BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Skenario …………………………………………………………………………... 3
1.2. Terminologi………………………………………………………………………... 3
1.3. Identifikasi Masalah ………………………………………………………………. 4
1.4. Analisa Masalah …………………………………………………………………... 4
1.5. Mapping concept ………………………………………………………………….. 6
1.6. Learning Objective ………………………………………………………………... 6
BAB 2 MENINGITIS
2.1. Defenisi …………………………………………………………………………… 7
2.2. Etiologi ……………………………………………………………………………. 7
2.3. Manifestasi klinik …………………………………………………………………. 8
2.4. Patofisiologi ………………………………………………………………………. 8
2.5. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………………… 9
2.6. Penatalaksanaan …………………………………………………………………… 9
2.7. Terapi Antibiotik ………………………………………………………………….. 10
2.8. Komplikasi ………………………………………………………………………... 10
BAB 3 MENINGISMUS
3.1. Defenisi ………………………………………………………………………….... 12
3.2. Etiologi ……………………………………………………………………………. 12
3.3. Manifestasi klinik …………………………………………………………………. 12
3.4. Patofisiologi ……………………………………………………………………….. 12
3.5. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………………… 13
3.6. Penatalaksanaan …………………………………………………………………… 13
3.7. Komplikasi ………………………………………………………………………… 13
BAB 4 ENCEPHALITIS
4.1. Defenisi ……………………………………………………………………………. 14
4.2. Etiologi ……………………………………………………………………………. 14
4.3. Manifestasi klinik …………………………………………………………………. 14
4.4. Patofisiologi ……………………………………………………………………….. 14
4.5. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………….... 15
4.6. Penatalaksanaan …………………………………………………………………… 15
4.7. Pemberian Antibiotik ……………………………………………………………… 16
4.8.Komplikasi …………………………………………………………………………. 17
1
BAB 5 MENINGOENCEPHALITIS
5.1. Defenisi …………………………………………………………………………... 18
5.2. Etiologi …………………………………………………………………………… 18
5.3. Manifestasi klinik ………………………………………………………………… 18
5.4. Patofisiologi ……………………………………………………………………… 18
5.5. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………….. 19
5.6. Penatalaksanaan ………………………………………………………………….. 19
5.7. Komplikasi ……………………………………………………………………….. 20
BAB 7 EPILEPSI
7.1. Defenisi …………………………………………………………………………… 23
7.2. Etiologi…………………………………………………………………………….. 23
7.3. Manifestasi Klinik ………………………………………………………………… 23
7.4. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………………… 23
7.5. Penatalaksanaan …………………………………………………………………… 23
7.6. Komplikasi ………………………………………………………………………… 24
BAB 8 KESIMPULAN
REFERENSI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter(lapisan
dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak
dan medula spinalis yang superfisial/suatu peradangan selaput otak yang biasanya diikuti pula
oleh peradangan otak/peradangan pada selaput meninges yang menyelubungi otak yang
disebabkan oleh bakteri atau virus.Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan
perubahan yang terjadipada cairan otak yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosaditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai cairan
serebrospinalyang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis
danvirus.
Meningitis purulenta atau meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifatakut dan
menghasilkan eksudat berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakterispesifik maupun virus.
Meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulentayang paling sering terjadi.Penularan
kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dandroplet infection yaitu terkena
percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan cairantenggorok penderita.17 Saluran nafas
merupakan port d’entree utama pada penularanpenyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada
orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk
secara hematogen(melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.
1.1. SKENARIO
Seorang ibu bergegas membawa anaknya, Men, pria, usianya 2 tahun, BB nya 12 kg, TB
nya 90 cm ke sarana kesehatan di desanya (puskesmas). Dia mengeluhkan anaknya sejak senja
anaknya demam dan mengeluh sakit kepala, pukul 5 pagi anaknya Men kejang-kejang, kepada
dokter jaga di puskesmas, ibunya bertanya “sakit apa Dokter, anak saya ini? Sewaktu tidak
kejang anak masih bisa berkata, “sakit kepala ku mak,” Dokter jaga puskesmas, minta izin
kepada ibunya untuk merujuk anaknya ke RS Besar di kota, ibunya bertanya lagi apa sakit anak
saya ini dok? Dokter mengatakan ada kuduknya kaku biasanya karena ada infeksi di selaput
otaknya.
1.2 TERMINOLOGI
• Kaku kuduk: suatu gejala pada infeksi SSP (Sistem Saraf Pusat)dimana reaksi yang
terjadi akibat adanya gangguan pada sistem saraf pusat di daerah leher.
• Infeksi di selaput otak : suatu luka atau radang di bagian otak yaitu di selaput otak
3
1.3. IDENTIFIKASI MASALAH
• Demam,
• Sakit kepala,
• Kejang,
• Kaku kuduk,
● Apa yang menyebabkan anak demam, sakit kepala dan disertai kejang-kejang ?
Jawab:
Demam & Sakit kepala: adanya respon tubuh terhadap infeksi pada selaput otak yang
mengaktifkan pusat panas dan nyeri di hipotalamus.
● Pemeriksaan apa yang dapat dilakukan untuk menegakan diagnosa pada skenario?
4
2. Brudzinsky-1 = Fleksikan leher, sendi paha dan sendi lutut kedua kaki ikut fleksi.
3. Brudzinsky-2
Satu kaki difleksikan dengan sendi paha kaki yang lain akan ikut fleksi juga.
4. Kernig’ Sign
5
1.5. MAPPING CONCEPT
Meningitis
Meningismus
Encephalitis
Meningoencephalitis
kejang-demam
Epilepsi
6
BAB 2
MENINGITIS
2.1. DEFENISI
infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf tulang
belakang. Ketika meradang, meninges membengkak karena infeksi yang terjadi.
2.2. ETIOLOGI
Meningitis tuberkulosa adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua
selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis yang disebabkan oelh kuman
tuberkulosa.
Meningitis virus : tipe meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seperti virus herves
simplek dan herves zoster . Peradangan terjadi pada seluruh korteks cerebri dan lapisan otak.
Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel
yang terlibat.
7
2.3. MANIFESTASI KLINIK
• Nyeri kepala : nyeri kepala yang menjalar ke leher dan punggung leher kaku.
• Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot ekstensor, bila sangat hebat
opistotonus, kesadaran menurun, kernig sign dan brudzsinki sign +
• Demam tinggi
• Sakit kepala
Mual muntah
2.4.PATOFISIOLOGI
Meningitis pada umumnya sebagai akibat dari penyebaran penyakit.di organ atau jaringan tubuh yang
lain, virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai keselaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis,
Tonsilitis, Pneumonia, Bronchopneomonia, dan endokarditis. Penyebab bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada didekat selaput otak, mastoiditis, thrombosis sinus
karvenosus, dan sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur terbuka atau
komplikasi bedah otak. Invasi kuman-kuman kedalam subarachnoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan
arachnoid, CSS (cairan cerebrospinal) dan system ventrikulus.
8
2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.6. PENATALAKSANAAN
Kejang :
Diazepam 0,5 mg/kgbb/ I.V
Bila kejang tidak berhenti diulang setiap 15 menit sekali
Diazepam 0,5 mg/kgbb/ I.V
Dapat diulang dengan
dosis atau cara yang sama
Kejang berhenti Neonatus 30mg
Anak < 1tahun 50mg
Berikan dosis awal
Anak >1tahun 75mg
Fenobarbital
Pengobatan rumatan Anak
Fenobarbital 8-10mg/kgbb
4 jam kemudian dosis : I
dibagi dalam dua dosis
+II
Fenobarbital 45mg/kgbb
Hari berikutnya
dibagi dalam dua dosis
9
2.7. TERAPI ANTIBIOTIK
Seftazidim + ampisilin
2.8. KOMPLIKASI
• Kejang
• Hipoglikemia.
• Hidrosefalus.
• Abses otak.
10
• Jika tidak ada perbaikan: Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi
subdural atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk rujuk ke spesialis bedah atau
saraf
• Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti selulitis pada
daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomielitis.
Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 3–5 hari, ulangi pungsi
lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS
11
BAB 3
MENINGISMUS
3.1. DEFENISI
Suatu ketidakmampuan untuk menggerakkan leher dan adanya tahanan dan dagu
sehingga tidak dapat mencapai dada.
3.2. ETIOLOGI
Maningismus atau kaku kuduk adalah suatu gejala yang disebabkan antara lain :
1. Regangan otot
- Postur tubuh yang yang buruk seperti membungkuk dalam waktu lama dan berulang
• Gejala seperti meningitis, disertai dengan demam akut atau dehidrasi tanpa infeksi
meninges.
3.4. PATOFISIOLOGI
12
hanya medulla spinalis dan menginges yang inflamasi semakin tertarik keatas.Regangan
maksimal terjadi pada struktur paling bawah dari vertebra,seperti nervus femoralis dan nevus
sciatik yang melalui cauda ekuina.Pada pasien dengan inflamasi dan iritasi meninges,peregangan
pada struktur yang mengalami inflamasi memberikan stimulasi pada radiks nervus afferent dan
pada pusat reflex intraspinal.Stimulasi ini mengakibatkan implus tonik pada muskulus aksialis
posterior yang menimbulkan spasme otot inilah yang disebut kaku kuduk. Oleh karena itu
maneuver yang meregangkan elemen neural dan meninges pada canalis spinalis berikan
mekanisme protektif untuk meminimalisir tekanan pada struktur yang terinflamasi. Contoh :
spasme otot servikal menimbulkan kaku kuduk, dan spasme otot-otot lumbal bermanifestasi
sebagai kernig’s sign.
• Pungsi lumbal
• Kultur
• CT-scan
3.6. PENATALAKSANAAN
• Antibiotik
• Analgetik
• Kortikosteroid
3.7. KOMPLIKASI
• Hidrosefalus.
• Abses otak
13
BAB 4
ENCEPHALITIS
4.1. DEFENISI
Proses inflamasi pada parenkim otak yang biasanya merupakan suatu proses akut, dapat juga
menyebabkan disfungsi serebral.
4.2. ETIOLOGI
Disebabkan oleh golongan arbovirus yang dapat mengInfeksi secara langsung pada
parenkim otak, yang masuk melalui jalur hematogen atau neuronal dan juga disebabkan oleh dari
respon system imun.
Lemah
malaise
Demam
sakit kepala
Pusing
mual-muntah
Fotofobia
nyeri ekstermitas
4.4. PATOFISIOLOGI
Virus masuk kedalam tubuh pasien melalui kulit, saluran nafas, dan saluran pencernaan.
setelah masuk kedalam tubuh virus akan menyebar keseluruh tubuh melalui cara :
1.Setempat : virus hanya menginfeksi selaput lendir, permukaan atau organ tertentu
14
2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk kedalam darah kemudian menyebar keberbagai
organ dan berkembang biak pada organ tersebut.
3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang biak di daerah pertama kali ia masuk
(permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.
4. Penyebaran melalui syaraf : virus berkembang biak dipermukaan selaput lendir dan menyebar
melalui sistim syaraf.
b. Glukosa normal
c. Leukosit meningkat
4. CT Scan/ MRI : Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom,
daerah cerebral, hemoragic, atau tumor.
4.6. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan umum
b. Mula – mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup dan jangan
berlebihan.
15
d. Nyeri kepala diatasi dengan analgetika.
• Kompres es
• Paracetamol
• Asam salisilat
• Diazepam
- Dewasa : dosisnya 10 – 20 mg IV
• Manitol
Dosisnya 1 – 1,5 mg/kg BB secara IV dalam 30 – 60 menit dan dapat diulangi 2 kali dengan
jarak 4 jam.
a. Ampisilin
• Umur 1 – 2 bulan : 100 – 200 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.
• Umur > 2 bulan : 300 – 400 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 4 kali pemberian.
b. Gentamisin
c. Kloramfenikol
16
4.8. KOMPLIKASI
1. Retardasi mental
2. Iritabel
3. Gangguan motorik
4. Epilepsi
6. Sulit tidur
7. Halusinasi
8. Enuresis
17
BAB 5
MENINGOENCEPHALITIS
5.1. DEFENISI
5.2. ETIOLOGI
• Demam
• Sakit kepala
• Kekakuan leher
• Vomiting
• Perubahan kesadaran
• Konvulsi
5.4. PATOFISIOLOGI
Mengioencefalitis yang disebabkan oleh bakteri masuk melalui peredaran darah, penyebaran
langsung, komplikasi tembus luka, dan kelainan kardiopulmonal. Penyebaran melalui pembuluh
darah dalam bentuk sepsis atau berasal dari radang fokal dibagian lain didekat otak. Penyebaran
langsung dapat melalui tromboflebilitis, osteomielitis, infeksi telinga bagian tengah, dan sinus
paranasales.
Meningoencefalitis yang disebabkan oleh virus terjadi melalui virus-virus yang melalui parotitis,
morbili, varisela, dll. Masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Virus folio dan
enterovirus melalui mulut, virus herpes simpleks melalui mulut atau mukosa virus-virus yang
lain masuk kedalam tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang(rabies) atau nyamuk.
18
5.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Fungsi lumbal
• Kultur
• Darah lengkap
5.6. PENATALAKSANAAN
2. Treatment:
• Konvulsi/kejang
3. Antibiotik
1. AB diberikan secepat mungkin tanpa menunggu hasil kultur, setelah ada hasil
kultur ganti AB yang sesuai.
19
5.7. KOMPLIKASI
• Edema otak
• Hipertensi intracranial
• Ventrikulitis
• Efusi subdural
• Abses otak
• Hidrosefalus
20
BAB 6
KEJANG DEMAM
6.1. DEFENISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh
dengan cepat hingga >38ᵒc, dan kenaikan suhu tersebut di akibatkan oleh proses ekstrakranial.
6.2. ETIOLOGI
6.3. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1◦C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10 % – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak dibawah 5
tahun, sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron dalam waktu yang tingkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tadi, dari akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang
kejang seorang anak yang menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40◦C atau lebih. Dari kenyataan inilah
dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa
penderita kejang.
21
6.4. GEJALA KLINIS
Kejang infeksi luar susunan saraf pusat (tonsilitis, otitis media akut, bronkitis)
Kejang :
Diazepam 0,5 mg/kgbb/ I.V
Anak
Fenobarbital 8-10mg/kgbb
4 jam kemudian dosis : I
dibagi dalam dua dosis
+II
Fenobarbital 45mg/kgbb
Hari berikutnya
dibagi dalam dua dosis
6.5. KOMPLIKASI
• Retardasi mental
• Kerusakan otak
22
BAB 7
EPILEPSI
7.1. DEFENISI
suatu gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam
serangan berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak,yang
bersifat revesibel dengan berbagai etiologi.
7.2. ETIOLOGI
Infeksi radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak selaputnya,toksoplasmosis
Kejang parsial
Kejang umum
- Elektroensefalografi (EEG)
- Radiologi
7.5. PENATALAKSANAAN
• Medikamentosa :
- Karbamazepin
23
- Fenobarbital
- Asam valproat
7.6. KOMPLIKASI
- Retardasi mental
- Kerusakan otak
24
BAB 8
KESIMPULAN
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,dan
jamur. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.Pasien
meningitis dengan kesadaran menurun cenderung mengalami gangguan asupan gizi, karena
secara otomatis Intrake peroral yang dibutuhkan untuk mendukung therapi hydrasi yang terbatas
untuk mencegah komplikasi oedeem cerebi, menjadi berkurang, selain untuk memenuhi
kebutuhan energi bagi pasien.
25
REFERENSI
- Harsono. (1996). Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
- Syesuhada. Meningoenchepalitis.2010
26