XB Tahun 2018
K
Jenis Pajak : PPN
JA
Tahun Pajak : 2011
Pokok Sengketa : bahwa nilai yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah sebagai
berikut:
PA
1. Koreksi Reklasifikasi atas Penyerahan Barang dan Jasa Terutang
PPN sebesar Rp12.730.206.251,00 menjadi Penyerahan Barang dan
Jasa yang tidak terutang PPN sebesar Rp12.730.206.251,00, dan
N
2. Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp8.038.595.182,00;
yang tidak disetujui Pemohon Banding;
LA
Menurut Terbanding : bahwa secara garis besar koreksi terkait dengan penyerahan yang
PPN-nya tidak terutang, maka atas pajak masukan tidak dapat
dikreditkan oleh Pemohon Banding dan sengketa adalah yuridis;
DI
Menurut Pemohon : bahwa atas maka Batubara yang dihasilkan disamping sifatnya telah
Banding mengalami perubahan (yaitu kalorinya menjadi bertambah dan kadar
GA
abunya rendah) juga bentuk dan ukurannya berubah. Dari keterangan
dan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Batubara
adalah Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf
c Undang-Undang PPN Tahun 1983 karena telah mengalami proses
pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf m Undang-
EN
Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah:
- Koreksi Reklasifikasi Ekspor sebesar Rp7.071.048.463,00 dan
TP
K
bahwa berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa
JA
sengketa banding ini merupakan sengketa yuridis berkaitan dengan
penafsiran mengenai ketentuan terkait apakah Batubara yang
dihasilkan oleh Pemohon Banding merupakan Barang Kena Pajak dan
penafsiran mengenai Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana diatur
PA
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan Peraturan
Pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994;
N
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur, berdasarkan
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
LA
yang ditandatangani tanggal 27 Februari 1998 antara Pemohon
Banding dengan Pemerintah Republik Indonesia (dalam hal ini diwakili
oleh Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia);
DI
bahwa Pasal 14 Naskah PKP2B antara lain menyebutkan:
“Peraturan perpajakan Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku bagi PT
Tambang Damai adalah Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
GA
1994 dan peraturan pelaksanaannya.”;
sumbernya;
2. Barang hasil peternakan, perburuan/penangkapan atau penangkaran,
yang diambil langsung dari sumbernya;
3. Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan, yang diambil
K
langsung dari sumbernya;
4. Barang hasil pertambangan, penggalian dan pengeboran, yang
JA
diambil langsung dari sumbernya
5. ....dst.”;
PA
yang akan dihasilkan Pemohon Banding, diketahui hal-hal sebagai
berikut :
N
a. Proses penambangan (mining) setelah memenuhi semua aspek
LA
legalitas lintas sektoral:
DI
Overburden (termasuk dengan metode peledakan apabila
materialnya keras sampai ditemukan lapisan Batubara);
Iii. Setelah lapisan Batubara ditemukan, kemudian Batubara digali
GA
dengan menggunakan Excavator dan dimuat ke dalam Coal Haul
Truck;
Iv. Selanjutnya Batubara diangkut ke Run-of-Mine (ROM) Stockpile
(tempat penimbunan) di pelabuhan;
EN
JA
ditingkatkan, yang diperoleh sebagai hasil penambangan atau
pencucian/ pengolahan setelah dikurangi jumlah yang hilang, dibuang,
yang rusak atau yang dipakai dalam penelitian, pengujian,
penambangan, pencucian/pengolahan dan pengangkutan.”;
PA
bahwa Pasal 1 angka 38 Naskah PKP2B menjelaskan:
“Pencucian/Pengolahan berarti perlakuan terhadap Batubara setelah
ditambang untuk menghasilan Batubara yang dapat dipasarkan atau
peningkatan mutu produksi Batubara lebih lanjut; dan kata "cuci/olah"
N
mempunyai makna yang sama.”;
LA
bahwa berdasarkan ketentuan dalam PKP2B tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Batubara yang dihasilkan oleh Pemohon Banding
bukan lagi Batubara yang langsung diambil dari sumbernya akan tetapi
merupakan Batubara yang telah mengalami proses pengolahan berupa
DI
proses pemecahan, disliming (yaitu proses pemisahan partikel-partikel
yang sangat halus), konsentrasi, dan penyaringan (sizing);
GA
bahwa Angka 1 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 637/PJ.3/1987
tanggal 16 Maret 1987 dinyatakan:
“Batubara merupakan bahan galian tambang yang sebelum dipasarkan
mengalami proses pemecahan, disliming (yaitu proses pemisahan
EN
berubah.
K
bahwa Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia
JA
Nomor KMK-702/KMK.04/1996 tanggal 30 Desember 1996 tentang
Pelaksanaan Teknis Perpajakan atas Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian
Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara menyatakan:
PA
"Atas penyerahan Batubara hasil produksi kontraktor swasta kepada
siapapun terutang Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.";
N
1450/PJ.51/2001 tanggal 18 Desember 2001 disebutkan:
"Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983, batubara
LA
diperlakukan sebagai Barang Kena Pajak yaitu barang berwujud yang
menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang bergerak sebagai
hasil proses pengolahan.”;
DI
bahwa Angka 4 Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-
195/MK.03/2003 tanggal 14 Mei 2003 disebutkan:
"Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
GA
Generasi III antara lain menyebutkan:
- Yang berlaku bagi kontraktor adalah UU PPN 1994 (Batubara adalah
BKP);
- Wajib dikukuhkan sebagai PKP;
EN
K
- Wajib Memungut PPN atas penyerahan Batubara.”;
JA
selanjutnya dalam Angka 8 huruf f Surat Direktur Jenderal Pajak
tersebut disebutkan:
“Kontraktor PKP2B Generasi III, tidak terpengaruh oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 144 tahun 2000 tentang Jenis
PA
Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai”,
karena PKP2B secara jelas menyebutkan bahwa bagi mereka berlaku
UU PPN 1994 (sesuai UU 1994 dan peraturan pelaksanaannya,
batubara adalah BKP);
N
bahwa terdapat beberapa Surat Jawaban atas pertanyaan/permintaan
penegasan yang diajukan oleh Kontraktor PKP2B Generasi III sebagai
LA
berikut:
DI
Maret 2002;
- Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 508/PJ.51/2003 tanggal 11
Juni 2003;
GA
- Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
195/MK.03/2003 tanggal 14 Mei 2003;
S-
K
1988, adalah merupakan Barang Kena Pajak dan kontraktor PKP2B
Generasi III yang menghasilkan Batubara tersebut adalah Pengusaha
JA
Kena Pajak;
PA
bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis berkesimpulan, bahwa
Batubara yang dihasilkan oleh Pemohon Banding merupakan Barang
Kena Pajak yang atas penyerahannya terutang PPN dan atas Ekpor
yang dilakukan oleh Pemohon Banding terutang PPN dengan tarif 0%
N
dan oleh karena itu seluruh Pajak Masukannya dapat dikreditkan
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 9 ayat (8)
LA
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994;
DI
berkaitan dengan penyerahan Batubara dapat dikreditkan atau tidak
dapat dikreditkan, Majelis berpendapat sebagai berikut:
GA
bahwa Pasal 9 UU Nomor 11 Tahun 1994 (UU PPN) terkait
pengkreditan Pajak Masukan mengatur hal-hal sebagai berikut:
ayat (2): Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dapat dikreditkan
dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.”;
EN
Memori Penjelasan:
Pajak Masukan yang telah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada
waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa
TP
ayat (8) : Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara yang
diatur pada ayat (2) bagi pengeluaran untuk :
AR
K
f. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
JA
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5);
g. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
PA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan
pajak;
N
i. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
LA
diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan;
DI
Masukan atas perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha Pemohon Banding;
GA
bahwa sejak Tahun 2012, Pemohon Banding telah berproduksi dan
menghasilkan Batubara dan Pada Masa Pajak September 2014, Produk
Batubara tersebut sebagian diekspor dan sebagian lagi dijual di dalam
Daerah Pabean;
EN
K
Koreksi Pajak Masukan yang tidak dapat dipertahankan Rp 8.038.595.182,00
Pajak Masukan Menurut Majelis Rp 8.038.595.182,00
JA
menimbang : bahwa banding berdasarkan pemeriksaan, tidak terdapat materi
sengketa mengenai tarif pajak;
PA
menimbang : bahwa banding berdasarkan pemeriksaan, tidak terdapat materi
sengketa mengenai kompensasi;
N
mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi
administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
LA
Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang
berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;
DI
Memutuskan : Menyatakan mengabulkan seluruhnya permohonan Banding Pemohon
Banding terhadap Penerbitan Keputusan Terbanding Nomor KEP-
GA
00264/KEB/WPJ.06/2016 tanggal 5 Oktober 2016, tentang keberatan
atas Surat Ketetapan Pajak Nihil Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa Masa Pajak September 2014 Nomor 00012/507/14/029/15 tanggal
28 Juli 2015, atas nama Pemohon Banding sehingga jumlah pajak yang
EN
0,00
6.847.913.170,00
d. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 8.038.595.182,00
AR
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal
21 Februari 2018 oleh Hakim Ketua, dihadiri oleh para Hakim Anggota
K
dan Panitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon Banding, tanpa dihadiri
Terbanding.
JA
PA
N
LA
DI
GA
EN
TP
IA
AR
ET
KR
SE