Anda di halaman 1dari 4

KERAJAAN ISLAM PAGATAN

1. Letak
Kerajaan Pagatan (1775-1908)adalah kerajaan bawahan yang merupakan daerah otonomi bagi
imigran suku Bugis di dalam negara Kesultanan Banjar. Kerajaan otonom ini adalah salah satu
kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran Sungai Kusan (sekarang
wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan).
Pusat pemerintahan di kota Pagatan ibukota Kecamatan Kusan Hilir, Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan.

2. Sumber Sejarah Kerajaan Pagatan


 Catatan sejarah berdirinya Kerajaan Pagatan (Lontara) oleh Kapiten La Mattone (Menteri
Kerajaan Pagatan dan Kusan) di terjemahkan oleh Andi Usman dibantu M. Jabir Akil, dari
bahasa Bugis ke-bahasa Indonesia.

3. Sistem Pemerintahan
 Monarki (Dipimpin oleh seorang Sultan yang disebut Arung).
 Masa Pemerintahan Kerajaan di Pagatan

Kerajaan Pagatan di Pagatan dibangun oleh orang-orang Bugis Wajo dari Sulawesi Selatan, diawali
dengan terjadinya perang saudara di Sulawesi pada sekitar tahun 1670, yaitu ketika Arung Palaka,
raja Bone menyerbu Wajo atas alasan balas dendam ketika ia berperang dengan Gowa (ketika itu
Raja Wajo ikut membantu Kerajaan Gowa yang masih ayah dan anak saat terjadi konflik dengan
Kerajaan Bone). Waktu itu Raja Bone Arung Palaka lari ke Buton kemudian keBatavia minta bantuan
Belanda.

Sistem Pemerintahan Kerajaan di Pagatan dihapuskan pada tanggal 1 Juli 1912 dengan
Staatblads 1912 No. 312 oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, hal ini merupakan sebuah
rangkain peristiwa yang diawali pada masa pemerintahan Sultan Adam di Kerajaan Banjar.
Pada tanggal 11 Juni 1860 Komisaris Pemerintahan Belanda yang membawahi
Kerajaan Banjar. T.N. Nieuwenhiuzen. Memproklamasikan penghapusan Kerajaan Banjar,
penghapusan Kerajaan Banjar menimbulkan gejolak perlawanan diberbagai kalangan
masyarakat, baik dari kalangan Bangsawan maupun yang dipimpin oleh para Pemimpin
Agama. Hal ini berlangsung hingga tahun 1905.
Dengan timbulnya gejolak lapisan masyarakat di kerajaan Banjar inilah yang memungkinkan
beberapa Kerajaan kecil yang secara Formal Politis berada dibawah Yuridikasi Kerajaan
Banjar masih tegak berdiri hingga pergantian abad XIX ke XX, dan staatblads 1903 No. 179
yang diberitahukan pada tanggal 1 Januari 1905, Kerajaan- Kerajaan kecil di wilayah Tanah
Bumbu kecuali Kerajaan Pagatan. Kusan dan Pasir telah di hapuskan dan langsung masuk
wilayah Pemerintahan Belanda, adapun mengenai Kerajaan Pagatan dan Kusan barulah
dihapuskan sejak tanggal 1 Juli 1912 dengan Staatblads No. 312.01.
 Perjanjian Perjanjian :
Perjanjian Karang Intan
Wilayah kerajaan Pagatan merupakan salah satu daerah Kesultanan Banjar yang diserahkan
oleh Sultan Sulaiman kepada kolonial Hindia Belanda melalui Perjanjian Karang Intan.

Kapitan Laut Pulo


Atas jasa-jasa La Pangewa dan pasukannya mengempur pasukan Pangeran Amir bin Sultan
Kuning yang menjadi rival dari Sultan Tahmidullah II dalam perebutan mahkota kesultanan
Banjar, dia anugerahi gelar Kapitan Laut Pulo[4] mungkin semacam panglima laut yang
menjaga perairan setempat, selanjutnya menjadi raja di daerah Pagatan. Walaupun
demikian, Sultan Banjar masih curiga dengan Kapitan Laut-Pulau seperti surat yang terlihat
dalam surat kepada Blom:
Surat dari Seri Paduka Sultan Banjar kepada tuan Blom:
"Bahwa ini warkatul ikhlas serta suci hati, yang tiada berhingga adanya, serta kirim tabek
begitu banyak dari pada sultan Banjar kepada sahabat kita petor Willem Blom, yang beroleh
selamat umur panjang dalam dunia adanya. Wa ba'du kemudian dari pada itu, barang
maklum apalah kiranya kepada sahabat kita, adalah kita melayangkan warkat ini peri hal
menyatakan, yang kita dapat kabar dari Kapitan Laut Pulau, minta senjata poer pukul ilanun.
Maka yaitu Kompeni jangan begitu percaya sama kapitan itu punya perkataan, karena kita
banyak dapat dia punya dusta, dan barangkali dia punya kerja jahat pada negeri-negeri
Banjar kembali, jadi bagaimana Kota Waringin. Maka perkara Kapitan Laut Pulau ini sahabat
kita kasih ingat pada Kompeni adanya. Tersurat pada hari Jumat, delapan likur hari bulan
Ramadan, tarikh 1220

Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe (Kalimantan Tenggara)


Kerajaan Pagatan merupakan salah satu daerah leenplichtige
landschappen dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe. Menurut Staatblaad tahun 1898
no. 178, wilayah Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe, dengan ibukota Kota Baru, terdiri
dari daerah-daerahleenplichtige landschappen dan daerah landschap yang langsung
diperintah kepala bumiputeranya :

1. Pasir
2. Pegatan
3. Koensan
4. Tjingal
5. Manoenggoel
6. Bangkalaan
7. Sampanahan
8. Tjangtoeng
9. Batoe Litjin
10. Sabamban dan
11. Poelau Laoet (Pulau Laut)dengan pulau Seboekoe (Pulau Sebuku)
4. Raja yang memerintah :
No. Masa Nama Raja Keterangan
Raja Pagatan I yang diberi gelar Kapitan Laut
1 1755-1800 La Pangewa
Pulo oleh Panembahan Batu

2 1830-1838 La Palebbi Raja Pagatan II

La Paliweng
3 1838-1855 (Arung Abdul Raja Pagatan III
Rahman)
La Matunra
4 1855-1863 Raja Pagatan dan Kusan
(Arung Abdul Karim)
5 1863-1871 La Makkarau
6 1871-1875 Abdul Jabbar Raja Pagatan dan Kusan
Ratu Senggeng
7 1875-1883 Ratu Pagatan dan Kusan
(Daeng Mangkau)[9]
H Andi Tangkung
8 1883-1893 Raja Pagatan dan Kusan
(Petta Ratu)

Andi Sallo
9 1893-1908 Raja Pagatan dan Kusan
(Arung Abdurahman)

 Penggabungan Pagatan dan Kusan (24 November 1850)


Pangeran Djaja Soemitra anak dari pangeran M. Nafis dan menjadi Raja Kusan IV tahun
1840-1850, kemudian ia pindah ke Kampung Malino dan menjadi Raja Pulau Laut I pada
tahun 1850-1861. Sejak itu pemerintahan kerajaan Kusan digabung dengan kerajaan
Pagatan.
5. Peninggalan Kerajaan

1. Makam para raja-raja di Desa Pasar Lama Kelurahan, Kota Pagatan, Kecamatan
Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu.
2. Sisa Bangunan Istana Raja (Soraja) di Kota Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Ka-
bupaten Tanah Bumbu.
3. Beberapa buah stempel Kerajaan Pagatan (tersimpan di Museum Lambung
Mangkurat, Banjarbaru).
4. Catatan sejarah berdirinya Kerajaan Pagatan (Lontara) oleh Kapiten La Mattone
(Menteri Kerajaan Pagatan dan Kusan) di terjemahkan oleh Andi Usman dibantu M.
Jabir Akil, dari bahasa Bugis ke-bahasa Indonesia.

6. Riwayat Keruntuhan

Anda mungkin juga menyukai