BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor, seperti usia, gender dan prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun
perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). (Aru W
Sudoyo et al, 2014)
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
seperti terlihat pada Tabel 2.
2.1.3 Klasifikasi
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
a. Sistitis
Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna. Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering
disebabkan oleh infeksi oleh bakteria. Mikroorganisme penyebab infeksi ini
terutama adalah E.coli, Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang
masuk ke buli-buli terutama melalui uretra. Sistitis akut mudah terjadi jika
pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu pada diabetes mellitus atau trauma lokal
minor seperti pada saat senggama. (Purnomo BB, 2011)
5
Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada pria karena uretra
wanita lebih pendek daripada pria. Disamping itu getah cairan prostat pada pria
mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap infeksi saluran
kemih. Diperkirakan bahwa paling sedikit 10-20% wanita pernah mengalami
serangan sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam satu tahun pernah
mengalami serangan ini. Inflamasi pada buli-buli juga dapat disebabkan oleh
bahan kimia, seperti pada detergent yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam
duduk, deodorant yang disemprotkan pada vulva, atau obat-obatan yang
dimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli (siklofosfamid). (Purnomo
BB, 2011)
b. Sindrom uretra akut (SUA)
Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
SUA disebabkan MO anaerobic. (Purnomo BB, 2011)
c. Prostatitis
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non-bakteri. Untuk menentukan penyebab satu
prostatitis, diambil sample (contoh) urine dan getah kelenjar prostat melaui uji 4
tabung sesuai yang dilalukan Meares. National Institute of Health
mengklasifikasikan prostatitis menjadi:
Prostatitis Bakterial Akut (Kategori I)
Bakteri masuk ke dalam kelenjar prostat diduga melalui beberapa cara, antara
lain:
- Ascending dari uretra
- Refluks urine yang terinfeksi ke dalam duktus protatikus
- Langsung atau secara limfogen dari organ yang berada di sekitarnya (rektum)
yang mengalami infeksi
- Penyebaran secara hematogen
Prostatitis Bakterial Kronis (Kategori II)
Prostatitis antibiotik kronis terjadi karena adanya infeksi saluran kemih yang
sering kambuh. Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah disuri, urgensi,
frekuensi, nyeri perineal, dan kadang-kadang nyeri pada saat ejakulasi atau
6
d. Epididimitis
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididymis. Reaksi
inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Dengan pengobatan yang tepat
penyakit ini dapat sembuh sempurna, tetapi jika tidak ditangani dengan baik dapat
menular ke testis sehingga menimbulkan orkistis, abses pada testis, nyeri kronis
pada skrotum yang berkepanjangan dan infertilitas. (Purnomo BB, 2011)
e. Tuberkulosis Urogenitalia
Traktus urogenitalia adalah tempat yang sering terserang tuberkulosis (TBC).
Infeksi TBC sering mengenai ginjal selama paparan primer terhadap infeksi,
meskipun tidak menunjukkan penampakan klinis. Penyebaran ke ginjal dari fokus
paru, tulang, atau saluran cerna biasanya terjadi secara hematogen. Insiden TBC
ginjal yang diketemukan secara klinis mungkin lebih dari yang sebernarnya,
karena seringkali tidak terdeteksi pada pencitraan, padahal diagnosis didasarkan
pada kultus urine bakteri tahan asam. (Purnomo BB, 2011)
WHO memperkirakan bahwa 1⁄3 penduduk dunia terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis, dan didapatkan 8-10 juta kasus aktif baru setiap
tahun. Saat ini di Negara industry, insidennya setiap tahun menurun. Lebih kurang
95% pasien tuberculosis berada di Negara berkembang dan setiap tahun
insidennya meningkat sejalan dengan meningkatnya insidens infeksi virus HIV.
Tingginya kejadian TBC berhubungan dengan adanya krisis sosio-ekonomi,
kelemahan sistem layanan kesehatan, muncul dan berkembangannya infeksi HIV,
timbulnya resistensi terhadap berbagai obat (multidrug resistant/MDR) TBC, dan
jeleknya control terhadap TBC pada pupolasi yang rentan infeksi.
Penyebaran ke ginjal sangat lambat, dibutuhkan periode laten >20 tahun
setelah terjadi infeksi primer untuk menimbulkan gejala hematuria. Pada pasien
TBC ginjal, terapi meliputi pemberian obat anti TBC atau mungkin diperlukan
pembedahan. Perempuan yang menderita TBC genitalia, biasanya datang dengan
infertilitas, gangguan menstruasi, dan nyeri. Jarang bisa sampai terjadi kehamilan,
namun jika terjadi kehamilan, seringkali mengalami keguguran atau kehamilan
ektopik. Oleh karena tidak ada tanda yang spesifik, diagnosis TBC seringkali sulit
ditegakkan. (Purnomo BB, 2011)
8
bakteri MDRO, dan kelebihan Fe. Kateter dialisis melukai lapisan kulit normal
sehingga membentuk jalan masuk bakteri ke pembuluh darah (Fellicia, 2013).
7. Ulkus diabetes mellitus (Ulkus DM)
Infeksi ada ulkus DM sangat lazim ditemukan, hal ini berhubungan dengan
kontrol level glukosa yang inadekuat. Bakteri gram negatif yang sering ditemukan
adalah Proteus dan bakteri gram positif yang sering ditemukan adalah
Staphylococcus. Penderita diabetes yang mengalami ulkus pada kaki sangat rentan
terhadap infeksi, dan akan menyebar secara cepat sehingga menimbulkan
kerusakan jaringan yang luar biasa. (Fellicia, 2013)
2.1.5. Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan
gram negatif. Infeksi saluran kemih terjadi ketika mikroorganisme masuk ke
dalam saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Bakteri biasanya masuk
kedalam saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung
kemih dan dan dapat berjalan naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang
disebut piolenefritis (National Kidney Foundation, 2012).
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit, perineum, dan
sakitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih dan dapat sampai ke ginjal. (Fitriani, 2013)
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang
sebelumnya telah menginfeksi (Purnomo, 2014). Hampir semua ISK disebabkan
invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada
beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. (Purnomo
BB, 2011)
11
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated) (Purnomo BB, 2011).
1. ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan
hamil merupakan penyakit ringan (self limitied disease) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama.
2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
3. ISK selama kehamilan
ISK selama kehamilan dari umur kehamilan
a. ISK pada diabetes mellitus
12
2.1.9. Manajemen
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotika yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi
urin:
Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan
antibiotika tunggal; seperti ampisilin 3 gram, trimetropin 200 mg.
Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuri) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari.
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekosuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection).
Disertai faktor predisposisi. Terapi antimikroba yang intensif diikuti koreksi
faktor resiko.
13
2.1.10. Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik
bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai
presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria asimtomatik harus rutin dengan
jadwal tertentu untuk pasien perempuan yang sedang hamil, pasien perempuan
penderita DM, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan
kateterisasi laki-laki dan perempuan.
a. Bakteriuria asimtomatik pada kehamilan
Penelitian epidemiologi klinik melaporkan prevalensi bakteriuria asimtomatik
pada kehamilan bervariasi antara 2-10%; dan tergantung dari status sosio-
ekonomi. Bila mikroorganisme lain seperti Ureaplasma urealyticium dan
Gardnella vaginalis berhasil diisolasi, prevalensi bakteriuria asimtomatik
meningkat lebih dari 25%. Tetapi peranan kedua MO tersebut masih belum jelas.
14
2.1.11. Penatalaksanaan
Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri
dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga morbiditasnya
dihindarkan atau dikurangi. Dalam pendekatan pengobatan ISK ini pemilihan
antibiotik penting, untuk mendapatkan hasil yangt optimal dengan Berdasarkan
(Wapadji, Sarwono, Soeparman, 1990) :
1. Jenis ISK, misalnya ISK atas atau bawah, sederhana atau berkomplikasi,
infeksi RS atau luar RS, penyakit penyerta, dsb.
2. Pola resistensi kuman penyebab ISK, oleh karena diperlukan waktu dan terapi
menjelang diagnosis tepat etiologi ISK sesuai hasil biakan.
3. Keadaan fungsi ginjal yang akan menentukan ekskresi efek obat dan
kemungkinan terjadinya akumulasi atau efek samping /toksik obat.
Penyakit-penyakit ISK dengan pengobatannya:
1. Pielonefritis Akut
Terapi ditujukan untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih yang lebih
parah dan memperbaiki kondisi pasien, yaitu berupa terapi suportif dan pemberian
antibiotik. Antibiotika yang dipergunakan pada keadaan ini adalah yang bersifat
bakterisidal, dan berspektrum luas, yang secara farmakologis mampu mengadakan
penetrasi ke jaringan ginjal dan kadanya di dalam urine cukup tinggi. Golongan
obat-obatan itu adalah:
16
anti TBC. Bahkan sudah banyak didapatkan resisten terhadap banyak obat atau
multidrug resistance (MDR), sehingga membutuhkan penatalaksanaan khusus.
Harus diperhatikan pada pasien insufiensi ginjal. Firampisin, isoniazid,
pirazinamid, protionamid, dan etionamid dapat diberikan dengan dosis normal.
Obat tersebut dieliminasi di empedu dan dipecah menjadi metabolit yang tidak
diekskresikan melalui ginjal. Namun streptomisin, golongan aminoglikosida yang
lain, dan etambutol harus diberikan dengan hati-hati karena obat tersebut
semuanya disekresikan melalui ginjal. Pada pasien HIV, terapi anti-retrovirus
berinteraksi negatif dengan rimfapisin. Jika diberikan firabutin sebagai pengganti
rifampisin, lama terapi diperpanjang hingga 9-12 bulan. (Aru W Sudoyo et al,
2014)