Anda di halaman 1dari 94

by : Ir.

Indra Miduk Hutabarat, MM

PELAKSANAAN

KONSTRUKSI JALAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Jln. Pattimura 20 Jakarta Selatan
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

 Setelah selesai mengikuti pelajaran


ini, diharapkan peserta memiliki
kemampuan menjelaskan
pelaksanaan konstruksi jalan untuk
mendukung tugas-
tugas-tugas pokok
sebagai pejabat fungsional tk. ahli
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

 Selesai mengikuti pelajaran ini , peserta


diharapkan memiliki kemampuan untuk
menjelaskan tentang;
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan Lapisan Bawah
 Pekerjaan Badan Jalan
 Pekerjaan Perkerasan
 Pekerjaan Saluran atau Selokan
 Pelaporan Akhir
 Jalan Nasional
STATUS JALAN  Jalan Propinsi
 Jalan
Kabupaten
 Jalan Kota
 Jalan Desa
PENURUNAN PELAYANAN JALAN
 Akibat dilalui kendaraan
yang berulang setiap
hari, jalan mengalami
degradasi. Apabila tidak
dilakukan tindakan
berupa pemeliharaan
yang memadai jalan
akan mengalami
kerusakan
PENURUNAN PELAYANAN JALAN
 Kelancaran
lalulintas terganggu
 Tidak nyaman
 Kehilangan waktu
 Biaya operasi
kendaraan menjadi
besar
 Secara ekonomi
tidak
menguntungkan
 BADAN JALAN
 SALURAN SAMPING
 GORONG--GORONG
GORONG
 TEBING KIRI KANAN
JALAN
 PERLENGKAPAN
JALAN
KONSTRUKSI JALAN
 Badan jalan
- Tubuh jalan
- Bahu jalan
- Perkerasan
- Lapis pondasi
- Lapis penutup/aus
 Saluran / selokan samping
- Menampung air dari permukaan jalan
- Mengalirkan air dan dibuang ke sungai, lembah dll
 Gorong – gorong
- Mengalirkan air dibawah badan jalan
KONSTRUKSI JALAN

 Tebing kiri / kanan jalan


 Perlengkapan jalan
- Menjadi tugas Perhubungan Darat;
pada jalan yang sudah ada
- Pada pembangunan jalan baru,
pembuatan dan pengadaan
perlengkapan jalan adalah tugas
pemilik Proyek / Kontraktor
 Bagian jalan yang
mendukung bahu
dan perkerasan
jalan
 Terdiri dari tanah,
pasir, batu atau
lainnya
 Berupa timbunan
atau galian
PERKERASAN JALAN
 Lapisan pondasi bawah; berfungsi
meneruskan beban ke tanah dasar dan
mencegah butiran tanah naik dan masuk
ke pondasi atas
 Lapis pondasi atas; terdiri dari satu atau
beberapa lapis, berfungsi memikul beban
roda kendaraan dan meneruskannya ke
pondasi bawah
 Lapis aus; berfungsi menerima beban
langsung dari roda kendaraan dan
melindungi lapis pondasi serta mencegah
air masuk ke pondasi
 Lajur pemisah antara
dua jalur lalulintas yang
berlawanan arah
 Pada jalan yang sudah
tinggi dan padat
lalulintasnya
Berfungsi sebagai
MEDIAN

pemisah
 Ruang untuk untuk
penempatan
perlengkapan jalan
 Menghindari sorotan
lampu kendaraan dari
arah yang berlawanan
 Berfungsi
menampung air dari
permukaan jalan
atau dari tebing
SALURAN jalan kemudian
dialirkan dan
SAMPING dibuang ke sungai
atau lembah
 Mencegah air masuk
ke badan jalan, yang
bisa mengubah
kandungan air tanah
dan merusak badan
jalan
GORONG--GORONG
GORONG

 Bangunan yang mengalirkan air dibawah


badan jalan yang berasal dari sungai-
sungai-sungai
kecil atau dari saluran samping
TEBING KIRI KANAN JALAN
 Daerah datar hampir tidak ada; kecuali
timbunan yang tinggi
 Daerah bukit/gunung disisi badan jalan
terdapat tebing
 Jalan diatas timbunan; tebing dikedua sisi
badan jalan
 Jalan pada galian; tebing diluar badan
jalan
 Jalan pada lereng tebing; satu sisi berada
di badan jalan, sisi lainnya diluar badan
jalan
PERLENGKAPAN
 Rambu
Rambu--rambu JALAN
jalan
 Patok km, hm
 Papan
penunjuk arah
 Pagar
pengaman
 Marka jalan
 Lampu
penerangan
PELAKSANA KONSTRUKSI JALAN
 UU No 18 th 1999 tentang Jasa Konstruksi
dalam pelaksanaan konstruksi terdapat
tiga pihak;
 Pemilik Proyek (Pengguna Jasa)
 Kontraktor sebagai pelaksana (Penyedia
Jasa/Pelaksanaan Konstruksi)
 Konsultan sebagai pengawas pelaksanaan
(Penyedia Jasa/Pengawas Konstruksi)
 Kontraktor memperoleh pekerjaan melalui
tender atau pemilihan/penunjukan
langsung
Bagan Pelaksanaan Proyek
SPESIFIKASI
 3 jenis persyaratan dalam dokumen
kontrak yang harus dipatuhi oleh
pengguna jasa maupun penyedia
jasa;
 Syarat – syarat Umum Kontrak
 Syarat – syarat Khusus Kontrak
 Syarat – syarat Teknik atau disebut
Spesifikasi ( Teknis )
Syarat – syarat Umum Kontrak
 Klausal-klausal yang akan digunakan
Klausal-
dalam pelaksanaan kontrak
 Mengikat kedua belah pihak antara
pemilik dan pelaksana kontrak
Seperti halnya;
 Cara pembayaran pekerjaan
 Penyelesaian perselisihan
 Pemutusan kontrak
 Pekerjaan tambah
 Dan lain - lain
Syarat – syarat Khusus Kontrak

 Penjelasan khusus terhadap syarat – syarat


umum kontrak
 Seperti halnya;
 Penjelasan batasan memperoleh penyesuaian
harga dalam kontrak
 Tidak dikenakan penyesuaian harga bila periode
kontrak kurang dari 365 hari kalender
 Nama pemilik proyek yang dimasukkan dalam
Surat Perjanjian Kontrak dan sebagainya
Spesifikasi Teknis
Semua aturan dan ketentuan tentang persyaratan;
 Bahan – bahan yang dipakai
 Mutu hasil pekerjaan serta cara pengujiannya
 Dimensi yang tercantum dalam gambar
 Cara pengukuran hasil pekerjaan dan toleransi
yang diizinkan
 Cara pembayaran dan lain – lain yang
diberlakukan untuk setiap item pekerjaan
 Kontraktor harus mengikuti spesifikasi teknik
yang dibuat oleh pemilik proyek dan petunjuk
dari direksi
 Mengatur ketentuan mengenai penyerahan
sementara pekerjaan (PHO) dan penyerahan
akhir (FHO)
PROGRAM MUTU
(QUALITY ASSURANCE)
 Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan
disetujui oleh direksi lapangan pada saat rapat persiapan
(pra) pelaksanaan kontrak (Pre Construction Meeting /
PCM) dan dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan

 Program mutu sekurang-


sekurang-kurangnya berisi;
a. Informasi mengenai pengadaan
b. Organisasi proyek, pengguna jasa dan penyedia jasa
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan
e. Prosedur instruksi kerja
f. Pelaksanaan kerja
PROGRAM MUTU
(QUALITY ASSURANCE)
 Prosedur pelaksanaan dari tiap-
tiap-tiap jenis pekerjaan
meliputi;
a. Standar pekerjaan
b. Prosedur kerja
c. Daftar inspeksi
d. Persyaratan testing

 Prosedur instruksi kerja mencakup antara lain;


a. Urutan kegiatan pelaksanaan
b. Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan
c. Pemantauan proses kegiatan
d. Pemeliharaan yang diperlukan
e. Penilaian hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi
PENGENDALIAN MUTU & CACAT

 Tiga tahap pengendalian mutu;


1. Pengendalian mutu bahan baku (tanah,
pasir, batu, semen, aspal, dll)
2. Pengendalian mutu bahan olahan
(campuran beton, campuran aspal, dll)
3. Pengendalian mutu pekerjaan terpasang
(timbunan tanah, pondasi beton, lapisan
hotmix dll)
PENGENDALIAN
MUTU & CACAT

 Pengendalian mutu
wajib dilakukan oleh
penyedia jasa selama
pelaksanaan pekerjaan
sesuai ketentuan
dokumen kontrak
(Spesifikasi Teknis)
 Berlingkup – 2 :
- Dimensi (tebal, lebar,
panjang dsb)
- Kualitas (kuat tekan,
kepadatan dsb)
 Bertahap – 3 :
- Bahan baku.
PENGENDALIAN - Bahan olahan.
- Pekerjaan jadi.
SPESIFIKASI  Berstruktur – 5 hal :
POLA 2 – 3 – 5 - Nama/jenis
Pemeriksaan.
- Metode pemeriksaan.
- Frekuensi pemeriksaan.
- Spesifikasi pemeriksaan.
- Toleransi hasil.
PENGENDALIAN MUTU & CACAT
 Direksi teknis wajib memeriksa mutu hasil pekerjaan dan
memberitahu penyedia jasa bila terdapat cacat mutu
dalam pekerjaan
 Direksi teknis dapat memerintahkan penyedia jasa untuk
menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat cacat
mutu
 Bila ternyata hasil pengujian terdapat cacat mutu; biaya
pengujian dan perbaikan menjadi tanggung jawab
penyedia jasa
 Bila hasil pengujian tidak ditemukan cacat mutu; biaya
pengujian dan perbaikan menjadi tanggung jawab
pengguna jasa
PENGENDALIAN MUTU & CACAT

 Setiap kali pemberitahuan cacat mutu oleh


direksi teknis, penyedia jasa harus memperbaiki
sesuai waktu
 Bila penyedia jasa tidak memperbaiki sesuai
waktu maka direksi pekerjaan dapat meminta
pihak ketiga untuk memperbaikinya dengan
biaya yang dibebankan kepada penyedia jasa
PENGENDALIAN MUTU & CACAT

 Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan pertama


pekerjaan dan selama masa pemeliharaan
 Penyerahan pertama pekerjaan dan masa pemeliharaan dapat
diperpanjang sampai cacat mutu selesai diperbaiki
 MASA MOBILISASI
(MOBILIZATION
PERIOD)
MASA  MASA PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
PELAKSANAAN
(CONSTRUCTION
KONTRAK PERIOD)
 MASA PEMELIHARAAN
(MAINTENANCE
PERIOD)
Surat Perjanjian Kerja / Kontrak
Lampiran Surat Perjanjian Kerja / Kontrak;
 Surat penunjukan penyedia jasa
 Surat penawaran
 Syarat – syarat Umum Kontrak
 Syarat – syarat Khusus Kontrak
 Syarat – syarat Teknis (Spesifikasi Teknis)
 Gambar – gambar
 Daftar kuantitas dan harga
 Addendum dokumen lelang (kalau ada)
 Surat – menyurat dari proses tender sampai
penetapan pemenang
MASA MOBILISASI
 Mobilisasi Personil
 Mobilisasi Peralatan
 Penyiapan Base Camp dan Jalur Masuk
 Penyusunan Organisasi Proyek
 Membuat Jadual Pelaksanaan (Time
Schedule)
 Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction
Meeting/PCM)
MASA MOBILISASI

 Membuat
Jadual
Pelaksanaan
(Time
Schedule)
 Rapat Pra
Pelaksanaan
(Pre
Construction
Meeting/PCM)
Rapat Pra Pelaksanaan/
Pre Construction Meeting

 Menyamakan persepsi dari ketiga pelaksana kegiatan


tentang kontrak baik dari segi teknis maupun administrasi
 Tanggal penyerahan lapangan
 Tanggal mulai survai lapangan tentang kemungkinan
adanya perbedaan kondisi fisik
 Tanggal mulai / selesai pekerjaan rekondisi
 Tanggal pengajuan MC (Monthly Certificate)
 Pembuatan Shop Drawing
 Dan lain sebagainya
REKAYASA LAPANGAN
A. Meneliti gambar-
gambar-gambar asli;
 Kontraktor mempelajari gambar asli untuk
dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan
 Memastikan dan memperbaiki setiap kesalahan
atau perbedaan yang terjadi (lebar jalan lama,
lokasi pelebaran, struktur drainase)
 Kesepakatan pihak Kontraktor dan Direksi
Pekerjaan dalam menentukan perubahan dalam
gambar
Meneliti gambar-
gambar-gambar asli

 Perubahan kuantitas dalam Daftar Kuantitas dan


Harga oleh Direksi Pekerjaan sesuai data survai
lapangan yang dikumpulkan oleh Kontraktor
REKAYASA LAPANGAN

B. Survai lapangan oleh Kontraktor;


 Selama periode mobilisasi pada saat mulainya Kontrak
 Survei lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan
struktur
 Menyiapkan dan menyerahkan laporan lengkap dan
detail dari hasil survai kepada Direksi Pekerjaan, sesuai
tanggal yang ditentukan dalam PCM
 Tanggal penyerahan merupakan tonggak yang sangat
penting bagi dimulainya pekerjaan dalam kontrak
dengan lebih dini dan berhasil
REKAYASA LAPANGAN
C. Revisi oleh Direksi Pekerjaan;
 Revisi minor terhadap rancangan perkerasan dan/atau
jembatan
 Detil peningkatan bahu jalan
 Detil setiap perbaikan alinyemen yang diperlukan; jika ada
 Detil setiap pelebaran jalur lalulintas (carriageway); jika
ada
 Detil perbaikan selokan atau drainase
 Detil struktur drainase
 Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu
kosong, pekerjaan stabilitas timbunan atau galian
 Detil marka jalan
 Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dlsb
 Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan
 Detil pekerjaan pengendalian lereng, pasangan batu kosong,
pekerjaan stabilitas timbunan atau galian
 Detil marka jalan
 Detil rambu jalan, patok pengaman dan rel pengaman dlsb
 Detil pekerjaan pengembalian kondisi jembatan
MASA PELAKSANAAN KONTRAK
MASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI
 Mengerjakan semua pekerjaan fisik
 Membuat laporan-
laporan-laporan
 Melakukan kegiatan PHO (Provisional Hand Over)

MASA PEMELIHARAAN
 Melakukan kegiatan dan pekerjaan sesuai catatan dalam
PHO
 Menyelesaikan masalah administrasi
 Melakukan FHO (Final Hand Over)
PEKERJAAN BADAN JALAN
 Pada jalan yang sudah ada (existing) pekerjaan
galian maupun timbunan relatif kecil atau
hampir tidak ada
 Terjadi timbunan / galian hanya kalau ada
pelebaran
 Bobot pekerjaan ada di pekerjaan perkerasan /
aspal
 Pekerjaan galian dan timbunan yang besar
terdapat pada pekerjaan pembuatan jalan baru
 Bobot pekerjaan pada galian dan timbunan bisa
mencapai 60% - 70% untuk jalan tol
PEKERJAAN GALIAN
Pada pekerjaan
PEKERJAAN galian yang dalam;
BADAN Masalah
pembuangan tanah
JALAN
Membentuk tebing
 Kelandaian tebing, tergantung sifat tanah
 Bertangga
 Perlindungan tebing
PERALATAN
 Excavator
 Bulldozer
PEKERJAAN
 Grader BADAN JALAN
 Dump Truck (Galian)
PEKERJAAN BADAN JALAN

PEKERJAAN TIMBUNAN
 Bahan Timbunan;
 Diusahakan dari bekas galian
 Pemadatan;
 Kadar air optimum
PEKERJAAN TIMBUNAN

 Timbun lapis demi lapisan tebal ± 30 cm


 Tiap lapis dipadatkan dengan mesin
pemadat bergetar (≥95% kepadatan)
 Timbunan yang tinggi dibuat bertangga ± @ 4
meter
 Kemiringan tebing bergantung jenis dan sifat
tanah bahan timbunan
PEKERJAAN
BADAN JALAN
(Timbunan)

PERALATAN;
 Excavator
 Bulldozer
 Grader
 Vibration Roller
 Sheepfoot Roller
 Dump Truck
 Water Tank Truck
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)

 Pekerjaan perkerasan jalan dimulai dari penyiapan tanah


dasar, yang berfungsi menahan beban lalulintas melalui
lapis pondasi
 Lapis pondasi terdiri dari lapis pondasi bawah, berfungsi
meneruskan beban kendaraan ke tanah dasar dan
menahan masuknya tanah ke lapis pondasi atas
 Lapis pondasi berfungsi menahan beban lalulintas
melalui lapis permukaan diteruskan ke lapis pondasi
bawah
PEKERJAAN
PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
 Lapis permukaan disebut juga lapis aus,
berfungsi menerima beban langsung dari roda
kendaraan dan diteruskan ke lapis pondasi
 Lapis permukaan juga berfungsi melindungi lapis
pondasi dari gesekan langsung kendaraan,
mencegah air masuk ke pondasi, bahan lapis
permukaan harus kuat, kesat dan kedap air
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
PENYIAPAN TANAH DASAR (SUBGRADE)
 Diratakan
 Dipadatkan
 CBR ± 6 %
 Toleransi lebih tinggi/rendah ≥ 1 cm
 15 cm dibawah permukaan rencana ditimbun, diratakan,
dipadatkan material pilihan sampai ketinggian rencana
 Gorong
Gorong--gorong, tembok kepala dan pekerjaan struktur
minor dibawah elevasi tanah dasar harus sudah selesai
sebelum pekerjaan tanah dasar
 Penyiapan tanah dasar ≥ 100 m di depan pemasangan
lapis pondasi
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
LAPIS PONDASI BAWAH (SUBBASE)
 Agregat B
 Borrow Pit / Batu Pecah
 Gradasi sesuai spesifikasi ; per 100 m3 material 5
pengujian gradasi dan 1 penetapan kepadatan kering
maximum
 Lokasi pengujian minimal setiap 200 m (ditentukan
Direksi Teknik)
 CBR ± 60 %
 Dihampar lapis demi lapis @ 15 cm kemudian
dipadatkan dengan vibration roller (sedapat mungkin)
LAPIS PONDASI ATAS PEKERJAAN
 Agregat A
PERKERASAN
 Batu pecah stone
crusher LENTUR (FLEXIBLE
 Gradasi sesuai
spesifikasi
PAVEMENT)
 CBR > 90 %
 Dihampar lapis demi
lapis @ 10 cm
kemudian dipadatkan
dengan vibration roller
(sedapat mungkin)
 Tanda padat : batu-
batu-
batu tidak bergerak
sewaktu dilewati roller
Toleransi Dimensi

Lapis Pondasi Toleransi

Permukaan atas dari Lapis + 0 cm


Pondasi Bawah dari Agregat - 2 cm
Kelas B
Permukaan atas dari Lapis + 0 cm
Pondasi Atas dari Agregat - 1 cm
Kelas A
Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Ukuran Ayakan % lolos % lolos
(mm) Kelas A Kelas B
63 100 100
37,50 100 67 – 100
19,00 65 – 81 40 – 100
9,50 42 – 81 25 – 80
4,75 27 – 45 16 – 66
2,36 18 – 33 10 – 55
1,18 11 – 25 6 – 45
0,245 6 – 16 3 – 33
0,075 0–8 0 – 20
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)

LAPIS PERMUKAAN / LAPIS AUS


 Bahan untuk lapis permukaan adalah aspal
panas, batu pecah, dan pasir
 Jenis pekerjaannya ada tiga macam yaitu cara ;
- Aspal penetrasi
- Campuran beraspal panas (Hotmix)
- Laburan aspal
LAPIS PEREKAT  Penyemprotan aspal
pada permukaan yang
& sebelumnya telah
LAPIS RESAP PENGIKAT disiapkan untuk
Pelaburan Aspal atau
Lapisan Permukaan
Campuran Aspal
 Lapis Resap Pengikat
harus digunakan pada
permukaan yang tidak
beraspal
 Lapis Perekat harus
digunakan pada
permukaan yang
beraspal
LAPIS PEREKAT
&
LAPIS RESAP PENGIKAT
 Lapis resap pengikat hanya dipasang pada
permukaan yang kering atau sedikit lembab
 Lapis perekat hanya dipasang pada permukaan
yang benar-
benar-benar kering
 Lapis resap pengikat maupun lapis perekat tidak
boleh dilaksanakan pada waktu angin kencang,
akan turun hujan atau pada saat turun hujan
 Pekerjaan lapis resap pengikat harus
dilaksanakan hanya selama musim kering,
kecuali mendapat persetujuam dari Direksi
Teknik
LAPIS PEREKAT
&
LAPIS RESAP PENGIKAT
Lapis Resap Pengikat (Prime Coat);
 0,4 sampai 1,3 liter per meterpersegi untuk
pengikat agregat kelas A
 0,2 sampai 1,0 liter per meterpersegi untuk
pondasi tanah semen

Lapis Perekat (Tack Coat);


 Sesuai jenis permukaan yang akan menerima
pelapisan dan bahan pengikat yang akan dipakai
(0,15 liter sampai 1,0 per meterpersegi)
BURTU & BURDA
 Laburan bahan chip untuk menutup permukaan
 Terdiri satu lapis (burtu)
 Terdiri dua lapis (burda)
 Setiap lapis diberi bahan pengikat aspal
 Berfungsi sebagai penutup permukaan
 Diletakkan diatas lapis pondasi agregat kelas A yang
baru dikerjakan dan sudah diberi lapis resap pengikat
 Meliputi pekerjaan meyiramkan/melaburkan aspal diatas
permukaan yang telah disiapkan
 Menabur bahan chip (agregat penutup) dan menggilas
BURTU & BURDA
 Tidak boleh dilaksanakan diatas perkerasan basah,
selama hujan, bila hujan akan turun atau sewaktu angin
kencang
 Material agregat penutup (chip) dan aspal
 Terdiri dari butiran batu pecah yang bersih (bebas dari
kotoran, lempung, debu atau benda lainnya), dan kuat
 Kehilangan akibat abrasi max 30%
 Aspal yang tertinggal max 30%
 Bagian--bagian lunak 30%
Bagian
 Bentuk agregat kubus, kering dan bersih
 Penghampar batuan chip secara merata dengan takaran
yang terkendali lebar min 2,4 m
 Mesin gilas roda karet lebar pemadatan ≥ 1,5 m
BURTU & BURDA
 PERALATAN UTAMA;
 Distributor Aspal
(Asphalt Distributor)
 Penghampar Agregat
Chip (Chips Spreader)
 Mesin Gilas Roda
Karet (Pneumatic
Roller)
 Sapu Mekanis
 Sapu Ijuk Kasar
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
LAPISAN ASPAL PENETRASI
 Diatas lapis pondasi dihampar batu pecah dengan
gradasi sesuai spesifikasi; tebal hamparan ± 5 cm
 Lapisan batu pecah digilas dengan statik roller
 Diatas permukaan batu pecah disiram aspal panas ± 5
kg/m2; suhu aspal ± 160o C
 Ditebar pasir 1 atau 2 cm
 Digilas
 Untuk mengikat lapis pondasi dan lapis permukaan,
diatas lapis pondasi disirami/ disemprotkan aspal panas
antara 0,4 sampai 1,3 liter per m2 disebut aspal resap
pengikat (prime coat)
 Peralatan; mesin gilas, alat pemasak aspal, alat
penyiram aspal, dump truck, compressor
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
GRADASI LAPISAN ASPAL PENETRASI
Agregat Kasar Tebal Lapisan Tebal Lapisan
lolos saringan 7 – 10 cm 4 – 5 cm
(mm)
75 100 -
60 90 – 100 100
50 35 – 75 95 – 100
40 0 – 15 35 – 70
25 0–5 0 – 15
18 - 0–5
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
Campuran Beraspal Panas
ASPAL CAMPURAN (ASPAL BETON)
 Batu pecah / agregat dicampur dengan aspal panas
dalam mesin pencampur (AMP = Asphalt Mixing Plant)
 Gradasi batu pecah dan jumlah aspal sesuai spesifikasi
(4,5 – 6 kg/m2)
 Hasil campuran dalam keadaan panas diangkut ke lokasi
dan dihampar diatas lapis pondasi, tebal ± 4 cm
 Digilas dengan alat pemadat (pnuematic roller), roda
disiram air (dalam keadaan basah)
 Sebelum aspal dihampar diatas lapis pondasi, disiram
aspal lapis resap 0,4 sampai 1,3 liter per m2
 Panas aspal campuran saat dihampar minimal suhu 125 o
C
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
Aspal Beton
 Latasir (HRSS)
kelas A dan B
 Lataston (HRS)
 Laston (AC)
 AC--WC
AC
 AC--BC
AC
 AC--Base
AC
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
Aspal Beton
 Lataston (HRS) tebal rancangan nominal 3 cm
 Laston (AC) tebal rancangan nominal 4 cm
 Kerataan permukaan campuran lapisan pelindung
(Latasir kelas A dan B, Lataston, Laston) diukur dengan
mistar penyipat 3 m harus tidak boleh lebih dari 5 mm
Agregat Kasar untuk Campuran Aspal

Ukuran Ukuran % berat % berat


saringan saringan yang lolos yang lolos
mm ASTM Campuran Campuran
Normal Lapisan
Penyerta

20 ¾ 100 100
12,7 ½ 30 – 100 95 – 100
9,5 3/8 0 – 55 50 – 100
4,75 #4 0 – 10 0 – 50
0,075 # 200 0–1 0–5
Agregat Halus untuk Campuran Aspal

Lataston
Ukuran ASTM Latasir Latasir Laston
saringan kelas A kelas B AC--WC
AC
mm AC--BC
AC

9,5 3/8 100 100 100


4,75 #4 98 – 100 72 – 100 90 – 100
2,36 #8 95 – 100 72 – 100 80 – 100
600 μm # 30 76 – 100 25 – 100 25 – 100
75 μm # 200 0–8 0–8 0 – 11
Peralatan Utama
 Asphalt Mixing
Plant
(pencampuran)
 Batching
(penakaran)
 Continous
(pencampuran
menerus)
Peralatan Utama
untuk Aspal Beton

 Mesin pemecah batu (Stone


Crusher)
 AMP (Asphalt Mixing Plant)
 Asphalt Distributor
 Asphalt Finisher
 Compactor
 Dump Truck
 Truk Tangki
 Kompresor
PEKERJAAN PERKERASAN LENTUR
(FLEXIBLE PAVEMENT)
LABURAN ASPAL
 Lapis tipis dari batu pecah atau pasir tebal 1 sampai 3
cm
 Dicampur diatas permukaan aspal yang sudah ada atau
lapis pondasi baru
 Sebelum dihampar disiram aspal ± 1 L/m2 sebagai lapis
perekat (tack coat) pada jalan lama atau lapis resap
pengikat (prime coat) pada pondasi baru
 Disiram aspal panas ± 3 kg/m2 dan digilas
 Untuk laburan diatas permukaan jalan lama aspal panas
± 1 kg/m2 ; disiram / ditebar pasir ± 1 a 2 cm;
kemudian digilas
BAHU JALAN
 Bagian perkerasan
jalan yang terletak
dikedua sisi luar
jalur lalulintas
 Penahan perkerasan
jalan pada jalur
lalulintas terhadap
gerakan mendatar
 Kokoh dan tidak
mudah mengalami
perubahan bentuk
BAHU JALAN
 Bahu jalan tanpa
penutup, permukaan
padat akhir tidak boleh
bervariasi 1,5 cm
dibawah/diatas
ketinggian rencana
 Permukaan akhir tidak
boleh terlalu tinggi
/rendah dari 1,0 cm
terhadap tepi jalur
lalulintas yang
berbatasan
 Kemiringan melintang
tidak boleh bervariasi
lebih dari 1,0% dari nilai
rentangan
BAHU JALAN
 Bahu jalan tanpa Ukuran
penutup; agregat Ayakan % berat
kelas B atau kelas C (ASTM mm) lolos
 Persyaratan agregat
kelas B seperti lapis
pondasi agregat
19 100
 Agregat kelas C;
4,75 51 – 74
kerikil pecah, padas
pecah, kerikil alam 0,425 18 – 36
bulat memenuhi 0,075 10 – 22
persyaratan gradasi
BAHU JALAN
 Penghamparan sampai dengan ketinggian lapis
pondasi bawah bersamaan dengan material lapis
pondasi bawah
 Sisanya (penyelesaian) dilaksanakan setelah
pekerjaan lapis permukaan pada jalur lalulintas
selesai dikerjakan
 Perhatian khusus perlu diberikan pada
keselamatan pengguna jalan,
jalan, dengan
memberikan tanda-
tanda-tanda yang cukup apabila
masih terdapat selisih tinggi antara permukaan
jalur lalulintas dan bahu jalan yang sedang dalam
penyelesaian
PERALATAN
UTAMA
BAHU JALAN  Dump Truck
 Motor
Grader
 Compactor
 Watertank
 Truck
 Alat Ukur
 Perkerasan kaku
terbuat dari
PERKERASAN KAKU beton semen
Portland, mutu
(RIGID PAVEMENT) tinggi, mutu
minimal K 350
 Tebal pelat beton
antara 25 – 30
cm (sesuai
desain);
berfungsi sebagai
pondasi dan lapis
aus/ permukaan
sekaligus
 Lantai kerja dari beton
mutu rendah K 100 – K
125; tebal 10 cm dicor
diatas permukaan
tanah dasar PERKERASAN KAKU
 Permukaan lapis tanah (RIGID PAVEMENT)
dasar diratakan,
dihaluskan dan
dipadatkan; CBR ± 6%
 Acuan harus kokoh
 Cor beton dipadatkan
dengan alat penggetar;
tidak boleh ada
segregasi di dalam
beton
 Permukaan beton
diberi alur (gesekan)
PERKERASAN KAKU
(RIGID PAVEMENT)
 Pemasangan dowel pada
rencana sambungan
beton
PERKERASAN KAKU
(RIGID PAVEMENT)
 Badan jalan harus
diperiksa
kesesuaiannya
dengan bentuk
elevasi
 Bagian
Bagian--bagian
acuan disambung
menjadi satu/kokoh
dan tidak boleh
bergerak
PERKERASAN KAKU
(RIGID PAVEMENT)
 Beton
dihampar
dan
dipadatkan
dengan alat
penggetar;
tidak boleh
terjadi
segregasi
 Selimut beton
PERKERASAN KAKU tulangan baja
setelah
(RIGID PAVEMENT) pemadatan 60
± 10 mm dari
permukaan
akhir pelat
 Permukaan
perkerasan
beton yang
akan
digunakan
sebagai
permukaan
jalan diberi
alur (groove)
PEKERJAAN SALURAN/SELOKAN

Air pengaruh terhadap konstruksi jalan


 Kadar air berlebihan akan merusak badan jalan
 Badan jalan akan amblas, merusak perkerasan
pondasi dan lapis aspal permukaan
 Lapis permukaan harus kedap air

Saluran samping
 Saluran kiri/kanan jalan menampung air hujan
dari permukaan jalan maupun sekitarnya
 Air harus segera dialirkan dan dibuang
PEKERJAAN SALURAN/SELOKAN
 Bentuk penampang
saluran samping;
trapesium, persegi,
segitiga
 Umumnya dibentuk dari
hasil galian
 Elevasi galian dasar
selokan yang telah selesai
dikerjakan tidak boleh
berbeda > 1 cm dari yang
telah ditentukan
 Alinyemen profil
melintang saluran yang
telah selesai dikerjakan
tidak boleh bergeser >
5cm
Gorong-gorong
Gorong-
 Gorong
Gorong--gorong tempat
menyalurkan air dibawah
PEKERJAAN badan jalan yang berasal
dari saluran samping atau
SALURAN/SELOKAN sungai kecil
 Bentuk gorong-
gorong-gorong
bulat dari beton atau
persegi (yang disebut box
culvert); diameter pipa
berkisar 80 – 150 cm; box
culvvert 2 m x 2 m sampai
3mx3m
 Ada pula gorong-
gorong-gorong
pipa baja gelombang
(corrugated steel pipe)
diameter bervariasi 100
cm – 250 cm
PEKERJAAN SALURAN/SELOKAN
 Pemasangan
Gorong--gorong.
Gorong
 Tebal tanah
dibawah
permukaan
jalan ke tepi
atas pipa beton
paling sedikit
(minimal) 60 cm
 Laporan Harian /
Buku Harian
 Laporan Mingguan
LAPORAN  Laporan Bulanan
 Laporan Triwulan
 Laporan Akhir
SERAH TERIMA PEKERJAAN
( PHO & FHO )
SERAH TERIMA SEMENTARA (PHO = PROVISIONAL HAND
OVER)
 Setelah pekerjaan seluruhnya selesai 100%, kontraktor
bisa mengajukan permintaan serah terima sementara
 Dibentuk panitia PHO dan Tim untuk meneliti seluruh
pekerjaan termasuk administrasi
 Hal--hal yang belum sesuai dengan spesifikasi dicatat dalam
Hal
daftar perbaikan cacat dan kekurangan (defect &
deficiencies) dan ditentukan tanggal selesai perbaikan dan
usul tanggal FHO
SERAH TERIMA
PEKERJAAN
( PHO & FHO )

SERAH TERIMA AKHIR


 Setelah semua kerusakan dan kekurangan diperbaiki
dan masa pemeliharaan selesai dilakukan serah terima
kedua dengan menerbitkan berita acara bahwa
kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan dengan baik
sesuai dokumen kontrak
Rangkuman
 Menurut UU No 18 Th 1999 tentang Jasa Konstruksi
istilah pemilik proyek, kontraktor, konsultan sudah
diubah. Pemilik proyek adalah Pengguna Jasa;
Kontraktor adalah Penyedia Jasa Pelaksanaan
Konstruksi; Konsultan adalah Penyedia Jasa Pengawasan
Konstruksi
 Pre Construction Meeting adalah rapat pertama yang
dilakukan sebelum kontraktor memulai pekerjaan di
lapangan. Rapat dihadiri oleh Direksi yang mewakili
Pemilik Proyek, Kontraktor, Konsultan. Rapat tersebut
terutama untuk membahas dan menyamakan penafsiran
teknis dan administrasi yang ada dalam dokumen
kontrak
Rangkuman
 Pada pekerjaan timbunan tanah untuk membentuk
badan jalan, masalah pemerataan adalah sangat
penting. Penghamparan tanah dilakukan lapis demi lapis
dan tiap lapisan dipadatkan. Tiap lapis penghamparan
tebalnya adalah < 30 cm.
 Lapis pondasi atas suatu perkerasan jalan berfungsi
memikul beban lalulintas kendaraan. Bila tebalnya 50
cm, cara penghamparannya dilakukan lapis demi lapis @
< 15 cm dan tiap lapis dipadatkan.
 Lapis aus atau Wearing Course dari suatu perkerasan
berfungsi terutama untuk menahan tekanan dan
gesekan roda kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai