Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PROJEK
KALKULUS INTEGRAL

DOSEN PEMBIMBING
(Drs. Marsangkap Silitonga, M.Pd.)

OLEH:

ADITYA MAHENDRA
5173230001

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga Critical
Journal ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi.

Dan harapan saya semoga Critical Journal ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi Critical Journal agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam Critical Journal ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan Critical Journal
ini.

Medan, 20 Mei 2018

ADITYA MAHENDRA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................

A.Latar Belakang...........................................................................................................
B.Tujuan Penulisan…....................................................................................................
C.Manfaat…...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil", untuk menghitung) adalah
cabang ilmu matematika yang mencakup limit, turunan, integral, dan deret
takterhingga. Kalkulus adalah ilmu mengenai perubahan, sebagaimana geometri
adalah ilmu mengenai bentuk dan aljabar adalah ilmu mengenai pengerjaan untuk
memecahkan persamaan serta aplikasinya. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam
bidang-bidang sains, ekonomi, dan teknik; serta dapat memecahkan berbagai masalah
yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar elementer.
Kalkulus memiliki dua cabang utama, kalkulus diferensial dan kalkulus integral
yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Pelajaran kalkulus adalah
pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih tinggi, yang khusus
mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan analisis matematika.
Karena kalkulus ini mempunyai dua cabang utama, tapi disini saya ingin
membahas tentang kalkulus integralnya. Seperti yang kita ketahui bahwa kalkulus
integral juga memiliki banyak aplikasi, baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun
dalam bidang teknik elektro.
B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah

1. Melatih mahasiswa menyusun projek dalam upaya lebih meningkatkan


pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya
tentang integral.
C. Manfaat
1. Menjadikan mahasiswa untuk lebih rajin dalam membaca dan memahami materi
2. Untuk memperluas pengetahuan mahasiswa
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pokok Pembahasan

 Integral tentu
 Integral tak tentu
 Sigma

II. Tujuan:

1. Mengetahui dan memahami bentuk-bentuk integral tentu dan integral tak tentu
2. Mengetahui dan memahami bentuk sigma
3. Menyelesaikan bentuk integral dan sigma dengan maple
4. menentukan hasil penyelesaian integral dan sigma dengan maplle

III. Landasan Teori

1. Integral Tentu dan Tak Tentu


Setelah kita memahami tentang integral tentu dan integral taktentu, baik pada
materi Calculus yang dipelajari di ruang kelas maupun yang dipelajari pada bab lain
dari perkuliahan matematika komputasi ini, maka pada kesempatan ini pengetahuan
itu akan kita perluas pada penerapannya. Materi integral ini memang mendapat porsi
yang besar karena adalah inti dari Calculus di samping turunan dan diferensial serta
limit dan deret.

Program Maple dalam hal ini kita gunakan sebagai perangkat pendukung untuk
memperdalam pengetahuan kita tentang integral dan melebih-nyatakan integral
sehingga kita dengan mudah membangun suatu konstruksi pemahaman di dalam
pikiran yang pada akhirnya dapat diingat lebih lama. Beberapa contoh akan kita
uraikan sebagai kajian, dan untuk pengembangan diri, anda diharapkan
menerapkannya pada contoh-contoh lain yang dapat anda jumpai pada textbook-
texbook Calculus. Kita awali dengan pendalaman pada polynomial berpangkat 3.

Contoh 1 :

Carilah nilai-nilai a, b, c, dan d dari fungsi polynomial pangkat tiga di mana fungsi ini
memiliki titik maksimum relative pada (1,7) dan titik minimum relative pada (8,-2).

Perkenalkan fungsinya :

> f:=a*x^3+b*x^2+c*x+d;

f := a x3b x2c xd

> el:=subs(x=1,f)=7;

el := abcd7

> e2:=subs(x=8,f)=-2;

e2 := 512 a64 b8 cd-2

Suatu kurva yang memiliki titik maksimum dan minimum, pada titik-titik tersebut nilai
turunannya sama dengan nol. Sehingga fungsi tersebut dapat kita turunkan dan
mensubstitusikan nilai titik-titik tersebut kemudian menyamakannya dengan 0.

Turunkan fungsi f(x) terhadap x :

> fdiff:=diff(f,x);

fdiff := 3 a x22 b xc

> e3:=subs(x=1,fdiff)=0;

e3 := 3 a2 bc0

> e4:=subs(x=8,fdiff)=0;

e4 := 192 a16 bc0


Kita telah mendapatkan 4 persamaan dengan empat variable yang tidak diketahui,
yaitu variable a, b, c, dan d. Kita selesaikan ke-4 persamaan tersebut :

> q:=solve({e1,e2,e3,e4},{a,b,c,d});

q :=

Kemudian substitusikan nilai-nilai a, b, c dan d ke dalam persamaan awal untuk


mendapatkan bentuk sempurna persamaan itu :

> f1:=subs(q,f);

f1 := a x3b x2c xd

Cara lain untuk menyelesaikan persoalan tersebut :

Dengean mengetahui titik-titik maksimum dan minimum kita dapat membangun suatu
persamaan dan mengintegralkan persamaan ini untuk mendapatkan persamaan awal
dengan beberapa konstanta yang belum dikatahui :

> fp:=c*(x-1)*(X-8);

fp := c ( x1 ) ( X8 )

> F:=int(fp,x)+d;

F := c ( X8 )  x2x d


1
2 

Substitusikan titik-titik maksimum dan minimum ke persamaan hasil integral :

> E1:=subs(x=1,F)=7;

c ( X8 )
E1 :=  d7
2
> E2:=subs(x=8,f)=-2;

E2 := 512 a64 b8 cd-2

Kita mendapatkan dua persamaan dengan dua variable yang tidak diketahui,
selesaikan kedua persamaan ini untuk mendapatkan nilai dua variable yang tidak
diketahui tersebut :

> Q:=solve({E1,E2},{c,d});

Q := {
2 ( 9512 a64 b ) 2 ( 2048 a256 a X256 b32 b X64X )
c , d
8X 8X
}

Substitusikan hasilnya ke persamaan hasil integral :

> F1:=subs(Q,F);

2 ( 9512 a64 b ) ( X8 )  x2x 


1
F1 :=  2 
8X
2 ( 2048 a256 a X256 b32 b X64X )

8X

Contoh 2 :

Carilah nilai-nilai a, b, c, dan d dari fungsi polynomial pangkat tiga di mana fungsi ini
memiliki titik maksimum relative pada (8,4) dan titik minimum relative pada (5,1).

> restart:

> gp:=c*(x-5)*(x-8);
gp := c ( x5 ) ( x8 )

> g:=int(gp,x)+d;

g := c  40 x x3 x2 d


1 13
 3 2 

> e1:=subs(x=5,g)=1;

475 c
e1 := d1
6

> e2:=subs(x=8,g)=4;

224 c
e2 := d4
3

> q1:=solve({e1,e2},{c,d});

-2 484
q1 := { c , d }
3 9

> g1:=subs(q1,g);

80 2 13 484
g1 :=  x x3 x2
3 9 3 9

Contoh 3 :

Carilah luas yang dibatasi oleh persamaan f(x) dan g(x) pada contoh 1 dan 2 .

Pertama-tama kira gambar dahulu kedua grafik dari persamaan tersebut untuk melihat
luasan yang dimaksud. Hasilnya adalah :

> restart:

> f1:=(18/343)*x^3-(243/343)*x^2+(432/343)*x+(2194/343);
18 3 243 2 432 2194
f1 := x  x  x
343 343 343 343

> g1:=(-2/9)*x^3+(13/3)*x^2-(80/3)*x+(484/9);

2 13 80 484
g1 :=  x3 x2 x
9 3 3 9

> plot({f1,g1},x=3..10);

Dengan memperhatikan gambar di atas, maka luasan yang akan dicari tersebut adalah
luasan yang dibatasi dari kira-kira pada harga x = 3 sampai x = kira-kira 10. Untuk
lebih jelasnya mari kita lihat titik potong kedua grafik tersebut.

> r:=fsolve(f1=g1,x);

r := 3.374774810, 5.257242355, 9.721756420

Pada proses penghitungan luas yang dibatasi oleh dua kurfa mempersyaratkan agar
kita membedakan antara kurva “bagian atas” dan kurva “bagian bawah” :
Dan hasil luas yang dibatasi oleh kedua kurva tersebut adalah :

> value(q2);

18.41475281

Contoh 4 :

Carilah panjang kurfa grafik sinus x pada batas x = 0 sampai x = Pi.

> restart:

> with(student);

> f:=sin(x);

f := sin( x )

> fint:=Int(sqrt(1+diff(f,x)^2),x=0..Pi);

fint := 

 1cos( x ) 2 dx
0

> evalf(fint);

3.820197789

Contoh 5 :

Suatu benda berosilasi pada suatu pegas dengan kecepatan. Pada saat t=0, benda
tersebut berada 2 cm di bawah titik keseimbangannya yang ditentukan sebagai titik
acuan. Carilah posisi sebagai fungsi waktu x(t) dari benda tersebut dan gambar grafik
pola gerakannya pada batas t = 0 sampai t = 3Pi.

Karena kecepatan adalah turunan terhadap waktu dari posisi, maka kita dapat
mencari posisi dengan mengintegralkan fungsi kecepatan. Akan tetapi kita
membutuhkan suatu konstanta integrasi.

> restart:
Perkenalkan persamaan :

> v:=10*exp(-t)*sin(3*t);
( t )
v := 10 e sin( 3 t )

Cari posisi benda dengan mengintegralkan kecepatan :

> x1:=int(v,t)+c;
( t ) ( t )
x1 := 3 e cos( 3 t )e sin( 3 t )c

Masukkan syarat batas untuk menentukan nilai c :

> x2:=subs(t=0,x1)=-2;

x2 := 3 e 0 cos( 0 )e 0 sin( 0 )c-2


> solve(x2,c);

Substitusikan harga c ke dalam persamaan posisi :

> xt:=subs(c=1,x1);
( t ) ( t )
xt := 3 e cos( 3 t )e sin( 3 t )1

Gambar grafik posisi :

> plot(xt,t=0..3*Pi);
2. Integral Tentu

Luasan Di Bawah Suatu Kurva

Bila digambarkan suatu persegi panjang pada suatu koordinat cartesius,luas persegi
panjang tersebut dengan mudah dapat dicari. Perhatikan gambar 5.1 Luas persegi
panjang adalah A=f(x)∆x.

Gambar 5.1

Bila jumlah persegi panjang kita perbanyak menjadi 4 dengan lebar yang sama namun
tinggi f(x)-nya berbeda-beda maka keadaannya akan terlihat seperti gambar 5.2.
Gambar 5.2

Luas keseluruhan persegi panjang adalah :

A=A1+A2+A3+A4=f1(X) Δx + f2(x) Δx +f3(x) Δx +f4(x) Δx

4
A   fi( x) Δx
i 1

Jika jumlah persegi panjangnya kita perbanyak lagi menjadi 10 dengan tinggi f(x)-nya
yang berbeda-beda dan dengan Δx –nya kita perkecil. Hasilnya akan menjadi seperti
ditunjukkan pada gambar 5.3.
Gambar 5.3
Luas totalnya dirumuskan sebagai :

10
A   fi( x)x
i 1

Jika jumlah persegi panjangnya kita perbanyak lagi menjadi 100 dengan tinggi f(x)-nya
yang berbeda-beda dan dengan Δx –nya kita perkecil lagi. Hasilnya akan menjadi
seperti ditunjukkan pada gambar 5.4.

Gambar 5.4
Pada gambar 5.1 sampai gambar 5.4 secara tidak disadari kita telah membuat tinggi
persegi panjang berubah memenuhi keteraturan mendekati pola persamaan :
f x    1 . Bila jumlah persegi panjang kita tambah lagi menjadi n   , dan seiring
2
x
dengan itu membuat x  0 , maka tinggi f(x) untuk setiap Δx berubah secara kontinu

mengikuti persamaan : f  x    1 . Sehingga luas keseluruhan persegi panjangnya


2
x
dinyatakan sebagai :

x  1x
 
A  lim it  fn x x  lim 
2

x 0 n 1 x o n 1


Jika kita membuat Δx mendekati 0, maka penulisan lim  berubah menjadi ∫dan Δx
x o n 1

berubah menjadi dx. Sehingga selengkapnya ditulis menjadi :

A   f x dx   x  1dx
2

Karena batas-batas pembuatan persegi panjang tadi kita sebar dari 0 sampai 1, maka
1
batas-batas tersebut kita letakkan pada tanda ∫dan ditulis seperti :  . Tanda ∫ disebut
0

sebagai integral atau lambang integral. Bila integralnya tidak dibatasi, maka integral itu

disebut integral taktenu. Bila kita memberikan batasannya, seperti contoh di ∫10∫

atas di mana batas-batas integralnya adalah dari 0 sampai 1, maka tanda integralnya

ditulis sebagai ∫dan disebut sebagai integral tentu. 10

Fungsi f(x) pada contoh di atas adalah fungsi satu variable bebas, yaitu : variable x. Jika
fungsi yang diintegralkan adalah fungsi satu variable bebas maka hasilnya adalah
merupakan luasan (A) yang dibatasi oleh fungsi tersebut dengan sumbu-x. Maka untuk
mencari suatu luasan yang berada di bawah kurva suatu fungsi dapat dilakukan
dengan cara integral.

Penggunaan MAPLE Untuk Menyelesaikan Integral


Untuk menghantarkan teori integral ke bentuk yang lebih nyata secara visual,
agar mudah difahami, MAPLE digunakan sebagai perangkat lunak yang tepat. Teori
integral yang terlihat seolah-olah semu dapat diperjelas dengan uraian gambar-gambar.

Defenisikan suatu fungsi persamaan yang dikehendaki :

> restart;

> with(student);

> f:=x^2+1;

:= f =x2 + 1

Menggambar persegi panjang – persegi panjang yang tingginya memenuhi persamaan


f=x2 + 1 dan lebarnya sebesar Δx.

> leftbox(f,x=0..1);

> q:=leftsum(f,x=0..1);

1  3  1 2 
q:=    i  1 
4  i 1  16 

> A:=value(q);

39
:A:=
32
> evalf(A);

1.218750000

Jumlah persegi panjang yang digambarkan adalah 4 yang tersebar dari batas-
batas 0 sampai 1 pada sumbu-x, sehingga besar Δx = 0,25. Luas yang dihasilkan oleh
penjumlahan luas seluruh persegi panjang tersebut tentulah belum sama dengan luas di
bawah kurva f(x)=x2 + 1 sampai ke sumbu-x, karena masih tersisa ada empat seperti
berbentuk segita yang berada di bagian atas persegi panjang yang luasnya belum
termasuk ke dalam perhitungan. Agar luasan yang tidak terhitung ini menjadi kecil,
maka cara yang dilakukan adalah memperkecil lebar Δx. Kita coba lakukan dengan
menambah jumlah persegi panjang menjadi 10. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 5.6

> leftbox(f,x=0..1,10);

Gambar 5.6

> q:=leftsum(f,x=0..1,10);
1  9  1 2 
q:=   1 
10  i 1  100 i 

> A:=value(q);

257
A:=
200

> evalf(A);

1.285000000

Bila kita perhatikan gambar 5.6 dengan tiliti, maka masih didapatkan luasan di bawah
kurfa yang belum terhitung, namun besarnya sudah semakin kecil dari yang
sebelumnya. Untuk mempersingkat waktu, maka kita buat jumlah persegi panjangnya
langsung 100. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 5.7.

> leftbox(f,x=0..1,100);

> q:=leftsum(f,x=0..1,100);
1  99  1 2  
q:=   1 
100  i 1  100 i 

> A:=value(q);

26567
A:=
20000

> evalf(A);

1.328350000

Tentu saja hasil pada gambar 5.7 lebih mendekati ke hasil yang sebenarnya bila
dibandingkan dengan hasil-hasil sebelumnya. Dengan demikian, semakin kecil harga
Δx dibuat, semakin dekat hasil luas yang diperoleh ke luas yang sebenarnya. Untuk
tujuan tersebut, kita buat saja jumlah persegi panjangnya sebanyak “n” di mana “n”
menuju takhingga.

> restart:

> with(student);

> f:=x^2+1;

f : 1
2
x
> q:=leftsum(f,x=0..1,n);

 2
n 1 
 i  1
  2 
q :
i 0
n 
n

> A:=value(q);

1
3 1 6
n 
A : 4 2 n
n
> limit(A,n=infinity);

4
3

> evalf(limit(A,n=infinity));

1.333333333

Dengan membuat jumlah persegi panjang sebanyak takhingga pada batas x = 0 sampai
x = 1 sebagaimana dinyatakan oleh program terakhir ini kita dapat memanfaatkan
konsep limit untuk menghitung hasilnya dan memberikan hasil yang sebenarnya.
Pembuatan persegi panjang sebanyak takhingga pada selang x = 0 sampai x = 1 seperti
di atas memaksa harga Δx mendekati 0 sehingga Δx berubah bentuk menjadi dx.
Dengan demikian konsep integral dapat kita gunakan untuk mendapatkan hasil di atas
dan kita mendapatkan hasil yang sebenarnya :

> restart:

> with(student);

> f:=x^2+1;

f : 1
2
x
> A1:=Int(f,x=0..1);

1
AI :  x  1dx
2

> evalf(value(A1));

1.3333333
Setelah kita dihantarkan pada pemahaman tentang konsep integral tentu oleh
uraian di atas, dalam ruang kuliah kita sering disuguhi fungsi-fungsi persamaan untuk
diintegralkan. Batas-batas integral sering tidak dilibatkan untuk tujuan yang lebih
umum. Persoalan seperti ini tentu lebih menantang untuk diselesaikan. Bila batas-batas
integralnya tidak diketahui, maka integral semacam itu disebut integral taktentu.
Berikut ini urusan semacam itu diuraikan dengan menggunakan program MAPLE.

Suatu fungsi persamaan tertentu disuguhi untuk diintegralkan, Contoh :

> restart:

> with(student);

> f1:=x^2-2;

fI : 2
2
x
> f1gral:=Int(f1,x);

fIgral :  x  2dx
2

> f1lai:=value(f1gral);

1 2
fIIai :  2x
3x

Hasil terakhir ini adalah hasil integral dari persamaan fI=X2-2 . Tentu anda yang
sudah mendapatkan materi kuliah Calculus sudah familiar dengan cara analitik
integralnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa integral adalah suatu antiturunan, itu
berarti kita dapat mendapatkan ulang fungsi persamaan awal f1 dari hasil integralnya
dengan proses turunan, yaitu :

> diff(f1lai,x);
2
2
x
Contoh terkahir ini adalah contoh yang relative mudah difahami. Kita telusuri contoh
yang sedikit lebih rumit :

> f2:=(x^3+4)^6*x^2;

f 2 : x  4 x
3 6 2

> f2gral:=Int(f2,x);

f 2 gral :  x  4 x dx
3 6 2

> f2lai:=value(f2gral);

1 21 4 18 320 12 1280 9 4096 3


f 2 Iai :  x  16 x    1024 x 
15 6

21 x 3 3 x 3 x 3 x

Kita ingin mencoba mengembalikan persamaan f2lai ke bentuk f2 dengan cara


menurunkannya :

> f2run:= diff(f2lai,x);

f 2run :  24 x  240 x  1280 x  3840 x  6144 x  4096 x


20 17 14 11 8 5 2
x
Anda lihat, ternyata hasil yang didapatkan tidak persis sama dengan persamaan f2

(walaupun sebenarnya adalah sama bila factor x  4


3 6
pada f2 diuraikan). Agar

hasilnya persis sama, maka harus kita lakukan :

> factor(f2run);

x  4 x
3 6 2

Hasil terakhir ini terlihat sudah persis sama dengan persamaan f2.

Kita perluas pemahaman kita untuk contoh yang melibatkan fungsi trigonometri.
> restart:

> with(student);

> f3:=sin(x)^2*cos(x)^2;

f 3 : sin x  cosx 
2 2

> f3gral:=Int(f3,x);

f 3gral :  sin x  cosx  dx


2 2

> f3lai:= value(f3gral);

f 3Iai :  sin x  cosx   cosx sin x   x


1 3 1 1
4 8 8

> f3run:=diff(f3gral,x);

f 3run : sin x  cosx 


2 2

Integral Tentu

Beberapa contoh di atas telah mengajari kita bagaimana menyelesaikan integral


taktentu dengan MAPLE. Berikut adalah cara bagaimana menyelesaikan integral tentu.

Kita ambil contoh persamaan ()()xxcossin yang akan kita integralkan pada batas x = 0
sampai x = π/2.

> restart:

> with(student);

> f4:=sin(x)*cos(x);

f 4 : sin xcosx

> f4gral1:=Int(f4,x=0..Pi/2);
1
x
2
f 4 graII :  sin x  cosx dx
0

> f4gral2:=int(f4,x);

sin x 
1
f 4 graI 2 :
2

> f4lai:=value(f4gral1);

1
f 4 Iai :
2

Perhatikan perintah f4gral2:=int(f4,x); perintah ini kita berikan untuk menunjukkan

hasil integralnya dalam bentuk variable. Artinya,  sin x  cosx dx  sin  x   C .
1 2

Demikian uraian materi integral ini disajikan untuk menghantarkan anda ke


pemahaman yang lebih baik sehingga dapat mengerti konsep integral dan juga dapat
mengajarkannya dengan enak dan persuasive kepada khalayak ramai.

3. Notasi Sigma

Secara umum, pengertian notasi sigma adalah sebagai berikut.

a
k 1
k  a1  a 2  a3  ...  a n 1  ...  a n
Dibaca “jumlah ak untuk k sama dengan 1 sampai n atau jumlah ak untuk k =1 sampai
dengan k = n”

Berikut ini sifat – sifat notasi sigma yang perlu diperhatikan.

n
1. 
k 1
ak = a1 + a2 + a3 + … + an

n n n
2. 
k m
(ak + bk) = 
k m
ak + 
k m
bk

n n
3. 
k m
cak = c 
k m
ak

n n p
4. 
k m
ak = 
k m p
ak – p

n
5. 
k m
c = (n – m + 1)c

p 1 n n
6. 
k m
ak + 
k p
ak = 
k m
ak

m 1
7. 
k m
ak = 0

n n n n
8. 
k m
(ak + bk)2 = 
k m
ak2 + 2 
k m
ak bk + 
k m
bk2

Barisan Aritmetika

Misalkan suatu barisan bilangan adalah U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un.

Barisan bilangan tersebut dikatakan barisan aritmetika, jika selisih untuk setiap suku ke-
n (Un) dengan suku sebelumnya (Un-1) adalah tetap (konstan). Selisih tersebut
dinamakan beda (b).

Misalkan suku pertama = a, beda b, maka

U1, U2, U3, ..., Un


a, a + b, a + 2b, …, a+(n – 1)b

Dengan demikian, rumus suku ke-n barisan aritmatika adalah :

Un = a+ (n -1)b

Suku Tengah ( Ut)

Jika bilangan berurutan a, b, c membemtuk barisan aritmatika, maka

terdapat hubungan.

2b = a + c atau

2 ( suku tengah ) = jumlah suku tepi

Contoh :

-4, 2, 8, 14, 20, 26, 32. merupakan barisan aritmatika karena

2.14 = 8 + 20 = 2 + 26 = -4 + 32

b. Jika empat bilangan berurutan a, b, c, d, membemtuk barisan aritmatik maka


terdapat hubungan.
b + c = a + d atau

jumlah suku tengah = jumlah suku tepi

Contoh :

3, 7, 11, 15, 19, 23 merupakan barisan aritmatika karena

11 + 15 = 7 + 19 = 3 + 23
Contoh :

Deret Aritmatika ( Deret Hitung )

Deret Aritmatika adalah bentuk penjumlahaan barisan aritmatika. Jika U1, U2,
U3, …,Un adalah barisan aitmatika, maka U1 + U2 + U3 + …,Un merupaka deret
aritmatika. Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan Sn.

Sn = U1 + U2 + U3 + …,Un

Rumus jumlah n suku pertama adalah :

n2a  (n  1)b
1
Sn =
2
1
Sn = n( a  Un)
Menerapkan
2 Konsep Barisan dan Deret Geometri

Barisan Geometri

Misalkan suatu barisan bilangan adalah U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un

Barisan bilangan tersebut dikatakan barisan geometri, jika nilai perbandingan untuk
setiap suku ke – n ( Un ) dengan suku sebelumnya ( Un-1) adalah tetap. Nilai
perbandingan itu disebut rasio ( r ), ditulis :

Un
R=
U n 1

Dimana r ≠ 0 atau r ≠ 1

Misalkan suku pertama sama dengan a, rasio sama dengan r, maka :

U1, U2, U3, ..., Un


a, ar, ar2 , … ,arn – 1

Dengan demikian, rumus suku ke – n barisan geometri adalah :

Un = arn-1

Deret Geometri

Deret geometri adalah bentuk penjumlahan suku – suku barisan geometri.

Jika U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un adalah barisan geometri, maka U1 + U2 + U3 + …,Un

merupaka deret geometri. Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan (Sn)

Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un

Rumus jumlah n suku pertama adalah :

Sn 

a r n 1 
; jika, r  1dan
r 1

Sn 

a 1 rn 
; jika, r  1.
1 r

Deret Geometri Takhingga

Jika suatu deret geometri, Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un dengan n

mendekati takhingga, maka deret geometri tersebut dikatakan sebagai deret

geometri tak hingga dan di tulis dengan

S∞ = U1 + U2 + …, Un-1 + …
Jika r  1, maka, S   lim it
 
a r n 1
 , karena.r 
n  r 1

a1  r n  a
Jika r  1, maka S   lim it  , karena r  mendekati 0.
n 1 r 1 r

Sehingga,runus jumlah deret geometri takhingga untuk r  1, r  0adalah :

a
S 
1 r

IV. Teladan

Contoh integral tak tentu 1

> Int(3*x^10-2*x^4+16*x-12,x);

> value(%);

>

Contoh integral tak tentu 2

> Int((12*x^3/5-x+3),x);
> value(%);

Contoh integral tentu 1

 Int(x^2-x-6,x=0..2);
 value(%);

contoh integral tentu 2

> Int(x^2-4*x+5,x=1..4);

value(%);

Contoh sigma 1

> with(student):

> Sum(1/n^3,n=1..100);
> evalf(%);

Contoh sigma 2

> with(student):

> Sum(sqrt(3*x^2/4*x-4),x=1..10);

> evalf(%);
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Fungsi Invers. http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor


Pendamping/Praweda/Matematika/0375%20Mat%201-4e.htm

Anonim. Matriks. http://id.wikipedia.org/wiki/Matriks_(matematika)

Anonim. Invers dan Matriks. http://grid.ui.ac.id/files/manual-portal/node10.html

Anonim. Mencari Fungsi Invers dan Matriks dengan Maple.


http://ns1.cic.ac.id/~ebook/ebook/adm/myebook/0011.pdf

Dale Varberg, Edwin J.Purcell, I Nyoman Susila ; 2001; Kalkulus jilid 1; Batam; Penerbit
Interaksara.

Anda mungkin juga menyukai