Anda di halaman 1dari 160

LAPORAN PRAKTIKUM

“ANATOMI TUMBUHAN”

Sebagai tugas individu mata kuliah Praktikum Anatomi Tumbuhan


Dosen pengampu : Ibu Khalida Ulfa, M.Pd.

NAMA : DEVI ARISKA


NIM : 1730207063
KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI 2

ASISTEN PRAKTIKUM :
1. Cindy Anggraini
2. Destiana
3. Fuja Tri Wulandari
4. Mega Silvia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
buku panduan praktikum Anatomi Tumbuhan ini dapat disusun tepat waktu. Buku ini
berisi tentang teori dan konsep dasar Anatomi Tumbuhan secara umum yang berfungsi
melaksanakan praktikum Anatomi Tumbuhan di laboratorium.
Penulisan buku panduan praktikum ini dimaksudkan untuk memberikan arahan
bagi mahasiswa dan juga para pembimbing dalam membuat proposal dan laporan tugas
dengan benar dan seragam. Buku panduan praktikum Anatomi Tumbuhan ini secara
berkala akan direvisi sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan kondisi perkembangan.
Penyusunan buku panduan ini membutuhkan waktu dan pemikiran yang mendalam,
oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak akan sangat bermanfaat guna
penyempurnaan dimasa mendatang.
Apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dan penyempurnaan buku ini.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat.

Palembang, April 2019


Penyusun
PETUNJUK KEGIATAN

Agar Anda memperoleh hasil yang maksimal dalam mempelajari pedoman


praktikum ini, ikuti tipe tunjuk pembelajaran dibawah ini!

1. Pelajari terlebih dahulu dengan cermat landasan teori dari hal-hal yang akan
dipraktikkan;
2. Sebelum melakukan percobaan, bacalah berkali-kali langkah kerja dari setiap
kegiatan percobaan sampai Anda memahami bentuk langkah- langkah apa saja
yang harus Anda lakukan;
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebelum Anda melakukan kegiatan
praktikum;
4. Catat dan gambar hasil kegiatan praktikum pada lembar kerja yang telah tersedia;
5. Lakukan semua kegiatan dengan saksama, teliti, dan hati-hati; dan
6. Buatlah laporan kegiatan praktikum dengan baik, benar, dan ditulis.
PRAKTIKUM I

A. Judul Praktikum : Sel Tumbuhan


B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai sel;
2. Mengetahui bentuk sel tumbuhan baik bagian akar, batang, daun, buah dan
biji;
3. Mendekskripsikan bentuk sel yang diamati;
4. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
5. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Hampir semua sel sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang. Tidak ada sel yang diketahui hingga mikroskop pertama ditemukan
diakhir abad 16. Mikroskop pertama yang ditemukan masih sangat sederhana,
dimana Hans dan Zacharias Janssen menemukan objek yang tampak lebih besar
saat dilihat dari kumpulan lensa. Komponen mikroskop pertama yang ditemukan
pada tahun 1590 dibuat dengan dua lensa yang ditempatkan didalam sebuah
tabung. Dengan mikroskop sederhana yang dikembangkan dengan
menambahkan lensa lainnya oleh Robert Hooke, sel ditemukan saat Hooke
melakukan pembesaran pada potongan tipis jaringan pohon dan melihat adanya
kompartemen kecil yang sebenarnya adalah dinding sel tumbuhan mati (Starr,
Taggart, Evers, &Starr, 2012).
Dalam ilmu biologi, terdapat cabang ilmu biologi sel yang
mempelajari tentang sel. Sel sendiri adalah kesatuan struktural dan
fungsional makhluk hidup dimana keberadaannya sangat berpengaruh tentang
kepribadian dan tingkah laku dari masing-masing makhluk hidup. Adapun teori-
teori yang berkembang mengenai sel yakni teori Robert Hooke (1665), Hanstein
(1880), Felix Durjadin (1835), Johanes Purkinje (1787-1869), Matthias
Schleiden dan Theodore Schwann (1838), Robbert Brown (1831), Max Shultze
(1825-1874), dan Rudolf Virchow (1858) (Andriyani, Triana, & Juliarti, 2015).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Pinset

4. Cawan petri

5. Objek glass
6. Cover glass

7. Pisau/silet

8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Umbi wortel (Daucus
carota)

2. Bayam hijau
(Amaranthus gangeticus)

3. Batang Mawar (Rosa L)

4. Bawang Merah (Allium


cepa)

5. Nanas Kerang (Rhoeo


discolor)
6. Gabus

7. Aquadest

8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sel

Sumber : Wikipedia.com

Umbi Wortel (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Sumber : Wikipedia.com

Umbi Wortel (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Umbi Wortel


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carota
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sel

Bayam Hijau (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Sumber : www.google.com

Bayam Hijau (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)
Klasifikasi : Bayam Hijau
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Caryophyllales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus gangeticus
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sel

Bawang Merah (Melintang)


Perbesaran 4x10 Sumber : Lolix, 2019
Sumber : (Ariska, 2019)

Bawang Merah (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Bawang Merah


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Asparagales
Family : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

sel

Batang Mawar (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

sel

Sumber : Aprillia, 2019

Batang Mawar (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)
Klasifikasi : Batang Mawar
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa L
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

sel

Sumber : www.google.com

Nanas Kerang (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

sel

Sumber : www.google.com

Nanas Kerang (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Nanas Kerang


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Commenlinales
Family : Commenlinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum tentang
sel tumbuhan didapatkan hasil bahwa sel merupakan struktural terkecil dan
fungsional dari suatu makhluk hidup yang secara independen mampu melakukan
metabolisme, reproduksi dan kegiatan kehidupan lainnya yang menunjang
kelangsungan hidup sel itu sendiri. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel tersebut
masih menunjukkan ciri-ciri kehidupan antara lain melakukan aktifitas
metabolisme, mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya, peka
terhadap rangsang, dan ciri hidup lainnya.
Pada praktikum ini menggunakan bahan umbi wortel (Daucus carota),
bayam hijau (Amaranthus gangeticus), batang mawar (Rosa L), bawang merah
(Allium cepa) dan nanas kerang (Rhoeo discolor). Pada pengamatan pertama
yang dilakukan pada sayatan melintang umbi wortel (Daucus carota) dengan
perbesaran 4x10 terdapat dinding sel yang membatasi sel yang satu dengan yang
lainnya, karoten, dan sitoplasma. Diantara dinding sel ini terdapat ruang antar
sel. Pada sel ini terdapat kromoplas. Kromoplas biasanya berasal dari kloroplas.
Diferensiasi kloroplas menjadi kromoplas bergantung pada sintesis dan
penempatan pigmen karotenoid yang ada pada akar wortel. Adapun bentuk
kromoplas ini bervariasi, ada yang berbentuk batang dan ada juga yang
berbentuk bulat dan berwarna orange. Pada preparat irisan akar wortel yang
kami buat, ditemukan kromoplas berwarna orange yang terdapat di sela-sela sel
(Nugroho, 2008).

Sel

Sumber : (Junira, 2019)


Hal ini sesuai dengan (Hidayat, 1995) yang menyatakan bahwa warna
orange pada kromoplas disebabkan oleh kandungan karotinoidnya. Kromoplas
sendiri biasnya berasal dari kloroplas, tetapi juga dapat berasal dari proplastida.
Diferensiasi kloroplas menjadi kromoplas bergantung pada sintsis dan
penempatan pigmen karotinoid yang ada pada akar wortel. Perkembangan
pigmen itu juga berkaitan dengan modifikasi (perombakan) tilakoid. Dalam
proses ini, globula lipid bertambah banyak dan berkumpul menjadi kristaloid
karoten pada akar wortel (Hidayat, 1995).
Pada pratikum dengan menggunakan irisan batang bayam irisan
melintang batang bayam (Amaranthus gangeticus) pada perbesaran 4x10, maka
dapat diamati adanya kristal-kristal pasir yang jumlahnya banyak dan berwarna
putih kecoklatan. Pada sel tersebut, terdapat inti sel yang berada ditengah,
sitoplasma, ruang antar sel, dan dinding sel. Bentuk sel pada daun bayam yaitu
tidak beraturan. Pada sel ini terlihat bahwa terdapat ruang antar sel yang
berungsi sebagai tempat pertukaran gas. Hasil pengamatan ini sesuai dengan
Kartasapoetra (1991) yang menyatakan bahwa kristal ini terdapat dalam sel
berbagai tumbuhan. Biasanya terdapat dalam sel korteks, akan tetapi terkadang
juga dapat ditemukan pada sel-sel parenkim floem dan parenkim xilem. Kristal-
kristal ini terdapat dalam vakuola sel atau plasma selnya. Kristal-kristal itu
memiliki berbagai bentuk, salah satunya adalah kristal dengan bentuk butiran
kecil, kristal ini biasanya disebut kristal pasir, banyak ditemukan dalam sel-sel
daun serta tangkai daun bayam (Nugroho,2008).

Sel

Sumber : www.google.com
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap irisan umbi pada bawang merah
(Allium cepa) dengan perbesaran 4×10 terlihat dinding sel, sitoplasma, plastida
dan inti sel. Sel bawang merah memang tampak sangat sederhana, namun
sebenarnya sel bawang merah sangatlah kompleks. Dinding sel bawang merah
dan sel-sel tumbuhan yang lain, sangatlah rapat. Tersusun dari lapisan lipid
(lemak) dan lipoprotein yang sangat teratur. Adapun bentuk selnya adalah
segilima. Sel pada umbi lapis bawang merah adalah sel hidup karena memiliki
bagian sitoplasma yang merupakan komponen sitoplasmik yang bersifat air.
Pada sel tersebut terlihat warna ungu yang mengandung antosianin dan membuat
sel tersebut berbentuk poligon. Sitoplasma tampak jelas ketika diamati karena
berbentuk butiran-butiran halus. Selain itu juga memiliki inti sel, anak inti dan
dinding sel, pada sitoplasma terlihat adanya inti sel (Hidayat, 1995).

Jaringan Pengangkut

Sel
Sumber : (Ariska, 2019)
Pengamatan selanjutnya pada irisan membujur (Rhoeo discolor) dibawah
mikroskop pada perbesaran 4x10 diperoleh sel Rhoeo discolor bentuknya segi
enam, jarak antar dinding sel sangat rapat dan menyatu satu sama lain. Sel
Rhoeo discolor memiliki pigmen warna, mempunyai bentuk yang tetap atau
tidak berubah-ubah. Lamella atau rongga yang terletak di dekat dinding sel,
nampak jelas terlihat, rongga tersebut tersusun rapat mengikuti alur dari dinding
sel Rhoeo discolor. Sedangkan bagian kloroplas yang membentuk spiral
berwarna hijau hanya terlihat pada permukaan daun. Rhoeo discolor memiliki
bentuk segi enam, jarak antara dinding sel sangat rapat, serta sel satu dan yang
lainnya dipisahkan oleh pembatas (lamella) dan memiliki pigmen berwarna ungu
(Farhan, 2002).
Sel

Sumber : www.google.com
Pengamatan selanjutnya pada irisan membujur (Rosa sp) dibawah
mikroskop pada perbesaran 4x10 diperoleh sel trakea atau yang disebut dengan
pembuluh kayu yang terdiri dari deretan sel yang tersusun memanjang dan
bersambung pada ujung dan pangkalnya, yang mengandung warna cokelat
(lignifikasi). Terdapat sel trakea yang dilihat dari irisan membujur radial melalui
beras pembuluh dapat diketahui bahwa unsur-unsur trakea dinding sekundernta
erbeda-beda dalam bentuk maupun strukturnya. Trakea memiliki ciri khusus
yaitu berlubang pada ujung dinding, tetapi kadang-kadang lubang dibentuk pada
sisi dinding (Kartasapoetra, 1991).

Sel

Sumber : (Aprillia, 2019)


H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang sel pada tumbuhan
dapat di ambil kesimpulan bahwa sel merupakan unit terkecil dalam organ
penyusun makhluk hidup, bentuk sel pada pengamatan kali ini ditemukan sel
bentuknya segi enam, batang, bulat, kubus, silindris dan pipih. Pada umbi wortel
dan bayam hijau ditemukan sel berbentuk bulat, pada batang mawar berbentuk
batang, pada bawang merah berbentuk kubus dan pada nanas kerang berbentuk
segi enam.

I. Daftar Pustaka
Farhan. 2002. Anatomi Tumbuhan Edisi ketiga. Yogyakarta : UGM Press
Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
PRAKTIKUM II

A. Judul Praktikum : Dinding Sel Tumbuhan


B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai dinding sel;
2. Mengetahui bentuk dinding sel tumbuhan;
3. Mengamati dan Mendekskripsikan zat yang terdapat di dinding sel yang
diamati;
4. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
5. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Suatu sel pada tumbuhan memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan sel pada hewan. Salah satu karakteristik pembeda sel tumbuhan
adalah adanya dinding sel pada struktur penyusun sel nya. Dinding sel itu sendiri
merupakan suatu lapisan yang tersusun atas senyawa selulosa, zat pektin,
hemiselulosa, dan glikoprotein. Dinding sel pada sel tumbuhan memiliki peran
sebagai pelindung organel-organel sel yang ada didalamnya dan untuk
mempertahankan bentuk sel pada sel tumbuhan.
Menurut Hidayat (1995), adanya dinding membedakan sel tumbuhan dari
sel hewan. Dinding sel telah banyak diteliti karena kepentingannya dari segi
biologi maupun komersial. Informasi itu ditunjang oleh penelitian dari
segikimia, biokimia, fisika, dan morfologi. Suatu dinding sel dihasilkan dari
protoplas ke arah luar. Senyawa yang terutama terdapat didalam dinding sel
adalah selulosa. Dan senyawa lainnya meliputi hemiselulosa, pektin, protein,
serta zat seperti lignin (zat kayu), dan suberin (zat gabus). Lapisan-lapisan
tersebut meliputi dinding primer, dinding sekunder, dan dinding tersier.
Namun ada pula bagian pada dinding sel yang tidak mengalami
penebalan, yakni noktah. Noktah itu sendiri dapat diartikan sebagai tempat
berhubungannya sitoplasma suatu sel dengan sitoplasma sel yang ada di samping
sel tersebut. Suatu noktah pada sel, senantiasa berpasangan karena melibatkan
bagian dinding antara dua sel yang berdampingan. Kedua noktah yang
berpasangan itu dapat disebut sebagai pasangan noktah. Dan setiap bagian dari
pasangan itu memiliki ruang noktah, dan selaput yang memisahkannya yang
disebut sebagai selaput noktah (Hidayat, 1995).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Pinset
4. Cawan petri

5. Objek glass

6. Cover glass

7. Pisau/silet

8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Daun Begonia (Begonia
sp.)

2. Daun Suji (Pleomele


angustifolia)

3. Beringin Putih (Ficus


benjamina)

4. Lidah Buaya (Aloe vera)


5. Gabus

6. Aquadest

7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Dinding Sel

Sumber : www.goole.com

Daun Begonia (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Dinding Sel

Sumber : www.google.com

Daun Begonia (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Klasifikasi : Daun Begonia


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Cucurbitales
Family : Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia sp.
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Dinding sel

Sumber : Slamet, 2019

Daun Suji (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Dinding sel

Sumber : Slamet, 2019

Daun Suji (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Daun Suji


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Asparagales
Family : Asparagaceae
Genus : Pleomele
Spesies : Ploemele angustifolia
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Wikipedia.com

Beringin Putih (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Sumber : Wikipedia.com

Beringin Putih (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Beringin Putih


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus benjamina
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Dinding sel

Sumber : Wikipedia.com

Lidah Buaya (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Dinding sel

Sumber : Wikipedia.com

Lidah Buaya (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Lidah Buaya


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Asparagales
Family : Xanthorrhoeaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum tentang
dinding sel tumbuhan didapatkan hasil bahwa dinding sel merupakan suatu
bentuk perluasan matriks ekstraseluler khusus yang mengelilingi setiap sel
tumbuhan. Dinding sel mempertautkan sel-sel yang berdekatan sehingga
membentuk tumbuhan utuh, struktur sel pada dinding sel yang paling menyolok
dilihat dari bawah mikroskop. Adanya dinding sel yang nyata merupakan
perbedaan pokok antara sel tumbuhan dengan sel hewan karena pada sel hewan
tidak dijumpai adanya dinding sel, akan tetapi sama-sama memiliki membran
plasma atau lapisan terluar sitoplasma yang berbeda dengan dinding sel. Pada
tumbuhan dinding sel mempunyai fungsi dalam mempertahankan opensial air
dan mekanisme pengangkutan air mineral pada tumbuhan.
Dalam mengamati dinding sel pada tumbuhan, melalui praktikum ini
akan diamati pada daun begonia (Begonia sp), daun suji (Pleomele angustifolia),
beringin putih (Picus benjamina) dan lidah buaya (Aloe vera L). Pada praktikum
yang telah dilakukan terhadap irisan melintang lidah buaya (Aloe vera L) dengan
perbesaran 4x10 terdapat dinding sel primer yang tipis. Sel ini diduga kuat
memiliki fungsi untuk menyokong berdirinya tumbuhan, juga merupakan dasar
bagi semua struktur dan fungsi tumbuhan dan dinding selnya jarang
mengandung lignin. Dinding-dinding selnya sangat terlihat lebar dikarenakan
hampir seluruh bagian tubuhnya dialih fungsikan untuk menyimpan cadangan
air (Nugroho, 2008).
Dinding Sel

Sumber : (Trisnawati, 2019)

Hal ini sesuai dengan (Fahn, 1995) yang menyatakan bahwa dinding sel
berfungsi sebagai penyokong mekanis organ tumbuhan, khususnya pada dinding
tebal. Dinding sel tersebut tumbuh disebelah luar protoplas. Berdasarkan
perkembangan dan struktur jaringan pada tumbuhan terdiri dalam tiga lapisa
pokok diantaranya yaitu lamella tengah, dinding primer dan dinding sekunder.
Selain itu juga pengamatan mengenai lidah buaya (Aloe vera L) terdapat plastida
yang berupa kloroplas berwarna hijau karena pigmen yang dominan yaitu
klorofil, bentuknya lensa yang terdapat dalam sel pada jaringan-jaringan yang
letaknya dekat batas luar atau tepi. Plastida berperan penting dalam proses
fotosintesis dan pembawa enzim-enzim pembentukan protein (Pratiwi, 2007).
Pengamatan kedua yang telah dilakukan terhadap daun begonia
(Begonia sp) sebagai golongan dari tanaman herba. pada irisan melintang
dengan perbesaran 4x10 terdapat maka terlihat Ca oksalat yang sama seperti
dengan kristal pasir, berbentuk piramida kecil. kristal kalsium oksalat
umumnya terdapat pada sel korteks dan sel parenkim floem dan parenkim
xilem yang merupakan hasil akhir atau sekresi dari suatu pertukaran zat yang
terjadi di dalam sitoplasma. Kristal kalsium oksalat terbentuk ketika asam
oksalat yang bersifat racun bagi tumbuhan dimetabolisme dengan ion kalsium
sehingga terjadi pengendapan. Endapan-endapan ini kemudian membentuk
kristal yang selanjutnya disebut kristal kalsium oksalat. Sifat kristal kalsium
oksalat, apabila ditambahkan asam cuka dan sedikit dipanaskan, maka akan
terbentuk gelembung-gelembung gas karbondioksida (Mulyani, 2006).
Dinding Sel
lDinding Sel
Ca-Oksalat
l

Sumber : (Aprillia,2019)
Pada praktikum yang telah dilakukan terhadap irisan daun suji (Pleomele
angustifolia) dengan perbesaran 4x10 pada sel tersebut terdapat bintik-bintik
hijau dipinggir sel sebagai kloroplas. Bagian tubuh penyusun Plomele
agustifolia yang diamati pada bagian daunnya. Sel-sel yang terlihat pada
mikroskop memiliki ruang yang lebih kecil, dan berbentuk bulat sampai lonjong,
dan diketahui bahwa didalam daun suji terdapat kroloplas. Kroloplas adalah
plastid yang berwarna hijau yang berperan dalam proses fotosentesis
(Ridhawati,2009).

Dinding Sel

Sumber : www.google.com
Pada pengamatan yang dilakukan menggunakan irisan beringin putih
(Picus benjamina) dengan perbesaran 4x10, pada sel tersebut terdapat epidermis
dari selapis sel. Dinding selnya mengalami penebalan tidak merata yang
menghadap keluar dan umumnya lebih tebal. Dinding sel tersebut terdiri dari
lignin tetapi lebih dominan terdiri dari kutin. Penebalan kutin ini membentuk
suatu lapisan kutikula yang ketebalannya tergantung pada habitatnya.
Hal tersebut sesuai dengan Kartasapoetra (1991) yang menyatakan bahwa
terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah melekat pada
dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan pertama.
Dengan cara pelekatan tersebut maka dinding sel akan akan tampak berlapis-
lapis seperti lamela-lamela penebalan. Cara ini menjadikan ruang sel menjadi
lebih sempit.

3
Keterangan :
1. Dinding Sel 4
2. Dinding Sel Sekunder
3. Noktah S
4. Saluran Noktah

Sumber : www.google.com
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang dinding sel dapat di
ambil kesimpulan bahwa dinding sel merupakan struktur terluar dari sel, dapat
diketahui macam bentuk dinding sel yakni dinding sel primer, dinding sel
sekunder dan lamela tengah. Pada praktikum ini ditemukan bebrapa sayatan
yang berwarna seperti pada irisan lidah buaya yang mengandung lignin dan
klorofil sehingga berwarna hijau, pada daun suji diemukan kroloplas yang
merupakan plastid yang berwarna hijau yang berperan dalam proses
fotosentesis.
I. Daftar Pustaka
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Ridhawati. 2009. Biologi Umum. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
Pratiwi, D.A.,dkk.2007.Biologi Jilid 2. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
PRAKTIKUM III

A. Judul Praktikum : Jaringan Meristem

B. Tujuan praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan meristem;
2. Mengamati dan Mendekskripsikan zat yang terdapat di jaringan meristem
yang diamati;
3. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
4. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang tubuhnya tersusun
atas banyak sel. Sel-sel pada tubuh tumbuhan tersebut akan membentuk
pengelompokan di tempat tertentu dan terbentuklah adanya jaringan. Jaringan itu
sendiri dapat diartikan sebagai sekelompok sel yang memiliki struktur dan
fungsi yang sama dan terikat oleh bahan antar sel yang membentuk suatu satu
kesatuan. Suatu jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam bila pembagiannya didasarkan pada tahap
perkembangannya, yakni jaringan meristem dan jaringan dewasa.
Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel-sel melakukan
pembelahan diri. Namun, dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan lebih
lanjut, pembelahan sel menjadi terbatas dibagian khusus dari tumbuhan.
Jaringan ini tetap jadi bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan
embrionik ini disebut meristem. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula
berlangsung pada jaringan selain meristem, seperti pada jaringan korteks batang,
tetapi jumlah pembelahannya sangat terbatas (Nugroho, Purnomo, & Sumardi,
2006).
Jaringan meristem adalah suatu jaringan yang sel penyusunnya bersifat
embrional, artinya mampu terus-menerus melakukan pembelahan diri untuk
menambah jumlah sel tubuhnya. Sel-sel pada jaringan meristem biasanya
merupakan sel-sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi.
Berdasarkan letaknya pada tubuh tumbuhan, jaringan meristem diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yakni meristem apikal yang terdapat di ujung batang dan
ujung akar, meristem interkalar yang terdapat diantara jaringan dewasa
(misalnya dipangkal ruas batang rumput), dan meristem lateral yang terdapat
pada kambium pembuluh dan kambium gabus.
Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem.
Meristem apikal, berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel
bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini, yang disebut
sebagai pertumbuhan primer. Selain itu ada pula pertumbuhan sekunder, yaitu
adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk
sebelumnya oleh pertumbuhan primer (Campbell, Reece, & Mitchell, 2003).

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Pinset
4. Cawan petri

5. Objek glass

6. Cover glass

7. Pisau/silet

8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum)

2. Sri Rejeki (Aglaonema


sp.)

3. Bawang Merah (Allium


cepa)

4. Kecambah Kacang Hijau


(Vigna radiata)
5. Tunas Pisang (Musa
paradisiaca)

6. Gabus

7. Aquadest

8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : www.google.com

Rumput Gajah (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Sumber : www.google.com

Rumput Gajah (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Rumput Gajah


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : (Rosa, 2019)

Sri Rejeki (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Sri Rejeki (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Sumber: (Lipa, 2019)

Klasifikasi : Sri Rejeki


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Aglaonema
Spesies : Aglaonema sp.

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Bawang Merah (Melintang)


Perbesaran 4x10 Sumber: ( Slamet, 2019)
Sumber : (Aprillia, 2019)

Bawang Merah (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Sumber: (Lipa, 2019)

Klasifikasi : Bawang Merah


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Asparagales
Family : Amaryllidaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : www.google.com

Kecambah Kacang Hijau (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Sumber : www.google.com
Kecambah Kacang Hijau (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Kecambah Kacang Hijau


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Junira, 2019

Tunas Pisang (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Tunas Pisang (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)
Sumber : Slamet, 2019

Tunas Pisang (Membujur)


Perbesaran 10x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Tunas Pisang


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Musales
Family : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca
G. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum jaringan meristem yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa jaringan meristem merupakan salah satu
jaringan pada tumbuhan yang terdiri dari sel-sel bersifat embrional atau aktif
membelah, jaringan ini menjadi titik pokok proses pertumbuhan pada tumbuhan.
Jaringan meristem biasa terdapat dibagian ujung (apikal) seperti ujung akar
batang daun dan juga terdapat dibagian interkalar dan lateral karena jaringan
meristem merupakan jaringan yang penyusunnya bersifat embrional yang
berfungsi sebagai penyokong tinggi dan besar tumbuhan. Jarinagn meristem
terbagi atas jaringan meristem apikal (ujung) adalah jaringan yang berada pada
ujung – ujung seperti ujung akar, batang dan daun. Jaringan meristem interkalar
terletak diantara jaringan dewasa misalnya jaringan pada pangkal ruas batang
dan daun atau pangkal tangkai ranting. Dan terakhir jaringan meristem lateral
atau juga disebut meristem samping dimana jaringan ini terletak sejajar dengan
permukaan organ contohnya kambium dan kambium gabus.
Praktikum yang dilakukan pada sayatan penampang melintang dan
membujur yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dalam
mengamati jaringan meristem pada tumbuhan digunakan bahan tumbuhan
diantaranya Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Sri Rejeki (Aglaonema
sp), Bawang Merah (Allium cepa), Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata) dan
Tunas Pisang (Musa paradisiaca). Pada pengamatan yang dilakukan
menggunakan sayatan rumput gajah (Pannisetum purpureum) yang diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 terdapat susunan anatomi daun
Pannisetum purpureum terdiri atas epidermis yang berada pada bagian luar atas
dan bawah yang mengapit jaringan yang berada diantaranya.
Hal ini sesuai (Campbell, 2003) yang menyatakan bahwa jaringan dasar
pada daun diapit oleh epidermis bagian atas dan epidermis bagian bawah pada
daerah yang disebut mesofil. Jaringan epidermis berfungsi melindungi jaringan
yang berada dibawahnya hal ini dikarena bahwa epidermis daun memiliki
struktur yang padat dan diperkuat oleh kutikula. Dinding selnya sering kali tebal
atau banyak mengandung silika dan memberikan sokongan pada helaian daun.
Jaringan lain penyusun struktur daun di bawah epidermis adalah jaringan
mesofil yang mengisi bagian dalam daun. Jaringan mesofil ini berfungsi sebagai
jaringan penyokong. Jaringan mesofil pada daun dibedakan menjadi jaringan
palisade yang bedara di bawah lapisan epidermis atas dan bawah, memiliki
struktur yang lebih rapat. Kemudian di bawah lapisan palisade ter dapat jaringan
spongy yang berupa ruangan-ruangan yang lebih jarang. jaringan mesofil
terletak di atara kedua lapis epidemis, terdiferensiasi menjadi jaringan spon
parenkim dan palisade.

Jaringan Meristem

Sumber : Vlavia, 2019


Pada pengamatan yang kedua yaitu sayatan daun sri rezeki (Aglaonema
sp) diamati dibawah mikroskop perbesaran 4x10 dengan arah melintang dan
membujur terlihat dan terdapat epidermis, stomata, mesofil, berkas pembuluh
yaitu xilem dan floem dan jaringan parenkim. Pada pengamatan yang
selanjutnya pada bawang merah diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
4x10 dengan arah melintang dan membujur terlihat sel epidermis bawang merah
yang sudah kami teliti mempunyai bentuk yang rapi kotak kotak, meskipun tidak
kotak sempurna. Ini dikarenakan bawang merah adalah tumbuhan, karena sel
tumbuhan memiliki dinding sel di luar membrannya. Sehingga terlihat rapi saat
kita melihat melalui mikroskop. Apabila melihat warna dari sel epidermis
bawang merah, sel tersebut berwarna keungu-unguan karena mengandung
kloroplas meski tak selalu mengandung klorofil dan terlihat juga dinding sel,
nukleus,membran sel,sitoplasma (Mulyani, 2006).

Jaringan Meristem

Sumber : Lolix, 2019


Pada pengamatan selanjutnya yaitu kecambah kacang hijau pengamatan
dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dan dengan arah sayatan
membujur dan melintang didapatkan hasil bahwa terdapat jaringa meristem pada
tumbuhan tersebut dimana meristem tersebut selalu mengalami pembelahan agar
tumbuhan tersebut mengalami pertumbuhan (Pratiwi, 2007)

Jaringan Meristem

Sumber : Slamet, 2019


Pada pengamatan terakhir yaitu sayatan tunas pisang, pengamatan
dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dan dengan arah sayatan
membujur dan melintang didapatkan hasil atau ditemukan jaringan meristem
yaitu pertumbuhan sekunder yang adanya aktivitas penebalan secara progresif
pada tunas dari tumbuhan tersebut yang terbentuk sebelumnya oleh
pertumbuhan primer (Yatim, 1996).

Jaringan Meristem

Sumber : Lolix,2019
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan meristem
dapat di ambil kesimpulan bahwa jaringan meristem adalah suatu jaringan yang
sel penyusunnya bersifat embrional. Paada praktikum ini terdapat zat yang
terdapat pada jaringan meristem seperti pada sayatan penampang melintang dan
membujur yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dalam
mengamati jaringan meristem pada tumbuhan digunakan bahan tumbuhan
diantaranya Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Sri Rejeki (Aglaonema
sp), Bawang Merah (Allium cepa), Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata) dan
Tunas Pisang (Musa paradisiaca).
I. Daftar Pustaka
Cambpell. 2003. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Pratiwi, D.A.,dkk.2007. Biologi Jilid 2. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama.
Yatim, Widan. 1996. Bilogi. Bandung : Tarsito.
PRAKTIKUM IV

A. Judul Praktikum : Jaringan Dasar

B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan dasar;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori
Suatu jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam bila pembagiannya didasarkan pada tahap
perkembangannya, yakni jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan
meristerm adalah jaringan yang bersifat embrional, artinya mampu terus-
menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. Sedangkan jaringan
dewasa adalah jaringan yang terbentuk dari diferensiasi dan spesialisasi sel-sel
hasil pembelahan jaringan meristem. Jaringan dewasa ini umunya tidak lagi
mengalami pertumbuhan. Jaringan dewasa meliputi jaringan epidermis, jaringan
parenkim, jaringan penyokong (kolenkim dan sklerenkim), serta jaringan
pengangkut (xilem dan floem).
Dan pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan yang
terfokus mengenai jaringan dewasa, khususnya jaringan parenkim pada
tumbuhan. Jaringan parenkim itu sendiri merupakan suatu jaringan yang
umumnya disebut sebagai jaringan dasar karena menjadi tempat bagi jaringan-
jaringan yang lain. Selain sebagai jaringan dasar, parenkim juga berfungsi
sebagai jaringan penghasil dan penyimpan cadangan makanan.
Jaringan ini tersusun atas sel-sel hidup dengan bentuk dan fisiologi yang
sama. Sel-sel penyusun jaringan parenkim ini umumnya tersusun tidak rapat,
sehingga terdapat ruang diantara sel yang satu dengan sel lainnya. Parenkim
merupakan jaringan dengan sel-sel yang membentuk jaringan sinambung
dalam korteks akar, batang, dan mesofil daun. Selain itu, parenkim juga terdapat
sebagai jari-jari empulur. Sel parenkim adalah sel hidup yang mampu tumbuh
dan membelah. Fungsinya antara lain dalam fotosintesis, penyimpanan bahan,
dan penyembuhan luka (Hidayat, 1995).

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Pinset

4. Cawan petri
5. Objek glass

6. Cover glass

7. Pisau/silet
8. Kertas label

2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Lidah Buaya (Aloe vera)

2. Daun Jagung (Zae mays)

3. Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes)
4. Kangkung (Ipomoea
aquatica)

5. Teratai (Nymphaea
pubescens)

6. Gabus

7. Aquadest
8. Methilen Blue

E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.

F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Sumber : www,google.com

Lidah Buaya (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Sumber : www,google.com

Lidah Buaya (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Lidah Buaya


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Asparagales
Family : Xanthorrhoeaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

\
Sumber : Wikipedia.com

Daun Jagung (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Sumber : Wikipedia.com

Daun Jagung (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Daun Jagung


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : (Yatim, 1996)

Eceng Gondok (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Sumber : Pratiwi, 2007

Eceng Gondok (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Klasifikasi : Eceng Gondok


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Commenlinales
Family : Pontederiaceae
Genus : Eichhornia
Spesies : Eichhornia crassipes

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Trisnawati, 2019

Kangkung (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Sumber : Trisnawati,2019

Kangkung (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Kangkung
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : www.google.com

Teratai (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Sumber : www.google.com
Teratai (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Klasifikasi : Teratai
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Nymphaeales
Family : Nymphaeaceae
Genus : Nymphaea
Spesies : Nymphaea pubescens

G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai jaringan dasar didapatkan hasil
bahwa jaringan parenkim atau jaringan dasar merupakan jaringan pengisi antar
jaringan pada tubuh tumbuhan. Jaringan ini termasuk jaringan yang bersifat
merismatis sehingga mampu membentuk jaringan – jaringan lain. Sel – sel
parenkim memiliki bentuk cenderung bulat dengan dinding sel tipis dan kaya
akan protoplasma. Karakteristik yang mirip dengan jaringan meristem ini
membuat jaringan parenkim yang merupakan jaringan dewasa besifat
merismatik dan mampu membuat jaringan lain.
Pada praktikum ini pengamatan untuk mengamati jaringan parenkim
menggunakan bahan Lidah Buaya (Aloe vera L), daun Jagung (Zea mays),
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Kangkung (Ipomoea aquatica) dan
Teratai (Nymphaea pubescens) menggunakan perbesaran 4×10. Pada
pengamatan irisan eceng gondok (Eichhornia crassipes) diketahui bahwa
struktur anatomis batang eceng gondok terdiri dari beberapa jaringan penyusun
organnya. Jaringan penyusun tersebut berupa jaringan epidermis, jaringan dasar
(parenkim), dan jaringan pengangkut (xilem dan floem). Jaringan parenkim yang
nampak pada penampang melintang batang eceng gondok didominasi oleh
jaringan aerenkim. Jaringan aerenkim merupakan jaringan parenkim yang ruang
antar selnya besar, sel- sel penyusunnya bulat, dan banyak rongga udara diantara
sel-sel penyusunnya. Jaringan aerenkim pada batang eceng gondok ini nampak
seperti spons yang berongga yang berfungsi sebagai tempat masuknya udara dan
sebagai alat untuk penguapan air (Yatim, 1996).
Parenkim

Sumber : ( Martha,2019)
Menurut Kertassapoetra (1991), parenkim udara adalah parenkim yang
ruang antar selnyabesar, sel-sel penyusunnya bulat atau seperti bintang. Karena
eceng gondok merupakan jenis tumbuhan hidrofit (tumbuhan yang hidup/
habitatnya di air),maka sel tubuhnya berdiferensiasi untuk memperoleh
cadangan udara melalui jaringan parenkim udara (aerenkim). Tidak seperti
tumbuhan lain yangmemperoleh gas yang dibutuhkan untuk fotosintesis dari
stomata pada daun baik di bagian atas maupun bawah daun. Serta dilengkapi
akar yang dapat mengikation-ion hasil hidrolisis gas-gas tertentu melalui pori
udara di tanah.
Pada pengamatan irisan batang kangkung tersusun atas sel aerinkim atau
parenkim aerob. Jaringan parenkim tersusun rapat, berbentuk tidak beraturan,
dan mengandung kloroplas yang jumlahnya lebih dari satu. Batang tumbuhan air
berisi suatu sistem ruang antar sel yang meluas sehingga melalui ruang tersebut
terjadi difusi gas secara bebas batang kangkung berwarna hijau sehingga
mengandung kloroplas. Hal ini membuktikan bahwa batang kangkung juga
melakukan fotosintesis. Pada batang kangkung empulurnya mengalami
perombakan(tidak terdapat empulur) sehingga bagian tengahnya berlubang dan
dibatasi oleh ruas (buku), hal ini mendukung fungsinya sebagai tumbuhan air
yang memiliki kemampuan untuk mengapung (Pratiwi,2007).
Parenkim

Sumber : Wikipedia.com
Pada pengamatan pada irisan daun jagung (Zea mays) pada preparat
tampak bagian sel inti, sel tetangga, dan sel penutup. Sel penutup stomata Z.
mays memanjang dengan bagian ujung membesar dan kecil dibagian tengah
yang membuktikan bahwa pada daun Zea Mays terdapat modifikasi epidermis
berupa stomata yang berbentuk halter. Dan pada perbesaran 4x10 tampak
stomata-stomata daun tersusun teratur. Pada daun Zea mays yang memiliki
pertulangan daun sejajar, stomatanya tersusun berderet sejajar. Sel penutup
berbentuk seperti halter. Bagian ujungnya membesar dan berdinding tipis.
Adanya peningkatan turgor pada sel penutup ini meyebabkan bagian ujung sel
membesar sehingga menekan bagian tengah sel yang memanjang. Bagian
tengahnya memanjang, berdinding tebal, dan lumen selnya sempit. Karena
struktur tersebut, inti sel penutupnya tampak sebagai 2 elips yang dihubungkan
dengan sebuah benang sempit.

Jaringan
Parenkim
Sumber : Ariska, 2019
Pada praktikum yang telah dilakukan terhadap irisan melintang batang
teratai (Nymphaea aquatica) dengan perbesaran 4x10 dapat dilihat bahwa
dibawah lapisan epidermis terdapat lapisan korteks yang terbagi menjadi dua,
korteks dalam dan korteks luar. Korteks luar tersusun atas sel-sel yang kecil dan
rapat. Korteks dalam pada batang tersusun atas sel-sel parenkim yang
menunjukkan penebalan yang nyata. Penebalan yang terjadi adalah lakuner dan
lamellar. Penebalan ini terjadi sebagai hasil adaptasi dengan lingkungannya yang
berair. Sebagian besar parenkim berdiferensiasi menjadi lakuna sedangkan
parenkim lainnya tetap sebagai parenkim selama hidupnya.

Parenkim

Sumber : Trisnawati, 2019


Pengamatan selanjutnya pada irisan melintang lidah buaya (Aloe vera L)
dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dapat dilihat sel penyusun jaringan
parenkimnya besar dan pada umumnya mengalami penebalan. Ruang antar
selnya kecil sehingga memungkinkan air lewat secara simplas dan apoplas.
Namun tidak terdapat sklereid (Mulyani, 2006).

Parenkim

Sumber : Slamet, 2019


H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan dasar dapat
di ambil kesimpulan bahwa jaringan dasar adalah jaringan yang mengisi
sebagian besar tumbuh-tumbuhan. Pada pengamatan lidah buaya dapat diamati
xylem dan parenkim, pada daun jagung dapat dilihat palidase dan parenkimnya,
pada eceng gondok dapat diamati parenkim air dan sklrenkim, pada teratai
ditemukan parenkim udara.
I. Daftar Pustaka
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Pratiwi, D.A., dkk. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
PRAKTIKUM V

A. Judul Praktikum : Jaringan Penguat

B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan penguat;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori
Untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan memerlukan adanya suatu
jaringan yang berfungsi sebagai penguat atau penunjang yang disebut sebagai
jaringan mekanik. Jaringan mekanik yang menyusun suatu tubuh tumbuhan
meliputi jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim. Jaringan mekanik
merupakan suatu jaringan yang berfungsi untuk memberi kekuatan agar
tumbuhan dapat melakukan perimbangan-perimbangan bagi pertumbuhannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa jaringan mekanik, maka kekuatan
perlindungan pada tumbuh-tumbuhan tidak akan ada. Pada tumbuhan tingkat
tinggi, jaringan mekanik dapat mengatasi adanya pengaruh kekurangan air pada
sel-selnya dengan memberikan kekuatan yang besar, sehingga tumbuhan tetap
dapat berdiri tegak tanpa mengalami kelayuan. Suatu jaringan mekanik pada
tubuh tumbuhan umumnya memiliki sel-sel yang berdinding tebal, mengandung
lignin dan zat-zat yang dapat memberikan sifat keras pada dinding selnya.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yakni jaringan kolenkim (collenchym) dan jaringan sklerenkim
(sclerenchym) (Sutrian, 2011).
Kedua jenis jaringan mekanik memiliki perbedaan dalam hal struktur
jaringannya, dimana pada jaringan kolenkim terdapat adanya protoplasma
namun tidak terjadi penebalan (lignifikasi) pada dindingnya. Selain itu,sel- sel
pada jaringan kolenkim merupakan sel hidup dan memiliki sifat yang mirip
dengan jaringan parenkim. Sedangkan pada jaringan sklerenkim tidak terdapat
adanya protoplasma dan dindingnya mengalami penebalan dari zat lignin
(lignifikasi) serta tersusun atas sel-sel mati. Jaringan kolenkim yang merupakan
jaringan hidup yang terspesialisasi sebagai penyokong dalam organ yang muda.
Sel kolenkim ini tersusun sebagai berkas atau silinder dekat permukaan korteks
pada batang dan tangkai daun sepanjang tulang daun besar pada helaian daun.
Sedangkan jaringan sklerenkim yang selnya membentuk kumpulan sel yang
berkesinambungan atau berupa berkas yang ramping yang berfungsi sebagai
penyokong bagian tumbuhan yang telah dewasa (Hidayat, 1995).

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes
3. Pinset

4. Cawan petri

5. Objek glass

6. Cover glass
7. Pisau/silet

8. Kertas label

2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Buah Jarak (Jatropha
curcas)

2. Kembang Sepatu
(Hibiscus rosasinensis)
3. Buah Kelapa (Cocos
nucifera)

4. Serabut Kelapa (Cocos


nucifera)

5. Gabus

6. Aquadest
7. Methilen Blue

E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : www.google.com

Buah Jarak (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Sumber : www.google.com

Buah Jarak (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Buah Jarak


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Malpighiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Ocha,2019
Kembang Sepatu (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Sumber : Ocha,2019
Kembang Sepatu (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Kembang Sepatu


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosasinensis
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Buah Kelapa
Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Sumber : Ulfa, 2019

Serabut Kelapa
Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Klasifikasi : Buah Kelapa dan Serabut Kelapa


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum tentang
jaringan penguat didapatkan hasil bahwa jaringan penguat merupakan jaringan
yang terdapat pada tumbuhan untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan
memerlukan adanya suatu jaringan yang berfungsi sebagai penguat atau
penunjang yang meliputi jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim, maka
kekuatan perlindungan pada tumbuh-tumbuhan tidak ada apabila tidak terdapat
suatu jaringan penyokong didalam tumbuhan. Jaringan penguat dapat mengatasi
adanya pengaruh kekurangan air pada sel-selnya dengan memberikan kekuatan
yang besar, sehingga tumbuhan tetap dapat berdiri tegak tanpa mengalami
kelayuan.
Pada praktikum ini dalam mengamati jaringan penguat pada tumbuhan
digunakan sayatan dari tumbuhan buah Jarak (Jatropha curcas), Kembang
Sepatu (Hibiscus rosasinensis) ,buah Kelapa (Cocos nucifera) dan serabut
Kelapa (Cocos nucifera). Berdasarkan hasil pengamatan pada sayatan buah jarak
dengan perbesaran 4x10 diketahui bahwa struktur anatomi pada buah jarak
penampang melintang tersusun atas unsur floem dan xilem. Xilem dan floem
pada dikotil tidak tersusun rapi melainkan tersebar. Xilem berfungsi untuk
mengangkut unsur hara dari akar ke daun, dan floem berfungsi untuk
mengedarkan hasil fotosintesis keseluruh organ tumbuhan. Pada sayatan
melintang dan membujur buah jarak yang telah kami lakukan hanya terlihat
jaringan kolenkimnya saja sedangkan jaringan sklerenkimnya tidak terlihat
(Kartasapoetra 19991).

Kolenkim

Sumber : Lolix, 2019


Pengamatan yang selanjutnya kembang sepatu (Hibiscus rosasinesis)
dengan sayatan membujur dan melintang dengan perbesraan 4x10 diketahui
bahwa struktur anatomi kembang sepatu terdapat sel-sel yang berdindng tebal
penebalannya merata sehingga lamennya sempit. Sel-sel tersebut adalah sl-sel
skelerenkim (Prawiro, 1997).

Sklerenkim

Sumber : Vlavia, 2019


Pada pengamatan serabut kelapa Cocos nucifera dengan perbesaran
4x10diketahui bahwa struktur-struktur yg terdapat pada jaringan serabut kelapa
terdapat jaringan sklereid atau skelerenkim dengan dinding tebal yang
mengandung lignin yg berbentuk untaian yg halus berukuran pendek dan tidak
beraturan (Mulyani,2006).

Serat-serat Sklereid

Sumber : Sucihati, 2019


Pada pengamatan buah kelapa Cocos nucifera berdasarkan hasil
pengamatan yang kami peroleh dengan perbesaran 4x10 pada buah kelapa
terdapat adanya selskelerenkim yaitu berupa skereid. Sel dinding selnya sangat
tebal, biasanya sangat kuat dan mengandung lignin. Dinding selnya mempunyai
penebalan yang bersifat sekunder, dan pada waktu dewasa sel pada umunya
bersifat mati. Sel sklereid yang ditemukan pada tempurung kelapa ini tergolong
dalam tipe brakhisklereid atau disebut dengan sel batu. Sel ini mmbentuk bulan
dan mengalami penebalan sekunder (sentripental). Sel-sel sklereid ini dapat
menggumpal menjadi jaringan yang keras diantara jaringan lain yang lunak
(Kimball, 1991)

Sklerenkim

Sumber : Slamet, 2019


H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan penguat
dapat di ambil kesimpulan bahwa jaringan penguat merupakan salah satu
jaringan penyusun tumbuhan yang berfungsi untuk memperkuat atau
menyokong tubuh tumbuhan. Pada pengamatn ini ditemukan pada buah jarak
ditemukan sklerenkim, pada kembang sepatu dapat dilihat sklerenkim dan
kolenkim, pada buah kelapa ditemukan kolenkim, dan pada serabut kelapa tidak
ditemukan karena sayatannya terlalu tebal.

I. Daftar Pustaka
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.
PRAKTIKUM VI

A. Judul Praktikum : Jaringan Pelindung

B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan pelindung;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori

Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti
atas, derma berarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada
paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji. Dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal
dari meristem primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan
merupakan jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya tersusun
dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya tampak berbentuk
macam-macam, seperti misalnya isodeamitris yang memanjang, berlekuk-lekuk
atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari sel-sel epidermis kenyataannya
begitu rapat sehingga karenanya diantara sel-sel tidak terdapat ruang-ruang antar
sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma yang walaupun hanya sedikit yang
melekat pada dinding selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu masih
hidup (Sutrian, 2004).

Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan
biji, serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan
sekunder. Meskipun dari segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun
fungsi sel epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel
epidermis yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata,
serta sel lain. Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa
tumbuhan, sel protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan
sejajar dengan permukaan, dan turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi
epidermis berlapis banyak (Hidayat, 1995). Tahap awal perkembangan
epidermis secara ontogenetik tidak sama antara yang terdapat pada akar dengan
yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya terdapat pada seluruh kehidupan
organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder (Iserep,
1993).

Jaringan epidermis itu sendiri merupakan suatu jaringan atau lapisan sel
terluar pada daun, bunga, buah, dan biji, serta pada batang dan akar sebelum
tumbuhan mengalami penebalan sekunder. Selain sel epidermis biasa, terdapat
sel epidermis yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada
stomata, serta selain. Adanya kutin, bahan lemak di dalam dinding luar,yang
membatasi trasnpirasi. Karena susunan sel merapat serta berkutikula yang
kaku dan kuat, maka epidermis berperan sebagai penyokong mekanik. Pada
akar, adanya kutikula tipis serta rambut akar menunjukkan bahwa epidermis
akar mudah terspesialisasi untuk penyerapan (Nugroho, Purnomo, & Sumardi,
2006).

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop
2. Pipet tetes

3. Pinset

4. Cawan petri

5. Objek glass
6. Cover glass

7. Pisau/silet

8. Kertas label

2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Bayam Hijau
(Amaranthus gangeticus)
2. Mawar Merah Muda
(Rosa felicia)

3. Buah Melinjo (Gnetum


gnemon)

4. Buah Tomat Hijau


(Solanum lycopersicum)

5. Batang Pukul Empat


(Mirabilis jalapa)
6. Daun Terong (Solanum
melongena L)

7. Gabus

8. Aquadest

9. Methilen Blue

E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.

F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Trisnawati,2019

Bayam Hijau (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Bayam Hijau (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Klasifikasi : Bayam Hijau


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Caryophyllales
Family : Amarathaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus gangeticus
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : www.google.com

Mawar Merah Muda (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Mawar Merah Muda (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Klasifikasi : Mawar Merah Muda


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Rosanales
Family : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa felicia
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Wikipedia.com

Buah Tomat Hijau (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Buah Tomat Hijau (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Buah Tomat Hijau


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum lycopersicum
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Ocha,2019

Bunga Pukul Empat (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Sumber : Ocha,2019

Bunga Pukul Empat (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Bunga Pukul Empat


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Caryophyllales
Family : Nyctaginaceae
Genus : Mirabilis
Spesies : Mirabilis jalapa
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Daun Terong (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Daun Terong (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Daun Terong


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Ariska, 2019

Buah Melinjo (Melintang Luar)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

(a) Buah Melinjo Membujur Dalam


Sumber : Sisi, 2019

(b)
(a) Buah Melinjo Membujur Dalam Buah Melinjo Membujur Luar
(b) Buah Melinjo Membujur Luar Sumber Ariska, 2019
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Buah Melinjo


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Gnetales
Family : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon
G. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang dilakukan mengenai
jaringan epidermis didapatkan hasil bahwa jaringan epidermis merupakan suatu
jaringan atau lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah dan biji, serta batang
dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan sekunder. Selain sel
epidermis biasa, terdapat sel epidermis yang telah berkembang menjadi sel
rambut, sel penutup pada stomata, trikoma dan sel-sel lainnya. Tahap awal
perkembangan epidermis secara ontogenetic tidak sama antara yang terdapat
pada akar dengan yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya terdapat pada
seluruh kehidupan organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan
sekunder.
Dalam mengamati jaringan epidermis yang terdapat pada tumbuhan
digunakan bahan tumbuhan diantaranya Bayam Hijau (Amaranthus gangeticus),
Mawar Merah Muda (Rosa felicia), Buah Tomat hijau (Solanum lycopersicum),
Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa), buah Melinjo (Gnetum gnemon) dan
Daun Terong (Solanum melongena L). Pada praktikum pertama yang dilakukan
pada sayatan pada bayam hijau (Amaranthus gangeticus) dibawah mikroskop
dengan perbesaran 4x10 ditemukan epidermis pada batang adalah sel hidup yang
mampu bermitosis, hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila
terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah
kawasan diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar, korteks
batang terdiri dari parenkim yang beris kloroplas. Di tepi luar sering terdapat
kolenkim dan sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah pembuluh atau
pengangkut tidak jelas karena sering tidak ditemukan endodermis apalagi pada
batang yang masih muda. Batang bayam ini termasuk dikotil karena salah
satunya Fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang
yang mengalami pertumbuhan sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh
lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus (Mulyani, 2006).
Trikoma

Jaringan Epidermis

Sumber : Martha, 2019


Pengamatan pada batang mawar merah muda (Rosa Felicia) dibawah
mikroskop dengan perbesaran 4x10 ditemukan jaringan epidermis yang tebal
karena dinding selnya menebal dengan lapisan lilin yang menutupi. Dibawah
jaringan epidermis kami meneukan lpisan endodermis yang merupakan
diferensiasi jaringan epidermi . dibawah lapisan epidermis terdapat jaringan
parenkim yang tersusun atas sel-sel bersegi banyak. Jaringan parenkim ini juga
merupakaan jaringan dasar. Dibatang mawar kami juga menemukan jaringan
gabung atau spons yang menyokong/menguatkan batang. Berkas pembuluh dari
batang bunga mawar juga terlihat jelas dengan xilem mengelilingi floem
(Sutrian, 2004).

Trikoma

Pengamatan pada tomat hijau (Solanum lycopersicum) dibawah


mikroskop dengan perbesaran 4x10 terdapat jaringan epidermis, kolenkim,
xilem dan floem. Kolenkim dan sklerenkim merupakan jaringan penunjang, sel
kolenkim merupakan sel hidup yang dengan penebalan dinding tidak merata dan
mengandung pektin dalam jumlah bnyak (Nugroho, 2008).
Sumber : www.google.com
Pengamatan pada batang pukul empat (Mirabilis jalapa) dibawah
mikroskop dengan perbesaraan 4x10 melintang dan membujur terdapat inti sel,
epidermis yaitu memiliki trikoma grandular dan trikoma nongrandular pada
tumbuhan tersebut yang berfungsi sebagai penguapan, xilem dan floem
berfungsi sebagai transportasi hasil asimilasi dari daun menuju bagian tumbuhan
yang lain., memiliki dinding sel dan parenkim yang lentur sebagian parenkim
tidak mempunyai dinding sekunder ,protoplas sel umumnya memiliki vakuola
tengah yg besar (Mulyani, 2006).

Trikoma

Sumber : Vlavia, 2019


Pengamatan pada buah melinjo (Gnetum gnemon) yang diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 4x10 dengan sayatan melintang dan membujur
diketahui bahwa buah melinjo sel-sel epidermisnya tidak terlalu jelas terlihat
karena sayatan masih sedikit tebal.

Jaringan Pelindung

Sumber : Ariska, 2019


Pengaamatan pada daun terong (Solanum melongena L) dibawah
mikroskop dengan perbesaran 4x10 dengan sudut melintang dan membujur
disini diketahui terdapat stomata yg dikelilingi oleh sel-sel penutup dan juga
oleh sel-sel tetangga yang merupakan modifikasi dari sel-sel epidermis yang
berfungsi mrngatur penguapan, mengaturnkeluar masuknya oksigen dan
karbondioksida selama berlangsungnya fotosintesis. Trikomata merupakan
rambut bersel satu atau bersel banyak dibentuk dari sel epidermis, struktur yang
lebih besar dan padat seperti kutil dan duri, tersusun oleh jaringan epidermis
atau jaringan di bawah epidermis (emergens). Trikomata pada jaringan
epidermis mempunyai sifat khusus sebagai daya pertahanan dari serangga, yang
ditentukan oleh adanya kelenjar (glandula) atau tidak (nonsecretory), kerapatan,
panjang, bentuk, dan ketegakaan trikoma (Ridhawati,2009).

Stomata

Trikoma

Sumber : Junira, 2019

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pelindung
dapat di ambil kesimpulan bahwa jariang pelindung atau sering disebut jaringan
epidermis yang berada pada bagian terluar jaringa penyusun tumbuhan dan
umumnya terdiru hanya satu lapis. Jaringan epidermis merupakan jaringan yang
dapat ditemukan hampir pada semua tanaman. Pada praktikum jaringan
pelindung dengan bahan bayam hijau, mawar, melinjo, tomat, pukul empat dan
daun terong masing-masing dapat diamati dengan jelas jaringan epidermisnya.

I. Daftar Pustaka
Sutrian, (2004). Pengantar Anatomi Tumbuhan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ridhawati. 2009. Biologi Umum. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

PRAKTIKUM VII

A. Judul Praktikum : Jaringan Pengangkut

B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan pengangkut;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori
Pada tumbuhan berpembuluh, pengangkutan air serta garam-garam
mineral maupun hasil fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh atau
jaringan angkut yang terdiri dari dua kelompok sel yang memiliki asal yang
sama. Namun kedua pembuluh angkut tersebut berbeda bentuk, struktur dinding
dan isi selnya (Savitri, 2008). Jaringan pengangkut merupakan jaringan yang
khusus, yang kegunaanya bagi tumbuh-tumbuhan sebagai jaringan untuk
mengangkut zat-zat mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap oleh akar dari
tanah atau zat-zat makanan yang telah dihasilkan pada daun untuk disalurkan ke
bagian-bagian lain untuk hidup dan berkembang (Hidayat, 1995). Jaringan
angkut tersebut dapat berupa xylem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh
tapis). Xylem mempunyai fungsi utama mengangkut air dan zat-zat hara yang
terlarut didalamnya. Sedangkan floem mempunyai fungsi utama mengangkut zat
makanan hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan yang membutuhkan
(Savitri, 2008).
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang jaringan
pengangkut agar kita dapat mengamati tentang komponen-komponen jaringan
angkut xylem dan jaringan angkut floem, susunan berkas pengangkut dalam
organ tumbuhan dan macam-macam tipe berkas pengangkut.

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar


1. Mikroskop
2. Pipet tetes

3. Pinset

4. Cawan petri

5. Objek glass
6. Cover glass

7. Pisau/silet

8. Kertas label

2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Ubi Kayu
(Manihot utilisima)
2. Daun Nanas Kerang
(Rhoeo discolor)

3. Daun Alamanda
(Allamanda cathartica)

4. Gabus

5. Aquadest
6. Methilen Blue

E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Batang Ubi Kayu (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019) Sumber : Sisi, 2019

Batang Ubi Kayu (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019) Sumber : www.google.com

Klasifikasi : Batang Ubi Kayu


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Malphigiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilisima

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)


Daun Nanas Kerang (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Sumber : Trisnawati, 2019

Daun Nanas Kerang (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Klasifikasi : Daun Nanas Kerang


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Commenlinales
Family : Commenlinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : Lipa, 2019


Daun Alamanda (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Sumber : www. google.com

Daun Alamanda (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Daun Alamanda


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Apocynales
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum tentang
jaringan pengangkut didapatkan hasil bahwa jaringan pengangkut merupakan
jaringan yang khusus, dan kegunaannya bagi tumbuh-tumbuhan sebagai jaringan
untuk mengangkut zat-zat mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap oleh akar
dari tanah atau zat-zat makanan yang telah dihasilkan pada daun untuk
disalurkan ke bagian-bagian lain untuk hidup dan berkembang. Jaringan
pengangkut dapat berupa xilem dan floem, xilem yang mempunyai fungsi utama
mengangkut air dan zat-zat hara yang terlarut didalamnya. Sedangkan floem
mempunyai fungsi sebagai mengangkut zat makanan hasil fotosintesis keseluruh
bagian tumbuhan yang membutuhkan.
Dalam mengamati jaringan pengangkut pada tumbuhan digunakan bahan
tumbuhan diantaranya yaitu batang ubi kayu (Manihot utilisima), daun Rhoeo
discolor dan daun alamanda (Allamanda cathartica). Pada pengamatan pertama
yang dilakukan pada sayatan batang ubi (Manihot utillisima) yang telah diamati
di bawah mikroskop pada perbesaran 4x10 memiliki bentuk sel yang teratur, sel
batang ubi ini membentuk seperti segi enam atau heksagonal. Sel Batang ubi
juga tersusun rapat dan teratur. Bentuk Sel Batang Singkong ini juga dapat
disebut dengan prismatik segi enam. Salah satunya adalah sel gabus (Manihot
utilissima) yang dipotong melintang berbentuk heksagonal dan sel yang satu
dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan rapat dan didalam dinding sel terlihat
kosong. Hal ini menyatakan bahwa sel gabus adalah sel mati yang berfungsi
untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air (Nugroho,
2008).
Sesuai dengan pendapat Sutrian (2004), yang menyatakan bahwa
Jaringan-jaringan yang terdapat pada tumbuhan dikotil dan monokotil berbeda.
Perbedaan anatomi tumbuhan dikotil dan monokotil, yaitu tumbuhan dikotil
berkambium, kolateral terbuka, pembuluh angkut teratur di dalam lingkaran,
xilem pada akar dikotil berbentuk bintang yang terletak di pusat, tersusun radial,
dan xilem dan floem letaknya dipisahkan oleh kambium. Sedangkan tumbuhan
monokotil tidak berkambium, pembuluh angkut kolateral tertutup, pada akar
pembuluh angkut tersebar. Selain itu, xilem dan floem pada akar tumbuhan
monokotil letaknya saling berdekatan karena tumbuhan monokotil tidak
memiliki kambium. Empulur terletak dibagian tengah dan dikelilingi xylem dan
floem yang berselang-seling. Sedangkan Epidermis, korteks, perisikel akar
monokotil memiliki struktur dan letaknya yang sama dengan tumbuhan dikotil.

Jaringan
Pengangkut

Sumber : Junira, 2019

Pada pengamatan struktur jaringan ada batang ubi kayu (Manihot


utilissima) dengan pembesaran 4x10, telah tampak adanya jaringan pengangkut
yaitu xilem dan floem, Jaringan xilem terdapat di bagian dalam setelah kambium
dan bentuknya lebih besar dari pada jaringan floem. Sedangkan jaringan floem
terdapat dibagian luar disekitar kambium, mengelilingi jaringan xilem,
bentuknya lebih kecil dan halus (Prawiro, 1997).
Pengamatan selanjutnya pada Rhoeo discolor pengamatan struktur
jaringan pada daun Rhoeo discolour dengan perbesaran 4x10, telah tampak
adanya jaringan stomata yang berbentuk oval dan ditengah-tengahnya
menyerupai mata berwarna hijau kekuningan. Jaringan pengangkut yaitu xilem
dan floem, Jaringan xilem terdapat di bagian dalam setelah kambium dan
bentuknya lebih besar dari pada jaringan floem. Sedangkan jaringan floem
terdapat dibagian luar disekitar kambium, mengelilingi jaringan xilem
(Sutrian,2004).

Floem

Xilem

Sumber : www.google.com
Pada pengamatan selanjutnya pada daun alamanda (Allamanda
cathartica) pengamatan struktur jaringan pada daun alamanda dengan
perbesaran 4x10, terdapat jaringan epidermis yaitu stomata dan terdapat jaringan
pengangkut xilem dan floem pada tumbuhan tersebut (Kimball, 1991).

Jaringan Pengangkut

Sumber : www.google.com

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pengangkut
dapat di ambil kesimpulan bahwa jaringan pengangkut merupakan jaringan yang
dimiliki oleh tumbuhan hijau berpembuluh. Pada batang ubi, daun alamanda dan
Rhoeo discolor dapat dilihat berkas pengangkut dengan jelas, namun pada
pengamatan alamanda tidak dapat karena sayatan yang digunakan terlalu tebal.
I. Daftar Pustaka
Sutrian, (2004). Pengantar Anatomi Tumbuhan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.

PRAKTIKUM VIII

A. Judul Praktikum : Jaringan Pada Akar

B. Tujuan Praktikum :
1. Dapat melakukan percobaan mengenai akar;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori
Akar merupakan salah satu bagian tumbuhan yang harus ada. Tanpa akar
bagaimana mungkin tumbuhan bisa hidup. Seperti yang kita ketahui, tumbuhan
jenis apapun baik itu tumbuh sendiri secara liar maupun yang sengaja ditanam
oleh manusia pasti memiliki akar. Demikian juga tumbuhan yang menempel
pada tumbuhan lain pun sebenarnya juga memiliki akar. Dari sini sudah sangat
jelas jika akar merupakan bagian tumbuhan yang sangat pokok. Akar juga
sebagai pembeda tumbuhan dikotil dan monokotil.

Struktur Bagian Dalam Akar (Anatomi akar)

Untuk lebih jelasnya berikut ini struktur bagian dalam akar (anatomi
akar) yang terdiri dari:

Epidermis
Epidermis merupakan bagian terluar dari akar. Susunan sel-sel epidermis
rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Sebagian sel
epidermis membentuk rambut akar dengan pemanjangan ke arah lateral dari
dinding luarnya. Rambut akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar
yang bertugas menyerap air dan garam mineral. Pertumbuhan rambut akar
memperluas permukaan akar sehingga penyerapan lebih efisien.

Korteks
Korteks terletak di bawah epidermis. Sel-selnya tidak tersusun rapat
sehingga banyak memiliki ruang antar sel yang berperan dalam pertukaran gas.
Jaringan-jaringan pada korteks antara lain parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
jaringan parenkim berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.

Endodermis
Endodermis merupakan jaringan antara korteks dengan silinder pusat
atau stela. Sebagian besar sel endodermis memiliki bagian seperti pita yang
mengandung gabus (zat suberin) atau zat lignin. Bagian ini disebut pita kaspari.
Pita kaspari ini tidak tembus air dan zat-zat terlarut lainnya. Air dan zat-zat
terlarut yang melewati endodermis harus melewati protoplasma yang melekat
pada pita kaspari. Jadi jaringan endodermis ini berfungsi sebagai pengatur
jalannya larutan yang diserap dari tanah masuk ke silinder pusat.

Silinder pusat/stele
Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari struktur anatomi
akar. Susunan silinder pusat dari dalam keluar meliputi stele, xilem, kambium,
floem dan perisikel. Silinder pusat atau steleberfungsi sebagai alat angkut air
dan mineral dari akar yang kemudian dilanjutkan oleh berkas pengangkut
xilem. Didalam stele, terdapat berkas pengangkut, yaitu xilem dan floem. Xilem
berfungsi mengangkut air dan mineral dari akar ke daun. Sedangkan floem
berfungsi mengangkut/mengedarkan hasil fotosintesis keseluruh bagian
tumbuhan. Xilem dan floem letaknya berselang-seling dengan dibatasi oleh
kambium. Pada akar tumbuhan dikotil, kambium terdapat didalam berkas
pengangkut diantara xilem dan floem. Kambium kearah luar membentuk floem
dan kambium kearah dalam membentuk xilem. Adanya kambium menyebabkan
pertumbuhan membesar.pada akar dikotil yang masih muda. Sedangkan
empulur letaknya paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut yang
terdiri atas jaringan parenkim. Empulur hanya terdapat pada akar tumbuhan
dikotil. Lapisan terluar dari stele adalah perisikel. Fungsi perisikel adalah untuk
membentuk cabang-cabang akar.

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Pinset

4. Cawan petri
5. Objek glass

6. Cover glass

7. Pisau/silet

8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Ubi Kayu
(Manihot utilisima)

2. Daun (Rhoeo discolor)

3. Daun Alamanda
(Allamanda cathartica)

4. Gabus
5. Aquadest

6. Methilen Blue

E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.

F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Batang Ubi Kayu (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Sumber : www.google.com

Batang Ubi Kayu (Melintang) Sumber : Lipa,2019


Perbesaran 10x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Batang Ubi Kayu (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Batang Ubi Kayu (Membujur) Sumber : Nova, 2019


Perbesaran 10x10
(Sumber : Ariska, 2019)
Klasifikasi : Batang Ubi Kayu
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Malphigiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilisima

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Sumber : www.google.com
Daun Rhoeo discolor (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)

Sumber : Trisnawati, 2019


Daun Rhoeo discolor (Melintang)
Perbesaran 10x10
Sumber : (Martha, 2019)

Daun Rhoeo discolor (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)
Daun Rhoeo discolor (Membujur)
Perbesaran 10x10 Sumber : Trisnawati, 2019
Sumber : (Martha, 2019)

Klasifikasi : Daun Rhoeo discolor


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Commenlinales
Family : Commenlinaceae
Genus : Rhoeo
Spesies : Rhoeo discolor
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Daun Alamanda (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Pratama, 2019)

Daun Alamanda (Membujur)


Sumber : Nana. 2019
Perbesaran 4x10
Sumber : (Pratama, 2019)
Daun Alamanda (Melintang)
Perbesaran 10x10
Sumber : (Nana , 2019)

Daun Alamanda (Membujur)


Sumber : Usman, 2019
Perbesaran 10x10
Sumber : (Nana , 2019)
Klasifikasi : Daun Alamanda
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Apocynales
Family : Apocynaceae
Genus : Allamanda
Spesies : Allamanda cathartica
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum tentang
jaringan pada akar didapatkan hasil bahwa akar merupakan salah satu bagian
tumbuhan yang penting, bagian yang sangat pokok. Bagian-bagian akar terdiri
dari epidermis yaitu bagian terluar dari akar susunan sel epidermis rapat dan
setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Korteks yaitu Terletak
dibawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak memiliki
ruang antarsel yang berperan dalam pertukaran gas. Endodermis merupakan
bagian jaringan antara korteks dengan silinder pusat, mengandung gabus atau zat
lignin. Silinder pusat yaitu bagian terdalam dari struktur anatomi akar, dimana
susunan silinder pusat dari dalam keluar melputi stele, xilem, cambium, floem
dan perisikel. Dalam akar terdapat beberapa jaringan yang membantu dalam
pertumbuhan dari suatu tumbuhan yaitu jaringan meristem, jaringan parenkin,
jaringan penyokong dan jaringan pengangkut.
Dalam mengamati jaringan yang terdapat didalam akar dalam tumbuhan
digunakan bahan tumbuhan diantaranya yaitu Ubi kayu (Manihot utilisima),
daun Rhoeo discolor dan daun Alamanda (Allamanda cathartica). Dari hasil
pengamatan melintang pada batang Manihot utilisima dengan perbesaran lemah
yaitu 4x10 yang diamati di bawah mikroskop didapati hasil bahwa pada sayatan
tersebut sudah terlihat epidermis, korteks, berkas pengangkut dan silinder pusat
(stele) walaupun tidak terlalu jelas tetapi pada sayatan membujur hanya terlihat
epidermis dan berkas pengangkutnya saja (Fahn, 1995).

Stele

Sel

Dinding Sel
Jaringan Meristem

Jaringan Parenkim

Jaringan Pengangkut

Jaringan Epidermis

Sumber : Slamet, 2019


Sesuai dengan pendapat Sutrian (2004), yang menyatakan bahwa
jaringan pada akar batang muda ubi kayu (Manihot utilisima), struktur dan
fungsi jaringan pada akarnya bisa dilihat dari aktivitas pertumbuhan akar itu
sendiri. Akar pada tumbuhan yang tergolong dikotil jika dilakukan proses
penyayatan secara melintang dan membujur maka akan terlihat bagian-bagian
dari luar kedalam, misalnya seperti epidermis, korteks, endodermis, dan stele.
Kemudian pada hasil pengamatan akar Rhoeo discolor yang diamati di
bawah mikroskop didapati hasil bahwa pada sayatan hanya terlihat endodermis,
epidermis, dan berkas pengangkutnya saja sedangkan stele nya tidak terlalu
terlihat. Hal ini terjadi karena, pada saat proses penyayatan terjadi kesalahan
yang dilakukan oleh para praktikan. Sayatan yang dilakukan oleh para praktikan
masih terlalu tebal (Mulyani, 2006).
Jaringan Epidermis

Sel

Dinding Sel

Parenkim

Pada pengamatan yang dilakukan pada daun daun alamanda (Allamanda


cathartica) hasil dari sayatan pada Allamanda cathartica hanya terlihat bagian
endodermis, epidermis, dan berkas pengangkutnya saja sedangkan bagian
stelenya tidak terlalu Nampak (Prawiro,1997).

Jaringan Epidermis

Jaringan Penguat

Jaringan Meristem

Sumber : www.google.com
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pada akar
dapat di ambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh yakni pada sayatan Ubi
Kayu dapat dilihat sel, dinding sel, epidermis, jaringan pengankut, xilem dan
floem serta parenkim udara. Pada sayatan Nanas Kerang dapat dijumpai sel,
dinding sel, epidermis, xilem dan floem, parenkim batang, korteks dan sel
kersik. Pada sayatan Alamanda ditemukan sel, dinding sel, dan epidermis, pada
Alamanda hanya ditemukan sedikit karena sayatannya terlalu tebal.

I. Daftar Pustaka
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
PRAKTIKUM IX
A. Judul Praktikum : Jaringan Pada Batang
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai batang;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Pengertian Batang adalah bagian utama tumbuhan yang ada di atas tanah
dan mendukung bagian-bagian lain dari tumbuhan, yakni daun, bunga dan buah.
Oleh karena itu, batang memiliki struktur yang lebih kompleks dari pada akar.
Batang memiliki ruas dan antarruas. Pada ruas akan muncul bunga atau tunas
daun. Letak cabang-cabang pada batang berfungsi menempatkan daun dalam
posisi yang memungkinkan daun mendapat cahaya matahari untuk proses
fotosintesis. Pada umumnya, bentuk penampang melintang batang dibedakan
menjadi tiga, yaitu bulat, persegi, dan pipih. Batang tumbuhan yang berbentuk
bulat, misalnya pada tumbuhan bambu dan kelapa. Batang yang berbentuk segi
empat, misalnya pada tumbuhan iler dan markisa. Batang yang segitiga,
misalnya pada tumbuhan rumput teki. Batang yang berbentuk pipih, misalnya
pada tumbuhan kaktus.

Fungsi Batang
 Mendukung bagian-bagian tumbuhan yaitu daun, bunga, dan buah
 Merupakan jalur transportasi air dan zat makanan hasil fotosintesis
 Membantu proses pernapasan, karna oksigen dapat masuk ke lentisel
 Tempat melekatnya daun, bunga dan buah
 Sebagai penopang atau penyokong sehingga tumbuhan tetap berdiri tegak
 Sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif dengan metode
pencangkokan
 Tempat menyimpan cadang makanan misalnya sagu
Struktur Batang
Pada umumnya, struktur bagian anatomi batang terdiri atas tiga jaringan,
yaitu jaringan epidermis, korteks, dan stele.
Epidermis
Epidermis adalah batang yang tersusun dari selapis sel yang tersusun
rapat tanpa ruang antarsel dan berkutikula. Sel-sel penyusun jaringan epidermis
selalu aktif membelah untuk mengimbangi pertumbuhan batang. Fungsi
epidermis yang utama adalah sebagai lapisan pelindung dari bahaya kekeringan.
Batang tumbuhan dikotil memiliki lapisan epidermis berupa kulit kayu yang
berbentuk dari jaringan gabus. Jaringan gabus tidak dapat ditembus oleh air dan
gas. Oleh karena itu, jaringan gabus memiliki celah-celah berupa lentisel untuk
memelihara perubahan gas.
Korteks
Korteks adalah tersusun dari jaringan parenkin yang berkloroplas. Sel-
selnya berdinding tipis dan tersusun tidak beraturan dengan ruang antarsel yang
cukup lebar. Beberapa jenis tumbuhan rumput-rumputan memiliki jaringan
sklerenkim sebagai jaringan penguat pada korteks batang, sedangkan tumbuhan
sejenis pinus (konifer) pada umumnya tidak mempunyai jaringan penguat.
Endodermis
Endodermis adalah lapisan korteks yang paling dalam dan berbatasan
dengan silinder pusat memiliki sel-sel yang bentuk dan susunannya khas.
Lapisan sel yang menjadi batas antara korteks dan silinder pusat pada akar lazim
dinamakan endodermis. Namun, lapisan berupa yang terdapat pada batang,
banyak mengandung butir-butir zat tepung. Oleh karena itu, endodermis batang
disebut juga sarung tepung (floeoterma).

Silinder Pusat
Silinder pusat atau stele adalah tersusun atas beberapa jaringan, yaitu
berkas pengangkut, empulur, dan perikambium. Perikambium atau perisikel
merupakan lapisan sel yang paling tepi dari silinder pusat. Di sebelah dalamnya
terdapat jaringan parenkim dengan berkas-berkas pembuluh pengangkut. Berkas
pengangkut terdiri atas xilem dan floem yang merupakan kelanjutan dari xilem
dan floem pada akar. Empulur yang terletak di bagian tengah atau inti batang
tersusun dari jaringan parenkim. Pada beberapa batang tumbuhan, bagian
empulur mengalami kerusakan selama masa pertumbuhan sehingga banyak
membentuk ruang antarsel. Batang tumbuhan tertentu memiliki saluran getah
yang terletak di dalam silinder pusat.

D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes
3. Pinset

4. Cawan petri

5. Objek glass

6. Cover glass
7. Pisau/silet

8. Kertas label

2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Cabe (Capsium
frustacens)

2. Batang Paku-Pakuan
(Pteridophyta)
3. Daun Begonia (Begonia
sp.)

4. Daun Terong (Capsicum


sp.)

5. Gabus

6. Aquadest

7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Batang Cabe (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Batang Cabe (Melintang) Sumber : Mulia, 2019


Perbesaran 10x10
Sumber : (Junira, 2019)

Batang Cabe (Membujur)


Sumber : Slamet, 2019
Perbesaran 4x10
Sumber : (, 2019)

Batang Cabe (Membujur) Sumber : www.google.com


Perbesaran 10x10
Sumber : (Junira, 2019)

Klasifikasi : Batang Cabe


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsium
Spesies : Capsium frustacens
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Batang Paku-Pakuan (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Sumber : Hidayat, 2005


Batang Paku-Pakuan (Melintang)
Perbesaran 10x10
Sumber : (Vlavia, 2019)

Batang Paku-Pakuan (Membujur)


Perbesaran 4x10 Sumber : Nana, 2019
Sumber : (Vlavia, 2019)

Batang Paku-Pakuan (Membujur) Sumber : Hidayat, 2005


Perbesaran 10x10
Sumber : (Vlavia, 2019)
Klasifikasi : Batang Paku-Pakuan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Polypodiales
Family : Dennstaedtiaceae
Genus : Pteridium
Spesies : Pteridium aquilinum
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Batang Begonia (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Batang Begonia (Melintang) Sumber : Trisnawati, 2019


Perbesaran 10x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Sumber : Slamet , 2019

Batang Begonia (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)
Epidermis

Korteks

Endodermis

Berkaspembu
luh
Sumber: (Hajiah, 2019)
Batang Begonia (Membujur)
Perbesaran 10x10
Sumber : (Aprillia, 2019)

Klasifikasi : Batang Begonia


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Cucurbitales
Family : Begoniaceae
Genus : Begonia
Spesies : Begonia sp.
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Batang Terong (Melintang) Sumber : Slamet, 2019


Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)

Sumber : Slamet, 2019


Batang Terong (Melintang)
Perbesaran 10x10
Sumber : (Ariska, 2019)
Batang Terong (Membujur)
Perbesaran 4x10 Sumber : Aprillia, 2019
Sumber : (Ariska, 2019)

Batang Terong (Membujur)


Perbesaran 10x10 Sumber : Slamet, 2019
Sumber : (Ariska, 2019)

Klasifikasi : Batang Terong


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum sp.

G. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum mengenai jaringan pada batang
didapatkan hasil bahwa batang merupakan bagian utama tumbuhan yang ada
diatas tanah dan mendukung bagian-bagian lain dari tumbuhan, yaitu daun,
bunga dan buah. Batang memiliki struktur yang lebih kompleks daripada akar,
batang memiliki ruas dan antarruas. Pada umumnya bentuk penampang
melintang batang yaitu bulat, persegi dan pipih. Batang berfungsi sebagai jalur
transportasi air dan zat makanan hasil fotosintesis, membantu proses pernapasan,
karena oksigen (𝑂2 ) dapat masuk ke lentisel. Struktur pada batang dapat
meliputi epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat. Pada anatomi batang
terdapat jaringan yang membantu dalam proses pertumbuhan dari tumbuhan
tersebut diantaranya yaitu jaringan kambium, jaringan pengangkut, jaringan
epidermis, jaringan penguat dan jaringan parenkim
Dalam mengamati jaringan pada batang tumbuhan digunakan bahan
tumbuhan diantaranya yaitu batang Cabe (Capsium frustacens), batang Paku-
pakuan (Pteridophyta), batang Begonia (Begonia sp) dan daun Terong
(Capsicum sp). Pada pengamatan pertama yang dilakukan terhadap sayatan tipis
batang Cabe (Capsium frustacens) dengan perbesaran 4x10 dan 10×10, dapat
terlihat epidermis, korteks, floem, kambium, xylem dan empulur. Batang cabe
(Capsium frustacens) termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas
pembuluh tipe kolateral terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di
dalam lingkaran (Mulyani,2006).
Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu bermitosis, hal ini
penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam
akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah kawasan diantara epidermis dan
sel silinder pembuluh paling luar, korteks batang terdiri dari parenkim yang
berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim dan sklerenkim. Batas
antara korteks dan daerah pembuluh atau pengangkut tidak jelas karena sering
tidak ditemukan endodermis apalagi pada batang yang masih muda
(Hidayat,1995).

Epidermis

Korteks

Endodermis
Jaringan Meristem

Jaringan Penguat

Sumber : Wikipedia.com

Pada pengamatan sayatan tipis batang paku- pakuan (Pteridophyta)


dengan perbesaran 4x10 dan 10x10, dapat terlihat epidermis, korteks, berkas
pengangkut (floem mengelilingi xilem) dan empulur. Paku-pakuan termasuk
tumbuhan tingkat rendah dan termasuk dalam tipe amfikibral. Kekhususan
berkas pengangkut pada paku-pakuan terdapat bagian yang konsentris yakni
salah satu dari unsur jaringan pengangkut yang terletak di tengah-tengah sedang
unsur yang ditengah itu, dalam hal ini xylem dikelilingi oleh floem. Berkas
pengangkut tipe kosentris merupakan berkas pengangkut dengan kondisi xilem
dikelilingi floem maupun sebaliknya. Bila xilem berada di tengah dan floem
mengelilinginya disebut ikatan pembuluh kosentris amphikribal. Sebaliknya,
bila floem ditengah dan xilem mengelilinginya maka disebut ikatan pembuluh
kosentris amphivasal (Kimball,1991).
Jaringan Epidermis

Trikoma

Sumber : Vlavia,2019
Sumber : Wikipedia.com
Pada pengamatan batang Begonia (Begonia sp) ini menggunakan dengan
perbesaran 4x10 dan 10x10, dapat terlihat epidermis, korteks, floem, kambium,
xylem dan empulur. Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu
bermitosis, hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi
tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah kawasan
diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar, korteks btang terdiri
dari parenkim yang berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim dan
sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah pembuluh atau pengangkut tidak
jelas karena sering tidak ditemukan endodermis apalagi pada batang yang masih
muda. Empulur biasanya terdiri dari parenkim yang dapat mengandung
kloroplas. Bagian tengah empulur dapat rusak diwaktu pertumbuhan, sering hal
itu terjadi dibagian di daerah ruas, sementara didaerah buku empulur utuh (Fahn,
1995). Parenkim

Stomata

Epidermis

(Membujur 10x10)
Sumber : Aprillia, 2019
(Melintang 4x10)
Sumber : Aprillia, 2019

Trikoma Non-grandular

Parenkim

Epidermis

Jaringan Meristem

Jaringan Pengangkut

Pada pengamatan batang terong (Capsicum sp) menggunakan perbesaran


4x10 dan 10x10, dapat terlihat epidermis, korteks, floem, kambium, xylem dan
empulur. Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu bermitosis, hal
ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari
dalam akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah kawasan diantara epidermis
dan sel silinder pembuluh paling luar, korteks btang terdiri dari parenkim yang
berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim dan sklerenkim. Batas
antara korteks dan daerah pembuluh atau pengangkut tidak jelas karena sering
tidak ditemukan endodermis apalagi pada batang yang masih muda
(Hidayat,1995).
Pengangkut

Sel

Stomata
(Melintang 4x10)
Sumber : Ariska,2019

Parenkim

Epidermis

Pengangkut

(Melintang 10x10)
Sumber : Ariska,2019
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang sel dapat di ambil
kesimpulan bahwa pada sayatan cabe ditemukan sel, dinding sel, epidernis,
koeteks, sel batu, iylem dan floem, sel kersik. Pada sayatan paku pakuan hanya
ditemui beberapa seperti epidermis, sel rambut karena sayatan terlalu tebal. Pada
sayatan begonia ditemukan sel, dinding sel, epidermis, korteks, xilem floem dan
sel batu. Pada sayatan terong ditemukan sel, dinding sel, parenkim dan korteks.

I. Daftar Pustaka
Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
PRAKTIKUM X

A. Judul Praktikum : Jaringan Pada Daun

B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai daun;
2. Mampu mengidentifikasi anatomi daun Gymnospermae, Dikotil dan
Monokotil;
3. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
4. Membuat laporan praktikum dengan jelas.

C. Dasar Teori
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan.
Bentuk daun sangat bervariasi dimana pada umumnya, daun berbentuk tipis
melebar, berwarna hijau, duduk daun pada batang menghadap ke atas, dan
diperkuat oleh tulang daun. Pada daun tumbuhan monokotil dan dikotil terdapat
perbedaan susunan jaringan penyusunnya.Pada tumbuhan monokotil dan dikotil
memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari akar, batang,
daun, hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa perbedaan yang
paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas
pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur,
sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur
(Soerga, 2011).
Tanaman berbunga dengan biji tertutup dalam ovarium atau buah
kemajuan evolusi terbaru dan terbesar dalam kerajaan tumbuhan. Tanaman ini
disebut angiosperma dan telah ada selama sekitar 125 juta tahun. Mereka
mendominasi flora tanaman yang lebih tinggi di bumi saat ini. Angiosperma
dibagi menjadi dua kelompok, monokotil dan dikotil, berdasarkan struktur
tanaman. Monokotil adalah bentuk singkat dari monokotil berarti satu daun biji.
Ini adalah referensi ke daun tunggal yang muncul saat monokotil berkecambah.
Monokotil adalah lebih kecil dari dua kelompok, memiliki sekitar 60.000
spesies. Ini termasuk rumput, bunga lili, iris, anggrek, palem, aroids, sedges dan
banyak gulma kolam. Struktur monokotil memiliki kesamaan termasuk vena
paralel, ikatan pembuluh tersebar, tidak adanya kayu pertumbuhan sekunder dan
bagian bunga dalam kelipatan tiga. Para dikotil terdiri sekitar 190.000 spesies
yang mencakup hampir semua akrab pohon non-konifera dan semak-semak dan
hampir semua bumbu tahunan termasuk rumput. Dikotil juga merupakan bentuk
singkat berasal dari dicotyledon kata mengacu pada daun dua benih hadir setelah
perkecambahan. Vena dikotil biasanya netlike, ada cincin vaskular tunggal terus
menerus, woody pertumbuhan sekunder hadir di pohon dan semak-semak dan
bagian bunga terjadi dalam kelipatan 4s atau 5s (Perry, 1991).
Daun pada umumnya berbentuk tipis melebar, berwarna hijau, duduk
daun pada batang menghadap ke atas. Bentuk daun umumnya tipis, datar dan
diperkuat oleh tulang daun dan memiliki permukaan luas untuk menerima
cahaya. Daun berfungsi untuk transportasi dan menangkap cahaya untuk
fotosintesis, yaitu perubahan energi matahari menjadi energi kimia (Syarif,
2009).
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan,
meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun
sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri dari suatu helai daun (blade)
yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiole, yang menyambungkan daun
dengan buku batang. Rumput dan banyak tumbuhan monokotil lainnya
diketahui tidak memiliki tangkai daun ; Sebaliknya tangkai daun tersebut
membentuk suatui pelepah yang membungkus batang. Beberapa tumubuhan
monokotil termasuk palem memiliki tangkai daun. Pada tumbuhan dikotil, daun
terdiri atas tangkai (petiola) dan helai daun (lamina), sedangkan daun monokotil
tidak bertangkai, langsung melekat pada batang. Jaringan penyusun daun
meliputi epidermis, mesofil (parenkim), dan berkas pembuluh (Campbell, 2003).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :

No. Alat Gambar

1. Mikroskop

2. Pipet tetes

3. Pinset
4. Cawan petri

5. Objek glass

6. Cover glass

7. Pisau/silet
8. Kertas label

2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Daun Jambu Air
(Eugenia aquea)

2. Daun Keladi (Calladium


sp.)

3. Daun Pepaya (Carica


papaya)
4. Daun Petai Cina
(Leucaena glauca)

5. Gabus

6. Aquadest

7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Daun Jambu Air (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Tamim, 2019) Sumber : Lolix, 2019

Daun Jambu Air (Melintang) Sumber : Mulyani, 2006)


Perbesaran 10x10
Sumber : (Tamim, 2019)

Daun Jambu Air (Membujur) Sumber : Lolix, 2019


Perbesaran 4x10
Sumber : (Tamim, 2019)

Daun Jambu Air (Membujur)


Perbesaran 10x10 Sumber : Lolix, 2019
Sumber : (Tamim, 2019)
Klasifikasi : Daun Jambu Air
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Spesies : Eugenia aquea

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Epidermis

Berkas
pengangkut

Mesofil
Daun Keladi (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Marthai, 2019)
Sumber : (Martha, 2019)

Daun Keladi (Melintang)


Perbesaran 10x10
Sumber : (Marthai, 2019)

Epidermis

Berkaspenga
ngkut

Mesofil
Daun Keladi (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019) Sumber: (Marthai, 2019)
Daun Keladi (Membujur)
Perbesaran 10x10 Sumber : Martha, 2019
Sumber : (Martha, 2019)

Klasifikasi : Daun Keladi


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Calladium
Spesies : Calladium sp.

Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Daun Pepaya (Melintang)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)

Epidermis

Berkaspengang
kut

Mesofil

Daun Pepaya (Melintang)


Perbesaran 10x10 Sumber: (Hajiah, 2019)
Sumber : (Junira, 2019)

Epidermis

Berkaspen
gangkut

Mesofil
Daun Pepaya (Membujur)
Perbesaran 4x10 Sumber: (Nana, 2019)
Sumber : (Junira, 2019)

Parenkimb
intang

Daun Pepaya (Membujur)


Perbesaran 10x10
Sumber : (Junira, 2019) Sumber: (Hajiah, 2019)

Klasifikasi : Daun Pepaya


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Brassicales
Family : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)

Epidermis

Berkaspenga
ngkut

Mesofil
Daun Petai Cina (Melintang)
Perbesaran 4x10 Sumber: (Yuniarsi, 2019)
Sumber : (, 2019)

Daun Petai Cina (Membujur)


Perbesaran 4x10
Sumber : (Pratama, 2019)
Sumber : Pratama, 2019

Epidermis

Berkaspenga
ngkut

Mesofil

Daun Petai Cina (Membujur)


Perbesaran 4x10 Sumber : (Pratama, 2019)
Sumber : (Pratama, 2019)

Klasifikasi : Daun Petai Cina


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Rosales
Family : Mimosaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena glauca

G. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang dilakukan mengenai
Jaringan Pada Daun didapatkan hasil bahwa daun merupakan organ fotosintesis
utama pada sebagian besar tumbuhan. Pada daun monokotil dan dikotil terdapat
perbedaan susunan jaringan penyusunnya. Daun pada umumnya berbentuk tipis,
datar dan duduk daun pada batang menghadap keatas, diperkuat oleh tulang
daun dan memiliki permukaan luas untuk menerima cahaya matahari. Daun
berfungsi sebagai transportasi dan menangkap cahaya untuk berfotosintesis yaitu
perubahan energy matahari menjadi energi kimia. Pada anatomi daun terdapat
jaringan yang membantu dalam pertumbuhan suatu tumbuhan diantaranya
jaringan paenkim, jaringan epidermis, jaringan penyokong dan jaringan
pengangkut.
Dalam mengamati jaringan pada daun yang digunakan dalam praktikum
ini menggunakan bahan tumbuhan yaitu daun Jambu Air (Eugenia aquea), daun
Keladi (Calladium sp), Daun Pepaya (Carica papaya) dan daun Petai Cina
(Leucaena glauca). Pada pengamatan daun keladi (Calladium sp) dapat terlihat
epidermis atas, epidermis bawah, mesofil daun, jaringan palisade (tiang),
jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh, stomata, klorofil, dan
trikoma. Daun terdiri dari sistem jaringan dermal, yaitu diantaranya mesofil
yang banyak mengandung kloroplas. Mesofil dapat bersifat homogen atau
terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang).
Jaringan tiang lebih kompak dari pada jaringan spons yang memiliki ruang
antarsel yang luas. Jaringan tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang
tegak lurus terhadap permukaan helai daun. Pada daun tumbuhan ini terdapat
jaringan epidermis yaitu stomata sangat berguna bagi berlangsungnya proses
fotosintesis pada tumbuhan, karbon dioksida diproses menjadi oksigen dan
dikeluarkan melalui stomata, kemudian oksigen diperlukan oleh makhluk hidup
untuk bernapas (respirasi) (Kartasapoetra, 1991).

Epidermis

Stomata

Parenkim

Sumber : Martha, 2019


Pada pengamatan daun pepaya (Carica papaya) tersususn atas satu lapis
sel epidermis yang tidak mengandung kloroplas. Epidermis menutup secara
kontinu kedua permukaan atas daun dan dan karena itu dibedakan menjadi
eepidermis atas dan epidermis bawah. Pada mesofil berdiferensiasi menjadi
jaringan palisade dan jaringan bunga karang pada bagian ini proses fotosintesis
terjadi dalam sel-sel mesofil. Jaringan mesofil dengan pengecualian berkas
pembulu, meliputi semua sel anatara epidermis atas dan bawah. Berkas
pengangkut pada daun pepaya memiliki satu ibu tulang daun dan cabang-
cabangnya membentuk jala, fungsinya adalah tempat menyalurkan hasil
metabolisme ke bagian tubuh daun lainnya (Nugroho,2008).

Pengangkut

Sel

Sumber : Junira,2019

Parenkim Bintang

Sumber : Lolix,2019
Pada pengmatan daun jambu air tersusun oleh jaaringan epidermis bawah
dan atas, palisade dan spons parenkim serta berkas pembuluh, berkas
pengangkut, spons parenkim dan palisade parenkim, terdapat stomata, tumbuhan
ini merupakan tumbuhan dikotil. Pada pengamatan ininditemukan jaringan
epidermis ini berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan di dalamnya dari
gangguan mekanis. Dibawah lapisan epidermsi terdapat sel-sel parenkim yg
membentuk jaringan palisade dan spons.jaringan palisade merupakan jaringan
parenkim pada daun yang memiliki banyak kloroplas sehingga paada jaringan
ini terjadi fotosintesis, sel pada jaringan ini tersusun sangat rapat. Jaringan spons
pada tumbuhan dikotil ini terdapat berkas vaskuler (pembuluh angkut), yaitu
terdiri dari xylem dan floem. Berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil ini sedikit
dan berkas pembuluh yang terlihat jarang susunannya (Prawiro,1997).

Sumber : Aprillia, 2019

Epidermis

Jaringan Pengangkut

Pada pengamatan yang selanjutnya itu pada daun petai cina diamaati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dengan arah melintang dan
membujur terdapat jaringan epidermis, berkas pembuluh angkut xylem dan
floem, dan terdapat jaringan parenkim palisade dan spons (Mulyani, 2006).
Sumber : Lolix, 2019

Epidermis

Mesofil

Berkas Pengangkut
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pada daun
dapat di ambil kesimpulan bahwa pada sayatan jambu air hanya ditemukan
epidermis, xilem dan floem, juga zat klorofil yang menimbulkan warna hijau hal
ini disebabkan pada saytan jambu air terlalu tebal. Pada sayatan keladi
ditemukan sel batu, parenkim, epidermis, kortreks. Pada sayatan pepaya
ditemukan sel, dinding sel, xilem dan floem, korteks, parenkim papan,
epidermis. Pada sayatan petai cina hanya terlihat sel batu karena sayatannya
terlalu tebal,

I. Daftar Pustaka
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.

Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Jakarta.


Rineka Cipta. Hal: 147.

Anda mungkin juga menyukai