Anda di halaman 1dari 42

RAHASIA

Lampiran II
Keputusan Direktur Zeni AD
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep / / /2019
DIREKTORAT ZENI Tanggal 2019

PENGAMANAN NUBIKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
a. Ancaman dan bahaya Nubika yang berasal dari senjata Nuklir, Biologi dan
Kimia sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia karena merupakan
senjata pemusnah massal. Ancaman dan bahaya Nubika dapat terjadi selain
berasal dari penggunaan senjata Nubika oleh musuh juga dapat terjadi karena
kecelakaan industri/instalasi yang beraspek Nubika, transportasi, bencana alam
dan teroris yang menggunakan bahan Nubika.

b. Zeni Angkatan Darat dalam melaksanakan tugas pokoknya antara lain


menyelenggarakan pembinaan fungsi Nubika pasif/Pengamanan Nubika.
Pengetahuan tentang Pengamanan Nubika harus dimiliki oleh seluruh prajurit
Angkatan Darat. Kegiatan Pengamanan Nubika merupakan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam menghadapi ancaman dan bahaya Nubika yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi serta kemampuan yang dapat
diandalkan.

c. Agar pelaksanaan kegiatan Pengamanan Nubika dapat mencapai sasaran


secara optimal, maka diperlukan buku Petunjuk Teknik tentang Pengamanan
Nubika sebagai pedoman bagi setiap prajurit dalam menghadapi/menanggulangi
ancaman dan bahaya Nubika.

2. Maksud dan Tujuan.


a. Maksud. Memberikan petunjuk dan penjelasan tentang kegiatan
Pengamanan Nubika yang dilaksanakan oleh setiap prajurit dalam
menghadapi/menanggulangi ancaman dan bahaya Nubika.

RAHASIA
2

b. Tujuan. Sebagai pedoman bagi setiap prajurit dalam melaksanakan


kegiatan Pengamanan Nubika sehingga diperoleh kesamaan langkah dan tindakan
dalam menghadapi/menanggulangi ancaman dan bahaya Nubika untuk mencapai
hasil yang optimal.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup pelajaran ini meliputi Ketentuan
Umum, Kegiatan yang Dilaksanakan, Hal-hal yang Perlu Diperhatikan serta Komando dan
Pengendalian yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Ketentuan Umum.
c. Kegiatan yang Dilaksanakan.
d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan.
e. Komando dan Pengendalian.
f. Evaluasi Akhir Pelajaran.
g. Penutup.

BAB II
KETENTUAN UMUM

4. Umum. Pengamanan Nubika adalah Pengamanan yang dilakukan secara terus


menerus untuk mencegah serta menanggulangi akibat ancaman dan bahaya Nubika.
Kegiatan Pengamanan Nubika dapat dilaksanakan dengan baik apabila ketentuan
mengenai tujuan, sasaran maupun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dimengerti dan
dipahami oleh setiap prajurit.

5. Tujuan. Mewujudkan kemampuan prajurit/satuan untuk dapat melaksanakan


Pengamanan Nubika, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan benar sesuai
ketentuan.

6. Sasaran. Tercapainya keamanan dan keselamatan dalam menghadapi ancaman


atau bahaya Nubika sesuai dengan keadaan yang berlaku.
3

7. Sifat. Kegiatan Pengamanan Nubika, baik karena penggunaan senjata maupun


kedaruratan Nubika lainnya dilaksanakan oleh setiap prajurit atau satuan secara cepat,
tepat, tuntas dan aman, disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.

8. Peranan.
a. Memperkecil jatuhnya korban.
b. Mengurangi efek dan bahaya yang ditimbulkan.
c. Mencegah kerugian personel, materiil serta lingkungan dari ancaman dan
bahaya Nubika.

9. Pengorganisasian. Bentuk organisasi yang digunakan untuk melaksanakan


kegiatan Pengamanan Nubika berdasarkan kepada organisasi satuan. Kegiatan
Pengamanan Nubika dilaksanakan oleh Komandan Satuan beserta seluruh anggotanya.

10. Tugas dan Tanggung Jawab.


a. Komandan Satuan.
1) Memimpin satuannya dalam setiap kegiatan Pengamanan Nubika.
2) Memelihara kemampuan Pengamanan Nubika.
3) Menentukan jenis ancaman/bahaya Nubika.
4) Menentukan status tingkat bahaya yang dihadapi.
5) Menentukan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan.
6) Menentukan kebutuhan alat peralatan dan bahan.
7) Melaporkan kepada atasan hasil pelaksanaan tugas.

b. Anggota sebagai unsur pelaksana mempunyai tugas untuk melaksanakan


kegiatan Pengamanan Nubika dan bertanggung jawab kepada Komandan yang
memerintahkan (Danpok, Dantim, Dansat).

11. Syarat Personel. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam rangka kegiatan
Pengamanan Nubika :
4

a. Mempunyai pengetahuan dasar tentang kenubikaan.


b. Mempunyai kondisi fisik yang prima dan terlatih untuk melaksanakan
kegiatan Pengamanan Nubika.

12. Taktik dan Teknik Pengamanan Nubika.


a. Pengamanan Nubika Taktis. Kegiatan yang dilaksanakan di lapangan yang
bertujuan untuk menghalangi atau memperlambat penggunaan senjata Nubika
musuh.

b. Pengamanan Nubika Teknis. Kegiatan yang dilaksanakan dengan


mempergunakan keahlian atau teknik tertentu.

13. Alat Peralatan. Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Nubika menggunakan alat


peralatan Nubika yang mendukung kelancaran tugas, disesuaikan dengan kebutuhan
serta memenuhi standard yang telah ditentukan. Alat peralatan tersebut antara lain :

a. Set Nubika Perorangan. Set Nubika perorangan terdiri dari:


1) Topeng pelindung,
2) Pakaian pelindung,
3) Sarung tangan pelindung,
4) Pelindung sepatu,
5) Bubuk dekon,
6) Suntikan atropin sulfat,
7) Kertas detektor.
8) Tablet penjernih air serta deklorinasi air.

b. Alat Perlengkapan Lainnya.


1) Perlengkapan pelindung non standard, seperti : ponco, sarung
tangan, kaos basah yang digunakan sebagai masker, tikar plastik sebagai
pelindung badan dan perlengkapan. Khusus untuk perlengkapan pelindung
non standard ini hanya mengurangi kontaminasi dan bersifat sementara.
5

2) Alat perlengkapan dekontaminasi non standard, seperti : semprotan


hama, mobil pemadam kebakaran, deterjen, bahan pemutih rumah tangga,
dll.
3) Alat komunikasi non standard : seperti telepon seluler, kentongan,
dll.

14. Faktor-faktor yang Mempengaruhi.


a. Kualitas Personel. Dalam pelaksanaan kegiatan Pengamanan Nubika
kemampuan personel sangat menentukan untuk mencapai keberhasilan tugas
yang diberikan.
b. Alat Peralatan. Ada atau tidaknya alat peralatan yang digunakan dalam
kegiatan Pengamanan Nubika akan menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas.
c. Cuaca dan Medan. Cuaca sangat berpengaruh pada saat melaksanakan
Pengamanan Nubika. Cuaca ini meliputi arah dan kecepatan angin, kelembaban,
suhu, dan tekanan udara. Sedang medan meliputi ketinggian, daerah gurun, rawa,
dll.

BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

15. Umum. Tujuan utama dari kegiatan Pengamanan Nubika ini adalah untuk
mencegah dan mengurangi bahaya langsung akibat penggunaan senjata Nubika atau
bahaya Nubika lainnya. Agar dapat mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan
Pengamanan ini, maka perlu dipahami langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan
dalam Pengamanan Nubika oleh setiap prajurit.

16. Pemakaian Set Nubika Perorangan.


a. Cara Pemakaian Baju Pelindung. Pemakaian baju pelindung disesuaikan
dengan jenis pakaian pelindungnya, secara umum pemakaian sama dengan baju
biasa, namun harus diyakinkan bahwa tidak ada bagian baju yang sobek atau
berlubang. Ada dua jenis baju pelindung yaitu impermeable yang dipergunakan
untuk petugas dekontaminasi dan permeable untuk personel selain petugas
dekontaminasi.
6

b. MOPP Level. Pemakaian pakaian pelindung Nubika disesuaikan dengan


macam penugasan dan tingkat kontaminasi di daerah penugasan. Hal ini disebut
tahapan MOPP. Tahapan MOPP akan melindungi tubuh dari bahaya racun kimia,
agensia biologi dan toksin. Sebaliknya tahap-tahapan MOPP tidak melindungi
tubuh dari bahaya radiasi nuklir awal ataupun bahaya lanjutan kontaminasi
radiologi dari induksi gamma ataupun jatuhan debu radio aktif. Namun demikian
akan memberikan perlindungan terhadap kemungkinan partikel radioaktif yang
masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.
1) Tahapan MOPP (MOPP Gear) sebagai berikut :
a) MOPP Level Zero
b) MOPP Level 1
c) MOPP Level 2
d) MOPP Level 3
e) MOPP Level 4

2) Alat Proteksi yang digunakan dalam MOPP :

NO ALAT PROTEKSI MOPP 0 MOPP 1 MOPP 2 MOPP 3 MOPP 4


1 Pakaian Pelindung Tersedia Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
2 Pelindung Sepatu Tersedia Dibawa Dipakai Dipakai Dipakai
3 Topeng Dibawa Dibawa Dibawa Dipakai Dipakai
4 Sarung tangan Tersedia Dibawa Dibawa Dibawa Dipakai

Gambar 1. Alat proteksi


7

Gambar 2. Set pelindung Nubika perorangan (untuk MOPP level 0 s.d 4).

MOPP LEVEL 0 MOPP LEVEL 1

MOPP LEVEL 2 MOPP LEVEL 3


8

MOPP LEVEL 4

Pemakaian Topeng Pelindung Pengecekan Kebocoran Topeng

c. Cara Pemakaian Topeng Pelindung. Sebelum pemakaian, pengguna yang


memakai kacamata sebaiknya dilepas, cara pemakaian topeng pelindung sebagai
berikut :
1) Tahan nafas, keluarkan topeng pelindung dari tas pembawa.
9

2) Pakai topeng pelindung dan kembali bernafas.


3) Periksa VSCT.
V = Vision/Pandangan (apakah sudah sesuai dengan pandangan
mata pemakai).
S = Straps/Tali-tali harnes (apakah sudah kencang sesuai dengan
bentuk kepala pemakai)
C = Contours (apakah topeng tersebut sudah rapat sesuai dengan
betuk wajah pemakai).
T = Tightness/Kerapatan (udara hanya mengalir melalui filter)
4) Tutup kembali tas pembawanya.
5) Waktu yang dibutuhkan untuk memakai topeng pelindung dengan
benar tidak lebih dari sembilan detik.

d. Cara Pemakaian Sarung Tangan Pelindung. Sarung tangan pelindung


dipakai setelah baju pelindung dan sarung tangan pelindung harus rapat dengan
lengan baju dengan menggunakan lakban atau tali.
e. Cara Pemakaian Pelindung Sepatu. Pelindung sepatu digunakan untuk
melindungi kaki dan sepatu dari kontaminasi terutama kontaminan yang berbentuk
cair serts pelindung sepatu juga harus dipakai rapat dengan sepatunya.
f. Pemakaian Bubuk Dekontaminasi. Bila detektor kertas menunjukkan
adanya racun kimia cair, maka harus digunakan bubuk dekon untuk dekontaminasi
primer. Bagian-bagian yang didekon adalah bagian kulit yang tidak terlindung
seperti tangan dan leher demikian juga bagian-bagian perlengkapan seperti
pakaian pelindung, senjata dan alat peralatan lainnya.

Gambar 3. Bubuk Dekon


10

g. Pemakaian Suntikan Atropin Sulfat. Suntikan atropin segera digunakan jika


terdeteksi gejala-gejala kontaminasi racun syaraf, seperti pandangan kabur,
melakukan aktivitas pernafasan dengan cepat (Runny nose), hidung banyak
mengeluarkan lendir dan susah dalam bernafas. Pemakaian dari suntikan atropin
tidak boleh lebih dari dua kali dalam sekali pemakaian, untuk penanganan lebih
lanjut hubungi tim medis. Cara penggunaan atropin sulfat sebagai berikut :

1) Keluarkan atropin sulfat dari plastik pembungkusnya.


2) Tarik keluar tombol pengamannya.
3) Kemudian tekan atropin sulfat ke paha atas, yakinkan suntikan
atropin sulfat tidak terhalang ketika disuntikan ke paha.
4) Lama suntikan atropin ke paha 10 detik, untuk itu sewaktu menyuntik
hitung angka 1- 10 secara perlahan kemudian dicabut.
5) Jika dalam 5 – 10 menit setelah suntikan pertama belum terasa
adanya kesembuhan, maka persiapkan untuk menyuntik atropin sulfat yang
kedua.
6) Maksimum suntikan adalah dua kali selebihnya ditangani oleh tim
kesehatan.

Gambar 4. Suntikan Atropine

h. Penggunaan Kertas Detektor. Kertas detektor digunakan untuk mendeteksi


racun kimia cair, perubahan warna yang terjadi pada kertas detektor akan
menunjukkan jenis racun kimia yang ada :
1) Bila warna kertas berubah menjadi warna kuning berarti
menunjukkan adanya racun syaraf jenis G.
2) Bila warna kertas berubah menjadi warna hijau gelap berarti
menunjukkan adanya racun syaraf jenis V.
11

3) Bila warna kertas berubah menjadi warna merah berarti


menunjukkan adanya racun lepuh jenis H/L.
4) Untuk penempatan kertas detektor adalah sebagai berikut :
a) Bagian atas lengan pada pakaian pelindung.
b) Ditempelkan pada bagian bawah celana pakaian pelindung
atau pada pelindung sepatu.
c) Ditempelkan pada lade senjata.
d) Waktu untuk memakai kertas detektor yaitu ketika akan
melaksanakan penyelidikan Nubika dan pada saat ada kedaruratan
Nubika.

Gambar 5. Kertas Detector

i. Pemakaian Tablet Desinfektan dan Deklorinasi Air (Water desinfection


tablet & Water dechlorination tablet). Tablet desinfektan air ini akan memurnikan
air secara biologi, artinya kuman-kuman yang ada pada air akan dimatikan
sedangkan tablet deklorinasi air akan meninggalkan klorin pada air untuk
membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Proses desinfeksi air minum
sebagai berikut :
1) Gunakan air yang bersih.
2) 1 tablet desinfeksi hanya untuk 0,5 liter air, masukkan tablet ke dalam
air dan goyangkan/diaduk selama 2 s.d 3 menit kemudian diamkan.
3) Tunggu kurang lebih 30 menit, setelah itu tambahkan tablet
deklorinasi dan goyangkan/diaduk kemudian diamkan.
12

4) Banyaknya tablet yang digunakan sesuai dengan banyaknya air yang


dibutuhkan (misalnya ada dua liter air, maka memerlukan 4 tablet desinfeksi
air dan empat tablet deklorinasi).

17. Menghadapi Serangan Senjata Nuklir.


a. Sebelum Serangan.
1) Perorangan. Saat sebelum terjadinya serangan, kegiatan yang
dilaksanakan adalah :
a) Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadi serangan.
b) Pelajari keadaan medan sekitar, terutama perhitungkan
kemungkinan untuk memanfaatkan benda-benda medan yang dapat
digunakan untuk perlindungan dan dekontaminasi.
c) Bila tidak ada lobang perlindungan yang khusus, siapkan/buat
lobang perlindungan perkubuan yang di atasnya diberi penutup.
d) Kenakan sarung tangan.
e) Menggunakan baju lengan panjang yang ukurannya agak
longgar (tidak ketat) dan dapat menutupi tubuh selengkap mungkin.
f) Siapkan topeng pelindung, ponco, pelindung sepatu, tikar
karet/plastik dan set dekontaminasi perorangan, agar dapat dipakai
dengan cepat pada saat yang tepat.
g) Patuhi semua prosedur/peraturan dan instruksi pimpinan
dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi.

2) Satuan.
a) Dansat menyampaikan perhatian/petunjuk atau pengarahan
tentang hal-hal yang penting untuk Pengamanan Nubika kepada
anggotanya dan memerintahkan unsur pengamat satuannya untuk
melaksanakan pengamatan.
b) Siapkan Protap dan peralatan peringatan bahaya Nubika.
c) Siapkan pen dosimeter/detektor dan kontainer bahan
radioaktif.
d) Siapkan alat peralatan dekontaminasi.
e) Siapkan lobang perlindungan.
13

f) Lindungi peralatan dan perbekalan logistik dengan ditutup


plastik/ terpal.
g) Perhatikan dan ikuti keadaan meteorologi, terutama arah dan
kecepatan angin.

b. Selama Serangan.
1) Perorangan.
a) Di daerah/medan terbuka tak terlindung, tindakan cepat dan
tepat sangat diperlukan dalam menghadapi ledakan nuklir dengan
melaksanakan tindakan sebagai berikut :
(1) Tiarap
(a) Tiarap secepat mungkin dengan posisi muka dan
badan merapat ke permukaan tanah, arahnya
berlawanan dengan arah ledakan.
(b) Tutuplah mata dan jangan dibuka sebelum
kilatan cahaya sudah lewat.
(c) Lindungilah tangan, leher dan muka atau bagian-
bagian tubuh yang masih terbuka.
(d) Perhatikan dan diingat, saat terjadinya ledakan,
kilatan cahaya dan saat terdengarnya dentuman.
(e) Menghitung dalam hati dengan hitungan satu
ribu, dua ribu, tiga ribu dan seterusnya, yang dimulai
dari saat timbulnya kilatan cahaya dan berhenti pada
saat didengar dentuman.

(2) Setelah dentuman, selanjutnya terjadi bahaya


gelombang tekan dan panas.
(a) Kenakan topeng pelindung, sepatu pelindung
dan ponco.
(b) Rapatkan pakaian agar tidak ada lagi kulit yang
tidak terlindung.
(c) Perhatikan dan catat arah ledakan (bila mungkin
gunakan kompas) dan perhatikan awan cendawan yang
terjadi.
14

(d) Amati type ledakan. Bila awan cendawan


berwarna putih berarti ledakan di udara. Bila berwarna
abu-abu atau hitam berarti ledakan dipermukaan dan bila
hitam pekat berarti ledakan di bawah permukaan tanah,
sedang sangat putih berarti ledakan di bawah permukaan
air.
(e) Ukur lebar, tinggi batas atas dan tinggi batas
bawah (TBA dan TBB) awan cendawan.
(f) Catat koordinat kedudukan sendiri.
(g) Catat data-data di atas, laporkan kepada Dansat
serta diteruskan ke PAP dan perwira staf khusus Nubika
dengan bentuk laporan Nubika 1 / NU.

Format Laporan Nubika – 1 / Nu

B : …………..( Koordinat pengamat enam angka )


C : ………….( Arah titik nol ledakan dari pengamat, derajat 3 angka )
D : ...……… ( Saat ledakan )
E : ………… ( Lama kilatan cahaya bola api dalam detik )
H : ………… ( Tipe ledakan )
J : ………… ( Waktu antara kilatan dan ledakan dalam detik )
L : ………… ( Lebar awan cendawan, strip / derajat )
M : ………… ( Sudut TBA/TBB dalam strip / derajat )
15

Contoh :

RAHASIA
Dari : Pengamatan Nubika
Untuk : POK PAP
Daerah : ………………….
Waktu : 10 20 45 Okt 1986
(Tgl, jam, bulan, tahun) Bra ini dikirim.

LAPORAN NUBIKA –1 / NU
B : 168 398
C :  2270
D : 10 20 30 Okt 1986
H : Permukaan
J : 19 Detik
L : 200
M : 420 TBB
RAHASIA

b) Di daerah medan tertutup / terlindung.


(1) Jangan ke luar dari lobang perlindungan sebelum
bahaya gelombang tekan berhenti.
(2) Di dalam lobang perlindungan, tempelkan badan rapat
kelantai dengan muka menghadap ke bawah ditutup dengan
kedua belah tangan.
(3) Di dalam kendaraan, matikan mesin kendaraan, tiarap
atau berlindung serendah-rendahnya dan tutuplah muka
dengan kedua belah tangan.
(4) Di dalam ruangan, bertiarap dan hindari kemungkinan
terkena pecahan kaca dan tutuplah muka dengan kedua belah
tangan.
(5) Bila keadaan memungkinkan kenakan topeng
pelindung, sepatu pelindung, kaos tangan dan ponco.
16

(6) Tikar karet/plastik digunakan untuk penutup agar tidak


terkena debu radioaktif.

c) Bila diberi peringatan sebelumnya. Pilihlah perlindungan yang


terkuat dan paling kokoh yang segera dapat dengan mudah dicapai.
Perlindungan ini dapat menahan/memberi perlindungan dari bahaya
gelombang tekan, radiasi panas dan terhadap kemungkinan
kejatuhan benda-benda yang beterbangan atau terjadi reruntuhan
akibat gelombang tekan.

d) Bila tidak sempat masuk ke dalam lobang perlindungan,


manfaatkan benda-benda medan sebagai perlindungan yang dapat
untuk berlindung dari bahaya gelombang tekan dan kilatan cahaya
dengan posisi tetap tiarap. Benda-benda medan dimaksud seperti
ketinggian tanah dengan bangunan beton/baja, kendaraan bermuatan
atau parit, onggokan tanah, urugan dan sebagainya.

e) Personel yang terkontaminasi debu radioaktif, segera


melakukan dekontaminasi perorangan dengan mengibaskan pakaian
menggunakan ranting dedaunan atau benda lainnya atau menyikat
dengan sikat yang tersedia dalam set dekon perorangan.

f) Di daerah kontaminasi, setiap prajurit dilarang untuk :


(1) Mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak
tertutup/terbungkus.
(2) Makan dan minum bahan-bahan makanan atau
minuman dalam kaleng yang kalengnya belum
dicuci/didekontaminasi lebih dulu.
(3) Memasukkan sesuatu ke dalam mulut, apabila tidak
diketahui dengan pasti, bahwa barang tersebut tidak
terkontaminasi.
(4) Mandi di telaga atau empang.
(5) Melakukan gerakan-gerakan yang dapat
membangkitkan debu menjadi beterbangan.
17

2) Satuan.
a) Dansat segera menentukan cara-cara melaksanakan tugas
satuannya sesuai dengan keadaan bahaya dan medan, agar dapat
mengurangi kemungkinan jatuhnya korban dan tugas pokok dapat
diselesaikan dengan baik.
b) Gunakan alat perlindungan Nubika.
c) Gunakan pen dosimeter dan detektor nuklir, untuk mendeteksi
tingkat intensitas radiasi.
d) Periksa kekuatan satuan dan melaporkan kepada Komando
Atas.
e) Bila mungkin lakukan dekontaminasi.

c. Sesudah Serangan. Adalah keadaan 90 detik setelah terjadinya ledakan,


bahaya terbesar dari gelombang tekan, panas dan radiasi awal berhenti dan tidak
ada benda-benda berat atau pecahan kaca yang berjatuhan. Tindakan yang
dilakukan adalah :
1) Perorangan.
a) Selalu waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan
mendapat serangan berikutnya.
b) Periksakan diri terhadap adanya gejala sakit radiasi.
c) Lapor kepada Dansat bila merasa ada gejala sakit radiasi.
d) Melepas topeng dan sepatu pelindung serta sarung tangan
dan ponco atas perintah Dansat.
e) Tetap mentaati larangan yang berlaku.
f) Perlindungan terhadap jatuhan debu radio aktif (fall out)
dilakukan sebagai berikut :
(1) Galilah lobang perlindungan atau manfaatkan lobang
perlindungan alam.
(2) Bila terdapat tanda-tanda adanya jatuhan debu radio
aktif maka segera masuk ke dalam lobang perlindungan.
(3) Tinggalah di dalam lobang perlindungan sampai ada
pemberitahuan bahaya fall out telah selesai.
(4) Bersihkan dan buang semua debu yang menempel
pada ponco/tikar penutup lobang.
18

(5) Menggunakan pakaian pelindung secara cepat dan


tepat agar debu radio aktif tidak mengenai kulit.

g) Pertolongan pertama. Korban ledakan nuklir diakibatkan


karena terkena efek gelombang tekan, panas dan radiasi.
Pertolongan pertama hanya dapat diberikan kepada korban akibat
efek gelombang tekan dan panas secara terbatas, sedangkan
terhadap korban efek radiasi tidak dapat diberikan.

h) Dekontaminasi perorangan terhadap debu radio aktif. Dengan


tetap memakai topeng pelindung prajurit yang terkontaminasi debu
radio aktif harus segera melaksanakan dekontaminasi perorangan.
Pelaksanaan dekontaminasi tersebut sebagai berikut :
(1) Pada tubuh.
(a) Tentukan bagian tubuh yang terkontaminasi.
(b) Bersihkan dengan sikat, atau ranting dedaunan
atau rumput yang bersih/tidak terkontaminasi dengan
cara dikibas-kibaskan.

(2) Terhadap Senjata.


(a) Tentukan bagian senjata yang terkontaminasi.
(b) Bersihkan dengan sikat atau ranting dedaunan
atau rumput yang bersih/tidak terkontaminasi dengan
cara dikibas-kibaskan.
c) Periksa jumlah anggota yang terkontaminasi atau menjadi
korban.
d) Lakukan penyaringan/isolasi korban.
e) Laporkan keadaan daerah yang diduduki dan kekuatan yang
masih ada.

d. Longmalap Terhadap Nuklir.


1) Terhadap korban patah tulang. Pada bagian yang patah dibersihkan
dari debu radioaktif kemudian diberi dua papan dan diikat agar bagian yang
patah tidak bergerak.
19

2) Terhadap luka bakar tingkat kesatu (kulit terasa nyeri dan kelihatan
merah).
a) Berilah es, kemudian diolesi dengan mentega atau salep.
b) Bila tidak ada es, berilah minyak kelapa dicampur dengan air,
perbandingan 1 : 1 dan tambahkan sedikit air kapur kemudian
oleskan pada luka bakar.

3) Luka bakar tingkat kedua ( kulit melepuh).


a) Bungkus dengan kain kasa basah yang steril.
b) Laporkan kepada petugas/satuan kesehatan.

4) Luka bakar tingkat ketiga (kulit tampak hangus).


a) Tidurkan penderita.
b) Tutup luka yang hangus dengan kain kasa basah yang bersih
dan steril.
c) Jangan memberi sesuatu pada kulit yang hangus.
d) Laporkan kepada petugas/satuan kesehatan.

5) Terjadi sakit radiasi (terkontaminasi radioaktif).


a) Bersihkan badan dari debu radioaktif.
b) Cek penderita dengan alat ukur radiasi.
c) Pindahkan ke daerah yang aman dari radiasi nuklir.
d) Beri istirahat yang cukup.
e) Beri makan yang bergizi untuk memulihkan kondisi korban.

e. Dekontaminasi. Terhadap prajurit yang terkontaminasi debu radioaktif,


melaksanakan kegiatan dekontaminasi sebagai berikut :
1) Goyang-goyangkan badan agar debu-debu radioaktif berjatuhan.
2) Mandi shower tanpa menggosok badan dengan alat tertentu atau
mandi di bawah pancuran.

f. Pemasangan Tanda Kontaminasi Nuklir. Tanda ini digantung dengan


tali setinggi yang dapat dilihat oleh setiap prajurit dengan warna dasar putih dan
tulisan ATOM berwarna hitam.
20

28 cm

ATOM
20 cm 20 cm

18. Menghadapi Serangan Senjata Biologi.


a. Sebelum Serangan.
1) Perorangan.
a) Pelihara kesehatan dan kekuatan tubuh dengan latihan
jasmani secara teratur.
b) Selalu waspada terhadap tanda-tanda serangan biologi.
c) Siapkan set Nubika perorangan dan latihan pemakaiannya
menurut prosedur/ketentuan.
d) Panjangkan lengan baju dan kancingkan serta rapatkan.
e) Jagalah makanan dan minuman dalam keadaan terlindung.
f) Makan/minum obat-obatan yang telah diterima sesuai
petunjuk.

2) Satuan.
a) Siapkan Protap dan peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan tanda pemberitaan bahaya biologi.
b) Lakukan imunisasi/vaksinasi terhadap anggota satuan.
c) Perhatikan hygiene lapangan.
d) Selenggarakan latihan jasmani.
e) Drill pemakaian set Nubika perorangan secara teratur.
f) Amankan semua perbekalan dari kemungkinan terkontaminasi.

b. Selama Serangan.
1) Perorangan.
a) Waspada terhadap hal-hal yang mencurigakan sebagai
berikut. :
21

(1) Pesawat terbang menjatuhkan barang, seperti granat,


bom dan lain-lain, terutama yang meledak dengan suara
redup serta menyemprotkan bahan-bahan yang aneh dan tidak
dikenal.
(2) Adanya asap yang tidak diketahui asalnya atau sifatnya.
(3) Adanya peningkatan jumlah binatang yang mati atau
sakit.
(4) Timbulnya jumlah serangga yang sangat banyak.
(5) Adanya suatu ledakan yang tidak langsung
menimbulkan korban.

b) Gunakan set Nubika perorangan.

c) Menjaga agar tidak menghirup udara yang diperkirakan


mengandung agensia biologi.

d) Lindungi kulit dari cairan/aerosol berkuman dan serangga,


dengan memakai pakaian serapat mungkin.

e) Siapkan dan gunakan dengan tepat obat penolak/pembunuh


serangga.

f) Catat dan laporkan kepada Dansat bila mengetahui adanya


serangan senjata biologi, meliputi :

(1) Saat serangan mulai dan berakhir.


(2) Koordinat daerah sasaran seperti tempat jatuhnya bom,
semprotan pesawat dan lain-lain.
(3) Alat pelontar yang digunakan musuh, seperti pesawat
terbang, roket dan lain-lain.
22

g) Buat laporan Nubika I / Bika.

Format Laporan Nubika – 1 BIKA

B : ………….. (Koordinat pengamat enam angka)


D : ………….. (Saat serangan mulai)
E : ………….. (Saat serangan akhir)
F : ………….. (Koordinat pusat serangan)
G : ………….. (Alat pelontar)
H : ………….. (Jenis senjata)
I : ………….. (Jumlah ledakan)

Contoh :
RAHASIA
Dari : ………………
Untuk : ………………
Daerah : ………………
Waktu : ………………
LAPORAN NUBIKA –1/BIKA
B : 168 398
D : 20 0930
E : 09 40
F : 128 742
G : Bomlet/Air Spray
H : Jenis Agensia Anthrax
I : 10 Tembakan
2) Satuan.
RAHASIA

a) Dansat memerintahkan penyampaian berita adanya bahaya


(Alarm ).
b) Dansat segera menentukan cara pelaksanaan tugas, agar
dapat mengurangi terjadinya korban / kerugian sekecil mungkin.
23

c) Memerintahkan kepada seluruh anggotanya untuk


mengadakan vaksinasi/imunisasi.
d) Mengadakan pemeriksaan atau pengecekan apakah semua
anggotanya sudah melaksanakan pemakaian alat pelindung
perorangan terutama topeng pelindung.
e) Amankan/lindungi semua bekal logistik dari kemungkinan
terkena kontaminasi biologi.
f) Bila mungkin, hindari daerah yang terkontaminasi.
g) Waspada dan laporkan tentang adanya gejala penyakit.

c. Longmalap Terhadap Senjata Biologi. Pertolongan pertama terhadap


korban agensia biologi tidak dapat segera diberikan karena gejala baru tampak
sesudah beberapa hari/minggu kemudian. Bila terjadi korban, harus segera di
bawa ketempat perawatan kesehatan :

1) Terjadi serangan diare.


a) Diistirahatkan di tempat yang bersih.
b) Diberi air minum campuran gula dan garam ( 0,5 : 1).
c) Bila kondisi korban semakin parah, laporkan kepada petugas/
satuan kesehatan.

2) Terjadi mual dan muntah-muntah.


a) Diistirahatkan di tempat yang bersih.
b) Beri minum yang berasa asam dan hangat (air jeruk atau susu
hangat).
c) Gosok minyak kayu putih/salep, penghangat pada bagian
perut.
d) Bila disertai panas tinggi segera laporkan kepada
petugas/satuan kesehatan.

3) Terjadi serangan wabah penyakit.


a) Adakan pertolongan sementara dengan membersihkan badan.
b) Laporkan kepada petugas/satuan kesehatan.
24

e. Pemasangan Tanda Kontaminasi.Tanda ini digantung dengan tali setinggi


yang dapat dilihat oleh setiap prajurit dengan warna dasar biru dan tulisan BIO
berwarna merah
28 cm

20 cm BIO 20 cm

f. Dekontaminasi. Dekontaminasi agensia biologi harus secepat mungkin


dilaksanakan :
1) Dekontaminasi tubuh.
a) Bersihkan muka dan tangan secepatnya dengan air sabun.
b) Sikat gigi dan gusi.
c) Mandi dengan menggunakan air dan sabun, bila mungkin
gunakan air hangat / panas.

2) Dekontaminasi peralatan perorangan. Terhadap peralatan


perorangan yang terkontaminasi agensia biologi, harus didekontaminasi
cukup dicuci dengan air sabun dan disikat.

3) Dekontaminasi makanan dan minuman.


a) Makanan dan minuman yang dapat didekontaminasi adalah
yang dikemas dalam kaleng yang masih tertutup rapat / belum
dibuka. Dekontaminasi makanan dan minuman dilakukan dengan
cara :
(1) Direbus selama 15 menit atau.
(2) Dicuci dengan air sabun atau disinfektan.

b) Bila dalam keadaan darurat air yang tidak tertutup dapat


dimasak sampai mendidih minimum selama 15 menit.
25

19. Menghadapi Serangan Senjata Kimia.


a. Sebelum Serangan.
1) Perorangan.
a) Setiap prajurit harus memahami tentang arti dan hakekat
bahaya Kimia, agar tidak ragu-ragu dalam menghadapinya.
b) Memahami dan trampil menggunakan dan memelihara set
Nubika perorangan.
(1) Mahir dan terampil menggunakan topeng pelindung
tidak lebih dari 9 detik dan melepasnya sesuai prosedur.
(2) Memahami dan terampil menggunakan set Nubika
perorangan.
c) Kenakan pakaian dengan baju lengan panjang dan tertutup
rapat.
d) Perhatikan keadaan meteorologi terutama arah angin.
e) Perhatikan bentuk permukaan medan.
f) Waspada terhadap segala kemungkinan dan siap menghadapi
bahaya kimia.

2) Satuan.
a) Siapkan alat peralatan deteksi dan pemberitaan dini.
b) Periksa kesiapan set Nubika perorangan pada semua anggota.
d) Amankan peralatan dan perbekalan logistik satuan (ditutup
dengan plastik), sehingga tidak terkontaminasi.
d) Latih anggota agar memiliki ketahanan fisik yang prima.
e) Siapkan lobang perlindungan.
f) Waspada terhadap segala kemungkinan dan siap menghadapi
bahaya kimia.

b. Selama Serangan.
1) Perorangan.
a) Waspada terhadap hal-hal yang mencurigakan.
b) Berikan peringatan dini.
26

c) Kenakan topeng, sepatu pelindung, sarung tangan serta


ponco.
d) Kenakan pakaian dengan baju lengan panjang dan tertutup
rapat.
e) Catat dan laporkan kepada Dansat adanya serangan senjata
kimia, meliputi :
(1) Saat mulai serangan dan akhir serangan.
(2) Koordinat daerah sasaran seperti tempat jatuhnya bom,
tempat pesawat menyemprot dan lain-lain.
(3) Alat pelontar yang digunakan, seperti pesawat terbang,
roket dan lain-lain.
(4) Koordinat kedudukan sendiri.

2) Satuan.
a) Dansat memerintahkan pemberitaan dini dan cara pelaksanaan
tugas.
b) Pemeriksaan terhadap kesiapan anggota dalam pemakaian
set Nubika perorangan.
c) Lakukan deteksi dan identifikasi terhadap racun kimia.
d) Anggota diharuskan masuk ke dalam lobang perlindungan.
e) Amankan perbekalan logistik dan peralatan dengan ditutup
memakai plastik.
f) Lakukan dekontaminasi primer.
g) Laporkan keadaan bahaya yang terjadi dengan menggunakan
laporan Nubika I/Bika kepada Komando Atas.

c. Sesudah Serangan.
1) Perorangan.
a) Jangan melepas topeng pelindung sebelum ada perintah.
b) Lakukan dekontaminasi dengan set dekontaminasi
perorangan.
d) Patuhi larangan-larangan yang berlaku di daerah kontaminasi.
e) Perhatikan arah dan kecepatan angin.
27

f) Bila harus menduduki daerah kontaminasi pilihlah tempat di


medan pada suatu ketinggian dan hindarilah selokan, lembah dan
sebagainya.
g) Hindari bersentuhan/kontak langsung dengan benda-benda
yang terkontaminasi .
h) Laporkan segala keadaan yang mencurigakan yang ditemukan
di medan kepada Dansat.
i) Berikan pertolongan pertama kepada personel yang menjadi
korban sesuai prosedur.
j) Siap melaksanakan tugas atau perintah.

2) Satuan.
a) Laksanakan deteksi dan identifikasi racun kimia yang
mengkontaminasi daerah.
b) Laksanakan dekontaminasi.
c) Periksa jumlah anggota yang terkontaminasi atau menjadi
korban.
e) Lakukan penyaringan/isolasi korban.
f) Laporkan keadaan daerah yang diduduki dan kekuatan yang
masih ada.

d. Longmalap Terhadap Senjata Kimia. Pertolongan pertama terhadap korban


racun kimia adalah tindakan cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya luka-luka
komplikasi yang lebih lanjut karena bekerjanya racun kimia. Oleh karena itu setiap
prajurit harus mahir dan trampil dalam melaksanakan tindakan pertolongan
pertama. Sesuai dengan sifat dan cara bekerjanya racun/bahan kimia menyerang
tubuh pada bagian-bagian yang berbeda, maka cara melaksanakan pertolongan
pertama terhadap korban racun/bahan kimia ini, disesuaikan dengan jenis
racun/bahan kimia sebagai berikut :

1) Pertolongan pertama terhadap korban akibat bahan kimia penindak


huru-hara/ iritasi.
a) Terhadap korban gas batuk, dengan cara :
(1) Kenakan topeng pelindung.
28

(2) Hembuskan udara di dalam topeng kuat-kuat keluar.


(3) Jika diperlukan, lakukan pernapasan buatan.
(4) Aerosol gas batuk cepat dicuci dengan sabun.

b) Terhadap korban gas air mata.


(1) Pejamkan mata dan bergerak ke tempat udara yang
segar (2) Buka mata dengan muka menghadap
berlawanan arah angin bertiup.
(3) Hapus air mata dengan sapu tangan yang bersih, tetapi
jangan digosok.
(4) Pakaian yang terkontaminasi dikibas-kibaskan hingga
bersih.

2) Pertolongan pertama terhadap korban akibat bahan kimia penimbul


asap.
a) Pakai topeng pelindung.
b) Jika kulit merasa pedih, cuci dengan air bersih.
c) Jika percikan bahan penimbul asap mengenai mata, bukalah
mata dan kucurkan air bersih secara perlahan-lahan.
d) Bila kondisi korban semakin parah, lapor pada satuan
kesehatan.

3) Pertolongan pertama terhadap korban akibat bahan kimia pembakar.

a) Phosphor putih.
(1) Jika percikan phosphor yang terbakar mengenai
pakaian segera melepaskan pakaian sebelum phosphor
mengenai kulit.
(2) Jika kulit terkena phosphor, matikan nyala api tersebut
dengan air, kain basah atau lumpur basah untuk mencegah
terkena udara sampai percikan phosphor dapat dihilangkan.
(3) Cobalah menghilangkan percikan phosphor dengan
pisau, bayonet, tongkat atau lidi serta hilangkan phosphor
dengan menggunakan kain basah.
29

(4) Bila kondisi korban semakin parah, lapor pada satuan


kesehatan.

b) Bahan yang mudah terbakar.


(1) Pakai topeng pelindung agar asap tidak masuk
kesaluran pernapasan.
(2) Manfaatkan pelindung panas yang ada di medan.
(3) Berlindung dalam ruang bawah tanah terhadap
serangan penyembur api.

4) Pertolongan pertama terhadap korban akibat racun psykho kimia.


Cara pemberian pertolongan pertama sebagai berikut :
a) Pindahkan korban ke tempat udara segar.
b) Longgarkan pakaian.
c) Cuci mata dan kulit dengan air bersih dan sabun.
d) Jika korban meronta-ronta, korban diikat dipohon/tiang atau
velbed kemudian diberdirikan.

5) Pertolongan pertama terhadap korban akibat racun lepuh. Korban


racun lepuh membahayakan penolong yang tidak memakai perlengkapan
pelindung. Oleh karena itu dalam memberikan pertolongan pertama
terhadap korban racun lepuh, penolong harus memakai set pelindung
perorangan. Pada prinsipnya cara pertolongan pertama terhadap korban
racun lepuh adalah sebagai berikut :
a) Pada kulit.
(1) Bagian kulit yang terkena racun diseka dengan kain
pembalut atau kapas.
(2) Cuci bagian kulit tersebut dengan air.
(3) Oleskan salep pelindung pada bagian kulit tersebut dan
biarkan beberapa menit atau beberapa saat.
(4) Sekalah sekali lagi bagian kulit tersebut dengan kain
pembalut atau kapas.
(5) Oleskan lagi salep pelindung dan biarkan terus.
(6) Jika kulit melepuh, balutlah dengan kain kasa/perban.
30

b) Pada mata.
(1) Cari tempat terlindung, tarik napas dalam-dalam.
(2) Lepaskan topeng pelindung.
(3) Sekalah mata dengan kapas dan tuangkan pelan-pelan
air dari veldples pada bagian mata yang terkena sehingga
airnya tidak mengkontaminasi bagian muka lainnya.
(4) Bersihkan dan periksa topeng pelindung.
(5) Dekontaminasi muka, telinga dan leher.
(6) Pakai kembali topeng pelindung. Selama melakukan
pertolongan tersebut mulut harus tetap tertutup untuk
mencegah masuknya cairan melalui mulut.

c) Pakaian terkena percikan.


(1) Gunting bagian kain yang terkena.
(2) Hapus dan bedaki bagian yang terkena dengan bubuk
dekontaminasi.
(3) Ulangi prosedur ini sampai keadaan tidak
membahayakan.

d) Pakaian terkena cairan berat/banyak.


(1) Lepaskan pakaian tersebut.
(2) Lakukan dekontaminasi pada kulit yang terkena.
(3) Tanggalkan semua pakaian luar yang terkontaminasi
sebelum masuk lobang perlindungan.

6) Pertolongan pertama terhadap korban akibat racun darah.


a) Kenakan topeng pelindung.
b) Pecahkan 2 buah ampul amyl nitrit dan sisipkan ke dalam
bagian dalam topeng pelindung (pada pipi kiri dan kanan).
c) Jika gejala masih ada, ulangi pemberian ampul amyl nitrit
seperti di atas setiap 4 atau 5 menit sekali sampai pernapasan
normal.
d) Jika masih mengalami kesulitan bernapas, berikan pernapasan
buatan.
31

7) Pertolongan pertama terhadap korban akibat racun cekik. Cara


pertolongan pertama adalah sebagai berikut :
a) Kenakan topeng pelindung.

b) Longgarkan pakaian dan ikat pinggang serta berikan minuman


kopi panas.

c) Jika gejala semakin berat, cegah gerakan-gerakan yang tidak


perlu.

e) Jangan diberi bantuan pernapasan buatan.

e) Beri selimut selanjutnya dievakuasi.

8) Pertolongan pertama terhadap korban akibat racun syaraf. Cara


pertolongan pertama adalah sebagai berikut :

a) Kenakan topeng pelindung.

b) Berikan suntikan antropin, sebagai obat penawar racun syaraf.

c) Berikan bantuan pernapasan buatan.

d) Jika gejala keracunan menunjukkan efek-efek tambahan


seperti :

(1) Keringat keluar berlebihan.


(2) Sukar bernapas.
(3) Pusing kepala dan muntah-muntah.
(4) Meronta-ronta, dan terkencing-kencing, maka korban
diberikan suntikan antropin kembali sampai gejala-gejala
tersebut berhenti. Biasanya setiap prajurit dibekali 3 tabung
antropin dan suntikan tersebut diberikan dengan selang waktu
10 menit.
32

10) Cara memberikan suntikan antropin sebagai berikut :

2 inches

a) Jika cairan kelihatan membeku, maka cairkan dengan jalan


mengkontak dengan tangan atau bagian badan lain yang panas atau
memasukkan ke dalam mulut.
b) Lepaskan plastik penutup jarum. Hindarkan persentuhan
jarum dengan jari atau benda-benda lainnya.
c) Posisi penyuntikan ada dua posisi :
(1) Penyuntikan diotot paha. Peganglah suntikan pada
porosnya dan tekan suntikan dalam-dalam pada otot paha.
Ujung jarum akan otomatis masuk di bawah permukaan kulit
dan cairan atropin secara otomatis masuk ke dalam tubuh
selanjutnya biarkan sampai 10 detik. (Lihat gambar penyuntik-
an di otot paha ).

(2) Penyuntikan dipinggul bagian atas. Peganglah suntikan


pada porosnya dan tekan suntikan dalam-dalam pada bagian
atas pinggul. Ujung jarum akan otomatis masuk di bawah
permukaan kulit dan cairan atropin secara otomatis masuk ke
dalam tubuh selanjutnya biarkan sampai 10 detik (Lihat
gambar penyuntikan dipinggul bagian atas).
33

d) Cabut jarum dengan cepat.


e) Pijit bagian otot-otot sekitar yang terkena suntikan tersebut
untuk mempercepat penyerapan cairan atropin oleh darah.

d. Pemasangan Tanda Kontaminasi. Tanda ini digantung dengan tali setinggi


yang dapat dilihat oleh setiap prajurit dengan warna dasar kuning dan tulisan GAS
berwarna merah.

28 cm

GAS
20 cm 20 cm

e. Dekontaminasi Terhadap Agensia Kimia :


1) Racun syaraf .
a) Didekontaminasi dengan M -13, bila tidak ada dapat didekon
dengan sabun dan air.
b) Digunakan salep pelindung, karena lebih efektif dan efisien.

2) Racun lepuh.
a) Bila terkena mata, dicuci dengan air bersih.
b) Bila terkena kulit , diolesi dengan M -13 atau salep pelindung.
c) Bila terkena pakaian , dicuci dengan air dan sabun.

3) Racun cekik. Tidak digunakan alat atau bahan khusus cukup dengan
dibiarkan dan akan menguap.

4) Racun PHH. Bila mengenai mata atau kulit cukup dengan


membiarkannya tertiup angin karena mudah menguap.
34

20. Menghadapi Bahaya Nubika Lain. Selain oleh serangan senjata Nubika, bahaya
Nubika dapat berasal dari kedaruratan Nubika meliputi kecelakaan instalasi/industri yang
menggunakan bahan Nubika, transportasi, teroris dan bencana alam. Untuk menanggulangi
akibat yang ditimbulkan oleh kedaruratan Nubika dilaksanakan bersama-sama dengan
instansi teknis terkait yang tergabung dalam tim tanggap darurat nasional. Untuk itu
masyarakat perlu juga memiliki kemampuan Pengamanan Nubika, hal ini dapat dicapai
dengan diadakannya penyuluhan atau pemasyarakatan serta latihan dalam kegiatan
penanggulangan kedaruratan Nubika.

a. Bahaya Nuklir dan Bahan Radioaktif. Bahaya radiasi dapat ditimbulkan


oleh instalasi/ pengguna bahan radioaktif seperti reaktor nuklir, rumah sakit dan
industri-industri serta para teroris yang menggunakan bahan radioaktif. Efek dari
bahaya nuklir/bahan radioaktif adalah radiasi panas dan sinar Alfa, Beta dan
Gama. Cara-cara mengamankan dari bahaya bahan radioaktif dibagi menjadi
sebelum, selama dan sesudah kejadian.

1) Sebelum kejadian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sebelum


kejadian bahaya-bahaya radioaktif.
a) Mengetahui tentang sifat efek dan akibat yang ditimbulkan oleh
bahaya bahan nuklir/radioaktif.
b) Selalu waspada terhadap kemungkinan adanya kejadian dan
bahaya bahan radioaktif.
c) Siap siaga menggunakan peralatan set Nubika perorangan.
d) Memanfaatkan benda-benda medan untuk perlindungan.
e) Menyiapkan alat ukur radiasi/detektor nuklir.
f) Mengamati keadaan meteorologi, terutama arah dan
kecepatan angin.
g) Ikuti petunjuk Dansat tentang Pengamanan Nubika.
h) Latihan bersama dengan instansi terkait secara berkala.
i) Mengikuti perkembangan Ilpengtek bidang nuklir.
j) Mengetahui data pengguna bahan nuklir/radioaktif di seluruh
wilayah.
35

2) Selama kejadian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama


kejadian bahaya bahan radioaktif.
a) Mencari posisi yang aman dengan menjauhi dan
membelakangi arah sumber bahaya bahan radioaktif selanjutnya
menggunakan set pelindung perorangan untuk melindungi diri dari
radiasi bahan radioaktif.
b) Melaksanakan deteksi dan identifikasi kontaminasi bahan
nuklir/radioaktif, jenis bahan radioaktif dan tingkat bahayanya.
c) Mengumpulkan dan mengolah data meteorologi untuk
membuat ramalan arah kontaminasi, selanjutnya mencatat data dan
membuat laporan tentang peristiwa kedaruratan nuklir/ bahan
radioaktif. (Laporan Nubika -1/Nu )
d) Melaksanakan dekontaminasi primer menggunakan set dekon
perorangan terhadap kontaminasi bahan radiokatif
e) Menuju daerah yang aman dari kontaminasi bahaya bahan
radioaktif.
f) Melaksanakan upaya mengurangi tingkat bahaya bahan
radioaktif dengan mengenali jenis dan sifat dari bahan radioaktif.

3) Sesudah Kejadian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesudah


kejadian bahaya bahan radioaktif.
a) Selalu waspada dan siap dalam menghadapi kemungkinan
kejadian selanjutnya.
b) Melakukan pengecekan terhadap gejala-gejala sakit yang
disebabkan radiasi bahan radioaktif.
c) Melaksanakan perbaikan terhadap kerusakan lingkungan
dan mahluk hidup serta mengevakuasi korban ke tempat yang aman.
d) Melaksanakan rehabilitasi lingkungan dengan mengumpulkan
semua material yang telah terkontaminasi dan mengevakuasinya ke
tempat penimbunan yang aman dan terkontrol secara terus menerus.
e) Melaksanakan dekontaminasi perorangan.
f) Melaksanakan evaluasi terhadap peristiwa dan langkah –
langkah yang telah dilaksanakan untuk penyempurnaan kegiatan
berikutnya.
36

b. Bahaya Agensia Biologi. Bahaya dari agensia biologi adalah bahaya yang
ditimbulkan oleh mikroorganisme patogen. Mikroorganisme ini akan merusak
lingkungan dan membunuh mahluk hidup. Akibat dari mikroorganisme tersebut
dapat menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Cara-
cara pengamanan dari bahaya mikroorganisme patogen dibagi menjadi tiga tahap
yaitu:

1) Sebelum terjadinya bahaya biologi:


a) Mengetahui tentang sifat, efek dan akibat yang ditimbulkan
oleh bahaya agensia biologi.
b) Selalu waspada terhadap kemungkinan adanya kejadian dan
bahaya agensia biologi.
c) Siap siaga menggunakan peralatan set Nubika perorangan.
d) Menyiapkan kit biologi.
e) Mengamati keadaan meteorologi, terutama arah dan
kecepatan angin.
f) Ikuti petunjuk Dansat tentang Pengamanan Nubika.
g) Latihan bersama dengan instansi terkait secara berkala.
h) Mengikuti perkembangan Ilpengtek bidang biologi.
i) Mengetahui data/peta tentang instalasi biologi serta daerah
endemik di seluruh wilayah.

2) Selama terjadinya bahaya biologi :


a) Menggunakan set Nubika perorangan untuk melindungi diri
dari kontaminasi agensia biologi.
b) Menjaga agar tidak menghirup udara yang diperkirakan
mengandung agensia biologi.
c) Melaksanakan deteksi dan identifikasi serta pengambilan
sampel untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan.
d) Mengumpulkan dan mengolah data meteorologi untuk
membuat ramalan arah kontaminasi, selanjutnya mencatat data dan
membuat laporan tentang peristiwa kontaminasi agensia biologi.
(Laporan Nubika -1/Bika).
37

e) Melaksanakan dekontaminasi primer terhadap kontaminasi


agensia biologi.
f) Menuju daerah yang aman dari kontaminasi agensia biologi.
g) Melaksanakan upaya mengurangi tingkat bahaya kontaminasi
agensia biologi.
h) Menggunakan dengan tepat obat pembunuh serangga.
j) Adakan vaksinasi/imunisasi.
k) Melindungi bekal logistik dari kontaminasi Biologi.
l) Hindari daerah yang terkontaminasi.

3) Sesudah terjadinya bahaya biologi :


a) Selalu waspada dan siap dalam menghadapi kemungkinan
kejadian selanjutnya.
b) Melakukan pengecekan terhadap gejala-gejala sakit yang
disebabkan kontaminasi agensia biologi.
c) Membantu tim kesehatan mengevakuasi korban ke tempat
yang aman.
d) Melaksanakan dekontaminasi.
e) Melaksanakan evaluasi terhadap peristiwa dan langkah–
langkah yang telah dilaksanakan untuk penyempurnaan di kegiatan
berikutnya.

c. Bahaya Agensia Kimia. Bahaya agensia kimia adalah bahaya yang


ditimbulkan oleh sifat racun dari agensia kimia tersebut. Penggunaan agensia
kimia selain menguntungkan dari segi perekonomian juga berpotensi menjadi suatu
bahaya yang disebabkab oleh sifat racun dari agensia kimia sehingga dapat
mengakibatkan sakit, kelumpuhan dan kematian pada makhluk hidup serta
kerusakan lingkungan. Cara-cara Pengamanan dari bahaya agensia kimia dibagi
menjadi tiga tahap yaitu:

1) Sebelum terjadinya bahaya kimia.


a) Mengetahui tentang sifat efek dan akibat yang ditimbulkan oleh
bahaya agensia kimia.
38

b) Selalu waspada terhadap kemungkinan adanya kejadian dan


bahaya agensia kimia.
c) Siap siaga menggunakan peralatan set Nubika perorangan.
d) Menyiapkan alat detektor dan kit kimia.
e) Mengamati keadaan meteorologi, terutama arah dan
kecepatan angin.
f) Ikuti petunjuk Dansat tentang Pengamanan Nubika.
g) Latihan bersama dengan instansi terkait secara berkala.
h) Mengikuti perkembangan Ilpengtek bidang kimia.
j) Mengetahui data instalasi dan industri kimia di seluruh wilayah.
k) Mengetahui data peta wilayah rawan bencana.

2) Selama terjadinya bahaya agensia kimia.


a) Menggunakan set Nubika perorangan untuk melindungi diri
dari kontaminasi kimia.
b) Melaksanakan deteksi dan identifikasi serta mengambil
sampel, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
c) Mengumpulkan dan mengolah data meteorologi untuk
membuat ramalan arah kontaminasi, selanjutnya mencatat data dan
membuat laporan tentang peristiwa kontaminasi kimia. (Laporan
Nubika -1/Bika).
. d) Melaksanakan dekontaminasi.
e) Menuju daerah yang aman.

3) Sesudah terjadinya bahaya agensia kimia.


a) Selalu waspada dan siap dalam menghadapi kemungkinan
kejadian selanjutnya.
b) Memperhatikan arah dan kecepatan angin
c) Membantu pelaksanakan perbaikan kerusakan lingkungan
dan evakuasi korban.
d) Melakukan pengecekan terhadap gejala-gejala sakit yang
disebabkan kontaminasi bahan kimia.
e) Melaksanakan dekontaminasi.
39

f) Melaksanakan evaluasi terhadap peristiwa dan langkah–


langkah yang telah dilaksanakan untuk penyempurnaan di kegiatan
berikutnya.

BAB IV
HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

21. Umum.
a. Agar dapat dicapai hasil guna dari pelaksanaan kegiatan Pengamanan
Nubika yang maksimal perlu diperhatikan wewenang dan tanggung jawab serta
pengendaliannya.
b. Kegiatan Pengamanan Nubika dilaksanakan secara sistimatis dan
berkesinambungan dimulai dari kegiatan sebelum, selama dan sesudah terjadinya
kedaruratan Nubika.

22. Tindakan Pengamanan.


a. Sebelum Kegiatan.
1) Personel.
a) Pengecekan jumlah dan kondisi personel yang terlibat.
b) Memberi briefing kepada seluruh personel yang terlibat.
c) Menyampaikan keharusan dan larangan dalam melaksanakan
kegiatan.

2) Materiil.
a) Pencatatan terhadap materiil /Alkap yang digunakan.
b) Penekanan tentang pelaksanaan Pengamanan terhadap
materiil khususnya barang inventaris satuan.
c) Alat perlengkapan kesehatan dan ambulans.

b. Selama Kegiatan.
1) Personel.
a) Pelaku tidak diperkenankan meninggalkan tempat kegiatan
operasi tanpa seijin Pimpinan/Komandan.
40

b) Menempatkan personel pengaman dan kesehatan pada


tempat yang telah ditentukan.
c) Apabila pada saat berlangsungnya kegiatan terdapat personel
yang sakit dan perlu perawatan, maka diatasi oleh tim kesehatan.

2) Materiil.
a) Menggunakan alat peralatan Nubika sesuai fungsi.
b) Adakan pengecekan pada setiap kegiatan.
c) Laporkan pada kesempatan pertama sesuai prosedur bila ada
kerusakan/kehilangan.
d) Hindari resiko sekecil mungkin selama berlangsungnya
kegiatan.

c. Setelah Kegiatan.
1) Personel.
a) Pengecekan jumlah dan kondisi personel.
b) Melaporkan apabila ada personel yang sakit.
c) Melaporkan hasil kegiatan.

2) Materiil.
a) Pengecekan Alpal yang digunakan.
b) Pengembalian sarana dan prasarana yang telah dipakai.

23. Tindakan Administrasi. Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka


mendukung kelancaran pelaksanaan Pengamanan Nubika, meliputi :
a. Personel. Pencatatan jumlah dan kondisi personel yang terlibat dalam
Pengamanan Nubika.
b. Materiil. Pencatatan macam, jumlah dan kondisi materiil yang digunakan
dalam Pengamanan Nubika.
c. Dokumen. Dokumen–dokumen harus dipelihara, dirawat dan dijaga guna
kepentingan dikemudian hari.
41

BAB V
KOMANDO DAN PENGENDALIAN

24. Umum. Agar pelaksanaan kegiatan Pengamanan Nubika dapat berjalan dengan
baik, diperlukan komando dan pengendalian dalam rangka pembinaan kemampuan dan
kesiapan operasional satuan dengan seluruh prajuritnya. komando dan pengendalian
diperlukan untuk :
a. Menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan perencanaan serta
mengacu pada buku petunjuk yang berlaku.
b. Menjamin keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan Pengamanan Nubika
pada setiap tingkat dan eselon.
c. Menjamin konsistensi dan kesinambungan pelaksanaan kegiatan
Pengamanan Nubika.

25. Komando. Kewenangan komando dalam penyelenggaraan/pelaksanaan


Pengamanan Nubika pada dasarnya berada pada unsur Pimpinan atau Komandan.
a. Dalam rangka pembinaan kemampuan teknis Pengamanan Nubika umum
oleh setiap prajurit jajaran Angkatan Darat, kewenangan Komando berada pada
Direktur Zeni Angkatan Darat selaku LKT.
b. Dalam rangka operasional, kewenangan teknis Pengamanan Nubika secara
perorangan berada pada setiap komandan satuan.
c. Bagi satuan Nubika/Zeni dalam rangka penugasan, wewenang komando
berada pada Komandan satuan manuver.

26. Pengendalian.
a. Untuk dapat menjamin tingkat keberhasilan pelaksanaan Pengamanan
Nubika, setiap prajurit dikendalikan dan diawasi dengan baik oleh setiap
Komandan Satuan. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dalam bentuk
pengarahan maupun pengawasan.
b. Pada tingkat satuan yang relatif kecil, proses pengawasan dan
pengendalian dapat dilakukan oleh masing-masing Komandan satuan itu sendiri,
namun dalam skala yang lebih besar, peran staf sebagai unsur pembantu
Pimpinan dapat membantu dalam pengawasan dan pengendalian tersebut.
RAHASIA
42

c. Pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan Pengamanan Nubika


berada di bawah Komando satuan masing-masing (Dansat).

BAB VI
EVALUASI AKHIR PELAJARAN
(Bukan Naskah Ujian)

27. Evaluasi Akhir.


a. Jelaskan Tugas dan Tanggung Jawab Komandan Satuan !.
b. Jelaskan Alat Peralatan Pelaksanaan kegiatan Pengamanan Nubika !
c. Jelaskan penggunaan Pemakaian Suntikan Atropin Sulfat !
d. Jelaskan cara Longmalap Terhadap Senjata Kimia !
e. Jelaskan kegiatan sebelum Tindakan Pengamanan bidang personil !
f. Jelaskan kegiatan sebelum Tindakan Pengamanan bidang materiil !
g. Bagaimana Pengendalian pada pengamanan Nubika, Jelaskan !

BAB VII
PENUTUP

28. Penutup. Demikian Naskah Sekolah ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman bagi Gadik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar tentang
Pengamanan Nubika pada pendidikan Diklapa I.

TELAH DTELITI OLEH


Direktur Zeni,
PEJABAT PARAF TANGGAL
Pokja
Kadep Nbk
Kabagdik
Kasudbindiklat
Kabag TU Muhammad Munib, S.I.P
Sesditziad Brigadir Jenderal TNI
Wadirziad

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai