya. Jadi, melihat pada terselang lagi dan terus berkembang.
kredibilitas komunikator (retor) publik, Akar-akar pemahaman terhadap
karakteristik retor dan gaya bahasanya serta proses komunikasi secara umum, dan
pesan-pesan yang disampaikan selama khususnya tentang persuasi, dapat dilacak
pidato (public speaking); (2) Pelaku retorika pada khazanah yang tersedia dalam lintasan
dakwah dilihat pada aspek perbandingan sejarah. Sarjana sejarah telah memberi
retorika dari sisi manusiawi kedua figur sumbangan kepada pemahaman terhadap
(tokoh) yang dikaji ini, dan tidak mengkaji persoalan ini dengan menguji artefak-artefak
efek atau besaran pengaruh retorikanya pada historis, termasuk uraian-uraian (treatise),
audiens. makalah-makalah, dan teks pidato.
Retorika klasik dikaitkan dengan Bersamaan dengan kemajuan psikologi mod-
peranan pidato persuasif dalam ern dan ilmu-ilmu perilaku pada abad ke 20-
pembangunan demokrasi di Yunani. an, wajar sekali bila persuasi dikaji oleh
Aristoteles merupakan tokoh utama yang ilmuwan-ilmuwan perilaku (behavioral scien-
memasyhurkan retorika. Periode klasik tists) juga.
merentang dari abad 5 SM - 1 M. Di samping Disiplin-disiplin akademis seperti
Aristoteles, tokoh-tokoh lain di dunia retorika psikologi sosial, sosiologi, dan antropologi
pada zaman klasik adalah Plato, Isocrates, telah memberikan sumbangan yang bernilai
Cicero, dan Quintilian. dalam memandang ke dalam proses
Aristoteles menerbitkan beberapa komunikasi. Satu sorotan terhadap kata-kata
karyanya yang kini menjadi klasik, terkait kunci pemikiran dapat membantu me-
dengan watak benda-benda dan watak mahami pembicaraan dan memanfaatkannya
masyarakat. Karyanya sangat konsen dengan guna mendalami studi komunikasi.
komunikasi persuasi. Tentang karya Kebanyakan dari apa yang dipikirkan sebagai
Aristoteles, Littlejohn (1978: 159) teori komunikasi memiliki fondasi ilmu sosial

164
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

yang kuat dan sejarahnya telah disumbang menghibur atau menjual, tapi tidak
oleh ilmu-ilmu kemanusiaan ( humaniora ), melakukan keduanya” (Denny, 2006: 99).
termasuk oleh kelompok mazhab budaya Dia harus memilih salah satunya.
pemikiran. Ilmu komunikasi memiliki Retorika adalah suatu penjelasan dari
landasan teori yang dikembangkan proses-proses cara membuat pidato
sepanjang sejarahnya, dan sebagaimana sebagaimana textbook mengajarinya.
banyak teori yang lain, ia banyak mengambil Retorika bicara tentang problematika
acuannya dari fenomena sosial. “a theory masyarakat dan secara persuasif untuk
attempts to explain relationship among phe- menanggulangi berbagai persoalan
nomena that produce particular result.” masyarakat yang dihadapi. Karenanya,
(Rybecki and Rybecki, 1991: 39). retorika berarti ‘seni untuk berbicara baik,
Salah satu karya yang membahas yang dicapai berdasarkan bakat alam dan
tentang retorika adalah Brockriede yang keterampilan teknik’ (Hendrikus, 1991: 14).
dipandang penting bagi dunia retorika karena Jadi, ada problem sosial yang ingin
mengkaji ulang konsep retorika yang dipecahkan oleh retor melalui retorikanya,
diperluas menuju upaya menangkap seperti, alkohol, lemahnya penegakan
kompleksitas komunikasi modern yang lebih hukum, kualitas kerja rendah, kemiskinan dan
realistik. Dimensi-dimensinya yang diperluas kotornya hati. Hendrikus (1991: 41)
membekali permulaan dari suatu teori menyatakan bahwa retorika merupakan seni
retorika kontemporer dan ide-idenya untuk berbicara baik yang dicapai
melengkapi satu pandangan yang istimewa berdasarkan bakat alam dan keterampilan
terhadap persuasi sebagai suatu perkenalan teknik.
kepada pendekatan-pendekatan mikro Perlu ditegaskan bahwa mode utama
psikologis yang lain. dari persuasi dan komunikasi massa pada
Untuk keperluan itu, dia menawarkan masa klasik adalah public speaking. Sebagai
4 (empat) argumen guna menyokong satu hasilnya adalah semua teoretisi pada masa
teori yang lebih luas dan kontemporer. itu membahas bicara sebagai suatu saluran
Pertama, studi retorika Aristotelian adalah komunikasi. Fokus utama public speaking
suatu teori kegiatan retorika yang deskriptif adalah mencermati berbagai persoalan
sebagai satu perangkat prinsip. Kedua, satu ketika kita mencoba untuk menerapkan teori
aplikasi yang kontemporer dari teori ini akan retorika pada masa kini, sebagaimana kita
melibatkan situasi abad kedua puluh (atau bisa terlihat dari komentar Brockriede yang
setelahnya, [sic, penulis]). Ketiga, satu teori kontemporer atas teori Aritoteles (Littlejohn,
yang dinamis dan komprehensif. Keempat, 1978: 160). Di samping itu, public speaking
teori seperti itu akan menguntungkan untuk juga membawa pada tanggung jawab. Oleh
para peneliti, para kritikus dan pengajar. karena itu, ia dituntut besifat etis (Verderber,
Analisis Brockriede dimulai dengan 1991: 13).
beberapa asumsi penting. Retorika, Dua puluh lima abad berikutnya,
menurutnya, meliputi semua bidang aktivitas publik speaking merupakan sarana utama
komunikasi, baik publik maupun interper- untuk membentuk opini publik. Pembicara
sonal. Teori semacam ini merangkum secara melaksanakan transaksi komunikasinya di
induktif dari observasinya di masa lalu depan publik, baik dengan menggunakan
maupun masa kini dan ini melengkapi simbol-simbol oral maupun visual dalam
pandangan interaktif dari berbagai proses suatu konteks tertentu. Semua proses untuk
yang kompleks yang terkait. Teori retorika meyakinkan itu terkait dengan suasana pada
kontemporer menggarisbawahi dimensi aksi saat itu, yaitu untuk membangun demokrasi
retorika yang mendasarinya, yang saling dan pengambilan keputusan demokratis.
berhubungan satu dengan yang lain. Pada Cohen (1998: xii) menegaskan,
saat seseorang berdiri dan berbicara di
The formal study of rhetoric was important
depan sekelompok orang, “hendaknya orang

165
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

to educating the citizens of ancient Greece in kehidupan beragama jamaahnya;


how to influence others through persuasive (7) Pola komunikasi dakwah Aa Gym dan
speaking skills. Primarily developed as prac-
Kang Jalal dibentuk oleh faktor: sejarah
tical study, the knowledge of rhetoric also
protected citizens from the undue influence hidup, kapasitas pribadi, dan bidang
of others. kehidupan beragama yang dibina
olehnya.
Kemajuan dalam berbagai bidang
komunikasi menjadikan sarjana retorika B. Metode Penelitian
menemukan bahwa pidato dipandang dari
sudut yang fungsional. Bentuk itu Penelitian ini menggunakan pen-
menstimulasi untuk kembali kepada model dekatan kualitatif dan dengan paradigma
Aristotelian yang diartikulasikan oleh Herbert kritis terhadap retorika dalam public speak-
Wichelns dalam karyanya Literal Criticism to ing yang dikenal sebagai “Kritisisme Retorika”
Oratory (1925). Dia memberikan kajian yang (Littlejohn, 1978: 115; dan Rybecki and
lebih cermat untuk pembuatan pidato dan Rybecki, 1991: 8). Pendekatan kualitatif
disebut sebagai suatu kebangkitan perspektif penulis gunakan karena: (1) Penelitian
retorika. Khusus untuk persuasi publik, kualitatif dengan paradigma kritisisme
Aristoteles mendiskusikan tiga aspek, yaitu: ditujukan untuk menangkap makna-makna
(1) pemaparan; (2) gaya bicara dan subjektif, definisi, dan simbol-simbol yang
pemakaian bahasa; dan (3) organisasi berada di balik peristiwa atau perilaku
pesan. Beberapa teoretisi memfokuskan komunikasi dakwah. Pencarian pola
pada gaya (style), yang lain pada logika, dan komunikasi dakwah kedua kiai tidak bisa
yang lainnya pada tanggung jawab dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
pembicara dalam situasi persuasif. behavioristik; (2) Ia berusaha untuk
Hipotesis kerja ini bukan untuk diuji memahami dan menyelami makna dari
kebenarannya, namun lebih kepada panduan aktivitas komunikasi dakwah. Pembinaan
dalam melaksanakan penelitian ini. kehidupan beragama juga tidak bisa diselami
(1) Karakteristik komunikator dakwah KH hanya dengan menggunakan variabel yang
Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin sudah ditentukan sebelumnya. (3) Pen-
Rakhmat adalah dramatic, friendly, dekatan kualitatif jadi relevan dengan analisis,
contenscious dan open; melalui pendalaman di lapangan.
(2) Bidang kehidupan beragama yang Sedangkan teknik pengumpulan
dibahas oleh Aa Gym merupakan ranah datanya adalah observasi, analisis wicara
ajaran agama yang hendak dibinakan dan teks (pidato), dan wawancara mendalam
meliputi keyakinan, pembinaan hati, dan (depth interview [Bungin, 2003: 11-13, dan
motivasi beramal. Kang Jalal membina Bungin, 2004: 172-180]). Kondisi sasaran
berpikir kritis dan persaudaraan inklusif; penelitian yang sangat dinamis tersebut
(3) Isi pesan komunikasi dakwah Aa Gym menuntut bagi digunakannya pendekatan
dan Pesan Kang Jalal berisi tauhidullah, kualitatif; untuk memahami perilaku
dan akhlak, akhlak dan sejarah islam komunikasi dakwah dua tokoh ini (Ritzer,
kritis; 1992: 73).
(4) Saluran komunikasi dakwah Aa Gym dan
Kang Jalal yaitu media massa elektronik C. Hasil Penelitian
dan cetak; 1. Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah
(5) Pandangan Aa Gym dan Kang Jalal Gymnastiar dalam Membina
kepada jamaahnya membentuk perilaku Kehidupan Beragama jamaahnya
komunikasi dakwahnya
(6) Pola Komunikasi dakwah Aa Gym dan a. Karakteristik Komunikator Dakwah
Kang Jalal merupakan langkah (Gaya Komunikator)
komunikator dakwah dalam membina Karakteristik komunikator dakwah

166
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

merupakan suatu wujud dari kepribadian segumpal darah apabila benar maka
komunikatornya yang sangat memengaruhi benarlah seluruh dirinya, namun bila
gaya bicaranya. Melalui pendalaman situasi rusak maka rusaklah semua dirinya.”
dan kondisi psikologis figur dapat dicermati Dua dalil tersebut memandu oleh
adanya kekuatan komunikasinya. Jati diri itu praktik, maka muncul konsep
melekat dalam diri seseorang dan memancar Manajemen Qolbu yang
ke dalam pribadi orang tersebut. Pada menegaskan: hati perlu ditata agar
kepribadian terdapat aspek psikologis, tidak (menjadi) sakit, sehingga dapat
sosiodemografis, dan kebahasaan. menumbuhkan potensi positifnya
sebanyak mungkin. Itu dikenal
1) Faktor Psikologis
dengan ‘Manajemen Qolbu (MQ)’
Aspek psikologis diamati melalui landasan konseptual dakwahnya. MQ
anasir, yaitu: self presentation, self monitor- menjadi ciri khas Aa Gym, baik
ing, ekstrovert dan introvert, dan dominasi- sebagai ‘pendekatan dakwah’
ketundukan. maupun ‘merek dagang.’ Kemajuan
a) Self Presentation KH. Abdullah Pesantren DT tidak bisa dilepaskan
Gymnastiar Ada 3 (tiga) hal yang dari kemampuan dan keprigelan Aa
menjadi titik kuat dalam aktivitas Gym dalam mengkomunikasikan,
dakwahnya; meliputi (1) Pemahaman menyosialisasikan, dan meyakinkan
konsep komunikasi dakwah; (2) Bahasa ide-idenya ke masyarakat.
komunikasi dakwah; dan (3), Aktivitas Komunikasi dakwah Aa Gym yang
dakwah yang inovatif. dibakukan untuk Pesantren, bertolak
(1) Pemahaman Konsep Komunikasi dari pengertian dakwah yang
Dakwah. Berbeda dengan pendapat dikonsepsikan sebagai ‘Dakwah MQ,’
orang pada umumnya yang yang intinya: “MQ itu menyangkut
menyatakan bahwa dakwah berarti hati.” Yang disentuh pertama kali oleh
mengajak orang lain kepada dakwah Aa Gym adalah hati, bukan
kebenaran, dakwah menurut KH. akal; akal mengikutinya. Karena akal
Abdullah Gymnastiar adalah upaya masih bisa menghindar, bila pikiran
untuk “mengajak diri sendiri untuk yang tersentuh. Kalau akal yang
berubah menuju ke arah yang lebih tersentuh masih bisa berkelit, namun
baik, baru kemudian mengubah or- bila hati yang tersentuh tidak bisa
ang lain” (Pidato [selanjutnya:P]-6). apa-apa. Kalau hati orang sudah
“Mengajak orang atau pihak lain sayang ya orang berbuat salah juga
dengan terlebih dahulu memgubah dimaklumi. Tapi kalau hati orang
diri sendiri,” (Wawancara sudah benci (perbuatan benar pun
[selanjutnya: W]-5) dan secara bisa dicela.”
bersamaan “menuju ke arah yang Sikap lembut, menyantuni dan
lebih baik dalam kehidupan sehari- menyayangi ini sudah jadi khitthah
hari berlandaskan ajaran Islam.” dakwah Aa Gym yang dibakukan di
(W-5). Jadi, subjek pelaku terlebih Pesantren DT dengan tetap menghargai
dahulu mengamalkan isi pesannya pendapat orang lain yang berdakwah
untuk dirinya sendiri, orang lain dengan gayanya sendiri, misalnya
mengikutinya. Landasan filsosofis menggunakan cara-cara yang agak
tentang ‘sikap dalam berdakwah’ keras, radikal, atau bahkan ekstrem.
yang sering diungkap oleh Aa Gym Biarlah ada kelompok yang
dalam berbagai ceramahnya (P-13) membongkar, namun harus ada pula
diambil dari QS. Ali-Imran [3]: 159). yang membangun, dan “DT adalah
Ayat itu dipadukan dengan hadis Nabi kelompok yang berupaya untuk
Saw., “di dalam diri manusia terdapat membangun. Inilah prinsip Dakwah Aa

167
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

Gym.” (W-16). Prinsip ini dipegang kontak dengan jamaah ini Aa Gym sering
teguh oleh pimpinan Pesantren DT meminta respon atau tindakan dari jamaah.
dengan para jajarannya. Aa Gym sering meminta hadirin membawa
(2) Bahasa Komunikasi dakwah Aa Gym temannya pada malam Jumat depan sambil
menggunakan bahasa verbal, nonver- menyatakan, “ Cung …..siapa yang akan
bal, dan behavioral . Apa yang membawa temannya malam Jumat
disampaikan menjadi kuat karena mendatang?” atau “Cung…., siapa yang
diselami dan dihayati terlebih dahulu. malam ini kemari diajak oleh temannya?’
Bahasa singkatan juga menonjol dalam Dengan adanya respon tersebut, maka
pengajiannya. Singkatan menjadi sebenarnya hadirin diajak beraudiensi
pemandu pembicaraannya. olehnya.
(3) Komunikasi Dakwah yang inovatif .
2) Faktor Sosio Demografis
“Menyajikan hal-hal baru yang bisa
menggugah dan menarik perhatian a) Hubungan Status-Kekuatan
audiens” (W-18). Menyampaikan ide Aa Gym saat ceramah menjadi
dengan baik adalah kunci memberikan perhatian utama jamaah. Pada saat yang
pemahaman. sama, dia pun melihat ke jamaah yang
ada di depannya dengan sorot mata
b) Self Monitoring Aa Gym yang tajam, sesekali bola matanya
Saat berceramah Aa Gym tampak bergerak ke kanan dan ke kiri.
ekspresif: mimik muka, sorot mata di balik Diperhatikanlah jamaahnya dengan
kacamatanya selalu lincah melihat ke jamaah; saksama sehingga apa yang muncul di
intonasi suaranya berat bergetar mantap. raut wajah jamaahnya selalu menjadi
Suara itu mengekpresikan apa yang sedang perhatiannya.
disampaikannya. Nada suaranya naik-turun,
b) Ras/Kultur Suku
lambat-cepat, dan selalu dibumbui humor-
Dialek Sunda terkadang muncul di
humor kondisional yang membuat pendengar
tengah-tengah pidatonya, yang
tertawa riuh.
memberikan per tanda bahwa Aa Gym
c) Ekstrovert –Introvert lahir dan dibesarkan di Tatar Priangan.
Aa Gym bersikap terbuka dalam Logat Sunda dalam presentasi Aa Gym
kehidupan sehari-hari. Dalam arti, dia menjadi ciri adanya pengaruh budaya
menyerap pengalaman orang lain, dan Sunda dalam bahasa lisan yang terasa
menyampaikannya ke jamaahnya. pas bagi wilayah penerimanya.
Keterbukaan sikap ini tampak dari
pembicaraannya, saat ia ceramah selalu 3) Kebahasaan
membuka diri untuk mengutip pendapat para
Pada diri komunikator terdapat
ulama, pakar, tokoh, atau anggota
kebahasaan yang sangat menonjol di mana
masyarakat yang ditemuinya atau dikenalnya
seseorang dapat menyampaikan pesan
secara dekat. Ada referensi yang dijadikan
ajaran Islam melalui bahasanya. Melalui
acuan dalam ceramahnya. Pemikiran orang
bahasa, komunikator memeroleh sambutan
lain dihargai, dan Aa Gym tidak ngotot
yang baik, dan atau sebaliknya. Dari uraian
mempertahankan pendapat sendiri. Meski
di atas tampak bahwa karakteritik
pendapatnya benar, ia tetap memberikan
komunikator Aa Gym ada pada gaya dra-
kesempatan pihak lain untuk berbeda.
matic-friendly.
d) Dominasi/Ketundukan
a. Pembinaan Kehidupan Beragama
Intonasi suara Aa Gym saat ceramah
Jamaah melalui Komunikasi Dakwahnya
mengalami naik-turun, sesuai dengan
pentingnya pembicaraan. Dalam urusan Aa Gym melalui komunikasi

168
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

dakwahnya membina keberagamaan Tiga faktor penting yang penulis


jamaahnya dengan memfokuskan pada cermati dalam menentukan pembentukan
bidang utama, yaitu: (1) Pembinaan pola Komunikasi dakwah Aa Gym seperti
keyakinan dengan mengisi dan memantapkan yang tampak kini. Ketiga faktor itu adalah:
tauhidullah (ma’rifatullah ; (2) pembinaan (1) perjalanan hidupnya; (2) kapasitas diri;
akhlak (indahnya kebersamaan, dan dan (3) bentuk pembinaan pada komunikasi
pembinaan pelaksanaan Ibadah; (3) dakwahnya.
keluarga sakinah; dan (4) kewirausahaan dan
2. Pola Komunikasi Dakwah
kemandirian. Semuanya dibinakan kepada
KH. Jalaluddin Rakhmat
jamaah dengan memberikan fasilitas untuk
dalam Membina Kehidupan
praktik sesuai keperluan. Pembinaan
Beragama Jamaahnya di Bandung
kehidupan beragama tidak hanya dilakukan
dengan bicara, namun contoh real. a. Karakteristik Komunikator Dakwah/
Gaya Komunikator
b. Pesan-Pesan Komunikasi Dakwahnya
Ada tema pokok dari ceramah Aa Gym, Karakteristik komunikator dakwah
yaitu (1) ma’rifatullah ; (2) akhlak; dan merupakan suatu wujud dari kepribadian
keluarga sakinah; (3) kepemimpinan dan komunikatornya yang tampak pada gaya
kemandirian. bicaranya. Melalui pendalaman situasi dan
kondisi psikologis figur dapat dicermati
c. Media Komunikasi Dakwahnya adanya kekuatan komunikasinya.
Ada dua jenis media yang digunakan
oleh Aa Gym, yaitu media pancar dan 1) Faktor Psikologis
simpan. Media pancar adalah media yang a) Self Presentation
langsung disiarkan saat terjadinya pengajian,
meliputi radio, televisi, dan in-focus . Komunikasi dakwah Kang Jalal membina
Sedangkan media simpan adalah kaset, sikap kehidupan beragama yang
cakram CD, dan buletin. dipandang positif dan konstruktif.
Langkah itu dilaksanakan dengan
d. Pandangannya terhadap Jamaah memberikan berbagai informasi yang
Dalam pandangan Aa Gym, jamaah dipandang penting dan dengan mengacu
adalah sahabat yang bersimpati kepadanya, kepada sumber-sumber literatur, baik
sehingga sangat berharga bagi dunia klasik maupun kontemporer. Setiap
dakwah. Tanpa mereka, komunikasi dakwah pendapat bisa diacu sepanjang ada
sulit berjalan. Karena itu, keberadaan sumber rujukannya. Pendapat yang
jamaah sangat diperhatikan; mereka yang tidak didasarkan kepada ilmu cenderung
datang dilayani dengan baik agar puas dan bias, yang dilarang Al-Quran (QS 6:
akan bercerita kepada orang-orang dekatnya. 108). Umat dipandu dan diberdayakan,
Ini merupakan suatu promosi lisan ke lisan. sehingga tercipta saling pemahaman
e. Pola Komunikasi Dakwahnya dan persaudaraan sesama umat Is-
Pembahasan masalah pada pengajian lam, dan manusia umumnya.
(public speaking) tanpa baca buku, hanya KH. Jalal memandang bahwa komunikasi
sekadar pointer kecil yang diambil dari kitab dakwah adalah “mengajak kepada jalan
tertentu yang tidak dibaca secara penuh, Tuhan dengan memahami, menghayati,
sehingga pola ini delivery extemporaneaously dan mengamalkan ajaran Islam secara
yang diarahkan pada tujuan tertentu. Setelah bijak.” (W-12). Ayat tentang ‘ amar
itu, baru bicara menguraiannya sesuai tema ma’ruf dan nahyi munkar’ (QS 3: 110)
(impromptu). diterapkan sebagai salah satu prinsip
dakwah yang diimplementasikan dalam
f) Faktor-Faktor Pembentuk Komunikasi setiap langkah dakwahnya. Komunikasi
Dakwah dakwah KH. Jalal dilandasi oleh jiwa

169
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

mengajak orang kepada kebaikan dan topik khusus yang diberikan penjelasan
melarang dari kemunkaran yang dan pemaparannya secara mendalam.
dilaksanakan dengan cara yang bijak Keluasaan ilmu dan pikirannya menjadi
( Al-Hikmah [QS 16: 125]) pula. satu daya tarik dan kekuatannya dalam
Terutama mengajak melalui pembinaan berpidato. Apa yang sudah pernah
berpikir. Pemikiran ditata, dan ditulis atau dibaca olehnya, sulit
perbuatan mengikutinya. dilupakan, dan itulah yang menjadi
energinya yang mengalir terus dalam
b) Self Monitoring
pidatonya (pengajian).
Sifat pribadi Kang Jalal adalah spontan
Penghargaan terhadap kebebasan
dan suka bicara terbuka (transparan)
berpendapat sangat dijunjung tinggi
dalam memberikan respon terhadap
olehnya. Tindakan pihak lain
permasalahan yang ada. Kang Jalal
(penyerang) hanya di counter secara
kurang suka basa-basi dan berpikir
verbal. Untuk bertindak lebih jauh,
melingkar, tetapi langsung fokus dan
secara moral, dia tidak boleh. Dia tetap
tujuan yang ingin dicapainya. Meskipun
memihak kepada hak sipil. Meski suatu
sangat sibuk, namun dalam hal ceramah
paham dianggap salah, namun ia tetap
dipersiapkan dengan membaca kitab-
berhak untuk hidup di tengah-tengah
kitab malam Minggu sepulang dari luar
masyarakat, jika ada warga yang mau
kota, atau bila tidak sempat maka
mengambilnya sebagai pahamnya itu
kitabnya dibaca setelah Subuh. “Saya
(juga) kebebasannya. Kang Jalal juga
tidak bisa memberi pengajian tanpa
selalu membuka diri dan bercerita
membaca kitab terlebih dahulu,”
tentang pengalamannya.
demikian akunya. Terkadang saat
bicara itu beliau meminta asistennya
d) Dominan/Ketundukan
untuk mengambilkan kitab-kitab Arab di
Meski sudah berjalan lebih dari duapuluh
perpustakaan. Kadang ia bicara ke
lima tahun kiprah dakwah, sosial dan
anaknya, Miftah F.R., dengan bahasa
pendidikan membina kader-kader Mus-
Persia. Terkadang mencari ayat tertentu
lim generasi muda Muslim, dia tidak
dalam Al-Quran yang dibukanya
mendominasi pembicaraan di mimbar.
langsung. Jadi, sifat pengajiannya ini
Tidak merasa yang paling berjasa. Ini
agak santai, tidak terlalu formal, namun
dibuktikan dari beberapa kali dia minta
tetap berbobot. Salah satu ciri khasnya
ditunjukkan surah dan ayat Al-Quran
saat memberi ceramah adalah kain
tertentu saat beliau sedang bicara,
sarung, peci hitam, dan baju koko. Tidak
karena boleh jadi dia lupa. Di samping
pernah pakai surban. Untuk pengajian
itu, dia memberi kesempatan jemaah
Minggu, dia mengusahakan untuk
untuk bertanya. Bahkan kalau ada
mengisinya sendiri, sesibuk apa pun
pertanyaan yang tidak pas dia
dirinya. “Karena dari situlah saya bisa
meluruskannya.
memerory kan bahan-bahan yang sudah
dibaca itu, yaitu ketika sudah 2) Faktor Sosio Demografis
disampaikan kepada jamaah. Jadi,
a) Hubungan Status Kekuatan
sebenarnya jamaah telah membantu
Saat berbicara, Kang Jalal melihat
saya untuk mengingat-ingat”, akunya.
kepada jemaah, namun tidak cukup lama
c) Introvert dan Extrovert karena pada saat yang hampir bersamaan
Saat berceramah, KH. Jalal mengambil dia melihat ke bawah, ke mimbarnya yang
satu tema yang menjadi semangat tersimpan kitab Arab yang dibacanya. Di
perjuangannya. Tema besar itu samping buku, Kang Jalal juga membawa HP-
merupakan ‘ideologi’ perjuangannya nya guna melihat ayat-ayat Al-Quran yang
yang kemudian dijabarkan dalam topik- diperlukan karena sudah di-install dalam HP-

170
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

nya. beragama jeamaahnya, sehingga dapat


Dalam memasyarakatkan pemikiran- berjalan dengan baik sesuai dengan ajaran
pemikirannya, KH. Jalal tidak bergerak agama. Itulah yang menjadi bidang-bidang
sendiri, seringkali dia bekerjasama dengan yang digelutinya. Bidang-bidang itu adalah:
tokoh-tokoh lain dan atau Lembaga Swadaya (1) Akhlak Muslim dan ukhuwwah Islamiyyah;
Masyarakat (LSM). (2) Berpikir kritis dan kesadaran akan
pentingnya pendayagunaan rasio dalam
b) Suku/Ras
pencarian kebenaran; (3) Ibadah dan amal
Dalam ceramahnya selalu
shaleh sebagai landasan kehidupan Muslim;
menggunakan istilah Sunda, namun
dan (4) Makna kebahagiaan hidup
terkadang peribahasa Jawa mengalir dengan
beragama.
lancar, tanpa dipikir ulang. Karakter Ki Sunda
dalam pikiran KH Jalal tampak pada istilah- c. Pesan-Pesan Komunikasi Dakwahnya
istilah yang banyak dipergunakan, seperti
Ada tema pada ceramah KH. Jalal,
membela rakyat kecil, dengan pernyataan
meliputi: (1) Pembinaan akhlak,
ilustratifnya
persaudaraan inklusif, dan pluralisme; (2)
3) Kebahasaan Sejarah Islam dengan pendekatan kritis; dan
(3) Psikologi agama dan makna kebahagiaan.
a) Penggunaan Kalimat
Pengajian Kang Jalal berbahasa In- d. Media Komunikasi Dakwah Kang
donesia yang baik. Di samping itu, bahasa Jalal dalam Membina Kehidupan
Arab, Inggris, Jerman, dan Persia fasih. Dia Beragama Jamaahnya
banyak mengutip berbagai idiom Latin untuk Pemanfaatan media massa (baik
menjelaskan berbagai hal yang terkait elektronik: televisi, radio, SMS-HP, dan
dengan topik pembicaraannya. Bahasa Kang internet, maupun cetak: buletin, koran,
Jalal memesona, karena indah. Dari bahasa dan buku) tetap dilangsungkan meskipun
lisannya itu sendiri bisa menjadi kalimat- pada sebagian media dirasa kurang cocok
kalimat yang efektif, bahasanya baku. Tanpa untuk komunikasi dakwah KH. Jalal.
disertai dengan editor pun bahasanya bisa Pernah dicoba dengan beberapa stasiun
diturunkan ke dalam bahasa tulis (untuk radio Antassalam, QLCBS, dan MQFM.
media cetak). Penyebab dari ketidakcocokan tersebut
b) Gaya Bicara karena seringkali Pak Jalal melansir
Dalam pengajian, Kang Jalal memiliki “informasi baru” yang dianggap peka dan
tempo bicara (pitch) agak cepat dan suaranya kontroversial bagi kebanyakaan kaum
lantang. Pitch yang cepat itu bisa lebih cepat Muslimin di Indonesia. Jadi, sifatnya shock
lagi saat membacakan bait-bait puisi (maqtal- therapy atau dianggap oleh sebagian
maqtal). Wajah yang terkesan keras selalu masyarakat ‘memprovokasi’ jamaah, yaitu
tampak di raut mukanya, sebagai bagian dari dengan cara membongkar paham yang
masa lalunya yang cadas, karena jauh dari or- dianggap telah mapan oleh jamaah.
ang tuanya yang berjuang menegakkan syariah “Watak saya yang memprovokasi dalam
Islam. Suaranya tidak lembut, namun tidak ceramah tidak cocok untuk media massa
pula kasar. Gaya bicaranya bersemangat, elektronik (siar),” demikian ungkap Pak
sehingga terdengar oleh jamaah yang duduk Jalal kepada penulis (W-14). Publik media
di saf belakang. Bicaranya antusias, tidak massa tidak cocok dengan cara-cara shock
lembek. Ritme suaranya khas dan cengok-nya therapy atau ‘provokasi’ ini.
berbeda dengan logat Sunda pada umumnya. e. Pandangannya terhadap Jamaahnya
b. Pembinaan Kehidupan Beragama Suara jamaah sangat dihargai dan
Jamaah Melalui Komunikasi Dakwahnya dipertimbangkan olehnya. Karena mereka
KH. Jalal membina bidang kehidupan dipandang kritis, dalam artian bahwa materi

171
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

yang telah disampaikan dipahami oleh D. Karakteristik Komunikator Dakwah


jamaah dan mereka memberi feedback atas Kedua Retor
berbagai persoalan yang disampaikan olehnya
Dalam bagian terakhir ini penulis
yang beberapa di antaranya diberikan
menganalisis pola komunikasi dakwah pada
pertanyaan-pertanyaan yang relevan-aktual.
Aa Gym dan Kang Jalal. Suatu telaah yang
KH. Jalal menyadari tentang
mendalam mampu menguraikan anatomi
pentingnya jamaah. Melalui jemaah
komunikasi dakwah dari dua orang retor ini.
terdiseminasi informasi dan pemikirannya.
Analisis komunikator dakwah dari konsep dan
Mereka datang dari jauh untuk memeroleh
data yang diperoleh melahirkan pendedahan
tambahan ilmu yang dipandang dapat
substantif.
meningkatkan kualitas keberagamaan
mereka. Sejak semula, dia menyambut 1. Kekuatan
setiap orang yang datang ke pengajiannya.
(1) Etos. Baik Aa Gym maupun Kang Jalal
Tanpa jamaah, pengajian tidak akan semarak
memiliki etos yang tinggi, dan
dan tidak mengembangkan jejaring
memerhatikan perilaku mereka agar
sosialnya. Secara umum, KH. Jalal sadar
tetap terpenuhinya good moral char-
betul akan posisi jamaah. Untuk keperluan
acter . Kedua dai ini bertanggung
itu, Kiai Jalal mengklasifikasikan jemaah
jawab atas pernyataannya di
menjadi dua kelompok besar: pertama ,
pengajiannya.
Jamaah Dewasa dan kedua, jamaah remaja
(2) Pada aspek karakteristik komunikator
dan anak-anak. Masing-masing diberi
kedua figur ini berciri psikologi sama,
pelayanan yang berbeda.
yaitu: extrovert, dominant. Memiliki sta-
tus dan kekuatan karena memimpin
f. Pola Komunikasi Dakwah KH. Jalaluddin
organisasi sosial-dakwah. Kiprah untuk
KH. Jalal menyampaikan tema-tema mengangkat dakwah menawarkan
tertentu secara rutin ke jamaahnya. Aktivitas kreasi-inovatif. Pada aspek sosio
pengajian berjalan setiap minggu, bulan, dan demografisnya, latar belakang kultur
semester. Ia selalu membacakan kitab-kitab keduanya sama-sama Sunda.
(reading manuscript ) Arab, dan kadang (3) Faktor kebahasaan. Cara bicara dan
Inggris. Setelah dibaca paragraf demi gaya bahasa keduanya, bergaya
paragraf; menerjemahkannya, diberi syarah improvisasi bahasa verbal dan nonver-
(penjelasan), dan ada juga bila dia tidak bal yang intens. Dialek Sunda juga
setuju komentarnya (impromptu). Dalam tampak di sela-sela pembicaraan
membina kehidupan beragama, dia selalu kedua dai.
konsen dengan nilai-nilai kebenaran dengan (4) Keduanya memaknai ceramah (khutbah)
cara memberikan renungan agama. Oleh pada pengajian (komunikasi dakwah)
karena itu, penggunaan kitab standar sebagai penyebarluasan nilai-nilai
menjadi referensinya. Ini memudahkan untuk agama dengan memberikan bukti-bukti
memberikan penjelasan bagi yang hendak yang disebut sebagai ‘epideiktik.’
bertanya atau mendalaminya, karena ada (5) Isi pesan komunikasi dakwah keduanya
sandarannya. bertema akhlak, dan sampai batas
tertentu menghindarkan fiqih. Pada
g. Faktor yang Membentuk Pola Komunikasi
tema akhlak muatan kedua topiknya
Tiga faktor yang penulis cermati telah berbeda. Pada Aa Gym, akhlak lebih
memberikan kontribusi bagi terbentuknya normatif-etis; sedang pada Kang Jalal,
pola komunikasi dakwahnya, yaitu: (1) lebih utilitarisme-pragmatis.
perjalanan hidup; (2) kapasitas pribadi; dan (6) Struktur ceramahnya; pada pengajian
(2) tujuan pembinaan komunikasi utamanya di komunitas Bandung (malam
dakwahnya. Jumat dan Ahad pagi), dimulai dengan

172
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

tahmid, syadatain, sholawat kepada (2) Kekuasaan pada Aa Gym diperoleh dari
Nabi Saw., pembacaan ayat Al-Quran keahlian ( expertise ) manajemen dan
dan Hadis Nabi Saw., uraian dan kewirausahaan. KH. Jalal diperoleh dari
penjelasan, tanpa kesimpulan, doa, dan penguasaan informasi dan wawasan
penutup. Namun, sebelum metutup KH. ilmu.
Jalal memberi kesempatan untuk (3) Gaya bahasa Aa Gym bercorak simbolik-
bertanya (secara tertulis), sedangkan ilustratif dengan imbauan emosional.
Aa Gym tidak. Kadang Aa Gym pada fo- Bahasa KH. Jalal bersifat referensial
rum yang lain (selain malam Jumat) juga dengan imbauan rasional-faktual.
memberikan kesempatan untuk Bahasa ilustrasi Aa Gym elaborated.
bertanya jawab. Ada feedback jamaah. Kang Jalal restricted.
(7) Muatan ideologis . Pada Pak Jalal, (4) Isi pesan dakwahnya Aa Gym bercorak
ideologinya bersifat nyata (manifest ide- ma’rifatullah, keluarga sakinah,
ology ): Syi’ah sebagai ideologi kepemimpinan, dan kemandirian,
memandu pembahasan materi. dengan pendekatan skriptural-literal. Isi
Sedangkan pada Aa Gym, ideologinya pengajian KH. Jalal, keberagamaan
tersembunyi (latent ideology); ideologi inklusif, makna kebahagiaan, dan
ekonomi. sejarah Islam kritis, dengan pendekatan
(8) Media komunikasi untuk dakwah faktual-rasional.
digunakan oleh keduanya, baik media (5) Retorika publik Aa Gym bersifat
kelompok maupun massa. Meski menghibur; KH. Jalal bersifat menjual
kadarnya berbeda. (menawarkan informasi).
(9) Konteks waktu bagi komunikasi publik (6) Retorika dalam pengajian (komunikasi
(public speaking)-nya dipertahankan. dakwah) Aa Gym lebih ke arah dialog
Aa Gym malam Jumat dan Ahad, (tepatnya: monolog, [sehingga boleh
sedangkan Kang Jalal Ahad pagi. disebut retorika monologis]); KH. Jalal
Kehadiran mereka di tengah jamaah lebih retorikanya bersifat dialektika,
memiliki makna tersendiri bagi sehingga dapat disebut retorika dialektis.
jamaahnya dan lembaganya. (7) Penggunaan media Aa Gym dilakukan
(10)Keduanya menyantuni orang-orang dengan cara menampilkan sosok yang
lemah. Aa Gym menyantuni orang cacat popular yang dititikberatkan pada self-
dan miskin; Kang Jalal menyantuni or- presenting dan self monitoring. Media
ang miskin dan cacat. massa Kang Jalal, cetak, agar pesannya
(11) Dalam memimpin organisasinya, sosial, dapat ditelaah ulang lebih intens.
dan keduanya memiliki wibawa yang (8) Konteks komunikasi dakwah Aa Gym
baik, tidak vested interest . Suara adalah pembinaan kehidupan beragama
dakwahnya independen tidak terkooptasi pada sentuhan hati, dan pengenalan diri
oleh kepentingan kekuasaan, sehingga dengan komunikasi nonverbal,
umat memercayai keduanya (sampai percontohan dan pelatihan; KH. Jalal
pertengahan 2007). membina berpikir kritis dan wawasan
(12) Retorika dakwah keduanya sama-sama keislaman yang luas.
melahirkan gerak dan perubahan sosial. (9) Aa Gym memandang jamaah sebagai
sahabat yang terkembang menjadi
2. Pembedahan Anatomi Komunikasi fans. KH. Jalal memandang jamaah
Dakwahnya sebagai individu yang perlu disentuh
akalnya dengan memberikan ilmu-ilmu
(1) Gaya komunikator kedua Kiai ini secara sistematis, jamaah terkembang
berbeda: Aa Gym dramatic dan friendly; menjadi murid.
KH. Jalal contentious dan open (terbuka). (10) Masing-masing retor dakwah ini memiliki

173
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

pendekatan khas dalam komunikasi Media (massa) merupakan satu


dakwahnya: Aa Gym lebih membina pendukung pada model komunikasi dakwah
kalbu: Kalbu yang disentuh menimbang Aa Gym media massa audio-visual untuk
baik-tidaknya perilaku, sehingga mereka menyebarluaskan aktivitas komunikasinya,
memeroleh jawabannya. Hati nurani dan menciptakan kecintaan pada figur. Me-
dibina, dan akal mengikutinya. KH Jalal dia massa juga bisa berperan
membina berpikir kritis karena dengan mendegradasikan kredibilitas dai —
ilmu, jamaah menimbang baik atau sebagaimana terjadi pada Aa Gym — bila
buruknya suatu untuk dilakukan perilaku dai dipersepsikan secara berbeda
(11) Pembahasan pola komunikasi dakwah oleh jamaah.
bertujuan untuk membina kehidupan (2) Model komunikasi dakwah KH
sosial yang guyub dan toleran dilakukan Jalal yang penulis temukan adalah “Model
dengan bekerjasama dengan berbagai komunikasi dakwah berbasis informasi-
pihak baik Muslim maupun non-Muslim. faktual,” Komunikasi dakwahnya ditujukan
untuk membuka nalar dan berpikir kritis;
E. Model dan Teori Komunikasi Dakwah membina persaudaraan beragama inklusif
melalui akhlak dan makna kebahagiaan hidup
1. Model Komunikasi Dakwah
beragama dengan memberikan psikologi
Penulis menemukan model agama, sejarah Islam (berpendekatan kritis),
komunikasi dakwah dari dua dai yang yang disampaikan secara verbal, nonverbal,
sedang dibahas ini. Model ini merupakan dan percontohan.
interpolasi dari “pola komunikasi dakwah” Untuk membina toleransi dan
yang telah dianalisis dalam tulisan ini. persaudaraan, dilakukan dengan percontoh-
Pemaparan dimulai dengan Model an (tindakan langsung) dengan cara
komunikasi dakwah Aa Gym kemudian berinteraksi dengan kelompok atau paham
dilanjutkan dengan model komunikasi lain secara simpatik dan empatik. Untuk
dakwah Kang Jalal. membina kebahagiaan, diterapkan
(1) Model komunikasi dakwah Aa Gym penghayatan atas inti agama. Jadi, bukan
yang penulis temukan dari penelitian ini: pada makna literal, tetapi pada makna
“ Model komunikasi dakwah berbasis intrinsik-esoteris. Percontohan mengarah
ruhiyyah-praktis.” Disebut ruhiyyah karena kepada hubungan antar individu dalam
pada model ini lebih ditujukan untuk keluarga. Ini untuk jamaah dewasa
membina keyakinan, menata suasana hati Model komunikasi dakwah KH. Jalal
(kesadaran batin), amal-ibadah, dan untuk membina watak remaja (siswa SMU
persaudaraan Islam dengan memberikan Muthahhari) yang sedang tumbuh jati dirinya
ajaran ma’rifatullah, dan akhlak dengan mencari identitas diri, dengan memandu
menggunakan bahasa verbal, nonverbal, dan sikap objektif dan disiplin mereka. Materi
keteladanan. Bahasa simbolik-ilustratifnya diberikan secara dialog, pengalaman, dan
menonjol menyentuh emosi jamaah; pelatihan.
Model komunikasi dakwahnya disebut KH. Jalal menggunakan media cetak
‘praktis’ karena berusaha membina untuk menyebarluaskan pesan dakwahnya.
kepemimpinan dan kemandirian melalui Media cetak memberi peluang pada jamaah
materi kewirausahaan dengan bahasa ver- untuk mencerna pesan lebih saksama,
bal, nonverbal, dan behavioral (pelatihan). merenungkan argumentasi lebih baik, dan
Untuk keterampilan hidup ( lifeskill ) mendalami informasi dan fakta yang
disediakan sarana berlatih (magang). Bentuk disampaikan.
praktis yang lain adalah membina (3) Model komunikasi dari kedua
kebersamaan melalui interaksi dengan retor dakwah cocok untuk digunakan oleh
kelompok lain secara simpatik dan empatik. siapa pun dai dengan mempertimbangkan

174
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

Tabel 1
Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin Rakhmat
dalam Membina Kehidupan Beragama Jamaah

VARIABEL KH.ABDULLAH GYMNASTIAR KH. JALALUDDIN RAKHMAT

Karakteristik - etos baik dengan tingkat - etos baik dengan kredibilitas kuat
Komunikator kredibilitas pada keahlian bidang yang lahir dari kecendekiaannya,
Etos moral, life skill dan dakwah inovatif berpihak pada paham minoritas dan
lapisan bawah (al-Mustadl’afin).

Ciri Kepribadian - sadar self present ation ,self - kurang mem perhatikan self presen-
monitoring, exrovert, dom inant, tation self monitoring, sedikit
- kekuasaannya pada keahlian dominant,
(expertise) pada lifeskill - kekuatannya pada informasi keilmuan
- sadar pentingnya popularitas

Ciri Kebahasaan - bahasa ilustratif dan simbolik - bahasa jelas tegas


- improvisasi bahasa tinggi. - bahasa jelas dan baku
- bahasa singkatan; - bahasa referensial
- bahasa positif

Gaya Komunikasi - dramatic dan friendly - contentious dan open (terbuka).

Pembinaan sebagai - membina akhlak, keluarga sakinah, - membina akhlak, berpikir kritis, dan
Konteks Komunikasi amal Ibadah, makna kebahagiaan
Dakwah - kewirausahaan dan kemandirian - rutin dan insidental dengan jamaah
- rutin dan insidental dengan jamaah yang relatif tetap
yang lebih besar - akhlak (keberagamaan yang inklusif),
- ada konteks psikologi sosial

Pesan Komunikasi - ma’rifatullah, akhlak (ukhuwah - sejarah Islam kritis


Isi Pesan Islamiyah dan keluarga sakinah)
- kepemimpinan dan kemandirian - psikologi agama dan kebahagiaan

Sruktur Pesan dan - rangkaian urutan baku - rangkaian urutan baku


Jenis Imbauan - jenis imbauan emosional dan
batiniah - jenis imbauan rasionallogis

Media Komunikasi - menggunakan banyak media - lebih banyak menggunakan media


(eletronik & cetak) cetak
- memanfaatkan media siar, - media simpan lebih banyak digunakan
dan media simpan karena bisa dikaji ulang dengan
- ketika kredibilitas nya berkurang tingkat keterlibatan pada audiens
kembali gunakan media cetak

Pandangan - dipandang bersahabat dan sedikit - dipandang aktif dan dikembangkan


terhadap Jemaah digembira kan agar mau beramal potensi rasionanya
- membentuk sifat fans pada jemaah - membentuk sifat-sifat murid yang
- disentuh hatinya, dan akal kritis
mengikuti hati; tindakan lahir dari - nalar dan rasio memandu perilaku
hati.

Pola Komunikasi - pemberian materi/ tema-tema pada - materi lebih diarahkan untuk
komunikasi. Dakwah untuk membuka wawasan pengetahuan,
Dakwah
membina hidup beragama pada bernalar, dan berpikir kritis;
ranah tertentu
- membina keyakinan, menyentuh - pelayanan terhadap yang lain
hati, menggerakkan amal, dan diberikan dengan cara tertentu.
berlatih keterampilan.

175
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

dua hal: (1) segmentasi audiensnya dan (2) (1) Pola komunikasi dakwah kedua
tujuan pembinaannya. Bila yang menjadi dai (retor) yaitu, pada: Aa Gym ‘semi deliv-
uadiensnya masyarakat awam dan kaum ering extemporaneously dan impromptu,’
ibu, maka model Aa Gym cocok, namun bila sedangkan KH.Jalal yaitu ‘semi reading
yang menjadi sasaran itu kaum terpelajar manuscript dan impromptu.’
yang sesungguhnya (sejati, dan bukannya Temuan teori ini sedikit berbeda
ditekankan kepada prediket mahasiswa dengan teori yang ada pada literatur
semata) dan intelektual, model disarankan komunikasi umumnya. Pada pola komunikasi
adalah model KH. Jalal. yang umum, langkahnya disebut delivering
Demikian pula bila yang menjadi Extemporaneously (menyampaikan pokok-
sasaran pembinaan itu membina suasana pokok pikiran dan uraian), impromptu
hati dan perilaku amal saleh, maka model (berbicara langsung apa yang diingat oleh
Aa Gym tepat. Sedangkan bila yang menjadi komunikator karena tanpa persiapan), dan
sasaran pembinaannya adalah berpikir kritis, reading manuscript (membaca naskah atau
sikap hidup inklusif, model Kang Jalal layak teks). Sedangkan pada komunikasi dakwah
dipergunakan. ini, karena kajiannya bertolak dari kitab suci
(4) Baik Aa Gym maupun Kang Jalal, dan hadis Nabi Saw. yang keduanya
memiliki kekuatan penggunaan media. Me- melandasi kupasan buku-buku Arab. Namun
dia komunikasi dakwah yang bersifat inter- pada komunikasi dakwah kedua Kyai ini pola
personal, kelompok, dan massa. Media komunikasi dakwahnya dengan membaca
massa membawa konsekuensi pada tingkat kitab-kitab tertentu. Tetapi, pembacaan
keterlibatan (involvement) jamaah. kitab-kitab itu hanya di awal saja, karena
Media cetak mengarahkan ke pada selanjutnya materi pengajiannya mengalir
high involvement jamaah KH. Jalal untuk sesuai dengan kehendak retor dakwah,
melatih berpikir kritis-analitik. Sedangkan namun tetap relevan dengan tema pokok
media elektronik, mengarahkan kepada yang dibahas, sehingga penulis melihat
tingkat keterlibatan rendah (low involvement) adanya pola komunikasi yang campuran —
digunakan oleh KH. Aa Gym untuk dan tidak sepenuhnya seperti dalam literatur
membangun kesenangan figur dan konvensional — Karena itu, penulis
memengaruhi emosi. menyebutnya sebagai semi delivering ex-
(5) Bahasa nonverbal (dalam arti temporaneously dan impromptu (jadi
yang diperluas [mencakup behavioral])yang perpaduan antara keduanya).
meliputi percontohan, pelatihan, dan (2) Penggunaan metode komunikasi
magang. Di sini, figur dai utama dibantu oleh dakwah yang baku yang disebut al-Hikmah,
para asistennya (two step flow of communi- al-Mau’idhah al-Hasanah, dan al-jidal allati
cation) untuk menyebarkan pesan-pesan hiya ahsan pada seorang da’i memiliki
komunikasinya. kecenderungan masing-masing.
Metode dakwah Aa Gym adalah al-
2 Teori Komunikasi Dakwah yang Mau’idzah al-Hasanah untuk jamaah awam,
Relevan sedangkan metode KH. Jalal adalah al-Jidal
Penelitian ini menemukan teori
allati hiya ahsan adalah untuk jamaah kritis.
(3) Di balik emosionalitas pesan yang
komunikasi dakwah yang penulis sebut,
verbal, terdapat rasionalitas tindakan dalam
“Komunikasi Dakwah Berbasis Karakteristik
bidang usaha; di balik rasionalitas pesan
Komunikator ”. Intinya: “Efektivitas
terdapat emosionalitas sikap keberpihakan
pembinaan kehidupan beragama pada
kepada yang lemah (al-mustadl’afin).
komunikasi dakwah berkaitan dengan
Jenis pesan komunikasi dakwah Aa
Karakteristik komunikatornya.”
Gym bersisi emosi, namun tidak berarti
Selanjutnya, tampak pola komunikasi
meninggalkan sisi rasionalitas dalam dunia
dakwah, sebagai berikut:

176
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

usaha (bisnis). Jenis pesan KH. Jalal rasional, Islamiyah, dan keluarga sakinah; serta (3)
namun ada sisi emosional dalam kepemimpinan dan kemandirian. Sedangkan
keberpihakan kepada kaum yang tertindas isi pesan komunikasi dakwah KH. Jalal
( al-Mustadl’afin), dan minoritas beragama kategorinya adalah: (1) pembinaan Akhlak,
(kelompok sempalan (splinter [terutama: persaudaraan yang inklusif, dan pluralisme;
Syiah, dan nasrani]). (2) sejarah Islam berpendekatan kritis
(4) Isi pesan komunikasi dakwah mengetengah-kan fakta-fakta; (3) psikologi
berkaitan dengan tujuan pembinaan kehidupan agama dan makna kebahagiaan yang
beragama melalui komunikasi dakwah. membentuk sikap positif dan beramal saleh.
Isi pesan dakwah Aa Gym cocok untuk Keempat, media komunikasi dakwah
membina bidang kehidupan beragama kedua retor dakwah dai mempertimbangkan
tertentu, yaitu: kepercayaan, kesadaran efisiensi, efektivitas, dan kelayakannya. Me-
batin, dan kemandirian. Sedangkan pesan KH. dia interpersonal (seperti telepon, SMS),
Jalal berperan untuk membina nalar (dan media komunikasi kelompok seperti in-focus,
berpikir kritis), kehidupan yang inklusif, dan tv circuit, papan tulis, dan buletin digunakan
pembinaan mental remaja. karena mudah dan terjangkau. Media massa
digunakan Aa Gym karena dipandang sebagai
III. PENUTUP media yang besar pengaruhnya untuk
mencitrakan dakwah bermuatan “Manajemen
Dari uraian tersebut, dapat diajukan
Qolbu” (MQ) membutuhkan audio-visual. Me-
beberapa hal penting sebagai berikut:
dia massa elektronik pancar intensif
Pertama, gaya komunikasi Aa Gym
digunakan Aa Gym karena dipandang mampu
dramatic dan friendly; KH. Jalal memiliki gaya
mengangkat citranya dan mem
contentious dan opened.
populerkannya. Pada kondisi audiens yang
Kedua , tujuan Komunikasi dakwah
tingkat keterlibatannya pada pesan rendah
keduanya membina kehidupan beragama
(low involvement) tepat menggunakan me-
jamaahnya. Aa Gym membina keyakinan
dia siar (radio) dan pancar (televisi).
(kepercayaan), perilaku, persaudaraan, amal
Sedangkan KH. Jalal banyak menggunakan
ibadah (sosial), dan kepemimpinan/
media komunikasi massa cetak (press atau
kemandirian. Pembinaan kehidupan
publishing) karena masyarakat diajak untuk
beragama tergantung pada bidang-bidang
berpikir kritis, objektif, dan mendalam. Me-
yang dibinakan oleh retor dakwah.
dia massa cetak (published material) dipilih
Pembinaan kehidupan beragama jamaah
karena memberi kesempatan kepada jamaah
melalui komunikasi dakwah dilakukan dengan
lebih leluasa untuk mengkaji ulang pesan
berbagai bidang. Bahasa lisan dan teladan
dakwahnya secara saksama. Jamaah Kang
figur. Pembinaan kehidupan beragama
Jalal berhadapan dengan media relatif lebih
komunikasi KH. Jalal intens membina bidang
aktif dibandingkan dengan jamaah Aa Gym,
kehidupan beragama yang inklusif, berpikir
karena perilaku jamaah Kang Jalal berada
kritis, dan menemukan makna kebahagiaan
dalam kondisi high involvement; jamaah
hidup. Pembinaan akhlak dipraktikkan secara
mencari pesan dan menganalisisnya. Dalam
langsung behavioral, bukan berhenti pada
kondisi berpikir penuh (mindfulness).
bahasa verbal.
Kelima, kedua Kiai prinsipnya sama-
Ketiga, pesan-pesan komunikasi
sama bersifat melayani jamaah. Jamaah
dakwah kedua retor dakwah ( dai)
dipandang oleh kiai sebagai mitra (aktif)-nya.
bersumber ajaran Islam ditujukan ke arah
Ada beberapa spesifikasi yang membedakan
pembinaan bidang keagamaan tertentu. Ada
pandangan kedua dai ini terhadap
titik temu antara tujuan pembinaan dengan
jamaahnya. Aa Gym memandang
isi pesan komunikasinya. Kategori isi pesan
jamaahnya lebih bersifat bersahabat
komunikasi dakwah Aa Gym adalah: (1)
( friendly ) dengan sifat hubungannya
ma’rifatullah;, (2) akhlak, ukhuwwah

177
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

pertemanan karena yang dibangkitkan masalahnya, lalu bersikap inklusif.


adalah gelora beragamanya untuk Disamping itu, ada hal yang penulis
melahirkan pengamalan (gerakan). Pesan tekankan diantaranya hendaknya setiap dai
dakwah yang menghibur jiwa dan contoh dapat melakukan casting (self appraisal)
konkret tentang masalah yang ringan, namun guna mengetahui kekuatan komunikasi yang
berguna bagi menata suasana hati. dimiliki dirinya, sehingga dapat
Sedangkan KH. Jalal memandang jamaahnya mengeksplorasi kekuatan pribadinya dalam
sebagai individu yang aktif dan berpotensi komunikasi dakwah yang dapat mendukung
pikir relatif besar. Potensi intelektual tugas dakwahnya.
dikembangkan melalui pemberian informasi
dan ilmu.
Keenam , Komunikasi dakwah DAFTAR PUSTAKA
keduanya memiliki pola yang ajek yang
dilakukan oleh masing-masing dai. Pola itu Brown, J. A. C. (1972) Techniques of Per-
lahir dari aktivitas komunikasi dakwah yang suasion from Propaganda to Brainwash-
berkelanjutan. Pola komunikasi dakwah Aa ing. Middlesex England: Penguin Books.
Gym adalah semi delivering extemporane- Bungin, B. (ed). (2004) Metode Penelitian
ously dan impromptu yang cocok untuk Kualitatif: Aktualisasi Metodologis Kearah
membina hati dan perasaan, memotivasi diri. Ragam Varian Kontemporer . Jakarta:
Sedangkan pola komunikasi KH. Jalal adalah Rajawali Pres.
semi reading manuscript dan delivering ex- ——————————. (2003) Analisis Data
temporaneously cocok untuk membentuk Penelitian Kualitatif: Pemahaman
berpikir kritis. Komunikasi dakwah Aa Gym Filosofis dan Metodologis ke Arah
dalam masalah pelatihan dan magang. Dia Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:
tidak menanganinya sendiri, tetapi dioperkan Rajawali Press.
kepada tim asatidz, sehingga terjadi two step Cohen, J. R. (1998) Communication Criticism
flow of communication. Demikian pula pada Developing Your Critical Powers. Thou-
Kang Jalal, pembinaan akhlak jamaah sand Oaks: Sage Publication.
(jamaah dewasa dan remaja). Sikap inklusif Denny R. (2006). Communicate to Win (Terj.
disampaikan keduanya melalui bahasa ver- Lie Hua). Jakarta: Gramedia
bal, nonverbal, dan behavioral. Departemen Agama. (1975) Al-Qur’an dan
Ketujuh , di balik tampilan pola Terjemahnya, 1975. Jakarta.
komunikasi dakwah dua da’i ada faktor Gandaatmadja, M. S. M. dan Firdaus A.F.
pembentuknya. Faktor pembentuk pola (editor). (1990) Kontroversi Pemikiran
komunikasi itu bersifat pribadi yang Islam di Indonesia . Bandung: Rosda
menyejarah dan mewujud pada komunikasi Karya.
dakwahnya. Keduanya mengantarkan Hendrikus, D. W. (1991). Retorika .
kepada pemberdayaan jamaahnya. Dengan Yogyakarta: Kanisius.
berkarya seseorang dapat bermartabat. Helmi, M. (1986) Pengkafiran Sesama Mus-
Kelembutan dan keteguhan Aa Gym memiliki lim Akar Historis dan Permasalahnnya,
daya ruhiyyah dakwahnya, karena apa yang (terj: Afif Muh.). Bandung: Pustaka.
disampaikan telah diamalkan untuk dirinya. Hendrikus, D. Wuwur. (1991) Retorika.
Sejak muda, ia melihat urgensi dakwah untuk Jogyakarta: Penerbit Kanisius
disampaikan dengan bahasa yang lembut Littlejohn, S. W. (1978). Theories of Human
dan mengayomi. Dalam hal khilafiyyah Aa Comunications. Colombus: Charles E.
Gym mencari titik temu secara langsung, Merrril Publishing Co.
tanpa perlu melihat informasi penyebab Malik, D. J. (1992). Merambah Jalan Baru Is-
adanya persoalan khilafiyyah. Sedangkan lam di Indonesia, Bandung: Mizan.
KH. Jalal melihat perbedaan ke akar Poerhassan, N. (2002). Gara-Gara Ulama.

178
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180

Jakarta: Serambi Ilmu. Sekular Kandas. Bandung: Bakti Mandiri.


Rahardjo, D. (1995). Pesatren dan Suminto, A. (Editor). (1989). Islam Rasional,
Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. Kenang-Kenangan 70 tahun Harun
Ritzer. G. (1982). Sosiologi Ilmu Sosial Nasution. Jakarta: UIN Press.
Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Tasmara, T. (1987). Komunikasi Dakwah.
Press. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Rybecky, K. dan Rybecki. D. (1991) Commu- Verderber, R. F. (1991) The Challenge of Ef-
nication Criticism Approaches and fective Speaking, 8th edition. Belmont
Genres. Belmon California: Wadsworth California: Wadsworth Publishing.
Publishing Company. Verderber, R. F. and Verderber, K. S. (1998)
Ritzer. (1992) Sosiologi Ilmu Sosial Inter-Act using Interpersonal Communi-
Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali cation Skills. Belmont: Wadsworth.
Soewardi. H. (2003). Akhirnya Sains Barat

179
BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R.

Formulir Berlangganan
Saya ingin berlangganan untuk (lingkari yang diperlukan):

Edisi sekarang dan sebelumnya Jumlah eksemplar


• Volume XXIII Nomor 1 - 2007 ……… eksemplar
• Volume XXIII Nomor 2 - 2007 ……… eksemplar
• Volume XXIV Nomor 1 - 2008 ……… eksemplar
• Volume XXIV Nomor 2 - 2008 ……… eksemplar

Edisi selanjutnya Jumlah eksemplar


• Selama satu tahun ……… eksemplar
• Selama dua tahun ……… eksemplar
• Selama tiga tahun ……… eksemplar
• Setiap tahun ……… eksemplar

Pembayaran dilakukan melalui: (lingkari salah satu)


• Transfer (Fotokopi bukti transfer dilampirkan bersama Formulir ini)
Rekening : Bank Jabar No. 0273200164555
Atas nama : LPPM Unisba
• Wesel Pos
Tanggal pengiriman uang …………………………………………………….

Data Pelanggan
Nama : ………………………………………………………………..........
Alamat : ……………………………………………………………………..
Telp. & faks : ……………………………………………………………………..
E-mail : ……………………………………………………………………..

Keterangan:
• Harga langganan per eksemplar Rp 20.000,00 (sudah termasuk ongkos kirim).
• Jurnal MIMBAR terbit dua kali dalam setahun.
• Bila telah diisi lengkap, mohon Formulir ini dimasukkan amplop beserta bukti pembayaran dan
dikirimkan ke alamat Jurnal Sosial dan Pembangunan MIMBAR..
• Permohonan langganan dapat juga dilakukan via pos, e-mail, atau telepon.

Tanda Tangan Pelanggan

_______________________________
180

Anda mungkin juga menyukai