Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif terbanyak ke-dua


yang diderita manusia setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson (PP)
adalah kondisi neurologis yang sering ditemukan, kronis dan progresif. PP adalah
penyakit yang terkait dengan usia (pertengahan atau lanjut), kronis,
neurodegeneratif, progresif dengan lambat dan ditandai klinis oleh adanya tanda
gejala utama yaitu, tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia
(kelambatan gerakan) dengan kekakuan dan postural instability.
Penyakit ini pertama kali dijelaskan oleh James Parkinsons pada tahun 1817.
Penyakit Parkinson dialami 100-180 orang per 100.000, dan 4-20 orang per
100.000 didiagnosa dengan PP setiap tahun. Penyakit Parkinson menyerang 0,5
juta penduduk Amerika dan merupakan penyebab utama kelumpuhan. Prevalensi
Penyakit Parkinson meningkat dengan usia dan kejadiannya lebih banyak pada
laki-laki yaitu 3:2.

Penyebab Penyakit Parkinson belum diketahui, tetapi penyakit sindrom


rigiditas-akinetik lainnya telah diketahui penyebabnya. Seperti trauma serebelar,
inflamasi (ensefalitis), neoplasia (tumor ganglia basalis), infark lakunar multipel,
penggunaan obat-obatan (neuroleptik, antiemetik, amiodaron) dan toksin.

Meskipun Penyakit Parkinson didominasi oleh gangguan gerakan, gangguan


lain juga sering didapatkan termasuk masalah kejiwaan seperti depresi dan
demensia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Defenisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit degeneratif yang melibatkan neuron
dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi
dan menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang
penting dalam sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan
koordinasi gerakan motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya
adalah gejala yang terdiri dari tremor waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia,
postural instability (ketidakseimbangan).
Parkinsonsm adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan postural instability akibat penurunan
kadardopamin dengan berbagai macam sebab.

2.2. Epidemiologi
Onsetnya paling banyak ditemukan pada umur pertengahan ke atas. Rasio
laki-laki perempuan adalah 3:2. Risiko seumur hidup umtuk menderita penyakit
ini adalah 2% pada laki-laki dan 1,3% pada perempuan.
Kejadiannya 16-19 per 100.000 orang per tahun. Insidensi meningkat secara
progresif dengan meningkatnya usia, dan memperngaruhi 1-2% diatas usia 65
tahun dan sampai 4-5% pada umur diatas 85 tahun.
Kejadian Penyakit Parkinson pada orang Afrika-Amerika hanya ¼ dari
kejadian pada orang kulit putih. Di Asia, kejadian Penyakit Parkinson adalah 1/3
sampai ½ dari kejadian orang kulit putih. Penyakit ini sering terjadi di Amerika
Utara, dimana pada sekitar 1% daritahun populasi diatas usia 65 tahun. Pada
negara-negara Eropa statistiknya hampir mirip dengan Amerika Utara.
Jumlah orang yang menderita Penyakit Parkinson diharapkan meningkat dua
kali lipat pada tahun 2030.

2
2.3. Klasifikasi

Pada umumnya diagnosis sindrom parkinson mudah ditegakkan tetapi harus


diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran tentang etiologi,
prognosis, dan pentalaksanaannya.

1. Parkinsonismus primer/ idiopatik paralysis agitans.


Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7-8 kasus Parkinson termasuk jenis ini.
2. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik.
dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain: tuberculosis,
sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced (fenotiazin, reserpin,
tetrabenazin, dan lain-lain), perdarahan serebral petekial pasca trauma
yang berulang-ulanng pada petinju, infark lakuner, tumor serebri,
hipoparatiroid.
3. Sindrom paraparkinson (Parkinson plus)
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran
penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Penyakit Wilson
(degenerasi hepato-lentikularis), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-
drager, degenerasi striatonigral, atrofi palidal (parkinsonismus juvenilis).

2.4. Etilogi
Etiologi Penyakit Parkinson belum diketahui, atau idiopatik. Penyakit
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansia nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-
gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu belum jelas
benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan timbulnya penyakit parkinson
adalah sebagai berikut:
1. Usia : Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling
lazim setelah penyakit Alzheimer, Prevalensinya kira-kira 1% pada umur
50 tahun dan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun.
2. Genetik :Komponen genetik pada penyakit Parkinson telah lama
dibicarakan. Pandangan bahwa genetik terlibat pada beberapa bentuk

3
penyakit Parkinson telah diperkuat, bagaimanapun, dengan penelitian
bahwa kembar monozigot dengan onset penyakit sebelum usia 50 tahun
memiliki pembawa genetik yang sangat tinggi, lebih tinggi dari kembar
dizigot dengan penyakit early-onset.
3. Periode : Fluktuasi jumlah penderita penyakit Parkinson tiap periode
mungkin berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik,
misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan
kerusakan mitokondria.
b. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predisposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia
nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
c. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres oksidatif, salah
satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson.
Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
d. Ras
Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih
dibandingkan kulit hitam.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit Parkinson.
f. Stress dan Depresi
Stress dan depresi dihubungkan dengan penyakit parkinson karena
pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang
memacu stres oksidatif.

4
2.5. Patofisiologi
Perubahan patologik utama pada Penyakit Parkinson meliputi hilangnya
neuron-neuron yang mengandung dopamin pada substansia nigra dan nukleus-
nukleus lainnya.Neuron-neuron lainnya kebanyakan mengandung badan-badan
Lewy bodies (inklusi sitoplasmik eosinofilik kontsentrik dengan halo perifer dan
dense cores).
Hilangnya neuron-neuron yang mengandung dopamin dalam substansia nigra
mengakibatkan dopamin sangat berkurang pada ujung-ujung saraf dari traktus
nigrostriatum.Penurunan dopamin dalam korpus striatum mengacaukan
keseimbangan antara dopamin (penghambat) dan asetilkolin (perangsang), pesan
dari otak yang memerintahkan bagaimana dan kapan tubuh bergerak dikirim lebih
lambat sehingga penderita tidak mampu memulai dan mengontrol gerakan tubuh
dan inilah yang menjadi dasar dari kebanyakan gejala penyakit Parkinson.

2.6. Gambaran Klinis


1. Gejala motorik primer
a. Tremor istirahat : gejala awal, frekuensi sekitar 4-7 gerakan permenit.
Timbul saat istirahat dan biasa reda saat melakukan aktivitas.
b. Bradikinesia : gerakan menjadi lambat dan gerakan menjadi tidak lengkap,
sulit memulai gerakan dan gerakan yang sedang berlangsung bisa berhenti
tiba-tiba.
Wajah topeng : bila bradikinesia dan kekakuan terjadi pada wajah
sehingga ekspresi dan mimic berkurang.
c. Rigiditas : disebabkan karena tonus otot meningkat. Otot biasa mengalami
peregangan ketika bergerak dan relaksasi ketika istirahat.
d. Instabilitas postural : tidak stabil saat berdiri atau gangguan keseimbangan
dan koordinasi. Gejala ini dikombinasikan gejala lain seperti bradikinesia
akan meningkatkan resiko jatuh.

5
2. Gejala motorik sekunder
Tidak semua pasien dengan Parkinson mengalami gejala motorik sekunder.
a. Postur bungkuk, cenderung condong kedepan.
b. Distonia, nyeri saat kontraksi otot, sering terjadi pada pergelangan kaki
dan kaki.
c. Fatique
d. Gangguan ketangkasan motorik halus dan koordinasi motorik : salah satu
yang khas adalah micrographia (tulisan tangan menjadi kecil dan rapat).
e. Gangguan noordinasi motorik kasar
f. Kemiskinan gerakan (penurunan swing arm) : berkurangnya kemampuan
lengan membelok dan berayun
g. Akatisia
h. Masalah bicara : suara menjadi lembut, bicara cadel karena control otot
berkurang.
i. Kesulitan menelan : dapat menyebabkan aspirasi dan pneumonia
j. Drooling : mengeluarkan air liur, biasanya disebabkan oleh kelemahan,
kesulitan menelan, dan postur yang membungkuk.

2.7. Diagnosis
Untuk diagnosis Penyakit Parkinson perlu ditemukan gejala kardinal motorik
yaitu bradikinesia, rigiditas, tremor, dan instabilitas posisi tegak.kriteria diagnosis
PP disarankan oleh Pokdi Movement Disorders PERDOSSI, sebagai berikut :
1. Kriteria klinis :
Terdapat paling sedikit ada 2 dari 3 gejala utama (kardinal) : tremorwaktu
istirahat , rigiditas, akinesia/bradikinesia.
Terdapat paling sedikit ada 3 dari 4 gejala motorik : tremor waktu istirahat,
rigtiditas, akinesia/bradikinesia, instabilitas postur.
2. Kriteria Koller :
Terdapat paling sedikit ada 2 dari 3 jenis gejala utama motorik dan respon
positif terhadap levodopa.
3. Kriteria Hughes :
Possible :terdapat paling sedikit ada 1 dari 3 gejala utama : tremor waktu
isitirahat, rigiditas, akinesia/bradikinesia, danpostural instability

6
Probable : Terdapat paling sedikit ada dua dari 4 gejala motorik : tremor
waktu isitirahat, rigiditas, akinesia/bradikinesia, dan postural instability
Definit : Terdapat 3 Dari 4 gejala : tremor waktu isitirahat, rigiditas,
akinesia/bradikinesia, dan postural instability.

4. Kriteria Gelb dan kawannya :


Memenuhi semua kriteria probable dan pemeriksaan histopatologis yang
positif.
Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya
penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr
(1967) yaitu :
a. Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali
orang terdekat (teman).
b. Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal,
sikap/cara berjalan terganggu
c. Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu
saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
d. Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk
jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri,
tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
e. Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak
mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

2.8. Pemeriksaan Penunjang


1. EEG (Elektroensefalografi) Melalui pemeriksaan EEG, diharapkan akan
didapatkan perlambatan dari gelombang listrik otak yang bersifat
progresif.
2. CT Scan Kepala Melalui pemeriksaan CT Scan kepala, diharapkan akan
didapatkan gambaran terjadinya atropi kortikal difus, dengan sulki
melebar, dan hidrosefalus eks vakuo.

7
1. Penatalaksanaan
Terapi farmakologis : bersifat simpomatis untuk memperbaiki keseimbangan
neurotransmitter asetilkolin dan dopamin.
a. Anti-kolinergik : triheksifenidil HCl 2mg
b. Levodopa yang dikombinasi :
- Benzerazide :(dosis awal ½ tab 3-4 x/hari lalu ditingkatkan tiap
minggu. Dosis pemeliharaan 2 tab 3x/hari).
- C.O.M.T inhibitor (Entacapone 200 mg).
- Carbidopa (Levodopa/carbidopa).
- M.A.O.B inhibitor (Selegiline).
c. Agonis dopamin indikasi jika terapi dengan levodopa tidak berhasil
atau terdapat fenomena on-off (mendadak penderita untuk bebrapa
saat menjadi immobile, gerakan seolah-olah membeku. Mendadak
timbul perubahan dari mobilitas dan imobilitas.
- Bromokriptin (pariodel 2,5 dan 5 mg) adalah agonis yang
langsung menstimulasi reseptor dopamin.
- Apomorphine HCl (0,02 – 0,06 ml).
- Rotigotine transdermal system.
- Pramipexole.
- Ropinorole.
d. Glutamate antagonis (amantadine).
e. Antioksidan.
f. Propanolol.
2. Terapi non farmakologi : fisioterapi

2.9. Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali

8
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani pasien sepanjang hidup.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian.Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasen berbeda-
beda.Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi.Perluasan gejala berkurang,
dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan
terkadang dapat sangat parah.4 Penyakit parkinson sendiri tidak dianggap sebagai
penyakit yang fatal, tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan
hidup pasien penyakit parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang
tidak menderita penyakit parkinson. Pada tahap akhir, penyakit parkinson dapat
menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian.27 Progresifitas gejala pada penyakit parkinson dapat
berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat
lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit
ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan
pasien dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.

9
BAB III
KESIMPULAN

1. Penyakit parkinson disebabkan oleh degenerasi neuron dopaminergik pada


substansia nigra. Penyakit Parkinson ditandai oleh gejala, tremor, rigiditas
saat istirahat, bradikinesia dan hilangnya refleks postural.
2. Penyakit Parkinson yang idiopatik merupakan jenis yang paling sering
dijumpai dan didapatkan pada usia menengah atau lanjut. Sampai saat ini
belum ada terapi untuk Penyakit Parkinson, pengobatan ditujukan hanya
untuk memperbaiki gejala. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan
gejala-gejala Parkinson, sedangkan perjalan penyakit itu belum bisa
dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena Parkinson, maka penyakit ini
akan menemani pasien sepanjang hidup. Tanpa perawatan, gangguan yang
terjadi mengalami progres hingga terjadi total disabilitas, sering disertai
dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat menyebabkan
kematian, terapi Penyakit Parkinson dapat berupa terapi farmakologis dan
non farmakologis.

10

Anda mungkin juga menyukai