Anda di halaman 1dari 134

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 2015

PANDUAN INVESTASI
SEKTOR KETENAGALISTRIKAN
DI INDONESIA

LAPORAN AKHIR 2015


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2
Penyusunan Panduan Investasi Sektor Ketenagalistrikan didasarkan pada surat perjanjian
kerjasama antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (selaku pengguna jasa) dengan
PT Eltra Wiratama Konsultan (selaku penyedia jasa). Berdasarkan perjanjian tersebut, ada
beberapa laporan yang harus disampaikan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, antara
lain adalah Laporan Akhir.

Panduan Investasi Sektor Ketenagalistrikan ini disusun sebagai hasil kajian terhadap berbagai
perizinan dan nonperizinan yang terkait dengan investasi sektor ketenagalistrikan. Berbagai
peraturan perundang-undangan menjadi acuan dalam mengidentifikasi satu per satu jenis
KATA PENGANTAR
perizinan dan nonperizinan di sektor ini, termasuk insentif fiskal yang digulirkan pemerintah.
Hasil identifikasi disusun menjadi skema perizinan investasi sektor ketenagalistrikan pada
berbagai jenis pembangkit. Meskipun relatif sama, pemisahan berdasarkan jenis pembangkit
dan juga unit pelaksana (investor, khususnya IPP) dalam mendukung program pengadaan
tenaga listrik 35.000 MW.

Harapannya, dokumen ini dapat diterima dengan baik, sebagai laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan dan bermanfaat bagi pengguna jasa. Atas perhatian dan kerjasama para pihak,
Kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2015

Tim Penyusun

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 3


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4
003 I KATA PENGANTAR

005 I DAFTAR ISI

008 I DAFTAR TABEL

010 I DAFTAR GAMBAR

BAB I
PENDAHULUAN
012 I 1.1 Latar Belakang

014 I 1.2 Maksud Pelaksanaan Kegiatan

015 I 1.3 Tujuan Pelaksanaan Kegiatan

015 I 1.4 Ruang Lingkup

015 I 1.5 Waktu Pelaksanaan


DAFTAR ISI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA: SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN DI
INDONESIA
016 I 2.1 Gambaran Umum Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia

017 I 2.1.1 Pembangunan Sektor Ketenagalistrikan dalam Rencana

Pembangunan Nasional

019 I 2.1.2 Kapasitas Ketenagalistrikan Indonesia

020 I 2.1.3 Kebutuhan listrik Indonesia

023 I 2.2 Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia

023 I 2.2.1 Kebutuhan Investasi Sektor Ketenagalistrikan

026 I 2.2.2 Profil dan Kebutuhan Investasi Sektor Kelistrikan Regional

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 5


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Wilayah Sumatera

035 I 2.2.3 Profil dan Kebutuhan Investasi Sektor Kelistrikan

Regional Wilayah Jawa - Bali

042 I 2.3 Skema Investasi Sektor Ketenagalistrikan di Indonesia

042 I 2.3.1 Landasan Hukum

043 I 2.3.2 Independent Power Producers (IPP)

047 I 2.3.3 Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)

054 I 2.3.4 Swasta Murni

BAB 3
METODOLOGI
056 I 3.1 Pendekatan

058 I 3.2 Metodologi


DAFTAR ISI

058 I 3.2.1 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

059 I 3.2.2 Metode Pengolahan Data

060 I 3.2.3 Beberapa Analisis yang Digunakan

061 I 3.2.4 Policy Dialogue dan Focus Discussion Group (FGD)

062 I 3.3 Penyusunan Buku Panduan Investasi Sektor

Ketenagalistrikan

BAB 4
IDENTIFIKASI PERIZINAN
INVESTASI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN
064 I 4.1 Program Pembangkit Listrik 35.000 MW

6
065 I 4.2 Mekanisme Pengadaan Listrik 35.000 MW

071 I 4.3 Identifikasi Perizinan Dalam Rangka Program Pengadaan Listrik

35.000 MW

071 I 4.3.1 Izin Prinsip Penamaman Modal

073 I 4.3.2 Pendirian Badan Usaha di Indonesia

079 I 4.3.3 Perizinan Ketenagakerjaan

080 I 4.3.4 Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL)

108 I 4.4 Skema Perizinan Investasi Sektor Ketenagalistrikan

BAB 5
INSENTIF INVESTASI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN

BAB 6
SISTEM AKUNTANSI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN
127 I 6.1 ISAK 8 : Interpretasi Perjanjian Mengandung Sewa

128 I 6.2 PSAK 30: Sewa

129 I 6.3 Sewa Dalam Laporan Keuangan Lessee Pada Sewa Pembiayaan

130 I 6.4 Transaksi Jual dan Sewa-Balik

BAB 7
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
133 I 7.1 Kesimpulan

133 I 7.2 Rekomendasi

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 7


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

020 I Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

021 I Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga

Listrik dan Beban Puncak Periode Tahun 2015–2024

021 I Tabel 3 Proyeksi Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Pelanggan

dan Rasio Elektrifikasi Periode Tahun 2015 – 2024

022 I Tabel 4 Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan

Rasio Elektrifikasi

024 I Tabel 5 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2015-

2024 per Kelompok Pelanggan (TWh)


DAFTAR TABEL

025 I Tabel 6 Kebutuhan Tambahan Pembangkit Tahun 2015-2019

(MW)

025 I Tabel 7 Kebutuhan Tambahan Pembangkit berdasarkan

Status Proyek

027 I Tabel 8 Kapasitas Terpasang Pembangkit Wilayah Sumatera

(MW) sampai dengan Bulan Desember Tahun 2014

027 I Tabel 9 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Wilayah Sumatera

(MVA)

027 I Tabel 10 Perkembangan Saluran Transmisi Wilayah Sumatera

(kms)

028 I Tabel 11 Rencana Pengembangan MPP di Sumatera

030 I Tabel 12 Kebutuhan Pembangkit Wilayah Sumatera (MW)

032 I Tabel 13 Kebutuhan Fasilitas Transmisi Wilayah Sumatera

032 I Tabel 14 Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Wilayah

Sumatera

033 I Tabel 15 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Sumatera

8
034 I Tabel 16 Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Sumatera

035 I Tabel 17 KapasitasTerpasang Pembangkit Sistem Jawa-Bali Tahun 2014

035 I Tabel 18 Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa-Bali

035 I Tabel 19 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali

038 I Tabel 20 Rencana Penambahan Pembangkit Sistem Jawa-Bali (MW)

039 I Tabel 21 Kebutuhan Saluran Transmisi Sistem Jawa-Bali

039 I Tabel 22 Kebutuhan Trafo Sistem Jawa-Bali

040 I Tabel 23 Kebutuhan Fasilitas Distribusi Sistem Jawa-Bali

041 I Tabel 24 Kebutuhan Dana Investasi untuk Sistem Jawa – Bali

048 I Tabel 25 Kerangka Regulasi Investasi Pola KPS

049 I Tabel 26 Bentuk dan Modalitas KPS

059 I Tabel 27 Jenis data dan informasi yang dibutuhkan

066 I Tabel 28 Proyek pembangkit listrik investasi PLN yang pengadaannya akan

dibuka (pelelangan)

067 I Tabel 29 Proyek pembangkit listrik investasi swasta yang pengadaannya

akan dibuka (pelelangan)

068 I Tabel 30 Proyek pembangkit listrik investasi swasta yang pengadaannya

akan dibuka (penunjukan langsung)

082 I Tabel 31 Identifikasi berbagai perizinan / non perizinan terkait investasi

sektor ketenagalistrikan

114 I Tabel 32 Bidang Usaha Tertentu Dan Daerah Tertentu Yang Mendapat

Fasilitas Tax Allowance

118 I Tabel 33 Jenis-Jenis Insentif Fiskal Dalam Rangka Pembangkitan Tenaga

Listrik

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 9


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

018 I Gambar 1 Strategi Pembangunan Nasional, 2015-2019

022 I Gambar 2 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2015

dan 2024

023 I Gambar 3 Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2015-

2024
DAFTAR GAMBAR

031 I Gambar 4 Rencana Pengembangan transmisi Sistem

sumatera Tahun 2015-2024

034 I Gambar 5 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah

Sumatera

039 I Gambar 6 Rencana Pengembangan transmisi Sistem Jawa-bali

Tahun 2015-2024

041 I Gambar 7 Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Sistem Jawa –

Bali

044 I Gambar 8 Mekanisme Pengadaan Ketenagalistrikan dengan

Penunjukkan Langsung

045 I Gambar 9 Mekanisme Pengadaan Ketenagalistrikan dengan

Pemilihan Langsung

045 I Gambar 10 Mekanisme Pengadaan Ketenagalistrikan dengan

Lelang Terbuka

046 I Gambar 11 Tahapan Bisnis Ketenagalistrikan Pola IPP

049 I Gambar 12 Bentuk dan modalitas KPS

051 I Gambar 13 Tahapan Pembiayaan Infrastruktur Kerjasama

Pemerintah Swasta

060 I Gambar 14 Sistem kebijakan

061 I Gambar 15 Proses analisis kebijakan berdasarkan masalah

10
kebijakan

069 I Gambar 16 Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW oleh

Pengembang Swasta (IPP)

069 I Gambar 17 Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW melalui

Penunjukan Langsung

070 I Gambar 18 Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW melalui

Pemilihan Langsung

070 I Gambar 19 Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW melalui

Pelelangan Umum

108 I Gambar 20 Skema umum perizinan investasi sektor ketenagalistrikan

109 I Gambar 21 Skema Perizinan untuk PLTA oleh IPP

109 I Gambar 22 Skema Perizinan untuk PLTU Mulut Tambang / Batubara oleh IPP

110 I Gambar 23 Skema Perizinan untuk PLTG / PLTGU / PLTMG oleh IPP

110 I Gambar 24 Skema Perizinan untuk PLTP oleh IPP

114 I Gambar 25 Skema Fasilitas Fiskal Mendukung Pembangunan Proyek

Ketenagalistrikan 35 000 MW

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 11


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode
2010-2014 rata-rata tumbuh sebesar 5,8%. Pada
tahun 2013 pendapatan perkapita Indonesia
mencapai USD 3.500 yang menempatkan
Indonesia berada pada lapis bawah negara-
negara berpenghasilan menengah. Untuk dapat
lepas dari middle income trap dan mencapai
target sebagai negara berpenghasilan tinggi
pada tahun 2030, perekonomian nasional
dituntut tumbuh rata-rata antara 6-8 persen per
tahun.

12
Sebagai salah satu upaya mencapai
pertumbuhan 6-8 persen per tahun, pemerintah
telah menetapkan program-program prioritas
infrastruktur untuk lima tahun kedepan melalui
Nawacita. Pembangunan infrastruktur juga
diperlukan untuk mendorong penanaman
modal yang lebih merata. Pada tahun 2015-
2019 Pemerintah telah berkomitmen untuk
membangun infrastruktur tenaga listrik sebesar
35 ribu MW. Selain itu, akan dibangun 24
pelabuhan baru, 60 pelabuhan penyeberangan,
15 bandara baru, 3.258 km jalur kereta, 2.650 km
jalan baru, dan 1.000 km jalan tol.

Untuk mencapai target tersebut, dalam lima


tahun kedepan kebutuhan investasi infrastruktur
Indonesia adalah Rp 5.519,4 triliun. Dimana
dari jumah tersebut, pendanaan pemerintah
hanya berkisar 40,14% atau sekitar Rp 2.215,6
triliun selama 5 (lima) tahun ke depan. Sehingga
terdapat selisih pendanaan sekitar Rp 3.303,8
trilliun yang akan dikejar dengan partisipasi
swasta.

Dari seluruh proyek infrastruktur yang akan


dibangun selama lima tahun kedepan,
infrastruktur sektor ketenagalistrikan menjadi
perhatian utama pemerintah. Listrik merupakan
kebutuhan dasar yang dibutuhkan Indonesia
untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi
rata-rata 6-8 persen selama 2015-2019. Tidak
hanya penting bagi pertumbuhan ekonomi, listrik
juga memberikan pengaruh yang signifikan bagi
perbaikan Human Development Index (HDI).
Dalam Journal of the Asia Pasific Economy 2011,
seorang peneliti Indonesia yang mengadakan
penelitian di Pulau Jawa menemukan bahwa
setiap kenaikan 1% dari rumah tangga yang
menggunakan listrik akan menaikkan HDI
sebesar 0,2% dalam jangka panjang. Kenaikan
HDI yang dihasilkan dari pembangunan
listrik paling tinggi dibandingkan dengan
pembangunan infrastruktur lainnya seperti 1%
kenaikan di infrastruktur air dan jalan hanya akan
menaikkan HDI sebesar masing-masing 0,03%
dan 0,01%.

Konsumsi listrik dalam kurun waktu tahun


2000-2012 mengalami pertumbuhan rata-rata
6,2% per tahun. Rendahnya pertumbuhan ini

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 13


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

menyebabkan rasio elektrifikasi nasional masih ketenagalistrikan melalui Investor Relation


tertinggal dibadingkan dengan negara-negara Unit di BKPM. Selama bulan Januari-Februari
ASEAN lainnya. Data dari Handbook of Energy & 2015 saja sudah ada 12 (dua belas) pertanyaan
Economic Statitics tahun 2013 dari Kementerian dari calon investor yang masuk. Minat yang
ESDM menunjukkan bahwa rasio elektrifikasi tinggi juga terlihat dari izin Prinsip untuk sektor
Indonesia hanya sebesar 76,56% masih jauh bila ketenagalistrikan yang dikeluarkan BKPM.
dibandingkan dengan Malaysia (99,4%), Vietnam Selama kurun waktu 2010-2014 tercatat ada
(97,6%), Thailand (87,7%), dan bahkan Filipina 114 proyek PMA di sektor ketenagalistrikan
(83,3%). dengan nilai investasi sebesar US$ 22.592,50
juta. Namun selama kurun waktu 2011-2014
Dalam rangka mencapai target pembangunan hanya terdapat realisasi sebanyak 3 proyek PMA
35 ribu GW selama lima tahun kedepan, PLN dengan nilai investasi sebesar US$ 215 juta. Agar
melalui RUPTL 2015-2024 telah menetapkan minat investasi di sektor listrik dapat terealisasi,
proyek-proyek infrastruktur ketenagalistrikan. Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan
Selama tahun 2015-2019 akan dibangun 42GW Sumber Daya Alam Lainnya merasa perlu untuk
pembangkit listrik dimana 7 GW merupakan membuat panduan investasi sektor listrik di
bagian dari Fast Track Program II dan 35 GW Indonesia. Panduan investasi ini akan memuat
adalah tambahan program pemerintahan baru. peluang investasi di sektor listrik, regulasi-
Dari jumlah tersebut PLN akan membangun regulasi terkait yang perlu diperhatikan oleh
pembangkit sebesar 17,4 GW, transmisi penanam modal baik regulasi teknis maupun
sepanjang 50 ribu kms dan gardu induk di 743 non teknis seperti lahan, penjelasan mengenai
lokasi dengan kebutuhan capital expenditure skema-skema investasi, serta penjelasan
sebesar Rp545 trilliun. Sedangkan sisanya akan mengenai perpajakan di Indonesia.
ditawarkan kepada swasta untuk membangun Dengan adanya panduan investasi ini diharapkan
pembangkit sebesar 24,9 GW dan transmisi informasi mengenai investasi di sektor listrik
sepanjang 360 kms dengan kebutuhan capital dapat lebih transparan dan terpercaya sehingga
expenditure sebesar Rp435 trilliun. Proyek- dapat mendukung perbaikan iklim investasi.
proyek ketenagalistrikan ini masih akan Selain itu, buku panduan investasi ini juga dapat
ditambahkan dengan proyek-proyek listrik digunakan sebagai media promosi untuk menarik
diluar rencana PLN. Baik yang diajukan oleh lebih banyak calon penanam modal.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Bappenas, pengelola kawasan industri maupun 1.2
pemerintah daerah seperti yang tertuang dalam
MAKSUD PELAKSANAAN
Lampiran III Infrastruktur Rencana Strategis
BKPM 2015-2019.
KEGIATAN
Maksud dari kegiatan ini adalah:
Untuk mencapai target pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan, tantangan 1. Mendukung perbaikan iklim investasi dengan
pemerintah khususnya BKPM adalah mendorong menyediakan informasi yang transparan dan
partisipasi swasta dalam pembangunan kredibel.
infrastruktur baik melalui skema Kerjasama
Pemerintah Swasta (KPS) maupun non KPS 2. Menyediakan buku panduan investasi sektor
(Business to Business). Untuk itulah diperlukan ketenagalistrikan bagi calon penanam
perbaikan iklim investasi dan promosi yang tepat modal.
dalam menarik calon penanam modal yang
serius. 3. Menyediakan buku panduan investasi sektor
ketenagalistrikan sebagai media promosi.
Ketertarikan calon penanam modal untuk
berinvestasi di sektor ketenagalistrikan
terlihat dari banyaknya pertanyaan mengenai

14
1.3 3. Focus Group Discussion
TUJUAN PELAKSANAAN Koordinasi dan pertemuan dengan
stakeholder terkait dengan tujuan untuk
KEGIATAN
memperoleh masukan dan klarifikasi
Tersedianya buku panduan investasi, khususnya informasi dari berbagai stakeholder terkait
di sektor ketenagalistrikan, yang dapat baik di pusat maupun di daerah untuk
dimanfaatkan oleh calon penanam modal untuk berbagi pengalaman dan memperoleh
mendukung terealisasinya investasi di sektor gambaran mengenai investasi di sektor
listrik. ketenagalistrikan yang dilaksanakan dalam
bentuk Focus Group Discussion (FGD)
1.4 bekerjasama dengan pihak BKPM.
RUANG LINGKUP
4. Melakukan koordinasi dengan BKPM secara
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan adalah: intensif minimal 2 (dua) kali dalam sebulan,
dalam hal penyusunan materi kajian;
1. Desk Study
Melakukan studi literatur dari berbagai 5. Membuat Laporan hasil survei pengumpulan
sumber yang terkait dengan investasi di data dan informasi;
sektor ketenagalistrikan.
6. Menyusun buku panduan investasi sektor
2. Policy Dialogue listrik di Indonesia dalam bahasa Indonesia
Pengkayaan informasi yang diperoleh dan Inggris.
dari wilayah survei di dalam maupun luar
negeri bekerjasama dengan pihak BKPM 1.5
dengan tujuan mengumpulkan data primer
WAKTU PELAKSANAAN
dan sekunder dari berbagai instansi terkait
maupun dari industri yang telah ada Kegiatan dilaksanakan dalam jangka waktu 4
mengenai kebijakan investasi di sektor (empat) bulan, sejak penandatanganan Surat
ketenagalistrikan. Perjanjian Kerjasama.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 15


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

2
TINJAUAN PUSTAKA:
SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

2.1
GAMBARAN UMUM SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

16
2.1.1
Pembangunan Sektor
Ketenagalistrikan dalam Rencana
Pembangunan Nasional

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah


tahun 2015-2019, sektor ketenagalistrikan
menjadi bagian dari strategi pembangunan
nasional, yaitu menjadi salah satu dari tiga
dimensi pembangunan nasional:

1. Dimensi pembangunan manusia dan


masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sektor unggulan


dengan prioritas

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.

Sektor ketenagalistrikan masuk dalam dimensi


salah satu sektor unggulan dan prioritas nasional
selain pangan, energi, kemaritiman, kelautan,
pariwisata dan industri.

Pada tahun 2015 ini dengan jumlah penduduk


yang diperkirakan sudah mencapai 257,9 juta
jiwa, jumlah pelanggan listrik PLN baru mencapai
60,3 juta jiwa atau rasio elektrifikasi sebesar 84%.
Kebutuhan listrik saat ini sudah mencapai 219,1
TWH. Tahun 2024 jumlah penduduk Indonesia
diperkirakan mencapai 284,8 juta jiwa dengan
jumlah pelanggan listrik mencapai 78,4 juta
jiwa, bila pertumbuhan ekonomi diperkirakan
sebesar 6,1 hingga 7,1% maka pada tahun 2024
tambahan kapasitas listrik nasional mencapai
70.400 MW dengan asumsi pertumbuhan
kebutuhan listrik sebesar 8,7% per tahun, rasio
elektrifikasi mencapai 99,4% maka kebutuhan
listrik nasional akan mencapai 464,2 TWH.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam


Journal of the Asia Pasific Economy 2011,sektor
ketenagalistrikan merupakan sektor yang
memberikan pengaruh signifikan terhadap
peningkatan kualitas pembangunan manusia
suatu daerah. Setiap kenaikan 1% dari rumah
tangga yang menggunakan listrik akan
menaikkan HDI (Human Development Index)
sebesar 0,2% dalam jangka panjang. Kenaikan
HDI yang dihasilkan dari pembangunan

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 17


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

NORMAL PEMBANGUNAN KABINET KERJA

Ÿ Membangun manusia dan masyarakat ;


Ÿ Upaya meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan
ketimpangan yang semakin melebar. Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan
produktivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat,
mengecilkan dan
mengurakngi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi bagian pertumbuhan ;
Ÿ aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan
keseimbangan
ekosistem

3 DIMENSI PEMBANGUNAN

DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN


MANUSIA SEKTOR UNGGULAN DAN PEWILAYAHAN

ANTAR KELOMPOK
PENDIDIKAN KEDAULATAN PANGAN
PENDAPATAN
KEDAULATAN ENERGI &
PENDIDIKAN ANTAR WILAYAH :
KETENAGALISTRIKAN
1 DESA
KEMARITIMAN &
PENDIDIKAN 2 PINGGIRAN
KELAUTAN
3 LUAR JAWA
PENDIDIKAN PARIWISATA & INDUSTRI 4. KAWASAN TIMUR

KONDISI PERLU

KEPASTIAN & KEAMANAN & POLITIK &


TATA KELOLA & RB
PENEGAKAN HUKUM KETERTIBAN DEMOKRASI

QUICK WINS & PROGRAM LANJUTAN LAINNYA


Gambar 1
Strategi Pembangunan Nasional, 2015-2019

listrik paling tinggi dibandingkan dengan mencapai 86,6 Giga Watt pada akhir tahun
pembangunan infrastruktur lainnya seperti 1% 2019. Kondisi ini diharapkan mampu mendorong
kenaikan di infrastruktur air dan jalan hanya rasio elektrifikasi nasional hingga mencapai
akan menaikkan HDI sebesar masing-masing 96,6 % pada akhir tahun 2019, atau mengalami
0,03% dan 0,01%. Hal ini menunjukkan betapa peningkatan sebesar 15,1% dari yang saat
pentingnya sektor ketenagalistrikan bagi ini sudah dicapai. Saat ini masih ada 18,5 %
peningkatan kualitas pembangunan manusia di penduduk Indonesia belum menikmati layanan
Indonesia. energi listrik. Dari tingkat rasio elektrifikasi
tersebut, pelayanan dasar bagi penduduk
Pada tahun 2014, kapasitas pembangkit listrik rentan dan kurang mampu (40% penduduk yang
nasional baru mencapai 50,7 Giga Watt, selama berpendapatan terendah), peningkatan akses
masa pembangunan lima tahun saat ini (2015- penerangan ditargetkan mencapai 100% dari
2019) peningkatan kapasitas pembangkit yang saat ini dicapai (52,3%) atau meningkat
listrik nasional diharapkan mampu mencapai 47,7% untuk kurun waktu 5 tahun kedepan.
peningkatan sebesar 35,9 Giga Watt atau

18
Arah kebijakan umum pembangunan pelanggan adalah energi (kWh) yang terjual
nasional 2015-2019 (Perpres Nomor 2 tahun kepada pelanggan TT (tegangan tinggi), TM
2015 tentang RPJMN) saat ini terkait sektor (tegangan menengah) dan TR (tegangan rendah)
ketenagalistrikan adalah melakukan percepatan sesuai dengan jumlah kWh yang dibuat rekening.
pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
dan pemerataan. Pembangunan infrastruktur Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2014
diarahkan untuk memperkuat konektivitas sebesar 198.601,78 GWh meningkat 5,90%
nasional untuk mencapai keseimbangan dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok
pembangunan, mempercepat penyediaan pelanggan Industri mengkonsumsi 65.908,68
infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan GWh (33,19%), Rumah Tangga 84.086,46 GWh
energi untuk mendukung ketahanan (42,34%), Bisnis 36.282,42 GWh (18,27%),
nasional. Pelaksanaan pembangunan sektor dan Lainnya (sosial, gedung pemerintah dan
ketenagalistrikan ini dilaksanakan secara penerangan jalan umum) 12.324,21 GWh
terintegrasi dan dengan meningkatkan peran (6,21%). Penjualan energi listrik untuk semua
kerjasama Pemerintah-Swasta. jenis kelompok pelanggan yaitu industri,
rumah tangga, bisnis dan lainnya mengalami
2.1.2 peningkatan masing-masing sebesar 2,37%,
Kapasitas Ketenagalistrikan Indonesia 8,90%, 5,17% dan 7,63%. Sedangkan jumlah
pelanggan pada akhir tahun 2014 baru mencapai
Kapasitas ketenagalistrikan di Indonesia 57.493.234 pelanggan atau meningkat 6,48%
ditinjau berdasarkan daya tersambung. Daya dari akhir tahun 2013. Harga jual listrik rata-rata
tersambung, energi terjual, jumlah pelanggan per kWh selama tahun 2014 sebesar Rp 939,74
dan kapasitas terpasang merupakan gambaran lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar Rp
umum dari kemampuan Indonesia dalam 818,41.
menyediakan energi listrik saat ini. Daya
tersambung yang merupakan besaran daya Kapasitas terpasang dan unit pembangkit PLN
yang disepakati oleh PLN dan pelanggan (holding dan anak perusahaan) pada akhir
dalam perjanjian jual beli tenaga listrik, Desember 2014 mencapai 39.257,53 MW dan
daya tersambung ini yang menjadi dasar 5.007 unit, dengan 31.062,19 MW (79,12%)
penghitungan beban. berada di Pulau Jawa. Total kapasitas terpasang
meningkat 14,77% dibandingkan dengan akhir
Daya tersambung listrik di Indonesia totalnya Desember 2013.
mencapai 100.030,53 MVA. Pembagian
berdasarkan kelompok pelanggan di Indonesia, Persentase kapasitas terpasang per jenis
untuk rumah tangga mencapai 48,374,47 MVA pembangkit sebagai berikut : PLTU 20.451,67
atau 48, 36% dari total daya tersambung, untuk MW (52,10%), PLTGU 8.886,11 MW (22,64%),
industri mencapai 23.541,96 MVA atau 23,53%, PLTD 2.798,55 (7,13%), PLTA 3.526,89 MW
untuk bisnis sebesar 21,22% atau mencapai (8,98%), PLTG 3.012,10 MW (7,67%), PLTP 573
21.223,71 MVA. Sedangkan sisanya untuk MW (1,46%), PLT Surya dan PLT Bayu 9,20 MW
kebutuhan sosial, gedung kantor pemerintahan (0,02%). Adapun total kapasitas terpasang
dan penerangan jalan umum. nasional termasuk sewa dan IPP adalah
51.620,58 MW.
Daya tersambung untuk Pulau Jawa pada
tahun 2014 mencapai 69.874,20 MVA atau Selama tahun 2014, jumlah energi listrik produksi
mencapai 69,85% dari total nasional, dengan sendiri (termasuk sewa) sebesar 175.296,98
tingkat pemanfaatan daya tersambung terbesar GWh meningkat 6,91% dibandingkan tahun
pada kelompok pelanggan rumah tangga yang sebelumnya. Dari jumlah tersebut, 59,12%
mencapai 30.414,07 MVA atau mencapai 43,16% diproduksi oleh PLN Holding, dan 40,88%
dari total daya tersambung di Pulau Jawa. diproduksi Anak Perusahaan yaitu PT Indonesia
Sedangkan jumlah energi yang terjual kepada Power, PT PJB, PT PLN Batam dan PT PLN

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 19


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tarakan. Persentase energi listrik produksi sendiri unit, sistem 150 kV sebanyak 1.179 unit, sistem
(termasuk sewa) per jenis energi primer adalah: 70 kV sebanyak 192 unit, dan sistem < 30 kV
gas alam 49.312,48 GWh (28,13%), batubara sebanyak 1 unit. Kapasitas terpasang dan jumlah
84.076,12 GWh (47,96%), minyak 26.433,18 trafo gardu distribusi menjadi 46.779 MVA dan
GWh (15,08%), tenaga air 11.163,62 GWh 389.302 unit. Kapasitas terpasang dan jumlah
(6,37%), dan 4.285,37 GWh (2,44%) berasal dari trafo mengalami peningkatan masing-masing
panas bumi. sebesar 8,32% dan 7,32%.

Dibandingkan tahun sebelumnya penggunaan 2.1.3


bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik di Kebutuhan listrik Indonesia
Indonesia mengalami peningkatan, sedangkan
pangsa gas alam, batubara, panas bumi dan Pertumbuhan perekonomian Indonesia selama
air mengalami penurunan. Produksi total PLN 10 tahun terakhir yang dinyatakan dalam
(termasuk pembelian dari luar PLN) pada tahun Produk Domestik Bruto (PDB) dengan harga
2014 sebesar 228.554,91 GWh, mengalami konstan tahun 2000 mengalami kenaikan rata-
peningkatan sebesar 12.366,36 GWh atau 5,72% rata 5,8% per tahun. Pertumbuhan 4 tahun
dari tahun sebelumnya. Dari produksi total PLN terakhir mencapai nilai tertinggi 6,5% seperti
tersebut, energi listrik yang dibeli dari luar PLN diperlihatkan pada tabel di bawah ini:
sebesar 53.257,93 GWh (23,30%). Pembelian
energi listrik tersebut meningkat 1.035,14 GWh Berdasarkan angka pertumbuhan ekonomi pada
atau 1,98% dibandingkan tahun 2013. Dari total RPJMN tahun 2015-2019 yang dikeluarkan oleh
energi listrik yang dibeli, pembelian terbesar BAPPENAS, ekonomi Indonesia untuk tahun
sebanyak 8.434 GWh (21,31%) berasal dari PT 2015-2019 diperkirakan akan tumbuh antara
Jawa Power, dan 7.435 GWh (18,79%) berasal 6,1%-7,1%, dan untuk periode tahun 2020-2024
dari PT Paiton Energy Company. mengacu pada RUKN 2015-2034, yaitu rata-rata
7,0% per tahun.
Pada akhir tahun 2014, total panjang jaringan
transmisi mencapai 39.909,80 kms, yang Berdasarkan hal tersebut maka kebutuhan
terdiri atas jaringan 500 kV sepanjang 5.053,00 tenaga listrik selanjutnya diproyeksikan pada
kms, 275 kV sepanjang 1.374,30 kms, 150 kV tahun 2024 akan menjadi 464 TWh, atau tumbuh
sepanjang 29.352,85 kms, 70 kV sepanjang rata-rata dari tahun 2015-2024 sebesar 8,7% per
4.125,49 kms dan 25 & 30 kV sepanjang 4,16 tahun. Sedangkan beban puncak non coincident
kms. Total panjang jaringan distribusi sepanjang pada tahun 2024 akan menjadi 74.536 MW atau
925.311,61 kms, terdiri atas JTM sepanjang tumbuh rata-rata 8,2% per tahun.
339.558,24 kms dan JTR sepanjang 585.753,37
kms. Kapasitas terpasang trafo gardu induk Jumlah pelanggan pada tahun 2014 sebesar
sebesar 86.472 MVA, meningkat 6,30% dari 57,3 juta akan bertambah menjadi
tahun sebelumnya. Jumlah trafo gardu induk 78,4 juta pada tahun 2024 atau bertambah rata-
sebanyak 1.429 unit, terdiri atas trafo sistem 500 rata 2,2 juta per tahun.
kV sebanyak 52 unit, sistem 275 kV sebanyak 5

PDB 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
PDB
(103 Triliun, Rp) 1,66 1,75 1,85 1,96 ,2,08 2,17 2,22 2,46 2,62 2,77
Harga Konstan
Growth PDB
5,05 5,67 5,50 6,32 6,06 4,63 6,22 6,49 6,26 5,78
(%)

Tabel 1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber: Statistik Indonesia, BPS

20
Beban Puncak (Non-coicident)
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Sales (TWh)
(MW)
2015 6,1 219 36.787
2016 6,4 239 39.880
2017 6,8 260 43.154
2018 7,0 283 46.845
2019 7,1 307 50.531
2020 7,0 332 54.505
2021 7 361 58.833
2022 7 392 63.483
2023 7 427 68.805
2024 7 464 74.536
Tabel 2
Pertumbuhan Ekonomi, Proyeksi Kebutuhan Tenaga Listrik dan Beban Puncak Periode Tahun 2015–2024
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

Penduduk Pelanggan RE RUPTL 2015-2024 RE RUKN 2008-2027 RE Draft RUKN


Tahun
(Juta) (Juta) (%) (%) 2015-2034 (%)
2015 257,9 60,3 87,7 79,2 85,2
2016 261,1 63,6 91,3 88,2
2017 264,3 66,2 93,6 91,1
2018 267,4 68,7 95,8 93,9
2019 270,4 71,0 97,4 96,6
2020 273,5 72,9 98,4 90,4 99,2
2021 276,5 74,4 98,9 99,3
2022 279,3 75,8 99,1 99,4
2023 282,1 77,1 99,3 99,4
2024 284,8 78,4 99,4 99,5

Tabel 3
Proyeksi Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Pelanggan dan Rasio Elektrifikasi Periode Tahun 2015 – 2024
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

Penambahan pelanggan tersebut akan dari 31,2TWh pada tahun 2015 menjadi 82,8
meningkatkan rasio elektrifikasi dari TWh pada tahun 2024 atau tumbuh rata-rata
84,4% pada 2014 menjadi 99,4% pada tahun 11,6% per tahun. Wilayah Jawa-Bali tumbuh dari
2024. Proyeksi jumlah penduduk, 165,4 TWh pada tahun2015 menjadi 324,4 TWh
pertumbuhan pelanggan dan rasio elektrifikasi pada tahun 2024 atau tumbuh rata-rata 7,8%
periode tahun 2015-2024. pertahun. Wilayah Indonesia Timur tumbuh dari
22,6 TWh menjadi 57,1 TWh atau tumbuh rata-
Proyeksi kebutuhan listrik periode tahun 2015– rata 11,1% per tahun.
2024 ditunjukkan pada tabel 4 dan gambar 2.
Proyeksi penjualan tenaga listrik per kelompok
Pada periode tahun 2015-2024 kebutuhan pelanggan memperlihatkan bahwa pada
listrik diperkirakan akan meningkat dari 219,1 sistem Jawa Bali, kelompok pelanggan industri
TWh pada tahun 2015 menjadi 464,2TWh pada mempunyai porsi yang cukup
tahun 2024, atau tumbuh rata-rata 8,7% per besar, yaitu rata-rata 41,4% dari total penjualan.
tahun. Untuk wilayah Sumatera pada periode Sedangkan di Indonesia Timur dan Sumatera
yang sama, kebutuhan listrik akan meningkat rata-rata porsi pelanggan industri adalah

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 21


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Uraian Satuan 2014* 2015 2016 2018 2020 2022 2024


Energi Demand Twh
Indonesia 201,5 219,1 238,8 282,9 332,3 392,3 464,2
Jawa Bali 153,6 165,4 178,3 207,1 239,5 278,6 324,4
Indonesia Timur 20,0 22,6 25,8 33,1 40,0 47,8 57,1
Sumatera 27,9 31,2 34,7 42,7 52,8 65,9 82,8
Pertumbuhan %
Indonesia 8,6 8,7 9,0 8,9 8,4 8,7 8,8
Jawa Bali 8,2 7,6 7,8 7,6 7,5 7,9 7,8
Indonesia Timur 12,2 12,9 14,5 14,2 9,9 9,2 9,2
Sumatera 8,5 11,7 11,1 11,1 11,2 11,8 12,2
Rasio Elektrifikasi %
Indonesia 84,4 87,7 91,3 95,7 98,4 99,1 99,4
Jawa Bali 96,8 90,5 94,6 98,4 99,8 99,9 99,9
Indonesia Timur 76,1 79,2 82,1 87,9 92,9 95,8 97,5
Sumatera 84,8 87,2 89,8 95,0 99,2 99,9 99,9

*Estimasi realisasi Energi Jual


Tabel 4
Prakiraan Kebutuhan Listrik, Angka Pertumbuhan dan Rasio Elektrifikasi
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

Gambar 2
Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2015 dan 2024
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

relatif kecil, yaitu masing-masing hanya 12% yaitu 55% untuk Indonesia Timur dan 59% untuk
dan 14,7%. Pelanggan residensial masih Sumatera.
mendominasi penjualan hingga tahun 2024,

22
Gambar 3
Proyeksi Penjualan Tenaga Listrik PLN Tahun 2015-2024
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

2.2 Isu lainnya yang dihadapi adalah masalah


PELUANG INVESTASI SEKTOR pengadaan lahan. Sifat yang khusus dari sektor
KETENAGALISTRIKAN DI energi dan ketenagalistrikan menimbulkan
INDONESIA berbagai kendala yang belum diakomodasi
secara memadai oleh peraturan yang ada
saat ini. Misalnya untuk memenuhi kewajiban
2.2.1
penyediaan lahan di awal proses pengadaan /
Kebutuhan Investasi Sektor
tender pembangunan pembangkit listrik ternyata
Ketenagalistrikan
tidak dapat dilakukan dalam kasus pembangunan
Kebijakan harga energi (BBM dan listrik) pembangkit Mulut Tambang dimana lokasi
dengan beban subsidi yang masih sangat besar, pembangunan tidak dapat ditentukan di awal.
mengakibatkan antara lain pengembangan Selain itu, pengembangan panas bumi untuk
infrastruktur energi yang memanfaatkan gas pembangkit listrik lebih banyak berada di area
maupun energi baru terbarukan (EBT) menjadi hutan lindung maupun di kawasan konservasi.
terkendala. Hal ini mendorong pemanfaatan Demikian pula halnya dengan pembangunan
energi secara boros, dan tidak memberikan jaringan transmisi baik gas bumi maupun
insentif bagi pengembangan energi non-BBM ketenagalistrikan yang membentang ratusan
untuk rumah tangga, transportasi, industri kilometer yang membutuhkan waktu yang
maupun bisnis, serta tercermin dari tingkat sangat panjang untuk proses pengadaan
elastisitas energi yang masih cukup tinggi yaitu lahannya. Selanjutnya, penciptaan industri
sekitar 1,63 (Thailand 1,4 dan Singapura 1,1, yang lebih efisien menjadi salah satu kunci
negara maju 0,1 hingga 0,6), tingkat intensitas pokok keberhasilan pembangunan energi
energi pada indeks 400 (Amerika Utara 300, dan ketenagalistrikan. Industri energi dan
OECD sekitar 200, Thailand 350, dan Jepang ketenagalistrikan masih ditandai oleh perilaku
100). Sejak tahun 2010, subsidi BMM telah monopoli yang dapat menghambat efisiensi
meningkat hampir rata-rata sekitar 100 persen maupun efektifitas sistem industri secara
setiap tahun, sedangkan subsidi listrik telah keseluruhan. Kebijakan akses terbuka untuk
meningkat rata-rata hampir 20 persen setiap pemakaian infrastruktur secara bersama (open
tahun. access) sebagai prasyarat bagi tumbuhnya
industri yang efisien masih belum berkembang.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 23


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Regional 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Jawa-Bali
Rumah Tangga 59,6 64,2 68,6 73,5 78,5 83,7 89,7 96,1 102,9 110,1
Bisnis 30,0 32,9 35,5 37,9 40,5 43,2 46,3 49,8 53,8 57,8
Publik 8,7 9,5 10,4 11,2 12,1 13,1 14,2 15,5 16,8 18,2
Industri 67,1 71,7 77,9 84,5 91,7 99,4 108,1 117,3 127,3 138,2
Jumlah 165,4 178,3 192,5 207,1 222,8 239,5 258,3 278,6 300,8 324,4
Sumatera
Rumah Tangga 17,6 19,6 21,8 24,4 27,3 30,5 34,3 38,6 43,5 49,2
Bisnis 5,1 5,7 6,5 7,3 8,1 9,1 10,2 11,4 12,7 14,2
Publik 3,2 3,6 4,0 4,5 5,0 5,6 6,2 7,0 7,8 8,8
Industri 5,3 5,8 6,1 6,6 7,1 7,6 8,2 8,9 9,7 10,6
Jumlah 31,2 34,7 38,4 42,7 47,5 52,8 58,9 65,9 73,8 82,8
Indonesia Timur
Rumah Tangga 13,1 14,5 16,1 17,9 19,8 22,0 24,1 26,4 28,8 31,4
Bisnis 5,3 6,0 6,7 7,5 8,3 9,3 10,4 11,6 13,0 14,5
Publik 2,2 2,4 2,6 2,8 3,1 3,5 3,8 4,2 4,6 5,0
Industri 2,0 3,0 3,7 4,9 5,1 5,3 5,5 5,7 5,9 6,1
Jumlah 22,6 25,8 29,0 33,1 36,4 40,0 43,8 47,8 52,2 57,1
Indonesia
Rumah Tangga 90,3 98,3 106,5 115,8 125,6 136,2 148,1 161,0 175,2 190,7
Bisnis 40,4 44,6 48,7 52,7 57,0 61,6 66,9 72,8 79,5 86,6
Publik 14,0 15,4 17,0 18,5 20,3 22,2 24,3 26,6 29,2 32,1
Industri 74,4 80,5 87,7 96,0 103,8 112,3 121,8 131,9 142,9 154,9
Jumlah 219,1 238,8 259,9 282,9 306,7 332,3 361,0 392,3 426,8 464,2

Sumber
Tabel 5 : RUPTL PLN 2015-2024
Tabel 2.5.
Proyeksi ProyeksiTenaga
Penjualan Penjualan Tenaga
Listrik Listrik PLN
PLN Tahun Tahun 2015-2024
2015-2024 per Pelanggan
per Kelompok Kelompok Pelanggan
(TWh) (TWh)
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

Kesetaraan akses terhadap sistem transmisi yaitu NTT dan Papua, dimana masing-masing
(jaringan gas bumi dan ketenagalistrikan) sebesar 57,58 persen, dan 35,55 persen. Tingkat
diperlukan untuk mendorong kondisi yang lebih layanan ketenagalistrikan yang masih relatif
kompetitif baik di sisi pemanfaatan maupun rendah juga dapat ditunjukkan dari besarnya
penyediaannya. konsumsi tenaga listrik per kapita dimana pada
tahun 2012, tingkat konsumsi tenaga listrik
Pembangunan infrastruktur dasar perkapita adalah 0.6 MWh/kapita dengan
ketenagalistrikan dalam RPJMN 2015-2019 produksi tenaga listriksebesar 173,51 ribu GWh.
diarahkan pada Penyediaan Listrik Untuk
Rakyat. Total rasio elektrifikasi pada tahun 2014 Penyediaan listrik secara umum untuk menunjang
diperkirakan baru mencapai sekitar 81,51 persen pertumbuhan ekonomi, dalam kurun lima tahun
atau masih ada sekitar 18,5 persen penduduk terakhir telah dilakukan penambahan kapasitas
Indonesia belum dapat menikmati layanan pembangkit listrik lebih kurang sebesar 17
ketenagalistrikan. Aksesibilitas sarana prasarana GW, sehingga kapasitas pembangkit listrik
ketenagalistrikan sangat timpang, beberapa nasional sampai akhir tahun 2014 diperkirakan
daerah yang masih memiliki tingkat rasio akan mencapai sekitar 50,7 GW. Hal ini telah
elektrifikasi di bawah 60 persen pada tahun 2013 mampu menunjang pertumbuhan ekonomi

24
Pembangkit PLN Pembangkit IPP
Total Total
Total Total
Tahun Kapasitas Tahun Kapasitas
Lokasi Lokasi
(MW) (MW)
2015 26 2,658 2015 13 1,471
2016 40 2,348 2016 13 1,357
2017 43 4,830 2017 39 1,720
2018 30 3,777 2018 33 5,461
2019 17 4,414 2019 37 14,905
Total 156 18,027 Total 135 24,914
Tabel 6
Kebutuhan Tambahan Pembangkit Tahun 2015-2019 (MW)
Tabel 2.6. Kebutuhan Tambahan Pembangkit Tahun 2015-2019 (MW)

Pengembang 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Tahap Konstruksi
PLN 2,308 784 339 562 200 4,193
IPP 1,471 971 286 41 55 2,824
Sub-Total 3,779 1,755 625 603 255 7,017
Commited
PLN - 454 2,090 575 2,539 5,658
IPP 3 78 563 5,048 5,737 11,429
Sub-Total 3 532 2,653 5,623 8,276 17,087
Tahap Rencana
PLN - 1,610 2,251 2,640 1,675 8,175
IPP - 315 861 372 9,113 10,661
Sub-Total - 1,925 3,112 3,011 10,788 18,836
Total 3,782 4,212 6,389 9,237 19,319 42,940
Tabel 7
Kebutuhan Tambahan Pembangkit berdasarkan Status Proyek
Sumber : RUPTL PLN 2015-2024

nasional. Namun, menghadapi kesinambungan tahun 2015-2019 meliputi pengembangan


penyediaan listrik untuk kurun waktu beberapa pembangkit, jaringan transmisi dan Gardu Induk
tahun mendatang, berdasarkan perkiraan (GI) dan jaringan distribusi. Pengembangan
proyeksi neraca daya, diperkirakan akan tersebut untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi
terjadi penurunan cadangan daya listrik yang 6,7%, pertumbuhan kebutuhan listrik 8,8% dan
cukup signifikan, bahkan potensial terjadi rasio elektrifikasi 97% pada 2019. Program ini
kembali krisis listrik. Hal ini dikarenakan dalam merupakan bagian dari rencana pengembangan
beberapa tahun terakhir ini, pembangkit ketenagalistrikan 10 tahun ke depan.
listrik yang sedang berjalan pembangunannya
belum dapat diselesaikan dan masuk ke Pembangunan Pembangkit Listrik Tahun 2015-
dalam sistem ketenagalistrikan sesuai dengan 2019
perencanaan,sehingga perlu segera dilakukan
percepatan pembangunan berbagai pembangkit Tingkat kebutuhan elektifikasi yang masih
listrik. tinggi memerlukan tambahan pembangkit baru.
Pembangkit baru yang diperlukan untuk 5 tahun
Program pembangunan ketenagalistrikan ke depan sebesar 35 GW tidak termasuk yang

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 25


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

sedang dalam tahap konstruksi sebesar 6,6 GW, 1 proyek melalui proses pemilihan langsung,
seperti terlihat dalam tabel 6. dan sisanya sebanyak 11 proyek pengadaannya
sudah dilakukan dengan mekanisme pelelangan.
Berdasarkan rencana pengembangan listrik
35.GW, persiapan infrastruktur pembangkit listrik Pengembangan listrik swasta yang
sebesar 6,6 GW saat ini sudah dalam tahap pengadaannya akan dibuka, 16 proyek akan
konstruksi, 17 GW telah committed dan 18,7 GW dilakukan penunjukkan langsung, dan 35 proyek
saat ini masih dalam tahap rencana. Kondisil ini yang pengadaannya akan dibangun melalui
ditampilkan pada tabel 7 mekanisme pelelangan.

Pembangunan kelistrikan di Indonesia untuk Rencana pengembangan pembangkit listrik


tahun 2015-2019 telah ditetapkan dalam nasional tahun 2015-2019, ada 45 proyek
Kepmen 0074.K/21/MEM/2015 tentang rencana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau
usaha penyediaan tenaga listrik 2015-2024. mencapai 41% dari total proyek pembangkit
Target pengembangan pembangkit listrik listrik yang akan dikembangkan, 15 proyek
sebesar 35 GW akan dilaksanakan dengan atau 14% berupa Pembangkit Listrik Tenaga
pembangunan 109 pembangkit listrik baru. Air (PLTA). 10 proyek atau 9% merupakan
Pengembangan pembangkit listrik ini tidak Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU),
hanya dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) saja, 9 proyek atau 8% merupakan Pembangkit Listrik
tetapi juga akan melibatkan pihak swasta. Tenaga Gas atau Mesin Gas (PLTG/MG), 15
Keterlibatan pihak swasta dalam pengembangan proyek atau 15% merupakan Pembangunan
listrik nasional direncanakan mencapai 71% Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap atau
dari total pembangunan pembangkit listrik yang Mesin Gas Uap. Ada 10 proyek atau 9% yang
direncanakan di Indonesia. Pengembangan listrik merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin
swasta mencapai 25.904 MW dari rencana 36,6 Gas (PLTMG), 4 proyek berupa Pembangkit
MW, sedangkan sisanya sebesar 29% ( 10.681 Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 1 proyek yang
MW) dilaksanakan oleh pihak PT PLN (Persero). merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD), 1 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Dari 109 pembangkit listrik yang akan (PLTG), 2 proyek Pembangkit Listrik Tenaga
dibangun di seluruh Indonesia, ada 24 Bayu/Angin (PLTB) dan 1 proyek Pembangkit
rencana pembangunan pembangkit listrik Listrik Tenaga Gas/Uap.
yang akan dilaksanakan di regional Jawa-
Bali, 42 pembangkit listrik akan dibangun di 2.2.2
regional Sumatera, 37 pembangkit listrik yang Profil dan Kebutuhan Investasi Sektor
akan dibangun di Indonesia Timur (termasuk Kelistrikan Regional Wilayah Sumatera
Kalimantan) dan sisanya sebanyak 6 pembangkit
listrik yang bersifat mobile yang dapat dipindah- 1. Sistem Pembangkitan
pindahkan akan dikembangkan juga di
Indonesia. Kapasitas terpasang pembangkit milik PLN
dan IPP yang tersebar di Sumatera sampai
Saat ini dari 109 pembangkit listrik yang dengan bulan September 2014 adalah 6.116
akan dibangun tersebut, ada 35 proyek yang MW dengan perincian ditunjukkan pada
ditangani PT PLN (Persero) dan delapan (8) tabel 8.
proyek pembangkit listrik pengadaannya sudah
berlangsung. Pengadaan pembangkit listrik milik Kapasitas pembangkit tersebut sudah
PLN yang akan dilakukan pelelangan sebanyak termasuk IPP dengan kapasitas 818 MW.
27 proyek. Sedangkan pengembangan listrik Walaupun kapasitas terpasang pembangkit
swasta yang saat ini proyek pengadaannya sudah adalah 6.116 MW, kemampuan netto dari
berlangsung sebanyak 21 proyek, 9 proyek pembangkit tersebut lebih rendah dari angka
pengadaannya merupakan penunjukan langsung, tersebut karena banyak PLTD yang telah

26
PLN IPP
Jumlah Jumlah
Unit EBT EBT
PLTGU PLTU PLTD PLTG PLTP PLTA PLN+IPP PLTGU PLTU PLTD PLTG PLTP PLTA PLN+IPP
Lain Lain
Aceh - - 105 - - 3 - 108 - 15 - 10 - 1 26 134
Sumut - - 14 - - - - 14 - - - - - - - 14
Sumbar - - 31 - - 1 - 32 - - - - - 9 9 41
Riau - 7 158 - - - - 165 - 5 2 6 - - 13 178
S2JB - - 57 - - 2 - 59 - 13 - 65 - 12 90 149
Babel - 30 89 - - - - 119 - - - - - - 13 132
Lampung - - 4 - - - - 4 - - - - - - - 4
Kit Sumbagut 818 710 216 340 - 254 - 2,338 - - - - - - - 2,338
Kit Sumbagsel 120 974 241 404 110 610 - 2,459 - - - - - - - 2,459
P3B Sumatera - - - - - - - - - 227 - 260 - 180 667 667
Total 938 1,721 915 744 110 870 - 5,298 - 260 2 341 - 202 818 6,116

Tabel 8
Kapasitas Terpasang Pembangkit Wilayah Sumatera (MW) sampai dengan Bulan Desember Tahun 2014

Region 2009 2010 2011 2012 2013 Sept’14


Sumatera 5,680 6,415 7,020 8,157 8,296 9,396
275/150 kV 160 160 410 410 410 910
150/20 kV 5,170 5,920 6,215 7,352 7,490 8,000
70/20 kV 350 335 395 395 396 486

Tabel 9
Perkembangan Kapasitas Trafo GI Wilayah Sumatera (MVA)

Region 2009 2010 2011 2012 2013 Sept’14


Sumatera 9,769 9,567 9,802 9,956 10,762 11,299
275 kV 1,011 1,011 1,028 1,028 1,374 1,514
150 kV 8,423 8,224 8,439 8,596 9,069 9,416
70 kV 334 332 334 332 319 369

Tabel 10
Perkembangan Saluran Transmisi Wilayah Sumatera (kms)

berusia lebih dari 10 tahun dan mengalami berarti terutama di sistem Sumatera.
derating. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan
perkembangan kapasitas trafo pada
Beban puncak sistem kelistrikan wilayah gardu induk di Luar Jawa-Bali selama 5
Sumatera sampai dengan bulan September tahun terakhir. Kapasitas terpasang gardu
2014 mencapai 5.017 MW. Jika beban induk pada tahun 2009 sekitar 5.680 MVA
puncak dibandingkan dengan daya mampu meningkat menjadi 9.396 MVA pada bulan
pembangkit pada saat ini dan apabila September 2014. Hal ini menunjukkan
menerapkan kriteria cadangan 35%, maka pembangunan gardu induk meningkat rata-
diperkirakan terjadi kekurangan sekitar 2.000 rata 10,7% per tahun dalam periode tahun
MW. Untuk menanggulangi kekurangan 2009-bulan September 2014.
pembangkit tersebut, hampir seluruh unit
usaha PLN di Wilayah Sumatera telah Untuk pengembangan saluran transmisi
melakukan sewa pembangkit. dapat dilihat pada tabel 9, yang
menunjukkan bahwa pembangunan sarana
2. Sistem Transmisi transmisi meningkat rata-rata 4% pertahun
dalam kurun waktu tahun 2009-2014, dimana
Sistem penyaluran di Wilayah Sumatera panjang saluran transmisi pada tahun 2009
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sekitar 9.769 kms meningkat menjadi 11.299
menunjukkan perkembangan yang cukup kms pada bulan September 2014.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 27


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3. Kondisi Sistem Distribusi Merang sebesar 10 bbtud dan disimpan


sebagai CNG.
Berikut ini diberikan perbaikan susut jaringan
dan keandalan sistem distribusi pada • PLTG/MG Jambi 100 MW yang
lima tahun terakhir. Kondisi susut jaringan diharapkan dapat memperoleh gas dari
distribusi di wilayah Sumatera, realisasi Jambi Merang dan disimpan sebagai
susut distribusi 12,43% diatas target RKAP CNG.
8,82%. Dari perhitungan menggunakan
formulasi Peraturan Dirjen Ketenagalistrikan • PLTG/MG Lampung 200 MW yang
susut teknis Sumatera adalah 11,18%. Susut diharapkan akan mendapatkan gas dari
teknis ini jauh diatas target RKAP. Mengingat beberapa alternatif sumber gas, juga
workplan teknis untuk mengatasi susut teknis perlu disimpan sebagai CNG.
tersebut baru dapat dikerjakan fisiknya pada
triwulan IV tahun 2014, maka hasil workplan • PLTGU/MGU Sumbagut-3 dan
tersebut baru bisa berkontribusi pada tahun Sumbagut-4 masing-masing dengan
2015. kapasitas 250 MW akan menggunakan
sumber gas Arun.
4. Penanggulangan Jangka Menengah Tahun
2015-2019 • PLTGU IPP Riau 250 MW.

Kapasitas
Berdasarkan gambaran diatas maka No Sistem Kelistrikan Provinsi
(MW)
upaya-upaya mendesak yang hendaknya
1 Sumbagut Sumut 250
dilaksanakan/diselesaikan pada wilayah 2 Sumbagut Sumut 100
Sumatera adalah sebagai berikut: 3 Sumbagteng Jambi 100
4 Sumbagsel Lampung 100
A. Pembangkitan 5 Nias Sumut 25
6 Bangka Bangka 50

Menyelesaikan pembangunan pembangkit Tabel 11


tenaga listrik dengan total kapasitas 9.915 Rencana Pengembangan MPP di Sumatera
MW dalam kurun waktu tahun 2015-2019,
yang terdiri dari PLTP sebesar 790 MW, PLTU • Mempercepat pembangunan proyek-
Batubara 5.475 MW, PLTA/M 741 MW, PLTG/ proyek pembangkit lainnya
MG 1.618 MW dan PLTGU 1.280 MW. Secara
khusus berikut ini disebutkan proyek-proyek Untuk mengurangi pembangkit sewa dalam
pembangkit peaker dan Load Follower untuk mengatasi kondisi kekurangan pasokan daya,
memenuhi kebutuhan sistem kelistrikan perlu dibangun MPP (Barge Mounted atau
Sumatera : Truck Mounted) dengan total kapasitas 625 MW
dengan rincian seperti dalam tabel 11.
• PLTMG Arun 200 MW dan PLTGU/MGU
Sumbagut-1 250 MW yang keduanya B. Transmisi dan Gardu Induk
direncanakan beroperasi dengan gas
yang akan dipasok dari regasifikasi LNG di • Pembangunan Saluran UdaraTegangan
Arun. Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Sumatera
dari New Aur Duri – Peranap – Perawang
• PLTMG Sei Gelam 104 MW yang akan sebagai Back Bone koridor timur
dipasok dari gas CNG Sei Gelam sebesar Sumatera.
4,5 bbtud.
• Percepatan konstruksi transmisi 275 kV
• PLTG/MG Riau 200 MW yang PLTU Pangkalan Susu - Binjai dan IBT
direncanakan akan dipasok dari gas Jambi 275/150 kV di Binjai yang harus dapat

28
beroperasi seiring dengan beroperasinya yang diperkirakan dapat beroperasi pada
PLTU Pangkalan Susu pada tahun 2014. bulan Oktober 2015.

• Percepatan pembangunan gardu • Percepatan interkoneksi 150 kV Batam –


induk dan IBT 275/150 kV pada sistem Bintan melalui kabel laut untuk memenuhi
transmisi 275 kV di jalur barat Sumatera kebutuhan sistem Bintan dan menurunkan
(Lahat - Lubuk Linggau - Bangko - Muara biaya produksi di pulau Bintan.
Bungo - Kiliranjao) untuk meningkatkan
kemampuan transfer daya dari Sistem • Percepatan interkoneksi 150 kV Sumatera
Sumbagsel ke sistem Sumbagteng. – Bangka melalui kabel laut. Tujuan
interkoneksi adalah untuk memenuhi
• Percepatan pembangunan transmisi kebutuhan listrik di pulau Bangka karena
275 kV jalur timur Sumatera dari New ketidakpastian penyelesaian proyek
Aur Duri - Betung - Palembang, untuk PLTU disana, menurunkan biaya produksi
dapat mengevakuasi power dari PLTU IPP dan meningkatkan keandalam sistem
Sumsel-5, Sumsel-7 dan Sumsel-1. kelistrikan di pulau Bangka. Interkoneksi
dengan kabel laut ini diharapkan dapat
• Pembangunan transmisi 275 kV Muara beroperasi pada tahun 2017.
Enim - double pi incomer (Lahat -
Gumawang) dan Gumawang - Lampung • Percepatan proyek transmisi 275 kV
untuk mengevakuasi power dari PLTU IPP interkoneksi Kalbar – Serawak agar dapat
Sumsel-6. beroperasi pada akhir tahun 2015 untuk
memenuhi kebutuhan sistem Kalbar,
• Percepatan pembangunan transmisi 275 mengurangi ketidakpastian kecukupan
kV Arun – Langsa – Pangkalan Susu untuk daya, menurunkan biaya produksi dan
dapat mengevakuasi power dari PLTMG meningkatkan keandalan.
Arun (200 MW) dan PLTGU Sumbagut-2
(250 MW). 5. Penambahan Kapasitas Pembangkit

• Percepatan pembangunan transmisi 275 Sistem PLN di wilayah Sumatera terdiri dari 1
kV Kiliranjao - Payakumbuh - Padang sistem interkoneksi, yaitu: Sistem Sumatera.
Sidempuan dan Payakumbuh - Perawang Di luar sistem interkoneksi tersebut pada
untuk meningkatkan kemampuan transfer saat ini terdapat 2 sistem isolated yang
daya ke provinsi Sumbar dan Riau. cukup besar dengan beban puncak di atas
50 MW, yaitu Bangka dan Tanjung Pinang
• Percepatan penyelesaian konstruksi serta terdapat beberapa sistem isolated
transmisi 275 kV Simangkok - Galang dan dengan beban puncak di atas 10 MW, yaitu
IBT 275/150 kV di Galang untuk evakuasi Takengon, Sungai Penuh, Rengat, Tanjung
daya pembangkit besar berbahan bakar Balai Karimun dan Belitung.
murah menuju pusat beban di Medan.
Penambahan Pembangkit Wilayah Sumatera
• Percepatan pembangunan T/L 150 kV pada tabel dibawah ini diperlihatkan jumlah
Tenayan - Teluk Lembu, untuk dapat kapasitas dan jenis pembangkit yang
mengevakuasi power dari PLTU Tenayan dibutuhkan dalam kurun waktu Tahun 2015-
yang diperkirakan dapat beroperasi pada 2024 untuk wilayah Sumatera.
akhir tahun 2015.
Tabel 12 menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
• Percepatan pembangunan GI 150 kV
Arun dan transmisi terkait, untuk dapat • Tambahan kapasitas pembangkit
mengevakuasi power dari PLTMG Arun tahun 2015-2024 adalah 17,7 GW atau

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 29


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah
PLN
PLTU 714 21 - 200 600 200 - - - - 1,735
PLTP - - - - 55 55 - - - 110 220
PLTGU - - 280 250 500 - - - - - 1,030
PLTG 200 640 504 - - 70 65 - - - 1,479
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM - - - - - - - - - - -
PLTA - - - 88 174 - 145 132 500 500 1,539
PLT Lain 3 - - - - - - - - - 3
Jumlah 917 661 784 538 1,329 325 210 132 500 610 6,006
IPP -
PLTU 375 150 14 757 2,857 600 300 - 300 530 5,883
PLTP - 55 220 290 170 257 160 135 330 748 2,365
PLTGU - - 90 160 - - - - - - 250
PLTG - - 40 234 - - 41 - - - 315
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM 11 13 250 10 - - - - - - 284
PLTA - 45 - 77 73 59 175 878 - - 1,307
PLT Lain 8 - - - - - - - - - 8
Jumlah 394 263 614 1,528 3,100 916 676 1,013 630 1,278 10,412
Unallocated -
PLTU - - - - - 100 150 - 100 100 450
PLTP - - - - - - - - - - -
PLTGU - - - - - - - - - - -
PLTG - - - - - - - - 15 15 30
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM - - - - - - - - - - -
PLTA - - - - - - - 89 - 739 828
PLT Lain - - - - - - - - - - -
Jumlah - - - - - 100 150 89 115 854 1,308
Total
PLTU 1,089 171 14 957 3,457 900 450 - 400 630 8,068
PLTP - 55 220 290 225 312 160 135 330 858 2,585
PLTGU - - 370 410 500 - - - - - 1,280
PLTG 200 640 544 234 - 70 106 - 15 15 1,824
PLTD - - - - - - - - - - -
PLTM 11 13 250 10 - - - - - - 284
PLTA - 45 - 165 247 59 320 1,099 500 1,239 3,674
PLT Lain 11 - - - - - - - - - 11
Jumlah 1,310 924 1,398 2,066 4,429 1,341 1,036 1,234 1,245 2,742 17,726
Tabel 12
Kebutuhan Pembangkit Wilayah Sumatera (MW)

30
penambahan kapasitas rata-rata 1,7 listrik dari pembangkit listrik di daerah
GW per tahun yang terdiri dari sistem yang kaya sumber energi primer murah
interkoneksi Sumatera 16,2 GW dan luar (Sumbagsel dan Riau) ke daerah pusat beban
sistem interkoneksi sumatera 1,5 GW. yang kurang memiliki sumber energi primer
murah (Sumbagut). Selain itu transmisi 500
• PLTU batubara akan mendominasi jenis kV juga dikembangkan di Sumatera Selatan
pembangkit thermal yang akan dibangun, sebagai feeder pemasok listrik dari PLTU
yaitu mencapai 8,1 GW atau 45,5%, mulut tambang ke stasiun konverter transmisi
disusul oleh PLTG/MG dengan kapasitas HVDC yang akan menghubungkan pulau
1,8 GW atau 10,3% dan PLTGU 1,3 GW Sumatera dan pulau Jawa. Pengembangan
atau 7,2%. Sementara untuk energi transmisi sistem Sumatera sebagaimana
terbarukan khususnya panas bumi sebesar ditunjukkan pada gambar 4.
2,6 GW atau 14,6%, PLTA/PLTM/pumped
storage sebesar 3,9 GW atau 22,3%, dan Rencana pengembangan sistem transmisi
pembangkit lainnya 0,01 GW atau 0,1%. dalam RUPTL 2015-2024 akan banyak
mengubah topologi jaringan dengan
6. Pengembangan Sistem Penyaluran terwujudnya sistem interkoneksi 275 kV
di koridor barat dan 500 kV di koridor
Pengembangan transmisi di Sumatera timur Sumatera. Pengembangan juga
akan membentuk transmisi back-bone 500 banyak dilakukan untuk memenuhi
kV yang menyatukan sistem interkoneksi pertumbuhan demand dalam
Sumatera pada koridor timur. Pusat-pusat bentuk penambahan kapasitas trafo.
pembangkit skala besar dan pusat-pusat Pengembangan untuk meningkatkan
beban yang besar di Sumatera akan keandalan dan debottlenecking yang juga
tersambung ke sistem transmmisi 500 kV ini. terdapat di beberapa sistem, antara lain
Transmisi ini juga akan mentransfer tenaga rencana pembangunan sirkit kedua dan
reconductoring beberapa ruas transmisi di

Gambar 4
Rencana Pengembangan transmisi Sistem Sumatera Tahun 2015-2024

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 31


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

sistem Sumbagut dan Sumbagsel. Rencana • Pengembangan transmisi 150 kV yang


interkoneksi dengan tegangan 275 kV di ada di lokasi tersebar di sistem Sumatera
Sumatera diprogramkan untuk terlaksana dalam rangka memenuhi kriteria
seluruhnya pada tahun 2017. Selain itu keandalan (N-1) dan untuk mengatasi
terdapat pembangunan beberapa gardu bottleneck penyaluran, perbaikan
induk dan transmisi 150 kV untuk mengambil tegangan pelayanan, dediselisasi dan
alih beban dari pembangkit diesel ke sistem fleksibilitas operasi.
interkoneksi (dedieselisasi).
• Pembangunan transmisi 275 kV mulai
Rencana pengembangan sistem penyaluran dari Lahat - Lubuk Linggau – Bangko
Wilayah Sumatera hingga tahun 2024
diproyeksikan sebesar 49.016 MVA untuk • Muara Bungo – Kiliranjau – Payakumbuh –
pengembangan gardu induk (500 kV, 275 Padangsidempuan – Sarulla – Simangkok
kV, 150 kV dan 70 kV) serta 23.613 kms – Galang – Binjai – Pangkalan Susu
pengembangan transmisi dengan perincian sebagai tulang punggung interkoneksi
pada tabel 13 dan tabel 14 Sumatera koridor barat yang akan
mengevakuasi daya dari Sumatera
Beberapa proyek transmisi strategis di Sumatera bagian selatan yang kaya akan sumber
antara lain: energi primer ke pusat beban terbesar
di Sumatera bagian utara. Interkoneksi
• Pembangunan transmisi baru 150 dan 275 kV ini akan dapat beroperasi secara
275 kV terkait dengan proyek pembangkit bertahap mulai tahun 2015, tahun 2016
PLTU percepatan, PLTA, PLTU IPP dan dan tahun 2017.
PLTP IPP.

Satuan kms
TRANSMISI 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Total
500 kV AC - - 860 - 270 1.560 - - 100 - 2.790
500 kV DC - - - - 1.243 - - - - - 1.243
275 kV 1.967 742 30 1.833 510 - - 40 - 844 5.966
150 kV 3.591 2.755 2.022 1.347 1.525 252 242 344 536 390 13.003
70 kV 160 450 1 - - - - - - - 611
Total 5.718 3.947 2.912 3.180 3.548 1.812 242 384 636 1.234 23.613
Tabel 13
Kebutuhan Fasilitas Transmisi Wilayah Sumatera

Satuan MVA
TRAFO 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Total
500/275 kV - - 2.000 - - 3.000 - - - - 5.000
500/150 kV - - 1.000 - - 2.500 - - - - 3.500
500 kV DC - - - - 600 - - - - - 600
275/150 kV 5.500 3.500 2.250 2.750 1.500 1.500 - - - 500 18.750
150/70 kV 20 30 30 - - - - - - - 80
150/20 kV 3.160 2.626 2.730 2.220 1.150 1.960 860 1.650 2.670 1.880 20.906
70/20 kV - 60 - 30 - - 90 - - - 180
Total 8.680 6.216 8.010 5.000 4.500 8.960 950 1.650 2.670 2.380 49.016
Tabel 14
Kebutuhan Fasilitas Trafo dan Gardu Induk Wilayah Sumatera

32
• Proyek transmisi 500 kV mulai dari Dengan adanya interkoneksi tersebut,
Muara Enim – New Aur Duri – Peranap maka di Bangka dapat dibangun
– Perawang – Rantau Parapat – Kuala PLTU dengan kelas yang lebih besar
Tanjung – Galang, sebagai tulang dibandingkan jika seandainya tidak ada
punggung interkoneksi Sumatera koridor interkoneksi, yaitu kelas 100 MW.
timur yang akan mengevakuasi daya
dari Sumatera bagian selatan yang kaya Dalam kurun waktu tahun 2015-2024,
akan sumber energi primer ke pusat panjang transmisi yang akan dibangun
beban terbesar di Sumatera bagian mencapai 23.613 kms dan trafo dengan
utara. Interkoneksi 500 kV ini akan dapat kapasitas total mencapai 49.016 MVA.
beroperasi secara bertahap mulai tahun
2017 sampai dengan tahun 2022. 7. Pengembangan Sistem Distribusi

• Pembangunan transmisi dan kabel laut Rencana pengembangan sistem distribusi


±500 kV HVDC Sumatera – Peninsular untuk Regional Sumatera dapat dilihat
Malaysia yang bertujuan untuk pada tabel di bawah ini. Kebutuhan fisik
mengoptimalkan operasi kedua sistem sistem distribusi Sumatera hingga tahun
dengan memanfaatkan perbedaan waktu 2024 adalah sebesar 40 ribu kms jaringan
terjadinya beban puncak pada kedua tegangan menengah 41 ribu kms jaringan
sistem tersebut. tegangan rendah 5,3 ribu MVA tambahan
kebutuhan trafo distribusi. Kebutuhan fisik
• Interkoneksi Batam – Bintan dengan tersebut diperlukan untuk mempertahankan
kabel laut 150 kV dimaksudkan untuk keandalan serta untuk menampung
memenuhi sebagian kebutuhan tambahan sekitar 4,8 juta pelanggan.
tenaga listrik pulau Bintan dengan
tenaga listrik dari Batam 53 dengan 8. Proyeksi Kebutuhan Investasi
mempertimbangkan rencana
pengembangan pembangkit di Batam Proyeksi kebutuhan investasi pembangkit, sistem
yang akan mencukupi kebutuhan penyaluran dan distribusi dalam kurun waktu
Batam dan sebagian Bintan 54. Adanya tahun 2015-2024 untuk Wilayah Sumatera adalah
interkoneksi 150 kV tersebut tidak ada sebesar US$ 17,8 miliar atau rata-rata US$ 1,78
hubungannya dengan perluasan wilayah miliar per tahun, tidak termasuk proyek IPP,
usaha PLN Batam. dengan disbursement tahunan seperti pada
tabel 16 dan gambar 5.
• Interkoneksi 150 kV Sumatera – Bangka
dengan kapasitas 200 MW pada kondisi Kebutuhan investasi Wilayah Sumatera untuk
N-1 dengan perkiraan COD tahun 2017. proyek pembangkitan sampai tahun 2024 adalah

Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah
Jaringan ribu
3,4 3,4 3,7 3,8 3,9 4,0 4,1 4,2 4,4 4,6 39,6
TM kms
Jaringan ribu
3,9 3,7 3,9 3,8 4,0 4,1 4,2 4,2 4,4 4,5 40,9
TR kms
Trafo ribu
0,6 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 5,3
Distribusi MVA
Tambahan Juta
0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,4 0,3 0,3 0,3 4,8
Pelanggan plgn
Tabel 15
Kebutuhan Fasilitas Distribusi Wilayah Sumatera

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 33


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Juta US$
Item 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Total

Fc 473,7 528,3 682,8 757,9 819,5 366,0 366,1 494,6 601,4 460,9 5.551,4
Pembangkit Lc 144,3 141,9 211,2 289,4 305,6 198,9 266,7 369,5 438,6 324,9 2.691,0

Total 618,0 670,2 894,0 1.047,3 1.125,1 564,9 632,8 864,1 1.040,0 785,8 8.242,4

Fc 860,8 856,3 900,3 1.106,0 829,8 263,5 97,6 121,6 86,0 38,2 5.160,0
Penyaluran Lc 251,6 271,7 294,0 330,8 221,1 53,0 26,4 27,7 12,1 6,3 1.494,7

Total 1.112,4 1.128,0 1.194,3 1.436,8 1.050,9 316,5 124,0 149,3 98,1 44,5 6.654,7

Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 287,5 271,8 290,4 290,5 299,8 306,6 298,0 293,5 306,4 320,9 2.965,4

Total 287,5 271,8 290,4 290,5 299,8 306,6 298,0 293,5 306,4 320,9 2.965,4

Fc 1.334,5 1.384,6 1.583,1 1.863,9 1.649,3 629,6 463,7 616,2 687,4 499,1 10.711,4

Total Lc 683,4 685,4 795,7 910,7 826,5 558,4 591,1 690,7 757,1 652,1 7.151,2

Total 2.018,0 2.070,0 2.378,7 2.774,6 2.475,8 1.188,0 1.054,8 1.306,9 1.444,6 1.151,2 17.862,5

Tabel 16
Total Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Sumatera

Miliar USD
3.0
Total Investasi

2.5

2.0

Penyaluran
1.5

1.0
Pembangkit

0.5
Distribusi

0.0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Gambar 5
Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Wilayah Sumatera

sebesar US$ 8,2 miliar, proyek penyaluran IPP akan semakin mendominasi sistem Sumatera.
sebesar US$ 6,6 miliar dan distribusi sebesar US$ Proyek transmisi Sumatera didominasi oleh
3,0 miliar. Disbursement proyek pembangkitan pengembangan transmisi 275 kV dan 500 kV
mencapai puncaknya pada tahun 2018 yang untuk interkoneksi seluruh Sumatera, di samping
sebagian besar merupakan proyek reguler pengembangan transmisi 150 kV.
dan percepatan tahap 2 (FTP2). Sedangkan
disbursement proyek pembangkitan pada tahun
berikutnya terus menurun karena proyek-proyek

34
2.2.3 Bodas (30 MW) dengan total penambahan
Profil dan Kebutuhan Investasi Sektor kapasitas pembangkit tahun 2014-2015
Kelistrikan Regional Wilayah Jawa - sebesar 2.990 MW. Penambahan pasokan
Bali daya pembangkit tersebut membantu
meningkatkan kemampuan pasokan sistem
1. Sistem Pembangkitan Jawa Bali menjadi total sebesar 35.300
MW pada tahun 2015. Rincian kapasitas
Pembangkit baru yang masuk ke sistem pembangkit sistem Jawa-Bali berdasarkan
Jawa-Bali pada tahun 2014 adalah PLTU jenis pembangkit dapat dilihat pada tabel
Pelabuhan Ratu unit 2-3 (2x350 MW), PLTU 17.
Tanjung Awar-Awar unit 1(1x350 MW)
dan PLTP Patuha (55 MW). Sedangkan 2. Sistem Transmisi
pembangkit yang akan beroperasi tahun
2015 adalah PLTU Adipala (660 MW), PLTMG Perkembangan kapasitas trafo gardu induk
Peaker Pesanggaran (200 MW), PLTU dan sarana penyaluran sistem Jawa Bali
Celukan Bawang unit 1-2-3 (380 MW), PLTU untuk 5 tahun terakhir ditunjukkan pada
Cilacap Ekspansi (614 MW) dan PLTP Karaha tabel 18 dan tabel 19.

Jumlah
No Jenis Pembangkit PLN IPP
MW %
1 PLTA 2.159 150 2.309 6,9%
2 PLTU 15.020 4.525 19.545 58,3%
3 PLTG 1.978 - 1.978 5,9%
4 PLTGU 7.851 420 8.271 24,7%
5 PLTP 360 740 1.100 3,3%
6 PLTD 296 - 296 0,9%
Jumlah 27.664 5.835 33.499 100,0%
Tabel 17
Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Jawa-Bali Tahun 2014

Level Tegangan Unit 2009 2010 2011 2012 2013 2014*


150/20 kV MVA 27.080 28.440 33.720 37.680 39.764 42.219
70/20 kV MVA 2.740 2.750 2.727 3.027 2.702 2.762
Jumlah MVA 29.820 31.190 36.447 40.707 42.466 44.981
Beban Puncak MW 17.211 18.100 19.739 21.237 22.575 23.900

Tabel 18
Perkembangan Kapasitas Trafo GI Sistem Jawa-Bali

Level Tegangan Unit 2009 2010 2011 2012 2013 2014*


500 kV Kms 5.110 5.050 5.052 5.052 5.053 5.055
150 kV Kms 11.970 12.370 12.906 13.100 13.401 13.532
70 kV Kms 3.610 3.610 3.474 3.239 3.136 3.136

Tabel 19
Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa Bali

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 35


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3. Penanggulangan Jangka Menengah Tahun Indramayu-4 (1.000 MW), PLTA Upper


2015-2019 Cisokan (1.040 MW), PLTU Jawa Tengah
(2x950 MW), PLTA Jatigede (110 MW),
Untuk menjaga reserve margin tahun PLTU Jawa-1 (1.000 MW), PLTU Jawa-4
2015-2017 yang di bawah 30% tidak (2x1.000 MW), PLTU Jawa-5 (2x1.000
makin menipis, diperlukan percepatan MW), PLTU Jawa-7 (2x1.000 MW), PLTU
pembangunan pembangkit sebagai berikut: Jawa-10 (660 MW), PLTU Sumsel-8 (2x600
MW) dan beberapa PLTP (220 MW) yang
• Mempercepat penyelesaian diharapkan dapat beroperasi tahun 2019.
pembangunan PLTU Adipala (660 MW),
PLTMG Peaker Pesanggaran (200 MW), Transmisi dan Gardu Induk
PLTU Celukan Bawang (380 MW), PLTU
Cilacap ekspansi (614 MW), PLTU Tanjung Diperlukan perkuatan SUTET dan GITET 500
Awar-Awar unit-2 (350 MW) dan PLTU kV untuk evakuasi daya dari pembangkit –
Banten (625 MW) yang diharapkan dapat pembangkit skala besar yang terhubung ke
beroperasi tahun 2015/2016. sistem 500 kV sebagai berikut:

• Mempercepat pembangunan PLTGU • Mempercepat penyelesaian


Muara Tawar Add-on (650 MW), PLTGU pembangunan SUTET 500 kV dari
Grati Add-on (150 MW), PLTGU Peaker PLTU Cilacap – PLTU Adipala – Rawalo
Grati (450 MW), PLTGU Peaker Muara / Kesugihan, untuk evakuasi daya dari
Karang (500 MW), PLTGU/MG Peaker PLTU Cilacap ekspansi dan PLTU Adipala,
Jawa-Bali 1 (400 MW) indikasi lokasi diharapkan dapat beroperasi tahun 2015.
Sunyaragi, PLTGU/MG Peaker Jawa-
Bali 2 (500 MW) indikasi lokasi Perak, • Mempercepat pembangunan looping
PLTGU Peaker Jawa-Bali 3 (500 MW) SUTET 500 kV Kembangan – Duri
indikasi lokasi di Provinsi Banten dan Kosambi – Muara Karang – Priok – Muara
PLTGU/MG Peaker Jawa-Bali 4 (450 MW) Tawar dan GITET 500 kV terkaitnya.
indikasi lokasi di Provinsi Jawa Barat, SUTET ini diperlukan untuk evakuasi
yang diharapkan dapat beroperasi tahun daya dari PLTGU Jawa-1, PLTGU Jawa-
2016/2017. 2 dan PLTU Jawa-12, diharapkan dapat
beroperasi tahun 2018.
Untuk menjaga reserve margin sesuai
kriteria pada tahun 2018-2019, diperlukan • Mempercepat pelaksanaan
percepatan pembangunan pembangkit rekonduktoring SUTET 500 kV Suralaya
sebagai berikut: Baru – Bojanegara- Balaraja, dan
pembangunan SUTET 500 kV Balaraja –
• Mempercepat pembangunan PLTGU Kembangan untuk evakuasi daya PLTU
Load Follower Jawa-1 (2x800 MW) lokasi Jawa-5, PLTU Jawa-7 dan PLTU Jawa-9,
di Provinsi Jawa Barat dengan koneksi ke diharapkan dapat beroperasi tahun 2019.
GITET Muara Tawar atau GITET Cibatu
Baru, PLTGU Load Follower Jawa-2 (1x800 • Mempercepat pembangunan SUTET
MW) lokasi Priok, PLTGU Load Follower 500 KV Tanjung Jati B – Tx Ungaran,
Jawa-3 (1x800 MW) lokasi Gresik, PLTU sirkit ke-2 Tx Ungaran – Pedan, sirkit 2-3
Lontar ekspansi (315 MW), PLTU Jawa- (rekonfigurasi sirkit 1 menjadi 2 sirkit)
8 (1.000 MW) indikasi lokasi di Provinsi ruas Mandirancan – Bandung Selatan
Jawa Tengah dan PLTU Jawa-9 (600 MW) dan Bandung Selatan – incomer (Tasik –
indikasi lokasi di Provinsi Banten, yang Depok) untuk evakuasi daya PLTU Jawa-
diharapkan dapat beroperasi tahun 2018. 1, PLTU Jawa Tengah dan PLTU Jawa-4,
• Mempercepat pembangunan PLTU diharapkan dapat beroperasi tahun 2019.

36
• Mempercepat pembangunan SUTET 500 per tahun, termasuk PLTM skala kecil
kV PLTU Indramayu – Delta Mas dan tersebar sebesar 333 MW dan PLT Bayu
GITET baru Delta Mas, untuk evakuasi 50 MW.
daya dari PLTU Indramayu-4, diharapkan
dapat beroperasi tahun 2019. • PLTU batubara akan mendominasi jenis
pembangkit yang akan dibangun, yaitu
• Mempercepat pembangunan GITET/ mencapai 27,0 GW atau 70,1%, disusul
IBT baru yaitu: GITET Lengkong, GITET oleh PLTGU gas dengan kapasitas 6.8 GW
Cawang Baru, GITET Cibatu Baru, atau 17,7% dan PLTG/MG 0,2 GW atau
GITET Tambun, GITET Delta Mas, GITET 0,6%.
Cikalong, GITET Ampel, GITET Surabaya
Selatan termasuk SUTET Grati – Surabaya Sementara untuk energi terbarukan
Selatan, GITET Pemalang dan beberapa khususnya panas bumi sebesar 1,9 GW atau
tambahan IBT di GITET eksisting. 4,9%, PLTA/PLTM/pumped storage sebesar
2,6 GW atau 6,7%, dan pembangkit lainnya
• Rekonfigurasi SUTET Muara Tawar - 0,05 GW atau 0,1%.
cibinong – Bekasi – Cawang.
5. Pengembangan Sistem Penyaluran
Penguatan pasokan lainnya terdiri dari
beberapa program, yaitu: Pengembangan transmisi 500 kV di Jawa
pada umumnya dimaksudkan untuk
• Mempercepat pembangunan transmisi mengevakuasi daya dari pembangkit-
interkoneksi HVDC 500 kV Sumatera-Jawa pembangkit baru maupun ekspansi skala
untuk menyalurkan daya dari PLTU mulut besar dan untuk menjaga kriteria security
tambang di Sumsel sebesar 3.000 MW N-1, baik statik maupun dinamik.Sedangkan
pada tahun 2019. pengembangan transmisi 150 dimaksudkan
untuk menjaga kriteria security N-1 dan
• Mempercepat pembangunan Jawa Bali sebagai transmisi yang terkait dengan gardu
Crossing 500 kV dari PLTU Paiton ke New induk 150 kV baru. Pengembangan transmisi
Antosari (tahun 2018) dan GITET Antosari, Sistem Jawa-Bali sebagimana ditunjukkan
untuk memperkuat pasokan ke sistem pada Gambar 6.
Bali.
Memperhatikan pembangunan SUTET dan
• Mempercepat pembangunan sirkit 3-4 SUTT yang sering terlambat karena masalah
SUTET 500 kV Tx Ungaran – Pemalang – perizinan, ROW dan sosial, serta kebutuhan
Mandirancan – Indramayu – Delta Mas. tambahan daya yang mendesak, maka
PLN perlu melakukan usaha meningkatkan
4. Penambahan Kapasitas Pembangkit kapasitas transmisi dalam waktu dekat.

Penambahan Pembangkit Sistem Jawa Bali Pembangunan SUTET dengan menggunakan


pada tabel 20 diperlihatkan jumlah kapasitas rute baru akan memerlukan waktu yang lama
dan jenis pembangkit yang dibutuhkan pada sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah
tahun 2015-2024 untuk wilayah Jawa-Bali. rekonduktoring beberapa ruas transmisi
500 kV/150 kV dan mulai akan membangun
Tabel 20 menunjukkan hal-hal sebagai under ground cable 500 kV disekitar Jakarta.
berikut:
Pada tabel 21 dan tabel 22 diperlihatkan
• Tambahan kapasitas pembangkit kebutuhan fisik fasilitas penyaluran dan
tahun 2015-2024 adalah 38,5 GW atau gardu induk di sistem Jawa-Bali.
penambahan kapasitas rata-rata 3,8 GW

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 37


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah
PLN
PLTU 660 350 - 315 1.660 - - - - - 2.985
PLTP - - - - - - - - - - -
PLTGU - 450 2.200 1.600 - - - - - - 4.250
PLTG 200 4 - - - 3 - - - - 207
PLTM - - - - - - - - - - -
PLTA - - - - 110 - - - - - 110
PS - - - - 1.040 - - - - - 1.040
PLT Lain - - - - - - 1 - - - 1
Jumlah 860 661 2.200 1.915 2.810 3 1 - - - 8.593
IPP -
PLTU 994 625 - 1.600 10,100 1.200 600 - - - 15.119
PLTP 30 30 - - 220 825 440 205 110 - 1.860
PLTGU - 300 650 1.600 - - - - - - 2.550
PLTG - - - - - - - - - - -
PLTM 21 16 67 55 69 104 - - - - 333
PLTA - - 47 - - - - - - - 47
PS - - - - - - - - - - -
PLT Lain - - - - 50 - - - - - 50
Jumlah 1.045 971 764 3.255 10.439 2.129 1.040 205 110 - 19.959
Unallocated -
PLTU - - - - - - 1.260 1.660 3.000 3.000 8.920
PLTP - - - - - - - 10 - - 10
PLTGU - - - - - - - - - - -
PLTG - - - - - 3 3 - - - 6
PLTM - - - - - - - - - - -
PLTA - - - - - 137 - - - - 137
PS - - - - - - - 450 450 - 900
PLT Lain - - - - - - - - - - -
Jumlah - - - - - 140 1.263 2.120 3.450 3.000 9.973
Total
PLTU 11.654 975 - 1.915 11.760 1.200 1.860 1.660 3.000 3.000 27.024
PLTP 30 30 - - 220 825 440 215 110 -- 1.870
PLTGU - 750 2.850 3.200 - - - - - - 6.800
PLTG 200 4 - - - 6 3 - - - 213
PLTM 21 16 67 55 69 104 - - - - 333
PLTA - - 47 - 110 137 - - - - 294
PS - - - - 1.040 - - 450 450 - 1.940
PLT Lain - - - - 50 - 1 - - - 51
Jumlah 1.905 1.775 2.964 5.170 13.249 2.272 2.304 2.325 3.560 3.000 38.525
Tabel 20
Rencana Penambahan Pembangkit Sistem Jawa-Bali (MW)

38
Gambar 6 Gambar 2.6. Rencana Pengembangan Transmisi Sistem Jawa-Bali Tahun 2015-2024
Rencana Pengembangan transmisi Sistem Jawa-bali Tahun 2015-2024

Dari Tabel 21 dan 22 terlihat bahwa Baru, PLTU Adipala, PLTU IPP Tanjung Jati
sampai dengan tahun 2024 akan dibangun Unit 3 dan 4, PLTU IPP Jawa Tengah, PLTU
transmisi 500 kV AC sepanjang 2.806 kms Indramayu Unit 4 dan 5, Jawa-Bali Crossing
dan transmisi 500 kV DC sepanjang 300 dari Paiton hingga ke pusat beban di Bali,
kms. Transmisi tersebut dimaksudkan untuk PLTA pumped storage Upper Cisokan dan
mengevakuasi daya terkait dengan program Matenggeng, dan beberapa PLTU skala
percepatan pembangkit PLTU Suralaya besar baru lainnya.

Satuan kms
TRANSMISI 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Total
500 kV AC 354 318 154 679 906 508 100 20 -
500 kV DC - - - - 300 - - - -
150 kV 1.747 3.248 2.472 608 357 459 270 391 92
70 kV - 2 42 - - 50 - - -
Total 2.101 3.568 2.667 1.287 1.563 1.017 370 411 92

Tabel 21
Kebutuhan Saluran Transmisi Sistem Jawa-Bali
Satuan MVA
TRAFO 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Total
500/150 kV 6.836 4.337 9.000 8.000 2.000 500 500 - - - 31.173
500/150 kV DC 0 0 0 0 3.000 0 0 0 0 0 3.000
150/70 kV 100 - 60 - - - - - - - 160
150/20 kV 9.240 7.160 7.170 5.640 3.080 2.760 2.480 3.390 3.160 2.830 46.910
70/20 kV 280 120 - 60 - 90 30 - 30 - 610
Total 16.456 11.617 16.230 13.700 8.080 3.350 3.010 3.390 3.190 2.830 81.853

Tabel 22
Kebutuhan Trafo Sistem Jawa-Bali

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 39


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ruas SUTET 500 kV yang harus segera pengembangan sistem transmisi Sumatra.
direkonduktoring terkait dengan evakuasi
daya PLTU Jawa-7 adalah SUTET Suralaya Sistem transmisi 70 kV pada dasarnya
Baru-Bojanegara-Balaraja (tahun 2019), sudah tidak dikembangkan lagi, bahkan di
SUTET Suralaya Lama-Balaraja-Gandul (tahun sistem 70 kV di Jawa Barat banyak yang
2020). ditingkatkan menjadi 150 kV.

Selain itu ruas SUTET 500 kV yang harus Rencana proyek reconductoring SUTT 70 kV
segera dilaksanakan adalah sirkit 2 dari yang memasok konsumen besar dan saluran
Ungaran-Pedan, sirkit ke 2-3 Mandirancan- distribusi khusus. Program pemasangan
Bandung Selatan (modifikasi tower 1 sirkit trafo-trafo 50/70 kV dan 70/20 kV pada tabel
menjadi 2 sirkit) dan Bandung Selatan – tersebut juga hanya merupakan relokasi
Incomer (Tasik – Depok) untuk evakuasi daya trafo-trafo dari Jawa Barat ke Jawa Timur.
dari PLTU Jawa-1, PLTU Jawa-4 dan PLTU
Jawa Tengah. Beberapa proyek transmisi strategis di Jawa-
Bali antara lain:
Rencana pembangunan SUTET 500 kV
baru adalah ruas SUTET dari Tanjung Jati • Proyek transmisi SUTET 500 kV Tx
B-Pemalang-Indramayu-Delta Mas, ruas Ungaran-Pemalang-Mandirancan-
SUTET Balaraja-Kembangan-Durikosambi Indramayu tahun 2020.
dan Durikosambi-Muara Karang-Priok-
Muaratawar membentuk looping SUTET • Pembangunan transmisi 500 kV HVDC
jalur utara Jakarta, untuk perkuatan dan bipole 3,000 MW Sumatra - Jawa
peningkatan keandalan serta fleksibilitas berikut GITET X Bogor - Incomer (Tasik
operasi sistem Jakarta. - Depok dan Cilegon – Cibinong) untuk
menyalurkan listrik dari PLTU mulut
Rencana kebutuhan GITET 500 kV dan tambang di Sumatra Selatan ke sistem
tambahan trafo interbus 500/150 kV yang Jawa Bali tahun 2019.
direncanakan merupakan perkuatan grid
yang tersebar di Jawa. • Pembangunan SUTET 500 kV Paiton –
New Kapal termasuk overhead line 500
Transmisi 500 kV DC adalah transmisi kV menyeberangi selat Bali (Jawa Bali
HVDC interkoneksi Sumatera–Jawa, di sini Crossing) tahun 2018 sebagai solusi
hanya diperhitungkan bagian kabel laut jangka panjang pasokan listrik ke pulau
dan overhead line yang berada di pulau Bali.
Jawa, selebihnya diperhitungkan sebagai

Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah
Jaringan ribu
6,8 7,5 6,9 6,8 7,1 6,8 6,9 7,0 7,2 7,1 70,2
TM kms
Jaringan ribu
5,0 5,5 5,2 5,4 5,6 5,3 5,3 5,2 5,3 5,1 53,1
TR kms
Trafo ribu
2,5 2,7 2,6 2,7 2,8 2,8 2,8 2,8 3,0 3,0 27,8
Distribusi MVA
Tambahan Juta
2,0 2,2 1,4 1,3 1,1 0,7 0,6 0,6 0,6 0,6 11,2
Pelanggan plgn

Tabel 23
Kebutuhan Fasilitas Distribusi Sistem Jawa-Bali

40
• SUTET 500 kV Balaraja-Kembangan- Dalam kurun waktu 10 tahun mendatang
Durikosambi-Muara Karang (tahun 2018) dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2024
dan Muara Karang-Priok-Muara Tawar untuk sistem Jawa Bali diperlukan tambahan
tahun 2018. jaringan tegangan menengah sebanyak 70
ribu kms, jaringan tegangan rendah 53 ribu
6. Pengembangan Sistem Distribusi kms, kapasitas trafo distribusi 28 ribu MVA
dan jumlah pelanggan 11,2 juta.
Perencanaan kebutuhan fisik untuk
mengantisipasi pertumbuhan penjualan 7. Proyeksi Kebutuhan Investasi
energi listrik dapat diproyeksikan seperti
pada tabel 23. Pengembangan pembangkitan,

Juta US$
Item 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Total

Fc 796,2 1.364,3 1.789,3 1.111,1 452,7 550,2 1.059,7 1.204,6 1.384,9 1.465,6 11.178,7
Pembangkit Lc 518,1 783,6 627,9 368,4 283,9 340,8 497,2 554,1 698,3 711,5 5.383,8

Total 1.314,3 2.148,0 2.417,2 1.479,5 736,6 891,1 1.556,9 1.758,7 2.083,2 2.177,1 16.562,4

Fc 1.613,0 1.676,5 1.664,2 1.530,7 733,4 367,9 400,7 265,0 148,1 35,0 8.434,5
Penyaluran Lc 286,8 281,4 231,5 150,1 82,4 66,3 58,1 35,2 17,1 2,8 1.211,7

Total 1.899,8 1.957,9 1.895,7 1.680,8 815,8 434,2 458,8 300,3 165,2 37,8 9.646,2

Fc - - - - - - - - - - -
Distribusi Lc 795,4 756,1 770,4 767,3 747,3 725,1 733,3 756,2 770,4 588,4 7.409,9

Total 795,4 756,1 770,4 767,3 747,3 725,1 733,3 756,2 770,4 588,4 7.409,9

Fc 2.409,2 3.040,8 3.453,5 2.641,8 1.186,1 918,2 1.460,4 1.469,6 1.533,0 1.500,7 19.613,2

Total Lc 1.600,3 1.821,2 1.629,7 1.285,8 1,113,6 1.132,2 1.288,6 1.345,5 1.485,7 1.302,7 14.005,4

Total 4.009,4 4.862,0 5.083,3 3.927,6 2.299,6 2.050,4 2.749,0 2.815,2 3.018,7 2.803,3 33.618,6

Tabel 24
Kebutuhan Dana Investasi untuk Sistem Jawa – Bali

Miliar USD
6.00

5.00

Total Investasi
4.00

3.00
Pembangkit
Penyaluran
2.00

1.00 Distribusi

0.0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Gambar 7
Kebutuhan Dana Investasi PLN untuk Sistem Jawa – Bali

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 41


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

transmisi dan distribusi oleh PLN sampai 1. Pengadaan Investasi Untuk Ketenagalistrikan
dengan tahun 2024 di sistem Jawa Bali Umum
membutuhkan dana investasi sebesar US$
33,6 miliar dengan disbursement tahunan • UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang
sebagaimana diperlihatkan pada tabel dan Ketenagalistrikan
gambar dibawah ini. Kebutuhan investasi
untuk proyek pembangkitan sampai tahun • PP Nomor 14 Tahun 2012 tentang
2024 adalah sebesar US$ 16,5 miliar atau Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
sekitar US$ 1,65 miliar per tahun. sebagaimana telah diubah dengan PP No
23 Tahun 2014
Pembiayaan proyek pembangkitan PLN
berasal dari beberapa sumber. Proyek • Peraturan Menteri ESDM Nomor 03
percepatan pembangkit melalui Peraturan Tahun 2015 tentang Prosedur Pembelian
Presiden Nomor 71 tahun 2006 didanai Tenaga Listrik dan Harga Patokan
dengan pinjaman luar negeri (Cina) dan Pembelian Tenaga Listrik dari PLTU Mulut
dalam negeri yang diusahakan oleh PLN Tambang, PLTU Batubara, PLTG/PLTMG,
dengan jaminan Pemerintah. Proyek Upper dan PLTA oleh Perusahaan Listrik Negara
Cisokan pumped storage senilai US$ 800 (Persero) Melalui Pemilihan Langsung dan
juta telah diusulkan mendapat pendanaan Penunjukkan Langsung
dari IBRD yang merupakan lender
multilateral, sedangkan PLTU Indramayu • Peraturan Menteri ESDM Nomor 01
1x1.000 MW senilai US$ 2.000 juta dengan Tahun 2006 jo No 04 Tahun 2007 tentang
pendanaan dari lender bilateral. Prosedur Pembelian Tenaga listrik dan
atau Sewa Menyewa Jaringan dalam
Kebutuhan dana investasi untuk penyaluran Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
dan distribusi masing-masing sebesar Kepentingan Umum
US$ 9,6 miliar dan US$ 7,4 miliar. Proyek
penyaluran pada tahun 2018 cukup besar • Peraturan Menteri ESDM Nomor 05 Tahun
karena merupakan disbursement proyek 2009 tentang Pedoman Harga Pembelian
transmisi interkoneksi HVDC Sumatera – Tenaga Listrik oleh PT PLN Persero dari
Jawa dan transmisi Jawa – Bali Crossing 500 Koperasi atau Badan Usaha Lain
kV. Proyek tersebut menurut rencana akan
didanai dari APLN, pinjaman luar negeri (two 2. Pengadaan Investasi Khusus Energi
step loan) dan kredit ekspor. Geothermal, ditambah dengan

2.3 • UU Nomor 21 Tahun 2016 tentang


Geothermal
SKEMA INVESTASI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN DI • PP Nomor 59 Tahun 2007 jo No 70 Tahun
INDONESIA 2010 tentang Kegiatan Geothermal

2.3.1 • Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun


Landasan Hukum 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kegiatan Panas Bumi
Landasan hukum investasi sektor
ketenagalistrikan baik melalui melalui skema • Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun
Independent Power Producers (IPP), Kerjasama 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik
Pemerintah Swasta (KPS), Engineering, dari PLTP dan Uap Panas Bumi untuk
Production and Construction (EPC), maupun PLTP oleh PT Perusahaan Listrik Negara
Swasta Murni adalah sebagai berikut : (Persero)

42
3. Regulasi Pembiayaan melalui Public Private dan Pump Storage sebesar 9.250 MW (13%).
Partnership (PPP)
PT PLN wajib memenuhi kebutuhan tenaga
• Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 listrik dalam wilayah usahanya dengan
tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan melakukan pembelian tenaga listrik dari
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan PLTU Mulut Tambang, PLTU Batubara,
telah direvisi dengan Perpres Nomor 13 PLTG/PLTMG dan PLTA. Pembelian dengan
Tahun 2010 (perubahan pertama), Perpres pemegang izin usaha penyediaan tenaga
Nomor 56 Tahun 2011 (perubahan kedua), listrik lainnya dilakukan berdasarkan rencana
dan Perpres Nomor 66 Tahun 2013 usaha penyediaan tenaga listrik.
(perubahan ketiga).
Pembelian tenaga listrik itu dapat dilakukan
• Peraturan Menteri Perencanaan melalui pemilihan langsung dan penunjukkan
Pembangunan Nasional/Kepala langsung sepanjang memenuhi kriteria
BAPPENAS Nomor 3 Tahun 2012 tentang sebagai berikut:
Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan
Infrastruktur melalui Public Private • Pembelian tenaga listrik dilakukan dari
Partnership (PPP). PLTU Mulut Tambang, PLTG marginal dan
PLTA
2.3.2
Independent Power Producers (IPP) • Pembelian kelebihan tenaga listrik dari
PLTU Mulut Tambang, PLTU Batubara,
1. Konsep PLTG/ PLTMG dan PLTA

Pembelian Tenaga Listrik dan Harga Patokan • Pembelian tenaga listrik dari PLTU
Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN Mulut Tambang, PLTU Batubara,PLTG/
(Persero) Melalui Pemilihan Langsung dan PLTMG dan PLTA jika sistem tenaga listrik
Penunjukan Langsung, diatur dalam Permen setempat dalam kondisi krisis atau darurat
ESDM Nomor 3 tahun 2015. Regulasi ini penyediaan listrik dan/atau
disusun untuk meningkatkan kapasitas
pembangunan tenaga listrik nasional, • Pembelian tenaga listrik dari PLTU Mulut
khususnya untuk mendorong pembangunan Tambang, PLTU Batubara,PLTG/PLTMG
pembangkit listrik melalui mekanisme dan PLTA dalam rangka penambahan
Independent Power Producers (IPP). kapasitas pembangkitan pada pusat
pembangkit tenaga listrik yang telah
Ketentuan itu untuk mendukung beroperasi di lokasi yang sama
penyediaan tenaga listrik yang tertuang
dalam RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024 2. Mekanisme Pengadaan
telah mempertimbangkan perencanaan
penyediaan tenaga listrik yang ada dalam A. Prosedur Penunjukan Langsung
Draft Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional (RUKN) 2012 hingga 2031 dan Proses penunjukan langsung dengan
Draft RUKN 2015 hingga 2034. Untuk uji tuntas atas kemampuan teknis dan
sepuluh tahun mendatang, PLTU batubara finansial yang dapat dilakukan oleh pihak
masih mendominasi jenis pembangkit yang procurement agent yang ditunjuk oleh
akan dibangun, yaitu mencapai 42 GW (60%) PT PLN Persero dan sampai dengan
sementara PLTGU sekitar 9 GW (13%) dan penandatanganan perjanjian jual beli tenaga
PLTG/MG sekitar 5 GW (7%). Adapun energi listrik, paling lama 30 (tiga puluh) hari.
terbarukan yang akan dikembangkan adalah Mekanisme IPP untuk Penunjukkan Langsung
PLTP sekitar 4,8 GW (7%) dan PLTA/PLTM sebagaimana gambar 8

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 43


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

B. Prosedur Pemilihan Langsung waktu 321 hari jika tidak ada tender ulang.
Adapun mekanisme disajikan pada gambar
Proses pemilihan langsung didahului 10.
dengan uji tuntas atas kemampuan teknis
dan finansial yang dapat dilakukan oleh 3. Tahapan Bisnis IPP
pihak procurement agent yang ditunjuk
oleh PT PLN Persero dan sampai dengan • Tahapan bisnis ketenagalistrikan melalui
penandatanganan perjanjian jual beli Pola IPP mencakup:
tenaga listrik, paling lama 45 (empat puluh
lima) hari. Mekanisme IPP untuk Pemilihan • Tahap pra kualifikasi
Langsung sebagaimana gambar 9.
• Tahap permintaan proposal
C. Tender / Lelang Terbuka
• Tahap pengajuan surat penawaran
Lelang terbuka dilaksanakan apabila
kondisi IPP tidak layak untuk penunjukkan • Tahap penandatangan kontrak
langsung atau pemilihan langsung atau
PLN menginginkan Lelang Terbuka • Tahap pembayaran sesuai tanggal yang
untuk semua jenis tenaga pembangkit. telah disepakati
Pemenang ditetapkan pada pengajuan
tarif terendah. Berdasarkan peraturan IPP, • Tahap pelaksanaan komersial
proses lelang terbuka dengan kapasitas >/=
15 MW dari pengumuman tender sampai • Tahap akhir masa kontrak
penandatanganan kontrak memerlukan

System
Planning and
Project Unsolicited Proposal and
Listed in RUPTL Feasibility Study Submission
Pass Feasibility
Evaluation

Due Diligence Invitation Rejected for Revision

Due Diligence Document Required Documents


Submission

Due Diligence Clarification Direct Appoinment


Document and (30 days)
Evaluation Revision
IPP Procurement Procedure
Pass (complies to MEMR Regulation
Appointing Qualified Developer and No. 03/2015)
Obtaining Director(s) Approval
30 days

PPA Finalization

Pre Procurement Process


PPA Signing Procurement Process

Gambar 8
Mekanisme Pengadaan Ketenagalistrikan dengan Penunjukkan Langsung

44
Listed in RUPTL

Due Diligence Invitation to Direct Selection


SPC/Sponsor who have IPP (45 days)
connected to the same system
and Mine Mouth CDSPP with IPP Procurement Procedure
candidate participant > 1 (complies to MEMR Regulation
No. 03/2015)
Due Diligence Document
Submission

Due Diligence
Document Rejected
Evaluation Fail

Pass
Listing Qualified Developer and
Obtaining Director(s) Approval
45 days

PPA Finalization

PPA Signing

Gambar 9
Mekanisme Pengadaan Ketenagalistrikan dengan Pemilihan Langsung

PQ proposal PQ Doc Announcement/


Start
submission collection Advertisement

PQ IPP Procurement Procedure


Yes
applicants (based on MEMR Regulation
>
_ 3? No 01/2006 Jo 04/2007)
Yes

PQ evaluation Open
P/Q Processes Tender

Passing No Passing No
applicants Re-P/Q applicants
>
_ 3? >
_ 2?
Yes
Bidding Processes Yes
(RFP issuance)

Bidding No No
Processes Bidders Bidders
Re-Bid
>
_ 2? >
_ 2?

Yes
Yes
Bid Evaluation

No Pasing
Fail Adm & tech
requirements Lol PPA Direct
Signing appoinment
Yes
Winning bidder
determination

Gambar 10
Mekanisme Pengadaan Ketenagalistrikan dengan Lelang Terbuka

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 45


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Ketentuan Harga Patokan PLTU Batubara, PLTG/PLTMG, dan PLTA oleh


Perusahaan Listrik Negara (Persero) Melalui
Berdasarkan Lampiran Permen ESDM Nomor 3 Pemilihan Langsung dan Penunjukkan Langsung,
Tahun 2015 tentang tentang Prosedur Pembelian telah ditetapkan Harga Patokan Tertinggi
Tenaga Listrik dan Harga Patokan Pembelian Pembelian Tenaga Listrik.
Tenaga Listrik dari PLTU Mulut Tambang,

„ Criteria :
Pre-
Qualification „ Financial Strength : Assets, Net profit
„ Technical Strength : experience in IPP development, EPC and O&M

„ Contains :
„ Information For Bidders
„ Project description
Request for „ Model Power Purchase Agreement
Proposal „ Instructions to Bidders
„ Proposal requirements
„ Evaluation Procedure

„ Contains :

Letter of „ Agreed major terms & conditions


Intent „ Agreed electricity tarif and basic formula

„ Requirements : Performance Security Stage I, PLN’s corporate approal,


MEMR tariff approval, SPC.
„ Term of the Agreement : Coal (25 years), Hydro (30 years), Geothermal
(30 years), Gas (20 years)
„ Project scheme : BOO or BOT
PPA „ Tariff and payment
Signing
„ Force majeure : natural & political
„ Government Guarantee (if applicable)
„ Termination
„ Other rights and obligations of the parties
„ Sponsors’ Agreement;

„ Requirements (among other things) :


„ Copies of : EPC Contract; policies of insurance required by the PPA; fuel
supply plan; Financing Agreements; Foreign Investment approval;
Financial
Closure/ „ The Legal Opinion issued for PLN;
Financing „ The Legal Opinion issued for SELLER;
Date
„ A copy of document(s) providing legal right to use and control over the Site
„ Performance Security Stage II

„ Requirements :
Commercial „ Net Dependable Capacity test procedures completed.
Operation
Date (COD)
„ Transfer procedure to PLN (if applicable)

End of
Contract

Gambar 11
Tahapan Bisnis Ketenagalistrikan Pola IPP

46
2.3.3 desain dan konstruksi, peningkatan kapasitas/
Kerjasama Pemerintah dan Swasta rehabilitasi, operasional dan pemeliharaan dalam
(KPS) rangka memberikan pelayanan Pengembangan
KPS di Indonesia utamanya didasari oleh
1. Kerangka Regulasi keterbatasan sumber pendanaan yang bisa
dialokasikan oleh pemerintah.
Di tengah keterbatasan anggaran pemerintah Prinsip Dasar KPS adalah :
untuk mengalokasikan belanja modal untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur, • Adanya pembagian risiko antara
pemerintah memilih suatu konsep yang pemerintah dan swasta dengan memberi
mengundang para investor untuk bekerjasama pengelolaan jenis risiko kepada pihak
dan berkontribusi secara aktif dalam penyediaan yang dapat mengelolanya;
pembangunan infrastruktur. Konsep itu dikenal
dengan skema Public Private Partnership (PPP) • Pembagian risiko ini ditetapkan dengan
atau Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Konsep kontrak di antara pihak dimana pihak
ini secara intensif mulai diperkenalkan sejak swasta diikat untuk menyediakan layanan
tahun 2005. dan pengelolaannya atau kombinasi
keduanya;
Regulasi yang terkait dengan proyek KPS
khususnya dalam penyediaan infrastruktur telah • Pengembalian investasi dibayar melalui
berkembang sejak masa pemerintahan Orde pendapatan proyek (revenue) yang
Baru. Dalam masa tersebut Pemerintah telah dibayar oleh pengguna (user charge);
menerbitkan beberapa regulasi sektoral yang
didalamnya terdapat pengaturan berkaitan • Kewajiban penyediaan layanan kepada
dengan KPS, contohnya UU dan PP tentang masyarakat tetap pada pemerintah, untuk
Ketenagalistrikan serta UU dan PP tentang Jalan itu bila swasta tidak dapat memenuhi
Tol. Pada masa Orde Baru hanya beberapa jenis pelayanan (sesuai kontrak), pemerintah
infrastruktur saja yang dikerjasamakan dengan dapat mengambil alih.
Badan Usaha Swasta, misalkan jalan tol dan
ketenagalistrikan. Tujuan pelaksanaan KPS adalah :

Saat ini kebijakan dan dukungan yang strategis • Mencukupi kebutuhan pendanaan secara
yang sudah dilakukan oleh Pemerintah dalam berkelanjutan melalui pengerahan dana
rangka mendukung pelaksanaan pembangunan swasta;
infrastruktur dengan skema KPS diantaranya
adalah dengan menerbitkan Peraturan Presiden • Meningkatkan kuantitas, kualitas dan
Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama efisiensi pelayanan melalui persaingan
Pemerintahdan Badan Usaha dalam Penyediaan sehat;
Infrastruktur dan telah direvisi dengan Perpres
Nomor 13 Tahun 2010 (perubahan pertama), • Meningkatkan kualitas pengelolaan
Perpres Nomor 56 Tahun 2011 (perubahan dan pemeliharaan dalam penyediaan
kedua), dan Perpres Nomor 66 Tahun 2013 infrastruktur;
(perubahan ketiga). Adapun kerangka regulasi
mengenai KPS disajikan pada tabel 25 • Mendorong dipakainya prinsip pengguna
membayar pelayanan yang diterima atau
2. Konsep dalam hal tertentu mempertimbangkan
kemampuan membayar pengguna.
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
merupakan kerjasama pemerintah dengan swasta Manfaat Skema KPS meliputi:
dalam penyediaan infrastruktur yang meliputi:

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 47


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN KETENTUAN
Perpres 56/2011 Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrasruktur sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2010 dan Peraturan Presiden
Nomor 56 tahun 2011.

Perpres 12/2011 Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Kebijakan
Percepatan Penyediaan Infrastruktur (KKPPI) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2011.

Perpres 78/2010 Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur
dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dilakukan
melalui Penjaminan Infrastruktur.

PMK 260/2010 Petunjuk Pelaksanaan Proyek KPS yang merupakan acuan dasar dari
pelaksanaan proyek KPS di tanah air.

Permen PPN Tata Cara Penyusunan Daftar Rencana Proyek Kerjasama dengan Badan Usaha
03/2009 dalam Penyediaan Infrastruktur.

Permen PPN Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
04/2010 dalam Penyediaan Infrastruktur.

Permenko Organisasi dan Tata Kerja Komite Kebijakan Percepatan Penyediaan


01/2006 Infrastruktur.

Permenko Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian


04/2006 Nomor 04/M.Ekon/06/2006 tentang Tata Cara Evaluasi Proyek Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur yang
membutuhkan Dukungan Pemerintah.

Perpres 36/2006 jo Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk


Perpres 65/2006 Kepentingan Umum.

Permenko Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian


03/2006 Nomor 03/M.Ekon/06/2006 tentang Prosedur dan Kriteria Penyusunan Daftar
Prioritas Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.
Tabel 25
Kerangka Regulasi Investasi Pola KPS

• Tersedianya alternatif berbagai sumber • Kinerja layanan masyarakat semakin baik;


pembiayaan;
• Akuntabilitas dapat lebih ditingkatkan;
• Pelaksanaan penyediaan infrastruktur
lebih cepat; • Swasta menyumbangkan modal,
teknologi, dan kemampuan manajerial.
• Berkurangnya beban (APBN/APBD) dan
risiko pemerintah; 3. Kerangka Pengaturan
• Infrastruktur yang dapat disediakan
semakin banyak; Kerjasama Pemerintah Swata (KPS) - merupakan

48
mekanisme pembiayaan alternatif dalam aset dan bertanggung jawab untuk pembiayaan
pengadaan pelayanan publik yang telah kebijakan tersebut. KPS atau memungkinkan
digunakan secara luas di berbagai negara sektor publik untuk memanfaatkan kemampuan
khususnya negara maju. KPS sering dipandang manajemen dan keahlian pihak swasta dan juga
sebagai alternatif dari pembiayaan pengadaan meningkatkan dana tambahan untuk mendukung
tradisional melalui desain, pengadaan layanan tertentu. Tergantung pada derajat
dan konstruksi (Engineering, Procurement, keterlibatan swasta dan penggunaan keuangan
Construction) kontrak, di mana sektor publik swasta, pengaturan pengalihan resiko dalam
melakukan kompetitif penawaran untuk proyek KPS dapat bervariasi di seluruh spektrum
membuat kontrak terpisah untuk elemen desain risk-return sebagaimana pada gambar 12 dan
dan konstruksi dari sebuah proyek. tabel 26.

Sektor publik mempertahankan kepemilikan

Increasing
private sector Totally Private
responsibility,
Totally Private
financing, and
risk taking Concession

BOT and/or BOO

Joint Initiatives
PPP
System
Leasing
Increasing
Management Contract contract
duration
Totally Public

Improving Country and Sector Context

BOO = build-own-operate, BOT = build-operate-transfer, PPP = public-private partnership.


Gambar 12
Bentuk dan modalitas KPS
Sumber : Dokumentasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta ADB (2012)

No Jenis Uraian
Sektor publik melakukan kontrak dengan swasta sebagai penyedia tunggal untuk melakukan
1 Design–Build desain dan konstruksi. Dengan cara ini, Pemerintah mendapatkan keuntungan dari economies of
scale dan mengalihkan resiko yang terkait dengan desain kepada sektor swasta.

Sektor publik melakukan kontrak dengan penyedia swasta untuk merancang, membangun dan
Design, Build,
2 mengoperasikan aset modal. Sektor publik tetap bertanggung jawab untuk meningkatkan modal
Operate
yang dibutuhkan dan mempertahankan kepemilikan fasilitas.
Sektor publik melakukan kontrak dengan penyedia swasta untuk merancang, membangun,
membiayai dan mengoperasikan (DBFO) aset modal. Model ini biasanya melibatkan perjanjian
Design, Build,
3 konsesi jangka panjang. Sektor publik memiliki pilihan untuk mempertahankan kepemilikan aset
Finance, Operate
atau sewa aset ke sektor swasta untuk periode waktu. Jenis pengaturan ini umumnya dikenal
sebagai inisiatif keuangan swasta (PFI)

Sebuah penyedia swasta bertanggung jawab untuk semua aspek proyek. Kepemilikan fasilitas
Design, Build,
baru ditransfer kepenyedia swasta,baik tanpa batas waktu atau untuk jangka waktu yang tetap.
4 Own,
Kesepakatan jenis ini juga termasuk dalam domain dari sebuah inisiatif keuangan swasta. Susunan
Operate
ini juga dikenal sebagai”membangun, mengoperasikan, memiliki, Transfer” atau BOOT.

Tabel 26
Bentuk dan Modalitas KPS

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 49


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Contoh pengaturan KPS umum meliputi sebagai • Konstruksi dan


berikut:
• Operasional Pengelolaan proyek.
• Kontrak sektor publik untuk membeli jasa
dari perusahaan swasta atas dasar jangka Tahapan disajikan pada gambar 13.
panjang, seringkali 15-30 tahun.
Pada tahap awal pengusahaan infrastruktur,
• Sesuai dengan kontrak, perusahaan pengadaan tanah merupakan titik kritis
membangun dan memelihara infrastruktur dan mengandung risiko yang paling besar.
untuk memberikan layanan yang Pengelolaan risiko yang telah dilakukan
dibutuhkan. oleh Pemerintah berupa pengelolaan dana
tanah melalui dana talangan Badan Layanan
• Kontrak biasanya disampaikan melalui Umum (BLU). Untuk memberikan kepastian
special purpose vehicle (SPV) yang terkait besaran biaya pengadaan tanah
menggunakan keuangan swasta juga telah dilaksanakan pengelolaan dana
(campuran dari ekuitas dan utang limited dukungan Pemerintah (Land Capping). Agar
recourse) untuk membiayai pekerjaan pengusahaan KPS dapat diterima pasar dan
konstruksi awal. perbankan (bankable) diperlukan jaminan
atas risiko yang mungkin terjadi (contingent
• SPV kemudian membebankan fee - sering liability). Proses penjaminan ini diproses
disebut sebagai unitary charge yang sebelum pelelangan oleh PT PII atas usulan
mencakup pembayaran pokok dan bunga, BPJT selaku Contracting Agency yang
biaya layanan manajemen fasilitas yang mencakup risiko selama pengusahaan. Risiko
dibutuhkan, dan keuntungan ekonomi ke tersebut antara lain menyangkut jaminan
penyedia swasta. pendapatan minimum, keterlambatan
pengoperasian jaminan konektivitas, dan
• Pembayaran unitary charge akan berkaitan sebagainya.
erat terhadap kinerja kontraktor selama
masa kontrak, yaitu pembayaran menurun 5. Skema Pembiayaan KPS
jika kinerja berada di bawah standar
yang diperlukan. Dengan demikian, Proyek KPS digagas untuk mengundang
sektor swasta menerima insentif untuk lebih banyak peran dan inisiatif swasta dalam
memberikan layanan tepat waktu, sesuai percepatan pembangunan infrastruktur
anggaran, serta memenuhi standar yang di Indonesia. Sementara dana yang
dibutuhkan. disediakan oleh APBN dipastikan tidak
mampu menutupi keseluruhan biaya yang
• Alokasi risiko publik dan swasta harus dibutuhkan. Dengan menggandeng pihak
dipahami dan didokumentasikan swasta, kebutuhan dana ini diharapkandapat
secara baik, contoh: penyedia tercukupi. Pihak swasta yang tertarik ambil
swasta menanggung biaya overruns, bagian dalam program KPS tidak perlu
keterlambatan dan risiko layanan standar. khawatir atas risiko yang mungkin terjadi.
Melalui PT PII (Penjaminan Infrastruktur
4. Tahapan Kerjasama Pemerintah Swasta Indonesia), Pemerintah akan menjamin
keberlangsungan proyek yang dijalankan
Tahapan KPS mencakup empat tahap: atas tiga risiko penting investasi di sektor
infrastruktur.
• Identifikasi proyek yang dapat dibiayai
dengan pola KPS, Pemerintah memberikan jaminan bahwa
proyek KPS prioritas yang dibangun oleh
• Penyiapan proyek pihak swasta akan dijamin cukup untuk

50
Pemerintah

Pasar Modal
Dana Pengadaan PT IIF (Private
Dana Jaminan dan Badan Usaha/
Lahan (BLU & Land Sector) & PT SMI
(PT PII) Reformasi Lenders
Capping) (SOE)
Kebijakan

Pembebasan dan
Dana Pemulihan/ Pembiayaan
Pembersihan
Kebijakan Resiko Proyek
Lahan
Dana Pembiayaan Refinancing

Persiapan Lelang Konstruksi Operasi

Gambar 13
Tahapan Pembiayaan Infrastruktur Kerjasama Pemerintah Swasta

mengembalikan nilai investasinya yang yang sudah menandatangani perjanjian,


disebut juga sebagai resiko pengembalian Pemerintah harus tetap memasukkan
atas investasi. Pemerintah juga akan risiko kontingensi ke dalam APBN. Namun
memberikan jaminan terhadap risiko politik, demikian, penjaminan risiko yang langsung
apabila selama masa konsesi Pemerintah terekspos ke APBN berpotensi mendorong
melakukan perubahan peraturan yang terjadinya instabilitas jika seandainya dalam
mengakibatkan proyek dipandang tidak akan satu tahun tertentu ada sejumlah klaim atas
mampu mengembalikan investasi sesuai risiko yang harus dibayar sekaligus. Untuk itu
dengan yang diperjanjikan, Pemerintah dibentuk dua lembaga penjaminan yaitu PT
akan memberikan kompensasi kepada Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dan
penyelenggara proyek. PT Sarana Multi Finance (SMF)

Sementara itu, risiko ketiga disebut A. PT PII


dengan risiko terminasi. Apabila ke
depan Pemerintahan berganti, sehingga PT PII dibentuk dengan modal dari
memungkinkan Pemerintah yang baru Pemerintah dan selanjutnya lembaga
mengubah kebijakan terkait program KPS, tersebut yang akan melakukan penjaminan
maka jaminan Pemerintah terhadap program terhadap tiga risiko KPS. Pemerintah
yang sudah berjalan akan tetap diberikan. tentunya, melalui mekanisme APBN,
Dengan cara seperti itu diharapkan swasta melakukan penambahan atau penanaman
bersedia membiayai proyek dalam nuansa modal. Kemudian PT PII melakukan
atau kerjasama yang disebut dengan penjaminan atas nama Pemerintah. Dengan
Kemitraan Pemerintah–Swasta. demikian contingent liabilities di APBN
menjadi berkurang. Dengan kata lain, PT PII
Tiga risiko di atas akan memberikan dapat dikatakan sebagai wadah penjamin
dampak berupa timbulnya term contingent yang memungkinkan klaim dari swasta
liabilities atau kewajiban bersyarat bagi tidak mempengaruhi stabilitas APBN secara
Pemerintah. Meskipun risiko yang dijamin langsung.
belum tentu terjadi, sebagai Penjamin

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 51


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) semua pemeriksaan serta penilaian terkait


Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan penjaminan akan dilakukan oleh PT PII.
Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Keterlibatan Kementerian Keuangan dalam
Pemerintah dengan Badan Usaha yang penyediaan penjaminan masih dimungkinkan
Dilakukan melalui Badan Usaha Penjamin sepanjang kemitraan dan kerja sama
Infrastruktur pasal 18 ayat 1b, dalam rangka dengan penyedia jaminan laintidak mampu
meningkatkan kredibilitas penjaminan menyediakan penjaminan penuh atas
infrastruktur, PT PII dapat bekerja sama keputusan penjaminan yang telah disepakati.
dengan lembaga keuangan multilateral
atau pihak lain yang memiliki maksud dan Proyek KPS pertama berupa pembangunan
tujuan yang sejenis. PT PII tengah menjalin pembangkit tenaga listrik di Jawa Tengah
kerja sama dengan World Bank (WB) dan Proyek IPP PLTU Jawa Tengah (Central Java
juga anak perusahaannya yang bernama Power Plant/CJPP). Nilainya mencapai sekitar
Multilateral Investment Guarantee Agency Rp 30 triliun. Mengingat modal PT PII masih
(MIGA). senilai 3 triliun, maka penjaminan proyek
tersebut sekarang dilakukan secara bersama-
Selain dengan badan tersebut, PT PII sama antara PT PII dengan Pemerintah.
juga menggagas kerjasama dengan Asian Mekanisme penjaminan semacam ini juga
Development Bank (ADB). Berbeda dengan dimungkinkan berdasarkan Perpes Nomor
WB, ADB hanya melakukan kerja sama 78 tahun 2010. Pasal 25 peraturan tersebut
penjaminan secara langsung dan tidak mengatur bahwa Menteri Keuangan dapat
membentuk anak perusahaan. Untuk kerja memberikan penjaminan bersama dengan
sama dengan World Bank yang dilakukan Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur dalam
adalah apabila ada penjaminan oleh PT PII, hal modal lembaga bersangkutan belum
maka World Bank memberikan stand by mencukupi.
loan. Sebagai BUMN yang terhitung baru
dibentuk, modal PT PII masih terbatas. Untuk proyek pembangkit listrik di Jawa
Secara garis besar, fasilitas stand by loan Tengah yang nilainya 30 triliun rupiah,
yang diberikan oleh WB akan memungkinkan sebanyak 99% penjaminan dari dana APBN
PTPII menjamin proyek proyek bernilai lebih dijamin oleh Pemerintah. Hanya 1% yang
besar dari modal yang dimilikinya. dijamin oleh PT PII dikarenakan keterbatasan
modalnya. Meskipun begitu, sebagaimana
Contohnya, modal PT PII saat ini hanya kebijakan single window policy yang
Rp 3 triliun, akan tetapi PT PII menjamin disebutkan di atas, PT PII berperan sebagai
proyek senilai Rp 10 triliun, yang sisanya penanggung jawab utama atas setiap
itu dijamin oleh World Bank berdasarkan pemrosesan penjaminan proyek KPS yang
stand by loan. Dengan mengadopsi pola dilaksanakan Pemerintah.
ini, dapat dikatakan bahwa Pemerintah
tidak berutang kepada WB secara langsung. Pada tanggal 6 Oktober 2011 telah dilakukan
Jika tidak ada klaim atas risiko yang harus penandatanganan dokumen pelaksanaan
dibayarkan, maka Pemerintah hanya harus dan penjaminan proyek KPS IPP PLTU
membayar fee kepada WB dan biaya Jawa Tengah, yang meliputi (1) Perjanjian
fee tersebut tidak terlalu besar. Dengan Regres (Recourse Agreement); (2) Perjanjian
keberadaan PT PII sebagai guarantee fund, Penjaminan (Guarantee Agreement); dan (3)
Pemerintah menerapkan kebijakan satu Perjanjian Jual Beli Listrik (Power Purchase
pelaksana (single window policy) dalam Agreement).
penyediaan penjaminan Pemerintah atas
proyek-proyek kemitraan. Ini berarti bahwa Proyek CJPP diperkirakan mulai beroperasi
semua permintaan penjaminan Pemerintah komersial (Commercial Operation Date/
harus terlebih dahulu melalui PT PII. Dan COD) pada akhir 2016. Teknologi yang

52
digunakan dalam proyek tersebut adalah Menyadari adanya keterbatasan budget
ultrasupercritical, yang memiliki tingkat untuk membiayai pembangunan infrastruktur
efisiensi dan emisi karbon lebih baik dari maka dianggap perlu untuk membuat
pembangkitbatu bara yang dimiliki PT PLN vehicle untuk menarik minat investor swasta
(Persero) saat ini sehingga merupakan proyek dalam pembiayaan infrastruktur. Dalam
PLTU yang ramah lingkungan. menghimpun dana pembiayaan infrastruktur
yang lebih besar, PT SMI menggandeng
B. PT SARANA MULTI FINANCE (SMF) sejumlah institusi multilateral untuk
mendirikan anak perusahaan. Saat ini anak
Pembentukan PT SMI sebagai infrastructure perusahaan yangsudah beroperasi bernama
fund menjadi salah satu langkah Pemerintah PT Indonesia Infrastruktur Finance (PT IIF)
merangkul swasta. Selain memberikan agar pola pembiayaan long term financing
dukungan institusi, yaitu melalui perusahaan dapat terpenuhi. PT IIF saat ini memiliki
pembiayaan dan perusahaan penjaminan modal sebesar Rp1,6 triliun serta dukungan
infrastruktur, Pemerintah juga membuat loan Rp 2 triliun dari World Bank dan Asian
kerangka kerja, kebijakan, serta regulasi Development Bank (ADB) dengan tenor
yang mendukung percepatan pembangunan 25 tahun. Jangka waktu tersebut tidak bisa
sarana infrastruktur. ditutup oleh instrument investasi perbankan
yang tenornya rata-rata hanya selama
PT SMI merupakan salah satu bentuk 5 hingga 7 tahun. Diharapkan dengan
dukungan institusi Pemerintah untuk terbentuknya PT SMI bisa lebih fleksibel
mengurangi adanya ketidaksesuaian dalam bekerjasama dengan investor
pembiayaan pembangunan infrastruktur.
Melalui PT SMI, mekanisme pembiayaan Selama tiga tahun berdirinya PT SMI,
long term financing yang dapat dikatakan animo investor lokal maupun asing untuk
identik dengan pola pembiayaan membiayai proyek-proyek infrastruktur
pembangunan infrastruktur diharapkan sebenarnya sangat besar. Yang menjadi
dapat dicapai. Ini menjadi penting handicap terbesar adalah kesiapan
mengingat perbankan pada umumnya dari proyeknya itu sendiri. Terlebih jika
hanya menyediakan produk atau instrumen dihadapkan dengan konsep Public
investasi dengan tenor jangka pendek. Private Partnership (PPP) atau Kemitraan
Pemerintah-Swasta (KPS). PPP merupakan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor proyek Pemerintah sehingga membutuhkan
75 tahun 2008 tentang Perubahan Atas government support. Tidak hanya
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2007 Pemerintah Pusat, tetapi juga Pemerintah
tentang Penyertaan Modal Negara Republik Daerah.
Indonesia untuk Pendirian Perusahaan
Perseroan (Persero) di Bidang Pembiayaan Dengan adanya otonomi daerah, maka
Infrastruktur, PT SMI antara lain memiliki kekuasaan Pemerintah Pusat semakin
visi untuk memberikan dan mendukung tersebar. Ada pro dan kontra terkait
percepatan pembangunan infrastruktur yang kebijakan otonomi di mana kebijakan pusat
menyediakan fungsi cathalical role. Meskipun tidak bisa serta merta dilaksanakan dengan
baru berdiri pada awal tahun 2009, PT SMI kebijakan pemerintah daerah. Contohnya
tetap berkomitmen menjalankan misinya adalah industri air minum di mana tarifnya
dalam memitigasi mismatch pembiayaan diputuskan oleh Pemerintah Daerah.
infrastruktur. PT SMI berfungsi membuat Pemerintah Pusat tidak bisa mengintervensi.
suatu industri pembiayaan infrastruktur
yang bisa menyediakan long term financing C. Engineering, Production and Construction
dengan dukungan dana loan dari World (EPC)
Bank dan Asian Development Bank.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 53


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Selain fasilitas jaminan Pemerintah 2.3.4


untuk proyek KPS, Pemerintah juga Swasta Murni
memberikan jaminan untuk proyek
Percepatan Pembangunan Pembangkit Sesuai dengan program Pemerintah tahun
Listrik yang menggunakan Batubara (Fast 2015-2019, PT PLN dalam RUPTL 2015-2024
Track Program-I) dan Proyek Percepatan telah mencantumkan program pembangunan
Pembangunan Pembangkit Listrik yang ketenagalistrikan sebesar 35.000 MW untuk
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, periode tahun 2015 2019, di mana peran listrik
dan Gas (Fast Track Program-II). swasta diharapkan dapat meningkat secara
signifikan. Peran swasta akan meningkat dari
Dasar hukum Proyek Percepatan kontribusi kapasitas sekitar 15% menjadi 32%
Pembangunan Pembangkit Listrik yang pada tahun 2019, dan 41% pada tahun 2024.
Menggunakan Batubara (FastTrack
Program-I) adalah Peraturan Presiden Pembiayaan ketenagaan Listrik oleh Swasta
Nomor 71 Tahun 2006 tentang Penugasan didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor
Kepada PT Perusahaan Listrik Negara 37 Tahun 1992 tentang Usaha Penyediaan
(Persero) untuk Melakukan Percepatan Tenaga Listrik oleh Swasta, yaitu semua usaha
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik penyediaan tenaga listrik yang diselenggarakan
yang Menggunakan Batubara. oleh badan usaha Swasta dan Koperasi selaku
Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk
Selanjutnya jaminan pemerintah atas Kepentingan Umum.
proyek ini diberikan berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 91 Tahun 2007 tentang Dalam ketentuan itu, Pemerintah mengundang
Perubahan Atas Peraturan Presiden partisipasi swasta didalam proyek-proyek yang
Nomor 86 Tahun 2006 tentang Pemberian ditentukan Pemerintah dan disamping itu atas
Jaminan Pemerintah untuk Percepatan prakarsa sendiri swasta dapat mengusulkan
Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik proyek-proyek tenaga listrik lain untuk
yang Menggunakan Batubara. dipertimbangkan oleh Pemerintah.

Dalam skema ini, PT PLN (Persero) Usaha penyediaan tenaga listrik oleh swasta
melaksanakan sendiri pembangunan diutamakan pola pelaksanaan “Membangun,
pembangkit listrik dengan pola Engineering Memiliki dan Mengoperasikan”. Selain itu
Procurement and Construction (EPC). dipertimbangkan kemungkinan penggunaan
Pembiayaan proyek ini berasal dari Lenders pola pelaksanaan lain yang menguntungkan pola
sebesar 85% dan anggaran PT PLN (Persero) pelaksanaan lain yang menguntungkan bagi
sebesar 15%. Penjaminan Pemerintah Negara.
diberikan secara penuh terhadap kredit
yang diberikan Lenders, bersifat irrevocable Menteri memberikan Izin Usaha Ketenagalistrikan
dan unconditional serta mencakup seluruh untuk Kepentingan Umum sebagai dasar
kewajiban PT PLN (Persero) dalam Perjanjian bagi Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh
Kredit. Swasta. Izin Usaha Ketenagalistrikan dapat
diberikan untuk salah satu atau gabungan usaha
Sampai dengan Desember 2012, Pemerintah pembangkitan tenaga listrik, usaha transmisi
telah mengeluarkan 35 (tiga puluh lima) Surat dan/atau usaha distribusi untuk dijual kepada
Jaminan Pemerintah termasuk untuk tiga Perusahaan Umum Listrik Negara atau kepada
paket proyek transmisi porsi rupiah dan satu pihak lain. Penjualan tenaga listrik, sewa jaringan
paket proyek transmisi porsi dolar Amerika transmisi dan sewa jaringan distribusidari
Serikat dengan total nilai kredit yang dijamin Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk
sebesar Rp71,8 Triliun. Kepentingan Umum kepada Perusahaan Umum
Listrik Negara atau kepada pihak lain diatur

54
dalam suatu perjanjian berupa perjanjian jual Atas Barang Mewah (PPn dan PPn BM) yang
beli tenaga listrik atau perjanjian sewa jaringan terhutang ditangguhkan.
transmisi atau perjanjian sewa jaringan distribusi.
Harga jual tenaga listrik, harga sewa jaringan Pembangunan pembangkit tenaga listrik oleh
transmisi dan harga sewa jaringan distribusi swasta dilaksanakan sesuai kebijaksanaan
dinyatakan dalam mata uang rupiah dan Pemerintah dalam bidang energi dan didasarkan
dicantumkan dalam perjanjian penjualan yang atas ketersediaan sumber energi primer yang
dapat disesuaikan berdasarkan perubahan diperlukan serta pertimbangan keekonomian
unsur biaya tertentu yang dicantumkan usaha tersebut dan dengan memperhatikan
dalam perjanjian penjualan. Harga itu wajib pertimbangan-pertimbangan pelestarian
mencerminkan biaya yang paling ekonomis atas lingkungan hidup.
dasar kesepakatan bersama dan perlu mendapat
persetujuan Menteri. Untuk usaha pembangkitan tenaga listrik oleh
swasta diutamakan penggunaan sumber energi
Usaha penyediaan tenaga listrik oleh swasta primer di luar minyak bumi, kecuali apabila di
hanya dapat dilaksanakan dengan pembiayaan lokasi proyek pembangkitan yang diusulkan
tanpa jaminan Pemerintah terhadap modal yang tidak tersedia atau atas dasar keekonomian
ditanamkan dan kewajiban membayar pinjaman. tidak mungkin digunakan sumber energi primer
Atas impor barang modal dalam rangka Usaha di luar minyak bumi. Pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik oleh Swasta diberikan Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum
fasilitas berupa: mengusahakan sendiri pemasokan energi primer
yang diperlukannya agar dapat menghasilkan
Pembebasan atas pembayaran bea masuk; biaya pembangkitan tenaga listrik yang paling
Tidak dipungut pajak sebagaimana dimaksud ekonomis. Pemasokan energi primer di luar
dalam Undang-undang Pajak Penghasilan; minyak bumi diutamakan yang berasal dari
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan dalam negeri.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 55


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

3
METODOLOGI

3.1
PENDEKATAN

Dengan mencermati maksud, tujuan dan ruang


lingkup sebagaimana dijelaskan dalam subbab
sebelumnya, maka ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan
hasil / keluaran yang diharapkan.

56
Beberapa pendekatan tersebut adalah:

• Document review

• Pendekatan valuatif – normatif

• Pendekatan partisipatoris / dialogis

1. Document Review

Document review merupakan aktivitas


untuk melakukan kajian terhadap berbagai
dokumen kebijakan pemerintah pusat
dan daerah, baik berupa data-data
atau informasi, maupun hasil kajian /
penelitian terkait pengembangan sektor
ketenagalistrikan.

2. Pendekatan Valuatif – Normatif

Pendekatan ini merupakan pendekatan


untuk menganalisis kebijakan. Metode yang
digunakan adalah sinergisitas / sinkronisasi
kebijakan. Analisis ini membahas tentang
hubungan antar kebijakan baik yang bersifat
paralel maupun yang bersifat horizontal.
Setelah melihat dan mencermati dari
beberapa kebijakan yang ada maka hal yang
paling penting dilakukan adalah membuat
sinergi di antara beberapa kebijakan yang
terkadang saling tumpang tindih.

Dalam analisis sinergitas / sinkronisasi


kebijakan pengembangan investasi sektor
ketenagalistrikan, dilakukan dengan:

A. Sinkronisasi Vertikal

Dilakukan dengan melihat apakah suatu


peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam suatu bidang tertentu
tidak saling bertentangan antara satu
dengan yang lain, serta mengikuti jenis
dan hirarkinya secara jelas. Di samping
harus memperhatikan hirarkhi peraturan
perundang-undangan tersebut di atas,
dalam sinkronisasi vertikal, harus juga
diperhatikan kronologis tahun dan nomor
penetapan peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 57


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

B. Sinkronisasi Horisontal Dalam konteks penyusunan panduan


investasi sektor ketenagalistrikan, pengertian
Dilakukan dengan melihat pada berbagai pendekatan partisipasif merupakan
peraturan perundang-undangan yang upaya-upaya pemberdayaan stakeholders
sederajat dan mengatur bidang yang sama (pemerintah daerah, perguruan tinggi,
atau terkait. Sinkronisasi horisontal juga pelaku usaha / calon investor, asosiasi
harus dilakukan secara kronologis, yaitu dan masyarakat umum maupun lembaga
sesuai dengan urutan waktu ditetapkannya keuangan). Stakeholders tersebut dilibatkan
peraturan perundangan-undangan yang dalam perancangan, perencanaan,
bersangkutan. pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
dalam pengambilan keputusan dalam rangka
3. Pendekatan Partisipatoris / Dialogis sektor ketenagalistrikan.

Pendekatan partisipasif merupakan model Jamieson (1989) menyatakan bahwa model


pemberdayaan stakeholders terkait sesuai partisipasif diarahkan pada dua perspektif,
dengan peranan fungsinya masing-masing yaitu: (1) pelibatan stakeholders dalam
secara proporsional dan seimbang. Inti dari pemilihan, perancangan, perencanaan dan
pendekatan ini adalah pelibatan dalam pelaksanaan, sehingga dapat dijamin bahwa
pengambilan keputusan atas berbagai persepsi setempat, pola sikap dan pola
permasalahan yang sedang dihadapi berpikir serta nilai-nilai dan pengetahuan
bersama. FAO (1989b) sendiri melihat dapat dipertimbangkan secara penuh; dan
pendekatan ini dalam beberapa pengertian, (2) membuat umpan balik (feedback) yang
antara lain: pada hakikatnya merupakan bagian tak
terlepaskan dari kegiatan partisipatoris.
• Partisipasi adalah ’pemekaan’ Model yang digunakan untuk melakukan
(membuat peka) pihak masyarakat untuk pendekatan partisipasif ini adalah melalui
meningkatkan kemauan menerima dan dialog dan Focussed Discussion Group
kemampuan untuk menanggapi proyek- (FGD).
proyek pembangunan;
3.2
• Partisipasi adalah proses yang aktif, yang
METODOLOGI
mengandung arti bahwa orang atau
kelompok yang terkait, mengambil inisiatif
dan menggunakan kebebasannya untuk 3.2.1
melakukan hal itu; Metode Pengumpulan dan
Pengolahan Data
• Partisipasi adalah pemantapan dialog
antara pelaku pembangunan yang Beberapa jenis data dan informasi terkait dengan
melakukan persiapan, pelaksanaan, sektor ketenagalistrikan diperlukan sebagai
monitoring proyek, agar memperoleh kajian dokumen (document review) dan sekaligus
informasi tentang konteks lokal, dan sebagai informasi awal dalam melakukan kajian
dampak-dampak sosial; dan analisis berikutnya. Beberapa jenis data
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan ini,
• Partisipasi adalah keterlibatan sukarela disajikan di tabel 27
oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukan sendiri; Data dan informasi, baik primer maupun
sekunder, tersebut di atas dapat dikumpulkan
• Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dengan beberapa metode pengumpulan data,
dalam pembangunan diri, kehidupan, dan dengan menggunakan instrumen-instrumen
lingkungan mereka. berikut ini:

58
No. Jenis Data dan Informasi Klasifikasi Data Metode Pengumpulan Data

Data jenis-jenis perizinan : dasar hukum, prosedur dan Data primer dan data Studi instansional/ statistik,
1.
skema perizinan, persyaratan, dan lain sebagainya sekunder FGD dan dialog.

Data statistik sektor ketenagalistrikan (sebaran, kapasitas Data primer dan data Studi instansional/ statistik,
2.
terpasang, saluran distribusi, dan lain lain sebagainya). sekunder FGD.

Kondisi eksisting sektor ketenagalistrikan, yang mencakup Data primer dan data
3. Studi instansional/ statistik.
potensi yang dapat dikembangkan sekunder

Peraturan perundangan yang berlaku, kebijakan dan


Studi instansional / BKPM,
4. strategi pengembangan sektor ketenagalistrikan di Data sekunder
BKPMD, Biro Hukum Daerah
pusat dan daerah
Metode yang relevan sesuai
Data primer dan data
5. Data-data lainnya yang relevan kebutuhan pengumpulan
sekunder
data

Tabel 27
Jenis data dan informasi yang dibutuhkan

1. Wawancara Mendalam (In-depth Interview) • Menghitung instrumen yang terkumpul,


kaitannya dengan kecukupan jumlah
Wawancara mendalam merupakan instrumen sampel;
yang secara langsung menghadapkan
pewawancara dengan responden melalui • Pemeriksaan isian instrumen;
serangkaian kegiatan tanya jawab yang
berkaitan dengan calon investor. Jenis • Penomoran dan kode terhadap instrumen;
wawancara yang digunakan adalah dan
wawancara mendalam (in- depth interview)
dengan kombinasi wawancara berstruktur • Pembuat pedoman skoring.
dan tidak berstruktur.
2. Memilah data dan informasi
2. Diskusi Publik / Focussed Discussion Group
(FGD) . Data dan informasi dipilah berdasarkan
jenis dan kebutuhan akan informasi. Data
Diskusi publik ataupun FGD diperlukan untuk dan informasi yang dibangun (dalam sistem
menjaring masukan atau saran dari berbagai database) mempengaruhi hasil diagnosis
stakeholders yang terlibat, yang dapat dan analisa. Pemilahan data dan informasi
dikategorikan sebagai data primer, yang dilakukan melalui penomoran, penamaan,
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan tingkat pengukuran, dan kode kategori.
dalam menentukan sektor ketenagalistrikan.
3. Entry data
3.2.2
Metode Pengolahan Data . Entri data ke komputer dengan
menggunakan software SPSS, excel atau
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa yang lainnya, untuk kemudahan aplikasi dan
tahap berikut ini : perhitungan.

1. Pengorganisasian dan editing data 4. Penyajian dan interpretasi data

. Pengorganisasian untuk menelaah dan . Penyajian data hasil olahan di atas


memeriksa kembali isi dari instrumen. Cara diinterpretasikan serta dianalisa untuk
yang digunakan : mendapatkan kesimpulan. Penyajian data

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 59


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

dapat meliputi tabel-tabel dan grafik yang nilai konsekuensi alternatif kebijakan di masa
sudah memiliki keterwakilan dengan sampel mendatang.
dan kebutuhan data.
D. Deskripsi, menghasilkan informasi tentang
3.2.3 konsekuensi sekarang dan masa lalu dari
Beberapa Analisis yang Digunakan diterapkannya alternatif kebijakan.

1. Review / Analisis Kebijakan (dalam Rangka E. Evaluasi, kegunaan alternatif kebijakan


Kajian Dialogis dan FGD) dalam memecahkan masalah.

Review atau analisis kebijakan adalah Proses analisis kebijakan (yang berorientasi
aktivitas intelektual dan praktis yang pada masalah kebijakan) pada gambar 15.
ditujuan untuk menciptakan, menilai dan
mengkomunikasikan pengetahuan dalam Analisis kebijakan diambil dari berbagai
proses kebijakan (Dunn, 1990). Analisis disiplin ilmu dengan tujuan memberikan
kebijakan diletakkan dalam sistem kebijakan, informasi yang bersifat deskriptif, evaluatif
yang oleh Dunn (dengan mengutip Thomas dan preskriptif. Analisis kebijakan menjawab
R. Dye) digambar 14. tiga macam pertanyaan, yaitu :

Menurut Dunn, metode analisis kebijakan • Nilai, yang pencapaiannya merupakan


menggabungkan lima prosedur umum dalam tolok ukur utama untuk menilai, apakah
pemecahan masalah, yaitu : suatu masalah telah teratasi.

A. Definisi, menghasilkan informasi mengenai • Fakta, yang keberadaannya dapat


kondisi – kondisi yang menimbulkan masalah membatasi atau meningkatkan
kebijakan. pencapaian nilai-nilai.

B. Prediksi, menyediakan informasi mengenai • Tindakan, yang penerapannya dapat


konsekuensi di masa datang dari penerapan menghasilkan pencapaian nilai-nilai.
alternatif kebijakan, termasuk jika tidak
melakukan sesuatu. Pendekatan valuatif-normatif dalam analisis
kebijakan berorientasi pada penilaian atau
C. Preskripsi, menyediakan informasi mengenai evaluasi program yang sedang atau telah

Pelaku Kebijakan

Lingkungan Kebijakan Kebijakan Publik

Gambar 14
Sistem kebijakan (Thomas R. Dye)

60
Kinerja
Kebijakan

Evaluasi Peramalan
Perumusan
Masalah

Hasil Perumusan Perumusan Masa Depan


Kebijakan Masalah Masalah Kebijakan

Perumusan
Masalah
Pemantauan Rekomendasi

Aksi
Kebijakan

Gambar 15
Proses analisis kebijakan berdasarkan masalah kebijakan

berjalan. Terdapat dua substansi yang permintaan dan penawaran digunakan untuk
didekati secara valuatif – normatif, yaitu: melihat tingkat ketersediaan pasokan sektor
ketenagalistrikan dan tingkat permintaannya.
• Berkaitan dengan evaluasi terhadap Berbagai faktor yang mempengaruhi
perkembangan kebijakan, baik yang permintaan dan penawaran terhadap sektor
sedang dalam masa persiapan maupun ini dianalisis dan diperhitungkan untuk
yang sedang berjalan; dan melihat titik kesetimbangannya.

• Berkaitan dengan analisa terhadap B. Analisis Perwilayahan


kebijakan-kebijakan yang selama ini telah
dikeluarkan oleh pemerintah. Secara deskriptif, analisis perwilayahan
digunakan untuk melihat sebaran / lokasi dari
Melalui pendekatan ini, dapat dikembangkan objek-objek pada sektor ketenagalistrikan,
suatu sistem evaluasi secara komprehensif sehingga dapat tergambarkan secara lebih
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. detail.
Pendekatan ini juga berorientasi pada
penilaian terhadap kelebihan dan kelemahan C. Analisis Deskriptif Kualitatif
program yang telah dijalankan untuk
mendapatkan input berkaitan dengan Merupakan analisis deskriptif untuk
upaya perbaikan yang diterapkan, sehingga menterjemahkan tabel dan data agar lebih
menjadi dasar pertimbangan dalam mudah dipahami.
menentukan kebijakan di masa yang akan
datang. 3.2.4
Policy Dialogue dan Focus Discussion
2. Analisis Pendukung Group (FGD)

A. Analisis Supply dan Demand Policy dialogue merupakan kegiatan untuk


pengkayaan informasi yang diperoleh dari
Analisis supply demand atau analisis wilayah survei di dalam maupun luar negeri

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 61


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

bekerjasama dengan pihak BKPM dengan tujuan • Profil proyek yang siap ditawarkan
mengumpulkan data primer dan sekunder
dari berbagai instansi terkait maupun dari 2. Skema Investasi di Sektor Ketenagalistrikan
industri yang telah ada mengenai kebijakan di Indonesia
investasi di sektor ketenagalistrikan. Kegiatan ini
dilaksanakan di Yogyakarta dengan mengundang A. Independent Power Producers
para pihak yang terkait, baik dari pihak BKPM,
BKPMD, Kementerian / Dinas ESDM, Calon B. Kerjasama Pemerintah dan Swasta
Investor, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi,
dan lain sebagainya C. Engineering, Production and Construction
(EPC)
Focus Group Discussion (FGD), merupakan
koordinasi dan pertemuan dengan stakeholder D. Swasta Murni
terkait dengan tujuan untuk memperoleh
masukan dan klarifikasi informasi dari berbagai 3. Kerangka Regulasi
stakeholder terkait baik di pusat maupun
di daerah untuk berbagi pengalaman dan A. Daftar Negatif Investasi
memperoleh gambaran mengenai investasi di
sektor ketenagalistrikan. B. Regulasi Sektor Ketenagalistrikan

3.3 C. Regulasi Bidang Tarif


PENYUSUNAN BUKU
D. Regulasi Bidang Pertanahan
PANDUAN INVESTASI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN E. Jaminan Investasi

Hasil kajian literatur, penelusuran data primer, F. Insentif Non Fiskal


data sekunder, review kebijakan, serta serta
analisis-analisis pendukung dituangkan dalam 4. Perpajakan
buku panduan investasi sektor ketenagalistrikan
di Indonesia. Sebagai outline atau usulan naskah A. Sistem Perpajakan di Indonesia
panduan investasi, disajikan berikut ini :
B. Insentif Fiskal untuk Sektor Ketenagalistrikan
1. Overview Sektor Ketenagalistrikan di di Indonesia
Indonesia
5. Akunting untuk Sektor Ketenagalistrikan
A. Kondisi terkini sektor ketenagalistrikan di
Indonesia A. Sistem akuntansi di Indonesia

B. Kebutuhan listrik Indonesia (supply dan B. Akuntasi untuk Sektor Ketenagalistrikan di


demand) Indonesia

C. Kebutuhan investasi sektor ketenagalistrikan

D. Peluang Investasi Pembangkit Listrik

• Kondisi Eksisting

• Daftar proyek

62
PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 63
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4
IDENTIFIKASI PERIZINAN INVESTASI
SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

4.1
PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK 35.000 MW

Saat ini, pemerintah sedang menggalakkan


program pembangkitan listrik 35.000 MW, yang
direncanakan terealisasi pada tahun 2015-2019.
Sebagaimana dalam RUPTL PLN, bahwa skema
pembangkitan tersebut dilaksanakan oleh PLN
(10.681 MW) dan Pengembang Listrik Swasta
/ Independent Power Producer (IPP) sebesar
25.904 MW. Dalam rilisnya, PLN membagi
program 35.000 MW tersebut, kedalam
beberapa skema pengadaan. Disajikan di tabel
28, tabel 29 dan tabel 30.

64
4.2
MEKANISME PENGADAAN
LISTRIK 35.000 MW

Pengadaan tenaga listrik 35.000 MW


sebagaimana dijelaskan di atas, dilakukan
melalui beberapa metode, baik pelelangan
umum, penunjukan langsung, maupun pemilihan
langsung. Terkait dengan pelelangan umum,
mengikuti prosedur pelelangan yang telah
dilaksanakan selama ini, sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 01
Tahun 2006 jo Nomor 04 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri ESDM Nomor
01 Tahun 2006 tentang Prosedur Pembelian
Tenaga Listrik dan/atau Sewa Menyewa
Jaringan dalam Usaha Penyediaan Listrik untuk
Kepentingan Umum.

Secara skematik, keseluruhan proses pengadaan


listrik 35.000 MW yang dicanangkan oleh
Presiden RI Joko Widodo, dapat dilihat pada
Bagan 4.1. Beberapa catatan untuk kriteria
pemilihan langsung adalah:

1. Diversifikasi energi untuk pembangkit listrik


ke non bahan bakar minyak; dan/atau

2. Penambahan kapasitas pembangkit tenaga


listrik yang telah beroperasi di lokasi
yang berbeda pada sistem setempat,
antara badan usaha pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik atau badan usaha
baru yang dibentuk oleh pengembang
setempat

Sedangkan kriteria untuk penunjukan langsung


adalah:

1. Pembelian tenaga listrik dilakukan dari PLTU


Mulut Tambang, PLTG Marginal dan PLTA

2. Pembelian kelebihan tenaga listrik dari


PLTU Mulut Tambang, PLTU Batubara, PLTG/
PLTMG, dan PLTA

3. Pembelian tenaga listrik dari PLTU Mulut


Tambang, PLTU Batubara, PLTG/PLTMGl,
dan PLTA jika sistem tenaga listrik setempat

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 65


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

No. Jenis Pembangkit Lokasi Kapasitas (MW)

1. PLTP Hululais / Bengkulu 55

2. PLTU Indramayu 4 / Jawa Barat 1.000

3. PLTGU Muara Karang Peaker / Jakarta 500

4. PLTGU Jawa 2 (Tanjung Priok) / Jakarta 800

5. PLTGU Grati Add On Blok 2 / Jawa Timur 150

6. PLTGU Muara Tawar Add On Unit 2,3,4 650

7. PLTU Kalselteng 2 / Kalimantan Tengah 2x100

8. PLTG/PLTMG Lampung Peaker / Lampung 200

9. PLTP Tulehu / Maluku 20

10. PLTU Lombok (FTP 2) / Nusa Tenggara Barat 2x50

11. PLTU Lombok 2 / Nusa Tenggara Barat 50

12. PLTU Timor 1 / Nusa Tenggara Timur 2x25

13. PLTP Mataloko / Nusa Tenggara Timur 20

14. PLTP Ulumbu 5 / Nusa Tenggara Timur 5

15. PLTG/PLTMG Riau Peaker / Riau 200

16. PLTU Sulsel Barru 2 / Sulawesi Selatan 1x100

17. PLTGU Makassar Peaker / Sulawesi Selatan 450

18. PLTGU Sulsel Peaker / Sulawesi Selatan 450

19. PLTU Sulsel 2 / Sulawesi Selatan 200

20. PLTU Palu 3 / Sulawesi Tengah 2x50

21. PLTU Bau Bau / Sulawesi Tenggara 2x25

22. PLTU Sulut 1/ Sulawesi Utara 2x25

23. PLTG/PLTMG Mobile Power Plant Tersebar 1.565

24. PLTMG Tersebar 665

25. PLTGU/MGU Tersebar 450

26. PLTG/MG Tersebar 250

27. PLTM Tersebar 50

Tabel 28
Proyek pembangkit listrik investasi PLN yang pengadaannya akan dibuka (pelelangan)

66
No. Jenis Pembangkit Lokasi Kapasitas (MW)

1. PLTU Muko Muko / Bengkulu 2x7

2. PLTU Jambi / Jambi 2x600

3. PLTMG Luwuk / Sulawesi Tengah 40

4. PLTGU Riau / Riau 250

5. PLTGU Jawa-1 / Jawa Barat 2x800

6. PLTU Sinabang / Aceh 2x7

7. PLTG/MG Pontianak Peaker/ Kalimantan Barat 100

8. PLTGU/MGU Sumut / Belawan / Sumatera Utara 250

9. PLTGU/MGU Sulbagut 3 / Sulawesi Utara 200

10. PLTGU/MGU Sulsel / Sulawesi Selatan 150

11. PLTGU/MGU Kalselteng / Kalimantan Selatan / Tengah 200

12. PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 1 / Jawa Barat 400

13. PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 2 / Jawa Timur 500

14. PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 3 / Banten 500

15. PLTGU/MGU Peaker Jawa-Bali 4 / Jawa Barat 450

16. PLTG/MG Jambi Peaker / Jambi 100

17. PLTGU Jawa-3 / Jawa Timur 1x800

18. PLTGU/MGU Sumbagut-1 / Sumatera Utara 250

19. PLTGU/MGU Sumbagut-3 / Sumatera Utara 250

20. PLTGU/MGU Sumbagut-4 / Aceh 250

21. PLTU Sulut-3 / Sulawesi Utara 2x50

22. PLTG/MG TB. Karimun / Riau 40

23. PLTG/MG Natuna-2 / Riau 25

24. PLTMG Tanjung Pinang 2 / Riau 30

25. PLTMG Dabo Singkep-1 / Riau 16

26. PLTMG Bengkalis / Riau 18

27. PLTMG Selat Panjang-1 / Riau 15

28. PLTMG Tanjung Batu / Riau 15

29. PLTG/MG Belitung / Kep. Bangka Belitung 30

30. PLTU Jawa-10 / Jawa Tengah 1x660

31. PLTU Riau Kemitraan / Riau 2x600

32. PLTU Bangka-1 / Kep. Bangka Belitung 2x100

33. PLTU Kalselteng-3 / Kalimantan Tengah 2x100

34. PLTU Kalbar-2 / Kalimantan Barat 2x200

35. PLTG/MG Natuna-3 / Riau 25

36. PLTMG Dabo Singkep-2 / Riau 16

37. PLTU Kaltim-3 / Kalimantan Timur 2x200

Tabel 29
Proyek pembangkit listrik investasi swasta yang pengadaannya akan dibuka (pelelangan)

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 67


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

No. Jenis Pembangkit Lokasi Kapasitas (MW)

1. PLTG/U Senipah Exp. (ST) / Kalimantan Timur 1x35

2. PLTU Kaltim 4 (Exp-2 Embalut) / Kalimantan Timur 2x100

3. PLTU Jawa-4 (Exp. Tj. Jati B) / Jawa Tengah 2x1.000

4. PLTU Sulbagut-3 (Exp. Molotabu) / Gorontalo 2x50

5. PLTA Wai Tina / Maluku 12

6. PLTA Sidikalang-1 / Sumatera Utara 15

7. PLTA Tabulahan / Sulawesi Barat 20

8. PLTA Masupu / Sulawesi Barat 36

9. PLTA Salu Uro / Sulawesi Selatan 95

10. PLTU Sumsel-7 (Exp. Sumsel-5) / Sumatera Selatan 1x300

11. PLTU Jawa-8 (Exp. Cilacap)/ Jawa Tengah 1x1.000

12. PLTA Kalaena-1 / Sulawesi Selatan 54

13. PLTA Paleleng / Sulawesi Selatan 40

14. PLTA Poso 1 / Sulawesi Tengah 120

15. PLTU Jawa-9 (Exp. Banten) / Banten 1x600

16. PLTA Air Putih / Sumatera Barat 21

Tabel 30
Proyek pembangkit listrik investasi swasta yang pengadaannya akan dibuka (penunjukan langsung)

dalam kondisi krisis atau darurat penyediaan Skema pengadaan untuk masing-masing
tenaga listrik; dan/atau metode pengadaan pembangkit, baik pemilihan
langsung, penunjukan langsung, maupun
4. Pembelian tenaga listrik dari PLTU Mulut pelelangan umum, dapat dilihat pada gambar
Tambang, PLTU Batubara, PLTG/PLTMG, dan 16,17,18 dan 19.
PLTA dalam rangka penambahan kapasitas
pembangkitan pada pusat pembangkit
tenaga listrik yang telah beroperasi di lokasi
yang sama.

68
RAGAM PILIHAN METODE PENGADAAN PROSES PENGADAAN

PLTA

PLTG
Gas Marjinal

Excess Pemasukan Proposal oleh Calon


Penunjukan Langsung Pengembangan IPP
Power

Daftar
Pengadaan
Pembangkit Kondisi Sistem Uji Tuntas oleh
35.000 MW Kritis Procurement Agen**
(RUPTL 2016-
2024)
Ekspansi
Evaluasi
Pemasukan Proposal oleh Para Harga
Calon Pengembang IPP

PLTU Mulut
Tambang Tanda Tangan
Kontrak

Diversifikasi Pemilihan Langsung


Energi

BUKAN RAGAM Pemasukan Proposal Lelang


Pelelangan Umum oleh Para Calon Pengembang
PILIHAN IPP

Gambar 16
Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW oleh Pengembang Swasta (IPP)

PROCUREMENT PROCEDURE : DIRECT APPOINMENT

System
Planning and
Project Unsolicited Proposal and
Listed in RUPTL Feasibility Study Submission
Pass Feasibility
Evaluation

Due Diligence Invitation Rejected for Revision

Direct Appoinment
Due Diligence Document Required Documents
(30 days)
Submission
IPP Procurement Procedure
(complies to MEMR Regulation
Due Diligence Clarification No. 03/2015)
Document and
Ÿ Condition(s) : Mine Mouth CFSPP
Evaluation Revision (Coal-Fired Steam Power Plant),
Marginal Gas-Fired Power Plant,
Hydroelectric Power Plant,
Pass
Emergency or Crisis of Electricity
Appointing Qualified Developer and Power Supply, expansion project of
Power Plant in the same location of
Obtaining Director(s) Approval the system.
30 days
Ÿ Project Type : Mine Mouth CFSPP
(Coal-Fired Steam Power Plant), Non-
PPA Finalization Mine Mouth SFSPP (Engine/Turbine/
Combine Cycle), Gas-Fired Power
Plant, Hydroelectric Power Plant.

Ÿ Tariff : Based on MEMR Regulation


No. 03/2015, and/or negotiation,
PPA Signing and/or applicable regulation issued
by MEMR.

Pre Procurement Process Source : IPP Book, PT. PLN (Persero), 2015
Procurement Process

Gambar 17
Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW melalui Penunjukan Langsung

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 69


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PROCUREMENT PROCEDURE : DIRECT SELECTION

Listed in RUPTL

Due Diligence Invitation to


SPC/Sponsor who have IPP
connected to the same system
and Mine Mouth CDSPP with Direct Selection
candidate participant > 1 (45 days)

IPP Procurement Procedure


Due Diligence Document Required Documents
(complies to MEMR Regulation
Submission No. 03/2015)

Ÿ Condition(s) : Energy diversification


to Non-Fuel Oil, expansion project of
Due Diligence Power Plant in different location of
Document Rejected the same system, more than one (1)
direct appoinment proposals.
Evaluation Fail
Ÿ Project Type : Mine Mouth CFSPP
(Coal-Fired Steam Power Plant), Non-
Pass Mine Mouth SFSPP (Engine/Turbine/
Listing Qualified Developer and Combine Cycle), Gas-Fired Power
Plant, Hydroelectric Power Plant.
Obtaining Director(s) Approval
45 days Ÿ Tariff : Based on MEMR Regulation
No. 03/2015, and/or lowest price
proposal submitted by the
PPA Finalization participants.

Source : IPP Book, PT. PLN (Persero), 2015

PPA Signing

Pre Procurement Process


Procurement Process
Gambar 18
Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW melalui Pemilihan Langsung

PROCUREMENT PROCEDURE : OPEN TENDER

PQ proposal PQ Doc Announcement/


Start
submission collection Advertisement

PQ
Yes
PQ PROCESS

applicants
>
_ 3?

PQ evaluation
Open
Tender
Passing No Passing No
applicants Re-P/Q applicants IPP Procurement Procedure
Yes >
_ 3? >
_ 2? (based on MEMR Regulation
Yes No 01/2006 Jo 04/2007)
Bidding Processes
(RFP issuance) Ÿ Condition(s) : IPP Project(s) that non
eligible for direct appoinment or
direct selection, or PLN requires
doing an open tender.
Bidders No Bidders No
BIDDING PROCESS

Re-Bid Ÿ Project Type : All kind of power


>
_ 2? >
_ 2? plant..

Ÿ Tariff : Lowest price proposal


Yes
submitted by the bidders.
Yes
Bid Evaluation

Pasing No
Adm & tech Fail
requirements Direct
appoinment
Yes
Winning bidder Lol PPA
determination Signing

Gambar 19
Skema pengadaan pembangkit listrik 35.000 MW melalui Pelelangan Umum

70
4.3 yang merupakan prioritas tinggi pada
IDENTIFIKASI PERIZINAN skala nasional;
DALAM RANGKA PROGRAM
C. Penanaman modal yang terkait pada
PENGADAAN LISTRIK 35.000 fungsi pemersatu dan penghubung antar
MW wilayah atau ruang lingkupnya lintas
provinsi;
Dalam tahapan pengadaan tenaga listrik,
selain diidentifikasi proses pengadaannya, juga D. Penanaman modal yang terkait pada
diidentifikasi berbagai perizinan / non perizinan pelaksanaan strategi pertahanan dan
yang terkait, baik pra konstruksi, konstruksi, keamanan nasional;
maupun operasi (COD, commercial operation
date). Hasil telaah konsultan terhadap berbagai E. Penanaman modal asing dan penanaman
skema perizinan / non perizinan, antara lain: modal yang menggunakan modal asing,
yang berasal dari pemerintah negara lain,
4.3.1 yang didasarkan perjanjian yang dibuat
Izin Prinsip Penamaman Modal oleh pemerintah dan pemerintah negara
lain; dan
Izin Prinsip Penanaman Modal diatur dalam Perka
BKPM Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman F. Bidang penanaman modal lain yang
dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan menjadi urusan pemerintah menurut
Penanaman Modal. Tujuan dari terbitnya Perka Undang-Undang.
BKPM ini adalah : (a) terwujudnya kesamaan
dan keseragaman prosedur pengajuan dan Ruang lingkup layanan di PTSP di bidang
persyaratan tata cara perizinan dan non perizinan penanaman modal terdiri dari:
penanaman modal di instansi penyelenggara
PTSP di bidang penanaman modal di seluruh • Layanan Perizinan Penanaman Modal;
Indonesia; (b) memberikan informasi kepastian
waktu penyelesaian permohonan perizinan • Layanan Non Perizinan Penanaman
dan non perizinan penanaman modal; dan (c) Modal.
tercapainya pelayanan yang mudah, cepat,
tepat, akurat, transparan dan akuntabel. Layanan perizinan penanaman modal, terdiri
atas :
Dalam Pasal 5, dijelaskan bahwa urusan
pemerintah di bidang penanaman modal 1. Izin Prinsip Penanaman Modal;
yang menjadi kewenangan pemerintah yang
diselenggarakan di PTSP BKPM, terdiri atas: 2. Izin Usaha untuk Berbagai Sektor Usaha;

1. Penyelenggaraan penanaman modal yang 3. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal;


ruang lingkupnya lintas provinsi
4. Izin Usaha Perluasan untuk Berbagai Sektor
2. Urusan pemerintahan di bidang penanaman Usaha;
modal, yang meliputi:
5. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal;
A. Penanaman modal yang terkait dengan
sumberdaya alam yang tidak terbarukan 6. Izin Usaha Perubahan Untuk Berbagai Sektor
dengan tingkat risiko kerusakan Usaha;
lingkungan yang tinggi;
7. Izin Prinsip Penggabungan Perusahaan
B. Penanaman modal pada bidang industri Penanaman Modal;

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 71


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

8. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan B. Rekaman anggaran dasar bagi badan usaha
Penanaman Modal untuk Berbagai Sektor koperasi, yayasan, dilengkapi pengesahan
Usaha; anggaran dasar badan usaha koperasi
oleh instansi yang berwenang serta NPWP
9. Izin Pembukaan Kantor Cabang; perusahaan; atau

10. Izin Kantor Perwakilan Perusahaan Asing C. Rekaman KTP yang masih berlaku dan NPWP
(Kppa); dan untuk usaha perorangan.

11. Surat Izin Usaha Perwakilan Perusahaan 2. Keterangan rencana kegiatan:


Perdagangan Asing (SIUP3A)
A. Untuk industri, berupa diagram alir produksi
Sedangkan layanan non perizinan penanaman (flow chart of production) dilengkapi dengan
modal, terdiri atas : penjelasan detail uraian proses produksi
dengan mencantumkan jenis bahan baku;
1. Fasilitas Bea Masuk atas Impor Mesin;
B. Untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan
2. Fasilitas Bea Masuk atas Impor Barang dan yang akan dilakukan dan penjelasan produk
Bahan; jasa yang dihasilkan.

3. Usulan Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) 3. Rekomendasi dari Kementerian / Lembaga


Badan untuk Penanaman Modal di Bidang- pembina, apabila dipersyaratkan sesuai
Bidang Usaha Tertentu dan / atau di Daerah- ketentuan bidang usaha;
Daerah Tertentu;
4. Permohonan ditandatangani di atas meterai
4. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P); cukup oleh direksi / pimpinan perusahaan
dan stempel perusahaan, sebagai pemohon;
5. Angka Pengenal Importir Umum (API-U);
5. Permohonan yang tidak disampaikan secara
6. Rekomendasi Penggunaan Tenaga Kerja langsung oleh pemohon ke PTSP bidang
Asing (RPTKA); penanaman modal, harus dilampiri surat
kuasa asli bermeterai cukup.
7. Rekomendasi Visa untuk Bekerja (TA.01); dan
Sedangkan untuk permohonan Izin Prinsip
8. Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing Penanaman Modal Asing dilengkapi
(IMTA). persyaratan sebagai berikut:

Permohonan Izin Prinsip Penanaman Modal 1. Bagi pemohon yang belum berbadan hukum
Dalam Negeri dilengkapi persyaratan sebagai Indonesia, dan pemohon adalah
berikut :
A. Pemerintah negara lain, melampirkan
1. Kelengkapan data pemohon: surat dari instansi pemerintah negara yang
bersangkutan atau surat yang dikeluarkan
A. Rekaman akta pendirian perusahaan oleh Kedutaan Besar / Kantor Perwakilan
dan perubahannya untuk PT, CV dan Fa negara yang bersangkutan di Indonesia;
dilengkapi dengan pengesahan anggaran
dasar perusahaan dan persetujuan/ B. Perorangan asing, melampirkan rekaman
pemberitahuan perubahan, apabila ada, lembar paspor yang masih berlaku yang
dari Menteri Hukum dan HAM serta NPWP mencantumkan nama dan tandatangan
perusahaan; pemilik dengan jelas;

72
C. Badan usaha asing, melampirkan rekaman • Perorangan Indonesia, melampirkan
anggaran dasar (article of association) rekaman KTP yang masih berlaku dan
dalam Bahasa Inggris atau terjemahannya rekaman NPWP;
dalam Bahasa Indonesia dari penerjemah
tersumpaj; • Badan Hukum Indonesia, melampirkan
rekaman Akta Pendirian Perusahaan
D. Untuk peserta Indonesia : dan perubahannya lengkap dengan
pengesahan dan persetujuan/
• Perorangan Indonesia, melampirkan pemberitahuan dari Menteri Hukum dan
rekaman KTP yang masih berlaku dan HAM serta rekaman NPWP perusahaan.
rekaman NPWP; dan/atau
3. Keterangan rencana kegiatan:
• Badan Hukum Indonesia, melampirkan
rekaman Akta Pendirian Perusahaan • Untuk industri, berupa diagram alir
dan perubahannya lengkap dengan produksi (flow chart of production)
pengasahan dan perserujuan / dilengkapi dengan penjelasan detail
pemberitahuan dari Menteri Hukum dan uraian proses produksi dengan
HAM serta rekaman NPWP perusahaan. mencantumkan jenis bahan baku;

2. Bagi pemohon yang telah berbadan hukum • Untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan
Indonesia dalam bentuk Perseroan Terbatas, yang akan dilakukan dan penjelasan
melampirkan: produk jasa yang dihasilkan.

A. Rekaman Akta Pendirian Perusahaan 4. Rekomendasi dari Kementerian / Lembaga


dan perubahannya dilengkapi dengan pembina, apabila dipersyaratkan sesuai
pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan ketentuan bidang usaha;
dan persetujuan/pemberitahuan perubahan,
apabila ada, dari Menteri Hukum dan HAM, 5. Permohonan ditandatangani di atas meterai
serta NPWP perusahaan. cukup oleh seluruh calon pemegang saham
atau kuasanya; atau direksi / pimpinan
B. Bukti diri pemegang saham, dalam hal perusahaan dan stempel perusahaan,
pemegang saham adalah: sebagai pemohon;

• Pemerintah negara lain, melampirkan 6. Permohonan yang tidak disampaikan secara


surat dari instansi pemerintah negara yang langsung oleh pemohon ke PTSP bidang
bersangkutan atau surat yang dikeluarkan penanaman modal, harus dilampiri surat
oleh Keduataan Besar / Kantor Perwakilan kuasa asli bermeterai cukup.
negara yang bersangkutan di Indonesia;
Proses pengajuan izin prinsip penanaman
• Perorangan asing, melampirkan rekaman modal dilakukan secara online, melalui
paspor yang masih berlaku yang aplikasi website: https://online-spipise.bkpm.
mencantumkan nama dan tandatangan go.id/. Paling lambat, 3 (tiga) hari setelah
pemilik paspor dengan jelas; aplikasi dikirimkan secara lengkap, izin prinsip
penanaman modal dapat diperoleh.
• Badan usaha asing, melampirkan rekaman
Anggaran Dasar (Article of Association/ 4.3.2
Incorporation) dalam Bahasa Inggris atau Pendirian Badan Usaha di Indonesia
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
dari penerjemah tersumpah; Beberapa jenis perizinan / non perizinan yang

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 73


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

saling terkait dengan pendirian badan usaha / 2007, didefinisikan bahwa Perseroan
badan hukum di Indonesia, antara lain adalah: Terbatas adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan
• Pengajuan Nama Badan Usaha (Perseroan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
Terbatas) usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi
• Pembuatan Akta Pendirian dan Anggaran persyaratan yang ditetapkan.
Dasar Badan Usaha
Dalam rangka pengajuan nama perseroan,
• Surat Keterangan Domisili Perusahaan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2011
(SKDP) mengatur beberapa persyaratan, yaitu:

• Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak • Ditulis dengan huruf latin;


(NPWP), Surat Keterangan Terdaftar (SKT),
serta Pengusaha Kena Pajak (PKP, untuk • Belum dipakai secara sah oleh Perseroan
yang telah beroperasi) lain atau tidak sama pada pokoknya
dengan Nama Perseroan lain;
• Pengesahan Akte Pendirian dan Anggaran
Dasar Badan Usaha • Tidak bertentangan dengan ketertiban
umum dan/atau kesusilaan;
• Pembuatan Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) • Tidak sama atau tidak mirip dengan nama
lembaga negara, lembaga pemerintah,
1. Pengajuan Nama Badan Hukum (Perseroan) atau lembaga internasional, kecuali
mendapat izin dari lembaga yang
Pengajuan Nama Badan Hukum merupakan bersangkutan;
tahap paling pertama dalam prose pendirian
badan usaha di Indonesia. Proses ini juga • Tidak terdiri atas angka atau rangkaian
menjadi prasyarat sebelum mendapatkan angka, huruf atau rangkaian huruf yang
Izin Prinsip Penanaman Modal secara online. tidak membentuk kata;
Dasar hukum yang digunakan adalah:
• Tidak mempunyai arti sebagai Perseroan,
• Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 badan hukum, atau persekutuan perdata;
Tentang Perseroan Terbatas
• Tidak hanya menggunakan maksud dan
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tujuan serta kegiatan usaha sebagai Nama
Nomor 43 Tahun 2011 Tentang Tata Perseroan; dan
Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas • Sesuai dengan maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha Perseroan, dalam hal
• Peraturan Menteri Hukum dan HAM maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara akan digunakan sebagai bagian dari
Pengajuan Permohonan Pengesahan Nama Perseroan.
Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan
Anggaran Dasar serta Penyampaian Pengajuan nama perseroan secara elektronik
Pemberitahuan Perubahan Anggaran (online) dilakukan melalui alamat website:
Dasar dan Perubahan Data Perseroan www.ahu.go.id. Dalam jangka watu paling
Terbatas lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
tanggal pengajuan diterima secara lengkap.
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun

74
2. Pembuatan Akta Pendirian Badan Usaha Surat Keterangan Domisili Perusahaan
(Perseroan) (SKDP). Selain itu, dalam Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa
Setelah nama perseroan dinyatakan diterima domisili perusahaan harus sesuai dengan
dan dapat digunakan, maka wajib segera penataan ruang.
membuat Akta Pendirian perusahaan di
Kantor Notaris. Perseroan didirikan oleh 2 Dalam implementasinya, persyaratan dan
(dua) orang atau lebih dengan Akta Notaris prosedur penerbitan Surat Keterangan
yang dibuat dalam Bahasa Indonesia. Setiap Domisili Perusahaan diatur oleh Perda, yang
pendiri perseroan wajib mengambil bagian biasanya diterbitkan oleh Lurah / Camat
saham pada saat perseroan didirikan. Akte setempat. Sebagai contoh adalah Keputusan
Pendirian yang dimaksudkan, setidak- Camat Lubuk Baja Batam Nomor 9 Tahun
tidaknya memuat anggaran dasar dan 2014 tentang Penetapan Standar Pelayanan
keterangan lainnya, sekurang-kurangnya Domisili Usaha. Dalam keputusan tersebut,
adalah: untuk mendapatkan Surat Keterangan
Domisili Usaha diperlukan beberapa
• Nama lengkap, tempat dan tanggal persyaratan, yaitu:
lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseroan, • Surat Permohonan Kepada Camat
atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan • Rekomendasi Lurah Setempat
tanggal Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum dan pendiri • Rekaman KTP Penanggung Jawab
perseroan.
• Rekaman Akte Pendiri Pusat / Cabang
• Nama lengkap, tempat dan tanggal
lahir, pekerjaan, tempat tinggal, • Surat Keterangan Sewa Menyewa Tempat
kewarganegaraan anggota direksi dan Usaha
dewan komisaris yang pertama kali
diangkat. • Denah Lokasi

• Nama pemegang saham yang telah • Pas photo 3 x 4 sebanyak 2 lembar


mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang • Surat Keterangan Sempadan dari Lurah
telah ditempatkan dan disetor.
• Untuk usaha Perorangan melampirkan
Lama proses pembuatan Akta Pendirian surat pernyataan kepemilikan usaha
sangat tergantung pada kesepakatan para Diatas materai 6000
pendirian perseroan dengan notaris yang
ditunjuk. Lama prosesnya bisa 3 hari kerja, Perolehan Surat Keterangan Domisili
hingga 14 hari kerja. Perusahaan sebagaimana ditetapkan di
atas, paling lama 2 (dua) hari kerja setelah
3. Surat Keterangan Domisili Perusahaan dan permohonan dan persyaratannya diterima
Surat Izin Tempat Usaha (Izin Gangguan / secara lengkap dan benar.
HO)
Selain Surat Keterangan Domisili Perusahaan,
Amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun biasanya juga diberlakukan Izin Gangguan,
2007 dijelaskan bahwa suatu perseroan harus yang dinyatakan dalam Surat Izin Tempat
memiliki tempat kedudukan dan alamat Usaha (SITU), yang juga diatur melalui
lengkap perseroan, sehingga diperlukan peraturan daerah. Sebagai contoh adalah

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 75


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Perda Kota Bandung Nomor 19 Tahun 2012 kewajiban perpajakannya. Nomor ini dipakai
tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin oleh setiap wajib pajak setiap kali mereka
Gangguan. Beberapa persyaratan yang berurusan dengan kantor pajak.
dinyatakan dalam perda tersebut adalah :
Untuk Wajib Pajak badan yang memiliki
• Mengisi formulir permohonan izin; kewajiban perpajakan sebagai pembayar
pajak, pemotong dan/atau pemungut
• Rekaman KTP pemohon; pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk
• Rekaman Akta Pendirian Perusahaan; bentuk usaha tetap dan kontraktor dan/
atau operator di bidang usaha hulu minyak
• Rekaman Status Kepemilikan Tanah/Bukti dan gas bumi yang berorientasi pada profit
Kepemilikan Tanah/Surat Perjanjian Sewa/ (profit oriented) berupa :
Surat Persetujuan Pemilik Tanah;
• Rekaman akta pendirian atau dokumen
• Rekaman Surat Izin Mendirikan Bangunan pendirian dan perubahan bagi Wajib
(IMB) berikut Lampiran Gambar Denah Pajak badan dalam negeri, atau surat
dan Situasi; keterangan penunjukan dari kantor pusat
bagi bentuk usaha tetap;
• Surat Pernyataan Tertulis Tidak Keberatan
dari Lingkungan Sekitar, yang diketahui • Rekaman Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak
pihak RT dan RW setempat; salah satu pengurus, atau fotokopi paspor
dan surat keterangan tempat tinggal dari
• Keterangan Domisili Perusahaan dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-
Lurah dan Camat; kurangnya Lurah atau Kepala Desa dalam
hal penanggung jawab adalah Warga
• Rekaman Lunas PBB Tahun Terakhir; Negara Asing; dan

• Dokumen Lingkungan, khusus terhadap • Rekaman dokumen izin usaha dan/atau


kegiatan usaha yang berpotensi kegiatan yang diterbitkan oleh instansi
menimbulkan pencemaran lingkungan; yang berwenang atau surat keterangan
dan tempat kegiatan usaha dari Pejabat
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya
• Surat Pernyataan Kesanggupan Lurah atau Kepala Desa atau lembar
Memenuhi / Mentaati Ketentuan tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti
Peraturan Perundang-Undangan. pembayaran listrik.

Dalam perda tersebut, ditetapkan penerbitan Wajib Pajak badan yang hanya memiliki
perizinan paling lambat 14 hari kerja sejak kewajiban perpajakan sebagai pemotong
dokumen permohonan dan persyaratannya dan/atau pemungut pajak sesuai ketentuan
diterima lengkap dan benar. peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk  bentuk kerja sama operasi (Joint
4. Pembuatan NPWP, SKT dan PKP Operation), berupa :

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah • Rekaman Perjanjian Kerjasama/Akte


nomor yang diberikan kepada Wajib Pendirian sebagai bentuk kerja sama
Pajak sebagai sarana dalam administrasi operasi (Joint Operation);
perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib • Rekaman Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak
Pajak dalam melaksanakan hak dan masing-masing anggota bentuk kerja

76
sama operasi (Joint Operation) yang dengan menyampaikan permohonan
diwajibkan untuk memiliki Nomor Pokok secara tertulis dengan mengisi dan
Wajib Pajak; menandatangani Formulir Pendaftaran
Wajib Pajak. Permohonan tersebut
• Rekaman Kartu Nomor Pokok Wajib harus dilengkapi dengan dokumen
Pajak orang pribadi salah satu pengurus yang disyaratkan. Permohonan secara
perusahaan anggota bentuk kerja sama tertulis disampaikan ke KPP atau
operasi (Joint Operation), atau fotokopi KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi
paspor dan surat keterangan tempat tempat tinggal atau tempat kedudukan
tinggal dari Pejabat Pemerintah Daerah atau tempat kegiatan usaha Wajib
sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Pajak. Penyampaian permohonan
Desa dalam hal penanggung jawab secara tertulis dapat dilakukan: secara
adalah Warga Negara Asing; dan langsung, melalui pos; atau melalui
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir.
• Rekaman dokumen izin usaha dan/atau
kegiatan yang diterbitkan oleh instansi Setelah seluruh persyaratan
yang berwenang atau surat keterangan Permohonan Pendaftaran diterima
tempat kegiatan usaha dari Pejabat KPP atau KP2KP secara lengkap, KPP
Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya atau KP2KP akan menerbitkan Bukti
Lurah atau Kepala Desa. Penerimaan Surat. KPP atau KP2KP
menerbitkan Kartu NPWP dan Surat
Pengurusan NPWP Badan dapat dilakukan Keterangan Terdaftar (SKT) paling
melalui 2 (dua) cara, yaitu : lambat 1 (satu) hari kerja setelah Bukti
Penerimaan Surat diterbitkan. NPWP
• Secara Elektronik melalui e-Registration dan SKT akan dikirimkan melalui Pos
Tercatat.
Dilakukan secara elektronik dengan
mengisi Formulir Pendaftaran Wajib 5. Pengesahan Akte Pendirian Perusahaan
Pajak pada Aplikasi e-Registration yang
tersedia pada laman Direktorat Jenderal Untuk pembuatan Akta Pendirian, dalam
Pajak di www.pajak.go.id. Dokumen- jangka waktu paling lambat 60 hari,
dokumen yang dipersyaratkan di atas, perseroan wajib mengajukan permohonan
kemudian dikirimkan ke KPP tempat pengesahan badan hukum perseroan melalui
Wajib Pajak mendaftar. Dokumen- teknologi informasi sistem administrasi dan
dokumen tersebut paling lambat 14 badan hukum secara elektronik kepada
(empat belas) hari kerja sudah diterima Menteri, dengan mengisi format isian
oleh KPP. Pengiriman dokumen yang sekurang-kurangnya:
disyaratkan dapat dilakukan dengan cara
mengunggah (upload) salinan digital • Nama dan tempat kedudukan perseroan
(softcopy) dokumen melalui Aplikasi
e-Registration atau mengirimkan • Jangka waktu berdirinya perseroan
dengan menggunakan Surat Pengiriman
Dokumen yang telah ditandatangani. • Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
perseroan
• Secara Langsung • Jumlah modal dasar, modal yang
ditempatkan, dan modal disetor
Dalam hal Wajib Pajak tidak
dapat mengajukan permohonan • Alamat lengkap perseroan.
pendaftaran secara elektronik,
permohonan pendaftaran dilakukan Persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 77


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Menteri Hukum dan HAM Nomor 4 Tahun memuat frasa yang menyatakan “Keputusan
2014 adalah: Menteri ini dicetak dari SABH”.

• Mengisi Format Pendirian Perusahaan; 6. Pembuatan SIUP (Surat Izin Usaha


Perdagangan)
• Bukti Bayar Biaya Pengesahan Badan
Hukum Perseroan yang dibayarkan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) adalah
melalui Bank Persepsi; surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan
usaha perdagangan. Ketentuan mengenai
• Minuta Akta Pendirian Perseroan atau SIUP diatur dalam Peraturan Menteri
Minuta Akta Perubahan Pendirian Perdagangan Nomor 46/M-DAG/PER/9/2009
Perseroan; tentang Perubahan Permendag Nomor
36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan
• Bukti Setor Modal Perseroan; Surat Izin Usaha Perdagangan. Penerbitan
SIUP dilakukan berdasarkan tempat
• Surat Pernyataan Kesanggupan dari kedudukan tempat usaha, sehingga Menteri
Pendiri untuk memperoleh keputusan, memberikan kewenangan penerbitan
persetujuan, atau rekomendasi dari kepada Gubernur / Bupati / Walikota yang
instansi teknis untuk perseroan bidang menunjuk dinas setempat yang membidangi
usaha tertentu, atau fotokopi keputusan, perdagangan.
persetujuan, dan rekomendasi dari
instansi teknis terkait untuk perseroan Berdasarkan peraturan tersebut, persyaratan
bidang usaha tertentu; penerbitan SIUP untuk perseroan, adalah:

• Rekaman surat keterangan mengenai • Surat Permohonan;


alamat lengkap perseroan dari pengelola
gedung atau instansi yang berwenang • Rekaman Akta Notaris Pendirian
atau asli surat pernyataan mengenai Perusahaan;
alamat lengkap perseroan yang
ditandatangani oleh semua anggota • Rekaman Surat Keputusan Pengesahan
direksi bersama-sama semua pendiri Badan Hukum Perseroan Terbatas dari
dan semua anggota dewan komisaris Kementerian Hukum dan HAM;
perseroan.
• Rekaman Kartu Tanda Penduduk
Permohonan dan pendaftaran dilakukan Penanggungjawab / Direktur Utama
secara elektronik melalui laman Sistem Perusahaan;
Administrasi Badan Hukum (SABH)
Kementerian Hukum dan HAM, dengan • Surat Pernyataan dari Pemohon SIUP
alamat: www.ahu.go.id. Paling lambat tentang Lokasi Usaha Perusahaan;
14 (empat belas) hari, Menteri telah
menerbitkan Keputusan Menteri mengenai • Foto Penanggungjawab / Direktur Utama
pengesahan badan hukum. Perusahaan 3x4 (2 lembar)

Notaris dapat melakukan pencetakan sendiri Proses penerbitan SIUP paling lama 3 (tiga)
Keputusan Menteri mengenai Pengesahan hari kerja, setelah dokumen persyaratan
Badan Hukum Perseroan, menggunakan diterima secara lengkap dan benar.
kertas berwarna putih ukuran F4/Folio
dengan berat 80 (delapan puluh) gram. 7. Pembuatan TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Keputusan tersebut wajib ditandatangani
dan dibubuhi cap jabatan oleh Notaris, serta Wajib Daftar Perusahaan (WDP) diatur dalam

78
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Perseroan (apabila ada);
tentang Wajib Daftar Perusahaan. Dalam
ketentuan ini, Daftar Perusahaan adalah • Asli dan rekaman Keputusan Pengesahan
daftar catatan resmi yang diadakan menurut sebagai Badan Hukum dan Persetujuan
atau berdasarkan ketentuan Undang- Perubahan bagi PT yang telah berbadan
undang ini dan atau peraturan-peraturan hukum sebelum diberlakukannya Undang-
pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang Undang Perseroan Terbatas;
wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan
serta disahkan oleh pejabat yang berwenang • Rekaman Kartu Tanda Penduduk
dari kantor pendaftaran perusahaan. atau Paspor Pemilik, Pengurus atau
Perusahaan yang wajib didaftar dalam Daftar Penanggung Jawab Perusahaan;
Perusahaan adalah setiap perusahaan yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya di • Rekaman Izin Usaha atau Surat
wilayah Negara Republik Indonesia menurut Keterangan yang dipersamakan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan itu yang diterbitkan oleh instansi yang
yang berlaku, termasuk di dalamnya kantor berwenang;
cabang, kantor pembantu, anak perusahaan
serta agen dan perwakilan dari perusahaan • Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak.
itu yang mempunyai wewenang untuk
mengadakan perjanjian. Proses penerbitan TDP adalah 3 (tiga)
hari kerja, sejak diterimanya dokumen
Pengaturan lebih lanjut dapat ditemukan persyaratan secara lengkap dan benar.
dalam Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 37/M-DAG/PER/2007 tentang 4.3.3
Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan Perizinan Ketenagakerjaan
juncto Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun
1998 tentang Usaha atau Kegiatan yang Tenaga Kerja Asing (TKA) adalah warga negara
tidak dikenakan Wajib Daftar Perusahaan. asing pemegang visa dengan maksud bekerja
di Indonesia. Untuk memperkerjakan TKA
Pengertian Tanda Daftar Perusahaan (TDP) di Indonesia, perusahaan PMA memerlukan
menurut peraturan di atas surat tanda beberapa perizinan yang telah diatur melalui
pengesahan yang diberikan oleh Kantor Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16
Pendaftaran Perusahaan kepada perusahaan Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan
yang telah melakukan pendaftaran Tenaga Kerja Asing. Ada dua tahapan prosedur
perusahaan. Lebih lanjut diatur tentang perizinan yang diperlukan PMA untuk dapat
usaha atau kegiatan yang bergerak di memperkerjakan TKA, yaitu:
luar bidang perekonomian dan sifat serta
tujuannya tidak semata-mata mencari • mengajukan Rencana Penggunaan Tenaga
keuntungan dan/atau laba, sehingga dengan Kerja Asing (RPTKA); dan
demikian tidak dikenakan wajib daftar
perusahaan. • Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA).
Penerbitan TDP dilimpahkan oleh menteri
kepada gubernur / walikota / bupati, sesuai RPTKA adalah rencana penggunaan TKA pada
kedudukan perseroan terbatas berada. Untuk jabatan tertentu yang dibuat oleh pemberi
mendapatkan TDP, beberapa persyaratannya kerja TKA untuk jangka waktu tertentu yang
diatur sebagai berikut: disahkan oleh menteri atau pejabat yang
• Rekaman Akta Pendirian Perseroan; ditunjuk. Sedangkan IMTA adalah izin tertulis
yang diberikan oleh menteri atau pejabat yang
• Rekaman Akta Perubahan Perndirian ditunjuk kepada pemberi kerja TKA.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 79


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Prosedur dan pelayanan RPTKA dan IMTA • Copy paspor TKA yang akan
dilakukan melalui aplikasi sistem online: http:// dipekerjakan;
tka-online.depnakertrans.go.id. Persyaratan yang
ditetapkan untuk mendapatkan pengesahan • Daftar riwayat hidup TKA yang akan
RPTKA dan IMTA, dijelaskan berikut ini: dipekerjakan;

1. Pengesahan RPTKA • Copy ijazah Sarjana atau keterangan


pengalaman kerja TKA atau sertifikat
• Surat Permohonan kompetensi sesuai dengan jabatan yang
akan diduduki;
• Alasan penggunaan TKA;
• Copy surat penunjukan tenaga kerja
• Formulir RPTKA yang sudah diisi; Indonesia pendamping; dan

• Surat izin usaha dari instansi yang • Pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm
berwenang; sebanyak 1 (satu) lembar.

• Akte pendirian sebagai badan hukum Lama waktu perizinan untuk masing-masing
yang sudah disahkan oleh instansi yang adalah 3 (tiga) hari kerja, setelah dokumen
berwenang; diterima (online) secara lengkap dan benar.
Jadi, total waktu yang diperlukan adalah 6
• Keterangan domisili perusahaan dari (enam) hari.
pemerintah daerah setempat;
4.3.4
• Bagan struktur organisasi perusahaan; Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(IUPTL)
• Surat penunjukan TKI sebagai
pendamping TKA dan rencana program Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah
pendampingan; pengadaan tenaga listrik meliputi pembangkitan,
transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga
• Surat pernyataan kesanggupan untuk listrik kepada konsumen. Izin Usaha Penyediaan
melaksanakan pendidikan dan pelatihan Tenaga Listrik (IUPTL) adalah izin untuk
kerja bagi tenaga kerja Indonesia sesuai melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk
dengan kualifikasi jabatan yang diduduki kepentingan umum. Dalam pelaksanaannya,
TKA; IUPTL dibuat dalam dua tahap, yaitu: IUPTL
Sementara dan IUPTL Tetap. Penerbitan IUPTL
• Copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 35
yang masih berlaku sesuai Undang- Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Undang Nomor 7 Tahun 1981; dan Ketenagalistrikan.

• Rekomendasi jabatan yang akan diduduki Dalam peraturan tersebut di atas, beberapa
oleh TKA dari instansi teknis apabila persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan
diperlukan. IUPTL Sementara adalah:

2. Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing 1. Persyaratan Administratif :

• Surat Permohonan • Identitas Pemohon

• Copy keputusan pengesahan RPTKA; • Profil pemohon

80
• NPWP • Izin lokasi dari instansi yang berwenang
kecuali untuk usaha penjualan tenaga
2. Persyaratan Teknis : listrik;

• Studi kelayakan awal • Diagram satu garis

• Surat penetapan sebagai calon • Jenis dan kapasitas usaha yang akan
pengembang penyediaan tenaga listrik dilakukan;
dari pemegang IUPL (PT PLN) selaku
calon pembeli tenaga listrik • Jadwal pembangunan dan pengoperasian

Sedangkan untuk mendapatkan IUPTL, beberapa • Persetujuan harga jual tenaga listrik atau
persyaratannya adalah: sewa jaringan tenaga listrik, dalam hal
permohonan Izin Usaha Penyediaan
1. Persyaratan Administratif :
• Tenaga Listrik diajukan untuk usaha
• Identitas Pemohon pembangkitan tenaga listrik, usaha
transmisi tenaga listrik, atau usaha
• Profil pemohon distribusi tenaga listrik;

• NPWP • Kesepakatan jual beli tenaga listrik;

• Pengesahan sebagai badan hukum 3. Persyaratan Lingkungan :

• Kemampuan pendanaan • Dokumen AMDAL (KA, Andal, RKL-RPL)


atau UKL-UPL
2. Persyaratan Teknis :
• Dokumen ANDAL Lalu Lintas
• Studi kelayakan Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik Pelayanan IUPTL (baik sementara maupun tetap)
untuk PMA, saat ini dilakukan di PTSP BKPM,
• Lokasi instalasi kecuali untuk usaha sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor
penjualan tenaga listrik; 35/2014 tanggal 19 Desember 2014.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 81


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

1. Izin Prinsip Pendaftaran Penanaman Modal : 3 Perka BKPM


Penanaman No. 5 Tahun 2013
1. Surat dari instansi pemerintah negara yang
Modal
bersangkutan atau surat yang dikeluarkan
PTSP BKPM
oleh kedutaan besar/kantor perwakilan
Pusat / PTSP
negara yang bersangkutan di Indonesia
BKPM Daerah
untuk pemohon adalah pemerintah negara
Pendaftaran
lain;
Online :
2. Rekaman paspor yang masih berlaku untuk
https://online-
pemohon adalah perseorangan asing;
spipise.bkpm.
3. Rekaman Anggaran Dasar (Article of
go.id/
Association) dalam Bahasa Inggris atau
terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dari
penterjemah tersumpah untuk pemohon
adalah untuk badan usaha asing;
4. Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan
perubahannya beserta pengesahan dari
Menteri Hukum dan HAM untuk pemohon
adalah badan usaha Indonesia;
5. Rekaman NPWP baik untuk pemohon adalah
perseorangan Indonesia maupun badan
usaha Indonesia;
6. Permohonan Pendaftaran ditandatangani di
atas meterai cukup oleh seluruh pemohon
(bila perusahaan belum berbadan hukum)
atau oleh direksi perusahaan (bila
perusahaan sudah berbadan hukum);
7. Surat Kuasa asli bermeterai cukup untuk
pengurusan permohonan yang tidak
dilakukan secara langsung oleh
pemohon/direksi perusahaan;
8. Keterangan Rencana Penanaman Modal,
mencakup :
- Bidang usaha
- Lokasi proyek
- Produksi dan pemasaran per tahun
- Luas tanah yang diperlukan
- Tenaga kerja Indonesia
- Rencana investasi
- Rencana permodalan

82
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

Izin Prinsip Penanaman Modal

1. Bukti diri pemohon, yaitu:


- Pendaftaran bagi badan usaha yang telah
melakukan pendaftaran
- Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan
perubahannya
- Rekaman Pengesahan Anggaran Dasar
Perusahaan dari Menteri Hukum dan
HAM
- Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
2. Keterangan rencana kegiatan, berupa:
- Uraian proses produksi yang
mencantumkan jenis bahan-bahan dan
dilengkapi dengan diagram alir
(flowchart);
- Uraian kegiatan usaha sektor jasa.
- Rekomendasi dari instansi pemerintah
terkait, bila dipersyaratkan

2. Pengajuan Nama 1. Pengajuan nama perseroan terbatas 1 - Undang-Undang


Badan Hukum - Pengajuan biasanya dilakukan oleh No.40 Tahun
Sisminbakum, Notaris Melalui Sistem Administrasi 2007 Tentang
diakses melalui : Badan Hukum (Sisminbakum) Perseroan
http://ahu.go.id/ Kemenkumham Terbatas
2. Persyaratannya :
- Peraturan
- Melampirkan asli formulir dan pendirian
Pemerintah
surat kuasa;
Republik
- Melampirkan fotokopi Kartu Identitas
Indonesia
Penduduk (KTP/paspor) para pendirinya
Nomor 43 Tahun
dan para pengurus perusahaan;
2011 Tentang
- Melampirkan fotokopiKartu Keluarga (KK)
Tata Cara
pimpinan/pendiri PT untuk WNI
Pengajuan dan
Pemakaian
Nama Perseroan
Terbatas

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 83


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

3. Pembuatan Akta 1. Pembuatan akta pendirian dilakukan oleh 30 - Undang-Undang


Pendirian dan notaris yang berwenang di seluruh wilayah No.40 Tahun
Anggaran Dasar negara Republik Indonesia untuk selanjutnya 2007 Tentang
Perseroan mendapatkan pesetujuan dari Menteri Perseroan
Terbatas Kemenkumham Terbatas
Kantor Notaris 2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
- Peraturan
- Kedudukan PT, yang mana PT harus
Pemerintah
berada di wilayah Republik Indonesia
Republik
dengan menyebutkan nama Kota dimana
Indonesia
PT melakukan kegiatan usaha sebagai
Nomor 43 Tahun
Kantor Pusat;
2011 Tentang
- Pendiri PT minimal 2 orang atau lebih;
Tata Cara
- Menetapkan jangka waktu berdirinya PT:
Pengajuan dan
selama 10 tahun, 20 tahun atau lebih atau
Pemakaian
bahkan tidak perlu ditentukan lamanya
Nama Perseroan
artinya berlaku seumur hidup;
Terbatas
- Menetapkan Maksud dan Tujuan serta
kegiatan usaha PT;
- Akta Notaris yang berbahasa Indonesia;
- Setiap pendiri harus mengambil bagian
atas saham, kecuali dalam rangka
peleburan;
- Modal dasar minimal Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta Rupiah) dan modal
disetor minimal 25% (duapuluh lima
perseratus) dari modal dasar;
- Minimal 1 orang Direktur dan 1 orang
Komisaris; dan
- Pemegang saham harus WNI atau Badan
Hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia, kecuali PT dengan Modal
Asing atau biasa disebut PT PMA

4. Surat Keterangan 1. Permohonan SKDP diajukan kepada kantor 3 Perda


Domisili kelurahan setempat sesuai dengan alamat
Perusahaan kantor PT anda berada, yang mana sebagai
Kantor Kelurahan bukti keterangan/keberadaan alamat
/ Kecamatan di perusahaan (domisili gedung, jika di
Masing-Masing gedung)
Daerah

84
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

2. Persyaratan :
- Fotokopi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
tahun terakhir,
- Perjanjian Sewa atau kontrak tempat
usaha bagi yang berdomisili bukan di
gedung perkantoran,
- Kartu Tanda Penduduk (KTP) Direktur,
- Izin Mendirikan Bangun (IMB) jika PT tidak
berada di gedung perkantoran

5. Permohonan Persyaratannya : 12
Pembuatan - NPWP pribadi Direktur PT
Nomor Pokok - Fotokopi KTP Direktur (atau fotokopi Paspor
Wajib Pajak bagi WNA, khusus PT PMA)
(NPWP) dan - SKDP
Pengusaha Kena - Akta pendirian PT
Pajak (PKP)
Kantor Pajak
Wilayah

6. Pengesahan 1. Permohonan ini diajukan kepada Menteri 45 - Undang-Undang


Akte Pendirian Kemenkumham untuk mendapatkan No.40 Tahun
dan Anggaran pengesahan Anggaran Dasar Perseroan (akta 2007 Tentang
Dasar Perseroan pendirian) sebagai badan hukum PT sesuai Perseroan
Terbatas dengan UUPT Terbatas
Kementerian 2. Bukti setor bank senilai modal disetor dalam
Hukum dan - Peraturan
akta pendirian;
HAM Pemerintah
3. Bukti Penerimaan Negara Bukan Pajak
Republik
(PNBP) sebagai pembayaran berita acara
Indonesia
negara;
Nomor 43 Tahun
4. Asli akta pendirian.
2011 Tentang
Tata Cara
Pengajuan dan
Pemakaian
Nama Perseroan
Terbatas

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 85


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

7. Tanda Daftar 1. Akte Notaris Pendirian dan Perubahan (jika 7 - Undang-undang


Perusahaan ada) ; Republik
(TDP) 2. SK.Menteri Hukum dan HAM (badan usaha Indonesia No. 3
Dinas Daerah berbentuk Perseroan Terbatas [PT]), Terdaftar tahun 1982
Pada Kantor Pengadilan Negeri (badan tentang Wajib
usaha berbentuk Persekutuan Komanditer Daftar
[CV]) ; Perusahaan
3. Surat Keterangan Domisili Perusahaan ;
- Perda
4. NPWP (Nomor Pokok Wajib
Pajak) Perusahaan ;
5. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) ;
6. Izin Investasi atau SP.BKPM (untuk
PMDN/PMA) ;
7. KTP Direktur/Penanggung Jawab
Perusahaan ;
8. Kartu Keluarga Direktur/Penanggung Jawab
Perusahaan ;
9. Surat Keterangan Domisili dari Pengelola
Gedung (jika di Komplek Perkantoran) ;

8. Izin Penggunaan Pengesahan RPTKA 8 Peraturan Menteri


Tenaga Kerja Tenaga Kerja dan
1. Pemberi kerja TKA harus mengajukan
Asing Transmigrasi Nomor
Kementerian permohonan secara tertulis atau online
12 Tahun 2013
Tenaga Kerja kepada Direktur Jenderal Pembinaan
tentang Tata Cara
Penempatan Tenaga Kerja melalui Direktur
Penggunaan
Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja
Tenaga Kerja Asing
Asing dengan melampirkan :
- Alasan penggunaan TKA;
- Formulir RPTKA yang sudah diisi;
- Surat izin usaha dari instansi yang
berwenang;
- Akte pendirian sebagai badan hukum yang
sudah disahkan oleh instansi yang
berwenang;
- Keterangan domisili perusahaan dari
pemerintah daerah setempat;
- Bagan struktur organisasi perusahaan;
- Surat penunjukan TKI sebagai pendamping
TKA dan rencana program pendampingan;
- Surat pernyataan kesanggupan untuk

86
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja


bagi tenaga kerja Indonesia sesuai dengan
kualifikasi jabatan yang diduduki TKA;
- Copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang
masih berlaku sesuai Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1981; dan
- Rekomendasi jabatan yang akan diduduki
oleh TKA dari instansi teknis apabila
diperlukan.
2. Dalam hal hasil penilaian kelayakan RPTKA
telah sesuai, dalam waktu paling lama 4
(empat) hari kerja, Direktur Jenderal
Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atau
Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga
Kerja Asing harus menerbitkan keputusan
pengesahan RPTKA.

Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTKA)

1. Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan


TKA wajib memiliki izin tertulis dari Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau pejabat
yang ditunjuk. Kewajiban memiliki izin tidak
berlaku bagi perwakilan negara asing yang
mempergunakan TKA sebagai pegawai
diplomatik dan konsuler.
2. Pemberi kerja TKA yang akan mengurus
IMTA, terlebih dahulu harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Direktur
Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja
Asing untuk mendapatkan rekomendasi
kawat persetujuan visa (TA-01) dengan
melampirkan:
- Copy keputusan pengesahan RPTKA;
- Copy paspor TKA yang akan dipekerjakan;
- Daftar riwayat hidup TKA yang akan
dipekerjakan;
- Copy ijazah Sarjana atau keterangan
pengalaman kerja TKA atau sertifikat
kompetensi sesuai dengan jabatan yang

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 87


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

akan diduduki;
- Copy surat penunjukan tenaga kerja
Indonesia pendamping; dan
- Pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm
sebanyak 1 (satu) lembar.

9. Izin Usaha 1. Persyaratan Administratif : 5 - Peraturan


Penyediaan - Identitas Pemohon Pemerintah No.
- Profil pemohon
Tenaga Listrik - NPWP 14 Tahun 2012
Sementara 2. Persyaratan Teknis : tentang Usaha
PTSP BKPM - Studi kelayakan awal Penyediaan
- Surat penetapan sebagai calon
Tenaga Listrik jo.
pengembang penyediaan tenaga listrik
PP No.23 Tahun
dari pemegang IUPL (PT PLN) selaku
2014
calon pembeli tenaga listrik
- Peraturan
Menteri ESDM
No. 35 Tahun
2013 tentang
Tata Cara
Perizinan Usaha
Ketenagalistrikan

- Peraturan
Menteri ESDM
No. 12 Tahun
2014 jo
Peraturan
Menteri ESDM
No. 22 Tahun
2014 tentang
Pembelian
Tenaga Listrik
dari Pembangkit
Listrik Tenaga Air
oleh PT
Perusahaan
Listrik Negara
(Persero)

88
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

10. Izin HGB dan 1. Informasi Ketersediaan Tanah 92 - Peraturan


Hak Pakai - Permohonan Menteri Agraria
- Identitas pemohon dan kuasa apabila dan Tata Ruang/
dikuasakan BPN No 15/
- Surat Kuasa apabila dikuasakan 2014, tgl 29
- Dokumen yang menjadi persyaratan yang Desember 2014
berbentuk fotokopi, dilegalisir oleh
- Peraturan
pejabat berwenang
Menteri Agraria
2. Pengukuran Bidang Tanah
dan Tata Ruang/
- Permohonan
BPN No 2/2015,
- Syarat pada pelayanan pertimbangan
tgl 23 Januari
teknis
2015
- Izin lokasi (apabila dipersyaratkan)
- Peta areal tanah yang dimohonkan *) - Peraturan
- Bukti perolehan tanah/alas hak (Akta Jual Menteri Agraria
Beli, Pelepasan hak, Letter C, SK dan Tata Ruang/
Pelepasan Kawasan Hutan **), Daftar BPN No 5/2015,
Rekapitulasi Perolehan Lahan dan Peta tgl 28 April 2015
Perolehan Lahan sesuai dengan alas
hak*), Bukti Perolehan Lainnya)
- Surat pernyataan pemasangan tanda
batas.
- Surat pernyataan tidak sengketa.
- Surat pernyataan penguasaan fisik bidang
tanah.
- Dokumen yang menjadi persyaratan yang
berbentuk fotokopi, dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang.
*) dalam bentuk cetak dan file elektronik dalam
*dwg atau *shp. Pada peta areal yang
dimohon termasuk layer tanda batas yang
sudah terpasang sesuai daftar koordinat.
**) untuk areal yang berasal dari kawasan hutan
3. Penetapan Hak atas Tanah HGB dan HP
- Permohonan.
- Syarat pada pelayanan pengukuran
bidang tanah.
- Peta Bidang Tanah.
- Persetujuan Penanaman Modal bagi
perusahaan yang menggunakan fasilitas

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 89


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

11. Izin Lingkungan 1. Dokumen Pendirian Usaha atau Kegiatan 105 Peraturan Menteri
(AMDAL, UKL- 2. Profil Usaha atau Kegiatan Lingkungan
UPL) 3. Dokumen AMDAL Hidup Nomor 08
Kementerian LH - KA dan SK persetujuan atau konsep KA Tahun 2013
dan Kehutanan beserta pernyataankelengkapan
administrasi
- Draft Andal
- Draft RKL-RPL

12. Izin Pinjam Pakai Izin Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan 177 - Peraturan
Kawasan Hutan Menteri
1. Persyaratan Administrasi :
PTSP BKPM Kehutanan
· Surat permohonan
Nomor P.16/
· Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP
Menhut-II/2014
Eksplorasi)/Izin UsahaPertambangan
tentang
Operasi Produksi (IUP Operasi Produksi)
Pedoman Pinjam
atauperizinan/perjanjian lainnya yang
Pakai Kawasan
telah diterbitkan oleh pejabat sesuai
Hutan
kewenangannya, kecuali untuk kegiatan
yang tidak wajib memiliki - Keputusan
perizinan/perjanjian Direktur Jenderal
· Rekomendasi Planologi
- gubernur untuk pinjam pakai kawasan Kehutanan
hutan bagi perizinan di luarbidang Nomor SK.8/VII-
kehutanan yang diterbitkan oleh PKH/2013
bupati/walikota danPemerintah; atau
- bupati/walikota untuk pinjam pakai
kawasan hutan bagi perizinan diluar
bidang kehutanan yang diterbitkan
oleh gubernur; atau
- bupati/walikota untuk pinjam pakai
kawasan hutan yang tidakmemerlukan
perizinan sesuai bidangnya
· Pernyataan dalam bentuk akta notariil
yang menyatakan :
- kesanggupan untuk memenuhi semua
kewajiban dan
kesanggupanmenanggung seluruh
biaya sehubungan dengan
permohonan;
- semua dokumen yang dilampirkan

90
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

penanaman modal dari instansi teknis.


- Keterangan status kawasan hutan dari
instansi teknis (jika diperlukan).
- Keterangan status areal pertambangan
dari instansi teknis (jika diperlukan).
- Keterangan bebas garapan masyarakat
apabila tanahnya berasal dari tanah
Negara yang tidak ada penguasaan
masyarakat.
- Surat Pernyataan Tanah-Tanah yang
dipunyai oleh Pemohon termasuk tanah
yang dimohon.
- SSP/PPh, apabila tanah yang dimohon
merupakan objek pengenaan SSP/PPh.
- Dokumen yang menjadi persyaratan
berbentuk fotokopi, dilegalisir oleh
pejabat yang berwenang.
4. Pendaftaran Keputusan Hak atas Tanah
- Permohonan.
- Asli Surat Keputusan Pemberian Hak Atas
Tana
- SPPT PBB Tahun berjalan
- Asli Penyerahan Bukti SSB (BPHTB)
- Asli bukti alas hak.
- Dokumen yang menjadi persyaratan yang
berbentuk fotokopi, dilegalisir oleh
pejabat berwenang.
5. Izin Lokasi
- Telah memperoleh Ijin Pertimbangan
Teknis Pertanahan
- Sebagai syarat permohonan hak atas
tanah
- Untuk satu kabupaten/kota
ditandatangani Bupati/Walikota, kecuali
DKI Jakarta oleh Gubernur
- Untuk lintas kabupaten/kota
ditandatangani Gubernur
- Untuk lintas provinsi ditandatangani
Menteri ATR/Ka BPN

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 91


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

dalam permohonan adalah sah; dan


- tidak melakukan kegiatan di lapangan
sebelum ada izin dari Menteri
· Dalam hal permohonan diajukan oleh
badan usaha atau yayasan, selain
persyaratan sebagaimana dimaksud pada
huruf a sampai dengan huruf d ditambah
persyaratan
- akta pendirian dan perubahannya;
- profile badan usaha/yayasan;
- Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
- laporan keuangan terakhir yang telah
diaudit oleh akuntan publik
2. Persyaratan Teknis :
· Rencana kerja penggunaan kawasan
hutan dilampiri dengan peta lokasi skala
1:50.000 atau skala terbesar pada lokasi
tersebut dengan informasi luas kawasan
hutan yang dimohon
· Izin lingkungan dan dokumen AMDAL
atau UKL-UPL yang telah disahkan oleh
instansi yang berwenang, untuk kegiatan
yang wajib menyusun AMDAL atau UKL-
UPL sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
· Pertimbangan teknis Direktur Jenderal
yang membidangi Mineral dan Batubara
pada Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral untuk perizinan kegiatan
pertambangan yang diterbitkan oleh
gubernur atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya, memuat informasi
antara lain bahwa areal yang dimohon di
dalam atau di luar WUPK yang berasal
dari WPN dan pola pertambangan
· Untuk perizinan kegiatan pertambangan
komoditas mineral jenis batuan dengan
luasan paling banyak 10 (sepuluh) hektar,
pertimbangan teknis sebagaimana
dimaksud pada huruf d, diberikan oleh

92
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang


membidangi pertambangan
· Surat pernyataan Pimpinan Badan Usaha
bermaterai memiliki tenaga teknis
kehutanan untuk permohonan kegiatan
pertambangan operasi produksi
· Pertimbangan teknis Direktur Utama
Perum Perhutani, dalam hal permohonan
berada dalam wilayah kerja Perum
Perhutani

Prosedur / Flowchart :

1. Menteri dalam jangka waktu paling lama 15


(lima belas) hari kerja setelah menerima
permohonan, memerintahkan Direktur
Jenderal untuk melakukan penilaian
persyaratan dan penelaahan.
2. Dalam hal hasil penilaian tidak memenuhi
ketentuan, Direktur yang membidangi
perizinan penggunaan kawasan hutan atas
nama Direktur Jenderal dalam jangka waktu
paling lama 15 (lima belas) hari kerja,
menerbitkan surat pemberitahuan dan
mengembalikan berkas permohonan.
3. Dalam hal hasil penilaian persyaratan
administrasi dan teknis telah memenuhi
ketentuan, Direktur Jenderal dalam jangka
waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari
kerja melakukan penelaahan.
4. Dalam melakukan penelaahan, Direktur
Jenderal dapat berkoordinasi dengan:
a. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan,
dalam hal permohonan izin pinjam pakai
kawasan hutan berada pada Kawasan
Hutan Produksi; atau
b. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, dalam hal
permohonan izin pinjam pakai kawasan
hutan berada pada Kawasan Hutan
Lindung.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 93


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

5. Berdasarkan hasil penelaahan :


a. Direktur Jenderal atas nama Menteri
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
hari kerja menerbitkan surat penolakan,
dalam hal permohonan tidak dapat
dipertimbangkan;
b. Menteri dalam jangka waktu paling lama
15 (lima belas) hari kerja menerbitkan
surat persetujuan prinsip penggunaan
kawasan hutan sejak diterimanya hasil
penelaahan dari Direktur Jenderal, dalam
hal permohonan dapat dipertimbangkan.
6. Dalam hal terdapat permohonan perubahan
surat dan/atau peta persetujuan prinsip
penggunaan kawasan hutan, Direktur
Jenderal atas nama Menteri menerbitkan
penolakan atau persetujuan

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan


Pemenuhan Kewajiban

1. Melaksanakan tata batas kawasan hutan


yang disetujui dan disupervisi oleh Balai
Pemantapan Kawasan Hutan
2. Membuat pernyataan dalam bentuk akta
notariil yang memuat kesanggupan
a. Melaksanakan reklamasi dan revegetasi
pada kawasan hutan yang sudah tidak
dipergunakan tanpa menunggu
selesainya jangka waktu izin pinjam pakai
kawasan hutan
b. Melaksanakan perlindungan hutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
c. Memberikan kemudahan bagi aparat
kehutanan baik pusat maupun daerah
pada saat melakukan monitoring dan
evaluasi di lapangan
d. Memenuhi kewajiban keuangan sesuai
peraturan perundang-undangan, meliputi :
- Membayar penggantian nilai tegakan,

94
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Dana


Reboisasi (DR)
- Membayar Penerimaan Negara Bukan
Pajak Penggunaan Kawasan Hutan
dalam hal kompensasi berupa
pembayaran Penerimaan Negara
Bukan Pajak Penggunaan Kawasan
Hutan dan melakukan penanaman
dalam rangka rehabilitasi daerah aliran
sungai
- Membayar ganti rugi nilai tegakan
kepada pemerintah apabila areal yang
dimohon merupakan areal reboisasi
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
- kewajiban keuangan lainnya akibat
diterbitkannya izin pinjam pakai
kawasan hutan, sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangundangan
e. Melakukan penanaman dalam rangka
rehabilitasi daerah aliran sungai dalam hal
kompensasi berupa pembayaran
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penggunaan Kawasan Hutan
f. Melakukan pemberdayaan masyarakat
sekitar areal izin pinjam pakai kawasan
hutan
3. Menyampaikan baseline penggunaan
kawasan hutan, untuk persetujuan prinsip
dengan kewajiban kompensasi membayar
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penggunaan Kawasan Hutan dan melakukan
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah
aliran sungai
4. Menyampaikan rencana reklamasi dan
revegetasi pada kawasan hutan yang
dimohon izin pinjam pakai kawasan hutan
5. Menyampaikan peta lokasi rencana
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 95


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

aliran sungai dalam hal kompensasi berupa


pembayaran dana Penerimaan Negara
Bukan Pajak penggunaan kawasan hutan dan
penanaman dalam rangka rehabilitasi daerah
aliran sungai

Prosedur / Flowchart :

1. Berdasarkan pemenuhan kewajiban dalam


persetujuan prinsip penggunaan kawasan
hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20, pemegang persetujuan prinsip
penggunaan kawasan hutan mengajukan
permohonan izin pinjam pakai kawasan
hutan kepada Menteri.
2. Menteri dalam jangka waktu paling lama 15
(lima belas) hari kerja setelah menerima
permohonan memerintahkan Direktur
Jenderal untuk melakukan penilaian
pemenuhan kewajiban.
3. Dalam hal permohonan belum memenuhi
seluruh kewajiban, Direktur Jenderal dalam
jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari
kerja, menerbitkan surat pemberitahuan
kekurangan pemenuhan kewajiban
4. Dalam hal permohonan telah memenuhi
seluruh kewajiban, Direktur Jenderal dalam
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
kerja menyampaikan usulan penerbitan izin
pinjam pakai kawasan hutan berikut peta
lampiran kepada Sekretaris Jenderal.
5. Sekretaris Jenderal dalam jangka waktu
paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak
menerima usulan penerbitan izin pinjam
pakai kawasan hutan melakukan telaahan
hukum dan menyampaikan konsep
Keputusan izin pinjam pakai kawasan hutan
dan peta lampiran kepada Menteri
6. Menteri dalam jangka waktu paling lama 15
(lima belas) hari kerja setelah menerima
konsep, menerbitkan Keputusan izin pinjam

96
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

pakai kawasan hutan.

13. Izin Terminal Izin Terminal Khusus 102 - Peraturan


Khusus dan Persyaratan Dokumen Permohonan ijin Lokasi Menteri
Sarana Bantu Perhubungan
1. Permohonan kepada Menteri melalui
Navigasi Nomor 51 Tahun
Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
2011
penilaian pemenuhan persyaratan dalam
jangka waktu 14 hari setelah berkas lengkap, - Peraturan
Penetapan oleh menteri jangka waktu 7 hari Menteri
setelah persyaratan lengkap dan Perhubungan
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur Nomor 25 Tahun
dan Bupati/Walikota. 2011
2. Persyaratannya mencakup :
a) Salinan surat izin'usaha pokok dari
instansi terkait;
b) Letak lokasi yang diusulkan dilengkapi
dengan koordinat geografis yang
digambarkan dalam peta laut;
c) Studi kelayakan yang paling sedikit
memuat :
- rencana volume bongkar muat bahan
baku, peralatan penunjang dan hasil
produksi;
- rencana frekuensi kunjungan kapal;
- aspek ekonomi yang berisi tentang
efisiensi dibangunnya terminal khusus
dan aspek lingkungan; dan
- hasil survei yang meliputi
hidrooceanograji (pasang surut,
gelombang, kedalaman dan arus),
topograji, titik nol (benchmark) lokasi
pelabuhan yang dinyatakan dalam
koordinat geografis;
d) Rekomendasi dari Syahbandar
e) Rekomendasi gubenur dan
bupati/walikota setempat

Persyaratan Dokumen Permohonan Izin


Pembangunan

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 97


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

1. Permohonan kepada Direktur Jenderal


Perhubungan Laut, penilaian pemenuhan
persyaratan dalam jangka waktu 30 hari
setelah berkas Permohonan lengkap.
2. Persyaratan Administrasi
a) Akta pendirian perusahaan;
b) Izin usaha pokok dari instansi terkait;
c) Nomor PokokWajib Pajak (NPWP);
d) Bukti penguasaan tanah (bukti
penguasaan tanah yang diterbitkan oleh
Badan Pertanahan Nasional);
e) Bukti kemampuan finansial (ketersediaan
anggaran untuk pembangunan fasilitas
terminal khusus);
f) Proposal rencana tahapan kegiatan
pembangunan jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang; dan
g) Rekomendasi dari Syahbandar pada
Kantor Unit
3. Persyaratan Teknis
a) gambar hidrografi, topografi, dan
ringkasan laporan hasil survei mengenai
pasang surut dan arus;
b) tata letak dermaga;
c) perhitungan dan gambar konstruksi
bangunan pokok;
d) hasil survei kondisi tanah;
e) hasil kajian keselamatan pelayaran
termasuk alur pelayaran dan kolam
pelabuhan;
f) batas-batas rencana wilayah daratan dan
perairan dilengkapi titik koordinat
geografis serta rencana induk terminal
khusus yang akan ditetapkan sebagai
daerah lingkungan kerja dan daerah
lingkungan kepentingan tertentu; dan
g) kajian lingkungan berupa studi lingkungan
yang telah disahkan oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di

98
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

bidang lingkungan hidup.

Persyaratan Permohonan Izin Pengoperasian


(Jangka Waktu 5 Tahun)

1. Permohonan kepada Menteri melalui


Direktur Jenderal Perhubungan Laut,
penilaian pemenuhan persyaratan dalam
jangka waktu 23 hari setelah berkas lengkap,
Penetapan oleh menteri jangka waktu 7 hari
setelah persyaratan lengkap.
2. Persyaratan :
a) Rekomendasi dari Kepala Kantor Unit
PenyelenggaraPelabuhan terdekat yang
sekurang-kurangnya memuat :
- keterangan bahwa pembangunan
terminal khusus telah selesai
dilaksanakan sesuai dengan izin
pembangunan yang diberikan oleh
Direktur Jenderal dan siap untuk
dioperasikan;
- hasil pembangunan terminal khusus
telahmemenuhi aspek keamanan,
ketertiban, dan keselamatan
pelayaran; dan
- pertimbangan dari Distrik Navigasi
setempat mengenai kesiapan alur-
pelayaran dan Sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran.
b) Laporan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan selama masa pembangunan;
c) Memiliki sistem dan prosedur pelayanan;
dantersedianya sumber daya manusia di
bidang teknis pengoperasian pelabuhan
yang memiliki kualifikasi dan kompetensi
yang dibuktikan dengan sertifikat.

Persyaratan Penetapan terminal khusus yang


terbuka bagi perdagangan luar negeri

1. Permohonan kepada Menteri melalui


Direktur Jenderal Perhubungan Laut,

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 99


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

penilaian pemenuhan persyaratan dalam jangka


waktu 21 hari setelah berkas lengkap,
Penetapan oleh menteri jangka waktu 7 hari
setelah persyaratan.
2. Aspek administrasi :
a) rekomendasi dari gubernur,
bupati/walikota; dan
b) rekomendasi dari pejabat pemegang
fungsikeselamatan pelayaran di
pelabuhan.
3. Aspek ekonomi :
a) Menunjang industri tertentu;
b) Arus barang minimal 10.000 tonJtahun;
c) Arus barang ekspor minimal 50.000 ton /
tahun.
4. Aspek keselamatan dan keamanan pelayaran :
a) Kedalaman perairan minimal -6 meter L
WS;
b) Luas kolam cukup untuk olah gerak
minimal 3 (tiga) unit kapal;
c) Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
d) Stasiun radio operasi pantai;
e) Prasarana, sarana dan sumber daya
manusia pandu bagi terminal khusus yang
perairannya telah ditetapkan sebagai
perairan wajib pandu; dan
f) Kapal patroli apabila dibutuhkan.
5. Aspek teknis fasilitas kepelabuhanan:
a) dermaga beton permanen minimal l(satu)
tambatan;
b) gudang tertutup;
c) peralatan bongkar muat;
d) PMK1 (satu) unit;
e) fasilitas bunker, dan
f) fasilitas pencegahan pencemaran.
g) Fasilitas kantor dan peralatan penunjang
bagi instansi pemegang fungsi
keselamatan dan keamanan
pelayaran,instansi bea cukai, imigrasi, dan
karantina; dan Jenis komoditas khusus.

100
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

Izin Untuk Kepentingan Sendiri

1. Bukti kerjasama dengan penyelenggara


pelabuhan;
2. Data perusahaan yang meliputi akta
perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan
izin usaha pokok;
3. Gambar tata letak lokasi terminal untuk
kepentingan sendiri dengan skala yang
memadai, gambar konstruksi dermaga, dan
koordinat geografis letak terminal untuk
kepentingan sendiri;
4. Bukti penguasaan tanah;
5. Proposal terminal untuk kepentingan sendiri;
6. Rekomendasi dari Syahbandar pada
pelabuhan setempat;
7. Berita acara hasil peninjauan lokasi oleh tim
teknis terpadu; dan
8. Studi lingkungan yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Izin Sarana Bantu Navigasi

1. Permohonan Izin pengadaan Sarana Bantu


Navigasi-Pelayaran oleh badan usaha untuk
kepentingan tertentu dan pada lokasi
tertentu diberikan oleh Direktur Jenderal
(paling lambat 14 hari kerja sejak survey
selesai dilakukan oleh tim teknis)
2. Administrasi
a) akte pendirian perusahaan;
b) nomor pokok wajib pajak;
c) izin usaha pokok dari instansi yang
berwenang;
d) bukti penguasaan tanah;
e) penetapan lokasi terminal khusus bagi
sarana bantu navigasi-pelayaran untuk
ditempatkan di terminal khusus;
f) izin pengerukan untuk kegiatan
pengerukan;

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 101


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

g) izin pekerjaan bawah air


(salvage);dan
h) rekomendasi dari distrik navigasi
setempat terkait aspek teknis
3. Teknis
a) peta yang menggambarkan batas-batas
wilayah daratan dan perairan dilengkapi
titik-titik koordinat geografis;
b) peta laut yang menggambarkan titik
koordinat lokasi yang akan dibangun;
c) peta batimetrik yang diperuntukkan untuk
mengetahui kondisi kedalaman dan
kondisi dasar laut lokasi yang akan
dibangun;
d) hasil survei hidrografi, kondisi pasang
surut dan kekuatan arus;
e) dimensi kapal yang akan keluar dan
masuk pada alur pelayaran;
f) posisi koordinat dan gambaran tata letak
dermaga beserta fasilitasnya; dan
g) rencana induk pelabuhan bagi kegiatan
yang berada di dalam Daerah Lingkungan
Kerja dan Daerah Lingkungan

14. Izin Penggunaan 1. Izin Penggunaan Sumberdaya Air 30 Peraturan Menteri


Sumberdaya Air Pekerjaan Umum
· Surat Permohonan Izin Penggunaan
dan Izin dan Perumahan
Sumberdaya Air
Konstruksi Rakyat No.
· Gambar lokasi / peta situasi (disertai titik
Sumber Air 37/M/2015 tentang
koordinat pengambilan)
Izin Penggunaan Air
· Gambar Desain bangunan pengambilan
dan / atau Sumber
dan pembuangan air
Air
· Spesifikasi Teknis bangunan pengambilan
air
· Proposal teknis/penjelasan penggunaan
air
· Surat Keputusan/Rekomendasi AMDAL /
UKL-UPL/SSPL
· Rekapitulasi volume pengambilan air 1
(satu) tahun terakhir*)
· Bukti setor pembayaran pajak air

102
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

permukaan 1 (satu) tahun terakhir*)


· Bukti setor / pembayaran biaya jasa
pengelolaan sumberdaya air 1 (satu)
tahun terakhir *)
· Laporan pemantauan dan pengelolaan
lingkungan *)
· Berita Acara Pertemuan Konsultasi
Masyarakat (PKM)
· Fotokopi kartu tanda penduduk, fotokopi
akta pendirian perusahaan atau surat
keterangan keberadaan kelompok dari
kepala desa atau lurah
· Izin lingkungan dan persetujuan analisis
mengenai dampak lingkungan atau izin
lingkungan dan rekomendasi upaya
pengelolaan lingkungan hidup-upaya
pemantauan lingkungan hidup atau surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup dari
instansi yang berwenang.

2. Izin Pelaksanaan Konstruksi pada Sumber Air

· Surat Permohonan Izin Konstruksi pada


Sumber Air
· Gambar lokasi atau peta situasi disertai
dengan titik koordinat lokasi atau jalur
konstruksi
· Gambar desain
· Spesifikasi teknis
· Jadwal dan metode pelaksanaan
· Manual operasi dan pemeliharaan
· Bukti kepemilikan lahan
· Izin lingkungan dan persetujuan analisis
mengenai dampak lingkungan atau izin
lingkungan dan rekomendasi upaya
pengelolaan lingkungan hidup-upaya
pemantauan lingkungan hidup atau surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup dari
instansi yang berwenang

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 103


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

· Berita acara hasil pertemuan


konsultasi masyarakat
· Fotokopi kartu tanda penduduk, kepala
keluarga atau ketua kelompok atau
fotokopi akta pendirian perusahaan atau
surat keterangan keberadaan kelompok
dari kepala desa atau lurah.

15. Izin Usaha 1. Persyaratan Administratif : 5 - Peraturan


Penyediaan Pemerintah No.
- Identitas Pemohon
Tenaga Listrik 14 Tahun 2012
- Profil pemohon
(Tetap) tentang Usaha
- NPWP
Penyediaan
- Pengesahan sebagai badan hukum
Tenaga Listrik jo.
- Kemampuan pendanaan
PP No.23 Tahun
2. Persyaratan Teknis : 2014

- Studi kelayakan Usaha Penyediaan - Peraturan


Tenaga Listrik Menteri ESDM
- Lokasi instalasi kecuali untuk usaha No. 35 Tahun
penjualan tenaga listrik; 2013 tentang
- Izin lokasi dari instansi yang berwenang Tata Cara
kecuali untuk usaha penjualan tenaga Perizinan Usaha
- listrik; Ketenagalistrikan
- Diagram satu garis
- Peraturan
- Jenis dan kapasitas usaha yang akan
Menteri ESDM
dilakukan;
No. 12 Tahun
- Jadwal pembangunan dan pengoperasian
2014 jo
- Persetujuan harga jual tenaga listrik atau
Peraturan
sewa jaringan tenaga listrik, dalam hal
Menteri ESDM
permohonan Izin Usaha Penyediaan
No. 22 Tahun
- Tenaga Listrik diajukan untuk usaha
2014 tentang
pembangkitan tenaga listrik, usaha
Pembelian
transmisi tenaga listrik, atau usaha
Tenaga Listrik
distribusi tenaga listrik;
dari Pembangkit
- Kesepakatan jual beli tenaga listrik;
Listrik Tenaga Air
3. Persyaratan Lingkungan :
oleh PT
- Dokumen AMDAL / ANDAL LALIN
Perusahaan
Listrik Negara
(Persero)

104
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

16. Sertifikat Laik 1. Persyaratan Administratif : 19 - UU Nomor 30


Operasi Tahun 2009
Kementerian - Identitas Pemohon
tentang
ESDM / - Izin Usaha Penyediaan TL/Izin Operasi
Ketenagalistrikan
Lembaga - Lokasi instalasi
Inspkesi Teknis - PP Nomor 14
2. Persyaratan Teknis :
(Terakreditasi) Tahun 2012
- Jenis dan kapasitas instalasi tentang Usaha
- Gambar instalasi dan tata letak Penyediaan
- Diagram satu garis Tenaga Listrik
- Spesifikasi peralatan utama
- Peraturan
- Spesifikasi teknik dan standar yang
Menteri ESDM
digunakan
Nomor 5 Tahun
2014 tentang
Tata Cara
Akreditasi dan
Sertifikasi
Ketenagalistrikan

17. Izin Panas Bumi 1. Persyaratan 4 - UU No. 21 Tahun


PTSP BKPM 2014 tentang
- Akta Pendirian Badan Usaha baru (apabila
Panas Bumi
pemenang pelelangan berbentuk
konsorsium) - PP No. 59 Tahun
- Bukti pembayaran harga dasar data 2007 jo. 70
Wilayah Kerja atau bonus sebagai PNBP; Tahun 2010
dan/atau Bukti pembayaran kompensasi tentang
data (awarded compensation) kepada Kegiatan Usaha
Badan Usaha yang melakukan PSP dan Panas Bumi
tidak menjadi pemenang pelelangan.
- Permen ESDM
2. Prosedur No. 11 Tahun
2009 tentang
- Usulan Peringkat Calon Pemenang
Pedoman
Pelelangan oleh Panitia disampaikan
Penyelenggaraa
kepada Menteri paling lama 5 hari kerja
n Kegiatan
sejak tanggal proses lelang selesai
Usaha Panas
- Penetapan pemenang pelelangan oleh
Bumi
Menteri dalam jangka waktu paling lama
7 hari kerja sejak usulan calon pemenang
pelelangan diterima

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 105


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Perizinan / Durasi


No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

- Pemenang Lelang dalam jangka waktu


paling lama 30 hari kerja sejak ditetapkan
sebagai pemenang pelelangan wajib
memenuhi kewajibannya.

18. Rencana Impor 1. Badan usaha pemegang IUKU mengajukan 15 Peraturan Menteri
Barang PTSP permohonan secara tertulis yang dibubuhi Keuangan
BKPM meterai cukup kepada Direktur Jenderal Nomor154/PMK.01
Ketenagalistrikan c.q. Direktur Teknik dan 1/2008 yang telah
Lingkungan Ketenagalistrikan dengan surat diubah dengan
pengajuan surveyor yang ditunjuk untuk Nomor
diberikan pengugasan melakukan verifikasi 128/PMK.011/2009
RIB, dengan memenuhi persyaratana dan Nomor
dministrasi dan teknis. 154/PMK.011/2012
2. Surat Permohonan dan Pengajuan Surveyor memberikan fasilitas
ditandatangani oleh pimpinan badan usaha pembebasan bea
(terdapat dalam akta), diberi nomor dan masuk atas impor
tanggal. barang modal
3. Persyaratan Administrasi : pembangunan
· Fotokopi Akta Pendirian Badan Usaha pembangkit tenaga
· Fotokopi IUKU / IUPTL (IUKU / IUPTL listrik untuk
Sementara tidak diperkenankan) kepentingan umum
· Fotokopi NPWP
· Fotokopi Perjanjian Jual Beli Tenaga
Listrik (PPA)/Perjanjian Sewa Guna Usaha
(FLA) dengan PT PLN Persero atau
Fotokopi PPA dengan pemegang IUKU
yang memiliki daerah usaha
· Jadwal pembangunan dan pemasangan
peralatan pembangkit tenaga listrik;
· Daftar RIB
4. Persyaratan Teknis :
· Kesesuaian RIB dengan kontrak (jens,
spesifikasi dan jumlah barang)
· Barang impor di dalam kontrak jual beli /
sewa guna usaha tidak termasuk bea
masuk.
· Barang impor tidak termasuk dalam daftar
barang yang tidak boleh diimpor
· Barang belum diproduksi di dalam negeri

106
Jenis Perizinan / Durasi
No Persyaratan Dasar Hukum
Instansi Penerbit (Hari)

· Barang sudah diproduksi di dalam negeri;


namun tidak memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan
· Barang sudah diproduksi di dalam negeri
tetapi tidak mencukupi kebutuhan
industri
· Barang yang diimpor bukan suku cadang,
barang habis pakai dan peralatan bengkel
(workshop tool).

Tabel 31
Identifikasi berbagai perizinan / non perizinan terkait investasi sektor ketenagalistrikan

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 107


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

4.4
SKEMA PERIZINAN INVESTASI
SEKTOR KETENAGALISTRIKAN

Dari hasil identifikasi, digambarkan skema runtut


waktu, pada masing-masing jenis pembangkit,
khususnya pada IPP, sebagai berikut:

Kontraktor EPC Pembangkit Listrik Tenaga Air I. PENDIRIAN


(Engineering Procurement (PLTA) BADAN
Construction) HUKUM
Pembangkit Milik PT. PLN
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Batubara /
Mulut Tambang
Pembangkit Listrik IPP
PT PLN
(Independent Power Pembangkit Listrik Tenaga Gas /
(PERSERO) II. SKEMA
Producers) Mini Gas / Gas-Uap (PLTG/
PLTGU/PLTMG) PERIZINAN
INVESTASI
SEKTOR
Pembangkit Listrik Tenaga KETENAGA-
Panas Bumi (PLTP) LISTRIKAN
Pembangkit Sendiri
(Captive Power)
Lainnya

Kelompok Instansi Penerbit Perizinan / Non Perizinan

Badan Koordinasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu


Non PTSP
Penanaman Modal (PTSP) BKPM

A
- Izin Prinsip Penanaman Modal - Pendaftaran Nama Perseroan
(PMA / PMDN) - Akta Pendiri Perseroan
- Rekomendasi Teknis : Rencana - Izin HO dan Surat Keterangan
Izin Prinsip Penggunaan Tenaga Kerja Domisili Perusahaan (SKDP)
Asing (RPTKA) dan Izin - Pengesahan Akte Pendirian
Menggunakan Tenaga Kerja - SIUP
Asing (IMTA) - TDP

B - Penetapan Hak Guna


Bangunan (HGB) dan Hak
- Izin Usaha Penyediaan Pakai (HP)
Tenaga Listrik Sementara - AMDAL Terintegrasi, ANDAL
Izin Usaha Penyediaan (IUPTLS) Lalu Lintas dan Izin Lingkungan
Tenaga Listrik Sementara - Izin Pinjam Pakai Kawasan - Izin Terminal Khusus dan
(IUPTLS) Hutan (IPPKH) Sarana Navigasi
- Izin Panas Bumi - khusus PLTP - Izin Penggunaan Sumber Daya
Air dan Konstruksi Sumber Air
(Izin Bendungan) - Khusus PLTA

C
- Sertifikat Laik Operasi (SLO)
- Izin Usaha Penyediaan - Izin Mendirikan Bangunan
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik - Rencana Impor Barang (RIB)
Tenaga Listrik Tetap (IUPTL) - Izin Pembuangan Limbah Cair
(IUPTL) - fasilitas Pembebasan Bea - Izin Pemanfaatan Air Tanah
Masuk - BPJS
- Dan Lain-Lain

Gambar 20
Skema umum perizinan investasi sektor ketenagalistrikan

108
Gambar 21
Skema Perizinan untuk PLTA oleh IPP

Gambar 22
Skema Perizinan untuk PLTU Mulut Tambang / Batubara oleh IPP

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 109


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Gambar 23
Skema Perizinan untuk PLTG / PLTGU / PLTMG oleh IPP

Gambar 24
Skema Perizinan untuk PLTP oleh IPP

110
PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 111
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

5
INSENTIF INVESTASI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN

Dalam rangka mendukung investasi yang


menggunakan fasilitas penanaman modal
(termasuk pembangunan listrik 35.000 MW),
pemerintah telah menerbitkan kebijakan insentif
fiskal melalui fasilitas keringanan perpajakan dan
pengeluaran biaya.

112
Fasilitas keringanan perpajakan berupa :

• Fasilitas Pembebasan Bea Masuk;

• Tax Holiday dan Tax Allowance;

• Fasilitas PPN.

Sedangkan terkait dukungan/jaminan pemerintah


diberikan fasilitas pembiayaan melalui skema
Proyek Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS), yang
saat ini dikenal sebagai Kerjasama Pemerintah-
Badan Usaha (KPBU).

Secara umum kerangka fasilitas fiskal disajikan


pada gambar 25.

1. Fasilitas PPN

Pembebasan Pengenaan PPN diatur dalam


PP Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan
Keempat atas PP Nomor 12 Tahun 2001
Tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang
Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis
yang dibebaskan dari Pengenaan PPN.
PP Nomor 31 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1)
huruf (a) menetapkan bahwa yang termasuk
pembebasan dari pengenaan PPN adalah
atas penyerahan barang modal berupa
mesin dan peralatan pabrik, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak
termasuk suku cadang.

Ketentuan lebih lanjut Pembebasan PPN


diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 142/PMK.010/2015 tentang
Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
Tentang Perlakuan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang
Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk.

Dalam diktum pertimbangan disebutkan


bahwa dalam rangka mendorong
pengembangan energi panas bumi nasional,
perlu memberikan fasilitas tidak dipungut
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah atas impor barang untuk

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 113


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Fasilitas PPH : Tax Holiday, Tax Allowance

Fasilitas PPN
Perpajakan

Fasilitas Fiskal untuk Fasilitas Pembebasan Bea Masuk


InvestasiPembangkit
Tenaga Listrik

Dukungan dan Jaminan


Pemerintah Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah swasta
Rangka KPS

Gambar 25
Skema Fasilitas Fiskal Mendukung Pembangunan Proyek Ketenagalistrikan 35 000 MW

kegiatan usaha eksploitasi hulu panas bumi. Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah
Tertentu sebagaimana telah beberapa kali
Pasal 2 ayat (3) huruf (m) menetapkan diubah terakhir dengan PP Nomor 52 Tahun
bahwa Barang Kena Pajak yang dibebaskan 2011 tentang Perubahan Kedua atas PP
dari pungutan Bea Masuk adalah barang No 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak
yang dipergunakan untuk kegiatan usaha Penghasilan untuk Penanaman Modal di
eksplorasi dan eksploitasi hulu minyak dan Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi Daerah-daerah Tertentu.
panas bumi.
Penerbitan PP Nomor 18 Tahun 2015
2. Fasilitas Tax Allowance dimaksud untuk lebih meningkatkan kegiatan
investasi langsung guna mendorong
Pemerintah telah menerbitkan PP Nomor pertumbuhan ekonomi, serta untuk
18 Tahun 2015 Fasilitas Pajak Penghasilan pemerataan pembangunan dan percepatan
Untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang pembangunan bagi bidang-bidang usaha
Usaha Tertentu dan/atau di Daerah- tertentu dan/atau di daerah-daerah
Daerah Tertentu. PP itu adalah pengaturan tertentu. Bidang-bidang Usaha Tertentu
kembali ketentuan mengenai fasilitas Pajak adalah bidang usaha di sektor kegiatan
Penghasilan untuk penanaman modal di ekonomi yang mendapat prioritas tinggi
bidang-bidang usaha tertentu dan/atau dalam skala nasional. Sedangkan Daerah-
di daerah-daerah tertentu sebagaimana daerah Tertentu adalah daerah yang secara
telah diatur dalam PP Nomor 1 Tahun ekonomis mempunyai potensi yang layak
2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan dikembangkan.
untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang

Bidang Usaha KBLI Cakupan Produk

Pengusahaan Tenaga
06202 Pengubahan tenaga panas bumi menjadi tenaga listrik
Panas Bumi

Pengubahan tenaga energi baru (hidrogen, CBM, batubara tercairkan atau


Pembangkitan Tenaga
35101 batubara tergaskan) dan energi terbarukan (tenaga air dan terjunan air; tenaga
Listrik
surya, angin atau arus laut) menjadi tenaga listrik

Tabel 32
Bidang Usaha Tertentu Dan Daerah Tertentu Yang Mendapat Fasilitas Tax Allowance

114
Fasilitas Pajak Penghasilan berupa: Dalam diktum pertimbangan disebutkan
bahwa PMK Nomor 159/PMK.010/2015
• Pengurangan penghasilan neto sebesar diterbitkan untuk lebih meningkatkan
30% (tiga puluh persen) dari jumlah kegiatan investasi langsung khususnya
penanaman modal berupa aktiva tetap pada industri pionir guna mendorong
berwujud termasuk tanah yang digunakan pertumbuhan ekonomi, perlu mengganti
untuk kegiatan utama usaha, dibebankan ketentuan mengenai pemberian fasilitas
selama 6 (enam) tahun masing-masing Pajak Penghasilan Badan. Peraturan
sebesar 5% (lima persen) pertahun yang Menteri Keuangan tersebut pada dasarnya
dihitung sejak saat mulai berproduksi merupakan paket kebijakan pemberian
secara komersial; insentif berupa tax holiday bagi industri
pionir, yaitu industri yang memiliki
• Penyusutan yang dipercepat atas aktiva keterkaitan yang luas, memberi nilai
berwujud dan amortisasi yang dipercepat tambah dan eksternalitas yang tinggi,
atas aktiva tak berwujud yang diperoleh memperkenalkan teknologi baru dan
dalam rangka penanaman modal baru memiliki milai strategis bagi perekonomian
dan/atau perluasan usaha, dengan masa nasional.
manfaat dan tarif penyusutan serta tarif
amortisasi; Fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan
badan diberikan atas penghasilan yang
• Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen diterima atau diperoleh dari kegiatan utama
yang dibayarkan kepada Wajib Pajak usaha yang merupakan Industri Pionir.
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Kegiatan utama usaha dimaksud kegiatan
Indonesia sebesar 10% (sepuluh persen), utama usaha sebagaimana tercantum
atau tarif yang lebih rendah menurut dalam izin prinsip dan/atau izin usaha Wajib
perjanjian penghindaran pajak berganda Pajak pada saat pengajuan; permohonan
yang berlaku; pengurangan Pajak Penghasilan badan
termasuk perubahan dan perluasannya
• Kompensasi kerugian yang lebih lama dari sepanjang termasuk dalam kriteria Industri
5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 Pionir.
(sepuluh) tahun.
Fasilitas PPh Badan berupa:
3. Tax Holiday (dengan Diskresi Menteri)
• Pengurangan Pajak Penghasilan badan
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat paling banyak 100% (seratus persen) clan
(7) UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari
Penanaman Modal, Menteri Keuangan diberi jumlah Pajak Penghasilan badan yang
kewenangan untuk mengatur pemberian terutang;
fasilitas pembebasan atau pengurangan
Pajak Penghasilan Badan dalam rangka • Pengurangan Pajak Penghasilan badan
penanaman modal. Sehubungan dengan dapat diberikan untuk jangka waktu
itu, Pemerintah telah menetapkan kebijakan paling lama 15 (lima belas) Tahun Pajak
insentif perpajakan melalui penerbitan clan paling singkat 5 (lima) Tahun Pajak,
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor terhitung sejak Tahun Pajak dimulainya
159/PMK.010/2015. PMK tersebut adalah produksi secara komersial;
pengganti PMK Nomor 130/PMK.011/2011
tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan • Besarnya pengurangan Pajak Penghasilan
atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan badan diberikan dengan persentase yang
sebagaimana telah diubah dengan PMK sama setiap tahun selama jangka waktu
Nomor 192/PMK.011/2014. tahun pajak;

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 115


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

• Dengan mempertimbangkan kepentingan memenuhi persyaratan memperkenalkan


inempertahankan daya saing industri teknologi tinggi (high tech).
nasional dan nilai strategis dari kegiatan
usaha tertentu, Menteri Keuangan dapat • Besaran pengurangan Pajak Penghasilan
memberikan fasilitas pengurangan Pajak badan diberikan paling banyak
Penghasilan badan dengan jangka waktu sebesar 50% (lima puluh persen) untuk
paling lama 20 (dua puluh) tahun. Industri Pionir dengan nilai rencana
penanaman modal baru kurang dari
Kriteria penerima fasilitas pengurangan PPH Rp l.000.000.000.000,00 (satu triliun
Badan adalah Wajib Pajak yang memenuhi rupiah) dan paling sedikit sebesar Rp
ketentuan: 500.000.000.000,00 (lima ratus miliar
rupiah).
• Merupakan wajib pajak baru
• Fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan
• Merupakan Industri Pioner, yang badan dapat dimanfaatkan oleh Wajib
mencakup : Pajak, sepanjang memenuhi persyaratan:

a). Industri logam hulu; a). telah berproduksi secara komersial;

b).Industri pengilangan minyak bumi b). pada saat mulai berproduksi


secara komersial, Wajib Pajak telah
c).Industri kimia dasar organik yang merealisasikan nilai penanaman
bersumber dari minyak bumi dan gas modal paling sedikit sebesar rencana
alam; penanaman modalnya; dan

d). Industri permesinan yang c). bidang usaha penanaman modal


menghasilkan mesin industri sesuai dengan rencana bidang usaha
penanaman modal dan termasuk
e). Industri pengolahan berbasis hasil dalam cakupan Industri Pionir.
pertanian, kehutanan dan perikanan
Pengaturan apabila permohonan fasilitas
f). Industri telekomunikasi, informasi dan Tax Holiday Wajib Pajak ditolak, sesuai
komunikasi Pasal 7 PMK Nomor 159/PMK.010/2015,
adalah bahwa terhadap Wajib Pajak yang
g). Industri transportasi kelautan atas usulan pemberian fasilitas pengurangan
Pajak Penghasilan badan ditolak oleh
h). Industri pengolahan yang merupakan Menteri Keuangan dan telah diterbitkan
industri utama di Kawasan Ekonomi pemberitahuan secara tertulis mengenai
Khusus (KEK); dan/ atau penolakan dimaksud, diberikan fasilitas Pajak
Penghasilah untuk penanaman modal di
i). Infrastruktur ekonomi selain yang bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di
menggunakan skema Kerjasama daerah-daerah tertentu sepanjang memenuhi
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015
• Batasan nilai rencana penanaman tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk
modal baru yang telah mendapatkan Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha
pengesahan dari instansi yang Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu
berwenang paling sedikit sebesar beserta peraturan pelaksanaannya.
Rp 500.000.000.000,00 (lima ratus
miliar rupiah) untuk Industri Pionir dan Adapun Tata cara pemberian fasilitas Pajak

116
Penghasilan untuk penanaman modal di • Penyusutan yang dipercepat atas aktiva
bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di berwujud dan amortisasi yang dipercepat
daerah-daerah tertentu dilaksanakan sesuai atas aktiva tak berwujud yang diperoleh
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur dalam rangka Penanaman Modal baru
mengenai tata cara pemberian fasilitas Pajak dan/atau perluasan usaha, dengan masa
Penghasilan untuk penanaman modal di manfaat dan tarif penyusutan serta tarif
bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di amortisasi;
daerah-daerah tertentu.
• Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen
Fasilitas Pajak Penghasilan berupa: yang dibayarkan kepada Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap di
• Pengurangan penghasilan neto sebesar Indonesia sebesar 10% (sepuluh persen),
30% (tiga puluh persen) dari jumlah atau tarif yang lebih rendah menurut
Penanaman Modal berupa aktiva tetap perjanjian penghindaran pajak berganda
berwujud termasuk tanah yang digunakan yang berlaku;
untuk kegiatan utama usaha, dibebankan
selama 6 (enam) tahun masing-masing • Kompensasi kerugian yang lebih lama dari
sebesar 5% (lima persen) pertahun yang 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10
dihitung sejak saat mulai berproduksi (sepuluh) tahun.
secara komersial;

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 117


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh


I. PERPAJAKAN

1. Fasilitas Pembebasan Badan usaha yang dapat diberikan Pembebasan Bea Masuk
Bea Masuk fasilitas : atas Impor Barang Modal
yang dilakukan oleh
(PMKNomor66/PMK. - PT PLN Persero Tbk
- Pemegang IUPTL yang memiliki Badan Usaha
010/2015 Tentang
Pembebasan Bea wilayah usaha
- Pemegang IUPTL yang mempunyai
Masuk atas Impor
perjanjian jual beli tenaga listrik
Barang Modal Dalam
dengan PLN
Rangka Pembangunan
- Pemegang IUPTL yang mempunyai
atau Pengembangan
perjanjian jual beli tenaga listrik
Industri Pembangkitan
dengan pemegang IUPTL yang
Tenaga Listrik Untuk
memiliki wilayah usaha
Kepentingan Umum)
Barang modal yang nyata-nyata
dipergunakan untuk industri
pembangkitan tenaga listrik dengan
ketentuan :

- Belum diproduksi di dalam negeri;


- Sudah diproduksi di dalam negeri
namun belum memenuhi spesifikasi
yang dibutuhkan;atau
- Sudah diproduksi di dalam negeri
namun jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri.

2. Fasilitas PPN Barang modal berupa mesin dan Pembebasan Pengenaan


peralatan pabrik, baik dalam keadaan PPN
(PP Nomor 31 Tahun
terpasang maupun terlepas, tidak
2007 tentang
termasuk suku cadang
Perubahan Keempat
atas PP Nomor 12
Tahun 2001 Tentang
Impor dan/atau
Penyerahan Barang
Kena Pajak Tertentu
yang Bersifat Strategis
yang dibebaskan dari
Pengenaan PPN)

118
Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh

3. Fasilitas PPH - Wajib Pajak Baru - Pengurangan PPh


- Industri Pionir Badan yang terutang
a. Tax Holiday - Mempunyai rencana penanaman
selama 5 - 15 tahun.
(dengan Dikresi modal baru paling sedikit 1 Triliun;
- Memenuhi ketentuan besaran Dengan diskresi
Menteri)
perbanding-an antara utang dan Menteri Keuangan,
(PMK Nomor 159 / modal sebagaimana diatur pada PMK dapat diberikan paling
PMK.010/ 2015 yang mengatur besarnya lama 20 tahun.
Tentang Pemberian - Besaran pengurangan
perbandingan utang dan modal
Fasilitas - Menyampaikan surat pernyataan Pajak Penghasilan

Pengurangan PPh kesang-gupan untuk menempatkan Badan yang diberikan

Badan) dana 10 % dari total rencana paling banyak 100%

penanaman modal di perbankan dan paling sedikit

Indonesia 10%.
- Berstatus sebagai badan hukum - Untuk rencana

Indonesia sejak atau setelah 15 penanaman modal

Agustus 2011 sebesar Rp 1 Triliun


atau lebih, dapat
diberikan
pengurangan Pajak
Penghasilan Badan
sebesar 100%

b. Tax Allowance - Memiliki nilai investasi yang tinggi; - Pengurangan


- Memiliki penyerapan tenaga kerja Penghasilan netto
(PP Nomor 18
yang besar; atau sebesar 30% (tiga
Tahun 2015
- Memiliki kandungan lokal yang tinggi puluh persen) dari nilai
Tentang Fasilitas
investasi selama 6
PPh untuk
tahun (masing-masing
Penanaman Modal
5% pertahun)
di Bidang-bidang
- Aktiva disusutkan /
Usaha Tertentu
diamortisasi dalam
dan/atau di
jangka waktu lebih
Daerah-daerah
cepat
Tertentu) - Kerugian fiskal pada
suatu tahun pajak
dapat dikompensasi
dengan keuntungan
pada 10 tahun pajak
berikutnya
- Dividen yang
dibayarkan kepada
pemegang saham luar
negeri, dikenai pajak

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 119


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh

dengan tarif sebesar


10% (sepuluh persen),
atau tarif menurut P3B
jika tarif dalam P3B
tersebut lebih rendah
dari 10%.

II. DUKUNGAN / JAMINAN PEMERINTAH

1. Fasilitas Kerjasama
Pemerintah dan
Swasta/Public Private
Partnership (PPP)

a. Land Fund - Memiliki nilai investasi yang Fasilitas yang disediakan


(Perpres Nomor 56 besar/sangat besar; Pemerintah untuk
Tahun 2011 tentang - Mempunyai dampak nasional; mempercepat
Perubahan Kedua - Memiliki jangka waktu pengembalian
pelaksanaan pengadaan
atas Peraturan yang relatif panjang
tanah. Fasilitas ini terdiri
Presiden Nomor 67 dari
Tahun 2005 tentang - Land capping : dana
Kerjasama dukungan Pemerintah
Pemerintah dengan atas yang diberikan
Badan Usaha dalam atas risiko kenaikan
Penyediaan harga tanah karena
Infrastruktur) permasalahan
pembebasan tanah
- Land Revolving Fund :
dana bergulir untuk
pembebasan tanah.
Skema penggunaan
dana adalah bahwa
Pemerintah akan
membiayai
pembebasan tanah
terlebih dahulu dan
selanjutnya biaya
tersebut akan
dikembalikan oleh
Badan Usaha yang
ditetapkan sebagai
pemegang hak
konsesi.

120
Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh

Land Revolving Fund


dialokasikan melalui
anggaran APBN
- Land Acquisition Fund:
dana yang disediakan
oleh Pemerintah untuk
pembebasan tanah
dalam rangka
memberikan dukungan
untuk meningkatkan
kelayakan dari proyek
penyediaan
infrastruktur yang
dilaksanakan dengan
skema Kerja Sama
Pemerintah Swasta
(KPS)

b. Viability Gap Fund - Proyek Kerja Sama yang telah - Dukungan Kelayakan
(PMK Nomor memenuhi kelayakan ekonomi diberikan dalam
223/PMK.011/2012 namun belum memenuhi kelayakan bentuk tunai kepada
Tentang Pemberian finansial; Proyek Kerja Sama
Dukungan Kelayakan - Proyek Kerja Sama menerapkan atas porsi tertentu dari
Atas Sebagian Biaya prinsip pengguna membayar; seluruh Biaya
Konstruksi - Proyek Kerja Sama dengan total
Konstruksi Proyek
Pada Proyek Kerja biaya investasi paling kurang
Kerja Sama.
Sama Pemerintah Rp100.000.000.000 (seratus miliar
- Biaya Konstruksi
Dengan Badan Usaha upiah);
- Proyek Kerja Sama dijalankan oleh Proyek Kerja Sama
Dalam meliputi biaya
Badan Usaha Penandatangan
Penyediaan konstruksi, biaya
Perjanjian Kerja Sama yang dibentuk
Infrastruktur) peralatan, biaya
oleh Badan Usaha Pemenang Lelang
yang ditetapkan oleh PJPK melalui pemasangan, biaya

proses lelang yang terbuka dan bunga atas pinjaman

kompetitif sesuai dengan peraturan yang berlaku selama

tentang Kerja Sama Pemerintah dan masa konstruksi, dan

Badan Usaha dalam Penyediaan biaya-biaya lain terkait

Infrastruktur; konstruksi namun tidak


- Proyek Kerja Sama dilaksanakan termasuk biaya terkait
berdasarkan Perjanjian Kerja Sama pengadaan lahan dan
yang mengatur skema pengalihan insentif perpajakan.
aset dan/atau pengelolaannya dari

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 121


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh

Badan Usaha Penandatangan - Porsi tidak


Perjanjian Kerja Sama kepada PJPK mendominasi Biaya
pada akhir periode kerja sama; dan Konstruksi Proyek
- Hasil Prastudi Kelayakan pada Proyek Kerja Sama.
Kerja Sama: (i) mencantumkan
pembagian risiko yang optimal
antara Pemerintah/ PJPK di satu
pihak dan Badan Usaha
- Penandatangan Perjanjian Kerja
Sama/Badan Usaha Pemenang
Lelang di pihak lain; (ii)
menyimpulkan bahwa Proyek Kerja
Sama tersebut layak secara ekonomi,
yang juga meliputi aspek teknis,
hukum, lingkungan, dan sosial; dan
(iii) menunjukkan bahwa Proyek Kerja
Sama tersebut menjadi layak secara
finansial dengan diberikannya
Dukungan Kelayakan.

c. Guarantee Fund (PT - Penjaminan infrastruktur diberikan - Penjaminan


PII) sepanjang Perjanjian Kerjasama Infrastruktur Indonesia
(Perpres Nomor 78 dalam rangka Proyek Kerjasama (PT PII): yaitu melalui
Tahun 2010 tntang memuat paling kurang : PT Penjaminan
Penjaminan - Pembagian risiko infrastruktur antara Infrastruktur Indonesia
Infrastruktur dalam kedua belah pihak sesuai dengan yang akan akan
Proyek Kerjasama alokasi risiko; memberikan
Pemerintah dengan - Upaya mitigasi yang relevan dari
penjaminan atas risiko-
Badan Usaha yang kedua belah pihak untuk mencegah
risiko infrastruktur
Dilakukan melalui terjadinya risiko dan mengurangi
dalam Proyek Kerja
Badan Usaha dampaknya, apabila terjadi;
- Jumlah kewajiban finansial Sama
Penjaminan
penanggung jawab proyek kerjasama
Infrastruktur)
dalam hal risiko infrastruktur yang
menjadi tanggung jawab
penanggung jawab proyek kerjasama
terjadi, atau cara perhitungan untuk
menentukan jumlah kewajiban
finansial penanggung jawab proyek
kerjasama dalam hal jumlah tersebut
belum dapat ditentukan pada saat
perjanjian kerjasama ditandatangangi;

122
Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh

- Jangka waktu yang cukup untuk


melaksanakan kewajiban finansial
penanggung jawab proyek
kerjasama, termasuk masa tenggang
(grace period);
- Prosedur yang wajar untuk
menentukan kapan penanggung
jawab proyek kerjasama telah berada
dalam keadaan tidak sanggup untuk
melaksanakan kewajiban finansial
penanggung jawab proyek
kerjasama;
- Prosedur penyelesaian perselisihan
yang mungkin timbul antara
penanggung jawab proyek kerjasama
dan badan usaha sehubungan
pelaksanaan kewajiban finansial
penanggung jawab proyek kerjasama
yang diprioritaskan melalui
mekanisme alternatif penyelesaian
sengketa dan/atau lembaga
arbitrase;
- Hukum yang berlaku adalah hukum
Indonesia
- Penjaminan infrastruktur diberikan
sepanjang penanggung jawab
proyek kerjasama sanggup :
- Menerbitkan surat pernyataan
mengenai keabsahan perjanjian
kerjasama;
- Memberikan komitmen tertulis
kepada penjamin untuk :
(I) Melaksanakan usaha terbaiknya
dalam mengendalian, mengelola
atau mencegah, dan mengurangi
dampak terjadinya risiko
infrastruktur yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai alokasi
risiko sebagaimana disepakati
dalam perjanjian kerjasama
selama berlakunya perjanjian
penjaminan;

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 123


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Jenis Fasilitas Fiskal Kriteria / Persyaratan Fasilitas yang Diperoleh

(ii) Memenuhi regres, yang


dituangkan dalam bentuk
perjanjian dengan badan usaha
penjaminan infrastruktur.

d. Infrastructure Fund (PT Penjaminan infrastruktur diberikan - Infrastructure Fund:


SMI IIFF) sesuai dengan kecukupan modal badan yaitu melalui PT Sarana
usaha penjaminan infrastruktur. Multi Infrastruktur
danPT Indonesia
Infrastructure Finance,
yang akan
menawarkan sumber-
sumber pendanaan
untuk pembiayaan
Proyek Kerja Sama

Tabel 33
Jenis-Jenis Insentif Fiskal Dalam Rangka Pembangkitan Tenaga Listrik

124
PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 125
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

6
SISTEM AKUNTANSI SEKTOR
KETENAGALISTRIKAN

Kegiatan penyediaan tenaga listrik oleh PT PLN


dan IPP dituangkan dalam skema perjanjian
PPA (Purchasing Power Agreement) dan ESC
(Energy Sales Contract). Kajian yang dilakukan
oleh berbagai pihak menunjukkan bahwa
skema PPA dan ESC merupakan perjanjian
yang mengandung sewa. Dalam penerapannya,
interpretasi akuntansi yang secara spesifik
mengatur mengenai akuntansi untuk perjanjian
jual beli tenaga listrik belum ada; sehingga PT
PLN secara sukarela menerapkan ISAK 8 dan
PSAK 30.

126
6.1
ISAK 8 : INTERPRETASI
PERJANJIAN MENGANDUNG
SEWA

ISAK 8 adalah suatu instrumen akuntansi yang


merupakan panduan untuk menilai suatu
perjanjian mengandung sewa atau tidak.
Panduan ini diadopsi daru IFRIC 4: “Determining
Wheter an Arrangement Containsts a Leases”.

Suatu entitas dapat melakukan suatu perjanjian,


yang terdiri dari satu atau serangkaian transaksi
terkait, dimana bentuk legal perjanjian tersebut
bukan sewa tetapi perjanjian itu memberikan
hak kepada pihak lain untuk menggunakan suatu
aset, dengan imbalan suatu atau serangkaian
pembayaran. Dalam praktiknya, untuk melihat
suatu perjanjian mengandung sewa atau pun
tidak, perlu diperhatikan dan dievaluasi subtansi
perjanjian tersebut, apakah:

1. Pemenuhan perjanjian bergantung pada


penggunaan aset tertentu

Aset bukan merupakan subjek sewa jika


pemenuhan perjanjian tidak sepenuhnya
bergantung pada aset tersebut, walaupun
secara eksplisit diidentifikasikan seperti itu di
dalam perjanjian.

2. Perjanjian memberikan hak untuk


menggunakan aset

Suatu perjanjian dianggap memberikan hak


untuk menggunakan aset jika perjanjian
tersebut memberikan hak kepada lessee
untuk mengendalikan penggunaan aset
tersebut. Di dalam ISAK 8, dijelaskan
kondisi-kondisi yang harus dipenuhi agar
dapat pengalihan hak untuk menggunakan
aset, yaitu:

• Lessee mempunyai kemampuan


atau hak untuk mengoperasikan aset
atau mengarahkan pihak lain untuk
mengoperasikan aset tersebut sesuai
dengan cara ditentukan pembeli dan
pada saat yang bersamaan, pembeli

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 127


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

mendapatkan atau mengendalikan PT PLN dengan IPP, disepakati bahwa jenis


keluaran (output) atau kegunaan lainnya sewanya adalah sewa pembiayaan. Situasi yang
atas aset tersebut, dalam jumlah yang secara individual ataupun gabungan dapat
lebih dari tidak signifikan. juga menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan adalah:
• Pembeli mempunyai kemampuan atau
hak untuk mengendalikan akses fisik 1. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada
terhadap aset tersebut dan pada saat lessee pada akhir masa sewa;
yang bersamaan, pembeli mendapatkan
atau mengendalikan keluaran atau 2. Lessee memiliki opsi untuk membeli
kegunaan lainnya atas aset tersebut, aset pada harga yang cukup rendah
dalam jumlah yang lebih dari tidak dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi
signifikan. mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan
• Fakta dan kondisi yang ada menunjukkan dilaksanakan;
bahwa kecil kemungkinan bagi satu atau
lebih pihak lain seperti pembeli akan 3. Masa sewa adalah untuk sebagian besar
mengambil keluaran atau kegunaan umur ekonomik aset meskipun hak milik
lainnya dalam jumlah yang tidak lebih tidak dialihkan;
dari tidak signifikan yang akan diproduksi
atau dihasilkan oleh aset tersebut selama 4. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah
masa perjanjian; dan harga yang dibayar pembayaran sewa minimum secara
pembeli untuk keluaran tersebut bukan substansial mendekati nilai wajar aset
harga yang secara kontraktual tetap sewaan; dan
untuk setiap unit keluaran ataupun harga
yang sama dengan harga pasar per unit 5. Aset sewaan bersifat khusus dan hanya
keluaran ada saat penyerahan keluaran lessee yang dapat menggunakannya tanpa
tersebut. perlu modifikasi secara material.

6.2 Indikator dari situasi yang secara individual


ataupun gabungan dapat juga menunjukkan
PSAK 30: SEWA
bahwa sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan adalah:
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor
memberikan kepada lessee hak untuk 1. Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka
menggunakan suatu aset selama periode rugi lessor yang terkait dengan pembatalan
waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, ditanggung oleh lessee; 
lesse melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor. 2. Untung atau rugi dari fluktuasi nilai wajar
residu dibebankan kepada lessee (misalnya,
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa dalam bentuk potongan harga rental dan
pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan yang setara dengan sebagian besar hasil
secara substansial seluruh risiko dan manfaat penjualan residu pada akhir sewa); dan
yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika 3. Lessee memiliki kemampuan untuk
sewa tidak mengalihkan secara substansial melanjutkan sewa untuk periode kedua
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan dengan nilai rental yang secara substansial
kepemilikan aset. lebih rendah dari nilai pasar rental.

Terkait dengan perjanjian PPA dan/atau ESC

128
6.3 ke jumlah yang diakui sebagai aset.
SEWA DALAM LAPORAN
Liabilitas dari aset sewaan tidak dapat
KEUANGAN LESSEE PADA
disajikan sebagai pengurang aset sewaan
SEWA PEMBIAYAAN dalam laporan keuangan. Jika penyajian
liabilitas dalam laporan keuangan dibedakan
1. Pengakuan Awal antara liabilitas jangka pendek dan liabilitas
jangka panjang, hal yang sama berlaku untuk
Pada awal masa sewa, lesee mengakui sewa liabilitas sewa.
pembiayaan sebagai aset dan liabilitas
dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai Biaya langsung awal umumnya terjadi
wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini sehubungan dengan aktivitas negosiasi dan
dari pembayaran sewa minimum, jika nilai pemastian pelaksanaan sewa. Biaya-biaya
kini lebih rendah dari nilai wajar. Tingkat yang dapat diatribusikan secara langsung
diskonto yang digunakan dalam perhitungan kepada aktivitas lessee untuk suatu sewa
nilai kini dari pembayaran sewa minimum pembiayaan ditambahkan ke jumlah yang
adalah tingkat suku bunga implisit dalam diakui sebagai aset.
sewa , jika dapat ditentukan secara praktis,
jika tidak, digunakan tingkat suku bunga 2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
pinjaman inkremental lessee. Biaya langsung
awal yang dikeluarkan lesee ditambahkan ke Pembayaran sewa minimum dipisahkan
dalam jumlah yang diakui sebagai aset. antara bagian yang merupakan beban
keuangan dan bagian yang merupakan
Meskipun bentuk legal perjanjian sewa pelunasan liabilitas. Beban keuangan
menyatakan bahwa lessee tidak memperoleh dialokasikan ke setiap periode selama
hak legal atas aset sewaan, dalam hal sewa masa sewa sedemikian rupa sehingga
pembiayaan secara substansi dan realitas menghasilkan suatu tingkat suku bunga
keuangan pihak lessee memperoleh manfaat periodik yang konstan atas saldo liabilitas.
ekonomik dari dari pemakaian aset sewaan Rental kontijen dibebankan pada periode
tersebut selama sebagian besar umur terjadinya.
ekonomisnya. Sebagai konsekuensinya
lessee menanggung kewajiban untuk Suatu sewa pembiayaan menimbulkan
membayar hak tersebut sebesar suatu beban penyusutan untuk aset yang dapat
jumlah, pada awal sewa, yang mendekati disusutkan dan beban keuangan dalam
nilai wajar dari aset dan beban keuangan setiap periode akuntansi. Kebijakan
terkait.  penyusutan untuk aset sewaan konsisten
dengan aset dimiliki sendiri, dan
Jika transaksi sewa tersebut tidak tercermin penghitungan penyusutan yang diakui
dalam laporan posisi keuangan lessee, berdasarkan PSAK 16 (revisi 2011): Aset
sumber daya ekonomi an tingkat kewajian Tetap dan PSAK 19(revisi 2010): Aset Tak
dari entitas menjadi terlalu rendah, sehingga Berwujud. Jika tidak ada kepastian yang
mendistorsi rasio keuangan. Oleh karena memadai bahwa lessee akan mendapatkan
itu, sewa pembiayaan diakui dalam laporan hak kepemilikan pada akhir masa sewa, aset
posisi keuangan lessee sebagai aset dan sewaan disusutkan secara penuh selama
kewajiban untuk pembayaran sewa di masa jangka waktu yang lebih pendek antara
depan. Pada awal masa sewa, aset dan periode masa sewa dan umur manfaatnya.
liabilitas untuk pembayaran sewa di masa
depan diakui di laporan posisi keuangan 3. Pengungkapan
pada jumlah yang sama, kecuali untuk biaya
langsung awal dari lessee yang ditambahkan Selain memenuhi ketentuan PSAK 60:

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 129


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Instrumen Keuangan: Pengungkapan, lessee 6.4


juga mengungkapkan hal-hal berikut yang TRANSAKSI JUAL DAN SEWA-
berkaitan dengan sewa pembiayaan:
BALIK
• Jumlah neto jumlah tercatat untuk setiap
kelompok aset pada tanggal pelaporan. Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik
merupakan sewa pembiayaan, selisih lebih hasil
• Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa penjualan dari jumlah tercatat tidak dapat diakui
minimum di masa depan pada tanggal segera sebagai pendapatan oleh penjual-lessee,
pelaporan, dengan nilai kininya. Selain itu, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama
entitas mengungkapan total pembayaran masa sewa.
sewa minimum di masa depan pada
tanggal pelaporan, dan nilai kininya, Jika transaksi jual dan sewa-balik merupakan
untuk setiap periode berikut : sewa operasi dan jelas bahwa transaksi tersebut
terjadi pada nilai wajar, maka laba rugi diakui
a). Sampai dengan satu tahun segera, kecuali rugi tersebut dikompensasikan
dengan pembayaran sewa di masa depan yang
b). Lebih dari satu tahun sampai lima lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut
tahun harus ditangguhkan dan diamortisasi secara
proporsional dengan pembayaran sewa selama
c). Lebih dari lima tahun periode penggunaan aset. Jika harga jual di atas
nilai wajar, selisih lebih dari nilai wajar tersebut
• Rental kontijen yang diakui sebagai beban ditangguhkan dan diamortisasi selama periode
pada periode tersebut. penggunaan aset.

• Total perkiraan penerimaan pembayaran Untuk sewa operasi, jika nilai wajar aset pada
minimum sewa-lanjut di masa depan dari saat transaksi jual dan sewa-balik lebih rendah
kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat daripada jumlah tercatatnya, rugi sebesar selisih
dibatalkan (non-cancelable subleases) antara jumlah tercatat dan nilai wajar diakui
segera.
• Penjelasan umum isi perjanjian sewa
yang material, yang meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, hal berikut :

a). Dasar penentuan utang rental


kontijen

b). Ada tidaknya klausul-klausul yang


berkaitan dengan opsi perpanjangan
atau pembelian dan eskalasi beserta
syarat-syaratnya 

c). Pembatasan-pembatasan yang


ditetapkan dalam perjanjian sewa,
misalnya yang terkait dengan dividen,
tambahan utang, dan sewa-lanjut.

130
PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 131
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

7
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

132
7.1
KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan dari hasil penyusunan


buku Panduan Investasi Sektor Ketenagalistrikan
di Indonesia adalah:

1. Ditemukan banyak jenis perizinan di sektor


ketenagalistrikan, baik di pusat dan di
daerah yang memerlukan waktu cukup lama
untuk perolehannya. Sebagai akibatnya,
proses perizinan hingga operasi bisa
menghabiskan waktu hingga tiga tahun.

2. Berbagai upaya telah dilakukan untuk


dapat menyederhanakan perizinan-
perizinan sektor ketenagalistrikan, antara
lain melalui pendelegasian wewenang
penerbitan perizinan tersebut ke Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) BKPM. Namun,
rekomendasi teknis yang dipersyaratkan
dalam berbagai jenis perizinan tetap
memerlukan waktu lama, dan tetap
melibatkan instansi teknis di masing-masing
kementerian / lembaga.

3. Pemangkasan waktu perizinan juga menjadi


komitmen para pihak untuk mempercepat
proses perizinan.

4. Berbagai informasi terkait dengan


perizinan mudah diperoleh, namun masih
bersifat parsial, sehingga perlu dilakukan
penggabungan dan penyelarasan, agar lebih
komprehensif menjadi satu panduan untuk
sektor ketenagalistrikan.

7.2
REKOMENDASI
Buku panduan investasi ini perlu diperluas
lagi pada seluruh sektor ketenagalistrikan,
termasuk skema perizinan pengadaan listrik
untuk penggunaan sendiri, dan pengadaan listrik
melalui skema EPC (enginering, procurement,
construction).

Perlu mengembangkan informasi dalam buku


panduan ini dalam suatu media / wadah online,
misalnya website, sehingga lebih mudah diakses.

PANDUAN INVESTASI SEKTOR KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA 133


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190
P.O. Box 3186, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai