Laporan Antum Email
Laporan Antum Email
“ANATOMI TUMBUHAN”
ASISTEN PRAKTIKUM :
1. Cindy Anggraini
2. Destiana
3. Fuja Tri Wulandari
4. Mega Silvia
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
buku panduan praktikum Anatomi Tumbuhan ini dapat disusun tepat waktu. Buku ini
berisi tentang teori dan konsep dasar Anatomi Tumbuhan secara umum yang berfungsi
melaksanakan praktikum Anatomi Tumbuhan di laboratorium.
Penulisan buku panduan praktikum ini dimaksudkan untuk memberikan arahan
bagi mahasiswa dan juga para pembimbing dalam membuat proposal dan laporan tugas
dengan benar dan seragam. Buku panduan praktikum Anatomi Tumbuhan ini secara
berkala akan direvisi sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan kondisi perkembangan.
Penyusunan buku panduan ini membutuhkan waktu dan pemikiran yang mendalam,
oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak akan sangat bermanfaat guna
penyempurnaan dimasa mendatang.
Apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dan penyempurnaan buku ini.
Semoga buku ini dapat memberikan manfaat.
1. Pelajari terlebih dahulu dengan cermat landasan teori dari hal-hal yang akan
dipraktikkan;
2. Sebelum melakukan percobaan, bacalah berkali-kali langkah kerja dari setiap
kegiatan percobaan sampai Anda memahami bentuk langkah- langkah apa saja
yang harus Anda lakukan;
3. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan sebelum Anda melakukan kegiatan
praktikum;
4. Catat dan gambar hasil kegiatan praktikum pada lembar kerja yang telah tersedia;
5. Lakukan semua kegiatan dengan saksama, teliti, dan hati-hati; dan
6. Buatlah laporan kegiatan praktikum dengan baik, benar, dan ditulis.
PRAKTIKUM I
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Umbi wortel (Daucus
carota)
2. Bayam hijau
(Amaranthus gangeticus)
7. Aquadest
8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Sel
Sumber : Wikipedia.com
Sumber : Wikipedia.com
Sel
Sumber : www.google.com
Sel
sel
sel
sel
Sumber : www.google.com
sel
Sumber : www.google.com
Sel
Sel
Sumber : www.google.com
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap irisan umbi pada bawang merah
(Allium cepa) dengan perbesaran 4×10 terlihat dinding sel, sitoplasma, plastida
dan inti sel. Sel bawang merah memang tampak sangat sederhana, namun
sebenarnya sel bawang merah sangatlah kompleks. Dinding sel bawang merah
dan sel-sel tumbuhan yang lain, sangatlah rapat. Tersusun dari lapisan lipid
(lemak) dan lipoprotein yang sangat teratur. Adapun bentuk selnya adalah
segilima. Sel pada umbi lapis bawang merah adalah sel hidup karena memiliki
bagian sitoplasma yang merupakan komponen sitoplasmik yang bersifat air.
Pada sel tersebut terlihat warna ungu yang mengandung antosianin dan membuat
sel tersebut berbentuk poligon. Sitoplasma tampak jelas ketika diamati karena
berbentuk butiran-butiran halus. Selain itu juga memiliki inti sel, anak inti dan
dinding sel, pada sitoplasma terlihat adanya inti sel (Hidayat, 1995).
Jaringan Pengangkut
Sel
Sumber : (Ariska, 2019)
Pengamatan selanjutnya pada irisan membujur (Rhoeo discolor) dibawah
mikroskop pada perbesaran 4x10 diperoleh sel Rhoeo discolor bentuknya segi
enam, jarak antar dinding sel sangat rapat dan menyatu satu sama lain. Sel
Rhoeo discolor memiliki pigmen warna, mempunyai bentuk yang tetap atau
tidak berubah-ubah. Lamella atau rongga yang terletak di dekat dinding sel,
nampak jelas terlihat, rongga tersebut tersusun rapat mengikuti alur dari dinding
sel Rhoeo discolor. Sedangkan bagian kloroplas yang membentuk spiral
berwarna hijau hanya terlihat pada permukaan daun. Rhoeo discolor memiliki
bentuk segi enam, jarak antara dinding sel sangat rapat, serta sel satu dan yang
lainnya dipisahkan oleh pembatas (lamella) dan memiliki pigmen berwarna ungu
(Farhan, 2002).
Sel
Sumber : www.google.com
Pengamatan selanjutnya pada irisan membujur (Rosa sp) dibawah
mikroskop pada perbesaran 4x10 diperoleh sel trakea atau yang disebut dengan
pembuluh kayu yang terdiri dari deretan sel yang tersusun memanjang dan
bersambung pada ujung dan pangkalnya, yang mengandung warna cokelat
(lignifikasi). Terdapat sel trakea yang dilihat dari irisan membujur radial melalui
beras pembuluh dapat diketahui bahwa unsur-unsur trakea dinding sekundernta
erbeda-beda dalam bentuk maupun strukturnya. Trakea memiliki ciri khusus
yaitu berlubang pada ujung dinding, tetapi kadang-kadang lubang dibentuk pada
sisi dinding (Kartasapoetra, 1991).
Sel
I. Daftar Pustaka
Farhan. 2002. Anatomi Tumbuhan Edisi ketiga. Yogyakarta : UGM Press
Hidayat. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
PRAKTIKUM II
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Daun Begonia (Begonia
sp.)
6. Aquadest
7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Dinding Sel
Sumber : www.goole.com
Dinding Sel
Sumber : www.google.com
Dinding sel
Dinding sel
Sumber : Wikipedia.com
Sumber : Wikipedia.com
Dinding sel
Sumber : Wikipedia.com
Dinding sel
Sumber : Wikipedia.com
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum tentang
dinding sel tumbuhan didapatkan hasil bahwa dinding sel merupakan suatu
bentuk perluasan matriks ekstraseluler khusus yang mengelilingi setiap sel
tumbuhan. Dinding sel mempertautkan sel-sel yang berdekatan sehingga
membentuk tumbuhan utuh, struktur sel pada dinding sel yang paling menyolok
dilihat dari bawah mikroskop. Adanya dinding sel yang nyata merupakan
perbedaan pokok antara sel tumbuhan dengan sel hewan karena pada sel hewan
tidak dijumpai adanya dinding sel, akan tetapi sama-sama memiliki membran
plasma atau lapisan terluar sitoplasma yang berbeda dengan dinding sel. Pada
tumbuhan dinding sel mempunyai fungsi dalam mempertahankan opensial air
dan mekanisme pengangkutan air mineral pada tumbuhan.
Dalam mengamati dinding sel pada tumbuhan, melalui praktikum ini
akan diamati pada daun begonia (Begonia sp), daun suji (Pleomele angustifolia),
beringin putih (Picus benjamina) dan lidah buaya (Aloe vera L). Pada praktikum
yang telah dilakukan terhadap irisan melintang lidah buaya (Aloe vera L) dengan
perbesaran 4x10 terdapat dinding sel primer yang tipis. Sel ini diduga kuat
memiliki fungsi untuk menyokong berdirinya tumbuhan, juga merupakan dasar
bagi semua struktur dan fungsi tumbuhan dan dinding selnya jarang
mengandung lignin. Dinding-dinding selnya sangat terlihat lebar dikarenakan
hampir seluruh bagian tubuhnya dialih fungsikan untuk menyimpan cadangan
air (Nugroho, 2008).
Dinding Sel
Hal ini sesuai dengan (Fahn, 1995) yang menyatakan bahwa dinding sel
berfungsi sebagai penyokong mekanis organ tumbuhan, khususnya pada dinding
tebal. Dinding sel tersebut tumbuh disebelah luar protoplas. Berdasarkan
perkembangan dan struktur jaringan pada tumbuhan terdiri dalam tiga lapisa
pokok diantaranya yaitu lamella tengah, dinding primer dan dinding sekunder.
Selain itu juga pengamatan mengenai lidah buaya (Aloe vera L) terdapat plastida
yang berupa kloroplas berwarna hijau karena pigmen yang dominan yaitu
klorofil, bentuknya lensa yang terdapat dalam sel pada jaringan-jaringan yang
letaknya dekat batas luar atau tepi. Plastida berperan penting dalam proses
fotosintesis dan pembawa enzim-enzim pembentukan protein (Pratiwi, 2007).
Pengamatan kedua yang telah dilakukan terhadap daun begonia
(Begonia sp) sebagai golongan dari tanaman herba. pada irisan melintang
dengan perbesaran 4x10 terdapat maka terlihat Ca oksalat yang sama seperti
dengan kristal pasir, berbentuk piramida kecil. kristal kalsium oksalat
umumnya terdapat pada sel korteks dan sel parenkim floem dan parenkim
xilem yang merupakan hasil akhir atau sekresi dari suatu pertukaran zat yang
terjadi di dalam sitoplasma. Kristal kalsium oksalat terbentuk ketika asam
oksalat yang bersifat racun bagi tumbuhan dimetabolisme dengan ion kalsium
sehingga terjadi pengendapan. Endapan-endapan ini kemudian membentuk
kristal yang selanjutnya disebut kristal kalsium oksalat. Sifat kristal kalsium
oksalat, apabila ditambahkan asam cuka dan sedikit dipanaskan, maka akan
terbentuk gelembung-gelembung gas karbondioksida (Mulyani, 2006).
Dinding Sel
lDinding Sel
Ca-Oksalat
l
Sumber : (Aprillia,2019)
Pada praktikum yang telah dilakukan terhadap irisan daun suji (Pleomele
angustifolia) dengan perbesaran 4x10 pada sel tersebut terdapat bintik-bintik
hijau dipinggir sel sebagai kloroplas. Bagian tubuh penyusun Plomele
agustifolia yang diamati pada bagian daunnya. Sel-sel yang terlihat pada
mikroskop memiliki ruang yang lebih kecil, dan berbentuk bulat sampai lonjong,
dan diketahui bahwa didalam daun suji terdapat kroloplas. Kroloplas adalah
plastid yang berwarna hijau yang berperan dalam proses fotosentesis
(Ridhawati,2009).
Dinding Sel
Sumber : www.google.com
Pada pengamatan yang dilakukan menggunakan irisan beringin putih
(Picus benjamina) dengan perbesaran 4x10, pada sel tersebut terdapat epidermis
dari selapis sel. Dinding selnya mengalami penebalan tidak merata yang
menghadap keluar dan umumnya lebih tebal. Dinding sel tersebut terdiri dari
lignin tetapi lebih dominan terdiri dari kutin. Penebalan kutin ini membentuk
suatu lapisan kutikula yang ketebalannya tergantung pada habitatnya.
Hal tersebut sesuai dengan Kartasapoetra (1991) yang menyatakan bahwa
terbentuknya lapisan penebalan yang baru yang seolah-olah melekat pada
dinding sel yang lama yang telah dibentuk pada lapisan penebalan pertama.
Dengan cara pelekatan tersebut maka dinding sel akan akan tampak berlapis-
lapis seperti lamela-lamela penebalan. Cara ini menjadikan ruang sel menjadi
lebih sempit.
3
Keterangan :
1. Dinding Sel 4
2. Dinding Sel Sekunder
3. Noktah S
4. Saluran Noktah
Sumber : www.google.com
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang dinding sel dapat di
ambil kesimpulan bahwa dinding sel merupakan struktur terluar dari sel, dapat
diketahui macam bentuk dinding sel yakni dinding sel primer, dinding sel
sekunder dan lamela tengah. Pada praktikum ini ditemukan bebrapa sayatan
yang berwarna seperti pada irisan lidah buaya yang mengandung lignin dan
klorofil sehingga berwarna hijau, pada daun suji diemukan kroloplas yang
merupakan plastid yang berwarna hijau yang berperan dalam proses
fotosentesis.
I. Daftar Pustaka
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Ridhawati. 2009. Biologi Umum. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
Pratiwi, D.A.,dkk.2007.Biologi Jilid 2. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
PRAKTIKUM III
B. Tujuan praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan meristem;
2. Mengamati dan Mendekskripsikan zat yang terdapat di jaringan meristem
yang diamati;
3. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
4. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup yang tubuhnya tersusun
atas banyak sel. Sel-sel pada tubuh tumbuhan tersebut akan membentuk
pengelompokan di tempat tertentu dan terbentuklah adanya jaringan. Jaringan itu
sendiri dapat diartikan sebagai sekelompok sel yang memiliki struktur dan
fungsi yang sama dan terikat oleh bahan antar sel yang membentuk suatu satu
kesatuan. Suatu jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam bila pembagiannya didasarkan pada tahap
perkembangannya, yakni jaringan meristem dan jaringan dewasa.
Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel-sel melakukan
pembelahan diri. Namun, dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan lebih
lanjut, pembelahan sel menjadi terbatas dibagian khusus dari tumbuhan.
Jaringan ini tetap jadi bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan
embrionik ini disebut meristem. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula
berlangsung pada jaringan selain meristem, seperti pada jaringan korteks batang,
tetapi jumlah pembelahannya sangat terbatas (Nugroho, Purnomo, & Sumardi,
2006).
Jaringan meristem adalah suatu jaringan yang sel penyusunnya bersifat
embrional, artinya mampu terus-menerus melakukan pembelahan diri untuk
menambah jumlah sel tubuhnya. Sel-sel pada jaringan meristem biasanya
merupakan sel-sel muda dan belum mengalami diferensiasi dan spesialisasi.
Berdasarkan letaknya pada tubuh tumbuhan, jaringan meristem diklasifikasikan
menjadi tiga macam, yakni meristem apikal yang terdapat di ujung batang dan
ujung akar, meristem interkalar yang terdapat diantara jaringan dewasa
(misalnya dipangkal ruas batang rumput), dan meristem lateral yang terdapat
pada kambium pembuluh dan kambium gabus.
Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem.
Meristem apikal, berada pada ujung akar dan pucuk tunas, menghasilkan sel-sel
bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Pemanjangan ini, yang disebut
sebagai pertumbuhan primer. Selain itu ada pula pertumbuhan sekunder, yaitu
adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk
sebelumnya oleh pertumbuhan primer (Campbell, Reece, & Mitchell, 2003).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum)
6. Gabus
7. Aquadest
8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Kecambah Kacang Hijau (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)
Jaringan Meristem
Jaringan Meristem
Jaringan Meristem
Jaringan Meristem
Sumber : Lolix,2019
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan meristem
dapat di ambil kesimpulan bahwa jaringan meristem adalah suatu jaringan yang
sel penyusunnya bersifat embrional. Paada praktikum ini terdapat zat yang
terdapat pada jaringan meristem seperti pada sayatan penampang melintang dan
membujur yang diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dalam
mengamati jaringan meristem pada tumbuhan digunakan bahan tumbuhan
diantaranya Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), Sri Rejeki (Aglaonema
sp), Bawang Merah (Allium cepa), Kecambah Kacang Hijau (Vigna radiata) dan
Tunas Pisang (Musa paradisiaca).
I. Daftar Pustaka
Cambpell. 2003. Biologi Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Pratiwi, D.A.,dkk.2007. Biologi Jilid 2. Jakarta : PT.Gelora Aksara Pratama.
Yatim, Widan. 1996. Bilogi. Bandung : Tarsito.
PRAKTIKUM IV
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan dasar;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Suatu jaringan penyusun tubuh tumbuhan dapat dikelompokkan
menjadi dua macam bila pembagiannya didasarkan pada tahap
perkembangannya, yakni jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan
meristerm adalah jaringan yang bersifat embrional, artinya mampu terus-
menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. Sedangkan jaringan
dewasa adalah jaringan yang terbentuk dari diferensiasi dan spesialisasi sel-sel
hasil pembelahan jaringan meristem. Jaringan dewasa ini umunya tidak lagi
mengalami pertumbuhan. Jaringan dewasa meliputi jaringan epidermis, jaringan
parenkim, jaringan penyokong (kolenkim dan sklerenkim), serta jaringan
pengangkut (xilem dan floem).
Dan pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan yang
terfokus mengenai jaringan dewasa, khususnya jaringan parenkim pada
tumbuhan. Jaringan parenkim itu sendiri merupakan suatu jaringan yang
umumnya disebut sebagai jaringan dasar karena menjadi tempat bagi jaringan-
jaringan yang lain. Selain sebagai jaringan dasar, parenkim juga berfungsi
sebagai jaringan penghasil dan penyimpan cadangan makanan.
Jaringan ini tersusun atas sel-sel hidup dengan bentuk dan fisiologi yang
sama. Sel-sel penyusun jaringan parenkim ini umumnya tersusun tidak rapat,
sehingga terdapat ruang diantara sel yang satu dengan sel lainnya. Parenkim
merupakan jaringan dengan sel-sel yang membentuk jaringan sinambung
dalam korteks akar, batang, dan mesofil daun. Selain itu, parenkim juga terdapat
sebagai jari-jari empulur. Sel parenkim adalah sel hidup yang mampu tumbuh
dan membelah. Fungsinya antara lain dalam fotosintesis, penyimpanan bahan,
dan penyembuhan luka (Hidayat, 1995).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Lidah Buaya (Aloe vera)
3. Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes)
4. Kangkung (Ipomoea
aquatica)
5. Teratai (Nymphaea
pubescens)
6. Gabus
7. Aquadest
8. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Sumber : www,google.com
Sumber : www,google.com
\
Sumber : Wikipedia.com
Sumber : Wikipedia.com
Kangkung (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)
Sumber : Trisnawati,2019
Kangkung (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019)
Klasifikasi : Kangkung
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Solanales
Family : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica
Sumber : www.google.com
Teratai (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)
Sumber : www.google.com
Teratai (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)
Klasifikasi : Teratai
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Nymphaeales
Family : Nymphaeaceae
Genus : Nymphaea
Spesies : Nymphaea pubescens
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai jaringan dasar didapatkan hasil
bahwa jaringan parenkim atau jaringan dasar merupakan jaringan pengisi antar
jaringan pada tubuh tumbuhan. Jaringan ini termasuk jaringan yang bersifat
merismatis sehingga mampu membentuk jaringan – jaringan lain. Sel – sel
parenkim memiliki bentuk cenderung bulat dengan dinding sel tipis dan kaya
akan protoplasma. Karakteristik yang mirip dengan jaringan meristem ini
membuat jaringan parenkim yang merupakan jaringan dewasa besifat
merismatik dan mampu membuat jaringan lain.
Pada praktikum ini pengamatan untuk mengamati jaringan parenkim
menggunakan bahan Lidah Buaya (Aloe vera L), daun Jagung (Zea mays),
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes), Kangkung (Ipomoea aquatica) dan
Teratai (Nymphaea pubescens) menggunakan perbesaran 4×10. Pada
pengamatan irisan eceng gondok (Eichhornia crassipes) diketahui bahwa
struktur anatomis batang eceng gondok terdiri dari beberapa jaringan penyusun
organnya. Jaringan penyusun tersebut berupa jaringan epidermis, jaringan dasar
(parenkim), dan jaringan pengangkut (xilem dan floem). Jaringan parenkim yang
nampak pada penampang melintang batang eceng gondok didominasi oleh
jaringan aerenkim. Jaringan aerenkim merupakan jaringan parenkim yang ruang
antar selnya besar, sel- sel penyusunnya bulat, dan banyak rongga udara diantara
sel-sel penyusunnya. Jaringan aerenkim pada batang eceng gondok ini nampak
seperti spons yang berongga yang berfungsi sebagai tempat masuknya udara dan
sebagai alat untuk penguapan air (Yatim, 1996).
Parenkim
Sumber : ( Martha,2019)
Menurut Kertassapoetra (1991), parenkim udara adalah parenkim yang
ruang antar selnyabesar, sel-sel penyusunnya bulat atau seperti bintang. Karena
eceng gondok merupakan jenis tumbuhan hidrofit (tumbuhan yang hidup/
habitatnya di air),maka sel tubuhnya berdiferensiasi untuk memperoleh
cadangan udara melalui jaringan parenkim udara (aerenkim). Tidak seperti
tumbuhan lain yangmemperoleh gas yang dibutuhkan untuk fotosintesis dari
stomata pada daun baik di bagian atas maupun bawah daun. Serta dilengkapi
akar yang dapat mengikation-ion hasil hidrolisis gas-gas tertentu melalui pori
udara di tanah.
Pada pengamatan irisan batang kangkung tersusun atas sel aerinkim atau
parenkim aerob. Jaringan parenkim tersusun rapat, berbentuk tidak beraturan,
dan mengandung kloroplas yang jumlahnya lebih dari satu. Batang tumbuhan air
berisi suatu sistem ruang antar sel yang meluas sehingga melalui ruang tersebut
terjadi difusi gas secara bebas batang kangkung berwarna hijau sehingga
mengandung kloroplas. Hal ini membuktikan bahwa batang kangkung juga
melakukan fotosintesis. Pada batang kangkung empulurnya mengalami
perombakan(tidak terdapat empulur) sehingga bagian tengahnya berlubang dan
dibatasi oleh ruas (buku), hal ini mendukung fungsinya sebagai tumbuhan air
yang memiliki kemampuan untuk mengapung (Pratiwi,2007).
Parenkim
Sumber : Wikipedia.com
Pada pengamatan pada irisan daun jagung (Zea mays) pada preparat
tampak bagian sel inti, sel tetangga, dan sel penutup. Sel penutup stomata Z.
mays memanjang dengan bagian ujung membesar dan kecil dibagian tengah
yang membuktikan bahwa pada daun Zea Mays terdapat modifikasi epidermis
berupa stomata yang berbentuk halter. Dan pada perbesaran 4x10 tampak
stomata-stomata daun tersusun teratur. Pada daun Zea mays yang memiliki
pertulangan daun sejajar, stomatanya tersusun berderet sejajar. Sel penutup
berbentuk seperti halter. Bagian ujungnya membesar dan berdinding tipis.
Adanya peningkatan turgor pada sel penutup ini meyebabkan bagian ujung sel
membesar sehingga menekan bagian tengah sel yang memanjang. Bagian
tengahnya memanjang, berdinding tebal, dan lumen selnya sempit. Karena
struktur tersebut, inti sel penutupnya tampak sebagai 2 elips yang dihubungkan
dengan sebuah benang sempit.
Jaringan
Parenkim
Sumber : Ariska, 2019
Pada praktikum yang telah dilakukan terhadap irisan melintang batang
teratai (Nymphaea aquatica) dengan perbesaran 4x10 dapat dilihat bahwa
dibawah lapisan epidermis terdapat lapisan korteks yang terbagi menjadi dua,
korteks dalam dan korteks luar. Korteks luar tersusun atas sel-sel yang kecil dan
rapat. Korteks dalam pada batang tersusun atas sel-sel parenkim yang
menunjukkan penebalan yang nyata. Penebalan yang terjadi adalah lakuner dan
lamellar. Penebalan ini terjadi sebagai hasil adaptasi dengan lingkungannya yang
berair. Sebagian besar parenkim berdiferensiasi menjadi lakuna sedangkan
parenkim lainnya tetap sebagai parenkim selama hidupnya.
Parenkim
Parenkim
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan penguat;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Untuk memperkokoh tubuhnya, tumbuhan memerlukan adanya suatu
jaringan yang berfungsi sebagai penguat atau penunjang yang disebut sebagai
jaringan mekanik. Jaringan mekanik yang menyusun suatu tubuh tumbuhan
meliputi jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim. Jaringan mekanik
merupakan suatu jaringan yang berfungsi untuk memberi kekuatan agar
tumbuhan dapat melakukan perimbangan-perimbangan bagi pertumbuhannya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa jaringan mekanik, maka kekuatan
perlindungan pada tumbuh-tumbuhan tidak akan ada. Pada tumbuhan tingkat
tinggi, jaringan mekanik dapat mengatasi adanya pengaruh kekurangan air pada
sel-selnya dengan memberikan kekuatan yang besar, sehingga tumbuhan tetap
dapat berdiri tegak tanpa mengalami kelayuan. Suatu jaringan mekanik pada
tubuh tumbuhan umumnya memiliki sel-sel yang berdinding tebal, mengandung
lignin dan zat-zat yang dapat memberikan sifat keras pada dinding selnya.
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yakni jaringan kolenkim (collenchym) dan jaringan sklerenkim
(sclerenchym) (Sutrian, 2011).
Kedua jenis jaringan mekanik memiliki perbedaan dalam hal struktur
jaringannya, dimana pada jaringan kolenkim terdapat adanya protoplasma
namun tidak terjadi penebalan (lignifikasi) pada dindingnya. Selain itu,sel- sel
pada jaringan kolenkim merupakan sel hidup dan memiliki sifat yang mirip
dengan jaringan parenkim. Sedangkan pada jaringan sklerenkim tidak terdapat
adanya protoplasma dan dindingnya mengalami penebalan dari zat lignin
(lignifikasi) serta tersusun atas sel-sel mati. Jaringan kolenkim yang merupakan
jaringan hidup yang terspesialisasi sebagai penyokong dalam organ yang muda.
Sel kolenkim ini tersusun sebagai berkas atau silinder dekat permukaan korteks
pada batang dan tangkai daun sepanjang tulang daun besar pada helaian daun.
Sedangkan jaringan sklerenkim yang selnya membentuk kumpulan sel yang
berkesinambungan atau berupa berkas yang ramping yang berfungsi sebagai
penyokong bagian tumbuhan yang telah dewasa (Hidayat, 1995).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Buah Jarak (Jatropha
curcas)
2. Kembang Sepatu
(Hibiscus rosasinensis)
3. Buah Kelapa (Cocos
nucifera)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sumber : Ocha,2019
Kembang Sepatu (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)
Sumber : Ocha,2019
Kembang Sepatu (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Vlavia, 2019)
Buah Kelapa
Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)
Serabut Kelapa
Perbesaran 4x10
Sumber : (Aprillia, 2019)
Kolenkim
Sklerenkim
Serat-serat Sklereid
Sklerenkim
I. Daftar Pustaka
Kartasapoetra. 19991. Pengantar Aantomi Tumbuh-tumbuhan Tentang Sel Dan
jaringan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.
PRAKTIKUM VI
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan pelindung;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti
atas, derma berarti kulit. Maka epidermis adalah lapisan-lapisan sel yang berada
paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti : akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji. Dan dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang berasal
dari meristem primer, dan pembentukan jaringannya itu tentunya akan
merupakan jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya tersusun
dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya tampak berbentuk
macam-macam, seperti misalnya isodeamitris yang memanjang, berlekuk-lekuk
atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari sel-sel epidermis kenyataannya
begitu rapat sehingga karenanya diantara sel-sel tidak terdapat ruang-ruang antar
sel. Kenyataan bahwa adanya protoplasma yang walaupun hanya sedikit yang
melekat pada dinding selnya, menandakan bahwa sel-sel epidermis itu masih
hidup (Sutrian, 2004).
Epidermis merupakan lapisan sel terluar pada daun, bunga, buah, dan
biji, serta pada batang dan akar sebelum tumbuhan mengalami penebalan
sekunder. Meskipun dari segi ontogeni seragam, dari segi morfologi maupun
fungsi sel epidermis tidak seragam. Selain sel epidermis biasa, terdapat sel
epidermis yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada stomata,
serta sel lain. Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel. Pada beberapa
tumbuhan, sel protoderm pada daun membelah dengan bidang pembelahan
sejajar dengan permukaan, dan turunannya dapat membelah lagi sehingga terjadi
epidermis berlapis banyak (Hidayat, 1995). Tahap awal perkembangan
epidermis secara ontogenetik tidak sama antara yang terdapat pada akar dengan
yang ada pada pucuk. Epidermis biasanya terdapat pada seluruh kehidupan
organ-organ tumbuhan yang tidak mengalami penebalan sekunder (Iserep,
1993).
Jaringan epidermis itu sendiri merupakan suatu jaringan atau lapisan sel
terluar pada daun, bunga, buah, dan biji, serta pada batang dan akar sebelum
tumbuhan mengalami penebalan sekunder. Selain sel epidermis biasa, terdapat
sel epidermis yang telah berkembang menjadi sel rambut, sel penutup pada
stomata, serta selain. Adanya kutin, bahan lemak di dalam dinding luar,yang
membatasi trasnpirasi. Karena susunan sel merapat serta berkutikula yang
kaku dan kuat, maka epidermis berperan sebagai penyokong mekanik. Pada
akar, adanya kutikula tipis serta rambut akar menunjukkan bahwa epidermis
akar mudah terspesialisasi untuk penyerapan (Nugroho, Purnomo, & Sumardi,
2006).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Bayam Hijau
(Amaranthus gangeticus)
2. Mawar Merah Muda
(Rosa felicia)
7. Gabus
8. Aquadest
9. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Sumber : Trisnawati,2019
Sumber : www.google.com
Sumber : Wikipedia.com
Sumber : Ocha,2019
Sumber : Ocha,2019
(b)
(a) Buah Melinjo Membujur Dalam Buah Melinjo Membujur Luar
(b) Buah Melinjo Membujur Luar Sumber Ariska, 2019
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)
Jaringan Epidermis
Trikoma
Trikoma
Jaringan Pelindung
Stomata
Trikoma
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pelindung
dapat di ambil kesimpulan bahwa jariang pelindung atau sering disebut jaringan
epidermis yang berada pada bagian terluar jaringa penyusun tumbuhan dan
umumnya terdiru hanya satu lapis. Jaringan epidermis merupakan jaringan yang
dapat ditemukan hampir pada semua tanaman. Pada praktikum jaringan
pelindung dengan bahan bayam hijau, mawar, melinjo, tomat, pukul empat dan
daun terong masing-masing dapat diamati dengan jelas jaringan epidermisnya.
I. Daftar Pustaka
Sutrian, (2004). Pengantar Anatomi Tumbuhan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ridhawati. 2009. Biologi Umum. Yogyakarta: Cipta Pustaka.
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
PRAKTIKUM VII
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai jaringan pengangkut;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Pada tumbuhan berpembuluh, pengangkutan air serta garam-garam
mineral maupun hasil fotosintesis dilakukan oleh jaringan pembuluh atau
jaringan angkut yang terdiri dari dua kelompok sel yang memiliki asal yang
sama. Namun kedua pembuluh angkut tersebut berbeda bentuk, struktur dinding
dan isi selnya (Savitri, 2008). Jaringan pengangkut merupakan jaringan yang
khusus, yang kegunaanya bagi tumbuh-tumbuhan sebagai jaringan untuk
mengangkut zat-zat mineral (zat-zat hara dan air) yang diserap oleh akar dari
tanah atau zat-zat makanan yang telah dihasilkan pada daun untuk disalurkan ke
bagian-bagian lain untuk hidup dan berkembang (Hidayat, 1995). Jaringan
angkut tersebut dapat berupa xylem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh
tapis). Xylem mempunyai fungsi utama mengangkut air dan zat-zat hara yang
terlarut didalamnya. Sedangkan floem mempunyai fungsi utama mengangkut zat
makanan hasil fotosintesis keseluruh bagian tumbuhan yang membutuhkan
(Savitri, 2008).
Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang jaringan
pengangkut agar kita dapat mengamati tentang komponen-komponen jaringan
angkut xylem dan jaringan angkut floem, susunan berkas pengangkut dalam
organ tumbuhan dan macam-macam tipe berkas pengangkut.
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Ubi Kayu
(Manihot utilisima)
2. Daun Nanas Kerang
(Rhoeo discolor)
3. Daun Alamanda
(Allamanda cathartica)
4. Gabus
5. Aquadest
6. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Batang Ubi Kayu (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Junira, 2019) Sumber : Sisi, 2019
Jaringan
Pengangkut
Floem
Xilem
Sumber : www.google.com
Pada pengamatan selanjutnya pada daun alamanda (Allamanda
cathartica) pengamatan struktur jaringan pada daun alamanda dengan
perbesaran 4x10, terdapat jaringan epidermis yaitu stomata dan terdapat jaringan
pengangkut xilem dan floem pada tumbuhan tersebut (Kimball, 1991).
Jaringan Pengangkut
Sumber : www.google.com
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pengangkut
dapat di ambil kesimpulan bahwa jaringan pengangkut merupakan jaringan yang
dimiliki oleh tumbuhan hijau berpembuluh. Pada batang ubi, daun alamanda dan
Rhoeo discolor dapat dilihat berkas pengangkut dengan jelas, namun pada
pengamatan alamanda tidak dapat karena sayatan yang digunakan terlalu tebal.
I. Daftar Pustaka
Sutrian, (2004). Pengantar Anatomi Tumbuhan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.
PRAKTIKUM VIII
B. Tujuan Praktikum :
1. Dapat melakukan percobaan mengenai akar;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Akar merupakan salah satu bagian tumbuhan yang harus ada. Tanpa akar
bagaimana mungkin tumbuhan bisa hidup. Seperti yang kita ketahui, tumbuhan
jenis apapun baik itu tumbuh sendiri secara liar maupun yang sengaja ditanam
oleh manusia pasti memiliki akar. Demikian juga tumbuhan yang menempel
pada tumbuhan lain pun sebenarnya juga memiliki akar. Dari sini sudah sangat
jelas jika akar merupakan bagian tumbuhan yang sangat pokok. Akar juga
sebagai pembeda tumbuhan dikotil dan monokotil.
Untuk lebih jelasnya berikut ini struktur bagian dalam akar (anatomi
akar) yang terdiri dari:
Epidermis
Epidermis merupakan bagian terluar dari akar. Susunan sel-sel epidermis
rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Sebagian sel
epidermis membentuk rambut akar dengan pemanjangan ke arah lateral dari
dinding luarnya. Rambut akar merupakan modifikasi dari sel epidermis akar
yang bertugas menyerap air dan garam mineral. Pertumbuhan rambut akar
memperluas permukaan akar sehingga penyerapan lebih efisien.
Korteks
Korteks terletak di bawah epidermis. Sel-selnya tidak tersusun rapat
sehingga banyak memiliki ruang antar sel yang berperan dalam pertukaran gas.
Jaringan-jaringan pada korteks antara lain parenkim, kolenkim, dan sklerenkim.
jaringan parenkim berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
Endodermis
Endodermis merupakan jaringan antara korteks dengan silinder pusat
atau stela. Sebagian besar sel endodermis memiliki bagian seperti pita yang
mengandung gabus (zat suberin) atau zat lignin. Bagian ini disebut pita kaspari.
Pita kaspari ini tidak tembus air dan zat-zat terlarut lainnya. Air dan zat-zat
terlarut yang melewati endodermis harus melewati protoplasma yang melekat
pada pita kaspari. Jadi jaringan endodermis ini berfungsi sebagai pengatur
jalannya larutan yang diserap dari tanah masuk ke silinder pusat.
Silinder pusat/stele
Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari struktur anatomi
akar. Susunan silinder pusat dari dalam keluar meliputi stele, xilem, kambium,
floem dan perisikel. Silinder pusat atau steleberfungsi sebagai alat angkut air
dan mineral dari akar yang kemudian dilanjutkan oleh berkas pengangkut
xilem. Didalam stele, terdapat berkas pengangkut, yaitu xilem dan floem. Xilem
berfungsi mengangkut air dan mineral dari akar ke daun. Sedangkan floem
berfungsi mengangkut/mengedarkan hasil fotosintesis keseluruh bagian
tumbuhan. Xilem dan floem letaknya berselang-seling dengan dibatasi oleh
kambium. Pada akar tumbuhan dikotil, kambium terdapat didalam berkas
pengangkut diantara xilem dan floem. Kambium kearah luar membentuk floem
dan kambium kearah dalam membentuk xilem. Adanya kambium menyebabkan
pertumbuhan membesar.pada akar dikotil yang masih muda. Sedangkan
empulur letaknya paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut yang
terdiri atas jaringan parenkim. Empulur hanya terdapat pada akar tumbuhan
dikotil. Lapisan terluar dari stele adalah perisikel. Fungsi perisikel adalah untuk
membentuk cabang-cabang akar.
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Ubi Kayu
(Manihot utilisima)
3. Daun Alamanda
(Allamanda cathartica)
4. Gabus
5. Aquadest
6. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Batang Ubi Kayu (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Ariska, 2019)
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Daun Rhoeo discolor (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019)
Stele
Sel
Dinding Sel
Jaringan Meristem
Jaringan Parenkim
Jaringan Pengangkut
Jaringan Epidermis
Sel
Dinding Sel
Parenkim
Jaringan Epidermis
Jaringan Penguat
Jaringan Meristem
Sumber : www.google.com
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pada akar
dapat di ambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh yakni pada sayatan Ubi
Kayu dapat dilihat sel, dinding sel, epidermis, jaringan pengankut, xilem dan
floem serta parenkim udara. Pada sayatan Nanas Kerang dapat dijumpai sel,
dinding sel, epidermis, xilem dan floem, parenkim batang, korteks dan sel
kersik. Pada sayatan Alamanda ditemukan sel, dinding sel, dan epidermis, pada
Alamanda hanya ditemukan sedikit karena sayatannya terlalu tebal.
I. Daftar Pustaka
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Prawiro. 1997. Biologi Sains. Bumi Aksara. Jakarta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
PRAKTIKUM IX
A. Judul Praktikum : Jaringan Pada Batang
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai batang;
2. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
3. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Pengertian Batang adalah bagian utama tumbuhan yang ada di atas tanah
dan mendukung bagian-bagian lain dari tumbuhan, yakni daun, bunga dan buah.
Oleh karena itu, batang memiliki struktur yang lebih kompleks dari pada akar.
Batang memiliki ruas dan antarruas. Pada ruas akan muncul bunga atau tunas
daun. Letak cabang-cabang pada batang berfungsi menempatkan daun dalam
posisi yang memungkinkan daun mendapat cahaya matahari untuk proses
fotosintesis. Pada umumnya, bentuk penampang melintang batang dibedakan
menjadi tiga, yaitu bulat, persegi, dan pipih. Batang tumbuhan yang berbentuk
bulat, misalnya pada tumbuhan bambu dan kelapa. Batang yang berbentuk segi
empat, misalnya pada tumbuhan iler dan markisa. Batang yang segitiga,
misalnya pada tumbuhan rumput teki. Batang yang berbentuk pipih, misalnya
pada tumbuhan kaktus.
Fungsi Batang
Mendukung bagian-bagian tumbuhan yaitu daun, bunga, dan buah
Merupakan jalur transportasi air dan zat makanan hasil fotosintesis
Membantu proses pernapasan, karna oksigen dapat masuk ke lentisel
Tempat melekatnya daun, bunga dan buah
Sebagai penopang atau penyokong sehingga tumbuhan tetap berdiri tegak
Sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif dengan metode
pencangkokan
Tempat menyimpan cadang makanan misalnya sagu
Struktur Batang
Pada umumnya, struktur bagian anatomi batang terdiri atas tiga jaringan,
yaitu jaringan epidermis, korteks, dan stele.
Epidermis
Epidermis adalah batang yang tersusun dari selapis sel yang tersusun
rapat tanpa ruang antarsel dan berkutikula. Sel-sel penyusun jaringan epidermis
selalu aktif membelah untuk mengimbangi pertumbuhan batang. Fungsi
epidermis yang utama adalah sebagai lapisan pelindung dari bahaya kekeringan.
Batang tumbuhan dikotil memiliki lapisan epidermis berupa kulit kayu yang
berbentuk dari jaringan gabus. Jaringan gabus tidak dapat ditembus oleh air dan
gas. Oleh karena itu, jaringan gabus memiliki celah-celah berupa lentisel untuk
memelihara perubahan gas.
Korteks
Korteks adalah tersusun dari jaringan parenkin yang berkloroplas. Sel-
selnya berdinding tipis dan tersusun tidak beraturan dengan ruang antarsel yang
cukup lebar. Beberapa jenis tumbuhan rumput-rumputan memiliki jaringan
sklerenkim sebagai jaringan penguat pada korteks batang, sedangkan tumbuhan
sejenis pinus (konifer) pada umumnya tidak mempunyai jaringan penguat.
Endodermis
Endodermis adalah lapisan korteks yang paling dalam dan berbatasan
dengan silinder pusat memiliki sel-sel yang bentuk dan susunannya khas.
Lapisan sel yang menjadi batas antara korteks dan silinder pusat pada akar lazim
dinamakan endodermis. Namun, lapisan berupa yang terdapat pada batang,
banyak mengandung butir-butir zat tepung. Oleh karena itu, endodermis batang
disebut juga sarung tepung (floeoterma).
Silinder Pusat
Silinder pusat atau stele adalah tersusun atas beberapa jaringan, yaitu
berkas pengangkut, empulur, dan perikambium. Perikambium atau perisikel
merupakan lapisan sel yang paling tepi dari silinder pusat. Di sebelah dalamnya
terdapat jaringan parenkim dengan berkas-berkas pembuluh pengangkut. Berkas
pengangkut terdiri atas xilem dan floem yang merupakan kelanjutan dari xilem
dan floem pada akar. Empulur yang terletak di bagian tengah atau inti batang
tersusun dari jaringan parenkim. Pada beberapa batang tumbuhan, bagian
empulur mengalami kerusakan selama masa pertumbuhan sehingga banyak
membentuk ruang antarsel. Batang tumbuhan tertentu memiliki saluran getah
yang terletak di dalam silinder pusat.
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Batang Cabe (Capsium
frustacens)
2. Batang Paku-Pakuan
(Pteridophyta)
3. Daun Begonia (Begonia
sp.)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Korteks
Endodermis
Berkaspembu
luh
Sumber: (Hajiah, 2019)
Batang Begonia (Membujur)
Perbesaran 10x10
Sumber : (Aprillia, 2019)
G. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum mengenai jaringan pada batang
didapatkan hasil bahwa batang merupakan bagian utama tumbuhan yang ada
diatas tanah dan mendukung bagian-bagian lain dari tumbuhan, yaitu daun,
bunga dan buah. Batang memiliki struktur yang lebih kompleks daripada akar,
batang memiliki ruas dan antarruas. Pada umumnya bentuk penampang
melintang batang yaitu bulat, persegi dan pipih. Batang berfungsi sebagai jalur
transportasi air dan zat makanan hasil fotosintesis, membantu proses pernapasan,
karena oksigen (𝑂2 ) dapat masuk ke lentisel. Struktur pada batang dapat
meliputi epidermis, korteks, endodermis dan silinder pusat. Pada anatomi batang
terdapat jaringan yang membantu dalam proses pertumbuhan dari tumbuhan
tersebut diantaranya yaitu jaringan kambium, jaringan pengangkut, jaringan
epidermis, jaringan penguat dan jaringan parenkim
Dalam mengamati jaringan pada batang tumbuhan digunakan bahan
tumbuhan diantaranya yaitu batang Cabe (Capsium frustacens), batang Paku-
pakuan (Pteridophyta), batang Begonia (Begonia sp) dan daun Terong
(Capsicum sp). Pada pengamatan pertama yang dilakukan terhadap sayatan tipis
batang Cabe (Capsium frustacens) dengan perbesaran 4x10 dan 10×10, dapat
terlihat epidermis, korteks, floem, kambium, xylem dan empulur. Batang cabe
(Capsium frustacens) termasuk tipe bikolateral dan mempunyai berkas
pembuluh tipe kolateral terbuka dan berkas pengangkutnya berada teratur di
dalam lingkaran (Mulyani,2006).
Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu bermitosis, hal ini
penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam
akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah kawasan diantara epidermis dan
sel silinder pembuluh paling luar, korteks batang terdiri dari parenkim yang
berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim dan sklerenkim. Batas
antara korteks dan daerah pembuluh atau pengangkut tidak jelas karena sering
tidak ditemukan endodermis apalagi pada batang yang masih muda
(Hidayat,1995).
Epidermis
Korteks
Endodermis
Jaringan Meristem
Jaringan Penguat
Sumber : Wikipedia.com
Trikoma
Sumber : Vlavia,2019
Sumber : Wikipedia.com
Pada pengamatan batang Begonia (Begonia sp) ini menggunakan dengan
perbesaran 4x10 dan 10x10, dapat terlihat epidermis, korteks, floem, kambium,
xylem dan empulur. Epidermis pada batang adalah sel hidup yang mampu
bermitosis, hal ini penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi
tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Korteks adalah kawasan
diantara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar, korteks btang terdiri
dari parenkim yang berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim dan
sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah pembuluh atau pengangkut tidak
jelas karena sering tidak ditemukan endodermis apalagi pada batang yang masih
muda. Empulur biasanya terdiri dari parenkim yang dapat mengandung
kloroplas. Bagian tengah empulur dapat rusak diwaktu pertumbuhan, sering hal
itu terjadi dibagian di daerah ruas, sementara didaerah buku empulur utuh (Fahn,
1995). Parenkim
Stomata
Epidermis
(Membujur 10x10)
Sumber : Aprillia, 2019
(Melintang 4x10)
Sumber : Aprillia, 2019
Trikoma Non-grandular
Parenkim
Epidermis
Jaringan Meristem
Jaringan Pengangkut
Sel
Stomata
(Melintang 4x10)
Sumber : Ariska,2019
Parenkim
Epidermis
Pengangkut
(Melintang 10x10)
Sumber : Ariska,2019
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang sel dapat di ambil
kesimpulan bahwa pada sayatan cabe ditemukan sel, dinding sel, epidernis,
koeteks, sel batu, iylem dan floem, sel kersik. Pada sayatan paku pakuan hanya
ditemui beberapa seperti epidermis, sel rambut karena sayatan terlalu tebal. Pada
sayatan begonia ditemukan sel, dinding sel, epidermis, korteks, xilem floem dan
sel batu. Pada sayatan terong ditemukan sel, dinding sel, parenkim dan korteks.
I. Daftar Pustaka
Hidayat, Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Kimball, J.W. 1991. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
PRAKTIKUM X
B. Tujuan Praktikum
1. Dapat melakukan percobaan mengenai daun;
2. Mampu mengidentifikasi anatomi daun Gymnospermae, Dikotil dan
Monokotil;
3. Menyimpulkan hasil praktikum berdasarkan data yang diperoleh; dan
4. Membuat laporan praktikum dengan jelas.
C. Dasar Teori
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan.
Bentuk daun sangat bervariasi dimana pada umumnya, daun berbentuk tipis
melebar, berwarna hijau, duduk daun pada batang menghadap ke atas, dan
diperkuat oleh tulang daun. Pada daun tumbuhan monokotil dan dikotil terdapat
perbedaan susunan jaringan penyusunnya.Pada tumbuhan monokotil dan dikotil
memiliki struktur anatomi organ yang berbeda-beda. Mulai dari akar, batang,
daun, hingga organ reproduksinya. Dapat diketahui bahwa perbedaan yang
paling mencolok antara tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas
pembuluh, berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil terlihat lebih teratur,
sedangkan berkas pembuluh pada tumbuhan monokotil terlihat tidak teratur
(Soerga, 2011).
Tanaman berbunga dengan biji tertutup dalam ovarium atau buah
kemajuan evolusi terbaru dan terbesar dalam kerajaan tumbuhan. Tanaman ini
disebut angiosperma dan telah ada selama sekitar 125 juta tahun. Mereka
mendominasi flora tanaman yang lebih tinggi di bumi saat ini. Angiosperma
dibagi menjadi dua kelompok, monokotil dan dikotil, berdasarkan struktur
tanaman. Monokotil adalah bentuk singkat dari monokotil berarti satu daun biji.
Ini adalah referensi ke daun tunggal yang muncul saat monokotil berkecambah.
Monokotil adalah lebih kecil dari dua kelompok, memiliki sekitar 60.000
spesies. Ini termasuk rumput, bunga lili, iris, anggrek, palem, aroids, sedges dan
banyak gulma kolam. Struktur monokotil memiliki kesamaan termasuk vena
paralel, ikatan pembuluh tersebar, tidak adanya kayu pertumbuhan sekunder dan
bagian bunga dalam kelipatan tiga. Para dikotil terdiri sekitar 190.000 spesies
yang mencakup hampir semua akrab pohon non-konifera dan semak-semak dan
hampir semua bumbu tahunan termasuk rumput. Dikotil juga merupakan bentuk
singkat berasal dari dicotyledon kata mengacu pada daun dua benih hadir setelah
perkecambahan. Vena dikotil biasanya netlike, ada cincin vaskular tunggal terus
menerus, woody pertumbuhan sekunder hadir di pohon dan semak-semak dan
bagian bunga terjadi dalam kelipatan 4s atau 5s (Perry, 1991).
Daun pada umumnya berbentuk tipis melebar, berwarna hijau, duduk
daun pada batang menghadap ke atas. Bentuk daun umumnya tipis, datar dan
diperkuat oleh tulang daun dan memiliki permukaan luas untuk menerima
cahaya. Daun berfungsi untuk transportasi dan menangkap cahaya untuk
fotosintesis, yaitu perubahan energi matahari menjadi energi kimia (Syarif,
2009).
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan,
meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun
sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri dari suatu helai daun (blade)
yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiole, yang menyambungkan daun
dengan buku batang. Rumput dan banyak tumbuhan monokotil lainnya
diketahui tidak memiliki tangkai daun ; Sebaliknya tangkai daun tersebut
membentuk suatui pelepah yang membungkus batang. Beberapa tumubuhan
monokotil termasuk palem memiliki tangkai daun. Pada tumbuhan dikotil, daun
terdiri atas tangkai (petiola) dan helai daun (lamina), sedangkan daun monokotil
tidak bertangkai, langsung melekat pada batang. Jaringan penyusun daun
meliputi epidermis, mesofil (parenkim), dan berkas pembuluh (Campbell, 2003).
D. Prosedur Percobaan
1. Alat :
1. Mikroskop
2. Pipet tetes
3. Pinset
4. Cawan petri
5. Objek glass
6. Cover glass
7. Pisau/silet
8. Kertas label
2. Bahan :
No. Bahan Gambar
1. Daun Jambu Air
(Eugenia aquea)
5. Gabus
6. Aquadest
7. Methilen Blue
E. Langkah Kerja
1. Buatlah sayatan setipis mungkin dengan cara membujur dan melintang pada
bahan praktikum yang telah disiapkan (Note : apabila mengalami kesulitan
saat melakukan penyayatan, dapat menggunakan gabus sebagai penjepit
dalam mempermudah membuat sayatan yang tipis);
2. Ambil dan letakkan sayatan di atas objek glass yang dihasilkan dengan
menggunakan pinset;
3. Tetesilah dengan menggunakan aquades;
4. Tutuplah dengan menggunakan cover glass dengan teliti dan rapi;
5. Amatilah preparat dibawah perbesaran lensa mikroskop, mulai dari
pembesaran lemah hingga tinggi hingga komponen sel nya terlihat jelas.
6. Apabila setelah diamati sel tidak terlihat jelas dan terang, ulangi kegiatan
tersebut dan gunakanlah methilen blue untuk membantu pewarnaan sel.
7. Gambar dan fotolah hasil pengamatan di lembar yang telah disediakan.
F. Hasil Pengamatan
Gambar dan Keterangan Foto Pengamatan (Referensi)
Epidermis
Berkas
pengangkut
Mesofil
Daun Keladi (Melintang)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Marthai, 2019)
Sumber : (Martha, 2019)
Epidermis
Berkaspenga
ngkut
Mesofil
Daun Keladi (Membujur)
Perbesaran 4x10
Sumber : (Martha, 2019) Sumber: (Marthai, 2019)
Daun Keladi (Membujur)
Perbesaran 10x10 Sumber : Martha, 2019
Sumber : (Martha, 2019)
Epidermis
Berkaspengang
kut
Mesofil
Epidermis
Berkaspen
gangkut
Mesofil
Daun Pepaya (Membujur)
Perbesaran 4x10 Sumber: (Nana, 2019)
Sumber : (Junira, 2019)
Parenkimb
intang
Epidermis
Berkaspenga
ngkut
Mesofil
Daun Petai Cina (Melintang)
Perbesaran 4x10 Sumber: (Yuniarsi, 2019)
Sumber : (, 2019)
Epidermis
Berkaspenga
ngkut
Mesofil
G. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang dilakukan mengenai
Jaringan Pada Daun didapatkan hasil bahwa daun merupakan organ fotosintesis
utama pada sebagian besar tumbuhan. Pada daun monokotil dan dikotil terdapat
perbedaan susunan jaringan penyusunnya. Daun pada umumnya berbentuk tipis,
datar dan duduk daun pada batang menghadap keatas, diperkuat oleh tulang
daun dan memiliki permukaan luas untuk menerima cahaya matahari. Daun
berfungsi sebagai transportasi dan menangkap cahaya untuk berfotosintesis yaitu
perubahan energy matahari menjadi energi kimia. Pada anatomi daun terdapat
jaringan yang membantu dalam pertumbuhan suatu tumbuhan diantaranya
jaringan paenkim, jaringan epidermis, jaringan penyokong dan jaringan
pengangkut.
Dalam mengamati jaringan pada daun yang digunakan dalam praktikum
ini menggunakan bahan tumbuhan yaitu daun Jambu Air (Eugenia aquea), daun
Keladi (Calladium sp), Daun Pepaya (Carica papaya) dan daun Petai Cina
(Leucaena glauca). Pada pengamatan daun keladi (Calladium sp) dapat terlihat
epidermis atas, epidermis bawah, mesofil daun, jaringan palisade (tiang),
jaringan spons (bunga karang), jaringan pembuluh, stomata, klorofil, dan
trikoma. Daun terdiri dari sistem jaringan dermal, yaitu diantaranya mesofil
yang banyak mengandung kloroplas. Mesofil dapat bersifat homogen atau
terbagi menjadi jaringan tiang (palisade) dan jaringan spons (bunga karang).
Jaringan tiang lebih kompak dari pada jaringan spons yang memiliki ruang
antarsel yang luas. Jaringan tiang terdiri dari sejumlah sel yang memanjang
tegak lurus terhadap permukaan helai daun. Pada daun tumbuhan ini terdapat
jaringan epidermis yaitu stomata sangat berguna bagi berlangsungnya proses
fotosintesis pada tumbuhan, karbon dioksida diproses menjadi oksigen dan
dikeluarkan melalui stomata, kemudian oksigen diperlukan oleh makhluk hidup
untuk bernapas (respirasi) (Kartasapoetra, 1991).
Epidermis
Stomata
Parenkim
Pengangkut
Sel
Sumber : Junira,2019
Parenkim Bintang
Sumber : Lolix,2019
Pada pengmatan daun jambu air tersusun oleh jaaringan epidermis bawah
dan atas, palisade dan spons parenkim serta berkas pembuluh, berkas
pengangkut, spons parenkim dan palisade parenkim, terdapat stomata, tumbuhan
ini merupakan tumbuhan dikotil. Pada pengamatan ininditemukan jaringan
epidermis ini berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan di dalamnya dari
gangguan mekanis. Dibawah lapisan epidermsi terdapat sel-sel parenkim yg
membentuk jaringan palisade dan spons.jaringan palisade merupakan jaringan
parenkim pada daun yang memiliki banyak kloroplas sehingga paada jaringan
ini terjadi fotosintesis, sel pada jaringan ini tersusun sangat rapat. Jaringan spons
pada tumbuhan dikotil ini terdapat berkas vaskuler (pembuluh angkut), yaitu
terdiri dari xylem dan floem. Berkas pembuluh pada tumbuhan dikotil ini sedikit
dan berkas pembuluh yang terlihat jarang susunannya (Prawiro,1997).
Epidermis
Jaringan Pengangkut
Pada pengamatan yang selanjutnya itu pada daun petai cina diamaati
dibawah mikroskop dengan perbesaran 4x10 dengan arah melintang dan
membujur terdapat jaringan epidermis, berkas pembuluh angkut xylem dan
floem, dan terdapat jaringan parenkim palisade dan spons (Mulyani, 2006).
Sumber : Lolix, 2019
Epidermis
Mesofil
Berkas Pengangkut
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum anatomi tumbuhan tentang jaringan pada daun
dapat di ambil kesimpulan bahwa pada sayatan jambu air hanya ditemukan
epidermis, xilem dan floem, juga zat klorofil yang menimbulkan warna hijau hal
ini disebabkan pada saytan jambu air terlalu tebal. Pada sayatan keladi
ditemukan sel batu, parenkim, epidermis, kortreks. Pada sayatan pepaya
ditemukan sel, dinding sel, xilem dan floem, korteks, parenkim papan,
epidermis. Pada sayatan petai cina hanya terlihat sel batu karena sayatannya
terlalu tebal,
I. Daftar Pustaka
Nugroho, Hartanto. Dkk. 2008. Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.