DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
I.Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka memberikan kepastian penyelenggaraan pelayanan publik di
Puskesmas Surisina dan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Puskesmas sesuai
dengan ketentuan yg telah ditetapkan, maka di pandang perlu untuk dilakukan Pembentukan
TIM Manajemen Mutu.
b.Bahwa untuk maksud pada huruf a. Standart Pelayanan Publik dan Mutu Pelayanan maka
perlu dilakukan Pembentukan TIM manajemen Mutu Puskesmas Surisina yang di tetapkan
Melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
1
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
2
TIM MANAJEMEN MUTU PUSKESMAS SURISINA
KABUPATEN NGADA
c. Bab III :
Ketua :
Anggota :
3
3. Elensiana Watu, A.Md.Keb
3) KIA :
Ketua : Laurentia Dede, A.Md.Keb
Anggota : 1. Maria Wigberta A. Eda, SST
2. Maria Edo Sue, A.Md.Keb
4. Susana Sunga
5. Maria Herlina Dhagi
4) P2P :
Ketua : Diniarti Kristiningrum, A.Md.Kep
Anggota : 1. Theresia Ngao Sada, A.Md.Kep
2. Oktavia Yasinta Scada, A.Md.Keb
3. Ifron Nanu Gaba, A.Md. Kep
5) Kesling :
Ketua : Fransiska Dhiu, A.Md.Kl
Anggota : 1.Petrus Patrisius P. Parera, A.Md.Kl
2. Ferdinandus Bewa, A.Md.Kl
6) Laboratoium :
Ketua : Kristina Dobhe, A.Md.Kg
Anggota : 1. Hirodemus Sutato Bagung, AMAK
2. Indawati M. I. Nio Gholo, A.Md
7) Upaya Kes. Gigi dan Mulut :
Ketua : Elisabeth Watu
Anggota : 1. Kristina Bate, A.Md.Kg
2. Feidolin Take, SKM
8) Farmasi :
Ketua : Seravia Meo
Anggota : 1. Fransiska Menge Rema, A.Md.Far
2. Emanuel Longo
b. Bab VI :
Ketua : P2P :Diniarti Kristinigrum.( Ketua)
Anggota : 1. Agustinus Polu Rea, A.Md.Kep
2.Maria Nganu Nanu
4
Ketua : Laurentia Dede(KIA)
1. Anjelina Sofia Hale, A.Md.Keb
2. Ursula Orcena Mau.
7. Koordinator Pelayanan Klinis : dr Dian.
a. Bab VII :
Ketua : Maria Adelina Mawo, A.Md.Kep
Anggota : 1. Antonia P. Edo, A.Md.Kep
2. Maria Goreti Kae, A.Md.Keb
3. Maria Susanti Neba, A.Md.Keb
b. Bab VIII :
Ketua : Maria Etropia Edo Lalu, A.Md. Perkes
Anggota : 1. Kasirinus Sola, SKM
2. Fridolin Take, SKM
c. Bab IX :
Ketua : Ursula Orchena Mau Soa, A.Md.Keb
Anggota : 1. Maria Ermelinda Mite Tay, A.Md.Kep
2. Maria Klementina Moi, A.Md.Kep
3. Kristina Eno, A.Md.Keb
d. Rawat Inap :
Ketua : Maria Yasinta Moi, A.Md.Kep
Anggota : 1. Elisabeth Eno Bhodo, A.Md.Kep
2. Lukas Lae Sego, A.Md.Kep
3. Emilianus Ola, A.Md.Kep
8.Audit Internal;
a. Ketua : Anastasia Nenu.
b.Sekretaris : Berandinus P.Mbeu,SKM.
c.Anggota : 1. Sofia Anjelina Wao,Amd.Keb.
2. Maria F.Pau
3. Ester Selviana Ndoen
9.Audit Keuangan :
a.Ketua : Seravia Wea.
b.Sekretaris : Reynaldis Lempang
5
c. Anggota :1.Rosadalioma Babo
2. Agustinus Polu Rea
3. Hendrika A.Beo
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
= Margareta U.Kromen=
NIP: 196906281989032005
6
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004,tentang kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat.
MEMUTUSKAN :
7
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal 16 April 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
8
JENIS-JENIS PELAYANAN KLINIS
DI PUSKESMAS SURISINA
KABUPATEN NGADA
9
NIP: 19670323 198801 1 003
10
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
MEMUTUSKAN :
11
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal 19 April 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
= Damianus W. Fodju=
NIP:19670323 198801 1 003
12
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR
LOKET
13
Pendaftaran Pasien
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
14
pasien
• Pasien baru : Pasien mengambil nomor antrian mendaftar
diloket setelah itu menerima kertu berobat baru.
• Pasien lama : Pasien mengambil nomor urut antrian dan
menyerahkan Kartu Berobat (Umum, JKN, JKMN)
• Pasien Rujukan : Pasien mengambil nomor antrian dan
menyerahkan balasan rujukan kepada petugas atau surat
rujukan dari Puskesmas atau sarana kesehatan lain.
• Petugas loket memanggil pasien sesuai nomor urut antrian
Pasien baru : menerima kartu berobat dan petugas loket
mengisi kelengkapan identitas pasien pada buku register.
Pasien Umum : Pasien menyerahkan kartu identitas, petugas loket
mengisi kelengkapan identitas pasien pada kartu berobat rawat jalan
yang baru dan memberi nomor indek pada kartu tersebut sesuai
nomor urut pada buku bantu pasien sesuai Desa masing-masing.
Petugas Loket membuat Family Folder untuk pasien baru
tersebut menanyakan unit pelayanan yang dituju serta
mengisi kelengkapan pada status rawat jalan (Nama,
umur, alamat. Jenis kelamin, pekerjaan) dan memberi
stempel tanggal berobat sesui kolom.
Pasien lama : Petugas loket mengambil kartu status rawat
jalan (Family Folder) pasien ( Umum, JKN, JKMN) sesuai
nomor kartu, menanyakan unit pelayanan yang dituju dan
mengisi kelengkapan status rawat jalan ( stempel tanggal
berobat)
Petugas loket memasukkan Nomor sesuai Nomor antrian
pasien dalam Kartu Rawat Jalan pasien (Family Folder)
Petugas mencatat pada buku register kunjungan
puskesmas. Petugas loket menyerahkan kartu rawat jalan
(kartu berobat rawat jalan, kartu JKN, Kartu JKMN) pada
pasien. Petugas loket dengan ramah mempersilahkan
pasien menunggu di ruang tunggu unit pelayanan yang di
tuju. Petugas loket mengantarkan kartu status rawat jalan
pasien ke unit pelayanan yang dituju ( Poli Gigi, Poli
Umum, Poli KIA, Poli KB dll)
Sumber Buku
Unit Terkait Semua unit pelayanan di Puskesmas
15
Pendaftaran Pasien
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
16
rumah pasien/klien.
Sumber Poskesdes, Posyandu, Dinas Kesehatan, Stakeholder lainnya.
Uni`t Terkait Semua Unit Pelayanan Puskesmas.
UPTDPuskesmas Surisina
Pengisian kartu Rawat Jalan
17
19 April 2015 Kepala UPTD Puskesmas Surisina
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
5. Pengertian Pengisian kartu rawat jalan adalah proses pengisian data pasien rawat jalan pada kartu
rawat jalan yang telah disiapkan.
6. Tujuan 1.Sebagai pedoman bagi petugas dalam mengisi kartu rawat jalan.
2. Agar data pasien tetap di dokumentasikan.
3. untuk tindak lanjut Pelayanan Pasien
7. Kebijakan Undang-Undang kesehatan No 32 Tahun 2010
8. Prosedur Kerja 1. Alat dan Bahan
Alat
Ballpoint
Stempel tanggal
Bahan
Kartu Rawat Jalan
2. Instruksi Kerja
Untuk pasien Baru :
Tulis dengan rapi dan jelas identitas pasien sesuai yang tertera di kartu
rawat jalan.
Tulis dan isi kartu rawat jalan pasien secara lengkap
Nama penderita
Jenis kelamin
Umur/Tgl lahir
Nama KK/Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat lengkap, Kelurahan, RT,RW.
Mengisi dan menulis nomor indeks pada bagian kanan atas kartu rawat jalan
untuk pasien baru.
Memberi stempel tanggal pada kolom tanggal.
Untuk pasien lama :
Beri stempel tanggal kunjungan pada kolom tanggal
Kartu Rawat Jalan di antarkan ke poli-poli sesuai tujuan pasien
Sumber
Unit Terkait Semua Unit Pelayanan Puskesmas.
18
UPTDPuskesmas Surisina PENGEMBALIAN KARTU RAWAT JALAN
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Pengembalian Kartu rawat jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan
kartu rawat jalan ke famili Folder atau ke tempat semula.
2.Tujuan 1. Sebagai pedoman kerja bagi semua petugas Loket.
2.Agar kartu rawat jalan pasien tidak hilang dan untuk tertib adminitrasi
3.Kebijakan
4.Prosedur Kerja 1. Alat dan Bahan
Alat
Ballpoint
Bahan
Kartu Rawat Jalan
FF (Family Follder)
Buku catatan pengeluaran Kartu Rawat Jalan
Buku catatan penerimaan Kartu Rawat Jalan
Buku Register Harian ( Umum,JKN, JKMN)
2. Instruksi Kerja
Mengecek kembali jumlah kartu rawat jalan yang diserahkan oleh petugas
unit layanan, apakah sudah sesuai dengan yang didistribusikan.
Jika sesuai petugas loket langsung merekap data kunjungan harian, jika
tidak sesuai dicari kembali mungkin ada yang tertinggal dimasing – masing
unit layanan
Memasukkan atau kembalikan kartu rawat jalan sesuai Nomor Indeks ke
dalam rak rawat jalan agar mudah dalam mencari kartu Rawat jalan
kembali.
Merapikan kembali susunan kartu rawat jalan di dalam rak rawat jalan.
V. Sumber
19
VI.Unit Terkait Poli Umum,Poli Gigi,Poli KIA/KB,Klinik MTBS,Klinik Gizi.
UPTDPuskesmas Surisina
PENGENDALIAN KARTU RAWAT YANG HILANG ATAU KARTU
BEROBAT YANG HILANG
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1. Pengertian Pengendalian Kartu rawat jalan atau kartu berobat yang hilang adalah tindakan petugas
loket untuk mengganti kartu pasien yang hilang dengan kartu yang baru.
2. Tujuan 1.Sebagai Pedoman bagi semua petugas di loket.
2.Menggantikan kartu pasien yang hilang untuk mempermudah pelayanan .
3. Kebijakan
4 .Prosedur 1. ALAT DAN BAHAN
Kerja.
Alat
Ballpoint
Nomor urut antrian
Plastik klip
Staples
Tipe x
Stabillo
Penggaris
Stempel
Bahan
Kartu Berobat Rawat Jalan
Kartu rawat jalan
FF(Family Folder)
20
Buku register harian
Buku register JKN
Buku register JKMN
Buku Register Umum
Buku register indeks penomeran
2. INSTRUKSI KERJA
KARTU BEROBAT HILANG/TIDAK DIBAWA.
Cari data status pasien pada Buku Bantu
Jika data pasien sudah diketahui (terekam) maka petugas
mencari Kartu Rawat Jalan pasien sesuai Nomor Indeks yang
tercatat.
Jika data pasien tidak diketemukan maka petugas loket
mencari pada buku register kunjungan harian atau
menanyakan langsung pada pasien kapan terakhir kali pasien
datang berobat
Jika sudah ditemukan catat data pasien ke dalam buku register
kunjungan harian.
Berikan Kartu Berobat Rawat Jalan yang baru kepada pasien
dan motivasi pasien agar Kartu Berobat di simpan dengan baik.
KARTU RAWAT JALAN HILANG
Membuat Kartu Rawat Jalan baru sesuai dengan data status
pasien disertai kode lama
Mencatat data pasien yang tertera di Kartu Rawat Jalan ke
dalam buku register kunjungan harian
mendistribusikan Kartu Rawat Jalan pasien sesuai dengan
layanan yang dituju
Sementara itu,petugas loket mencari Kartu Rawat Jalan yang
lama
Jika yang lama sudah ditemukan maka dijadikan satu dengan
yang baru
Jika Kartu Rawat Jalan yang lama tidak ditemukan maka di buat
berita acara.
21
V.Sumber
VI.Unit Terkait Semua unit pelayanan rawat jalan.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian waktu yang diperlukan oleh petugas loket untuk mencari buku status pasien mulai
dari pasien menyerahkan KTPK. untuk pasien lama sampai KRJ nya ditemukan,
dicatat dalam register dan dikembalikannya KTPK kepada pasien diperlukan waktu
maksimal 5 menit
22
Pelaporan sasaran mutu : Pengendali Unit Pendaftaran
Cara Pengukuran :
Ambil 20 sampel pada hari yang telah ditetapkan
Catat waktu yang diperlukan mulai pasien meletakkan Kartu Berobat disertai
no antrian sampai pengembalian Kartu Berobat ke pasien, dengan menggunakan
alat ukur waktu ( jam digital ).
Catat hasil ke dalam buku pemantauan sasaran mutu loket
Hitung selisih waktu yang terjadi untuk ke 20 sampel.
Dievaluasi berapa kali terjadi waktu tunggu lebih dari 5 menit
dan di hitung secara prosentase.
Masukkan hasil pemantauan dalam dokumen pemantauan
sasaran mutu loket .
Jika tidak tercapai buat analisa penyebab dan rencana
perbaikan
1. Indikator Kinerja
Sasaran mutu di ukur sesuai petunjuk kerja dan waktu tunggu 5 menit .
2. Catatan mutu
Buku pemantauan sasaran mutu
V.Sumber
VI.Unit Terkait Semua unit pelayanan.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
23
mencakup pasien yang cacat,lansia,pasien anak dan pasien yang
sakit berat untuk didahulukan pelayanannya.
2.Tujuan 1.Sebagai pedoman kerja petugas loket.
2.Untuk mengidentifikasi pasien.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Surisina No tentang kepatuhan
terhadap SOP bagi semua tenaga kesehatan yang bekerja di
Puskesmas Surisina.
24
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURISINA
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / /2015
TENTANG
MENJALIN KOMUNIKASI DENGAN MASYARAKAT.
I.Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu Pelayanan Puskesmas yang memenuhi
kebutuhan dan harapan Masyarakat dan sesuai dengan ketentuan yg telah ditetapkan, maka
diperlukan masukan dari masyarakat melalui Proses pemberdayaan Masyarakat dengan
menjalin Komunikasi yang baik dengan Masyarakat.
b.Bahwa untuk maksud pada huruf a. Menjalin Komunikasi dengan Masyarakat perlu diatur
mekanisne Komunikasi dengan masyarakat di Puskesmas Surisina yang di tetapkan Melalui
Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
• Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
• Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Publik;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2007 tentang Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal 19 April 2015
25
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
26
penyelenggaraan program dan penyelenggaraan pelayanan.
8. Sk Dokumentasi prosedur dan pencatatan kegiatan.
27
34. SK Persyaratan kompetensi penanggung jawab program.
35. Sk penetapan Penanggung jawab program.
36. Sk Kapus tentang kewajiban penanggung jawab program
dan pelaksana untuk mefasilitasi peran serta masyarakat.
37. Sk Kapus tentang kajian ulang uraian tugas.
38. Sk kapus tentang mekanisme komunikasi dan koordinasi
program.
39. Sk kapus tentang pengelolaan dan pelaksanaan program.
40. Sk kapus tentang monitoring pengelolaan dan pelaksanaan
program .
41. Sk Evaluasi kinerja program.
42. Sk Hak dan kewajiban sasaran program.
43. Sk Aturan,tata nilai budaya dalam pelaksanaan program.
44. Sk Tentang peningkatan kinerja.
45 Sk tentnag tata nilai dalam pengelolaan dan pelaksanaan
program.
46 Sk pendokumentasian kegiatan perbaikan kinerja
47 Sk kapus ttg pembentukan tim penanggulangan HIV/AIDS.
48 Sk Pelaksanaan PONED
49 Sk ketentuan menerapkan DOTS di PKM.
28
DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGADA
PUSKESMAS : WAEPANA
Jln Bajawa –Riung.telp: Kode Pos:86453
==================================================================
SURAT PENGANGKATAN KETUA TIM MUTU PUSKESMAS WAEPANA
No: Ksr 032.1/11/WPN/ / /2014
Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini:
Nama : Margareta U.Kromen.
NIP : 196906281989032005
Jabatan : Kepala UPTD Puskesmas Waepana
. Terhitung Sejak Tanggal 24 Juni 2014 Mengangkat
Nama : Maria Ermelinda Mau Soa
NIP : 198003242006042036
Jabatan : Staf Puskesmas Waepana.
Sebagai Ketua TIM MUTU Puskesmas Waepana,yang mempunyai Tanggung jawab dan
Wewenang yang akan diuraikan dalam lampiran keputusan ini.
Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini akan di adakan
perbaikan kembali sebagaimana mestinya.
= Margareta U.Kromen=
NIP:196906281989032005
29
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG KETUA TIM MUTU
A.Persyaratan Mutu.
1. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas.
2. Memastikan bahwa persyaratan Umum dalam Pelaksanaan Sistem Manajemen
MutuPuskesmas di Mengerti dan dilaksanakan oleh seluruh Karyawan.
B.Persyaratan Dokumen
1.Menetapkan,Menerapkan,dan memelihara Standart Prosedur Operasional(SOP)
Pengendalian Dokumen dan SPO Pengendalian Catatan.
2. Memastikan efektifitas pengendalian Sistem Manajemen Mutu sesuai Persyaratan
Akreditasi Puskesmas.
C.Komitmen Manajemen
Memastikan Kebijakan dan Sasaran Mutu Kinerja Puskesmas di pahami oleh
Karyawan.
D.Kebijakan Mutu.
1. Menyiapkan dan mensosialisasikan Kebijakan Mutu Puskesmas.
2. Memastikan Pelaksanaan Aktivitas yang berada di bawah tanggung jawabnya
sesuai dengan kebijakan mutu Puskesmas.
E. Perencanaan Mutu.
Memastikan rencana manajemen mutu dilaksanakan oleh masing-masing fungsi atau
unit
Kerja sesuai dengan Tujuan dan sasaran Puskesmas.
F .Wewenang,Tanggung Jawab dan Komunikasi.
Melaksanakan tugas dan tanggung Jawab berdasarkan Persyaratan yang di tetapkan.
G. Tinjauan Manajemen
30
1.Menetapkan,menerapkan,dan memelihara Prosedur Tinjauan Manajemen.
2.Melaksanakan dan mendokumentasikan Pelaksanaan Rapat tinjauan Manajemen.
H .Pengelolaan Sumber Daya Manusia.
Bertanggung jawab memastikan sosialisasi Kebijakan mutu sumber daya manusia
pada
Pada seluruh Pegawai Puskesmas.
I Pengukuran Analisis dan Perbaikan:
Mengevaluasi dan meningkatkan Kinerja sistem Manajemen Mutu Melalui
Audit Mutu Internal
Merencanakan,menetapkan dan melaksanakan proses pengukuran kepuasan
pelanggan.
Memantau Efektifitas Penerapan Sistem manajamen Mutu.
= Margareta U.Kromen=
31
NIP:196906281989032005
Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka mendukung pemberian pelayanan pasien di Puskesmas Surisina
sesuai dengan ketentuan yg telah ditetapkan, maka Kepala Puskesmas dan Petugas harus
mengetahui dan mengerti tentang Hak dan Kewajiban Pasien, Pasien dan Keluarga juga wajib
mengetahui tentang HAK dan Kewajibannya.
b.Bahwa untuk maksud pada huruf a. tersebut diatas ditetapkan perlu di Tetapkan Tentang
HAK dan Kewajiban Pasien dengan Surat Keputusan Kepala Puskesmas.
Mengingat :
• Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28.
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
• Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
• Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
MEMUTUSKAN :
32
KETIGA : Keputusan ini akan di tinjau kembali jika ditemukan kekeliruan atau
jika ada perubahan.
.KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Waepana
Pada tanggal 19 April 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
2. dan jujur.
Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil
33
5. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas
menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak
luar.
8.
Penyakit yang diderita
Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
11.
keadaan kritis.
Pasien berhak didampingi keluarganya dalam
lainnya.
34
13. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan
dirinya selama dalam perawatan di Puskesmas.
B. KEWAJIBAN PASIEN
35
KOORDINATOR PELAYANAN KLINIS,ADMINISTARSI MANAJEMEN/KA.TU DAN
KOORDINATOR UPAYA PUSKESMAS.
A.PERSYARATAN MUTU.
1. Bertanggung jawab dalam penerapan dan pemeliharaan sistem yang berada di bawah
tanggung Jawabnya secara berjenjang.
2. Memastikan untuk mengukur,memantau, dan menganalisa proses yang terkait dengan
unit-unit masing-masing.
3. Melakukan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta melakukan perbaikan
terus menerus.
B. PERSYARATAN DOKUMEN.
1. Menyusun dan mengendalikan SPO dan dokumen lain yang berkaitan dengan aktivitas
yang berada di bawah tanggung jawabnya termasuk jika ada perubahan- perubahan
yang perlu di lakukan.
2. Memelihara catatan Mutu Klinis maupun mutu Upaya Puskesmas dan Dokumen terkait
lainnya.
C. KOMITMEN MANAJEMEN
Mensosialisasikan Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu Kinerja kepada petugas dan lintas
sektor.
D.KEBIJAKAN MUTU.
Memeriksa,meninjau,dan memberi masukan mengenai kebijakan mutu Puskesmas
kepada kepala Puskesmas,ketua Tim Mutu dan kepada seluruh Karyawan.
E. PERENCANAAN MUTU.
1. Memastikan bahwa seluruh kegiatan yang berada di bawah tanggung jawabnya sesuai
dengan kebijakan Mutu Puskesmas.
2. Meyusun rencana manajemen Mutu Seuai dengan Batas waktu yang telah di tentukan/di
sepakati dan sesuai dengan sasaran mutu kinerja.
3. Melaksanakan rencana manajemen mutu sesuai dengan batas waktu yang telah di
rencanakan.
4. Memantau Pelaksanaan rencana manajemen Mutu di Unit Kerjanya masing-masing.
F.WEWENANG,TANGGUNG JAWAB DAN KOMUNIKASI.
1. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan yang telah di tetapkan.
36
2. Memastikan bahwa semua karyawan yang berada dibawah koordinasinya melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab yang telah di tetapkan.
G.TINJAUAN MANAJEMEN.
Memberi masukan tentang kompetensi kli nis dan tenaga non Klinis lainnya.
J. PRASARANA
K. LINGKUNGAN KERJA.
1. Memastikan pemeliharaan Lingkungan kerja yang baik untuk mendukung pelayanan
Puskesmas.
2. Memelihara Lingkungan kerja untuk mencapai kesesuaian pelayanan.
b. Koordinator Ruangan.
1. Memelihara dan menggunakan peralatan ukur dan pantau sesuai petunjuk yang di
tetapkan.
2. Memastikan peralatan ukur dan pantau yang di gunakan dalam kondisi baik.
37
Menetapkan dan memelihara pengukuran dan pemantauan ;proses pelayanan yang
berkwalitas dalam unit kerjanya untuk memelihara Sistem Manajemen Mutu Puskesmas.
O.ANALISA DATA.
-
Q.PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN.
1. Melaporkan permasalahan atau pencegahan di unit kerja masing-masing sesuai SPO
tindakan perbaikan dan pencegahan.
2. Melakukan peningkatan terus-menerus Sistem manajemen mutu dan kinerja di unit
kerja masing-masing.
PENDAHULUAN
Puskesmas Waepana merupakan Puskesmas rawat Inap dan sebuah Puskesmas induk yang
berada di wilayah Kecamatan Soa dengan luas wilayah 91,44.km 2. Posisi geografisnya masing-
masing berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wolomeze
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Golewa
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Boawae
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bajawa Utara
Jarak tempuh Puskesmas ke ibukota kabupaten ± 19 km, jarak puskesmas ke desa terjauh adalah
desa Loa dusun Hobotopo ± 10 km. dan yang terdekat adalah desa Waepana dan desa Seso.
38
Transportasi di beberapa wilayah masih cukup sulit diantaranya dusun Hobotopo Desa Bogoboa
,Dusun Turewuda Desa Waepana dan Dusun Waero Desa Tarawaja.
Wilayah kecamatan Soa terletak pada dataran rendah dan cukup subur, mata pencaharian
masyarakatnya sebagian besar adalalah petani.sampai keadaan tahun 2014 Puskesmas Waepana
membawahi 1 Puskesmas Pembantu,2 Polindes dan 3 Poskesdes serta 1 Balai Pengobatan swasta.
2. Demografi Puskesmas Waepana
Berdasarkan data dari statistik jumlah penduduk tahun 2013 sebanyak 12.746 jiwa. Tingkat
kepadatan penduduk 140 jiwa per dengan jumlah rumah tangga 2.832 KK dan rata-rata jiwa per
rumah tangga adalah 4 orang per rumah tangga. Desa dengan jumlah kepadatan penduduk tertinggi
adalah Desa Waepana dengan jumlah penduduk 1.591 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang
terendah terdapat di Desa Libunio yaitu sebanyak 480 jiwa.
B. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas
39
1. Ketenagaan Puskesmas Waepana
Motto Pelayanan:
TERSENYUM:Tekun,Empati,Ramah,Senyum,Nyaman,Unggul,Manusiawi
Dengan memberikan pelayanan yang cepat, tepat, ramah, berkwalitas, dan tetap menjunjung
nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai yang dianut:
Kejujuran
Rela berkorban
Saling percaya
Kerja sama
Disiplin
Ramah tamah
Rendah hati
Ketulusan
Profesionalisme
Responsive gender
solidaritas
ETIKA PELAYANAN PETUGAS DI PUSKESMAS WAEPANA
1. PETUGAS HARUS MELAYANI PASIEN DENGAN SENYUM, SALAM, SAPA, DAN SOPAN
2. MELAYANI PASIEN DENGAN RAMAH
3. TIDAK MENERIMA TELEPON / MENGUNYAH MAKANAN / MEROKOK / BERBICARA DENGAN
ORANG LAIN SAAT MELAYANI PASIEN KECUALI PADA SAAT KONSULTASI DENGAN DOKTER
4. SELALU MENJAGA HARKAT, MARTABAT, DAN PRIVASI PASIEN
5. DALAM MEMBERIKAN PELAYAN KEPADA PASIEN TIDAK PILIH KASIH
6. PETUGAS HARUS MENERIMA KELUHAN DAN CEPAT TANGGAP TERHADAP KELUHAN PASIEN
7. PETUGAS HARUS MENJAGA KESEHATAN DIRINYA SEHINGGA MAMPU MEMBERIKAN PELAYANAN
KESEHATAN YANG BAIK DAN TIDAK MENJADI SUMBER PENULARAN PENYAKIT
8. PETUGAS HARUS DISIPLIN DAN BERTANGGGUNG JAWAB DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
9. PETUGAS HARUS ADA KERJA SAMA YANG BAIK, SALING MEMPERCAYAI DAN SALING MEMBAGI
PENGALAMAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
10. PETUGAS HARUS MAMPU MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
11. PETUGAS HARUS MAMPU MEMBERIKAN INFORMASI YANG JELAS KEPADA PASIEN DAN
KELUARGA
12. PETUGAS KESEHATAN SEBAGAI PANUTAN HARUS MAMPU BEKERJA SAMA DALAM KEGIATAN
KEMASYARAKATAN DAN AKTIF TERHADAP KEGIATAN KEORGANISASIAN
13. PETUGAS HARUS TOLERANSI TERHADAP PASIEN YANG MEMBUTUHKAN PELAYANAN PADA SAAT
ITU JUGA
14. PETUGAS HARUS MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN
15. MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENEGUR KEPADA PASIEN ATAU KELUARGA UNTUK TIDAK
MEROKOK DI LINGKUNGAN PUSKESMAS SERTA TIDAK MEMBUANG SAMPAH PADA SEMBARANG
TEMPAT
16. PETUGAS HARUS MEMAKAI PAKAIAN YANG BERSIH, RAPIH, SERTA ATRIBUT LENGAP SESUAI
ATURAN YANG DITETAPKAN
17. TIDAK MENINGGALKAN TEMPAT TUGAS (PUSKESMAS) SELAMA JAM BERTUGAS KECUALI
TUGAS KELUAR ATAU TUGAS DINAS / MENYUSUI
18. PETUGAS HARUS PEDULI TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN
19. SEMUA PETUGAS BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP KEAMANAN DAN KENYAMANAN PASIEN.
41
KEBIJAKAN MUTU
Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas Waepana,maka kami seluruh karyawan
berkomitmen untuk:
1.Mengutamakan kepuasan pelanggan dengan melaukan peningkatan pelayanan secara terus
menerus dengan ,memperhatikan hak-hak pelanggan.
2. Mentaati Etika pelayanan Puskesmas yang telah di buat.
3. memberikan pelayanan yang cepat, tepat, ramah, berkwalitas, dan tetap menjunjung nilai
kemanusiaan,sesuai dengan Motto Pelayanan.
4.Menerapkan sistem Manajemen Mutu Puskesmas Secara Efektif dan efisien.
42
12.Pelayanan Rawat Inap 24 Jam.
13.Pelayanan Persalinan 24 jam.
14.Pelayanan Obat.
15.Kegiatan keas ibu
Jenis Pelayanan Luar Gedung
1.Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
2. Usaha Kesehatan Gigi Anak Sekolah
3.Promosi Kesehatan.
4.Posyandu Balita.
5.Posyandu Lansia/Posbindu.
6.Kegiatan kelas Balita
F.Persyaratan Mutu.
1.Ruang Lingkup.
Pedoman ini berisi persyaratan mutu dalam penerapan Sistem Manajemn Mutu Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas Waepana).
2.Tanggung Jawab
a.Kepala Puskesmas
Menerapkan sistem manajemen mutu Puskesmas (Waepana)
Bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap keputusan strategis untuk
pelaksanaan Sistem kinerja setiap proses yang ada di dalam Proses kerja
Puskesmas.(Bisnis,dll)
Memastikan ketersediaan sumber daya baik Manusia,alat dan gedung serta
informasi yang dibutuhkan untuk mendukung semua proses kegiatan di
Puskesmas.
b.Ketua Tim Mutu Puskesmas
1.Bertanggung jawab dalam penerapan dan pemeliharaan sistem yang berada di bawah
tanggung Jawabnya secara berjenjang.
2.Memastikan untuk mengukur,memantau, dan menganalisa proses yang terkait dengan unit-
unit masing-masing.
43
3.Melakukan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta melakukan perbaikan terus
menerus untuk meningkatkan Mutu Pelayanan.
2.Kebijakan.
a. Sistem Mutu Puskesmas Merupakan penjabaran dan Penerapan Kebijakan Pemerintah
tentang pelayanan Kesehatan pada Masyarakat yang didasarkan pada aturan-aturan
Pemerintah Pusat,Propinsi,Peraturan Daerah dan perundang-undangan yang berlaku sebagai
berikut:
1.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
2.Keputusun Gubernur Nusa Tenggara Timur.
3. Surat Keputusan Bupati Ngada.
4.Peraturan Daerah Kabupaten Ngada.
b.Puskesmas Menetapkan,Mendokumentasikan,Menerapkan,Memelihara dan melakukan
perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan terkait Sistem Manajemen Mutu
Puskesmas yang meliputi:
1.Mengidentifikasi semua proses yang di perlukan untuk pelaksanaan Sistem Manajemen
Mutu dan aplikasinya.
2.Menetapkan urutan Prioritas dan interaksi antar Proses tersebut di dalam Proses Bisnis.
3.Menetapkan Kriteria dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan
kegiatan maupun pengendalian proses-proses berjalan efektif.
4.Memastikan tersedianya Sumber Daya dan Informasi yang di perlukan untuk mendukung
pelaksanaan dan pemantauan proses pelayanan dan hasilnya.
5. Memantau, mengukur dan menganalisa Proses-proses dan hasilnya.
6.Menerapkan tindakan yang di perlukan untuk mencapai hasil sesuai dengan yang
direncanakan serta perbaikan yang terus-menerus dan berkesinambungan.
7.Menerapkan seluruh persyaratan sistem Manajemen Mutu Puskesmas.
4.Dokumen Terkait.
Seluruh Dokumen yang terkait dan berlaku sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi Akreditasi
Puskesmas.
G.Persyaratan Dokumen
Pedoman ini menjelaskan persyaratan dokumentasi dan pengendaliannya dalam
penerapan Sistem Manajemen Mutu Puskemas.
1.Tanggung Jawab.
44
a.Kepala Puskesmas
1.Menetapkan pernyataan Kebijakan Mutu dan Sasaran Mutu Kinerja,
2.Mengesahkan Pedoman dan Standart Prosedur Operasional Mutu.
b. Ketua TIM.
1.Menetapkan,Menerapkan,dan memelihara Standart Prosedur Operasional(SOP)
Pengendalian Dokumen dan SPO Pengendalian Catatan.
2. Memastikan efektifitas pengendalian Sistem Manajemen Mutu sesuai Persyaratan
Akreditasi Puskesmas.
Koordinator Pelayanan Klinis/Yanis,Administrasi manajemen/ka TU dan penanggung jawab
Upaya Kesehatan.
1. Menyusun dan mengendalikan SPO dan dokumen lain yang berkaitan dengan aktivitas
yang berada di bawah tanggung jawabnya termasuk jika ada perubahan- perubahan yang
perlu di lakukan.
2. Memelihara catatan Mutu Klinis maupun mutu Upaya Puskesmas dan Dokumen terkait
lainnya.
3.Kebijakan
a.Menetapkan,memelihara dan mengendalikan semua dokumen terkait yang di persyaratkan
oleh Akreditasi Puskesmas,
b. Struktur Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu Puskesmas:
1. Tingkat I Pedoman Mutu
Dokumen ini berisi Menguraikan Tujuan,sasaran dan kebijakan yang memenuhi
persyaratan Akreditasi Puskesmas.
2.Tingkat 2 Prosedur Mutu.
Dokumen ini menguraikan aktivitas Puskesmas dan Koordinasi dalam pelaksanaan
kebijakan sebagaimana ditetapkan dalam pedoman Mutu.
3.Tingkat 3 Referensi Kerja.
a. Standart Operasional Prosedur (SOP),Format dan Dokumen Pendukung.
b. Dokumen ini menjelaskan petunjuk pelaksanaan aktivitas Puskesmas dan acuan Kerja
termasuk bukti catatan Mutu sebagai bukti pelaksanaan Aktivitas.
c.Menetapkan,mengendalikan dokumen yang diperlukan untuk
identifikasi,Penerbitan,Pendistribusian,peninjauan,perubahan dan juga pemusnahan.
d. Menetapkan mengendalikan catatan Mutu untuk
Penyimpanan,Perlindungan,pengambilan masa penyimpanan,dan pemusnahan catatan Mutu.
45
4.Dokumen Terkait
SOP,Pengendalian dokumen dan catatan Mutu.
H.Komitmen Manajemen
1.Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan komitmen manajemen untuk pengembangan dan penerapan
sistem manajemen Mutu di Puskesmas.
2.Tanggung Jawab.
a.Kepala Puskesmas.
1.Menetapkan pernyataan Kebijakan Mutu dan sasaran Mutu Kinerja.
2.Mengadakan tinjauan Manajemen secara berkala.
3.Menyediakan Sumber daya yang di butuhkan dalam penerapan Sistem Manajemen
Mutu.
4.Memastikan bahwa seluruh persyaratan pelanggan dan peraturannya yang terkait
dengan pelayanan telah di pahami oleh semua pihak terkait.
5.Memastian adanya pengembangan dan perbaikan berkesinambungan di dalam
sistem Manajemen Mutu Puskesmas.
b.Ketua TIM Mutu.
Memastikan Kebijakan dan Sasaran Mutu Kinerja Puskesmas di pahami oleh
Karyawan.
c.Koordinator Pelayanan Klinis,Administrasi Manajemen/Ka TU dan koordinator
Upaya Puskesmas .
Mensosialisasikan Kebijakan mutu dan Sasaran Mutu Kinerja kepada Karyawan terkait
baik lintas program maupun lintas sektor.
3.Kebijakan
a.Kepala Puskesmas memiliki komitmen terhadap pengembangan,penerapan dan
peningkatan terus menerus terhadap sistem manajemen Mutu puskesmas Puskesmas dan terus
memperbaiki keefektifannya.
b.Mengkomunikasikan kepada seluruh kepala unit kerja dan seluruh karyawan tentang
pentingnya memenuhi Kepuasan pelanggan dan persyaratan lainnya.
c. Menetakan kebijakan mutu Puskesmas dan memastikan sasaran mutu kinerja di penuhi.
d. Memimpin tinjauan Manajemen yang dilaksanakan dengan rapat tinjaun manajemen
yang dilaksanakan minimal 6 ( Enam )Bulan sekali.
e. Memastikan sumber daya yang di butuhkan yaitu Sumber daya manusia,Peralatan
kesehatan,dan pengobatan dan infastruktur terpenuhi.
4.Dokumen Terkait.
a. Kebijakan Mutu dan sasaran Mutu Kinerja Puskesmas.
b. SPO Rapat Tinjauan manajemen.
I.Kebijkan Mutu
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan kebijakan mutu puskesmas dalam penerapan sistem manajemen
Mutu Puskesmas.
2. Tanggung Jawab
46
a.Kepala Puskesmas
Mengesahkan kebijakan Mutu Puskesmas.
b.Koordinator pelayanan Klinis,Administrasi manajemen/Ka.TU dan Koordinator
Upaya Puskesmas.
3.Kebijakan
Puskesmas menetapkan Kebijakan mutu;
a. Sesuai dengan Visi,Misi dan tujuan Puskesmas.
b. Mencakup Komitmen untuk memenuhi persyaratan dan perbaikan terus menerus untuk
efektifitas sistem manajemen Mutu Puskesmas.
c. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau sasaran Mutu kinerja.
d. Puskesmas Memastikan kebijakan Mutu berjalan sesuai dengan
ketentuan,dikomunikasikan dan di pahami seluruh karyawan.
e. Kebijakan Mutu Puskesmas di tinjau terus menerus agar sesuai kebutuhan.
4.Dokumen Terkait.
J.Perencanaan Mutu
1. Ruang Lingkup.
Pedoman ini menjelaskan perencanaan Program manajemen untuk penerapan Sistem
manajemen Mutu.
2.Tanggung Jawab
a.Kepala Puskesmas
1.Mengesahkan sasaran Mutu disetiap Program/Upaya kesehatan atau unit kerja.
2. Memeriksa dan meninjau rencana manajemen mutu disetiap bagian untuk mencapai
sasaran mutu kinerja yang telah ditetapkan.
b. Ketua TIM Mutu.
Memastikan rencana manajemen mutu dilaksanakan oleh masing-masing fungsi atau unit
Kerja sesuai dengan Tujuan dan sasaran Puskesmas.
c.Koordinator pelayanan Klinis,Administrasi manajemen/Ka.TU dan Koordinator Upaya
Puskesmas.
1. Memastikan pelaksanaan aktivitas yang berada di bawah tanggung jawabnya sesuai
dengan kebijakan Mutu Puskesmas.
2. Menyusun rencana manajemen mutu sesuai sasaran mutu kinerja.
3. Melaksanakan rencana manajemen mutu sesuai dengan batas waktu yang di rencanakan.
4. Melaksanakan pelaksanaan rencana manajemen Mutu di unit kerjanya.
47
3.Kebijakan
a. Kepala Puskemas menetapkan,melaksanakan,dan memelihara rencana Manajemen Mutu
untuk mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan kebijakan Puskesmas.
b. Rencana Manjemen Mutu yang ada di setiap unit kerja meliputi;
1. Perencanaan tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan sasaran pada setiap fungsi yang
berhubungan di dalam Puskesmas.
2. Memastikan bahwa tanggung jawab dan wewenang di sosialisasikan dan dikomunikasikan
pelaksana terkait di Puskesmas.
3. memeriksa dan meninjau struktur organisasi,tanggung jawab dan wewenang.
b.Ketua TIM Mutu.
Melaksanakan tugas dan tanggung jawab berdasarkan persyaratan yang di tetapkan.
c.koordinator pelayanan klinis,administrasi manajemen/Ka TU dan koordinator upaya
Puskesmas.
1.Melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan yang telah di tetapkan.
2. Memastikan bahwa semua karyawan yang berada dibawah koordinasinya melaksanakan
tugas sesuai dengan tanggung jawab yang telah di tetapkan.
3.Kebijakan.
a.Kepala Puskesmas menetapkan peranan,tanggung jawab dan wewenang dari sumber daya
untuk melaksanakan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas yang Efektif.
b.Kepala puskesmas menyediakan sumber daya untuk penerapan dan pengendalian sistem
manajemen mutu Puskesmas.
c.Kepala Puskesmas menunjukan dan menetapkan Ketua Tim Mutu Puskesmas,yang
memiliki tanggung jawab dan wewenang:
1. Memastikan bahwa proses manejemen mutu Puskesmas di tetapkan,diterapkan dan di
pelihara.
2. Melaporkan kepada kepala puskesmas tentang efektivitas penerapan sistem manajemen
mutu puskesmas dan perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
3. Memastiakn bahwa persyaratan pelanggan di pahami semua tenaga di Puskesmas.
4. Sebagai penghubung dengan pihak luar dalam masalah yang berkaitan dengan sistem
manajemen mutu Puskesmas.
48
d.Kepala Puskesmas menetapkan dan memastikan proses komunikasi sesuai dengan yang di
tetapkan di Puskesmas dan di jalankan untuk mengefektifkan sistem manajemen Mutu
Puskesmas sesuai matriks komunikasi internal yang telah di tetapkan.
4.Dokumen Terkait
a. Surat pengangkatan ketua Tim Mutu Puskesmas.
b. Uraian Tigas dan Wewenang.
c. Struktur Organisasi
L Tinjauan Manajement
1.Ruang lingkup
Pedoman ini mencakup pelaksanaan Tinjauan manajemen dalam penerapan sistem
manajemen Mutu sesuai standart Akreditasi.
2.Tanggung jawab
a. Kepala Puskesmas
1. Memimpin rapat tinjauan manajemen.
2. Memutuskan hal-hal yang di bahas dalam rapat tinjauan manajemen.
b. Ketua Tim Mutu
1 menetapakn,menerapkan,dan memelihara prosedur tinjauan manajemen
2. Melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan rapat tinjauan manajemen.
c. Koordinataor Pelayanan Klinis,Administrasi manjemen/Ka.TU dan koordinator Upaya
Puskesmas.
Menindaklanjuti hasil keputusan Rapat Tinjauan Manajemen.
3. Kebijakan
Kepala Puskesmas menetapkan dan melaksanakan tinjauan manajemen sekurang-
kurangnya 6 Bulan sekali dalam bentuk rapat tinjauan manajemen dengan cara:
a. Menetapkan,menerapkan,kecukupan,dan efektifitas penerapan Sistim Manajemen
Mutu.
b. Memastikan masukan dari tinjauan manajemen sebagai agenda rapat meliputi:
1. Hasil internal atau eksternal audit.
2. Umpan balik pelanggan( keluhan pelanggan dan hasil pengukuran kepuasan
pelanggan)
3. Kinerja proses dan dan kesesuaian hasil pelayanan.
4. Pembahasan kebijakan dan sasaran mutu.
5. Status tindkan perbaikan dan pencegahan.
6. Tindak lanjut tinjauan manjemen sebelumnya.
49
7. Perubahan yang berdampak pada sistem manajemen dan lingkungan.
8. Peluang untuk peningkatan.
c. Keluaran tinjauan manajemen meliputi:
1. Perbaikan dari efektifitas Sistem Manajemen Mutu.
2. Perbaikan produk yang terkait dengan persyaratan pelayanan.
3. Sumber daya yang dibutuhkan.
4. Memastikan hasil-hasil rapat dari tinjauan manajemen di dokumentasikan.
4.Dokumen Terkait
SOP telaah Mutu dan Kinerja.
M.Penyediaan Sumber Daya
1.Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan penyediaan Sumber Daya untuk pelaksanaan dari sistem
manajemen Mutu Puskesmas dan Sistem pelayanan di Puskesmas.
2.Wewenang dan Tanggung Jawab
a.Kepala Puskesmas
Memastikan tersedianya sumber daya untuk pelaksanaan dari sistem manajemen mutu
Puskesmas dan sistem pelayanan di Puskesmas.
b.Koordinator Pelayanan Klinis,Administrasi Manajemen/Ka TU dan koordinator Upaya
Puskesmas.
Memantau dan mengevaluasi kebutuhan sumber daya pada masing-masing unit.
3.Kebijakan Puskesmas
Menentukan dan menyediakan sumber daya yang di perlukan untuk:
a.Melaksanakan dan memelihara sistem manajemen mutu Puskesmas dan terus menerus
memperbaikai keefektifannya.
b. Meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan yang telah di tentukan.
4.Dokumen Terkait.
50
2. Tanggung Jawab
a. Kepala Puskesmas
1) Bertanggung jawab untuk menyediakan sumber daya manusia yang di
butuhkan pengelolaanya
2) Menetapkan standar Kompetensi semua karyawan yang ada
3) Menganalisis kompetensi semua karyawan yang ada
4) Menyediakan pola ketenagaan Puskesmas
5) Mengembangkan kompetensi karyawan
b. Ketua Tim Mutu Puskesmas
Bertanggung jawab memastikan sosialisasi kebijakan mutu sumber daya manusia
pada seluruh pegawai Puskesmas.
c. Koordinator pelyanan klinis, Administrasi Manajemen/ Ka. TU dan Koordinator
Upaya Puksesmas memberi masukan tentang kompetensi klinis dan tenaga non
klinis lainnya
3. Kebijakan :
a. Menetapakan persyaratan personel yang terlibat dalam pelayanan kesehatan yang
bermutu berdasarkan kesesuaian tingkat pendidkikan, pelatihan, kemampuan dan
pengalaman
b. Menindaklanjuti perbedaan antara kompetensi personel dengan persyaratan/
standar kompetensi melalui pendidikan atau pelatihan serta pembinaan sesuai
bidangnya atau penugasan baru.
c. Meningkatkan keterlibatan dan kepedulian karyawan dalam pencapian sasaran
mutu melalui pembinaan karyawan baik formal dan nonformal agat tercapainya
kepuasan pelanggan.
d. Melakukan evaluasi terhadap efektivitas dari pelatihan yang dilakukan
e. Memelihara catatan pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman yang
sesuai.
4. Prosedur terkait :
a. SPO penempatan pegawai
b. SPO pelatihan
c. SPO pola ketenagaan
d. SPO Orientasi karyawan
e. SPO Evaluasi pasca pelatihan
O. Prasarana
51
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan prasarana yang berpengaruh dalam Sistem Manajemen
Mutu Puskesmas
2. Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Kepala Puskesmas
Menetapkan dan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dan
mempengaruhi Kepuasan Pelayanan Puskesmas
b. Koordinator pelayanan Klinis, Administrasi Manajemen/ Ka. TU dan Koordinator
Upaya Puskesmas.
1) Memastikan pemeliharaan sarana dan prasarana untuk mendukung Pelayanan
Puskesmas
2) Memastikan sarana, prasarana yang digunakan di unit kerja, sesuai petunjuk
kerja/ SPO yang telah ditetapkan
3. Kebijakan
1) Puskesmas menetapkan, menyediakan, memelihara prasarana yang diperlukan
untuk mencapai kesesuaian pelayanan
2) Prasarana tersebut meliputi gedung, tempat kerja, peralatan utilitas, peralatan
kesehatan, peralatan-peralatan pembantu pelayanan pasien dilingkungan
Puskesmas.
4. Dokumen terkait
1) SPO pemeliharaan lingkungan kerja
2) SPO pemeliharaan sarana dan prasarana
P. Lingkungan Kerja
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan lingkungan kerja yang berpengaruh dalam Sistem
Manajemen Mutu Puskesmas
2. Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Kepala Puskesmas
Menetapkan dan menyediakan lingkungan kerja yang diperlukan dan
mempengaruhi Kepuasan Pelayanan Puskesmas.
b. Koordinator pelayanan Klinis, Administrasi Manajemen/ Ka.TU dan koordinator
Upaya Puskesmas.
1) Memastikan pemeliharaan Lingkungan kerja dilaksanakan untuk mendukung
Pelayanan Puskesmas
52
2) Memelihara lingkungan kerja untuk mencapai kesesuaiain pelayanan
3) Menjaga kebersihan, kerapian dan kenyamanan lingkungan kerja di unit kerja
3. Kebijakan
a. Puskesmas menetapkan, menyedikan lingkungan kerja yang diperlukan untuk
mencapai kesesuaian pelayanan
b. Puskesmas mengidentifikasi dan mengatur unsur-unsur lingkungan kerja yang
dibutuhkan untuk mencapai kesesuaian pelayanan dengan cara menjaga
kebersihan lingkungan tempat kerja dan menjaga kondisi ruang kerja
4. Dokumen Terkait
a. SPO Pemeliharaan Lingkungan Kerja
b. SPO Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
53
5) Mengambil tindakan yang diperlukan terhadap semua pelayanan yang telah
diverifikasi dengan menggunakan peralatan yang rusak.
5. Dokumen terkait
SPO Kalibrasi
R. Pengukuran analisis dan perbaikan
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan persyaratan umum untuk pengukuran, analisis dan
perbaikan berkesinambungan dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu dan Kinerja
Puskesmas
2. Tanggung Jawab
a. Koordinator terkait
1) Menetapkan dan memelihara proses pengukuran, analisis dan perbaikan
berkesinambungan yang dibawah tanggung jawabnya
2) Memastikan proses perbaikan berkesinambungan dilaksankan personil yang
dibawah tanggung jawabnya
b. Ketua Tim Mutu
1) Mengevaluasi dan meningkatkan kinerja sistem Manajemen Mutu melalui
Audit Mutu Internal
2) Merencanakan, menetapkan dan melaksanakan proses pengukuran kepuasan
pelanggan
3) Memantau efektivitas penerapan Sistem Manajemen Mutu
3. Kebijakan
a. Puskesmas merencanakan dan menerapkan pemantauan, pengukuran, analisis dan
proses perbaikan berkesinambungan yang dibutuhkan untuk :
b. Memperlihatkan kesesuian layanan
c. Memastikan kesesuaian Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
d. Mencapai peningkatan dari efektifitas Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
4. Dokumen Terkait
SPO Analisis data
S. Pengukuran dan Pemantauan
1. Ruang Lingkup
54
Pedoman ini menjelaskan pengukuran dan pemantauan untuk penerapan Sistem
Manajemen Mutu Puskesmas
2. Tanggungjawab
a. Ketua Tim Mutu Puskesmas
1) Menetapkan dan memelihara pengukuran dan pemantauan kepuasan
pelanggan
2) Menetapkan dan memelihara pengukuran dan pemantauan Internal Audit
b. Koordinator pelayanan Klinis, Administrasi Manajemen/ Ka. TU dan koordinator
Upaya Puskesmas
c. Menetapkan dan memelihara pengukuran dan pemantauan proses dan pelayanan
dalam unit kerjanya untuk memelihara Sistem Manajemen Mutu Puskesmas
3. Kebijakan Puskesmas :
a. Mengukur kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan
b. Menyelenggarakan audit internal minimal setiap 6 bulan sekali untuk menentukan
apakah Sistem Manajemen Mutu Puskesmas :
1) Sesuai dengan perencanaan dan persyaratan Sistem Manajemen Mutu
Puskesmas yang disusun berdasarkan persyaratan akreditasi Puskesmas
2) Diterapkan dan dipelihara secara efektif dan menyediakan informasi dari hasil
audit kepada manajemen
3) Menetapkan program audit dengan memperhatikan status dan pentingnya
proses dan wilayah yang diaudit berdasarkan hasil audit sebelumnya
4) Menetapkan SPO audit yang meliputi cakupan audit, frekuensi, metode,
tanggung jawab, persyaratan untuk penyelenggaraan audit dan pelaporan hasil
c. Menetapkan metode yang sesuai untuk pengukuran dan pemantauan proses dan
hasil pelayanan
d. Mengukur dan memantau layanan untuk menunjukan bahwa persyaratan layanan
dipenuhi
4. Dokumen Terkait
a. SPO Audit Internal
b. SPO pengukuran Kepuasan Pelanggan
T. Analisis Data
55
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan analisis data untuk penerapan Sistem Manajemen Mutu dan
pelayanan Puskesmas
2. Wewenang dan tanggung jawab
a. Kepala Puskesmas
Melakukan perbaikan dan peningakatan Sistem Manajemen Mutu Di Puskesmas
b. Koordinator pelayanan klinis, Administrasi Manajemen/ Ka.TU dan Kordinator
Upaya Puskesmas
c. Menetapkan dan memelihara tindakan yang diperlukan untuk menganalisis data
yang berhubungan dengan aktivitas untuk memelihara Sistem Manajemen Mutu
Puskesmas dan hasil kinerja Puskesmas
d. Ketua Tim Mutu Puskesmas,
1) Mengkoordinir untuk melakukan analisis data dan hasil audit mutu internal,
kinerja Puskesmas dan hasil pengukuran kepuasan pelanggan
2) Mengkoordinir melakukan pengumpulan, pengukuran dan analisis data serta
melaporkan kepada kepala puskesmas
3. Kebijakan
a. Menetapkan, mengumpulkan dan menganalisa data untuk menunjukan kesesuaian
dan keefektifan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas serta untuk mengevaluasi
dimana peningkatan berkesinambungan terhadap Sistem Manajemen Mutu
Puskesmas
b. Melaksanakan analisis data berkaitan dengan :
1) Kepuasan Pelanggan
2) Kesesuaian pada persyaratan layanan
3) Sifat dan kecendrungan proses dan layanan termasuk peluang untuk tindakan
pencegahan
4) Pemasok/supplier bila ada
4. Dokumen Terkait
SPO Analisis Data
U. Perbaikan Berkesinambungan
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menjelaskan sistem perbaikan berkesinambungan, tindakan koreksi dan
tindakan pencegahan untuk penerapan Sistem Manajemen Mutu Puskesmas dan
kinerja Puskesmas
56
2. Tanggung Jawab
a. Kepala Puskesmas
Menetapkan dan memelihara sistem perbaikan berkesinambungan yang
berhubungan dengan aktivitasnya untuk memelihara Sistem Manajemen Mutu
Puskesmas
b. Ketua Tim Mutu Puskesmas
1) Menetapkan, menerapkan dan memelihara prosedur Tindakan Perbaikan dan
pencegahan
2) Memastikan peningkatan terus menerus Sistem Manajemen Mutu
3) Melaporkan hasil tindakan dan pencegahan dalam tinjauan manajemen
c. Koordinator pelayanan klinis, administrasi Manajemen / Ka. TU dan koordinator
Upaya Puskesmas
1) Melaporkan permasalahan dan atau pencegahan di unti kerja masing-masing
sesuai SPO tindakan perbaikan dan pencegahan
2) Melakukan peningkatan terus menerus Sistem Manajemen Mutu dan kinerja di
unit kerja masing-masing
3. Kebijakan Puskesmas
a. Melakukan perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan keeftifitasan sistem
melalui penerapan kebijakan, tujuan dan sasaran, hasil audit, analisis, tindakan
perbaikan dan pencegahan serta tinjauan manajemen
b. Melakukan tindakan koreksi untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian
untuk mencegah terulang kembali. Tindakan koreksi harus sesuai dengan
pengaruh ketidaksesuaian yang terjadi
c. Menetapka SPO terdokumentasi untuk pengendalian tindakan koreksi dengan :
1) Meninjau ketidaksesuaian (termasuk keluhan pelanggan)
2) Menetapkan penyebab ketidaksesuaian
3) Menetapkan dan menerapkan tindakan yang diperlukan
4) Menyelidiki akar penyebab ketidaksesuaian untuk memastikan
ketidaksesuaian terulang kembali
5) Mencatat hasil tindakan yang dilakukan
6) Meninjau tindakan koreksi yang dilakukan
d. Menetapkan tindakan pencegahan untuk menghilangkan penyebab ketidak
sesuaian yang potensial terdokumentasi untuk pengendalian tindakan koreksi
dengan :
57
1) Menetapkan ketidaksesuaian potensial dan penyebabnya
2) Mengevaluasi kebutuhan akan tindakan untuk mencegah terjadinya
ketidasesiauan
3) Menetapkan dan menerapkan tindakan pencegahan yang diperlukan
4) Mencatat hasil tindakan pencegahan yang dilakukan
5) Meninjau tindakan pencegahan yang dilakukan
4. Dokumen Terkait
a. SPO Tindakan (korektif)
b. SPO Pencegahan (_Preventif)
c. SPO Keluhan Pelanggan
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
58
melalui komunikasi langsung, Kotak saran,Survey keluhan
masyarakat,Kwisioner bisa juga melalui telpon dan SMS yang dilakukan
oleh Bidan maupun petugas kesehatan baik di Puskesmas,di
Pustu,Polindes,Poskesdes ataupun di Posyandu bisa juga dilakukan pada
saat kegiatan kemasyarakatan lainnya.
II Tujuan Sebagai pedoman bagi bidan dan petugas kesehatan lainnya dalam
melakukan kegiatan pengumpulan informasi tentang harapan dan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan KIA dan KB
III Kebijakan PMK No 1464 tentang Standart Praktek Bidan.
Pergub no 42 tahun 2009 tentang revolusi KIA
Perda Kabupaten Ngada tentang KIBBLA No 11 tahun 2012.
IV Prosedur Kerja A.Informasi Langsung dari Pelanggan
1.Bidan menerima informasi langsung dari Pelanggan/masyarakat terkait
pelayanan,kebutuhan,harapan Masyarakat/pelanggan.
2. Bidan yang mendengarkan informasi meyampaikan kepada Bidan
koordinator terkait keluhan,harapan dan kebutuhan Masyarakat yang
disampaikan oleh pelanggan/Masyarakat.
3.Bidan koordinator mencatat semua keluhan,harapan,dan kebutuhan
Masyarakat ke dalam buku buku rekapan koordinator dan langsung
menandatangani buku rekapan koordinator.
B.Informasi melalui Telpon atau SMS.
1.Bidan koordinator,Bidan Puskesmas maupun Bidan di desa menerima
informasi dari pelanggan/Masyarakat melalui pembicaraan langung di
telpon maupun melalui SMS.
2.Semua informasi yang masuk di rekap di dalam buku harapan pelanggan
setiap individu bidan.
3. Bidan koordinator merekap semua keluhan pelanggan dari Bidan desa
dalam buku rekapan umum.dan menandatangani buku rekapan individu
bidan mauapun buku rekapan umum.
C.Pengumpulan informasi melalui Kotak Saran
1.Ketua Tim keluhan dan harapan masyarakat membuka kotak saran setiap
bulan.
2.Sekertaris Tim merekap semua keluhan dan harapan masyarakat di dalam
buku rekapan umum Puskesmas.
59
3.ketua Tim dan anggota Tim memisahkan semua keluhan sesuai dengan
unit pelayanan masing - masing dan menyerahkan hasil rekapannya kepada
koordinator Unit Pelayanan.
4. Bidan Koordinator meneriam keluhan dari ketua Tim dan mengisinya
dalam buku rekapan umum KIA/KB.
5. Bidan Koordinator menandatangani tanda terima penyerahan keluhan
dari ketua Tim.
D.Pengumpulan informasi melalui Survey Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM).
1.Keluhan masyarakat terkait pelayanan di sampaikan melalui Survey
keluhan yang dilakukan oleh Badan Penyantun Puskesmas Waepana(BPP).
2. hasil survey oleh BPP di serahkan kepada kepala Puskesmas yang
selanjutnya di serahkan kepada ketua tim Penanganan pengaduan keluhan
Puskesmas Waepana.
3.Ketua Tim penangan Pengaduan puskesmas menyerahkan hasil survey
kepada sekertaris untuk di bukukan dalam buku rekapan umum.
4. ketua Tim Penangan Pengaduan bersama anggota memilah keluhan dari
hasil survey dan mendistribusikan kepada setiap unit.
5. Bidan Koordinator mencatat semua keluhan dari hasil survey kedalam
buku rekapan keluhan KIA/KB.
6. Bidan Koordinator menandatangani tanda terima penyerahan dari
Ketua Tim penanganan keluhan dan pengaduan puskesmas Waepana.
7.Bidan Koordinator memisahkan semua keluhan berdasarkan tingkatan
kemendesakannya.
8. jika ada yang urgen dan harus di selesaikan segera maka Bidan
koordinator mengundang semua Bidan untuk membahas keluhan dan
harapan yang bersifat mendesak dan mencari jalan keluarnya.
9. Bidan koordinator dan semua Bidan termasuk Bidan di desa membuat
rencana tindak lanjut dari hasil pembahasan harapan pelnggan/masyarakat.
10. Bidan koordinator melaporkan hasil pertemuan dan solusi yang di buat
kepada Kepala UPTD Puskesmas.
11. Apabila masalahnya tidak terlalu mendesak untuk di tangani maka
setiap akhir bulan Bidan koordinator mengundang semua bidan termasuk
bidan di desa untuk membahas semua harapan pelanggan/masyarakat.
60
12.Bidan koordinator dan semua bidan melakukan rencana tindak lanjut
dari semua pembahasan harapan pelanggan.
13.Semua Bidan termasuk Bidan di desa melaksanakan kegiatan sesuai
dengan pembagian tugas berdasarkan harapan pelanggan/masyarakat.
14.Mencatat semua kegiatan yang telah dilaksanakan di dalam buku
kegiatan individu.
15.Bidan koordinator melaporkan kepada kepala Puskesmas tentang hasil
pembahasan harapan pelanggan upaya KIA dan KB.
16.Kepala Puskesmas meneliti dan memberi umpan balik atas laporan
Bidan koordinator.
61
62
UPTDPuskesmas Surisina TELAH MUTU DAN KINERJA
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
I. Pengertian: Telaah mutu dan kinerja adalah: Pembahasan yang berbentuk pertemuan
dari semua unsur di Puskesmas untuk menyelesaikan semua permasalahan
yang di temukan di dalam penerapan sistem Manajemen Mutu Puskesmas
untuk memastikan penerapan sistem manajemen mutu Puskesmas berjalan
efektif dan efisien yang dilakukan secara periodik sekurang-kurangnya 6
bulan sekali.
II. Tujuan : 1.Untuk Menerapkan Proses telaah mutu dan kinerja di Puskesmas bagi
semua karyawan.
2. Agar telaah mutu dan kinerja dapat dilakukan tepat waktu.
3.Sebagai rekomendasi untuk melakukan peningkatan sistem kerja dan
pelayanan di Puskesmas.
III. Kebijakan PMK 1464 Tentang Standart Praktek Bidan.thn 2010
Keputusan Bupati Ngada No: tentang Disiplin PNS.
IV. Uraian Kegiatan A.Persiapan:
1. ketua TIM mutu dan sekertaris Menyusun jadwal kegiatan,Agenda
pertemuan dan peserta yang harus hadir.
2. Sekertaris mengajukan jadwal pertemuan kepada kepala UPTD
Puskemas.
3.Kepala UPTD Puskesmas memeriksa jadwal,Agenda dan peserta
pertemuan yang diajukan sekretaris.
4. Jika Kepala UPTD Puskesmas tidak menyetujui usulan yang di berikan
sekertaris maka dapat didiskusikan ulang lagi bersama kepala UPTD
Puskesmas.
5. Jika Kepala UPTD Puskesmas menyetujui kegiatan maka sekertaris
membuat undangan pertemuan telaah mutu dan kinerja kepada setiap
63
orang yang harus di undang dan mendstribusikan undangan.
6.Peserta pertemuan Mempersiapkan semua bahan yang akan di bahas
dalam pertemuan telaah mutu dan kinerja.
B. Pelaksnaan Telaah Mutu dan Kinerja.
7. kepala UPTD Puskesmas membuka pertemuan selanjutnya Ketua Tim
Mutu memimpin pertemuan telaah Mutu dan kinerja.
8. Peserta pertemuan mempresentasikan topik pertemuan yang telah di
tentukan sesuai agenda pertemuan yang di tetapkan.
9. Semua peserta peetemuan di berikan kesempatan untuk memberikan
masukan terhadap hasil presentasi yang di berikan antar unit ataupun hasil
kajian pelayanan mauapun hasil Audit Internal.
10. kepala puskesmas bersama semua peserta pertemuan berdasarkan
kesepakatan bersama memberikan keputusan ataupun rekomendasi
perbaikan maupun peningkatan kegiatan yany dianggap perlu.
11.Sekertaris Akreditasi membuat risalah terhadap hasil pertemuan telaah
mutu dan kinerja .
12. Sekertaris Akreditasi meminta persetujaun risalah pertemuan kepada
Kepala UPTD Puskesmas .
13. setelah risalah rapat di setujui maka sekertaris menggandakan risalah
dan mendistribusikan kepada seluruh peserta rapat.
14.Ketua Tim mutu selaku pimpinan rapat memberikan kesempatan
kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten atau yang mewakili jika di
undang untuk memberikan tanggapan dan memberikan solusi dari hasil
pertemuan yang tidak dapat di selesaikan Puskesmas dan dilaporkan
kepada Kepala Dinas jika Kepala Dinas tidak menghadiri pertemuan.
15.Ketua Tim Mutu dan sekertaris Akreditasi membuat laporan tertulis
dan merujuk permasalahan yang tidak dapat di selesaikan di tingkat
Puskesmas,ke Dinas Kesehatan kabupaten.
16.Kepala Puskesmas Menutup pertemuan telaah mutu dan akreditasi.
17. Penanggung jawab administrasi dan penanggung jawab program
meneruskan pertemuan dengan staf masing-masing untuk membahas
permasalahan yang dihadapi di unit masing-masing.
18.Penanggung jawab pelayanan membagi peran masing-masing staf
untuk menangani setiap pengaduan atau keluhan pelanggan.
64
C.Tindak lanjut dan Verifikasi Hasil Rapat
1.Penanggung jawab pelayanan dan penanggung jawab Administrasi
melakukan tindak lanjut hasil kegiatan penanganan pengaduan dari
masing-masing Staf.
2.Menyusun SOP tindakan perbaikan untuk menjadi pedoman dalam
upaya perbaikan Mutu dan kinerja.
UPTDPuskesmas Surisina
PENGUMPULAN INFORMASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN
PELANGGAN UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN KELUARGA
BERENCANA
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
65
koordinator mengundang semua Bidan untuk membahas keluhan dan
harapan yang bersifat mendesak dan mencari jalan keluarnya.
9. Bidan koordinator dan semua Bidan termasuk Bidan di desa
membuat rencana tindak lanjut dari hasil pembahasan harapan
pelnggan/masyarakat.
10. Bidan koordinator melaporkan hasil pertemuan dan solusi yang di
buat kepada Kepala UPTD Puskesmas.
11. Apabila masalahnya tidak terlalu mendesak untuk di tangani maka
setiap akhir bulan Bidan koordinator mengundang semua bidan
termasuk bidan di desa untuk membahas semua harapan
pelanggan/masyarakat.
12.Bidan koordinator dan semua bidan melakukan rencana tindak lanjut
dari semua pembahasan harapan pelanggan.
13.Semua Bidan termasuk Bidan di desa melaksanakan kegiatan sesuai
dengan pembagian tugas berdasarkan harapan pelanggan/masyarakat.
14.Mencatat semua kegiatan yang telah dilaksanakan di dalam buku
kegiatan individu.
15.Bidan koordinator melaporkan kepada kepala Puskesmas tentang
hasil pembahasan harapan pelanggan upaya KIA dan KB.
16.Kepala Puskesmas meneliti dan memberi umpan balik atas laporan
Bidan koordinator.
BAB I. PENDAHULUAN
kepadatan penduduk 140 jiwa per dengan jumlah rumah tangga 2.832 KK dan rata-rata jiwa per
rumah tangga adalah 4 orang per rumah tangga. Desa dengan jumlah kepadatan penduduk tertinggi
adalah Desa Waepana dengan jumlah penduduk 1.591 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang
terendah terdapat di Desa Libunio yaitu sebanyak 480 jiwa.
C. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pelayanan di tingkat dasar. Dalam UU No 23
tahun 1992 menggaris bawahi bahwa pembangunan di Bidang Kesehatan diarahkan pada tercapainya
Kesadaran, Kemauan, dan Kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajad kesehatan yang optimal. Hal ini sejalan dengan fungsi Puskesmas sebagai
berikut:
1. Sebagai pusat penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan
67
a. Berupaya menggerakan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerja agar
menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya
c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
2. Sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Puskesmas sebagai pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat:
a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan strata I
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat I secara menyeluruh , terpadu
dan berkesinambungan dalam:
a. Pelayanan kesehatan perorangan
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
68
9 Staf Kesehatan 2 2 - -
Lingkungan
10 Analis 4 2 - 2
11 Farmasi 2 2 -
12 Rekam Medik 2 2 -
13 Sopir 1 1 -
14 Cleaning service 1 - - 1
15 Pemasak 1 - - 1
JUMLAH 73 43 8 22
*Sumber: Data Kepegawaian Puskesmas Waepana, Soa
Dari table dapat di lihat bahwa jumlah tenaga PNS sebanyak 43 orang, Bidan PTT
sebanyak 6 orang, sukarela 22 orang yang terdiri dari 2 orang tenaga analis, 4 orang tenaga
kesmas, 3 orang tenaga perawat, 11 orang tenaga bidan, CS 1 orang dan pemasak 1 orang.
2. Kebijakan Mutu
VISI
Terwujudnya Masyarakat Soa yang berperilaku hidup sehat secara mandiri dan
berkwalitas,dengan pendekatan berbasis lingkungan pada tahun 2016
MISI
1. Meningkatkan dan menggerakan peran serta masyrakat Soa untuk hidup bersih dan
sehat.
2. Pembangunan di wilayah soa berbasis lingkungan yang sehat
3. Peningkatan mutu SDM tenaga kesehatan
4. Peningkatan kwalitas sarana dan prasarana di puskesmas dalam rangka pelayanan
kesehatan yang berkwalitas
5. Memberi pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata dan terjangkau.
6. Membangun kerja sama lintas sektor dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
7. Tersedia dan dipatuhinya SOP pelayanan di puskesmas dan jaringan.
Motto Pelayanan:
TERSENYUM:Tekun,Empati,Ramah,Senyum,Nyaman,Unggul,Manusiawi
Dengan memberikan pelayanan yang cepat, tepat, ramah, berkwalitas, dan tetap menjunjung
nilai kemanusiaan.
Nilai-nilai yang dianut:
Kejujuran
Rela berkorban
Saling percaya
Kerja sama
Disiplin
Ramah tamah
Rendah hati
Ketulusan
Profesionalisme
Responsive gender
69
solidaritas
ETIKA PELAYANAN PETUGAS DI PUSKESMAS WAEPANA
1. PETUGAS HARUS MELAYANI PASIEN DENGAN SENYUM, SALAM, SAPA, DAN SOPAN
2. MELAYANI PASIEN DENGAN RAMAH
3. TIDAK MENERIMA TELEPON / MENGUNYAH MAKANAN / MEROKOK / BERBICARA DENGAN
ORANG LAIN SAAT MELAYANI PASIEN KECUALI PADA SAAT KONSULTASI DENGAN DOKTER
4. SELALU MENJAGA HARKAT, MARTABAT, DAN PRIVASI PASIEN
5. DALAM MEMBERIKAN PELAYAN KEPADA PASIEN TIDAK PILIH KASIH
6. PETUGAS HARUS MENERIMA KELUHAN DAN CEPAT TANGGAP TERHADAP KELUHAN PASIEN
7. PETUGAS HARUS MENJAGA KESEHATAN DIRINYA SEHINGGA MAMPU MEMBERIKAN PELAYANAN
KESEHATAN YANG BAIK DAN TIDAK MENJADI SUMBER PENULARAN PENYAKIT
8. PETUGAS HARUS DISIPLIN DAN BERTANGGGUNG JAWAB DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
9. PETUGAS HARUS ADA KERJA SAMA YANG BAIK, SALING MEMPERCAYAI DAN SALING MEMBAGI
PENGALAMAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
10. PETUGAS HARUS MAMPU MENJADI PENDENGAR YANG BAIK
11. PETUGAS HARUS MAMPU MEMBERIKAN INFORMASI YANG JELAS KEPADA PASIEN DAN
KELUARGA
12. PETUGAS KESEHATAN SEBAGAI PANUTAN HARUS MAMPU BEKERJA SAMA DALAM KEGIATAN
KEMASYARAKATAN DAN AKTIF TERHADAP KEGIATAN KEORGANISASIAN
13. PETUGAS HARUS TOLERANSI TERHADAP PASIEN YANG MEMBUTUHKAN PELAYANAN PADA SAAT
ITU JUGA
14. PETUGAS HARUS MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PELAYANAN
15. MEMBERIKAN INFORMASI DAN MENEGUR KEPADA PASIEN ATAU KELUARGA UNTUK TIDAK
MEROKOK DI LINGKUNGAN PUSKESMAS SERTA TIDAK MEMBUANG SAMPAH PADA SEMBARANG
TEMPAT
16. PETUGAS HARUS MEMAKAI PAKAIAN YANG BERSIH, RAPIH, SERTA ATRIBUT LENGAP SESUAI
ATURAN YANG DITETAPKAN
17. TIDAK MENINGGALKAN TEMPAT TUGAS (PUSKESMAS) SELAMA JAM BERTUGAS KECUALI
TUGAS KELUAR ATAU TUGAS DINAS / MENYUSUI
18. PETUGAS HARUS PEDULI TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN
19. SEMUA PETUGAS BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP KEAMANAN DAN KENYAMANAN PASIEN.
KEBIJAKAN MUTU
Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas Waepana,maka kami seluruh karyawan
berkomitmen untuk:
1. Mengutamakan kepuasan pelanggan dengan melakukan peningkatan pelayanan
secara terus menerus dengan ,memperhatikan hak-hak pelanggan.
2. Mentaati Etika pelayanan Puskesmas yang telah di buat.
3. Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, ramah, berkwalitas, dan tetap menjunjung
nilai kemanusiaan,sesuai dengan Motto Pelayanan.
4. Menerapkan sistem Manajemen Mutu Puskesmas Secara Efektif dan efisien.
71
UGD
UNIT LAYANAN
GAWAT DARURAT
72
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1.Pengertian Penanganan pertama gawat darurat adalah tindakan yang dilakukan adalah
tindakan awal yang dilakukan oleh tenagakesehatan pada pasien yang
datang ke Unit Gawat Darurat dengan kasus Emergensi untuk mencegah
kematian atau cacat menetap.
2.Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas kesehatan dalam melakukan tindakan pertama bila
ada
pasien yang mengalami keadaan gawat.
3.Kebijakan
4 Prosedur kerja APA PASIEN GAWAT DARURAT ITU ?
Adalah pasien yang perlu pertolongan tepat, cermat, cepat untuk mencegah
kematian / kecacatan.
Doktrin dasar : Time saving is life saving (Waktu adalah nyawa)
Ukuran keberhasilan : Response time (Waktu tanggap)
Kedaruratan sehari-hari
- Tenggelam
- Stroke
- Obstruksi/benda asing
- Inhalasi asap
- Reaksi analfilaksis
- Overdosse obat
- Sengatan listrik
- Trauma (mekanik/kinetik, kimia, panas/suhu, listrik, radiasi)
- Infark miocard
- Sambaran petir
- Koma karena berbagai sebab
URUTAN BLS (Basic Life Support)
- SADAR - kah ?
Bila tidak sadar, langsung BEBASKAN JALAN NAFAS
- Ber - NAFAS - kah ?
- Ber - DENYUT -kah ?
73
PENANGANAN PERTAMA GAWAT DARURAT
UPTDPuskesmas Weapana
No Dokumen : ksr No Revisi :001 Halaman :2/2
032.1/WPN/11/67 /
6/2012
Standart Operasional Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Prosedur 12 Juni 2012 Kepala UPTD Puskesmas WAEPANA
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1. Peralatan
1.1. Dispossible spuit
1.2. Bisturi
1.3. Klem Hemsat lengkung
1.4. Kanul plastic
2. Bahan medis.
2.1. Larutan antiseptic
2.2. Lidocain 0,5 %
2.3. Pembalut steril
2.4. Saleb antibiotic topical
2.5. Sarung tangan
3. Langkah Kegiatan.1
Cara mengetahui kesadaran penderita :
1. disapa/diajak bicara
2. Dirangsang nyeri
Cara membuka jalan nafas (airway) :
1. Head tilt (tengadahkan kepala)
2. Chin lift (tarik dagu ke depan)
3. Jaw trust ( tarik rahang bawah ke depan)
4. Neck lift ( tarik leher ke atas)
74
Mengatasi sumbatan jalan nafas sebagian :
1. Abdominal trust/Heimlich manuver (Hentakan mendadak pada ulu hati)
2. Back blow (Hentakan mendadak dan keras pada titik silang garis antar
belikat dan garis punggung tulang belakang).
Cara memberi nafas buatan :
1. Buka sedikit mulut pasien
2. Ambil nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari
mulut pasien, lalu tiup selama 1,5 - 2 detik. Lihat apakah dada rangkat.
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
4. Tetap pertahankan ‘head tilt-chin lift’, lepas mulut penolong dari
mulut pasien lihat apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.
5. Ambil nafas lagi dan ulangi meniup.
Cara melakukan pijat jantung :
Titik tumpu : dua jari di atas processus xyphoideus.
1. Tumit tangan diletakkan di titik tumpu, tangan satunya diletakkan
diatasnya, jari-jari kedua tangan dirapatkan dan diangkat agar tidak ikut
menekan.
2. Lengan lurus, kekuatan pada badan.
3. Tekanan dilakukan dengan kedalaman kira-kira 3 - 4 cm.
Cara mengangkat/memindahkan pasien :
Cara HUMAN CRUTCH (dipapah).
1. Dengan kursi
2. Dengan tandu
3. Pada penderita trauma dengan kecurigaan trauma pada tulang
belakang, pemindahan harus dilakukan dengan cara LOG ROLL dan
diletakkan pada papan keras dan datar.
Pembidaian pada patah tulang dilakukan dengan prinsip bidai melampaui 2
75
sendi.
Bila ada luka terbuka/perdarahan terlihat dilakukan tindakan menghentikan
perdarahan.
TINDAKAN PERTAMA PADA WAKTU MENEMUKAN PENDERITA
Pasien sadar ?
Pasien tidak sadar
Ajak bicara, jika suara jelas
- Look lihat gerak nafas
airway bebas
- Listendengar suara nafas
- Feel raba udara nafas
UPTDPuskesmas Weapana
PENANGANAN PERTAMA GAWAT DARURAT
No Dokumen : ksr No Revisi :001 Halaman :2/2
032.1/WPN/11/67 /
6/2012
Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Standart Operasional 12 Juni 2012 Kepala UPTD Puskesmas WAEPANA
Prosedur
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
76
VI.Unit Terkait Rawat jalan,rawat inap,apotik,Laboratorium
UPTDPuskesmas Weapana
MERAWAT LUKA
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
77
SOP bagi semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Waepana.
Langkah Kegiatan
1.Membaca Instruksi dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien.
2.Melakukan anamnesa kepada pasien
Apakah sudah makan / belum
Adakah riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan
3.Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
4.Menyiapkan alat-alat dan obat yang akan dipergunakan
5.Menyiapkan posisi pasien sehingga mempermudah petugas
melakukan tindakan perawatan luka.
6.Petugas mencuci tangan sesuai prosedur
7.Memakai sarung tangan
8.Pasang duk steril pada daerah luka yang akan dibersihkan
9.Membersihkan luka dari kotoran dengan cairan antiseptic (Rivanol,
H2O2, NaCl 0,9%)
10.Jika luka sudah bersih olesi dengan betadine dan supratul
11.Tutup luka dengan menggunakan kasa steril dan di plester /
menggunakan perban.
12.Persilahkan pasien untuk bangun atau berdiri
13.Petugas melepas sarung tangan dan membuang ke tempat sampah
infeksius
14.Cuci tangan petugas
15.Pasien di observasi selama 10 menit, jika tidak terjadi apa-apa
pasien dipersilahkan pulang.
16.Lakukan pendokumentasian keperawatan dalam buku status dan
buku register
UPTDPuskesmas Weapana
MERAWAT LUKA
78
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
V.Sumber
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1.Pengertian Menjahit luka adalah tindakan menutup kembali luka terbuka dengan cara
menjahit menggunakan benang dan jarum khusus yang dilakukan oleh
dokter,perawat,Bidan di ruang Unit Gawat Darurat Puskesmas
2.Tujuan 1. Sebagai Pedoman kerja bagi petugas.
2.Menyatukan kembali jaringan kulit dan otot.
3.Mencegah infeksi dan cacat menetap.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Waepana No tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Waepana.
79
Intruksi Kerja
1.Baca Instruksi Dokter ( khusus untuk Perawat ) dan minta form
persetujuan tindakan medik yang sudah ditanda tangani oleh
pasien/keluarga pasien dan dokter.
2.Beritahukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3.Tanyakan pada pasien adakah riwayat alergi obat
4.Atur posisi pasien sehingga luka mudah dirawat
5.Letakan minor surgery set di dekat pasien atau daerah yang
mudah dijangkau
6.Cuci tangan petugas
7.Gunakan sarung tangan steril
8.Disinfeksi daerah sekitar luka dengan menggunakan alcohol 70%
dan olesi daerah luka dengan cairan bethadine 10%
9.Pasang duk steril pada daerah luka yang akan dijahit
10.Anastesi sekitar luka dengan teknik ”field blok” dengan
menggunakan lidokain 2% dengan adrenalin. Gunakan lidokain
2% tanpa adrenalin pada luka di daerah akral (telinga, jari,ujung
hidung).
11.Bersihkan luka dari kotoran dengan cairan antiseptic (Rivanol,
H2O2, NaCl 0,9%)
12.Pada luka kotor dapat dilakukan debridemant pada tepi luka,
hingga tepi luka berdarah.
13.Perdarahan yang terjadi diligasi
14.Bila luka dalam dilakukan jahitan dalam dengan catgut. Gunakan
chromic catgut untuk menjahit fasia, atau pada luka yang
tegangan kulitnya tinggi (misal di punggung)
UPTDPuskesmas Weapana
MENJAHIT LUKA
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
15.Jahit kulit luar luka dengan silk/nylon, dengan teknik jahit terputus
sederhana atau matras tergantung kebutuhan. Bila menggunakan
teknik jahit terputus, jarak antar simpul kurang lebih 1 cm, jarak
masuknya benang jahit di kulit dengan tepi luka kurang lebih 3-5
mm. Gunakan benang polypropylene (prolene) untuk daerah
wajah.
16.Khusus untuk luka di kelopak mata penusukan jarum terlalu dalam.
17.Tutup luka dengan menggunakan kassa yang telah dibasahi dengan
betadine 10 %
80
18.Bereskan alat-alat
19.Buang sampah yang ada dalam nearbeken ke tempat sampah
infeksius.Melepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
infeksius
20.Cuci tangan petugas
21.Anjurkan pada pasien bahwa luka tidak dapat terkena air dulu,
pasien diminta kontrol 5-7 hari kemudian, kecuali luka di wajah
kontrol 2-3 hari kemudian
22.Dokumentasikan pada catatan mutu, buku status dan register
Indikator Kerja
Luka tertutup, hasil jahitan tampak baik
Kontra Indikasi : -
V.Sumber Siregar BM, Bachsinar B. Atlas Berwarna dan Dasar-Dasar Teknik Bedah
Minor. Jakarta :Penerbit Widya Medika, 1993
VI.Unit Terkait Loket,Apotik,Poli Rawat Jalan, Rawat Inap.
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
I. Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk melepaskan benang dari luka yang dijahit
81
setelah tujuh hari yang dilakukan oleh Bidan,Perawat,Dokter di Ruang
Unitt Gawat Darurat atau ruang perawatan Puskesmas bagi pasien yang
pernah di jahit lukanya.
II. Tujuan Sebagai pedoman kerja bagi petugas.
Langkah Kegiatan
1.Membaca instruksi dokter ( untuk perawat )
2.Memberitahukan pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
3.Mengatur posisi pasien sehingga luka mudah dirawat
4.Meletakan satu set angkat jahitan di dekat pasien atau
daerah yang mudah dijangkau
6.Mencuci tangan petugas
7.Menggunakan sarung tangan steril
8.Membuka set jahitan dengan tehnik steril
9.Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan dibuang ke
nearbeken, bersihkan bekas-bekas plester dengan
menggunakan alkohol 70 %.
10.Mendesinfeksi daerah sekitar luka dengan menggunakan
alcohol 70% dan olesi daerah luka dengan cairan bethadine
10%
11.Melepaskan jahitan satu persatu selang seling, dengan
cara: jepit simpul jahitan dengan pinset anatomis dan tarik
sedikit ke atas, kemudian menggunting benang tepat di
bawah simpul yang berdekatan dengan kulit atau pada sisi
lain yang tidak ada simpul
12.Membersihkan luka dan daerah sekitar dengan
menggunakan cairan bethadine 10%
13.Menutup luka dengan menggunakan kassa yang telah
dibasahi dengan betadine 10 %
14.Membereskan alat-alat
15.Membuang sampah yang ada dalam nearbeken ke tempat
sampah infeksius
16.Melepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
82
UPTDPuskesmas Weapana MEMBUKA JAHITAN
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
Infeksius
17. petugas mencuci tangan.
18.Menganjurkan pada pasien bahwa luka tidak dapat terkena
air dulu, pasien diperbolehkan membuka verban pada daerah
luka setelah 1 x 24 jam
19.Dokumentasikan pada catatan mutu
Kontra Indikasi : -
UPTDPuskesmas Weapana
INCISI ABCES
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
83
eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan secara steril dari luka
yang dilakukan oleh petugas kesehatan(Dokter,Bidan,Perawat)
2.Tujuan 1.Sebagai Pedoman bagi petugas dalam melakukan incisi Absces
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Waepana No tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Waepana.
2. Intruksi Kerja
1.Baca instruksi dokter dan minta form persetujuan tindakan
medik yang telah ditanda tangani oleh dokter dan pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
2.Jelaskan pada pasien tentang prosedur/tindakan yang akan
dilakukan.
3.Dekatkan alat-alat yang akan digunakan.
4.Atur posisi pasien untuk mempermudah petugas
melaksanakan tindakan.
5.Petugas mencuci tangan
6.Pakai sarung tangan steril
7.Desinfeksi daerah yang akan diincisi (daerah abses dan
sekitarnya) dengan menggunakan cairan bethadine 10%.
8.Anastesi bagian yang akan diincisi dengan menggunakan
cairan etil klorida spray.
9.Lakukan incisi pada daerah abses dengan menggunakan
pisau bisturi dengan cara menyilang. Dan lebarkan dengan
klem
UPTDPuskesmas Weapana
INCISI ABCES
84
Standart Operasional Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Prosedur 12 Juni 2012 Kepala UPTD Puskesmas WAEPANA
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
85
UPTDPuskesmas Weapana
RESUSITASI JANTUNG PARU
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
I.Pengertian Resusitasi jantung paru adalah upaya mengembalikan fungsi napas dan atau
sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan boleh membantu
memulihkan kembali fungsi ja ntung dan paru ke keadaan normal
II.Tujuan 1. sebagai acuan untuk melakukan Resusitasi Jantung Paru dengan
benar dan memberikan bantuan hidup dasar.
2. Mencegah cacat menetap.
III.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Waepana No tentang kepatuhan terhadap SOP
bagi semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Waepana
IV.Prosedur Kerja 1. Peralatan
1.Resusitasi Bag
2.Tong spatel
3.Orofaring Tube
4.Sarung tangan
2. Langkah Kegiatan
1.Periksa keadaan pasien → Kesadaran, Airway (Jalan Nafas),
Breathing (Pernapasan), Circulation (Sirkulasi)
2.Bila pasien tidak sadar, segera siapkan ambulans untuk merujuk
pasien
3.Posisikan penolong di sebelah kiri pasien dan tegak lurus terhadap
pasien
4.Bebaskan jalan nafas.
a.Kepala pada posisi ekstensi
b.Dorong mandibula
c.Keluarkan benda asing dengan menggunakan jari-jari tangan
86
untuk benda asing yang padat atau menggunakan suction untuk
benda asing yang berupa cair
5.Beri bantuan pernapasan dan sirkulasi dengan cara
6.Bantuan pernapasan dengan menggunakan ambu bag
(membagging)
7.Bantuan sirkulasi : lakukan penekanan (kompressi) dada luar
dengan menekan daerah bawah sternum (4-5 jari / cm) di atas
processus xyphoideus. Penekanan dilakukan dengan tangan
penolong tegak lurus terhadap dada / sternum pasien dengan
kedalaman 3-5 cm pada dewasa, 1/3-1/2 diameter anteroposterior
UPTDPuskesmas Weapana
RESUSITASI JANTUNG PARU
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
87
V.Sumber. Keperawatan medikal bedah edisi 8 Vol I Brunner dan Suddarth
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1.Pengertian Bilas lambung adalah Tindakan mengeluarkan cairan lambung pasien baik
yang keracunan maupun karena indikasi lain yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di UGD Puskemas melalui slang khusus yang di pasang melalui
hidung atau mulut pasien.
2.Tujuan 1.Prosedur ini sebagai pedoman dalam melakukan atau menjelaskan
cara membilas lambung pada pasien yang mengalami keracunan.
2. Mencegah kematian.
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Waepana No tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Waepana
4.Prosedur Kerja Peralatan
88
1.Selang NGT sesuai ukuran dalam mangkok yang berisi air
hangat.
2.Corong
3.Baskom berisi air hangat
4.Bengkok / Nierbeken
5.Ember
6.Perlak kecil dan alasnya
7.Handuk
8.Sarung tangan steril
9.Cairan NaCl 0,9%
Langkah Kegiatan
1.Memberitahukan pasien/keluarga pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
2.Minta form persetujuan tindakan medik yang telah ditanda
tangani oleh dokter dan pasien
3.Mengatur posisi pasien dalam posisi semi fowler
4.Petugas mencuci tangan
5.Meletakan alat-alat di dekat pasien
6.Gunakan sarung tangan steril
7.Perlak dan alas diletakan di atas dada pasien.
8.Bengkok diletakan di bawah dagu.
9.Ember diletakan di dekat tempat tidur.
10.Selang diukur dengan cara mengukur panjang selang dari
daerah lambung ke dahi kemudian sampai ke kuping. Lalu beri
tanda.
11.Masukan selang secara perlahan-lahan melalui hidung dengan
UPTDPuskesmas Weapana BILAS LAMBUNG
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
89
cara pasien disuruh menelan dan menarik nafas panjang (jika
pasien dalam keadaan sadar) sampai dengan batas yang telah
diberi tanda.
12.Periksa selang apakah sudah benar-benar masuk ke dalam
lambung dengan cara ujung selang di masukan ke dalam air.
13.Setelah selang masuk ke dalam lambung, pasien di atur
dengan posisi miring tanpa bantal, atau bagian kepala lebih
rendah.
14.Corong dipasang lalu masukan ± 500 cc NaCl 0,9%, tetapi
sebelum habis air yang masuk tadi di keluarkan kembali dengan
cara atur posisi ujung selang agar lebih rendah dari daerah
lambung.
15.Lakukan pembilasan lambung secara berulang-ulang sampai
air yang keluar dari lambung berwarna jernih.
16.Setelah pengumbahan lambung selesai pasien dirapihkan
kembali
17.Alat-alat dibereskan kembali dan ditaruh ditempat semula.
18.Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah infeksius
19.Petugas mencuci tangan
6.1. Mendokumentasikan pada buku status dan buku register.
90
UPTDPuskesmas Weapana PEMASANGAN KATETER URINE
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
91
6. Memakai sarung tangan steril
7.Mendesinfeksi daerah genital dengan betadhine
8. Menentukan lokasi insersi (meatus uretra externa)
9.Mengambil kateter ke dalam uretra pelan-pelan, penderita disuruh
napas dalam
10.Menentukan kateter masuk atau tidak (keluar urine)
Sambungkan kateter dengan urobag
11.Mengisi kateter dengan PZ/Aquadest sesuai ukuran (5-10 cc)
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
menggunakan spruit 10 cc
12.Mengembalikan pasisi penderita
13.Fiksasi kateter pada paha.
Indikator Kinerja
Pemasangan kateter dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar
Kontra Indikasi
Ruptur urethra, dengan tanda keluarnya darah dari meatus urethrae
externus, hematom pada perineum, atau pergeseran prostat pada
pemeriksaan rektal.
V.Sumber Brunner &suddarth edisi 8 Vol 2: “Buku ajar ilmu Keperwatan medikal
Bedah.”
VI.Unit Terkait Loket,Apotik,Rawat Inap,Poli Umum.
92
hhhhhaflk
SFNNF
93
UPTDPuskesmas Surisina MENILAI KEPUASAN PELANGGAN
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
94
B.Informasi melalui Telpon atau SMS.
1.Petugas Kesehatan baik yang di Puskesmas maupun di desa menerima
informasi dari pelanggan/Masyarakat melalui pembicaraan langsung di
telpon maupun melalui SMS.
2.Semua informasi yang masuk di rekap di dalam buku harapan pelanggan
setiap individu bidan maupun buku rekapan keluhan di tiap ruangan.
3. Petugas merekap semua keluhan pelanggan dari Bidan desa dalam
buku rekapan umum.dan menandatangani buku rekapan individu bidan
mauapun buku rekapan umum.
C.Pengumpulan informasi melalui Kotak Saran
1.Ketua Tim keluhan dan harapan masyarakat membuka kotak saran
setiap bulan.
2.Sekertaris Tim merekap semua keluhan dan harapan masyarakat di
dalam buku rekapan umum Puskesmas.
3.ketua Tim dan anggota Tim memisahkan semua keluhan sesuai dengan
unit pelayanan masing - masing dan menyerahkan hasil rekapannya
kepada koordinator Unit Pelayanan.
4.Koordinator menerima keluhan dari ketua Tim dan mengisinya dalam
buku rekapan umum..
5. Ketua unit pelayanan menandatangani tanda terima penyerahan keluhan
dari ketua Tim.
D.Pengumpulan informasi melalui Survey Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM).
1.Keluhan masyarakat terkait pelayanan di sampaikan melalui Survey
keluhan yang dilakukan oleh Badan Penyantun Puskesmas Surisina (BPP)
atau kader Posyandu.
2. hasil survey oleh BPP dan kader di serahkan kepada kepala Puskesmas
yang selanjutnya di serahkan kepada ketua tim Penanganan pengaduan
keluhan Puskesmas Surisina.
3.Ketua Tim penangan Pengaduan puskesmas menyerahkan hasil survey
kepada sekertaris untuk di bukukan dalam buku rekapan umum.
4. ketua Tim Penangan Pengaduan bersama anggota memilah keluhan dari
hasil survey dan mendistribusikan kepada setiap unit.
5. Koordinator unit Pelayanan mencatat semua keluhan dari hasil survey
95
kedalam buku rekapan keluhan KIA/KB.
6. Koordinator Unit Pelayanan menandatangani tanda terima penyerahan
dari Ketua Tim penanganan keluhan dan pengaduan puskesmas Surisina.
7. Koordinator unit Pelayanan memisahkan semua keluhan berdasarkan
tingkatan kemendesakannya.
8. jika ada yang urgen dan harus di selesaikan segera maka koordinator
Unit mengundang semua staf untuk membahas keluhan dan harapan yang
bersifat mendesak dan mencari jalan keluarnya.
9.koordinator Unit Pelayanan dan semua staf termasuk petugas di desa
membuat rencana tindak lanjut dari hasil pembahasan harapan
pelnggan/masyarakat.
10.koordinator melaporkan hasil pertemuan dan solusi yang di buat
kepada Kepala UPTD Puskesmas.
11. Apabila masalahnya tidak terlalu mendesak untuk di tangani maka
setiap akhir bulan Kepala Puskesmas mengundang semua staf termasuk
petugas di desa untuk membahas semua harapan pelanggan/masyarakat.
12.Kepala Puskesmas dan Semua staf melakukan rencana tindak lanjut
dari semua pembahasan harapan pelanggan.
13.Kepala Puskesmas bersama semua staf termasuk petugas di desa
14.Mencatat semua kegiatan yang telah dilaksanakan di dalam buku
kegiatan individu.
15.Kepala Puskesmas melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan staf
terkait keluhan pelanggan.
16.Kepala Puskesmas meneliti dan memberi umpan balik atas laporan
staf.
96
UPTDPuskesmas Surisina
KAJIAN AWAL PASIEN
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
I.Pengertian Kajian awal Pasien adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan ( Dokter,Bidan,Perawat,perawat gigi dan profesi kesehatan
lainnya)untuk menggali informasi awal keadaan pasien,bisa dilakukan
langsung kepada pasien maupun melalui orang lain(Keluarga,atau
pengantar)
II.Tujuan 1. sebagai Pedoman Kerja bagi petugas.
2. untuk mengetahui informasi tentang keadaaan pasien.
III.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas.
IV.Prosedur Kerja 1. 1. Alat dan Bahan
Alat
Alat Tulis
Alat Kesehatan
(Tensimeter, Stetoscope, Thermometer, dll)
Tempat tidur pasien
Senter
Bahan
Kartu status Pasien
2. Langkah kegiatan
2.1 Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pelayanan
kesehatan
2.2 Mempersilahkan pasien duduk atau tidur sesuai keaadan
pasien.
2.3.petugas melakukan anamnesa, keluhan utama dan
97
pemeriksaan Vital Sign sesuai indikasi.
2.4.Dokter melakukan pemeriksaan fisik.
2.5.(Jika diperlukan), pemeriksaan penunjang diagnosis, diberikan
blangko pengantar sesuai pemeriksaan.
2.6.Menegakkan diagnosa
2.7.Menentukan tindakan perawatan dan pengobatan yang tepat
sesuai keadaan pasien
2.8.Melakukan penyuluhan perorangan
2.9.(Jika diperlukan) melakukan rujukan kasus
2.10.Mendokumentasikan pada kartu satatus pasien/medical
record (menulis semua hasil anamnesa, pemeriksaan sampai
pengobatan yang diberikan pada pasien pada kartu status).
2.11.Memberikan parap pada status sebagai pengesahan dan
wujud dari tanggung jawab.
2.12.Mempersilahkan pasien untuk melanjutkan pelayanan
selanjutnnya.
V.Sumber
98
UPTDPuskesmas Surisina Koordinasi dan Komunikasi antara Pendaftaran dengan Unit-Unit
Penunjang Terkait.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
5.sumber
6.Unit Terkait Semua unit Pelayanan.
99
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
100
RUANG BERSALIN 1.D3 Kebidanan. APN
2.D4 Kebidanan. PONED
3.S1 Kebidanan. PENANGANAN ASFIKSIA
PERAWATAN BBLR
RUANG NIFAS 1.D3 Kebidanan.
2.D4 Kebidanan.
3.S1 Kebidanan
POLI KIA/KB 1.D3 Kebidanan. CTU
2.D4 Kebidanan.
3.S1 Kebidanan
= Margareta U.Kromen=
NIP:196906281989032005
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Tim Interprofesi adalah: Tim kerja yang terdiri dari beberapa profesi
kesehatan(DokterUmum,DokterGigi,Bidan,Perawat,Perawat
Gigi,Analis,farmasi,Gizi,Sanitarian) yang bekerja bersama untuk
menangani pasien yang berobat atau yang di rawat di Puskesmas
Surisina,sehingga bisa dilakukan penanganan Pasien secara
Komperhensif,termasuk merujuk pasien jika di perlukan.
2.Tujuan 1. Untuk Penanganan Pasien secara Komperhensif.
2. Untuk Pedoman kerja bagi semua anggotan TIM.
3.Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina No Ksr 032.1/11/SRN/ /
Tentang Pembentuka TIM InterProfesi.
4.Prosedur Kerja 1.Kepala UPTD Puskesmas Surisina mengundang semua Profesi
kesehatan yang bekerja di Puskesmas Surisina,termasuk petugas
kesehatan yang bekerja di Pustu,Polindes dan Poskesdes.
101
2.Kepala UPTD Puskesmas Surisina melakukan rapat pembentukan TIM
interprofesi yang terdiri dari berbagai profesi yang bekerja di Puskesmas
Surisina.
3.Memilih ketua TIM dan anggota TIM yang akan bekerja sesuai dengan
profesinya masing-masing dalam penanganan pasien.
4.Ketua TIM akan menghubungi anggota Tim jika ada pasien yang
membutuhkan penanganan.
5.Ketua TIM dan anggota Tim melakukan rapat internal terkait kasus dan
tatalaksana penanganan pasien.
6.Ketua Tim dan Anggota Tim Melakukan penanganan pasien secara
Profesional sesuai dengan profesi masing-masing.
7.Ketua TIM dan anggota Tim melakukan rapat evaluasi secara rutin
terkait kasus pasien.
8.Ketua Tim menyampaikan kepada kepala UPTD Puskesmas Waepana
jika ada hal-hal yang harus di diskusikan terkait dengan perawatan pasien
ataupun tentang kinerja TIM.
9.Kepala Puskesmas berdasarkan penyampaian ketua TIM memberikan
arahan atau membuat keputusan.
10.Jika ada hal-hal yang membutuhkan peran serta semua staf Puskesmas
Surisina maka kepala Puskesmas mengundang semua staf untuk
melakukan pertemuan.
11.semua hasil pelayanan pasien dan hasil pertemuan di dokumentasikan
secara baik.
V.Sumber
VI.Unit Terkait Semua Unit Pelayanan di Puskesmas Surisina.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Pelayanan terpadu adalah pelayanan yang di berikan kepada pasien secara
menyeluruh dan tuntas sampai tindakan rujukan yang dilakukan oleh TIM
interprofesi Puskesmas Surisina.
2.Tujuan 1.Memberikan pelayanan Kesehatan secara menyeluruh kepada
Masyarakat.
2.Sebagai pedoman kerja bagi semua TIM interprofesi.
3.Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina No Ksr 032.1/11/Wpn/ /
Tentang Pembentukan TIM InterProfesi.
102
4.Prosedur kerja
a.Petugas Loket mendaftar pasien dan mengantarkan pasien dan rekam
mediknya ke poli tujuan.
b.petugas di Poli tujuan pasien melakukan identifikasi awal terkait
keluhan pasien.
c.Jika keluhan pasien harus di konsultasikan ke Poli lain atau ke
laboratorium maka petugas di poli tujuan mengantarkan pasien dan
rekam mediknya ke poli lain untuk mendapat penangan lebih lanjut atau
mengisi lembar pemeriksaan laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
d.Jika dari semua hasil pemeriksaan pasien harus menjalani rawat
inap,maka pasien di rujuk ke ruang rawat inap untuk dirawat.
e.Tim Interprofesi menentukan tindakan perawatan terhadap pasien .
f. Jika pasien harus di rujuk maka di buatkan rujukan bagi pasien,jika
pasien rawat jalan maka pasien bisa jalan sendiri ke rumah sakit,tapi jika
pasien rawat inap maka pasien harus di rujuk di dampingi tenaga
kesehatan yang terlatih.
g.Semua kegiatan di dokumentasikan di Rekam Medik pasien.
Sumber
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Suatu upaya yang di lakukan oleh petugas puskesmas, kader
kesehatan,anggota BPP kepada masyarakat untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di
puskesmas Surisina
103
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Surisina No:ksr 032.1/11/WPN/ /2102 Tentang
kepatuhan petugas terhadap SOP.
4.Langkah Kegiatan 1. Kepala UPTD Puskesmas Surisina mengundang semua staf dan tokoh
masyarakat,(BPP) untuk dilakukan pertemuan.
2. Menyepakati waktu di lakukan identifikasi kepada masyarakat.
3. Menyiapkan format identifikasi sesuai yang dibutuhkan sebanyak 10
% dari jumlah penduduk tiap Desa yang pernah berobat ke puskesmas.
4. Menyebarkan format identifikasi kepada masyarakat yang di lakukan
oleh tenaga kesehatan,kader posyandu dan anggota BPP.
5. Mengumpulkan format identifikasi yang sudah diisi.
6. Ketua TIM Identifikasi dan kebutuhan masyarakat bersama anggota
mencatat semua hasil identifikasi.
7. Ketua Tim Identifikasi dan keluhan masyarakat bersama anggota TIM
melakukan tabulasi terhadap semua identifikasi.
8. Setelah di tabulasi,Ketua Tim identifikasi melaporkan kepada Kepala
Puskesmas.
9. Kepala Puskesmas setelah mencermati hasil tabulasi memberikan
arahan dan bersama Ketua Tim menyusun jadwal pertemuan.
10.Kepala UPTD melakukan konsultasi ke camat Bajawa terkait hasil
identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat
10.Camat berdasarkan laporan kepal UPTD Puskesmas Mengeluarkan
undangan pertemuan yang melibatkan lintas sektor dan tokoh
masyarakat.
11.Melakukan pertemuan untuk membahas semua hasil identifikasi yang
sudah di tabulasi,yang di Pimpin oleh Camat.
12.Kepala puskesmas Melaporkan hasil identifikasi Kebutuhan dan
harapan masyarakat pada saat pertemuan.
5.Sumber
104
032.1/SRN/11/ / /2015
STANDAR OPERASIONAL Tanggagl Terbit: Ditetapkan Oleh :
PROSEDUR Kepala UPTD Puskesmas Surisina
19 April 2015
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
I.Pengertian Kegiatan yang dilakukan oleh petugas pendaftaran di loket untuk
mengidentifuikasi semua pasien yang datang untuk menjamin
keselamatan pasien dengan mendahulukan pasien yang membutuhkan
pelayanan segera.
II.Tujuan 1.Sebagai pedoman kerja bagi petugas pendaftaran.
2.Menjamin keselamatan pasien.
3.Mencegah terjadinya trauma lebih lanjut.
III.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Surisina No:ksr 032.1/11/SRN/ /2015 Tentang
kepatuhan petugas terhadap SOP.
IV.Langkah Kegiatan 1.Petugas Loket mengidentifikasi semua pasien yang antri di loket
pendaftaran.
2. Jika ada pasien yang harus di dahulukan (Anak,Lansia.orang
Cacat)Petugas Loket menyampaikan kepada semua pasien yang antri di
loket pendaftaran bahwa ada pasien yang harus di dahulukan.
3.Mendaftarkan Pasien sesuai Prosedur.
4.petugas pendaftaran mengantarkan pasien dan Rekam Mediknya ke Poli
yang di tuju.
5.Petugas pendaftaran menyampaiakan kepada petugas poli yang di tuju
bahwa pasien yang bersangkutan di dahulukan dalam pelayanan.
5.Petugas loket menyampaikan terima kasih dan permohonan maaf
kepada pasien lain atas keadaan yang terjadi.
6.Mendokumentasikan semua kegiatan.
V.Sumber
VI.Unit Pelayanan Semua Unit Pelayanan di Puskesmas.
105
PROSEDUR 19 April 2015 Kepala UPTD Puskesmas Surisina
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
I.Pengertian Kewaspadaan universal adalah:bentuk kewaspadaan yang menganggap
bahwa semua cairan tubuh adalah media yang dapat menularkan
kuman/atau semua cairan tubuh mengandung kuman penyakit.
2.Tujuan 1.Sebagai pedoman kerja bagi Petugas.
2.Mencegah terjadinya penularan penyakit
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas No:ksr 032.1/11/SRN/ /2015 Tentang kepatuhan
petugas terhadap SOP.
4.Langkah Kegiatan 1.Menggunakan APD(Alat Pelindung Diri) setiap kali melakukan tindakan
pertolongan kepada pasien.
2.Segera Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir jika tertusuk
benda tajam yang sudah terkontaminasi.
3.Segera mencuci muka dengan sabun jika muka terpapar percikan cairan
tubuh pasien.
4.Mencuci mata di bawah air yang mengalir jika cairan tubuh pasien
terpercik pada mata.
5.Segera melakukan perawatan luka jika ada ,luka akibat tusukan benda
tajam.
6.Meminta tindakan pencegahan yang tepat pada Dokter Puskesmas.
7.Membuang semua sampah medik pada tempat sampah medik dan
selanjutnya di proses di insenerator.
8.Mendokumentasuikan semua tindakan yang telah di lakukan.
5.Sumber
6.Unit Terkait Semua Unit Pelayanan di Puskesmas.
106
STANDART OPERASIONAL
PROSEDUR
FARMASI
107
19 April 2015
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
V.Sumber Pedoman Pengelolaan obat dan alat kesehatan Dinas kesehatan kabupaten
ngada thn 2003.
VI.Unit terkait PoliUmum,KlinikMTBS,Poli Gigi,Gizi,Rawat Inap,UGD,KIA/KB,Kamar
Bersalin,Pustu,Polindes,Poskesdes.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
108
1.Pengertian Pengendalian Obat adalah:Suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah di
tetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan /kekosongan
obat di puskesmas dan jaringannya.
2.Tujuan 1.Sebagai Pedoman Kerja bagi petugas Farmasi.
2.agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di Puskesmas.
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1. Petugas Farmasi menghitung pemakaian rata-rata obat periode
tertentu di puskesmas dan seluruh unit pelayanan.
2. Melaporkan ke Dinas Kesehatan tentang kebutuhan obat
Puskesmas Surisina selama satu tahun
3. Melakukan Penganfrakan obat ke Dinas Kesehatan setiap bulan
sesuai kebutuhan Puskesmas dan seluruh jaringan.
4. Mendistribusikan obat ke setiap unit pelayanan sesuai dengan
permintaan.
5. Menyimpan obat persediaan Puskesmas di tempat yang aman.
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Pelayanan obat adalah Proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan
nonteknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien.
2.Tujuan 1.Sebagai Pedoman Kerja bagi petugas Farmasi.
2.Agar Pasien Mendapat obat sesuai resep dokter .
3. Agar pasien Mendapatkan informasi penggunaan obat yang jelas sesuai
pelabelan
109
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1. Petugas Farmasi Menerima Resep dokter.
2. Membaca Secara teliti resep Dokter.
3. Menyiapkan Obat Sesuai Resep Dokter.
4. Menulis Label Penggunaan obat pada Kemasan obat yang
disediakan menggunakan spidol permanent.
5. Menjelaskan kepada pasien cara minum obat sesuai dengan label
yang telah dituliskan.
6. Menyerahkan obat kepada pasien.
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan secara cermat dan teliti.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Pemberian Informasi Penggunaan Obat adalah Penyampaian informasi
kepada pasien atau keluarga secara benar, jelas, mudah dimengerti dan
Etis dalam upaya penggunaan obat oleh pasien yang diberikan oleh
petugas farmasi Puskesmas.
2.Tujuan Agar Pasien mengetahui Waktu penggunaan oba t, lama penggunaan obat
dan cara penggunaan obat.
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Waepana dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1. Sebelum Menterahkan obat kepada pasien, petugas farmasi harus
melakukan pemeriksaan kembali mengenai nama pasien, cara
penggunaan, serta jenis dan jumlah obat yang diberikan.
2. Petugas farmasi menjelaskan tentang waktu penggunaan obat
misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari dan termasuk
apakah obat diminum sebelum dan sesudah makan.
110
3. Petugas Farmasi menjelaskan tentang lama penggunaan obat
apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan meskipun
sudah sembuh.
4. Petugas menjelaskan tentang petunjuk pemakaian obat:
a. Oral atau pemberian obat melalui mulut.
Petugas menjelaskan tentang cara mengkonsumsi obat
yaitu diminum dengan air sesudah makan atau sebelum
makan.
Jika obat cair petugas menjelaskan kepada pasien atau
keluarga bahwa harus menggunakan senduk obat atau alat
lain yang telah diberi ukuran oleh petugas untuk ketepatan
dosis.
b. Pemakaian Obat tetes
Menjelaskan kepada pasien atau keluarga bahwa ujung
alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun dan
selalu ditutup rapat setelah digunakan.
Setelah selesai menggunakan obat tetes tangan dicuci
untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada
tangan.
c. Pemakaian obat Suppositoria
Petugas menjelaskan kepada pasien tentang cara
pengguanaan obat Suppositoria,cuci tangan setelah itu
obat dikeluarkan dari kemasan dan dibasahi air.
Pasien berbaring dengan posisi miring dan suppositoria
dimasukkan kedalam rektum/anus,dengan cara bagian
ujung suppositoria didorong dgn ujung jari sampai
melewati otot spingther rektal kira-kira ½ - 1 inci pada
bayi dan 1 inci pada dewasa.
Jika terlalu lembek maka sebelum digunakan sediaan
disimpan dalam lemari pendingin selama 30 menit.
Setelah penggunaan supositoria tangan penderita dicuci
bersih.
111
6.Unit Terkait Poli Umum, Klinik MTBS, Rawat Inap, UGD, KIA/KB, Kamar Bersalin
& Nifas, Gizi, Polindes, Pustu, Poskesdes.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Adalah pesan atau informasi yang di berikan oleh petugas farmasi atau
yang melayani obat kepada Pasien atau keluarga tentang setiap Respon obat
yang merugikan dan yang tidak diharapkan serta terjadi karena pengunaan
obat dengan dosis atau takaran Normal.
2.Tujuan 1.Sebagai pedoman kerja bagi petugas./
2. Agar pasien dan keluarga mengetahui tentang efek samping obat.
3.Agar dapat dilakukan pertolongan pertam terhadap pasien yang
mengalami efek samping obat.
3.kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1.Petugas menyerahkan obat kepada pasien atau keluarga sesuai resep
dokter.
2.menjelaskan kepada pasien atau keluarga tentang efek samping yang
dapat timbul dari setiap jenis obat yang akan di konsumsi pasien.
3.Menjelaskan kepada pasien tentang cara pertolongan pertama ketika ada
reaksi obat yang di konsumsi.
4.Menyampaikan kepada pasien atau keluarga untuk mencari pertolongan
jika terjadi reaksi atau efek samping obat yang berat
5. segera ke sarana kesehatan terdekat jika sudah melakukan tindakan
pertolongan pertama tapi pasien tetap menunjukan tanda reaksi obat yang
hebat.
6.Petugas melakukan pencatatan terhadap semua reaksi /efek samping obat
112
yang terjadi.
7.mencatat di rekam medis pasien jenis obat yang menimbulkan efek
samping.
5.Sumber Pedoman Pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
6. Unit Terkait UGD,Rawat inap.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Petunjuk Penyimpanan obat di rumah adalah:Informasi/petunjuk yang di
berikan oleh tenaga farmasi atau tenaga kesehatan kepada pasien atau
keluarga tentang cara penyimpanan obat di rumah yang di harus dilakukan
oleh keluarga.
2.Tujuan 1. Agar pasien dan keluarga mengetahui tentang cara menyimpan obat
di rumah.
2. Untuk Menghindari kerusakan obat.
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Menyampaikan kepada pasien atau keluarga untuk menyimpan obat di :
1. Menyimpan obat dalam kemasan atau wadah tertutup rapat.
2. Simpan dalam suhu kamar dan hindari dari sinar matahari langsung.
3. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab, obat bentuk
cair jangan disimpan dalam lemari pendingin kecuali jika tertulis
pada label obat.
4. Jauhkan obat dari jangkauan anak – anak.
5.Sumber Pedoman Pelayanan kefarmasian Di Puskesmas
6.Unit terkait -
113
UPTDPuskesmas Surisina PENANGANAN OBAT KADALUARSA ATAU RUSAK
No Dokumen : ksr No Revisi :000 Halaman :1/2
032.1/SRN/11/ / /2015
STANDAR OPERASIONAL Tanggagl Terbit: Ditetapkan Oleh :
PROSEDUR Kepala UPTD Puskesmas Surisina
19 April 2015
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Adalah proses / kegiatan yang dilakukan di puskesmas oleh petugas
farmasi atau tenaga kesehatan lain yang ditunjuk untuk melakukan
penanganan terhadap obat – obat yang batas tanggal setelah tanggal
tersebut mutu suatu sediaan farmasi tidak di jamin lagi oleh produsennya.
2.Tujuan 1.Sebagai pedoman kerja petugas kesehatan.
2.Menjaga agar obat yang kadarluarsa dapat ditangani sesuai prosedur.
3.Sebagai informasi awal untuk menelusuri penyebab kerusakan obat.
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1.Petugas farmasi melakukan identifikasi terhadap obat yang sudah rusak
atau kadarluarsa.
2. Petugas farmasi melakukan memisahkan obat rusak atau kadaluarsa
dari penyimpanan obat lainnya.
3. Petugas membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau
kadaluarsa untuk dikirim kembali ke GFK kabupaten.
4.Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak
atau kadaluarsa kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten untuk
kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.Sumber Pedoman kefarmasian di puskesmas, pedoman pengelolaan obat dan alat
kesehatan Dinkes Kab. Ngada.
6.Unit Terkait Bagian Farmasi Dinkes Kab. Ngada
114
032.1/SRN/11/ / /2015
STANDAR OPERASIONAL Tanggagl Terbit: Ditetapkan Oleh :
PROSEDUR Kepala UPTD Puskesmas Surisina
19 April 2015
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas puskesmas (perawat, bidan,
farmasi atautenaga kesehatan lainnya) untuk melaporkan kepada dokter
yang memberi resep terkait efek samping obat yang di alami pasien
2.Tujuan 1.agar semua kasus kejadian efek samping obat dicatat secara baik
2.agar pasien mendapat penanganan segera dari dokter.
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1.Petugas Kesehatan mencatat semua keluhan pasien terkait efek samping
obat.
2. Petugas kesehatan melaporkan kepada dokter tentang keluhan yang di
alami pasien .
3. Mencatat dalam rekam medik atau status pasien tentang jenis – jenis
obat yang menimbulkan efek samping.
4. Jika kejadian yang dialami oleh banyak orang denganjenis obat yang
sama maka segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
dalam waktu 1 x 24 jam.
5.Sumber Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan kesehatan di
Puskesmas
6.Unit terkait Bagian Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.
=Damianus W. Fodju=
115
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas puskesmas (perawat, bidan,
farmasi atau tenaga kesehatan lainnya) untuk melakukan pencatatan,
pemantauan,dan pelaporan terhadap efek samping penggunaan obat untuk
menghindari kejadian yang tidak diinginkan terhadap reaksi alergi untuk
mencegah resiko lebih lanjut bagi pasien.
2.Tujuan 1.Sebagai pedoman kerja petugas puskesmas.
2.Untuk mengevaluasi efek pengobatan terhadap gejala atau penyakit
pasien.
3.untuk mengevaluasi pasien terhadap kejadian yang tidak diharapakan
(KTD).
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas
4.Prosedur Kegiatan 1. Petugas Kesehatan mencatat semua keluhan pasien terkait efek samping
obat dan KTD
2. Petugas kesehatan melaporkan kepada dokter tentang keluhan yang di
alami pasien.
5.Sumber Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan kesehatan di
Puskesmas
6.Unit terkait UGD, Rawat Inap, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.
I.Menimbang :
116
a. Bahwa dalam rangka memberikan kepastian penyelenggaraan pelayanan publik di
Puskesmas Waepana dan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Puskesmas Waepana
maka di pandang perlu untuk melakukan kewajiban bagi semua staf Puskesmas
Waepana Mengidentifikasi Hambatan Budaya,Bahasa,Kebiasaan dan Hambatan lain
dalam Pelayanan Kesehatan.
b. Bahwa untuk maksud pada huruf a. kewajiban bagi semua staf Puskesmas Waepana
untuk Mengidentifikasi Hambatan Budaya,Bahasa,Kebiasaan dan Hambatan lain dalam
Pelayanan Kesehatan.
Maka perlu ditetapkan Melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
• Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di BAjawa
Pada tanggal April 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
117
UPTDPuskesmas Surisina MEMBERIKAN ANGKET UNTUK MENGIDENTIFIKASI
HAMBATAN
No Dokumen : ksr No Revisi :000 Halaman :1/2
032.1/SRN/11/ / /2015
STANDAR OPERASIONAL Tanggagl Terbit: Ditetapkan Oleh :
PROSEDUR Kepala UPTD Puskesmas Surisina
19 April 2015
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Memberikan Angket untuk mengidentifikasi hambatan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Surisina untuk mengetahui
seluruh hambatan dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui
penyebaran angket yang diisi oleh Masyarakat,ataupun oleh Pengunjung
Puskesmas(Pasien dan Keluarga).
2.Tujuan 1.Untuk mengetahui hambatan dalam pelayanan Kesehatan.
2.Untuk menyusun rencana kerja.
3.Kebijakan. SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas surisina dalam melaksanakan Tugas
118
4.Prosedur Kerja 1.Kepala Puskesmas Surisina Mengundang selururuh staf untuk
pertemuan penyusunan draf angket.
2.Melakukan uji coba angket kepada pengunjung Puskesmas surisina.
3.Melakukan tabulasi terhadap angket yang sudah diisi.
4.melakukan pertemuan untuk merevisi angket jika ada angket yang harus
di perbaiki.
5. Mendistribusikan angket ke ruang perawatan Rawat inap,dan semua
unit pelayanan di Puskesmas Surisina dan juga di Pustu,Polindes dan
Poskesdes.
6.Setiap bulan Tim Penanganan pengaduan dan keluhan masyarakat
mengambil semua angket untuk di rekap di Puskesmas.
7.Setelah semua hasil angket di tabulasikan maka di lakukan pembahasan
pada saat Minilokakarya tingkat Puskesmas.
8.Setiap Petugas puskesmas Surisina berkewajiban untuk melakukan
upaya perbaikan pelayanan sesuai hasil tabulasi angket.
9.Dilakukan evaluasi lagi setiap bulan pada saat Minilokakarya.
V.Sumber
VI.Unit Terkait. Semua Unit Pelayanan Puskesmas.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Rapat mengidentifikasi hambatan adalah Kegiatan pertemuan yang di
lakukan untuk membahas hasil angket yang telah di isi oleh Masyarakat
dan pengunjung Puskesmas terkait hambatan Budaya dalam pelayanan
kesehatan di puskesmas Surisina.
119
8.Notulis Menulis Semua hasil pertemuan dalam buku Notulen Rapat
Puskesmas.
9.Kepala UPTD Puskesmas Surisina Menutup seluruh kegiatan
pertemuan.
5.Sumber
6.Unit Terkait Semua Petugas Puskesmas.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
I.Pengertian Kegiatan menyerahkan tugas sementara untuk pelayanan klinis
kepada orang lain apabila tidak tersedia tenaga kesehatan yang
Profesional yang memenuhi persyaratan.
2.Tujuan 1.Sebagai Pedoman Kerja bagi semua staf Puskesmas/
2. Agar kegiatan pelayanan klinis tetap terselenggara
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: Ksr 032.1/Wpn/II/
/ / 2104tentang kepatuhan terhadap SOP bagi semua Staf
Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas.
4.Prosedur Kerja 1.Kepala Puskesmas Mengeluarkan surat pendelegasian
wewenang kepada petugas kesehatan lain untuk melaksanakan
tugas pelayanan klinik secara Profesional kepada masyarakat.
2.Kepala Puskesmas Membuat uraian tugas bagi petugas yang di
beri pendelegasianan wewenang.
3.Jika Dokter Umum tidak ada atau tidak berada di tempat maka
tugas Dokter di serahkan ke Perawat atau bidan senior yang di
tunjuk.
4.Jika Drg tidak ada atau tidak berada di tempat maka tugas
dokter gigi di serahkan kepada Perawat Gigi yang senior.
5.Jika tidak ada petugas Apoteker maka tanggung jawab farmasi
di serahkan ke petugas farmasi yang senior.
6.Jika tidak ada petugas analis maka pemeriksaan laboratorium
dilakukan oleh tenaga yang pernah di latih Pemeriksaan
Laboratorium.
7.Jika tidak ada petugas Gizi maka salah satu Bidan senior di
120
tunjuk untuk menjadi tanggung jawab program gizi.
8.Semua Petugas yang menerima pendelegasian wewenang
bertanggung jawab atas tugas yang di berikan.
9.Jika ada hambatan atau masalah dalam pelaksanaan tugas maka
petugas yang bersangkutan harus melaporkan kepada kepala
Puskesmas selaku pejabat yang memberikan pendelegasian
wewenang.
10.Mendokumentasikan semua kegiatan yang telah dilakukan.
5.Sumber
6.Unit Terkait. KIA/KB,Poli Umum,Poli Gigi,Laboratorium,Gizi.
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
1.Pengertian Pemeliharaan peralatan adalah kegiatan menerima,menyimpan dan
menggunakan peralatan serta memproses peralatan yang sudah di gunakan
hingga peralatan dalam keadaan siap untuk di gunakan kembali,termasuk
memperbaiki peralatan yang rusak hingga dapat di gunakan lagi secara
maksimal.
2.Tujuan 1.Sebagai Pedoman kerja.
2.Untuk Merawat peralatan sehingga tidak cepat rusak,
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Surisina Nomor: tentang kepatuhan terhadap
SOP bagi semua Staf Puskesmas Surisina dalam melaksanakan Tugas.
4.Prosedur Kerja 1.Mencuci peralatan setelah selesai di gunakan.
2.bagi peralatan yang harus di sterilkan maka prosedur kerjanya
mengikuti SOP Strelisasi alat.
3.Menyimpan semua peralatan di tempat yang telah di sediakan.
4.semua peralatan hendaknya dalam keadaan bersih dan baik dan siap
untuk di gunakan.
5.Melakukan serah terima alat setiap kali overan tugas.
6.melakukan tanda tangan buku serah terima alat.
7.Bagi peralatan medis yang membutuhkan kalibrasi atau perawatan
lanjutan maka di lakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan.
5.Sumber
6.Unit Terkait Semua unit Pelayanan di Puskesmas Surisina.
121
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PUSKESMAS SURISINA
122
UPTDPuskesmas Waepana PENYIAPAN MAKANAN DAN DISTRIBUSI
MAKANAN PASIEN RAWAT INAP
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
123
UPTDPuskesmas Waepana ASUHAN GIZI
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
124
DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGADA
PUSKESMAS WAEPANA.
Jln Bajawa – Riung.no ......,Telp........kode Pos:86543
I. Latar Belakang
Perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di lakukan secara konperhensif
baik di tingkat internal puskesmas maupun denhan pemberdayaan masyarakat
yang melibatkan multi pihak baik dari tingkat kecamatan maupun tingkat Desa.
Pelayanan kesehatn pada tingkat Ouskesmas tidak terlepas dari interaksi 3 unsur
pokok yaitu: Petugas pelayanan,manajemen puskesmas dan masyarakat sebagai
pengguna. masyarakat.
Salah satu upaya sebagai tindaklanjut dari reformasi birokrasi adalah melaksanakan
perbaikan layanan publik di unit satuan kerja Dinas Kesehatan khususnya
puskesmas di Kabupaten Ngada. Satuan kerja ini dalam melakukan perbaikan
layanan diawali dengan melakukan evaluasi terhadap kepuasan masyarakat dalam
memperoleh layanan di Puskesmas. Evaluasi yang berwujud pengukuran kepuasan
pelanggan merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan yang lebih
baik, lebih efisien, dan lebih efektif. Apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap
suatu pelayanan yang disediakan, maka pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak
efektif dan efisien. Selain itu tingkat kepuasan pelanggan (masyarakat) dalam
memperoleh layanan Kesehatan menjadi acuan penting memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada Masyarakat,dengan memperhatikan beberapa kriteria
mudah, transparan dan tepat waktu bukan sekedar slogan, melainkan benar-benar
menjadi kenyataan yang ditemui masyarakat ketika mereka i ngin mendapatkan
layanan di Puskesmas Waepana.
125
dalam melakukan perbaikan layanan publik termasuk masyarakat yang berfungsi
sebagai pelanggan layanan publik.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dan standar bagi puskesmas dalam melakukan perbaikan
dan penyusunan telaah mutu dan kinerja di puskesmas Waepana.
2. Tujuan Khusus
III. Manfaat
Dengan Metoda,instrument analisis kebutuhan masyarakat/sasaran Program yang
dilakukan secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
a. Memperoleh kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam
penyelenggaraan pelayanan untuk kemudian ditindaklanjuti dengan upaya-
upaya perbaikan.
b. Mendapatkan informasi kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah
dilaksanakan oleh unit pelayanan secara periodik
c. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan
IV. Pelaksanaan
A. Waktu dan Lokasi
Tempat : Puskesmas Waepana
Waktu Pelaksanaan : 4 Juli – 13 Juli 2014
Sasaran : Masyarakat Soa
Dengan Pentahapan sebagai berikut :
a. Penyusunan Draf Kuiseioner dan uji coba
b. Brifing Surveyor
c. Sosialisasi pelaksanaan Survey dan rekapitulasi hasil Survey.
B. Pelaksana
Tim Survey 5 orang dari 7 desa.
VII. Pembiayaan
Biaya Kegiatan di bebankan pada AIPMNH.
126
127
DINAS KESEHATAN KABUPATEN NGADA
PUSKESMAS WAEPANA.
Jln Bajawa – Riung.no ......,Telp........kode Pos:86543
128
Gizi 1. Kegiatan dalam Gedung.
a.Pengaturan diet pasien
b.Menyusun menu makan Pasien
c.Memberikan konsultasi Gizi Kepada
Pasien.
d.Mengikuti Pertemuan dan pelatihan.
2.Kegiatan Luar Gedung
a. Pelacakan kasus Gizi buruk dan Kunjungan
Rumah Penderita Gizi Buruk
b.Kunjungan Rumah BUMIL KEK.
c.Pendataan dan pemantauan garam yodium.
d.Penyuluhan Kesehatan.
e.Kegiatan Posyandu
f.Pembagian Vitamin A dan tablet besi
h.Pelatihan kader Posyandu
3.Kegiatan Administrasi
a.Membuat Laporan bulanan,Semester dan
Tahunan.
b.Membuat Peta Kadarzi
c.Membuat papan data.
Program P2M 1.TB Paru.
a.Penemuan penderita TB paru
b.Pengobatan Penderita TB Paru
2.Malaria.
a.Pemeriksaan Sedian darah
b.Pengobatan penderita malaria positip.
c Penyuluhan.
3.Kusta
Penemuan dan pengobatan penderita Kusta.
4.Imunisasi
a.Pendataan sasaran.
b.Membuat Rencana Permintaan Vaksin
c.Mengamfrak Vaksin ke Dinas Kesehatan
d.Pelayanan Imunisasi.
e.Swepping Imunisasi.
f.Pemantauan suhu vaksin
g.Membuat Pencatatan dan pelaporan.
h.Membuat PWS KIA.
5.Diare
a.Penemuan dan pengobatan penderita.
b.Penyuluhan.
c.Kunjungan Rumah.
6.Ispa.
a.Pengobatn penderita.
b.Penyuluhan.
7.BDB
a.Penyuluhan kesehatan.
b.Gerakan 3M Plus.
c.Penemuan dan penanganan penderita.
129
Kesehatan 1.Dalam Gedung.
Lingkungan
a.Konseling Kesehatan di Klinik Sanitasi
b.Pemeliharaan Insenerator dan IPAL.
2.Kegiatan Luar Gedung
a.Pendataan Rumah tangga sehat.
bPengambilan sampel air.
c.Inspeksi SAB
d.Abatesasi dan koparorisasi
e.Hygiene dan sanitasi makanan dan Minuman
f.Sanitasi tempat pengolahan makanan.
g.Pembinaan tempat pengolahan makanan.
h.Penyehatan tempat pembuatan sampah
i.Penyehatan lingkungan Pemukiman dan
jamban Keluarga.
j.Pemicuan STBM.
Upaya Pengobatan
Dasar
II.UPAYA
PENGEMBANGAN
A.
A.Upaya Kesehatan * Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah * Bulan Agustus
Sekolah * Penyuluhan Kesehatan *
B.Upaya Kesehatan
Masyarakat
C.Upaya Kesehatan * Kegiatan dalam gedung * setiap hari kerja
Gigi dan Mulut a. Pemeriksaan pasien gigi dengan melakukan
tindakan ( penembalan,pencabutan pembersihan
karang gigi.
b. Melakukan pencatatn dan pelaporan
c. Membuat Rujukan
d. Mengikuti pertemuan
e. melakukan konseling.
* Luar gedung
a. Melakukan penjaringan kesehatan gigi dan
mulut
b.Melaksanakan kegiatan UKGS di tingkat
sekolah
c.melakukan kegiatan penyuluhan di tingkat
sekolah
d.melakukan kegiatan sikat gigi masal di tingkat
sekolah dasar
D. Upaya Keshatan
Usia Lanjut
130
Waepana, Oktober 2014
Kepala Puskesmas Waepana
Margareta U. Kromen
NIP: 19690628 198903 2 005
131
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
TENTANG
MONITORING
I. Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja semua Staf Puskesmas dalam memberikan
pelayanan kepada Masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Surisina dan untuk
meningkatkan Mutu Pelayanan serta tercapainya target kegiatan maka harus
dilakukan Monitoring oleh Kepala Puskesmas kepada semua Unit Pelayanan di
Puskesmas Surisina dan juga untuk semua unit Pelayanan di Pustu,Polindes dan
Poskesdes,monitoring juga dilakukan oleh pengelola Program kepada semua unit
pelayanan di tingkat Desa.
b. Bahwa untuk maksud pada huruf a. Maka Kepala Puskesmas Surisina dan pengelola
Program menyusun jadwal monitoring serta indikator penilaian yang di gunakan maka
perlu ditetapkan Melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II. Mengingat :
a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan;
b. Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
c. Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.
MEMUTUSKAN :
132
PERTAMA : Kepala Puskesmas berkewajiban melakukan Monitoring di
semua Unit pelayanan di Puskesmas Surisina secara
berkala sekurang-kurangnya 4kali setahun
KEDUA : Kepala Puskesmas dan Pengelola Program di Puskesmas
berkewajiban melakukan monitoring kegiatan Program di
semua unit pelayanan di tingkat Desa secara berkala dan
melakukan evaluasi perbaikan kinerja.
KETIGA : Bukti-Bukti Pelaksanaan Monitoring oleh Kepala Puskesmas
dan Pengelola Program harus bisa di jadikan tolak ukur untuk
perbaikan kinerja.
KEEMPAT : Surat Keputusan ini di berlakukan sejak tanggal di tetapkan
keputusan ini
Ditetapkan di Bajawa
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
133
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
TENTANG
PENETAPAN INDIKATOR PRIORITAS UNTUK
MONITORING DAN PENILAIAN KINERJA.
I. Menimbang :
a. Bahwa untuk mendukung dan meningkatkan pelayanan di Puskesmas maka
diperlukan Penetapan Indikator Prioritas untuk Monitoring dan penilaian Kinerja.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a tersebut diatas maka Semua Petugas( Kepala
Puskesmas dan Pengelola Program) yang melakukan kegiatan Monitoring wajib
menggunakan indikator Prioritas untuk monitoring dan Penilaian Kinerja maka
perlu ditetapkan Melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II. Mengingat :
c. Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
134
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Waepana
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
135
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURISINA
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / /2015
TENTANG
PERSYARATAN KOMPETENSI PENANGGUNG JAWAB PROGRAM
1 Menimbang :
a. Bahwa dalam Upaya meningkatkan Mutu Pelayanan Kepada masyarakat di
Puskesmas Surisina serta tercapainya target kegiatan maka harus di tetapkan
Persayaratan Kompetensi bagi semua Penanggung Jawab Program kepada semua
Unit Pelayanan di Puskesmas Surisina dan juga untuk semua unit Pelayanan di
Pustu,Polindes dan Poskesdes.
b. Bahwa untuk maksud pada huruf a. Maka Kepala Puskesmas Surisina Menetapkan
Persyaratan Kompetensi bagi semua Penanggung jawab Program dan semua
petugas pemberi pelayanan Kepada Masyarakat di Puskesmas Surisina yang
ditetapkan Melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II Mengingat :
a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Keputusan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
c. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi,Kolusi dan Nepotisme( Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1999 Nomor 75,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851)
d. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 3 tahun 2008 tentang urusan
Pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten Ngada ( Lembaran Daerah
kabupaten Ngada Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 2)
e. Peraturan daerah kabupaten Ngada Tentang Pembentukan Dinas – Dinas daerah
kabupaten Ngada(Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2008 Nomor 3 Seri
D Nomor 3)
f. Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
136
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
137
2.SI Rekam Medik.
POLI UMUM 1.Dokter Umum
2.D3.Keperawatan
3.D4 Keperawatan
4.S.Kep.Nurse
POLI KIA 1.D3 Kebidanan.
2.D4 Kebidanan.
3.S1 Kebidanan
POLI GIGI 1.Dokter Gigi
2.SPRG
3.D3
LABORATORIUM D3 analis.
= Margareta U.Kromen=
NIP:196906281989032005
138
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURISINA
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / /2015
TENTANG
PENETAPAN PENANGGUNG JAWAB PROGRAM.
I. Menimbang :
139
Bahwa dalam rangka memberikan kepastian penyelenggaraan pelayanan publik di
Puskesmas Waepana dan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Puskesmas sesuai
dengan ketentuan yg telah ditetapkan, maka di pandang perlu untuk DI TETAPKAN
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM,yang di tetapkan dengan Surat Keputusan
Kepala UPTD Puskesmas Surisina.
II. Mengingat :
a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
c. Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
d. Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3
tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
e. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
f. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Publik;
g. Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
MEMUTUSKAN :
140
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
141
7. SP2TP/Bendahara SI.Kesmas
JKMN
8. Penanggung jawab Loket DIII Rekam Medik
9. Bendahara BOK DIII Keperawatan
10. Pengelola KIA Rawat DIII Kebidanan
Inap
11. Pengelola Rawat DIII Keperawatan
Inap/Bendahara Barang.
13. Pengelola Apotik SMF
14. Pengelola Poli Gigi SPRG
15. Penanggung jawab poli DIII Kebidanan
umum
16. Pengelola Gizi DIII Gizi
17. Pengelola Laboratorium DIII Analis
18. Pengelola Pustu Loa Olo DIII Keperawatan
19. Pengelola Polindes DIII Keperawatan
Mengeruda
20. Pengelola Poskesdes DIII Keperawatn
Wulilade
21. Pengelola Polindes Loa DIII keperawatan
22. Pengelola Polindes Meli DIII Keperwatan
23 Pengelola TB DIII Keperawatan
24 Perencana Puskesmas SI Kesmas
Ditetapkan di : Waepana
Pada tanggal : 2 Maret 2013
KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
MARGARETA U. KROMEN,AMd.Keb
NIP. 196906281989032005
=Damianus W. Fodju=
NIP : 19670323 198801 1 003
Pengertian Pemeliharaan sarana atau gedung adalah tindakan untuk
melakukan pemeliharaan rutin pada gedung atau sarana
lain untuk menghindari kerusakan yang lebih berat.
142
Kebijakan
Sumber
JADWAL PEMELIHARAAN
NO GEDUNG/SARANA WAKTU
1 Pengecatan/Mateks Ulang Januari dan Juni
4 Peralatan Medis
143
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN SOA
PUSKESMAS WAEPANA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS WAEPANA
NOMOR : Ksr 032.1/11/Wpn/ / /2014
TENTANG
KETETAPAN UNTUK MELIBATKAN PASIEN DALAM MENYUSUN RENCANA
LAYANAN.
I.Menimbang :
Bahwa untuk memberikan pelayanan Kesehatan yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan di Puskesmas Waepana dan untuk melibatkan peran serta pasien dan
keluarga dalam upaya perawatan dan pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yg telah ditetapkan, maka di pandang perlu untuk melibatkan Pasien dan
Keluarga dalam menyusun rencana layanan kepada pasien,yang di tetapkan dengan
Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Waepana.
II.Mengingat :
a.Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b.Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
c.Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
d.Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
144
e.Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Publik;
f.Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
Raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Waepana
Pada tanggal 8 Juli 2014
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
145
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURISINA
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / /2015
TENTANG
PENGUMPULAN DATA KINERJA
146
2.Mengingat:
a.Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b.Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Publik;
c.Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard
Pelayanan Publik;
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
147
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURISINA
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / /2015
TENTANG
PENILAIAN KINERJA PUSKESMAS.
2. Mengingat:
a. a.Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
b.Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
148
c.Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan
Publik;
d.Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda
dan Olah Raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada.
MEMUTUSKAN :
PERTAMA : Kepala Puskesmas Wajib melakukan penilaian Kinerja bagi setiap staf
Melalui laporan Kegiatan Program.
KEDUA : Kepala Puskesmas Membentuk Tim Penilaian kinerja Puskesmas.
KETIGA : Laporan bulanan menjadi dasar penilaian kinerja Puskesmas Setiap 6
( Enam Bulan) dan alkan dilakukan evaluasi rutin tingkat Puskesmas..
KEEMPAT : Keputusan ini akan di tinjau kembali jika ditemukan kekeliruan atau
jika ada perubahan.
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
149
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
150
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 2007 tentang Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
151
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
MEMUTUSKAN :
152
PERTAMA : Mengatur Mekanisme menjalin Komunikasi yang baik dengan Masyarakat,
tentang Kegiatan Program dan Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas
Surisina.
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
153
154
Ahfgsuhfakjs;fajsf; sfha
fg
155
PEMERINTAH KABUPATEN NGADA
DINAS KESEHATAN
KECAMATAN BAJAWA
PUSKESMAS SURISINA
a. Bahwa dalam rangka memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat dan untuk
meningkatkan mutu Pelayanan Puskesmas yang memenuhi kebutuhan dan harapan
Masyarakat dan sesuai dengan ketentuan yg telah ditetapkan, maka perlu di berikan Akses
kepada Masyarakat,sasaran Program dan para pasien untuk berkomunikasi dengan Kepala
Puskesmas,Penangung jawab Program dan pelaksana kegiatan di Puskesmas.
b.Bahwa untuk maksud pada huruf a. Memberikan Informasi Kepada Masyarakat, Akses
kepada Masyarakat,sasaran Program dan para pasien untuk berkomunikasi dengan Kepala
Puskesmas,Penangung jawab Program dan pelaksana kegiatan di Puskesmas,melalui Media
Komunikasi yang tersedia yaitu HP,Kotak saran dan Angket kepuasan pengunjung/Pasien.
perlu diatur mekanisne Komunikasi yang baik yang di tetapkan Melalui Surat Keputusan
Kepala Puskesmas Surisina.
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
• Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
• Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Publik;
MEMUTUSKAN :
PERTAMA : Mengatur Akses kepada Masyarakat,sasaran Program dan para pasien untuk
berkomunikasi dengan Kepala Puskesmas,Penangung jawab Program dan pelaksana kegiatan
di Puskesmas,melalui Media Komunikasi yang tersedia yaitu HP,Kotak saran dan Angket
kepuasan pengunjung/Pasien.
156
dan pelaksana kegiatan di Puskesmas merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari upaya peningkatan Mutu pelayanan Publikc di
Puskesmas Surisina.
KETIGA : Perlu di lakukan penyusunan Standart Prosedur Operasional untuk
Akses kepada Masyarakat,sasaran Program dan para pasien untuk
berkomunikasi dengan Kepala Puskesmas,Penangung jawab Program
dan pelaksana.
KE EMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
157
PUSKESMAS SURISINA
MEMUTUSKAN :
PERTAMA : Mengatur Akses kepada Masyarakat,sasaran Program dan para pasien untuk
berkomunikasi dengan Kepala Puskesmas,Penangung jawab Program dan pelaksana kegiatan
di Puskesmas,melalui Media Komunikasi yang tersedia yaitu HP,Kotak saran dan Angket
kepuasan pengunjung/Pasien.
158
KETIGA : Perlu di lakukan penyusunan Standart Prosedur Operasional untuk
Akses kepada Masyarakat,sasaran Program dan para pasien untuk
berkomunikasi dengan Kepala Puskesmas,Penangung jawab Program
dan pelaksana.
KE EMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal Mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
159
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / /2015
TENTANG
KOORDINASI DAN INTEGRASI PENYELENGGARAAN PROGRAM
DAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN.
a. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Masyarakat perlu dilaksanakan
pelayanan dan upaya Puskesmas di dukung oleh suatu mekanisme kerja agar tercapai
kebutuhan dan harapan pengguna layanan dengan memperhatikan Prinsip efektif dan
efisien,di perlukan adanya koordinasi dan integrasi dalam penyelenggaraan pelayanan dan
Upaya puskesmas dengan pihak terkait,sehingga terjadi efisiensi dan menjamin
keberlangsungan pelayanan.
b.Bahwa untuk maksud pada huruf a.koordinasi dan integrasi penyelenggaraan program dan
penyelenggaraan pelayanan di Puskesmas waepana di tetapkan melalui Surat Keputusan Kepala
Puskesmas Surisina.
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
• Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
• Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Publik;
MEMUTUSKAN :
160
KE EMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal April 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Peraturan pemerintah No 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi perangkat
daerah(Lemabran Negara tahun 2003 nomor 14,Tambahan Lembaran Negara Nomor
4262).
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Daerar Propinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/Kota.
• Kepmenkes nomor:269/Menkes/Per/III/2008 Tentan Rekam Medik.
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
161
MEMUTUSKAN :
162
b. Penomoran dokumen di urutkan sesuai dengan pengodean
c. Urutan penomoran meliputi: Kode pelayanan, Kode dokumaen, Bulan,
Tahun dan nomor urut dokumen
Ditetapkan di Waepana
Pada tanggal 22 Desember 2014
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
II.Mengingat :
• Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
• Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
• Peraturan pemerintah No 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi perangkat
daerah(Lemabran Negara tahun 2003 nomor 14,Tambahan Lembaran Negara Nomor
4262).
163
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Daerar Propinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/Kota.
• Kepmenkes nomor:269/Menkes/Per/III/2008 Tentan Rekam Medik.
• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
MEMUTUSKAN :
164
KETIGA : Sistem Penomoran:
d. Penomoran kelompok pelayanan di lakukan oleh kelompok pelayanan
masing- masing di sesuaikan dengan sistem pengkodean yang telah di
tentukan
e. Penomoran dokumen di urutkan sesuai dengan pengodean
f. Urutan penomoran meliputi: Kode pelayanan, Kode dokumaen, Bulan,
Tahun dan nomor urut dokumen
Ditetapkan di Waepana
Pada tanggal 22 Desember 2014
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
165
No Dokumen : ksr No Revisi :000 Halaman :1/2
032.1/WPN/11/ /
11/2014
Standart Operasional Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
12 Juni 2012 Kepala UPTD Puskesmas WAEPANA
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
4.Prosedur Kerja. 1.Menyampaikan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan.
2.Meminta Pasien dan keluarga untuk menandatangani informed concent.
3.Menyampaikan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan
rencana perawatan pasien.
4.Meminta pasien dan keluarga untuk memberikan pendapat dan
informasi mengenai kebutuhan perawatan pasien.,Termasuk kebutuhan
Biologis,Spiritual dan nilai – nilai budaya yang dianut pasien.
5.Melaksanakan perawtan sesuai rencna yang telah di buat bersama pasien
dan keluarga.
6.Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilakukan.
Sumber
Unit terkait. Loket,rawat inap.
166
UPTDPuskesmas Waepana PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
I.Pengertian Kegiatan yang dilakukan mulai dari proses mencuci alat dan
melakukan sterisasi alat sampai alat siap di gunakan lagi.
2.Tujuan - Menjaga alat agar tidak cepat Rusak.
- Alat dalam keadaan bersih dan steril dan siap di gunakan.
3.Kebijakan SK. Kepala Puskesmas Waepana Nomor:
tentang kepatuhan terhadap SOP bagi semua Staf Puskesmas Waepana
dalam melaksanakan Tugas.
4.Prosedur Kerja 1. Peralatan
Sterilisator
Alat-alat yang akan disteril
Baskom
Sikat
Cairan Klorin 5,5 %
Air
Sabun
Sarung tangan rumah tangga 1 pasang
Handuk bersih
2. Cara Kerja
.Buat cairan desinfektans dengan cara :
.1 Ambil 1 bagian cairan klorin 5,5, % , masukkan dalam baskom
Ambil 9 bagian air , dan campurkan ke dalam baskom yang
telah diisi cairan klorin, lalu aduk
2.Masukkan semua alat yang telah dipakai tersebut ke dalam cairan
klorin yang telah diencerkan
3.Rendam alat dalam cairan klorin selama 10 menit
4.Cuci alat dengan sabun dan sikat sampai bersih
5.Bilas alat dengan air mengalir sampai bersih
6.Keringkan alat dengan handuk bersih
7.Masukkan alat-alat yang sudah bersih dan kering ke dalam
sterilisator, kecuali alat-alat yang terbuat dari karet masukkan ke rak
bagian atas
8.Tutup pintu sterilisator sampai rapat
9.Hidupkan stop kontak atau aliran listrik
10.Tekan tombol power dan tombol disinfektan
11. Biarkan sterilisator menyala hingga mati sendiri
167
12.Jika sudah selesai biarkan alat sampai dingin, matikan stop
kontak / aliran listrik
13.Pindahkan alat yang sudah steril dan beri tanggal sterilisasi
14.Simpan alat steril dalam kotak tertutup
15.Jika lebih dari 7 hari alat tidak digunakan, harap steril ulang
Perawatan Sterilisator
1. Lap sterilisator bagian luar setiap hari dengan kain lap
168
169
170
171
BAB III.
PERALATAN
Lampiran 19
172
A.9. Set Peralatan Home Care :
peralatan yang dibutuhkan pada setiap unit layanan yang melakukan tindakan
keperawatan
A.10. Set Peralatan Ruang Gizi dan Laktasi:
peralatan yang dibutuhkan pada layanan Gizi
A.11. Kit Imunisasi Lapangan :
peralatan yang dibutuhkan pada layanan imunisasi
A.12. Kit Sanitasi :
peralatan yang dibutuhkan pada layanan sanitasi
173
A1. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN UMUM
174
A2. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN UNIT GAWAT DARURAT
175
A2. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN UNIT GAWAT DARURAT
176
A2. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN UNIT GAWAT DARURAT
177
A3. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN POLIKLINIK UMUM
178
A4. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN POLIKLINIK GIGI
179
A4. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN POLIKLINIK GIGI
180
A4. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN POLIKLINIK GIGI
181
A5. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN POLIKLINIK KIA
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
39 Lanseng dengan sarangan berlubang besar 1
40 S-23 Sarung Tangan, No. 7 6 194
41 S-24 Sarung Tangan, No. 7 ½ 6 194
42 U-2 Baki Logam Tempat Alat Steril 1 101
43 U-32 Lemari Peralatan 1 112a
44 U-34 Mangkok Untuk Larutan 2 115
45 U-37 Meja Instrumen / Alat 1 118
46 U-44 Pompa Payudara Untuk Asi 1 123
47 U-52 Silinder Korentang Steril 1 126
48 U-54 Standar Infus 1 128
49 Stand lamp untuk tindakan
50 U-66 Toples Kapas / Kasa Steril 1 136
51 U-68 Torniket Karet 1 138
52 U-72 Waskom Bengkok 4 141
53 U-73 Waskom Cekung 1 142
54 U-45 Dopler 1 45
55 U-79 Ambu Bag 1
56 U-57 Tabung Oksigen Besar/Kecil 1 106
57 U-81 Lampu / Spot Light 1
58 Vaksin carier 1
59 M-148 Jarum Suntik, Disposable (No. 02) 12
60 M-149 Jarum Suntik, Disposable (No. 12) 12
61 M-150 Jarum Suntik, Disposable (No. 14) 12
62 M-151 Jarum Suntik, Disposable (No. 20) 12
63 M-146 Disposable Syringe, 1 CC 5
64 M-144 Disposable Syringe, 10 CC 5
65 M-145 Disposable Syringe, 3 CC 5
66 M-147 Disposable Syringe, 5 CC 1 126
67 S-26 Sprei 3
68 S-25 Selimut 3
69 S-19 Perlak, Tebal Lunak (200 X 90 Cm) 3
70 S-26 Sperei Kecil / Steek Laken 3
71 S-21 Sarun G Bantal 3
72 S-11 Handuk 3
73 S-16 Waslap 6
74 S-32 Formulir Askep / Kebidanan 1SET
75 U-83 Tromol Untuk Alat Steril 1
76 W-10 Meja Tulis 1
77 W-11 Kursi Kerja 4
78 W-15 Tempat Sampah Basah & Kering, Bertutup 2
79 U-31 Lampu Senter 1 112
80 L-47 Alat Pemeriksaan Urine (Urinometer) masuk lab 1SET 188
81 M-159 Peralatan Immunisasi 1
82 L-10 Hemoglobinometer Set (Sahli) 4 159
83 D-17 Pengukur Panjang Bayi 1
84 D-11/12 Manset Anak 1 8&9
85 U-75 Resusitator For Infant 1
182
A5. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN POLIKLINIK KIA
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
86 U-76 Masker For Infant 1
87 U-77 Tabung / Sungkup Untuk Resusitasi 1
88 U-95 Safety box ( pembuangan jarum suntik bekas ) 1
89 S-50 Botol u/ Larutan Desinfectan ( bayclin ) @ 5 liter 1
91 W-33 Jam/timer 1
183
A6. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN PELAYANAN KB
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
34 M-61 Kateter, Kaet No. 16 (Nelaton) 1 234
35 M-65 Klem Arteri, 12 Cm, Lengkung Dengan Gigi 1 X 2 4 238
(Halstead-Mosquito)
36 M-67 Klem Arteri, 12 Cm Lurus Dengan Gigi 1 X 2 (Halstead- 4 239
Mosquito)
37 M-68 Klem Arteri, 12 Cm Lurus, Tanpa Gigi (Halstead) 4 239
38 M-160 Klem Pemegang Implan (Modifikasi Klem Untuk 2
Vasektomi Tanpa Pisau)
39 S-12 Jas Operasi 2 192
40 S-27 Topi Operasi 2 192
41 U-34 Mangkok 3 115
42 U-54 Standar Infus 2 128
43 U-71 Usungan (Brankar) 1 140
44 M-144 Disposable Syringe 10 CC 2
45 M-145 Disposable Syringe 3 CC 2
46 M-147 Disposable Syringe 5 CC 2
47 M-148 Jarum Suntik Disposable (No. 02) 2
48 M-149 Jarum Suntik Disposable (No. 12) 2
49 M-150 Jarum Suntik Disposable (No.14) 2
50 M-151 Jarum Suntik Disposable (No.20) 2
51 D-41 Timbangan dewasa 1 30
52 Sterilisator listrik ( Dua pintu ) 1
53 U-95 Safety box ( pembuangan jarum suntik bekas ) 1
54 S-50 Botol u/ Larutan Desinfectan ( bayclin ) @ 5 liter 1
55 W-10 Meja tulis 1
56 W-11 Kursi Kerja 2
57 W-15 Tempat sampah tertutup/khusus 1
58 W-33 Jam/timer 1
184
A7. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN PENYULUHAN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
10 P-15 Papan Tulis Putih 1
11 P-16 Proyektor / LCD Proyektor + OHP 1
12 P-17 Radio Kaset 1
13 P-19 Wireless System/ Amplifier & Wireless Microphone 1
14 P-21 Video / VCD – DVD Player 1
15 P-22 Televisi & Antena 1
16 P-23 Megaphone/ Public Addres System 1
17 P-24 Boneka /Phantom Bayi Baru Lahir 1
18 P-26 Alat Permainan Edukatif ( APE ) 1 SET
19 P-31 Cetakan Jamban 1
20 P-38 Media Penyuluhan Kesehatan Kerja Kit 1
21 N-32 Food Model 1
22 P-41 Poster – poster program ( gizi,gigi, KIA/KB,dll ) 10
23 W-21 Computer + Printer 1
24 W-27 Laptop 1
25 W-28 Gadgets Kelengkapan Laptop Untuk Presentasi 1
26 W-29 Kamera Foto digital 1
27 U-97 Portable Generator (Lapangan) 1
28 W-2 Kendaraan Roda Dua Untuk Penyuluhan 1
29 W-10 Meja tulis 1
30 W-11 Kursi kerja 2
31 W-15 Tempat sampah tertutup/khusus 2
32 W-33 Jam/timer 1
185
A8. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN LABORATORIUM
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
17 L-17 Kertas Lakmus (isi 100 lb) 2 165
18 L-18 Kertas lensa (isi 100 lb) 1 166
19 L-19 Kertas saring (isi 100 lb) 1 167
20 L-23 Mikroskop binokuler dengan kotak penyimpanan 1 169
Yang berlampu
21 L-24 Pemanas / penegas dengan air 1 170
22 L-28 Penjepit tabung dari kayu 2 171
23 L-29 Pensil kaca 2 172
24 L-30 Pipet berskala (vol 1 cc) 2 173
25 L-31 Pipet berskala (vol 10 cc) 2 174
26 L-34 Pipet tetes 10 177
27 L-35 Rak pengering 3 178
28 L-36 Rak pewarna kaca preparat 2 179
29 L-37 Rak tabung reaksi 3 180
30 L-38 Sengkelit 2 181
31 L-41 Sikat tabung reaksi 1 184
32 L-42 Tabung laju endap darah (westergren) 1 185
33 L-44 Tabung reaksi (12 mm) 1 186
34 L-45 Tabung sentrifus tanpa skala 12 187
35 L-47 Urinometer (alat pengukur berat jenis urine) 1 188
36 M-14 Gunting bedah standar, lurus 1 207
37 M-92 Penusuk jari untuk mengambil darah 1 262
38 M-97 Pinset anatomis (untuk specimen) 3 265
39 M-131 Skalpel, mata pisau bedah (no. 10) 6 289
40 M-132 Skalpel, tangkai pisau operasi 1 290
41 M-138 Sterilisator (pemanas alkohol) 1 296
42 L-55 Tabung / pipa kapiler untuk hematokrit 1
43 S-22 Sarung tangan, no. 6 ½ 10 194
44 S-23 Sarung tangan no, 7 10 194
45 S-24 Sarung tangan no, 7 ½ 10 194
46 U-2 Baki logam tempat alat steril 1 101
47 U-6 Botol mulut sempit dengan tutup ulir 10 103
48 U10 Botol tetes 60 cc 10 104
49 U-25 Lampu spiritus isi 120 cc 1 111
50 U-68 Torniket karet 1 138
51 U-72 Waskom bengkok 3 141
52 U-73 Waskom cekung 1 142
53 L-56 Sentrifus mikrohematokrit 1
54 L-39 Sentrifus listrik 1 182
55 L-33 Pipet semi otomatik 1 176
56 L-57 Tip pipet 1
57 U-29 Lemari es 1 111d
58 L-46 Termometer 0 – 50 derajat celcius (skala ½ c) 1
59 D-35 Tensimeter, Air Raksa 1 25
60 L-21 Komparator Untuk Pemeriksaan Air Lapangan 1
61 L-14 Kaca Preparat Untuk Pemeriksaan Golongan Darah 1
62 L-25 Penghisap Karet 1
186
A8. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN LABORATORIUM
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
63 U-45 Pot sputum 1 124
64 D-20 Pengukur Waktu 1 15
65 L-48 Jas Laboratorium 1
66 W-15 Peralatan Untuk Tempat Pembuaangan Limbah, Sisa 1
Spesimen (Tempat Sampah Khusus)
67 L-58 Rotator 1
68 L-59 Shaker 1
69 W-10 Meja tulis 1
70 W-11 Kursi kerja 2
71 W-15 Tempat sampah tertutup/khusus 2
72 W-33 Jam/timer 1
73 Waskom cuci 1
187
A9. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN KEPERAWATAN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
26 M – 133 Semprit Gliserin 2 279
27 S – 22 Sarung Tangan Karet, Ukuran 6,5 3 194
28 S – 23 Sarung Tangan Karet, Ukuran 7 3 194
29 S – 24 Sarung Tangan Karet, Ukuran 7,5 3 194
30 M – 64 Selang Kateter Berbagai Ukuran 1 SET 234
31 N – 15 Mesin Penghisap Lendir 1
32 U – 79 Air Viva Dan Masker Oksigen / Ambubag 1
33 M – 22 Gunting Lengkung, Ujung Tajam, 18 cm 1 212
34 M – 23 Gunting Lengkung,Ujung Tumpul, 18 cm 1 212
35 M – 24 Gunting Lurus, Ujung Tajam, 18 cm 1 207
36 M – 17 Gunting Lurus, Ujung Tumpul, 18 cm 1 207
37 M – 29 Gunting Lurus, Pembuka Jahitan 1 216
38 M – 29 Gunting Lurus, Pembuka Jahitan 1 216
39 M – 65 Klem Arteri, 12 cm Lengkung Dengan Gigi 6 238
40 M – 66 Klem Arteri, 12 cm Lengkung Tanpa Gigi 6 238
41 M-67 Klem Arteri, 12 CM Lurus Dengan Gigi 6 239
42 M-68 Klem Arteri, 12 CM Lurus Tanpa Gigi 6 239
43 M-73 Klem Pemegang Jarum Jahit Dengan Kunci 2 244
44 M-74 Klem Pemegang Jarum Jahit 2 245
45 M-76 Klem Pemegang Alat Tenun 6 247
46 M-78 Korentang Lengkung Untuk Alat Steril (Cheatle) 2 249
47 M-90 Paratus Bertutup Untuk Spuit 1 260
48 M-28 Gunting Pembalut 2 215
49 M-155 Gunting Plester 2
50 M-95 Pinset Anatomis 14,5 CM 2 265
51 M-96 Pinset Anatomis 18 CM 2 265
52 M-98 Pinset Bedah 14,5 CM 2 266
53 M-99 Pinset Bedah 18 CM 2 266
54 M-38 Jarum Jahit, Lengkung, 1/2 Lingkaran, Penampang 6 224
Bulat
55 M-39 Jarum Jahit, Lengkung, 1/2 Lingkaran, Penampang 6 225
Segitiga
56 M-40 Jarum Jahit, Lengkung, 3/8 Lingkaran, Penampang 6 224
Bulat
57 M-41 Jarum Jahit, Lengkung, 3/8 M Lingkaran, 6 225
Penampang Segitiga
58 U-54 Standar Infus 2 128
59 M-136 Alat Pembuka Mulut / Spatula logam 1 294
60 U-68 Torniquet 1 138
61 L-13 Kaca Preparat Untuk Darah Tepi 12 162
62 M-92 Penusuk Jari Untuk Mengambil Darah Tepi 12 262
63 L-29 Pensil Kaca 1 172
64 L-44 Tabung Reaksi Dengan Tutup Karet / Gabus 12
65 L-28 Penjepit Tabung Reaksi Terbuat Dari Kayu 1 171
66 U-25 Lampu Spiritus 1 111
67 U-73 Waskom Cekung 1 142
68 U-2 Baki Logam Tempat Alat Bertutup 1 101
188
A9. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN KEPERAWATAN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
69 L-33 Pipet Semi Otomatis 1 176
70 M-128 Sikat Cuci Tangan 1 286
71 L-48 Jas Kerja / Jas Laboratorium 2 139
72 U-65 Tromol Kapas 1 128
73 U-41 Pispot Wanita 2 294
74 U-43 Urinal / Pispot Pria 2 138
75 U-75 Resusisator Untuk Bayi 1
76 S-39 Kasa Steril 10 DOZ
77 S-42 Masker 10
78 S-43 Kertas Tisue 1 KOTAK
79 S-44 Jelly / Cairan Pelicin / Minyak 1
80 S-45 Kapas Steril 1
81 S-46 Plester 2
82 S-47 Pembalut 2
83 U-20 Kantong Plastik Untuk Sampah Biologis Dan 2
Infeksius
84 S-48 Lidi kapas 1 Kotak
85 S-49 Alkohol 90% 1 Botol
86 S-50 Cairan Desinfektan (Lysol, Nacio 5%, Dll) 1 Botol
87 S-51 Obat Providine Iodine 1 Botol
88 S-52 Obat Merchurochrom 70% 1 Botol
89 S-53 Tabung Plastik Tempat Preparat Tinja 6
90 S-54 Tabung Plastik Tempat Preparat Urine 6
91 S-55 Botol Tempat Preparat Darah 6
92 S-56 Bilah Kayu Mengambil Preparat 1
93 S-57 Stiker Kertas Untuk Nama 1
94 U-47 Sabun / Deterjen 4
95 U-61 Tempat sabun 4
96 M-153 Wing Needle 6
97 M-145 Disposible Syringe 3 CC 6
98 M-146 Disposible Syringe 1 CC 6
99 M-147 Disposible Syringe 5 CC 6
100 M-144 Disposible Syringe 10 CC 6
101 M-144 Disposible Syringe 20 CC 6
189
A10. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN RUANG GIZI DAN LAKTASI
ALAT ANTROPOMETRI
10 D-41 Timbangan Detekto/Timbangan Injak 1 30
11 D-18 Pengukur Tinggi Badan (Mikrotoise) 1
12 D-40 Baby Scale (Timbangan Bayi) 1 29
13 D-17 Papan Panjang Badan (Length Board) 1
14 D-53 Alat Pengukur Lingkar Lengan Atas (Lila) 1
KLINIK LAKTASI
15 U-103 Meja dan Kursi kerja 1
16 U-102 Dispenser / Termos Air Panas 1
17 S-39,U-66 Kassa Steril beserta tempatnya (Toples) 1
18 Tissue dan tempatnya 1
19 U-47 Sabun Cuci 1
20 Lap / Serbet Bersih 1
21 P-42 Laktasi Kit yaitu Alat Peraga Menyusui Yang Benar 1 SET
terdiri dari :
- Boneka : 1 buah
- Model Payudara ( tetek-
tetekan ) : 1 buah
190
A10. PERALATAN RAWAT JALAN
SET PERALATAN RUANG GIZI DAN LAKTASI
Nomor Nomor
Nomor Kode Nama Alat Jumlah
Urut gambar
1 D-14 Meteran 1 11
2 L-21 Komprarator untuk mengukur kadar Chlor (Clor 1
191
A12. KIT SANITASI
Nomor Nomor
Nomor Kode Nama Alat Jumlah
Urut gambar
Meter )
3 L-26 Pengukur cahaya (Lux Meter) 1
4 L-27 Pengukur Kelembabab (Hygrometer) 1
5 L-34 Pipet tetes 3 177
6 L-43 Tabung pengukur kekeruhan 1
7 L-46 Termometer 1
8 U-4 Boks pendingin, tahan dingin 7 hari (Cool Boks) 1 102
9 U-8 Botol sample air bermulut lebar 3
10 U-9 Botol sample air berpemberat 3
11 U-25 Lampu spiritus isi 120 cc 1
12 U-31 Lampu senter 1 111
13 U-51 Sendok tahan karat 1 112
14 U-60 Tas lapangan 1
15 N-23 Pengukur kebisingan (Sound Level Meter) 1
16 N-24 Water tes kit 1
17 N-26 Cakram (kekeruhan kolam renang) 1
18 N-28 Penangkap nyamuk dan larva (Surveilance 1
Vektor Kit)
19 N-29 Pengukur PH (PH Meter) 1
20 N-30 Derigen (Wadah Sampel) 1
21 P-27 Home Economis Set 1
22 N-42 Digital Thermometer 1
23 N-43 Digital PH Meter 1
24 N-44 Digital Chlorin Test Kit 1
25 W-10 Meja Tulis 1
26 W-11 Kursi Meja 1
27 P-31 Cetakan Jamban 1
28 N-46 Lux Meter 1
Perlengkapan pengambil sample makanan
terdiri:
29 U-47 Sabun Desinfeksi 1
30 U-82 Termos Es 1
31 U-60 Tas Pembawa sample / Tas Lapangan 1
32 S-34 Sendok 1
33 S-22-24 Sarung tangan steril 1
34 S-58 Kantong Plastik Steril 1
35 S-59 Pisau Pemotong yang steril 1
36 N-80 FLY Sweep Net (Fly Griil) 1
192
- Adson tissue forceps 1x2 feet 1
- Rochester pean forceps curved 6 ½ 4
- Kelly forceps curved 4
- Allis tissue forceps with 5x6 feet 4
- Rochester Oschmer forceps straight 6 ½ 4
- Halstead Mosquito forceps 5 ½ 4
- Backhaus towel clamps 5 ½ 4
- Foerstersponge forceps 9 ½ 2
- Probe with eye 5 ½ 1
- Grooved director 5 ½ 1
- Grille wood needle holder 6 fura grip 2
- Volkmann retractors one prong blunt 2
- Needle holder, 18 cm 1
- Operating knife 4
- Surgical suture needle 1 (b0x)
- Wound clip applying forcep 1
- Wound clip 14 mm 1 box
- Simple operating table 1
- Simple Surgical lamp 1
Peralatan Resusitasi :
- S tube for oral breathing all sizes 1
- Endotrackeal tube adult sizes (no. 6,7,8,9) 1
- Laryngoscope no. instosh type (4 blades) 1
- Connector for endomecheal tube all sizes 1
- Endomedcheal tube infant size/children sizes 1
( no. 2 ½, 3, 4 ½ , 5 )
- Resuscitation Equipment for adult 1
- Resuscitation Equipment for infant 1
- Nasopharyngeal airways all sizes 1
- Ovapharyngeal airways all sizes 1
- Sucsion catheters all sizes 1
- Magill forceps ( large and sizes ) 1
- Cricothyrotomy 1
- Xylocain sprayer 1
193
- Oxygen delivery set 1
Selain tiga set peralatan diatas, ada dua set peralatan yang sudah terdapat pada
Peralatan Rawat Jalan namun mengalami penambahan jumlah maupun jenis alat pada
Rawat Inap yaitu B.2. Set peralatan Bedah dan Gawat Darurat ( UGD ) dan B.4. Set
Peralatan Laboratorium.
194
B1. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN PERAWATAN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
21 U-1 Baki Instrumen Bertutup 2 100
22 U-57 Tabung Tabung Oksigen dan kelengkapannya 1 106
23 U-24 Kursi 12
24 U-30 Lemari Kecil 10 111d
25 U-37 Meja Instrumen/ Alat 4 118
26 U-39 Penyekat Ruangan 4
27 U-40 Pispot Anak 2 119
28 U-41 Pispot Wanita 2 120
29 U-42 Pispot Fraktur/ Immobilisasi 1 121
30 U-43 Pispot Pria/ Urinal 3 122
31 U-44 Pompa Payudara untuk Asi 2 123
32 U-54 Standar Infus 5 128
33 U-55 Standar Waskom, Tunggal 2 129
34 U-56 Standar Waskom, Ganda 2 130
35 U-62 Tempat Tidur
36 U-69 Tromol Kasa/ Kain Steril (125 x 120 mm) 1 139
37 U-70 Tromol Kasa/ Kain Steril (150 x 150 mm 1 139
38 U-71 Usungan (Brankar) 1 140
39 U-72 Waskom BengkoK 4 141
40 U-73 Waskom Cekung 2 142
41 D-20 Sound Timer/ Pengukur Waktu 1
42 M-149 Jarum Suntik, Disposable (No. 12) 24
43 M-150 Jarum Suntik, Disposable (No. 14) 24
44 M-151 Jarum Suntik, Disposable (No. 18) 24
45 M-151 Jarum Suntik, Disposable (No. 20) 24
46 U-80 Kursi Roda roda mati 1
47 S-26 Sprei Kecil/ Steek Laken 20
48 S-37 Penjepit Formulir Aslup/ Set Formulir Aslup 10
49 W-15 Tempat Sampah Tertutup 1
50 W-20 Tempat Sampah Plastic untuk Pasien 10
51 N-12 Jet Nebulizer 1
52 D-44 Termometer For Infant 1
53 U-75 Resusitaor For Infant 1
54 U-77 Tabung/ Sungkep Untuk Resusitasi 1
55 D-43 Ari Sound Timer 1
56 S-29 Handuk Bayi 10
57 S-25 Selimut Bayi 10
58 Alat penghisap dengapedal/ portable suction 1
59 Dorongan untuk tabung oksigen 1
60 Inkubator Bayi 1
61 Klep pengatur Oksigen dengan humidifier 1
62 Waskom cuci 6
195
B2 PERALATAN PUSKESMAS DENGAN RAWAT INAP
SET PERALATAN TINDAKAN BEDAH DAN KEADAAN DARURAT
Nomor Nomor Jumla Nomor
Nama Alat
Urut Kode h Gambar
1 Kaca Pembesar 1 7
2 Manset Anak, Dengan Velencro 4 9
3 Spekulum Mata (Weis) 1 18
4 Benang Cat Gut (15 M) / Rol / Kaset 2 205
5 Gunting Iris 1 209
6 Gunting Konjungtiva 1 210
7 Gunting Kornea, Lengkung (Castroveijo) 1 211
8 Gunting Lengkung, Ujung Tajam (Metzenbaum) (18 cm) 1 212
Gunting Lengkung, Ujung Tumpul (Metzenbaum) (18
9 cm) 1 212
Gunting Lurus, Ujung Tajam (Metzenbaum) (18 cm)
10 Gunting Lurus, Ujung Tumpul (Metzenbaum) (18 cm) 1 212
11 Gunting Mayo Lurus/Lengkung 1 212
Gunting Pembuka Jahitan, Lurus 1
12 Irisifek, Dasboor (Bell) 2 212
13 Jarum Irigasi 1 213
14 Jarum Jahit, Lengkung, 1/2 Lingkaran, Penampang Bulat 1 216
15 Jarum Jahit, Lengkung, 1/2 Lingkaran, Penampang 12 220
16 Setigita 12 224
Jarum Jahit, Lengkung, 3/8 Lingkaran, Penampang Bulat
17 Jarum Jahit, Lengkung, 3/8 Lingkaran, Penampang 12 225
Segitiga
18 Kait Iris, Tajam (Tyrel) 12 224
Kait Iris, Tumpul (Graefe)
19 Kait Otot Mata (Grafe) 1 225
Kauter 1
20 Klem Agrave, 14 mm (isi 100) 2 230
21 Klem Arteri, 12 cm, Lengkung Dengan Gigi 1 x 2 1 230
22 (Halstead-Mosquito) 10 231
23 Klem Arteri, 12 cm, Lengkung Tanpa Gigi 1 x 2 2 236-
24 (Halstead-Mosquito) -
25 Klem Arteri, 12 cm, Lurus Dengan Gigi 1 x 2 (Halstead- 2 238
Mosquito)
26 Klem Arteri, 12 cm, Lurus Tanpa Gigi 1 x 2 (Halstead- 2 238
Mosquito)
27 Klem Arteri, Lurus (Kelly) 2 239
Klem/Pemegang Jarum Jahit Dengan Kunci (Baraquer)
28 Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar) 6 239
Klem/Pemegang Silet (Barraquer) 1
29 Klem/Penjepit Kain (Kocher-Backhaus)/ Duk Klem 241
196
B2 PERALATAN PUSKESMAS DENGAN RAWAT INAP
SET PERALATAN TINDAKAN BEDAH DAN KEADAAN DARURAT
Nomor Nomor Jumla Nomor
Nama Alat
Urut Kode h Gambar
30 Korentang, Lengkung, Penjepit Alat Steril, 23 cm 1 244
(Cheatlle) 1
31 Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) 4 245
32 Kriofake 2 246
33 Lampu Operasi 247
34 Lumbal Pungsi, Set (Yamada Sata) 2 249
Meja Operasi Sederhana 1
35 Pinset Alat, Bengkok (Remky) 1 250
36 Pinset Anatomis, 14,5 cm 1 252
37 Pinset Anatomis, 18 cm 1 257
38 Pinset Anatomis (untuk specimen) 1 258
39 Pinset Bedah, 14,5 cm 2 259
40 Pinset Bedah, 18 cm 2 264
41 Pinset Iris (Bishop-Harmon) 2 265
42 Pinset Kapsul (Arruga) 2 265
43 Pinset Konjungtiva (Draeger) 2 265
44 Pinset Kornea (Thorpe) 1 265
45 Pinset Penjahit, 0,25 mm (Colibri) 1 266
46 Pisau Silet 1 268
47 Retrakor, Pengait untuk Anak-anak 16 x 16 mm 1 269
48 (Langenbeck-Green) 1 270
49 Semprit Disposible 1 ML 10 271
50 Semprit Disposible 2 ML 2 272
51 Semprit Disposible 5 ML 275
52 Sendok Lensa Mata 2 277
Sikat Tangan
53 Mata Pisau Bedah (No. 10) 2
54 Skalpel, Tangai Pisau Operasi 2
55 Sonde dengan Mata, 14,5 cm 2
56 Sonde Pengukur Dalam Luka 1 285
57 Spatula, Alat untuk Reposisi, SS (Wecker) 1 286
58 Tang Pemasang dan Pencabut Agrave (Michel) 6 289
59 Duk Biasa, Besar (274 x 183 cm) 1 290
60 Duk Biasa, Kecil (91 x 114 cm) 1 291
61 Duk Biasa, Sedang (91 x 98 cm) 1 292
62 Duk Bolong, Besar (274 x 183 cm) Letak Lubang di 6 294
63 Tengah (23 x 10 cm) 6 300
64 Duk Bolong, Kecil 6
65 Duk Bolong, Sedang 6
66 Handuk Kecil 6
197
B2 PERALATAN PUSKESMAS DENGAN RAWAT INAP
SET PERALATAN TINDAKAN BEDAH DAN KEADAAN DARURAT
Nomor Nomor Jumla Nomor
Nama Alat
Urut Kode h Gambar
67 Jas Operasi 6 191
Kain Penutup Meja Mayo
68 Masker Untuk Operasi 6 191
69 Pakaian Kamar Operasi 6 191
70 Sarung Tangan, No. 6 ½ 6
71 Sarung Tangan, No. 7 6 192
72 Sarung Tangan, No. 7 ½ 6
73 Topi Operasi 24 192
74 Bak Instrumen Bertutup 30 x 30 cm 24 193
75 Lampu Spirtus Isi 120 cc 24 194
76 Lemari Es Minyak Tanah (Tipe Absorbsi) 24 194
77 Lampu Senter 24 194
78 Lemari Peralatan 24 192
79 Mangkok dan Busa untuk Cuci 1 100
80 Mangkok Untuk Spiritus 1 111
81 Meja Instrumen, Mayo Berstandar 1 111a
82 Meja Instrumen/ Alat 1 112
83 Spalk 1 112a
84 Standar Waskom, Ganda 1 114
85 Torniket Karet 1 116
86 Tromol Kasa/Kain Steril (125 x 120 mm) 1 117
87 Tromol Kasa/Kain Steril (150 x 140 mm) 5 118
88 Sterilisator Dengan Tekanan (Autoclave) 1 127
89 Sterilisator listrik ( Dua pintu ) 2 130
90 Tempat Sampah Organik Bertutup 1 138
91 Tempat Sampah Kering Bertutup 1 139
92 Wing Needle 1 139
93 1 295
94 1
95 1
96 2
97
198
B3. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN BERSALIN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
1 D-12 Manset Anak Dengan Pengait 1 9a
2 Bed Persalinan yang bisa dilepas 1
3 D-26 Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Besar 2 20a
4 D-27 Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Kecil 5 20a
5 D-28 Spekulum Vagina (Cocor Bebek) Sedang 1 20a
6 M-7 Benang Cat Gut (15 M) 1 205
7 Benang Chromic ( 3.0/2.0 ) 1
8 M-9 Dilatator, Komplet (Hegar) 1 206
9 M-18 Gunting Episiotomi (Barun-Stadler) (14.5 Cm) 1 208
10 M-30 Gunting Tali Pusar (13,5 Cm) 1 217
11 M-31 Gunting Uterus (Siebold) 1 218
12 M-32 Gunting Uterus (Sims) 1 218
13 Gunting perban 1
14 M-37 Jarum Jahit, Ginekologi, 7/16 Lingkaran, Penampang 2 223
Setigita
15 M-45 Jarum Jahit Uterus (Martin) 1 228
16 M-58 Kateter, Selang Penghisap Lendir Bayi 1 233
17 M-59 Kateter, Karet No. 10 (Nelaton) 1 234
18 M-60 Kateter, Karet No. 12 (Nelaton) 1 234
19 M-61 Kateter, Karet No. 14 (Nelaton) 1 234
20 M-69 Klem ½ kocher 2
21 M-69 Klem Arteri 14 Cm (Kocher) 2 240
22 M-71 Klem Tampon Uterus, 25 Cm (Bozemann) 1 242
23 M-72 Klem/Pemegang Jarum Jahit, 18 Cm (Mayo-Hegar) 1 243
Klem/Penjepit Porsio, 25 Cm (Schroder)
24 M-77 Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) 2 248
25 M-79 Kranioklas, 42 Cm (Braun) 3 250
26 M-80 Kuret Untuk Abortus Dan Jaringan Plasenta (Bumm) 1 251
27 M-82 Kuret Untuk Uterus (Bumm) 1 253
Kuret Untuk Uterus (Sims)
28 M-84 Pengait Untuk Dekaptasi (Braum) 1 255
29 M-85 Perforator (Naegele) 1 256
30 M-91 Pinset Anatomis, 14,5 Cm 1 261
31 M-93 Pinset Anatomis, 18 Cm 1 263
32 M-95 Pinset Bedah, 14,5 Cm 2 265
33 M-96 Pinset Bedah, 18 Cm 2 265
34 M-98 Sonde Uterus/ Penduga 2 266
35 M-99 Tang Jaringan Placenta/ Abortus, 32 Cm (Kelly) 2 266
36 M-135 Tang Kepala Dari Nagele 1 293
199
B3. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN BERSALIN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
37 M-140 Vakum Ekstraktor 1 298
38 M-141 Meja Insrumen / Alat 1 299
39 M-143 Standar Waskom, Tunggal 1 301
40 U-37 Waskom Cekung 1 118
41 U-55 Tensimeter air raksa 1 129
42 U-73 Pelvimeter Obstetrik 1 142
43 D-35 Jarum Suntik, Disposable (No. 02) 1 25
44 D-16 Jarum Suntik, Disposable (No. 12) 1 13
45 M-148 Jarum Suntik, Disposable (No. 14) 12
46 M-149 Jarum Suntik, Disposable (No. 20) 12
47 M-150 Disposable Syringe, 1 CC 12
48 M-151 Disposable Syringe, 10 CC 12
49 M-146 Disposable Syringe, 3 CC 5
50 M-144 Disposable Syringe, 5 CC 5
51 M-145 Silinder Tabung / Tempat Korintang 5
52 M-147 Sperei 5
53 U-52 Sarung Tangan 1 126
54 S-26 3
55 S-22-24 Selimut 3
S-25 Sarung Bantal
56 S-21 Handuk 3
57 S-11 Waslap 3
58 S-16 Formulir Askep / Kebidanan 3
59 S-32 Inkubator bayi 6
60 U-17 Tromol Untuk Alat Steril ( kecil,sedang,dan besar) 1 Set
61 U-83 Stetoskop dewasa 1 108
62 D-30 Stetoskop anak 3
63 D-30 Stetoskop janin / funandoskop 1 21
64 D-31 Sterilisator uap ( Autoklaf 40 liter ) 1 21
65 M-137 Sterilisator listrik ( dua pintu ) 1 23
66 Tempat sampah basah & kering, bertutup 1
67 W-15 Lampu senter 1
68 U-31 Untuk pemeriksaan Urine / Urinometer 2 112
69 L-47 Peralatan Imunisasi 1 188
70 M-159 Hemoglobinometer set ( Sahli ) 1 set
71 L-10 Termometer For Infant 1 159
72 M-156 Termometer dewasa 1
73 D-37 Resusitator For Infant 1 27
74 U-75 Tabung / sungkup Resusitator 1
200
B3. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN BERSALIN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
75 U-77 Klem tali pusat 1
76 M-156 Lampu Sorot 1
77 U-81 Penghisap Lendir 1
78 M-58 Standar Infus 1 233
79 U-54 Celemek Plastik ( cshort ) 1 128
80 S-4 Pompa Payudara 1 190
81 U-44 Timbangan Bayi 2 123
82 D-40 Timbangan Dewasa dengan Tinggi Badan 1 29
83 Pengukur Panjang Bayi 1
84 D-17 Bak Logam Unntuk Alat Steril 1
85 U-2 Pengukur Lila 1 101
86 D-53 Klem/Pemegang jarum jahit,18 cm (Mayo Hegar) 1
87 M-72 Baki Instrumen tertutup 1
88 U-1 Tabung Oksigen dengan kelengkapannya 1
89 U-57 Cadangan Tabung Oksigen 1
90 Meteran 1
91 D-14 Palu Pengukur refleks ( Hammer ) 1
92 D-15 Sarung tangan rumah tangga 1
93 Kaca mata ( goggle ) 1
94 U-97 Masker 3
95 S-17 Tutup kepala 3
96 S-27 Sepatu Bot 3
97 S-60 Semprit Gliserin 3
98 M-113 Pispot 3
99 U-41 Laringoscope infant 1 279
100 M-215 Doppler 1
101 D-45 Safety box untuk jarum suntik bekas 1
102 U-95 Ember 1
103 S-36 Langseng dengan sarangan yang berlubang besar 1
104 Meja Gynek / Obgin bed 2
105 Bed periksa 1
106 Bak mandi Bayi 1
107 Alat tulis 1
108 Klem tali pusat 1
109 Lampu sorot 1
110 Penghisap lendir 1
111 Standar infus 1
112 Celemek 1
113 Pompa payudara 1
201
B3. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN BERSALIN
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode Gambar
114 Timbangan bayi 2
115 Timbangan dewasa 1
116 Pengukur panjang bayi 1
117 Bak logam untuk alat steril 1
118 Pengukur LILA 1
119 1
120 1
202
B5. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN DAPUR
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode gambar
2 Dandang Atau Kukusan Nasi ( Diameter 40 Cm ) 1
/Rice Cooker ( Kapasitas 6 Liter )
3 Panci 3 Ukuran (Diameter 15 Cm,30 Cm,40 Cm ) 1
4 Penggorengan ( Diameter 40 ) 1
5 Lemari Pendingin Dua Pintu 1
6 Meja Persiapan Dan Bak Cuci 1
7 Blender 1
8 Rak-Rak Makanan 1
9 Troli Untuk Makanan 3 Susun 1
10 Lemari Penyimpanan Makanan 1
11 Timbangan Makanan 1
PERALATAN KECIL
12 Pisau Dapur 3
13 Sendok Sayur 6
14 Sodet 2
15 Pembuka Botol / Kaleng 1
16 Cobek / Ulekan 1
17 Serokan 2
18 Talenan 2
19 Saringan Kelapa 1
20 Saringan The 1
21 Wajan Datar 2 Ukuran ( Diasmeter 16 Cm Dan 18
Cm )
ALAT – ALAT MAKAN :
( Sebaiknya Terbuat Dari Bahan Yang Mudah
Dibersikan / Plastik, Stainles Steel Keramik )
22 Sendok Dan Garpu ( lusin ) 1
23 Piring Makanan ( lusin ) 1
24 Gelas Minum ( lusin ) 2
25 Mangkuk Sayur ( lusin ) 2
26 Piring Buah (lusin ) 2
27 Piring Kue Cekung ( lusin ) 1
28 Cangkir Bertutup ( lusin ) 1
29 Tutup Dan Tatanan Gelas ( lusin ) 1
30 Nampan ( lusin ) 1
Peralatan Khusus Untuk Membuat Formula Dan
Makanan Bayi
31 Thermos 1
32 Blender 1
33 Gelas Ukir 1
34 Sendok Makan ( lusin ) 1
35 Sendok Tehh ( lusin ) 1
36 Panci Kecil Bertangkai Diameter 15 Cm 1
37 Piring Dan Gelas ( lusin ) 1
38 Mangkok ( lusin ) 1
39 Waskom Plastik 1
203
B5. PERALATAN RAWAT INAP
SET PERALATAN DAPUR
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode gambar
40 Kocokan Susu 1
Peralatan Kebersihan Dan Pencucian Alat
41 Ember Plastik ( Kapasitas 30 Liter ) 2
42 Waskom Plastik ( Kapasitas 10 Liter ) 3
43 Tempat Sampah Tertutup 2
44 Pelengkap Kebersihan ( Sapu, Sikat, Lap, Alat/Kain 10
Untuk Pel)
C. Peralatan PONED
Peralatan PONED adalah Peralatan Rawat inap ditambah set peralatan PONED ( PONED
Kit ) sebagai berikut.
Set Peralatan Poned ( Poned Kit ) :
Peralatan puskesmas untuk penanganan kegawatdaruratan Obstetrik dan Neonatal
Dasar.
204
C1. PERALATAN PONED
SET PERALATAN PONED
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode gambar
25 U-98 Kacamata / goggle untuk perlindungan infeksi 2
26 S-14 Kain bersih dan kering 5
27 M-212 Kateter penghisap lendir, 6,8,10 3
28 M-213 Kateter umbilical 3 dan 5 2
29 M-79 Klem kasa dan tempat korentang 1
30 M-69 Klem kely / klem kocker lurus 14 cm 4 240
31 M-214 Klem ovum 3
32 M-215 Laryngoscope infant 1
33 P-34 Menekin : pelvic model + boneka bayi + placenta 1
34 S-17 Masker 3 ply ear loop, Box isi 50 1 192
35 U-37 Meja instrument 2 rak 1 118
36 U-98 Meja tindakan resusitasi bayi 1
37 D-14 Meteran.metline 1.5 m 1 11
38 M-73,74 Naldhholder 14 cm 1 244/245
39 M-157 Naso gastric tube No.6 dan 8 2
40 M-61 Nelaton catheter no. 14 1
41 D-13 Partus Bed 1 10
42 N-15 Penghisap lendir de lee 1
43 M-166 Pengikat tali pusat, Box / 50 1
44 M-95 Pinset anatomi 14 cm 1 265
45 M-98 Pinset Chirugis 14 cm 1 266
46 D-53 Pita pengukur lengan 1
47 S-19 Plastik untuk alas tidur 1
48 S-46 Plester non woven 5 x 5 m 1
49 D-45 Pocket dopler 1 304
50 U-46 Resusitstor dewasa bahan polysufone 1
51 U-75 Resusitator neonatus bahan polysufone 1
52 S-22,23 Sarung tangan DTT/steril, pasang 7,7.5 50 194
53 S-24 Sarung tangan panjang untuk menuil plasenta 7 10 194
54 S-24 Sarung tangan panjang untuk menuil plasenta 7.5 10 194
55 S-24 Sarung tangan panjang untuk menuil plasenta 8 3 194
56 S-61 Sarung tangan heavy duty ps 2
57 M-143 Set ekstraksi vakum 1 301
58 M-128 Sikat kuku 1 286
59 D-26, Spekulum SIMMS ( S.M.L ) set 1 20a
27,28
60 D-11,37 Sphygmomanometer Hg + Manset bayi 1
61 U-54 Standar infus 1 127
62 S-54 Tong / ember dengan kran 2
63 D-30 Stetoskop duplex dewasa 1 21,22
64 M-216 Stilet No.1 untuk pemasangan ETT 2
65 U-77 Sungkup resusitator neonatus 1
66 U-77 Tab. Oksigen 1m3 + Regulator, trolly, nasal 1
67 D-37 Thermometer klinik Hg 1 27
68 U-62 Tempat tidur periksa 1
69 M-217 Three way stop cook 2
70 D-40 Timbangan bayi 20 kg + baki 1 29
71 D-41 Timbangan injak dewasa minimum 120 kg 1 30
205
C1. PERALATAN PONED
SET PERALATAN PONED
Nomor Nomor Nomor
Nama Alat Jumlah
Urut Kode gambar
72 USG 1
73 M-218 Vakum aspirasi manual untuk paska keguguran 1
74 U-74 Waskom Stainles 40 Cm 2 143
75 IUD Kit 2
76 D-43 Air Timer Standard Unicef 1 302
77 Sterilisator listrik ( dua pintu ) 1
78 M-137 Sterilisator uap ( autoklaf 40 liter ) 1
79 U-97 Kaca mata ( goggle ) 3
80 U-41 Pispot sodok stainlessteel 1
81 U-95 Safety box ( pembuangan jarum suntik bekas )
82 S-50 Larutan desinfectan ( bayclin ) 5 liter
83 Langseng dengan sarangan berlubang besar 1
84 U-72 Waskom bengkok 1 141
85 Bak plastic untuk placenta 1
Peralatan (minimal) dan bahan yang harus dimiliki oleh Puskesmas Rawat
Inap baik dalam gedung maupun luar gedung yang terdiri dari :
206
Pemeriksaan kehamilan Persalinan Normal Persalinan
Device( Alat
Penusuk Jari)
Pengukur panjang 1 Alat pemecah selaput Bowel Metal 1
bayi ketuban atau klem ½
kocher
Termometer 1 Sarung tangan Baby Scale 7 kg + 1
DTT/Steril celana
Oksigen dengan 1 Kapas gulung basah Timbangan Bayi 20 1
regulator (menggunakan air kg
DTT)
Ambubag dengan 1 Tabung suntik 21/2 Catgut plain 2.0/3.0 12bh/1
masker resusitasi (ibu atau 3 cc dengan box
dan bayi) jarum steril ( sekali
pakai)
Penghisap lendir 1 Kain bersih atau Nelathon Catheter no 1
kering 12 steril
Lampu sorot 1 Funduscope kayu 1
Penghitung nadi 1 Gunting episiotomy 1
14 cm
Sterilisator 1 Hechting set : Duk steril 60X60 cm 1
Bak instrument 1 Tabung suntik 10 ml Gunting operasi lurus 1
dengan tutup dan jarum steril 14 cm tajam/tumpul
(sekali pakai),diameter
207
22,I:4cm
Reflek hammer 1 Pinset Gunting tali pusar 16 1
cm
Alat pemeriksa Hb 1 Pemegang jarum Kocher lurus 16 cm 2
(Sahli)
Set pemeriksaan 1 Jarum jahit tajam Setengah kocher 14 1
urine (protein dan (ukuran 9 dan 11) cm
reduksi)
Pita pengukur 1 Sarung tangan DTT Hb Sahli 1
atau steril
Plastik penutup 1 Kain bersih dan kering Hechting nald GR 12 12bh/1
instrument steril sachet
Sarung tangan karet 1 Infusion Set Dewasa 5
untuk mencuci alat
Apron/celemek 1 Peralatan Asuhan Infusion Set Pediatric 5
Bayi Baru Lahir :
Masker 1 Kasa atau handuk IV Catheter no 18 G 5
kecil (untuk menyeka
mulut dan hidung)
Pengaman mata 1 Penghisap lender De IV Catheter no 26 G 5
Lee /bola karet untuk bayi
penghisap (baru dan
bersih)
Sarung kaki plastic 1 Handuk atau kain Jarum Disposible 23 100/1
bersih dan kering G box
untuk mengeringkan
dan menyelimuti bayi
Infus set 1 Lampu 60 watt Wing Needle no 25 10
dan 27 G
Standar infus 1 Mucous extractor 5
Semprit disposible 1 Peralatan Needle Holder Mayo 1
Pencegahan 14 cm
Infeksi :
Tempat 1 Air mengalir untuk Nierbeken 20 cm 1
kotoran/sampah mencuci tangan
Tempat kain kotor Ember untuk Pinset anatomis 14 1
menyiapkan larutan cm
klorin
Tempat plasenta Ember plastik dan Pinset Chirurgis 14 1
208
sikat untuk cm
membersihkan dan
mencuci peralatan
Pot 1 Perebus atau Pinset chirurgis 18 1
pengukus peralatan cm
untuk DTT
Piala Ginjal/Bengkok Sarung tangan 15
Kompos surgical steril ukuran
6,5/7/7,5
Sikat sabun 1 Tempat penyimpanan Senter +3 baterai 1
ditempatnya peralatan bersih yang besar
tertutup rapat
Kertas lakmus 1 Tempat penyimpanan Sheet plastik 1
linen bersih yang
tertutup
Vacum ekstraktor set 1 Cairan desinfektan Sikat tangan halus 1
Semprit glycerin 1 Celemek / Apron Tensimeter 1
Gunting verband 1 Sarung tangan rumah Resusitator 1
tangga
Kain pengukur darah 1 Pelindung mata / Lampu 1
masker
Spatel lidah Spuit disposible 1 cc 100/1
Sepatu karet tertutup
box
IUD kit Stetoscope duplex 1
Sabun
dewasa
Implant kit Deterjen Tas Bidan Kit Mobile 1
Sarung kaki plastic Handuk / lap tangan Thermometer digital 1
pribadi
Infus set Tempat pemrosesan Timbangan dewasa 1
alat terpisah dari
dapur keluarga
Standar infus Kain lap Ukuran pita 150 cm 1
Semprit disposible Kain pel Selimut bayi 1
Tempat Wadah ani pecah Umbilical cord klem 5
kotoran/sampah untuk pembuangan
semprit dan jarum
habis pakai
Tempat kain kotor Tempat sampah Gambar ibu hamil 1
kering dan basah dan proses kelahiran
terkontaminasi yang
209
terpisah
Tempat plasenta Pembakar sampah Ukuran lengan ibu 1
atau tempat hamil
mengubur sampah
atau enkapsulasi
Pot Ari timer untuk bayi 1
standar UNICEF
Piala Ginjal/Bengkok IUD Kit : Nasal Gastric Tube 1
Silicone no 16
Sikat sabun 1. Cocor bebek 1 Cathether Ureteral 1
ditempatnya Wanita Disposile no
12
Kertas lakmus 2. Tenakulum 1 Tas Bidan Kit (Koper) 1
Vacum ekstraktor set 3. Sonde 1 Resusitator 53
Semprit glicerin 4. Gunting 1
Gunting verband 5. Mangkuk 1
Kain pengukur darah 6. Klem bengkok 1
Spatel lidah 7. Timba besar 1
IUD kit 8. Baki besar 1
Implant kit
Gergaji obat
Alat Juml
ah
Peralatan
Resusitasi
lengkap,tdd:
Tempat Inkubator
Alat resusitasi
210
1 Autoclave 1 buah
2 Blood cell Counter -
3 Botol Tetes Sesuai kebutuhan
4 Bottke Wash polyethilene 2 buah
5 Bunsen burner 1 buah
6 Differential cell counter 1 buah
7 Gelas pengaduk sesuai kebutuhan
8 Kaca Obyek sesuai kebutuhan
9 Kaca Penutup sesuai kebutuhan
10 Kamar hitung lengkap 3 buah
11 Kapiler Hematokrit sesuai kebutuhan
12 Lancet/Vaccinostel sesuaikan kebutuhan
13 Loop / ose 2 buah
14 Mikrodiluter 25, 50 ul 6 buah
15 Mikroskop binokuler 1 buah
16 Mikropipet 5, 25, 50 ul 2 buah
17 Peralatan gelas sesuaikan kebutuhan
18 Petridish diameter 10 cm Sesuai kebutuhan
19 pH meter 1 buah
20 Rak Pengecatan 1 buah
21 Rak tabung reaksi 1 buah
22 Refrigerator 1 buah
23 Rotator -
24 Sentrfus Elektrik 1 buah
25 Semprit dengan jarum Sesuai kebutuhan
26 Slide holder disposable 1 buah
27 Spektrofoto meter/ Fotometer 1 buah
28 Setrifus hematokrit 1 buah
29 Sterilisator 1 buah
30 Stopwatch 1 buah
31 Tabung reaksi sesuaikan kebutuhan
32 Tabung sentrifus kaca /plastik berskala/polos sesuaikan kebutuhan
33 Tallycounter 1 buah
34 Tensimeter dan stetoskop 1 set
35 Tempat tidur pasien 1 buah
36 Termometer 10 OC s/d 100 OC 1 buah
37 Timer 1 buah
38 Timbangan analitik -
39 Tips Pipet sesuaikan kebutuhan
40 Tourniquet 1 buah
41 Urinometer -
42 Vortex mixer -
43 Waterbath 1 buah
44 Westergreen
3. PERSYARATAN ALAT K3
211
1 Alat bantu pipet/rubber bulb 2 buah
2 Alat pemadam api ringan (APAR) sesuaikan kebutuhan
3 Desinfektan sesuaikan kebutuhan
4 Klem tabung ( Tube Holder ) 1 buah
5 Wadah khusus untuk insenerasi jarum, lancet sesuaikan kebutuhan
6 Pemancur Air ( Emergency Shower) -
7 Pemotong jarum & wadah pembuang 1 buah
8 Perlengkapan PPPK 1 set
9 Tip habis pakai sesuaikan kebutuhan
10 Sarung tangan sesuaikan kebutuhan
11 Masker sesuaikan kebutuhan
sesuai jumlah
12 Jas laboratorium kancing belakang, petugas
lengan panjang dng elastik pada perge-
langan tangan
13 Alas kaki/sepatu tertutup sesuaikan kebutuhan
14 Wastafel dilengkapi dengan sabun 1 buah
(skin desinfektan ) dan air mengalir
CHN Kit
2 Sphygmomanometer Hg 1 Buah
212
4 Alat Pengukur Tinggi Badan/Pita 150 cm 1 Buah
6 Termometer 1 Buah
7 Nierbeken 23 cm 1 Buah
214
2) Phatological Delivery Set
- Gynaecological examining table 1
- Forceps Naegele 1
- Vaginal speculum ( M ) 1
- Portio clamp 1
- Sime uterine scissors 1
- Siebold scissors 1
- Vena section set complete 1
- Cranioclas Braun 1
- Decepitation hoek Braun 1
- Perforeterium /Naegele 1
3) Peralatan Resusitasi :
- S tube for oral breathing all sizes 1
- Endotrackeal tube adult sizes (no. 6,7,8,9) 1
- Laryngoscope no. instosh type (4 blades) 1
- Connector for endomecheal tube all sizes 1
- Endomedcheal tube infant size/children sizes 1
( no. 2 ½, 3, 4 ½ , 5 )
- Resuscitation Equipment for adult 1
- Resuscitation Equipment for infant 1
- Nasopharyngeal airways all sizes 1
- Ovapharyngeal airways all sizes 1
- Sucsion catheters all sizes 1
- Magill forceps ( large and sizes ) 1
- Cricothyrotomy 1
- Xylocain sprayer 1
- Oxygen delivery set 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya,
maka buku Standar Puskesmas dapat diselesaikan.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja, merupakan wujud nyata
program kesehatan yang digagas oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka peningkatan
akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Jawa Timur.
Standar Puskesmas ini merupakan acuan minimal yang diperlukan untuk meningkatkan
kesiapan Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga lebih
bermutu, komprehensif dan berkesinambungan. Diharapkan dengan adanya standar ini upaya
kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Jawa Timur setinggi–
tingginya.
Buku ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami masih menerima saran untuk perbaikan,
sehingga lebih baik dan dapat diimplementasikan di Puskesmas.
215
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya pada
semua pihak yang telah membantu menyusun Standar Puskesmas.
Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua,
Amin.
Drs.H.A.MUDJIB AFAN,MM
TIM PENYUSUN
AB I
PENDAHULUAN
216
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010 – 2014 yang tercantum pada
Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 adalah meningkatkan Umur harapan hidup dari 70,7 tahun
menjadi 72 tahun, menurunkan Angka Kematian Ibu dari 228 per 100.000 persalinan menjadi 118
per 100.000 persalinan, menurunkan Angka Kematian bayi dari 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi
24 per 1000 kelahiran hidup dan menurunnya prevalensi gizi kurang dari 18,4% menjadi 15 % pada
anak balita.
Paradigma baru di bidang kesehatan merespon berbagai perubahan dan tantangan, maka
ditetapkan visi Kementerian Kesehatan yaitu Masyarakat Yang Mandiri untuk Hidup Sehat dan
berkeadilan dengan salah satu Misinya Membuat Rakyat Sehat. Strategi yang diambil antara lain
dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009 – 2014, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan strategi meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin.
Tercatat pada akhir tahun 2010 jumlah Puskesmas di Jawa Timur adalah 951 Unit. Puskesmas
yang telah dilengkapi dengan fasilitas Rawat Inap sebanyak 543 Unit.Jumlah Puskesmas Rawat Jalan
378 Unit ,Puskesmas Rawat Inap Plus yang difasilitasi Pemerintah Provinsi 30 Unit, Puskesmas
Pembantu 2297 Unit serta Ponkesdes sejumlah 2383 Unit.
Pelayanan Puskesmas harus memenuhi public safety dalam rangka melindungi kepentingan
pasien, masyarakat, dan petugas. Pelayanan Puskesmas harus dilakukan sesuai standar input, proses
dan output, maka disusunlah standar Puskesmas di Jawa Timur.
217
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik;
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria obat yang
dapat diserahkan tanpa resep;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/MENKES/PER/IV/2007 tentang Izin Praktek dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medik;
18. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Hk.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat;
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 161/MENKES/PER/I/2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas
Air Minum;
21. Peraturan Meteri Kesehatan RI Nomor 876/MENKES/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan;
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaran
Kesehatan Lingkungan Puskesmas;
22. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/I/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan;
23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat;
24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan;
25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas;
26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas;
27. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan;
28. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Puskesmas ;
29. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 666/MENKES/SK/VI/2007 tentang Klinik Rawat Inap
Pelayanan Medik Dasar
30. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014
31. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 14 tahun 2001 tentang Pengambilan Contoh Uji Air, Limbah
Cair, Udara di provinsi Jawa Timur;
32. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Cair Bagi
Kegiatan Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur.
1.3. Pengertian
1. Standar adalah ukuran baku dan tolok ukur yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pelayanan dan penilaian kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
218
2. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
3. Puskesmas Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi,
diagnose, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap
pada sarana kesehatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap sehingga harus
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar pada individu berupa rawat jalan
maupun rawat inap dengan fasilitas ruang rawat inap minimal 6 (enam) tempat tidur dan
maksimal 25 tempat tidur, pertolongan untuk penderita gawat darurat, maupun tindakan
operatif terbatas dan rehabilitasi, untuk dapat memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat selama 24 (dua puluh empat) jam dalam waktu kurang dari 5 (lima ) hari, kecuali
untuk kasus tertentu seperti Terapeutic Feeding Center (TFC),.
4. Puskesmas Rawat Inap Plus adalah Puskesmas yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik dasar pada individu berupa rawat jalan maupun rawat inap dengan
kemampuan rawat inap PONED fasilitas ruang rawat inap minimal 6 (enam) tempat tidur dan
maksimal 25 tempat tidur serta pelayanan Unggulan Dokter Spesialis.
5. Pelayanan medik dasar/Pelayanan kesehatan strata I adalah pelayanan kesehatan individual yang
dilandasi ilmu klinik (clinical science), merupakan upaya kesehatan perorangan yang meliputi
aspek pencegahan primer, pencegahan sekunder meliputi deteksi dini dan pengobatan, serta
pembatasan cacat dan pencegahan tertier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal
dilakukan oleh dokter dan dokter gigi termasuk dokter keluarga serta dapat didelegasikan
sebagian pada tenaga kesehatan seperti perawat,bidan sesuai dengan kompetensinya dibawah
pembinaan dokter/dokter gigi dengan instruksi tertulis dokter/dokter gigi.
1.4. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya standar penyelenggaraan Puskesmas sehingga tercapai pelayanan kesehatan yang
aman dan bermutu agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya Standar Puskesmas ;
b. Tersedianya Standar Puskesmas Rawat Inap;
c. Tersedianya Standar Puskesmas Rawat Inap Plus/PONED.
1.5.Manfaat
Dengan tersedianya Standar Puskesmas maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut,
1 . Bagi Masyarakat
Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar;
2. Bagi Petugas
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas ;
3. Bagi Puskesmas
219
Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan, monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan
di Puskesmas;
4 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
a. Sebagai acuan dalam mengukur kinerja pelayanan kesehatan di Puskesmas;
b. Sebagai acuan dalam penentuan kebijakan di Puskesmas.;
c. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan anggaran.
BAB II
STANDAR PUSKESMAS
220
Manajemen Puskesmas adalah proses rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematik di Puskesmas untuk menghasilkan luaran yang efektif dan efisien untuk semua pekerjaan
kegiatan dan tata cara tulis menulis yang dilakukan secara teratur, tertib, terarah dan seragam serta
mempunyai peranan dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok guna mencapai tujuan organisasi .
2.1.1 Kelembagaan
Penyelenggaraan upaya pelayanan medik dasar di Puskesmas Rawat Inap harus patuh
terhadap/ijin yang ada berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal
30 bahwa semua fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempunyai perijinan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah. Menjadi keharusan bahwa Puskesmas mempunyai surat berupa pengesahan tentang
status Puskesmas sebagai institusi/sarana kesehatan yang ditanda tangani oleh Bupati/Walikota atas
usulan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kedudukan Puskesmas:
1. Kedudukan secara administratif:
Puskesmas merupakan perangkat teknis Pemerintah Daerah Tingkat II dan
bertanggung jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas
Kesehatan Dati II.
221
b. Puskesmas harus mempunyai ketentuan tertulis mengenai visi dan misi puskesmas yang
memberikan gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh Puskesmas serta
upaya-upaya yang akan dilakukan.
c. Visi dan misi harus dideseminasikan sehingga seluruh petugas dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan visi dan misi tersebut.
2.1.2.1. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah
gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan,yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni (1)
lingkungan sehat (2) perilaku sehat (3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta (4)
derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan Puskesmas diatas yakni terwuudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat.
2.1.2.2. Misi
Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan Nasional.Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya;
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sector lain yang disenggarakan di wilayah
kerjanya,agar memperhatikan aspek kesehatan,yaitu pembangunan yang tidak menimbukan
dampak negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya;
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarkat yang bertempat tinggal di
wilayah kerjanya makin berdaya dibidang kesehatan,melalui peningkatan pengetahuan dan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan;
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.
222
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya, dan akan selalu berupaya mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, kelarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan Menerapkan kemajuan ilmu dan
teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan Puskesmas
mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan
2.1.2.3. Tujuan
Tujuan Puskesmas adalah :
a. Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal
di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya dalam
rangka mewujudkan Indonesia Sehat.
b. Meningkatkan pelayanan medik dasar rawat jalan dan penyakit/tindakan yang oleh karena
penyakitnya penderita harus menginap.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rawat inap yang memerlukan
perawatan inap tidak lebih dari 5 (lima) hari kecuali untuk kasus tertentu progam pemerintah
seperti TBC MDR dan Therapeutic Feeding Center (TFC).
c. Merupakan pusat rujukan antara melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dibawa
ke Rumah Sakit.
2.1.2.4. Fungsi
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan
lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.Disamping itu Puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan Puskesmas adalah megutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit dan pemulihan kesehatan
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarkat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi
dan situasi, khususnya social budaya masyarakat setempat.
223
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Perorangan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah pelayanan yang bersifat
pribadi ( private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
keshatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap.
4. Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat Strata Pertama.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Strata Pertama adalah pelayanan yang bersifat public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan
penyakitk penyehatan ligkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
224
- Unit Puskesmas Keliling
- Unit Bidan di Desa/Komunitas
Struktur Organisasi digambarkan dalam bagan yang memperlihatkan hubungan kerja
seluruh petugas di Puskesmas, dan struktur Organisasi Puskesmas mencerminkan fungsi
administrasi dan keuangan, fungsi pelayanan umum,dan medik,sarana dan prasarana,fungsi
pendidikan, pengembangan serta fungsi peningkatan mutu.
Kedudukan dan tanggung jawab di Puskesmas:
1. Ditinjau dari aspek administrasi , Puskesmas adalah UPT Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dimana Kepala Puskesmas bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Dinas Kesehatan;
2. Ditinjau dari aspek teknis pelayanan kesehatan,Puskesmas melaksanakan pelayanan
kesehatan, sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya.
Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat
Kecamatan. Kepala Puskesmas harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum
pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut:
a. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas
b. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha
Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan:
- Data dan Informasi
- Perencanaan dan Penilaian
- Keuangan
- Umum dan Kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
- Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
- Upaya Kesehatan Perorangan
Unsur Pelaksana :
1. Unit yang terdiri dari tenaga / pegawai dalam jabatan fungsional
2. jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap daerah
3. Unit terdiri dari: Pendaftaran, Kasir, Rekam Medik, Promkes, Poli Umum, UGD, Poli
GIgi , KIA-KB, P2M,Klinik Sanitasi ,Karmar Obat, Laboratorium, Klinik izi, Perkesmas
[ lihat bagan ]
d. Jaringan pelayanan Puskesmas:
- Unit Puskesmas Pembantu
- Unit Puskesmas Keliling
- Unit Ponkesdes
225
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar
Puskesmas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala
Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan
teknis pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Dati II, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi semua unsure dalam
lingkungan Puskesmas, memberikan bimbngan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing
petugas bawahannya. Setiap unsur di lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk
dari dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.
Hal-hal yang menyangkut tata hubungan dan koordinasi dengan instansi vertical Departemen
Kesehatan RI ( akan diatur dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kesehatan RI )
Kepala Puskesmas
Dalam realisasi pelaksanaan penyusunan Struktur Orgaanisasi dan Penempatan petugas dapat
dilakukan secara fleksibel, bergantung kepada jumlah dan jenis tenaga, kegiatan dan fasilitas di
masing-masing Puskesmas atau Daerah Tingkat II. Selain itu, juga dapat dimodifikasi sesuai
kemudahan koordinasi dan integrasi personal maupun program serta akses layanan.
227
Membina petugas pengelola obat
Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
Melaporkan obat hilang, rusak/kedaluwarsa dan atau mengirimkan kembali obat yang tidak
dibutuhkan kepada kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat.
Bertanggung jawab mengenai pendidikan berkelanjutan,orientasi dan program pelatihan staf
untuk menjaga kemampuan dan meningkatkan pelayanan sesuai kebutuhan.
Bidan/Perawat:
Menyusun rencana kerja teknis kebidanan/keperawatan.
Memimpin pelaksanaan kegiatan kebidanan/keperawatan.
Melaksanakan pengawasan,pengendalian dan evaluasi kegiatan kebidanan/keperawatan.
Melaporkan pelaksanaan kegiatan kebidanan/keperawatan secara berkala kepada
penanggung jawab klinik.
Bidan/Perawat/Perawat Gigi:
228
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan asuhan keperawatan dengan penuh
tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya.
Melaksanakan pelayanan kebidanan/ keperawatan sesuai standar prosedur operasional,
standar pelayanan minimal,tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala
Puskesmas.
Membuat catatan yang perlu dalam rekam medic secara baik dan lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan.
Melaksanakan upaya pelayanan keperawatan sesuai standar profesi dan mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku
Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas.
Melaksanakan dan menjaga keselamatan Puskesmas,meliputi keamanan dan kebersihan alat
dan ruangan serta pencegahan pencemaran lingkungan.
Apoteker/Asisten Apoteker:
Membantu melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh
tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya.
Membantu pelayanan kefarmasian sesuai SOP, Standar Pelayanan Minimal,tata kerja dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh apoteker dan kepala Puskesmas.
Membuat catatan yang perlu secara baik dan lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan.
Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai standar profesi dan mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku.
Analis kesehatan
Membantu melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan laboratorium dengan penuh
tanggung jawab sesuai keahlian dan kewenangannya.
Membantu melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP, Standar Pelayanan
Minimal,tata kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh apoteker dan kepala Puskesmas.
Membuat catatan yang perlu secara baik dan lengkap serta dapat dipertanggungjawabkan.
Melaksanakan upaya pelayanan laboratorium sesuai standar profesi dan mematuhi
peraturan perundangan yang berlaku.
229
Menyimpan,memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan yang
dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku catatan mutasi
obat
Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien
Membuat laporan pemakaian dan permintaan obat dan perbekalan kesehatan.
Tenaga lainnya
Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan untuk menunjang kegiatan pelayanan
Puskesmas dengan penuh tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya.
230
3. P3 Pengawasan,Pengendalian dan Penilaian yang diselenggarakan melalui Penilaian Kinerja
Puskesmas.
2.1.4.2. Pelaksanaan
Langkah ketiga yang dilakukan adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang
telah disetujui oleh Dinas KesehatanKabupaten/Kota ( Rencana Kerja Kegiatan/Plan of
Action) dalam bentuk matriks ( Gant Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (
mapping)
2.1.4.3. Evaluasi
Penyelenggaraan kegiatan harus diikuti dengan kegiatan pemantauan yang dilakukan
secara berkala. Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut
a. Melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai dibedakan dua hal :
1) Telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan
hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana dan standar
pelayanan.
2) Telaahan eksternal,yaitu telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai oleh sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sector lain terkait yang ada di
wilayah kerja Puskesmas. Telaahan triwulan ini dilakukan dalam Lokakarya Mini
Triwulan Puskesmas secara lintas sektor.
b. Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan pencapaian
kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan dari hasil telaahan
bulanan dan triwulanan.
231
1 Administrasi
a. Informasi dan penerimaan pasien
b. Keuangan
c. Informasi dan penerimaan pasien
d. Personalia
e. Keamanan
f. Sistim Informasi Puskesmas
g. Rujukan
h. Rekam Medik
2 Pelayanan dalam gedung
a. Promosi Kesehatan
b. Pelayanan Pengobatan Umum
c. Klinik Gizi
d. Pengobatan Gigi dan Mulut
e. Pelayanan Gawat Darurat Umum
f. Pelayanan KIA/KB
g. Klinik Sanitasi
h. Kamar obat
i. Persalinan
j. Perkesmas
3. Pelayanan Penunjang klinik
j.Laundry/linen
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Pelayanan KIA/KB
d. Pelayanan Gizi
e. Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
f. Pengobatan
g. Pelayanan Medik Gigi dan Mulut
h. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
232
2.1.7 Alur Pelayanan
Alur pelayanan yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan kesehatan (lampiran1). Contoh
Alur Pelayanan yang harus ada : Alur Pelayanan Puskesmas, Alur Pelayanan Kamar Bersalin,
Alur Pelayanan Laboratorium dan lain-lain.
233
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Contoh pada lampiran 7).
Rekam Medik merupakan data medik pasien tertulis, yang dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah menurut hukum,dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas;
2. Rekam medik harus sesuai standar yang ditetapkan menurut jenis pelayanan;
3. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan;
4. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya memuat,
b. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaaan);
c. Tanggal dan waktu datang;
d. Hasil anamnesa,mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat / perjalanan
penyakit;
e. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik yang dilakukan ;
f. Dokumentasi hasil pemeriksaan;
g. Diagnosis penyakit ;
h. Rencana penatalaksanaan;
i. Pengobatan dan /atau tindakan medik yang jelas dan tepat serta waktu keluar dari
Unit Gawat Darurat ;
j. Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani;
k. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;
l. Persetujuan tindakan bila diperlukan.
Rekam Medik disebut lengkap bila telah berisi seluruh informasi tentang pasien sesuai
dengan formulir yang disediakan, isi rekam medik harus lengkap dan benar.
5. Rekam Medik harus dapat melayani selama 24 jam.
6. Dokter,perawat dan bidan bertanggung jawab akan kebenaran dan ketepatan pengisian
rekam medik;
7. Setiap pemberian pelayanan kesehatan oleh para tenaga kesehatan wajib disertai
dengan pemberian catatan pada berkas rekam medik;
8. Pasien rujukan harus disertai dengan informasi alasan rujukan.
2.1.11. Standar Prosedur Operasional (SPO)
Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu dengan memberikan
langkah-langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan untuk membantu mengurangi
kesalahan dan pelayanan sub standar dengan memberikan langkah-langkah yang sudah diuji
dan disetujui dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
Standar Prosedur Operasional bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi tenaga
pelaksana dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu sehingga setiap tindakan dan
234
kegiatan yang dilakukan berorientasi pada budaya mutu. Selain hal tersebut standar dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan , dapat meningkatkan motivasi dan
pendayagunaan staf, dapat dipergunakan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan serta
melindungi masyarakat dari pelayanan tidak bermutu. Contoh dan macam-macam SOP yang
harus ada bisa dilihat pada lampiran 8.
235
Pendelegasian pengobatan di Puskesmas Pembantu dan Ponkesdes dalam melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan kepada perawat dilakukan karena :
1. Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/pasien dan tidak ada
dokter ditempat kejadian.
2. Perawat merupakan petugas kesehatan dari Puskesmas yang ditempatkan di Puskesmas
Pembantu dan Ponkesdes dan harus melaksanakan tugas Pengobatan Dasar sesuai
dengan SOP .
3. Keadaan situasional tertentu seperti jumlah yang banyak yang tidak dapat ditangani oleh
dokter yang ada atau ada kejadian Luar Biasa (KLB).
236
j. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
k. Keluarga dapat mendampingi saat menerima pelayanan kesehatan.
237
g. Melakukan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan penyedia
layanan.
2.2.1 Bangunan
A. Persyaratan Bangunan
1. Konstruksi Bangunan
a) Kuat utuh, terpelihara, bersih, dan dapat mencegah penularan penyakit serta
kecelakaan.
b) Konstruksi bangunan yang menggunakan rangka kayu harus dilapisi dengan
bahan anti rayap.
2. Lantai
a) Terbuat dari bahan yang kedap air, permukaan rata, tidak licin, dan mudah
dibersihkan.
b) Lantai yang selalu terkena air misalnya kamar mandi, tempat cuci dan sejenisnya
harus mempunyai kemiringan 2 – 3% kearah saluran dan pembuangan.
3. Dinding
a) Permukaan dinding harus bersih, rata dicat warna terang dan mudah
dibersihkan.
b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
4. Ventilasi
a) Harus menjamin peredaraan udara di dalam ruangan dengan baik.
238
b) Luas ventilasi alamiah yang permanen minimal 5% dari luas lantai dengan
menerapkan system ventilasi silang.
c) Dilengkapi dengan kawat kasa tidak permanen agar mudah dibersihkan.
d) Bila ventilasi tidak menjamin adanya pergantian udara alamiah dengan baik
maka ruangan dilengkapi dengan penghawaan makanis misal kipas angin,
exhausfan atau AC
e) Ventilasi pada laboratorium menggunakan exhausfan dan dialirkan pada udara
luar.
5. Atap
a) Tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
b) Tinggi atap lebih dari 10 meter harus dilengkapi dengan penangkal petir.
6. Langit – Langit
a) Mudah dibersihkan.
b) Dicat dengan warna terang.
c) Tinggi dari lantai minimal 2,70 meter.
7. Pintu
a) Kuat, tinggi minimal 2,10 meter, lebar minimal 1,20 meter dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lain.
b) Pintu pada ruang tertentu misalnya ruang perawatan, ruang poli, dan lain – lain
dapat menutup secara otomatis.
c) Pintu dengan bahan kayu pada ruang tertentu yang selalu terkena air perlu
dilapisi dengan bahan kedap air.
8. Jendela
a) Kuat, dapat mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
b) Luas jendela, kisi – kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal
1/6 x luas lantai.
c) Ambang bawah jendela minimal 1 meter dari lantai.
9. Penataan Ruang
a) Ruang ditata rapi sesuai dengan fungsinya.
b) Tersedia sarana atau fasilitas bagi pasien cacat tubuh.
239
c) Bahan – bahan mebelair dan tempat penyimpanan arsip dilindungi dengan bahan
anti rayap.
10. Persyaratan Kualitas Suhu, Kelembaban, Pencahayaan, Debu, dan Kebisingan
1. Suhu dan kelembaban di setiap ruang sesuai dengan kondisi daerah setempat,
kecuali ruang tertentu. Suhu dan kelembaban ruang obat, gudang obat ruang
laboratorium 22 - 27ºc dan kelembaban 40 – 70%.
2. Bila suhu udara ≥ 30°C perlu menggunakan Air Conditioner (AC), kipas angin.
3. Bila kelembaban udara pada ruangan ≥ 95 perlu menggunakan pengatur
kelembaban (dehumidifier), khususnya pada ruangan yang terdapat mikroskop.
4. Konsentrasi debu tersupensi di setiap ruang tidak lebih dari 150 µg/m3.
5. Intensitas cahaya di setiap ruang adalah 100 – 200 lux, kcuali ruang laboratorium,
persalinan, UGD adalah 300 lux, sedangkan dapur dalah 100 lux.
6. Kualitas udara ruang tidak berbau terutama bebas bau gas H2S dan amoniak.
7. Intensitas kebisingan equivalent (Leq) pada lokasi puskesmas rawat inap lebih dari
55 dB (A).
11. Persyaratan Sarana dan Fasilitasi Sanitasi
1) Air Bersih
a) Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan dan pengunjung sebagai
berikut:
Puskesmas non rawat) inap 15 – 20 liter/ orang/ hari.
Puskesmas rawat inap 15 – 20 liter/ orang/ hari + 40 – 60 liter/ orang/ hari.
Air bersih dapat diperoleh dari PDAM, Sumber Air Tanah atau sumber lain
yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.
b) Kualitas air bersih memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c) Distribusi air ke ruangan – ruangan menggunakan sarana perpipaan dengan
tekanan positif.
d) Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik,
kimia dan bakteriologis.
2. Kamar Mandi dan Jamban
a) Setiap Puskesmas Rawat Inap harus memiliki kamar mandi dan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan.
b) Kamar mandi dan jamban harus terpisah antara laki – laki dan wanita,
karyawan dan pengunjung.
240
c) Tersedia cukup air bersih dan sabun.
d) Selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
e) Lubang penghawaan ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara
luar.
f) Ada himbauan, slogan, tau peringatan untuk memelihara kebersihan.
g) Kamar mandi dan jamban tidak menjadi tempat perindukan vector.
h) Jumlah kamar mandi dan jamban adalah sebagai berikut :
Puskesmas rawat inap bagi karyawan disediakan sekurang – kurangnya 1
kamar mandi dan jamban untuk 15 orang,
bagi pengunjung 3 kamar mandi dan jamban untuk 40 orang.
Puskesmas non rawat inap :
Bagi karyawan disediakan sekurang –kurangnya 1 kamar mandi dan
jamban untuk 15 orang, bagi pengunjung 1 kamar mandi dan jamban
untuk 10 orang.
241
o Klasifikasi Limbah Cair Puskesmas Rawat Inap
1) Limbah cair domestik (limbah cair non klinis/ limbah cair non medis).
Limbah cair puskesmas rawat inap yang berasal dari ruang dapur, kamar mandi
(berasal dari perkantoran bukan dari kamar mandi pasien) dan lain-lain, tidak
termasuk disini air hujan, karena air hujan bukanlah limbah cair yang diperoduksi
Puskesmas rawat Inap.
2) Limbah cair klinis/ Limbah Cair Medis, adalah limbah cair yang berasal dari ruangan
laboratorium, farmasi, kamar jenazah, loundry serta dari tiap poli dan ruang
perawatan.
Pengelolaan Limbah Cair Domestik Puskesmas Rawat Inap dilakukan dalam dua bentuk,
yaitu : 1) menyalurkan limbah cair domestik dari sumber limbah langsung ke lingkungan
atau badan air (kali) tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 2) menyalurkan ke badan
air setelah melalui pengolahan (proses dari Instalasi Pengolahan Air Limbah) terleih
dahulu. Pengolahan limbah cair ini biasanya secara individu (masing-masing instalasi
dikelola sendiri) atau terpusat.
Jika limbah cair domestik dibuang langsung ke badan air atau lingkungan maka ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
1) Tidak mencemari sumber air bersih.
2) Tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai penyekit dan vektor.
3) Tidak mengganggu dari segi estetika dan keindahan lingkungan.
4) Tidak mencemari alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk rekreasi, berenang
dan lain sebagainya.
Ada dua cara yang lazim digunakan dalam hal limbah cair domestik dibuang ke alam tanpa
dilakukan pengolahan terlebih dahulu yaitu :
1) Sistem Riol yaitu suatu jaringan pembuangan air limbah puskesmas rawat inap yang
langsung menyatu dengan jaringan pembuangan air limbah Kabupaten/ Kota yang
kemudian dialirkan ke tempat pembuangan akhir air limbah yang biasanya merupakan
kali atau laut. Sistim ini cukup baik asalkan riol tersebut dapat dipelihara hingga tidak
tersumbat, serta kali sebagai tempat pembuangan akhir limbah cair tidak dipergunakan
untuk keperluan sebagai bahan baku atau sumber air minum, serta air limbah tidak
mengandung zat-zat (biasanya bahan kimia) yang membahayakan.
242
2) Septic Tank yaitu suatu unit penampungan dan penyaluran limbah cair (dan juga kotoran
manusia) didalam tanah yang dibuat permanen. Perinsip dari septic tank itu sendiri
adalah :
a) tersedianya bak penampung yang gunanya untuk memisahkan bahan padat dari
limbah cair, karena proses biologis pada tingkat pertama terjadi pembusukkan
bahan-bahan padat yang mengendap oleh bakteri pembusuk anaerobik. Bak
penampung ini memberikan kesempatan penahanan air limbah dan bahan-bahan
endapan selama 24 jam, serta besarnya tidak boleh kurang dari 2 x 3 meter. Dari
Setic Tank, efluent dialirkan ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
b) lubang/sumur resapan/ rembesan ialah lubang atau sumur yang diisi lapisan pasir
kasar atau kerikil, pasir halus tanah liat campur pasir, ijuk dan ditengahnya dialirkan
saluran pipa. Lubang rembesan ini umumnya merupakan pelengkap dari bak
penampung. Disini terjadi proses biologis tingkat ke dua, yaitu penguraian bahan
yang tersisa oleh bakteri aerobik.
Jika pengolahan limbah cair domestik Puskesmas Rawat Inap dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke alam atau badan air (kali), maka effeluent yang keluar
dari bak penampung di septic tank langsung dialirkan ke instalasi pengolahan yang biasanya
disebut IPAL.
Pengolahan limbah cair klinis Puskesmas rawat Inap mutlak diperlukan pengolahan
sebelum dibuang ke alam atau badan air, karena tanpa pengolahan yang memadai limbah
klinis akan sangat berbahaya bagi lingkungan maupun masyarakat sekitar Puskesmas Rawat
Inap.
Ada beberapa metode pengolahan limbah klinis yang dikenal sampai dengan saat ini
adalah:
1. Dilution (pengenceran) yaitu mengencerkan limbah cair hingga terjadi kekentalan yang
sangat rendah. Diperlukan air cukup banyak yang biasanya diambil dari air kali, air danau
atau air laut, umumnya dibutuhkan air 20 sampai 40 kali lebih banyak dari limbah cair
yang akan diencerkan. Limbah yang sudah diencer ini kemudian dibuang ke alam atau ke
badan air, tetapi cara ini tidak diperbolehkan.
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yaitu menggunakan suatu bangunan instalasi
yang mampu mengolah limbah cair klinis yang berbahaya menjadi aman untuk dibuang di
alam atau badan air.
243
Pada IPAL biasanya terjadi minimal 3 (tiga) tingkat proses pengolahan limbah cair dan
yang paling sempurna terdapat 4 (empat) tingkatan proses pengolahan limbah cair yaitu:
1) Pengolahan Pre Treatment yaitu pengolahan sebelum masuk ke IPAL berupa a).
Penangkap lemak, b). Skrening mekanik, c). Penangkap pasir.
2) Pengolahan Primer/ Primary Treatment, yang merukapan tahapan awal pengolahan
limbah cair yang biasanya dinamakan kegiatan skrening awal. Pada tahap ini limbah
mengalir dan diteruskan ketempat pengendapan (sedimentation basin). Benda padat
akan cepat mengendap dan disebut Primary Sludge. Pada tahap ini dapat pula mulai
ditambahkan chlor untuk membunuh kuman agar limbah cair tidak berbau.
Pada tingkat Pengolahan Primer terdapat 3 (tiga) bagian pengolahan yaitu :
a) Bak penangkap pasir yang merupakan bangunan untuk memisahkan pasir dan
partikel sejenis dengan diameter rata-rata 0,2 mm. Pemisahan tersebut perlu
dilakukan mengingat partikel-partikel tersebut dapat mengganggu proses dalam
secundary teratment. Pada umumnya, bangunan penangkap pasir selalu dilengkapi
dengan alat ukur Pharshal flume yang berfungsi mengontrol aliran yang akan
masuk ke dalam bangunan pengolahan dan pengontrol efisiensi berkejanya
dengan pompa.
b) Bak pengendap I ini sebetulnya sama dengan bangunan penangkap pasir, hanya
partikel yang diendapkan (dipisahkan) mempunyai diameter yang lebih kecil lagi,
atau yang umumnya disebut sebagai setlelabel solid (partikel diskrit). Proses
sedimentasi, hanya dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis antara
buangan yang berupa zat padat dengan cairan induknya, dimana akibat perbedaan
ini partikel zat padat yang berat jenisnya lebih besar cenderung akan bergerak
kebawah menuju dasar bak. Selain proses sedimentasi, didalam bak pengendap I
ini dilakukan pula proses flotasi, dimana proses yang terjadi adalah proses
pengapungan dan merupakan kebalikan dari proses sedimentasi diatas.
c) Sludge Drying Bed adalah filter bed yang berupa bak-bak berisi media pasir dan
kerikil serta sistem under drain untuk memisahkan air dari lumpur. Pengeringan
lumpur ini, tentunya sangat dipengaruhi oleh iklim yaitu pemanasan oleh sinar
matahari serta kelembaban udara. Luas permukaan bed dan ketebalan lumpur
yang dikeringkan, tentunya juga berpengaruh didalam waktu pengeringan.
d) Pengolahan Sekunder/ Secondary Treatment (Biological Treatment). Tujuan utama
adalah untuk memperbaiki Biologicak Oxigen Deman (BOD) setelah limbah cair
244
mengalami Simple Sedimentation pada tingkat pengolahan sekunder ini terdapat 3
bagian pengolahan, yaitu :
(a) Reaktor Aerasi yang merupakan inti dari proses biologis aerobic, didalamnya
terjadi penguraian zat-zat organik yang dlakukan bakteri aerob yang dengan
sengaja dibiakkan. Zat organik dalam limbah cair (organik) pada umumnya terdiri
dari unsur Calsium, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, dan Phosphor. Unsur-unsur ini
oleh mikroba akan diuraikan (metabolisme) menjadi Co2 dan H2O, untuk
pebentukkan sel baru. Demikian seterusnya, proses tersebut berulang kali sampai
menjadi keseimbangan antara jumlah nutrient yang masuk dan mikroba yang ada
dalam reaktor.
Keseimbangan ini dapat dicapai dengan cara membuang secara kontinyu
kelebihan lumpur yang diproduksi oleh proses metabolisme dan pembentukkan sel
baru dalam reaktor aerasi. Untuk menjamin agar proses metabolisme didalam
reaktor aerasi ini dapat berlangsung dengan baik, diperlukan hal-hal sebagai
Nutrient tank cukup, kadar oksigen terlarut yang cukup, kondisi air yang sesuai
yaitu meliputi pH range antara 6,5 – 8 serta temperatur yang sesuai yang
tergantung dari jenis mikroba yang dibiakkan.
Untuk mencapai kondisi yang dipersyaratkan diatas maka kedalam limbah yang
akan diolah perlu dibubuhkan larutan nutrient dan larutan kapur yang dalam
proses ini dilakukan dalam bak pengaduk cepat.
Proses secundary treatment yang digunakan dalam sistem pengolahan limbah
organik pada umumnya adalah proses lumpur aktif (aktivated sludge) dengan
modifikasi pada sistem pensuplayan udaranya, yaitu dengan menggunakan
mecanical aerator dan sistem ini biasanya disebut Hight-rate Activated Sludge
Proses.
(b) Bak pengendap II ini meskipun prinsip dasarnya adalah sama dengan bak
pengendap I tetapi mempunyai perbedaan tujuan. Pada bak pengendap II ini
partikel yang akan disisihkan adalah partikel Floculant, yaitu partikel yang tidak
dapat mengendap karena beratnya sendiri (gravitasi) dalam waktu singkat. Tujuan
dari pengendapan dalam bak II adalah agar tercapai waktu yang cukup untuk
mengendapkan partikel Floculant yang disebut juga lumpur aktif yang akan segera
dikembalikan lagi dalam reaktor aerasi untuk mempercepat reaksi metabolisme.
Dalam proses pengolahan air limbah dengan menggunakan sistem lumpur aktif
ini, reaktor aerasi bersama bak pengendap II (Clarifier) merupakan satu kesatuan
245
sistem. Proses activvated sludge dilakukan dengan melalui suatu proses aerasi
dalam tangki aerasi dan kemudian dilanjutkan dengan sub-proses klarifikasi dalam
tangki sedimentasi.
Dalam proses ini, limbah cair yang mengandung banyak zat organik dicampur
dengan microorganisme yang biasa disebut Bisolid dalam tangki aerasi, kemudian
kedalam campuran ini diberi oksigen dengan cara memasukkan udara kedalam
tangki.
Pensuplaian udara harus dilakukan secara terus menerus sehingga oksigen terlarut
akan mencapai konsentrasi yang dipersyaratkan. Kondisi ini sangat dibutuhkan
untuk memelihara kondisi aerobik dalam reaktor.
Degan cara demikian terjadilah pencampuran antara zat organik, mikroorganik,
dengan oksigen, campuran dari ketiganya inilah yang akan merangsang teradinya
penguraian zat organik dalam keadaan aerobic oleh aktivitas mikroorganisme.
Pada proses penguraian akan menghasilkan gas CO2 dan tambahan
mikroorganisme baru, sehingga akhirnya jumlah mikroorganisme dalam reaktor
akan bertambah banyak melebihi jumlah yang dibutuhkan dan dalam kondisi
inilah kelebihan mikroorganisme harus dibuang.
Dari tangki aerasi, campuran yang ada kemudian dipindahkan ke tangki
sedimentasi selanjutnya didalam tangki sedimentasi akan terjadi proses klarifikasi.
Biosolid akan mengendap kedasar tangki, sehingga pada lapisan teratas akan
tersisa cairan jernih yang mengandung sedikit sisa-sisa zat organik, dengan
demikian hasil olahan limbah sudah memenuhi syarat untuk dibuang ke badan air
bebas.
Biosolid yang mengedap didasar tangki akan mengalami kekurangan makanan
yang berupa zat organik dan oksigen, sehingga dari peristiwa tersebut terjadilah
mikroorganisme dalam biosolid ”kelaparan” dan inilah yang sebenarnya sebagai
”lumpur aktif” setelah kelebihan Biosolid dibuang, sisanya dikembalikan ke inlet
tanki aerasi, dimana mikroorganisme yang kelaparan tadi akan segera memperoleh
makanan baru yang merupakan campuran antara zat organik dengan oksigen dan
dalam kondisi inilah proses lumpur aktif tersebut dapat bekerja dengan cepat.
(c) Bak desifeksi perlu dilakukan didalam sistem pengolahan limbah Puskesmas
water Borne Disease, yaitu penularan penyakit melalui media air. Desinfektan
yang dipakai adalah Chlor (Cl2). Pencampuran dilakukan melalui tangki
246
pembubuh dan belokan-belokan pada bak untuk menimbulkan aliran turbulen
sehingga pencampuran dapat terjadi. Sisa chlor yang diharapkan 0,25 – 0,5 PPM.
(d) Advanced Waste Water Treatment, merupakan lanjutan dari sistem Primer dan
Secunder, sistem pengolahan lanjutan tersebut dapat untuk mengurangi/
menghilangkan Nitorgen, Fosfor, dan Logam Berat didalam air limbah.
4). Sampah
a). Sampah infeksius harus dipisahkan dengan sampah non infeksius.
b). Setiap ruangan harus disediakan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang kuat,
cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mudah dibersihkan serta dilengkapi dengan
kantong pelastik sebagai berikut :
247
Kantong plastik berisi sampah domestik (non klinis) diangkut ketempat TPS sampah
dengan ketentuan :
a) Gerobak pengangkut harus tertutup.
b) Gerobak pengangkut sampah melalui jalan tertentu (jalurnya tetap) dan tidak melewati
ruangan yang harus steril serta poliklinik.
c) Pengangkutan sampah ini harus rutin dilakukan, jangan sampai ada penumpukan
diruangan penghasil sampah.
3) Tempat Pengelolaan Sementara (TPS).
Tempat pengelolaan sementara (TPS) terbuat dari container (yang nantinya langsung diambil
oleh truk sampah dinas kebersihan) atau bangunan yang dibuat dari pasangan batu bata
dengan spesi 1 PC : 4 Pasir, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Letaknya cukup jauh dari ruangan yang harus steril (ruang perwatan, ICU, ruang poliklinik
dan dapur) sebaiknya dibagian belakang dari halaman rumah sakit dan mudah dijangkau
kendaraan pengangkut.
b) Besarnya memadai untuk menampung seluruh limbah domestik Puskesmas Rawat Inap
minimal untuk 2 (dua) hari.
c) Konstruksi kuat, kedap air, tertutup, kemiringan lantai yang memadai dan diusahakan
bebas kecoa, lalat dan tikus.
d) Pada saat sampah diambil untuk dibuang ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah,
maka TPS harus dalam keadaan bersih, kering dan terbuka agar terkena sinar matahari
langsung.
Tempat Pengolahan Sementara (TPS) Sampah sebaiknya disekat menjadi 2 atau 3 bagian
untuk pemisahan beberapa jenis sampah, untuk itu dikenal 2 macam pemisah yaitu :
a) Sistem Duet, artinya disediakan dua ruangan/ bagian tempat sampah, yang satu untuk
sampah basah dan lainnya untuk sampah kering.
b) Sistim Trio, yaitu disediakan tiga ruangan/ bagian tempat sampah, yang pertama untuk
sampah basah dan lainnya untuk sampah kering yang mudah dibakar serta yang ketiga
untuk sampah kering yang tidak mudah terbakar (kaca, kaleng, dan sebagainya).
248
limbah klinis sebelum ditangani lebih lanjut (dbuang), hendaknya merupakan proses
yang kontinyu (prosedur tetap) dalam penanganan limbah padat klinis. Pemisahan dan
pengurangan volume limbah klinis hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
- kelancaran penanganan dan penampungan limbah klinis.
- pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Non B3.
- diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3.
- pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
mengurangi biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
b) Tempat Pengolahan Sementara (TPS) Sampah klinis harus memadai, diletakkan pada
tempat yang aman. Limbah jarum perlu penanganan khusus, setelah dibakar
dihancurkan dengan alat penghancur jarum, bila Puskesmas Rawat Inap belum
mempunyai alat penghancur jarum maka jarum dimasukan kedalam drum dan
disepakati bersama Dinas Kebersihan untuk dikubur ditempat khusus dengan diberi
tanda dan peringatan.
c) Standarisasi kantong dan container pembuangan limbah padat, secara nasional telah di
standarisasi menggunakan kode warna dan identifikasi kantong serta kontainer sebagi
berikut :
249
GAMBAR JENIS LIMBAH/ KETERNGAN
Limbah Infeksius :
Kantong berwarna kuning dengan symbol Biohazard yang telah
dikenal secara internasional berwarna hitam.
Limbah Citotoksik :
Kantong berwarna ungu dengan symbol Citotoksik (berbentuk
cell dalam telophase).
Limbah Radioaktif :
Kantong berwarna merah dengan symbol radioaktif yang telah
dikenal secara internasional.
Limbah Domestik :
Kantong berwarna hitam dengan tanpa symbol hanya tulisan
“Domestik” berwarna putih.
Kantong dan container limbah harus cukup bermutu dan terjamin agar tidak sobek atau
pecah pada saat penanganan dan tidak bereaksi dengan sampah yang disimpannya.
b. Pengangkutan Limbah Padat Klinis.
a) Pengangkutan limbah padat klinis internal (dalam lingkungan/ areal Puskesmas Rawat Inap),
berawal dari titik penampungan awal (ruang penghasil limbah) menuju incinerator atau TPS
khusus limbah padat klinis dengan menggunakan gerobak dorong yang tertutup. Peralatan
tersebut harus jelas dan diberi label, dibersihkan secara regular dan hanya digunakan untuk
mengangkut limbah padat klinis. Setiap petugas hendaknya dilengkapi dengan alat pelindung
diri dan pakaian kerja khusus.
b) Pengangkutan limbah padat klinis ekternal (luar lingkungan/ luar area Puskesmas Rawat Inap),
bila limbah klinis perlu dibawa keluar area puskesmas rawat inap karena akan dibakar di
Incenerator lainnya, maka prosedur pengangkutan limbah klinis eketernal harus tepat dan
memenuhi peraturan yang berlaku. Bila limbah padat klinis diangkut dengan container
khusus, container harus kuat, tidak mudah bocor, mudah ditangani dan bila container akan
digunakan kembali harus mudah dibersihkan/ dicuci dengan desinfektan.
250
a) Perlakuan sebelum dibuang
1) Autoclaving.
Autoclaving terutama digunakan untuk limbah infeksius. Limbah dipanasi dengan uap
dibawah tekanan. Ada masalah dalam autoclaving terutama karena besarnya volume
limbah atau limbah yang sudah dipadatkan, karena penetrasi uap secara menyeluruh
pada suhu yang diperlukan sering tidak tercapai, sehingga tujuan autoclaving tidak
tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri
vegetative dan mikroorganisme lain yang bisa membahayakan penjamah limbah.
2) Desinfeksi dengan bahan kimia.
Limbah infeksius dalam jumlah kecil dapat didesinfeksi (dapat membunuh
mikroorganisme tetapi tidak dapat membunuh spora bakteri) dengan bahan kimia
seperti hypochlorite atau permanganate, yang perlu dipertimbangkan dengan
memberikan desinfektan maka cairan desinfektan dapat diserap oleh limbah yang akan
menambah bobot dan karenanya menambah masalah penanganan.
b) Incenerator.
Incenerator yang akan digunakan sebagai sarana pembakaran limbah padat klinis Puskesmas
Rawat Inap hendaknya memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1) Memenuhi standar Operasional Incenerator.
2) Memenuhi standar kualitas udara (emisi gas buang).
Tergantung pada jenis limbah yang akan dibakar, emisi gas biasanya berupa gas beracun
seperti Hydrogen klorida, nitrogen oksida dan belerang oksida. Karena itu pemeliharaan
incenarator merupakan hal yang sangat penting untuk efisiensi pengoperasian
incinerator, hal ini juga akan menjamin bahwa persyaratan emisi gas buang incinerator
dapat dipenuhi dan dalam jangka panjang akan menekan biaya pengoperasian.
Untuk dapat memnuhi persyaratan emisi gas buang perlu diperioritaskan hal–hal sebagai
berikut :
(a) Perbaikan Sarana incinerator sebagai pilihan pertama.
(b) Penggantian incinerator yang baru bila perlu.
(c) Meninggalkan incenarotor yang ada dan beralih menggunakan incinerator diluar
Puskesmas Rawat Inap merupakan pilihan terakhir.
3) Lokasi Sarana Incenerator
Lokasi incenerator yang dipilih hendaknya memperhatikan beberapa faktor berikut :
(a) Keharmonisan dalam penggunaan lahan puskesmas rawat inap.
(b) Diupayakan mendekati timbulan/ sumber limbah klinis.
(c) Klimatologi, tidak berada dalam wilayah yang diidentifikasi sering terjadi perubahan
suhu mencolok.
c) Sanitarry Landfill.
251
Landfill bersifat terbuka (open dumping) merupakan metode pembuangan limbah secara
tradisional yang tidak sesuai untuk pembuangan limbah klinis karena sangat berisiko
terhadap manusia dan lingkungan, kecuali didaerah terisolir dan jauh dari permukiman,
itupun areanya harus dipagar dan diberi identitas yang jelas sebagai tempat pembuangan
limbah klinis.
Pengembangan dari landfill adalah sanitari landfill dimana setiap dilakukan pembuangan
limbah klinis harus selalu ditutup dengan tanah. Metode pembuangan limbah klinis
menggunakan Sanitary landfill perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1) Tanah kedap air atau dibuat kedap air dengan lapisan aspal/ sintesis.
2) Harus tersedia tanah penutup untuk menimbun limbah klinis dengan baik.
3) Harus tersedia system drainase untuk leachate agar tidak mencemari sumber air bersih.
Dalam pemilihan lokasi sanitary landfill harus memperhatikan criteria berkut :
1) Kesesuaian dengan penggunaan lahan (tataguna lahan).
2) Dekat dengan sumber limbah.
3) Faktor hydrogeology : permukaan air tanah dalam dan terlepas oleh lapisan dengan
permeability rendah.
4) Faktor Meteorologi : evaporasi tinggi/ ratio curah hujan rendah.
5). Wastafel
a). Tersedia di ruang pelayanan yaitu ruang UGD, Ruang Poli Gigi, Ruang KIA, Ruang
pengobatan, Ruang suntik, Ruang laboratorium dan ruang lainnya yang memerlukan
air.
b). Berfungsi dengan baik dan dilengkapi cek valve atau kran air model siku.
c). Dilengkapi dengan sabun atau zat anti septic.
d). Terpelihara dan selalu bersih.
e). Tersedia lap pengering tangan atau alat pengering tangan.
7). Instalasi
a). Pemasangan jaringan instalasi air minum, air limbah, gas, listrik, genset, system
penghawaan dan sarana komunikasi harus aman dan terlindung sesuai ketentuan
teknis yang berlaku.
b). Jika bangunan Puskesmas rawat inap lebih tinggi dari 10 meter atau lebih tinggi dari
bangunan lain disekitarnya harus dilengkapi dengan penangkal petir.
c). Instalasi untuk masing – masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna dan
label.
d). Diupayakan agar tidak hubungan silang dan aliran balik antara jaringan distribusi air
limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
252
e). Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.
f). jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.
8). Tatakasanan
a). Tata Cara Pemeliharaan Sarana
- Lantai dibersihkan dengan bahan anti septic minimal satu kali sehari.
- Air Conditioner.
Ruangan yang menggunakan AC secara periodic harus dimatikan dan diupayakan
mrndapat pergantian udara segar dengan cara mrmbuka seluruh pintu dan jendela
setiap pagi selama 1 jam, membersihkan saringan/ filter AC secara perodik.
2). Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun dan ketentuan atau pedoman yang berlaku. Lihat lampiran penilaian
kesehatan lingkungan (inspeksi sanitasi) Puskesmas rawat inap.
253
1. Puskesmas merupakan bagian dari jejaring pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan untuk
mencapai indikator kinerja kesehatan yang ditetapkan daerah,
2. Lingkungan bangunan harus mempunyai batas yang jelas dilengkapi dengan pagar yang kuat dan
tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
3. Lingkungan Puskesmas harus merupakan kawasan bebas rokok.
4. Lokasi Puskesmas hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Pencapaian/aksesibilitas yang mudah dari segala penjuru
b. Adanya aksesibilitas dengan moda angkutan umum untuk puskesmas di perkotaan,untuk
daerah pedesaaan harus mudah dijangkau oleh masyarakatluas.
c. bebas dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat
bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri dan limbah pabrik.
d. Berada pada areal dengan peruntukan fasilitas umum dan fasilitas 254lasti.
e. Pada daerah pedesaan atau terpencil perlu dipertimbangkan jarak antara fasilitas
layanan kesehatan terdekat sekitar 15 sampai dengan 20 km.
f. Tidak pada daerah rawan bencana.
5. Lahan:
a. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas Lahan
untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar.
b. Kontur lahan dalam kondisi 254lastic254 datar,tidak ada kemiringan yang ekstrim untuk
memudahkan dibuat saluran drainage dalam dan 254lasti tank serta peresapan untuk
pengelolaan limbah
6. Zonasi Puskesmas mempunyai pengelompokan sebagai berikut:
a. Zona Publik/Umum
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar,misalnya Unit
Gawat Darurat,Pelayanan Rawat Jalan, Administrasi, Kamar Obat,Pendaftaran,Rekam Medik
dan Informasi,Ruang tunggu.
b. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona Publik tetapi tidak langsung berhubungan dengan
lingkungan luar,misalnya laboratorium.
c. Zona Privasi
Area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien,misalnya gedung operasi, kamar
bersalin dan ruang perawatan
254
d. Zona Penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit,misalnya ruang
cuci,dapur,ruang sterilisasi.
7. Area pelayanan
a. Pelayanan darurat letaknya harus menjamin kecepatan akses dan mempunyai pintu masuk
yang terpisah.
b. Pelayanan administrasi,kantor administrasi umum hendaknya berdekatan dengan pintu
utama Puskesmas.
c. Pelayanan operasi hendaknya terletak dan dirancang tidak terganggu oleh kebisingan dan
dapat mencegah aktivitas yang menimbulkan kebisingan.Ruang operasi adalah ruang untuk
pelayanan darurat 255last bedah dan darurat obstetric ginekologi.
d. Pelayanan persalinan terletak dan dirancang untuk mencegah lalu lintas aktivitas yang tidak
berhubungan. Ruang persalinan hendaknya tidak bising dan steril. Perawatan hendaknya
terpisah,tetapi mempunyai akses yang cepat dari ruang persalinan.
e. Pelayanan perawatan hendaknya terpisah dari zona 255lasti.Ruang perawat hendaknya
terletak pada lokasi yang dapat mengamati pasien.
8. Kriteria bangunan yang memenuhi syarat minimal kesehatan:
a. Bangunan harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat mencegah penularan
penyakit serta kecelakaan
b. Dinding tidak berlubang, atap kuat, luas ventilasi 20 % luas lantai, penerangan cukup, lantai
kedap air, sirkulasi udara yang baik.
c. Keselamatan dan Keamanan (Patient Safety)
Seluruh bangunan harus memenuhi aspek keamanan pasien dan orang yang berada di
puskesmas,dimana:
1) Minimum tersedia dua buah pintu keluar yang berjauhan satu sama lain pada setiap
lantai gedung dan ada tanda untuk keluar apabila dalam keadaan darurat
2) Pintu keluar langsung berhubungan dengan tempat terbuka di luar bangunan
Seluruh bangunan dan ruangan di Puskesmas mempunyai 255lasti pemadam
kebakaran ,seperti pemadam api atau selang yang mudah dilihat dan mudah dicapai
pada lokasi strategis.
Aspek keamanan pasien, antara lain:
1) Pegangan sepanjang tangga
2) Toilet dilengkapi dengan pegangan dan bel
3) Pintu dapat dibuka dari luar. h. Toilet/kamar mandi disediakan terpisah untuk pasien
dan karyawan. Untuk pasien fasilitas ini harus mempunyai akses cepat pada kamar
255
atau bangsal.Toilet/kamar mandi untuk karyawan dibedakan untuk laki-laki dan
perempuan dengan rasio 1 toilet untuk 10 TT atau 1 toilet untuk 20 karyawan.
i. Sirkulasi untuk perpindahan pasien dari satu area ke area lain tersedia dan dalam kondisi bebas
setiap saat
1. Koridor untuk akses bagi pasien dan peralatan hendaknya memiliki lebar minimum 2,44 m
2. Koridor yang tidak digunakan untuk akses tempat tidur,usungan,atau transportasi
peralatan memiliki lebar 1,83 m.
d. Setiap Puskesmas harus dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang diperlukan untuk
menjamin kelancaran dan mutu pelayanan Puskesmas yaitu fasilitas air bersih,sumber listrik,
penerangan, ventilasi/pertukaran udara atau pengatur suhu.Penggunaan fasilitas pendukung
dievaluasi secara berkala.
e. Puskesmas menyediakan tenaga listrik dan penyediaan air bersih selama 24 jam terus
menerus yang memenuhi persyaratan kesehatan yang berlaku. Persediaan air bersih
memadai dan disalurkan langsung ke bangunan Puskesmas.
f. Pada setiap ruangan periksa harus tersedia wastafel dengan air mengalir.
g. Unit Gawat Darurat :
Lokasi harus mudah dicapai dengan tanda-tanda yang jelas dari jalan maupun dari
dalam.
Pintu menghadap kea rah yang dapat di akses langsung oleh ambulans tanpa
mundur.
h. Puskesmas mempunyai area parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
Idealnya minimal satu tempat parkir untuk setiap 10 tempat tidur.
256
10. Ruangan (denah pada lampiran 18 dan 19)
a. Setiap Puskesmas memiliki fasilitas ruangan yang lengkap dan digunakan seluruhnya,ditata
menurut alur kegiatan dengan memperhatikan ruang gerak petugas dan dievaluasi
pemanfaatannya.
b. Ruangan-ruangan harus ditata menurut alur kegiatan dan memperhatikan ruang gerak
petugas
c. Persyaratan luas ruangan sebaiknya berukuran minimal:
1. Ruang periksa 3X3 m
2. Ruang tindakan 3X4 m
3. Ruang tunggu 6X6 m
4. Ruang utility 3X3 m
d. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan yang cukup
e. Ruangan Puskesmas ( baik untuk pemeriksaan, persalinan, maupun kamar mandi) harus
terlihat bersih, tidak ada sampah berserakan , tersedia tempat sampah, atap bersih dan
terawat tidak ada sarang laba-laba.
f. Ruangan yang harus tersedia sekurang-kurangnya adalah:
257
Luas minimal
No Jenis ruang Fungsi
(dalam m2)
B Penunjang Medik
Menteri Kesehatan Nomor 850 tahun 2000 dijelaskan bahwa perencanaan SDM Kesehatan
merupakan salah satu unsur utama yang menekankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan
kualifikasi SDM sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Untuk memantapkan sistim
manajemen SDM Kesehatan perlu dilakukan perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan
pemberdayaan profesi kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004 /
Menkes / SK I / 2003 tentang kebijakan dan strategi Desentralisasi bidang Kesehatan.
Setiap Puskesmas harus memiliki kepala/penanggung jawab seorang sarjana di
bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat
dan telah mengikuti pelatihan dalam bidang manajemen Puskesmas.
Petugas teknis Puskesmas harus mengikuti pelatihan dalam bidang teknis yang
berkaitan
Pembuktian berupa: ijazah, SK pengangkatan pegawai, sertifikat pelatihan,surat
keterangan pelatihan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit, maka Pola ketenagaan Minimal untuk Penyelenggaraan
Manajemen Puskesmas dan Upaya Wajib Puskesmas adalah:
N Jenis Jumlah tenaga
Kompetensi minimal
o Pelayanan minimal ( orang)
A Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas
1 Kepala Puskesmas Dokter/ sarjana kesehatan lain yang terdidik 1
dalam kesehatan masyarakat/public health
2 Kepala Tata Usaha S1 Kesehatan, D3 Kesehatan?? 1
3 Rekam D3 rekam medis ,D3 Kesehatan 1
Medis,Perencan,
Evaluasi
4 Bendahara & Urusan SMEA/ SMK ekonomi /SMA /sederajat 1, untuk perkotaan 2
Umum orang
5 Supir SMP 1
6 Penjaga SD 1
Puskesmas/Pramu
7 Jaminan Kesehatan Perawat/D3 1
Askes/D3
8 Penjaga Kebersihan Minimal SMP 1
B Penyelenggaraan Upaya Wajib Puskesmas
259
1 Dokter Umum mempunyai Surat Tanda Registrasi dan 1, untuk perkotaan 2
Surat Ijin Praktek orang
Kompetensi
1.ATLS
(Advance Traumatic Life Support)
2.ACLS(Advance Cardiac Life Support)
3.GELS
(General Emergency Life Support)
3 Bidan PNS yang diangkat oleh Bupati/ Walikota 5, perkotaan
atau bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) 4,pedesaan
Pusat yang diangkat oleh Menteri 3,terpencil 1
260
Kompetensi:
1. Asuhan Keperawatan
2. Pelatihan hidup dasar (BHD).
3. Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD)/ Basic Life Support(BLS)
4. Immunisasi
5. Konseling
6. Pendidikan Kesehatan
7. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
8. Imunisasi
9. SDIDTK
5 Perawat gigi DIII Perawat Gigi 1
mempunyai SIPG
Mampu melaksanakan asuhan
keperawatan kesehatan gigi dan
mulut ,pelayanan promotif preventif
dan pencatatan dan pelaporan
pelayanan kesehatan gigi.
6 Kesehatan S1 Kesehatan Masyarakat 1
Masyarakat
7 Epidemiologis Diploma epidemiologi (DIV) 1 untuk perkotaan
8 Tenaga Promosi D IV Kesehatan dengan sertifikasi penyuluh 1
Kesehatan kesehatan
9 Sanitarian DIII Kesehatan Lingkungan 1, untuk perkotaan
dan pedesaan 2
orang
10 Nutrisionis/Ahli Gizi DIII gizi 1
11 Kamar obat Tenaga teknis kefarmasian terdiri Asisten 1
Apoteker, DIII Farmasi dan Sarjana Farmasi
(S1)
12 Laboratorium DIII Analis kesehatan 1
13 Pekarya/Tenaga SMK Kes 1 / 2 ?,Perkotaan 4
Pendukung/Juru
12 Pencegahan D3Kesehatan 1
Pemberantasan
Penyakit
13 Imunisasi D3 Perawat/Kebidanan 1
Jumlah
Jenis dan jumlah tenaga di Puskesmas dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
261
Keterangan:
Jumlah bidan di desa sesuai dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas
Tidak termasuk tenaga untuk Puskesmas Pembantu
Jumlah Juru sama dengan jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas.
2.2.3. PERALATAN
a. Jenis peralatan yang dimiliki harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b. Peralatan yang ada harus dirawat dengan baik agar fungsinya tetap terjaga.
c. Setiap peralatan harus mempunyai penanggung jawab.
d. Setiap alat yang digunakan untuk kegiatan harus mempunyai penanggung jawab dalam
hal penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Kinerja setiap penanggung jawab harus dievaluasi.
f. Puskesmas mempunyai daftar inventaris barang..
g. Tiap ruangan di Puskesmas mempunyai daftar inventaris
Peralatan peralatan (minimal) dan bahan yang harus dimiliki oleh Puskesmas terdiri
dari :
1. Peralatan Medis berupa;(lampiran 19)
- Peralatan operasi terbatas:
- Peralatan 262lastic262c normal dan pathologis
- Peralatan resusitasi
- Peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja
- Peralatan vasektomi dan tubektomi
- Pemeliharaan alat kesehatan (mulai dari sarana dekontaminasi sampai dengan
sterilisasi)
-
2. Peralatan steril :
a. Partus set
b. Hechting set
c. IUD Kit
d. Peralatan Asuhan Bayi Baru Lahir
e. Peralatan persalinan
f. Peralatan Pencegahan Infeksi
g. Bahan pakai habis
262
8 Papan Informasi 1 buah
b.
Pengobatan
Tempat tidur
periksa
Lemari obat/alat
Instrumen trolly
Timbangan/tinggi
badan
Stetoskop
Tensimeter
c. Transportasi berupa:
1. Ambulans untuk rujukan pasien,
2. Kendaraan bermotor sesuai dengan kebutuhan pelayanan puskesmas
3. Perahu bermotor untuk puskesmas keliling daerah tertinggal dan terpencil
d. Alat-alat komunikasi :
1. Mampu mengadakan komunikasi keluar Puskesmas
2. Tenaga mampu mengatur dan mempergunakan alat komunikasi
3. berupa alat komunikasi internal dan eksternal baik berupa telpon,fax atau radio
komunikasi jarak sedang.
e. Mebelair ;
1. Kursi dan meja biro;
2. Tempat tidur pemeriksaan;
3. Tempat tidur rawat inap;
4. Lemari obat;
5. Lemari kartu.
f. Peralatan harus terlihat bersih sehabis dipakai ,langsung dicuci, atau
disetrika, disimpan pada tempatnya dengan rapi dan tertutup sehingga tidak ada
debu yang menempel .
g. Setiap peralatan kesehatan digunakan untuk kegiatan di Puskesmas mempunyai
penanggung jawab dalam hal penggunaan dan pemeliharaan peralatan kesehatan
yang menjadi tanggung jawabnya.
h. Pemeliharaan peralatan di Puskesmas
Pemeliharaan sarana merupakan suatu program pengelolaan pemeliharaan untuk
mencegah resiko kerusakan peralatan yang digunakan untuk diagnosis, pengobatan,
pemantauan dan perawatan pasien
263
1) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku tentang prosedur
pemeliharaan dan kalibrasi serta perbaikan peralatan yang digunakan untuk
pemeriksaan di Puskesmas, minimal setahun sekali.
2) Prosedur tersebut harus disertai dengan instruksi kerja yang menjelaskan secara
rinci tata cara melakukan pemeliharaan, kalibrasi dan perbaikan peralatan serta
jadwal pelaksanaannya paling sedikit setahun sekali dilakukan.
3) Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan ,kalibrasi dan perbaikan
peralatan harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang
ada.
4) Prosedur dan instruksi kerja tersebut harus dievaluasi secara berkala.
i. Peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja
1) Setiap Puskesmas harus dilengkapi dengan peralatan keamanan yang diperlukan
untuk melindungi petugas dan orang di sekitarnya.
2) Peralatan keamanan yang ada sekurang kurangnya adalah jas laboratorium,alat
bantu pipet, kaca mata goggle,sarung tangan,masker, Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K) dan pemadam kebakaran.
3) Setiap Puskesmas harus mempunyai prosedur baku untuk mengatasi terjadinya
kecelakaan dalam Puskesmas
4) Prosedur tersebut harus disertai dengan Instruksi Kerja yang menjelaskan secara
rinci tata cara mengatasi kecelakaan akibat kebakaran,sengatan
listrik,ledakan,tumpahanbahan kimia dan bahan infeksius.
2.2.4. OBAT-OBATAN
1. Jenis obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter
2. Label obat yang memadai
3. Jenis obat di Puskesmas sesuai dengan Daftar Obat Terbatas untuk Puskesmas tahun
2008
Dalam buku Daftar Obat Esensial Nasional 2008 disebutkan terdapat bermacam
golongan,yaitu :
a. Analgesik, antipiretik,antiinflamasi non steroid, antipirai.
b. Anestetik
c. Anti alergi dan obat untuk anafilaksis
d. Antidot dan Obat lain untuk keracunan
e. Antiepilepsi-antikonvulsi.
f. Antiinfeksi(antelmintik,antifilaria,antibakteri,makrolid,antilepra,antituberculosis,a
ntiseptic saluran kemih, antifungi,antiprotozoa,antimalaria)
g. Anti migren
h. Anti Parkinson
i. Darah,obat yang mempengaruhi ( antianemia,koagulasi).
j. Diagnostik (test fungsi dan test kulit)
k. Desinfektan dan Antiseptik
l. Gigi dan Mulut, obat dan bahan
m. Diuretik.
264
n. Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik (anti diabetes oral,
kontraseptik,hormon tiroid dan antitiroid.
o. Kortikosteroid.
p. Kardiovaskuler (antiangina, antiaritmia, antihipertensi, antiagregasi platelet, gagal
jantung
q. Larutan elektrolit,nutrisi oral,parenteral dan lain-lain
r. Mata (anestetik local,antimikroba,midriatik,miotik dan antiglaukoma)
s. Oksitosik dan relaksan uterus
t. Psikofarmaka (antiansietas dan antiinsomnia,antidepresi dan antimania,antiobsesi
kompulsi, antipsikosis)
u. Saluran Cerna (antasida dan antiulkus,antiemetic, antihemorrhoid,
antispasmodic,diare,katartik)
v. Saluran nafas (antiasma,antitusif,ekspektoran)
w. Sistem imun(serum dan immunoglobulin,vaksin)
x. Telinga,Hidung dan Tenggorokan
y. Vitamin dan Mineral
265
mg + Heksaklorofen 250 mg
266
45 Furosemid tablet 40 mg ktk 20 x 10 tablet
267
75 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol botol 60 ml
200 mg + Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
268
110 Reserpin tablet 0,10 mg 250 tablet / botol
Alat Kesehatan
133 Catgut / Benang Bedah No. 2/0 dengan jarum bedah 24 x 70 cm / kotak
134 Catgut / Benang Bedah No. 3/0 dengan jarum bedah 24 x 70 cm / kotak
269
142 Kasa Pembalut 2 m x 80 cm Rol
147 Silk (Benang Bedah Sutera) No. 3/0 dengan jarum 12 x 3 x 75 cm / kotak
bedah
OBAT KLB
152 Asam Mefenamat tablet salut selaput 500 mg 100 kaplet / kotak
270
BAHAN HABIS PAKAI & ALAT NON MEDIK
179 Kapas
181 Plester
5. Daftar Obat Emergensi yang harus ada pada Unit Gawat Darurat , Persalinan, Pelayanan
Gigi dan Kamar Tindakan adalah
271
No Nama Obat Kemasan
1 Syok Anafilaktik
- Adrenalin 1:1000
- Efedrin
- Antihistamin
- Hidrokortison
- Transamin
- Dopamin
2 Sedativa
3 Antipiretika
4 Koagulantia
5 Anti Kejang
6 Cairan infus
7 Infus set
8 Dextrose 5 %
9 Ringer Lactat
6. Daftar obat yang tersedia untuk Bidan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tanggal 25 Juli 2002 ,
No Jenis Obat Bidan
1 Roborantia
2 Vaksin
3 Syok Anafilaktik
- Adrenalin 1:1000
- Antihistamin
- Hidrokortison
272
- Dopamin
4 Sedativa
5 Antibiotika
6 Uterotonika
7 Antipiretika
8 Koagulantia
9 Anti Kejang
10 Glycerin
11 Cairan infus
12 Obat luka
7. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang diberikan;
8. Pengelolaan yang meliputi perencanaan, penyimpanan dan penyerahan;
9. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat;
10. Pemberian informasi kepada pasien maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan
penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan
kepatuhan dalam penggunaan obat;
11. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat,dan
12. Pengaturan persediaan dan perencanaan obat .
2.2.5. PEMBIAYAAN
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang menjadi tanggung jawab Puskesmas, perlu ditunjang dengan pembiayaan
yang cukup. Sumber pembiayaan Puskesmas yaitu
1. Pemerintah. Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah terutama adalah pemerintah
pusat ,pemerintah provinsi dan kabupaten /kota seperti Jamkesmas,Jampersal,BOK;
2. Pendapatan Puskesmas
Pendapatan Puskesmas adalah pendapatan yang didapat dari retribusi yang dibayar oleh
pasen yang memanfaatkan.
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah ,masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya
kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besarnya ditentukan oleh Peraturan
273
Daerah masig-masing (retribusi). Pendapatan bisa dimanfaatkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku di daerah.
3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat, seperti PT.ASKES, PT.Jamsostek, Jamkesmas,
Jampersal, Bantuan Operasional Keuangan (BOK).
274
1). Penanganan Sampah
Pengelolaan limbah padat (sampah) di Puskesmas Rawat Inap perlu mendapat perhatian.
Sistem pengelolaan sampah disarankan dengan tahapan sebagai berikut:
- Penimbunan, Penyimpanan Dan Pengumpulan Sampah
Seluruh sampah yang ditimbulkan/dihasilkan dari kegiatan operasional Puskesmas
Rawat Inap perlu ditampung/disimpan dalam suatu wadah/tempat yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
Tidak mudah berkarat
Kedap air
Bertutup
Mudah dibersihkan
Kapasitas/volume tempat sampah cukup menampung sampah
Mudah diangkut
Tempat penampungan sampah yang tersedia harus dilengkapi dengan kantong
plastic yang dibedakan menurut warna dan peruntukkannya seperti berikut ini:
Warna Putih
Untuk menampung jenis sampah Medis
Warna Hitam
Untuk menampung jenis sampah non medis, baik sampah basah maupun kering
seperti : sejenis kertas, 275lastic, sisa makanan, sisa kemasan makanan dll.
Wadah jenis kantong 275lastic harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Volume maksimal 0,1 M3
Berukuran kerapatan 55 mikron untuk kerapatan rendah dan 25 mikron untuk
kerapatan tinggi
Tempat sampah harus disediakan pada setiap ruangan yang ada di Puskesmas, dan
tempat lainya seperti ruang tunggu poliklinik, halaman 275lasti dsb.
- Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah bagian pengelolaan sampah yang dimulai dari pengambilan
dari tempat penyimpanan/penampungan setempat, selanjutnya diangkut menuju
tempat pembuangan akhir atau pemusnahan dengan incinerator. Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam menrencanakan pengangkutan sampah :
Jenis dan jumlah sampah yang diangkut
Jenis dan alat pengangkutan yang diperlukan
275
Kapasitas alat pengangkutan
Jalur (route) pengangkutan
Jumlah dan tenaga pengangkut
Lokasi tempat penampungan sampah (lokasi penampungan sementara)
- Pembuangan Akhir
Setelah seluruh sampah terangkut dari sumber dan tempat penampungannya maka
sampah-sampah tersebut dikumpulkan di tempat pengumpulan sementara sebelum
sampah itu diputuskan untuk dimusnahkan dengan incinerator atau dibuang ke
lokasi pembuangan akhir (TPA) oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota/Kabupaten.
Syarat – syarat teknis yang harus dipenuhi oleh sebuah tempat pengumpulan
sementara (TPS)
Tersedia tempat khusus untuk jenis sampah infectious dan non infectious
Tidak berada pada lokasi yang mudah kebanjiran
Mudah dijangkau oleh sarana pengangkutan sampah, khususnya armada
pengangkutan sampah kota/kabupaten.
Tersedia fasilitas pencucian untuk membersihkan peralatan
Sedapat mungkin jauh dari kegiatan Puskesmas
Tidak menganngu secara estetika
Berikut ini bagan alir 276lasti pengelolaan limbah padat (sampah) yang
diusulkan :
Pemilahan Sampah
Tempat Pengumpulan
Sementaras
(TPS)
NON INFECTIOUS
DIANGKUT KE TPA
KOTA/KABUPATEN
Pemantauan limbah padat (sampah) pada Puskesmas perlu dilakukan baik terhadap
limbah padat medis maupun non medis. Beberapa parameter lapangan yang dipantau
antara lain adalah :
- Adanya tumpukan sampah yang berlebihan
- Kondisi dan kualitas tempat (wadah) sampah yang ada
- Densitas lalat disekitar tempat sampah
- Adanya bau disekitar tempat sampah
Tolok ukur yang dipakai untuk pemantauan adalah dengan membandingkan tingkat
kepadatan lalat, bau yang tidak sedap serta jumlah (tumpukan) sampah di tempat
penampungan sampah pada saat pembersihan dengan waktu diluar jam pembersihan
(kelancaran pembuangan).
Lokasi pemantauan adalah tempat tempat sampah yang tersedia di seluruh ruangan
Puskesmas serta di Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah. Pemantaun dilakukan
setiap hari oleh petugas sanitarian dengan cara observasi/pengamatan dan juga bias
menggunakan instrument/pemasangan penangkap lalat (fly gril).
c. Limbah cair
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan puskesmas
rawat inap yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,bahan kimia beracun dan
radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
277
1) Penanganan limbah dilakukan melalui instalasi pengolahan limbah,kemudian disalurkan
melalui saluran tertutup,kedap air dan limbah harus mengalir dengan 278lasti,serta
terpisah dengan saluran air hujan.Kualitas effluent yang layak dibuang kedalam
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu.Semua limbah cair buangan
Puskesmas harus masuk kedalam bak penampungan pengelolaan limbah.
2) Puskesmas harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama
secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis.
3) Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus
dilengkapi/ditutup dengan grill.
4) Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) , bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku
melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
5) Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent)dilakukan setiap bulan
sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Sistem pengelolaan limbah cair di Puskesmas Rawat Inap sampai saat ini masih
278lastic278c278 278lasti setempat (onsite), yaitu dengan menggunakan Septic Tank yang
dilengkapi dengan sumur peresapan. Namun 278lasti pengelolaan limbah cair Puskesmas
Rawat Inap yang diterapkan saat ini dank e depan perlu diwaspadai, serta diperlukan konsep
pengelolaan yang lebih memenuhi syarat dan tidak memberikan dampak yang berarti
dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Dengan adanya IPAL diharapkan dapat meminimalkan terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan, serta efluen dari hasil proses pengolahan tersebut bisa memenuhi syarat yang
dikehendaki oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995. Perencanaan
278lasti pengolahan air limbah didasarkan atas :
Karakteristik air limbah untuk menentukan metoda
Jumlah air limbah yang dibuang (debit)
Lahan yang tersedia
Kemampuan anggaran pendukung
Mengingat limbah cair Puskesmas Rawat Inap sebagian termasuk jenis limbah
278lastic278, dimana karakteristik zat 278lastic dan mikrobiologinya tinggi, maka 278lasti
yang sesuai adalah 278lasti pengolahan biologis 278lastic278c dengan metode up-flow filter.
Metode ini adalah salah satu 278lastic278c278e teknis yang bisa diterapkan untuk mengatasi
278
permasalahan pembuangan limbah cair 279lastic279. Pada prinsipnya up-flow filter akan
mengolah air limbah secara sederhana dimana efluen yang keluar dari septic tank dialirkan
secara gravitasi melalui filter, dimana terjadi proses pembentukan biomassa yang akan
menguraikan zat-zat 279lastic yang terkadung dalam air limbah, selanjutnya 279lastic279 siap
dibuang ke badan air. Sistem pengelolaan limbah cair yang direncanakan meliputi :
Sistem penyaluran dari masing-masing sumber limbah
Sistem pengumpulan dan 279lasti pengolahan terpusat
Berikut gambaran diagram alir pengelolaan limbah cair di Puskesmas Rawat Inap.
Dapur & Kantor Ruang Lab & Poli & Tpt Cuci Ruang
Kantin Operasi Farmasi UGD Linen Perawatan
Bak Kontrol Bak Kontrol Bak Kontrol Bak Kontrol Bak Kontrol Bak Kontrol
Grease Trap
Desinfeksi
Media Filter
Badan Air
Sumur Pengumpul
279
Gambar
Pengelolaan Limbah Cair Puskesmas Rawat Inap
Pemantauan air limbah pada Puskesmas Rawat Inap ditujukan pada air
limbah yang bersifat medis dan non medis. Yang perlu mendapat perhatian khusus
adalah limbah cair yang bersifat medis, karena limbah cair medis mempunyai potensi
280
Sumber dampak air limbah yang perlu pemantauan adalah air limbah dari
ruang perawatan, ruang laboratorium sedangkan limbah cair non medis yang perlu
mendapat pemantauan adalah dari dapur, ruang pencucian linen dan buangan dari
wastafel. Tolok ukur yang dipakai adalah kualitas air limbah yang dibuang setelah
melewati sarana pengolahan air limbah dan membandingkannya dengan baku mutu
Effluent Standard Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 dan
SK Gubernur Jawa Timur Nomor 61 Tahun 1999. Lokasi pemantauan cukup diambil
dari in-let dan out-let sarana pengolahan air limbah (IPAL), dan jika diperlukan
diambil dari saluran air yang ada di lingkungan rumah sakit. Periode pemantaun
dilakukan 3 bulan sekali pada in-let dan out-let, serta 6 bulan sekali pada saluran air
yang ada (badan air penerima) Limbah gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit seperti incinerator,dapur,perlengkapan generator,anestesi dan
pembuatan obat sitotoksik.
281
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat ,keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran ,kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya,serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi ,khususnya social
budaya masyarakat setempat.
3. Upaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat Primer
Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public ( public goods) dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta menccegah peyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi,peningkatan kesehatan keluarga,keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
4. Upaya Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer
Pelayanan Kesehatan Perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan
tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan rawat inap.
Puskesmas mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan fungsional dengan Puskesmas
lain dan Dinas Kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan lain.
Puskesmas wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit, pelaporan
penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah serta dalam
melaksanakan program prioritas pemerintah. Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan dasar
yang terdiri dari upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Lingkup Upaya Pelayanan Kesehatan
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat. Subsistem upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yakni
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan
tambahan makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika, zat adiktif
dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.
282
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. UKP mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan
kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisional
dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.Kedua upaya kesehatan tersebut
bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai upaya kesehatan penunjang.
Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat
dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya. Sedangkan upaya
penunjang untuk UKP antara lain adalah pelayanan laboratorium klinik, apotek, optik dan toko obat.
283
4. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawata
5. Menyelenggarakan upaya kesehatan lingkungan
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
7. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
284
1. Pertolongan persalinan oleh Nakes
2. Memberi bayi ASI Eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
Strategi dasar utama Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah (1) Advokasi (2)
Bina suasana, dan (3) Pemberdayaan , serta dijiwai semangat (4) Kemitraan.
b. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait ( tokoh masyarakat informal & formal) agar
masyarakat di lingkungan Puskesmas berdaya untuk mencegah serta meningkatkan
kesehatannya, serta menciptakan lingkungan sehat.
Selama proses perbincangan dalam advokasi, perlu diperhatikan bahwa sasaran
advokasi hendaknya diarahkan untuk menempuh tahapan :
c. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
285
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif
dalam setiap penyelenggaraan upaya kesehatan.
Metode yang tepat di sini adalah penggunaan media seperti pembagian leaflet,
pemasangan Poster , sentral informasi , penyuluhan kelompok atau penayangan video
berkaitan dengan penyakit dari pasien.
d. Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , menciptakan lingkungan sehat serta
berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
e. Kemitraan
286
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi , prinsip-prinsip kemitraan harus
ditegakkan . Kemitraan dikembangkan antara petugas Puskesmas dengan sasarannya
( para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi.Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus dipraktikkan adalah (1) kesetaraan, (2)
keterbukaan, dan (3) saling menguntungkan.
Kemitraan juga dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan,
petugas Puskesmas harus berkerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti kelompok
profesi, LSM, pemuka agama,tokoh masyarakat, media massa, dll.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan , strategi promosi kesehatan harus
diperkuat dengan (1) Metode dan Media yang tepat, serta tersedianya (2) sumber daya
yang memadai.. Penjabaran sumber daya bisa dilihat di Bab III.
Metode yang dimaksud di sini adalah metode komunikasi. Pada prinsipnya, baik
pemberdayaan, bina suasana, maupun advokasi adalah proses komunikasi. Oleh karena
itu, perlu ditentukan metode yang tepat dalam proses tersebut. Pemilihan metode
harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima
informasi (termasuk sosial budayanya) dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Jenis komunikasi dalam promosi kesehatan adalah Komunikasi perorangan,
komunikasi kelompok dan komunikasi massa .
Metode dalam Promosi Kesehatan antara lain ceramah, diskusi kelomok, curah
pendapat, demonstrasi, konseling, dll.
Agar pesan dapat mudah diterima oleh sasaran, maka sebaiknya dalam
melaksanakan penyuluhan menggunakan alat bantu atau media penyuluhan.
Jenis media penyuluhan yang bisa digunakan antara lain :
287
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat
dan keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi
dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, salah satu bentuk proses
pemberdayaan masyarakat saat ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga .
Keberhasilan Proses pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di masyarakat.
UKBM adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dibentuk dari, oleh ,
untuk dan bersama masyarakat. Jenis-jenis UKBM antara lain Posyandu, Poskesdes,
Poskestren, Pos UKK, dll
288
Jenis Tempat Penyebaran informasi melalui media Poster, Melakukan
pelayanan Pendaftara leaflet yang bisa dipasang di depan loket pendekatan kepada
Promosi n pendaftaran. Adapun jenis informasi yang pimpinan wilayah
Kesehatan disediakan , yaitu : setempat agar
mendapat dukungan
Alur pelayanan Puskesmas
dalam
pengembangan
Jenis pelayanan Puskesmas
kegiatan kesehatan
Membina hubungan
Denah Poliklinik
kerjasama dengan
Informasi kesehatan yang menjdi isu pada para tokoh
saat itu masyarakat/agama
di desa
Peraturan kesehatan seprti laranganmerokok, Melakukan
dilarang meludah sembarangan, kemitraan dengan
membuang sampah pada tempatnya, dll. organisasi
b) Memberikan salam kepada pengunjung
kemasyarakatan,
Puskesmas
Lembaga Sosial
Poliklinik Petugas menjawab pertanyaan pasien Masyarakat (LSM),
berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang Tokoh Masyarakat
harus ditelannya. Tetapi jika hal ini belum (TOMA) dan Tokoh
mungkin dilaksanakan,maka dapat dibuka Agama (TOGA)
klinik khusus bagi pasien rawat jalan yang Melakukan
289
Ruang a) Petugas menjawab pertanyaan pasien (pengajian, arisan,
Pelayanan berkenaan dengan pelayanan yang karang taruna dsb)
Melakukan
KIA & KB didapatkannya. Jika belum mampu dapat
pengembangan dan
dilimpahkan ke klinik khusus.
b) Memasang Poster atau disediakan leaflet pembinaan UKBM
tentang berbagai penyakit yang menyerang yang berkembang di
bayi & balita, pentingnya memeriksakan desa (Posyandu,
kehamilan teratur, pentingnya tablet Fe Poskestren, Pos UKK,
bagi bumil, pentingnya imunisasi lengkap Poskesdes dsb)
Mengembangkan
pada bayi,dll.
Ruang a. Menggunakan lembar balik, gambar atau Desa Siaga
Memberdayakan
Perawatan foto.
b. Penggunaan bahan bacaan (Biblioterapi) Masyarakat untuk
Inap
dengan cara dipinjamkan ke pasien. berperilaku hidup
c. Penyuluhan kelompok, dengan metode
bersih dan sehat.
yang bersifat menghibur seperti permainan,
simulasi dan menggunakan media flipchart,
Poster atau standing banner. Penyuluhan
kelompok di dalam ruangan bisa digunakan
laptop , LCD dan layar untuk menayangkan
gambar atau film.
d. Pemanfaatan ruang tunggu dengan
pemasangan Poster, penyediaan boks
leaflet
e. Pendekatan keagamaan dengan mengajak
pasien untuk berdoa
Laboratorium Meningkatkan kesadaran pasien, pengunjung
dan para pengantarnya akan pentingnya
melakukan pemeriksaan laboratorium melalui
pemasangan Poster dan penyediaan leaflet
yang bisa dibawa pulang.
290
Kamar Obat Meningkatkan kesadaran tentang manfaat
obat generik, kedisiplinan dan kesabaran
dalam penggunaan obat sesuai petunjuk
dokter.
Pemasangan Poster dan penyediaan leaflet
tentang informasi kesehatan serta
pemutaran tape recorder
Tempat Penyampaian salam hangat dan ucapan
Pembayara selamat jalan semoga cepat sembuh dan
n bertambah sehat.
291
a. Deskripsi
Upaya penyehatan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi kesehatan lingkungan pada obyek atau sasaran yang diawasi, agar
terwujud kualitas lingkungan yang lebih sehat sehingga dapat melindungi masyarakat
dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan/ atau bahaya
kesehatan menuju derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat yang lebih baik.
Penyehatan lingkungan adalah upaya pengawasan terhadap sarana Kesehatan
lingkungan antara lain perumahan, lingkungan permukiman, sarana air bersih dan
sanitasi dasar dilaksanakan terhadap subtansi yaitu air, udara, tanah, limbah padat, cair,
gas, kebisingan/ getaran pencahayaan, habitat vektor penyakit, radiasi, kecelakaan,
makanan/ minuman, dan bahan – bahan berbahaya.
292
sanitasi dasar, sarana air bersih
4. Menggerakan masyarkat terhadap akses
terhadap sarana kesehatan lingkungan.
5. Melakukan pendataan dan penilaian
rumah terhadap sarana sanitasi dasar
(Jamban, Air limbah, sampah), dan
sarana air bersih.
Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan tersebut petugas Puskesmas perlu didukung dengan
instrumen penunjang kegiatan berupa formulir inspeksi rumah sehat yang terdiri dari ;
Komponen rumah
Sarana Sanitasi
Perilaku Penghuni
Binatang Peliharaan .
Standar Kegiatan
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah mengupayakan perubahan perilaku masyarakat
kearah yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha meningkatkan
kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut :
293
Upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesehatan wanita yang berkaitan
dengan fungsi keibuannya untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), yang dimulai sejak periode usia
subur, kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki.
294
9 Pelayanan Infeksi Nifas nifas. Bayi dalam
Penanganan Pemberia 6. Pelayanan inkubator
Vaginitis, n konseling dan Emergency
Servisitis, penyuluhan Kebidanan
Adneksitis dan (PONED) spt
Ekstirpasi Kista Plasenta
Kelenjar manual
Bartholini 7. Pelayanan
10. Kuretase dan inpartu untuk
Pap smear. neonatus
11.Pemberian
prematur .
Surat 8.Memberi
Keterangan pertolongan
Kelahiran persalinan bagi
kehamilan
dan kematian
dengan resiko
tinggi
danpersalinan
dengan
penyulit.
295
efek samping KB Keliling
dan (TKBK)
komplikasi Pelayanan
Melakukan dengan momen
metode khusus ( Safari –
operasi pria TNI KB Kes)
dan metode Pendataan
operasi sasaran KB ( 4 T,
wanita untuk Unmetneed,
keluarga Keluarga Miskin)
berencana Pelayanan
dan konseling
pada Calon
Pengantin
Wanita ,masa
pra hamil dan
masa antara dua
kehamilan
Puskesmas Rawat Inap Plus dapat memberikan pelayanan antenatal, natal,post natal
dan Pelayanan KB dibantu dengan konsulen dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
a.Deskripsi
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya perbaikan
gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat,
antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu
dan teknologi.
Di masyarakat, upaya perbaikan gizi dilakukan oleh para petugas gizi puskesmas
bersama-sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya dilakukan di dalam gedung
maupun di luar gedung dan bekerjasama dengan lintas program maupun lintas sektor.
296
- Sumber air bersih sesuai dengan kapsul Vit. A)
persyaratan air bersih - Buku SIP (sistim informasi Posyandu)
- Ada saluran pembuangan air limbah - Food model di meja IV
yang tertutup/ higienis. Penyuluhan kelompok di Posyandu ;
- Warna tembok dapur cerah/ warna - Poster sesuai dengan tema penyuluhan
berwarna biru. - Leaflet sesuai materi penyuluhan
- Ada alat pemadam kebakaran ukuran
kecil
- Perabot dan alat dapur sesuai
kebutuhan
Antropometri
(timbangan, alat ukur panjang badan,
alat ukur tinggi badan, LILA)
Alat peraga / food model
Jenis Klinik gizi Pemberian kapsul Vitamin A
Pelayanan Kebijakan dan prosedur Memotivasi Ibu post partum untuk
penyuluhan setiap konsultasi gizi segera memberikan ASI eksklusif
Melaksanakan Program Kesehatan Penimbangan setiap bulan dan
Gizi Masyarakat dengan sasaran Ibu pemantauan pertumbuhan bayi, anak
hamil, ibu nifas, bayi dan balita balita di Posyandu
Bayi baru lahir mendapatkan IMD Pengukuran Tinggi Badan dan
dan dilanjutkan dg ASI Eksklusif Penimbangan BB bayi dan balita
Pemberian tablet tambah darah Penyuluhan, pemantauan status
untuk ibu hamil gizi dan konsultasi gizi di meja IV
Pengukuran Lingkar Lengan Atas Pemetaan Kadarzi
(LILA) Ibu hamil Monitoring garam beryodium
Pemberian kapsul Vitamin A untuk Penyuluhan Kelompok di Posyandu
bayi, Balita dan Bufas Pemberian makanan pendamping
Perawatan gizi buruk yang ASI pada usia 6-24 bulan yang Bawah
ditemukan Garis Merah (BGM)
PMT pemulihan untuk gizi kurang Investigasi gizi buruk
PMT pemulihan untuk gizi buruk PMT Penyuluhan di Posyandu
Pencatatan monev gizi buruk Balita gizi buruk yang mendapat
Penyuluhan kelompok di ruang perawatan
tunggu Pemberian tablet tambah darah
pada anak remaja putri dan Bumil
Balita gizi buruk mendapat PMT
Pemulihan
Balita BGM (Bawah Garis Merah)
297
polio, difteri, pertusis, rabies, malaria, avian influenza H5N1, antraks, leptospirosis,
hepatitis, influenza A baru (H1N1), meningitis, yellow fever dan chikungunya.
Jawa Timur sebagai wilayah rawan bencana. Setiap kejadian bencana baik bencana
alam maupun karena ulah manusia at:au kedaruratan komplek akan menimbulkan krisis
kesehatan. Mengingat hal tersebut perlu kesiapsiagaan baik di Provinsi, kab./kota,
kecamatan dan desa untuk mendorong pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,
terjangkau sebagai suatu system yang terpadu..
Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Jawa Timur
karena 30% penderita kusta yang ada di Indonesia berasal dari Jawa Timur. Salah satu
penyebab masih tingginya jumlah penderita kusta adalah kurangnya pemahaman
masyarakat sehingga banyak penderita kusta datang berobat dalam keadaan terlambat
(cacat). Untuk itu diperlukan upaya penemuan kasus baru sedini mungkin.
Jawa Timur merupakan provinsi kedua (14%) setelah Jawa Barat sebagai
penyumbang kasus TB di Indonesia. Pada tahun 2009 jumlah kasus TB yang berhasil
ditemukan di Jawa Timur sebanyak 36.999 kasus.
Permasalahan secara umum pada program TB adalah angka penemuan kasus baru
masih dibawah target, hal ini dapat diasumsikan bahwa masih banyak penderita TB yang
berobat ke unit pelayanan kesehatan yang lain tanpa menggunakan strategi DOTS maka
dampaknya akan muncul kasus Multi Drug Resisten (MDR).
Kejadian Pneumonia di Indonesia pada Balita diperkirakan antara 10% - 20% per
tahun. Program P2 ISPA menetapkan angka 10% Balita sebagai target penemuan
penderita Pneumonia Balita per tahun pada suatu wilayah kerja.
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi pada
anak, terutama pada anak di bawah umur 5 tahun (balita). Angka insiden (kesakitan)
diare di Indonesia pada tahun 2006 (survei P2 Diare) 423 per 1000 penduduk, sedangkan
episode diare balita adalah 1,0 – 1,5 kali pertahun.
Program P2 Diare menetapkan angka 10% dari perkiraan jumlah penderita sebagai
target penemuan penderita diare per tahun pada suatu wilayah kerja.
a) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit
endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun
serta sering menimbulkan KLB di berbagai Kabupaten/Kota.Strategi utama adalah
melakukan upaya preventif dengan pemutusan mata rantai penularan melalui
gerakan PSN Plus tanpa mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB serta penatalaksanaan penderita.
298
Kompetensi Pengelola rantai vaksin yang terlatih
tenaga dan bersertifikat
299
a. Deskripsi
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh
pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi
manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai
dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987
yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu
pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
Salah satu perangkat untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah setiap
jenis pengobatan dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan pengobatan dasar di
Puskesmas.
Tujuan pengobatan dasar adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan
pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Diagnosis penyakit dimasukkan ke dalam klasifikasi kode ICD X.
300
spesialis; keluarga dan
Melakukan
masyaraka
diagnosis dan Pertolo
penatalaksanaan ngan
demam,diare,batuk,se Pertama
sak napas, pada
hiper/hipotensi,anemi kecelakaan
a,perubahan berat atau gawat
badan, kelainan darurat
jantung bukan akut, penyakit
gangguan lambung
dan
kerongkongan,ganggu
an metabolik
endokrin,gangguan
ginjal dan traktus
urinarius dan alergi.
Hiperpireksia
tanpa/dengan kejang.
Rehabilitasi
dasar.
Tenaga Dokter umum Dokter Umum
Perawat
301
jenis tindakan
pelayanan.
Jumlah
kunjungan baru
Jumlah
kunjungan ulang
302
Asuhan Penemuan kasus Asuhan keperawatan
Keperawatan baru (deteksi dini) pada pasien mengacu kepada standar praktek
rawat jalan keperawatan yang berlaku dan ditujukan
Pelaksanaan
pada pasien dan atau keluarganya.
anamnese Perawat bertanggung
Pelaksanaan
jawab terhadap semua aspek pemberian
pemeriksaan tertentu
asuhan keperawatan
Penyuluhan/pendi
Rencana asuhan
dikan kesehatan
keperawatan disusun berdasarkan
Pemantauan
diagnosa keperawatan.
keteraturan berobat
Catatan asuhan
Rujukan
keperawatan meliputi:
kasus/masalah kesehatan kepada
a.Pengkajian keperawatan
tenaga kesehatan lain b.Diagnosa keperawatan
Pemberian c.Rencana keperawatan,terrmasuk
nasehat (konseling) keperawatan mengatur jadwal harian dan
Kegiatan yang mingguan.mengawasi pemeliharaan kartu-
merupakan tugas limpah sesuai kartu,buku catatan dan laporan kegiatan.
pelimpahan kewenangan yang d.Rincian dan tindakan keperawatan yang
diberikan dan atau prosedur yang diberikan
e. Evaluasi,dan
telah ditetapkan (contoh f.Rencana kepulangan pasien (resume
pengobatan, penanggulangan keperawatan).
kasus gawat darurat, dll) Tenaga keperawatan harus menghormati
Menciptakan hak dan kewajiban pasien serta kode etik
lingkungan terapeutik dalam keperawatan.
pelayanan kesehatan di gedung Tindakan keperawatan sesuai dengan
Pencatatan standar praktek keperawatan dan etika
Pelaporan profesi,didokumentasikan sebagai bukti
Pertemuan
pelaksanaan tugas tenaga keperawatan.
berkala staf keperawatan setiap Pertemuan berkala staf keperawatan
bulan untuk mendiskusikan hal-hal setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal
yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan penyediaan
penyediaan pelayanan pelayanan keperawatan.Hasil pertemuan
keperawatan.Hasil pertemuan harus dicatat dan disimpan dengan baik.
dicatat dan disimpan dengan baik Membimbing dan mengawasi petugas
Pemeriksaan penunjang pelayanan /tenaga non
kelengkapan peralatan yang akan perawatan
digunakan, obat-obatan, kartu dan
303
formulir yang diperlukan
304
Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di
kelompok;
Pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan;
Pelayanan keperawatan langsung (direct care) pada penghuni yang
memerlukan keperawatan;
Memotivasi pembentukan, membimbing, dan memantau kader-kader
kesehatan sesuai jenis kelompoknya;
Pencatatan dan pelaporan.
d) Asuhan Keperawatan masyarakat di daerah binaan.
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada masyarakat yang rentan
atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan.
Kegiatannya meliputi kegiatan kunjungan ke daerah binaan untuk:
Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah dengan
masalah kesehatan spesifik
Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan memotivasi
masyarakat untuk membentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat
Memotivasi pembentukan,mengembangkan dan memantau kader-kader
kesehatan di masyarakat
Ikut serta melaksanakan dan memonitor kegiatan PHBS
Pencatatan dan pelaporan.
1. Ada dokter terlatih di UGD yang bertanggung jawab atas pelayanan di UGD
2. Ada perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan gawat darurat
3. Semua tenagadokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup
dasar ( Basic Life Support)
4. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase.Triase harus dilakukan oleh dokter atau
perawat senior yang berijazah/berpengalaman. Triase adalah penilaian
305
kegawatdaruratan pasien dan pemberian pertolongan/terapi sesuai dengan derajat
kegawatdaruratan yang dihadapi.
5. Puskesmas Rawat Inap hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat
darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit.
6. Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain.
7. Ada ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang ditransportasi.
8. Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu diobservasi dan
dipantau oleh tenaga terampil dan mampu.
9. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas
mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.
10. UGD memberikan pelayanan Gawat Darurat, dengan :
a. Dokter Umum on site. Dokter jaga 24 jam bertanggung jawab untuk seluruh
pelaanan Puskesmas termasuk gawat darurat dengan kompetensi
ACLS,ATLS dan GELS/PPGD.
b. Paramedis on site. Pelaksanaan asuhan keperawatan UGD bersifat purna
waktu,
c. Petugas Farmasi on site
d. Laboratorium on site
11. Ada jadwal jaga harian bagi dokter, perawat dan pet siteugas non medis yang
bertugas di UGD.
12. Pasien false emergency harus tetap dilayani untuk menjaga kepuasan pasien dan
menjaga citra Puskesmas tidak menolak pasien.
Kriteria Upaya Penanganan Gawat Darurat Umum Upaya Penanganan Gawat Darurat
Obstetri Neonatologi
Deskriptif : Upaya Pelayanan Gawat Darurat selama 24 Upaya Pelayanan Gawat Darurat
jam untuk pertolongan pertama pada pasien selama 24 jam untuk pertolongan
gawat darurat.Penanganan pertama gawat pertama pada pasien gawat darurat
darurat pada dasarnya adalah pelayanan
medikdasar yang ditujukan untuk
membantu pasien mengatasi kegawatan
jalan nafas,pernafasan, peredaran darah dan
kesadaran (Airway – Breath – Circulation
Brain atau disingkat “A – B – C Brain)
Penanggung Unit Gawat Darurat harus dipimpin oleh 13. Dokter jaga yang terlatih di UGD
306
jawab dokter terlatih ACLS dan ATLS sebagai untuk mengatasi kasus
kepala Instalasi/Unit Gawat Darurat yang emergensi baik secara umum
bertanggung jawab atas pelayanan di Unit maupun emergency obstetrik
Gawat Darurat dibantu tenaga medis neonatal Dokter,bidan dan
keperawatan dan tenaga lainnya yang perawat telah mengikuti
telah mendapat pelatihan pelatihan tim PONED,meliputi
Penanggulangan Gawat Darurat ( PPGD) resusitasi
dengan kemampuan melakukan resusitasi neonatus,kegawatdaruratan
jantung paru (ABCD). obstetrikdan neonatus.
Jaga malam hanya perawat dan dokter.
Dokter jaga siap 24 jam on call.
307
kesakitan penderita dalam keadaan observasi penderita dalam
sebelum dirujuk rangka diagnostic dengan hari
c. Resusitasi
keperawatan maksimal 5 hari
Meliputi berbagai upaya medik yang
b. Melakukan pertolongan
dilakukan terhadap penderita gawat
sementara untuk
untuk mencegah terjadinya kematian
mempersiapkan pengiriman
dan cacat yang tetap,termasuk
penderita lebih lanjut ke Rumah
didalamnya resusitasi system
Sakit
pernafasan,peredaran darah dan syaraf. c. Memberi pertolongan persalinan
d. Renjatan/syok hipovolemik.
bagi kehamilan dengan resiko
e. Trauma : trauma capitis ringan,luka
tinggi danpersalinan dengan
bakar,luka gigitan binatang
penyulit.
(berbisa,tidak berbisa)
f. Retensi urin
g. Accident:sengatan
listrik/petir,tenggelam
h. Bencana
Melakukan tindakan operatif terbatas
terhadap penderita gawat darurat
antara lain :kecelakaan lalu
lintas,persalinan dengan penyulit
- penyakit lain yang mendadak dan gawat
3. Merawat sementara penderita gawat
darurat atau untuk observasi penderita
dalam rangka diagnostic dengan rata-
rata hari keperawatan maksimal 5 (lima)
hari
4. Melakukan pertolongan sementara
untuk mempersiapkan pengiriman
penderita lebih lanjut ke Rumah Sakit
Mengambil tindakan darurat
pengobatan dan melakukan rujukan
sesegera mungkin
Output Jumlah kasus gawat darurat
Jumlah kasus rujukan
Kriteria:
308
Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan
atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan
individu/masyarakat yang membutuhkannya
309
Jenis 1. Promotif Preventif Pelayanan Upaya Kesehatan Gigi
Pelayanan DHE, control plak, aplikasi topikal, Sekolah (UKGS)
Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
penumpatan pit fissure.
(UKGM), salah bentuk UKBM (posyandu
3.Kuratif:
Balita, BKB, Poskestren, SBH)
Pencabutan tanpa komplikasi,
bedah mulut minor, penumpatan
gigi, perawatan saluran akar untuk
gigi yang berakar satu , tindakan
orthodontik, terapi periodontal,
pembuangan karang gigi, penyakit
mulut, rujukan
3.Pelayanan darurat dasar :
- mengurangi rasa sakit
- membersihkan karang gigi
- Menambal sementara
- Melakukan ekstraksi gigi.
- Mereposisi fraktur rahang
- Fissure sealant
- Restorasi tumpatan
- Perawatan saluran akar
- Perawatan penyakit/kelainan
jaringan mulut
- Menghilangkan traumatic oklusi
a. Deskriptif :
Laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan specimen klinik
untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk
menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan
Standar Minimal kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas
310
Plus
Jenis Pemeriksaan
URINALISIS
1
Makroskopis:warna,bau, kejernihan + + +
2 PH + + +
3 Berat Jenis + + +
4 Glucosa + + +
5 Protein + + +
6 Urobilinogen + + +
7 Bilirubin + + +
8 Darah Samar + + +
9 Benda Keton + + +
10 Sedimen + + +
TINJA
1 Makroskopis + + +
2 Makroskopis, Telur Cacing + + +
3 Makroskopis, Amoeba + + +
4 Makroskopis, Sisa makanan + + +
Makroskopis, Protozoa Usus dan
5 Jaringan lainnya - - -
6 Darah samar + + +
HEMATOLOGI
1 Kadar hemoglobin + + +
2 Nilai hematocrit + + +
3 Daya tahan osmotik eritrosit - - -
Pemeriksaan sediaan apus dan
4 hitung jenis lekosit + + +
5 Laju endap darah + + +
6 Morfologi sel darah - - -
311
7 Hitung trombosit + + +
KIMIA KLINIK
1 Bilirubin + + +
2 SGOT + + +
3 SGPT + + +
4 Fosdatase (Alkali) - - -
5 Ureum + + +
6 Kreatinin + + +
7 Asam urat + + +
8 Trigliserida + + +
9 Kolesterol Total + + +
10 Glukosa, 2 jpp + + +
KIMIA KLINIK
Protein total
Albumin
Globulin
Fosfatase Asam
IMUNOLOGI
Widal
Tes Kehamilan
HBs Ag
Anti HBs
MIKROBIOLOGI
Mikroskopis
- Malaria
- Filaria
- Jamur
- Coryrnebaacterium sp
- BTA
- Pewarna Gram
Biakan dan indentifikasi kuman
aerob :
- E coli
- Vibrio cholera
- Salmonella spp
- Shigella spp
Tes kepekaan kuman
1 , Erythrosit, dan Gol.darah,Rhesus + + +
312
darah puasa dan 2JPP, Creatinin, darah puasa
BUN, Uric Acid, Cholesterol, dan 2 jam
Trigliceride, SGOT, SGPT, Widal, pp,Cholesterol
Bilirubin. Total Protein, Alkali ,
Trigliserida
Phosphatase.
dan
Asam urat
313
1) Laboratorium Puskesmas mengikuti secara teratur program pengendalian mutu
eksternal yang telah diakui untuk menjamin ketepatan data.
2) Penilaian mutu internal harus mencakup semua aspek pelayanan laboratorium.
Jenis a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
Pelayanan maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
b. Pengkajian resep
c. Pemberian Informasi Obat
d. Konseling
e. Visite
f. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur
314
kefarmasian dan etik profesi.
g. Melaksanakan KIE mengenai obat.
h. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
i. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah, dan evaluasi
pelayanan.
j. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
k. Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi.
l. Pembuatan obat termasuk pengemasan kembali.
m. Penyimpanan perbekalan farmasi.
n. Distribusi dan penyerahan untuk pasien rawat jalan dan inap.
o. Penyelenggaraan pelayanan farmasi yang meliputi penyiapan, pencampuran,
penyampaian obat, pemantauan obat dalam hal dosis, indikasi efek samping,
perhitungan kadar dan harga.
p. Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga kesehatan dan pasien.
q. Pemantauan terapi obat (TDM) dan pengkajian penggunaan obat.
r. Pelayanan bahan/alat steril keperluan pembedahan, kegiatan medis, dan
perawatan tertentu, diruangan, dan di dalam puskesmas.
315
Kegiatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat ,meliputi kegiatan didalam maupun di
luar gedung Puskesmas baik Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan atau Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM)
316
Menciptakan keperawatan).
Tenaga keperawatan harus menghormati
lingkungan terapeutik dalam
hak dan kewajiban pasien serta kode etik
pelayanan kesehatan di gedung
Pencatatan keperawatan.
Tindakan keperawatan sesuai dengan
Pelaporan
Pertemuan standar praktek keperawatan dan etika
berkala staf keperawatan setiap profesi,didokumentasikan sebagai bukti
bulan untuk mendiskusikan hal-hal pelaksanaan tugas tenaga keperawatan.
Pertemuan berkala staf keperawatan
yang berkaitan dengan
setiap bulan untuk mendiskusikan hal-hal
penyediaan pelayanan
yang berkaitan dengan penyediaan
keperawatan.Hasil pertemuan
pelayanan keperawatan.Hasil pertemuan
dicatat dan disimpan dengan baik
Pemeriksaan harus dicatat dan disimpan dengan baik.
Membimbing dan mengawasi petugas
kelengkapan peralatan yang akan
penunjang pelayanan /tenaga non
digunakan, obat-obatan, kartu dan
perawatan
formulir yang diperlukan
317
Identifikasi keluarga rawan kesehatan/keluarga miskin dengan masalah
kesehatan di masyarakat;
Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah;
Pendidikan/penyuluhan kesehatan terhadap keluarga (lingkup keluarga);
Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana;
Pelayanan keperawatan dasar langsung (direct care) maupun tidak langsung
(indirect care);
Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan
berobat pasien dengan pengobatan jangka panjang;
Pemberian nasehat ( konseling) kesehatan/keperawatan di rumah;
Pencatatan dan pelaporan.
c) Asuhan keperawatan kelompok khusus
Merupakan asuhan keperawatan pada kelompok masyarakat rawan kesehatan
yang memerlukan perhatian khusus, baik dalam suatu institusi maupun non
institusi.
Kegiatannya meliputi antara lain:
Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya masalah kesehatan di kelompok;
Pendidikan/penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan;
Pelayanan keperawatan langsung (direct care) pada penghuni yang
memerlukan keperawatan;
Memotivasi pembentukan, membimbing, dan memantau kader-kader
kesehatan sesuai jenis kelompoknya;
Pencatatan dan pelaporan.
d) Asuhan Keperawatan masyarakat di daerah binaan.
Merupakan asuhan keperawatan yang ditujukan pada masyarakat yang rentan
atau mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan.
Kegiatannya meliputi kegiatan kunjungan ke daerah binaan untuk:
Identifikasi masalah kesehatan yang terjadi di suatu daerah dengan masalah
kesehatan spesifik
Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan memotivasi
masyarakat untuk membentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat
Memotivasi pembentukan,mengembangkan dan memantau kader-kader
kesehatan di masyarakat
318
IDC -10 /KIP-10 ( International Statistical Classification of Dieseas and Related Health
Problems ) adalah Klasifikasi penyakit merupakan suatu sistem yang memasukkan berbagai
satuan penyakit (morbid entities) kedalam kategori menurut kriteria tertentu yang
disepakati.
319
7. Hasil Pemeriksaan Sampel Makanan.
8. Keluarga memiliki akses air bersih.
9. Hasil Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih.
10. Hasil Pemeriksaan Higiene Sanitasi Sarana dan
Sampel Air.
11. Kegiatan Higiene Sanitasi Pemukiman.
12. Kelurahan dengan Kepemilikan/akses jamban.
13. Pemantauan Hasil Penerapan Kartu Skor Poedji
Rohjati
14. Data 10 penyakit berbasis lingkungan.
15. MONITORING PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DAN
PADAT PUSKESMAS KABUPATEN/ KOTA
3 Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak serta KB
a. Upaya Pelayanan Kesehatan 1) Kartu Ibu
Ibu 2) Formulir Partograf
3) Buku KIA
4) Register Kohort ibu
5) PWS-KIA (Ibu)
6) LB3KIA(Lap. Bulanan KIA)
7) Laporan Sarana Prasarana B1,B2,B3
8) Laporan kematian Ibu
9) Laporan Pelaksanaan P4K
10) Laporan bulanan KIA ( LTB3)
11) Form Pelacakan Kematian Neonatal ( umur <1
bulan)
12) Rekapitulasi pelaksanaan kematian neonatal.
13) Laporan Provinsi tentang pelayanan korban
tindak kekerasan.
14) Laporan Sarana Prasarana ( B1,B2,B3)
b. Upaya Pelayanan Kesehatan 1) Kartu anak
Anak 2) Formulir MTBM dan MTBS
3) Buku KIA
4) Register kohort bayi
5) Register kohort Anak Balita
6) Register kohort Anak Prasekolah
7) Register penyimpangan tumbuh kembang
8) Laporan Kematian bayi dan balita.
320
9) Laporan rekapitulasi kematian Bayi
10) PWS-KIA ( Anak )
11) Laporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Kelurahan Kab/Kota
12) LB3KIA
13) Laporan Provinsi tentang pelayanan korban
tindak kekerasan terhadap
perempuan,anak,rumah tangga (KDRT) dan
trafiking di Puskesmas.
14) Laporan kegiatan Kesehatan Remaja.
15) Program Kesehatan Anak Usia Sekolah.
c. Upaya Pelayanan Keluarga 1) Kartu status KB ( K1 & K4)
Berencana 2) Register kohort KB
3) LB3 KUSUB dan KR (lap. Bulanan kes. Reproduksi)
4) PWS KB (KesehatanUsia Subur)
5) Suplemen laporan bulanan Klinik KB.
4 Upaya Perbaikan Gizi 1) Balita gizi buruk yang mendapat perawatan
Masyarakat 2) Balita gizi buruk yang dapat intervensi
3) Laporan Hasil Kegiatan Operasional timbang.
4) Form Rekapitulasi Hasil Operasi Timbang.
5) Perkembangan BB balita setelah mendapat
intervensi
6) Lap. Khusus Kejadian Rawan Pangan
7) Lap. Perkemb. Status Gizi buruk balita stlh
intervensi.
8) Lap. Perkemb. Status Gizi buruk balita stlh
intervensi
9) LB Otopsi Z-score (lap.kasus gizi berdasarkan Z-
score)
10) Laporan Kasus Balita Kurang Gizi ( sangat kurus,
kurus marasmus dan kwarshiorkor)
11) Laporan Pertumbuhan SKDN tingkat Posyandu
12) Laporan pemberian vitamin A dosis tinggi tingkat
Puskesmas.
13) F1 penimbangan
14) LB 3 Gizi Puskesmas dan Kab / Kota
15) Peta Kadarzi
16) Laporan KLB gizi buruk
321
17) Laporan Balita gizi buruk yang mendapat
perawatan dan yang sudah di intervensi
18) Laporan perkembangan staus gizi Balita setelah
mendapat intervensi
19) PWS Gizi
20) Data sasaran MP-ASI
21) Laporan ASI Eksklusif
22) Laporan pemantauan garam yodium tingkat RT /
sekolah SD
23) Laporan pemberian Kapsul minyak yodium tingkat
puskesmas
24) Laporan bulanan SKPG ;
a. Laporan bulanan SKPG Kecamatan
b. Laporan khusus kejadian rawan pangan
c. Pengamatan pola konsumsi pangan
d. Pemantauan pertumbuhan Balita (SKDN)
5 Upaya Pelayanan Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular
a.Surveillance 1) Sistem Surveilans Terpadu (Lap. SST)
2) Laporan kader (Form SBM/Surveilence Berbasis
Masy)
3) Laporan Mingguan Wabah (W2PU)
4) Form Surveillance Terpadu Penyakit ( Laporan
Bulanan)
5) Lembar Surveilans epidemiologi campak.
6) Laporan KLB Campak (form C1 rutin)
7) Laporan Minggguan Penyakit Potensi
Wabah/PWS KLB.
8) Laporan KLB (W1) bila ada KLB
LB Penderita
AFP, TN, Campak di Pusk (LAFTNC-1)
Laporan
Penderita AFP /Tetanus Neonatorum/Campak
menurut kelompok umur per desa/kel
Laporan
bulanan kegiatan Puskesmas
b.Imunisasi 1) Laporan Imunisasi
322
2) Laporan Hasil Pencapaian UCI
3) Form Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.
4) Laporan Cakupan Imunisasi BIAS Puskesmas.
5) Laporan Penerimaan & pengiriman Vaksin HB
Uniject
6) Laporan Imunisasi HB uniject
7) Laporan Uniject rusak
8) Hasil kegiatan skrining dan imunisasi TTWUS per
desa/kelurahan
d. Kusta 1. Laporan Bulanan P2 Kusta (3 lb)
2. Laporan suspek baru kusta ditemukan
e.P2 ISPA 1) Laporan Bulanan PenemuanPnemonia / Ispa
Puskesmas ( LB3)
2) Penemuan kasus ISPA/ILI ( Influenza Like Illness)
Puskesmas.
3) Laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas
program P2 ISPA.
4) Laporan kasus Pneumonia Balita ditemukan dan di
obati/ dirujuk
f. P2 DBD 1) Laporan bulanan kegiatan P2 DBD
2) Laporan kasus / tersangka DBD yang
ditemukan/dirujuk
3) Penemuan Tersangka DBD ( LB3 –P2P)
4) Laporan bulanan kegiatan P2M( Penanggulangan
Fokus DBD)
5) Hasil Pemeriksaan Jentik
6) Laporan bulanan PSN oleh masyarakat
7) Laporan bulanan kegiatan Abatisasi
Selektif/PJB/Fogging missal sebelum musim
penularan.
8) Laporan bulanan PSN oleh Masy.
g.P2 Malaria 1. Laporan bulanan kegiatan P2 Malaria
2. Form pengiriman SD ut.pemerik.ulang di
lab.Mal.Jatim
3. Daftar penyebaran penderita malaria
4. LB penemuan dan pengobatan penderita malaria
5. Form pengiriman SD ut.pemerik.ulang di
lab.Mal.Jatim
6. Laporan bulanan Laboratorium lapangan
h.P2 Diare 1) Laporan bulanan kegiatan P2 Diare (LB3 P2P)
2) Laporan kasus diare ditemukan dan di obati/
323
dirujuk
i.Rabies 1. Laporan bulanan kegiatan P2 Rabies ( Kasus gigitan
hewan tersangka rabies).
j.HIV/AIDS/IMS 1. Surveilans penderita AIDS (form AIDS 1)
2. Laporan bulanan penderita yang berkunjung ke
klinik Infeksi Menular Seksual (IMS)
3. Laporan bulanan penderita IMS yang diobati
berdasarkan diagnosis program pengobatan Infeksi
Menular Seksual.
k.Penyakit Tidak Menular 1) Jumlah kasus dan kematian penyakit tidak menular
menurut jenis kelamin dan umur.
6 Upaya Pengobatan Dasar 1) Laporan Kasus Penyakit (LB1)
2) LB4
3) Register Rawat Jalan
4) Pola penyakit ( 10 terbanyak)
5) Lap. Bulanan kegiatan Puskesmas
6) Lap. LB 1 (lap. Bulanan data kesakitan)
7) LB-2 M (lap. Bulanan data kematian)
8) Laporan bulanan Rujukan Puskesmas ke Rumah
Sakit.
Upaya Pelayanan Gawat Darurat Laporan kecelakaan
7 Upaya Pengobatan Gigi dan Laporan hasil kegiatan kesehatan Gilut
Mulut
8 Upaya Keperawatan Kesehatan
1) Formulir Dokumentasi Keperawatan individu
Masyarakat
( Form 1Perkesmas)
2) Family Folder (Form 2 Perkesmas)
3) Register Kohort Pembinaan Keluarga Rawan
(Form 3 Perkesmas)
4) Rekapitulasi Pembinaan Keluarga Rawan (R-1
Perkesmas)
8 Upaya Laboratorium
1) Register pencatatan pasien
324
7) Blanko Hasil BTA
B UpayaPengembangan Puskesmas
1 Upaya Kesehatan Mata 1. Laporan kegiatan kesehatan Mata
2 Upaya Kesehatan Kerja 2. Laporan hasil kegiatan kesehatan Kerja
3 Upaya Kesehatan Jiwa 3. Laporan hasil kegiatan kesehatan Jiwa
4. Laporan Kegiatan Psikologi
4 Upaya Kesehatan Usila 1. Laporan bulanan prog.Kes.Anak,Remaja dan Usila
5 Upaya Kesehatan Paliatif 1) Form. Rekapitulasi Pasien Nyeri Paliatif Kanker.
325
2) Form. Rekapitulasi Obat Nyeri Paliatif Kanker
C Tata Usaha
1 Bagian TU 1. Laporan Retribusi Puskesmas
2. Lap. Realisasi Penerim & Persed. Benda berharga
3. Laporan pelayanan di Puskesmas
4. Laporan Absensi PNS Tk. Puskesmas
5. Laporan kepesertaan, pelayanan kesehatan dan
pendanaan peserta Jamkesmas di Puskesmas
6. Laporan Jumlah Asal dan Jenis penanganan
keluhan peserta Jamkesmas di Puskesmas
7. Laporan Keuangan Program Jamkesmas.
8. Laporan data kunjungan Puskesmas
9. Laporan Realisasi Penerimaan dan Persediaan
Kwitansi biaya Pelayanan puskesmas.
10. Laporan Askes
11. Lap.Pelak.Keg.Program PKPS-BBM bidang
kesehatan
12. Laporan Kematian Puskesmas.
Laporan Tahunan
Laporan tahunan adalah laporan yang dibuat oleh Kepala Puskesmas tiap tahun meliputi
a. Data dasar Puskesmas yang meliputi :
Data umum
Data wilayah
Data geografi
Data kependudukan :data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,jumlah usia
kerja berdasarkan jenis kelamin,jenis pekerjaan,jumlah angkatan kerja.
Data Sumber daya,meliputi derajat kesehatan,ketenagaan,sarana kesehatan
b.Upaya Pelayanan menonjol yang telah dilakukan.
c.Penilaian Kinerja Puskesmas
d.Penilaian Indek Kepuasan Masyarakat
e.Penilaian Standar Puskesmas
326
3. Koordinator Puskesmas mengumpulkan Laporan Bulanan dan harus sudah diserahkan
ke Puskesmas selambat-lambatnya tanggal 1 bulan berikutnya. ( penutupan pencatatan
dan pelaporan Kesehatan Ibu dan Anak dilakukan setiap tanggal 25 bulan berjalan )
4. Laporan Bulanan Kinerja Puskesmas dianalisa dengan Evaluasi kinerja Tribulan Kumulatif
Triwulan I/II/III/IV Puskesmas (lampiran 19) dan dilaporkan ke Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan/rekapitulasi laporan dari
semua Balai Pengobatan/Poliklinik, Puskesmas serta menyusun laporan dan
menginformasikannya ke Dinas Kesehatan Provinsi .
6. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pengolahan/rekapitulasi hasil laporan semua
Kabupaten/Kota dan menyampaikan laporan berkala tentang hasil analisa kegiatan
pelayanan kesehatan di Puskesmas.
7. Untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ( telaah UKBM ) karena penilaiannya 1 (satu)
tahun sekali maka digunakan laporan tahunan ( Formulir laporan tahunan Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ) sebagaimana terlampir.
8. Umpan balik:
Umpan balik laporan disampaikan oleh Provinsi ke Kabupaten/Kota dan
Kabupaten/Kota terhadap Puskesmas setiap tahunnya.
Umpan balik laporan dapat disajikan dalam bentuk sajian data dan info yang
berbentuk tabel,diagram batang, chart,diagram garis dsb.
Selain untuk umpan balik, hasil pengolahan data tersebut dapat dimanfaatkan untuk
bimbingan teknis dan tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan
kinerja program.
327
2.5. STANDAR MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi Puskesmas adalah proses pemantauan dan penilaian kemajuan
keberhasilan Puskesmas. Proses monitoring dan evaluasi ini ditujukan untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di Puskesmas serta untuk menilai perkembangan dan kemajuan yang telah
dicapai Puskesmas menuju visi dan tujuan yang ingin dicapai.
2.5.1. Jenis Monev
Evaluasi kinerja Tribulan Kumulatif Triwulan I/II/III/IV Puskesmas
328
Mutu pelayanan medik di Puskesmas merupakan hasil akhir dari interaksi antara
struktur, /input,proses dan output serta ketergantungan yang kompleks antara berbagai
komponen atau aspek sarana kesehatan sebagai suatu sistem.
Puskesmas mempunyai program peningkatan mutu internal dan eksternal,untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang diberikan.
Program Peningkatan Mutu dilakukan dengan memantau Indek Kepuasan
Pelanggan,dengan cara wawancara/kuesioner dengan staf dan pelanggan.Program evaluasi
secara tertulis terhadap kepuasan pasien.
Pengendalian dan Upaya Peningkatan Mutu Puskesmas dapat dilakukan dengan:
A. Pengawasan:
1. Pengawasan internal dilakukan oleh Puskesmas maupun Dinas Kesehatan ,melalui
penilaian Standar Puskesmas.
2. Pengawasan eksternal dilakukan melalui :
a) Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan masyarakat
b) Pengawasan dilakukan oleh institusi kesehatan yang terkait dengan pelayanan
medik dasar.
B. Pembinaan
Pembinaan adalah suatu proses pemantauan dan atau penilaian penampilan kerja
Puskesmas terhadap progam yang dilaksanakan SDM serta memberikan bantuan berupa
pengarahan dan bimbingan menuju perbaikan guna pencapaian tujuan seperti yang
diharapkan.
Dalam rangka terselenggaranya Puskesmas Rawat Jalan, Puskesmas Rawat Inap dan
Puskesmas Rawat Inap Plus yang bermutu, profesional serta memberi perlindungan
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku maka
perlu dilakukan pembinaan,baik terhadap Kepala Puskesmas maupun terhadap para
dokter-dokter gigi dan tenaga pelaksana lainnya yang memberikan kegiatan pelayanan.
329
a. Pembinaan tingkat Puskesmas ;
Memantau penyelenggaraan upaya pelayanan medik dasar di Puskesmas;
Memberikan informasi program dan kebijakan Pemerintah.
b. Pembinaan tingkat Kabupaten / Kota oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .
Melakukan pembinaan dengan memperhatikan ketepatan waktu pelapor,
ketaatan, kebenaran(akurat)data dan informasi serta pengolahan dan pemanfaatan
data oleh Puskesmas.
Mengorganisir pertemuan secara periodik sesuai jadwal yang telah disepakati
untuk mendiskusikan permasalahan dan mencari alternatif penyelesaian masalah
dalam rangka peningkatan kinerja.
Memberikan umpan balik hasil pembinaan pelaksanaan pelayanan kesehatan di
Puskesmas
Supervisi berkala ke Puskesmas dalam rangka pembinaan.
Memfasilitasi peningkatan mutu SDM (pelatihan, pertemuan, seminar, workshop);
Sosialisasi,advokasidan pembinaan administrasi;
Membuat laporan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
c. Pembinaan tingkat Provinsi oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Melakukan pembinaan dengan memfasilitasi penyajian data dan menganalisa
data.
Mengorganisir pertemuan secara periodik, sesuai jadwal yang telah disepakati
guna mendiskusikan berbagai masalah dan mencari alternatif penyelesaian dalam
rangka peningkatan kinerja Puskesmas.
Memfasilitasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pembuatan Juknis dan
Juklak
Supervisi berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam rangka pengawasan
dan fasilitasi
d. Pembinaan tingkat Pemerintah Pusat oleh Departemen Kesehatan, Konsil Kedokteran
Indonesia.
e. Pembinaan oleh Organisasi profesi terkait sesuai tugas dan kewenangan masing-
masing.
330
3. Supervisi.
331
BAB III
STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP
Puskesmas Rawat Inap merupakan Puskesmas ang mempunyai fasilitas dan kemampuan
melakukan rawat inap. Maka standar yang berlaku pada Puskesmas juga berlaku pada Puskesmas
Rawat Inap , dengan penambahan:
3.1.1 Struktur Organisasi
Pada Upaya Pelayanan Kesehatan Wajib ditambahkan Unit Gawat Darurat 24 jam dan Upaya
Rawat Inap
3.1.2 Standar Sumber Daya Puskesmas
1. Ruang Rawat Gabung Ibu dan Anak
2. Ruang Persalinan.
332
3. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah tempat tidur (TT). Bangunan minimal adalah
50 m2 per tempat tidur.
4. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang
isolasi sebagai berikut
Ruang perawatan minimal Ruang isolasi minimal
Ruang Rawat Inap Puskesmas mempunyai minimal 6 Tempat Tidur (TT),dengan perincian
ruang :
1. Ruang rawat gabung ibu dan bayi : 2 TT
2. Ruang rawat inap anak : 1 TT
3. Ruang rawat inap wanita : 1 TT
4. Ruang rawat inap laki-laki : 1 TT
5. Ruang Rawat Inap Penyakit Menular : 1 TT
333
b Anak Rawat inap anak, 4,5 m2/TT (2 TT) 9
c Laki laki dewasa Rawat inap laki laki dewasa ,4,5 m2/TT ( 2 TT) 9
B Penunjang Medik
Jumlah 382
Puskesmas Rawat
No Jenis Pelayanan Kompetensi minimal
Inap
1 Dokter Umum mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin 1. bila tempat tidur
Praktek <10.
Kompetensi
4. ATLS
(Advance Traumatic Life Support)
5. ACLS(Advance Cardiac Life Support)
6. GELS
(General Emergency Life Support)
334
3 Bidan PNS yang diangkat oleh Bupati/ Walikota atau 5, kepulauan
bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) Pusat yang 6,terpencil 2
diangkat oleh Menteri Kesehatan atau Bidan
PTT daerah yang diangkat Bupati /Walikota.
Minimal DIII Kebidanan.
Mempunyai Surat Tanda Registrasi , Surat Ijin
Bidan dan Surat Ijin Kerja Bidan.
Mmpu melaksanakan pelayanan kebidanan
sesuai kompetensi dan kewenangannya.
Kompetensi:
1. Asuhan Persalinan Normal (APN) termasuk
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang ( SDIDTK)
3. Manajemen Terpadu Balita Sakit/Muda
(MTBS/M)
4.Pelayanan Keluarga Berencana
5.Pelatihan CTU
6.Konseling
7.Resusitasi
8.Imunisasi
9.Khusus untuk Pusk Rawat Inap ditambah :
Penanganan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
4 Perawat PNS, Koordinator S1 Ners , Staf minimal DIII 1. daerah strategis
keperawatan. 2. daerah
Mempunyai Surat Ijin Perawat) / Surat Tanda kepulauan
Registrasi. 3. terpencil
Kompetensi:
10. Pelatihan hidup dasar (BHD).
11. Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD)/ Basic Life Support(BLS)
12. Immunisasi
13. Konseling
14. Pendidikan Kesehatan
15. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
16. Imunisasi
17. SDIDTK
11 Kamar obat - mempunyai Surat Tanda Registrasi
Apoteker
Apoteker 1
Kompetensi:
335
1. Kemampuan melakukan
pelayanan Kefarmasian
2. Pelayanan Informasi Obat ( PIO)
3. Konseling
4. Pengkajian resep
5. Visite
12 Laboratorium DIII Analis kesehatan 1/2?
13 Pekarya/Tenaga SMK Kes 1 / 2?,terpencil dan
Pendukung/Juru strategis 6,
kepulauan 7
3 Rawat Inap
Koord. Perawat S1 keperawatan yang sudah berpengalaman lebih 1
dari 10 tahun di bidangnya
D3 Akper berpengalamam lebih dari 5 tahun 8
Staf Perawat
4
Rawat Inap
Persalinan
Kord. Bidan D3 Akbid yang sudah berpengalaman lebih dari 10 1
tahun di bidangnya
D3 Akbid berpengalamam lebih dari 5 tahun 4
Staf Bidan
D3Akbid berpengalamam lebih dari 5 tahun 4
Staf Bidan
12 Pencegahan D3Kesehatan 1
Pemberantasan
Penyakit
3.2.1.Bangunan
Ruang Rawat Inap
1.2.2 SDM
1.2.3 Jumlah dokter
336
BAB IV
STANDAR PUSKESMAS RAWAT INAP PLUS/PUSKESMAS PONED
Puskesmas Rawat Inap PLUS/PONED merupakan Puskesmas Rawat Inap yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan penanganan ................. Maka standar yang berlaku pada Puskesmas Rawat
Inap juga berlaku pada Puskesmas Rawat Inap PLUS/PONED, dengan penambahan:
4.1 Standar Manajemen dan Administrasi Puskesmas
3.1.5. Indikator Kinerja
BOR minimal 30 %
3,1,6, Jenis Pelayanan
Puskesmas Rawat Inap Plus memberikan pelayanan dalam gedung seperti diatas ditambah
dengan
a. Pelayanan Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
b. Pelayanan Spesialis Anak
c. Pelayanan Gawat Darurat Obstetri Neonatologi
337
A Utama Fungsi Luas minimal
(dalam m2)
Jenis
No Kompetensi minimal
Pelayanan Puskesmas Rawat Inap
A Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas
1 Kepala Dokter/ sarjana kesehatan lain yang 1
Puskesmas terdidik dalam kesehatan
masyarakat/public health
2 Kepala Tata S1 Kesehatan, D3 Kesehatan?? 1
Usaha
B Penyelenggaraan Upaya Wajib Puskesmas
1 Dokter mempunyai Surat Tanda Registrasi dan 2,bila tempat tidur <10.
Umum Surat Ijin Praktek
Kompetensi
7.ATLS
(Advance Traumatic Life Support)
8.ACLS(Advance Cardiac Life Support)
9.GELS
(General Emergency Life Support)
338
2 Bidan PNS yang diangkat oleh Bupati/ 5, kepulauan 6,terpencil 2
Walikota atau bidan Pegawai Tidak
Tetap (PTT) Pusat yang diangkat oleh
Menteri Kesehatan atau Bidan PTT
daerah yang diangkat Bupati
/Walikota.
Minimal DIII Kebidanan.
Mempunyai Surat Tanda Registrasi ,
Surat Ijin Bidan dan Surat Ijin Kerja
Bidan.
Mmpu melaksanakan pelayanan
kebidanan sesuai kompetensi dan
kewenangannya.
Kompetensi:
1. Asuhan Persalinan Normal (APN)
termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK)
3. Manajemen Terpadu Balita
Sakit/Muda (MTBS/M)
4. Pelayanan Keluarga Berencana
5. Pelatihan CTU
6. Konseling
7. Resusitasi
8. Imunisasi
9. Khusus untuk Pusk Rawat Inap
ditambah :
Penanganan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah
3 Perawat PNS, Koordinator S1 Ners , Staf 10, daerah strategis 11,daerah
minimal DIII keperawatan. kepulauan 10,terpencil 6
Mempunyai Surat Ijin Perawat) / Surat
Tanda Registrasi.
339
Kompetensi:
1. Pelatihan hidup dasar (BHD).
2. Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD)/ Basic Life Support(BLS)
3. Immunisasi
4. Konseling
5. Pendidikan Kesehatan
6. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
7. Imunisasi
8. SDIDTK
4 Kamar obat Tenaga Tehnis Kefarmasian 1
Asisten Apoteker 2
5 Laboratorium DIII Analis kesehatan 1/2?
6 Pekarya/Tena SMK Kes 1 / 2?,terpencil dan strategis 6,
ga kepulauan 7
Pendukung/J
uru
7 Rawat Inap
Koord. S1 keperawatan yang sudah 1
Perawat berpengalaman lebih dari 10 tahun di
bidangnya
D3 Akper berpengalamam lebih dari 5 8
Staf Perawat tahun
8
Rawat Inap
Persalinan
Kord. Bidan D3 Akbid yang sudah berpengalaman lebih 1
dari 10 tahun di bidangnya
D3 Akbid berpengalamam lebih dari 5 4
Staf Bidan tahun
D3Akbid berpengalamam lebih dari 5 4
Staf Bidan tahun
Pustu
9 Perawat
10 Bidan desa
Deskriptif : Upaya Pelayanan Gawat Darurat selama 24 jam untuk pertolongan pertama pada
340
pasien gawat darurat
Penanggung 1. dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara
jawab umum maupun emergency obstetrik neonatal Dokter,bidan dan perawat telah
mengikuti pelatihan tim PONED, meliputi resusitasi neonatus, kegawat
daruratan obstetrikdan neonates, APNeonatal
2. Modul Ketrampilan Klinik,.Safe. Motherhood
3. Making Pregnancy Safer,CBT,JNPK
Alat Tempat resusitasi (meja dengan lampu dop 60 watt)
Alat resusitasi
kesehatan
Slym Zuicker
Incubator
Couve
Meja dan kursi untuk petugas.
Ruang Ruang tindakan , ruang perawatan, dapur, ruang linen, ruang bayi
Obat
Tenaga
Pelayanan Jenis pelayanan yang diberikan dikaitkan dengan sebab kematian ibu yang utama
yaitu perdarahan, eklampsi, infeksi, partus lama, abortus dan sebab kematian
neonatal yang utama yaitu asfiksia, tetanus neonatorum dan hipotermi
Batasan Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat antara
tindakan lain :
- kecelakaan lalu lintas
medis - persalinan dengan penyulit
- penyakit lain yang mendadak dan gawat
a. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita
dalam rangka diagnostic dengan hari keperawatan maksimal 5 hari
b. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman
penderita lebih lanjut ke Rumah Sakit
c. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan dengan resiko tinggi
danpersalinan dengan penyulit.
3.2.1.Bangunan
Ruang Rawat Inap
1.2.4 SDM
1.2.5 Jumlah dokter
341
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
342
Depkes RI, (1999). Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas.Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik.Jakarta
Depkes RI, Pusat Promkes (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/MENKES/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
343
Depkes RI, (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/I/2010 tentang
Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;
Depkes RI, (2003). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas.Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.Jakarta.
Depkes RI, (2007). Pedoman Tata Ruang Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat.
Jakarta
Depkes RI, (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat Bina Kesehatan
Masyarakat. Jakarta
Depkes RI, (2007). Standar Pelayanan Minimal Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Dirjen PP dan PL Jakarta
Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik Dasar pada Anak di Sarana Kesehatan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar.Jakarta.
Depkes RI, (2008). Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan. Direktorat
Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Jakarta.
Depkes RI, (2008). Daftar Obat Esensial Nasional.Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.Jakarta.
Depkes RI, (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 Tahun 2008
Dinkes Prov. Jatim, (2010). Pedoman Pengukuran Tingkat Perkembangan UKBM. Surabaya
Hanafiah, Jusuf, Amir, Amri, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC: Jakarta.
Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kabupaten
/Kota di Jawa Timur tentang Kerjasama Pembangunan Daerah. Surabaya.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 tahun 2010 tentang Pondok Kesehatan Desa
(Puskesmas Rawat Inap). Surabaya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur tahun 2010-
2014. Surabaya
Undang-Undang Republik Indonesia nomor:25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta.
344
Depkes RI, Pedoman Upaya dan Peningkatan Mutu Pelayanan Medik Dasar. Direktorat Bina
Pelayanan Medik Dasar.Jakarta.
Lampiran 1
Pulang
→Promosi
→ Admin
→Poli Umum
→Poli Gigi dan
Mulut
→Poli KIA-KB
→Poli Gizi
Ruang →Pera
Da Tunggu watan
ftar Inap
→Laboratorium
Pen →Kamar Obat
deri
→ Unit
ta
Gawat
Pulang Darurat
Lampiran 2
1. Promosi Kesehatan
a Cakupan Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang sehat di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dibagi jumlah seluruh rumah tangga yang disurvei di satu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama dikali 100 %.
Jumlah sasaran ( rumah tangga ) yang disurvei minimal 10 % dari jumlah KK sewilayah kerja
Puskesmas ( 10 % KK tiap Desa/Kel) selama periode Januari s/d Desember tahun sebelumnya.
Sasaran yang disurvei adalah KK yang berbalita sejumlah hasil perkalian dimaksud yang dipilih
secara random
Pengkajian dilakukan oleh kader/masyarakat yang difasilitasi oleh petugas puskesmas di wilayah
kerjanya selama periode Januari sampai Desember tahun sebelumnya.
Rumah Tangga Sehat adalah jumlah rumah tangga yang memenuhi 10 indikator PHBS
Untuk menentukan skor rumah tangga sehat bisa dilihat pada lampiran formulir Kuesioner
Kajian rumah tangga sehat .
346
Dari hasil skor rumah tangga sehat per KK yang disurvei direkap menjadi satu desa sampai satu
kecamatan ( formulir rekapan satu desa/kelurahan s/d Kecamatan terlampir ) sehingga jumlah
rumah tangga yang memenuhi 10 indikator PHBS dapat dihitung.
b. Posyandu Purnama Mandiri ( PURI ) adalah jumlah Posyandu balita dengan strata Purnama dan
Mandiri di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Posyandu Purnama adalah Posyandu balita dengan nilai tingkat perkembangannya 75 - 94 pada
skor Telaah Kemandirian UKBM ( Posyandu Balita ) di wilayah kerja desa / kelurahan selama
periode Januari s/d Desember sebagaimana format terlampir.
Posyandu Purnama adalah Posyandu balita dengan nilai tingkat perkembangannya 95 – 100
pada skor Telaah Kemandirian UKBM ( Posyandu Balita ) di wilayah kerja desa / kelurahan selama
periode Januari s/d Desember sebagaimana format terlampir.
347
20 %
Jumlah puskesmas yang melakukan pelayanan kefarmasian di dalam suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100 %
jumlah puskesmas dalam wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama.
Pembilang :
jumlah puskesmas yang melakukan pelayanan kefarmasian di dalam suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Ukuran/konstnta: persentase(%)
Contoh perhitungan :
jumlah 20 puskesmas di wilayha kab kota
jumlah puskesmas yang mampu melakukan pelayanan kefarmasian 5 lima puskesmas yg mampu melakukan pelaayanan kefarmasian
persentase pelayanan kefarmasian puskesmas di wilayah kabupaten kota = 5/20 x 100 % = 40 %.
LANGKAH KEGIATAN :
SDM :
• Apoteker
• Tenaga teknis kefarmasian terdiri asisten apoteker, D3 farmasi dan sarjana farmasi (s1)
SUMBER DATA:
• Rekam medik puskesmas perwatan
• Jumlah resep
• Daftar kunjungan pasien
• Dokumentasi pelayanan lainnya
349
UPTDPuskesmas Waepana
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
Sumber
Unit terkait.
350
Ketua : Anastasia Nenu, SST
Sekretaris : Bernadinus P. Mbeu, SKM
Anggota : 1. Sovia Anjelina Wao, A.Md. Keb
2. Maria F. Pau
3. Ester Selviana Ndoen
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas Waepana
351
UPTDPuskesmas Waepana
AUDIT INTERNAL
=MARGARETA U.KROMEN,Amd.Keb=
NIP : 196906281989032005
1.Pengertian Suatu kegiatan audit yang sistematis atau mandiri dan terdokumentasi
untuk mendapatkan bukti audit dan mengevaluasi dengan efektif.
2.Tujuan 1.Untuk menentukan tingkat pemenuhan kriteria audit puskesmas yang
disepakati .
2.Untuk memastikan keefektifan penerapan sistem manajemen mutu dan
mengidentifikasi serta memperbaiki ketidaksesuaian yang timbul dalam
penerapan sistem manajemen mutu.
3.Kebijakan
352
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SURISINA
NOMOR : Ksr 032.1/11/SRN/ / 02 /2018
TENTANG
PENETAPAN KEPALA
III. Menimbang :
Bahwa dalam rangka memberikan kepastian penyelenggaraan pelayanan publik di
Puskesmas Waepana dan untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Puskesmas sesuai
dengan ketentuan yg telah ditetapkan, maka di pandang perlu untuk DI TETAPKAN
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM,yang di tetapkan dengan Surat Keputusan Kepala
UPTD Puskesmas Surisina.
IV. Mengingat :
g. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
h. Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
i. Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
j. Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
k. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
l. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No
Per/20/M.PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan Standard Pelayanan Publik;
h. Peraturan Bupati Ngada No 12 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksanaan Teknis Dinas pada Dinas Pendidikan, Kebudayaan ,Pemuda dan Olah
raga dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada
MEMUTUSKAN :
353
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal mei 2015
Kepala UPTD Puskesmas Surisina
354
I.Menimbang :
a. Bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan DAK Non Fisik yang
diselenggarakan oleh Puskesmas Surisina
b. penggolongan dan Pemanfaatan Dana DAK Non Fisik berdasarkan Juknis yang berlaku
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk menetapkan
Tim 5 ( Lima ) atau Tim Pembagian Jasa untuk Dana DAK Non Fisik Puskesmas Surisina
yang di tetapkan Melalui Surat Keputusan Kepala Puskesmas Surisina.
II.Mengingat :
• Undang – Undang Nomor I Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
• Undang-undang No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
• Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana DAK Non Fisik Tahun Anggaran 2018 ;
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di Surisina
Pada tanggal 30 Nopember 2017
Kepala Puskesmas Surisina
355
1. SELVIANA GEME
2. FLORA MARIA KASI
3. CARMELIA ODYLIA LAMAHALA
Mengetahui
Kepala Puskesmas Surisina,
356
6. Apabila ditemukan hal – hal yang tidak sesuai dengan pembagian jasa transportasi
tersebut maka yang bersangkutan berhadapan , langsung dengan kepala
Puskesmas dan Tim 5.
7. Kesepakatan ini dibuat tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sadar dan Tanpa Tekanan dari manapun.
Kami yang menyepakati :
357
52 Yanuarius Vinsensius Jawa
53 Emiliane Florentine Wuli,S.Kep,Ns
54 Yoviniana Menge Bai
55 Maria Selviana Odje,S.Kep,Ns
56 Wihelmina Kedhi Wea,S.Kep,Ns
57 Murtiati Lusianti Loyola,S.Kep,Ns
58 Lidya Kae Dhongu,S.Kep.Ns
59 Johanes Bertholomeus Dhongu
60 Yohanes Mario Vianey Djawa
61 Merciana Saga Wea
62 Theresia Dera Asan,A.Md.Kep
63 Yohana Sabina Naru
64 Yanuaria Yulita Mao
65 Maria Yasintha Luna
66 Restiana Uma
67 Kalista Kade Dhae
68 Bernadetha Bedha
69 Emanuel Hendrikus Lami
70 Marselina Dhone Beu
71 Fransiska Novita Dhey
72 Wendelina Un
73 Maria Winfrida Dhengi
74 Maria Katharina Bhiju
75 Selviana B. Bengan
76 Kresensiana Nona Sinan
77 Maria Benedicta Kae
78 Maria Magdalena Wea
79 Theresia E. Woli
80 Maria Eufrasia Menge
81 Maria Ermelinda Gembur
82 Modesta Wilhelmina Anu Bei
83 Maria Euphrasia P. Masa Sape
84 Elisabeth N. Mengi
85 Notburga Y. Moi
Mengetahui
Kepala Puskesmas Surisina,
358