Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Rancang Bangun Kontrol pH Berbasis Self


Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control
Achmad Dwiana Chandra, Hendra Cordova ST, MT.
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: hcordova@ep.its.ac.id

Abstrak—Makalah ini bertujuan untuk menyampaikan hasil mengubah parameter Controller PID berdasarkan algoritma
penelitian rancang bangun self-tuning PID melalui metode Pole Placement, sehingga dapat dijaga performansi
adaptive pada proses pengendalian pH. Sifat nonlinier pada titrasi optimalnya.
asam-basa menjadi pokok permasalahan dalam merancang sistem Pada tahun 2004, Hendra C dkk melakukan perancangan
pengendalian. Adaptive control adalah sistem pengendalian yang
auto switch PID untuk proses netralisasi pH pada tangki CSTR
secara kontinyu dan otomatis mengukur karakteristik dinamik
plant, membandingkannya dengan karakteristik dinamik yang (Continuous Stirred Tank Reactor). Pada tahun 2011,Syahrizal
diinginkan dan menggunakan selisih tersebut untuk untuk Ismail melakukan perancangan sebuah sistem pengendalian
mengubah parameter Controller PID. Larutan yang digunakan pada proses netralisasi pH, dengan menerapkan konsep auto
adalah asam lemah CH3COOH 0,1Mdan basa kuat NaOH 0,1M. switch PID secara real-time. Pada kedua penelitian tersebut
Laju aliran larutan asam dijaga konstan, sedangkan laju aliran menggunakan larutan asam kuat HCL dan basa kuat NaOH,
basa dikendalikan. Aktuator berupa pompa dc 12V yang serta menggunakan auto switch PID untuk pengendalian pH.
terintegrasi dengan mikrokontroler dan perangkat lunak. Sensor Namun, ketiga penelitian tersebut masih harus membagi ke
yang digunakan berupa elektroda pH dan pH meter. Seluruh uji
beberapa daerah setpoint dan selanjutnya dilakukan penalaan
performansi menghasilkan respon dengan error steady state
dibawah 5%. Yaitu terbagi atas error steady state pada set point pH untuk masing-masing daerah setpoint sehingga didapat
4,5 , 7, dan 11 masing-masing sebesar 0,22 %, 2,8 %, dan 2%. parameter kendali untuk masing-masing daerah setpoint pH.
Nilai Kp, Ti, dan Td mampu berubah mengikuti proses dinamik Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk
plant. Secara garis besar pengendalian self-tuning PID memiliki mnyempurnakannya, yaitu tidak perlu lagi dilakukan penelaan
respon performansi yang lebih baik dibanding dengan terhadap masing-masing setpoint. Pada pe .nelitian tugas akhir
pengendalian autoswitch PID ini akan diterapkan konsep self tuning PID pada proses
netralisasi pH secara real time.
Kata Kunci— Pengendalian pH, Self-tuningPID, Adaptive
control.
II. TEORI PENUNJANG
I. PENDAHULUAN A. Teori Asam Basa

P roses pengendalian pH banyak dijumpai di berbagai


industri. Terlebih jika industri tersebut memiliki instalasi
pengolahan air limbah (waste water treatment). Pada
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila
dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan
dengan pH lebih kecil dari 7. Asam dinyatakan sebagai suatu
dasarnya pengendalian pH bertujuan untuk mengatur harga pH senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan berdisosiasi
sesuai dengan nilai yang diinginkan. Besar nilai pH diperoleh dengan menghasilkan ion hidrogen [H+] atau ion hidronium
dari proses titrasi antara asam dan basa. Kurva titrasi antara [H3O+] sebagai satu-satunya ion positif. Salah satu contoh
asam basa memilki bentuk yang khas yakni kurva s. Bentuk lautan asam adalah CH3COOH. CH3COOH adalah suatu asam
kurva tersebut mencirikan bahwa proses pengendalian pH karena didalam larutannya dapat melepas ion hidrogen [H+]
merupakan salah satu proses pengendalian nonlinier. Pada saat menurut reaksi :
daerah titik kritis sekitaran pH 7, adanya sedikit perubahan
konsentrasi ion [H+] dapat merubah nilai pH dengan cukup CH 3 COOH ( aq ) ⇔ H + ( aq ) + CH 3 COO − ( aq )
(2.1)
signifikan. Salah satu solusi dalam penyelesaian pengendalian
nonlinier tersebut yaitu menggunakan Self-tuning PID. Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang
Sebagaimana diketahui bahwa, pengendali PID digunakan menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Istilah
pada proses yang linier. Konsep Self-tuning PID pada basa ditujukan untuk unsur atau senyawa kimia yang
dasarnya adalah pengendali PID konvensional yang memiliki pH lebih dari 7. NaOH merupakan salah satu
ditambahkan sebuah penyelesaian pada proses nonlinier senyawa basa. NaOH didalam air dapat melepas ion hidroksil
melalui metode adaptive control. Kontrol PID melalui metode (OH-) menurut reaksi :
Adaptive Control adalah sebuah sistem pengendalian yang
+ −
secara kontinyu dan otomatis mengukur karakteristik dinamik
NaOH( aq) ⇔ Na( aq) + OH ( aq)
plant, membandingkannya dengan karakteristik dinamik yang (2.2)
diinginkan dan menggunakan selisih tersebut untuk untuk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

B. Teori pH pengorganisasian diri ini diperlukan untuk mengkompensasi


perubahan–perubahan dalam plant, sehingga didapatkan aspek
Konsep eksponen ion hidrogen (pH) diperkenalkan oleh performansi yang baik. Parameter pengendali PID controller
Sorrensen (1909) dengan tujuan untuk menghindari kerumitan pada tugas akhir ini tidak diperbaharui dengan sendirinya
penulisan angka dengan faktor 10 berpangkat negatif. Definisi tetapi melalui estimasi model dari proses dan penalaan
dari konsep pH tersebut seperti pada persamaan dibawah ini : menggunakan algoritma Pole Placement.
Identifikasi parameter plant merupakan persyaratan mutlak
1
pH = − log[ H + ] = log (2.3) agar sistem dapat disebut adaptif. Hal ini disebabkan karena
[H + ] karakteristik dinamik dari sistem secara langsung
mempengaruhi perubahan parameter. sehingga Identifikasi
Berdasarkan persamaan maka nilai pH sama dengan negatif sistem meliputi didalamnya Perencanaan eksperimen,
logaritma dari ion hidrogen atau logaritma dari kebalikan Pemilihan struktur model, dan Estimasi parameter.Pelaksanaan
konsentrasi ion hidrogen. Hal tersebut memudahkan sekali prosedur identifikasi dilakukan secara berulang dan diperlukan
untuk menulis tingkat asam atau basa suatu larutan dengan pH- pengetahuan pendahuluan mengenai dinamika proses dan
nya. pH larutan bernilai 0–14. Dalam 1 molar larutan asam gangguan sistem. Analisa respon transient atau analisa respon
kuat berbasa satu, pH larutannya adalah 0 sedangkan 1 molar frekwensi dapat digunakan untuk memperoleh estimasi kasar
larutan basa kuat monovalen memiliki pH 14. Sebagian teori mengenai dinamika suatu proses.
yang dipaparkan dalam sub bab 2A dan 2B disadur dari buku
Kimia Dasar Jilid 2 karangan Raymond Chang tahun 2005. Least Squares Method.
Model sistem dalam least square method umumnya dalam
C. Titrasi Asam – Basa bentuk diskrit, sehingga memudahkan dalam komputasinya.
Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan Dapat diasumsikan bahwa sebuah sistem dalam bentuk diskrit
menggunakan larutan standar yang sudah diketahui memiliki model fungsi transfer sebagai berikut,
konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan standar), Y ( z) b z n−1 + b2 z n−2 + ... + bn
= G( z) = 1 n (2.13)
ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang U ( z) z − a1 z n−1 − ... − an
konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara dengan U(z) adalah input dan Y(z) adalah output.
kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Sebelum basa Persamaan 2.3 dapat ditulis dalam bentuk backward-shift
ditambahkan harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH operator (perkalian silang antara input dan penyebut) yaitu,
< 7 dan ketika basa ditambahkan sebelum titik ekivalen, harga
pH ditentukan oleh asam lemah. Pada titik ekivalen jumlah
y(k ) = a1 y(k −1) + a2 y(k − 2) + ... + an y(k − n)
basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap (2.14)
jumlah asam yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh + b1u(k −1) + b2u(k − 2) + ... + bnu(k − n)
larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik
keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara Model persamaan 2.14 biasa disebut dengan model ARMA
stokiometri. (Auto Regresive Moving Average). Yang diperlukan dalam
D. Metode adaptive Control penyelesaian model ARMA adalah estimasi parameter θ
(Astrom, Karl J and Wittenmark, Bjorn. 1990), sehingga
Adaptive Control merupakan salah satu sistem pengendalian
dalam melakukan proses tersebut menggunakan konsep least
moderen. Adaptive control sendiri terbagi atas beberapa
square method. Metode tersebut analog dengan proses regresi
macam metode. Salah satunya yaitu Model Reference
linier.
Adaptive Control yang diterpkan dalam penelitian ini.
Model Reference Adaptive Control adalah sistem Pole Placement Controller Untuk Proses Orde Dua
pengendalian yang secara kontinyu dan otomatis mengukur
karakteristik dinamik plant, membandingkannya dengan Bentuk umum fungsi transfer (Bobal, Vladimir and
karakteristik dinamik yang diinginkan dan menggunakan Chalupa, Petr 2002) dari plant diberikan :
selisih tersebut untuk untuk mengubah parameter Controller
b1 z −1 + b2 z −2
PID berdasarkan algoritma Pole Placement, sehingga dapat G(z ) = (2.18)
dijaga performansi optimalnya. 1 + a1 z −1 + a 2 z −2
Model Reference Adaptive Control disebut adaptif karena
pada sistem tersebut terdapat sifat pengorganisasian diri. Dan Vector dari parameter proses yang terestimasi adalah
Ketika karakteristik tidak diketahui secara sempurna, [a1 , a 2 , b1 , b2 ]T
dikarenakan parameter berubah secara acak atau dikarenakan
pengaruh perubahan lingkungan pada karakteristik dinamik Dengan mengetahui bentuk umum fungsi transfer plant dalam
plant. Oleh karena itu prosedur identifikasi, pengambilan domain z, didapat pula persamaan sinyal kendali dalam
keputusan dan modifikasi perlu dilakukan secara kontinyu atau domain diskrit u(z)
pada setiap selang waktu tertentu, tergantung pada kecepatan
perubahan parameternya. Proses redesain atau
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

sinyal kendali dari PID Control dalam domai z dituliskan


sebagai:

q0 + q1 z −1 + q2 z −2
u(z ) = (2.19)
1 + p1 z −1 + p2 z −2

atau dapat ditulis menjadi :

uk = q0ek + q1ek−1 + q2ek−2 + (1−γ )uk−1 +γuk−2 (2.20)

Dimana:
ek = wk − y k

q 0 = (d1 + 1 − a1 − γ )
1
b1
a2 b a 
q1 = − q 2  1 − 1 − 1
b2  b2 a 2 
s1 Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
q2 =
r1 B. Plant Proses Pengendalian pH
b Proses pengendalian pH pada penelitian tugas akhir ini,
γ = q2 2
a2 menggunakan dua jenis larutan yaitu, larutan asam lemah
CH3COOH,1M dan larutan basa kuat NaOH 0,1M. Laju aliran
Sedangkan sinyal kendali PID Control pada domain s, yang dikendalikan adalah laju aliran basa. Tangki utama
diberikan : mengacu pada konsep CSTR, dimana terdapat pengaduk yang
berputar ditengahnya secara terus-menerus.
Kp de(t )
u (t ) = K p e(t ) + 0 ∫ t e(t )dt + K p Td (2.22)
Ti dt

Hubungan parameter PID Control dalam domain s dan domain


z adalah :
KiT K d
q0 = K p + =
2 T
K iT 2K d
q1 = − K p + −
2 T
Kd
q2 =
T
Dengan menyelesaikan persamaan di atas maka didapatkan
berapa nilai K p ,T1 dan Td . Sebagian teori yang
dipaparkandalam sub bab 2C disadur dan diterjemahkan dari
buku “Computer Controlled System” karangan Åström, Karl J
dan Björn Wittenmark tahun 1984.

III. METODOLOGI PENELITIAN


Gambar 3.2 Diagram blok dan Skema sistem proses pengendalian pH
A. Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2 merupakan diagram blok dan skema rancangan
Alur tahap penelitian tugas akhir ini secara runtut dan
dari sistem proses pengendalian pH. Diagram blok tersebut
terstruktur ditunjukan pada gambar 3.1
menunjukan pengendalian adaptif dengan metode Model
Reference Adaptive Control. Tangki utama memiliki kapasitas
maksimum 11 liter, sedangkan tangki asam dan tangki basa
memiliki kapasitas maksimum 10,9 liter. Pada tangki utama
diletakkan sensor pH dimana nilai pH yang terjadi akibat
pencampuran kedua larutan didalam tangki utama, data
dikirimkan menuju PC melalui komunikasi serial to USB.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

Sinyal kendali dari pengendali PID ditransmisikan melalui


Mikrokontroller menuju aktuator. Aktuator yang digunakan
adalah pompa dc, untuk mengalirkan larutan basa menuju
tangki utama.

Gambar 4.1 Grafik Respon pada Set point pH 4,5

Melalui perhitungan dan itersi Model Reference Adaptive


control didapatkan rentang parameter Kp sebesar 2,79 sampai
Gambar 3.3 plant proses pengendalian pH 2,6 , Ti sebesar 1,11 sampai 1,56, dan Td sebesar 0,48 sampai
0,23. Nilai Kp,Ti, dan Td tersebut cendurung stabil
Gambar 3.3 merupakan plant dari proses pengendalian dikarenakan masih dalam satu daerah yang linier. Pergerakan
yang digunakan pada penelitian tugas akhir ini. Pada plant parameter Kp,Ti, dan Td dapat dilihat dari grafik dibawah ini:
tersebut, terdapat 3 buah tangki yang terdiri dari tangki asam
(acid tank), tangki basa (base tank), dan tangki utama (main
tank). Aktuator yang digunakan pada berupa buah pompa air
dc 12V. Salah satu pompa mengalirkan larutan asam dimana
laju alirannya dijaga konstan. Sedangkan untuk pompa larutan
basa, laju alirannya dapat dikendalikan berdasarkan luaran
pengendali. Laju aliran asam sebesar 0,11 L/min, sedangkan
laju aliran pompa basa sebesar 0-0,2 L/min. Selain itu
dibutuhkan pula rangkaian motor driver sebagai penggerak
pompa dc yang diintegrasikan dengan mikrokontroller. Untuk
sensornya menggunakan pH meter Lutron seri YK-2001PH
dengan elektroda pH PE-03 Adapun parameter-parameter dari Gambar 4.2 Pergerakan Parameter Kontrol Pada set point pH 4,5
proses netralisasi pH seperti pada tabel 3.1 parameter proses.
Tabel 3.1 Parameter proses Pada grafik diatas terlihat perbedaan yang signifikan pada
No Parameter Satuan awal plant dijalankan. Perbedaan signifikan tersebut
1 Volume main tank 11 L dikarenakan proses iterasi awal dalam tahapan Model
2 Volume acid tank 10,9 L Reference Adaptif Control. Membutuhkan beberapa detik
3 Volume base tank 10,9 L untuk mengidentifikasi karakteristik dinamik plant guna
4 Laju aliran asam 0,11 L/min menemukan parameter Kp, Ti, dan Td yang tepat. Secara garis
5 Laju aliran basa 0-0,2 L/min besar pengendali yang telah dirancang sangat baik dan relevan
untuk uji respon ini.
6 Konsentrasi asam 0,1M
7 Konsentrasi basa 0,1M
B. Uji Respon pada Set point pH 7
IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Uji Respon pada Set point pH 4,5


Berdasarkan grafik respon 4.1, terlihat bahwa sistem telah
mampu untuk mengejar set point dan mencapai keadaan
steady. Pengendalian yang dirancang dapat dikatakan baik.
Hal ini di dibuktikan dengan nilai overshoot kecil sebesar
0,44%. Error steady state juga sangat kecil yakni sebesar
0,22%, sedangkan time setltling-nya sebesar 304 detik. Nilai
time settling tersebut tergolong cepat untuk sebuah sistem
pengendalian pH. Sistem pengendalian pH umumnya Gambar 4.3 Grafik Respon pada Set point pH 7
membutuhkan time settling yang cukup lama.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

Dari grafik respon sistem diatas dapat dilihat bahwa sebesar 123 detik. Grafik pada daerah ke 3 ini sekaligus
pengendalian yang telah dirancang mampu mengatasi menunjukan bahwa sinyal kendali Model Reference Adaptif
persoalan nonlinier pada proses pengendalian pH. Grafik Control fleksibel untuk semua daerah range pengendaian pH
diatas adalah proses pengendalian pH pada daerah kritis. dan relevan pada karakteristik dinamik plant yang non linier.
Daerah kritis pada rentang pH 6 sampai pH 8 merupakan
daerah yang paling sulit melakukan pengendalian. Metode
Model Reference Adaptif Control dalam penelitian ini dapat
menjawab permasalahan nonlinier pH. Hal tersebut diperkuat
dengan perhitungan uji kestabilan sistem. Didapat nilai
Maximum overshoot kecil sebesar 2,42 %, error steady state
juga kecil hanya 2,8%. Sedangkan time settling-nya didapat
229 detik. Waktu yang relatif cepat untuk sebuah pengendalian
pH.

Gambar 4.6 Pergerakan Parameter Kontrol Pada set point 11

Perubahan parameter Kp pada grafik diatas terlihat sangat


signifikan jika dibandingkan dengan perubahan parameter Ti
dan Td. Perubahan parameter Kp,Ti dan Td terlihat saat
memasuki pH 10. Nilai Kp berubah dari 10,36 menjadi 10,47
Ti berubah dari 5,7 menjadi 7,1 dan Td 0,98 menjadi 1,96.

D. Uji Tracking Set Point


Gambar 4.4 Pergerakan Parameter Kontrol Pada Set point pH 7 Pada tahapan ini dilakukan uji tracking setpoint untuk
mengetahui respon sistem pada saat diberikan target setpoint
Pergerakan nilai parameter Kp, Ti, dan Td diperjelas yang berubah-ubah. Uji ini dilakukan dengan memberikan
melalui grafik pada gambar 4.7 Terlihat nilai Kp, Ti, dan Td inputan set point pH. Set point pertama diberikan nilai pH 7.
stabil pada daerah pH 4,2 sampai 5. Memasuki daerah kritis, Emudian saat sistem sudah stedy pada pH 7, setpoint diubah
pada kisaran pH 5,1 nilai Kp, Ti dan Td berubah lebih besar menuju besar pH 11. Dari hasil pengujian tracking
menyesuaikan karakteristik dinamik plant. Nilai Kp, Ti dan Td setpoint didapatkan respon sistem seperti pada gambar 4.7.
yang didapat pada saat pH 7 adalah Kp = 4,52 Ti = 2,44 dan
Td = 0,61

C. Uji Respon pada Set point pH 11


Uji respon pada daerah basa dimulai melalui pH 7, setpoint
yang diberikan adalah pH 11. Plant yang dirancang, hanya
mampu melakukan titrasi sampai pH 12. Hal ini dibuktikan
dengan uji openloop yang pernah dilakukan. Grafik uji respon
pada daerah 3 dapatdilihatpada grafikdibawah ini:
Gambar 4.7 Respon Sistem Pada Uji Tracking Setpoint

Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa sistem dapat


mencapai nilai pH 7 dan stedy state pada saat detik ke 263.
Kemudian setpoint dirubah menjadi pH 11, seketika itu sistem
beradaptasi dan menuju set point pH 11. Hal ini menunjukan
bahwa sistem yang dirancang mampu melakuakan tracking set
point dengan baik. Untuk pergerakan parameter kendali dapat
dilihat pada grafik 4.8

Gambar 4.5 Grafik Respon pada Set point pH 11

Dari grafik respon sistem diatas dapat diketahui bahwa


performansi dari sinyal kendali yang dirancang bekerja
maksimal. Terbukti dari nilai maksimum overshoot sebesar
0,45 %, error steady state sebesar 0,2 %, dan time settling
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

Tabel 4.1 Analisis performansi


Metode
Autoswitch Self -Tuning
Analisis
Ess 0,81% 0,2%
Max
2,36% 0,45%
Overshoot
Time
276 123
setling

V. KESIMPULAN
Metode self-tuning PID melalui Model Reference Adaptive
Gambar 4.8 Grafik Pergerakan parameter Kendali Pada Uji Tracking Setpoint Control berhasil diterapkan secara real plant dan
diintegrasikan dengan perangkat lunak sebagai pengendali
E. Uji Beban proses pada pH. Pengendalian diakukan pada laju aluran basa
Pada tahapan ini dilakukan uji beban untuk mengetahui NaOH dengan memanipulasi laju aliran range 0 – 0,2 L /
kestabilan sistem dalam menerima gangguan. Pengujian ini menit. Overshoot paling tinggi terjadi pada pengujian set
dilakukan ketika sistem berada pada set point pH 11 kemudian point pH 7 2,8%. Sedangkan pada set point pH 4,5 dan 11
dilakukan gangguan dengan menambahkan larutan asam overshoot yang terjadi sangat kecil. Seluruh uji performansi
CH3COOH 0,1 M sebesar 100ml. Sistem pengendalian yang menghasilkan respon dengan error steady state dibawah 5%
dirancang mampu memperbaiki keadaan plant menuju keadaan yang terbagi atas error steady state pada set point pH 4,5 , 7
steady state kembali seperti yang ditunjukan pada grafik 4.8 dan 11 masing-masing sebesar 0,22% , 2,8 %, dan 0,2 %.
Hasil grafik respon pengendalian pH menggunakan konsep
self-tuning PID memiliki bentuk yang lebih landai dibanding
dengan pengendalian menggunakan auto switch PID yang
pernah dilakukan dalam penelitian sebelumnya.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hendra
Cordova ST,MT selaku dosen pembimbing penulis, segenap
keluarga besar Teknik Fisika - ITS, serta pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung membantu
Gambar 4.9 Respon Sistem Pada Saat Uji Beban penyelesaian penelitia tugas akhir ini.
F. Uji Pembanding
Pada tahapan ini dilakukan uji pembanding metode self- DAFTAR PUSTAKA
tuning PID yang dirancang dengan metode Autoswitch PID [1] Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid
yang telah dilakukan Haris Sanjaya pada tahun 2011. 1. Erlangga, Jakarta.
Pembanding dilakukan pada uji set point pH 11.
[2] Cordova, hendra. 2004. Auto Switch PID pada Tangki
netralisasi pH. Teknik Fisika - ITS, Surabaya.
[3] Hadi, Opera. 2007. Perancangan Sistem Pengendalian
Ph Pada Sistem Pengolahan Limbah Berbasis Adaptive
Control Dengan Menggunakan Variant Forgetting
Factor. Teknik Fisika - ITS, Surabaya.
[4] Ismail, Syahrizal.2011. Rancang Bangun Autoswitch PID
pada Netralisasi pH.Teknik Fisika - ITS, Surabaya
[5] Vale, Marcelo. 2010. Model Reference Adaptive Control
with Inverse Compensation Applied to a pH Plant. Dept.
of Comput. Eng. & Autom., Fed. Univ. of Rio Grande do
Norte, Natal, Brazil.

Gambar 4.9 Respon Sistem autoswitch PID (atas) dan


Self-tuning PID (bawah)

Didapatkan perbedaan analisis performansi sebagi berikut:

Anda mungkin juga menyukai