Anda di halaman 1dari 163

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)


pada tahun 2025 diharapkan tercapai kesetaraan pembangunan antara
laki-laki dan perempuan. Untuk mempercepat pencapaian kesetaraan
dan keadilan gender tersebut diatas Pemerintah Indonesia menerbitkan
Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam
Pembangunan Nasional dan meratifikasi tentang Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW)
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984, dimaksudkan untuk
menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan, terutama pada
bidang pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, kesehatan dan
hukum. Tidak ada diskriminasi, berarti meningkatkan kualitas hidup
perempuan yang pada gilirannya meningkatkan kualitas generasi
mendatang. Kualitas hidup perempuan sangat menentukan kondisi
anak-anak yang dilahirkan sebagai generasi penerus bangsa.
Untuk itu Pemerintah Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak
(KHA) dengan Keputusan Presiden R.I. Nomor 36 Tahun 1990 pada
tanggal 25 Agustus 1990. Sebagai bentuk dari tanggung jawab Negara
dan Pemerintah Indonesia dengan meratifikasi KHA tersebut diatas
mempunyai kewajiban untuk memenuhi hak-hak dasar anak yang
diatur dalam KHA.
Atas dasar kerangka hukum yang diatur dalam KHA sebagai
instrumen hukum internasional, pemerintah Indonesia mewujudkan
komitmennya untuk memajukan dan melindungi hak-hak anak
Indonesia dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (pasal 52 s.d 66 memuat hak anak).
Hak anak yang diatur dalam Undang-undang No.39 Tahun 1999
terbatas pada hak dasar anak.
2

Hak konstitusional anak yang tertuang dalam pasal 28B UUD


1945 yakni setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi dan dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-undang Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang diundangkan pada
tanggal 22 Oktober 2002, sebagai payung hukum bagi peraturan
perundang-undangan dalam upaya menegakkan hak anak dan
perlindungan anak.Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia
yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan negara.
Agar hak anak terpenuhi dikembangkan sistem perlindungan
anak dalam arti segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Mengapa anak harus dilindungi karena anak adalah amanah dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah generasi penerus
cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan
mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anak perlu
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Karena
sifatnya, maka tumbuh kembang anak harus dilakukan dalam
lingkungan yang melindungi dari segala bahaya dalam bentuk
pengasuhan yang optimal.
Isu-isu pemenuhan hak dasar anak, seperti pemenuhan hak
hidup dan kelangsungan hidup, tumbuh, berkembangan, perlindungan,
serta partisipasi anak di Kalimantan Selatan masih memprihatinkan,
khususnya yang berkaitan dengan aspek kesejahteraan dan
perlindungan anak. Beberapa data dan hasil penelitian yang berkaitan
anak di Kalimantan Selatan, memperkuat keprihatinan tentang isu-isu
3

pemenuhan hak anak diantaranya anak tanpa akta kelahiran,


perkawinan usia anak, kekerasan pada perempuan dan anak, anak yang
berhadapan dengan hukum, anak terlantar, anak jalanan.
Dengan diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah , maka
daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan kepada
masyarakat pada umumnya dan anak khususnya yang ada di
daerahnya. Prinsip pelaksanaan otonomi daerah adalah agar pemerintah
daerah dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah setinggi-
tingginya.Salah satu wujud dari kewenangan tersebut diatas yaitu
dengan diterbitkannya Perda Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Daerah, dan diikuti
dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 19 Tahun 2010
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengrusutamaan Gender Dalam
Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, yang kemudiaan
dilakukan perubahan atas Pergub Nomor 19 Tahun 2010 dengan Pergub
Nomor 67 Tahun 2011.
Terkait dengan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menerbitkan Perda Nomor 13
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Agar tercapai pembangunan kualitas hidup perempuan dan
pemenuhan serta perlindungan hak anak di Provinsi Kalimantan
Selatan, data gender dan anak di Kalimantan Selatan sangat
dibutuhkan untuk mengukur seberapa besar capaian dalam
peningkatan kualitas hidup perempuan dan pemenuhan dan
perlindungan hak anak, bagaimana capaian antara kabupaten/kota se
Kalimntan selatan yang pada akhirnya hasil dari capaian tersebut diatas
akan menentukan tingkat kualitas hidup perempuan dan pemenuhan
dan perlindungan hak anak tingkat provinsi.
4

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memberikan gambaran
maupun informasi yang jelas tentang :
a. Kesenjangan gender dalam aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi,
politik dan hukum.
b. Sampai seberapa jauh pemenuhan hak anak dan perlindungan anak
yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi.

1.3. Metode Penulisan.


a. Sumber Data.
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder yang
dikumpulkan dari instansi /SKPD terkait di tingkat provinsi dan
Kabupaten/Kota serta organisasi sosial kemasyarakatan yang peduli
pada masalah perempuan dan anak.
b. Metode Penyajian.
Dalam penulisan ini metode penyajian dan analisa yang digunakan
adalah analisa deskriptif dengan menyajikan data dalam bentuk
tabel, baik tabel tunggal maupun silang, serta grafik untuk
memudahkan pembaca dalam memahaminya.
5

BAB II
DATA UMUM

2.1. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga

Penduduk adalah orang yang mendiami suatu wilayah tertentu. Untuk


mengetahui jumlah penduduk suatu daerah, provinsi, atau negara dapat
dilakukan beberapa cara seperti sensus penduduk, registrasi atau pencatatan
dan survey.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik
pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalis), kematian (mortalitas) dan
perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan kematian dinamakan factor
alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan factor non alami.
Migrasi ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk
disebut migrasi masuk (imigrasi) dan yang dapat mengurangi penduduk
disebut migrasi keluar (emigrasi).
Komposisi penduduk yaitu pengelompokkan penduduk berdasarkan
criteria (ukuran) tertentu. Dasar untuk menyusun komposisi penduduk yang
umum digunakan adalah umur, jenis kelamin, mata pencaharian, dan tempat
tinggal. Pengelompokkan penduduk dapat digunakan untuk dasar dalam
pengambilan kebijakan dan pembuatan program oleh pemerintah dalam
mengatasi masalah-masalah di bidang kependudukan seperti kepadatan
penduduk, tingginya angka kelahiran, maupun komposisi penduduk kurang
menguntungkan.1
Komposisi penduduk sangat penting untuk diketahui karena dari
berbagai susunan beserta perubahannya dari masa ke masa dapat ditarik
suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat menjadi dasar dalam berbagai
kebijakan suatu negara menyangkut peningkatan kualitas sumber daya
manusianya agar dapat memajukan negaranya.2

1
http://rahmatkusnadi6.blogspot.com/2010/02/pertumbuhan-penduduk.html
2
Ibid.
6

Tabel2.1.
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Jumlah Penduduk
No Wilayah
L P L+P

1 Tanah Laut 163.784 155.341 319.098

2 Kotabaru 163.784 150.753 314.492

3 Banjar 276.936 268.461 545.397

4 Barito Kuala 147.366 146.743 294.109

5 Tapin 90.391 88.775 179.166


Hulu Sungai
6 112.000 112.474 224.474
Selatan
Hulu Sungai
7 128.464 128.643 257.107
Tengah
8 Hulu Sungai Utara 109.120 113.194 222.314

9 Tabalong 119.767 116.010 235.777

10 Tanah Bumbu 164.585 151.230 315.815

11 Balangan 61.009 60.309 121.318

12 Banjarmasin 333.236 332.987 666.223

13 Banjar Baru 116.730 110.770 227.500

Provinsi Kalsel 1.987.127 1.935.663 3.922.790

Sumber data : Proyeksi Penduduk, BPS Prov.Kalsel

Berdasarkan table 2.1. diatas terlihat bahwa jumlah penduduk di Kalimantan


Selatan pada tahun 2014 diproyeksikan sebesar 3.854.485 jiwa yang terdiri
dari laki-laki sebesar 1.951.573 dan perempuan sebesar 1.902.912 jiwa orang,
hal ini menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di setiap kabupaten
sangat bervariasi dimana kabupaten yang penduduknya lebih banyak
perempuan adalah kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah,
Hulu Sungai Utara dan Kota Banjarmasin, hal ini sangat menarik dilihat dari
7

ke empat kabupaten tersebut diatas adalah merupakan daerah dengan kondisi


geografis berupa rawa-rawa dan perlu dikaji lebih jauh lagi apakah terjadi
migrasi penduduk laki-laki ke daerah lain untuk mencari pekerjaan di daerah
yang kondisi geografisnya bukan rawa.

Banjar Baru
Banjarmasin
Balangan
Tanah Bumbu
Tabalong
Hulu Sungai Utara Jumlah Penduduk L+P
Hulu Sungai Tengah
Jumlah Penduduk P
Hulu Sungai Selatan
Tapin Jumlah Penduduk L
Barito Kuala
Banjar
Kotabaru
Tanah Laut

.0 200000.0
400000.0
600000.0
800000.0

Grafik 2.1.
Distribusi Penduduk Kabupaten/Kota Tahun 2014

2.2.Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
berperan penting pada perencanaan pembangunan dalam segala bidang,
karena kebutuhan penduduk terhadap suatu pelayanan atau produk
bervariasi menurut umur. Semakin banyak penduduk usia muda maka
arah pembangunan dikonsentrasikan semakin banyak untuk
meningkatkan mutu sumber daya penerus bangsa seperti pelayanan
kesehatan untuk penduduk muda misal posyandu, tempat bermain
serta fasilitas pendidikan.
Struktur umur penduduk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun
2014 secara umum terlihat bahwa proporsi kelompok di
Kabupaten/Kota memiliki distribusi yang polanya sama, yaitu di
dominasi oleh penduduk usia produktif yaitu antara umur 19 sampai 50
tahun, baik laki-laki dan perempuan hampir seimbang.Kelompok usia
anak yaitu umur 0-18 tahun lebih kecil (710.644 anak laki-laki dan
675.741 anak perempuan) dibandingkan dengan umur dewasa.
8

Struktur umur penduduk berdasarkan jenis kelamin di


Kabupaten/Kota bahwa penduduk laki-laki cenderung lebih tinggi
jumlahnya dibandingkan dengan penduduk perempuan pada umur 0-50
tahun, tetapi pada komposisi penduduk umur 51 tahun keatas
penduduk perempuan lebih tinggi dari pada penduduk laki-laki (lihat
tabel 2.2.) berarti data ini mempunyai korelasi yang signifikan dengan
salah satu indikator IPM harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki.
Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Penduduk Umur
0 s/d 5 Thn 6 s/d 12 Thn 13 s/d 18 Thn 19 s/d 50 Thn 51 Thn Ke atas
No Wilayah
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr

1 Tanah Laut 21.501 20.588 21.530 20.301 16.315 15.284 82.893 79.053 21.545 20.088

2 Kotabaru 22.834 21.800 23.125 21.631 15.976 14.926 83.410 76.410 18.394 15.986

3 Banjar 33.597 32.564 36.474 34.334 31.157 28.761 140.561 135.863 35.147 36.939

4 Barito Kuala 18.476 18.012 19.857 18.934 15.516 14.485 73.875 74.453 19.642 20.859

5 Tapin 11.096 10.581 11.409 10.951 9.148 8.794 45.963 44.932 12.775 13.517

6 Hulu Sungai Selatan 13.151 12.685 15.095 14.322 12.263 11.106 54.350 53.807 17.141 20.554

7 Hulu Sungai Tengah 14.705 14.061 17.838 16.683 14.969 13.337 61.343 60.818 19.609 23.744

8 Hulu Sungai Utara 13.622 13.139 15.895 14.862 12.941 12.775 52.113 54.188 14.549 18.230

9 Tabalong 9.102 8443 15.503 14.338 12.838 11.966 62.461 60.747 17.355 18.279

10 Tanah Bumbu 23.143 22.220 21.377 20.197 16.143 15.388 84.585 76.981 19.337 16.444

11 Balanga 8.181 7.911 8.501 8.117 6.566 6.378 30.363 29.683 7.398 8.220

12 Banjarmasin 41.620 39.108 41.135 38.993 33.147 33.648 173.746 175.289 43.588 45.949

13 Banjar Baru 14.313 13.548 14.394 13.447 12.957 12.262 61.527 58.845 13.539 12.668

Provinsi Kalsel 21.501 20.588 21.530 20.301 16.315 15.284 82.893 79.053 21.545 20.088

Sumber data : Proyeksi Penduduk, BPS Prov.Kalsel


10

200000.0

180000.0

160000.0

140000.0
0 s/d 5 Thn Lk

120000.0 0 s/d 5 Thn Pr


6 s/d 12 Thn Lk
100000.0
6 s/d 12 Thn Pr

80000.0 13 s/d 18 Thn Lk


13 s/d 18 Thn Pr
60000.0
19 s/d 50 Thn Lk
40000.0 19 s/d 50 Thn Pr
51 Thn Ke atas Lk
20000.0
51 Thn Ke atas Pr
.0

Grafik 2.2.
Struktur Penduduk menurut Umur Kabupaten/Kota tahun 2014

Dari Grafik diatas terlihat bahwa distribusi penduduk menurut umur di Kabupaten/Kota memiliki distribusi yang polanya sama, yaitu
di dominasi oleh penduduk usia produktif yaitu antara umur 19 sampai 50 tahun, baik laki-laki dan perempuan hampir seimbang.
2.3. Jumlah Kepala Keluarga dan Kepala Rumah Tangga
Menurut Jenis Kelamin.

Menurut definisi BPS yang dimaksud dengan kepala keluarga adalah


orang yang secara riil bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari keluarga, atau orang yang dianggap sebagai sebagai kepala
keluarga. Sedangkan kepala rumah tangga menurut definisi BPS ialah
pencari nafkah utama atau seseorang yang dianggap sebagai kepala rumah
tangga.
Tabel 2.3.
Jumlah Kepala Keluarga
Tahun 2014
Jumlah Kepala Keluarga
No. Jumlah Jumlah
Wilayah
Kepala Kepala
Keluarga Keluarga
L P L+P
1 Tanah Laut 85.240
2 Kotabaru 79.522 8.864 88.386
3 Banjar 129.831 17.455 147.286
4 Barito Kuala 71.877 9.975 81.852
5 Tapin 45.660 7.167 52.827
6 Hulu SungaiSelatan 58.686 11.815 70.501
7 Hulu Sungai Tengah 61.352 12.618 73.970
8 Hulu Sungai Utara 53.898 11.001 64.899
9 Tabalong 54.646 8.417 63.063
10 Tanah Bumbu 73.334 5.385 78.717
11 Balangan 30.667 4.489 35.156
12 Banjarmasin 150.499 23.026 173.525
13 Banjarbaru 52.601
Provinsi Kalsel 802.844 153.282 1.063.003
Sumber data:Perwakilan BKKBNProv. Kalsel

Dari tabel 2.3. diatas terlihat bahwa jumlah kepala keluarga di Kalimantan
Selatan adalah sebesar 1.070.059 KK yang terdiri dari 935.490 KK yang kepala
keluarganya laki-laki dan sebesar 134.569 KK yang kepala keluarganya
perempuan. Jumlah KK Miskin di Kalimantan Selatan adalah sebesar 307.935
KK dengan perincian 205.159 KK dengan kepala keluarga laki-laki dan 102.776
KK yang kepala keluarganya perempuan. Grafik 2.3. menunjukkan
Perbandingan Jumlah KK laki-laki dengan perempuan di tiga belas kabupaten
kota.
12

160000.0

140000.0

120000.0

100000.0

80000.0

60000.0 Jumlah Kepala Keluarga L

40000.0 Jumlah Kepala Keluarga P

20000.0

.0

Grafik 2.3.
Jumlah Kepala Rumah Tangga Laki-Laki dan Perempuan Menurut
Kabupaten/kota di Kalimantan Selatan

Grafik di atas menunjukkan tahun 2014 jumlah kepala rumah tangga laki-laki
lebih banyak daripada jumlah kepala rumah tangga perempuan. Kondisi ini
merata di 13 Kabupaten/Kota. Kepala Rumah Tangga di Kota Banjarmasin lebih
banyak dibanding Kabupaten/Kota lainnya, demikian pula dengan Kepala
Rumah Tangga jenis kelamin perempuan.

180,000
160,000
140,000
120,000 Jumlah
Kepala
100,000 Keluarga L
80,000
Jumlah
60,000 Kepala
Keluarga P
40,000
20,000
0

Grafik 2.4.
Jumlah Kepala Keluarga Laki-Laki dan Perempuan Menurut Kabupaten/kota di
Kalimantan Selatan
13

Grafik di atas menunjukkan tahun 2014 jumlah kepala keluarga laki-laki lebih
banyak daripada jumlah kepala keluarga tangga perempuan. Kondisi ini merata
di 13 Kabupaten/Kota. Untuk Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar, jumlah
kepala keluarga jenis kelamin perempuan mendekati angka yang sama yakni
sekitar 20.000 KK.

2.4. Indeks Pembangunan Manusia.

Indeks Pembangunan manusia merupakan salah satu indeks komposit


yang dikembangkan UNDP untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia
dari berbagai perspektif, yaitu dari perspektif kesehatan yaitu angka harapan
hidup, dari persfektif pendidikan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, serta persfektif ekonomi yaitu kemampuan daya beli masyarakat
terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari pengeluaran perkapita seperti
terlihat pada tabel 7 dibawah.
IPM Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan
yaitu, pada tahun 2013 adalah sebesar 71,08 dan meningkat pada tahun 2014
menjadi 71,14, seperti yang terlihat pada grafik berikut:
90
80
70
60
50
40 Indeks Pembangunan Manusia
30 (IPM) Tahun 2013

20 Indeks Pembangunan Manusia


(IPM) Tahun 2014
10
0

Grafik 2.5.
Indeks Pembangunan Manusia Kalimantan Selatan Tahun 2013-2014

Dari grafik tersebut diatas, terlihat bahwa IPM kabupaten/kota masih terjadi
ketimpangan yaitu Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru IPM nya tinggi sudah
melebihi nilai 74, sementara Kabupaten Balangan dan Barito Kuala masih
14

dibawah 70, sementara kabupaten yang masih dibawah rata-rata provinsi adalah
kabupaten Hulu Sungai Utara.

Tabel 2.4.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013-2014
Metode Baru dari BPS
IPM
No Wilayah
2013 2014
1 Tanah Laut 66,11 66,50
2 Kotabaru 65,41 65,76
3 Banjar 65,36 65,71
4 Barito Kuala 62,12 62,56
5 Tapin 66,48 66,99
6 Hulu Sungai Selatan 64,59 65,25
7 Hulu Sungai Tengah 64,63 65,37
8 Hulu Sungai Utara 60,77 61,32
9 Tabalong 68,08 68,36
10 Tanah Bumbu 66,51 66,94
11 Balangan 64,03 64,44
71 Banjarmasin 74,59 74,94
72 Banjar Baru 77,10 77,30
Provinsi Kalsel 66,64 67,08
Sumber data : BPS Prov. Kalsel

Dari tabel 2.4. tersebut diatas terlihat bahwa IPM Kalsel dan seluruh
Kabupaten/kota bergerak naik, demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhinya bergerak kearah yang membaik, namun percepatan
pergerakannya perlu masih di pacu, terutama terkait dengan angka rata-rata
lama sekolah yang masih rendah dibeberapa kabupaten, seperti di Kabupaten
Balangan, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten
Barito Kuala, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan
Kabupaten Hulu Sungai Utara masih berada di bawah rata-rata provinsi.
Faktor lain yang perlu di dongkrak percepatannya adalah terkait dengan
indikator kesehatan yaitu angka harapan hidup, juga ada beberapa kabupaten
yang masih rendah angka harapan hidupnya yaitu KabupatenBalangan,
Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong.
2.5. Indeks Pembangunan Gender.
Berdasarkan tabel IPG dibawah ini terlihat bahwa IPG Kalimantan Selatan pada tahun 2014 adalah sebesar 88,46
dan bila dilihat per kabupaten/kota IPG nya sangat bervariasi. Kabupaten yang IPG nya paling rendah adalah
Kab.Kotabaru sebesar 81.75 dan disusul oleh Kab.Tapin sebesar 83.54, sementara yang tertinggi adalah Kab Hulu Sungai
Tengah sebesar 96.82 dan Kota Banjarmasin sebesar 92.38.
Sementara itu untuk angka harapan hidup di Kalimantan Selatan terjadi sedikit peningkatan pada tahun 2013
sebesar 67,00 menjadi 67,05 pada tahun 2014.
Tabel 2.5.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Kab/Kota, 2012,2013,2014
Angka Harapan Hidup IPG
No Kabupaten/Kota
2013 2014 2012 2013 2014
1 KALIMANTAN SELATAN 67,00 67,05 88.33 88.33 88.46
2 Tanah Laut 68,19 68,22 85.49 86.88 87.68
3 Kota Baru 68,12 68,14 80.18 80.85 81.75
4 Banjar 65,27 65,32 91.06 91.28 92.17
5 Barito Kuala 64,42 64,49 86.57 88.24 88.63
6 Tapin 68,98 69,02 82.88 83.41 83.54
7 Hulu Sungai Selatan 63,55 63,64 87.67 87.93 89.34
8 Hulu Sungai Tengah 64,24 64,33 95.35 95.99 96.82
9 Hulu Sungai Utara 61,99 62,09 91.42 91.53 92.17
10 Tabalong 69,36 69,39 83.27 84.49 84.76
11 Tanah Bumbu 68,81 68,84 79.94 80.86 84.10
12 Balangan 66,62 66,65 91.52 91.66 92.25
13 Kota Banjarmasin 69,99 70,02 91.88 92.11 92.38
14 Kota Banjar Baru 71,06 71,06 91.06 91.86 92.11
INDONESIA 90.07 90.19 90.34
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, tahun 2014
2.6. Indeks Pemberdayaan Gender.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) digunakan untuk mengukur


persamaan peranan antara perempuan dan laki-laki dalam pengambilan
keputusan dibidang politik maupun di bidang managerial. Kedua ukuran ini,
diharapkan mampu memberikan penjelasan tentang kesetaraan dan keadilan
gender yang dicapai melalui berbagai program pembangunan.
Dengan melalui IDG dapat menggambarkan perbedaan peranan antara
perempuan dan laki-laki dari pencapaian kapabilitas berdasarkan status dan
kedudukan perempuan dibandingkan dengan laki-laki. IDG dibentuk
berdasarkan tiga komponen yaitu keterwakilan perempuan dalam parlemen,
perempuan sebagai tenaga professional, manajer, administrasi dan teknisi dan
sumbangan pendapatan. Dari ketiga komponen tersebut mmenggambarkan
kondisi riil perempuan sehubungan dengan perannya dalam pengambilan
keputusan diberbagai bidang kehidupan.
Berdasarkan pada tabel 2.6. dibawah ini terjadi kenaikan sebesar 2,62
yaitu pada tahun 2013 sebesar 65,60 selanjutnya pada tahun 2014 menjadi
sebesar 68,22. Terjadi kenaikan IDG disebabkan karena ada 3 (tiga)
Kabupaten/Kota terjadi kenaikan yaitu Kabupaten Tanah Bumbu,
Tapin,HuluSungai Utara dan Barito Kuala.
Tabel 2.6.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Perempuan sebagai Sumbangan
Keterlibatan
tenaga Manager, Perempuan IDG
Perempuan di
No Kabupaten/Kota Profesional, dalam (%)
Parlemen
Administrasi, Pendapatan
(%)
Teknisi (%) Kerja (%)
KALIMANTAN
1 SELATAN 14.55 44.32 34.90 68.22
2 Tanah Laut 16.67 51.10 27.88 65.36
3 Kota Baru 22.86 45.75 26.08 71.42
4 Banjar 20.00 46.94 32.48 72.68
5 Barito Kuala 14.29 47.97 40.93 70.00
6 Tapin 16.00 46.90 48.04 72.76
Hulu Sungai
7 Selatan 13.33 47.52 25.49 60.41
Hulu Sungai
8 Tengah 23.33 35.24 50.26 76.91
Hulu Sungai
9 Utara 16.67 53.47 29.19 64.25
10 Tabalong 23.33 46.93 27.47 71.62
11 Tanah Bumbu 8.57 31.01 30.42 56.45
12 Balangan 12.00 34.79 35.01 63.17
Kota
13 Banjarmasin 17.78 40.62 37.98 71.62
Kota Banjar
14 Baru 20.00 48.04 30.32 72.47
15 INDONESIA 17.32 45.61 35.64 70.68
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, tahun 2014.
17

BAB III
BIDANG KESEHATAN

3.1. Jumlah Kematian Ibu Melahirkan


Jumlah Kematian Ibu Melahirkan adalah salah satu indikator
keberhasilan kinerja di bidang kesehatan disamping bidang lainnya yang
mempengaruhi, seperti kemudahan ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, mulai dari pemeriksaan pada saat kehamilan,
kesiapan tenaga medis dan kesiapan peralatan kesehatan di Rumah Sakit,
Puskesmas dan pos-pos kesehatan lainnya.
Jumlah kematian ibu di Kalimantan Selatan yang tercatat pada
tahun 2014 adalah sebanyak 102 orang. Jumlah kasus di berbagai
kabupaten sangat berpariasi yaitu tertinggi berada di Kota Banjarbaru
sebanyak 28 orang dan tertinggi kedua adalah Kabupaten Banjar
sebanyak 25 orang. Jumlah kasus kematian ibu paling rendah adalah di
Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tabalong yaitu sebanyak 2 orang.
Jumlah kasus kematian ibu melahirkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1.
Jumlah Kematian Ibu Melahirkan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

No Wilayah Jumlah Kematian Ibu

1 Tanah Laut 6
2 Kotabaru 2
3 Banjar 25
4 Barito Kuala 10
5 Tapin 5
6 Hulu Sungai Selatan 8
7 Hulu Sungai Tengah 12
8 Hulu Sungai Utara 4
9 Tabalong 2
10 Tanah Bumbu 7
11 Balangan 7
12 Banjarmasin 14
13 Banjar Baru 28
Provinsi Kalsel 120
Sumber data: Dinkes Prov.Kalsel
18

3.1.1.Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Kematian ibu di rumah sakit disebabkan karena banyaknya kasus


kegawat-daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab
langsung kematian ibu yang terbanyak adalah: perdarahan,hipertensi pada
kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi. Persalinan di
rumah dan ditolong oleh dukun, merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi masih tingginya AKI di Indonesia.
Penyebab terbesar kematian ibu melahirkan di Kalimantan Selatan
dikarenakan oleh pendarahan, esklamsia dan lain-lain.
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu
adalah:
1. Kemampuan dan keterampilan penolong persalinan, kemampuan dan
keterampilan penolong persalinan sesuai dengan pesan pertama kunci
Making Pregnancy Safer (MPS) yaitu setiap persalinan hendaknya
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat. Kurangnya
pengetahuan dan perilaku masyarakat yang tidak mengenali tanda
bahaya dan terlambat membawa ibu, bayi dan balita ke fasilitas
kesehatan.
3. Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena
kondisi masyarakat seperti pendidikan, social, ekonomi dan budaya.
4. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut
memperbesar permasalahan ini.
5. 3 terlambat : terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di
tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan.
6. 4 terlalu : terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak
kelahiran. Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga
dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengatasinya di tingkat keluarga.3

3
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/06/26/inilah-penyebab-langsung-kematian-ibu.
19

Tabel 3.1.1.
Penyebab Kematian Ibu karena Hamil, Melahirkan dan Nifas
di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2014
Penyebab kematian Ibu karena hamil, melahirkan dan nifas
P.
No Wilayah Emboli Kompl Masa
Eklamsia Infeksi Abortus Lama/ Lain- Perdara-
Obstetri Puepureum
% % % Macet lain % han %
% %
%
1 Tanah Laut 1 1 0 0 0 0 4 0
2 Kotabaru 1 0 0 0 0 0 1 0
3 Banjar 7 1 0 0 0 0 6 11
4 Barito Kuala 4 0 0 0 0 0 4 2
5 Tapin 3 0 0 0 0 0 1 1
Hulu Sungai
6
Selatan 2 0 0 0 0 0 5 1
Hulu Sungai
7
Tengah 1 0 0 0 0 0 11 0
Hulu Sungai
8
Utara 1 0 0 0 0 0 3 0
9 Tabalong 1 0 0 0 0 0 0 1
Tanah
10
Bumbu 0 0 0 0 0 0 1 6
11 Balangan 2 0 0 0 0 0 3 2
71 Banjarmasin 8 1 1 0 0 0 0 4
72 Banjar Baru 15 0 0 0 0 0 64 51
Prov.Kalsel 47 3 1 0 0 0 106 80
Sumber data : Dinkes Prov. Kalsel

3.1.2.Cakupan Pertolongan Persalinan


Cakupan pertolongan persalinan di Kalimantan Selatan sebagian
besar telah ditangani oleh tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter dan
sebagian kecil masih ditangani oleh tenaga non medis yaitu dukun
beranak.
Kedepan diharapkan seluruh pertolongan persalinan sudah ditangani
oleh tenaga medis, untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan penyiapan
tenaga kesehatan di setiap desa seperti program satu bidan satu desa
dapat di galakkan lagi.
Cakupan pertolongan kelahiran di setiap kabupaten/kota adalah
sebagai mana terlihat pada tabel berikut.
20

Tabel 3.1.2.
Cakupan Pertolongan Kelahiran
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Penolong Persalinan
No Wilayah
Dokter/Bidan Dukun Lainnya
1 Tanah Laut 6.026 102
2 Kotabaru 4.851 108
3 Banjar 10.598 248
4 Barito Kuala 5.092 197
5 Tapin 2.820 242
6 Hulu Sungai Selatan 3.838 58
7 Hulu Sungai Tengah 4.244 148
8 Hulu Sungai Utara 4.015 133
9 Tabalong 3.910 118
10 Tanah Bumbu 4.791 325
11 Balangan 2.266 140
12 Banjarmasin 11.829 1.026
13 Banjar Baru 4.382 388
Provinsi Kalsel 68.789 3.233
Sumber data: Dinkes Prov.Kalsel

3.1.3.Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ke Sarana Pelayanan Kesehatan


Kunjungan ibu hamil kesarana pelayanan kesehatan mulai dari
hamil hingga setelah melahirkan, sangat penting untuk menjamin
kesehatan ibu melahirkan dan kualitas anak nya.
Kunjungan ibu hamil berpengaruh terhadap angka kematian ibu dan
angka kematian bayi, oleh karena itu perlu sosialisasi yang lebih intensif
kepada calon-calon ibu agar mau mengakses layanan kesehatan yang ada
diwilayahnya.
Jumlah kunjungan ibu hamil di setiap kabupaten /kota seperti yang
terlihat pada tabel berikut:
21

Tabel 3.1.3.
Kunjungan Ibu Hamil (K1/K4) ke Sarana Pelayanan Kesehatan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Ibu Hamil
No Wilayah
Jumlah K1 % K4 %
1 Tanah Laut 6.609 6.866 103.89 5.561 84.14
2 Kotabaru 6.192 6.612 106.78 4.847 78.28
3 Banjar 12.815 12.196 95.17 10.331 80.62
4 Barito Kuala 6.116 5.827 95.27 4.815 78.73
5 Tapin 3.432 3.599 104,88 2.840 82,76
6 Hulu Sungai Selatan 5.117 4.248 83.02 3.437 67.17
7 Hulu Sungai Tengah 5.356 4.314 80.55 3.992 74.53
8 Hulu Sungai Utara 4.275 4.423 103.46 3.694 86.41
9 Tabalong 4.579 4.137 90,3 4.007 87,5
10 Tanah Bumbu 5.719 5.995 104.83 4.498 78.65
11 Balangan 2.709 2.699 99.63 1.919 70.84
12 Banjarmasin 12.902 12.871 99.76 12.375 95.92
13 Banjar Baru 4.966 5.171 104.13 4.492 90.46
Provinsi Kalsel 80.837 79.467 98.31 66.809 82.65

Sumber data: Dinkes Prov. Kalsel

3.1.4.Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil


Tabel 3.1.4.
Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Ibu Hamil
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
JumlahImunisasi Tetanus Persentase
No Wilayah (%)
Toxoid (TT) pada Ibu Hamil
1 Tanah Laut 108 0.25
2 Kotabaru 4.348 10.08
3 Banjar 3.001 6.96
4 Barito Kuala 2.110 4.89
5 Tapin 1.412 3.27
6 Hulu Sungai Selatan 401 0.93
7 Hulu Sungai Tengah 4.267 9.89
8 Hulu Sungai Utara 5.375 12.46
9 Tabalong 1.617 3.75
10 Tanah Bumbu 3.416 7.92
11 Balangan 1.599 3.70
12 Banjarmasin 12.871 29.85
13 Banjar Baru 2.582 5.98
Provinsi Kalsel 43.107 100
Sumber data: Dinkes Prov. Kalsel
22

3.1.5.Ibu Hamil yang mendapat Tablet Zat Besi (Fe)


Pengertian tentang Fe ( Zat Besi ) adalah Zat besi diperlukan untuk
pembentukan darah, Dalam bentuk tablet atau pil yang berisi 60mg zat
besi dan 500mikro gram asam folat dan berwarna merah. Untuk mencegah
dan mengatasi kurang darah atau anemia.4
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2002). Sedangkan anemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11
gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

Tabel 3.1.5.
Ibu Hamil yang mendapat Tablet Zat Besi (Fe)
di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2014
Jumlah
No Wilayah
Ibu Hamil yang mendapat Tablet Zat Besi (Fe)
1 Tanah Laut 5.482
2 Kotabaru 4.847
3 Banjar 10.438
4 Barito Kuala 4.876
5 Tapin 2.886
6 Hulu Sungai Selatan 3.437
7 Hulu Sungai Tengah 3.573
8 Hulu Sungai Utara 12.060
9 Tabalong 3.540
10 Tanah Bumbu 5.027
11 Balangan 1.948
71 Banjarmasin 12.375
72 Banjar Baru 4.499
Provinsi Kalsel 67.037
Sumber data: Dinkes Prov. Kalsel

3.1.6.Ibu Hamil Beresiko

Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita


usia subur adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan
dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok
berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kurang Energi Kronis (KEK) pada

4
(http://bidandesa.com/zat-besi-dalam-kehamilan.html).
23

ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama
(beberapa bulan atau tahun) (DepKes RI, 1999).
Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana
remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK (
Arismas,2009).
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah
satu atau beberapa kriteria sebagai berikut : a.Berat badan ibu sebelum
hamil < 42 kg. b.Tinggi badan ibu < 145 cm. c.Berat badan ibu pada
kehamilan trimester III < 45 kg. d.Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil <
17,00 e.Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010). 5

Kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang


lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas normal.6
Empat Faktor Risiko Kehamilan :.Cuney, Alan H, 2007
Penyakit penyerta kehamilan :
1) Penyakit ginjal dan pembuluh darah (hipertensi,hipo/hiperproteinuria)
2) Inkompatibilitas darah
3) Kelainan endokrin (DM, dll.)
4) Kelainan jantung
5) Kelainan pembekuan darah
6) Infeksi TORCH
Penyulit kehamilan :
1) Partus prematurus (< 37 minggu)
2) Perdarahan kehamilan
3) Ketidaksesuaian besarnya rahimdan tuanya kehamilan
4) Kehamilan serotinus (> 42minggu)
5) Kelainan uterus (bekas SC)7
6) Kelainan uterus (bekas SC)8
Kehamilan Risiko Tinggi, Empat Faktor Risiko Kehamilan :….n; DeCherey, Alan H,
1) Riwayat obstetric yang buruk
2) Kematian anak persalinan yang laluatau anak lahir dengan kelainan
kongenital
3) Pernah partusprematurus
4) Abortus habitualis, keadaan ibu secara umum ;
5
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/07/kurang-energi-kronis-kek-pada-ibu-hamil.html
6
http://www.scribd.com/doc/125458754/PoA-Deteksi-Dini-Bumil-Risti
7
Ibid
8
Ibid
24

a) Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun


b) Multiparitas (4 anak atau lebih)
c) Ibu terlalu kurus atau terlalu gemuk
d) Tinggi badan ibu < 145 cm
e) Bentuk panggul ibu tidak normal
f) Jarak antarkehamilan terlalu dekat (< 2 tahun)
g) Ibu yang tidak menikah (kondisi psikologis)
h) Keadaan sosioekonomi yang rendah
i) Ketergantungan alcohol

Tabel 3.1.6.
Jumlah Ibu Hamil Beresiko
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Ibu Hamil
No Wilayah
KEK RISTI
1 Tanah Laut 756 2.166
2 Kotabaru 533 1.366
3 Banjar 1.091 1.507
4 Barito Kuala 1.251 1.153
5 Tapin 432 976
6 Hulu Sungai Selatan 581 1.082
7 Hulu Sungai Tengah 542 915
8 Hulu Sungai Utara 628 1.068
9 Tabalong 581 820
10 Tanah Bumbu 191 1.482
11 Balangan 160 589
12 Banjarmasin 864 3.154
13 Banjar Baru 424 1.479
Provinsi Kalsel 8.034 18.149
Sumber data : Dinkes Prov. Kalsel
Ket : KEK (Kurang Energi Kronis), RISTI (Resiko Tinggi)
25

3.2. Kematian Bayi dan Balita


Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita adalah masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir atau neonatal (usia 0-28 hari). Masalah
ini meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dan infeksi. Diare dan pneumonia merupakan penyebab
kematian berikutnya pada bayi dan balita, disamping penyakit lainnya sera
dikontribusi oleh masalah gizi.
Masalah utama penyebab kematian bayi dan balita sebenarnya dapat
dicegah dan ditangani. Namun terkendala oleh akses ke pelayanan
kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan social ekonomi, system
rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya diteksi dini dan
kesadaran orang tua mencari pertolongan kesehatan.
Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka
per 1.000 kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan peluang terjadinya
kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun.
Millenium Development Goals(MDGs) menetapkan nilai normatif
AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai >140, tinggi dengan nilai 71-140,
sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengannilai < 20. SDKI tahun 2007
mengestimasikan nilai AKABA sebesar 44 per per1.000 kelahiran hidup.
Angka ini merupakan estimasi untuk periode 5 tahun sebelum survei
(2003-2007), ada 5 Provinsi yang menyumbang jumlah
kematian ibu sebesar 50%, yaitu: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan NTT. Sementara 25% angka kematian ibu terjadi pada 9
Provinsi, yaitu: Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Aceh,
dan NTB. Dan 19 provinsi lainnya, menyumbang 25% kematian ibu di
Indonesia.
Berdasarkan estimasi terhadap nilai AKABA pada tingkat provinsi,
diketahui bahwa provinsi dengan AKABA terendah terdapat di ProvinsiDI
Yogyakarta sebesar 22 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Jawa Tengah
sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup dan Kalimantan Tengah sebesar 34
per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan provinsi dengan AKABA tertinggi
adalah Sulawesi Barat sebesar 96 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh
Maluku sebesar 93 per1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat
sebesar 92 per 1.000 kelahiran hidup.
Sementara itu dalam laporan baru UNICEF menunjukkan bahwa jika
kecenderungan ini terus berlanjut, dunia tidak akan memenuhi Millennium
26

Development Goal 4 - untuk memotong tingkat kematian balita sebesar dua


pertiga pada tahun 2015. Lebih buruk lagi, jika kecenderungan ini terus
berlanjut, tujuan tidak akan tercapai sampai tahun 2028.9
Jika kita tidak bertindak, akibatnya sebanyak 35 juta lebih anak-
anak beresiko meninggal sebagian besar dari penyebab yang dapat dicegah
antara tahun 2015 dan 2028, jika masyarakat global tidak segera
mengambil tindakan untuk mempercepat kemajuan.
Itu adalah berita buruk. Tapi laporan ini memberikan beberapa kabar baik
juga. Laporan menunjukkan bahwa pengurangan dramatis dalam
kelangsungan hidup anak masih memungkinkan. Secara global, jumlah
kematian balita setiap tahunnya turun dari estimasi 12,6 juta pada tahun
1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012. Selama 22 tahun terakhir,
terselamatkan sekitar sembilanpuluh juta jiwa. Menurut laporan tersebut,
di Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah
berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun
2012.10
Tabel 3.2.
Jumlah Kematian Bayi dan Balita
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
2014
No Wilayah Jml Bayi Jml Jml Balita
Jml Bayi
Mati Balita Mati
1 Tanah Laut 6.094 77 34.809 3
2 Kotabaru 4.154 39 28.641 2
3 Banjar 11.650 159 41.865 2
4 Barito Kuala 5.559 83 31.951 7
5 Tapin 3.121 70 14.387 2
6 Hulu Sungai Selatan 4.652 55 19.907 10
7 Hulu Sungai Tengah 4.872 39 21.912 1
8 Hulu Sungai Utara 69 17 4 90
9 Tabalong 4.162 39 30.051 2
10 Tanah Bumbu 5.199 59 43.293 0
11 Balangan 2.463 46 10.434 4
12 Banjarmasin 11.794 72 54.094 5
13 Banjar Baru 4.513 34 16.358 2
Provinsi Kalsel 72.129 851 363.274 42

Sumber data: Dinkes Prov.Kalsel

3.3. Balita Kurang Gizi dan Gizi Buruk


Sekitar 22,8% atau lebih dari seperlima balita di Provinsi Kalimantan
Selatan (Kalsel) mengalami kurang gizi, angka tersebut diperoleh dari hasil

9
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_21393.html
10
Ibid
27

riset kesehatan dasar 2010, kurang gizi itu sebanyak 22,8 persen dan
sekitar 400.000 balita dan tersebar di 13 kabupaten/kota.
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan status Kalsel sebagai
daerah dengan kemiskinan nomor tiga terkecil di Indonesia dan kaya hasil
sumber daya alam berupa batu bara. Angka kemiskinan di Kalsel tercatat
5,35.% dari 3,6 juta penduduk. Selain kurang gizi, kasus gizi buruk
juga masih menjadi momok bagi masyarakat. Pada 2010 jumlah penderita
gizi buruk tercatat ada 87 kasus dan bertambah menjadi 115 kasus pada
tahun 2011. Persentase kasus gizi buruk di provinsi itu jauh melampauai
rata-rata nasional yang hanya 18,4%. Gizi buruk tidak melulu karena
factor kemiskinan nasional yang hanya 18,4%. Penyakit gizi buruk, tidak
melulu karena factor kemiskinan. Tetapi juga akibat kurangnya
pemahaman para orang tua untuk memberikan asupan nutrisi dan air
susu ibu (ASI) eksklusif kepada anak. Angka pemberian asi eksklusif di
Kalsel hanya 51,18% dari seharusnya 65%.11

Tabel 3.3.
Jumlah Balita Kurang Gizi dan Gizi Burukdi Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014
2014
Jml Kasus Balita Jml Kasus Balita
No Wilayah
Kurang Gizi Gizi Buruk
Jumlah % Jumlah %
1 Tanah Laut 22 0,063 2 0,006
2 Kotabaru 757 3,006 17 0,06
3 Banjar 1408 3,24 13 0,03
4 Barito Kuala 724 2,26 11 0,03
5 Tapin 182 2,4 0 0
6 Hulu Sungai Selatan 719 3,97 2 0,011
7 Hulu Sungai Tengah 44 0,195 6 0,026
8 Hulu Sungai Utara 3223 18,5 4 0,018
9 Tabalong 100 18,0 0 0
10 Tanah Bumbu 25 0,079 0 0
11 Balangan 212 2,031 24 0,23
13 Banjarmasin 472 0,87 57 0,106
14 Banjar Baru 122 0,98 2 0,01
Provinsi Kalsel 3771 1,086 144 0,04

Sumber data: Dinkes Prov.Kalsel (Riskesdas, 2014)

11
http://kalsel.bkkbn.go.id/Lists/Berita/
28

3.4. Penderita HIV / AIDS


HIV AIDS adalah dua istilah yang seolah olah menjadi satu kesatuan dalam pemahamannya.Manakala
seseorang terkena virus HIV maka, tidak sedikit anggapan masyarakat bahwa orang tersebut sudah terkena
penyakit AIDS.
HIV adalah singkatan dari Human Immuno deficiency Virus. Yang secara kebahasaan bisa diartikan dengan "
seseorang yang kekurangan kekebalan tubuh akibat virus/ kuman. HIV adalah virus yang bisa menyebabkan
seseorang terserang penyakit AIDS sebab semakin berkurangnya kekebalan tubuh karena hilangnya sel darah
putih. Oleh karenanya, orang yang positif mengidap HIV tidak serta merta berpenyakit AIDS, karena akan ada
proses lanjutan yang memastikan seseorang itu mengidap AIDS atau tidak.
Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, " Kumpulan penyakit yang
didapat sebab hilangnya kekebalan tubuh" maka, seseorang yang sudah terkena virus HIV sudah semakin dekat
dengan pintu AIDS manakala tidak ada penanggulangan secara dini dan berkesinambungan. HIV adalah virus
penyebab AIDS. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ( sel darah putih ), sehingga orang yang telah
terinfeksi HIV mudah diserang berbagai penyakit yang tentunya dapat mengancam hidup. Epidemi HIV di
Indonesia telah berlangsung sudah lebih dari 20 tahun. Sejak tahun 2000 epidemi tersebut sudah mencapai
tahap konsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi, yaitu pengguna napza suntik (penasun), waria dan
wanita penjaja seks (WPS). Dalam tiga tahun terakhir, jumlah orang yang dilaporkan mengidap AIDS bertambah
cepat. Situasi percepatan ini disebabkan kombinasi transmisi HIV melalui pengguna jarum suntik tidak steril dan
transmisi seksual diantara populasi berisiko tinggi.(RAN Komisi Penanggulangan AIDS).
Bicara masalah HIV/AIDS adalah bicara masalah penyakit menular yang hingga sampai saat ini belum ada
obatnya, dan jumlah penderitanya juga semakin bertambah saja. Bahkan bukan hanya di kota-kota besar saja,
kini penderita penyakit tersebut juga sudah sampai masuk ke pelosok desa-desa terpencil. Kaum perempuanlah
29

yang lebih rentan tertular virus penyakit ini jika dibandingkan dengan laki-laki, hal itu dilihat dari sisi biologis
dan hubungan sosial. Kenapa kaum perempuan yang paling rentan tertular virus penyakit ini? Karena pada
banyak kasus, yang sering ditemukan seorang istri, yang hanya diam di rumah dan pada saat gadis tidak pernah
melakukan perilaku seksual berisiko, ternyata terkena HIV.12
Dari kasus ini mereka tertular dari suaminya yang sering melakukan hubungan seksual dengan bergonta-
ganti pasangan, sehingga menyebabkan mereka lebih rentan tertular penyakit ini, sedangkan kaum laki-laki lebih
bisa menentukan nasib diri untuk tertular atau tidak, serta mencari cara supaya tidak menularkan penyakit ini.
Bila ditinjau dari segi biologis, bentuk organ reproduksi perempuan memungkinkan lebih banyak menampung
cairan sperma yang mungkin mengandung virus HIV. Apalagi kondom khusus perempuan belum dijual bebas,
dan harganya juga jauh lebih mahal dari pada kondom untuk pria, serta masih kurang diminati pemakaiannya
dengan berbagai macam alasan lainnya.13
Penderita HIV/AIDS di Kalimantan Selatan yaitu berjumlah 912 orang yang terbesar dengan rentang umur
berada diantara 20 – 29 tahun sebanyak 397 orang. Sementara itu berdasarkan jenis kelamin maka penderita
HIV/AIDS perempuan jumlahnya lebih banyak yaitu sebesar 532 orang atau 50,28% dan laki-laki sebesar 489
orang atau sebesar 46,21% dan tidak diketahui sebanyak 37 orang atau sekitar 3,49%.

12
Disarikan oleh Hasan Ramadhan dari Media Indonesia, Rabu 21 Agustus 2013)

13
Ibid
30

Tabel 4.2.3.4.1.
Penderita HIV/AIDS diProvinsi Kalimantan Selatan
Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2002-2015
< 1 Th 1-4 Th 5-14 Th 15-19 Th 20-29 Th 30-39 Th 40-49 Th 50 - 59 Th
Penderi
No ta Tidak
P L P+L P L P+L P L P+L P L P+L P L P+L P L P+L P L P+L P L P+L Total
diketahui
1 HIV 3 8 2 16 258 143 47 8 96 583
2 AIDS 0 8 6 5 154 181 86 26 6 475
Total 3 16 8 21 412 324 133 34 106 1.058
Sumber data: Dinkes Prov. Kalsel

Tabel 3.4.2.
Penderita HIV / AIDS di Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Jenis Kelamin tahun 2002-2015
Penderita Jenis Kelamin
No Tidak diketahui Total
Laki-laki Perempuan
1 HIV 173 373 37 583
2 AIDS 316 159 0 475
Total 489 532 37 1.058
Sumber data: Dinkes Prov. Kalsel
31

3.5. Usia Perkawinan

Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat


1 berbunyi “Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
(enambelas) tahun. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Agama No.11 tahun
2007 Tentang Pencatatan Nikah Bab IV pasal 8 “Apabila seorang calon suami
belum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan seorang calon isteri belum
mencapai umur 16 (enambelas) tahun, harus mendapat dispensasi dari
pengadilan”. Pasal-pasal tersebut diatas sangat jelas sekali hampir tak ada
alternatif penafsiran, bahwa usia yang diperbolehkan menikah
di Indonesia untuk laki-laki 19 (sembilan belas) tahun dan untuk wanita 16
(enambelas) tahun. Namun itu saja belum cukup, dalam tataran
implementasinya masih ada syarat yang harus ditempuh oleh calon pengantin
(catin), yakni jika calon suami dan calon isteri belum genap berusia 21 (duapuluh
satu) tahun maka harus ada ijin dari orang tua atau wali nikah, hal itu sesuai
dengan Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan nikah
Bab IV pasal 7 “Apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21
(duapuluh satu) tahun, harus mendapat ijin tertulis kedua orang tua”. Ijin ini
sifatnya wajib, karena usia itu dipandang masih memerlukan bimbingan dan
pengawasan orang tua/wali.
Fenomena pernikahan dini atau pernikahan di bawah umur (Pernikahan
yang dilakukan dibawah umur 16 tahun) akhir-akhir ini di Indonesia begitu
mengemuka dan mendapat perhatian luas dari seluruh lapisan masyarakat.
Pernikahan di bawah umur di Indonesia bukan sesuatu yang baru, sudah
banyak dan sudah lama terjadi, dengan berbagai yang melatarblakangi seperti
masalah ekonomi, budaya dan tradisi, pemahaman agama, rendahnya tingkat
pendidikan, peraturan dan perundangan.
Hasil penelitian UNICEF di Indonesia (2002), menemukan angka kejadian
pernikahan anak berusia 15 tahun berkisar 11%, sedangkan yang menikah di
saat usia tepat 18 tahun sekitar 35%. Kemudian dari hasil riskesdas 2013
menyebutkan bahwa 2,6 % pernikahan pertama kali terjadi pada usia kurang
dari 15 tahun dan 23,9%. Berdasarkan data BPS (2008) bahwa angka
perkawinan pertama yang dilakukan dibawah usia 16 tahun sebesar 11,23%.
Data BKKBN rasio pernikahan usia dini di perkotaan pada tahun 2012
adalah 26 dari 1000 perkawinan, rasio itu naik pada tahun 2013 menjadi
32/1000 pernikahan. Rasio itu berbanding terbalik dengan kenyataan di
32

pedesaan yang justru turun dari 72/1000 pernikahan menjadi 67/1000


pernikahan pada tahun 2013.
Deputi bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, Dr.
Sudibyo Ali Musa (2012), mengungkapkan Kalimantan Selatan merupakan salah
satu provinsi yang jumlah pernikahan dininya termasuk tertinggi secara
nasional/usia pernikahan di daerah ini lebih muda dibandingkan provinsi-
provinsi lainnya.Pada saat ini Kalimantan Selatan menempati peringkat ke 2
setelah Provinsi Jawa Barat dalam jumlah terbesar maka pernikahan usia dini.
Berdasarkan data BKKBN, jumlah keluarga remaja di Kalimantan Selatan adalah
2483 orang dengan jumlah perkawinan dini mencapai 18% dari total jumlah
remaja usia 14-16 tahun.
Permasalahan perkawinan usia dini mempunyai dampak yang sangat luas
dan berpengaruh terhadap indikator kesejahteraan lainnya. Prosentase
penduduk perempuan yang menikah pada usia 10 tahun keatas adalah sebagai
mana pada tabel berikut. Prosentase perempuan yang kawin di usia kurang dari
16 tahun masih cukup tinggi di Kalimantan selatan yaitu sebesar 26,07 persen
dari total perempuan yang melaksanakan perkawinan

Tabel 3.5.
Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin
Menurut Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014

Kelompok Umur Perkawinan Pertama


No Kabupaten/Kota
<16 17 - 18 19 - 24 25+
1 Tanah Laut 20,89 26,44 44,31 8,36
2 Kota Baru 29,81 24,92 37,41 7,86
3 Banjar 24,69 24,06 41,63 9,62
4 Barito Kuala 18,1 26,44 44,83 10,63
5 Tapin 25,58 24,2 42,41 7,82
6 Hulu Sungai Selatan 26,87 22,95 40,51 9,67
7 Hulu Sungai Tengah 21,64 25,74 45,27 7,34
8 Hulu Sungai Utara 22,47 21,94 45,07 10,53
9 Tabalong 14,09 28,19 49,16 8,56
10 Tanah Bumbu 27,96 22,75 40,25 9,03
11 Balangan 32,31 24,5 37,39 5,8
12 Kota Banjarmasin 13,57 22,58 47,12 16,72
13 Kota Banjar Baru 12,87 17,17 51,65 18,32
KALIMANTAN
SELATAN 21,63 23,99 43,76 10,62
Sumber : Kementrian Agama Prov. Kalsel, tahun 2013
33

3.6. Keluarga Berencana


Konferensi kependudukan dan Pembangunan Internasional (ICPD) di
Kairo pada tahun 1994, menekankan bahwa program keluarga berencana
seharusnya disediakan dalam konteks pelayanan dan perawatan kesehatan
reproduksi yang komprehensif tidak hanya terfokus pada upaya untuk
menurunkan angka kelahiran.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial secara menyeluruh dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi, bukan hanya terbebas dari penyakit dan
kecacatan. Atas dasar konsep kesehatan reproduksi tersebut diatas
dituntut setiap orang baik laki-laki maupun perempuan mampu memenuhi
keinginan seksualnya secara aman bagi dirinya dan keluarganya. Agar
setiap orang merasa aman akan kesehatan reproduksi, maka akses untuk
mendapatkan informasi dan pelayanan reproduksi sangat menentukan
status kesehatan reproduksi seseorang.
Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi
prioritas dalam pelayanan reproduksi, sebab banyak terjadi seorang remaja
mendapatkan informasi yang salah dari rekannya sebaya mengakibatkan
tidak tepatnya membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksinya.
Pasangan usia subur adalah kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran utama program keluarga berencana. Mereka memiliki peran besar
terhadap pertambahan penduduk dikarenakan resiko terjadinya kehamilan
dan kelahiran paling tinggi ada pada kelompok ini.
Penekanan penggunaan alat/cara KB masih ditekankan hanya untuk
penduduk perempuan padahal keberhasilan program Keluarga Berencana
sebenarnya tidak hanya ditentukan oleh partisipasi perempuan. Penduduk
laki-laki juga harus ikut berperan aktif dalam mendukung keberhasilan
KB. Hal ini terbukti dari preferensi penggunaan jenis alat kontrasepsi yang
biasa digunakan oleh laki-laki masih sangat kecil persentasenya. Pilihan
alat kontrasepsi pria yang digunakan juga masih sangat terbatas, yaitu
hanya MOP dan kondom.
Di Kalimantan Selatan akseptor KB laki-laki sekitar 2,51 persen yang
terdiri dari akseptor MOP 0.38 persen dan kondom 2,13 persen.Pada tahun
2013 akseptor KB laki-laki sebesar 2,49 persen, dari data tersebut terlihat
ada peningkatan , tetapi kenaikannya tidak signifikan . Untuk itu, peran
serta laki-laki dalam KB masih sangat perlu ditingkatkan sehingga di masa
34

yang akan datang, keberhasilan pembangunan demografi (melalui program


KB) bukan hanya menjadi tanggung jawab perempuan saja.
Akseptor KB perempuan sangat tinggi yaitu 97,49 persen dan alat
kontrasepsi yang terbanyak digunakan adalah pil sebesar 51 persen dan
menduduki pilihan kedua dengan suntik sebesar 36 persen.
Dengan begitu banyaknya perempua tentang penggunaan yang baik
dan benar maupun dampak pengguna alat tersebut. menggunakan alat
kontrasepsi seharusnya pemerintah lebih memperhatikan efek samping
atau dampak yang diakibatkan pengguna alat kontrasepsi tersebut. Paling
tidak dengan mencari cara untuk mengurangi dampak yang tidak baik bagi
kesehatan dari pengguna alat kontrasepsi tersebut dan memberikan
pengetahuan kepada perempuan

Tabel3.6.
Peserta/Akseptor Keluarga Berencana (KB) menurut Jenis Kelamin
Provinsi Kalimantan Selatan Kondisi Desember 2014
Peserta KB Perempuan Peserta KB laki-Laki
No Wilayah Total
MOW IUD Implant Suntik Pil Jumlah MOP Kondom Jumlah

1 Tanah Laut 976 1.027 4.612 27.585 24.501 58.701 322 1.081 1.403 60.104
2 Kotabaru 542 526 4.690 18.850 27.053 51.661 114 1.196 1.310 52.971
3 Banjar 783 1.844 7.818 29.241 45.441 85.127 155 2.530 2.685 87.812
4 Barito Kuala 671 852 6.062 18.756 20.989 47.330 212 1.049 1.261 48.591
5 Tapin 576 439 4465 14.186 14.508 34.174 75 705 780 34.954
6 Hulu Sungai Selatan 68 85 894 3.396 4.589 9.032 21 140 161 9.193
7 Hulu Sungai Tengah 243 257 3.290 13.121 24.532 41.443 138 886 1.024 42.467
8 Hulu Sungai Utara 309 523 1.828 10.813 24.490 37.963 408 1.347 1.755 39.718
9 Tabalong 462 1.084 3.870 17.174 17.992 40.582 154 569 723 41.305
10 Tanah Bumbu 578 415 4.965 19.382 24.216 49.556 164 763 927 50.483
11 Balangan 121 118 1.610 5.948 11.029 18.826 121 950 1.071 19.897
12 Banjarmasin 1.368 3.471 3.080 40.152 45.937 94.008 673 1.516 2.189 96.197
13 Banjarbaru 525 482 1.297 12.990 9.881 25.175 69 864 993 26.168
Prov.Kalsel 7.881 12.094 50.067 237.604 319.143 626.789 2.666 14.283 16.949
Sumber data:Perwakilan BKKBNProvinsi Kalimantan Selatan
Ket : MOW : Metode Operasi Wanita
MOP : Metode Operasi Pria

Peserta KB di Kalimantan Selatan masih didominasi oleh perempuan, dengan


menggunakan WOW, IUD, Implant, Suntik, Pil dengan jumlah 626.789,
sedangkan untuk peserta KB laki-laki belum begitu banyak, baik dengan MOP,
Kondom dengan 16.949 orang.
35

3.7. Pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)


Yang Telah Mendapatkan Rehabilitasi

Korban Penyalahgunaan NAPZA adalah seseorang yang


menggunakan narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya diluar
pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.
Kriteria :
a. Seseorang (laki-laki/perempuan) yang pernah menyalahgunakan
narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya baik dilakukan
sekali, lebih dari sekali atau dalam taraf coba-coba;
b. Secara medik sudah dinyatakan bebas dari ketergantungan obat oleh
dokter yang berwenang:
c. Dan tidak dapat melaksanakan keberfungsian sosialnya.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam kebijakan melakukan
rehabilitasi terhadap pengguna Napza yang direhabilitasi sebanyak 227
(dua ratus dua puluh tujuh) korban pada pada tahun 2014 sebanyak 24
(dua puluh empat) korban perempuan dan sebanyak 203 (dua ratus tiga)
korban laki-laki. Jumlah korban yang direhabilitasi dibandingkan dengan
pengguna, masih sangat rendah sebagai akibat rendahnya kesadaran dari
keluarga dan pengguna untuk berobat/melapor ke pusat rehabilitasi
pengguna Napza.

Tabel 3.7.
Pengguna Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) Yang
Telah Mendapatkan Rehabilitasi,Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Tahun 2013 dan 2014

Pengguna NAPZA yang direhabilitasi


No Provinsi Tahun 2013 Tahun 2014
L P L+P L P L+P
41 2
1 Tanah Laut
43

2 Kotabaru

3 Banjar

7 1
4 Barito Kuala
8
36

59 12
5 Tapin
71

6 Hulu Sungai Selatan

7 Hulu Sungai Tengah

43 2
8 Hulu Sungai Utara 45

53 7
9 Tabalong
60

10 Tanah Bumbu

11 Balangan

12 Kota Banjarmasin

13 Kota Banjarbaru

Sumber data : BNN Prov. Kalsel


37

BAB IV
BIDANG PENDIDIKAN

4.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan
Angka Partisipasi Murni(APM) menurut Jenjang Pendidikan SD, SLTP
dan SLTA
Permasalahan pendidikan di Kalimantan Selatan masih menghadapi
berbagai tantangan antara lain terkait dengan permasalahan akses dan
pemerataan pendidikan sampai ke tingkat perdesaan. Indikator yang
menunjukkan mudah dan sulitnya akses pendidikan dapat dilihat dari
angka partisipasi kasar (APK).
APK menurut jenjang pendidikan di kalimantan selatan masih perlu
di tingkatkan baik dari tingkat SD sampai SLTA. Angka Partisipasi Kasar
tingkat SD masih diatas 100 hal ini menunjukkan masih adanya siswa
yang duduk bangku SD walaupun umurnya telah melebihi dari 12 tahun,
hal ini menunjukkan masih ada siswa yang tertinggal kelas atau masuk SD
sudah berumur lebih dari 6 tahun, hal ini mungkin disebabkan oleh akses
jalan menuju sekolah yang belum ada dan berbagai permasalahan yang
ada. Dari tabel 4.1. terlihat bahwa Partisipasi Kasar di tingkat SD per
kabupaten/Kota tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
hanya sedikit lebih tinggi laki-laki.
APK sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTA) lebih tinggi
Perempuan dibandingkan dengan laki-laki. APK SLTA perempuan 94,70
persen sedangkan laki-laki sebesar 90,96 persen, sementara APK
perempuan SLTP74,37 persen lebih rendah perempuan dibandingkan
dengan laki-laki 76,65 persen.
38

Tabel 4.1.1.
Angka Partisipasi Kasar Menurut Jenjang Pendidikan SD, SLTP dan
SLTA Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
SD SLTP SLTA
No Wilayah
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Tanah Laut 113,82 107,41 110,49 76,65 74,37 75,57 90,96 94,70 92,73

2 Kotabaru 107,59 106,29 107,04 84,97 92,52 88,74 68,65 65,07 66,87

3 Banjar 112,36 104,97 108,75 61,24 78,84 69,05 58,58 57,71 58,20

4 Barito Kuala 120,31 119,69 120,01 72,44 88,05 80,36 80,35 69,02 73,98

5 Tapin 109,41 109,73 109,54 84,74 78,86 81,77 90,34 80,42 85,86

Hulu Sungai
6 111,57 114,49 112,93 69,34 88,13 79,50 73,84 55,01 65,51
Selatan
Hulu Sungai
7 108,47 108,69 108,57 88,20 88,89 88,56 62,75 78,63 69,48
Tengah
Hulu Sungai
8 112,11 110,18 111,18 85,92 91,17 88,75 51,23 80,15 63,65
Utara
9 Tabalong 111,13 109,11 110,12 78,88 90,57 84,70 74,85 68,42 72,05

10 Tanah Bumbu 114,24 112,06 113,11 85,28 88,83 86,80 78,94 71,04 75,36

11 Balangan 116,27 111,37 113,70 70,40 91,79 79,43 76,48 69,18 72,77

71 Banjarmasin 106,59 107,74 107,13 82,98 96,64 88,37 85,70 61,14 70,73

72 BanjarBaru 113,22 112,32 112,81 89,58 86,24 87,81 69,70 85,92 77,83

ProvinsiKalsel 113,82 107,41 110,49 76,65 74,37 75,57 90,96 94,70 92,73

Sumber data: BPS, Dinas Pendidikan Prov. Kalsel

Tabel 4.1.2.
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan SD, SLTP dan SLTA
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
7-12 13-15 16-18
No Wilayah
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Tanah Laut 98,93 98,49 98,70 96,21 96,46 96,33 68,67 67,28 68,01
2 Kota Baru 98,31 99,13 98,66 89,47 90,99 90,23 70,00 70,95 70,48
3 Banjar 98,16 98,21 98,18 70,72 84,12 76,66 52,00 48,32 50,39
4 Barito Kuala 99,18 100,00 99,58 93,70 98,42 96,09 66,84 62,29 64,27
5 Tapin 100,00 100,00 100,00 94,98 95,00 94,99 68,39 69,96 69,10
6 Hulu Sungai Selatan 100,00 99,05 99,56 89,72 100,00 95,28 59,55 63,41 61,26
7 Hulu Sungai Tengah 100,00 100,00 100,00 85,21 92,56 89,01 62,05 70,36 65,57
8 Hulu Sungai Utara 99,29 100,00 99,63 95,23 91,86 93,42 57,94 76,75 66,02
9 Tabalong 99,35 100,00 99,68 92,29 97,94 95,10 70,09 63,68 67,30
10 Tanah Bumbu 99,39 100,00 99,70 94,06 95,77 94,80 82,28 62,94 73,53
11 Balangan 97,77 100,00 98,94 94,49 94,61 94,54 52,63 59,50 56,13
12 Banjarmasin 99,04 100,00 99,49 93,20 98,61 95,34 77,59 71,48 73,87
13 BanjarBaru 98,32 100,00 99,09 98,32 97,00 97,62 76,82 93,80 85,33

Kalimantan Selatan 98,93 98,49 98,70 96,21 96,46 96,33 68,67 67,28 68,01

Sumber data: BPS, Dinas Pendidikan Prov. Kalsel

Angka Partisipasi Sekolah merupakan indikator yang digunakan untuk


mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang dapat
memanfaatkan fasilitas pendidikan formal, tanpa melihat jenjang
39

pendidikan. Dengan demikian APS merepresentasikan tingkat daya serap


pendidikan terhadap penduduk usia sekolah yang sudah
dapatmemanfaatkan fasilitas pendidikan formal.
Tabel 4.1.2. memperlihatkan bahwa anak pada jenjang pendidikan
SD (usia 7-12 tahun) yang belum menikmati pendidikan sekitar 1,07
persen anak laki-laki dan 1,51 persen anak perempuan, tetapi semakin
tinggi jenjang pendidikan semakin besar persentasi anak laki-laki dan
perempuan yang tidak menikmati pendidikan yaitu pada jenjang SLTP (usia
13-15 tahun) yaitu anak laki-laki sebesar 3,79 persen, anak perempuan
sebesar 3,54 persen dan pada jenjang pendidikan SLTA (usia 16-18 tahun)
antara anak laki-laki 31,33 persen dan perempuansekitar 32,72 persen.
Data ini menunjukkan bahwa cukup tinggi anak usia 13-18 tahun yang
belum dapat mengakses pendidikan yang merupakan hak anak yang wajib
dipenuhi, sementara anggaran APBD untuk pendidikan 20 (dua puluh)
persen belum sepenuhnya dapat diakses oleh anak yang belum dapat
menikmati pendidikan.
APM digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi
murni sekolah penduduk menurut kelompok umur yang sesuai dengan
usia sekolah.Hal ini dimaksudkan untuk mengungkapkan banyaknya anak
yang sekolah diluar sistem pendidikan, seperti menunda saat mulai
bersekolah, murid tidak naik kelas, berhenti/keluar dari sekolah untuk
sementara waktu dan lulus lebih awal.
APM disetiap jenjang pendidikan seperti yang ditampilkan pada tabel
dibawah ini menunjukkan angka yang kurang dari 100, ini berarti tidak
semua penduduk usia sekolah mengikuti pendidikan sesuai dengan
jenjangnya. APM pada jenjang SD menunjukkan angka 97,70%, berarti
belum semua penduduk usia 7-12 tahun di Kalimantan Selatan memasuki
sekolah setingkat SD. Jika dibandingkan antara anak laki-laki dan
perempuan, persentasi anak perempuan usia 7-12 tahun yang duduk di
bangku SD berada diatas sedikit dari anak laki-laki. Berbeda dengan APM,
pada jenjang SMP dan SMA, partisipasi anak perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan anak laki-laki.
Angka partisipasi murni untuk tingkat SD perempuan sedikit lebih
tinggi dari partisipasi laki-laki, begitu pun selanjutnya untuk tingkat SMP
dan SLTA angka partisipasi murni laki-laki lebih rendah dari angka
partisipasi murni perempuan, hal ini dapat dijelaskan ternyata laki-laki
lebih banyak putus sekolah dibandingkan dengan perempuan.
40

Tabel 4.1.3.
Angka Partisipasi MurniMenurut Jenjang Pendidikan SD, SLTP dan SLTA
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
SD SLTP SLTA
No Kabupaten/Kota
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Tanah Laut 97,40 97,99 97,70 65,94 72,21 68,92 60,81 66,04 63,29

2 Kota Baru 98,31 98,61 98,44 70,29 76,31 73,30 44,77 50,47 47,61

3 Banjar 98,16 92,55 95,42 51,58 60,16 55,39 37,57 41,04 39,08

4 Barito Kuala 99,18 98,91 99,05 68,00 82,18 75,20 58,21 52,88 55,22

5 Tapin 95,97 100,00 97,71 66,84 78,86 72,91 65,23 58,18 62,05

6 Hulu Sungai Selatan 100,00 97,28 98,73 65,91 81,37 74,27 55,41 53,30 54,48

7 Hulu Sungai Tengah 95,71 94,26 95,06 73,38 68,63 70,92 51,85 54,50 52,93

8 Hulu Sungai Utara 99,29 96,26 97,85 79,09 78,38 78,71 48,01 60,60 53,42

9 Tabalong 98,56 99,06 98,83 73,02 83,73 78,35 66,32 53,95 60,93

10 Tanah Bumbu 98,26 98,29 98,28 74,32 80,80 77,09 69,23 59,93 65,02

11 Balangan 95,23 95,14 95,18 64,35 75,90 69,23 50,56 56,67 53,67

12 Banjarmasin 95,81 98,42 97,02 73,34 89,65 79,78 60,28 79,78 56,59

13 BanjarBaru 98,32 100,00 99,09 75,30 78,38 76,93 53,41 77,17 65,32

Kalimantan Selatan 97,40 97,99 97,70 65,94 72,21 68,92 60,81 66,04 63,29

Sumber data: BPS, Dinas Pendidikan Prov. Kalsel

4.2. Angka Putus Sekolah


Angka putus sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang
tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang
pendidikan tertentu. Angka ini juga merupakan salah satu indikator
berhasil tidaknya pembangunan di bidang pendidikan. Penyebab utama
putus sekolah antara lain karena kurangnya kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan sebagai investasi masa depan, kondisi ekonomi
serta geografis yang kurang menguntungkan.
Nampaknya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar
APTs, pada tahun 2013 APTs jenjangs SD di Kalimantan Selatan sekitar
1,00 persen, berarti dari 100 anak usia 7-12 tahun yang masih duduk di
SD ada sekitar 1 (satu) orang yang putus sekolah. Angka putus sekolah
jenjang SLTP 2,44 persen, berarti persentasi APTs menurun dibandingkan
dengan tahun 2012 APTs 4,27 persen, dan pada jenjang pendidikan SLTA
meningkat sebesar 3,41 persen.
Dilihat dari jenis kelamin APTs jenjang pendidikan SD dan SLTA
kecenderungan bagi anak perempuan lebih tinggi dibandingkan anak laki-
laki, tetapi pada jenjang pendidikan SLTP kecenderungan anak laki-laki
lebih tinggi dari pada anak perempuan.
41

Tabel 4.4.
Angka Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidkan dan Jenis Kelamin di
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013
Jenjang Putus
KABUPATEN JENIS KELAMIN
Pendidikan Sekolah
SD [7-12] 0,20
LAKI-LAKI SLTP [13-15] 2,69
SLTA [16-18] 3,27
SD [7-12] 0,39
KALSEL PEREMPUAN SLTP [13-15] 2,09
SLTA [16-18] 3,63
SD [7-12] 0,29
LAKI+PEREMPUAN SLTP [13-15] 2,38
SLTA [16-18] 3,45
Sumber : Susenas 2013 hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk, BPS

4.3. Penduduk menurut Jenis Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan


Program wajib belajar 9 (sembilan) tahun yang dicanangkan oleh UU
No.20Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan, dan selanjutnya
ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi 12 (duabelas)
tahun, telah menghasilkan kemajuan dibidang pendidikan. Kemajuan
tersebut antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya partisipasi
penduduk dalam pendidikan dan berkurangnya jumlah penduduk buta
huruf, baik laki-laki maupun perempuan.
Tabel 4.3.1. memperlihatkan bahwa sebanyak 2,86 persen penduduk
yang berumur 15 tahun keatas tidak sekolah, berarti cukup tinggi
penduduk Kalimantan Selatan yang tidak pernah mengenyam pendidikan
dengan kata lain mereka tersebut termasuk kelompok tidak bisa baca tulis
alias butahuruf. Banyak faktor yang mempengaruhi penduduk tidak
sekolah disebabkan karena faktor geografis, sosial-budaya, kemiskinan dll.
Pencanangan wajib belajar 9 tahun yang diamanatkan oleh UU
NO.20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional belum tercapai
terbukti dari data tabel 4.5.1. baru mencapai 20,46 persen.
42

Tabel 4.3.1.
Persentase penduduk 15 tahun keatas di Kalimantan Selatan
menurut Kabupaten/Kota dan Ijazah tertinggi yang ditamatkan Tahun
2012
Ijazah tertinggi yang ditamatkan
Tidak Tidak
Kabupaten/Kota Total
pernah tamat SD SMP SMA >SMA
sekolah SD
Tanah Laut 3,42 22,86 33,28 21,52 15,08 3,84 100,00
Kotabaru 4,99 22,08 33,15 20,10 16,40 3,28 100,00
Banjar 3,77 19,41 33,13 23,16 16,17 4,36 100,00
Barito Kuala 4,96 27,44 27,85 20,32 14,38 5,05 100,00
Tapin 3,02 19,04 37,49 20,84 14,89 4,71 100,00
Hulu Sungai Selatan 3,58 21,84 35,96 20,24 13,75 4,63 100,00
Hulu Sungai Tengah 2,51 21,44 33,31 21,79 16,44 4,51 100,00
Hulu Sungai Utara 2,89 24,18 34,80 20,07 14,10 3,96 100,00
Tabalong 2,35 16,83 29,68 22,81 23,49 4,84 100,00
Tanah Bumbu 4,61 15,05 33,33 24,58 19,01 3,41 100,00
Balangan 7,24 21,80 34,91 18,86 12,61 4,59 100,00
Banjarmasin 1,15 12,20 17,42 18,31 37,98 12,94 100,00
Banjarbaru 1,60 6,51 15,09 19,94 39,66 17,21 100,00
Kalimantan Selatan 3,24 18,60 29,29 20,95 21,39 6,51 100,00
Sumber data : BPS Prov. Kalsel

Tabel 4.3.2.
Persentase penduduk Laki-laki 15 tahun keatas di Kalimantan Selatan
menurut Kabupaten/Kota dan Ijazah tertinggi yang ditamatkan
Tahun 2012
Ijazah tertinggi yang ditamatkan
Tidak Tidak
Kabupaten/Kota Total
pernah tamat SD SMP SMA >SMA
sekolah SD
Tanah Laut 1,44 23,14 33,60 20,60 17,86 3,34 100,00
Kotabaru 3,58 20,71 32,05 19,73 20,88 3,05 100,00
Banjar 1,91 18,13 31,91 23,87 20,27 3,90 100,00
Barito Kuala 2,25 25,19 30,15 20,88 15,92 5,61 100,00
Tapin 1,63 16,11 37,62 23,71 16,27 4,67 100,00
Hulu Sungai Selatan 1,90 22,29 37,87 19,52 13,76 4,67 100,00
Hulu Sungai Tengah 1,00 19,24 34,12 23,05 18,59 3,99 100,00
Hulu Sungai Utara 0,97 21,59 36,29 20,45 16,97 3,74 100,00
Tabalong 0,83 14,66 27,16 24,24 27,79 5,32 100,00
Tanah Bumbu 2,28 13,40 32,95 25,24 23,18 2,95 100,00
Balangan 5,77 20,27 34,44 19,10 15,72 4,69 100,00
Banjarmasin 0,50 10,21 18,39 17,22 39,18 14,49 100,00
Banjarbaru 0,98 5,01 13,21 20,63 42,87 17,30 100,00
Kalimantan Selatan 1,s69 17,02 29,38 21,21 24,08 6,62 100,00
Sumber data : BPS Prov. Kalsel
43

Tabel 4.3.3.
Persentase Penduduk Perempuan 15 tahun keatas di Kalimantan Selatan
menurut Kabupaten/Kota dan Ijazah tertinggi yang ditamatkan
Tahun 2012
Ijazah tertinggi yang ditamatkan
Tidak Tidak
Kabupaten/Kota Total
pernah tamat SD SMP SMA >SMA
sekolah SD
Tanah Laut 5,46 22,58 32,95 22,45 12,21 4,35 100,00
Kotabaru 6,53 23,58 34,36 20,51 11,49 3,53 100,00
Banjar 5,63 20,68 34,35 22,45 12,07 4,82 100,00
Barito Kuala 7,63 29,65 25,58 19,77 12,87 4,49 100,00
Tapin 4,46 22,05 37,35 17,91 13,49 4,75 100,00
Hulu Sungai Selatan 5,18 21,41 34,15 20,93 13,74 4,59 100,00
Hulu Sungai Tengah 3,95 23,53 32,54 20,58 14,38 5,02 100,00
Hulu Sungai Utara 4,64 26,54 33,44 19,72 11,50 4,15 100,00
Tabalong 3,92 19,07 32,27 21,33 19,06 4,35 100,00
Tanah Bumbu 7,23 16,90 33,77 23,85 14,33 3,93 100,00
Balangan 8,69 23,31 35,37 18,62 9,52 4,49 100,00
Banjarmasin 1,78 14,11 16,49 19,36 36,82 11,45 100,00
Banjarbaru 2,23 8,05 17,02 19,23 36,82 17,12 100,00
Kalimantan Selatan 4,80 20,19 29,21 20,69 36,35 6,40 100,00
Sumber data : BPS Prov. Kalsel

Tabel 4.3.4.
Persentase Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut pendidikan yang
ditamatkan menurut Kab/Kota Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2013
Tidak
Tidak Tamat Tamat Tamat Tamat
No. Kab/Kota Tamat Total
Sekolah SD SMP SMA PT
SD
1 Tanah Laut 2,57 19,87 30,80 22,47 19,06 5,24 100.00
2 Kotabaru 4,25 22,97 34,72 16,95 16,98 4,13 100.00
3 Banar 4,81 22,11 34,84 18,09 15,37 4,79 100.00
4 Batola 4,50 23,97 31,39 20,23 16,54 3,37 100.00
5 Tapin 2,21 19,21 36,95 21,95 14,69 4,99 100.00
Hulu Sungai
6 1,49 21,01 37,94 17,40 16,94 5,23 100.00
Selatan
Hulu Sungai
7 3,06 19,27 36,24 20,41 16,68 4,35 100.00
Tengah
Hulu Sungai
8 1,77 22,04 37,50 19,81 14,29 4,58 100.00
Utara
9 Tabalong 1,78 15,73 29,99 23,29 23,67 5,53 100.00
10 Tanah Bumbu 3,53 16,48 31,92 25,11 19,51 3,46 100.00
11 Balangan 6,24 22,70 33,16 20,49 13,14 4,27 100.00
12 Banjarmasin 1,77 9,44 18,91 18,85 36,81 14,23 100.00
13 Banjarbaru 0,79 8,80 16,52 19,46 38,84 15,59 100.00
Kalimantan
2,95 17,93 30,33 20,05 21,86 6,88 100.00
Selatan
Sumber data:Susenas 2013 hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk, BPS
44

4.4. Sertifikasi Guru


Pendidik (guru) adalah tenaga profesional sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 39 ayat 2, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 2 ayat 1, UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, dan Pasal 28 ayat (1) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Mengacu pada landasan yuridis dan
kebijakan tersebut, secara tegas menunjukkan adanya keseriusan dan
komitmen yang tinggi pihak Pemerintah dalam upaya meningkatkan
profesionalisme dan penghargaan kepada guru yang muara akhirnya pada
peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Sesuai dengan arah kebijakan di atas, pasal 42 UU RI No. 20 Tahun
2003 mempersyaratkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 28 ayat (1) PP
RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; dan Pasal 8
UU RI No 14, 2005 yang mengamanatkan bahwa guru harus memiliki
kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogis,
profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara
formal dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik
minimum diperoleh melalui pendidikan tinggi, dan sertifikat kompetensi
pendidik diperoleh setelah lulus ujian sertifikasi.
Pengertian sertifikasi secara umum mengacu pada National
Commision on Educatinal Services (NCES) disebutkan“Certification is a
procedure whereby the state evaluates and reviews a teacher candidate’s
credentials and provides him or her a license to teach”. Dalam kaitan ini, di
tingkat negara bagian (Amerika Serikat) terdapat badan independen yang
disebut The American Association of Colleges for Teacher Education (AACTE).
Badan indepeden ini yang berwenang menilai dan menentukan apakah
ijazah yang dimiliki oleh calon pendidik layak atau tidak layak untuk
diberikan lisensi pendidik.
45

Tabel 4.4.
Jumlah Guru Negeriyang Telah Memperoleh Sertifikasi Jenjang
Pendidikan SD, SLTP dan SLTA di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2013/2014
Guru SD Guru SLTP Guru SLTA
No Wilayah L+P
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Banjarmasin 667 286 953 335 437 773
2 Banjarbaru 359 154 513 130 110 240
3 Banjar 206 89 295 139 140 279
4 Barito Kuala 163 70 233 94 112 206
5 Tanah Laut 197 84 281 107 104 211
6 Tapin 254 109 363 84 53 137
7 HSS 116 50 166 107 116 223
8 HST 49 21 70 95 81 176
9 HSU 246 105 351 80 59 139
10 Balangan 265 114 379 40 34 74
11 Tabalong 248 107 355 113 126 239
12 Tanah Bumbu 134 57 191 96 58 154
13 Kotabaru 202 86 288 103 74 177
Provinsi Kalsel 3106 1332 4438 1523 1504 3028
Sumber data:Dinas Pendidikan Prov. Kalsel
Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,sertifikat
pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi
akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sertifikat pendidik
diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
profesi pendidik dan lulus uji sertifikasi pendidik. Dalam hal ini, ujian sertifikasi
pendidik dimaksudkan sebagai kontrol mutu hasil pendidikan, sehingga
seseorang yang dinyatakan lulus dalam ujian sertifikasi pendidik diyakini mampu
melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai
hasil belajar peserta didik.
Tujuan dan Manfaat Sertifikasi ;
Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diperikan sebagai berikut.
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
dapat merusak citra profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional.
3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan
jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
46

4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal


dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku.
5. Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

4.5. Angka Kelulusan Paket A, B, dan C

Pendidikan Kesetaraan merupakan pendidikan nonformal yang


mencakup program Paket A setara SD/MI, Paket B setara SMP/IMTs, dan
Paket C setara SMA/MA dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional peserta didik.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (UU No 20/2003
Sisdiknas Psl 26 Ayat (6).
Setiap peserta didik yang lulus ujian kesetaraan Paket A, Paket B,
atau Paket C mempunyai hak eligibilitas yang sama dan setara dengan
pemegang ijazah SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA untuk dapat mendaftar
pada satuan pendidikan yang lebih tinggi. Status kelulusan Paket C
mempunyai hak eligibilitas yang setara dengan pendidikan formal dalam
memasuki lapangan kerja.
Tujuan Pendidikan Kesetaraan :
1. Memperluas akses Pendidikan Dasar 9 tahun melalui jalur Pendidikan
Nonformal Progam Paket A dan Paket B.
2. Memperluas akses Pendidikan Menengah melalui jalur Pendidikan
Nonformal Progam Paket .
3. Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan Kesetaraan
program Paket A, B dan C.
4. Menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap
penyelenggaraan dan lulusan Pendidikan Kesetaraan.
Sasaran Pendidikan Kesetaraan :
1. Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun.
2. Kelompok masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri dengan
flexi learning seperti komunitas sekolah rumah atau komunitas e-
learning.
47

3. Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut:


a. Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll,
b. Waktu seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya,
c. Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir,
d. Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan,
penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan
tenaga kerja wanita,
e. Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan
pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak
jalanan, korban Napza, dan anak Lapas.
Kelompok Belajar atau Kejar adalah jalur pendidikan nonformal yang
difasilitasi oleh Pemerintah untuk siswa yang belajarnya tidak melalui jalur
sekolah atau bagi siswa yang belajar di sekolah berbasis kurikulum
nonpemerintah seperti Cambridge dan IB (International Baccalureate). Kejar
terdiri atas tiga paket: Paket A, Paket B dan Paket C. Setiap peserta Kejar
dapat mengikuti Ujian Kesetaraan yang diselenggarakan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Dalam pelaksanaannya, Peserta kejar Paket A dapat
mengikuti Ujian Kesetaraan SD, peserta Kejar Paket B dapat mengikuti Ujian
Kesetaraan tingkat SMA. Sementara, peserta Kejar Paket C dapat mengikuti
Ujian Kesetaraan SMU/SMK/MA. Ujian kesetaraan diselenggarakan dua kali
dalam setahun, yaitu bulan Juli dan Oktober. Setiap peserta yang lulus
berhak memiliki sertifikat (ijazah) yang setara dengan pendidikan formalnya.
Berhubungan dengan kegiatan belajar, di dalam Kejar ini kegiatan belajarnya
fleksibel. Dalam hal ini, peserta didik tidak penuh belajar 1 minggu full.
Kegiatan biasanya dengan pertemuan 3X dalam seminggu. Kegiatan Belajar
dibagi dua kelompok usia yaitu:
Usia Dewasa : Warga belajar ini diluar usia belajar formal, tetapi dapat
melanjutkan di Pendidikan PNFI yang diselenggarakan oleh Kelompok Belajar
Masyarakat dalam bentuk PKBM, Yayasan, LSM dan Lembaga Sejenisnya.
Untuk Usia Dewasa mengikuti jenjang belajar selama 4 Semester (2 tahun).
Dan usia Belajar , Warga belajar mengikuti Kegiatan Belajar selama 6
Semester (3 tahun). Warga Belajar yang lulus dari Paket B untuk melanjutkan
ke Paket C dengan rata-rata Nilai 7,0 dapat mengikuti KBM 4 semester tetapi
masuk pada katagori Usia Dewasa, Tetapi yang masih Usia Belajar tetap
mengikuti 6 semester.
48

Tabel 4.5.
Angka Kelulusan Paket A, B, dan C
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2013/2014
Paket A Paket B Paket C
No Wilayah
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Banjarmasin 65 22 87 2 1 3 421
2 Banjarbaru 36 10 46 3 2 5 227
3 Banjar 254 163 417 2 1 3 1181
4 Barito Kuala 19 18 37 114 49 163 70
5 Tanah Laut 30 9 39 4 2 6 292
6 Tapin 47 27 74 6 2 8 314
7 HSS 2 1 3 7 3 10 397
8 HST 14 0 14 6 3 9 266
9 HSU 22 22 44 3 2 5 509
10 Balangan 12 12 24 23 10 33 -
11 Tabalong 8 2 10 32 14 46 303
12 Tanah Bumbu 94 52 146 0 0 0 348
13 Kotabaru 18 12 30 3 2 5 387
Provinsi Kalsel 621 350 971 205 91 296 4715
Sumber data: Dinas Pendidikan Prov. Kalsel

4.6. Bea Siswa Tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi

Tabel 4.6.
Jumlah Penerima Bea Siswa Tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi Menurut
Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2013/2014
SD SLTP SLTA
No Wilayah L+P
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Banjarmasin 2 5 7 2 5 7 4 6 10 24
2 Banjarbaru 3 3 6 1 6 7 5 5 10 23
3 Banjar 3 3 6 1 5 6 4 5 9 21
4 Barito Kuala 5 2 7 2 4 6 5 5 10 23
5 Tanah Laut 2 5 7 2 4 6 2 6 8 21
6 Tapin 3 3 6 1 5 6 4 7 11 23
7 HSS 0 7 7 1 5 6 6 3 10 23
8 HST 3 5 8 1 6 7 0 9 10 25
9 HSU 3 4 7 0 6 6 1 8 9 22
10 Balangan 2 4 6 1 6 7 4 6 10 23
11 Tabalong 5 4 9 2 5 7 2 7 9 25
12 Tanah Bumbu 1 5 6 1 5 6 3 7 10 22
13 Kotabaru 0 6 6 2 5 7 5 6 11 24
Provinsi Kalsel 20 41 75 14 56 70 36 69 107 299
Sumber data: Dinas Pendidikan Prov.Kalsel
49

BAB V
BIDANG EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN

5.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tabel 5.1.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
No Wilayah
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Tanah Laut 81,19 55,31 68,70 88,95 57,41 73,58 87,10 56,91 72,42
2 Kotabaru 84,61 52,61 69,08 86,37 40,70 64,77 85,96 43,58 65,79
3 Banjar 85,18 61,31 73,54 91,50 67,45 79,56 89,54 65,60 77,71
4 Barito Kuala 83,41 58,11 70,77 87,46 63,17 75,25 86,59 62,10 74,29
5 Tapin 80,60 53,15 67,02 87,68 56,23 71,99 86,68 55,80 71,29
Hulu Sungai
6
Selatan 80,02 41,86 60,66 82,55 51,37 66,77 81,93 49,02 65,27
Hulu Sungai
7
Tengah 76,40 45,59 60,87 86,10 57,31 71,52 84,27 55,11 69,51
Hulu Sungai
8
Utara 81,25 52,90 66,54 89,06 68,31 78,30 86,90 64,05 75,05
9 Tabalong 76,60 45,48 61,50 85,29 68,53 76,93 82,99 62,66 72,93
Tanah
10
Bumbu 87,00 36,35 62,99 85,58 31,07 59,67 86,22 33,42 61,15
11 Balangan 90,95 78,11 84,60 86,19 68,94 77,56 86,67 69,85 78,26
12 Banjarmasin 84,93 44,18 64,36 90,64 29,95 60,22 85,05 43,90 64,28
13 Banjar Baru 75,08 43,81 59,85 79,80 58,09 69,05 75,25 44,34 60,18
Provinsi
Kalsel 82,68 47,29 65,14 87,44 57,66 72,67 85,41 53,25 69,46
Sumber data : BPS Prov. Kalsel

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kalimantan Selatan sudah cukup tinggi


yaitu sebesar 69,46 persen, sementara itu tingkat partisipasi tenaga kerja laki-
laki jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja
perempuan yaitu hanya 53,25persen.Tingkat partisipasi angkatan kerja di daerah
perdesaan lebih besar dibandingkan di daerah perkotaan. Tingkat Partisipasi
angkatan kerja di perdesaan sebesar 72,67 persen sementara di daerah
perkotaan sebesar 65,14.
50

5.2. Upah Minimum Regional

Tabel5.2.
Upah Minimum Regional
di Provinsi Kalimantan Selatan
Upah Minimum Regional (Rp)
No Wilayah
Tahun 2013 Tahun 2014

Provinsi Kalimantan Selatan 1.620.000,- 1.870.000,-

Sumber data : Nakertrans Prov.Kalsel

5.3. Tenaga Kerja Migran


5.3.1.Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) adalah mobilitas pekerja antar
wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi
seminggu sekali atau sebulan sekali.
Tabel 5.3.1.
Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010
Tenaga kerja migran Antar Kerja
No Wilayah Antar Daerah (AKAD) L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut 7.917 2.390 10.307
2 Kotabaru 8.662 2.795 11.457
3 Banjar 9.107 3.530 12.637
4 Barito Kuala 5.492 2.618 8.110
5 Tapin 2.847 1.069 3.916
6 Hulu Sungai Selatan 2.025 941 2.966
7 Hulu Sungai Tengah 2.071 1.048 3.119
8 Hulu Sungai Utara 1.637 759 2.396
9 Tabalong 6.226 1.828 8.054
10 Tanah Bumbu 11.345 3.206 14.551
11 Balangan 2.306 1.282 3.588
12 Banjarmasin 9.847 4.275 14.122
13 Banjar Baru 12.999 4.368 17.367
Provinsi Kalsel 82.481 30.109 112.590
Sumber data : SP2010, BPS Prov. Kalsel
Catatan : Tenaga kerja migran risen (hasil SP2010) adalah mereka yang
bekerja dan tempat tinggalnya 5 tahun yang lalu berbeda dengan
tempat tinggalnya saat pendataan SP2010
51

5.3.2.Antar Kerja Antar Negara (AKAN)


Antar Kerja Antar Negara (AKAN) tidak kalah penting untuk dianalisis
mengingat kontribusi pekerja kategori ini umumnya diandalkan TKI
terhadap perekonomian nasional mungkin cukup signifikan, pemasukan
devisa bagi negara dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang dikirim keluarga
di Indonesia.
Tabel 5.3.2.
Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara (AKAN)
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
Tenaga kerja migran Antar
No Wilayah Kerja Antar Negara (AKAN) L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)

1 Tanah Laut 1 0 1
2 Kotabaru
3 Banjar
4 Barito Kuala
5 Tapin 3 3
6 Hulu Sungai Selatan
7 Hulu Sungai Tengah
8 Hulu Sungai Utara
9 Tabalong
10 Tanah Bumbu
11 Balangan
12 Kota Banjarmasin
13 Kota Banjarbaru
Provinsi Kalsel
Sumber : BPS, Nakertrans Prov. Kalsel

Tabel 5.3.3.
Tenaga Kerja Migran Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2014
TKI TKI
PPTKIS Jumlah
Wilayah/Negara Tujuan Cuti/Reentry Mandiri
L P L P L P L P Jumlah
Arab Saudi 0 0 4 8 1 4 5 12 17
Oman 0 8 0 0 0 0 0 8 8
Bachrain 0 1 0 0 0 0 0 1 1
Yordania 0 0 0 1 0 0 0 1 1
Malaysia 0 0 0 1 0 0 0 1 1
Singapura 0 0 0 1 0 0 0 1 1
Jumlah 0 9 4 11 1 4 5 24 29
Sumber data : BPS, Nakertrans Prov. Kalsel
52

5.4. Pekerja di Sektor Formal

Tabel 5.4.1.
Pekerja di Sektor Formal
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Pekerja di Sektor Formal


No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut 38.204 19.666 57.870
2 Kotabaru 48.245 15.192 63.437
3 Banjar 62.974 33.230 96.204
4 Barito Kuala 32.896 14.318 47.214
5 Tapin 13.988 4.634 18.622
6 Hulu Sungai Selatan 26.591 10.527 37.118
7 Hulu Sungai Tengah 20.018 6.707 26.725
8 Hulu Sungai Utara 16.846 9.010 25.856
9 Tabalong 24.156 7.089 31.245
10 Tanah Bumbu 48.609 10.801 59.410
11 Balangan 9.735 2.163 11.898
71 Banjarmasin 102.633 56.208 158.841
72 Banjar Baru 36.536 19.320 55.856
Provinsi Kalsel 481.431 208.865 690.296
Sumber data : BPS, Nakertrans Prov. Kalsel

Tabel 5.4.2.
Pekerja di Sektor Formal Menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Kalimantan Selatan
Wajib
No Kabupaten/Kota WNI WNA L+P
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki
Perempuan (P)
(L) (P) (L)
1 Banjarbaru 9.069 2.717 12 1 11.799
2 Banjarmasin 22.879 22.066 25 1 44.971
3 Tabalong 15.955 10.542 152 24 26.673
4 Tanah Laut 23.282 6.762 15 1 30.060
5 Kotabaru 28.342 7.645 16 - 36.003
6 Batola 5.796 3.461 15 17 9.289
7 Tapin 11.857 526 6 - 12.389
8 Banjar 11.754 2.332 30 2 14.118
Hulu Sungai
9
Selatan 707 343 - - 1.050
Hulu Sungai
10
Tengah 1.496 920 - - 2.416
Hulu Sungai
11
Utara 2.261 728 - - 2.989
12 Tanah Bumbu 51.123 10.813 649 281 62.866
13 Balangan 956 258 16 - 1.230
Provinsi Kal-Sel 185.477 69.113 936 327 255.853
Sumber data : BPS, Nakertrans Prov.Kalsel
53

5.5. Pekerja di Sektor Informal


Tabel 5.5.1.
Pekerja di Sektor Informal
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014
Pekerja di Sektor Informal
No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut 60.637 39.811 100.448
2 Kotabaru 44.944 27.608 72.552
3 Banjar 110.257 86.993 197.250
4 Barito Kuala 55.695 49.262 104.957
5 Tapin 41.354 30.790 72.144
6 Hulu Sungai Selatan 37.286 28.484 65.770
7 Hulu Sungai Tengah 53.106 43.445 96.551
8 Hulu Sungai Utara 45.416 42.347 87.763
9 Tabalong 43.696 41.996 85.692
10 Tanah Bumbu 46.389 22.017 68.406
11 Balangan 26.540 26.789 53.329
71 Banjarmasin 85.730 48.600 134.330
72 Banjar Baru 23.336 14.638 37.974
Provinsi Kalsel 674.386 502.780 1.177.166
Sumber data :BPS, Nakertrans Prov.Kalsel

Tabel 5.5.2
Persentase Pekerja Sektor Informal Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2014
Jenis Kelamin
No. Kabupaten/Kota Jumlah Total (%)
L P
1 Tanah Laut 53.953 64,22
2 Kotabaru 37.774 51,20
3 Banjar 29.850 67,89
4 Barito Kuala 23.639 71,79
5 Tapin 40.897 76,75
6 Hulu Sungai Selatan 2.914 73,51
7 Hulu Sungai Tengah 9.239 79,27
8 Hulu Sungai Utara 8.967 75,00
9 Tabalong 52.218 66,19
10 Tanah Bumbu 74.456 54,22
11 Balangan 5.942 82,85
12 Banjarmasin 37.590 45,53
13 Banjarbaru 8.446 41,72
Total - - 385.884 850,14
Sumber data : BPS, Nakertrans Prov. Kalsel

Perekonomian di kebanyakan negara berkembang bahkan di beberapa


negara maju adalah fenomena jumlah dan tingginya peningkatan penduduk yang
bekerja di sektor informal. Hal ini didorong oleh tingkat urbanisasi yang tinggi
dimana penawaran pasar tenaga kerja mampu direspon oleh permintaan tenaga
kerja sektor informal. Pengelompokkan definisi formal dan informal menurut
54

Hendri Saparini dan M. Chatib Basri dari Universitas Indonesia menyebutkan


bahwa tenaga Kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala
jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak
dikenakan pajak.14
Definisi lainnya adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan
pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja
(job security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan
tersebut dan unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan
ciri-ciri kegiatan-kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang
dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber
daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya,
keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur dan
pasar yang kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan sektor informal antara lain
pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan,
pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

5.6. Kepala Keluarga Miskin


Tabel 5.6.
Kepala Keluarga Pra Sejahtera Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Kalimantan Selatan Berdasar Hasil Pendataan Keluarga
Tahun 2014
Jenis Kelamin
No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 TANAH LAUT 12,200 6,182 18,382
2 KOTABARU 19,252 10,043 29,295
3 BANJAR 35,559 15,258 50,817
4 BARITO KUALA 16,030 8,752 24,782
5 TAPIN 7,099 4,528 11,627
6 HULU SUNGAI SELATAN 9,754 5,800 15,554
7 HULU SUNGAI TENGAH 13,762 8,352 22,114
8 HULU SUNGAI UTARA 10,593 6,769 17,362
9 TABALONG 4,762 2,853 7,615
10 TANAH BUMBU 15,524 7,276 22,800
11 BALANGAN 4,808 3,357 8,165
12 BANJARMASIN 52,755 21,759 74,514
13 BANJARBARU 3,061 1,847 4,908
Provinsi Kalsel 205,159 102,776 307,935

Sumber data:Perwakilan BKKBNProv. Kalsel

14
www. Google.com//Menegpp.go.id, Pekerja Sektor Formal/Informal.
55

9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000 Laki2
1000 Perempuan
0

Grafik 5.6.
Kepala Keluarga Pra Sejahtera Menurut Jenis Kelamin
Provinsi Kalimantan Selatan Berdasar Hasil Pendataan Keluarga Tahun
2014

Dari grafik diatas terlihat bahwa keluarga miskin di dominasi oleh kepala
keluarga laki-laki, namun rumah tangga miskin yang kepala keluarganya
perempuan ada di Kabupaten Banjar, Kotabaru dan Kota
Banjarmasin.Kemiskinan di Kalimantan Selatan sudah relative rendah
dibandingkan dengan 34 provinsi lainnya, pada tahun 2014 angka kemiskinan
Kalimantan Selatan peringkat ke-3 terrendah setelah Bali dan DKI Jakarta.

5.7. Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Tabel 5.7.1.
Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013

Usaha Mikro
No Wilayah Jenis Usaha L+P
L P
Service elektronik, bengkel, makanan
kecil, anyaman, service, meubel, kue,
penggilingan padi, penjahit, kerupuk,
1 Tanah Laut 92 87 179
kerajinan, sasirangan, kerajinan
bambu, percetakan, bordir, batu bata,
jamu, batu merah, sablon batako.
- Industri Kerupuk & Amplang
- Industri Pakaian Jadi (Knn-
Veksi) dari Tekstil
- Perbengkelan
- Industri Air Minum & Air
Mineral
2 Kotabaru 73 42 115
- Industri Pengeringan Ikan
- Industri Roti & Kue Kering
- Industri Pencetakan Umum
- Industri Barang Bangunan
Dari Kayu (Moulding)
- Industri Furniture dari Kayu
56

(Meubel)
3 Banjar - - -
- Pertanian Tanaman Pangan
- Pancarekenan
- RMU
- Dagang Beras/Padi
- Bengkel
- Agro Bisnis
- Ayam Buras/Kampung
- Itik
- Ternak Sapi
- Hortikultura Sayuran
- Catering
- Jamur
- Jual Galam
- Pengecer Pupuk
- Pakaian Jadi/Ponsel
- Ponsel
- Perontok Padi
- Sembako
4 Barito Kuala - Sewa Tenda 33.456
- Warung Makan / Minum
- Pedagang Bakto
- Petani Jeruk
- Kerbau
- Petani Rambutan
- Petani Nenas
- Keramba Ikan Patin
- Krupuk
- Kripik
- Anyaman Purun
- Kaligrafi
- Kue Kering
- Sasirangan
- Anyaman Eceng Gondok
- Kerajinan Akar Galam
- Kerajinan Batok Kelapa
- Meubel
- Kapal / Kelotok
Petani, penjual sayur, warungdan
5 Tapin 7.161 1.220 8.381
penjual
- Menjahit
- Dodol. Makanan Ringan
- Gula Habang
- Anyaman Bambu
Hulu Sungai - Kerupuk
6 235 190 425
Selatan - Bertani / Kebun
- Gerabah, Pandai Besi
- Perikanan
- Proteller
- Kue Kering
- Telur Asin
- Moulding
- Kue Kering
- Kolam Ikan
Hulu Sungai
7 - Pengrajin Meubel 598
Tengah
- Pengrajin Batu Bata
- Hortikultura/Pisang
- Kacang Rempaya
- Kacang Jaruk
57

- Kerupuk
- Sapu Ijuk
- Pandai Besi/Kumpang Pisau
- Alat Pertanian
- Arang Kayu
Hulu Sungai
8 66.449 42.534 108.983
Utara
9 Tabalong 210
Tanah
10 3.396
Bumbu
11 Balangan Jasa,,industry,perdagangan,peternakan 1.016 405 1.537
12 Banjarmasin
- Pertanian
- Pertambangan
- Industri Pengolahan
- Listrik, Gas dan Air
- Konstruksi
- Perdagangan, Restoran dan Hotel
13 Banjar Baru 2.296 4.074 6.370
- Perumahan
- Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi
- Jasa-jasa Usaha
- Jasa-jasa Sosial, masyarakat
- Lain-lain
Provinsi
Kalsel
Sumber data : Dinas Koperasi dan UKMKab/Kota

Tabel 5.7.2.
Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Usaha Mikro
No Wilayah Jenis Usaha L+P
L P
1 Tanah Laut 163 217 380
2 Kotabaru
3 Banjar 20.506
4 Barito Kuala
5 Tapin
6 Hulu Sungai Selatan
7 Hulu Sungai Tengah
8 Hulu Sungai Utara 66.500 42.558 109.058
9 Tabalong
10 Tanah Bumbu
11 Balangan 159 61 220
12 Kota Banjarmasin
13 Kota Banjarbaru 2.796 5.574 8.370
Provinsi Kalsel
Sumber data : Dinas Koperasi dan UKM Prov. Kalsel
58

5.8. Keanggotaan Koperasi

Tabel 5.8.
Keanggotaan Koperasi menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Keanggotaan Koperasi
No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut 25.665 5.217 30.882
2 Kotabaru
3 Banjar 19.561 7.163 26.724
4 Barito Kuala 23.988 4.733 28.748
5 Tapin 14.637 3.647 18.284
6 Hulu Sungai Selatan
7 Hulu Sungai Tengah
8 Hulu Sungai Utara 7.754 4.403 12.157
9 Tabalong 6.592 4.827 11.419
10 Tanah Bumbu
11 Balangan 5220 1299 6519
12 Kota Banjarmasin
13 Kota Banjarbaru 11.566 5.348 16.914
Provinsi Kalsel
Sumber data : Dinas Koperasi dan UKM Prov. Kalsel

5.9. Pengangguran
Tabel 5.9.
Jumlah Pengangguran Terbuka
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Pengangguran Terbuka
No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut 1.927 2.848 4.775
2 Kotabaru 3.740 1.839 5.579
3 Banjar 3.690 6.294 9.984
4 Barito Kuala 1.708 1.724 3.432
5 Tapin 1.032 627 1.659
6 Hulu Sungai Selatan 1.611 1.183 2.794
7 Hulu Sungai Tengah 3.804 1.401 5.205
8 Hulu Sungai Utara 3.282 684 3.966
9 Tabalong 2.228 2.800 5.028
10 Tanah Bumbu 4.376 2.007 6.383
11 Balangan 361 522 883
71 Banjarmasin 16.048 2.732 18.780
72 Banjar Baru 3.654 1.645 5.299
Provinsi Kalsel 47.461 26.306 73.767
Sumber data : BPS Prov.Kalsel
59

5.10. Pekerja Tak Dibayar (unpaid worker)

Tabel 5.10.
Pekerja Tak Dibayar (unpaid worker)
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Pekerja Tak Dibayar*)
No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut 4.410 19.517 23.927
2 Kotabaru 4.047 12.556 16.603
3 Banjar 22.262 41.321 63.583
4 Barito Kuala 8.474 27.440 35.914
5 Tapin 7.987 17.736 25.723
6 Hulu Sungai Selatan 3.046 10.723 13.769
7 Hulu Sungai Tengah 8.653 21.367 30.020
8 Hulu Sungai Utara 5.717 19.178 24.895
9 Tabalong 5.516 27.009 32.525
10 Tanah Bumbu 3.644 9.461 13.105
11 Balangan 2.209 13.459 15.668
71 Banjarmasin 8.375 9.193 17.568
72 Banjar Baru 1.155 4.984 6.139
Provinsi Kalsel 85.495 233.944 319.439
Sumber data : BPS Prov.Kalsel
60

5.11. Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Status Pekerjaan dan Jenis Pekerjaan

Tabel 5.11.
Pekerja Menurut Lapangan Usaha
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013
Pertanian,kehutanan, Keuangan, Asuransi,
Pertambangan dan Perdagangan Besar, Angkutan. Jasa
perburuan Usaha Persewaan,
penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan/kontruksi Eceran, Rumah Pergudangan dan Kemasyarakatan,
danperikanan Bangunan, Tanah dan
N Makan dan Hotel Komunikasi Sosial dan Perorangan
Wilayah Jasa Perusahaan
o
L P L P L P L P L P L P L P L P L P

1 Tanah Laut
43.864 26.621 11.329 - 3.534 1.946 246 - 7.575 213 13.191 14.152 4.932 306 1.817 1.169 10.242 7.678

2 Kotabaru
44.172 14.937 8.489 385 7.199 1.331 - - 7.517 - 6.531 12.628 6.036 - 772 226 11.818 5.319
3 Banjar
91.314 66.500 9.300 996 7.504 5.226 884 - 10.427 582 29.955 34.589 2.404 - 1.563 357 10.308 13.675
4 Barito Kuala
50.344 41.361 2.839 - 4.361 1.502 155 - 9.037 - 7.366 11.122 517 - 2.200 - 9.854 9.788
5 Tapin
29.766 18.687 6.723 53 1.998 1.369 183 - 2.418 - 4.600 7.641 1.760 - 717 342 4.522 3.547
6 Hulu Sungai Selatan
28.892 15.752 1.843 - 5.047 6.075 286 - 2.919 - 12.503 12.644 3.591 - 433 - 8.058 7.059
7 Hulu Sungai Tengah
34.727 32.115 2.250 227 6.539 5.798 128 - 4.274 - 9.588 8.711 4.432 - 1.364 - 9.450 7.736
8 Hulu Sungai Utara
20.417 8.554 285 - 9.104 21.594 - - 5.196 - 12.556 8.153 3.003 - 1.167 164 8.535 11.263
9 Tabalong
35.172 31.834 12.062 1.078 309 632 230 - 5.070 - 5.962 9.008 3.047 133 1.437 441 6.598 7.433
1
Tanah Bumbu
0 32.234 14.805 9.778 417 4.300 226 769 - 11.162 491 14.255 13.967 5.355 - 1.990 226 11.636 7.563
1
Balangan
1 24.854 21.099 963 - 1.109 390 - - 958 - 2.895 3.010 781 - - 390 3.523 2.295
7
Banjarmasin
1 5.001 3.123 2.840 - 13.408 10.005 - - 22.300 648 61.651 52.821 26.484 3.192 10.976 3.088 41.165 27.983
7
Banjar Baru
2 4.188 2.121 5.798 - 11.055 2.452 744 178 9.372 372 9.672 13.011 5.833 334 3.056 557 15.148 11.387
Provinsi Kalsel
444.945 297.509 74.499 3.156 75.467 58.546 3.625 178 98.225 2.306 190.725 201.457 68.175 3.965 27.492 6.960 150.857 122.726

Sumber data :Sakernas Agustus 2013 (backcasting), BPS Prov.Kalsel


61

5.12. Pekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin

Tabel 5.12.
Pekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013

Berusaha dibantu
buruh tidak Berusaha dibantu Buruh/Karyawan/ Pekerja bebas di Pekerja bebas di
Berusaha sendiri Pekerja keluarga
No Wilayah tetap/buruh tidak buruh tetap Pegawai pertanian non pertanian
dibayar
L P L P L P L P L P L P L P

1 Tanah Laut 20.616 4.772 17.917 7.647 7.580 3.225 27.827 13.724 8.583 6.979 9.125 - 5.082 15.738
2 Kotabaru 25.610 7.185 12.412 2.813 1.519 916 47.412 11.323 1.005 - 1.595 101 2.981 12.488
3 Banjar 35.483 21.878 37.191 12.249 8.168 3.998 54.270 24.441 10.271 9.333 4.369 374 13.907 49.652
4 Barito Kuala 7.622 5.680 30.235 7.561 4.762 1.837 24.285 11.027 6.393 3.607 3.037 387 10.339 33.674
5 Tapin 9.259 4.706 20.315 2.628 1.466 64 13.550 4.219 2.508 408 1.354 171 4.235 19.443
6 Hulu Sungai Selatan 18.545 10.398 14.161 7.804 1.259 958 18.652 6.550 2.045 1.244 6.647 879 2.263 13.697
7 Hulu Sungai Tengah 19.128 12.648 26.801 8.681 1.972 1.031 15.600 7.611 - 664 1.112 132 8.139 23.820
8 Hulu Sungai Utara 18.367 16.254 16.451 6.101 1.543 405 16.482 8.720 420 133 1.998 2.398 5.002 15.717
9 Tabalong 11.198 8.999 22.069 5.573 1.044 851 27.249 11.038 - - 525 - 7.802 24.098
10 Tanah Bumbu 25.607 11.397 12.604 3.379 4.806 174 41.443 12.108 748 - 2.526 400 3.745 10.237
11 Balangan 8.681 7.401 13.948 2.802 796 - 6.244 3.451 488 - 547 - 4.379 13.530
71 Banjarmasin 39.023 22.532 11.385 7.254 8.227 2.326 92.779 49.645 1.070 572 24.798 5.426 6.543 13.105
72 Banjar Baru 12.430 7.915 2.863 2.270 2.114 906 37.392 14.828 - 188 8.668 113 1.399 4.192
Provinsi Kalsel 251.569 141.765 238.352 76.762 45.256 16.691 423.185 178.685 33.531 23.128 66.301 10.381 75.816 249.391

Sumber data :Sakernas Agustus 2013 (backcasting), BPS Prov.Kalsel


62

BAB VI
BIDANG POLITIK DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

6.1. Keterwakilan di Lembaga Legislatif :


Menurut Carl J Friedrich, dikutip Budi Suryadi dan Bahrudin Ali
Akhmad (2004), partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir
secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan
terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang
bersifat idiil dan materiil.
Partai politik menurut Burke dikutip Rodee (2000), adalah merupakan
sekelompok manusia yang secara bersama-sama menyetujui prinsip tertentu
untuk melayani kepentingan nasional.
Partisipasi politik diartikan kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu memilih
pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijaksanaan pemerintah15.
Partisipasi politik perempuan adalah keikutsertaan perempuan secara
bermakna dalam proses dan pengambilan keputusan pada lembaga publik
dan/atau badan hukum. Sedangkan keterwakilan perempuan adalah
situasi dan kondisi efektifitas keikutsertaan perempuan dalam penentuan
kebijakan dan pengambilan keputusan pada badan dan/atau lembaga
legislatif16.
Representasi (keterwakilan) menurut Hanna Pitkin(1967) dikutip oleh
Nur Iman Subono, adalah aktifitas yang membuat perspektif, opini, dan
suara warga negara ”hadir”(present) dalam proses pembuatan kebijakan
publik17.
Partisipasi politik perempuan dapat diwujudkan melalui pemilu untuk
memilih presiden dan wakil presiden atau kepala daerah tingkat Provinsi
atau Kabupaten/Kota, namun lebih effektif apabila partisipasi politik melalui
keterwakilan perempuan dipartai politik dan lembaga legislatif18.
Dalam pasal 65 (1) UU No. 12 tahun 2003 Tentang Pemilu “Setiap
partai politik dapat mengajukan calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap Daerah Pemilihan dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.
Kemudian menjelang pemilu 2009 terjadi perubahan atas UU pemilu dan
Partai Politik yaitu UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilu dan UU No. 2
tahun 2008 tentang Partai Politik,kemudian terjadi perubahanatas UU Partai

15
Suryadi, Budi dan Akhmad, Bahrudin Ali 2004,h.17
16
Subono,Nur Iman,Representasi Politik Perempuan di Indonesia Paska UU Politik, Makalah dipresentasikan pada acara Temu Ilmiah Nasional ke IV dengan tema
“Partisipasi Perempuan dalam Politik dan Kebijakan Hukumnya”, Jakarta, 2008, hal.4.
17Opcit, Kementrian Perempuan, 2006, hal 11.
18
Opcit, Subono,Nur Iman, hal. 8.
63

Politik yaitu UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU No. 2 Tahun
2008 tentang Partai Politik, antara lain memuat tentang 30 persen
kepengurusan perempuan di partai politik.
Bagaimana penerapan norma hukum yang diatur dalam UU Partai
Politik dan Pemilu mengenai keterwakilan perempuan di lembaga legislatif
Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten/Kota, masih jauh dari apa yang
diharapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan hasil Pemilu 2014 rasio antara presentase perempuan
dan laki-laki naik untuk perempuan, yakni dari 12,73% menjadi 15,79%,
kenaikan hanya sedikit, belum terlalu signifikan.

6.1.1.Anggota DPRD Provinsi Menurut Partai dan Jenis Kelamin

Tabel 6.1.1.
ANGGOTA DPRDPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
MENURUT PARTAI DAN JENIS KELAMIN PERIODE TAHUN 2014-2019

Anggota DPRD Provinsi


No Partai
Laki-Laki (L) Perempuan (P) L+P
1 Golkar 9 4 13
2 PDI - P 8 - 8
3 PPP 7 - 7
4 PKB 6 - 6
5 Gerindra 5 1 6
6 PKS 5 - 5
7 Demokrat 4 - 4
8 Nasdem 2 1 3
9 Hanura 1 2 3
Jumlah 47 8 55
Sumber Data: Sekretariat DPRD Prov. Kalsel

6.1.2.Anggota DPRD Provinsi Menurut Komisi dan Jenis Kelamin

Tabel 6.1.2.
ANGGOTA DPRDPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
MENURUT KOMISI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2014-2019

Anggota DPRD Provinsi


No Komisi
Laki-Laki (L) Perempuan (P) L+P
1 Komisi I 10 2 12
2 Komisi II 11 1 12
3 Komisi III 14 1 15
4 Komisi IV 9 3 12
Jumlah 44 7 51
Sumber Data: Sekretariat DPRD Provinsi Kalsel
64

6.1.3.Anggota DPRD Kab/Kota Menurut Partai dan Jenis Kelamin

Tabel6.1.3.
Anggota DPRD Kab/Kota Periode 2014-2019
Menurut Partai dan Jenis Kelamin

Tabalong HST Tanah Bumbu Barito Kuala HSS Tapin HSU


No Partai
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 Golkar 5 0 5 7 1 9 6 - 6 10 3 13 4 - 4 5 - 5 6 - 6
2 Hanura 2 1 3 1 - 1 6 - 6 2 - 2 2 - 2 - - - - - -
3 PAN 3 2 5 - 1 1 2 - 2 3 - 3 1 - 1 2 - 2 1 - 1
4 PKB 2 0 2 1 - 1 4 - 4 2 1 3 5 3 8 3 1 4
5 PBB 2 0 2 2 1 3 - - - 2 - 2 - - - 3 - 3
6 PPP 2 0 2 4 - 4 3 - 3 1 - 1 3 - 3 2 - 2 5 1 6
7 Demokrat 3 1 4 - - - 2 - 2 - - - 3 - 3 - - - 2 - 2
8 PBR - - - - - - 3 - 3 - - - - - - - - - 5 - 5
9 PKS 0 1 1 2 1 3 3 - 3 3 1 4 5 - 5 - - - 1 1 2
10 PDIP - - - 2 - 2 6 - 6 4 - 4 4 - 4 3 - 3 - - -
11 Gerindra - - - 4 1 5 1 - 1 4 - 4 1 1 2 - - - - - -
12 Nasdem - - - 1 - 1 - - - - - - - 1 1 1 1 2 - - -
13 PKPI 1 0 1 - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - -
14 PND 2 0 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - 1
15 PGIR 2 1 3 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
16 Kedaulatan - - - - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - -
Jumlah 24 6 30 23 7 30 34 1 35 31 4 35 27 3 30 18 4 22 27 3 30
Sumber data : Sekretariat DPRD Kab/Kota
65

Balangan Tanah Laut Kotabaru Banjar Banjabaru Banjarmasin


No Partai
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

1 Golkar 4 - 4 4 - 4 3 1 4 7 2 9 4 1 5 5 3 8
2 Hanura - - - 1 1 2 1 1 2 - - - 3 0 3
3 PAN 3 - 3 1 1 2 2 - 2 3 1 4 1 0 1 3 1 4
4 PKB - - - 1 1 2 2 1 3 3 - 3 0 1 1 6 0 6
5 PBB - - - - - - 1 - 1 2 - 2 - - - 1 0 1
6 PPP 3 2 5 3 - 3 3 1 4 5 1 6 3 0 3 4 1 5
7 Demokrat - - - 2 - 2 2 1 3 4 1 5 3 1 4 3 2 5
8 PBR - - - - - - - - - 3 - 3 1 1 2 - - -
9 PKS 3 - 3 1 1 2 4 - 4 2 1 3 3 0 3 4 0 4
10 PDIP 5 - 5 6 2 8 3 1 4 1 2 3 3 1 4 5 0 5
11 Gerindra - - - 5 - 5 2 - 2 - - - 1 1 2 2 1 3
12 Nasdem - - - 3 1 4 5 1 6 - - - - - - 1 0 1
13 PKPI - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - -
14 PND - - - - - - - - - - - - - - - - - -
15 PGIR 5 - 5 - - - - - - - - - - - - - - -
16 Kedaulatan - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jumlah 23 2 25 28 7 35 28 7 35 30 8 38 19 6 25 37 8 45
Sumber data : Sekretariat DPRD Kab/Kota
66

Tabel6.1.4.
Anggota DPRD Kab/Kota Periode 2014-2019
Menurut Komisidan Jenis Kelamin

Komisi I Komisi II Komisi III


No Kab/Kota
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Tanah Laut 8 2 10 6 5 11 11 0 11
2 Kotabaru 6 3 9 8 2 10 11 2 13
3 Banjar 9 1 10 8 2 10 9 2 11
4 Barito Kuala 5 2 7 8 2 10 15 - 15
5 Tapin 4 3 7 5 2 7 10 - 10
6 Hulu Sungai Selatan 7 1 8 6 1 7 11 1 12
7 Hulu Sungai Tengah 5 4 9 7 2 9 8 1 9
8 Hulu Sungai Utara 8 1 9 9 - 9 7 2 9
9 Tabalong 9 - 9 6 3 9 6 3 9
10 Tanah Bumbu 9 2 11 12 - 12 11 1 12
11 Balangan 7 - 7 7 - 7 6 2 8
12 Banjarmasin 9 0 9 8 1 9 10 3 13
13 Banjar Baru 5 3 8 5 2 7 6 1 7
Jumlah 91 22 113 95 22 117 121 18 139
Sumber data : Sekretariat DPRD Kab/Kota

6.2. Peranan dan Komposisi di Lembaga Yudikatif


6.2.1. Jaksa menurut Jenis jabatan dan jenis kelamin

Tabel 6.2.1.1.
Jaksa pada Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri se-Kalimantan Selatan
Tahun 2014

No. Institusi Ketua Wakil Ketua Jaksa Total


L P L P L P
1 Kejati Kalsel 1 1 51 14 68
2 Kejari Banjarmasin 1 23 9 33
3 Kejari Banjarbaru 1 10 6 17
4 Kejari Martapura 1 12 6 19
5 Kejari Rantau 1 9 1 11
6 Kejari Kandangan 1 7 1 9
7 Kejari Barabai 1 8 2
8 Kejari Amuntai 1 5 1 7
9 Kejari Balangan 1 7 1 9
10 Kejari Tanjung 1 10 1 12
11 Kejari Marabahan 1 9 1 11
12 Kejari Pelaihari 1 13 1 15
13 Kejari Batulicin 1 10 1 12
14 Kejari Kotabaru 1 6 2 9
Jumlah 11 2 1 181 47 243
Sumber Data : Kejati Kalsel, 2014
Pada tabel di atas terlihat bahwa sekarang Kajati Kalsel dijabat oleh
perempuan dan sudah ada 2 Kejari yang dijabat oleh perempuan tetapi masih
didominasi laki-laki untuk jabatan Kejari ini sehingga rasio antara kajati/kajari
laki-laki dan perempuan adalah 84,61 : 15,38. Demikian pula halnya dengan
rasio jumlah jaksa secara keseluruhan di Kalimantan Selatan masih lebih banyak
laki-laki, yakni dengan rasio 74,48 : 19,34. Ketimpangan rasio ini tentu terkait
dengan lulusan fakultas hukum yang perempuan memilih atau yang lulus dalam
seleksi menjadi jaksa.
67

Tabel 6.2.1.2.
Jaksa Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Jumlah Jaksa
No. Jenis Jabatan Jaksa
Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P
1 Fungsional
2 Struktural
Eselon I
Eselon II/a 1 1
Eselon II/b 1 - 1
Eselon III/a 8 8
Eselon III/b 16 2 18
Eselon IV 87 87
Eselon V - -
Jumlah 112 3 115
Sumber Data: Kejaksaan Tinggi Kalsel

Dari tabel di atas terlihat bahwa rasio antara jaksa laki-laki dan perempuan
menurut jenis jabatan dan jenis kelamin di Kalimantan selatan masih jomplang.
Jumlah jaksa laki-laki lebih banyak daripada jumlah jaksa perempuan, yakni
dengan rasio 97,39 : 2,60. Ketimpangan ini terkait dengan SDM perempuan yang
memilih untuk jabatan jaksa sehingga jabatan jaksa masih didominasi oleh laki-
laki.

6.2.2.Hakim Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin

Jumlah hakim pada pengadilan tinggi negeri dan pengadilan negeri


Kalimantan Selatan menurut jenis jabatan dan jenis kelamin disajikan pada tabel
6.2.2.1. di bawah ini.
Tabel 6.2.2.1.
Hakim pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri Se Kalimantan Selatan

Ketua Wakil Ketua Hakim


No Instusi Total
L P L P L P
Pengadilan Tinggi 1 - - - 14 2 17
1
Banjarmasin
2 PN. Banjarmasin 1 - 1 - 9 2 13
3 PN. Banjarbaru 1 - 1 - 4 4 10
4 PN. Martapura 1 - - 1 3 2 7
5 PN. Rantau 1 - 1 - 3 3 8
6 PN. Kandangan 1 - 1 - 5 1 8
7 PN. Barabai 1 - 1 - 3 2 7
8 PN. Amuntai 1 - 1 - 5 2 9
10 PN. Tanjung 1 - - 1 4 2 8
11 PN. Marabahan 1 - 1 - 3 2 7
12 PN. Pelaihari 1 - - 1 3 3 8
13 PN. Batulicin 1 - 1 - 7 2 11
14 PN. Kotabaru - 1 1 - 4 - 6
Jumlah 12 1 9 3 67 27 119
Sumber Data: Pengadilan Tinggi Banjarmasin
68

Tabel 6.2.2.2.
Jumlah Hakim Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin
Se Kalimantan Selatan Tahun 2014

Jumlah Hakim
No Jabatan
L P L+P
1 Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin 1 - 1
2 Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Bjm 1 - 1
3 Hakim Tinggi Pengadilan Agama Banjarmasin 10 3 13
4 Ketua Pengadilan Agama Se Wilayah Kalsel 12 - 12
5 Wakil Ketua Pengadilan Agama Se Wilayah Kalsel 9 1 10
6 Hakim Pengadilan Agama Se Wilayah Kalsel 54 34 88
Jumlah 87 38 125
Sumber Data: Pengadilan Tinggi Agama Banjarmasin

Rasio hakim pada Pengadilan Tinggi Agama (PTA) dan hakim Pengadilan
Agama (PA) Se-Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa jumlah hakim laki-laki
lebih tinggi daripada jumlah hakim perempuan. Untuk jabatan Ketua Pengadilan
Tinggi Agama dan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama tidak ada perempuan,
serta Ketua Pengadilan Agama se-Kalimantan Selatan tidak ada perempuan,
perempuan hanya sampai Wakil Ketua Pengadilan Agama.

6.2.3. Polisi Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin

Tabel 6.2.3.1.
Jumlah Polisi Menurut Jenis Kepangkatan dan Jenis Kelamin
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Jumlah Polisi
No Jenis Kepangkatan
Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P
1. Perwira Tinggi (Pati) :
Brigadir Jenderal Polisi 1 - 1
2. Perwira Menengah (Pamen) :
A Komisaris Besar Polisi 16 0 16
B Ajun Komisaris Besar Polisi 96 5 101
C Komisaris Polisi 204 12 216
3. Perwira Pertama (Pama) :
A Ajun Komisaris Polisi 165 15 180
B Inspektur Satu Polisi 149 13 162
C Inspektur Dua Polisi 340 15 355
4. Bintara 6.577 172 6.749
5. Tamtama 81 0 81
Jumlah 7.629 232 7.861
Sumber Data : Polda Kalsel

Rasio jumlah polisi laki-laki dan perempuan secara keseluruhan masih


sangat timpang. Hal ini mungkin marena minat perempuan masih rendah atau
perempuan yang mendaftar menjadi polisi gugur dalam seleksi tidak lulus. Di
lain sisi, polisi perempuan dibutuhkan, terutama untuk menangani kasus
perempuan sebagai korban kekerasan.
69

Tabel 6.2.3.2.
Jumlah Pejabat Kepolisian Menurut Jenis Kelamin dan Wilayah
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Pejabat Di Kepolisian
No Wilayah Kapolda/Kapolres Kapolsek
L P L+P L P L+P
1 Polda Kalsel 1 1 - -
Polresta
1 1 6 - 6
2 Banjarmasin
Polres Tanah 1 1 10 - 10
3 Bumbu
4 Polres Kotabaru 1 1 18 - 18
5 Polres Tanah Laut 1 1 9 - 9
6 Polres Tabalong 1 1 12 - 12
7 Polres Banjar 1 1 13 1 14
8 Polres Tapin 1 1 12 - 12
9 Polres Batola 1 1 17 - 17
10 Polres Banjarbaru 1 1 5 - 5
11 Polres Balangan 1 1 6 - 6
12 Polres HST 1 1 9 - 8
13 Polres HSU 1 1 7 - 7
14 Polres HSS 1 1 10 - 10
Jumlah 14 14 133 1 134
Sumber Data : Polda Kalsel

Dari tabel di atas terlihat bahwa hanya 1 (satu) perempuan yang menjabat
sebagai Kapolres dari 13 Polres yang ada di Kabupaten/Kota Kalimantan Selatan.
Jabatan tersebut masih dominan dijabat oleh polisi laki-laki.
70

6.3. Peran dan Posisi di Lembaga Eksekutif

6.3.1.PNS Daerah Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin

Tabel 6.3.1.
Jumlah PNS Daerah Menurut Jenis Jabatan dan Jenis Kelamin
Di Provinsi Kalimantan Selatan Keadaan Semestar 2 Tahun 2014

Jenis Jabatan Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST
No
PNS L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 Eselon I
Eselon I.a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Eselon I.b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Eselon II
Eselon II.a 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
Eselon II.b 28 4 32 37 4 41 35 3 38 30 1 31 30 2 32 22 4 26 29 0 29
3 Eselon III
Eselon III.a 48 8 56 65 8 73 55 11 66 48 6 54 52 5 57 40 10 50 54 2 56
Eselon III.b 81 14 95 93 16 109 101 24 125 65 19 84 74 23 97 66 18 84 65 13 78
4 Eselon IV
Eselon IV.a 272 122 394 336 135 471 306 220 526 278 95 373 196 102 298 268 131 399 234 129 363
Eselon IV.b 41 41 82 29 15 44 120 30 150 56 30 86 26 21 47 18 14 32 46 53 99
5 Eselon V
Eselon V.a 0 0 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0 6 1 7 19 16 35 0 0 0
Eselon V.b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 471 189 660 562 180 742 618 288 906 478 151 629 385 154 539 434 193 627 429 197 626
Sumber Data : BKD Prov. Kalsel, 2014.
71

Jenis Jabatan HSU Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Prov. Kalsel
No
PNS L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 Eselon I
Eselon I.a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Eselon I.b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
2 Eselon II
Eselon II.a 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 31 6 37
Eselon II.b 25 1 26 30 0 30 29 2 31 24 2 26 32 1 33 19 9 28 15 0 15
3 Eselon III
Eselon III.a 48 8 56 49 4 53 52 4 56 42 5 47 30 16 46 42 5 47 195 47 242
Eselon III.b 66 14 80 74 13 87 84 7 91 65 16 81 61 36 97 62 19 81 12 4 16
4 Eselon IV
Eselon IV.a 226 122 348 266 94 360 278 108 386 149 87 236 308 187 495 195 105 300 474 226 700
Eselon IV.b 22 20 42 70 43 113 47 35 82 20 12 32 134 178 312 73 49 122 0 0 0
5 Eselon V
Eselon V.a 14 9 23 21 13 34 4 1 5 1 4 5 8 22 30 18 0 18 0 0 0
Eselon V.b 0 0 0 0 0 0 5 1 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 402 174 576 511 167 678 500 158 658 302 126 428 574 440 1014 409 187 596 728 283 1011
Sumber Data : BKD Prov. Kalsel, 2014.

Dari tabel di atas terlihat pola yang menunjukkan bahwa pada umumnya jumlah atau rasio PNS laki-laki yang menduduki eselon terendah
(eselon V) hingga eselon tertinggi (eselon I) dijabat oleh PNS laki-laki. Memang ada perkecualian, dimana jumlah PNS perempuan yang menduduki
jabatan eselon tertentu jumlahnya/rasionya lebih tinggi daripada jumlah PNS laki-laki. Perkecualian tersebut ialah di Kota Banjarmasin pada
eselon IV-b dan V-a jumlah/rasio PNS perempuan yang menjabat eselon tersebut lebih tinggi daripada PNS laki-laki, di Kabupaten Tanah Laut dan
Kabupaten Tapin PNS perempuan yang menjabat eselon IV-b lebih besar jumlah/rasionya daripada jumlah/rasio PNS laki-laki pada jabatan
tersebut. Secara keseluruhan rasio yang paling besar antara PNS laki-laki dan PNS perempuan yang menjabat eselon adalah di Kabupaten Banjar
yaitu 80,56 : 19,44, sedangkan yang paling terendah gap rasionya ialah Kota Banjarmasin, yakni 59,82 : 40,18.
72

Jika kita lihat antara jumlah PNSyang menjabat jabatan eselon berdasarkan jenis kelamin dan jumlah PNS berdasarkan jenis kelamin maka
ada lima kabupaten/kota, yang jumlah PNS perempuan lebih besar daripada jumlah PNS laki-laki, tetapi jumlah PNS perempuan yang menjabat
jabatan eselon tetaplebih rendah. Kelima kabupaten/kota tersebut ialah Banjarmasin (laki-laki : perempuan = 38,61 : 61,39), Banjarbaru (38,3 :
61,7), Tanah Laut (49,08 : 50,92), Banjar (46,65 : 53,35), dan Hulu Sungai Utara (43,76 : 56,24). Fenomena ini menunjukkan bahwa walaupun
secara kuantitatif PNS perempuan lebih tinggi tetapi tidak seiring ditunjang oleh data kualitatif, yakni proporsi yang lebih untuk menduduki
jabatan eselon. Hal ini memang banyak factor yang harus dilihat atau diteliti, mengapa walaupun secara kuantitatif PNS perempuan lebih tinggi
secara jumlah, namun jumlah PNS perempuan yang menduduki jabatan eselon lebih rendah.
73

6.3.2.PNS Daerah Berdasar Golongan Ruang dan Jenis Kelamin


Tabel 6.3.2.
Jumlah PNS Daerah Berdasarkan Golongan Ruang dan Jenis Kelamin
Di Provinsi Kalimantan Selatan Keadaan Semestar 2 Tahun 2014
Golongan Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST
Ruang
No
Kepangkatan L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
PNS

1 I-a 9 9 20 3 23 12 1 13 17 0 17 12 2 14 17 3 20 8 0 8
2 I-b 26 26 40 3 43 50 2 52 24 2 26 13 0 13 33 4 37 31 2 33
3 I-c 27 27 20 6 26 19 2 21 24 1 25 28 2 30 28 2 30 7 0 7
4 I-d 29 29 56 13 69 46 1 47 42 7 49 11 0 11 32 1 33 31 2 33
5 Golongan I
6 II-a 101 86 187 138 62 200 157 23 180 105 16 121 160 57 217 103 16 119 46 5 51
7 II-b 222 191 413 320 197 517 232 198 430 230 117 347 91 87 178 191 99 290 163 74 237
8 II-c 200 246 446 234 298 532 252 560 812 227 319 546 230 328 558 183 225 408 185 219 404
9 II-d 157 245 402 147 240 387 102 275 377 154 253 407 136 208 344 119 201 320 87 122 209
10 Golongan II
11 III-a 286 667 953 323 364 687 330 425 755 215 235 450 239 358 597 251 342 593 153 224 377
12 III-b 362 420 782 402 436 838 470 614 1084 314 320 634 329 316 645 353 388 741 289 338 627
13 III-c 301 346 647 309 274 583 324 459 783 326 323 649 220 235 455 332 296 628 250 312 562
14 III-d 411 314 725 448 210 658 496 374 870 399 324 723 300 215 515 330 321 651 314 387 701
15 Golongan III
16 IV-a 694 605 1299 495 254 749 944 1108 2052 769 565 1334 532 574 1106 631 917 1548 804 916 1720
17 IV-b 59 16 75 57 8 65 63 31 94 71 16 87 54 15 69 45 11 56 45 8 53
18 IV-c 21 2 23 20 3 23 20 3 23 23 2 25 21 3 24 11 1 12 27 3 30
19 IV-d 2 0 2 1 1 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
20 IV-e 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Golongan IV
Jumlah 2907 3138 6045 3030 2372 5402 3518 4076 7594 2941 2500 5441 2377 2400 4777 2659 2827 5486 2440 2612 5052
74

Sumber Data : BKD Prov. Kalsel

Golongan
Ruang HSU Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Prov. Kalsel
No
Kepangkatan
PNS L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 I-a 46 5 51 4 5 9 2 1 3 7 1 8 14 3 17 2 1 3 31 4 35
2 I-b 31 2 33 32 15 47 7 7 14 33 1 34 8 0 8 6 1 7 58 6 64
3 I-c 65 6 71 17 4 21 15 3 18 19 2 21 20 0 20 12 0 12 47 3 50
4 I-d 93 5 98 41 10 51 7 10 17 37 6 43 8 0 8 7 0 7 68 9 77
5 Golongan I
6 II-a 161 75 236 57 48 105 70 31 101 69 10 79 117 118 235 83 24 107 226 115 341
7 II-b 158 110 268 114 221 335 306 170 476 180 121 301 183 139 322 104 133 237 477 202 679
8 II-c 179 363 542 119 236 355 256 152 408 175 273 448 188 295 483 120 40 160 228 197 425
9 II-d 104 232 336 208 105 313 135 82 217 115 198 313 163 302 465 54 308 362 174 216 390
10 Golongan II
11 III-a 270 369 639 134 364 498 368 192 560 168 210 378 193 288 481 209 331 540 422 338 760
12 III-b 261 324 585 336 499 835 225 531 756 285 303 588 344 561 905 269 598 867 797 713 1510
13 III-c 178 196 374 484 179 663 321 134 455 141 125 266 329 695 1024 172 292 464 382 269 651
14 III-d 286 190 476 298 275 573 130 177 307 131 89 220 314 420 734 183 182 365 580 373 953
15 Golongan III
16 IV-a 621 774 1395 635 714 1349 589 287 876 407 271 678 915 1865 2780 382 813 1195 215 137 352
17 IV-b 48 15 63 91 15 106 24 39 63 38 6 44 97 120 217 64 22 86 124 49 173
18 IV-c 18 1 19 23 0 23 20 4 24 16 1 17 27 3 30 22 11 33 55 12 67
19 IV-d 1 0 1 2 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 1 4 0 4 21 2 23
20 IV-e 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1
21 Golongan IV
Jumlah 2520 2667 5187 2595 2690 5285 2475 1820 4295 1821 1617 3438 2921 4809 7730 1694 2756 4450 3906 2645 6551
Sumber Data : BKD Prov. Kalsel
75

Secara umum dari tabel tentang PNS menurut golongan ruang/kepangkatan terlihat bahwa jumlah PNS perempuan pada sembilan
kota/kabupaten jumlahnya lebih besar daripada jumlah PNS laki-laki. Kesembilan kota/kabupaten tersebut ialah kesembilan kabupaten/kota
tersebut ialah Banjarmasin (Laki-laki : perempuan = 38,61 : 61,39), Banjarbaru (38,3 : 61,7), Tanah Laut (49,08:50,92), Banjar (46,65:53,35),
Tapin (46,65 : 53,35), Hulu Sungai Selatan (47,41:52,59), Hulu Sungai Tengah (48,05 : 51,95), dan Hulu Sungai Utara (43,76 : 56,24). Jika dilihat
dari segi golongan ruang/kepangkatan maka jumlah perempuan yang golongan/kepangkatan yang lebih tinggi juga terdapat pada beberapa
golongan ruang/kepangkatan. Dari segi golongan ruang/kepangkatan ini terlihat di beberapa kota/kabupaten pada golongan ruang/kepangkatan
tertentu PNS perempuan lebih banyak dari pada PNS laki-laki. Di kota Banjarmasin dan Banjarbaru PNS perempuan pada golongan II-b hingga
IV-a lebih besar jumlahnya daripada PNS laki-laki dalam golongan tersebut. Di Kabupaten Barito Kuala jumlah PNS perempuan dalam golongan
II-c, II-d, dan III-b lebih besar jumlahnya dari PNS laki-laki pada golongan yang sama. Di Kabupaten Tanah Laut jumlah PNS perempuan pada
golongan II-b hingga III-c, di Kabupaten Kotabaru, PNS perempuan pada golongan II-c hingga III-a dan III-b, di Kabupaten Banjar jumlah PNS
perempuan pada golongan II-c hingga III-b, IV-a, di Kabupaten Tapin jumlah PNS perempuan pada golongan II-c hingga III-a, III-c dan IV-a, di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan jumlah PNS perempuan pada golongan II-c hingga III-b, dan IV-a, di Kabupaten Hulu Sungai Tengah jumlah PNS
perempuan pada golongan II-c hingga IV-a, di Kabupaten Hulu Sungai Utara jumlah PNS perempuan pada golongan II-b hingga III-c, IV-a dan IV –
b, di Kabupaten Tabalong jumlah PNS perempuan pada golongan II-b hingga III-b, di Kabupaten Balangan jumlah PNS perempuan pada golongan
II-c hingga II-d, dan III-b, di Kabupaten Tanah Bumbu jumlah PNS perempuan pada golongan II-c hingga III-b, dan di Pemda Provinsi Kalimantan
Selatan jumlah PNS perempuan pada golongan IV-c lebih besar daripada jumlah PNS pada golongan yang sama.
76

6.3.3.PNS Daerah berdasar Tingkat Pendidikan


Tabel 6.3.3.
Jumlah PNS Daerah Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Di Provinsi Kalimantan Selatan Keadaan Semestar 2 Tahun 2014

Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST


No Pendidikan
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 SD 62 7 69 92 6 98 91 9 100 74 9 83 31 37 68 98 9 107 65 3 68
2 SLTP 109 28 137 122 25 147 83 44 127 164 27 191 49 35 84 99 11 110 63 5 68
3 SLTA 643 524 1167 1002 520 1522 717 851 1568 768 471 1239 425 767 1192 716 531 1247 820 717 1537
4 D-I 10 69 79 11 20 31 52 92 144 15 105 120 10 43 53 24 105 129 26 44 70
5 D-II 437 455 892 391 334 725 376 498 874 453 486 939 503 339 842 310 492 802 449 581 1030
6 D-III/Akademi 223 414 637 221 428 649 304 482 786 223 324 547 339 457 796 247 369 616 213 460 673
7 D-IV 50 43 93 40 12 52 40 59 99 20 13 33 8 10 18 11 6 17 0 0 0
8 S-1 1250 1573 2823 1037 992 2029 1583 1952 3535 1110 1024 2134 983 658 1641 1064 1267 2331 739 774 1513
9 S-2/Spesialis 123 45 168 113 35 148 268 89 357 113 41 154 27 54 81 89 37 126 65 28 93
10 S-3 0 0 0 1 0 1 4 0 4 1 0 1 2 0 2 1 0 1 0 0 0
Jumlah 2907 3158 6065 3030 2372 5402 3518 4076 7594 2941 2500 5441 2377 2400 4777 2659 2827 5486 2440 2612 5052
Sumber Data : BKD Prov. Kalsel
77

HSU Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Prov. Kalsel


No Pendidikan
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 SD 107 6 113 75 13 88 10 12 22 68 2 70 71 4 75 25 6 31 174 21 195
2 SLTP 169 16 185 76 25 101 20 36 56 82 12 94 55 7 62 26 11 37 156 26 182
3 SLTA 513 496 1009 479 466 945 429 364 793 386 242 628 646 918 1564 216 476 692 1444 868 2312
4 D-I 14 26 40 9 34 43 37 0 37 6 24 30 17 59 76 27 37 64 25 27 52
5 D-II 238 319 557 247 502 749 267 124 391 193 281 474 166 422 588 102 237 339 20 17 37
6 D-III/Akademi 152 362 514 199 386 585 210 301 511 146 245 391 220 486 706 109 496 605 404 568 972
7 D-IV 12 10 22 52 23 75 12 12 24 7 10 17 19 22 41 15 33 48 46 18 64
8 S-1 1143 1361 2504 1238 1240 2478 1350 893 2243 820 768 1588 1460 2748 4208 941 1271 2212 1159 899 2058
9 S-2/Spesialis 171 71 242 220 1 221 139 78 217 113 33 146 266 143 409 222 189 411 448 220 668
10 S-3 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 11 0 11 11 0 11
Jumlah 2520 2667 5187 2595 2690 5285 2475 1820 4295 1821 1617 3438 2921 4809 7730 1694 2756 4450 3887 2664 6551
Sumber Data : BKD Prov. Kalsel

Secara umum padadaerah kabupaten/kota jumlah PNS perempuan dengan tingkat pendidikan SD dan SLTP lebih rendah daripada jumlah
PNS laki-laki pada tingkat pendidikan yang sama. Pada tingkat SLTA, D-I, D-II, D-III, D-IV dan S1 pada beberapa kabupaten/kota. Jumlah PNS
perempuan dengan tingkat pendidikan S2 dan S3 lebih rendah bahkan pada umumnya tidak ada dibandingkan dengan jumlah PNS laki-laki
dengan pendidikan S2 dan S3. Kecilnya, PNS perempuan yang melanjutkan pendidikan ke S2 dan S3 barangkali disebabkan oleh factor-faktor
pertimbangan keluarga, karena sebagian PNS perempuan berfungsi juga sebagai isteri/ibu rumah tangga.
78

6.3.4.PNS Daerah berdasar Diklat Struktural

Tabel 6.3.4.
Jumlah PNS Daerah Menurut Diklat Struktural dan Jenis Kelamin
Di Provinsi Kalimantan Selatan Keadaan Semestar 2 Tahun 2014
Diklat Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST
No
Struktural L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 PIM IV 295 146 441 482 161 643 483 349 832 329 115 444 367 173 540 262 135 397 161 73 234
2 PIM III 131 27 158 138 3 141 125 29 154 106 24 130 133 7 140 64 13 77 55 3 58
3 PIM II 23 2 25 28 4 32 27 1 28 30 1 31 0 0 0 7 0 7 18 1 19
4 PIM I 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 LEMHANAS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 450 175 625 648 168 816 635 379 1014 465 140 605 500 180 680 333 148 481 234 77 311
Sumber Data : BKD Prov.
Kalsel

Diklat HSU Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Prov. Kalsel
No
Struktural L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 PIM IV 209 102 311 269 194 463 120 112 232 68 49 117 349 269 618 242 176 418 514 272 786
2 PIM III 76 15 91 90 14 104 60 34 94 89 14 103 96 55 151 75 18 93 253 100 353
3 PIM II 16 0 16 12 0 12 15 4 19 16 0 16 26 1 27 22 1 23 45 6 51
4 PIM I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
5 LEMHANAS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Jumlah 301 117 418 371 208 579 195 150 345 173 63 236 471 325 796 340 195 535 813 378 1191
Sumber Data : BKD Prov.
Kalsel
79

Pada umumnya jumlah PNS perempuan yang mengikuti diklat structural lebih kecil daripada jumlah PNS laki-laki yang mengikuti diklat
structural tersebut. Semakin tinggi jenjang diklat semakin mengecil jumlah PNS perempuan yang mengikutinya. Hal inilah menyebabkan
mengapa PNS perempuan lebih sedikit jumlahnya yang menduduki jabatan eselon, karena untuk duduk di jabatan tersebut perlu persyaratan
mengikuti diklat. Mengapa jumlah PNS perempuan mengikuti diklat kecil ? Hal ini bermakna ada kendala bagi PNS perempuan untuk mengikuti
diklat tersebut, seperti antara lain karena mereka juga berstatus sebagai isteri/ibu rumah tangga.

6.3.5.PNS Vertikal Menurut Jenis Kelamin


Tabel 6.3.5.
PNS VertikalMenurut Jenis Kelamin Di Wilayah
Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2014
PNS Vertikal Total
No Instansi Kerja
L P
1 Pemprov. Kalsel 367 310 677
2 Pemkab. Tanah Laut 355 258 613
3 Pemkab. Kotabaru 424 171 595
4 Pemkab. Banjar 619 528 1147
5 Pemkab.Barito Kuala 399 283 682
6 Pemkab. Tapin 329 268 597
7 Pemkab. HS S 516 632 1148
8 Pemkab. H S T 535 635 1170
9 Pemkab. HS U 633 652 1285
10 Pemkab. Tabalong 446 368 814
11 Pemkab. Tanbu 89 47 136
12 Pemkab. Balangan 124 105 229
13 Pemkot Banjarmasin 3181 1974 5155
14 Pemkot.Banjar Baru 1072 568 1640
Total 9089 6799 15888
Sumber data: BKN Kanreg VIII Banjarbaru
80

6.4. Kepala Desa/Lurah


Tabel6.4.
Jumlah Camat, Kepala Desa dan Lurah
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan SelatanTahun 2014
Camat Lurah Kades
No Wilayah
L P L+P L P L+P L P L+P
1 Tanah Laut 11 0 11 132 3 135 132 1 133
2 Kotabaru 19 0 19 4 0 4 195 2 197
3 Banjar 19 1 20 287 3 290 270 7 277
4 Barito Kuala 17 0 17 - - - 193 3 196
5 Tapin 12 0 12 133 2 135 124 2 126
6 Hulu Sungai Selatan 9 2 11 146 2 148 143 1 144
7 Hulu Sungai Tengah 11 - 11 166 3 169 160 1 161
8 Hulu Sungai Utara 10 0 10 10 - - 214 5 219
9 Tabalong 11 1 12 10 - 10 111 10 121
10 Tanah Bumbu 9 1 10 149 1 150 145 1 146
11 Balangan 7 1 8 154 7 161 147 7 154
12 Banjarmasin 3 2 5 46 6 52 - - -
13 Banjar Baru 5 0 5 20 0 20 - - -
Total 143 8 151 1.257 27 1.274 1834 40 1874
Sumber data: Badan PP dan PA Kab/Kota
81

6.5. Pengurus Organisasi Sosial dan Politik


Tabel 6.5.
Pengurus Partai Politik
Menurut Jenis Kelamin di Kalimantan SelatanTahun 2014
DPP DPW DPD
No Partai
(L) (P) L+P (L) (P) L+P (L) P) L+P
1 Nasdem 59 12 71
2 Golkar 54 28 82
3 PAN 74 43 117
4 PPP 31 6 37
5 PKS 9 4 13
6 PDIP 38 13 51
7 Gerindra 40 10 50
8 PKB 2 2
9 Hanura 64 25 89
10 PBB 29 15 44
Jumlah 120 33 153 216 98 270 64 25 89
Sumber data: KPU Prov. Kalsel
82

6.6. Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan

Tabel 6.6.
Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Pengurus dan Anggota Tim Badan Pertimbangan Jabatan dan


No Wilayah Kepangkatan L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Provinsi Kalimantan Selatan 5 0 5
2 Tanah Laut 6 0 6
3 Kotabaru 5 0 0
4 Banjar - - -
5 Barito Kuala 13 1 14
6 Tapin 5 0 5
7 Hulu Sungai Selatan 2 1 3
8 Hulu Sungai Tengah 6 - 6
9 Hulu Sungai Utara 5 0 5
10 Tabalong 3 0 3
11 Tanah Bumbu 6 0 6
12 Balangan 5 0 5
13 Banjarmasin 6 - 6
14 Banjarbaru 4 0 4
Sumber data : BKD Prov./Kab/Kota Kalsel
83

6.7. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

Tabel 6.7.
Pengurus dan Anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Jenis Kelamin
No Wilayah L+P
Laki-laki (L) Perempuan (P)
1 Tanah Laut - - -
2 Kotabaru 981 108 1.089
3 Banjar - - 1.895
4 Barito Kuala 999 94 1.093
5 Tapin 653 29 682
6 Hulu Sungai Selatan 743 67 810
7 Hulu Sungai Tengah 892 8 900
8 Hulu Sungai Utara - - -
9 Tabalong 45 0 45
10 Tanah Bumbu 145 - 145
11 Balangan 730 54 784
12 Banjarmasin 332 48 380
13 Banjar Baru - - -
Provinsi Kalsel 12.520 408 7.823
Sumber data : BPMPDKab/Kota
84

BAB VII
BIDANG HUKUM DAN SOSIAL-BUDAYA

7.1. Penghuni Lapas dan Rutan.


Sejak tahun 1964 sistem pembinaan narapidana dan anak pidana telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan
menjadi sistem pemasyarakatan, begitu pula institusinya berubah yang semula bernama rumah penjara dan rumah pendidikan negara
menjadi Lembaga Pemasyarakatan yang disingkat dengan sebutan Lapas. Para nara pidana dalam menjalani hukuman yang telah dijatuhi
hukuman pidana oleh Pengadilan dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap ditempatkan di Lapas dengan sebutan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
Sistem pemasyarakatan merupakan suatu rangkaian kesatuan penegakan hukum pidana, oleh karena itu pelaksanaannya tidak dapat
dipisahkan dari pengembangan konsepsi umum mengenai pemidanaan. Tujuan dari pemidanan adalah upaya untuk menyadarkan
narapidana atau anak pidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang baik, taat kepada
hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial, dan keagamaan, sehingga tercapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai.
Sistem pemasyarakatan disamping bertujuan untuk mengembalikan warga binaan pemasyarakatan sebagai warga yang baik juga bertujuan
untuk melindungi terhadap kemungkinan diulangnya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan.

7.1.1.Jumlah Jenis Lapas Menurut Kabupaten/Kota

Kalimantan Selatan memiliki 10 Lapas Umum, 2 Lapas Anak, 1 Lapas Narkotika (tabel 7.1.1) dan tidak mempunyai Lapas Wanita,
suatu kenyataan yang dirasakan oleh warga binaan pemasyarakatan Wanita yang tidak mendapatkan tempat yang layak dan terjamin
keamanan, karena selama ini warga binaan pemasyarakatan Wanita digabung dengan warga binaan pemasyarakatan Laki-laki dalam satu
lokasi sekalipun terpisah ruang. Oleh sebab itu bagi Pemerintah Pusat dan Daerah Lapas Wanita menjadi prioritas untuk di bangun di
Kalimantan Selatan.
85

Tabel 7.1.1.
Jumlah Jenis Lapas Menurut Kabupaten/Kota
Di Kalimantan Selatan Tahun 2014

Lapas Lapas Lapas Lapas


No Kabupaten/Kota
Umum Anak Wanita Narkotika
1 Kota Banjarmasin 1 0 0 0
2 Kab. Banjar 0 1 0 1
3 Kab. HSU 1 0 0 0
4 Kab. PulauLaut 1 0 0 0
5 Kab. Tabalong 1 0 0 0
6 Kab. Tanah Laut 1 0 0 0
7 Kab. Tapin 1 0 0 0
8 Kab. HSS 1 0 0 0
9 Kab. HST 1 0 0 0
10 Kab. Barito Kuala 1 0 0 0
11 Kab. Kotabaru 1 1 0 0
Jumlah 10 2 0 1

Sumber Data: Kanwil Kemenkumham Kalsel per Desember 2014

7.1.2.Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan Menurut Jenis Kelamin


Nara pidana yang menjalani hukuman di Lapas setelah diputus oleh Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Sementara para terdakwa menjalani masa tahanan sebelum ada putusan dari Pengadilan, ditempatkan di Rumah Tahanan disingkat dengan
Rutan.
Mengingat selama ini Kejaksaan tidak memiliki Rutan untuk menempatkan para terdakwa dalam menjalani masa tahanan Kejaksaan
maupun tahanan Hakim,dan sebelum ada putusan Pengadilan, akhirnya Kejaksaan menempatkan para tahanan di Lapas.
86

Kondisi obyektif yang demikian ini sangat memprihatinkan, karena fungsi Lapas tidak hanya dihuni oleh warga binaan
pemasyarakatan tetapi juga dihuni oleh tahanan dewasa dan anak. Akibatnya Lapas yang ada di Kal-Sel melebihi daya tampung yang
seharusnya, dan berdampak negatif pada aspek kesehatan, sosial, moral dan tidak tercapai apa yang menjadi tujuan dari sistem
pemasyarakatan bagi warga binaan pemasyarakatan.
Dilihat dari jumlah penghuni yang tertinggi di Lapas dan Rutan yaitu Lapas Kelas IIA Banjarmasin (2.360 orang), Lapas Kelas IIA Anak
Martapura (924 orang) dan Lapas Kelas IIB Kotabaru (386 orang).
Berdasarkan jenis kelamin penghuni napi dewasa laki-laki yang terbesar sebesar 92,27 persen dan napi dewasa perempuan sebesar
7,72 persen, sedangkan tahanan dewasa laki-laki sebanyak 94,77persen dibandingkan dengan tahanan dewasa perempuan sebesar 5,22
persen. Begitu pula napi anak laki-laki dan tahanan anak laki-laki lebih tinggi (96dan 92,51 persen) dibandingkan dengan napi anak
perempuan dan tahanan anak perempuan (4 dan 7,48 persen).
87

Tabel 7.1.2.
Jumlah Penghuni LAPAS dan RUTAN Menurut Jenis Kelamin
Di Kalimantan Selatan 2014
TAHANAN TAHANAN Jumlah
NAPI DEWASA NAPI ANAK
No UPT DEWASA ANAK
L P L P L P L P
1 Lapas Kelas IIA Anak Martapura
201 13 1 - 419 254 34 2 924
2 Lapas Kelas IIA Banjarmasin 597 39 11 1 1660 34 9 - 2360
3 Lapas Kelas IIA Narkotika Karang Intan - - - - 737 - - - 737
4 Lapas Kelas IIB Amuntai 48 4 - - 210 6 6 - 274
5 Lapas Kelas IIB Kotabaru 163 10 122 10 84 - 6 - 386
6 Lapas Kelas III Tanjung - - - - 89 - - - 89
7 Rutan Kelas IIB Barabai 54 - - - 135 3 6 - 198
8 Rutan Kelas IIB Kandangan 68 3 - - 101 4 4 - 175
9 Rutan Kelas IIB Marabahan 93 3 1 - 115 3 2 - 217
10 Rutan Kelas IIB Pelaihari 64 1 1 - 183 9 - - 258
11 Rutan Kelas IIB Rantau 117 6 - - 87 7 5 1 223
12 Rutan Kelas IIB Tanjung 64 2 - - - - - - 66
Total 1469 81 136 11 3820 320 72 3
% 94,77 5,22 92,51 7,48 92,27 7,72 96 4
Sumber data: Kanwil Kemenkumham Kalsel per Desember 2014
88

7.1.3.Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan menurut Jenis Lapas dan Rutan serta Jenis Kasus

Berdasarkan tabel dibawah ini menunjukkan bahwa tahanan Laki-laki sejumlah 94,77% jauh lebih tinggi dibandingkan
tahananperempuan yang hanya 5,22% dan tahanan anak-anak sebanyak 92,51% laki-laki dan 7,48% perempuan. Kemudian untuk jumlah
Napi laki-laki sebanyak 92,27% dan Napi perempuan sebanyak 7,72% dan untuk Napi anak laki-laki sebanyak 96% dan perempuan
sebanyak 4%. Sementara untuk jenis tindak pidana yang dilakukan Kasus Narkotika menduduki peringkat tertinggi disusul korupsi,
pencurian, penganiayaan, penadahan, dll.
Tabel 7.1.3.
Jumlah Penghuni Lapas dan Rutan menurut Jenis Lapas dan Rutan serta
Jenis Kasus di Kalimantan Selatan Tahun 2014
Kasus
No Jenis Lapas
Pembunuhan Pencurian Asusila NAFZA KDRT Korupsi
1 Umum
189 232 50 2.454 3 46
(Laki-Laki)
2 Perempuan 6 4 0 282 - 12
3 Anak Laki-
9 10 1 21 - 0
laki
4 Anak
0 0 0 1 - 0
Perempuan
Sumber data: Kanwil Kemenkumham Kalsel per Desember 2014

7.2. Perceraian
Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Perkawinan dapat putus disebabkan karena salah satu pihak meninggal dunia, putusan pengadilan dan perceraian. Yang dimaksud
dengan perceraian yaitu putusnya ikatan perkawinan suami isteri dalam suatu perkawinan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
89

Putus perkawinan karena perceraian dapat dilakukan melalui Pengadilan Negeri bagi yang beragama non muslim dan yang beragama
Islam gugatan peceraian menjadi kompetensi Pengadilan Agama. Dalam Hukum Islam dikenal dua bentuk perceraian yaitu cerai gugat
digunakan oleh isteri yang menggugat cerai pada suaminya dan cerai talak adalah seorang suami menjatuhkan talak didepan sidang
pengadilan agama kepada isterinya.
Berikut ini akan diuraikan tentang perceraian yang terjadi di Kalimantan Selatan berdasarkan data di Pengadilan Tinggi Agama
Banjarmasin. Masalah perceraian mempunyai keterkaitan yang sangat kuat dengan kekerasan dalam rumah tangga. Faktor yang
melatarbelakangi dan alasan-alasan untuk bercerai merupakan bentuk KDRT yang diatur dalam UU No.23/2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Data tentang cerai gugat sangat tinggi sebesar 78,82 persendibandingkan dengan cerai talak sebesar 21,17 persen ( tabel 7.2), dari
data ini memperlihatkan tingginya para isteri (perempuan) yang memajukan cerai gugat disebabkan berbagai faktor seperti terlihat pada
tabel 7.3.

ghuni Lapas Tahasa Laki-L


90

Tabel 7.2.
Data Cerai Talak dan Cerai GugatTahun 2014

Pengadilan Agama
No Cerai Talak Cerai Gugat Jumlah

1 Banjarmasin 260 995 1.255

2 Martapura 156 657 813

3 Rantau 73 290 730

4 Kandangan 48 246 294

5 Negara 27 95 122

6 Amuntai 96 436 532

7 Barabai 98 461 559

8 Tanjung 109 275 384

9 Marabahan 76 313 389

10 Pelaihari 125 480 605

11 Kotabaru 81 295 376

12 Banjarbaru 107 301 408

13 Batulicin 101 334 435

Jumlah 1.430 5.323 6.753

% 21,17 78,82 100

Sumber data : PTA Banjarmasin


91

Seperti yang dipaparkan pada tabel tentang cerai talak dan cerai gugat tersebut diatas memperlihatkan bahwa cerai gugat mencapai
lebih dari 300 persen lebih tinggi dibandingkan dengan cerai talak. Sangat tingginya cerai gugat yang dilakukan oleh pihak isteri terhadap
suami, perlu diketahui faktor apa yang mendorong atau yang melatarbelakangi terjadinya perceraian.
Kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini kita pahami, terdiri dari kekerasan fisik, psikhis, seksual dan ekonomi, dan terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga sebagai akibat terjadinya hubungan relasi yang tidak setara/seimbang antara laki-laki (status sebagai
suami) dan perempuan (status sebagai isteri) atau dengan kata lain masih terjadinya diskriminasi. Dari data tersebut dibawah ini
memperlihatkan faktor yang dominan mendorong terjadinya perceraian yaitu terjadi cekcok terus menerus/ketidakharmonisan, ekonomi,
dan gangguan pihak ketiga dalam rumah tangga, ketidak harmonisan dalam rumah tangga dan meninggalkan kewajiban dalam rumah
tangga karena kawin paksa, kawin dibawah umur, masalah ekonomi dan tidak ada tanggung jawab dalam rumah tangga.

7.3. Penduduk Lanjut Usia ( Lansia)

Peningkatan usia harapan hidup diiringi dengan penurunan angka kelahiran mengakibatkan kondisi demografis penduduk
Kalimantan Selatan mengalami perubahan. Dilihat dari komposisi penduduk menurut umur, struktur penduduk Kalimantan Selatan
mengarah kependuduk berstruktur tua.
Struktur umur penduduk Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2014 secara umum terlihat bahwa proporsi kelompok di
Kabupaten/Kota memiliki distribusi yang polanya sama, yaitu di dominasi oleh penduduk usia produktif yaitu antara umur 19 sampai 50
tahun, baik laki-laki dan perempuan hampir seimbang.Kelompok usia anak yaitu umur 0-18 tahun lebih kecil (710.644 anak laki-laki dan
675.741 anak perempuan) dibandingkan dengan umur dewasa. Kondisi struktur penduduk yang memasuki berstruktur tua, karena rata-
rata proporsi penduduk yang berusia 60 tahun keatas sudah lebih 7 persen.
Yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun
keatas. Mengingat terjadinya peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dipandang memiliki potensi munculnya berbagai gangguan
92

fungsionalyang memerlukan perhatian khusus, antara lain menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi sosial, dan
menurunnya produktivitas kerja. Selain itu, permasalahan lain yang sering muncul adalah (1) ketergantungan asntara penduduk tua
dengan penduduk produktif (19-50 tahun) semakin meningkat, (2) lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang sugnufikan, (3) lanjut
usia terlantar.

7.3.1.Penduduk Lansia Menurut Pendidikan yang Ditamatkan

Penduduk lansia yang terbanyak berstatus pada jenjang pendidikan SD/ sederajat sebesar 35,46 persen, dan tidak tamat
SD/sederajat 28,70 persen serta yang tidak pernah sekolah sebesar 12,12 persen, berarti penduduk lansia dengan pendidikan pada
SD/sederajat kebawah sebanyak 76,28 persen. Rendahnya pendidikan para lansia sangat berpengaruh pada kemandirian secara ekonomi.
93

Tabel7.4.1.
Penduduk Lansia Menurut Pendidikan yang Ditamatkan
dan Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010
SD/ SMP/ SMA/
Tidak/Belum Sekolah Belum Tamat SD Perguruan Tinggi
No Wilayah Sederajat Sederajat Sederajat
L P L P L P L P L P L P

1 Tanah Laut 1350 3313 2576 3238 3164 1928 472 160 444 98 138 33
2 Kotabaru 1607 2747 1912 1924 2437 1603 397 147 394 65 93 23
3 Banjar 1599 4784 3373 5748 5110 5114 1009 412 1270 331 309 75
4 Barito Kuala 1461 4330 2398 3107 2702 1873 394 141 407 84 107 20
5 Tapin 723 1979 1192 2019 2162 2039 245 112 429 127 112 38
6 Hulu Sungai Selatan 753 2411 1877 3605 2942 3675 427 229 767 348 213 80
7 Hulu Sungai Tengah 629 2169 1774 4071 3617 4676 658 331 921 374 207 67
8 Hulu Sungai Utara 618 2474 1576 3248 2273 2299 343 174 457 188 165 76
9 Tabalong 453 1710 1174 2227 2456 2687 390 186 403 100 133 35
10 Tanah Bumbu 1412 2679 1899 1834 2440 1448 410 116 340 59 64 15
11 Balangan 579 1610 837 1251 847 631 108 26 151 8 32 8
71 Banjarmasin 439 2015 1617 4340 5532 8088 2250 1880 3339 1858 1331 514
72 Banjar Baru 186 623 628 1248 1460 1769 675 489 999 471 462 133
Provinsi Kalsel 11809 32844 22833 37860 37142 37830 7778 4403 10321 4111 3366 1117
Sumber data: Hasil SP2010, BPS Prov Kalimantan Selatan
94

7.3.2.Penduduk Lansia Menurut Aktivitas yang Dilakukan

Tabel7.3.2.
Jumlah Penduduk Lansia yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
dan Jenis Kelamin di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010
Aktivitas yang dilakukan
Industri/Pengolah
No Wilayah Pertanian Pertambangan Perdagangan Jasa/Sosial Lain-lain
an
L P L P L P L P L P L P
1 Tanah Laut 4856 2157 135 14 285 178 507 682 345 246 20 18
2 Kotabaru 3667 1234 66 7 269 62 513 494 445 124 40 23
3 Banjar 6346 4144 115 17 549 320 1083 1063 881 339 63 30
4 Barito Kuala 4982 3481 9 2 152 135 379 447 220 122 45 20
5 Tapin 2968 2072 30 0 113 145 248 352 236 134 22 17
6 Hulu Sungai Selatan 3442 2872 3 0 369 402 587 689 392 290 16 11
7 Hulu Sungai Tengah 4341 4078 9 0 192 146 605 501 376 209 27 13
8 Hulu Sungai Utara 2233 1026 7 0 342 1587 644 477 369 199 25 23
9 Tabalong 2642 2377 23 3 133 37 420 394 275 116 37 27
10 Tanah Bumbu 3282 941 158 9 294 80 529 428 368 101 60 20
11 Balangan 1574 1276 5 2 42 20 145 135 81 38 4 0
71 Banjarmasin 824 219 46 2 1119 232 2392 1747 2667 932 161 58
72 Banjar Baru 618 190 161 15 315 45 390 360 528 196 50 21
Prov. Kalsel 41775 26067 767 71 4174 3389 8442 7769 7183 3046 570 281
Sumber data: Hasil SP2010, BPS Prov. Kalimantan Selatan
95

7.3.3. Angka Kesakitan Lansia (morbiditas)

Lanjut usia terlantar adalah seseorang yang berusia 60 (enam


puluh) tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya.
Kriteria lansia terlantar adalah :
a. Tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan
dan papan;
b. Terlantar secara psikis dan sosial;

Tabel 7.3.3.
Jumlah Lansia Terlantar Menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Jenis Kelamin
No Wilayah Perempuan
Laki-laki (L) Jumlah
(P)
1 Banjarmasin - 3.790 3.790
2 Banjarbaru - 270 270
3 Banjar - 2.113 2.113
4 Tapin 973 1.077 2.050
5 HSS 2.287 3.254 5.541
6 HST 350 250 600
7 HSU 201 456 657
8 Tabalong - 380 380
9 Batola 1.750 1.115 2.856
10 Tanah Laut - 1.016 1.016
11 Kotabaru 1.781 1.762 3.543
12 Balangan 876 Belum Terpilah
13 Tanah Bumbu 860 1.261 2.121
Jumlah 25.822
Sumber data: Dinsos Prov.Kalsel

7.4. Penyandang Disabilitas (Penda)

Penyandang disabilitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan


fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama dimana
ketika berhadapan dengan berbagai hambatan hal ini dapat mengalami
partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan
kesetaraan dengan yang lainnya.
Kriteria penyandang disabilitas yaitu :
a. Mengalami hambatan untuk melakukan suatu aktifitas sehari-hari;
b. Mengalami hambatan dalam bekerja sehari-hari;
c. Tidak mampu memecahkan masalah secara memadai;
d. Penyandang disabilitas fisik : tubuh, netra, rungu wicara;
e. Penyandang disabilitas mental : mental retardasi dan eks psikotik ; dan
f. Penyandang disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda;
96

7.4.1. Penda Menurut Jenis Kelamin

Tabel 7.4.1.
Jumlah Penda Menurut Jenis Kelamin
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Jenis Kelamin
No Wilayah Perempuan
Laki-laki (L) Jumlah
(P)
1 Banjarmasin - 1.123 1.123
2 Banjarbaru - 311 311
3 Banjar - 2.958 2.958
4 Tapin 475 447 922
5 HSS 956 641 1.597
6 HST 6.000 120 6.120
7 HSU 94 86 180
8 Tabalong - 1.064 1.064
9 Batola 2.185 668 2.853
10 Tanah Laut - 358 358
11 Kotabaru - 713 713
12 Balangan 304 Belum Terpilah
13 Tanah Bumbu 417 372 789
Jumlah 10.127 8.861 19.292
Sumber data: Dinsos Prov.Kalsel

7.5. Pengungsi Akibat Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Penanganan bencana yang terpenting adalah proses manajemen
bencana yang harus dilakukan yaitu tanggap darurat, rehabilitasi,
pencegahan/mitigasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Akibatdari bencana yang harus mendapatkan prioritas utama dalam
penangulangan bencana yaitu anak dan perempuan, karena anak adalah
masa depan bangsa dan penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang,
berpartisipasi. Perlindungan anak diberikan secara maksimal pada saat
bencana agar tumbuh dan berkembang anak secara fisik dan psikologis
tidak terganggu. Begitu pula perempuan harus dilindungi akibat bencana,
karena kelangsungan hidup manusia ada pada diri perempuan.
97

7.5.1.KorbanBencana Alam.
Secara umum bencana yang terjadi dapat digolongkan jadi dua
karakter yaitu bencana alam dan bencana sosial.Yang dimaksud dengan
bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa alam antara
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor (menurut UU No.24/2007 ttg
Penanggulangan Bencana).
Akar masalah terjadinya bencana alam dalam hubungan manusia
dengan alam dan terjadi secara mendadak atau perlahan secara bertahap,
dengan memberikan atau menunjukkan gejala awal sebelum terjadinya
bencana.
Korban bencana alam yang sering terjadi di Kalimantan Selatan
berupa banjir, angin topan (puting beliung) dan kabut asap akibat
pembakaran hutan/kebun.
Jumlah korban bencana alam yang tertera pada tabel 7.6.1 sebanyak
23.966 orang (laki-laki dan perempuan), data tersebut belum sepenuhnya
terpilah.
Tabel 7.5.1.
Jumlah Korban Bencana Alam
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Jenis Kelamin
No Wilayah Perempuan
Laki-laki (L) Jumlah
(P)
1 Banjarmasin - 1.080 1.080
2 Banjarbaru - - -
3 Banjar - 4.490 4.490
4 Tapin 752 831 1.583
5 HSS 1 - 1
6 HST 35 15 50
7 HSU 40 23 63
8 Tabalong - 30 30
9 Batola 423 Belum Terpilah
10 Tanah Laut - 9.325 9.325
11 Kotabaru - 523 523
12 Balangan 0 0
13 Tanah Bumbu 5.405 993 6.398
Jumlah 6.233 17.310 23.966
Sumber data: Dinsos Prov.Kalsel

7.5.2. Korban Bencana Sosial.


Bencana sosial diakibatkan oleh faktor manusia yaitu karena
adanya konflik kepentingan, ekonomi, geografis, agama sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana sosial melibatkan
sekelompok orang/warga dalam satu komunitas yang terikat karena
geografis, marga/ras atau agama. Akar masalah terjadi bencana sosial di
98

Kalimantan Selatan kebanyakan karena konflik kepentingan dan


ekonomi, disebabkan oleh tumbuh subur perkebunan kelapa sawit dan
pertambangan. Pada tabel 7.6.2. jumlah korban bencana menurut jenis
kelamin terlihat bahwa perempuan lebih banyak mengalami/ jadi korban
sebagai akibat bencana sosial.

Tabel 7.5.2.
Jumlah Korban Bencana Sosial
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013
Jenis Kelamin
No Wilayah
Laki-laki (L) Perempuan (P) Jumlah
1 Banjarmasin - - -
2 Banjarbaru - - -
3 Banjar - - -
4 Tapin 18 20 38
5 HSS 1 - 1
6 HST 85 30 115
7 HSU - - -
8 Tabalong - 72 72
9 Batola - - -
10 Tanah Laut - 149 149
11 Kotabaru - - -
12 Balangan 0 0
13 Tanah Bumbu 149 61 210
Jumlah 253 332 585
Sumber data: Dinsos Prov.Kalsel
99

BAB VIII
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

8.1. Kekerasan terhadap Perempuan


Kekerasan terhadap perempuan (KTP) merupakan suatu fakta sosial
yang tidak terbantahkan, karena ia (kekerasan) berada disekeliling kita
dalam kehidupan sehari-hari, berada dilingkungan rumah tangga,
lingkungan kerja, sekolah/perguruan tinggi, ditempat umum. Anggapan
bermula bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah hal yang biasa,
karena salah dari diri perempuan itu sendiri, dan masyarakat
berpandangan kalau ada terjadi kekerasan dalam lingkungan suatu
keluarga menjadi suatu yang aib/memalukan apabila diketahui oleh orang
lain diluar lingkungan rumah tangga.
Anggapan bahwa KTP merupakan suatu yang aib harus disimpan
rapat-rapat, telah mulai berubah dalam masyarakat tidak lepas dari
perjuangan panjang dari gerakan perempuan untuk menegakkan Hak
Asasi Perempuan, sebagai suatu hak yang harus dilindungi dan
ditegakkan.
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita dengan UU No.7 Tahun
1984, berarti Negara Indonesia secara de jure berkewajiban untuk
mengimplementasikan dan mengoperasionalisasikan berbagai ketentuan
dimaksud dalam bebagai kebijakan pemerintah.
Salah satu bentuk diskriminasi terhadap perempuan adalah KTP
yang terjadi diranah domestik yang disebut dengan kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) dan kekerasan diranah publik.
Pada tanggal 22 September 2004 diundangkan UU No.23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT),
sebagai suatu wujud nyata dari komitmen Pemerintah dalam upaya
penegakkan HAM dan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan.
Pengertian kekerasan terhadap perempuan menurut Rencana Aksi
Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (RAN-PKTP) adalah
setiap tindakan yang melanggar, menghambat, meniadakan kenikmatan
dan pengabaian hak asasi perempuan atas dasar gender. Dapat
mengakibatkankerugian dan penderitaan terhadap perempuan disepanjang
hidupnya baik secara fisik, seksual dan psikis termasuk ancamannya,
paksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakatarakat maupun bernegara.
UU RI No.23 Tahun 2004 tentang PKDRT dalam pasal 1(1) yang
dimaksud dengan kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
100

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau


penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.

8.1.1.KorbanKekerasan terhadap Perempuan Menurut Umur.

Indikator umur memegang peranan penting dalam menangani KTP


karena, dilihat dari umur akan diketahui masalah kekerasan terhadap
anak atau mereka yang telah dewasa. Bagi korban yang berusia dibawah
18 tahun termasuk dalam kelompok anak, maka penerapan hukum yang
digunakan yaitu UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
terhadap pelaku, namun korban yang telah dewasa penerapan hukum
pada pelaku didasarkan pada tindak pidana yang dilakukan, misal
kekerasan dalam rumah tangga diberlakukan UU No.23/2004 tentang
PKDRT, perdagangan orang diterapkan UU No.21/2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Pada tabel 8.1.1. menggambarkan bahwa rentang umur korban
kekerasan terhadap perempuan yang tertinggi pada umur 25 tahun keatas
sebanyak 77 orang (62,69 persen),rentang umur antara 18-25 tahun53
orang (25,98 persen)serta rentang umur 0<18 tahun berjumlah 74 orang
s,(36,27 persen). Korban KTP yang telah dewasa terindikasi tingginya
korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tabel8.1.1.
Korban Kekerasan Terhadap PerempuanMenurut Umur
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Kelompok Umur
No Wilayah Hukum Anak Remaja 25 Tahun Total
(0<18 Tahun) (18-<25 Tahun) ke atas
1. Polda Kalsel 3 7 12 22
Polresta
2. 9 2 7 18
Banjarmasin
Polres
3. 0 4 0 4
Banjarbaru
4. Polres Banjar 0 1 5 6
5. Polres Tapin 11 2 2 15
6. Polres HSU 1 1 5 7
7. Polres HST 2 3 3 8
8. Polres HSS 13 2 0 15
9. PolresBalangan 5 1 1 7
10. Polres Tabalong 1 5 3 9
11. Polres Tala 18 6 11 35
12. Polres Tanbu 1 5 3 9
13. Polres Kotabaru 2 12 24 38
14. Polres Batola 8 2 1 11
Total 74 53 77 204

Sumber data : UPPA Polda Kalsel


Umur: Anak (0<18 Tahun), Remaja (18-<25 Tahun); dan (25 Tahun ke atas)
101

8.1.2. Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan seseorang khususnya korban sangat penting
dijadikan indikator KTP, dengan mengetahui seberapa besar/banyak
tingkat pendidikan KTP akan memeberikan gambaran pada pengambil
kebijakan/pengambil keputusan pada kelompok mana yang akan
dilakukan intervensi dalam penanganan KTP, dari aspek regulasi, anggaran
dan program-program apa yang akan dilakukan.
Pada tabel 8.1.2. dibawah ini memperlihatkan yang terbanyak
pendidikan SMA/sedrajat sebanyak 90 KTP (45,91 persen), diikuti oleh
pendidikan SMP/sederajat sebanyak 64 KTP (32,65 persen) dan rangking
ketiga yaitu lulusan perguruan tinggi 18 KTP (9,18 persen).
Tabel 8.1.2.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Tingkat Pendidikan
Wilayah Tidak/B Belum SD/ SMP/ SMA/ Pergu
No Total
Hukum elum Tamat Sedera Sedera Sedera ruan
Sekolah SD jat jat jat Tinggi
1 Polda Kalsel - - 1 5 7 9 27
Polresta
3 2 1 2 10 - 18
2 Banjarmasin
Polres
- - - - 4 - 4
3 Banjarbaru
Polres
- - - 3 2 1 6
4 Banjar
5 Polres Tapin - - - - 1 - 1
6 Polres HSU - - - 3 3 1 7
- - - 2 3 3 8
7 Polres HST
3 - - 12 - - 15
8 Polres HSS
Polres
1 1 2 4 - - 8
9 Balangan
Polres
10 - - - 3 5 1 9
Tabalong
11 Polres Tala - - 1 20 14 - 35
Polres
12 - - - 3 5 1 9
Tanbu
Polres
13 - - - 5 31 2 38
Kotabaru
Polres
14 - - 2 2 7 - 11
Batola
Total 5 3 7 64 90 18 196
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
102

8.1.3. Korban Kekerasan terhadap PerempuanMenurut Pekerjaan


Pada tabel 8.1.3. memperlihatkan bahwa perempuan yang bekerja
pada keluarga, dan perempuan sebagai buruh/karyawan/pegawai
jumlahnya sama besar yaitu masing-masing sebesar 93 KTP (60,38 persen)
dan pelajar sebanyak 35 KTP (22,72 persen).
Dari tabel dibawah ini menggambarkan bahwa tingginya perempuan
yang bekerja pada keluarga sangat rentan mengalami kekerasan, pada
umunya perempuan yang bekerja pada keluarga, tidak di gajih, sifatnya
membantu suami atau orang tua. Posisi korban sangat lemah secara
psikologis maupun ekonomi, oleh sebab itu rentan jadi obyek kekerasan.
Tabel8.1.3.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Status Pekerjaan
Berusaha Peke
dibantu Berusah Pekerja rja
Wilayah Buruh/ Pekerja
No Berusah buruh a bebas kelu Total
Hukum Karyawa bebas di Pelaj
a sendiri tidak dibantu di non arga
n/Pegaw pertania ar
tetap/bur buruh pertani
ai n
uh tidak tetap an
dibayar

6 5 - 7 - - - - 18
1 Polda Kalsel
Polresta
1 - - 3 - - - 6 10
2 Banjarmasin
Polres
- - - 4 - - - - 4
3 Banjarbaru
4 Polres Banjar 1 - - 1 1 - 3 - 6
- - - - - - - - -
5 Polres Tapin
6 Polres HSU - - - 4 1 - 1 1 7
7 Polres HST - - - - - - - - -
- - - - - - - - -
8 Polres HSS
Polres
- - - 7 - - - - 7
9 Balangan
Polres
10 - - - 3 - - 6 - 9
Tabalong
11 Polres Tala - - - 35 - - - - 35
- - - 3 - - 6 - 9
12 Polres Tanbu
Polres
13 - - - 19 1 - 15 3 38
Kotabaru
14 Polres Batola - - - 7 - - 4 - 11
Total 8 5 - 93 3 - 35 10 154

Sumber data : UPPA Polda Kalsel

8.1.4. Korban Kekerasan terhadap Perempuan Menurut Status Perkawinan

Berdasarkan tabel 8.1.4. bahwa status perkawinan KTP yang


terbanyak/tertinggi yaitu 114 KTP (58,16 persen) telah kawin, hanya 78
KTP (39,79 persen) yang belum kawin dalam arti korban berstatus sebagai
pelajar dan sudah tamat SMA tetapi belum kawin.
Begitu tingginya KTP yang berada dalam lembaga perkawinan
mengisaratkan belum tercapainya kesetaraan dan keadilan gender dalam
lembaga perkawinan, budaya patriarkhi masih kuat mengakar dalam
masyarakat.
103

Tabel 8.1.4.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Status Perkawinan di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014
Status Perkawinan
No Wilayah Hukum Total
Belum Kawin Kawin Cerai
1 Polda Kalsel 6 11 4 21
Polresta
10 8 - 18
2 Banjarmasin
Polres
4 - - 4
3 Banjarbaru
4 Polres Banjar 6 - - 6
5 Polres Tapin 11 2 - 13
6 Polres HSU - 5 - 5
7 Polres HST - 15 - 15
8 Polres HSS 5 - - 5
5 2 - 7
9 Polres Balangan
10 1 8 - 9
Polres Tabalong
11 Polres Tala 18 17 - 35
12 Polres Tanbu 1 8 - 9
13 Polres Kotabaru 5 33 - 38
14 Polres Batola 6 5 - 11
Total 78 114 4 196
Sumber data : UPPA Polda Kalsel

8.1.5. Korban Kekerasan terhadap Perempuan menurut Jenis Kekerasan

Kekerasan fisik yang dialami oleh KTP yang tertinggi sebanyak 110
KTP (44 persen) dibandingkan dengan jenis kekerasan yang lainnya,
disusul kekerasan seksual yang dialami oleh KTP sebanyak 99 KTP (40
persen), kekerasan psikis sebanyak 19 KTP (8 persen), penelantaran
ekonomi 5 KTP (2 persen dan lainnya sebanyak 14 KTP (6 persen). Secara
biologis, perempuan sangat rentan menjadi obyek kekerasan fisik dan
seksual karena pelaku mempunyai kekuatan fisik yang lebih kuat.
104

Tabel 8.1.5.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Jenis Kekerasan di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
2014

Wilayah Jenis Kekerasan


No Total
Hukum Fisik Psikis Seksual TPPO Penelantaran Lainnya
1 Polda Kalsel - 16 4 - 4 - 24
Polresta 18 - 17 - - - 35
2 Banjarmasin
Polres 15 - 5 - - 5 25
3 Banjarbaru
Polres
5 - 1 - - - 6
4 Banjar
5 Polres Tapin 2 3 8 1 - 1 15
6 Polres HSU - - 3 - - - 3
7 Polres HST 1 - 7 - - - 8
8 Polres HSS - - 15 - - - 15
Polres
2 - 5 - - - 7
9 Balangan
Polres
10 8 - 1 - - - 9
Tabalong
11 Polres Tala 15 - 19 - 1 8 43
Polres
12 8 - 1 - - - 9
Tanbu
Polres
13 34 - 4 - - - 38
Kotabaru
Polres
14 2 - 9 - - - 11
Batola
Total 110 19 99 1 5 14 248
Sumber data : UPPA Polda Kalsel

8.1.6.Tempat Kejadian

Dihubungkan tabel 8.1.1. dan 8.1. 2. serta 8.1.4. menunjukkan KTP


sebagai akibat kekerasan dalam rumah tangga, tetapi dilihat dari tempat
kejadian justru hanya 40 persen terjadi dalam rumah tangga, selebihnya
60 persen terjadi kekerasan ditempat lainnya, dalam arti bisa terjadi
dilingkungan sekolah, lingkungan rumah, rumah teman/pacar/keluarga,
hotel/losmen, diruang publik atau fasilitas publik.
105

Tabel 8.1.6.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Tempat Kejadian di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Tempat Kejadian
No Wilayah Hukum Rumah Tempat Total
Lainnya
Tangga Kerja
1 Polda Kalsel 16 - 6 22
2 Polresta Banjarmasin 14 - 4 18
3 Polres Banjarbaru 1 - 1 2
4 Polres Banjar 5 - - 5
2 - 13 15
5 Polres Tapin
6 Polres HSU 1 - 2 3
7 Polres HST 2 - 6 8
8 Polres HSS - - 15 15
9 Polres Balangan 2 - 5 7
10 Polres Tabalong 2 - - 2
11 Polres Tala 15 - 18 33
12 Polres Tanbu 2 - 7 9
13 Polres Kotabaru 10 - 28 38
14 Polres Batola 3 - 8 11
Total 75 - 113 188
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
106

8.1.7. Jenis Pelayanan yang diberikan

Tabel8.1.7.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Jenis Pelayanan yang Diberikan
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Jenis pelayanan yang diberikan
Wilayah Penang Pelaya Penegakan
No Rehabili- Pemulangan Total
Hukum anan nan dan
tasi &
Pengad Keseh Bantuan
Sosial Reintegrasi
uan atan Hukum
21 1 - - - 22
1 Polda Kalsel
Polresta
18 - - - - 18
2 Banjarmasin
Polres
- - - 2 - 2
3 Banjarbaru
6 - - - - 6
4 Polres Banjar
5 Polres Tapin 15 - - - - 15
6 Polres HSU 7 - - - - 7
7 Polres HST 8 - - - - 8
8 Polres HSS 15 - - 15 - 30
Polres
- - - 7 - 7
9 Balangan
Polres
10 9 - - - - 9
Tabalong
11 Polres Tala 47 - - 33 2 82
12 Polres Tanbu 9 - - - - 9
Polres
38 - - - - 38
13 Kotabaru
14 Polres Batola 11 - - - - 11
Total 204 1 - 57 2 258
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
107

8.1.8.Frekuensi Kekerasan
Tabel 8.1.8.
Korban Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Frekuensi Kekerasan di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Frekuensi Kekerasan
No Wilayah Hukum Total
Baru Berulang Rujukan

18 - 3 21
1 Polda Kalsel
Polresta
18 - - 18
2 Banjarmasin
Polres
4 1 - 5
3 Banjarbaru
4 Polres Banjar 6 - - 6
5 Polres Tapin - 3 - 3
6 Polres HSU 7 - - 7
7 Polres HST 8 - - 8
8 Polres HSS 15 - - 15
9 Polres Balangan 7 - - 7
10 9 - - 9
Polres Tabalong
11 Polres Tala 47 1 - 48
12 Polres Tanbu 9 - - 9
13 Polres Kotabaru 38 - - 38
14 Polres Batola 11 - - 11
Total 197 5 3 205
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
108

8.2. PelakuKekerasan terhadap Perempuan.

Dimaksud dengan pelaku adalah setiap orang yang diduga/dapat


diduga melakukan tindak pidana kekerasan terhadap perempuan. Dalam
UU No.23/2002 tentang Perlindungan anak dan UU No.23/2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, mengelompokkan
kekerasan yang terdiri dari kekerasan fisik, psikis, seksual dan
penelantaran ekonomi.

8.2.1.Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan menurut Pendidikan

Dilihat dari aspek pendidikan pelaku yang tertinggi adalah pada level SMA
atau sederajat sebesar 64,75 persen dan SMP atau sederajat ada 22,02
persen serta SD yaitu 4,40 persen.
Ditinjau dari sisi jenis kelamin yang melakukan kekerasan terhadap
perempuan yaitu laki-laki sekitar 96,03 persen dan perempuan sebanyak
3,52 persen.
Tabel 8.2.1.
Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014

Belum SD/ Perguru


Tidak/Belu SMP/ SMA/
Wilayah Tamat Sederaj an
No m Sekolah Sederajat Sederajat
Hukum SD at Tinggi
L P L P L P L P L P L P

1 Polda Kalsel - - - - - - 2 - 13 1 5 -
Polresta
- - - - 1 - - - 11 2 - -
2 Banjarmasin
Polres
- - - - - - - - 2 - - -
3 Banjarbaru
4 Polres Banjar - - 3 - - 1 5 1 2 - 1 -
5 Polres Tapin - - - - - - - - - - - -
6 Polres HSU - - - - - - 3 - 4 - - -
7 Polres HST - - - - 4 - 2 - 2 - - -
8 Polres HSS 3 - - - - - 1 - 11 - - -
Polres
- - - - - - 1 - 3 - - -
9 Balangan
Polres
10 - - - - - - 1 - 8 - - -
Tabalong
11 Polres Tala - - - 1 - - 20 - 14 - - -
12 Polres Tanbu - - - - - - 1 - 8 - - -
Polres
- - - - - - 12 - 24 2 - -
13 Kotabaru
14 Polres Batola - - - - 5 - 2 - 45 - - -
Total 3 - 3 1 10 1 50 1 147 5 6 -
Sumber data: UPPA Polda Kalsel
109

8.2.2.Pelaku kekerasan terhadap perempuan menurut status Pekerjaan

Berdasarkan status pekerjaan dari pelaku KTP, yang terbanyak


dalam klasifikasi pengelompokan pekerjaan adalah sebagai
buruh/karyawan/pegawai dan berusaha sendiri, masing-masing sebesar
53,57 persen dan 33,16 persen, sementara pekerja bebas di pertanian
(4,08 persen) dan pekerja bebas non pertanian (3,06 persen).
Dari data ini terlihat ada perbedaan yang sangat tajam mengenai
kemandirian pelaku antara kelompok usaha sendiri dan
buruh/karyawan/pegawai dengan kelompok pekerja bebas dipertanian
dan pekerja bebas non pertanian. Berarti kemandirian pelaku dapat
dijadikan indikator yang tinggi untuk melakukan kekerasan.

Tabel 8.2.2.
Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Status Pekerjaan di Provinsi Kalimantan
Tahun 2014

Berusaha
dibantu
Berusaha Pekerja Pekerja
buruh Buruh/K
Berusaha dibantu bebas di bebas di Pekerja
tidak aryawan/
No Wilayah sendiri buruh pertania non keluarga
tetap/bur Pegawai
tetap n pertanian
uh tidak
dibayar
L P L P L P L P L P L P L P

1 Polda Kalsel 3 - - - - - 7 - - - - - - -
Polresta
2 6 4 - - - - 6 1 - - - - - -
Banjarmasin
Polres
3 5 - - - - - 2 - - - - - 1 -
Banjarbaru
4 Polres Banjar - - - - - - 6 - - - - - - -
5 Polres Tapin 15 - - - - - 9 - 2 - - - 1 1
6 Polres HSU 3 - - - - - 4 - - - - - - -
7 Polres HST 3 - - - - - 1 - - - 4 - - -
8 Polres HSS 1 - - - - - 5 - - - - - - -
Polres
9 4 - - - - - - - 1 - 2 - - -
Balangan
10 Polres
4 - - - - - 5 - - - - - 1 -
Tabalong
11 Polres Tala - - - - - - 31 1 - - - - - -
12 Polres Tanbu 4 - - - - - 5 - - - - - - -
Polres
13 13 - - - - - 23 1 - - - - 1 -
Kotabaru
14 Polres Batola 4 - - - - - 1 - 5 - - - - -
Total 65 4 - - - - 105 3 8 - 6 - 4 1

Sumber data : UPPA Polda Kalsel


110

8.2.3.Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan menurut Hubungan dengan


Korban
Ada tiga kelompok besar yang menjadi pelaku KTP yang terdiri dari
lainnya, suami, orang tua, keluarga, yang masuk kelompok lainnya yaitu
pacar, teman (dilingkungan sekolah atau diluar lingkungan sekolah),
tetangga, orang yang tidak dikenal, guru).
Kelompok yang paling besar berkontribusi melakukan kekerasan
terhadap perempuan yaitu kelompok lainnya sebesar 62,56 persen, diikuti
oleh kelompok suami sekitar 32,08 persen.

Tabel 8.2.3.
Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Hubungan dengan Korban di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014

Hubungan dengan Korban


No Wilayah Orang Tua Keluarga Suami Lainnya
L P L P L P
1 Polda Kalsel 1 - 1 - 13 - 6 -
Polresta
2 1 - 1 - 12 - 1 3
Banjarmasin
Polres
3 - - - - 1 - 1 -
Banjarbaru
4 Polres Banjar - - - - 1 - 5 -
5 Polres Tapin - - - - 2 - - -
6 Polres HSU - - - - - - 7 -
7 Polres HST - - - - 1 - 7 -
8 Polres HSS - - - - - - 15 -
9 Polres Balangan - - - - 1 - 6 -
10 Polres Tabalong - - - - 1 - 8 -
11 Polres Tala 1 - 1 - 16 - 16 -
12 Polres Tanbu - - - - 1 - 8 -
13 Polres Kotabaru 1 - - - 9 - 28 -
14 Polres Batola - - - - 2 - 9 -
Total 4 - 3 - 60 - 117 3
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
111

8.2.4. Pelaku Kekerasan terhadap Perempuan menurut Kewarganegaraan

Data yang terekam di PPA Polda Kalimantan Selatan, seratus persen


sebagai terlapor melakukan KTP adalah warga negara Indonesia, karena
penduduk yang tinggal di wilayah Kalimantan Selatan sebagai besar warga
negara Indonesia, maka kemungkinan warga negara asing melakuklan
kekerasan pada perempuan sangat kecil, yang terdiri dari 95,95 persen
pelaku KTP adalah laki-laki dan 4,04 persen pelaku KTP adalah
perempuan.

Tabel 8.2.4.
Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan
Menurut Hubungan dengan Korban di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
2014

Kebangsaan
No. Wilayah Indonesia Asing
L P L P
1 Polda Kalsel 20 1 - -
2 Polresta Banjarmasin 15 3 - -
3 Polres Banjarbaru - - - -
4 Polres Banjar 6 1 - -
5 Polres Tapin 15 - - -
6 Polres HSU 7 - - -
7 Polres HST 8 - - -
8 Polres HSS 15 - - -
9 Polres Balangan 7 - - -
10 9 - - -
Polres Tabalong
11 Polres Tala 8 - - -
12 Polres Tanbu 9 - - -
13 Polres Kotabaru 36 2 - -
14 Polres Batola 11 - - -
Total 166 7 - -
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
112

BAB IX
TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING)

Pemerintah Indonesia telah mengesahkan UU No.21 Tahun 2007 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (UU PTPPO), pada tanggal 19
April 2007. Praktek-praktek perdagangan orang telah lama berlangsung di negara
kita, namun landasan hukum yang ada tidak memadai untuk penanganan dan
proses hukum dalam tidak pidana perdagangan orang, oleh sebab itu diterbitkan
UU PTPPO yang menjadi payung hukum yang memadai dalam upaya
pemberantasan TPPO.
Dalam penjelasan UU PTPPO menyatakan perdagangan orang adalah
bentuk modern dari perbudakan manusia. Perdagangan orang juga merupakan
salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat
manusia.
Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampubgan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan
di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau
mengakibatkan orang tereksploitasi.
Perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan menjadi korban
tindak perdagangan orang. Korban diperdagangkan tidak hanya untuk tujuan
pelacuran, atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, tetapi juga mencakup bentuk
eksploitasi lain, misalnya kerja paksa, atau pelayanan paksa, perbudakan, atau
praktek serupa perbudakan.
Pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang
merupakan tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan
keluarga. Untuk mewujudkannya diperlukan langkah-langkah yang
komprehensif dan terpadu dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan
perdagangan orang misalnya dibuat Perda tentang perdaghangan orang serta
dibentuk gugus tugas.

9.1. Korban Perdagangan Orang Menurut Umur

Kelompok yang rentan jadi korban perdagangan orang pada


umumnya kelompok perempuan dan anak, pada tabel 9.1. menunjukkan
ada sebanyak 1 korban (100 persen) perempuan yang berusia diatas 18
(delapan belas) tahun.
113

Tabel 9.1.
Jumlah Korban Perdagangan Orang Menurut Umur
Di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
KELOMPOK UMUR
0 - 18 Thn >18 Thn TOTAL
NO. KAB./KOTA
(Anak) (Dewasa)
L P L P L P
1 Polda Kalsel - - - - - -
2 Polresta Banjarmasin - - - - - -
3 Polres Banjarbaru - - - - - -
4 Polres Banjar - - - - - -
5 Polres Tapin - - - 1 - 1
6 Polres HSU - - - - - -
7 Polres HST - - - - - -
8 Polres HSS - - - - - -
9 Polres Balangan - - - - - -
10 Polres Tabalong - - - - - -
11 Polres Tala - - - - - -
12 Polres Tanbu - - - - - -
13 Polres Kotabaru - - - - - -
14 Polres Batola - - - - - -
Total - - - 1 - 1
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
114

BAB X
PERLINDUNGAN, TUMBUH KEMBANG ANAK

10.1. Anak Berhadapan Dengan Hukum

Anak berhadapan dengan hukum (ABH) adalah anak yang berkonflik


dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang
menjadi saksi tindak pidana (pasal 1 (2) UU No.11/2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak), dengan demikian ABH terdiri dari anak yang
melakukan tindak pidana atau diduga melakukan tindak pidana, anak
sebagai korban tindak pidana dan anak sebagai saksi tindak pidana.
Anak yang berkonflik dengan hukum (sebagai pelaku tindak pidana)
adalah anak yang telah berusia 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun dan diduga melakukan tindak pidaana.
Anak sebagai korban tindak pidana adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang mengalami yang mengalami penderitaan fisik,
mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan tindak pidana. Anak
yang menjadi saksi tindak pidana adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau
dialaminya sendiri.
Menurut pasal 59 UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa anak berhadapan dengan hukum berhak untuk
mendapatkan perlindungan khusus dari pemerintah dan masyarakat.
Perlindungan khusus dimaksud meliputi (a) diperlakukan secara
manusiawi, (b) menyediakan petugas pendamping anak, (c) penyediaan
sarana dan prasarana, (d) penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan
yang terbaik bagi anak, (e) pemantauan dan pencatatan terus menerus
terhadap perkembangan anak, (f) pemberian jaminan untuk
mempertahankan hubiungan dengan orang tua atau leluarga, dan (g)
perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk
menghindari labelisasi.
Data anak yang berkonflik dengan hukum sebagai mana terurai
berikut dibawah ini.
115

10.1. 1. Korban Kekerasan Terhadap Anak


Kekerasan terhadap anak (KTA) adalah segala bentuk perbuatan atau
tindakan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, mental/emosi/psikologis dan
penelantaran termasuk ancaman, pemaksaan, dan merendahkan martabat.
Bentuk-bentuk KTA diantaranya adalah :
1. Kekerasan seksual ; sebutan lain perlakuan salah secara seksual
meliputi eksploitasi seksual komersil termasuk penjualan anak untuk
tujuan prostitusi dan pornografi. Juga dapat dikenali dalam bentuk
perlakuan pra-kontak seksual seperti mengeluarkan kata-kata
membentak, memarahi, dan memaki anak dengan cara berlebihan dan
merendahkan martabat anak, termasuk mengeluarkan kata-kata kotor
yang tidak patut didengarkan anak, mengancam, memaksa,
memperlihatkan gambar/film porno yang mengakibatkan kecemasan,
ketakutan, stres, tertekan, perilaku agresif, malu, minder, dan menarik
diri. sentuhan, gambar maupun memperlihatkan alat kelamin. Kekerasan
seksual juga dikenali dalam bentuk kontak seksual seperti perkosaan,
pencabulan, pemaksaan seksual, sodomi, oral seks, pelecehan seksual,
dicium maupun perbuatan incest.
2. Kekerasan Fisik ; adalah segala bentuk perbuatan atau tindakan meliputi
pemukulan dengan benda keras, penyiksaan, penganiayaan, menjewer,
menendang, menyundut dengan api rokok, menyiramkan air panas dan
segala perbuatan lainnya yang mengakibatkan memar, lecet, luka-luka,
lebam, luka bakar, cacat fisik bahkan meninggal dunia.
3. Kekerasan psikis ; dikenal dengan sebutan kekerasan emosional, mental
atau kekerasan verbal. Kekerasan ini umumnya dilakukan dalam bentuk
perbuatan atau tindakan seperti menghardik, membentak, memarahi, dan
memaki anak dengan cara berlebihan dan merendahkan martabat anak,
termasuk mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak patut didengarkan
anak, mengancam, memaksa, memperlihatkan gambar/film porno yang
mengakibatkan kecemasan, ketakutan, stres, tertekan, perilaku agresif,
malu, minder, dan menarik diri.
4. Penelantaran atau Perlakuan buruk ; adalah segala sikap dan perlakuan
yang menghambat proses tumbuh kembang anak serta membiarkan anak
dalam situasi kurang gizi, tidak mendapat perawatan, kesehatan yang
memadai, memaksa anak menjadi pengemis, dikucilkan, ditolak
kehadirannya, mendorong dan memaksa anak menjadi anak jalanan,
buruh pabrik, pembantu rumah tangga, pemulung dan jenis-jenis
pekerjaan lain yang dapat membahayakan tumbuh kembang anak.
5. Kekerasan bentuk lain ; adalah segala tindakan, perbuatan, seperti
perdagangan anak, jual beli anak, melalui perekrutan, pengangkutan
116

antar daerah dan negara, pemindahtanganan untuk tujuan pelacuran,


adopsi illegal, penjualan organ tubuh, penculikan, perbudakan, dipaksa
kawin usia dini, pelibatan anak dalam produksi dan perdagangan obat
terlarang dll.
Dilihat dari jumlah korban KTA menurut data dari PPA Polda Kal-Sel,
jumlah korban KTA sebanyak 148 anak, dan korban KTA tertinggi ada di
Polrestala yaitu 17,56 persen, diikuti Polres Kotabaru yaitu sebesar 16,21
persen pada posisi ranking kedua, serta menduduki rangking ketiga
adalah Polresta Banjarmasin yaitu 15,54 persen. Dilihat dari jenis
kekerasan yang dilakukan terhadap anak yaitu 59,45 persen merupakan
kekerasan seksual, selanjutnya 29,72 persen kekerasan fisik, dan
terakhir ada 5,40 persen kekerasan psikis.
Berdasarkan jenis kelamin yang jadi korban kekerasan adalah anak
perempuan sebanyak 85,1 persen dan anak laki-laki 25,58 persen.
Tabel 10.1.
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak
Menurut Jenis Kekerasan dan Jenis Kelamin di Indonesia Tahun 2014

Jenis Kekerasan
Wilayah
No Fisik Psikis Seksual Eksploitasi Penelantaran Lainnya Total
Hukum
L P L P L P L P L P L P
1. Polda Kalsel - 1 - 1 - 2 - - - - - - 4
Polresta
2. 7 15 - - 1 - - - - - - - 23
Banjarmasin
Polres
3. - - - - - 17 - - - - - 3 20
Banjarbaru
Polres
4. 7 2 - 1 - 9 - - - - - - 19
Banjar
5. Polres Tapin 1 - - - - 8 - - - - - - 9
6. Polres HSU - - - - - 3 - - - - - - 3
7. Polres HST - - - - - 1 - - - - - 1 2
8. Polres HSS - - - - - 4 - - - - - - 4
Polres
9. - - - - - 5 - - - - - - 5
Balangan
Polres
10. - - - 1 - 2 - - - - - - 3
Tabalong
11. Polres Tala - 2 - 1 - 19 - 1 - 1 1 1 26
Polres
12. - 2 1 1 - 2 - - - - - - 6
Tanbu
Polres
13. 4 3 - 2 - 15 - - - - - - 24
Kotabaru
Polres
14. Batola - - - - - - - - - - - - -

Total 19 25 1 7 1 87 - 1 - 1 1 5 148
Sumber data : UPPA Polda Kalsel
117

10.1.2. Korban KTA Menurut Tempat Kejadian.

Kehidupan sosial anak pada saat sekarang ini dirasakan tidak aman
dimanapun ia berada, tanpa pendampingan dan pemantauan dari orang
tua/wali/keluarga.Setiap saat KTA selalu membayang-bayangi anak, oleh
karena itu perlindungan terhadap anak sangat penting dilakukan, salah
satu faktor penting kita ketahui ranah mana yang menjadi prioritas untuk
diperhatikan agar tidak terjadi KTA.
Tempat kejadian yang tertinggi terjadi KTA adalah lingkungan sekitar
48,27 persen, dan rumah ada 32,41 persen. Yang dimaksud dengan
lingkungan meliputi, lingkungan sekitar rumah tempat tinggal, lingkungan
sekitar komunitas anak-anak berada yaitu fasilitas umum seperti taman,
dipinggir jalan yang sepi, dilingkungan dekat sekolah mereka. Kejadian di
rumah bisa terjadi di rumah tempat tinggal orang tua, rumah pacar, rumah
teman, dirumah kosong tanpa penghuni dan rumah keluarga serta
dirumah pelaku.
Tabel 10.1.2.
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak
Menurut Tempat KejadianTahun 2014
Wilayah Tempat Kejadian
No Total
Hukum Rumah Lingkungan Sekolah Lainnya

1 Polda Kalsel 1 - 1 - 2
Polresta
2 - 21 - - 21
Banjarmasin
Polres
3 8 1 1 - 10
Banjarbaru
4 Polres Banjar 6 6 - - 12

5 Polres Tapin 3 11 1 - 15
6 Polres HSU 1 2 - - 3

7 Polres HST 2 - - - 2
8 Polres HSS 1 1 - 2 4
Polres
9 1 - - 4 5
Balangan
Polres
10 1 2 - - 3
Tabalong
11 Polres Tala 12 7 - 19 38
12 Polres Tanbu 2 4 - - 6
Polres
13 9 15 - - 24
Kotabaru
14 Polres Batola - - - - -
Total 47 70 3 25 145
Sumber data: UPPA Polda Kalsel
118

10.1.3.Sifat Lembaga Layanan Yang Menangani Korban KTA.

Menurut pasal 59 UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak


menyatakan bahwa anak berhadapan dengan hukum berhak untuk
mendapatkan perlindungan khusus dari pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah pusat dan daerah wajib memberikan perlindungan khusus,
sementara bagi masyarakat bukan merupakan kewajiban tapi
masyarakat dapat berperan serta memberikan perlindungan KTA secara
perorangan atau dalam bentuk berbadan hukum.
Institusi/ kelembagaan yang tersedia di masyarakat yang di bangun
oleh pemerintah dan masyarakat dengan misi memberikan perlindungan
pada ABH, dapat diakses oleh semua orang yang sedang mengalami anak
atau keluarga mereka sedang berkonflik dengan hukum.
Pada tabel 10.1.3 terpapar lembaga-lembaga layanan terhadap ABH,
Unit PPA ada diseluruh Polresta/Polres Kabupaten/Kota, Pusat Pelayana
Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A)
ada diseluruh Kabupaten/Kota, Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
hanya ada di tingkat Provinsi Kal-Sel dan dibawah kewenangan Dinsos
Provinsi Kal-Sel, Rumah Pelayanan Trauma Center (RPTC), Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) ada ditingkat Provinsi, Kota Banjarmasin, Kota
Banjarbaru, Hulu Sungai Tengah dan Kotabaru, Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum untuk Wanita dan Keluarga merupakan organisasi yang
peduli tentang masalah anak yang berbasis masyarakat.
Tabel 10.1.3.
Lembaga yang Menangani Anak Korban Kekerasan
MenurutSifat Lembaga Layanan Tahun 2014
di Provinsi Kalimantan Selatan

Provinsi/Kabupaten Lembaga Sifat Lembaga Layanan


No
Kota Layanan Satu Atap Berjejaring

Provinsi/Kabupaten √
1 UPPA
Kota
Provinsi/Kabupaten
2 P2TP2A
Kota √

3 Provinsi RPSA

4 Provinsi RPTC
Shelter/Rumah √
5
Singgah
Provinsi/Kabupaten
6 LPA √
Kota
Provinsi/Kabupaten LKBHuWK V
7
Kota
Sumber data: Unit yang menangani perempuan dan anak
119

10.1.4.Jenis Layanan
Tabel. 10.1.4.
Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Menurut Jenis pelayanan yang
Diberikan dan Jenis KelaminTahun 2014
Jenis pelayanan yang diberikan
Penegakan
Provinsi/Kabupaten/ Pemulangan
No Penanganan Pelayanan Rehabilitasi dan
Kota &
Pengaduan Kesehatan Sosial Bantuan
Reintegrasi
Hukum
L P L P L P L P L P
1 Polda Kalsel 1 3 - - - - - - - -
2 Polresta Banjarmasin 8 13 - - - - - - - -
3 Polres Banjarbaru - - - - - - - 4 - -
4 Polres Banjar - 12 - - - - - - - -
5 Polres Tapin 1 10 - - - - - - - -
6 Polres HSU - 6 - - - - - - - -
7 Polres HST - 2 - - - - - - - -
8 Polres HSS - 4 - - - - - 4 - -
9 Polres Balangan - - - - - - - 5 - -
10 Polres Tabalong - 3 - - - - - - - -
11 Polres Tala 1 1 - 35 - - - - - 1
12 Polres Tanbu 1 5 - - - - - - - -
13 Polres Kotabaru 4 20 - - - - - - - -
14 Polres Batola - - - - - - - - - -
Total 16 - 35 - - - 13 - 1
Sumber data : UPPA Polda Kalsel

10.1.5.Pelaku KTA.
Pelaku KTA adalah setiap orang yang melakukan perbuatan
kekerasan (fisik, psikis, seksual dan ekonomi) pada anak. Pelaku KTA
orang-orang yang berada disekitar anak yang jadi korban kekerasan
yaitu keluarga yang tinggal serumah dengan korban (misal orang tua,
saudara), tetangga, orang-orang yang ada di lingkungan sekolah ( guru,
siswa, tenaga administrasi, satpam, cleaning service), tempat lain-lain
maksudnya teman korban dan teman keluarga korban, pacar atau
teman pacar, orang yang baru dikenal melalui IT.
Dilihat dari jenis kelamin pelaku KTA adalah 99,23 persen laki-
laki, dan dihubungkan dengan tabel 10.1.1. sebanyak 59,45 persen
adalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh laki-laki. Ditinjau dari
tempat kejadian KTA yang tertinggi ditempat lainnya yaitu diluar
lingkungan rumah tangga sebanyak 62,56 persen.
120

Tabel 10.1.5.1.
Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Menurut Jenis kelamin
Tahun 2014

Hubungan Pelaku
Provinsi/Kabupaten Petugas di
No Lainnya
/Kota Orang Tua Keluarga Tetangga sekolah
Sebutkan
(Guru dll)
L P L P L P L P L P
1 Polda Kalsel 1 - - - - - - - 8 -
Polresta
2 - - - - - - - - 21 -
Banjarmasin
3 Polres Banjarbaru 1 - - - - - - - 8 -
4 Polres Banjar - - - - - - - - 12 --
5 Polres Tapin - - - - - - 1 - - -
6 Polres HSU - - - - 1 - - - 2 -
7 Polres HST 2 - - - - - - - - -
8 Polres HSS - - - - 1 - - - 3 -
9 Polres Balangan - - - - - - - - 3 -
10 Polres Tabalong - - 1 - - - - - 2 -
11 Polres Tala 1 1 16 - - - - - 15 -
12 Polres Tanbu - - - - 1 - - - 5 -
13 Polres Kotabaru 2 - - - 6 - 1 - 15 -
14 Polres Batola - - - - - - - - - -
Total 7 1 17 - 9 - 2 - 94 -
Sumber data : UPPAPolda Kalsel

Tabel.10.1.5.2.
Rekapitulasi Data Penanganan Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak Kabupaten/Kota Se Kalimantan Selatan
Tahun 2014

P2TP2A Provinsi
No Jenis Kekerasan Total
Perempuan Anak
1. Fisik - 1 1
2. Psikis 16 1 17
3. Seksual 4 2 6
4. Perdagangan Orang - - -
5. Penelantaran 4 - 4
6. Lain-lain - - -
Jumlah 24 4 28
Sumber data : P2TP2A Intan Berduri Prov.Kalsel
121

Tabel 10.1.5.3.
Rekapitulasi Data Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Anak
Kabupaten/Kota Se Kalimantan Selatan
Tahun 2014
Anak Jumlah
No Jenis Kekerasan
Laki-laki Perempuan
1. Fisik 7 1 8
2. Psikis 1 - 1
3. Seksual 1 17 18
Perdagangan - -
4. -
Orang
5. Penelantaran 6 4 10
6. Lain-lain 5 1 6
Jumlah 20 23 43
Sumber data : LPA Daerah Kalsel

10.2. Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)

Tabel 10.2.
Jumlah Anak Berhadapan dengan Hukum Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2014

Jenis Kelamin
No Provinsi Total
L P
1 Polda Kalsel 7 2 9
2 Polresta Banjarmasin 4 - 4
3 Polres Banjarbaru 4 15 19
4 Polres Banjar 12 - 12
5 Polres Tapin 12 8 20
6 Polres HSU 6 - 6
7 Polres HST - - -
8 Polres HSS 13 6 19
9 Polres Balangan 1 2 3
10 Polres Tabalong 4 6 10
11 Polres Tala 1 3 4
12 Polres Tanbu 5 16 21
13 Polres Kotabaru 12 19 31
14 Polres Batola 1 3 4
Total 82 80 162
Sumber Data: UPPA Polda Kalsel
122

BAB XI
LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN ALTERNATIF

11.1. Anak Jalanan.


Anak adalah Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yg masih dlm kandungan ( psl 1 UU No.23/2002
ttg Perlindungan Anak).
Anak Jalananberawal dari kehidupan keluarga miskin yang pada
umumnya mendiami daerah-daerah kumuh di perkotaan telah
menciptakan lingkungan yang tidak menunjang tersedianya ruang gerak
yang cukup bagi anak-anak sehingga hidup, bermain dan berkeliaran di
jalan menjadi salah satu pilihan yang lebih baik dibanding bermain di
lingkungan rumah.
Berawal dari kegiatan bermain, berkeliaran tanpa tujuan tertentu,
lama kelamaan menjadi kebiasaan dan budaya hidup di jalan. Aktivitas
mereka sehari-hari dijalanan ( bermain, bekerja dan hidup dijalanan)
2/3 yg menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan
kegiatan hidup sehari-hari di jalanan baik untuk memcari nafkah atau
betrkeliaran dijalanan dan tempat umum lainnya.
Anak Jalanan dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
1. Anak-anak yg mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak –
dijalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan ortu
mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada
ortunya. Untuk membantu ekonomi keluarganya karena beban dari
kemiskinan yang tidak dapat diselesaikan oleh orang tua.
2. Anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara sosial
maupun ekonomi. Masih punya hubungan dengan ortu, tetepi
frekuensi pertemuan tidak menentu. Banyak yang karena sebab –
biasanya kekerasan – lari atau pergi dari rumah.
3. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan, hidup
terombang –ambing dari satu tempat ketempat yang lain dengan segala
resikonya, ini pada kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel
kereta api, pasar harum manis dan pasar-pasar malam lain. Jumlah
masalah ini belum diketahui secara pasti.
123

Tabel 11.1.
Jumlah Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014
Jenis Kelamin
No Provinsi Total
L P
Prov. Kalsel
1 Kota Banjarmasin 167 97 264
2 Banjarbaru 96 63 159
3 Banjar 493 219 722
4 Tapin - - -
5 HSS 25 13 38
6 HST 356 385 741
7 HSU 81 51 132
8 Tabalong 2.096 817 2.913
9 Barito Kuala 150 81 231
10 Tanah Laut 255 89 344
11 Kotabaru 79 36 115
12 Balangan 182 97 279
13 Tanah Bumbu 26 8 34
Sumber Data: Dinsos,BPS

11.2. Data Pekerja Anak Penerima Manfaat Program Pengurangan Pekerja


Anak dalam Rangka Mendukung Keluarga Harapan (PPA-PKH)
Provinsi Kalimantan Selatan.
Tabel 11.2.
DataPekerja Anak Penerima Manfaat Program Pengurangan Pekerja Anak
Dalam Rangka Mendukung Keluarga Harapan (PPA-PKH)
Provinsi Kalimantan Selatan
JenjangPendidikan
SMP MT SM SM MA PAK PAKE PAKE JUML
Tahun Kabupaten
SD MI S A K ET T (B) T© AH
(A)
Banjar 23 - 20 15 - - - 2 - - 60
2010 Barito Kuala 24 - 10 - 16 6 3 1 - - 60
Tanah Laut 36 - 24 - - - - - - - 60
Jumlah 83 - 54 15 16 6 3 3 - - 180
Barito Kuala 15 1 21 23 - - - - - - 60
2011
Tanah Laut 34 - 24 - 2 - - - - - 60
Jumlah 49 1 45 23 2 - - - - - 120
Barito Kuala 14 - 47 28 - - 1 - - - 90
2012
Tanah Laut 65 - 17 6 - 1 - - 1 - 90
Jumlah 79 - 64 34 - 1 - - 1 - 180
Barito Kuala 6 - 19 3 14 - - 13 3 2 60
2013
Banjar 9 - 13 - 6 - - 20 40 2 90
Jumlah 15 - 32 3 20 - - 33 43 4 150
Barito Kuala 2 - - 2 - 15 29 7 4 1 60
2014
Banjar 9 2 5 1 6 - - 28 28 11 90
Jumlah 11 2 5 3 6 15 29 34 24 23 150
TOTAL 237 3 200 78 44 22 33 71 76 16 780
Sumber : Dinas Nakertrans Prov. Kalsel
124

11.3. Anak Terlantar


Anak terlantar adalah seorang anak berusia 6 (enam) tahun
sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, meliputi anak yang mengalami
perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua/keluarga atau anak
kehilangan hak asuh dari orang tua/keluarga.
Kriteria :
a. Berasal dari keluarga fakir miskin
b. Anak yang dilalaikan oleh orang tuanya; dan
c. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya;
Tabel 11.3. menggambarkan sangat tinggi anak terlantar yang
diabaikan oleh orang tua/keluarga serta tidak mendapatkan
pemeliharaan/pengasuhan oleh pemerintah Kabupaten/Kota setempat.
Problema yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah adalah dengan
tingginya anak laki-laki yang terlantar (67,07 persen) dibandingkan
dengan anak perempuan (32,75 persen).
Tabel 11.3.
Jumlah Anak Terlantar MenurutJenis Kelamin
Provinsi Kalsel Tahun 2014
Jenis Kelamin
No Provinsi Total
L P
Prov. Kalsel 4.006 1.956 5.972
1 Kota Banjarmasin 167 97 264
2 Banjarbaru 96 63 159
3 Banjar 493 219 722
4 Tapin - - -
5 HSS 25 13 38
6 HST 356 385 741
7 HSU 81 51 132
8 Tabalong 2.096 817 2.913
9 Barito Kuala 150 81 231
10 Tanah Laut 255 89 344
11 Kotabaru 79 36 115
12 Balangan 182 97 279
13 Tanah Bumbu 26 8 34
Sumber Data: Dinsos,BPS
125

11.4. Anak Dengan Kedisabilitasan

Anak dengan kedisabilitasan (ADK) adalah seseorang yang belum


berusia 18(delapan belas) tahun yang mempunyai kelaianan fisik atau
mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani
maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari anak dengan
disabilitas fisik, anak dengan disabilitas mental dan anak dengan
disabilitas fisik dan mental.
Kriteria :
a. Anak dengan disabilitas fisik ; tubuh, netra, rungu wicara.
b. Anak dengan disabilitas mental : mental retardasi dan eks psikotik.
c. Anak dengan disabilitas fisik dan mental/disabilitas ganda.
d. Tidak mampu melaksanakan kehidupan sehari-hari.

Tabel 11.4.
Jumlah Anak Dengan Kedisabilitasan MenurutJenis Kelamin
Provinsi Kalsel Tahun 2014

Jenis Kelamin
No Provinsi Total
L P
1. Banjarmasin - - -
2. Banjarbaru - 15 15
3. Banjar - - -
4. Tapin 58 28 86
5. Hulu Sungai Selatan 161 91 252
6. Hulu Sungai Tengah - - -
7. Hulu Sungai Utara 113 103 216
8. Tabalong - 27 27
9. Batola - - -
10. Tanah laut - - -
11. Kotabaru 252 182 434
12. Balangan 0 0
13. Tanah Bumbu 115 74 189
Jumlah 699 520 1.219
Sumber Data: Dinsos Prov.Kalsel
126

11.5. Kepemilikan Akta Kelahiran

Hak pertama dan utama yang harus diberikan kepada seorang


anak ketika lahir adalah hak untuk memiliki nama sebagai identitas
diri/jati dirinya. Nama bagi seorang anak marupakan jati dirinya yang
membedakannya dari anak yang lain. Selain itu nama bagi seorang anak
mengandung makna dan simbol-simbol tertentu yang melekat pada
dirinya sebagai harapan orang tuanya.
Dilain pihak hak anak memperoleh nama adalah menjadi kewajiban
orang tuanya/orang tua asuh dan kewajiban lain dari orang tua/orang
tua asuh adalah mendaftarkan anaknya yang baru lahir ke Kantor
Catatan Sipil setempat guna memperoleh akta kelahiran sebagai bukti
diri anak.Dalam akta itu akan diketahui nama anak, nama orang tua,
tempat dan tanggal lahir serta kewarganegaraan.
Negara berkewajiban menerbitkan akta kelahiran dimaksud tanpa
dipungut biaya/ diberikan secara cuma-cuma ( pasal 28 UU No,23/2002
tentang Perlindungan Anak).
Tabel 11.5. terlihat anak yang berusia 0-17 tahun, anak laki-laki
yang telah memiliki akta kelahiran 63,30 persen dan anak perempuan
65,00 persen, anak laki-laki yang memiliki akta kelahiran tapi tidak
dapat menunjukkan aktanya sekitar 17,03 persen dan anak perempuan
17,18 persen serta yang tidak memiliki akta kelahira bagi anak laki-laki
19,20 persen dan anak perempuan 17,46 persen.
Ada sekitar 36,66 persen anak laki-laki dan perempuan yang tidak
memiliki akta kelahiran, ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran
hak anak yang dilakukan oleh orang tua dabn pemerintah. Tidak
dipenuhi hak atas identitas diri anak diduga berkaitan dengan (1)
kesadaran orang tua untuk memenuhi hak atas identitas diri anak, (2)
karena masalah geografis, mengingat Kantor Kependudukan dan
Catatan Sipil di ibukota Kabupaten/Kota, (3) masalah perkawinan dari
orang tua yang tidak tercatat,(4) kemiskinan dari orang tua sehingga
tidak ada waktu untuk mendaftarkan kelahiran anak mereka.
127

Tabel 11.5.
Persentase Penduduk Kalimantan SelatanBerumur 0-17Tahun
Berdasarkan Kepemilikan Akta Lahir Tahun 2014
Apakah mempunyai akte kelahiran dari kancapil
Laki-laki Perempuan
Kabupaten Ya, tidak Ya, tidak
Ya, dapat Tidak Tidak Ya, dapat Tidak Tidak
ditunjukkan ditunjukkan punya tahu ditunjukkan ditunjukkan punya tahu

Tanah Laut 72,58 19,18 8,24 0,00 72,34 20,61 7,05 0,00
Kota Baru 76,24 13,29 10,47 0,00 79,25 10,80 9,10 0,85
Banjar 56,20 10,42 32,71 0,67 62,49 14,04 23,48 0,00
Barito Kuala 63,15 5,59 29,34 1,92 66,82 4,25 28,23 0,70
Tapin 66,02 16,12 17,66 0,19 63,25 19,47 17,28 0,00
Hulu Sungai Selatan 43,81 21,00 34,79 0,40 44,75 23,60 30,65 1,01
Hulu Sungai Tengah 53,43 22,72 23,85 0,00 55,03 23,86 21,11 0,00
Hulu Sungai Utara 46,71 23,21 28,63 1,46 44,81 22,98 31,88 0,34
Tabalong 67,73 19,36 12,91 0,00 68,85 22,95 7,82 0,38
Tanah Bumbu 67,57 18,61 13,68 0,14 64,84 20,59 14,24 0,32
Balangan 84,83 2,63 12,53 0,00 85,88 3,65 10,48 0,00
Kota Banjarmasin 62,78 22,43 14,80 0,00 63,44 19,30 17,26 0,00
Kota Banjar Baru 71,71 22,58 3,74 1,96 77,96 16,00 4,08 1,96
KALIMANTAN
SELATAN 63,30 17,03 19,20 0,47 65,00 17,18 17,46 0,37
Sumber : Susenas 2013 hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk, BPS

11.6. Jumlah Pengguna TIK


Tabel 11.6.
Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Ke atas yang mengakses internet
3 bulan terakhir, Kalimantan Selatan, Tahun 2014

Kabupaten/Kota
Laki-laki Perempuan Total
Tanah Laut 17,06 12,86 15,02
Kota Baru 13,16 7,48 10,41
Banjar 18,89 12,10 15,58
Barito Kuala 11,12 8,44 9,78
Tapin 13,40 8,75 11,12
Hulu Sungai Selatan 8,72 6,30 7,50
Hulu Sungai Tengah 7,88 5,35 6,60
Hulu Sungai Utara 10,66 9,41 10,03
Tabalong 14,69 12,33 13,51
Tanah Bumbu 17,32 14,35 15,90
Balangan 11,84 7,81 9,82
Kota Banjarmasin 31,27 26,96 29,12
Kota Banjar Baru 33,21 24,63 29,03
KALIMANTAN SELATAN 18,06 13,75 15,93
Sumber : Susenas 2013 hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk, BPS
128

Tabel 11.7.
Jumlah Anak yang Ditampung di Panti Asuhan dan Non Panti
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

Jenis kelamin
No. Provinsi
L P Total

Prov. Kalsel

1 Kota B.Masin (18 bh) 512 172 685

2 Kota Banjarbaru (5) 237 79 316

3 Kab. Banjar (6) 206 115 321

4 Tapin (7) 256 145 401

5 HSS (11) 365 150 515

6 HST (11) 268 175 444

7 HSU (8) 183 112 295

8 Tabalong (3) 36 29 65

9 Barito Kuala (4) 164 85 249

10 Tanah Laut (l) 25 - 25

11 Kotabaru - -

12 Balangan (5) 275 62 337

13 Tanah Bumbu (4) 71 25 96

14 RPSA - Banjarbaru 2 3 5

Sumber Data: Dinas Sosial ( Panti Asuhan, RPSA ), Rumah Singgah


129

BAB XII
UPACARA ADAT BUDAYA LOKAL

12.1. Kearifan Lokal


Tabel 12.1.
Kearifan Lokal yang Ada
Di Provinsi Kalimantan Selatan
No Prov/Kab/Kota Kearifan Lokal Makna yang Keterangan
Terkandung

1 Kalimantan Upacara Tian Harapan kebaikan Tersebar di


Selatan Mandaing dan keselamatan masyarakat
(Upacara bagi ibu dan anak Banjar se
Kahamilan 7 yang dikandung-nya. Kalimantan
Bulanan) Selatan.
Ba Ayun Mulud Kasih orang tua Dilakukan
di Desa Banua terhadap anak agar umat muslim
Halat terhindardari ben- pada saat
cana, dan adapun setiap bulan
nazar-nazar yang maulid
telah terkabul.
2 Tapin
Wisata ziarah Meneladani ahlaq
makam – aulia para alim
makam alim ulama
ulama yang
berada di Kab.
Tapin
3 Tanah Bumbu Upacara Harapan hasil laut Event tahunan
Mappanretase yang lebih baik dan
tolak bala bagi suku
Bugis, Pagatan.
Khataman Al– Sebagai sarana un-
Quran tuk melahirkan gene-
rasi muda yang yang
pandai membaca Al-
Quran sejak dini,
sehingga nantinya
mereka dapat mema-
hami, menghayati
dan mengamalkan
4 HSS Al-Quran, dan pada
waktu yang akan
datang dapat mewu-
judkan SDM yang
berkualitas, beriman
dan bertaqwa serta
berahlak mulia.
Aruh Ganal Sebagai persembah- Kegiatan yang
an rasa terimakasih dilaksanakan
kepada nenek mo- oleh masya-
130

yang karena menda- rakat Loksado


pat hasil pertanian setiap tahun
yang banyak dan
baik
Bamula Memulai musim Tradisi yang
manaradak tanam dengan sela- dilakukan se-
matan agar hasil tiap tahun oleh
panen selalu baik masyarakat
dan mendapat Desa pantai
berkah Allah SWT ulin Kec.
Simpur
5 HST Upacara Ungkapan rasa Event tahunan
Manyanggar syukur dan tolak
Banua bala di kampong
Barikin.

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Tokoh Adat/Tokoh Masyarakat

Tabel 12.2.
Judul Lagu Anak Daerah yang Mengandung Nilai-Nilai Luhur
Di Provinsi Kalimantan Selatan

No Prov/Kab/Kota Judul Lagu Anak Makna yang Terkandung Keterangan


Daerah

Ampar-Ampar Agar anak dapat Koleksi


Pisang berkonsentrasi dan Rindang
bertanggungjawab dalam Banua
mengerjakan sesuatu
yang di bebankan
kepadanya.

Anak Pipit Agar anak senantiasa NN


menyayangi binatang.
Kalimantan
1
Selatan
Panginangan Betapa kasih saying , Ciptaan H.
cinta dan hormat nya Anang
anak (cucu) terhadap Ardiansyah
nenek yang masih
berpegang dalam
melaksanakan adat
leluhur “menginang”
disamping untuk
kesehatan gigi.

2 Banjarmasin Uma Abah Agar anak jangan Ciptaan H.


durhaka terhadap kedua Anang
orang tua dan selalu Ardiansyah
memuliakan orang tua,
karena betapa besar
pengorbanan orang tua
131

dalam membesarkan dan


mendidik.

Papadah Agar anak taat dan Ciptaan H.


(Burung Bilatuk) patuh serta beraklak Anang
mulia kepada orang tua. Ardiansyah

Tapin bastari
Tapin Wisata
3 Tapin
Langkar banua
Kita
Tanah Laut Potensi dan Promosi
Mahadang daerah
Tanah Laut Promosi dan keindahan
4 Tanah Laut
Wisata wisata
Diang Kenjot Budi pekerti perempuan
Tanah Laut
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Tokoh Adat/Tokoh
Masyarakat/Penggiat Seni, Budayawan

Tabel 12.3.
Cerita Rakyat yang Mengandung Nilai-Nilai Luhur
Di Provinsi Kalimantan Selatan

No Kab/Kota Judul Cerita Makna yang Terkandung Keterangan


Rakyat

Cerita Intingan Agar semangat per-


Wan Dayuhan saudaraan kekeluargaan
jangan sampai terkikis
karena kon-flik-konflik
kecil.

Cerita Batu Laki Jangan Durhaka kepada


Batu Bini orang tua karena bila
melang-gar maka murka
1 Banjarmasin
Allah akan langsung
menghukum yang
bersangkutan.

Si Palui Kisah lucu, tapi mengan-


dung banyak nasihat,
informasi dan tata
kelakuan masyarakat
Banjar.
Balahindang
Asal usul mesjid
banua halat
2 Tapin
Asal muasal
gunung batu hapu
Candi Laras
132

(Margasari)
Datu Kandangan Menceritakan dua saha-
Wan Datu bat karib yang saling
Kartamina beradu kesaktian, akan
tetapi mereka tetap ber-
sahabat walaupun ada
perbedaan
Bahar Mingsang Menceritakan asal Asal
dan Idang Siritan muasal Batang muasal
Hamandit yang terjadinya
membelah dua kan- sungai
dangan amandit
Datu Balan Menceritakan seorang Asal
yang mempunyai kesak- muasal
tian tinggi bernama Datu terjadinya
Balan tinggal di Gunung
kampung Tambak Pipil Batu
3 HuluSungaiSelatan
ia selalu berbuat jahat Kasiangan
dikam-pungnya,
masyarakat resah dan
minta bantuan de-ngan
tokoh sakti lainnya
bernama Datu Tapin.
Mereka pun beradu
kesaktian yang pada
akhirnya tokoh ja-hat
dapat dikalahkan oleh
tokoh yang baik dengan
ditenggelamkan ke
dalam tanah diatasnya
tumpuk-an kayu ulin
yang sekarang disebut
Gunung Batu Kasiangan
4 Hulu Sungai Utara Kasih Putus Lubuk Perebutan Putri Junjung
Badansanak Buih
Hikayat Sa-Ijaan
dan Ikan Todak
Legenda Kerajaan
Pulau Halimun
Riwayat Gunung
Jambangan
Mencari Putri Papu
dari Kerajaan
Bajau
5 Kotabaru Naga Partala di
Goa Temuluang
Asal Mula Sumur
Manggurak di Desa
Sigam
Hilangnya Kota
Sebelimbingan
Legenda Tanjung
Pangga dan
Tanjung Desa
133

Koyaknya Halimun
Pulau Laut
Batatungkal Pengobatan tradisional
6 Tanah Laut biaju
Demang Lehman Penghormatan Pahlawan
Sumber: Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Tokoh Adat/Tokoh
Masyarakat/Penggiat Seni, Budayawan
134

BAB XIII
DATA KELEMBAGAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER

13.1.Kelembagaan Pengarusutamaan Gender


13.1.1. Kesehatan:
Berilah tanda (v) apabila sudah terbentuk, dan berilah tanda (-) apabila belum
terbentuk
- Apakah Sudah terbentuk Kelompok Kerja Tetap (Pokjatap) GSI di Tingkat
Provinsi
- Apakah Sudah terbentuk Kelompok Kerja Tetap (Pokjatap) GSI di Kab/Kota
Tabel 13.1.1.1.
Jumlah Kecamatan Sayang Ibu (KSI), Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
(RSSI-B),
Satgas GSI Kec, Satgas GSI Desa/Kel, Kelompok Suami Siap, Antar, Jaga
(Suami Siaga)Tahun 2014
Provinsi : Kalimantan Selatan
Pokjatap Satgas Satgas Kelompok
No Kab/Kota GSI GSI GSI Tk. RSSI- Suami Ket
Kab/Kota Tk. Kec Desa/Kel B Siaga
1 Tanah Laut √ √ √ - -
2 Kotabaru √ √ √ - -
3 Banjar √ √ - - -
4 Barito Kuala √ √ √ - -
5 Tapin √ √ - - -
Hulu Sungai
6 √ √ - - -
Selatan
Hulu Sungai
7 √ √ √ - -
Tengah
Hulu Sungai
8 √ √ - - -
Utara
9 Tabalong √ √ √ - √
10 Tanah Bumbu √ √ √ √ √
11 Balangan √ √ √ - -
12 Banjarmasin √ √ - - -
13 Banjar Baru √ √ √ - √
Provinsi
Sumber data: Badan PP, Dinkes

Semua kabupaten/kota mempunyai Pokjatap GSI tingkat kecamatan


dan tidak semua kabupaten/kota mempunyai lembaga seperti Pokjatap,
Satgas GSI tingkat desa, RSSI-B, dan kelompok suami siaga. Dari 13
kabupaten/kota hanya ada delapan kabupaten yang sudah mempunyai
Pokjatap Satgas GSI tingkat desa yang telah membentuk, sedangkan RSSI-B
hanya ada pada satu kabupaten, yakni Kabupaten Tanah Bumbu. Sedangkan
Kelompok Suami Siaga hanya terbentuk pada tiga kabupaten, yakni
135

Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Tabalong dan Tanah Bumbu. Sedangkan


kelompok suami siaga hanya terdapat pada Kabupaten Tabalong, Tanah
Bumbu dan Kota Banjarmasin.

13.2.Pendidikan:
13.2.1. Pokjatap Penurunan Buta Aksara Perempuan (PBAP), Gugus Tugas
PBAP, Kader Bina Keluarga Balita (BKB)
Dalam ikhtiar menurunkan angka buta huruf pada perempuan
maka ada program pemerintah yakni membentuk Kelompok Kerja Tetap
Pemberdayaan Perempuan (Pokjatap) Penurunan Buta Aksara Perempuan
(PBAP), Gugus Tugas PBAP, dan Kader Bina Keluarga Balita (BKB). Ada
tidaknya lembaga-lembaga tersebut disajikan pada Tabel di bawah.
Tabel 13.2.1.
Daftar Pokjatap Penurunan Buta Aksara Perempuan (PBAP)Berdasarkan
Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun 2014

Provinsi: Provinsi Kalimantan Selatan


Kader Bina
Gugus Tugas
No Kabupaten/Kota PBAP Keluarga Balita
PBAP
(BKB)
1 Tanah Laut - - 135
Terlatih : 345
2 Kotabaru - -
Tdk Terlatih : 164
3 Banjar - -
4 Barito Kuala - - 1.062
5 Tapin - -
Hulu Sungai
6 - -
Selatan
Hulu Sungai
7 - -
Tengah
8 Hulu Sungai Utara - -
9 Tabalong - - 1.310
10 Tanah Bumbu - -
11 Balangan - -
12 Banjarmasin - - 520
13 Banjar Baru - -
Sumber data : Badan PP & PA Kab/Kota
Ternyata lembaga-lembaga tersebut belum terbentuk. Sementara data
yang diperoleh hanya ada lembaga Kader Bina Keluarga Balita, yakni
Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Barito Kuala, Tabalong dan Kota
Banjarmasin.
136

13.3. Ekonomi:
Desa Prima, P2WKSS, Organisasi UMKM, Koperasi, Organisasi
Perempuan Pengusaha, Lembaga Keuangan Mikro, Kelompok Usaha
Mikro, Kecil, Menengah Perempuan, Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM), Koperasi Perempuan, Kelompok Tani/Nelayan Perempuan
merupakan program pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan
warga.
13.3.1. Desa Prima; P2WKSS, Organisasi UMKM, Koperasi, Organisasi
Perempuan Pengusaha, Lembaga Keuangan Mikro, Kelompok Usaha
Mikro, Kecil, Menengah Perempuan, Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM), Koperasi Perempuan, Kelompok Tani/Nelayan
Perempuan
Tabel 13.3.1.
Daftar Lokasi Desa “PRIMA” (Perempuan Indonesia Maju Mandiri)
Tahun 2014
Provinsi: Kalimantan Selatan

No Kab/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah

- Tanjung Dewa 2 klpk


1. Panyipatan 3 klpk
- Batakan
- Gunung Makmur 3 klpk
2. Takisung 2 klpk
- Desa Ujung
3. Bati-Bati 3 klpk
- Desa Banyu Irang
1 klpk
1 Tanah Laut - Kelurahan Pelaihari
4. Pelaihari 2 klpk
- Desa Bumijaya
4 klpk
- Ds Durian Bungkuk 1 klpk
5. Batu Ampar
- Desa Alur 1 klpk
6. Jorong
- Desa Pasir Putih 1 klpk
7. Kintap
- Desa Kebun Raya
1. Semayap 6 klpk
2. Ktb Tengah
3. Sarang Tiung
2 Kotabaru Pulau Laut Utara
4. Sei. Taib
5. Stagen
6. Sebelimbingan
1. Martapura Timur Desa Mekar 1 klpk
2. Sungai Tabuk Desa Keramat 1 klpk
3. Karang Intan Desa Mandi Kapau 1 klpk
3 Banjar Desa Kertak Hanyar II 1 klpk
4. Kertak Hanyar
5. Mataraman Desa Mengkauk 1 klpk
Desa Bunipah 1 klpk
6. Aluh-aluh
1. Cerbon Desa Sawahan 6 klpk
Desa Sei Tunjang
4 Barito Kuala 2. Wanaraya Desa Simp. Jaya
3. Alalak Desa Pulau Sugara
4. Marabahan Kel. Marabahan
137

5. Tamban Desa Purwosari


1. Tapin Tengah Desa Batang Lantik 6 klpk
2. Candi Laras Selatan Desa Sungai Rutas
3. Hatungun Desa Batu Hapu
5 Tapin
4. Binuang Desa Srawi
5. Lokpaikat Desa Puncak Harapan
Desa Ayunan Papan
1.Sungai Raya Desa Sarang Halang 1 Klpk
Desa Batang Kulur 1 Klpk
Tengah
Desa Hariti 1 Klpk
2.Angkinang
Desa Bakarung 1 Klpk
Hulu Sungai
6
Selatan 3.Kalumpang
Desa Sirih 1 Klp
Desa Balanti 1 Klp
4. Simpur Desa Amparaya 1 Klp
Desa Wasah Hulu 1 Klp

Desa Pangambau Hilir 2 klpk


1.Haruyan
Dlm
Hulu Sungai Desa Haruyan Seberang 1 klpk
7 2.Batu Benawa Desa Kali baru
Tengah 2 klpk
3.Bt.Alai Selatan DesaBirayang 1 klpk
4. Pandawan Banua Hanyar
1. Haur Gading Desa Balimbang 6 klpk
2. Amuntai Selatan Desa Mamar
Hulu Sungai 3. Sungai Pandan Desa Pandulangan
8
Utara 4. Sungai Tabukan Desa Tambalang Raya
5. Amuntai Utara Desa Tabolong Mati
6. Bajang Desa Kaludan
6. Murung Pudak Desa Kapar, Mabu’un 4 klpk
7. Pugaan Desa Sei Rukam I
9 Tabalong Desa Rukam II
8. Upau
9. Banua Lawas Desa Sei Anyar
Desa Mudalang 4 klpk
Desa Pagurung
10 Tanah Bumbu
Desa Sungai Lembu
Desa Wiritasi
1. Kelurahan Paringin 1 klpk
1.Paringin Kota
11 Balangan
2. Kelurahan Paringin 1 klpk
Timur
2.Kecamatan 1. Desa Tanah Habang 2 klpk
Lampihong Kanan
3.Kecamatan Awayan 1. Desa Bihara Hilir 1 klpk
2. Desa Pulantan
1 klpk
1. Banjarmasin Utara Kel. Sungai Jingah 1 klpk
12 Banjarmasin Kel. Alalak Selatan 1 klpk
2.Banjarmasin Tengah Kel. Teluk Dalam 1 klpk
138

3.Banjarmasin Timur Kel. Pangambangan 1 klpk


4.Banjarmasin Barat Kel. Kuin Cerucuk 1 klpk
5.Banjarmasin Selatan Kel. Pekauman 1 klpk
1. Banjarbaru Selatan Kel. Loktabat Selatan 2 klpk
2. Banjarbaru Utara Kel. Loktabat Utara 2 klpk
Kel. Sungai Ulin 1 klpk
3. Cempaka Kel. Cempaka 1 klpk
13 Banjar Baru 4. Landasan Ulin Kel. Landasan Ulin 1 klpk
Timur
Kel. Guntung Payung 1 klpk
5.Liang Anggang Kel. Landasan Ulin 1 klpk
Selatan
Sumber data : Badan PP & PA Kab/Kota
Dari Tabel di atas terlihat pada umumnya telah terbentuk pada setiap
kabupaten/kota apa yang dinamakan Desa Prima (Perempuan Maju dan
Mandiri) sebanyak 76 desa dari 2000 desa di Kalimantan Selatan, atau 3,80%.

13.4. Pokja PUG


Jumlah lembaga-lembaga seperti Pokja, Forum Peningkatan
Kualitas Hidup Perempuan (PKHP), Forum Peningkatan Produktivitas
Ekonomi Perempuan (PPEP), Forum Perlindungan Perempuan, Focal
Point Gender yang telah terbentuk atau tidak terbentuk di
kabupaten/kota di Kalimantan Selatan disajikan pada Tabel di bawah.
139

13.4.1. Pokja PUG, Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan


(PKHP), Forum Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan
(PPEP), Forum Perlindungan Perempuan, Focal Point Gender

Tabel 13.4.1.
Jumlah Pokja PUG, Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
(PKHP), Forum Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan
(PPEP), Forum Perlindungan Perempuan, Focal Point Gender
Tahun 2014
Forum Focal
Prov/Kab/ Pokja Forum ForumP
No Perlindungan Point
Kota PUG PKHP PEP
Perempuan Gender
1 Prov. Kalsel √ √ - - √
1 Tanah Laut √ - - √ √
2 Kotabaru √ - - - -
3 Banjar √ - - - -
4 Barito Kuala √ - - √ √
5 Tapin √ - - √ √
Hulu Sungai
6
Selatan
√ - - - √
Hulu Sungai
7
Tengah
√ - - - √
Hulu Sungai
8
Utara
√ - - - √
9 Tabalong - - - - -
Tanah
10
Bumbu
√ - - - √
11 Balangan √ - - - √
12 Banjarmasin √ - - - √
13 Banjar Baru √ - - - √
Sumber data : Badan PP & PA Kab/Kota

Tabel di atas menunjukkan bahwa lembaga tersebut di atas telah


terbentuk pada kabupaten/kota. Lembaga yang telah terbentuk pada semua
kabupaten/kota ialah Pokja PUG dan Focal Point Gender(hanya kabupaten
Kotabaru, Banjar dan Tabalong yang masih belum membentuk Focal Point
Gender), sedangkan yang belum terbentuk seluruhnya di kabupaten/kota
adalah Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKHP), Forum
Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP). Mengapa forum ini
tidak terbentuk memerlukan suatu penelitian untuk mencari akar
permasalahannya. Untuk Forum Perlindungan Perempuan baru beberapa
kabupaten yang telah membentuk, yakni Kabupaten Tanah Laut, Tapin dan
Barito Kuala.
140

13.5. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak


(P2TP2A)
Dalam upaya memberikan pelayanan terpadu pemberdayaan
perempuan dan anak maka beberapa kabupaten/kota telah membentuk
lembaga yang bernama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan
Perempuan dan Anak (P2TP2A) seperti tersaji pada Tabel di bawah. Yang
menjadi pertanyaan adalah sejauh mana lembaga-lembaga yang
dibentuk ini berfungsi.

13.5.1. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak


(P2TP2A): yang memberikan pelayanan pemberdayaan perempuan,
dan penanganan korban

Tabel 13.5.1.
Daftar Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Berdasarkan Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014
Dasar Hukum
No Provinsi Nama P2TP2A Alamat
pembentukan
Jl. Jend. Sudirman SK Gubernur Kal-
P2TP2A Intan
1 Prov. Kalsel No. 14 Telp. 0511 sel No. 188.44/
Berduri
7106579 Bjm 0134/KUM/2009
Jln. A.Syairani SK Bupati Tanah
P2TP2A Kab.
2 Tanah Laut Kab. Tanah Laut Laut No. 188.45/
Tanah Laut
Telp. 0512 22855 075/Kum/2013
SK Bupati Kota-
P2TP2A Kab. Jl. P. Kesuma
3 Kotabaru baru No.188.45/
Kotabaru Negara Kotabaru
555/KUM//2012
SK. Bupati Banjar
P2TP2A Kab. Jalan Pendidikan
4 Banjar No. 115 Tahun
Banjar Martapura
2014
SK Bupati Batola
Jl. Pangeran
No. 188.45/ 66 /
5 Barito Kuala Ije Jela Antasari No.1
2013 tanggal 19
Marabahan
Peb 2013
SK Bupati Tapin
P2TP2A Kab. Jln. H. Said Alwi
6 Tapin No. 188.45/075/
Tapin Kab. Tapin
KUM/2013
SK Bupati HSS No.
285 Tahun 2011
Jl. Jenderal Ahmad tentang Pem-
Yani Nomor 12 bentukan Kepengu-
Hulu Sungai P2TP2A Kab. Hulu
7 RT.18 LK. IX rusan Pusat Pela-
Selatan Sungai Selatan
KANDANGAN yanan Terpadu
71211 Pemberdayaan Pe-
rempuan dan
AnakKabupaten
141

Hulu Sungai
SelatanTahun 2011
- 2013.
Sk Bupati HST
Hulu Sungai Jl Sibl Imansyah No
8 Permata Hati No.263/176/411.4
Tengah 42 Barabai
31/2014
Hulu Sungai Jl.Empu Mandas- SK Bupati HSU
9 Payung Kambang
Utara tana No.12 Amuntai No.666 Thn 2012
P2TP2A Kab. Kel. Pembataan No.188.45/004/
10 Tabalong Tabalong Kec. Mr. Pudak 2010 tgl.27 April
2010
Jl.Darma praja Sk Bupati Tanah
P2TP2A Kab.
11 Tanah Bumbu G.Tinggi Bumbu 188.45/
Tanah Bumbu
170/BKBP3A/2013
SK.Bupati
Balangan
12 Balangan Permata Bunda Paringin Selatan No:188.45/11/KU
M/TH 2012 tgl 6
Januari 2012
Jl. Brigjen H. Hasan SK Walikota
P2TP2A Kota Basry Kayu Tangi I Banjarmasin No.
13 Banjarmasin RT. 16 Telpon (0511) 126 Tahun 2009
Banjarmasin
3301345, Fax (0511)
3305071 Bjm
Jl. P. Suriansyah Sk Walikota Ban-
(BPMPKB) jarbaru No.238 Th
14 Banjar Baru Intan Idaman
Banjarbaru 2011
Telp.08152120360
Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel

Pada umumnya semua kabupaten/kota telah membentuk lembaga yang


bernama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) yang di-SK-kan oleh Bupati/Walikota.

13.6. Peraturan Daerah dan Kebijakan/Program/Kegiatan yang Responsif


Gender.

Secara formal telah diterbitkan peraturan daerah (perda) yang


responsif gender seperti disajikan pada tabel di bawah. Namun, dari
tabel tersebut semua pemerintah kota/kabupaten menerbitkan perda
yang responsif gender.
142

Tabel 13.6.1.
Jumlah dan Jenis Peraturan Daerah yang Responsif Gender
ProvinsiKalimantan Selatan
Prov/Kab/ Dikeluarkan Juml
No Jenis Peraturan Daerah Nomor
Kota Oleh ah

1. Perda Prov.Kalseltentang No. 5 Tahun 2009 BPPPA Prov. 1


Pedoman Umum Pelak- Kalsel
sanan PUG.
1 Prov. Kalsel 2. Perda Prov. Kalsel tentang No. 4 Tahun 2012 Dinas
Penye-lenggaraan Kese- Kesehatan
1
hatan pada hal 6 Bab II Prov. Kalsel
Pasal 2
Perda Kab. Tanah Laut 16 Tahun 2013 Bupati Tanah
2 Tanah Laut 1
tentang PUG. Laut

Perda ttg Pengarusutamaan


Bupati
3 Kotabaru Gender dalam Pembangunan 16 Tahun 2013 1
Kotabaru
Kab. Kotabaru

4 Banjar - - - -
5 Barito Kuala
1. Perda PUG 16 Tahun 2013 Bupati Tapin
07
6 Tapin 2. Perbup PUG 188.45/237/kum/2 Bupati Tapin
3. Pokja PUG 013 Bupati Tapin

Hulu Sungai
7
Selatan
Hulu Sungai
8
Tengah
Hulu Sungai
9
Utara
10 Tabalong - - - -
Tanah
11
Bumbu
12 Balangan
Peraturan Walikota Banjar-
masin tentang Pengarusu-
Walikota
13 Banjarmasin tamaan Gender Dalam No. 59 Tahun 2012 1
Banjarmasin
Pembangunan Daerah Kota
Banjarmasin
Perda Walikota Banjarbaru
Walikota
14 Banjar Baru tentang Pengarusutamaan No. 4 Tahun 2014 1
Banjarbaru
Gender dalam Pembangunan
Sumber data :BPPPA Prov. Kalsel

Demikian pula dengan kebijakan/program/kegiatan yang responsif


gender telah pula diterbitkan atau dibuat pada beberapa kota/kabupaten.
143

Namun, tidak semua pemerintah kota/kabupaten yang


menerbitkan/membuat kebijakan/program/kegiatan tersebut.

Tabel 13.6.2.
Jumlah dan Jenis Kebijakan/Program/Kegiatanyang Responsif
GenderProvinsi Kalimantan Selatan

Prov/Kab/ Jenis Dikeluarkan


No Nomor Jlh
Kota Kebijakan/Program/Kegiatan Oleh

1. Peraturan Gubernur Kalsel 67 Tahun 2011 BPPPA Prov.


tentang Pelaksanaan Kalsel 1
Pengarusutamaan Gender
2. Peraturan Gubernur Kalsel
Tahun 2013 tentang Pedo-
man Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran SKPD
di Lingkungan Prov. Kalsel
3. Peraturan Gubernur Kalsel 078 Tahun 2013 BPPPA Prov.
tentang Pedoman Penyele- Kalsel
1
nggaraan Data Gender dan
1 Prov. Kalsel
Anak di Prov. Kalsel
4. SK Gubernur Kalsel 188.44/0330/KUM
tentang Pembentukan /2011
Pokja PUG Prov. Kalsel
263/131- BPPPA Prov.
5. Surat Gubernur Kalsel ten- PUG/BPPPA tanggal Kalsel 1
tang Pelaksanaan PUG
13 Peb 2013
6. Surat Sekretaris Daerah 263/189- BPPPA Prov.
Prov. Kalsel tentang Pene- PUG/BPPPA tgl 23 Kalsel
1
rapan PPRG di SKPD April 2013
Lingkup Prov. Kalsel
1. Peraturan Bupati tentang Bupati Tanah
2 Tanah Laut 1
PUG Laut
188.45/237/Kum/2 Bupati Tanah
2. Pokja PUG 1
013 Laut
3 Kotabaru
1. Pembentukan Pokja PUG 309 Bupati Bjr 1
2.PembentukanTim 117 Bupati Bjr 1
4 Banjar Pengumpul & Pengolah
Data Terpilah Gender

1. SK Bupati Barito Kuala 188.45/64/KUM/201 BKBP3A Kab. 1


tentang Pembentukan 3 tanggal 19 Peb 2013 Batola
Pokjatap GSI Kab. Batola
Tahun 2013/ Prog.Pening-
5 Barito Kuala katan Kualitas Hidup dan
Perlindungan Peremp./
Pelaks. Kebijakan
Perlindungan Perempuan
di Daerah
144

2. SK Bupati Barito Kuala 188.45/63/KUM/201 BKBP3A Kab. 1


tentang Pembentukan Pok- 3 tanggal 19 Peb 2013 Batola
ja P2WKSS Kab. Batola
Tahun 2013/Prog. Pening-
katan peran serta dan
kesetaraan gender dalam
pembangunan/ Keg. Pe-
nyuluhan bagi ibu rumah
tangga dalam membangun
keluarga sejahtera
3. SK embentukan Pokja PUG 188.45/209/KUM/20 BKBP3A Kab. 1
dan Focal Point PUG/ Prog. 13 tanggal 29 Juli Batola
penguatan kelembagaan 2013
pengarusutamaan gender
dan anak/ Advokasi dan
fasilitasi PUG bagi
perempuan
1. P2WKSS 188.45/097/KUM/ Bupati Tapin
2014
6 Tapin 188.45/098/KUM/
2. GSI 2014 Bupati Tapin

Adanya SK data Bupati Hulu 1


Terpilah/Program 315 Tahun 2013 Sungai
peningkatan peran serta dan Selatan
kesetaraan jender dalam .
pembangunan/Penyu-sunan
data terpilah gender dan anak
SK tentang Pembentukan 238 thn 2013 Bupati Hulu 1
Kelompok Kerja Pengarusu- Sungai
tamaan Gender dalam Selatan
Pembangunan Daerah Kab. .
Hulu Sungai Selatan
/Program peningkatan peran
serta dan kesetaraan jender
Hulu Sungai
7 dalam pembangunan/Rapat
Selatan
Sosialisasi PUG
SK tentang Pembentukan Thn 2013 Bupati Hulu 1
Kelompok Kerja Gerakan Sungai
Sayang Ibu Program Selatan
peningkatan peran serta dan .
kesetaraan jender dalam
pembangunan/Rapat Evaluasi
P2WKSS dan KSI, Rapat
Evaluasi GSI Tk. Kecamatan
SK Tentang Tim Pengelola Thn 2013 Bupati Hulu 1
Peningkatan Peranana Wanita Sungai
Menuju Keluarga Sehat Selatan
Sejahtera (P2WKSS) .
Hulu Sungai
8
Tengah
Hulu Sungai
9
Utara
145

10 Tabalong
Tanah
11
Bumbu
1. SK.Bupati ttg Penetapan 188.45/67/KUM/Ta
Bupati
12 Balangan Desa Proyek Program hun2013 1
Balangan
Terpadu P2WKSS
2. SK.Bupati ttg Penetapan 188.45/
Bupati
Tim Penilai dan Pembina 202/KUM/Tahun 1
Balangan
Lomba P2WKSS 2013
3. SK.Bupati ttg Penetapan 188.45/
Bupati
Tim Penyusunan Data 197/KUM/Tahun 1
Balangan
Terpilah Gender dan Anak 2013
4. SK.Bupati ttg Pembentuk- 188.45/
Bupati
an Pokja PUG Kab. 68/KUM/Tahun 1
Balangan
Balangan 2012
5. SK.Kepala BPPPA & KB ttg 263/20/SK/BPPPA
Penetapan dan Pemberian KB/Tahun 2013 Kepala
Uang Pembinaan kepada BPPPAKB 1
Desa terbaik Lomba Kab.Balangan
P2WKSS
6. SK.Kepala BPPPA & KB ttg 263/39/SK/BPPPA
Kepala
Pembentukan Tim focal KB/Tahun 2012
BPPPAKB 1
Point PUG pada BPPP dan
Kab.Balangan
KB
359 tahun 2014 Walikota Bjm 1
1. SK Walikota Bjm Tentang
kelompok kerja PUG Kota
Banjarmasin tahun 2013
2. SK. Walikota Bjm tentang 04 tahun 2014 Walikota Bjm 1
Pembentukan TIM Kursus
P2WKSS/GSI,
kepemimpinan dan usaha
model Desa Prima Tk Kota
Bjm tahun 2013
3. SK Walikota Bjm Tentang
Tim Pembina dan Tim 84 tahun 2013 Walikota Bjm 1
Penilai Lomba Peningkatan
13 Banjarmasin
P2WKSS DAN GSI SERTA
penyuluh kader PKK tk.
Kota Bjm tahun 2013
4. SK Walikota Bjm tentang
Tim Penyusunan Data 76 tahun 2014 Walikota Bjm 1
terpilah Pengarusutamaan
Gender Kota Banjarmasin
tahun 2014
5. SK Walikota Bjm Tentang
Tim Perlaksana Kegiatan
Pelatihan dan asistensi 105 Tahun 2014 Walikota Bjm 1
sosialisasi PUG Kota
146

Banjarmasin Tahun 2014

14 Banjar Baru
Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel

13.7. Peraturan Daerah dan Kebijakan/Program/Kegiatantentang


Perlindungan Perempuan
Tabel 13.7.1.
Jumlah dan Jenis Peraturan Daerah tentang Perlindungan Perempuan
Provinsi Kalimantan Selatan

Jenis Peraturan Dikeluarkan


No Prov/Kab/Kota Nomor Jumlah
Daerah Oleh
Perda Kalsel tentang 14 Tahun 1
1 Kal Sel Penanggulangan Ge- 2013
landangan & Pengemis
2 Tanah Laut
1.Perda ttg
Perlindungan Nomor 8 Pemkab
Perempuan dan tahun 2014 Kotabaru/Bu 1
Anak pati Kotabaru
3 Kotabaru
2.SK Bupati Kotabaru Nomor Bupati
ttg pembentukan 188.45/555 Kotabaru 1
P2TP2A /Kum/2014
Kab.Kotabaru

4 Banjar

5 Barito Kuala
6 Tapin
Perda Kabupaten Hulu 4 Tahun Bupati HSS 1 perda
Sungai Selatan No. 4 2012
Hulu Sungai Tahun 2012 Tentang
7
Selatan Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir, Bayi dan
Anak Balita
Hulu Sungai
8
Tengah
Hulu Sungai
9
Utara
10 Tabalong
11 Tanah Bumbu
12 Balangan
1. Peraturan Daerah 3 tahun Walikota Bjm 1
2010
Kota Banjarmasin 0
13 Banjarmasin
tentang Pelanggar-
an Gelandangan
147

&Pengemis serta
Tunas Susila
2. Peraturan Daerah 8 tahun Walikota Bjm 1
Kota Banjarmasin 2013
tentang Kesehatan
Ibu, Bayi Baru
lahir, Bayi & Anak
Balita

Perda Kota Banjarbaru Walikota


4 tahun
14 Banjar Baru tentang Perlindungan Banjarbaru 1
2010
Perempuan
Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel

Tabel 13.7.2.
Jumlah dan Jenis Kebijakan/Program/Kegiatantentang
PerlindunganPerempuanProvinsi Kalimantan Selatan
Prov/Kab/ Jenis Dikeluarkan
No Nomor Jlh
Kota Kebijakan/Program/Kegiatan Oleh

1. Peraturan Gubernur Kalsel 074 Tahun 2012 BPPPA Prov. 1


tentang Gugus Tugas Kalsel
1 Kal Sel Pencegahan dan Penangan-
an TPPO dan Kekerasan
Lainnya di Prov. Kalsel
2. Peraturan Gubernur Kalsel 034 Tahun 2014 BPPPA Prov. 1
tentang SOP Penanganan Kalsel
Korban Tindak Kekerasan
pada P2TP2A Prov. Kalsel
3. SK.Gubernur Kalsel ten- 0134 Tahun 2009 BPPPA Prov. 1
tang Pembentukan Pengu- Kalsel
rus P2TP2A
4. SK.Gubernur Kalsel ten- 0211 Tahun 2012 BPPPA Prov. 1
tang Pembentukan Gugus Kalsel
Tugas PP-TPPO dan Keke-
rasan Lainnya
2 Tanah Laut
3 Kotabaru
P2TP2A 115 Bupati 1
3 Banjar
Banjar
1. SK Bupati Barito Kuala 188.45/64/KUM/2 BKBP3A Kab. 1
tentang Pembentukan Pok- 013 tanggal 19 Peb Batola
jatap GSI Kab. Batola 2013
Tahun 2013/ Prog.Pening-
katan Kualitas Hidup dan
4 Barito Kuala
Perlindungan Perempuan/
Pelaksanaan Kebijakan
Perlindungan Perempuan di
Daerah
2. SK Bupati Barito 188.45/66/KUM/2 BKBP3A Kab. 1
148

Kualatentang Pembentukan 013 tanggal 19 Peb Batola


Ke-pengurusan P2TP2A Ije 2013
Jela Kab. Batola Periode
2013-2017/
Prog.Penguatan Ke-
lembagaan Pengarusuta-
maan Gender dan Anak/
Fasilitasi Pengembangan
P2TP2A
3. SK Bupati Barito Kuala 188.45/69/KUM/2 Dinkes Kab. 1
tentang Pembentukan Tim 013 tanggal 21 Peb Batola
Audit Maternal Perinatal 2013
Tk. Kab. Batola Th. 2013
4. Perbub Barito Kuala 23 Tahun 2013 Dinkes Kab. 1
tentang Kesehatan Ibu, tanggal 27 Agustus Batola
Bayi Baru Lahir, Bayi dan 2013
Anak Balita
5 Tapin
1. SK P2TP2A Thn 2011-2013 285 thn 2011 Bupati Hulu 1
/Program peningkatan Sungai
peran serta dan kesetaraan Selatan
jender dalam .
pembangunan/Sosialisasi
P2TP2A, Konseling
Pengurus P2TP2A
No. 8 th 2013
2. SK Bupati Hulu Sungai Bupati Hulu 1
Hulu Sungai Selatan tentang Pemben- Sungai
6
Selatan tukan Tim Sekretariat Selatan
Gugus Tugas Pencegahan
dan Penanganan Tindak
Pidana Perdagangan Orang
di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Hulu Sungai
Selatan/ Program
peningkatan peran serta
dan kesetaraan jender
dalam pembangunan.
Hulu Sungai
7
Tengah
Hulu Sungai
8
Utara
Bupati
9 Tabalong P2TP2A 188.45/004/2010 1
Tabalong
Tanah
10
Bumbu
1. SK. Bupati Balangan ttg 188.45/ 202/KUM/ Bupati 1
Penetapan Kecamatan Tahun 2013 Balangan
Gerakan Sayang Ibu Ter-
11 Balangan baik di Kab.Balangan
Tahun 2013.
2. SK. Bupati Balangan ttg 188.45/196/KUM/ Bupati 1
Penetapan Tim Penilai dan Tahun 2013 Balangan
149

Pembina Lomba Kec.


Gerakan Sayang Ibu
Terbaik di Kab.Balngan.
3. SK. Bupati Balangan ttg 188.45/525/KUM/ Bupati 1
Gugus Tugas Pencegahan Tahun 2014 Balangan
dan Penanganan Korban
Tindak Pidana Perdagang -
an Orang & Kekerasan
4. SK. Kepala BPPPA & KB ttg 263/30/SK/ Kepala 1
Pelaksanaan Penyuluhan BPPPAKB/Tahun BPPPA & KB
Upaya Perlindungan Pe- 2013
rempuan terhadap Tindak
Kekerasan.
Peraturan Walikota Banjar-
12 Banjarmasin masin tentang Pedoman 13 tahun 2009 Walikota Bjm 1
P2TP2A
Walikota
SK.P2TP2A
13 Banjar Baru 238 Tahun 2011 Banjarbaru

Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel


150

Tabel 13.7.3.
Jumlah dan JenisKebijakan/Program/Kegiatantentang Perlindungan Perempuan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Panti
Trauma Women Crisis Rumah
No Kab/Kota RPTC LBH PKT PPT UPPA Shelter RPSA Asuhan LPA
Center Center Singgah
Anak
1 Tanah Laut 1 -
2 Kotabaru 1 1
3 Banjar - - - - 1 - - - - - 1 -
4 Barito Kuala - - - - 1 - - - - - 4 -
5 Tapin 1 -
Hulu Sungai
6 - - - √ 1 - - - - - √ -
Selatan
Hulu Sungai
7 1 1 6 1
Tengah
Hulu Sungai
8 1 -
Utara
9 Tabalong - 1 - - 1 - - - - - 58 -
Tanah
10 1 -
Bumbu
11 Balangan 1 -
12 Banjarmasin 1 1
13 Banjar Baru - 1 - - 1 - - - - - 3 1
Jumlah

Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel

Dari tabel di atas terlihat bahwa belum semua kota/kabupaten mempunyai Kebijakan/Program/Kegiatan
tentang Perlindungan Perempuan.
151

13.8. Kelembagaan Daerah (Unit PP, PA dan KB; Pusat Studi Wanita/Gender; LSM/LBH Peduli Perempuan
dan Anak)

Tabel 13.8.1.
Daftar Kelembagaan Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Dasar
Prov/Kab/ Nomenklatur Nama Pimpinan/ Alamat Kantor
No. Hukum/Tahun
Kota Kelembagaan Eselonisasi (Telp. Fax, Email)
Pembentukan
Badan Pember- Perda Prov. Kalsel Dra. Hj. Heriyati, Jl. Jend. Sudirman No.14
Provinsi Kali- dayaan Perempu- No. 1 Thn 2012, MM (Kantor Gubernur)
1
mantan Selatan an & Perlindung- tgl 20 Januari Kalimantan Selatan
an Anak 2012
Badan Pember- Perda Tanah Laut Hj. Noor Aida.S.Sos Jl. A. Syairani Kompl. Per-
dayaan Perempu- kantoran Gagas Telp./Fax.
2 Tanah Laut
an dan Keluarga (0512)22855 Pelaihari
Berencana
Badan Keluarga Perbub Kotabaru Drs.Mahyudiansyah, Jl. P. Indra Kesuma Negara
Berencana, Pem- No : 12 Tahun M.AP (Gedung Abdi Negara Lt.2)
3 Kotabaru berdayaan Pe- 2011 Telp./Fax. (0518) 23538
rempuan & Per- Kode Pos 72113 Kotabaru
lindungan Anak
Badan Pember- Perda Kab.Banjar Ir. Hj. Rosana Jl. Pendidikan, Telp. (0511)
dayaan Perempu- Nomor 3 Tahun Mardina, MS 4721221 Fax. (0511)
an, Perlindungan 2012 4781862 Kode Pos 70614
4 Banjar
Anak & Keluarga Tanggal 26 Martapura
Berencana Kab. Januari 2012
Banjar
Badan Keluarga Perbub Barito Drs. H. Syarkawi Jl. Aes Nasution No. 157 A
Berencana, Pem- Kuala Nomor 34 Ham, M.Pd/ II Marabahan Telp. ( 0511 )
5 Barito Kuala berdayaan Pe- Tahun 2008 4799048 Fax.(0511)4799569
rempuan & Per-
lindungan Anak
152

Badan Pember- Peraturan Tapin Drs. H. Rahman Jl. Pembangunan No. 7


dayaan Perempu- Nomor 5 Tahun Ramli Telp/Fax. (0517) 31052
6 Tapin
an dan Keluarga 2008 Kode Pos 71111 Rantau
Berencana
Peraturan Bupati Dra. Hj. Is Jl. Jend. A. Yani Nomor 12
Hulu Sungai Susilastuti RT. 18 LK IX Telp/Fax
Selatan Nomor (0517) 21556 – 24023
Badan Keluarga 038 tahun 2009 Kandangan 71211
Berencana, tentang Tugas
Hulu Sungai Pemberdayaan Pokok, Fungsi,
7
Selatan Masyarakat dan Rincian Tugas
Perempuan Kab. Dan Tata Kerja
HSS Unsur-Unsur
Organisasi Badan
KB,PM & P Kab.
HSS /Thn 2009
Badan Keluarga Peraturan Bupati Drs. H. Nurul Jl. Sibli Imansyah No. 42
Berencana, Pem- Hulu Tengah Fauzi,MM/ II.b Barabai HST
Hulu Sungai
8 berdayaan Pe- No.11 Thn 2010
Tengah
rempuan & Per-
lindungan Anak
Badan Pember- Peraturan Bupati Hj. Gusti Jl. Empu Mandastana No.12
dayaan Perempu- Hulu Sungai Iskandariah, S,Sos, Telp. (0527) 61296 Barabai
Hulu Sungai
9 an dan Perlin- Utara No. 26 MAP
Utara
dungan Anak Tahun 2013 tgl 30
Des 2013
Badan Pember- H.Zulfan Jl. A.Yani KM. 7,5 No.203
dayaan Masya- Noor,S.Sos,M.Si (Tanjung Baru) Maburai
10 Tabalong
rakat dan Kelu- Telp. (0526) 2021735 Kode
arga Berencana Pos 71513 Kab. Tabalong
Badan Keluarga Peraturan Bupati Dr.H.Janu Wibowo, Jl. Dharma Praja Gunung
Berencana, Pem- Tanah Bumbu No. M.Si (Plt. Kaban) Tinggi Telp./Fax. (0518)
11 Tanah Bumbu berdayaan Pe- 20 Thn 2011 ttg 38023 Batulicin
rempuan & Per- Struktur Organi-
lindungan Anak sasi BKBP3A Kab.
153

Tanah Bumbu
Badan Pember- Peraturan Bupati Dra. Hj.Melna Jl. Jend. A. Yani Km.4
dayaan Perem- Balangan No. 9 Budiati,M.Si Paringin Selatan Telp.
12 Balangan puan,Perlindung Tahun 2010 Tang- (0526) 2029562
an Anak & KB gal 21 Desember
2010
Badan Keluarga Peraturan Wali- Drs. Achmad Noor Jl. Brigjen H.Hasan Basri
Berencana, Pem- kota Banjarmasin Djaya, M,MM Kayutangi I RT.16 Telp.
13 Banjarmasin berdayaan Ma- No.15 Tahun 2008 (0511) 3301346 Fax. (0511)
syarakat dan Pe- Tanggal 17 Juli 3305071 Banjarmasin
rempuan 2008 70124
14 Banjarbaru Badan Pember- Perda Kota Ban- Ir. Puspa Kencana, Jl. Pangeran Suriansyah
dayaan Masyara- jarmasin No.12 MP Telp. (0511) 7760603 Fax.
kat, Perempuan Tahun 2008 Tang- (0511) 4780015 Banjarbaru
dan Keluarga gal 17 Juli 2008
Berencana ttg Struktur
BPMKB Kota Bjb
Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel

Tabel di atas menunjukkan Kelembagaan Unit Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan di kabupaten/kota telah terbentuk.
154

Tabel 13.8.2.
Daftar Kelembagaan Pusat Studi Wanita/Gender
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

Nama
Universitas/ Dasar Hukum/Tahun Nama Alamat Kantor
No. Kab/Kota
Perguruan Pembentukan Pimpinan/Ketua (Telp. Fax, Email)
Tinggi
1 Banjarmasin Unlam SK No.538/JO8/OT/2002 Jl. Brigjen H.Hasan
tanggal 28 Oktober 2002, Basri Lemlit Unlam
tentang Perubahan Nama Banjarmasin 70123
Pusat Penelitian Peranan
Wanita Unlam menjadi
Pusat Studi Gender
2 Banjarmasin IAIN Antasari Dra. Hj. Wardah Jl. A. Yani Km. 4,5
Hayati, MA. Banjarmasin
3 Banjarmasin STIMI SK. No.13/KEP/STIMI/A/ Dra. Wida Jl. Kuripan No.26
Banjarmasin VI/2012 tentang Pusat Gewrhana, MM Telp.0511-3258263
Studi Gender STIMI Banjar- Banjarmasin 70236
masin Periode Tahun 2012-
2016
4 Hulu Sungai STAI Al- Jl. Putra Harapan
Tengah Wasliayah Desa Matang Ginalon
Kec. Pandawan
Kab.HST
Sumber : BPPPA Prov. Kalsel

Tercatat hanya ada tiga perguruan tinggi di Kalimantan Selatan yang mempunyai Pusat Studi Gender.
Belum ada informasi tentang adanya PSG dari perguruan lain (swasta) di Kalimantan Selatan.
155

Tabel 13.8.3.
Daftar Lembaga Masyarakat/Organisasi Masyarakat/LBH yang Peduli Perempuan dan Anak di Daerah
Di Provinsi Kalimantan Selatan
Nama Kelembagaan/ Alamat Kantor
No. Prov/Kab/Kota Nama Pimpinan/Ketua
LSM/LBH (Telp. Fax, Email)
LPA Daerah Kalsel SK Hj. Yurliani, SH Jl. Pulau Laut No.4 RT.05
Yayasan LPA Daerah (Gedung BKKKS Prov.Kalsel
Kalimantan Kalsel No.04/LPA- Kel.Antasan Besar, Kec. Banjar-
1
Selatan KS/VII/2010 tanggal 23 masin Tengah, Kota Banjarmasin
Juli 2010 70114 Telp.0511-7408412,
Fax.0511-3303757
2 Tanah Laut
LPA. Cab. Kotabaru Alamturadiah, SH Jl. Raya Stagen No.38 Sungai
No.07/LPA-KS/IV/2012 Taib Kotabaru Pulau Laut RT.05
P2TP2A Kab.Kotabaru Hj. Liliyana Suriansyah JL.P.Kesuma Negara Gd.Abdi
3 Kotabaru
Negara Lt.2 Kotabaru.Telp./Fax
(0518) 23538.
PKK Kab. Kotabaru Hj. Sri Maria Ningsih,SH Jl. H. Agus Salim Kotabaru
4 Banjar
PKK Kab. Batola Hj. Noormiliyani, AS Jl. Pangeran Antasari No. 1
Hasanuddin Murad, SH Marabahan
P2TP2A Ije Jela Hj. Sri Wahyuningsih Jl. Pangeran Antasari No. 1
5 Barito Kuala
Supriyono, SH Marabahan (0511 7116278)/
p2tp2a_batola@yahoo.co.id
PD Aisyiyah Batola Hj. Sri Wahidah, S.IP Jl. Aes Nasution Marabahan
Fatayat NU Khusnul Khatimah Rantau
6 Tapin Nasyiatul Aisyiah Naily Azma, S.pt Kupang
FKPPI Dwi Suryono Jln H. Hasan Basri
Hulu Sungai
7 - - -
Selatan
Hulu Sungai LPA Cab. HST SK Bupati Lena Hanifah, SH, L.LM Jl. Kartini, Barabai, Kab. Hulu
8
Tengah HST No.308 Tahun 2011 Sungai Tengah
156

Pemantau penegakan M. Ilmi Jl.Simpang 10 Barabai


Keadilan Hukum dan
Lingkungan
Aspirasi Rakyat Jelata Masdulhak Jl. Telaga Sari No.03Haruyan
HST
Kelompok Suara Hati Bahrudin Jl. Telaga sari No.38 Kec.LAS
Nurani Masyarakat HST HST
Poros Indonesia Abdul Kadir Banua Jingah Kec.Barabai HST
Peduli Rakyat Kecil Khairunsyah Jl Tri Kesuma No.68 Barabai
Kelompok Kerja Sosial H.M.Husni Thamrin Jl Trikesuma no.32 Barabai HST
Masyarakat
Badan Komonikasi Lili Hidayati,S.Pd Jl. Batuah Kec. Pandawan HST
Masyarakat
Hulu Sungai LBH Bumi Kahuripan Nupiar Rahman Jl. Lambung Mangkurat
9
Utara LBH Seimajaya Junaidi, SH Jl. Empu Jatmika
10 Tabalong
11 Tanah Bumbu
12 Balangan
LPA Cab. Kota Banjar- Drs. Abdul Basid, Jl. Pulau Laut No.4 RT.05
masin No.044/A/LPA- M.MKes (Gedung BKKKS Prov.Kalsel)
13 Banjarmasin
KS/XI/2013 Kel.Antasan Besar, Kec.Bjm
Tengah Kota Banjarmasin
LKBHuWK Kalsel Hj. Yurliani, SH Jl. Jend,Sudirman Komp.
Masjid Raya Sabilal Muhtadin
No.1 Banjarmasin 70114
LPA Cab. Kota Banjar- M. Syahrum Mubarraq, Jl. Pondok Bambu Komp.
baru SK Walikota SH Darul Hijral Blok D5 RT.50
14 Banjar Baru
Banjarbaru No.286 RW.08 Loktabat Utara Banjar-
Tahun 2009 baru
Sumber : BPPPA Prov. Kalsel
157

Dari tabel di atas diketahui bahwaLembaga Masyarakat/Organisasi Masyarakat/LBH yang Peduli


Perempuan dan Anak di Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, namun belum semua kabupaten/kota telah
mempunyai lembaga masyarakat tersebut.
BAB XIV
KELEMBAGAAN PENGARUSUTAMAAN HAK ANAK (PUHA)

14.1. Peraturan Daerah dan Kebijakan/Program/Kegiatan yang Peduli Anak


Dalam ikhtiar melakukan pengarusutamaan hak anak maka
kabupaten/kota telah pula mengeluarkan peraturan daerah yang peduli anak,
namun belum semua kabupaten/kota mempunyai perda tersebut. Hal ini dapat
dilihat dari Tabel di bawah.
Tabel 14.1.1.
Jumlah dan JenisPeraturan Daerah yang Peduli Anak
Menurut Prov/Kab/Kota Tahun 2014

Prov/Kab/K Dikeluarkan
No Jenis Peraturan Daerah Nomor Jlh
ota Oleh
Kalimantan Perda Prov. Kalsel tentang 9 Thn 2008 Dinas Sosial 1
1
Selatan Perlindungan Anak Terlantar Prov. Kalsel
3 Tahun 2010 Dinas Pendi- 1
Perda Prov.Kalsel tentang
dikan Prov.
Pendidikan
Kalsel
4 Thn 2012 Dinas 1
Perda Prov.Kalsel tentang
Kesehatan
Penyelenggaraan Kesehatan
Prov. Kalsel
Perda Prov.Kalsel tentang 13 Thn 2013 BPPPA Prov. 1
Penyelenggaraan Perlindungan Kalsel
Anak
2 Tanah Laut
Perbub Kotabaru tentang 8 Thn 2012 Bupati 1
3 Kotabaru
Perlindungan Anak Kotabaru
4 Banjar
Perbub Barito Kuala tentang 23 Tahun 2013 Dinkes Kab. 1
5 Barito Kuala Kesehatan Ibu, Bayi Baru tanggal 27 Agustus Batola
Lahir, Bayi dan Anak Balita 2013
Perda Kab. Tapin tentang 14 Thn 2010 Bupati Tapin 1
6 Tapin
Penyelenggaraan Pendidikan
Perda Kab. HSStentang 4 Thn 2012 Bupati HSS 1
Kesehatan Ibu, Bayi Baru
Lahir, Bayi dan Anak Balita
Perda Kab. HSS tentang 1 Thn 2010 Bupati HSS 1
Penyeleng-garaan Adminis-
trasi Kependudukan
Hulu Sungai
7 Perda Kab. HSS tentang
Selatan
Penyeleng-gara Jaminan Ke-
1 Thn 2008 Bupati HSS 1
sehatan Bagi Penduduk Kab.
HSS
Perda Kab. HSS tentang
Penyeleng-garaan Sistem Pen- 3 Thn 2009 Bupati HSS 1
didikan
Hulu Sungai
8
Tengah
Hulu Sungai
9
Utara
10 Tabalong
11 Tanah
159

Bumbu
12 Balangan
Peraturan Walikota Banjar- 13 tahun 2013 Walikota Bjm 1
masin tentang Kebijakan Kota
13 Banjarmasin
Layak Anak

14 Banjar Baru
Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel
Tabel 14.1.2.
Jumlah dan JenisKebijakan/Program/Kegiatan yang Peduli Anak
Di Provinsi Kalimantan Selatan

N Prov/Kab/ Jenis Dikeluarkan


Nomor Jlh
o Kota Kebijakan/Program/Kegiatan Oleh
Dinas Pendi-
Kalimantan 1. Peraturan Gubernur Kalsel
1 3 Tahun 2009 dikan Prov. 1
Selatan tentang Pendidikan Al-Quran
Kalsel
2. Peraturan Gubernur Kalsel
BPPPA
tentang Pedoman PUHA dlm 084 Tahun 2012 1
Prov.Kalsel
Pengembangan KLA
3. SK.Gubernur Kalsel tentang
Pembentukan Jejaring Pena- 188.44/0295/KUM BPPPA
1
nganan Anak yang Berhadap /2010 Prov.Kalsel
an dengan Hukum
4.SK.Gubernur Kalsel tentang 188.44/0393/KUM
Pengukuhan Bunda PAUD /2012
5. SK.Gubernur Kalsel tentang 188.44/0552/KUM BPPPA
Pembentukan Forum Anak 1
/2010 Prov.Kalsel
Daerah Prov. Kalsel
6. SK.Gubernur Kalsel tentang
Pembentukan Gugus Tugas 188.44/0297/KUM BPPPA
1
Pengembangan Kab/Kota /2014 Prov.Kalsel
Layak Anak
7. Surat Edaran Gubernur Kal-
sel tentang Gerakan Daerah 151 Tahun 2014
Perlindungan Anak
2 Tanah Laut
SK Bupati Kotabaru tentang
BKBPP3A
Pembentukan Kepengurusan 188.45/555/KUM/
3 Kotabaru Kab. 1
P2TP2A Kab.Kotabaru periode 2012
Kotabaru
2012-2015
1. Forum Anak Daerah 118 Bupati Bjr 1
2. Penyelenggaraan PAUD 07 Bupati Bjr 1
4 Banjar
3. Gugus Tugas Layak Anak 119 Bupati Bjr 1
4. P2TP2A 115 Bupati Bjr 1
1. SK Bupati Barito Kuala 188.45/66/KUM/2 BKBP3A 1
tentang Pembentukan 013 tanggal 19 Peb Kab. Batola
Kepengurusan P2TP2A Ije 2013
Jela Kab. Batola Periode
2013-2017/ Prog.Penguatan
5 Barito Kuala Kelembagaan Pengarusuta-
maan Gender dan Anak/
Fasilitasi Pengembangan
P2TP2
2. SK Bupati Barito 188.45/72/KUM/2 BKBP3A 1
Kualatentang Pembentukan 013 tanggal 25 Peb Kab. Batola
160

FAD Kab. Batola Periode 2013


2013-2014/ Prog.Penguatan
Ke-lembagaan
Pengarusutamaan Gender
dan Anak/ Penguatan
kelembagaan
pengarusutamaan gender
dan anak
3. SK Bupati Barito 188.45/210/KUM/ BKBP3A 1
Kualatentang Pembentukan 2013 Kab. Batola
Gugus Tugas KLA Kab.
Batola/Prog.Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender
dan Anak/ Pemetaan Potensi
organisasi dan lembaga
masyarakat yang berperan
dalam pemberdayaan
perempuan dan anak
1. Forum Anak Kabupaten Bupati Tapin 1

2. Forum Anak Kecamatan Camat 12


3. Forum Anak Desa Kepala desa 2
4. PIK Remaja Camat 12
6 Tapin
5. BKR Camat 12
6. Operasional P2TP2A Bupati tapin 1
7. Program penguatan kelem- Bupati tapin 1
bagaan pengarusutamaan
gender dan anak
1Forum Anak Daerah Bupati HSS 3
2.Pembentukan Kepengurusan 285 thn 2011 Bupati HSS
Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan
dan AnakKabupaten Hulu
Sungai SelatanTahun 2011 -
Hulu Sungai 2013
7
Selatan 3.Pembentukan Tim dan Tim
8 thn 2013 Bupati HSS
Sekretariat Gugus Tugas
Pencegahan dan Penanganan
Tindak Pidana Perdagangan
Orang di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan
1. Forum Anak Daerah 474/118/474.21/ Bupati HST 1
Thn 2014 1
2. Gugus Tugas KLA 362/153/463/Thn Bupati HST
2014
3. P2TP2A 263/60/PA/KBPPP Bupati HST 1
A/Thn 2014
Hulu Sungai 4. Gugus Tugas Penanganan & 460/252/463/thn Bupati HST 1
8
Tengah Pencegahan Anak yang 2011
berhadapan 1
5. Gugus Tugas Pencegahan 263/133/182/thn Bupati HST
dan Penanganan Korban 2014
Tindak Pidana Perdagangan
Orang dan kekerasan
Lainnya
Hulu Sungai
9
Utara
161

10 Tabalong
Tanah
11
Bumbu
12 Balangan
13 Banjarmasin
1. SK Walikota Banjarbaru ttg 188.4.45/317/ 1
Pembentukan Gugus Tugas KUM/2014
Kota Layak Anak Tingkat
Walikota
14 Banjar Baru Kota Banjarbaru Tahun
Banjarbaru
2014-2015
2. SK Walikota Banjarbaru ttg 188.4.45/241/ 1
KPAID KUM/2014
Sumber data : BPPPA Prov. Kalsel

14.2. Kelembagaan Tumbuh Kembang dan Kelangsungan Hidup Anak


Guna pertumbuhan dan perkembangan serta kelangsungan hak anak
maka di kabupaten/kota telah dibentuk beberapa kelembagaan seperti
disajikan pada Tabel di bawah, namun belum semua lembaga ada di
kabupaten/kota.
Tabel 14.2.
Jumlah Kelembagaan Tumbuh Kembang dan KelangsunganHidup Anak
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Bina Bina Pos Panti
Keluarga Keluarga Pendidikan Asuhan
No Prov/Kab/Kota Posyandu
Balita Remaja Anak Usia Anak Yatim
(BKB) (BKR) Dini (PAUD) Piatu/LKSA
1 Tanah Laut 73 32 82 382 2
2 Kotabaru 79 39 278 336 4
3 Banjar 144 48 187 424 7
4 Barito Kuala 189 77 376 395 4
5 Tapin 123 22 211 158 8
Hulu Sungai
6 148 21 98 262 11
Selatan
Hulu Sungai
7 143 17 356 291 11
Tengah
Hulu Sungai
8 163 104 219 251 9
Utara
9 Tabalong 131 95 150 289 5
10 Tanah Bumbu 131 68 182 258 4
11 Balangan 175 28 189 180 4
12 Banjarmasin 104 56 352 510 20
13 Banjar Baru 28 7 126 236 5

Jumlah 1,631 614 2.806 3.972 90

Sumber data:BKKBN,Dinkes, Diknas, Dinsos.


162

14.3. Kelembagaan Partisipasi Anak


Guna menunjang kegiatan anak maka di kabupaten/kota telah pula
dibentuk lembaga partisipasi anak seperti disajikan pada Tabel di bawah tetapi
lembaga itu masih sangat sedikit dan belum semua kabupaten/kota
mempunyainya.
Tabel 14.3.
Jumlah Kelembagaan Partisipasi Anak Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 2014
Telepon
Organisasi/Forum Kegiatan
No Kab/Kota Sahabat Anak
Anak Ekstrakurikuler
129
1 Tanah Laut 1 FAD Kabupaten
2 Kotabaru 1 FAD Kabupaten
1 FAD Kabupaten - Kreatifitas Anak -
- Lifeskill
3 Banjar
Pik Remaja - Konselor sebaya
- kesenian
- 1 FAD Kabupaten
4 Barito Kuala
- 2 FAD Desa
- 1 FAD Kabupaten
5 Tapin
- 12 FAD Kecamatan
6 Hulu Sungai Selatan 1 FAD Kabupaten
7 Hulu Sungai Tengah 1 FAD Kabupaten
8 Hulu Sungai Utara 1 FAD Kabupaten
9 Tabalong 1 FAD Kabupaten
10 Tanah Bumbu 1 FAD Kabupaten
11 Balangan 1 FAD Balangan
- 1 FAD Kota
13 Banjarmasin
- 5 FAD Kecamatan
14 Banjar Baru 1 FAD Kota

Jumlah

Sumber data:BPPPA Prov. Kalsel

14.4. Kelembagaan Mendorong Lingkungan Kondusif Bagi Anak


Guna kepentingan perlindungan anak maka kabupaten/kota telah
membentuk kelembagaan perlindungan anak, tetapi secara kuantitatif
kelembagaan tersebut masih sedikit dan belum semua di kabupaten/kota ada
kelembagaan tersebut. Kecilnya jumlah kelembagaan perlindungan anak
tersebut mengundang pertanyaan: apakah memang masalah anak tidak ada
atau belum banyak sehingga kelembagaan tersebut masih dirasakan belum
perlu?
163

Tabel 14.4.
Jumlah Kelembagaan Untuk Perlindungan Anak Menurut Kab/Kota
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014
Gugus Lain
No Kab/Kota Gugus Tugas Trafiking LPA KPAID Lain
Tugas KLA

1 Tanah Laut - √ - - -
2 Kotabaru - - √ - -
3 Banjar - √ √ - -
4 Barito Kuala - √ - - -
5 Tapin - √ - - -
Hulu Sungai
6 √ √ - -
Selatan
Hulu Sungai - -
7 √ √ √
Tengah
Hulu Sungai
8 - √ - - -
Utara
9 Tabalong - - - - -
10 Tanah Bumbu - √ √ √
11 Balangan - √ - - -
12 Banjarmasin - √ - - -
13 Banjar Baru √ √ √ √ -
Provinsi √ √ √ √ -
Sumber Data: BPPPAProv. Kalsel

Anda mungkin juga menyukai