Anda di halaman 1dari 14

GANGGUAN

WAHAM MENETAP

DISUSUN OLEH :
NOVI RINDI PUJI ASTUTI
060100013

PEMBIMBING :
Dr. Hj. ELMEIDA EFFENDY, Sp.KJ

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulisan makalah “Gangguan Waham Menetap” ini dapat
diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan klinik
senior Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa di Rumah Sakit Haji Medan.
Di dalam makalah ini dipaparkan informasi mengenai pengertian gangguan
waham menerap sampai bagaimana menangani seseorang yang menderita
gangguan waham menetap tersebut sebagai materi khusus di bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa.
Meskipun dalam pembuatan makalah ini banyak mengalami kesulitan,
namun karena adanya petunjuk, maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Pembimbing yang sudah banyak memberikan masukan.
Akhir kata, apabila penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan,
penulis memohon maaf. Untuk itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan makalah ini.

Medan, Juli 2019

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................... 2


2.1 Definisi Gangguan Waham Menetap...................................... 2
2.2 Epidemiologi Gangguan Waham Menetap.............................. 2
2.3 Etiologi Gangguan Waham Menetap...................................... 3
2.4 Gambaran Klinis Gangguan Waham Menetap........................ 3
2.5 Tipe-Tipe Gangguan Waham Menetap ................................. 4
2.6 Diagnosis Gangguan Waham Menetap................................... 7
2.7 Diagnosis Banding Gangguan Waham Menetap ................... 7
2.8 Penatalaksanaan Gangguan Waham Menetap........................ 8
2.9 Prognosis Gangguan Waham Menetap.................................. 9

BAB III. KESIMPULAN .......................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ............................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik
dimana gejala untama adalah waham. Gangguan waham menetap mungkin timbul
sebagai respon normal terhadap pengalaman abnormal didalam lingkungan atau
sistem saraf pusat.4
Mekanisme pasti dari gangguan waham menetap belum diketahui, namun ada
beberapa teori mengenai hal tersebut, yaitu adanya hubungan dengan faktor
genetik dan biologikal yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter diotak. Angka kejadian gangguan waham menetap hanya
berkisar 0,03% dari seluruh gangguan psikiatrik lainnya. Dimana gangguan ini
lebih sering mengenai perempuan daripada laki-laki, dengan ratio perbandingan
3:1.4 Selain faktor usia dan jenis kelamin, faktor budaya disangkakan
berhubungan dengan terjadinya gangguan ini. Dimana beberapa kebudayaan
beranggapan bahwa adanya waham merupakan bagian dari adat istiadat dan
budaya di suatu daerah. Angka kematian pada penyakit ini adalah sekitar 0,05%
sampai 0,1%.2
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya memiliki fungsi yang baik
didalam keluarganya dan pekerjaannya. Dimana gangguan ini berbeda dengan
skizofrenia yang mungkin memiliki ketidakmampuan dalam menjalankan
fungsinya. Waham yang dimiliki pun berbeda, dimana pada pasien gangguan
waham menetap, wahamnya mungkin tidak dapat dipercaya, namun dapat terjadi
dikehidupan ini.5

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa dan agar mahasiswa lebih memahami
mengenai gangguan waham menetap.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala
yang utama adalah waham.4
2.2 Epidemiologi
Pemeriksaan akurat tentang epidemiologi gangguan waham menetap
dihalangi oleh relatif jarangnya gangguan ini. Selain itu juga karena pasien
dengan gangguan waham menetap jarang mencari gangguan psikiater kecuali bila
dipaksa oleh keluarganya. Walaupun adanya keterbatasan tersebut, literatur
mendukung pendapat bahwa gangguan waham menetap, walaupun merupakan
suatu gangguan yang jarangm namun memang ada dalam populasi dengan angka
yang tidak tetap.4
Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap di Amerika Serikat
berdasarkan DSM-IV-TR adalah sekitar 0,03%, dimana angka ini jauh dibawah
angka kejadian skizofrenia (1%) dan gangguan mood (5%).1,4 Insidensi tahunan
gangguan waham menetap adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 populasi,
yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama pasien psikiatrik. Usia rata-rata
adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya adalah berkisar
antara 18 tahun sampai 90 tahun.4 Namun, studi lain yang dilakukan di Spanyol
pada tahun 2008 berdasarkan rekam medis di suatu rumah sakit, mendapati 370
pasien yang dirawat, didiagnosa dengan gangguan waham menetap, dimana
ditemukan rata-rata usia pesien-pasien adalah 55 tahun. Wanita lebih sering
menderita gangguan waham menetap dengan rasio 3:1.1
2.3 Etiologi
Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum dikathui secara pasti. 4
Terdapat beberapa sangkaan mengenai terjadinya gangguan waham menetap. Data
yang paling mendukung berasal dari keluarga yang melaporkan suatu peningkatan
prevalensi terjadinya gangguan waham menetap (4,8%), dimana gangguan waham
menetap lebih sering terjadi pada seseorang dengan riwayat keluarga menderita
penyakit yang sama atau menderita skizofrenia. Selain itu juga terdapat teori
biologikal yang menghubungkan kejadian gangguan wahan menetap akibat
adanya ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.7,2
2.4 Gambaran Klinis
1. Status Mental
a. Deskripsi Umum
Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa bukti
adanya disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi
pasien mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan.4
b. Mood, Perasaan dan Afek
Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya
pasien dengan waham kejar akan curiga.4
c. Gangguan Persepsi
Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal
tersebut konsisten dengan waham.4
d. Pikiran
Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari
gangguan ini. Waham biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya
adalah dimungkinkan.4

2. Sensorium dan Kognisi


a. Orientasi dan Daya Ingat
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya tidak memiliki
kelainan dalam orientasi, serta daya ingat dan proses kognitif lainnya tidak
terganggu.4
b. Pengendalian Impuls
Klinis harus memeriksa pasien dengan gangguan waham menetap untuk
menentukan ada atau tidak gagasan atau rencana melakukan material
wahamnya dengan bunuh diri, membunuh atau melakukan tindakan
kekerasan. Insidensinya tidak diketahui pada penyakit ini.4

c. Pertimbangan dan Tilikan


Pasien dengan gangguan waham menetap hampir seluruhnya tudak
memiliki tilikan terhadap konsisi mereka dan hampir seluruhnya dibawa
ke rumah sakit oleh keluarga, perusahaan atau polisi.4
d. Kejujuran
Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya dalam
informasinya.4

2.5 Tipe-Tipe
Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu :
a. Tipe Kejar (Persecutory Type)
Tipe ini adalah tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai. 1
Waham kejar mungkin sederhana atau terperinci dan biasanya berupa tema
tunggal atau sejumlah tema yang berhubungan, seperti disekongkoli,
dicurangi, dimata-matai, diikuti, diracuni, difitnah secara kejam, diusik atau
dihalang-halangi dalam menggapai tujuan jangka panjang. Hinaan kecil dapat
menjadi besar dan menjadi pusat sistem waham. Orang dengan waham kejar
seringkali membenci, marah, dan mungkin mereka melakukan kekerasan
terhadap orang ain yang diyakininya akan menyerang dirinya. Yang
membedakannya dengan tipe kejar pada skizofrenia adalah waham pada
gangguan waham menetap umumnya tersistematisasi, koheren dan dapat
dibenarkan secara logika. Seringkali orang dengan waham kejar menolak
untuk mencari bantuan.4 Seseorang dengan gangguan waham tipe ini akan
mudah marah, mudah tersinggung dan terkadang dapat bersikap agresif
bahkan sampai melakukan tindakan pembunuhan.8

b. Tipe Erotomania (Erotomanic Type)


Gangguan waham menetap tipe ini memiliki beberapa nama lain seperti
sindroma De Cleambault atau psychose passionelle.8 Pada tipe erotomanik,
waham inti adalah bahwa pasien dicintai mati-matian oleh seseorang, dimana
orang yang dibanyangkannya biasanya berasal dari strata status yang lebih
tinggi darinya, seperti bintang film atau atasan kerja, atau dapat pula
seseorang yang sudah menikah atau seseorang yang tidak mungkin digapai. 1
Pasien dengan waham erotomanik adalah sumber gangguan bermakna
terhadap masyarakat.4
Onset gejala dapat mendadak dan kemudian menjadi kronis sehingga
seringkali menjadi pusat perhatian utama pada kehidupan seseorang yang
terkena. Usaha untuk berhubungan dengan objek waham, baik melalui
telepon, surat, hadiah, kunujngan bahkan mengawasi sampai mengikuti
adalah sering. Pasien yang terkena biasanya adalah wanita, meskipun didalam
sampel forensik sebagian besar adalah laki-laki. Orang yang terkena
seringkali ditemukan hidup menyendiri, menarik diri dari masyarakat,
memiliki kontak seksual terbatas dan memiliki level sosial rendah atau
pekerjaan yang sederhana. Angka kejadian gangguan waham tipe ini adalah
1-2%.3

c. Tipe Kebesaran (Grandiose Type)


Gangguan waham menetap tipe ini juga disebut megalomania. Bentuk paling
umum dari waham kebesaran adalah keyakinan bahwa dirinya memiliki
wawasan atau bakat yang luar biasa tetapi tidak diketahui, atau membuat
penemuan penting, dimana pasien telah dibawa ke berbagai badan
pemerintahan seperti FBI. Waham yang lebih jarang adalah bahwa penderita
memiliki hubungan khusus dengan seseorang yang terkemuka atau isi waham
religius, dimana penderita menjadi pemimpin sekte religius.4

d. Tipe Cemburu (Jealous Type)


Gangguan waham menetap tipe ini juga dikenal dengan conjugal paranoia
dan sindroma Othello. Waham tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada wanita. Waham ini jarang dijumpai, hanya sekitar kurang dari 0,2%
dari semua pasien psikiatrik. Onsetnya seringkali mendadak dan gejalanya
akan menghilang hanya setelah perpisahan atau kematian pasangannya. 4
Waham cemburu dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang
bermakna terhadap pasangannya dan bahkan dapat menyebabkan
pembunuhan.8

e. Tipe Somatik (Somatic Type)


Waham tipe ini juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal
monosimptomatik. Perbedaan antara hipokondriasis dengan gangguan waham
menetap tipe somatik terletak pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien
tentang anggapan adanya penyakit dalam dirinya. 4 Kesadaran pasien biasanya
baik dan gejala yang ditimbulkannya tidak berhubungan dengan penyakit
umum yang mendasarinya atau penyakit psikiatri lainnya. Waham tipe ini
dapat terjadi secara perlahan-lahan atau tiba-tiba. Pada sebagian pasien,
penyakitnya tidak berulang meskipun derajat keparahan waham ini
berfluktuasi. Kecemasan dan kewaspadaan yang berlebihan adalah
karakteristik dari waham ini.8 Waham yang paling sering diderita adalah
infeksi (misalnya bakteri, virus, parasit), dismorfofobia (misalnya bentuk
yang tidak sesuai pada hidung, payudara), waham tentang bau badan yang
berasal dari kulit, mulut atau vagina, atau waham bahwa bagian tubuh tertentu
seperti usus besar, tidak berfungsi. Dapat terjadi halusinasi taktil yang
behubungan dengan tema waham, misalnya pasien merasa ada merayap
dibawah kulitnya.4

f. Tipe Campuran (Mixed Type)


Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada satu
tema waham yang menonjol.1

g. Unspecified Type)
Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham
diatas. Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras,
yaitu keadaan yang dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota
keluarganya telah di gantikan dengan seorang penipu ulung.1,8

2.6 Diagnosis
Untuk mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan
kriteria berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu4 :
A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam
kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai dari jarak
jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu penyakit)
selama sekurangnya 1 bulan.
B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasein tidak menunjukkan gejala
halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi, gejala negatif seperti afek datar).
Catatan : halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional
jika berhubungan dengan waham.
C : Terleps dari gangguan waham (-waham) atau percabangannya, fungsi adalah
tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau.
D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama
totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham.
E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis
umum.
From American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disodred, 4th Ed. Washington, DC : American Psychiatric Association;
1994, with permission.

2.7 Diagnosis Banding


Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah
skizofrenia tipe paranoid.4 Dimana yang memebedakannya dengan gangguan
waham menetap adalah kualitas waham. Skizofrenia tipe paranoid memiliki
pedoman diagnostik sebagai berikut6 :
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
2. Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol :
 Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing).
 Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang
menonjol.
 Waham dapat berupa hampir semua jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau “passivity”
(delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

2.8 Penatalaksanaan
Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita
gangguan waham menetap, yaitu :
a. Perawatan di Rumah Sakit
Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas
dasar rawat jalan. Tetapi klinis harus mempertimbangkan beberapa hal.
Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis pada diri pasien untuk
menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan
penyakit ini. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya
mengendalikan impuls kekerasan yang mungkin berhubungan dengan
waham. Ketiga, perilaku tentang waham mungkin secara bermakna telah
memperngaruhi kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau
pekerjaannya.4

b. Farmakoterapi
Antipsikotik telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai pengobatan gangguan
waham menetap. Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide(Orap)
mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe somatik. 4 Terapi
kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat antipsikotik
dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan waham
menetap sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosit) yang diberikan,
dimana 50% dilaporkan sembuh dari gejalanya, 90% menunjukkan adanya
perubahan dari klinisnya.1

c. Psikoterapi
Memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai penyakit pasien,
sehingga diharapkan keluarga dapat menerima pasien dan mendukungnya ke
arah penyembuhan. Memberitahukan kepada keluarga untuk tidak
memberikan tekanan emosional kepada pasien, Keluarga juga diharapkan
mampu mengawasi kepatuhan pasien untuk kontrol minum obat, dan
meminta keluarga untuk lebih mendengarkan dan berkomunikasi dengan
pasien.1 Tanda terapi yang berhasil mungkin adalah suatu kepuasan
penyesuaian sosial.4

2.9 Prognosis
Gangguan waham menetap diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup
stabil. Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan waham menetap menjadi
skizofrenia. Kira-kira 50% psien pulih pada follow up jangka panjang, 20%
lainnya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak mengalami
perubahan pada gejalanya.4

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala
yang utama adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap
dianggap sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03%, dimana angka
ini jauh berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan gangguan mood.
Angka munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 per
tahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak pada wanita dari
pada laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1.
Penyebab terjadinya gangguan waham menetap masih belum diketahui.
Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan faktor biologi.
Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium
dan kognisi yang baik.
Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe kejar,
tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran dan
tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu merupakan tipe gangguan
waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak begitu sering,
tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang terjadi.
Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai kriteria
yang diadaptasi dari DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling mendekati
gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid, dimana yang
membedakannya adalah kualitas dari wahamnya.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada panderita gangguan waham
menetap adalah perawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor
psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa
yang bisa dikatakan baik, karena jurang dari 50% penderitanya dapat sembuh
dengan follow up jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chopra, Shivani dan Raheel A. Khan. 2009. Delusional Disorder. Diunduh


dari : www.emedicine.com. Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

2. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text


Revision. 2009. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins.

3. Grover, Sandeep, Nitin Gupta dan Suhendra Kumar Matto. 2005. Delusional
Disorder : An Overview. Diunduh dari : www.gjpsy.uni-goettingen.de.
Dibuka pada tanggal 12 November 2010.

4. Kaplan, Harorld I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. 1997. Gangguan


Delusional. Jakarta : Binapura Aksara.

5. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006.


Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals. Canada :
Wiley-Liss Inc.
6. Maslim, Rusli. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya

7. Lowenstein ,Daniel H dan Brian K. Alldredge . 2005. Mental Health and


Delusional Disorder. Diunduh dari :
www.webmed.com/schizophrenia/delusional-disorder. Dibuka pada tanggal
12 November 2010.

8. Sadock, Benjamin J, Virginia A. Sadock dan Pedro Ruiz. 2009. Kaplan &
Sadock’s : Comprehensive Textbook of Psychiatry Volume 1 Ninth Edition.
Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai