Anda di halaman 1dari 80

INSTRUMEN OPTIK

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok
pada Mata Kuliah Optik

Dosen Pengampu

Dra. Hj. Heni Rusnayati, M.Si.

Disusun Oleh:

12102070
Mia Ramdhiani
: 67
12102070
Moh. Hamdan : 69
Neng Yuli 12102070
Apriliani : 75
12102070
Rany Nuraini : 89
12102070
Roni Badrujaman : 96
12102071
Tardi Agustiana : 05
12102071
Tuti Budi Pratiwi : 09

Semester V/ Kelas B
PRODI FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur


kami panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul: “Instrumen Optik”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Optik.
Meskipun banyak kendala yang kami hadapi
dalam menyusun makalah ini, akan tetapi dengan
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan
konstribusi berupa saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi kami sebagai penulis.

B
a
n
d
u
n
g
,
0
6
F
e
b
r
u
a
ri
2
0
1
3

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah ` 5
C. Tujuan Penulisan 6
BAB II PEMBAHASAN 7
A. Kamera dan Proyektor 8
B. Mata 9
C. Lensa Pembesar 10
D. Mikroskop 11
E. Teleskop 12
BAB III SIMPULAN DAN SARAN 13
A. Simpulan 14
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Optika merupakan bagian dari ilmu fisika
yang mempelajari cahaya. Dalam optika
dipelajari sifat-sifat cahaya, hakikat cahaya dan
pemanfaatan sifat-sifat cahaya. Terdapat dua
cabang optika, yakni optika geometri dan optika
fisis. Dalam optika geometri dipelajari sifat
pemantulan dan pembiasan cahaya, sedangkan
dalam optika fisis dipelajari sifat-sifat
interferensi, difraksi, dan polarisasi cahaya.
Aplikasi dari optika ini telah melahirkan
berbagai alat yang digunakan dalam bidang-
bidang tertentu untuk membantu aktivitas
manusia. Misalnya dalam bidang astronomi
digunakan teropong bintang untuk mengamati
objek-objek yang berada di luar angkasa.
Sedangkan dalam bidang fotografi digunakan
kamera dalam pengambilan gambar benda-benda
nyata. Dalam bidang kedokteran, mikroskop
digunakan sebagai alat untuk melihat objek-objek
yang sangat kecil seperti bakteri, virus, sel darah
dan lain sebagainya. Selain itu juga masih
terdapat berbagai alat yang dikonstruksi dengan
prinsip kerja optik lainnya seperti kaca spion pada
kendaraan dan kaca pembesar. Bahkan
sebenarnya mata yang selalu kita pergunakan
sebagai indra penglihatan dalam kehidupan kita,
menggunakan prinsip kerja optik dalam
menjalankan fungsinya.

Berdasarkan uraian tersebut, pengetahuan


tentang optika khususnya aplikasi dari optika itu
sendiri sangat penting dimiliki terutama oleh
orang-orang yang bergelut dalam dunia fisika.
Untuk hal tersebut dalam makalah ini dipaparkan
beberapa instrumen optik yang sangat erat dengan
kehidupan sehari-hari, yakni: Kamera, Proyektor,
Lensa Pembesar, Mikroskop dan Teleskop.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa fungsi dari kamera, proyektor, mata, lensa


pembesar, mikroskop dan teleskop?
2. Apa saja komponen-komponen utama dari
kamera, proyektor, mata, lensa pembesar,
mikroskop dan teleskop?
3. Apa fungsi komponen-komponen utama dari
kamera, proyektor, mata, lensa pembesar,
mikroskop dan teleskop?
4. Bagaimana sistem kerja dari kamera,
proyektor, mata, lensa pembesar, mikroskop
dan teleskop?

C. Tujuan Penulisan
Sedangkan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui fungsi dari kamera, proyektor,
mata, lensa pembesar, mikroskop dan teleskop.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen utama dari
kamera, proyektor, mata, lensa pembesar, mikroskop
dan teleskop.
3. Untuk mengetahui fungsi komponen-komponen
utama dari kamera, proyektor, mata, lensa pembesar,
mikroskop dan teleskop.
4. Untuk mengetahui sistem kerja dari kamera,
proyektor, mata, lensa pembesar, mikroskop dan
teleskop.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kamera dan Proyektor


1. Kamera
Fungsi Kamera
Kamera adalah salah satu alat yang
digunakan manusia untuk merekam suatu
kejadian atau peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari. Terdapat berbagai jenis kamera
yang memiliki kelebihan masing-masing.
Kamera video dipakai dalam pengambilan
gambar untuk siaran televisi atau pembuatan
film. Kamera elektronik (autofokus) lebih
mudah dipakai karena tanpa pengaturan lensa.
Dewasa ini sudah ada kamera digital yang
data gambarnya tidak perlu melalui proses
pencetakan melainkan dapat dilihat atau
diolah melalui komputer.
Pada awalnya kamera dirancang oleh
Mande Daguerre yaitu seorang seniman dari
prancis. Dia merancang “diograma” yang
merupakan barisan lukisan yang
dipertunjukan dengan bantuan efek cahaya,
yang sekarang disebut kamera. Tingkat
pertama perancangan kamera yang
dilakukannya tidak berhasil. Kemudian ia
bertemu dengan Joseph Nicephore dan
menjelang tahun 1873 dia berhasil
mengembangkan sistem praktis fotografi yang
disebutnya “daguerreotype” yang sudah
dipakai pada saat itu. Sistem kamera daguerre
tersebut kemudian dikembangkan oleh
penyempurna selanjutnya sehingga kamera
yang digunakan di jaman sekarang sudah
begitu canggih dan modern.

Komponen Kamera
Bagian-bagian penting dari kamera dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Diagram kamera.


Keterangan :
a. Lensa cembung (elements of lens) yaitu bagian
kamera yang berfungsi untuk membentuk
bayangan dari benda yang difoto.
b. Diafragma yang dikontrol celah (Aperture-
controldiaphragm) yaitu bagian kamera yang
berfungsi untuk membuat sebuah celah atau
lubang yang dapat diatur luasnya.
c. Penutup (shutter) yaitu bagian kamera yang
berfungsi sebagai jalan cahaya yang menuju ke
pelat film.
d. Bayangan nyata (real image) merupakan
bayangan yang dihasilkan yang bersifat nyata
dan terbalik menumbuk film.
e. Film yang dibukakan (CCD array) yaitu bagian
kamera yang berfungsi sebagai perekam
bayangan.

Sistem Kerja Kamera


Proses kerja kamera diawali dengan seberkas
cahaya masuk dari benda luar dalam bumi
pandangan yang difokuskan oleh lensa cembung ke
dalam bidang film. Dalam proses pemfokusan, lensa
itu digerakan lebih dekat ke film untuk sebuah benda
yang jauh dan lensa itu digerakan lebih jauh dari
film untuk sebuah benda yang dekat. Ini berarti
pemfokusan pada kamera dilakukan dengan
mengubah – ngubah jarak bayangan sesuai dengan
jarak benda yang difoto. Hal tersebut dilakukan
dengan cara memutarkan lensa dalam sebuah
bantalan yang bergalur. Pengaplikasiannya dapat

Ketiga gambar diatas diambil oleh sebuah kamera pada film dengan posisi
yang sama tetapi dengan lensa lensa yang berbeda. Pada gambar a, kamera
menggunakan persamaan fokus biasa yaitu 1/f =

1/s + 1/s’. dengan f = fokus lensa, s = jarak


benda, dan s’ = jarak bayangan.
Untuk menentukan panjang fokus suatu lensa
kamera bergantung pada ukuran film dan sudut
pandang yang diinginkan. perhatikan ketiga gambar
ini:

Gambar 1. Efek dari penggunaan lensa dan panjang fokus


yang berbeda.
lensa yang memiliki panjang fokus kecil (28mm)
sehingga memberikan bayangan yang kecil karena
sudut pandang yang diberikannya lebar. Pada gambar
c, kamera menggunakan Lensa yang memiliki
panjang fokus panjang (300mm) sehingga lensa itu
akan memberikan sudut pandang kecil dan bayangan
benda menjadi besar dari posisi benda yang jauh.
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar panjang
fokus yang digunakan maka sudut pandangnya akan
semakin kecil sehingga menghasilkan bayangan yang
lebar dan tingginya lebih besar dari obyek
sebenarnya. Hal ini berarti tedapat perbesaran yang
telah dijelaskan dalam bab sebelumnya yang
mengemukakan bahwa rasio dan tinggi bayangan y’
terhadap y sama dengan nilai mutlak dari rasio jarak
bayangan s’ terhadap jarak benda. Perbesaran nya
didefinisikan sebagai berikut.

M = y′ ′(1)
y

Kamera dengan lensa yang memiliki panjang


fokus yang panjang disebut lensa telefoto, misalnya
dengan panjang fokus 200mm akan memberikan
pembesaran kira-kira 4 kali lensa biasa yang
memiliki panjang fokus 50mm. sedangkan kamera
yang memiliki lensa yang dapat menutup film kira-
kira sama dengan bumi pandangan normal disebut
lensa normal. Serta kamera yang memiliki lensa
dengan panjang fokus lebih pendek dinamakan lensa
sudut lebar.
Pada gambar di atas menggunakan ukuran film
35mm, ukuran film yang lebih besar akan menambah
sudut pandang kamera tersebut. Untuk jenis film
tertentu terdapat jumlah optimum cahaya yang dapat
memberikan kekontrasan yang baik. Jumlah cahaya
untuk memberikan kontras biasanya dikaitkan dengan
kecepatan film yang dinilai dengan bilangan ASA.
Semakin tinggi bilangan ASA nya maka semakin
cepat film tersebut dan semakin sedikit jumlah
cahaya yang dibutuhkan. Kamera dengan film
berkecepatan tinggi biasanya terjadi penurunan mutu
gambar, karena untuk di luar ruangan memiliki
cahaya yang banyak sehingga lebih bagus kualitasnya
jika menggunakan film berkecepatan yang lebih
rendah asal kecepatan penutup shuter dibatasi.
Penutup shuter adalah bagian kamera yang berfungsi
untuk mengontrol jumlah cahaya yang mengenai
film, hal tersebut dilakukan agar film dapat merekam
bayangan dengan sempurna. Penutup shuter itu
digunakan dalam mengatur besarnya energi cahaya
per satuan luas yang mencapai film, Biasanya
memberikan kecepatan 1 detik atau beberapa untuk
fotografi cahaya redup dan sampai 1/1000 detik
untuk fotografi yang dengan cahaya tinggi.
Jumlah cahaya yang menapai film tersebut
sebanding dengan luas yang dilihat oleh lensa kamera
dan sebanding dengan luas efektif dari lensa tersebut.
ukuran luas yang dilihat tersebut yaitu sebanding
dengan 1/f2 dan luas efektif lensa tersebut dikontrol
dengan bantuan sebuah celah lensa yang dapat diatur
(diafragma dengan diameter D). maka luas efektif
dari lensa itu adalah D2, sehingga jumlah cahaya yang
mencapai film sebanding dengan D2/f2. dari sini
terdapat hubungan antara panjang fokus dengan
diameter bukaan yang dinyatakan dalam f/D oleh
fotografer yang merupakan kemampuan cahaya dari
sebuah lensa. Bilangan f/D tersebut disebut dengan
bilangan-f. sehingga didefinisikan bahwa

D= bit −(2)
Diameter bukaan sebuah celah lensa dapat
berubah-ubah, celah yang dapat diatur biasanya
mempunyai skala yang ditandai dengan bilangan-
bilangan yang berurutan. Penambahan V2 akan
menambah bilangan-f sebesar 1/V2 dan menambah
intensitas di film tersebut oleh sebuah faktor sebesar
2, jadi seringkali celah yang diatur ini dinamakan
perhentian –f (f-stop). Biasanya ditandai dengan f/1,
f/1,4 , f/2 , f/2,8 , f/4 , f/5,6 , f/8 , f/11 ,f/16 , f/22.
Dalam fotografi biasanya menggunakan lensa yang

1diameternya
= 11 kecil, karena 100000
lensa yang berdiameter
− 52 99948
S′
=
52mm
besar 100000m
(bilangan = 5200000m
f-kecil) sangat mahal karena biaya
m 5200000mm m
untuk mengurangi abrasinya juga mahal.

Latihan soal
Dengan demikian lensanya harus digerakan 52 mm menjauhi film.
1. Panjang fokus lensa dari sebuah kamera adalah
52mm seberapa jauhkah lensa harus digerakan
untuk mengubah pemfokusan pada benda yang
jauhnya 100m jaraknya dari kamera?

Penyelesaian :
1 1 1 1= 1 1

S′ 52m S′
m
+ + 100000
S
mm
2. Sebuah lensa telefoto dengan ukuran film 35 dan
panjang fokus sebesar 200mm dengan jangkauan
f-stop f/5,6 sampai f/22 maka berapakan diameter
celah yang bersangkutan dan intensitas dari
bayangan film?

Penyelesaian :

Karena intensitas sebanding dengan kuadrat

diameter maka rasio dari intensitas pada f/5,6

sampai f/22 adalah ( 36 9 ) 2 = 16

Ini berarti jika waktu bukaan pada f/5,6 adalah


1/100 s maka pada pada f/22 adalah 16x1/1000 s
=4/250 s.

2. Proyektor
Fungsi dan Komponen Proyektor
Proyektor adalah alat yang digunakan untuk
menghasilkan suatu bayangan yang lebih besar dari
objek aslinya pada layar. Objek tersebut berupa
gambar dan tulisan. Bagian-bagian dari proyektor
yakni cermin cekung, lensa cembung, lensa
plankonveks, dan lensa proyektor lampu.

Penjelasan mengenai bagian – bagian proyektor


sebagai berikut:
a. Lampu proyektor merupakan bagian utama.
Lampu itu sangat kuat memancarkan cahaya.

b. Film adalah rekaman bayangan yang akan


diproyeksikan
c. Cermin cekung, ditempatkan disebelah lampu
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya agar
daya pancar sinar proyektor lebih kuat terkumpul
pada slide.
d. Lensa kondensor, ditempatkan antara lampu dan
film berfungsi untuk mengarahkan cahaya dari
sumber agar memasuki lensa proyeksi.
e. Lensa proyeksi, ditempatkan paling luar dan
menuju layar proyeksi. Lensa proyeksi
merupakan lensa cembung yang berfungsi
sebagai pembalik untuk memperoleh bayangan
pada layar dari slide yang dipasang terbalik.

f. Slide adalah benda yang diproyeksikan

Sistem Kerja Proyektor


Proses kerja proyektor diawali dengan cahaya
yang masuk dari sumber cahaya melewati film.
Sumber cahaya tersebut berasal dari bola lampu pijar
pada proyektor. Cahaya yang masuk melewati film
itu dhkan oleh lensa kondensor sehingga kebanyakan
cahaya itu memasuki lensa proyeksi. Kemudian
cahaya itu juga dikumpulkan oleh cermin cekung dan
dipantulkan pada lensa proyeksi lebih kuat,
Kemudian lensa proyeksi akan mengumpulkan
cahaya pada layar untuk membentuk bayangan tajam,
bayangan yang dibentuk adalah nyata, terbalik dan
diperbesar dari film pada layar. lensa kondensor
yang. Proyeksi ukuran bayangan yang dibentuk pada
layar ditentukan oleh posisi dan pemfokusan dari
lensa proyeksi tersebut.

Proyektor dibedakan menjadi dua, yaitu Diaskop


dan Episkop. Diaskop adalah alat untuk
memproyeksikan bayangan nyata dari sebuah gambar
diapositif. Sedangkan Episkop adalah proyektor
untuk memproyeksikan gambar-gambar tidak tembus
cahaya. dengan sifat bayangan tegak diperbesar.
Episkop biasanya digunakan oleh seniman lukis
untuk mereproduksikan lukisan, misalnya untuk
membuat gambar pada billboard atau papan reklame.
Gambar yang akan diproyeksikan, misalnya sebuah
foto diletakkan di meja objek, kemudian seberkas
cahaya yang berasal dari dua buah lampu L1 dan L2
dipantulkan oleh gambar itu. Seterusnya, cahaya
tersebut ditangkap dan dipantulkan oleh cermin datar
ke lensa proyektor. akhirnya, terbentuk bayangan
sejati dan diperbesar pada layar.
Salah satu bagian dari diaskop adalah proyektor
OHP. Proyektor OHP biasanya digunakan dalam
ruang kelas untuk menghasilkan bayangan tegak
berdiri pada sebuah layar proyeksi. Prinsip kerjanya
sama dengan proyektor biasa akan tetapin setelah
cahaya meninggalkan lensa proyeksi terdapat cermin
datar miring yang memantulkan dan membalikan
bayangan yang terbalik sehingga menjadi tegak pada
layar. Pada OHP cahaya dari lampu itu diarahkan
juga oleh potongan plastic jernih yang tembus
cahaya(biasanya lensa Fresnel) menuju lensa
proyeksi.
Contoh soal
Dengan sbuah slide proyektor berukuran 6cm 8 cm,
seseorang ingin mendapatkan

bayangan berukuran 3 4 m. Tentukan fokus lensa


proyeksi yang harus dipakai.
Jarak layar dari lensa proyeksi adalah 25 cm.
Penyelesaian :
Ukuran slide 6 8 cm dan bayangan 3 4 m

Diketahui y=6 dan y’=-3 =300 cm, s’=2500cm


- mencari jarak benda (s)

=

- Mencari fokus lensa (f)

1 1 1 1150 + 1
= ′ = 50
2500
250
+ + = 0

25
= = 49
00
′= 51

B. Mata
Fungsi Mata
Mata adalah alat optik manusia dan hewan
lainnya. Mata manusia terpasang pada tulang rongga
mata dengan tiga pasang otot-otot mata yang
berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke kiri,
kanan, atas dan ke bawah. Mata manusia berfungsi
sebagai alat atau indra penglihatan dan dapat
dipandang sebagai alat optik yang sangat penting
bagi manusia. Bentuk mata kita hampir bulat seperti
bola, dan diameternya kira-kira 1 inci. Lengkungan
bagian depannya agak lebih tajam dan diliputi oleh
membran yang kuat dan tembus cahaya.
Manusia diciptakan dengan kesempurnaanya,
yaitu memiliki akal dan indera sebagai alat manusia
untuk menjalani kehidupan. Setiap manusia
memiliki alat optik tercanggih yang pernah ada,
yaitu mata. Mata merupakan bagian dari pancaindra
yang berfungsi untuk melihat. Allah SWT
menciptakan mata untuk membantu kita menikmati
keindahan alam, melihat teman-teman, mengamati
benda-benda di sekeliling, dan masih banyak lagi
yang dapat kita nikmati melalui mata. Tidak dapat
kita bayangkan bila manusia tidak mempunyai mata
atau mata kita buta, tentu dunia ini terlihat gelap
gulita.
Komponen Mata
Bagian-bagian penting dari mata dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

5200
000m
m
=
9
S′ 9 = 52 mm
9
4
8
m
m
2
= 0 = 36
D=>= bit − 0
= 5, mm
6
2
D=> = bit − = 0 = 9,1
0
= 2 mm
2

Gambar 3. Proyektor

′ −
= = 50
′ 2
5
0
0
×


6
=
3
0
0

Gambar 4. Diagram mata.

Keterangan :
1. Kornea (cornea): Kornea merupakan lapisan
mata paling depan (terluar) dan keras, berfungsi
untuk melindungi bagian-bagian mata yang
lunak dan sensitif. Tebalnya 0,5 mm.
2. Pupil: Pupil adalah celah berbentuk lingkaran
yang berfungsi agar cahaya dapat masuk ke
dalam mata. Lebar pupil diatur oleh iris. Saat
cahaya terang pupil menguncup dan pada saat
cahaya gelap pupil melebar.
3. Iris: Iris adalah selaput berwarna hitam dan biru,
yang berfungsi mengatur besar dan kecilnya
pupil.
4. Lensa mata(crystalline lens): terdiri dari
kristal(terbuat dari bahan bening/optis yang
elastik), mempunyai dua permukaan dengan jari-
jari kelengkungan 7,8 mm. Lensa berfungsi
membiaskan sinar pada benda sehingga
menghasilkan bayangan pada retina, dan
memfokuskan objek pada berbagai jarak.
5. Aqueous humour: cairan di depan lensa mata
atau dibelakang kornea, berfungsi untuk
membiaskan cahaya ke dalam mata.
6. Viterous humour: cairan di dalam bola mata,
berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lensa
menuju retina

7. Retina: berfungsi sebagai layar tempat


terbentuknya bayangan benda yang dilihat.
Retina merupakan bagian mata yang penuh
syaraf yang sensitif terhadap cahaya. Dari retina
ini akan dilanjutkan ke syaraf optikus. Bayangan
yang jatuh pada retina bersifat nyata, diperkecil
dan terbalik. Permukaan retina terdiri dari
berjuta-juta sel
sensitif, ada yang berbentuk sel batang berfungsi
membedakan kesan hitam/putih dan yang
berbentuk sel kerucut berfungsi membedakan
kesan berwarna. Otot siliar (otot lensa mata)
berfungsi mengatur daya akomodasi mata.
8. Fovea sentralis: daerah cekung yang berukuran
0,25 mm dan di tengahnya terdapat bintik kuning.

Sistem Kerja Mata


Proses melihat berawal dari seberkas sinar datang
dari objek menuju mata, kemudian dibiaskan oleh
lensa mata sehingga terbentuk bayangan nyata dan
terbalik di retina. Oleh syaraf penglihatan yang ada
pada retina hal itu diteruskan keotak sehingga terjadi
kesan melihat.

Pada retina terdapat cekungan yang dinamakan


Bintik Kuning dan di pusat bintik kuning tersebut
syaraf penglihatan paling peka dibandingkan tempat
lain padaretina. Pada bagian yang paling peka
tersebut indera penglihatan paling kuat
dandinamakan Fovea. Agar mata dapat melihat objek
secara jelas, bayangan objek tersebut haruslah tepat
berada di tempat itu.
Jika bayangan suatu objek terbentuk di daerah
syaraf optik, maka objek tersebuttidak terlihat.
Daerah ini dinamakan Bintik Buta. Jumlah cahaya
yang masuk kemata diatur oleh pupil yang bertindak
sebagai diafragma. Ukuran lubang pupil
dapatmembesar atau mengecil tergantung kuat
lemahnya cahaya yang menuju ke mata. Jika cahaya
yang menuju ke mata terlalu kuat (terang), lubang
pupil mengecil dan sebaliknya jika cahaya yang
menuju ke mata lemah (redup) lubang pupil
membesar.

Dalam keseharian, mata harus mengamati objek-


objek yang jaraknya berbeda-bedadari yang sangat
dekat sampai yang sangat jauh dari mata. Dengan
menerapkan prinsip pembentukan bayangan oleh
lensa cembung pada mata kita, maka lensa mata
harus dapat membentuk bayangan dari objek yang
dilihat pada bintik kuning(tepatnya pada Fovea).
Agar bayangan selalu terbentuk pada bintik kuning,
meskipun objek yang dilihat berada di dekat maupun
jauh dari mata, maka lensa mata harus harus
mengubah kecembungannya. Untuk melihat objek
yang sangat dekat, otot mata harus semakin tegang
sehingga lensa mata makin cembung (berakomodasi).
Sedangkan pada waktu melihat objek yang letaknya
jauh, otot mata tidak perlu tegang (otot mata dalam
kondisi rileks).

Daya Akomodasi Mata


Perlu diketahui bahwa jarak antara lensa mata
dan retina selalu tetap. Sehingga dalam melihat
benda-benda pada jarak tertentu perlu mengubah
kelengkungan lensa
mata. Untuk mengubah kelengkungan lensa mata,
yang berarti mengubah jarak titik fokus lensa
merupakan tugas otot siliar. Hal ini dimaksudkan agar
bayangan yang dibentuk oleh lensa mata selalu jatuh
di retina. Pada saat mata melihat dekat lensa mata
harus lebih cembung (otot-otot siliar menegang) dan
pada saat melihat jauh lensa harus lebih pipih (otot-
otot siliar mengendor). Peristiwa perubahan-
perubahan ini disebut daya akomodasi.
Daya akomodasi (daya suai) adalah
kemampuan otot siliar untuk menebalkan atau
memipihkan kecembungan lensa mata yang
disesuaikan dengan dekat atau jauhnya jarak benda
yang dilihat. Manusia memiliki dua batas daya
akomodasi (jangkauan penglihatan) yaitu :
1. Titik dekat mata (punctum proximum)adalah
jarak benda terdekat di depan mata yang masih
dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal
(emetropi) titik dekatnya berjarak 10cm s/d
20cm (untuk anak-anak) dan berjarak 20cm s/d
30cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga
jarak baca normal.
2. Titik jauh mata (punctum remotum)adalah jarak
benda terjauh di depan mata yang masih dapat
dilihat dengan jelas. Untuk mata normal titik
jauhnya adalah “tak terhingga”.

Cacat Mata
Berkurangnya daya akomodasi mata
seseorang dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan mata untuk melihat benda pada jarak
tertentu dengan jelas. Cacat mata yang disebabkan
berkurangnya daya akomodasi, antara lain rabun
jauh, rabun dekat dan rabun dekat dan jauh. Selain
tiga jenis itu, masih ada jenis cacat mata lain yang
disebut astigmatisma. Cacat mata dapat dibantu
dengan kacamata. Kacamata hanya berfungsi
membantu penderita cacat mata agar bayangan benda
yang diamati tepat pada retina. Kacamata tidak dapat
menyembuhkan cacat mata. Ukuran yang diberikan
pada kacamata adalah kekuatan lensa yang
digunakan. Kacamata berukuran -1,5, artinya
kacamata itu berlensa negatif dengan kuat lensa -1,5
dioptri.Berkurangnya daya akomodasi mata dapat
menyebabkan cacat mata sebagai berikut :

1. Rabun Jauh (Miopi)


Gambar 5. Pembentukan bayangan pada rabun jauh.

Gambar 6 a. Sketsa pembentukan bayangan pada rabun


jauh; b. Rabun jauh yang dibantu oleh lensa cekung

Rabun jauh yaitu mata tidak dapat melihat


benda-benda jauh dengan jelas, disebut juga mata
perpenglihatan dekat (terang dekat/mata dekat).
Penyebab terbiasa melihat sangat dekat sehingga
lensa mata terbiasa tebal. Miopi sering dialami
oleh tukang arloji, penjahit, orang yang suka baca
buku (kutu buku) dan lain-lain.
Untuk mata normal (emetropi) melihat benda
jauh dengan akomodasi yang sesuai, sehingga
bayangan jatuh tepat pada retina.

Mata miopi melihat benda jauh bayangan


jatuh di depan retina, karena lensa mata terbiasa
tebal. Mata miopi ditolong dengan kacamata
berlensa cekung (negatif). Tugas dari lensa
cekung adalah membentuk bayangan benda di
depan mata pada jarak titik jauh orang yang
mempunyai cacat mata miopi. Karena bayangan
jatuh di depan lensa cekung, maka harga ′ adalah
negatif. Dari persamaan lensa tipis,
S’ adalah jarak titik jauh mata miopi. s adalah
1 1+

P=1
(4)
jarak benda ke mata f adalah fokus lensa kaca
mata dan P adalah kekuatan lensa.

2. Rabun Dekat (Hipermetropi)


Gambar 7. Pembentukan bayangan pada rabun dekat.

Gambar 8. a. Sketsa bayangan pada rabun dekat, b. Sketsa


bayangan yang ditolong lensa cembung.
Rabun dekat tidak dapat melihat jelas
benda dekat, disebut juga mata perpenglihatan
jauh (terang jauh/mata jauh). Rabun dekat
mempunyai titik dekat yang lebih jauh daripada
jarak baca normal. Penyebab terbiasa melihat
sangat jauh sehingga lensa mata terbiasa pipih.
Rabun dekat sering dialami oleh penerbang
(pilot), pelaut, sopir dan lain-lain. Rabun jauh
ditolong dengan kacamata berlensa cembung
(positif). Bayangan yang dibentuk lensa cembung
harus berada pada titik dekat mata penderita
rabun dekat. Karena bayangan yang dihasilkan
lensa cembung berada di depan lensa maka harga
si adalah negatif.
3. Mata Tua (Presbiopi)
Mata tua tidak dapat melihat dengan jelas
benda-benda yang sangat jauh dan benda-benda
pada jarak baca normal, disebabkan daya
akomodasi telah berkurang akibat lanjut usia
(tua). Pada mata tua titik dekat dan titik jauh
keduanya telah bergeser. Mata tua diatasi atau
ditolong dengan menggunakan kacamata berlensa
rangkap (cembung dan cekung). Pada kacamata
dengan lensa rangkap, lensa negatif bekerja
seperti lensa pada kaca mata miopi, sedangkan
lensa positif bekerja seperti halnya pada kacamata
hipermetropi.

4. Astigmatisma (Mata Silindris)

Astigmatisma disebabkan karena kornea mata


tidak berbentuk sferik (irisan bola), melainkan
lebih melengkung pada satu bidang dari pada
bidang lainnya. Akibatnya benda yang berupa
titik difokuskan sebagai garis. Mata astigmatisma
juga memfokuskan sinar-sinar pada bidang
vertikal lebih pendek dari sinar-sinar pada bidang
horisontal. Astigmatisma ditolong/dibantu dengan
kacamata silindris.

Contoh Soal
1. Seorang penderita miopi mempunyai titik jauh 2
meter. Tentukanlah kekuatan lensa kacamata yang
diperlukan agar orang tersebut seperti orang
normal.

Penyelesaian:
Diketahui:′ = - 2 m
=∾
Ditanyakan: Jawab:
Pada lensa berlaku Kekuatan lensa (P)
= ....?
111
= + ′

= 1+ (− 1
)
2

= 0 - 21

f=-2m
Dengan demikian,

P=1

= - 2 1 dioptri
2. Seseorang menggunakan lensa kacamata negatif
berkekuatan 0,5 dioptri. Titik jauh orang tersebut
adalah....

Penyelesaian :
Diketahui: P = 0,5 dioptri

=∾

Ditanyakan: Titik jauh penderita (′) = ....?


Jawab:
Kekuatan lensa dihitung dengan rumus :

P=

Sedangkan pada lensa berlaku hubungan:


111
+ ′

Sehingga :
11
=+′

Dengan demikian,
1 1
− =∞
1 0, +

5 =0
1
+ ′

2
1=
0, -

5 0
,
5
′=

Jadi, titik jauh orang tersebut adalah 2 meter.

C. Lensa Pembesar
Fungsi dan Komponen Lensa Pembesar
Lensa pembesar atau disebut juga lup (kaca
pembesar) adalah alat optik yang terdiri dari sebuah
lensa cembung (lensa konvergen) yang digunakan
untuk mengamati benda-benda kecil sehingga
tampak lebih besar dan jelas. Lensa pembesar
ditemukan oleh seorang ilmuan muslim
berkebangsaan arab yakni Abu Ali al-Hasan Ibn Al-
Haitham.
Sistem Kerja Lensa Pembesar
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita
menginginkan banyak detil dari benda kecil yang kita
lihat, namun kemampuan mata normal tidak mampu
untuk menjangkaunya. Besar dan banyaknya detil
dari benda yang kita lihat, bergantung dari ukuran
bayangan yang dibentuk pada retina. Ukuran
bayangan pada retina ini bergantung pada sudut yang
dibentuk oleh benda pada mata. Sebagai contoh,
sebuah pensil yang dipegang pada jarak 30 cm dari
mata tampak dua kali lebih tinggi dibandingkan
dengan pensil yang dipegang pada jarak 60 cm. Hal
ini terjadi karena pada kasus pensil yang dipegang
pada jarak 30 cm, sedut yang dibentuk oleh benda
pada mata dua kali lebih besar dari pada besar sudut
yang dibentuk pada posisi pensil 60 cm dari depan
mata (Gambar 12.a dan 12.b). Dengan kata lain,
untuk mendapatkan detil benda yang lebih banyak,
dapat dilakukan dengan mendekatkan benda tersebut
kemata agar terbentuk sudut yang lebih besar. Akan
tetapi, terdapat keterbatasan dimana mata normal
manusia hanya dapat berakomodasi maksimum pada
titik dekatnya, yakni sekitar 25 cm. Maka
digunakanlah lensa pembesar untuk mengatasi
keterbatasan tersebut.

(b) θ θ

(a)
Gambar 12. a. Sudut 0 yang dibuat lebih besar; b. Sudut 0 yang
dibuat lebih kecil.

Dengan menggunakan lensa pembesar, ukuran


semua benda dapat diperbesar untuk memungkinkan
benda dibawa lebih dekat kemata dan dengan
demikian akan memperbesar ukuran bayangan pada
retina. Bayangan yang dihasilkan oleh lensa
pembesar bersifat maya, tegak dan diperbesar.

Pada Gambar 12.a, benda dilihat pada titik


dekat mata normal tanpa menggunakan bantuan lensa
pembesar. Sedangkan pada Gambar 12.b, benda
dilihat pada titik fokus atau sebelah dalamnya.
Kemudian lensa konvergen membentuk bayangan
maya, yang paling tidak harus berada 25 cm dari
mata agar mata terfokus padanya. Jika dilakukan
sebuah perbandingan antara keadaan pada Gambar
13.a dan
13.b, maka akan terlihat bahwa sudut yang dibuat
benda pada mata jauh lebih besar ketika
menggunakan lensa pembesar.

Gambar 9. Mata Silindris.

Gambar 10. Lensa


Pembesar

Gambar 13. a. Benda dilihat dengan mata tanpa bantuan, dengan


mata terfokus pada titik dekatnya; b. benda dilihat melalui lensa
pembesar
Berdasarkan analisis kasus pada Gambar 12,
didefinisikan suatu besaran fisika yaitu perbesaran
angular atau daya perbesaran yang disimbolkan
dengan M. Perbesaran angular adalah perbandingan
sudut yang dibentuk oleh benda pada mata ketika
menggunakan lensa, dengan sudut yang dibentuk
oleh benda pada mata tanpa menggunakan bantuan
lensa pada titik dekat N dari mata (N=25 cm untuk
mata normal).
Secara matematis definisi tersebut dinyatakan
dengan pernyataan berikut.

M

0

Keterangan :
M: Perbesaran angular (5)
0: Sudut yang dibentuk oleh benda pada mata ketika
menggunakan lensa

0o: Sudut yang dibentuk oleh benda pada mata tanpa


menggunakan lensa
Pernyataan perbesaran angular juga dapat
dinyatakan dalam panjang fokus. Hal ini didasarkan
dengan menganggap sudut 0 dan 0o merupakan sudut-
sudut yang kecil sehingga berdasarkan aturan deret
sinus dan tangen,

xxxx
3579

sinx=x— + —+
3! 5! 7! 9!
357

x 2 x 17 x

tanx=x+ +—.
3 15 3152
sudut 0 dan 0o sama dengan sinus dan tangennya.
Dengan demikian nilai M dapat diturunkan sebagai
berikut :

 N


(6)

Keterangan :
M: Perbesaran angular
N: Titik dekat mata normal (25 cm)
p: Jarak benda ke mata atau dilambangkan pula dengan
s
Tinjauan Beberapa Kasus Pengamatan
1. Pengamatan Lensa Pembesar dengan Mata Tak
Berakomodasi
Untuk mata yang tak berakomodasi yaitu ketika mata
rileks (untuk ketegangan
mata yang kecil), bayangan yang dibentuk lensa
pembesar terletak dititik jauh.
Untuk mata normal titik jauh tersebut adalah
takhingga (p’=). Agar bayangan
terletak dititik jauh tersebut, maka benda harus
diletakan dititik fokus (f) (Gambar 14). Maka
secara matematis perbesaran angular dapat
diturunkan sebagai berikut:

M
M

N
(

7
0
)
f

Keterangan :
M : Perbesaran angular
N : Titik dekat mata normal (25 cm)
f : Jarak fokus
Dalam kasus ini, mata terfokus pada titik tak
hingga dan semakin pendek panjang fokus lensa,
maka semakin besar perbesarannya.
Gambar 14. Dengan mata yang rileks, benda diletakan pada
titik fokus dan bayangan berada pada jarak tak hingga.

2. Pengamatan Lensa Pembesar dengan Mata


Berakomodasi Maksimum
Untuk mata yang berakomodasi maksimum
yaitu ketika mata sangat dekat dengan lensa
pembesar, bayangan benda yang terbentuk
terletak dititik dekat mata (p’= -N). Maka jarak
benda dinyatakan dengan :

Nilai 1/p tersebut disubstitusikan ke persamaan


(2) , sehingga :

(8)

Keterangan :
M : Perbesaran angular
N : Titik dekat mata normal (25 cm)
f : Jarak fokus
Pada kasus ini mata terfokus pada titik
dekatnya dan perbesaran sedikit lebih besar
dibandingkan ketika kondisi mata rileks.
Perbesaran untuk lensa dapat diperbesar sedikit
seperti ini dengan cara menggerakan lensa dan
menyesuaikan mata sehingga terfokus pada
bayangan di titik dekat mata.
Bagaimanapun kasusnya, perbesaran angular
lensa pembesar tunggal sederhana hanya terbatas
sampai 2 atau 3 kali. Hal ini dikarenakan adanya
distorsi yang disebabkan oleh aberasi sferis. Aberasi
sferis adalah peristiwa ketika berkas-berkas dari titik
benda yang melewati bagian luar lensa dibawa
kefokus dengan titik yang berbeda dari berkas yang
melalui pusat lensa.

Contoh Soal
Lensa konvergen dengan panjang fokus 8 cm
digunakan sebagai “lup tukang emas”, yang
merupakan lensa pembesar. Perkirakan (a) perbesaran
ketika mata rileks, dan (b) perbesaran jika mata
terfokus pada titik dekatnya N = 25 cm.

Penyelesaian :
Diketahui: f = 8 cm dan N = 25 cm
Ditanyakan : M pada (a) Mata tak berakomodasi dan
(b) Mata berakomodasi max.
Jawab:
(a) Mata tak berakomodasi

(b) Mata berakomodasi maksimum

D. Mikroskop
Fungsi Mikroskop
Secara bahasa mikroskop berasal dari bahasa
latin, yakni micro yang berarti kecil dan spocopium
yang berarti pengelihatan. Kata mikroskop juga
bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya
kecil dan scropos yang artinya melihat atau tujuan.
Maka secara sederhana, mikroskop merupakan alat
optik yang digunakan untuk melihat benda-benda
yang sangat kecil agar tampak lebih jelas dan besar.
Penemuan mikroskop berkaitan erat dengan
penelitian pada bidang mikrobiologi. Orang pertama
yang dapat melihat mikroorganisme adalah seorang
pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Jerman
yaitu Antoni Van Leeuwenhoek (1632-1723),
menggunakan mikroskop dengan konstruksi yang
sederhana.

Gambar 15. Mikroskop Cahaya

Komponen Penyusun Mikroskop


Dalam bentuknya yang paling sederhana,
mikroskop terdiri atas dua lensa cembung, yakni:
1. Lensa objektif adalah lensa cembung yang dekat
dengan benda. Benda yang akan diamati
diletakan diluar fokus lensa objektif, yakni antara
titik f dan 2f lensa objektif (f OB<SOB<2FOB).
Lensa ini berfungsi membentuk bayangan nyata,
terbalik dan di perbesar. Di mana lensa ini di atur
oleh revolver untuk menentukan perbesaran
lensa objektif.
2. Lensa okuler adalah lensa cembung yang dekat
dengan mata. Jarak fokus lensa okuler lebih
panjang dari pada fikus lensa objektif. Lensa ini
digunakan sebagai kaca pembesar sederhana
untuk melihat untuk melihat bayangan yang
dibentuk oleh lensa objektifnya, sehingga
memungkinkan benda (bayangan yang dibentuk
oleh lensa objektif) dapat dibawa lebih dekat
kemata hingga lebih dekat dari titik dekatnya.
Karena bayangan yang dihasilkan oleh lensa ini
bersifat maya dan tegak, maka bayangan akhir
yang dihasilkan oleh kedua lensa akan bersifat
maya, terbalik dan diperbesar.

Adapun bagian lain yang biasanya terdapat dalam


mikroskop adalah:
1. Tabung Mikroskop (tubus), tabung ini berfungsi
untuk mengatur fokus dan menghubungan lensa
objektif dengan lensa okuler.
2. Makrometer (pemutar kasar), berfungsi untuk
menaik turunkan tabung mikroskop secara cepat.
3. Mikrometer (pemutar halus), berfungsi untuk
menaikkan dan menurunkan mikroskop secara
lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.
4. Revolver, berfungsi untuk mengatur perbesaran
lensa objektif dengan cara memutarnya.
5. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin yaitu
cermin datar dan cermin cekung. reflektor ini
berfungsi untuk memantulkan cahaya dari
cermin ke meja objek melalui lubang yang
terdapat di meja objek dan menuju mata
pengamat. cermin datar digunakan ketika cahaya
yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika
kurang cahaya maka menggunakan cermin
cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan
cahaya.

6. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak


sedikitnya cahaya yang masuk.
7. Kondensor, berfungsi untuk mengumpulkan
cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di
naik turunkan.

8. Meja Mikroskop, berfungsi sebagai tempat


meletakkan objek yang akan di amati.
9. Penjepit Kaca, berfungsi untuk menjepit kaca
yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser.

10. Lengan Mikroskop, berfungsi sebagai pegangang


pada mikroskop.
11. Kaki Mikroskop, berfungsi untuk menyangga atau
menopang mikroskop.
12. Sendi Inklinasi (pengatur sudut), untuk mengatur
sudut atau tegaknya mikroskop.
Sistem Kerja Mikroskop

Mikroskop dirancang untuk melihat benda yang


kecil pada jarak dekat. Benda yang akan diamati
diletakan diluar titik fokus objektif seperti pada Gambar
17. Berkas cahaya dari benda dibiaskan oleh lensa
objektif sehingga menghasilkan bayangan yang bersifat
nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan yang terbentuk
akibat pembiasan oleh lensa objektif ini menjadi benda
untuk lensa okuler. Dalam hal ini lensa okuler berfungsi
sebagai lensa pembesar, membentuk bayangan yang
bersifat maya tegak dan diperbesar. Karena benda yang
digunakan adalah bayangan yang dihasilkan oleh lensa
objektif yang bersifat terbalik. Maka hasil akhir
bayangan yang terbentuk bersifat maya, terbalik, dan
diperbesar.
Dalam sistem kerja mikroskop, perbesaran total
mikroskop merupakan hasil kali perbesaran yang
dihasilkan oleh kedua lensa. Secara matematis hal ini
dinyatakan dalam persamaan berikut.

M Gambar 17. Diagram Berkas


Mikroskop Gabungan

MOB  MOK

(9)
Keterangan :
M:
Perbesaran
total pada
mikroskop
MOB :
Perbesaran
dari lensa
objektif
MOK :
Perbesaran
dari lensa
okuler

Tinjauan Beberapa Kasus Pengamatan


1. Pengamatan Mikroskop Tanpa Akomodasi
Agar mata pengamat dalam menggunakan
mikroskop tidak berakomodasi, maka lensa okuler
harus diatur atau digeser supaya bayangan yang
diambil oleh lensa objektif tepat jatuh pada fokus
lensa okuler sehingga bayangan yang dibentuk oleh
lensa okuler berada di tak hingga. Lukisan bayangan
untuk mata tak berakomodasi dapat dilihat pada
Gambar 18.

MOK

Karena lensa okuler bekerja seperti halnya kaca pembesar maka perbesaran
lensa okuler juga dirumuskan dengan:
Gambar 16. Bagian Mikroskop

Gambar 18. Pembentukana bayangan pada mikroskop untuk


mata tak berakomodasi.
!
S Lf

OBOK

SS
OBOB

Perbesaran mikroskop untuk mata tanpa


akomodasi dapat diturunkan sebagai berikut :
. Perbesaran dari

lensa

objektif

adalah S OK

(10)
MOB
b. Perbesaran dari lensa okuler adalah

OK


(11)
(12)

c. Perbesaran mikroskop adalah

(13)

(14)

d. Panjang mikroskop adalah jarak lensa objektif


dengan lensa okuler, yakni :

(
1
5
)

Keterangan :
MOB :
Perbesar
an dari
lensa
objektif
MOK :
Perbesar
an dari
lensa
okuler
M : Perbesaran
total pada
mikroskop SOB :
Jarak benda S

MOB
terhadap lensa
objektif S’OB :
Jarak bayangan
terhadap lensa
objektif
N : Titik
dekat mata
normal (25
cm) fOK :
Jarak
fokus
lensa
okuler

L: Panjang mikroskop atau tabung

2. Pengamatan Mikroskop dengan Akomodasi


Maksimum
Pengamatan dengan mata berakomodasi
maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk
oleh lensa objektif harus terletak di ruang I lensa
okuler (di antara Ook dan fok ). Hal ini bertujuan agar
bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler tepat
pada titik dekat mata pengamat (S’OK = -N). Lukisan
bayangan untuk mata berakomodasi maksimum
dapat dilihat pada Gambar 17.
Perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi
maksimum dapat diturunkan sebagai berikut :
a. Perbesaran dari lensa objektif adalah

S OB

OB

(16)

e. Perbesaran dari lensa okuler adalah


(1
7)

Karena lensa okuler bekerja seperti halnya kaca


pembesar maka perbesaran lensa okuler juga
dirumuskan dengan:

+1 (18)

f. Perbesaran mikroskop adalah

(19
)

g. Panjang mikroskop adalah jarak lensa objektif


dengan lensa okuler, yakni :

(20)

Keterangan :
MOB :
Perbes
aran
dari
lensa
objekti
f MOK :
Perbes
aran
dari
lensa
okuler
M : Perbesaran
total pada
mikroskop SOB :
Jarak benda
terhadap lensa
objektif S’OB :
Jarak bayangan
terhadap lensa
objektif
N: Titik
dekat
mata
normal
(25 cm)
fOK : Jarak
fokus
lensa
okuler

L: Panjang mikroskop atau tabung

Contoh Soal
Sebuah benda berada pada jarak 2 cm dibawah lensa
objektif sebuah mikroskop yang mempunyai jarak fokus
1,8 cm, sedangkan jarak fokus lensa okulernya 6 cm.
Seseorang dengan titik dekat 30 cm melihat bayangan
benda tersebut dan berakomodasi maksimum.
Berapakah perbesaran total mikroskop tersebut?

Penyelesaian :
Diketahui:SOB = 2 cm
fOB =
1,8
cm
fOK =
6 cm
N=
30
cm

Ditanyakan : M = ...?
Jawab: Pada Lensa Objektif berlaku
111

=+
fSS
'
OB OB OB

111

S'OB fOB SOB

111

S' 1,8 2

10,2

S'3,6

S
' = 18 2 6  
Jadi, perbesaran total mikroskop tersebut adalah 54
kali.
OB

OB
OB

18
30 1
(
x i+

M 54

E. Teleskop
Teleskop atau teropong adalah alat optik
yang digunakan untuk melihat benda-benda yang
sangat jauh agar tampak lebih dekat dan jelas.
Ditinjau dari objeknya, teropong dibedakan menjadi
dua, yaitu teropong bintang dan teropong bumi.

1. Teropong Bintang
Fungsi Teropong Bintang
Teropong bintang adalah teropong yang
digunakan untuk melihat atau mengamati benda-
benda langit, seperti bintang, planet, dan satelit.
Nama lain teropong bintang adalah teropong
astronomi atau teleskop astronomi. Galileo
berhasil mengembangkan teleskop menjadi
instrumen yang dapat digunakan dan penting.
Dengan hal tersebut, Galileo menjadi orang yang
pertama kali melakukan penelitian luar angkasa
dengan menggunakan teleskop.
Gambar 19.
Teropong Bintang

Ditinjau dari jalannya sinar, teropong bintang


dibedakan menjadi dua, yaitu teropong bias dan
teropong pantul.

a. Teropong Bias (Keplerian)


Komponen Teropong Bias
Teropong bias terdiri atas dua lensa
cembung, yaitu sebagai lensa objektif dan okuler.
Sinar yang masuk ke dalam teropong dibiaskan
oleh lensa. Oleh karena itu, teropong ini disebut
teropong bias. Lensa objektif mempunyai fokus
lebih panjang daripada lensa okuler (lensa okuler
lebih kuat daripada lensa objektif). Hal ini
dimaksudkan agar diperoleh bayangan yang jelas
dan besar. Bayangan yang dibentuk oleh lensa
objektif selalu bersifat nyata, terbalik, dan
diperkecil. Bayangan yang dibentuk lensa okuler
bersifat maya, terbalik, dan diperbesar terhadap
benda yang diamati.

Sistem Kerja Teropong Bias


Lensa yang paling dekat dengan objek
disebut lensa objektif dan akan membentuk
bayangan nyata I1 dari benda yang jatuh pada
bidang titik fokusnya fOB (atau di dekatnya jika
benda tidak berada pada tak berhingga).
Walaupun bayangan I1 lebih kecil dari benda
aslinya, ia membentuk sudut yang lebih besar dan
sangat dekat ke lensa okuler, yang berfungsi
sebagai pembesar. Dengan demikian, lensa okuler
memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh
lensa objektif untuk menghasilkan bayangan
kedua yang jauh lebih besar I2, yang bersifat
maya dan terbalik (Gambar 20.a dan 20.b).
Gambar 20. (a) Diagram pembentukan bayangan pada teropong
pembias; (b) pembentukan bayangan pada teropong bias.

Tinjauan Beberapa Kasus Pengamatan
1) Pengamatan Teropong dengan Mata Tak
Berakomodasi
Apabila mata pengamat tidak berakomodasi
(keadaan rileks), bayangan yang dibentuk oleh lensa
objektif berada sekaligus dititik fokus lensa objektif
(fOB) dan titik fokus lensa okuler (fOK). Hal ini
berarti titik fokus lensa objektif berimpit dengan titik
fokus lensa okuler lensa okuler ini akan membentuk
bayangan yang berada ditempat tak terhingga
(Gambar20.a).
Perbesaran total dari teropong dapat diketahui
dengan melihat bahwa
'

f OK

h
fOB
di mana h adalah tinggi bayangan I1 dan kita
anggap 0 kecil, sehingga tan 0 ≈ 0 .
Kemudianm garis yang paling tebal
untuk berkas sinar sejajar dengan
sumbu utama tersebut, sebelum jatuh
pada okuler, sehingga Ii
melewati titik fokus okuler fok, berarti . Perbesaran
anguler (daya
perbesaran total) teropong adalah:
(21)

Tanda minus (-) untuk menunjukkan bahwa


bayangan yang terbentuk bersifat terbalik. Untuk
mendapatkan perbesaran yang lebih besar, lensa
objektif harus memiliki panjang fokus ( fob) yang
panjang dan panjang fokus yang pendek untuk
okuler ( fok). Panjang teropong (jarak antar lensa)
ditentukan dengan persamaan :
(22)

Keterangan :
M: Perbesaran total pada teropong
fOK: Jarak fokus lensa okuler
fOB: Jarak fokus lensa objektif
L: Panjang teropong atau tabung
S’OB: Jarak bayangan terhadap lensa objektif
SOK: Jarak benda terhadap lensa okuler
2) Pengamatan Teropong dengan Mata Berakomodasi
Maksimum
Apabila pengamat berakomodasi maksimum,
maka bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif
tetap berada pada titik fokus lensa objektif dan
berada diantara titik pusat optik dan titik fokus lensa
okuler. Perbesaran sudut teropong diturunkan
sebagai berikut,
M

fNf

=
OBOK

M
fN )
OK 
S
(23)

Untuk mata yang berakomodasi maksimum S’OB = fOB


dan S’Ok = -N
maka :
fOB

M
SOK

(24)

Atau
(25)

Dengan panjang teropong


LfOBSOK

(26)

M: Perbesaran total pada teropong


OB

SOK
fOK: Jarak fokus lensa okuler
fOB: Jarak fokus lensa objektif
L: Panjang teropong atau tabung
S’OB: Jarak bayangan terhadap lensa objektif
SOK: Jarak benda terhadap lensa okuler
N: Titik dekat mata pengamat

b. Teropong Pantul
Komponen dan Sistem Kerja Teropong Pantul
Untuk membuat teleskop pembias (teleskop
astronomi) berukuran besar diperlukan konstruksi
dan pengasahan lensa besar yang sangat sulit. Untuk
mengatasi hal ini, umumnya teleskop-teleskop
paling besar merupakan jenis teleskop pemantul
yang menggunakan cermin lengkung sebagai
objektif, (Gambar 21.a dan 21.b), karena cermin
hanya memiliki satu permukaan sebagai dasarnya
dan dapat ditunjang sepanjang permukaannya.
Keuntungan lain dari cermin sebagai objektif adalah
tidak memperlihatkan aberasi kromatik karena
cahaya tidak melewatinya. Selain itu, cermin dapat
menjadi dasar dalam bentuk parabola untuk
membetulkan aberasi sferis. Teleskop pemantul
pertama kali diusulkan oleh Newton. Biasanya lensa
atau cermin okuler, tampak seperti pada Gambar 21
dipindahkan sehingga bayangan nyata yang dibentuk
oleh cermin objektif dapat direkam langsung pada
film.
Agar teleskop astronomi menghasilkan
bayangan yang terang dari bintang-bintang yang
jauh, lensa objektif harus besar untuk
memungkinkan cahaya masuk sebanyak mungkin.
Dan memang, diameter objektif merupakan
parameter yang paling penting untuk teleskop
astronomi, yang merupakan alasan mengapa
teleskop yang paling besar dispesifikasikan dengan
menyebutkan diameter objektifnya, misalnya
teleskop Hale 200 inci di Gunung Palomar. Dalam
hal ini, konstruksi dan pengasahan lensa besar sangat
sulit.
(c)
(b)

Gambar 21. (a) dan (b) cermin cekung digunakan sebagai


objektif pada teleskop astronomi (c) pembentukan
bayangan pada teleskop pemantul

2. Teropong Bumi (Teropong Bumi/Terestrial)


Fungsi dan Komponen Teropong Bumi
Teropong bumi digunakan untuk mengamati
benda-benda yang jauh di permukaan bumi.
Teropong bumi terdiri atas tiga lensa cembung,
masing-masing sebagai lensa objektif, lensa
pembalik, dan lensa okuler. Lensa pembalik hanya
untuk membalikkan bayangan yang dibentuk lensa
objektif, tidak untuk memperbesar bayangan. Lensa
okuler berfungsi sebagai lup. Karena lensa pembalik
hanya untuk membalikkan bayangan, maka
bayangan yang dibentuk lensa objektif harus terletak
pada titik pusat kelengkungan lensa pembalik. Lensa
okuler juga dibuat lebih kuat daripada lensa objektif.
Teropong bumi sebenarnya sama dengan teropong
bintang yang dilengkapi dengan lensa pembalik.

Sistem Kerja Teropong Bumi


Tinjauan Beberapa Kasus Pengamatan
a. Pengamatan Teropong Bumi dengan Mata Tak
Berakomodasi
dibentuk bayangan di titik 2f yang lain ( yang
bersifat nyata, terbalik, dan sama besar) yang
merupakan titik fokus lensa okuler. Oleh lensa
okuler dibentuk bayangan yang bersifat maya
tegak dan diperbesar yang terletak ditempat tak
terhingga (S’OK = - ) (Gambar 22).

(a)

(b)

(a)
Gambar 22. Pembentukan bayangan untuk mata tak
berakomodasi.

Perbesaran Sudut

Panjang Teropong
(28)

Keterangan :
M: Perbesaran total pada teropong bumi
fOK: Jarak fokus lensa okuler
fOB: Jarak fokus lensa objektif
fpb: Jarak fokus lensa pembalik
L: Panjang teropong bumi atau tabung
b. Pengamatan Teropong Bumi dengan Mata
(27)
Berakomodasi Maksimum
Untuk mata yang berakomodasi maksimum,
bayangan yang dibentuk oleh lensa pembalik
berada diantara titik fokus (fOK) dan titik pusat
optik lensa okuler. Oleh lensa okuler dibentuk
bayangan yang bersifat maya, tegak, dan
diperbesar (Gambar 23).

fN f

M
  OBOK
f N OK Gambar
23. Pembentukan bayangan
dengan mata berakomodasi maksimum
Perbesaran sudut: (29)
Panjang teroppong : (30)

Keterangan :
M: Perbesaran total pada teropong bumi
fOK: Jarak fokus lensa okuler
fOB: Jarak fokus lensa objektif
fpb: Jarak fokus lensa pembalik
L: Panjang teropong bumi atau tabung
N: Jarak dekat mata pengamat
Rancangan Teropong Bumi
Ada dua rancangan teropong tersetrial atau teropong
bumi, yaitu :
a. Teropong Galilean
Teropong Galilean ditunjukkan pada
Gambar 24.a, yang digunakan Galileo untuk
penemuan-penemuan astronominya yang
terkenal, memiliki lensa divergen (lensa cekung)
sebagai okuler yang memotong berkas yang
mengumpul dari lensa objektif sebelum mencapai
fokus, dan berfungsi untuk membentuk bayangan
tegak maya. Rancangan ini sering digunakan pada
kacamata opera. Tabungnya pendek, tetapi bumi
pandang kecil. Rancangan teropong galilean
dapat dilihat pada Gambar 24.b

Gambar 24. (a) Teropong galilean (b) rancangan teropong


galilean
b. Spyglass

(a) (b)
Jenis ini menggunakan lensa ketiga
(“lensa bumi”)yang berfungsi untuk membuat
bayangan tegak seperti digambarkan pada
Gambar 25.b. Spyglass harus cukup panjang,
sehingga sangat kurang praktis. Rancangan yang
paling praktis sekarang ini adalah teropong
prisma yang diperlihatkan pada Gambar 25.b.
Objektif dan okuler merupakan lensa konvergen.
Prisma memantulkan berkas dengan pantulan
internal sempurna dan memendekkan ukuran fisik
alat tersebut, dan juga berfungsi untuk
menghasilkan bayangan tegak. Satu prisma
membalikkan kembali bayangan pada bidang
vertikal, yang lainnya pada bidang horizontal.

(a)(b)
Gambar 25. (a) Pantulan cahaya internal sempurna oleh
teropong; (b) Rancangan teropong terestrial spyglass

Contoh Soal
Pembesaran sudut suatu teleskop dengan f okuler =
25 cm dan f objektif = 75 cm adalah...
Penyelesaian:
Diketahui:f ob = 75 cm
f ok = 25 cm
Ditanyakan:M = ? = fob 75 = 3 ali 25
fo
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Pengetahuan tentang instrumen optik merupakan
bagian hal yang penting dalam memahami optika
secara keseluruhan, karena begitu banyaknya alat-
alat yang menggunakan konsep optika tersebut. Ada
beberapa instrumen optika, yakni : Mata, Kamera,
Proyektor, Mikroskop, Kaca Pembesar, dan
Teleskop. Setiap instrumen tersebut memiliki fungsi,
komponen, dan sistem kerjanya tersendiri. Hal ini
telah dirancang sedemikian rupa untuk dapat
memenuhi kebutuhan dalam bidangnya masing-
masing.

B. SARAN
1. Sebaiknya mahasiswa mampu memahami
konsep dasar optik dan sistem kerja instrumen
optik agar dapat mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam perancangan alat atau instrumen
optik sederhana.
2. Kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
alangkah baiknya diperbaiki dan dilengkapi
bersama dalam sebuah diskusi kelas.
3. Hasil perbaikan sebaiknya dijadikan referensi
untuk kepentingan lain dalam perkuliahan optik.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2.


Jakarta: Erlangga.

Nurachmandani, Setya, dkk. 2009. Fisika 1. Jakarta: :


Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
(PDF)
Saripudin, Aip, dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.(PDF)

Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik


Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Zaelani, Ahmad, dkk. 2006. Fisika. Bandung: Yrama


Widya.

Anda mungkin juga menyukai