Anda di halaman 1dari 18

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi saluran kemih


2.1.1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangbiaknya mikroorganisme
didalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri,
virus, atau mikroorganisme lain. Tanpa terbukti adanya mikroorganisme, tidak
mungkin diagnosa dapat ditegakkan, karena gejala dan tanda klinis bukan
merupakan hal yang mutlak.2
ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme
(MO) dalam urin. Dalam keadaan normal urin mengandung mikroorganisme,
umumnya sekitar 102 hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi
saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml.3
Bakteriuria yang merupakan dasar diagnosis ISK harus dibuktikan adanya
dengan biakan urin, dan harus dapat disingkirkan adanya kontaminasi. Bakteriuria
bermakna (significant bacteriuria) : Bakteriuria bermakna menunjukkan
pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml)
pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis
ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknya
bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria
bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan presentasi klinis ISK
tanpa bakteriuria bermakna. Banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu pada
pasien dengan presentasi klinis ISK dapat dilihat di Tabel 1. 5

• Pasien telah mendapat terapi anti mikroba


• Terapi diuretika
• Minum Banyak
• Waktu pengambilan sampel tidak tepat
• Peranan bakteriofag

Tabel 1. Faktor Penyebab Negatif Palsu pada Pasien ISK

Piuria bermakna (significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapang pandang.5
4

2.1.2. Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor, seperti usia, gender dan prevalensi bakteriuria,
dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih
termasuk ginjal. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun
perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).5
Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5%
selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi
seperti terlihat pada Tabel 2.5

Tabel 2. Faktor Predisposisi (Pencetus) ISK


•Litiasis
•Obstruksi saluran kemih
•Penyakit ginjal polikistik
•Nekrosis papilar
•Diabetes melitus pasca transplantasi ginjal
•Nefropati analgetik
•Penyakit Sikle-cell
•Senggama
•Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
•Kateterisasi

2.1.3 Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi dua klasifikasi berdasarkan letak
infeksinya, dan cara pembagiannya sebagai berikut :
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Bawah
a. Sistitis
Sistitis adalah presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna. Sistitis akut adalah inflamasi akut pada mukosa buli-buli yang sering
disebabkan oleh infeksi oleh bakteria. Mikroorganisme penyebab infeksi ini
terutama adalah E.coli, Enterococcus, Proteus, dan Staphylococcus aureus yang
masuk ke buli-buli terutama melalui uretra. Sistitis akut mudah terjadi jika
5

pertahanan lokal tubuh menurun, yaitu pada diabetes mellitus atau trauma lokal
minor seperti pada saat senggama.1
Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada pria karena uretra
wanita lebih pendek daripada pria. Disamping itu getah cairan prostat pada pria
mempunyai sifat bakterisidal sehingga relatif tahan terhadap infeksi saluran
kemih. Diperkirakan bahwa paling sedikit 10-20% wanita pernah mengalami
serangan sistitis selama hidupnya dan kurang lebih 5% dalam satu tahun pernah
mengalami serangan ini. Inflamasi pada buli-buli juga dapat disebabkan oleh
bahan kimia, seperti pada detergent yang dicampurkan ke dalam air untuk rendam
duduk, deodorant yang disemprotkan pada vulva, atau obat-obatan yang
dimasukkan intravesika untuk terapi kanker buli-buli (siklofosfamid). 1
b. Sindrom uretra akut (SUA)
Sindrom uretra akut adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis. Penelitian terkini
SUA disebabkan mikroorganisme anaerob.1
c. Prostatitis
Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat
disebabkan oleh bakteri maupun non-bakteri. Untuk menentukan penyebab satu
prostatitis, diambil sample (contoh) urine dan getah kelenjar prostat melaui uji 4
tabung sesuai yang dilakukan Meares. National Institute of Health
mengklasifikasikan prostatitis menjadi1 :
 Prostatitis Bakterial Akut (Kategori I)
Bakteri masuk ke dalam kelenjar prostat diduga melalui beberapa cara, antara
lain:
- Ascending dari uretra
- Refluks urine yang terinfeksi ke dalam duktus protatikus
- Langsung atau secara limfogen dari organ yang berada di sekitarnya
(rektum) yang mengalami infeksi
- Penyebaran secara hematogen
 Prostatitis Bakterial Kronis (Kategori II)
Prostatitis antibiotik kronis terjadi karena adanya infeksi saluran kemih yang
sering kambuh. Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah disuri, urgensi,
6

frekuensi, nyeri perineal, dan kadang-kadang nyeri pada saat ejakulasi atau
hematospermia. Pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba krepitasi yang
merupakan tanda sari suatu kalkulosa prostat. Uji 4 tabung tampak pada EPS dan
VB3 didapatkan kuman yang lebih banyak daripada VB1 dan VB2, disamping itu
pada pemeriksaan mikroskopik pada EPS tampak oval fat body.1
 Prostatitis Non-Bakterial (Kategori III)
Prostatitis non baKterial adalah reaksi inflamasi kelenjar prostat yang belum
diketahui penyebabnya. Sesuai dengan klasifikasi dari NIH, kategori III dibagi
menjadi 2 sub kategori, yaitu sub kategori IIIA dan IIIB. Pada sub kategori IIIA
tidak tampak adanya kelainan pemeriksaan fisis dan pada uji 4 tabung tidak
didapatkan pertumbuhan kuman; hanya saja pada EPS terlihat banyak leukosit dan
bentukan oval fat body. Beberapa penulis menduga bahwa inflamasi ini
disebabkan karena infeksi dari Ureaplasma urealyticum atau Chlamydia
trachomatis sehingga mereka memberikan antibiotika yang sensitive terhadap
kuman itu, antara lain minosiklin, doksisiklin, atau eritromisin selama 2-4
minggu.1
Pada sub kategori IIIB yang dulu dikenal dengan nama prostatodinia terdapat
nyeri pada pelvis yang tidak berhubungan dengan keluhan miksi dan sering terjadi
pada usia 2-45 tahun. Pada uji 4 tabung tidak didapatkan adanya bakteri penyebab
infeksi maupun sel-sel penanda proses inflamasi. Diduga kelainan ini ada
hubungannya dengan faktor stress. Pemerian obat-obatan simtomatik berupa obat
penghambat adrenergik alfa dapat mengurangi keluhan miksi.1
 Prostatitis Inflamasi Asimtomatik (Kategori IV)
Secara klinis pasien tidak menunjukkan adanya keluhan maupun tanda dari
suatu prostatitis. Adanya proses inflamasi pada prostat diketahui dari specimen
yang kemungkinan didapat dari cairan semen pada saat analisis semen dan
jaringan prostat yang didapatkan pada biopsy maupun pada saat operasi prostat.
Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukkan gejala seperti pada kategori ini
tidak memerlukan terapi, tetapi didapatkan sel-sel inflamasi pada analisis semen
seorang pria yang mandul perlu mendapatkan terapi antibiotika.1
7

d. Epididimitis
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididymis. Reaksi
inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Dengan pengobatan yang tepat
penyakit ini dapat sembuh sempurna, tetapi jika tidak ditangani dengan baik dapat
menular ke testis sehingga menimbulkan orkistis, abses pada testis, nyeri kronis
pada skrotum yang berkepanjangan dan infertilitas. 1
e. Tuberkulosis Urogenitalia
Traktus urogenitalia adalah tempat yang sering terserang tuberkulosis (TBC).
Infeksi TBC sering mengenai ginjal selama paparan primer terhadap infeksi,
meskipun tidak menunjukkan penampakan klinis. Penyebaran ke ginjal dari fokus
paru, tulang, atau saluran cerna biasanya terjadi secara hematogen. Insiden TBC
ginjal yang diketemukan secara klinis mungkin lebih dari yang sebernarnya,
karena seringkali tidak terdeteksi pada pencitraan, padahal diagnosis didasarkan
pada kultus urine bakteri tahan asam.1
WHO memperkirakan bahwa 1⁄3 penduduk dunia terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis, dan didapatkan 8-10 juta kasus aktif baru setiap
tahun. Saat ini di Negara industry, insidennya setiap tahun menurun. Lebih kurang
95% pasien tuberculosis berada di Negara berkembang dan setiap tahun
insidennya meningkat sejalan dengan meningkatnya insidens infeksi virus HIV.
Tingginya kejadian TBC berhubungan dengan adanya krisis sosio-ekonomi,
kelemahan sistem layanan kesehatan, muncul dan berkembangannya infeksi HIV,
timbulnya resistensi terhadap berbagai obat (multidrug resistant/MDR) TBC, dan
jeleknya control terhadap TBC pada pupolasi yang rentan infeksi.1
Penyebaran ke ginjal sangat lambat, dibutuhkan periode laten >20 tahun
setelah terjadi infeksi primer untuk menimbulkan gejala hematuria. Pada pasien
TBC ginjal, terapi meliputi pemberian obat anti TBC atau mungkin diperlukan
pembedahan. Perempuan yang menderita TBC genitalia, biasanya datang dengan
infertilitas, gangguan menstruasi, dan nyeri. Jarang bisa sampai terjadi kehamilan,
namun jika terjadi kehamilan, seringkali mengalami keguguran atau kehamilan
ektopik. Oleh karena tidak ada tanda yang spesifik, diagnosis TBC seringkali sulit
ditegakkan.1
8

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas


a. Pielonefritis akut (PNA)
Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Pada umumnya kuman yang menyebabkan infeksi ini berasal dari
saluran kemih bagian bawah yang naik ke ginjal melalui ureter. Kumannya adalah
Escherechia coli, Proteus, Klebsiella spp, dan kokus gram positif, yaitu
Streptococcus faecalis dan enterokokus. Kuman Staphylococcusaureus dapat
menyebabkan pielonefritis melalui penularan secaara hematogen, meskipun hal itu
sekarang jarang dijumpai.1
Sedangkan pada manula (manusia lanjut usia), bakteriuria meningkat 5-10%
pada usia 70 tahun menjadi 20% pada usia 80%. Dikatakan bahwa ISK adalah
penyebab non-obstruksi lebih mudah mengalami episode bakteriemia daripada
wanita muda. 1
b. Pielonefritis Kronis (PNK)
Pielonefritis kronis mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter
dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat
parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria
asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah
menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.1

2.1.4. Faktor Risiko


Faktor risiko adalah hal-hal yang secara jelas mempermudah terjadinya suatu
kejadian. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap timbulnya ISK yaitu4 :
1. Usia
Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula. Bakteriuria
meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi 20% pada usia 80 tahun. Pada
usia tua, seseorang akan mengalami penurunan sistem imun, hal ini akan
memudahkan timbulnya ISK. Wanita yang telah menopause akan mengalami
perubahan lapisan vagina dan penurunan estrogen, hal ini akan mempermudah
timbulnya ISK. Pada usia tua, seseorang mudah terpapar infeksi. Faktor lain yang
9

dapat menyebabkan ISK adalah menderita diabetes lebih dari 20 tahun, retinopati,
neuropati, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah perifer.4
2. Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau instrumentasi urin
lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter, bakteri dapat memasuki vesica
urinaria melalui 4 tempat : the meatus-cathether junction, the cathether-drainage
tubing junction, the drainage tubing-bag junction, dan pintu drainase pada kantung
urin. Pada kateterisasi dengan waktu singkat, bakteri yang paling banyak
ditemukan adalah E. coli. Bakteri lain yang ditemukan adalah P. aeruginosa, K.
pneumonia, Staphylococcus epidermidis, dan enterococcus. Pada kateterisasi
jangka panjang, bakteri yang banyak ditemukan adalah E. coli, bakteri ini
menempel pada uroepitelium.4
3. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional dapat
menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien yang mendapat terapi
antibiotik dalam 90 hari sebelumnya. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
mengurangi jumlah bakteri lactobacillus yang melindungi. Hal ini menimbulkan
jumlah pertumbuhan E. coli yang tinggi di vagina.4
4. Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)
National Nosocomial Infections Surveillance System dilakukan pada pasien
ICU, dari studi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa ISK merupakan infeksi
terbanyak pada pasien kritis di ICU. Disebutkan bahwa penyebabnya adalah
penggunaan antibiotik yang tinggi multipel pada satu pasien sehingga
menimbulkan peningkatan resistensi terhadap antimikroba.4
5. Keganasan hematologi
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut dan neutropenia
mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi. Bakteri yang menyebabkan infeksi
pada pasien neutropenia dan kanker bisa merupakan bakteri gram negatif (E. coli,
P. aeruginosa, Klebsiella) atau bakteri gram positif (S. Aureus dan Enterococcus).
Neutrofil memegang peranan penting sebagai agen pertahanan tubuh manusia
dalam melawan berbagai bakteri, oleh karena itu penurunan jumlah neutrofil yang
ekstrim menyebabkan peningkatan resistensi bakteri.4
10

6. Pasien hemodialisa
Pasien yang menjalani hemodialisa akan lebih rentan terpapar MDRO, maka
meningkatkan risiko terjadinya ISK. Peningkatan kerentanan itu disebabkan oleh
dialisat yang terkontaminasi, transient bakteremia yang disebabkan karena
terdapat akses ke pembuluh darah yang menjadikannya sebagai port d’entree
bakteri MDRO, dan kelebihan Fe. Kateter dialisis melukai lapisan kulit normal
sehingga membentuk jalan masuk bakteri ke pembuluh darah.4
7. Ulkus diabetes mellitus (Ulkus DM)
Infeksi ada ulkus DM sangat lazim ditemukan, hal ini berhubungan dengan
kontrol level glukosa yang inadekuat. Bakteri gram negatif yang sering ditemukan
adalah Proteus dan bakteri gram positif yang sering ditemukan adalah
Staphylococcus. Penderita diabetes yang mengalami ulkus pada kaki sangat rentan
terhadap infeksi, dan akan menyebar secara cepat sehingga menimbulkan
kerusakan jaringan yang luar biasa.4
8. Pada Wanita Hamil
Pada saat wanita dalam masa kehamilan terjadi perubahan anatomi maupun
fisiologi saluran kemih yang disebabkan oleh peningkatan kadar progesterone dan
obstruksi akibat pembesaran uterus. Peristaltik ureter menurun dan terjadi dilatasi
ureter, terutama pada sisi kanan yang terjadi pada kehamilan tua. Wanita hamil
lebih mudah mengalami pielonefritis akut daripada wanita tidak hamil, meskipun
kemungkinan untuk menderita bakteriuria kedua kelompok sama, yaitu ± 3-7 %.
Wanita hamil yang pada saat pemeriksaan urin menunjukkan bakteriuria,
sebanyak 13,5-65% akan mengalami episode pielonefritis. Pemberian terapi
terhadap wanita hamil dengan bakteriuria menurunkan episode pielonefritis
menjadi 0-5,3%.1
9. Peyakit Fournier
Penyakit Fournier adalah bentuk dari fasitis nekrotikan yang terdapat di
sekitar genitalia eksterna pria. Penyakit ini merupakan kedaruratan di bidang
urologi karena mula penyakitnya (onset) berlangsung sangat mendadak, cepat
berkembang, bisa menjadi gangren yang luas, dan menyebabkan septikemia.1
11

10. Urosepsis
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasal dari
saluran urogenitalia. Bakteri lebih mudah masuk ke dalam peredaran darah
terutama jika pasien mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, diantaranya
adalah pasien: diabetes mellitus, usia tua, pasien yang menderita penynakit
keganasan, dan pasien yang menderita gangguan imunitas tubuh yang lain.1

2.1.5. Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril
karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan
dalam
gram negatif. Infeksi saluran kemih terjadi ketika mikroorganisme masuk ke
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih,
uretra dan dua ureter dan ginjal. Bakteri biasanya masuk ke dalam saluran kemih
melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dan dapat
berjalan naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut piolenefritis.5
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit, perineum, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih dan dapat sampai ke ginjal.5
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang
sebelumnya telah menginfeksi.2 Hampir semua ISK disebabkan invasi
mikroorganisme asending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa
pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.1
Secara ascending:
1. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: faktor anatomi
dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek darpada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, faktor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.11
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.11
12

Secara hematogen yaitu sering terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh
rendah atau karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang
sementara mendapatkan pengobatan immunosupresif sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK sering disebabkan karena adanya11:

1. Sisa urine dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem immunitas yang menurun
5. Adanya hambatan pada saluran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalm kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensi yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkanpenurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri. Selanjutnya, akan mengakibatkan gangguan
fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke
seluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yangh menjadi predisposisi ISK
antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disbeut sebgai
hidronefrosis. Penyebab umum obstruksi adalah jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma, dan hipertrofi prostat yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.11

2.1.6. Manifestasi Klinis


Gejala dan tanda ISK tidak selalu lengkap, dan bahkan tidak selalu ada.
Gejala yang lazim ditemukan adalah polakisuria, yang semuanya sering terdapat
bersamaan. Rasa nyeri biasa didapatkan di daerah supra pubik atau pelvis berupa
rasa nyeri atau seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar sewaktu kencing
atau dapat juga diluar waktu kencing. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih
13

tidak dapat menampung air seni lebih dari 500 ml akibat rangsangan mukosa yang
meradang sehingga sering buang air kecil.2
Gejala lain yang didapatkan pada ISK adalah stranguria yaitu kencing yang
susah dan disertai kejang otot pinggang yang sering pada sistitis akut, selain itu
juga didapatkan tenesmus, tenesmus, dan nokturia.2
Gejala yang kurang sering didapatkan pada ISK antara lain enuresis nocturnal
sekunder yaitu ngompol pada dewasa, prostatismus yang bisa disebabkan oleh
hipertrofi prostat. Nyeri uretra atau mulut uretra luar dan kandung kemih yang
dirasakan di daerah suprapubik juga dapat timbul akibat ISK.2

2.1.7. Diagnosis
Diagnosis ISK ditegakkan dengan menemukan bakteriuria. Untuk
mendeteksi akteriuria diperlukan permeriksaan bakteriologik yang secara
konvensional dilakukan dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah kuman
>100.000 cfu/ml urin. Metode biakan ini tidak selalu dapat dilakukan
laboratorium sederhana, karena tidak semua laboratorium mempunyai
kemampuan untuk pembiakan itu, yang biayanya cukup tinggi dan membutuhkan
waktu yang lama. Dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopik pewarnaan
secara Gram, dengan ditemukannya kuman batang Gram-negatif. Namun cara ini
membutuhkan keahlian khusus. Selain itu dapat dilakukan dengan hitung jumlah
leukosit dalam urin untuk membantu diagnosis bakteriuria yang infektif. Bahan
pemeriksaan adalah urin arus-tengah pagi hari, urine diambil sebelum subyek
dijelaskan mengenai cara-cara menampung dan mengirim sampel urin yang
dibutuhkan yaitu12:
1. Sebelum berkemih genitalia eksterna dibersihkan dahulu dengan air sabun
kemudian dibilas dengan air.
2. Air kemih awal dibiarkan terbuang dan yang di tengah-tengah ditampung
sebanyak 20 ml di dalam tempat steril yang telah disediakan. Subyek juga
diminta untuk menjaga agar tempat tamping urin tidak menyentuh paha,
genitalia atau pakaian, dan tidak memegang bagian dalam dari tempat
tamping.
3. Sampel urin setelah diperoleh, dimasukkan ke dalam kantong plastik berisi
potongan-potongan es dan segera dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
14

4.1.8. Pemeriksaan Penunjang


Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskopi urin segar tanpa putar, kultur
urin, serta jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan
diagnosis ISK. Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi
sampel urin harus sesuai dengan protocol yang dianjurkan.1
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin,
harus berdasarkan indikasi klinis yang kuat. Renal imaging procedures untuk
investigasi faktor predisposisi ISK1:
1. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mengungkapkan adanya proses
inflamasi atau infeksi. Didapatkannya leukosiitosis, peningkatan laju endap
darah, atau didapatkannya sel muda pada sediaan hapusan darah menandakan
adanya proses inflamasi akut. Pada keadaan infeksi berat, perlu faal ginjal,
faal hepar, faal hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur
kuman untuk penanganan ISK secara intensif.
2. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin dilakukan untuk memperhatikan hal-hal sebagai berikut1:
a. Kekeruhan, timbul oleh zat-zat yang tidak larut dalam urin seperti Kristal,
butir-butir darah merah dan putih. Urin segar yang jernih bisa berubah
menjadi keruh jika dibiarkan pada suhu kamar, karena urat akan
mengendap pada suhu kamar.
b. Warna, urin biasanya jernih dan berwarna kuning muda akibat pigmen
urokrom. Makin encer warna urin makin pucat makin kental makin kuning
tua. Warna putih bisa disebabkan oleh piuria/pus, Kristal fosfat dan
kiluria. Warna hitam pada blackwater fever, warna merah terutama oleh
hematuria, myoglobin dan hemoglobin, beberapa zat warna, gula bit.
Kecoklatan bila ada darah, bilirubin dan obat-obatan.
c. pH urin, pH urin normal antara 4,5-8. Urin umumnya bersifat asam. Urin
alkali diseabbkan infeksi saluran kemih dengan kuman pemecah urea,
asidosis renal tubular proksimal atau alkalosis.
d. Protein, adanya protein diperiksa dengan tes sulfosalisilat atau tes celup
yang dapat menentukan secara semi kuantitatif jumal protein dalam urin.
15

e. Glukosa, adanya glukosa diperiksa dengan tes Benedict atau tes celup. Tes
celup bersifat ensimetik, sehingga dapat membedakan glukosa dengan zat-
zat lain, yang juga membuat reaksi positif (reduksi) reagensia Benetict.
f. Sel-sel Darah
- Eritrosit, menandakan adanya hematuria, normal terdapat 1-2 per LPB
(Lapangan Pandangan Besar). Bila lebih dari 70% sel-sel eritrosit
mempunyai bentuk yang berbeda-beda (dismorfik) biasanya ada
kelainan glomerular. Bila selsel eritrosit berbentuk sama (isomorfik)
biasanya hematuria bersifat non-glomerular. Bensar dan bentuk
eritrosit terlihat lebih jelas dengan pewarnaan dan pemeriksaan
mikroskop polarisasi.
- Leukosit, leukosituria menandakan adanya proses radang pada saluran
kemih atau sekitarnya. Untuk menghindarkan pengaruh radang sekitar
saluran kemih perlu penampungan urin dikerjakan secara lege artis
terutama pada wanita (seperti pengumpulan urin pada biakan urin).
Bila didapatkan pula adanya bakteri 1 atau lebih per LPB bersama
leukosituria, adanya infeksi saluran kemih sangat mencurigakan.
Dalam hal ini pewarnaan Gram dan Sternheimer sangat membantu.
- Silinder, silinder hialin dan silinder granular tidak menunjukkan
adanya penyakit ginjal, dan disebabkan oleh penyakit lain. Silinder
eritrosit terdapat pada urin segar penderita glomerulonephritis, kadang-
kadang bisa juga oleh glomerulonephritis. Silinder epitel pada
penderita penyakit tubule-interstisial dan nekrosis tubular akut (ATN).
- Kristal, adanya Kristal dalam urin bukan merupakan gambaran adanya
batu saluran kemih keculali bila ditemukan Kristal sistin yang
menggambarkan adanya sistinuria, suatu penyakit yang sangat jarang
ditemui.
3. Ultrasonogram (USG)
USG adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk mengungkapkan adanya
hidronefrosis ,pielonefrosis, ataupun abses pada perirenal/ginjal. Apalagi ada
pasien gagal gijal yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan IVU. Pada pasien
16

gemuk, adanya luka operasi, terpasang pipa drainase, atau pembalut luka pasca
operasi dapat menyulitkan pemeriksaan ini.
4. Voiding Sistouretrografi
Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengungkapkan adanya refluks vesiko-
ureterm buli-buli neurogenic, atau diverticulum uretra pada wanita yang sering
menderita infeksi yang sering kambuh.
5. CT Scan
Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK dari pada
IVU atau USG, tetapi biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan ini relative
mahal.
6. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya batu radio-opak pada
saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal pada pielonefritis
akut. Adanya kekaburan atau hilangnya bayangan garis psoas dan kelainan
dari bayangan bentuk ginjal merupakan petunjuk adanya abses perirenal atau
abses ginjal. Batu kecil atau batu semiopak kadangkala tidak tampak pada foto
ni, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan foto tomografi.
7. IVU (Intraveous Urogram)
IVU adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK
complicated . pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya pielonefritis akut
dan adanya obstruksi saluran kemih tetapi pemeriksaan ini sulit untuk
mendeteksi hidronefrosis, pionofrosis, ataupun abses ginjal pada ginjal yang
fungsinya sangat jelek.
1. Prostatitis
Prostatitis dalam terdiagnosa dengan cara menentukan penyebab suatu
prostatitis dengan cara sampel urin dan getah kelenjar prostat diambil melalui uji
4 tabung sesuai dengan yang dilakukan Meares. Uji 4 tabung tersebut terdiri dari1:
a. Tabung 1, 10cc pertama adalah contoh urin yang dikemihkan pertama
kali (VB1).
b. Tabung 2, urin porsi tengah (VB2) unyuk menilai keadaan mukosa
kandung kemih.
17

c. Tabung 3, getah prostat yang dikeluarkan melalui masase prostat atau


expressed prostatic secretion (EPS) yang dimaksudkan untuk menilai
keadaan kelenjar prostat.
d. Tabung 4, urin yang dikemihkan setelah masase prostat.

Pada pemeriksaan Meares adalah dilakukan pemeriksaan secara


mikroskopik dan dilakukan kultur untuk mencari kuman penyebab infeksi.1

2.1.8. Penatalaksanaan
Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri
dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga morbiditasnya
dihindarkan atau dikurangi. Dalam pendekatan pengobatan ISK ini pemilihan
antibiotik penting, untuk mendapatkan hasil yangt optimal dengan Berdasarkan2 :
1. Jenis ISK, misalnya ISK atas atau bawah, sederhana atau berkomplikasi,
infeksi RS atau luar RS, penyakit penyerta, dsb.
2. Pola resistensi kuman penyebab ISK, oleh karena diperlukan waktu dan terapi
menjelang diagnosis tepat etiologi ISK sesuai hasil biakan.
3. Keadaan fungsi ginjal yang akan menentukan ekskresi efek obat dan
kemungkinan terjadinya akumulasi atau efek samping /toksik obat.

Teknik pengobatan ISK juga dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan
non farmakologis, seperti berikut ini12:

1. Non Farmakologis
a. Banyak minum air putih bila fungsi ginjal baik
b. Hygiene genitalia eksterna
2. Farmakologis
Tabel 3. Obat Parenteral pada ISK Atas 4
Antimikroba Dosis Interval
Sefepim 1 gram 12 jam
Siprofloksasin 400 mg 12 jam
Levofloksasin 500 mg 12 jam
Ofloksasin 400 mg 24 jam
Gentamisin 3-5 mg/kgBB 24 jam
18

(ditambah ampisilin) 1 mg/kgBB 8 jam


Ampisilin 1-2 gram 6 jam
( ditambah gentamisin)
Tikarsilin-klavulanat 3,2 gram 8 jam
Piperasilin-Tazobaktam 3,375 gram 2-8 jam
Imipenem-Silastatin 250-500 mg 6-8 jam

Tabel 4. Antimikroba pada ISK Bawah


Antimikroba Dosis Lama Terapi
Trimeoprim- 2x160/800 mg 3 hari
Sulfametoksazol
Trimetoprim 2x100 mg 3 hari
Siprofloksasin 2x100-250 mg 3 hari
Levofloksasin 2x250 mg 3 hari
Cefixime 1x400 mg 3 hari
Sefpodoksim Proksetil 2x100 mg 3 hari
Nitrofurantoin 4x50 mg 7 hari
Makrosilat
Nitrofurantoin 2x100 mg 7 hari
Moohidrat Makrokristal
Amiksisilin 2x500 mg 7 hari

2.1.7. Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan tipe berkomplikasi (complicated).5
1. ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan perempuan
hamil merupakan penyakit ringan (self limitied disease) dan tidak menyebabkan
akibat lanjut jangka lama.
2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
3. ISK selama kehamilan
19

ISK selama kehamilan dari umur kehamilan


a. ISK pada diabetes mellitus
Penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan ISK lebih sering
ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM.

2.1.10. Pencegahan
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik
bersifat selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai
presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria asimtomatik harus rutin dengan
jadwal tertentu untuk pasien perempuan yang sedang hamil, pasien perempuan
penderita DM, dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki, dan
kateterisasi laki-laki dan perempuan.5
a. Bakteriuria asimtomatik pada kehamilan
Penelitian epidemiologi klinik melaporkan prevalensi bakteriuria asimtomatik
pada kehamilan bervariasi antara 2-10%; dan tergantung dari status sosio-
ekonomi. Bila mikroorganisme lain seperti Ureaplasma urealyticium dan
Gardnella vaginalis berhasil diisolasi, prevalensi bakteriuria asimtomatik
meningkat lebih dari 25%. Tetapi peranan kedua MO tersebut masih belum jelas.
Pada kelompok perempuan tidak hamil ditemukan basiluria asimtomatik dua
kali berturut-turut MO yang sama mempunyai sensitivitas 95% dan spesivitas
95% untuk cenderung mengalami episode presentasi klinik ISK. Pada kelompok
perempuan ini tidak diperlukan terapi antimikroba, cukup irigasi MO dengan
asupan cairan yang banyak.

Setiap perempuan hamil degnan basiluri asimtomatik harus mendapat terapi


antimikroba untuk mencegah presentasi klinis pielonefritis dan komplikasi
kehamilannya.5
b. Bakteriuria Asimtomatik pada Diabetes Melitus
Prevalensi bakteriuri asimtomatik pada perempuan disertai diabetes mellitus
lebih banyak dibandingkan dengan perempuan tanpa diabetes mellitus.
Pathogenesis kepekaan terhadap ISK diantara pasien diabetes mellitus yang tidak
diketahui pasti. Penelitian epidemiologi klinik gagal mencari hubungan antara
prevalensi bakteriurua asimtomatik dengan kualitas pengendalian hiperglikemia
20

(dengan parameter gula darah puasa dan HbA1C dan faal ginjal). Peneliti lain
Balasoiu D menemukan hubungan faktor resiko gangguan faal kandung kemih
(Bladder dysfunction) dengan peningkatan kepekaan terhadap ISK pada diabetes
mellitus. Disfungsi kandung kemih ini diduga akibat disfungsi saraf autonomy
dan gangguan fungsi leukosit PMN (opsonisasi, kemoktasis dan fagositosis).
Tamm-Horsfaal diduga mempengaruhi perubahan bacterial adhesion terhadap sel
epitel yang dapat mencetuskan infeksi saluran kemih (ISK).
Menurut beberapa peneliti basiluri asimtomatik pada diabetes mellitus
merupakan faktor predisposisi pielonefritis akut disertai mikrosis papiler dan
insufiensi renal. Basiluri asimtomatik dengan mikroorganisme pembentukan;
E.coli, Candida spp dan klostridium dapat menyebabkan pielonefritis
emfisematosa disertai syok septik dan vasomotor akut nefropati. Beberapa peneliti
lebih cenderung memberikan terapi antimikroba pada basiluri asimtomatik pada
pasien dengan diabetes mellitus.5
c. Resipien Transplantasi Ginjal
Prevalensi bakteriuria asimtomatik cukup tinggi mencapai 35-79% diantara
resipien pada 3-4 bulan pertama pasca transplantasi ginjal; diduga terkait dengan
indwelling chateter sebagai faktor resiko. Bakteriuria asimtomatik pada resipien
ini merupakan resiko pielonefritis akut (graft infection), septikemia diikuti
penurunan laju filtrasi glomerulus. Bakteriuria simtomatik dengan presentasi
klinis yang muncul 6 bulan pertama (late infection) pasca transplantasi ginjal
dengan presentasi klinik ringan.5
d. ISK Berhubungan dengan Kateter
Pada umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba. Sebagian besar
peneliti tidak menganjurkan antibiotika sebagai pencegahan infeksi saluran kemih
terkait kateter. Negara maju seperti USA menganjurkan penggunaan kateter urin
berselaput campuran perak atau kateter oksida perak untuk mencegah infeksi
saluran kemih terkait kateter.5

Anda mungkin juga menyukai