Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca Bagi Siswa


SMA dalam Menyongsong Abad 21

Disusun oleh : 1. Fani Nurul Arifin


2. Adli Muhammad F
3. M. Despriharyadi

Kelas XI IPS 1

SMA NEGERI 3 KUNINGAN


TAHUN AJARAN 2017/2020
Jalan Siliwangi No. 13 Kec. Kuningan,
Kab. Kuningan, Kuningan, Jawa Barat 45511
LATAR BELAKANG

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu


yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol-simbol yang menyusun
sebuah bahasa.

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu
pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.

Membaca buku adalah menelusuri dan memahami isi bacaan yang ada
didalam buku. Membaca buku itu sangat penting, karena buku itu adalah jendela
dunia dan gudangnya ilmu. Manfaat dari membaca itu sangat banyak, diantaranya
dapat menambah wawasan, memperkaya khasanah kosa kata, memperluas ilmu
pengetahuan, membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara
berpikir serta dapat menyalurkan hobi membaca.

Akan tetapi, pada zaman sekarang ini sangat sedikit siswa-siswi yang
berminat atau suka membaca buku. Sehingga berdampak pada berkurangnya
pengetahuan siswa-siswi akan suatu hal. Kenyataan itu harus dirubah dengan cara
membuat buku itu lebih menarik untuk dibaca, agar dapat menumbuh
kembangkan minat baca buku khususnya bagi siswa-siswi SMAN 3 Kuningan.
Salah satu caranya adalah dengan membuat perpustakaan menjadi tempat yang
nyaman serta dengan menambahkan buku-buku yang menarik agar siswa-siswi
tidak merasa bosan dengan buku-buku yang ada diperpustakaan.
PEMBAHASAN

MEMBACA ADALAH JANTUNGNYA PENDIDIKAN

Semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Demikian kata


Glenn Doman dalam bukunya “How to Teach Your Baby to Read” (1991 : 19).
Dengan kemampuan membaca yang membudaya dalam diri setiap anak, maka
tingkat keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan di masyarakat akan
membuka peluang kesuksesan hidup yang lebih baik. Keterampilan membaca
adalah komponen paling penting dalam berbahasa. Semakin tinggi keterampilan
siswa dalam membaca semakin besar kemampuannya untuk berkembang ke
bidang-bidang lain. Seberapa penting membaca itu? “Membaca merupakan salah
satu fungsi yang paling penting dalam hidup. “Roger Farr (1984) menyebutkan
“Reading is the heart of education” MEMBACA ITU JANTUNGNYA
PENDIDIKAN.

Inti dari pendidikan di masa depan adalah MEMBACA. Untuk itu sekolah
maupun orang tua haruslah dapat mendidik anak-anak mereka untuk bukan hanya
mencintai buku tapi juga memiliki keterampilan untuk membaca. Keterampilan
membaca meliputi kemampuan untuk membaca secara cepat dan kemampuan
untuk memahami bacaan dengan baik. Keterampilan membaca ini sangatlah
penting bagi masa depan siswa. Untuk itu kecintaan terhadap buku haruslah
dimulai dengan membiasakan diri siswa untuk membaca setiap hari. Kita tidak
bisa melompat pada kemampuan literasi yang lebih tinggi atau menguasai
kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) tanpa menguasai literasi
tradisional membaca dan menulis lebih dahulu. Tak ada ramuan ajaib untuk itu
selain harus kita kuasai lebih dahulu.

KEMBALIKAN KEWAJIBAN MEMBACA PADA KURIKULUM

Saat ini telah turun Permendikbud 23/2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
dengan salah satu kegiatanya adalah Membaca 15 Menit Setiap Hari Buku Non-
pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Ini adalah program Sustained Silent Reading
Membaca 15 Menit bagi semua siswa untuk semua tingkatan di semua sekolah
dengan mewajibkan mereka untuk membaca buku di kelas masing-masing selama
15 menit setiap hari. Jadi disediakan jadwal khusus di kelas untuk membaca. Jika
siswa setiap hari membaca selama 15 menit setiap hari maka praktik tersebut akan
menjadi kebiasaan bagi mereka dan akan membuat minat membaca mereka akan
tumbuh.
Praktik penumbuhan budaya baca yang sederhana ini ternyata memang manjur
menumbuhkan keterampilan siswa membaca yang pada akhirnya membuat
mereka juga lebih bersemangat dalam belajar. Hampir semua kepala sekolah yang
telah menjalankan program Membaca 15 Menit ini menyatakan kepuasannya pada
pengaruh positip siswa dalam belajar. Tidak salah jika saat ini Kemendikbud
kemudian mencanangkan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang akan
dilaksanakan di seluruh Indonesia. Program ini sendiri sebenarnya sudah
diluncurkan secara simbolis pada tanggal 18 Agustus 2015 yang kemudian
dilanjutkan dengan dibentuknya Tim Satgas GLS. Ada tiga tahapan yang
dirancang untuk menumbuhkan budaya literasi sekolah ini, yaitu Pembiasaan,
Pengembangan, dan Pembelajaran.

Apakah dengan demikian dijamin mereka akan cinta membaca? Jika kita bisa
membuat kegiatan membaca tersebut mudah dan menyenangkan, yaitu dengan
memberikan buku-buku bacaan yang menarik bagi minat mereka dan membuat
suasana dan program membaca tersebut ‘rewarding’, maka kecintaan membaca
akan tumbuh dengan sendirinya. Tapi jika kegiatan dan program membaca
tersebut dilakukan dengan setengah hati, menjadi suatu bentuk tekanan, tidak
terprogram dengan baik, dan tidak diikuti dengan pemenuhan fasilitas buku-buku
yang sesuai dengan minat mereka maka kegiatan tesebut tidak akan optimal. Oleh
sebab itu program GLS dari Kemendikbud ini harus dilaksanakan dengan
sistematis, terstruktur, massif dan berkelanjutan.

PERPUSTAKAAN SEBAGAI JANTUNGNYA SEKOLAH

Untuk dapat menjadikan membaca sebagai kebiasaan atau budaya yang melekat
pada anak-anak di sekolah maka revitalisasi perpustakaan sebagai jantung sekolah
harus dilakukan. Tidak bisa tidak. Sebetulnya, untuk melihat apakah sebuah
sekolah itu baik atau tidak akan bisa dengan mudah kita simpulkan dari seberapa
bagus pengelolaan perpustakaannya. Sekolah yang memiliki perpustakaan yang
baik akan dengan mudah menghasilkan pelajar-pelajar yang berkualitas.
Sebaliknya, jika sebuah sekolah memiliki perpustakaan yang buruk maka bisa
dipastikan sekolah tersebut tidak akan mampu membekali siswanya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

Untuk itu ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, sekolah harus
menyediakan perpustakaan yang memadai bagi siswa. Minimal perpustakaan
berukuran dua kali lipat dari ruang kelas karena ia harus bisa menampung banyak
buku dan siswa dapat membaca dengan santai. Harus ada bilik untuk ruang audio-
visual yang tidak akan mengganggu bagi yang akan membaca. Idealnya ada ruang
atau minimal meja bundar untuk diskusi. Kedua, jumlah bukunya maupun jenis
koleksinya haruslah memadai. Karena jika ada 400 siswa di sebuah sekolah maka
paling tidak ada 4000 buah buku bacaan yang tersedia dengan jenis bacaan yang
cukup bervariasi. Sekolah yang baik mestilah mengalokasikan dana yang cukup
besar untuk pengembangan perpustakaan karena perpustakaan adalah jantungnya
sekolah. Ketiga, sekolah harus menyediakan tenaga khusus perpustakaan yang
akan bertanggungjawab untuk mengelolanya. Sebuah perpustakaan mestilah
dikelola oleh seorang pustakawan yang benar-benar memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengelola pepustakaan. Jika perpustakaan dikelola oleh non-
pustakawan ibaratnya menyerahkan sebuah mobil kepada orang tidak bisa
menyetir. Ia hanya akan berputar-putar tanpa tahu harus kemana dengan mobil
tersebut. Keempat, membaca haruslah dirancang secara terintegrasi dengan
kurikulum lainnya. Semestinya setiap mata pelajaran yang diberikan kepada siswa
haruslah melibatkan pencarian referensi ke perpustakaan. Jadi perpustakaan betul-
betul menjadi pusat untuk mencari informasi. Setiap guru haruslah dapat
mengaitkan materi yang diajarkannya dengan referensi-referensi yang ada di
perpustakaan sehingga siswa tahu bagaimana mencari informasi yang diperlukan
di perpustakaan. Kelima, menumbuhkan budaya baca siswa haruslah dibarengi
dengan upaya menumbuhkan budaya baca gurunya sekaligus. Setiap sekolah
mestinya punya perpustakaan khusus bagi guru yang terpisah dengan
perpustakaan bagi siswa. Koleksi-koleksinya tentulah berupa buku-buku yang
diperlukan bagi guru untu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya
daam mendidik dan mengajar. Buku-buku macam “Multiple intelligences”-nya
Howard Gardner, “Taxonomi Bloom”, “Mind Mapping”, dlsbnya mestinya harus
tersedia bagi guru dan merupakan buku bacaan wajib bagi mereka. Keenam, di
setiap kelas siswa harus tersedia buku-buku bacaan yang dengan mudah mereka
ambil dan baca di saat-saat senggang mereka (within reach). Hal ini bisa disiasati
dengan mengadakan Sudut Baca atau Perpustakaan Kelas.
KESIMPULAN

Minat membaca bagi siswa sekarang semakin berkurang. Hal ini disebabkan
berbagai faktor yang memengaruhi minat baca tersebut. Diantaranya, faktor
pertama Internal, siswa-siswi sekarang dalam hal membaca mereka kurang
disebabkan karena kurangnya motivasi dalam diri mereka akan keingintahuan
berbagai wawasan serta informasi, hal ini dipengaruhi juga oleh faktor eksternal
seperti kemajuan teknologi yang semakin canggih dan era globalisasi yang
memengaruhi mereka atas minat bacanya, seperti adanya Handphone, laptop,
game online, dan lainnya.

Dengan itu cara yang tepat untuk meningkatkan minat membaca siswa-siswi abad
21 diantaranya :

1. Adanya gerakan literasi bergilir tiap kelas 10, 11, & 12 di Lapangan
sekolah dengan durasi waktu sekitar 5-7 menit.

2. Sekolah harus menyiapkan beragam buku bacaan disetiap kelas, buku


tersebut harus menarik baik dari cover dan isinya sehingga dapat
meningkatkan semangat membaca siswa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Latar Belakang : http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/karya-ilmiah-


menurunnya-minat-baca-buku.html?m=1

2. Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa di Sekolah :


https://ekoharsono.wordpress.com/2016/04/13/meningkatkan-
kemampuan-literasi-siswa-di-sekolah/

Anda mungkin juga menyukai