Anda di halaman 1dari 10

Putusan Nomor : PUT-109369.16/2014/PP/M.

XB Tahun 2018

K
Jenis Pajak : PPN

JA
Tahun Pajak : 2011
Pokok Sengketa : bahwa nilai yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah sebagai
berikut:

PA
1. Koreksi Reklasifikasi atas Penyerahan Barang dan Jasa Terutang
PPN sebesar Rp12.730.206.251,00 menjadi Penyerahan Barang dan
Jasa yang tidak terutang PPN sebesar Rp12.730.206.251,00, dan

N
2. Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp8.038.595.182,00;
yang tidak disetujui Pemohon Banding;

LA
Menurut Terbanding : bahwa secara garis besar koreksi terkait dengan penyerahan yang
PPN-nya tidak terutang, maka atas pajak masukan tidak dapat
dikreditkan oleh Pemohon Banding dan sengketa adalah yuridis;

DI
Menurut Pemohon : bahwa atas maka Batubara yang dihasilkan disamping sifatnya telah
Banding mengalami perubahan (yaitu kalorinya menjadi bertambah dan kadar
GA
abunya rendah) juga bentuk dan ukurannya berubah. Dari keterangan
dan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Batubara
adalah Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf
c Undang-Undang PPN Tahun 1983 karena telah mengalami proses
pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf m Undang-
EN

Undang PPN Tahun 1983;

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah:
- Koreksi Reklasifikasi Ekspor sebesar Rp7.071.048.463,00 dan
TP

Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri sebesar


Rp5.659.157.788,00 sehingga penyerahan barang dan jasa yang tidak
terutang PPN sebesar Rp12.730.206.251,00;
- Koreksi Pajak Masukan sebesar Rp8.038.595.182,00;
IA

bahwa alasan koreksi untuk kedua hal tersebut saling terkait;


AR

bahwa dasar koreksi Terbanding adalah bahwa menurut ketentuan


perundang-undangan atas Penyerahan Batubara oleh Pemohon
Banding merupakan Non BKP yang tidak terutang PPN, sehingga
sebagai konsekuensinya Pajak Masukan terkait Penyerahan Batubara
ET

tidak dapat dikreditkan;

bahwa menurut Pemohon Banding, Batubara yang dihasilkan Pemohon


Banding sudah melalui tahapan proses produksi yaitu diproses lebih
KR

lanjut dengan pencucian/pengolahan untuk menghasilkan Batubara


yang siap dijual. Oleh karena itu sesuai Undang-Undang PPN Tahun
1994, Batubara yang diproduksi dan yang dijual oleh Pemohon Banding
merupakan Barang Kena Pajak (BKP), dengan demikian Pajak
SE

Masukan atas perolehan Batubara (BKP) tersebut dapat dikreditkan


sepanjang memenuhi ketentuan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1994;

K
bahwa berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa

JA
sengketa banding ini merupakan sengketa yuridis berkaitan dengan
penafsiran mengenai ketentuan terkait apakah Batubara yang
dihasilkan oleh Pemohon Banding merupakan Barang Kena Pajak dan
penafsiran mengenai Pengkreditan Pajak Masukan sebagaimana diatur

PA
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 dan Peraturan
Pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994;

bahwa Pemohon Banding merupakan perusahaan yang bergerak dalam


bidang usaha Pertambangan Batubara dengan wilayah kerja terletak di

N
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur, berdasarkan
Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)

LA
yang ditandatangani tanggal 27 Februari 1998 antara Pemohon
Banding dengan Pemerintah Republik Indonesia (dalam hal ini diwakili
oleh Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia);

DI
bahwa Pasal 14 Naskah PKP2B antara lain menyebutkan:
“Peraturan perpajakan Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku bagi PT
Tambang Damai adalah Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
GA
1994 dan peraturan pelaksanaannya.”;

bahwa Terbanding dan Pemohon Banding telah sepakat dan


sependapat bahwa ketentuan perpajakan yang berlaku terkait kegiatan
EN

usaha Pemohon Banding adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun


1994 dan Peraturan Pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
TP

Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, sehingga PKP2B Pemohon
Banding adalah Lex Specialis dan ketentuan PPN dalam PKP2B
bersifat Nailed-Down;
IA

bahwa mengenai apakah Batubara yang dihasilkan oleh Pemohon


Banding merupakan Barang Kena Pajak atau bukan, dapat disampaikan
AR

hal-hal sebagai berikut:

bahwa Pasal 4A Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 berbunyi:


“Jenis Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b dan jenis
ET

jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf e yang tidak


dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.”;
KR

bahwa Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 berbunyi:


“Jenis barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:
1. Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan, yang
dipetik langsung, diambil langsung atau disadap langsung dari
SE

sumbernya;
2. Barang hasil peternakan, perburuan/penangkapan atau penangkaran,
yang diambil langsung dari sumbernya;
3. Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan, yang diambil

K
langsung dari sumbernya;
4. Barang hasil pertambangan, penggalian dan pengeboran, yang

JA
diambil langsung dari sumbernya
5. ....dst.”;

bahwa mengacu kepada PKP2B terkait kegiatan usaha dan barang

PA
yang akan dihasilkan Pemohon Banding, diketahui hal-hal sebagai
berikut :

bahwa Proses Penambangan dan Pengolahan Batubara yang dilakukan


oleh Pemohon Banding diuraikan berikut ini:

N
a. Proses penambangan (mining) setelah memenuhi semua aspek

LA
legalitas lintas sektoral:

i. Awal penambangan dimulai dengan melakukan Land Clearing;


Ii. Kemudian dilakukan Pengupasan Tanah Penutup/Stripping

DI
Overburden (termasuk dengan metode peledakan apabila
materialnya keras sampai ditemukan lapisan Batubara);
Iii. Setelah lapisan Batubara ditemukan, kemudian Batubara digali
GA
dengan menggunakan Excavator dan dimuat ke dalam Coal Haul
Truck;
Iv. Selanjutnya Batubara diangkut ke Run-of-Mine (ROM) Stockpile
(tempat penimbunan) di pelabuhan;
EN

b. Proses pengolahan (coal processing):

i. Batubara yang diambil langsung dari tambang tersebut masih


TP

berupa Batubara Mentah (raw coal) dalam bentuk bongkah-


bongkah (lumpy) yang tidak bisa diterima oleh pasar serta
memerlukan pengolahan lebih lanjut yaitu Crushing (pemecahan),
Sizing (penyaringan/pemisahan ukuran), dan
IA

Disliming/Decontamination (pemisahan kotoran dan partikel non


Batubara ikutan dari tambang) guna mendapatkan kualitas dan
fragmen/ukuran Batubara yang bernilai tambah untuk dapat dijual
AR

kepada Konsumen (Proses pengolahan ini dipertegas oleh Direktur


Pembinaan Pengusahaan Batubara melalui Surat Nomor
1084/30/DBB/2015 tanggal 29 April 2015);
Ii. Selain upaya memenuhi kualitas pasar dan guna menghindari
ET

klaim/complain dari pihak Pembeli akibat Batubara terkontaminasi


oleh material keras (contaminant) dari unsur logam yang berasal
dari peralatan gali maupun instalasi pengolahan, fasilitas loading
conveyor dilengkapi alat Magnetic Separator yang akan
KR

menangkap dan memisahkan Contaminant logam tersebut;


Iii. Batubara yang telah diproses akan ditampung di Sized Coal
Stockpile kemudian dimuat ke dalam Tongkang (barge) melalui
Loading Conveyor selanjutnya langsung dikirim kepada Konsumen
SE

atau Batubara dalam tongkang tersebut dibongkar muat ke kapal


besar (mother vessel) di laut (Muara Jawa/Muara Berau) untuk
dikirim kepada Konsumen;
K
bahwa Pasal 1 angka 31 Naskah PKP2B menjelaskan:
“Produk berarti semua Batubara dan Batubara yang mutunya telah

JA
ditingkatkan, yang diperoleh sebagai hasil penambangan atau
pencucian/ pengolahan setelah dikurangi jumlah yang hilang, dibuang,
yang rusak atau yang dipakai dalam penelitian, pengujian,
penambangan, pencucian/pengolahan dan pengangkutan.”;

PA
bahwa Pasal 1 angka 38 Naskah PKP2B menjelaskan:
“Pencucian/Pengolahan berarti perlakuan terhadap Batubara setelah
ditambang untuk menghasilan Batubara yang dapat dipasarkan atau
peningkatan mutu produksi Batubara lebih lanjut; dan kata "cuci/olah"

N
mempunyai makna yang sama.”;

LA
bahwa berdasarkan ketentuan dalam PKP2B tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Batubara yang dihasilkan oleh Pemohon Banding
bukan lagi Batubara yang langsung diambil dari sumbernya akan tetapi
merupakan Batubara yang telah mengalami proses pengolahan berupa

DI
proses pemecahan, disliming (yaitu proses pemisahan partikel-partikel
yang sangat halus), konsentrasi, dan penyaringan (sizing);
GA
bahwa Angka 1 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 637/PJ.3/1987
tanggal 16 Maret 1987 dinyatakan:
“Batubara merupakan bahan galian tambang yang sebelum dipasarkan
mengalami proses pemecahan, disliming (yaitu proses pemisahan
EN

partikel-partikel yang sangat halus), konsentrasi, dan penyaringan


(sizing)”. Melalui proses tersebut maka Batubara yang dihasilkan
disamping sifatnya telah mengalami perubahan (yaitu kalorinya menjadi
bertambah dan kadar abunya rendah) juga bentuk dan ukurannya
TP

berubah.

bahwa dari keterangan dan penjelasan tersebut dapat diambil


kesimpulan bahwa Batubara adalah Barang Kena Pajak sebagaimana
IA

dimaksud dalam Pasal 1 huruf c Undang-Undang PPN Tahun 1983


karena telah mengalami proses pengolahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 huruf m Undang-Undang PPN Tahun 1983;
AR

bahwa Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-


414/MK.01/1987 tanggal 6 April 1987 dinyatakan bahwa
mengingat Batubara merupakan hasil produksi melalui proses
ET

pengolahan lebih lanjut berupa pemecahan, disliming, konsentrasi, dan


penyaringan bahan galian, maka Batubara merupakan Barang Kena
Pajak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PPN 1983;
KR

bahwa Angka 2 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-


38/PJ.31/1988 tanggal 19 September 1988 tentang Pengenaan
PPN atas Batubara (Seri PPN-128) dinyatakan:
“Sepanjang Batubara yang dihasilkan dengan proses pengolahan yang
SE

diatur dalam Surat Menteri keuangan Nomor S- 414/MK.01/1987


tanggal 6 April 1987, maka Batubara yang dihasilkan adalah merupakan
Barang Kena Pajak (BKP) dan perusahaan pertambangan yang
menghasilkan Batubara tersebut adalah Pengusaha Kena Pajak.”;

K
bahwa Pasal 2 Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Republik Indonesia

JA
Nomor KMK-702/KMK.04/1996 tanggal 30 Desember 1996 tentang
Pelaksanaan Teknis Perpajakan atas Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian
Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara menyatakan:

PA
"Atas penyerahan Batubara hasil produksi kontraktor swasta kepada
siapapun terutang Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.";

bahwa Angka 1 huruf b (1) Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-

N
1450/PJ.51/2001 tanggal 18 Desember 2001 disebutkan:
"Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983, batubara

LA
diperlakukan sebagai Barang Kena Pajak yaitu barang berwujud yang
menurut sifat dan hukumnya dapat berupa barang bergerak sebagai
hasil proses pengolahan.”;

DI
bahwa Angka 4 Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor S-
195/MK.03/2003 tanggal 14 Mei 2003 disebutkan:
"Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
GA
Generasi III antara lain menyebutkan:
- Yang berlaku bagi kontraktor adalah UU PPN 1994 (Batubara adalah
BKP);
- Wajib dikukuhkan sebagai PKP;
EN

- Wajib memungut PPN atas penyerahan Batubara,


- Selanjutnya, dalam angka 5 huruf c Surat Menteri Keuangan tersebut
disebutkan: "apabila kontraktor PKP2B Generasi III melakukan
penyerahan batubara kepada pihak lain, maka Kontraktor wajib
TP

memungut Pajak Pertambahan Nilai.”;

bahwa Angka 4 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-


422/PJ.51/2005 tanggal 18 Mei 2005 menyatakan:
IA

“Sesuai Pasal 3 dan Pasal 7 Angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 50


Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
AR

Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1999, bahwa
Batubara yang dihasilkan melalui proses pengolahan lebih lanjut berupa
ET

pemecahan, disliming, konsentrasi, dan penyaringan dari bahan galian,


tidak termasuk kedalam jenis barang hasil pertambangan yang diambil
langsung dari sumbernya yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai.”;
KR

bahwa Angka 6 Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-


508/PJ.51/2003 tanggal 11 Juni 2003 bagi PKP2B Generasi III antara
lain disebutkan:
SE

- Yang Berlaku Bagi Kontraktor Adalah UU PPN 1994 (Batubara Adalah


BKP);
- Wajib Dikukuhkan Sebagai PKP;

K
- Wajib Memungut PPN atas penyerahan Batubara.”;

JA
selanjutnya dalam Angka 8 huruf f Surat Direktur Jenderal Pajak
tersebut disebutkan:
“Kontraktor PKP2B Generasi III, tidak terpengaruh oleh Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 144 tahun 2000 tentang Jenis

PA
Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai”,
karena PKP2B secara jelas menyebutkan bahwa bagi mereka berlaku
UU PPN 1994 (sesuai UU 1994 dan peraturan pelaksanaannya,
batubara adalah BKP);

N
bahwa terdapat beberapa Surat Jawaban atas pertanyaan/permintaan
penegasan yang diajukan oleh Kontraktor PKP2B Generasi III sebagai

LA
berikut:

- Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 283/PJ.51/2002 tanggal 28

DI
Maret 2002;
- Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 508/PJ.51/2003 tanggal 11
Juni 2003;
GA
- Surat Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
195/MK.03/2003 tanggal 14 Mei 2003;
S-

- Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 896/PJ.51/2004 tanggal 25


Oktober 2004;
EN
- Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 422/PJ.51/2005 tanggal 18
Mei 2005;
- Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S- 1008/PJ.51/2005 tanggal 29
Nopember 2005;
TP

bahwa setelah Majelis mempelajari jawaban atas


pertanyaan/permintaan penegasan Kontraktor PKP2B Generasi III
sebagaimana tersebut diatas, maka Majelis berpendapat:
IA

- bahwa Ketentuan PPN yang berlaku bagi kontraktor PKP2B Generasi


III adalah Undang-Undang PPN Tahun 1994 dan peraturan
AR

pelaksanaannya kecuali diatur secara khusus dalam PKP2B;

- bahwa Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 yang


menetapkan bahwa Batubara adalah bukan Barang Kena Pajak tidak
ET

berlaku bagi kontraktor PKP2B Generasi III. Dengan demikian


kontraktor PKP2B Generasi III diwajibkan memungut PPN 10% atas
Penyerahan Batubara sesuai ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1994;
KR

- bahwa sesuai ketentuan dalam Kontrak Karya antara Pemerintah


Republik Indonesia dengan Kontraktor PKP2B Generasi III, maka
Batubara yang dihasilkan oleh Kontraktor PKP2B Generasi III
SE

sepanjang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut


sebagaimana yang disebutkan dalam Surat Menteri Keuangan Nomor
S- 414/MK.01/1987 tanggal 6 April 1987 jo. Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor SE- 38/PJ.31/1988 tanggal 19 September

K
1988, adalah merupakan Barang Kena Pajak dan kontraktor PKP2B
Generasi III yang menghasilkan Batubara tersebut adalah Pengusaha

JA
Kena Pajak;

- bahwa faktanya Pemohon Banding telah memungut PPN atas


penyerahan Batubara pada Masa Pajak September 2014;

PA
bahwa berdasarkan uraian di atas Majelis berkesimpulan, bahwa
Batubara yang dihasilkan oleh Pemohon Banding merupakan Barang
Kena Pajak yang atas penyerahannya terutang PPN dan atas Ekpor
yang dilakukan oleh Pemohon Banding terutang PPN dengan tarif 0%

N
dan oleh karena itu seluruh Pajak Masukannya dapat dikreditkan
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 9 ayat (8)

LA
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994;

bahwa selanjutnya terkait penafsiran apakah Pajak Masukan yang

DI
berkaitan dengan penyerahan Batubara dapat dikreditkan atau tidak
dapat dikreditkan, Majelis berpendapat sebagai berikut:

GA
bahwa Pasal 9 UU Nomor 11 Tahun 1994 (UU PPN) terkait
pengkreditan Pajak Masukan mengatur hal-hal sebagai berikut:
ayat (2): Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dapat dikreditkan
dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.”;
EN

Memori Penjelasan:

Pajak Masukan yang telah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada
waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa
TP

Kena Pajak dapat dikreditkan denganPajak Keluaran yang dipungut


Pengusaha Kena Pajak pada waktu menyerahkan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak. Pengkreditan Pajak masukan terhadap Pajak
Keluaran tersebut di atas dilakukan dalam Masa Pajak yang sama
IA

ayat (8) : Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara yang
diatur pada ayat (2) bagi pengeluaran untuk :
AR

a. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak


sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
b. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
ET

tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan


usaha;
c. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan,
jeep, station wagon, van, dan kombi;
KR

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau


pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
SE

e. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang


bukti pemungutan pajaknya berupa Faktur Pajak
Sederhana;

K
f. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

JA
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5);
g. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan

PA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6);
h. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan
pajak;

N
i. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang

LA
diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan;

bahwa Pajak Masukan yang dikoreksi Terbanding adalah Pajak

DI
Masukan atas perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha Pemohon Banding;

GA
bahwa sejak Tahun 2012, Pemohon Banding telah berproduksi dan
menghasilkan Batubara dan Pada Masa Pajak September 2014, Produk
Batubara tersebut sebagian diekspor dan sebagian lagi dijual di dalam
Daerah Pabean;
EN

bahwa berdasarkan uraian di atas dan mengacu pada ketentuan Pasal


9 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994, dan mengingat bahwa
menurut Majelis atas Penyerahan Batubara merupakan penyerahan
yang terutang PPN maka seluruh Pajak Masukan yang berhubungan
TP

dengan kegiatan usaha Pemohon Banding dapat dikreditkan dengan


Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama;

menimbang : Pasal 78 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan


IA

Pajak yang berbunyi:


“Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan hasil penilaian
pembuktian, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan
AR

perpajakan yang bersangkutan, serta berdasarkan keyakinan Hakim”;

menimbang : berdasarkan pertimbangan sebagaimana telah diuraikan di atas, Majelis


berpendapat bahwa koreksi Terbanding atas Pajak Masukan untuk Masa
ET

Pajak September 2014 sebesar Rp8.038.595.182,00 tidak dapat


dipertahankan;
KR

menimbang : bahwa oleh karena Pemohon Banding dapat membuktikan alasan


bandingnya, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa
Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002
tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan seluruhnya banding
SE

Pemohon Banding sehingga perhitungan Pajak Pertambahan Nilai


Masa Mei 2014 menurut Majelis menjadi sebagai berikut :
Pajak Masukan Menurut Terbanding Rp 0,00

K
Koreksi Pajak Masukan yang tidak dapat dipertahankan Rp 8.038.595.182,00
Pajak Masukan Menurut Majelis Rp 8.038.595.182,00

JA
menimbang : bahwa banding berdasarkan pemeriksaan, tidak terdapat materi
sengketa mengenai tarif pajak;

PA
menimbang : bahwa banding berdasarkan pemeriksaan, tidak terdapat materi
sengketa mengenai kompensasi;

menimbang : bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa

N
mengenai Sanksi Administrasi, kecuali bahwa besarnya sanksi
administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;

LA
Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan
ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang
berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini;

DI
Memutuskan : Menyatakan mengabulkan seluruhnya permohonan Banding Pemohon
Banding terhadap Penerbitan Keputusan Terbanding Nomor KEP-
GA
00264/KEB/WPJ.06/2016 tanggal 5 Oktober 2016, tentang keberatan
atas Surat Ketetapan Pajak Nihil Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa Masa Pajak September 2014 Nomor 00012/507/14/029/15 tanggal
28 Juli 2015, atas nama Pemohon Banding sehingga jumlah pajak yang
EN

masih harus dibayar dihitung kembali menjadi sebagai berikut :

Uraian Jumlah (Rp)


a. Penyerahan PPN atas ekspor 7.071.048.463,00
TP

b. Penyerahan PPN yang harus dipungut sendiri 5.659.157.788,00


Jumlah Seluruh Penyerahan 12.730.206.251,00
c. PPN Yang harus dipungut/dibayar sendiri 565.915.779,00
IA

0,00
6.847.913.170,00
d. Pajak Masukan yang dapat diperhitungkan 8.038.595.182,00
AR

e. Jumlah PPN yang masih harus/(lebih) dibayar (7.472.679.403,00)

Demikian diputus di Jakarta pada hari Rabu tanggal tanggal 22


November 2017 berdasarkan musyawarah Majelis XB Pengadilan
ET

Pajak, setelah persidangan dicukupkan pada hari Rabu tanggal 22


November 2017, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti
sebagai berikut:
KR

Drs. Firman Siregar, M.A. sebagai Hakim Ketua,


Drs. Haryono, A.k. sebagai Hakim Anggota,
Murni Djunita Manalu, S.E., Ak., M.M. sebagai Hakim Anggota,
Mustakin, S.H., M.M. sebagai Panitera Pengganti,
SE

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal
21 Februari 2018 oleh Hakim Ketua, dihadiri oleh para Hakim Anggota

K
dan Panitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon Banding, tanpa dihadiri
Terbanding.

JA
PA
N
LA
DI
GA
EN
TP
IA
AR
ET
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai