Anda di halaman 1dari 341

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta

karunia-Nya, sehingga tim kami mampu menyelesaikan kompilasi dan ringkasan materi yang

berjudul “SIMULTAX Edisi UTS”, sebagai salah satu suplemen keambiestan mahasiswa PKN

STAN khususnya Jurusan Pajak.

Tim kami menyadari bahwa kompilasi dan ringkasan materi ini tidak mungkin

terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasehat dari berbagai pihak.

Maka pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kepala Jurusan Pajak

2. Kepala Program Studi DIII Pajak

3. Dosen-Dosen Pembimbing dan pengajar

4. Pengurus KMP 2019 khususnya Bidang Pendidikan dan Prestasi

5. Fungsional yang sekaligus menjadi Tim Simultax sebagai berikut:

No Nama Mata Kuliah Kontak

1 Ahmad Yudi Gozali Penanggung jawab 085277698069

2 Hamba Allah Tukang edit 083879101232

3 Anita Kartika Putri AKM 2 085819672764

4 Siti Nur Khalimatissa’diyah AKSK 087705441001

5 Hendra Arie R Cost Accounting 085313918253

6 Aprisa A. N. Lab PPH Potput 081355092322

7 Ammar Ramadhan Lab PPN & PPnBM 0895351058854

8 Rafif Naufal Manajemen Keuangan 085775522772

9 Baiq Indria Pajak Internasional 087864400120

10 Mayu Nasaka Pendidikan Anti Korupsi 082167827601

SIMULTAX - KMP 2019 2


6. Serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan kompilasi materi

ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu (abang-abang fotokopi, warung

nasi sekitar kampus, bapak sekuriti, Harmonee, dan lain-lain.)

Dalam kompilasi dan ringkasan materi ini tentunya masih banyak kekurangan dan

kesalahan, karena itu kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan penulisan.

Semoga kompilasi dan ringkasan materi ini bermanfaat dan dapat dijadikan referensi para

pembaca.

Tetap Sayang Kamu, 20 Maret 2019

Tim Simultax

Bidang Pendidikan dan Prestasi

KMP PKN STAN 2019

SIMULTAX - KMP 2019 3


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 4

AKM II ...................................................................................................................................................... 5

Manajemen Keuangan .......................................................................................................................... 48

Lab PPh Pot-Put ..................................................................................................................................... 86

Lab PPN & PPnBm ............................................................................................................................... 112

Akuntansi Biaya ................................................................................................................................... 136

AKSK .................................................................................................................................................... 182

Pajak Internasional .............................................................................................................................. 267

Pendidikan Anti Korupsi ...................................................................................................................... 305

SIMULTAX - KMP 2019 4


AKM II
Anita (085819672764)

PERTEMUAN 1-2

Chapter 14: Non-Current Liabilities

A. Bonds Payable ( Utang Obligasi)

1. Penerbitan

• Kontrak Bonds biasanya dikenal sebagai bond indenture

• Merupakan janji untuk membayar: jumlah uang pada tanggal jatuh tempo yang

ditentukan, ditambah bunga periodik pada tingkat tertentu atas jumlah yang jatuh

tempo (nilai nominal).

• Pembayaran bunga obligasi biasanya dilakukan secara setengahtahunan

(semiannually), meskipun suku bunga pada umumnya dinyatakan secara tahunan.

2. Penilaian Hutang Obligasi

• Suku Bunga

1) Stated, coupon, or nominal rate: suku bunga yang tertulis dalam ketentuan

perjanjian obligasi. Untuk menghitung jumlah bunga yang dibayarkan kepada

pemegang obligasi.

2) Market rate or effective yield: suku bunga pasar yang digunakan untuk

mengetahui berapa interest expense yang seharusnya dicatat untuk tiap kali

pembayaran bunga.

3) Rumus:

Interest Paid = Stated Rate x Face Value

Interest Expense = Market Rate x Carrying Value (FV+premium or FV-discount)

• Obligasi yang diterbitkan pada nilai par

➢ Apabila obligasi diterbitkan pada nilai par (nilai nominal), maka tidak ada

diskonto atau premi yang diakui

AKM II - KMP 2019 5


➢ Contoh: PT Pete menerbitkan obligasi berjangka 5 tahun dengan nilai par

Rp1,000,000 tertanggal 1 Januari 2017, bunga 6% dibayar setiap tanggal 1

Januari. Suku bunga pasar untuk obligasi sejenis adalah 6%.

PV obligasi = (Pokok x PVIF5,6%) + (Bunga x PVIFA5,6%)

= (1,000,000 x 0.74726) + (60,000 x 4.21236)

= 747,260 + 252,740

= 1,000,000

1/1/2017 Cash 1,000,000

Bonds payable 1,000,000

31/12/2017 Interest expense 60,000

Interest payable 60,000

1/1/2018 Interest payable 60,000

Cash 60,000

• Obligasi yang diterbitkan dengan diskonto atau premium

➢ Contoh: PT Good menerbitkan obligasi senilai €100,000 dengan bunga 8%

pada 1 Januari 2015 yang jatuh tempo pada 1 Januari 2020. Bunga dibayarkan

setiap 1 Januari dan 1 Juli. Suku bunga pasar untuk obligasi sejenis adalah

10%

PV obligasi = (Pokok x PVIF10,5%) + (Bunga x PVIFA10,5%)

= (100,000 x 0.61391) + (4,000 x 7.72173)

= 61,391 + 30,887

= 92,278 (discount on bonds payable)

Skedul amortisasinya sbb:

AKM II - KMP 2019 6


1/1/2015 Cash 92,278

Bonds Payable 92,278

1/7/2015 Interest expense 4,614

Bonds payable 614

Cash 4,000

31/12/2015 Interest expense 4,645

Interest payable 4,000

Bonds payable 645

• Obligasi yang diterbitkan di antara tanggal bunga

➢ Pembeli obligasi akan membayar kepada penjual bunga obligasi yang terutang

dari tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal

penerbitan

➢ Selanjutnya, penjual obligasi akan membayar bunga secara penuh pada

tanggal pembayaran bunga selanjutnya.

➢ Obligasi yang diterbitkan pada nilai par di antara tanggal bunga

Contoh: PT Rizki menerbitkan obligasi tertanggal 1 Januari 2018 pada 1 Maret

2018. Obligasi tersebut bernilai Rp600,000 berjangka waktu 3 tahun dengan

bunga yang tertera pada kupon 12% dibayarkan setiap 1 Januari dan 1 Juli.

Adapun suku bunga pasar untuk obligasi sejenis adalah 12%

1 JAN 1 MARET 1 JULI

AKM II - KMP 2019 7


2
600,000 x 12% x = 12,000
12

1/3/2018 Cash 600,000

Bonds payable 600,000

Cash 12,000

Interest expense 12,000

1/7/2018 Interest expense 36,000

Cash 36,000

➢ Obligasi yang diterbitkan dengan diskonto atau premium di antara tanggal

bunga.

Contoh: PT Rizki menerbitkan obligasi tertanggal 1 Januari 2018 pada 1 Maret

2018. Obligasi tersebut bernilai Rp600,000 berjangka waktu 3 tahun dengan

bunga yang tertera pada kupon 12% dibayarkan setiap 1 Januari dan 1 Juli.

Adapun suku bunga pasar untuk obligasi sejenis adalah 10%

PV obligasi = (Pokok x PVIF6,5%) + (Bunga x PVIFA6,5%)

= (600,000 x 0.74622) + (36,000 x 5.07569)

= 447,732 + 182,725

= 630,457 (premium on bonds payable)

1 JAN 1 MARET 1 JULI

2
600,000 x 12% x 12 = 12,000

Jurnal:

1/3/2018 Cash 630,457

Bonds payable 630,457

Cash 12,000

Interest expense 12,000

Penghitungan untuk 1 Maret – 1 Juli:

AKM II - KMP 2019 8


4
Interest expense = market rate x carrying value x 12

4
= 10% x 630,457 x 12

= 21,015
4
Interest paid = stated rate x face value x 12

4
= 12% x 600,000 x 12

= 24,000

Premium Amortized = 24,000 – 21,015

= 2,985

Jurnal:

1/7/2018 Interest expense 36,000

Cash 36,000

Bonds payable 2,985

Interest expense 2,985

B. Long-Term Notes Payable

Akuntansi untuk wesel (notes) dan obligasi (bonds) sangat mirip. Seperti obligasi,

wesel juga dinilai pada nilai sekarang dari arus kas bunga dan pokok masa depan,

di mana setiap premi dan diskonto diamortisasi dengan cara yang sama selama

umur wesel tersebut.

1. Wesel diterbitkan pada nilai nominal

Contoh: Wesel senilai €100,000, 4 tahun, 10% dari nilai nominal diterbitkan oleh

Scandinavian Import kepada Bigelow Corp pada tanggal 1 Januari 2015, dan

menerima uang tunai €100,000.

1/1/2015 Cash 100,000

Notes payable 100,000

Interest Payment: Interest expense 10,000

Cash 10,000

2. Wesel tidak diterbitkan pada nilai nominal

AKM II - KMP 2019 9


• Wesel dengan Bunga Nol

➢ Perusahaan penerbit mencatat perbedaan antara jumlah nominal dan

present value (uang yang diterima) sebagai diskonto dan mengamortisasi

jumlah tersebut menjadi beban bunga selama umur wesel.

➢ Contoh: Turtle Cove menerbitkan wesel tanpa bunga berjangka waktu 3 tahun

senilai $10,000 kepada Jeremiah Company. Suku bunga implisit yang sama

dengan total kas yang dibayarkan ($10,000 pada saat jatuh tempo) untuk nilai

sekarang dari arus kas masa depan ($ 7,721.80 kas yang dihasilkan pada

tanggal penerbitan) adalah 9 persen.

Turtle Cove mencatat penerbitan wesel sebagai berikut:

Cash 7,721.80

Notes Payable 7,721.80

Turtle Cove mencatat beban bunga untuk tahun ke-1 sebagai berikut:

Interest Expense 694.96

Notes Payable 694.96

• Wesel Berbunga

Contoh: Marie Co. menerbitkan wesel senilai €10,000, jangka waktu 3 tahun

dengan bunga 10% kepada Morgan Corp. Suku bunga pasar untuk wesel dengan

risiko yang sama adalah 12%.

PV wesel (notes) = (Pokok x PVIF3,12%) + (Bunga x PVIFA3,12%)

AKM II - KMP 2019 10


= (10,000 x 0.71178) + (1,000 x 2.40183)

= 7,118 + 2,402

= 9,520

Jurnal saat penerbitan wesel adalah:

Cash 9,520

Notes Payable 9,520

Skedul amortisasinya adalah sbb:

Marie Co. mencatat jurnal berikut pada akhir tahun ke-1:

Interest Expense 1,142

Notes Payable 142

Cash 1,000

C. Issu Terkait Hutang Jangka Panjang

3. Pelunasan hutang jangka panjang

• Pelunasan dengan kas sebelum jatuh tempo

➢ Net carrying amount > Reacquisition price = Gain

Reacquisition price > Net carrying amount = Loss

Pada saat perolehan kembali, premi atau diskon yang belum diamortisasi

harus diamortisasi hingga tanggal perolehan kembali.

AKM II - KMP 2019 11


➢ Contoh: Obligasi Evermaster diterbitkan dengan diskon pada 1 Januari 2015.

Obligasi ini akan jatuh tempo dalam 5 tahun. Obligasi memiliki nilai nominal

€100.000, tingkat kupon 8% dibayarkan setiap semester, dan dijual untuk

menghasilkan (sold to yield) 10%. Pada 1 Maret 2017, Evermaster melunasi

obligasi tersebut pada 101.

PV wesel (notes) = (Pokok x PVIF10,5%) + (Bunga x PVIFA10,5%)

= (100,000 x 0.61391) + (4,000 x 7.72173)

= 61,391 + 30,887

= 92,278

Skedul amortisasinya adalah sbb:

Penghitungan Amortisasi pada 1 Jan – 1 Mar 2017:


2
Interest Expense = 5% x 94,925 x = 1,582
6

2
Interest Paid = 4% x 100,000 x 6 = 1,333

Amortization = 1,582 – 1,333 = 249

Reacquisition price 101,000

Net carrying amount of bonds redeemed

Carrying Value 1 Jan 2017 94,925

Amortization 1 Jan – 1 Mar 2017 249 (95,174)

Loss on Extinguishment 5,826

AKM II - KMP 2019 12


Jurnal saat pelunasan obligasi:

1/3/2017 Bonds Payable 95,174

Loss on Extinguishment of Bonds 5,826

Cash 101,000

• Pelunasan dengan pertukaran aset atau sekuritas

➢ Kreditor harus memperhitungkan aset non tunai atau bunga ekuitas yang

diterima pada nilai wajarnya.

➢ Debitur mengakui keuntungan yang sama dengan selisih lebih dari carrying

amount utang dengan nilai wajar aset atau ekuitas yang ditukar (laba).

➢ Contoh 1: Hamburg Bank meminjamkan €20,000,000 kepada Bonn Company.

Bonn menginvestasikan uang ini pada bangunan Real Estate. Namun, karena

tingkat hunian yang rendah, ia tidak dapat memenuhi kewajiban pinjamannya.

Hamburg Bank setuju untuk menerima Real Estate dengan nilai wajar (fair

value) €16,000,000 untuk melunasi pinjaman Bonn company. Real estate

memiliki carrying value €21,000,000. Bonn (debitur) mencatat transaksi ini

sebagai berikut:

Note Payable (to Hamburg Bank) 20,000,000

Loss on Disposal of Real Estate 5,000,000

Real Estate 21,000,000

Gain on Extinguishment of Debt 4,000,000

➢ Contoh 2: Hamburg Bank setuju untuk menerima 320,000 saham biasa (€10

par) yang memiliki nilai wajar €16,000,000 untuk melunasi pinjaman Bonn

Company. Bonn mencatat transaksi ini sebagai berikut:

Notes Payable (to Hamburg Bank) 20,000,000

Share Capital—Ordinary 3,200,000

Share Premium—Ordinary 12,800,000

AKM II - KMP 2019 13


Gain on Extinguishment of Debt 4,000,000

• Modification of terms

➢ IFRS mengharuskan modifikasi dicatat dengan penghapusan wesel lama dan

penerbitan wesel baru, diukur pada nilai wajar.

➢ Ilustrasi: Pada 31 Desember 2015, Morgan National Bank menandatangani

perjanjian modifikasi hutang dengan Resorts Development Company. Bank

merestrukturisasi piutang pinjaman ¥10,500,000 yang diterbitkan pada nilai

nominal (bunga dibayarkan hingga saat ini) dengan:

- Mengurangi kewajiban pokok dari ¥10,500,000 menjadi ¥9,000,000;

- Memperpanjang tanggal jatuh tempo dari 31 Desember 2015 menjadi 31

Desember 2019; dan

- Mengurangi tingkat bunga dari 12 persen menjadi 8 persen. Mengingat

kesulitan keuangan Resorts Development, tingkat pinjaman berbasis pasar

adalah 15 persen.

PV wesel baru = (Pokok x PVIF4,15%) + (Bunga x PVIFA4,15%)

= (9,000,000 x 0.57175) + (720,000 x 2.85498)

= 5,145,750 + 2,055,586

= 7,201,336

Resorts Development membuat jurnal berikut untuk mencatat modifikasi:

Note Payable (old) 10,500,000

Gain on Extinguishment of Debt 3,298,664

Note Payable (new) 7,201,336

4. Fair Value Option

• Perusahaan memiliki opsi untuk mencatat nilai wajar dalam akun mereka untuk

sebagian besar aset dan liabilitas keuangan, termasuk obligasi dan wesel bayar.

• IASB percaya bahwa pengukuran nilai wajar untuk instrumen keuangan, termasuk

liabilitas keuangan, memberikan informasi yang lebih relevan dan dapat dipahami

daripada biaya perolehan diamortisasi (amortized cost)

AKM II - KMP 2019 14


• Pengukuran Nilai Wajar

➢ Non-current liabilities dicatat pada nilai wajar, dengan keuntungan atau

kerugian yang belum direalisasi (unrealized holding gains or losses) dilaporkan

sebagai bagian dari laba bersih.

➢ Ilustrasi: Edmonds Company menerbitkan obligasi senilai €500,000, 6%, pada

nilai nominal pada 1 Mei 2015. Edmonds memilih opsi nilai wajar untuk obligasi

ini. Pada 31 Desember 2015, nilai obligasi sekarang €480,000 karena suku

bunga di pasar telah meningkat menjadi 8 persen.

Jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut:

Bonds Payable (€500,000 - €480,000) 20,000

Unrealized Holding Gain or Loss—Income 20,000

PERTEMUAN 3-4

Chapter 15: Equity

A. Komponen Ekuitas

Ekuitas sering disubklasifikasikan pada laporan posisi keuangan ke dalam kategori

berikut:

• Share capital.

• Share premium.

• Retained earnings.

• Accumulated other comprehensive income.

• Treasury shares.

• Non-controlling interest (minority interest).

AKM II - KMP 2019 15


B. Pencatatan transaksi yang terkait dengan instrumen ekuitas

5. Penerbitan Saham

• Saham dengan nilai par

Perusahaan membuat akun untuk:

- Preference Shares or Ordinary Shares

- Share Premium

• Saham tanpa nilai par

➢ Saham tanpa par value tidak mencatat akun share premium

➢ Apabila tidak ada par value namun ada stated value, maka saham tersebut

diperlakukan sama seperti saham yang ada par valuenya

➢ Contoh 1: Video Electronics Corporation memiliki 10.000 saham biasa yang

diotorisasi tanpa nilai nominal. Jika Video Electronics mengeluarkan 500 saham

dengan menerima kas sebesar €10 per saham, jurnalnya adalah sebagai

berikut:

Cash 5,000

Share Capital—Ordinary 5,000

Video Electronics mengeluarkan 500 saham lainnya seharga €11 per saham,

jurnalnya:

Cash 5,500

Share Capital—Ordinary 5,500

AKM II - KMP 2019 16


➢ Contoh 2: Beberapa negara mengharuskan saham tanpa nilai par memiliki

stated value. Jika sebuah perusahaan menerbitkan 1.000 saham dengan stated

value €5 sebesar €15 per saham, jurnalnya adalah:

Cash 15,000

Share Capital—Ordinary 5,000

Share Premium—Ordinary 10,000

• Saham yang diterbitkan dengan sekuritas lainnya

➢ Proportional method: Nilai pasar semua sekuritas diketahui

Contoh: Ravonette Corporation mengeluarkan 300 lembar saham biasa

dengan nilai nominal $10 dan 100 lembar saham preferen dengan nilai nominal

$50 dengan jumlah sekaligus (lump sum) $13,500. Saham biasa memiliki nilai

pasar $20 per saham, dan saham preferen memiliki nilai pasar $90 per saham.

Proportional
Method

Cash 13,500

Share Capital—Preference (100 X $50) 5,000

Share Premium—Preference 3,100

Share Capital—Ordinary (300 X $10) 3,000

Share Premium—Ordinary 2,400

➢ Incremental method: Salah satu nilai pasar sekuritas tidak diketahui

Contoh: Ravonette Corporation mengeluarkan 300 lembar saham biasa

dengan nilai nominal $10 dan 100 lembar saham preferen dengan nilai nominal

AKM II - KMP 2019 17


$50 dengan jumlah sekaligus (lump sum) $13,500. Saham biasa memiliki nilai

pasar $20 per lembar, dan nilai pasar saham preferen tidak diketahui.

Incremental
Method

Cash 13,500

Share Capital—Preference (100 X $50) 5,000

Share Premium—Preference 2,500

Share Capital—Ordinary (300 X $10) 3,000

Share Premium—Ordinary 3,000

• Saham yang diterbitkan dalam transaksi non kas

➢ General Rule: Perusahaan harus mencatat saham yang diterbitkan untuk jasa

atau properti selain uang tunai pada nilai wajar barang atau jasa yang diterima.

Jika nilai wajar barang atau jasa tidak dapat diukur dengan andal, gunakan nilai

wajar dari saham yang diterbitkan.

➢ Ilustrasi: Rangkaian transaksi berikut mengilustrasikan prosedur untuk

mencatat penerbitan 10.000 saham dengan nilai nominal €10 untuk paten bagi

Marlowe Company

1. Marlowe tidak dapat dengan mudah menentukan nilai wajar dari paten,

tetapi ia tahu nilai wajar dari saham tersebut adalah €140,000.

Patent 140,000

Share Capital—Ordinary 100,000

Share Premium—Ordinary 40,000

2. Marlowe tidak dapat dengan mudah menentukan nilai wajar saham, tetap

ditentukan bahwa nilai wajar paten adalah €150,000.

AKM II - KMP 2019 18


Patent 150,000

Share Capital—Ordinary 100,000

Share Premium—Ordinary 50,000

3. Marlowe tidak dapat dengan mudah menentukan nilai wajar saham atau

nilai wajar paten. Konsultan independen menilai paten ini sebesar €125,000

berdasarkan diskon arus kas yang diharapkan.

Patent 125,000

Share Capital—Ordinary 100,000

Share Premium—Ordinary 25,000

• Biaya penerbitan saham

Biaya langsung yang dikeluarkan untuk menjual saham, seperti

- biaya penjaminan emisi,

- biaya akuntansi dan hukum,

- biaya pencetakan, dan

- pajak,

harus mengurangi hasil yang diterima dari penjualan saham

6. Reakuisisi Saham (Treasury Shares)

• Pembelian Saham Treasuri

➢ Dua metode yang dapat diterima:

- Metode biaya (lebih banyak digunakan).

- Metode nilai nominal atau nilai par.

➢ Saham treasuri mengurangi ekuitas.

➢ Ilustrasi: Pacific Company menerbitkan 100.000 saham biasa dengan nilai par

$1, seharga $10 per saham. Selain itu, memiliki laba ditahan (retained

earnings) sebesar $300,000. Pada 20 Januari 2015, Pacific mengakuisisi

10.000 sahamnya dengan harga $11 per saham. Pacific mencatat reakuisisi

sebagai berikut:

Treasury Shares 110,000

AKM II - KMP 2019 19


Cash 110,000

Equity Section untuk Pacific Company setelah pembelian saham treasuri

• Penjualan Saham Treasuri

➢ Penjualan saham treasuri di atas cost

Contoh: Pacific membeli 10.000 saham treasuri dengan harga $11 per saham.

Saham tersebut kemudian dijual sebanyak 1.000 saham seharga $15 per

saham pada 10 Maret. Pascific mencatat entri sebagai berikut:

Cash 15,000

Treasury Shares 11,000

Share Premium—Treasury 4,000

➢ Penjualan saham treasuri di bawah cost

Contoh: Pacific menjual 1.000 saham treasuri tambahan pada 21 Maret

dengan harga $8 per saham, dan mencatat penjualan sebagai berikut:

Cash 8,000

Share Premium—Treasury 3,000

Treasury Shares 11,000

Asumsikan bahwa Pacific menjual tambahan 1.000 saham treasuri dengan

harga $8 per saham pada 10 April.

Cash 8,000

Share Premium—Treasury 1,000

AKM II - KMP 2019 20


Retained Earnings 2,000

Treasury Shares 11,000

7. Pemecahan Saham (Share Split)

• Untuk mengurangi nilai pasar saham.

• Tidak ada entri yang dicatat untuk pemecahan saham.

• Mengurangi nilai nominal dan meningkatkan jumlah saham.

C. Dividen

Semua dividen, kecuali dividen saham, mengurangi total ekuitas pemegang

saham dalam perusahaan. Jenis-jenis dividen, yaitu:

8. Dividen Kas/ Tunai

• Pengumuman dividen kas merupakan kewajiban, dan karena pembayaran

biasanya dilakukan dengan segera, maka biasanya disebut sebagai kewajiban

lancar.

• Ilustrasi: Roadway Freight Corp pada 10 Juni mengumumkan dividen tunai 50 sen

per saham dengan 1,8 juta saham yang dibayarkan pada 16 Juli kepada semua

pemegang saham yang dicatat pada 24 Juni.

Pada tanggal pengumuman (10 Juni)

Retained Earnings 900,000

Dividends Payable 900,000

Pada tanggal pencatatan (24 Juni)

Tidak ada ayat jurnal

Pada tanggal pembayaran (16 Juli)

Dividends Payable 900,000

Cash 900,000

9. Dividen Properti

• Dividen dibayarkan dalam aset selain uang tunai.

AKM II - KMP 2019 21


• Menyatakan kembali pada nilai wajar properti yang akan dibagikan, mengakui

keuntungan atau kerugian.

• Ilustrasi: Tsen, Inc. mentransfer kepada beberapa pemegang saham investasinya

(held-for-trading) dalam sekuritas seharga HK $1,250,000 dengan mengumumkan

dividen properti pada 28 Desember 2014, untuk dibagikan pada 30 Januari 2015,

kepada pemegang saham yang tercatat pada 15 Januari 2015. Pada tanggal

deklarasi, surat berharga memiliki nilai wajar HK $ 2.000.000. Tsen membuat entri

berikut:

Pada tanggal pengumuman (28 Des 2014)

Equity Investments 750,000

Unrealized Holding Gain or Loss—Income 750,000

Retained Earnings 2,000,000

Property Dividends Payable 2,000,000

Pada tanggal distribusi (30 Jan 2015)

Property Dividends Payable 2,000,000

Equity Investments 2,000,000

10. Dividen Likuidasi

• Setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurangan modal

yang disetor oleh pemegang saham

• Ilustrasi: McChesney Mines Inc. mengeluarkan "dividen" kepada pemegang

saham biasa sebesar £1,200,000. Pengumuman dividen tunai mencatat bahwa

pemegang saham harus mempertimbangkan £900,000 sebagai pendapatan dan

sisanya merupakan pengembalian modal. McChesney Mines mencatat dividen

sebagai berikut:

Pada tanggal pengumuman

Retained Earnings 900,000

Share Premium—Ordinary 300,000

Dividends Payable 1,200,000

AKM II - KMP 2019 22


Pada tanggal pembayaran

Dividends Payable 1,200,000

Cash 1,200,000

11. Dividen Saham

Ilustrasi: Vine Corporation memiliki 1.000 saham beredar dengan nilai nominal saham

biasa £1 dan laba ditahan sebesar £50,000. Jika Vine mengumumkan dividen saham

10%, ia menerbitkan 100 saham tambahan kepada pemegang saham saat ini. Jika

nilai wajar saham pada saat dividen saham adalah £ 8 per saham, jurnalnya adalah:

Pada tanggal pengumuman

Retained Earnings 10,000

Ordinary Share Dividend Distributable 10,000

Pada tanggal distribusi

Ordinary Share Dividend Distributable 10,000

Share Capital—Ordinary 10,000

PERTEMUAN 5

Chapter 16: Dilutive Securities and Earnings per Share

D. Dilutive Securities

12. Convertible Debt

• Convertible Debt dapat dicatat sebagai instrumen majemuk (compound

instrument). Perusahaan menggunakan metode " with-and-without " untuk menilai

instrumen majemuk.

Harga Pasar PV Obligasi Equity


Convertible Debt − (Liability = Component
Component)

• Contoh: Roche Group (CHE) menerbitkan 2.000 obligasi konversi pada awal 2019.

Obligasi tersebut memiliki jangka waktu 4 tahun dengan tingkat bunga 6% dan

AKM II - KMP 2019 23


diterbitkan pada nilai nominal dengan nilai nominal €1,000 per obligasi (total hasil

diterima dari penerbitan obligasi adalah €2.000.000). Bunga dibayarkan setiap

tahun pada tanggal 31 Desember. Setiap obligasi dapat dikonversi menjadi 250

saham biasa dengan nilai nominal €1. Tingkat suku bunga pasar untuk utang non-

konversi serupa adalah 9%.

Harga pasar convertible debt = 2,000,000

PV Obligasi Non Konversi (Liability Component)

= (Pokok x PVIF4,9%) + (Bunga x PVIFA4,9%)

= (2,000,000 x 0.70843) + (120,000 x 3.23972)

= 1,416,860 + 388,766

= 1,805,626

Equity Component = 2,000,000 – 1,805,626

= 194,374

• Pencatatan Transaksi Convertible Debt

➢ Jurnal Saat Penerbitan

Cash 2,000,000

Bonds Payable 1,805,606

Share Premium—Conversion Equity 194,394

➢ Penyelesaian Convertible Bonds

− Pembelian kembali (Repurchase) pada Jatuh Tempo. Jika obligasi tidak

dikonversi pada saat jatuh tempo, Roche membuat entri berikut untuk

melunasi obligasi yang dapat dikonversi:

Bonds Payable 2,000,000

Cash 2,000,000

− Dikonversi Saat Jatuh Tempo. Jika obligasi dikonversi pada saat jatuh

tempo, Roche membuat entri berikut.

Share Premium—Conversion Equity 194,394

Bonds Payable 2,000,000

AKM II - KMP 2019 24


Share Capital—Ordinary 500,000

Share Premium—Ordinary 1,694,394

− Dikonversi Sebelum Jatuh Tempo.

Dengan asumsi bahwa Roche mengkonversi obligasi menjadi saham biasa

pada tanggal 31 Desember 2020.

Share Premium—Conversion Equity 194,374

Bonds Payable 1,894,464

Share Capital—Ordinary 500,000

Share Premium—Ordinary 1,588,838

− Pembelian kembali (Repurchase) sebelum Jatuh Tempo

Ilustrasi: Nilai wajar dari hutang konversi (termasuk komponen kewajiban

dan ekuitas), berdasarkan harga pasar pada tanggal 31 Desember 2020,

adalah €1,965,000. Nilai wajar komponen kewajiban adalah €1.904.900.

Jumlah ini didasarkan pada perhitungan nilai sekarang dari obligasi yang

tidak dapat dikonversi dengan jangka waktu dua tahun (yang sesuai dengan

waktu yang dipersingkat menjadi jatuh tempo dari obligasi yang dibeli

kembali.)

AKM II - KMP 2019 25


Bonds Payable 1,894,464

Share Premium—Conversion Equity 60,100

Loss on Repurchase 10,436

Cash 1,965,000

• Induced Conversion

➢ Penerbit ingin mendorong konversi yang cepat.

➢ Penerbit menawarkan pertimbangan tambahan (seperti cash atau ordinary

shares), yang disebut "pemanis," untuk mendorong konversi.

➢ Pemanis ini dicatat sebagai pengeluaran (expense) periode saat ini sebesar

nilai wajar dari sekuritas tambahan atau pertimbangan lain yang diberikan

➢ Ilustrasi: Helloid, Inc. memiliki convertible debentures (obligasi) dengan nilai

nominal $1,000,000 yang dapat dikonversi menjadi 100,000 saham biasa

(nilai par $1). Ketika dikeluarkan, Helloid mencatat Share Premium—

Conversions Equity sebesar $15,000. Helloid ingin mengurangi biaya bunga

tahunannya. Untuk melakukannya, Helloid setuju untuk membayar para

pemegang surat utang $80,000 tambahan jika mereka mengkonversi surat

utangnya. Dengan asumsi konversi terjadi, Helloid membuat entri berikut:

Conversion Expense 80,000

Share Premium—Conversion Equity 15,000

Bonds Payable 1,000,000

Share Capital—Ordinary 100,000

Share Premium—Ordinary 915,000

Cash 80,000

13. Convertible Preference Shares

AKM II - KMP 2019 26


• Convertible Preference Shares mencakup opsi bagi pemegangnya untuk

mengubah saham preferensi menjadi sejumlah saham biasa.

• Convertible Preference Shares dapat dilaporkan sebagai bagian dari ekuitas.

• Ketika saham preferensi dikonversi atau dibeli kembali, tidak ada keuntungan

atau kerugian yang diakui.

• Ilustrasi: Morse AG menerbitkan 1.000 convertible preference shares yang

memiliki nilai nominal €1 per saham. Saham dijual dengan harga €200 per saham.

Entri jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sbb:

Cash (1,000 x €200) 200,000

Share Capital—Preference (1,000 x €1) 1,000

Share Premium—Conversion Equity 199,000

• Ilustrasi: Jika setiap saham selanjutnya dikonversi menjadi 25 lembar saham biasa

(nilai nominal €2) yang memiliki nilai wajar €410,000, entri jurnal untuk mencatat

konversi adalah sbb:

Share Capital—Preference 1,000

Share Premium—Conversion Equity 199,000

Share Capital—Ordinary (1,000 x 25 x €2) 50,000

Share Premium—Ordinary 150,000

• Ilustrasi: Jika saham preference convertibe tersebut dibeli kembali dengan nilai

wajarnya alih-alih dikonversi, Morse membuat entri berikut:

Share Capital—Preference 1,000

Share Premium—Conversion Equity 199,000

Retained Earnings* 210,000

Cash 410,000

*Setiap kelebihan yang dibayarkan di atas nilai buku dari saham preferensi

konversi didebet ke Saldo Retained Earnings.

14. Share Warrants

AKM II - KMP 2019 27


• Warrant adalah sertifikat yang memiliki hak bagi pemegangnya untuk memperoleh

saham pada harga tertentu dalam periode yang ditentukan.

• Warrant yang diterbitkan dengan sekuritas lain pada dasarnya adalah opsi jangka

panjang untuk membeli saham biasa dengan harga tetap.

• Perusahaan menggunakan metode “with-and-without” untuk mengalokasikan hasil

antara dua komponen.

➢ Ilustrasi: Pada suatu waktu, Siemens AG (DEU) menerbitkan obligasi dengan

warran 5 tahun. Asumsikan bahwa waran 5 tahun menyediakan opsi untuk

membeli 1 saham biasa (nilai nominal €5) seharga €25. Pada saat itu, saham

biasa dari Siemens dijual dengan harga sekitar €30. Waran ini memungkinkan

Siemens memberi harga penawaran untuk obligasi (dengan nilai nominal

€10,000,000) dengan yield 83⁄4 (sedikit lebih rendah dari harga yang berlaku

saat itu). Dalam contoh ini, Siemens mampu menjual obligasi plus waran

seharga €10,200,000. Siemens menggunakan metode with-and-without.

Menggunakan pendekatan ini, Siemens menentukan nilai sekarang dari arus

kas masa depan terkait dengan obligasi, yaitu €9,707,852.

Harga pasar bonds dengan warrant 10,200,000

PV Obligasi (9,707,852)

Equity Component 492,148

Jurnalnya saat penerbitan:

Cash 10,200,000

Bonds Payable 9,705,852

Share Premium-Share Warrants 492,148

➢ Ilustrasi: Dengan asumsi investor menggunakan seluruh 10.000 waran (satu

waran per satu saham biasa), Siemens membuat entri berikut:

Cash (10,000 x €25) 250,000

Share Premium—Share Warrants 492,148

AKM II - KMP 2019 28


Share Capital—Ordinary (10,000 x €5) 50,000

Share Premium—Ordinary 692,148

15. Share Compensation

→ memberikan opsi kepada karyawan untuk membeli saham biasa dengan harga

tertentu selama periode waktu yang panjang

• Share Option

➢ Ilustrasi: Pada 1 November 2018, pemegang saham Chen Ltd. menyetujui

rencana untuk memberikan lima opsi kepada eksekutif perusahaan untuk

masing-masing membeli 2.000 saham yang memiliki nilai nominal ¥100.

Perusahaan memberikan opsi pada 1 Januari 2019. Para eksekutif dapat

menggunakan opsi kapan saja selama 10 tahun ke depan. Harga opsi per

saham adalah ¥6,000, dan harga pasar saham pada tanggal pemberian

adalah ¥7,000 per saham. Agar ilustrasi ini sederhana, asumsikan bahwa

model penentuan harga opsi nilai wajar menentukan total biaya kompensasi

Chen menjadi ¥ 22.000.000.

➢ Asumsikan bahwa masa manfaat yang diharapkan adalah dua tahun, dimulai

dari tanggal pemberian. Chen akan mencatat transaksi yang terkait dengan

kontrak opsi ini sbb:

Dec. 31, 2019

Compensation Expense 11,000,000*

Share Premium—Share Options 11,000,000

Dec. 31, 2020

Compensation Expense 11,000,000

Share Premium—Share Options 11,000,000

*22,000,000 / 2 tahun

➢ Penggunaan. Jika eksekutif Chen menggunakan 2.000 dari 10.000 opsi (20

persen dari opsi) pada 1 Juni 2022 (tiga tahun lima bulan setelah tanggal

pemberian), perusahaan mencatat entri jurnal berikut:

AKM II - KMP 2019 29


June 1, 2022

Cash (2,000 x ¥6,000) 12,000,000

Share Premium—Share Options 4,400,000

Share Capital—Ordinary (2,000 x ¥100) 200,000

Share Premium—Ordinary 16,200,000

➢ Kadaluwarsa. Jika eksekutif Chen gagal menggunakan opsi saham yang

tersisa, perusahaan mencatat pada tanggal kadaluwarsa sbb:

Jan. 1, 2029

Share Premium—Share Options* 17,600,000

Share Premium—Expired Share Options 17,600,000

*(¥22,000,000 x 80%)

• Restricted Shares

➢ Saham terbatas (Restricted shares) mentransfer saham kepada karyawan

dan tunduk pada perjanjian bahwa saham tidak dapat dijual, ditransfer, atau

dijaminkan sampai vesting terjadi (waktu untuk mencairkan bagian saham

tersebut).

➢ Contoh: Pada 1 Januari 2019, Ogden Company menerbitkan 1.000

Restricted shares kepada CEO-nya, Christie DeGeorge. Saham Ogden

memiliki nilai wajar $20 per saham pada 1 Januari 2019. Informasi tambahan

adalah sebagai berikut.

- Periode layanan terkait dengan saham yang dibatasi adalah lima tahun.

- Vesting terjadi jika DeGeorge tetap bersama perusahaan untuk periode

lima tahun.

- Nilai nominal saham adalah $1 per saham.

Ogden membuat entri berikut pada tanggal pemberian (1 Januari 2019).

Unearned Compensation* 20,000

Share Capital--Ordinary (1,000 x $1) 1,000

Share Premium—Ordinary 19,000

AKM II - KMP 2019 30


*Unearned Compensation menggambarkan biaya jasa yang belum

dilakukan, bukan merupakan aset. Dilaporkan dalam ekuitas dalam

laporan posisi keuangan, sebagai akun kontra ekuitas

Pada tanggal 31 Desember 2019, Ogden mencatat biaya kompensasi sbb:

Compensation expense 4,000

Unearned compensation 4,000

Asumsikan bahwa DeGeorge pergi pada 3 Februari 2021 (sebelum biaya apa

pun dicatat selama 2021). Entri untuk mencatat peristiwa ini adalah sebagai

berikut:

Share Capital--Ordinary 1,000

Share Premium--Ordinary 19,000

Compensation Expense ($4,000 x 2) 8,000

Unearned Compensation 12,000

• Employee Share-Purchase Plans

➢ Umumnya mengizinkan semua karyawan untuk membeli saham dengan

harga diskon untuk waktu yang singkat.

➢ Dianggap sebagai kompensasi dan harus dicatat sebagai biaya selama

periode layanan.

➢ Ilustrasi: Masthead plc menawarkan kepada 1.000 karyawannya kesempatan

untuk berpartisipasi dalam rencana pembelian saham karyawan. Menurut

ketentuan program, karyawan berhak untuk membeli 100 saham biasa (nilai

nominal £1 per saham) dengan diskon 20 persen. Harga pembelian harus

dibayarkan segera setelah menerima tawaran. Secara total, 800 karyawan

menerima tawaran itu, dan setiap karyawan membeli rata-rata 80 saham.

Artinya, karyawan membeli total 64.000 saham. Harga pasar rata-rata

tertimbang dari saham pada tanggal pembelian adalah £30 per saham, dan

harga pembelian rata-rata tertimbang adalah £24 per saham.

Cash (64,000 x £24) 1,536,000

AKM II - KMP 2019 31


Compensation Expense [64,000 x (£30 - £24)] 384,000

Share Capital—Ordinary (64,000 x £1) 64,000

Share Premium—Ordinary 1,856,000

E. Earnings per Share

16. EPS—Simple Capital Structure

• Weighted-Average Ordinary Shares Outstanding

Ilustrasi: Franks Inc. memiliki perubahan dalam saham biasa selama satu tahun

sebagai berikut

Franks menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar sbb:

• Ketika dividen saham atau share split terjadi, perusahaan perlu menyatakan

kembali saham yang beredar sebelum dividen atau split tsb.

Ilustrasi: Sabrina Company memiliki perubahan berikut dalam saham biasa

selama tahun ini.

AKM II - KMP 2019 32


Sabrina menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar sbb:

Pada 1 Juni dibagikan share dividen, sehingga kita perlu restatement jumlah saham

untuk penghitungan sebelum share dividen yaitu dengan menambah sebanyak

50% jumlah saham.

17. Diluted Earnings per Share

• Complex Capital Structure terjadi ketika perusahaan memiliki convertible

securities, opsi, waran, atau hak lainnya

• If-Converted Method Example 1

Ilustrasi: Mayfield Ltd. memiliki laba bersih sebesar £210,000 untuk tahun itu dan

jumlah rata-rata tertimbang dari saham biasa yang beredar selama periode

100.000 saham. Perusahaan memiliki dua obligasi konversi yang beredar. Salah

satunya adalah obligasi 6% dijual at 100 (total £1,000,000) pada tahun sebelumnya

AKM II - KMP 2019 33


dan dikonversi menjadi 20.000 saham biasa. Biaya bunga untuk tahun berjalan

terkait dengan komponen kewajiban dari obligasi konversi ini adalah £62,000. Yang

lainnya adalah obligasi 7% dijual at 100 (total £1,000,000) pada 1 April tahun

berjalan dan dikonversi menjadi 32.000 saham biasa. Beban bunga untuk tahun

berjalan terkait dengan komponen kewajiban dari obligasi konversi ini adalah

£80,000. Tarif pajak adalah 40%

• If-Converted Method Example 2

Ilustrasi (EPS dengan Saham Preferensi): Pada 1 Januari 2019, Lund Company

menerbitkan convertible preference share 6% dengan nilai €1,000,000. Setiap

€100 saham preferensi dapat dikonversi menjadi 5 saham biasa. Laba bersih Lund

pada 2019 adalah €240,000, dan tarif pajaknya adalah 40%. Perusahaan ini

memiliki 100.000 saham biasa yang beredar sepanjang 2019.

AKM II - KMP 2019 34


Ilustrasi (variasi): Asumsikan setiap saham preference dapat dikonversi menjadi

3 saham biasa.

Antidilutive karena efek yang ditimbulkan pada EPS dari sekuritas tersebut

bukannya mengurangi, tetapi menambah. Maka Antidilutive securities tidak

dimasukkan ke dalam penghitungan diluted EPS.

• Treasury-Share Method Example

Ilustrasi: Kubitz Industries memiliki laba bersih untuk periode ini ₴220,000. Jumlah

rata-rata saham yang beredar untuk periode tersebut adalah 100.000 saham. Oleh

karena itu, Basic EPS adalah ₴2.20. Jumlah rata-rata saham terkait dengan opsi

yang beredar (walaupun tidak dapat dieksekusi saat ini), dengan harga opsi ₴20

per saham, adalah 5.000 saham. Harga pasar rata-rata saham biasa selama tahun

itu adalah ₴28.

AKM II - KMP 2019 35


PERTEMUAN 6-7

Chapter 17: Investments

F. Debt Investments

Debt Investments ditandai dengan pembayaran secara kontraktual pada tanggal tertentu

pokok dan bunga atas jumlah pokok yang belum dibayar. Perusahaan mengelompokkan

investasi utang ke dalam tiga kategori, yaitu: Held-for-collection, Held-for-collection

and selling, dan Trading

18. Debt Investments—Held-for-collection

• Dicatat sebesar amortized cost

• Ilustrasi: Robinson SA membeli €100,000 dari 8% obligasi Evermaster AG pada

tanggal 1 Januari 2019, dengan harga diskon, membayar €92,278. Obligasi

tersebut jatuh tempo pada 1 Januari 2024, yield sebesar 10%; bunga dibayarkan

setiap tanggal 1 Juli dan 1 Januari. Robinson mencatat investasi sebagai berikut:

1 Januari 2019

Debt Investments 92,278

Cash 92,278

Tabel skedul amortisasinya adalah sbb:

AKM II - KMP 2019 36


Robinson mencatat penerimaan pembayaran bunga setengah tahunan pertama

pada tanggal 1 Juli 2019, sebagai berikut:

Cash 4,000

Debt Investments 614

Interest Revenue 4,614

Jurnal yan dibuat pada 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut:

Interest Receivable 4,000

Debt Investments 645

Interest Revenue 4,645

• Pelaporan Investasi Obligasi at Amortized Cost per tanggal 31 Desember 2019

• Penjualan

AKM II - KMP 2019 37


Asumsikan bahwa Robinson menjual investasinya pada 1 November 2021, pada

99¾ ditambah bunga yang masih harus dibayar (accrued interest). Robinson

mencatat amortisasi diskon ini sebagai berikut:

Debt Investments* 522

Interest Revenue 522

*Berdasarkan skedul amortisasi di atas, amorisasi pada 1 November

(€783 x 4/6 = €522)

Penghitungan Gain atau Loss atas Penjualan Debt investment

Selling price 99,750

Book Value of Bonds at 1 November 2021

Amortized cost 1 Juli 2021 95,671

Amortization 1 Jul – 1 Nov 2021 522 (96,193)

Gain on Sale of Bonds 3,557

Jurnalnya:

Cash (€99,750 + €2,667) 102,417

Interest Revenue (4/6 x €4,000) 2,667

Debt Investments 96,193

Gain on Sale of Investments 3,557

19. Debt Investments—Held-for-Collection and Selling (HFCS)

• Debt investments held-for-collection and selling mengikuti entri akuntansi yang

sama dengan debt investments held-for-collection. Artinya, mereka dicatat pada

biaya perolehan diamortisasi (amortized cost)

• Namun, pada setiap tanggal pelaporan, perusahaan:

- Menyesuaikan amortized cost ke fair value

- Unrealized holding gain or loss dilaporkan sebagai bagian dari penghasilan

komprehensif lain (other comprehensive income)

AKM II - KMP 2019 38


• Ilustrasi: Graff plc membeli £100,000, 10%, obligasi 5 tahun pada tanggal 1

Januari 2019, dengan bunga dibayarkan pada 1 Juli dan 1 Januari. Obligasi dijual

seharga £108,111, yang menghasilkan premi obligasi sebesar £8,111 dan suku

bunga efektif 8%. Graff mencatat pembelian obligasi sebagai berikut:

Debt Investments 108,111

Cash 108,111

Pada 1 Juli 2019 mencatat:

Cash 5,000

Debt Investments 676

Interest Revenue 4,324

Pada 31 Desember 2019 mencatat pengakuan pendapatan bunga sbb:

Interest Receivable 5,000

Debt Investments 703

Interest Revenue 4,297

Illustration (Single Security): Untuk menerapkan metode nilai wajar (fair value

method) pada investasi utang ini, asumsikan pada tanggal 31 Desember 2019 nilai

wajar obligasi adalah £105,000. Graff membuat entri berikut.

Unrealized Holding Gain or Loss—Equity 1,732

Fair Value Adjustment 1,732

Ilustrasi (Portofolio Sekuritas): Webb AG memiliki dua sekuritas utang yang

diklasifikasikan sebagai held-for-collection and selling. Ilustrasi berikut

menunjukkan biaya perolehan diamortisasi, nilai wajar, dan jumlah keuntungan

atau kerugian yang belum direalisasi.

AKM II - KMP 2019 39


Jurnal penyesuaian yang akan dibuat Webb pada 31 Desember 2019 untuk

mencatat kerugian:

Unrealized Holding Gain or Loss—Equity 9,537

Fair Value Adjustment 9,537

• Penjualan HFCS securities

Ilustrasi: Webb AG menjual obligasi Watson pada 1 Juli 2020, seharga £90,000,

yang pada saat itu memiliki biaya diamortisasi sebesar £94,214

Cash 90,000

Loss on Sale of Investments 4,214

Debt Investments 94,214

• Financial Statement Presentation

20. Debt Investments—Trading

AKM II - KMP 2019 40


• Perusahaan melaporkan trading securities pada nilai wajar, dengan unrealized

holding gain or loss dilaporkan sebagai bagian dari laba bersih.

• Unrealized holding gain or loss adalah perubahan bersih nilai wajar sekuritas

dari satu periode ke periode lain, tidak termasuk pendapatan dividen atau bunga

yang diakui tetapi tidak diterima.

• Ilustrasi: Asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2019, Western Publishing

menentukan portofolio trading securities seperti di bawah ini. Western Publishing

mencatat trading securities ini at cost di akun Debt Investments. Ini adalah

penilaian pertama dari portofolio tersebut.

Jurnal yang dibuat adalah sbb:

Fair Value Adjustment 3,750

Unrealized Holding Gain or Loss—Income 3,750

21. Fair Value Option

Ilustrasi: Hardy AG membeli obligasi yang diterbitkan oleh Bank Sentral Jerman.

Hardy berencana untuk menahan investasi utang hingga jatuh tempo dalam lima

tahun. Pada tanggal 31 Desember 2019, amortized cost dari investasi ini adalah

€100,000; nilai wajarnya pada adalah €113,000. Jika Hardy memilih fair value option

untuk memperhitungkan investasi ini, jurnal yang dibuat pada 31 Desember 2019

adalah sbb:

Debt Investment (German bonds) 13,000

Unrealized Holding Gain or Loss—Income 13,000

G. Equity Investment

AKM II - KMP 2019 41


Tingkat di mana satu perusahaan (investor) mengakuisisi saham biasa di perusahaan lain

(investee) umumnya menentukan perlakuan akuntansi untuk investasi setelah akuisisi.

22. Holdings of Less Than 20%

• Equity Investments—Trading (Income)

Ilustrasi: 3 November 2019, Republic SA membeli saham biasa dari tiga

perusahaan, masing-masing investasi kurang dari 20%. Saham-saham ini dimiliki

untuk diperdagangkan.

Republic mencatat investasi ini sbb:

Equity Investments 718,550

Cash 718,550

AKM II - KMP 2019 42


Pada tanggal 6 Desember 2019, Republik menerima dividen tunai sebesar €4,200

atas investasi dalam saham biasa Nestlé:

Cash 4,200

Dividend Revenue 4,200

Pada tanggal 31 Desember 2019, Republic menyiapkan jurnal penyesuaian untuk

mencatat perubahan nilai wajar dan mencatat keuntungan atau kerugian sbb:

Unrealized Holding Gain or Loss—Income 35,550

Fair Value Adjustment 35,550

Pada 23 Januari 2020, Republic menjual semua saham biasa Burberry, menerima

€287,220:

Cash 287,220

Equity Investments 259,700

Gain on Sale of Investments 27,520

• Equity Investments—Non-Trading (OCI)

Ilustrasi: Pada 10 Desember 2019, Republic SA membeli 1.000 saham biasa

Hawthorne Company seharga €20,75 per saham (total biaya €20,750). Investasi

tersebut mewakili kurang dari 20% bunga. Jurnal saat pembelian adalah sbb:

Equity Investments (Hawthorne) 20,750

Cash 20,750

AKM II - KMP 2019 43


Pada 27 Desember 2019, Republic menerima dividen tunai sebesar €450 atas

investasinya di Hawthorne Company. Jurnal untuk mencatat dividen tunai sebagai

berikut:

Cash 450

Dividend Revenue 450

Pada 31 Desember 2019, investasi Republic di Hawthorne memiliki carrying value

dan nilai wajar (fair value) sebagai berikut:

Jurnal penyesuaian dicatat sbb:

Equity Investment (Hawthorne) 3,250

Unrealized Holding Gain or Loss—Equity 3,250

23. Holdings Between 20% and 50%

• Investasi (langsung atau tidak langsung) sebesar 20 persen atau lebih dari saham

membuat investor memiliki kemampuan untuk melakukan pengaruh signifikan

terhadap investee.

• Dalam hal "pengaruh signifikan," investor harus memperhitungkan investasi

menggunakan metode ekuitas (equity method).

• Hal-hal penting dalam penggunaan equity method:

- Bagian proporsional dari pendapatan (kerugian) investee meningkatkan

(mengurangi) jumlah tercatat investasi.

- Dividen yang diterima dari investee mengurangi jumlah tercatat investasi.

24. Holdings of More Than 50%

Controlling Interest- Ketika satu perusahaan memperoleh hak suara lebih dari 50

persen di perusahaan lain:

• Investor disebut sebagai induk

• Investee disebut sebagai anak perusahaan (subsidiary)

AKM II - KMP 2019 44


• Investasi pada anak perusahaan dilaporkan pada buku induk sebagai investasi

jangka panjang.

• Induk pada umumnya menyusun laporan keuangan konsolidasian.

H. Impairment of Value

25. Impairment—Investment Measured at Amortized Cost (Held-for-Collection)

• Ilustrasi: Pada tanggal 31 Desember 2018, Mayhew Ltd. memiliki investasi hutang

di Bao Group, dibeli seharga ¥200,000 (dalam ribuan). Investasi ini memiliki jangka

waktu 4 tahun, dengan pembayaran bunga tahunan sebesa 10%, dibayarkan pada

akhir setiap tahun (historical effective-interest rate adalah 10%). Investasi utang ini

diklasifikasikan sebagai held-for-collection.

Loss on Impairment 12,680

Allowance for Impaired Debt Investments 12,680

Misalnya, asumsikan bahwa pada tanggal 31 Maret 2020, Mayhew menentukan

bahwa risiko kredit Bao telah menurun secara signifikan. Oleh karena itu Mayhew

memutuskan untuk membalikkan penurunan nilai dengan membuat entri berikut.

Allowance for Impaired Debt Investments 12,680

Recovery of Loss on Impairment 12,680

26. Impairment—Debt Investments (HFCS)

• Ilustrasi: Asumsikan bahwa Alexander AG membeli investasi utang HFCS pada 1

Juli 2019, seharga €1,000,000 (nilai nominalnya). Investasi utang memiliki tingkat

bunga 7 persen dan tanggal jatuh tempo 1 Juli 2024. Pada tanggal 31 Desember

2019, nilai wajar investasi telah turun menjadi €960,000, karena kenaikan suku

bunga pasar. Entri untuk mencatat investasi utang ini pada 2019 adalah sbb:

AKM II - KMP 2019 45


Apa yang terjadi jika terdapat penurunan €40,000 disebabkan oleh perubahan

€10,000 karena perubahan suku bunga pasar dan penurunan nilai €30,000 karena

risiko kredit?

Pada tanggal 31 Desember 2019, laporan keuangan Alexander adalah sebagai

berikut:

Jika kita asumsikan Alexander menjual investasi utangnya pada 1 Januari 2020,

seharga €960,000 (nilai wajarnya pada waktu itu), jurnalnya adalah sebagai

berikut:

AKM II - KMP 2019 46


Cash 960,000

Loss on Sale of Debt Investment 10,000

Allowance for Impaired Debt Investments 30,000

Debt Investments 1,000,000

Fair Value Adjustment 10,000

Accumulated Comprehensive Income 10,000

Apa yang terjadi jika Alexander memutuskan untuk mempertahankan investasi

utangnya dan kemudian menentukan bahwa risiko kredit pada investasi ini telah

berkurang € 15.000? Dalam hal ini, ia membuat jurnal berikut:

Allowance for Impaired Debt Investments 15,000

Recovery of Impairment Loss 15,000

27. Impairment Model Summary

AKM II - KMP 2019 47


Manajemen Keuangan
Rafif (085775522772)

Minggu ke-1 : Pengenalan Manajemen Keuangan

1. Overview Mengenai Finance

• Finance adalah studi tentang bagaimana orang dan bisnis mengevaluasi investasi

mereka dan meningkatkan modal untuk mendanainya.

• Tiga pertanyaan dasar yang ditujukan kepada studi tentang finance:

1. Investasi jangka panjang apakah yang harus diambil oleh perusahaan?

2. Bagaimanakah perusahaan meningkatkan uang mereka untuk mendanai

investasi-investasinya?

3. Bagaimana cara terbaik perusahaan dalam mengelola arus kas yang terkait

dengan kegiatan sehari-harinya?

2. Tiga Jenis Organisasi Bisnis

• Perusahaan Perseorangan

Yaitu suatu bisnis yang dimiliki oleh individu tunggal yang menguasai seluruh

keuntungan perusahaan dan bertanggung jawab pada seluruh utang perusahaan.

Perusahaan jenis ini biasanya menambah uang dengan cara menginvestasikan

modal sendiri dan dengan meminjam uang dari bank.

Kelebihan: Mudah untuk dimulai, Tidak perlu berkonsultasi dengan pihak lain

dalam pengambilan keputusan, Pajak yang dikenakan adalah tarif pajak atas individu

(perorangan)

Kelemahan: Bertanggung jawab secara pribadi atas utang-utang perusahaan. The

business ceases on the death of the proprietor Lebih sulit dalam meningkatkan

jumlah uang.

• Partnership / Persekutuan

Manajemen Keuangan - KMP 2019 48


General partnership merupakan suatu gabungan dari dua orang atau lebih yang

bersama-sama memiliki dan menjalankan usaha tersebut dalam rangka memperoleh

keuntungan bisnis.

Kelebihan Relatif mudah untuk dimulai, Pajak dibayar dengan tarif pajak untuk

perseorangan, Memiliki akses dana dari berbagai sumber atau dari para

partner.

Kelemahan Para partner secara bersama-sama menanggung kewajiban secara

tidak terbatas, Biasanya tidak mudah untuk mengalihkan kepemilikan.

• Korporasi

Korporasi secara legal dimiliki oleh sejumlah pemegang saham (stockholders) atau

pemilik perusahaan (owners). Secara legal, korporasi berfungsi secara terpisah dari

pemilik perusahaan. Korporasi bisa secara individu menggugat dan digugat. Dewan

direksi dipilih oleh para pemegang saham dan dewan ini akan menunjuk manajer

senior perusahaan.

Kelebihan: Kewajiban para pemilik terbatas pada dana yang diinvestasikannya.

Mati hidupnya korporasi tidak terkait dengan para pemilik. Pengalihan kepemilikan

lebih mudah. Meningkatkan modal lebih mudah

Kelemahan Regulasinya terlalu banyak, Pajak ganda atas dividen

• Limited Liability Company (LLC)

Limited liability company (LLC) menggabungkan manfaat pajak (tax benefits) yang

diperoleh pada perusahaan partnership (tidak ada pajak ganda atas penghasilan)

dengan manfaat kewajiban terbatas pada korporasi (kewajiban pemilik hanya

sebatas pada dana yang diinvestasikan).

Manajemen Keuangan - KMP 2019 49


3. Tujuan dari Manajer Keuangan

• Tujuan dari manajer keuangan harus konsisten dengan misi perusahaan, yaitu untuk

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

4. Lima Prinsip Dasar Dalam Finance

i. Money Has a Time Value

Satu rupiah yang diterima hari ini lebih berharga dibandingkan dengan satu rupiah

yang akan diterima di masa mendatang.

ii. There Is A Risk-Return Trade-Off

Semakin tinggi risiko, semakin tinggi imbalan yang diharapkan. Perhatikan bahwa

imbalan yang diharapkan (expected return) bisa saja tidak sama dengan tingkat

imbalan yang terealisasikan (realized rate of return).

iii. Cash Flows Are The Source of Value

Profit adalah suatu konsep akuntansi dan digunakan untuk mengukur kinerja bisnis.

Arus kas adalah jumlah kas yang secara aktual terjadi di dalam bisnis.

iv. Market Prices Reflect Information

Para investor bereaksi sangat cepat terhadap berita atau informasi dan juga terhadap

keputusan yang dibuat oleh para manajer.

v. Individuals Respond to Incentive

Jika insentif yang diperoleh para manajer tidak sesuai (tidak proper) dengan yang

diterima oleh para pemegang saham (sebagai prinsipal), maka mereka tidak akan

mengambil keputusan yang secara konsisten akan meningkatkan nilai pemegang

saham sehingga mengarah pada munculnya biaya keagenan (agency cost).

Minggu ke-2 : Perusahaan dan Pasar Keuangan

1. Struktur Dasar Pasar Keuangan Amerika Serikat

• Di dalam pasar keuangan terdapat 3 kelompok pemain utama yang melakukan

interaksi, yaitu: Borrowers (individuals and businesses), Savers (mostly individuals),

Financial Institutions (Intermediaries) (ex. Commercial banks).

Manajemen Keuangan - KMP 2019 50


2. Pasar Keuangan : Institusi Keuangan

• Institusi keuangan seperti bank komersial, perusahaan keuangan, perusahaan

asuransi, bank investasi, dan perusahaan investasi disebut sebagai perantara

keuangan (financial intermediaries) yang melakukan tugas untuk membantu para

pemilik uang (savers) dan pihak yang membutuhkan uang (borrowers).

• Pasar Uang – pasar yang menyediakan instrumen utang jangka pendek (misalnya T-

bills, commercial paper). Pasar Modal- pasar yang menyediakan instrumen utang

dan ekuitas jangka panjang (misalnya saham biasa, saham preferen, obligasi

perusahaan, obligasi pemerintah)

• Jenis Institusi Keuangan

I. Bank Komersial – pasar keuangan semua orang

Bank komersial menghimpun dana tabungan dari para individual dan dunia

usaha dan kemudian meminjamkan uang yang terhimpun tersebut kepada

pihak lain (individu dan dunia usaha). Institusi ini mendapatkan uang dari

pembebanan tingkat bunga yang diberikan kepada para peminjam yang

nilainya lebih besar daripada tingkat bunga yang diberikan kepada penabung.

II. Perantara Keuangan Nonbank

a. Perusahaan Jasa Keuangan

Perusahaan jasa keuangan bergerak di bidang usaha peminjaman

atau pendanaan, tetapi mereka bukanlah bank komersial.

b. Perusahaan Asuransi

Perusahan asuransi menjual polis asuransi kepada individu dan dunia

usaha untuk melindungi investasi mereka.

c. Bank Investasi

Bank investasi adalah perantara keuangan khusus yang membantu

perusahaan dan pemerintah dalam memperoleh uang dan

menyediakan jasa pemberian nasihat kepada perusahaan klien ketika

mereka masuk ke dalam transaksi besar seperti mergers.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 51


d. Private Equity Firms

Private equity firms adalah suatu perantara keuangan yang

berinvestasi pada ekuitas yang tidak diperdagangkan di pasar modal

publik.

• Bentuk-Bentuk Produk Perusahaan Investasi

I. Mutual Funds

Mutual funds (di Indonesia dikenal dengan istilah Reksa Dana) dikelola

secara profesional sesuai dengan tujuan investasi negara bagian.

II. Exchange Traded Funds (ETFs)

Exchange-traded fund (ETF) mirip dengan mutual fund kecuali kepemilikann

lembar ETF dapat dibeli dan dijual di pasar modal. Sebagian besar ETF

membentuk suatu indeks harga, seperti S&P 500.

III. Hedge Funds

Hedge funds mirip dengan mutual funds namun minim dengan regulasi, lebih

berisiko, dan umumnya terbuka hanya bagi para investor kakap (high net

worth investors), yaitu investor yang memiliki lebih dari $1 juta).

3. Pasar Keuangan : Pasar Sekuritas

• Sekuritas adalah suatu instrumen yang dapat dinegosiasi yang merepresentasikan

suatu klaim keuangan. Bentuknya bisa berupa saham atau instrumen utang.

• Pasar sekuritas menjadikan para investor dunia usaha dan individu untuk

memperdagangkan sekuritas yang diterbitkan oleh perusahaan publik.

I. Pasar perdana – suatu pasar dimana sekuritas diperjualbelikan untuk pertama

kalinya. Perusahaan yang menjual sekuritas mendapatkan sejumlah uang.

II. Pasar sekunder – suatu pasar untuk perdagangan selanjutnya (subsequent

trading) dari sekuritas yang telah diterbitkan sebelumnya. Perusahaan yang

menerbitkan saham tidak menerima uang sama sekali.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 52


• Jenis-Jenis Sekuritas

I. Sekuritas Utang

perusahaan meminjam uang dengan cara menjual sekuritas utang di pasar

utang (debt market). Utang diklasifikasikan berdasarkan periode jatuh tempo:

kurang dari satu tahun (diterbitkan di pasar uang), satu hinggal 10 tahun

(disebut Note, diterbitkan di pasar modal), lebih dari 10 tahun (disebut bond,

diterbitkan di pasar modal).

II. Sekuritas Ekuitas

Sekuritas ekuitas merepresentasikan kepemilihan dalam perusahaan.

1. Saham biasa merepresentasikan kepemilikan ekuitas di dalam suatu

perusahaan, memiliki hak suara, dan memberikan hak mendapatkan

profit berupa dividen kepada pemegangnya.

2. Saham preferen adalah suatu sekuritas ekuitas. Saham ini

memberikan keistimewaan, secara relatif dibandingkan dengan

pemegang saham biasa, dalam hal pembayaran dividen dan klaim

atas aset.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 53


Minggu ke-3 : Analisis Keuangan

1. Mengapa Kita Perlu Menganalisis Laporan Keuangan?

• Suatu analisis keuangan internal biasa digunakan: Untuk mengevaluasi kinerja

pegawai, Untuk membandingkan kinerja dari divisi-divisi yang berbeda, Untuk

menyiapkan proyeksi keuangan, Untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan

dibandingkan dengan kinerja kompetitor

• Analisis keuangan eksternal dilakukan oleh: Bank atau institusi keuangan lain, Para

Supplier, Agen pemeringkat kredit (Credit-rating agencies), Analis profesional ,

Investor individu

2. Laporan Keuangan Common Size : Standardisasi Informasi Keuangan

• Laporan keuangan ‘common size’ adalah versi terstandarisasi dari laporan keuangan

dimana semua pembukuan disajikan dalam bentuk persen. Ini dapat membantu

membandingkan laporan keuangan suatu perusahaan dengan laporan keuangan

perusahaan lainnya.

• Bagaimana menyiapkan laporan keuangan common size? Untuk Laporan Laba Rugi

Common Size, bagi tiap item dalam Laporan Laba Rugi dengan penjualan. Untuk

Neraca Common Size, bagi tiap item dalam Neraca dengan total aset.

3. Menggunakan Rasio Keuangan

• Rasio keuangan merupakan metode lain dalam standardisasi informasi keuangan

atas Laporan Laba Rugi dan Neraca. Rasio itu sendiri tidak memiliki arti apa-apa.

Oleh karena itu, rasio yang ada harus dibandingkan dengan (a) rasio tahun lalu; atau

(b) rasio perusahaan lain pada industri sejenis.

• Kategori Rasio Keuangan

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)

Rasio likuiditas mengacu pada suatu pertanyaan dasar: Seberapa likuid kah

perusahaan? Suatu perusahaan dikatakan likuid jika ia mampu membayar seluruh

Manajemen Keuangan - KMP 2019 54


utang-utangnya tepat waktu. Kita dapat menganalisis likuiditas perusahaan dari dua

perspektif:

• Likuiditas Keseluruhan – analisis yang membandingkan aset lancar dengan

liabilitas lancar.

• Likuiditas atas Aset Tertentu – analisis dengan menilai mana saja aset likuid

perusahaan (misalnya accounts receivable dan inventories) yang dapat

diubah segera menjadi kas.

1) Current Ratio: membandingkan aset lancar (likuid) perusahaan dengan

liabilitas lancar (jangka pendek) perusahaan.

2) Acid-Test (Quick) Ratio mengeluarkan inventori dari aset lancar karena

inventori dipandang sebagai aset yang tidak likuid.

3) Average Collection Period mengukur jumlah hari yang dibutuhkan

perusahaan dalam menagih piutang-piutangnya.

4) Accounts Receivable Turnover Ratio mengukur berapa kali piutang

“berputar” dalam satu tahun.

5) Inventory turnover ratio mengukur berapa kali perusahaan “memutar”

inventorinya dalam satu tahun. Perputaran inventori yang pendek

menggambarkan tingkat likuiditas yang besar karena hal ini berarti bahwa

inventori perusahaan berubah menjadi kas dengan lebih cepat.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 55


6) Days’ Sales in Inventory mengukur berapa lama inventory akan terjual

Days’ Sales in Inventory = 365÷ inventory turnover ratio

2. Capital Structure Ratios

Capital structure mengacu pada cara perusahaan dalam mendanai aset-aset mereka.

Capital structure ratios mengarah pada suatu pertanyaan penting: Bagaimanakah

perusahaan membiayai pembelian aset-asetnya?

1) Debt ratio mengukur porsi aset perusahaan yang dibiayai melalui pinjaman

atau utang.

2) Times Interest Earned Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban membayar utang dan membayar bunga atas utang

tersebut.

3. Asset Management Efficiency Ratios

Asset management efficiency ratios mengukur efektivitas perusahaan dalam

pemanfaatan aset yang dimiliki dalam rangka memperoleh penjualan. Rasio ini juga

biasa disebut dengan turnover ratios karena merefleksikan berapa kali suatu aset

“berputar” dalam satu tahun.

1) Total Asset Turnover Ratio menggambarkan jumlah penjualan yang

dihasilkan dari tiap dollar (rupiah) aset yang diinvestasikan.

2) Fixed asset turnover ratio mengukur efisiensi perusahaan dalam

pemanfaatan aset tetap (seperti property, plant and equipment).

Manajemen Keuangan - KMP 2019 56


4. Profitability Ratios

Profitability ratios mengarah pada suatu pertanyaan yang sangat fundamental:

Apakah perusahaan telah menghasilkan imbalan atas investasi (returns on

investments) yang memadai?

1) Gross profit margin menunjukkan seberapa baik manajemen perusahaan

mengendalikan biaya-biaya untuk mendapatkan profit.

2) Operating Profit Margin mengukur berapa banyak profit yang dihasilkan dari

tiap dollar (rupiah) penjualan setelah memperhitungkan costs of goods sold

dan operating expenses. Rasio ini juga mengindikasikan seberapa baik

perusahaan dalam mengelola Laba Rugi-nya

3) Net Profit Margin mengukur berapa banyak income yang diperoleh dari tiap

dollar (rupiah) penjualan setelah dilakukan penyesuaian atas seluruh biaya

(termasuk income taxes).

4) Operating Return on Assets ratio adalah ikhtisar dari ukuran tingkat

profitabilitas operasi perusahaan. Nilai rasio ini turut menentukan tingkat

kesuksesan manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya dan dalam

efisiensi penggunaan aset.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 57


5. Market Value Ratios

Market value ratios mengarah pada pertanyaan, bagaimanakah nilai saham

perusahaan di bursa saham?

1) Price-Earnings (PE) Ratio menggambarkan berapa banyak investor yang saat ini

mau membayar sebesar $1 dari earnings yang dilaporkan perusahaan.

2) Market-to-Book Ratio mengukur hubungan antara market value dengan

akumulasi investasi dalam ekuitas perusahaan.

4. Memilih Suatu Pembanding Kinerja (Performance Benchmark)

• Terdapat dua jenis pembanding (benchmark) yang biasa dipakai, yaitu:

I. Analisis Trend– membandingkan laporan keuangan perusahaan dalam suatu

kurun waktu (time-series comparisons).

II. Peer Group Comparisons – membandingkan subjek laporan keuangan

perusahaan dengan perusahaan “peer”.

5. Keterbatasan Analisis Rasio

1. Mendapatkan data industri pembanding kadang kala adalah hal yang sulit.

2. Data peer-group atau rata-rata industri yang di-publish, tidak selalu menggambarkan

perusahaan yang dianalisis.

3. Suatu rata-rata industri tidak selalu merupakan target atau norma yang diharapkan.

4. Mendapatkan data industri pembanding kadang kala adalah hal yang sulit.

5. Data peer-group atau rata-rata industri yang di-publish, tidak selalu menggambarkan

perusahaan yang dianalisis.

6. Suatu rata-rata industri tidak selalu merupakan target atau norma yang diharapkan.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 58


Minggu ke-4 : Nilai Waktu Uang

1. Penggunaan Timeline Untuk Memvisualisasikan Cashflow

• Sebuah timeline dapat menggambarkan waktu dan jumlah skema pembayaran (baik

kas yang diterima maupun kas yang dikeluarkan) bersamaan dengan tingkat bunga

yang ditetapkan.

• Sebuah timeline biasanya digambarkan dalam jangka waktu tahunan, tetapi bisa saja

digambarkan dalam jangka waktu bulan, harian, maupun satuan waktu lain.

• Contoh timeline

Timeline 4 tahun tersebut menggambarkan hal berikut:

➢ Rasio bunga sebesar 10%

➢ Arus kas keluar sebesar $100 terjadi di awal tahun pertama (pada waktu ke-0),

kemudian diikuti oleh arus kas masuk sebesar $30 dan $20 pada tahun kedua

dan ketiga, kemudian arus kas keluar sebesar $10 di tahun keempat dan arus

kas masuk $50 di tahun kelima.

2. Compounding and Future Value

• Penghitungan time value of money meliputi present value (berapa nilai arus kas saat

ini) dan future value (berapa nilai arus kas di masa yang akan datang).

• Contoh: Misalkan anda menyetor $500 di rekening tabungan Anda yang menghasilkan

bunga tahunan 5%. Berapa banyak yang akan Anda miliki di akun Anda setelah dua

tahun? Setelah lima tahun?

Manajemen Keuangan - KMP 2019 59


n 2
a. FV = PV(1+i) = 500(1.05) = $551.25
2

n 5
b. FV = PV(1+i) = 500(1.05) = $638.14

• Compund Interest with Shorter Compounding Periods

Beberapa bank biasanya menawarkan akun tabungan yang memajemukkan bunga

secara harian, bulanan, atau pertigabulanan. Semakin sering dimajemukkan maka

akan menghasilkan pendapatan bunga yang semakin tinggi dan menjadikan nilai

future value menjadi semakin tinggi.

• Contoh : Jika Anda menyetor $50.000 perbulan dalam akun yang membayar suku

bunga tahunan 10%, berapa saldo akun Anda dalam 10 tahun?

Manajemen Keuangan - KMP 2019 60


m*12 10*12
• FV = PV (1+i/12) = $50,000 (1+0.10/12) = $50,000 (2.7070) = $135,352.07

3. Discounting and Present Value

• Berapakan nilai saat ini atas arus kas yang akan diterima di masa yang akan datang?

• Jawaban atas pertanyaan ini memerlukan penghitungan present value (PV) yaitu nilai

hari ini atas arus kas masa depan, serta proses discounting.

Present value dari $100 dimajemukkan dengan rasio yang berbeda dan untuk

periode waktu yang berbeda

• Contoh: Berapakah nilai present value dari $100.000 yang akan diterima pada akhir

tahun yang ke-25 dengan tingkat diskon 5%?

PV = $100,000 [1/(1.05)25) = $100,000 [0.2953] = $29,530

• The Rule of 72: Dapat digunakan untuk menentukan berapa tahun yang dibutuhkan

agar investasi kita menjadi 2x lipatnya.

N = 72 / interest rate

Contoh: Apabila kita menginvestasikan dalam tingkat bunga 9%, maka kita

membutuhkan waktu 8 tahun (=72/9) untuk menggandakan nilai dari investasi.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 61


4. Making Interest Rates Comparable

• Annual Percentage Rate (APR) : APR menunjukkan tingkat bunga yang diterima

selama 1 tahun tanpa kemajemukan (bulanan, harian, triwulanan). APR juga biasa

disebut nominal or quoted interest.

Kita tidak bisa membandingkan dua hutang dengan APR jika memiliki periode

pembayaran berbeda (harian, bulanan, tahunan, atau lainnya). Untuk bisa

dibandingkan, kita harus mencari EAR yakni tingkat bunga yang didapat selama satu

tahun.

• Contoh: Berapakah EAR jika nominal rate sebesar 13% dan bunganya dibayarkan

secara bulanan?

EAR = [1+.13/12]12 - 1 = 1.1380 – 1 = .1380 or 13.80%

5. Ordinary Annuities

• Annuitas adalah pembayaran secara berkala di akhir periode, bisa bulanan,

triwulanan, ataupun tahunan. Apabila pembayaran dilakukan di akhir periode, maka

disebut dengan ordinary annuity. Apabila pembayaran dilakukan di awal periode,

disebut annuity due.

• Future Value dari Ordinary Annuity

➢ FVn = FV anuitas di akhir periode ke-n

Manajemen Keuangan - KMP 2019 62


➢ PMT = Pembayaran anuitas yang didepositkan ataupun diterima di akhir tiap

periode.

➢ i = Rasio bunga per periode

➢ n = Jumlah periode lamanya suatu anuitas

Contoh: Apabila kita ingin mendapatkan uang sebesar $100.000 untuk pendidikan

anak di akhir tahun ke-18 dengan tingkat bunga 12% pertahun, maka berapa

investasi tahunan yang akan dibayarkan untuk mendapatkan itu?

10
FV = $3000 {[ (1+.05) - 1] ÷ (.05)} = $3,000 { [0.63] ÷ (.05) } = $3,000 {12.58} =

$37,740

• Present Value dari Ordinary Annuity

• Amortized Loans

Pinjaman yang diamortisasi adalah pinjaman yang dilunasi dengan pembayaran yang

sama - akibatnya, pembayaran pinjaman tersebut merupakan anuitas. Contoh:

Pinjaman hipotek rumah, Pinjaman mobil

Contoh: Anda berencana untuk meminjam uang $6.000 dari toko furnitur dengan

tingkat bunga tahunan 15% dan akan dibayar tahunan selama 4 tahun.

Bagaimanakah pembayaran hutangnya pertahun dan buatlah tabel amortisasinya!

$6.000 = PMT ((1-1(1+0,15)4) : 0,15) = PMT(2,8549)

PMT = $6.000 : 2,8549 = $2.101,59

Manajemen Keuangan - KMP 2019 63


Untuk mencari pokok hutang pada akhir tahun ketiga dapat menggunakan rumus PV

dengan n = 1 (1 merupakan sisa periode yang belum dibayar)

Pokok utang tahun ketiga = 2101,59 ((1-1(1+0,15)4) : 0,15) = 1.827,48

• Annuities Due : Sebuah anuitas yang pembayarannya dilakukan di awal periode

• Perpetuities : Perpetuitas adalah anuitas yang berlanjut tanpa memiliki jatuh tempo.

Contohnya adalah dividen dari saham preferen. Ada dua tipe yaitu:

1) Growing Perpetuities : Dimana cash flow tumbuh dengan tingkat bunga yang

konstan dari periode ke periode.

2) Level Perpetuities : Dimana pembayaran dengan jumlah tetap pada seluruh

periode.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 64


Minggu ke-5 : Risiko dan Tingkat Imbalan

1. Realisasi dan Ekspektasi Tingkat Imbalan dan Risiko

• Realisasi imbalan atau imbalan tunai mengukur gain atau loss dari suatu investasi.

• Contoh: Anda investasi satu lembar saham Apple (AAPL) seharga $95 dan menjualnya

setahun kemudian seharga $200. Perusahaan tidak membayarkan dividen apapun

selama periode tersebut. Berapakah imbalan tunai atas investasi ini?

Imbalan tunai = $200 + 0 - $95 = $105

• Kita juga dapat menghitung tingkat imbalan dalam bentuk persentase. Caranya

sederhana, yaitu membagi imbalan tunai dengan harga awal saham.

• Tingkat imbalan= ($200 + 0 - $95) ÷ 95 = 110.53%

• Imbalan dari investasi saham biasa dapat bernilai positif atau negatif. Oleh karena itu,

kinerja masa lalu bukanlah suatu indikator untuk menilai kinerja masa datang. Secara

umum, kita berharap untuk mendapatkan imbalan yang lebih tinggi karena kita juga

menanggung risiko yang lebih besar.

• Ekspektasi imbalan (Expected return) adalah sesuatu yang diharapkan akan

diperoleh di masa depan oleh investor dari suatu investasi. Ekspektasi imbalan

merupakan rata-rata tertimbang dari imbalan yang mungkin terjadi, dimana peluangnya

ditentukan oleh probabilitas keterjadian.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 65


Menggunakan persamaan di contoh AAPL,

Ekspektasi Imbalan: = (-10%×0.2) + (12%×0.3) + (22%×0.5) = 12.6%

• Mengukur Risiko: Pada contoh sebelumnya, ekspektasi imbalan adalah 12,6%;

Namun demikian, imbalannya berada di kisaran -10% to +22%. Keragaman dalam

imbalan ini dapat dikuantifikasi dengan menghitung Varian atau Standar Deviasi yang

ada pada imbalan investasi.

➢ Varian adalah kuadrat dari perbedaan rata-rata antara realisasi imbalan

individual dengan harapan imbalan.

➢ Standar Deviasi adalah akar pangkat dua dari varian. Standar deviasi lebih

umum digunakan untuk menguantifikasi risiko.

• Menghitung Varian dan Standar Deviasi dari Tingkat Imbalan Suatu Investasi :

Asumsikan ada dua kemungkinan alternatif investasi, yaitu:

➢ U.S. Treasury Bill – U.S. Treasury bill dipandang sebagai risk-free, karena

tidak adanya risiko kegagalan dalam pembayaran bunga sebesar 5%.

➢ Common stock of the Ace Publishing Company – Investasi dalam saham

biasa merupakan suatu investasi yang berisiko.

Probabilitas distribusi suatu imbalan investasi berisikan seluruh kemungkinan tingkat

imbalan dari investasi yang berkaitan dengan probabilitas tiap hasil keluaran

(outcome).

Manajemen Keuangan - KMP 2019 66


➢ Probabilitas distribusi dari Treasury bill berupa suatu batang tunggal dengan

tingkat imbalan sebesar 5% yang mengindikasikan bahwa terdapat 100%

probabilitas yang akan menghasilkan imbalan 5%.

➢ Imbalan dari saham Ace Publishing company memiliki kisaran dari -10%

(terendah) hingga ke +40% (tertinggi). Oleh karena itu, investasi dalam bentuk

saham biasa adalah berisiko (risky), sedangkan Treasury bill tidak.

➢ Diketahui bahwa ekspektasi imbalan (expected return) atas saham adalah

sebesar 15% sedangkan ekspektasi imbalan dari Treasury bill sebesar 5%.

Apakah dengan imbalan atas investasi saham yang lebih tinggi tersebut

menjadikan investasi ini lebih baik (daripada investasi Treasury bill)? Tidak

boleh diabaikan, kita juga perlu mengetahui risiko pada kedua investasi

tersebut.

Risiko diukur menggunakan varian:

• Mengukur Varian dan Standar Deviasi suatu Investasi dalam Saham Biasa Ace

Publishing

Manajemen Keuangan - KMP 2019 67


Kita amati bahwa saham biasa menawarkan harapan imbalan yang lebih tinggi tetapi

juga lebih berisiko, yang diukur melalui standar deviasi. Pilihan seorang investor atas

investasi tertentu akan ditentukan oleh sikap mereka terhadap risiko.

2. Sejarah Singkat Imbalan Pasar Keuangan

• Selama ini, para investor memperoleh tingkat imbalan yang lebih tinggi dari investasi

yang lebih berisiko. Oleh karena itu, menginginkan harapan tingkat imbalan yang lebih

tinggi dapat diartikan secara sederhana bahwa para investor “berharap” dapat

merealisasikan imbalan yang lebih tinggi.

• Imbalan yang lebih tinggi adalah sesuatu yang tidak dapat dijamin akan diperoleh.

3. Tingkat Imbalan Rata-Rata Geometrik vs Aritmetik

• Tingkat imbalan rata-rata geometrik menjawab pertanyaan, “Berapakah tingkat

pertumbuhan investasi anda?”

• Tingkat imbalan rata-rata aritmatik menjawab pertanyaan, “Berapakah rata-rata tingkat

imbalan tahunan?”

Manajemen Keuangan - KMP 2019 68


• Contoh: Lima tahun yang lalu, Mary telah memutuskan untuk menyimpan saham yang

diberikan kepadanya oleh neneknya. Namun, sekarang dia ingin menjual saham yang

telah diberikan oleh neneknya. Berapa tingkat pengembalian rata-rata aritmatika dan

geometris untuk investasi saham tersebut? Lihat tabel berikut.

➢ Arithmetic Average

= Sum of the annual rates of return ÷ Number of years

= 45% ÷ 5 = 9%

Berdasarkan data performa saham di masa lalu, maka Mary dapat

mengharapkan imbalan sebesar 9% di masa depan.

➢ Geometric Average

= [(1+Ryear1) × (1+Ryear 2 ) × (1+Ryear3) × (1+Ryear4) × (1+Ryear5) ]1/5 -

= [(.85) × (1.15) × (1.25) × (1.30) × (.90)] 1/5 - 1 = 7.41%

Tingkat imbalan yang Mary harapkan diterima dalam 5 tahun adalah 7,41%.

4. Apa saja yang menentukan Harga Saham?

• Secara umum, harga saham cenderung akan meningkat bila ada kabar baik tentang

profit masa depan, dan harga saham cenderung akan turun bila ada kabar buruk

tentang profit masa depan.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 69


• Pergerakan harga saham juga dipengaruhi oleh spekulan atau sentimen investor.

• The Efficient Market Hypothesis

➢ Hipotesis Efisiensi Pasar (HEP) menyatakan bahwa harga sekuritas

merefleksikan secara akurat harapan arus kas masa depan dan didasarkan

pada seluruh informasi yang tersedia di tangan para investor.

➢ Efisiensi Pasar adalah suatu pasar dimana seluruh informasi yang tersedia

berkaitan sepenuhnya dengan harga sekuritas dan imbalan yang diperoleh

para investor atas investasi mereka yang tidak dapat diprediksikan. Terdapat

tiga bentuk yaitu:

1. The weak-form efficient market hypothesis

2. The semi-strong form efficient market hypothesis

3. The strong-form efficient market hypothesis

• Secara umum, pasar diharapkan setidaknya berbentuk weak-form dan semi-strong

form efficient.

• Jika terdapat strategi perolehan profit yang sederhana, maka strategi tersebut akan

menarik perhatian para investor, yang dengan mengimplemantasikan strategi-strategi

tersebut akan berlomba untuk mendapatkan profit.

• Hipotesis efisiensi pasar didasarkan pada asumsi bahwa para investor, sebagai suatu

kelompok, adalah orang-orang yang rasional. Pandangan ini telah “teruji”.

Minggu ke-6 : Resiko dan Imbalan – Teori Pasar Modal

1. Imbalan Portofolio dan Risiko Portofolio

• Untuk menghitung ekspektasi tingkat imbalan suatu portofolio, kita memberikan bobot

pada tiap-tiap ekspektasi tingkat imbalan dari investasi individual dengan

menggunakan pecahan (porsi) dari portofolio yang diinvestasikan pada tiap investasi

tersebut.

• Ekspektasi tingkat imbalan portofolio adalah suatu rata-rata tertimbang sederhana dari

ekspektasi tingkat imbalan investasi dalam portofolio tersebut.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 70


➢ E(rportfolio) = tingkat pengembalian yang diharapkan atas portofolio yang terdiri

atas n aset.

➢ Wi = bobot portofolio untuk aset i.

➢ E(ri ) = tingkat pengembalian yang diharapkan yang diperoleh dari aset i.

➢ W1 × E(r1) = kontribusi aset 1 terhadap pengembalian yang diharapkan dari

portofolio.

• Contoh: Evaluasilah ekspektasi imbalan dari portofolio milik Penny di mana ia

menempatkan seperempat uangnya ke dalam Treasury Bill, setengah uangnya ke

Saham Starbuck, dan sisa uangnya ditempatkan ke Saham Emerson Electric.

E(rportfolio) = .25 × .04 + .25 × .08 + .50 × .12 = .09 or 9%

Jadi, tingkat imbalannya adalah 9% untuk portofolio berupa 25% Treasury Bill, 25%

Saham Emerson Electric stock dan 50% saham Starbucks.

• Efek pengurangan risiko dengan memasukan sejumlah besar investasi dalam suatu

portofolio disebut dengan diversifikasi.

• Perolehan hasil dari diversifikasi bergantung pada tingkat korelasi diantara investasi-

investasi tersebut, yang diukur dengan koefisien korelasi.

➢ Koefisien korelasi dapat berkisar dari -1.0 (korelasi negatif sempurna), yang

berarti bahwa dua variabel bertentangan secara sempurna, hingga +1.0

(korelasi positif sempurna).

Manajemen Keuangan - KMP 2019 71


➢ Semakin rendah korelasi, semakin besar keuntungan diversifikasi yang akan

diperoleh

• Tips Diversifikasi

➢ Suatu portofolio dapat mengurangi risiko dibandingkan dengan risiko rata-rata

dari investasi individual yang ada di dalam portofolio tersebut.

➢ Kunci dari pengurangan risiko ini melalui diversifikasi – suatu kombinasi

investasi yang imbalannya tidak berkorelasi positif sempurna.

• Menghitung Standar Deviasi dari Imbalan Portofolio

• Dampak dari Koefisien Korelasi pada Risiko Portofolio

Semakin rendah korelasi, semakin besar keuntungan dari diversifikasi.

• Contoh: Evaluasilah ekspektasi imbalan dan standar deviasi dari portofolio S&P500

dan dana internasional dimana korelasinya diasumsikan 0,20 dan Sarah tetap

menempatkan separuh uangnya ke tiap dana-dana tersebut.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 72


E(rportfolio) = W S&P500 E(rS&P500) + W International E(rInternational)

= .5 (12) + .5(14) = 13%

Standard deviation of Portfolio = √ { (.52x.22)+(.52x.32)+(2x.5x.5x.20x.2x.3)}

= √ {.0385} = .1962 or 19.62%

➢ Suatu rata-rata tertimbang sederhana dari standar deviasi dua buah dana akan

menghasilkan nilai standar deviasi sebesar 25% (20 x .5 + 30 x .5) atas

portofolio tersebut.

➢ Namun demikian, standar deviasi dari portofolio bernilai kurang dari 25%

(19.62%) disebabkan oleh keuntungan diversifikasi (dengan korelasi kurang

dari 1).

2. Risiko Sistematik dan Portofolio Pasar

• Untuk memahami bagaimana suatu investasi berkontribusi pada risiko portofolio, kita

mengategorisasi risiko dari investasi individual ke dalam dua kategori:

➢ Risiko sistematik : Komponen risiko sistematik mengukur kontribusi dari

investasi pada risiko portofolio pasar. Sebagai contoh: perang, resesi.

➢ Risiko tidak sistematik : adalah elemen dari risiko yang tidak berkontribusi

pada risiko pasar dan telah didiversifikasikan. Sebagai contoh: penarikan

produk, unjuk rasa buruh, perubahan manajemen.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 73


• Risiko Portofolio dan Jumlah Investasi dalam Portofolio

Gambar di atas mengilustrasikan bahwa, di saat jumlah sekuritas dalam

portofolio meningkat, kontribusi dari risiko tidak sistematik terhadap standar deviasi

menurun sedangkan risiko sistematik tidak berkurang. Oleh karena itu, portofolio

besar tidak akan terpengarih oleh risiko tidak sistematik.

• Risiko Sistematik dan Beta

Risiko sistematik diukur dengan koefisien beta, yang mengestimasi suatu perluasan

dimana imbalan dari investasi tertentu berbeda dengan imbalan dari portofolio pasar.

• Menghitung Beta Portofolio

Beta portofolio mengukur risiko sistematik dari suatu portofolio.

Contoh: Pertimbangkan portofolio yang terdiri dari empat investasi dengan koefisien

beta masing-masing sebesar 1,50, 0,75, 1,80 dan 0,60. Jika Anda menginvestasikan

jumlah yang sama dalam setiap investasi, berapa beta dari portofolio tersebut?

Portofolio Beta = .25(1.50) + .25(0.75) + .25(1.80) + .25 (0.60) = 1.16

Manajemen Keuangan - KMP 2019 74


3. The Security Market Line and The CAPM

• CAPM menjelaskan bagaimana beta terkait dengan tingkat pengembalian yang

diharapkan. Semakin tinggi jumlah beta, maka investor akan membutuhkan tingkat

pengembalian investasi yang lebih tinggi

• Persamaan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko sistematis suatu

investasi, (ceteris paribus) maka semakin tinggi expected rate of return yang

dibutuhkan seorang investor untuk berinvestasi dalam aset tersebut.

• Contoh: Perkirakan tingkat pengembalian yang diharapkan untuk tiga utilitas

perusahaan, jika tingkat bebas risiko 4,5% dan premi risiko pasar sebesar 6%.

(Gunakan tabel di bawah)

Market Risk Premium = E(rmarket)-rf

• Beta (AEP) = 4.5% + 0.74(6) = 8.94%

• Beta (DUK) = 4.5% + 0.40(6) = 6.9%

• Beta (CNP) = 4.5% + 0.82(6) = 9.42%

Manajemen Keuangan - KMP 2019 75


Minggu ke-7 : Penilaian Obligasi dan Tingkat Bunga

1. Overview of Corporate Debt

• Ada dua sumber utama pinjaman perusahaan, yaitu

I. Pinjaman dari Lembaga Keuangan (biasa disebut dengan utang privat/ private

debt sepanjang melibatkan dua pihak saja)

II. Obligasi (biasa disebut dengan utang publik/ public debt sepanjang utang ini

diperdagangkan di pasar keuangan publik)

• Meminjam uang dari pasar keuangan privat

o Financial Institutions menyediakan berbagai pinjaman untuk membiayai

operasi sehari-hari perusahaan (working capital loans) atau dapat digunakan

untuk membeli equipment atau property (transaction loans).

o Pinjaman ada yang dijamin dan tidak dijamin dengan suatu jaminan yang biasa

disebut collateral.

o Keuntungan penempatan utang pribadi

I. Kecepatan

II. Mengurangi biaya

III. Fleksibilitas pembiayaan

o Kerugian penempatan utang pribadi

I. Biaya bunga

II. Perjanjian yang membatasi

III. Kemungkinan pendaftaran SEC di masa depan

• Floating-Rate Loans

o Di pasar keuangan privat, pinjaman biasanya berjenis floating rate loans yaitu

tingkat bunga telah disesuaikan berbasarkan suatu tingkat pembanding khusus

(specific benchmark rate).

Manajemen Keuangan - KMP 2019 76


o Pembanding yang paling popular adalah London Interbank Offered Rate

(LIBOR), yaitu suatu tingkat bunga pinjaman yang ditawarkan oleh bank

kepada para peminjam di seluruh kota London atau pasar antarbank.

o Contoh: Suatu perusahaan mungkin mendapatkan pinjaman satu tahun

dengan tingkat bunga sebesar 75 basis poin (atau 0,75%) di atas LIBOR

dengan batas atas (ceiling) 2,5% dan batas bawah (floor) sebesar 1,75%.

• Meminjam Uang dari Pasar Keuangan Publik

o Perusahaan menggunakan jasa suatu investment banker saat akan

menambah dana jangka panjang melalui pasar keuanga publik.

o Investment banker menyediakan tiga layanan dasar, yaitu:

I. Underwriting: menanggung risiko penjualan sekuritas yang diterbitkan.

Pihak klien diberikan uang sebelum sekuritas laku terjual kepada publik.

II. Distributing

III. Advising

• Obligasi Perusahaan

Manajemen Keuangan - KMP 2019 77


o Corporate bond adalah suatu sekuritas utang yang diterbitkan oleh

perusahaan yang menjanjikan pembayaran di masa depan dan pada suatu

tanggal jatuh tempo.

o Jika perusahaan gagal membayar bunga maupun pokok utang, maka wali

amanat (trustee) dapat mengklasifikasikan perusahaan sebagai insolvent dan

memaksa perusahaan untuk mengajukan kebangkrutan.

o Fitur dasar suatu obligasi meliputi hal-hal sbb: Bond indenture, Claims on

assets and income, Par or face value, Coupon interest rate, Maturity and

repayment of principal, Call provision and conversion features

o Bond ratings mengindikasikan risiko kegagalan yaitu suatu tingkat

kemungkinan perusahaan dalam membayarkan bunga dan pokok utang

obligasi.

o Rating agencies menggunakan laporan keuangan peminjam, financing mix,

profitability, keragaman profit masa lalu, dan membuat kesimpulan tentang

kualitas manajemen perusahaan dikaitkan dengan peringkatnya.

2. Valuing Corporate Debt

• Nilai utang perusahaan sama dengan nilai saat ini (present value) dari pokok utang

yang dijanjikan saat jatuh tempo dan pembayaran bunga (cash flows) yang

didiskotokan ke masa kini dengan menggunakan tingkat bunga pasar yang diinginkan

(ekspektasi) pada suatu risiko yang sama pada sekuritas sejenis.

• Calculating a Bond’s Yield to Maturity (YTM)

o Kita dapat saja berpikir YTM sebagai tingkat diskonto untuk menghitung nilai

saat ini dari bunga dan pokok utang obligasi yang nilainya sama dengan harga

pasar.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 78


• Promised versus Expected Yield to Maturity

o Hasil penghitungan pada saat jatuh tempo mengasumsikan bahwa kinerja

obligasi sesuai dengan yang tertera dalam sertifikat obligasi (bond contract atau

indenture).

o Selama obligasi perusahaan merupakan subjek risiko kegagalan, maka hasil

yang dijanjikan pada saat tanggal jatuh tempo bisa saja tidak sama dengan

hasil yang diharapkan sebelumnya.

o Contoh Anggaplah suatu obligasi satu tahun menjanjikan kupon bunga 8% dan

memiliki nilai nominal $1,000. Asumsikan juga bahwa obligasi tersebut

diperdagangkan senilai $850. Berapakah hasil yang dijanjikan saat jatuh

tempo?

o Promised YTM

= {(Interest year 1 + Principal) ÷ (Bond Value)} – 1

= {($80+$1,000) ÷ ($850)} – 1 = 27.06%

o Hasil sebesar 27.06% didasarkan pada asumsi tidak ada kegagalan (no

default). Asumsikan bahwa terdapat 40% probabilitas gagal pada obligasi ini

dan jika obligasi gagal maka pemegang obligasi akan menerima hanya 60%

dari pokok utang & bunga. Berapa nilai YTM ekspektasi obligasi ini?

o YTMdefault

= {(Interest year 1 + Principal)} ÷ (Bond Value)} – 1

= {($80+$1000) × .60} ÷ ($850)} – 1 = -23.76%

= (27.06 × .60) + (-23.76 × .40) = 6.73%

Manajemen Keuangan - KMP 2019 79


3. Penilaian Obligasi : Empat Hubungan Kunci

• First Relationship Nilai obligasi berhubungan terbalik dengan perubahan dalam hasil

saat jatuh tempo

• Second Relationship: nilai pasar obligasi akan lebih rendah dari nilai nominal

(discount bond) jika hasil yang diharapkan oleh pasar di saat jatuh tempo di atas

tingkat kupon bunga dan akan bernilai lebih tinggi dari nilai nominal (premium bond)

jika hasil yang diharapkan oleh pasar di saat jatuh tempo di bawah tingkat kupon

bunga.

• Third Relationship Sebagaimana pendekatan tanggal jatuh tempo, nilai pasar obligasi

mendekati nilai nominalnya. Hal ini dikarenakan pada saat jatuh tempo, obligasikan

akan diserahkan kembali dan investor akan menerima sejumlah nilai nominal obligasi.

• Fourth Relationship Obligasi jangka panjang memiliki risiko tingkat bunga yang lebih

besar dibandingkan dengan obligasi jangka pendek.

4. Types of Corporate Bonds

Debentures Any form of unsecured long-term debt. Because they are

unsecured, the earning ability of the issuing corporation is

of great concern to the bondholder. They are riskier than

secured bonds and as a result must provide investors with

a higher yield than secured bonds provide. Often, the

issuing firm attempts to provide some protection to the

holder of the bond by prohibiting the firm from issuing more

secured long-term debt that would further tie up the firm's

assets and leave the bondholders less protected. To the

issuing firm, the major advantage of debentures is that no

property has to be secured by them. This allows the firm to

issue debt and still preserve some future borrowing power.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 80


Subordinated The claims of the subordinated debentures are honored only

Debentures after claims of secured debt and unsubordinated debentures

have been satisfied.

Mortgage Bonds secured by a lien on real property. Typically, the value

bonds of the real property is greater than the amount of the bonds

issued. This provides the mortgage bondholders with a margin

of safety in the event the market value of the secured property

declines. In the case of foreclosure, the bondholders get the

proceeds from the sale of the secured property. If the

proceeds from this sale do not cover the bonds, the

bondholders become general creditors, similar to debenture

bondholders, for the unpaid portion of the debt.

Eurobonds Bonds issued in a country different from the one in whose

currency the bond is denominated. For example, a bond

that is issued in Europe or in Asia by an American

company and that pays interest and principal to the

lender in U.S. dollars would be considered a Eurobond.

Thus, even if the bond is not issued in Europe,

it merely needs to be sold in a country different from the one in

whose currency it is denominated to be considered a

Eurobond.

Zero-coupon These bonds require either no coupon interest payments


and very-low- (these are called zeroes) or very low interest payments.
coupon bonds Consequently, the bondholder receives all or most of

their return at maturity. Because these bonds pay little or

no interest they must sell at a deep discount.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 81


For the investor, a zero-coupon bond is like a U.S. savings

bond. The obvious appeal of zero-coupon bonds is to those

investors who need a lump sum of money at some future

date but don't want to be concerned about reinvesting

interest payments. Today, zero-coupon bonds are infrequently

issued by corporations. The dominant player in this market is

the U.S. government, with the government's zero-coupon

bonds called STRIPS.

Junk (high- High-risk debt that has a below-investment-grade bond rating

yield) bonds (see the earlier discussion of bond ratings). Junk bonds are

also called high-yield bonds because they pay interest rates

that are 3 to 5% higher than those of the highest rated bonds.

Floating-rate A floating- or variable-rate bond is simply one whose coupon

bonds rate fluctuates according to the level of current market

interest rates. These bonds are quite popular with

municipalities and foreign governments, but are far less

common among corporations.

Convertible Convertible bonds are debt securities that can be converted

bonds into a firm's stock at a pre-specified price.

5. Determinants of Interest Rates

• Tingkat bunga dalam konteks keuangan lebih umum disebut dengan tingkat bunga

nominal (atau quoted interest rate). Sedangkan tingkat bunga yang telah

menyesuaikan pengaruh inflasi disebut Tingkat Bunga Riil.

o Tingkat Bunga Riil (kurang lebih)

≈ Nominal interest rate – Inflation premium

Manajemen Keuangan - KMP 2019 82


• Fisher Effect: Tingkat Bunga Nominal dan Riil

Hubungan antara tingkat bunga nominal, rnominal , tingkat inflasi yang telah diantisipasi,

rinflation , dan tingkat bunga riil dikenal dengan istilah Fisher effect.

• Interest-Rate Determinants – Breaking It Down

o Return nominal atau tingkat bunga atas surat utang (note) atau obligasi (bond)

dapat terdiri dari lima komponen dasar, yaitu:

o Hubungan antara tingkat bunga dan saat jatuh tempo dengan risiko bernilai

tetap dikenal dengan istilah term structure of interest rates atau the yield

curve

Gambar di bawah mengilustrasikan suatu struktur syarat hipotetis dari U.S.

Treasury Bonds.

o Selama tidak ada risiko gagal (default risk) atau risiko likuiditas (liquidity risk)

dan risiko rill tingkat bunga bebas (real-risk free rate of interest) tidak berubah,

maka bentuk kurva yield ditentukan oleh premi inflasi (inflation premium) dan

premi risiko jatuh tempo (maturity risk premium).

o Selama periode dimana inflasi diharapkan menurun, premi inflasi akan turun

terhadap jatuh tempo yang lebih panjang, menghasilkan kemiringan (slope)

Manajemen Keuangan - KMP 2019 83


yang menurun pada kurva yield Treasury, sebagaimana terlihat pada Gambar

di bawah.

o Kebalikannya juga benar, sebagaimana diperlihatkan pada gambar di bawah.

Manajemen Keuangan - KMP 2019 84


• Pergeseran pada Kurva Yield

o Kurva yield berubah sepanjang waktu seperti yang diharapkan, bergantung

pada masing-masing empat faktor yang menentika perubahan tingkat bunga.

o Gambar berikut menunjukkan kurva yield satu hari sebelum serangan 911 dan

dua minggu kemudian. Para investor menggeser dana mereka ke Treasury

yang aman, menekan harga dan mengakibatkan penurunan yield

Manajemen Keuangan - KMP 2019 85


Lab PPh Pot-Put
Aprisa (081355092322)

Pengertian

Withholding tax adalah sistem pemungutan pajak dimana pihak ketiga yang memiliki

wewenang dalam menentukan besarnya pajak yang terutang, serta menyetor dan

melaporkannya. Dan PPh PotPut disini menggunakan sistem withholding. Sehingga, PPh

PotPut adalah PPh yang dipotong dan/atau dipungut oleh pihak lain.

Pemotongan dan Pemungutan merupakan dua hal yang berbeda. Pemotongan pajak

berarti mengurangi jumlah penghasilan yang diterima, pihak yang melakukan pemotongan

umumnya adalah pemberi penghasilan, dan yang dipotong adalah penerima penghasilan.

Sedangkan Pemungutan berarti menambah jumlah yang dibayarkan, dimana pihak yang

melakukan pemungutan umumnya penerima penghasilan, dan yang dipungut adalah pemberi

penghasilan.

Jenis

1. PPh Pasal 21/26 : Active income dari orang pribadi

2. PPh Pasal 22 : Dipungut berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan

Direktur Jenderal Pajak.

3. PPh Pasal 23 : Pajak yang harus dipotong atas passive income (bunga, dividen, royalti,

hadiah, sewa) dan active income (jasa yang dipotong PPh Pasal 21)

4. PPh Pasal 26 : Penghasilan yang diterima oleh SPLN. Bersifat final, kecuali SPLN

tersebut beralih menjadi SPDN.

5. PPh Pasal 4 ayat (2) atau PPh Final : Ditetapkan berdasarkan PP

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 86


6. PPh Pasal 15 : Pajak yang dihitung dengan menggunakan Norma Penghitngan Khusus

(deemed profit) yang ditetapkan Mentri Keungan untuk Wajib Pajak tertentu. Secara

umum juga termasuk PPh Final.

Saat dan Tempat Terutang

Saat terutang terjadi mana yang lebih dulu antara dibayarkan, dibebankan atau telah

jatuh tempo pembayarannya, kecuali ditentukan lain. Dan tempatnya tergantng dimana

pekerjaan, jasa atau kegiatan usaha dilakukan kecuali ditentukan lain.

PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarim,

tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Subjek Pajak

Dalam Negeri. (Active income dari orang pribadi spdn)

Pemotong PPh Pasal 21

1. Pemberi Kerja (Orang pribadi, badan, cabang, perwakilan, unit) yang membayar

sehubungan dengan pekerjaan.

2. Bendahara atau pemegang kas Pemerintah yang membayar penghasilan sehubungan

dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.

3. Dana Pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan

lain yang membayar uang pensiun secara berkala dan tujangan hari tua atau jaminan

hari tua

4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang

membayar

5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran hadiah, honorarium, atau

penghargaan sehubungan dengan kegiatan kepada wpop berkenaan dengan

kegiatan.

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 87


Bukan Pemotong PPh Pasal 21

1. Kantor Perwakilan Negara Asing

2. Organisasi internasional yang telah ditetapkan berdasarkan PMK

3. Pemberi kerja OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas semata-

mata memperkerjakan OP untuk melakkan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan

bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. (Gaji kepada

pembantu)

Penghasila Penerima
T Y SPDN T
n diterima
OP

Penghasilan Penghasilan
diterima diterima
Y
SPLN SPLN

Bukan Objek Penghasilan


Penghasilan
PPh Ps 21 Objek PPh ps 26
Objek PPh Ps 21

Bukan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan

orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat

tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima

atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta

negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang dimaksud pada Pasal 3 ayat (1c) UU

PPh, yang telah ditetapkan oleh MenKeu, dengan syarat bukan WNI dan tidak

menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan

dari Indonesia.

Bukan Penghasilan yang Dipotong PPh 21

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 88


1. Klaim asuransi kesehatan,kecelakaan,jiwa, dwiguna dan beasiswa.

2. Naturan dan/atau kenikmatan

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan MenKeu.

4. Zakat atau sumbangan wajib keagamaan yang diterima oleh pribadi yang berhak dari

badan atau badan lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah

5. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh

Penghasilan Tidak Kena Pajak

1. Hubungan keluarga sedarah dan semenda lurus dapat dijadikan tanggungan.

Sedangkan ke samping tidak dapat menjadi tanggungan.

2. Status PTKP ditentukan setiap awal tahun per 1 Januari. Untuk orang asing yang

menjadi WPDN , ditentukan awal bulan menjadi WPDN.

3. Status PTKP penghasilan istri digabung dengan suami (K/I/…) tidak ada dalam

penghitungan PPh Pasal 21.

4. PTKP karyawati, adalah :

- Karyawati Kawin : sebesar PTKP untuk dirinya sendiri

- Karyawati tidak kawin : sebesar PTKP untk dirinya sendiri dan keluarga yang

ditanggungnya

- Karyawati kawin yang mempunyai surat keterangan tertulis serendah-rendahnya

dari kecamatan yang menyatakan suaminya tidak memperoleh penghasilan,

besarnya PTKP adalah untuk dirinya sendiri, ditambah status kawin dan banyak

keluarga yang ditanggungngnya.

Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

Yang terkecil antara 5% x Penghasilan Bruto, atau

Biaya Jabatan = Rp500.000/bulan atau Rp6.000.000/tahun

Biaya Pensiun = Rp200.000/bulan atau Rp2.400.000/tahun

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 89


Tarif Pemotongan PPh Pasal 21

Ketentuan tarif pemotongan PPh Pasal 21 adalah sesuai dengan tarif PPh Pasal 17 ayat (1)

UU PPh. Jika WP penerima penghasilan belum memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21

yang dipotong yang berlaku adalah 20% lebih tinggi. Dan hal ini hanya berlaku untuk

penghitungan PPh Pasal 21 yang bersifat final.

Saat Terutang

Penghasilan PPh Ps 21 terutang


dibayar Y pada Bulan yang
T
tunai bersangkutan

Penghasilan
T diakui sbg Y
hutang PPh ps 21 terutang ditempat
Pemberi Kerja melakukan
pembayaran (baik di kantor pusat
maupun cabang)
PPh ps 21 belum PPh ps 21 terutang
terutang pada bulan pada bulan yang
yang bersangkutan bersangkutan

Bukti Pemotongan

- 1721-A1/A2 : Pegawai Tetap (termasuk PNS/TNI/POLRI) dan Pensiunan

Diberikan paling lama 1 bulan setelah tahun kalender berakhir atau yang bersangkutan

berhenti bekerja.

- Selain 1721-A1/A2 : Diberikan setiap kali melakukan pemotongan

Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap

a. Pegawai tetap yang memiliki penghasilan secara teratur

PPh 21 dihitung menggunakan penghasilan teratur yang disetahunkan menggunakan tarif PPh

Pasal 17.

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 90


Apabila terdapat kenaikan gaji yang bersifat rapel (surut), pada bulan setelah kenaikan gaji

dihitung menggunakan gaji yang baru. Dan PPh 21 atas rapel dihitung dari selisih PPh 21

menggunakan gaji yang lama dan setelah adanya kenaikan gaji disetahunkan.

b. Pegawai tetap yang mempunyai penghasilan secara tidak teratur

PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur dihitung melalui selisih antara PPh 21 atas

penghasilan yang disetahunkan dengan penghasilan tidak teratur dan PPh 21 atas

penghasilan yang disetahunkan tanpa penghasilan tidak teratur.

c. Tunjangan pajak/Pajak ditanggung pemberi kerja

Untuk tunjangan pajak, dihitung sebagai penghasilan bagi pegawai sehingga harus

dimasukkan dalam penghitungan PPh Pasal 21. Sedangkan apabila pajaknya ditanggung

pemberi kerja.

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Abdi merupakan ayah dari 2 orang anak dan memiliki istri ibu rumah tangga. Abdi bekerja di

PT N sejak 2017 dengan gaji per bulannya Rp 10.000.000 dan dari PT N hanya menerima

penghasilan berupa gaji. Pada tahun 2019, Abdi menerima kenaikan gaji menjadi Rp

12.500.000 per bulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2019. Berdasarkan kenaikan gaji

tersebut, Abdi menerima rapel sejumlah Rp 10.000.000 (kekurangan gaji atas Januari-April).

Maka penghitungan PPh 21 atas rapel adalah sebagai berikut.

PPh 21 Sebelum Kenaikan Gaji

Gaji per bulan Rp 10.000.000

Tunjangan -

Premi Asuransi di Bayar Pemberi Kerja -

Penghasilan Bruto Rp 10.000.000

Pengurang

Biaya Jabatan Rp 500.000

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 91


Iuran Pensiun yang dibayar Sendiri -

Pengurang Penghasilan Bruto Rp 500.000

Penghasilan Neto Sebulan Rp 9.500.000

Penghasilan Neto Setahun Rp 114.000.000

PTKP (K/2) Rp 67.500.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 46.500.000

PPh Pasal 21 Terutang Setahun

5% x Rp 46.500.000 Rp 2.325.000

PPh Pasal 21 Terutang Sebulan Rp 193.750

PPh Pasal 21 Setelah Kenaikan Gaji

Gaji per bulan Rp 12.000.000

Tunjangan -

Premi Asuransi di Bayar Pemberi Kerja -

Penghasilan Bruto Rp 12.000.000

Pengurang

Biaya Jabatan Rp 500.000

Iuran Pensiun yang dibayar Sendiri -

Pengurang Penghasilan Bruto Rp 500.000

Penghasilan Neto Sebulan Rp 11.500.000

Penghasilan Neto Setahun Rp 138.000.000

PTKP (K/2) Rp 67.500.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 70.500.000

PPh Pasal 21 Terutang Setahun

5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000

15% x Rp 20.500.000 Rp 3.075.000

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 92


Rp 5.575.000

PPh Pasal 21 Terutang Sebulan Rp 464.583

PPh Ps 21 Seharusnya (Jan – April) Rp 1.858.333

PPh Ps 21 Dipotong (Jan – April) Rp 775.000

PPh Ps 21 Terutang Atas Rapel Rp 1.083.333

Penghitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap atas penghasilan neto yang disetahunkan

dan tidak disetahunkan

No. Ph Neto Tidak Disetahunkan Ph Neto Disetahunkan

1. Karyawan yang kewajiban pajak Karyawan yang kewajiban pajak

subjektifnya sudah ada sejak awal subjektifnya sebagai Subjek Pajak

tahun, tetapi mulai bekerja dalam Dalam Negri dimulai dalam tahun

tahun pajak pajak

(Fatma memiliki NPWP sejak 2016, (Mr. Stacklin berkebangsaan

mulai bekerja pada PT N pada April Polandia mulai bekerja pada PT N

2017) sejak April 2017)

2. Karyawan yang kewajiban pajak Karyawan yang kewajiban pajak

subjektifnya sudah ada sejak awal subjektifnya sebagai Subjek Pajak

tahun, tetapi berhenti bekerja dalam Dalam Negri berakhir dalam tahun

tahun pajak pajak

(Fatma memiliki NPWP sejak 2016, (Mr. Stacklin berkebangsaan

memutuskan berhenti dari PT N pada Polandia berhenti bekerja pada PT

April 2019) N sejak April 2019)

3. Karyawan yang meninggalkan

Indonesia selama-lamanya

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 93


4. Mutasi dari Pemberi Kerja yang

sama

(Fatiya dipindah tugaskan dari

Kantor Cabang PT N di Jayapura

ke Kantor Pusat di Makassar)

5. Karyawan yang berhenti bekerja

karena meinggal dunia

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Mr. Stacklin (TK/-) yang bekerja sebagai manajer produksi dari PT N sejak tahun 2017,

memustuskan untuk berhenti di 1 April tahun 2019. Ia menerima gaji per bulan Rp 28.000.000.

PPh pasal 21 Perbulan

Gaji per bulan Rp 28.000.000

Tunjangan -

Premi Asuransi di Bayar Pemberi Kerja -

Penghasilan Bruto Rp 28.000.000

Pengurang

Biaya Jabatan Rp 500.000

Iuran Pensiun yang dibayar Sendiri -

Pengurang Penghasilan Bruto Rp 500.000

Penghasilan Neto Sebulan Rp 27.500.000

Penghasilan Neto Setahun Rp 230.000.000

PTKP (TK/-) Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 176.000.000

PPh Pasal 21 Terutang Setahun

5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 94


15% x Rp 126.000.000 Rp 18.900.000

PPh Pasal 21 Terutang Setahun Rp 21.400.000

PPh Pasal 21 Terutang Sebulan Rp 1.783.333

Penghitungan kembali PPh Pasal 21

Gaji Januari - Maret Rp 84.000.000

Tunjangan -

Premi Asuransi di Bayar Pemberi Kerja -

Penghasilan Bruto Rp 84.000.000

Pengurang

Biaya Jabatan Rp 6.000.000

Iuran Pensiun yang dibayar Sendiri -

Pengurang Penghasilan Bruto Rp 6.000.000

Penghasilan Neto 3 Bulan Rp 78.000.000

Penghasilan Neto Disetahunkan (pengali Rp 230.000.000

12/3)

PTKP (TK/-) Rp 54.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 176.000.000

PPh Pasal 21 Terutang Setahun

5% x Rp 50.000.000 Rp 2.500.000

15% x Rp 126.000.000 Rp 18.900.000

Rp 21.400.000

PPh Pasal 21 Terutang 3 Bulan (dikali 3/12) Rp 5.350.000

PPh Pasal 21 Dipotong 3 Bulan Rp 5.350.000

PPh Pasal 21 Nihil -

Penghitungan PPh pasal 21 atas pegawai tidak tetap dan bukan pegawai

a. Penghitungan PPh pasal 21 atas dasar harian dan bulanan

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 95


( Pegawai Harian/ Tenaga Kerja Lepas)

b. Penghitungan PPh pasal 21 untuk bukan pegawai

1. Bukan Pegawai Menerima Penghasilan yang Tidak Bersifat Kesinambungan

PPh 21 sebulan = (50% x Ph Bruto) x Tarif Pajak

Contoh :

Sanur (ber NPWP) melakukan jasa penerjemah Mr. Stacklin selama satu bulan dengan

fee sebesar Rp 18.500.000, maka PPh 21 yang terutang sebesar :

5% x 50% x 18.500.000 = Rp 462.500

2. Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan Bersifat Berkesinambungan

Berkesinambungan berarti imbalan yang dibayar kepada Bukan Pegawai yang dibayar atau

terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalendaer sehubungan dengan pekerjaan, jasa

atau kegiatan.

Contoh :

Kasus 1 : Dibayar oleh Lebih dari 1 pemberi Kerja (Tidak terdapat keterangan)

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 96


Ibu Aisyah adalah Konsultan pajak yang memberikan jasa pada PT N. Pada bulan Maret

beliau mendapat imbalan jasa atas yang lakukannya sebesar Rp 40.000.000. Pada bulan Juni

beliau mendapat pembayaran keduanya sebesar Rp 35.000.000 dan pada bulan Oktober

mendapat pelunasannya sebesar Rp 65.000.000, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong

No. Bulan Ph Bruto DPP (Ph DPP Tarif PPh

Bruto x 50%) Kumulatif Ps 17 Terutang

1. Maret 40.000.000 20.000.000 20.000.000 5% 1.000.000

2. Juni 35.000.000 17.500.000 37.500.000 5% 875.000

3. Oktober 65.000.000 12.500.000 50.000.000 5% 625.000

20.000.000 70.000.000 15% 3.000.000

Jumlah 5.500.000

Kasus 2 : Dari 1 pemberi Kerja (disertai keterangan surat pernyataan)

Abdan (K/1) merupakan penjaja barang dagangan PT N, dan tidak memiliki penghasilan lain

selain komisi dari PT N. Jumlah komisi yang yang diterima Abdan dalam tahun 2019 pada

bulan Januari, April dan Juli, adalah Rp 25.000.000. Sedangkan bulan Oktober dan Desember

adalah Rp 50.000.000 Maka PPh 21 yang terutang adalah

No. Bulan Ph Bruto 50% PTKP Ph KP Ph KP Tarif PPh

Sebulan Kumulatif ps 17 Terutang

1. Januari 25.000.000 12.500.000 5.250.000 7.250.000 7.250.000 5% 362.500

2. April 25.000.000 12.500.000 5.250.000 7.250.000 14.500.000 5% 362.500

3. Juli 25.000.000 12.500.000 5.250.000 7.250.000 21.750.000 5% 362.500

4. Oktober 50.000.000 25.000.000 5.250.000 19.750.000 41.500.000 5% 987.500

5. Desember 50.000.000 25.000.000 5.250.000 8.500.000 50.000.000 5% 425.000

11.250.000 61.250.000 15% 1.687.500

Jumlah 4.187.500

Penghitungan PPh pasal 21 yang bersifat final

a. PPh pasal 21 atas pesangon dan manfaat pensiun

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 97


Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang

Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus

dikenai pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat final.

Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau

Jaminan Hari Tua dianggap dibayarkna sekaligus jika sebagian atau seluruh pembayarannya

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun kalender.

Berikut adalah tabel Penerima Pesangon

Penghasilan Bruto Tarif

Penghasilan Bruto ≤ Rp 50.000.000 0%

Rp 50.000.000 < Penghasilan Bruto ≤ Rp 100.000.000 5%

Rp 100.000.000 < Penghasilan Bruto ≤ Rp 500.000.000 15%

Rp 500.000.000 < Penghasilan Bruto 25%

Berikut adalah tabel Penerima Manfaat Pensiun, JHT/THT

Penghasilan Bruto Tarif

Penghasilan Bruto ≤ Rp 50.000.000 0%

Rp 50.000.000 < Penghasilan Bruto 5%

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 98


b. PPh pasal 21 atas honor PNS dan anggota ABRI/Polri/Pejabat Negara

Penghasilan selain gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan, yaitu

yang berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun yang menjadi beban

APBN/APBD, dipotong PPh Pasal 21 dan bersifat Final, tidak termasuk biaya perjalanan

dinas.

No. Uraian Tarif

1. PNS Gol I dan II, TNI/POLRI Gol Pangkat Tamtama dan Bintara, 0%

dan Pensiunannya

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 99


2. PNS Gol III, TNI/POLRI Gol Pangkat Perwira Pertama, dan 5%

Pensiunannya

3. PNS Gol IV, TNI/POLRI Gol Pangkat Perwira Menengah dan 15%

Perwira Tinggi, dan Pensiunannya

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 100


Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 101
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 102
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 103
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 104
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 105
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 106
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 107
Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 108
Pengisian SPT Masa PPh 21

Formulir 1721 halaman 1 pada huruf A diisi identitas pemotong (identitas badan/individu yang

berkewajiban memotong). Tenaga ahli (no 4d) terdiri dari pengacara, konsultan, akuntan,

notaris, dokter, arsitek, penilai, dan aktuaris. Pada formulir halaman 2 huruf E, nama pemotong

diisi dengan nama pimpinan atau dapat diisi nama kuasa apabila ada kuasanya.

Formulir 1721-I

Formulir untuk melaporkan pemotongan PPh untuk:

a. Satu masa pajak, dilakukann setiap masa pajak (Januari-Desember)

b. Satu tahun pajak, dilakukan pada masa pajak Desember. Oleh karena itu, pada masa

Desember pemotong melaporkan PPh dengan menggunakan 2 set yaitu masa pajak

Desember dan untuk satu tahun pajak.

Kolom (4), (5) dan (9) hanya diisi dalam pelaporan PPh untuk satu tahun pajak (masa

pajak Desember). Dan Kolom (9) diisi dengan format mmmm, dengan mm pertama

merupakan bulan mulainya perolehan penghasilan dan mm terakhir untuk akhir masa

perolehan. Kolom (10) diisi dengan kode negara domisili

Formulir 1721-II

Diisi daftar Bukti Pemotongan yang Tidak Final

Formulir 1721-III

Diisi daftar Bukti Pemotongan yang Final, yaitu PPh 21 penerima pesangon dan man-faat

pensiun

Formulir 1721-IV

Diisi kode akun pajak. KAP 411121 untuk jenis pajak PPh pasal 21

Kode jenis setoran:

100 untuk Masa PPh pasal 21 tidak final

200 untuk tahunan PPh pasal 21 yang masih harus disetor

300 untuk STP PPh pasal 21

401 untuk PPh final atas pembayaran sekaligus JHT, uang tebusan dan pesangon

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 109


402 untuk PPh final atas honorarium atau imbalan yang diterima pejabat negara, PNS,

anggota TNI/Polri dan para pensiunannya

Formulir 1721-VI

Nomor Bukti Potong diisi dengan format 1.3-mm.yy-xxxxxxx

1.3 untuk kode bukti potong PPh pasal 21 dan pasal 26 tidak Final

mm, diisi dengan masa pajak perolehan penghasilan

yy, diisi dengan 2 digit terakhir dari tahun pajak

xxxxxxx, diisi dengan nomor urut pemotongan selama satu tahun pajak tersebut

Pada kolom (5), ditulis tarif yang tertinggi yang digunakan

Pada huruf C, identitas pemotong dilakukan oleh pemotong/pimpinan/kuasanya

Formulir 1721-VII

Nomor Bukti Potong diisi dengan format 1.4-mm.yy-xxxxxxx

1.4 untuk kode bukti potong PPh pasal 21 dan pasal 26 Final

mm, diisi dengan masa pajak perolehan penghasilan

yy, diisi dengan 2 digit terakhir dari tahun pajak

xxxxxxx, diisi dengan nomor urut pemotongan selama satu tahun pajak tersebut

Pada kolom (5), ditulis tarif yang tertinggi yang digunakan

Pada huruf C, identitas pemotong dilakukan oleh pemotong/pimpinan/kuasanya

Formulir 1721-A1

Nomor Bukti Potong diisi dengan format 1.1-mm.yy-xxxxxxx

1.1 untuk kode bukti potong PPh pasal 21 dan pasal 26 atas pegawai tetap atau penerima

pensiun

mm, diisi dengan masa pajak perolehan penghasilan

yy, diisi dengan 2 digit terakhir dari tahun pajak

xxxxxxx, diisi dengan nomor urut pemotongan selama satu tahun pajak tersebut

NPWP dan nama pemotong diisi dengan nama badan/perusahaan atau individu

Kode objek pajak:

21-100-01 untuk pegawai tetap

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 110


21-100-02 untuk penerima pensiun

Angka 13 hanya diisi dalam hal pegawai merupakan pindahan dari kantor pusat atau

dari cabang lain atau merupakan peserta Dana pensiun yang baru dalam tahun pajak

berjalan

Angka 14 diisi sama dengan angka 12 apabila penghasilan netonya tidak disetahunkan.

Angka 17 diisi dengan besarnya perhitungan PPh atas PKP dengan menggunakan tarif

pasal 17

Angka 18 diisi apabila pegawai adalah pindahan dari kantor pusat atau cabang lain atau

merupakan peserta Dana Pensiun yang baru dalam tahun berjalan. Makan diisi sesuai

dengan jumlah angka 19 Formulir PPh 21(jumlah PPh yang dipotong) yang dibuat pemberi

kerja sebelumnya.

Pada huruf C, identitas pemotong dilakukan oleh pemotong/pimpinan/kuasanya

Formulir 1721-A2

Untuk Bukti Potong PPh 21 PNS, Tentara/Polri, pejabat negara dan pensiunannya

Nomor Bukti Potong diisi dengan format 1.2-mm.yy-xxxxxxx

*Jika masih kurang jelas, langsung liat petunjuk pengisian SPT Masa PPh 21

Lab PPh Pot-Put - KMP 2019 111


Lab PPN & PPnBm
Ammar (0895351058854)

PERTEMUAN 1-2

A. Dasar Hukum Surat Pemberitahuan

1. PMK-243/PMK.03/2014 STTD PMK-9/PMK.03/2018 tentang Surat Pemberitahuan

(SPT)

2. PER-29/PJ/2015 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian

SPT Masa PPN

B. Jenis Surat Pemberitahuan Masa PPN

SPT Masa
PPN

SPTM PPN SPTM PPN SPTM PPN


1111 1111 DM 1107 PUT

kode form kode form kode form


1111 (Induk) 1111 DM (Induk) 1107 (Induk)
Kode form
1111 AB

Kode form
1111 A1 Kode form Kode form
kode form 1111 A DM 1107 PUT 1
1111 A2

Kode form
1111 B1
Kode form Kode form
Kode form
1111 R DM 1107 PUT 2
1111 B2

Kode form
1111 B3

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 112


SPTM PPN 1111

a. Pengguna : SPT Masa PPN 1111 wajib digunakan bagi setiap Pengusaha Kena Pajak

yang menggunakan mekanisme pengkreditan antara Pajak Masukan dengan Pajak

Keluaran.

b. SPT paling sedikit memuat:

1. jenis pajak;

2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;

3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan

4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.

Selain berisi data minimal suatu SPT, SPT Masa PPN, juga memuat data

mengenai:

1. jumlah penyerahan;

2. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;

3. jumlah Pajak Keluaran;

4. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;

5. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;

6. tanggal penyetoran; dan

7. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

SPTM PPN 1111 DM

a. Pengguna : SPT Masa PPN 1111DM wajib digunakan bagi setiap PKP yang

menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan

peredaran usaha atau kegiatan usaha. PKP yang menggunakan pedoman

penghitungan pengkreditan Pajak Masukan yaitu Pengusaha Kena Pajak yang

peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun tidak melebihi jumlah 4,8 Milliar yang memilih

untuk menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan.

b. SPT paling sedikit memuat:

1. jenis pajak;

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 113


2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;

3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan

4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.

SPTM PPN 1107 PUT

a. Pengguna : SPT Masa PPN 1107 untuk Pemungut PPN

b. SPT paling sedikit memuat:

1. jenis pajak;

2. nama Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Pajak;

3. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan

4. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.

Selain berisi data minimal suatu SPT, SPT Masa PPN Pemungut, juga memuat

data mengenai:

1. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;

2. jumlah pajak yang dipungut;

3. jumlah pajak yang disetor;

4. tanggal pemungutan;

5. tanggal penyetoran; dan

6. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib.

C. Bagian-Bagian SPT

1. SPT terdiri dari SPT induk dan lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan.

2. Dalam kondisi tertentu, harus dilampiri dengan keterangan dan/atau dokumen sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai:

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 114


1. bentuk, isi, dan tata cara pengisian SPT;

2. keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT;

3. tempat dan cara lain pengambilan SPT;

4. tata cara penandatanganan SPT;

5. tata cara penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan;

6. tata cara pembetulan SPT; dan

7. tata cara penelitian, pengelompokan, perekaman, dan pengelolaan SPT,

3. diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. (PER-29/PJ/2015 tentang

Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa PPN).

D. Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian SPT Masa PPN

1. Fungsi SPT Masa PPN

Dalam sistem self assessment, SPT Masa PPN berfungsi sebagai sarana bagi PKP

untuk mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN atau PPN dan PPnBM

yang terutang dan melaporkan tentang:

- pengkreditan Pajak Masukan (PM) terhadap Pajak Keluaran (PK); dan

- pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui

pihak lain dalam suatu Masa Pajak.

Pengusaha yang berstatus sebagai pemungut PPN juga diwajibkan melaporkan PPN

yang telah dipungut dengan menggunakan formulir SPT Masa PPN untuk Pemungut

PPN.

2. Bentuk dan Isi SPT Masa PPN 1111

SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:

1. Induk SPT Masa PPN; dan

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 115


2. Lampiran SPT Masa PPN, baik dalam bentuk formulir kertas (hard copy) atau data

elektronik, yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang masing-

masing diberi nomor, kode, dan nama formulir.

3. Tata Cara Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM, Pelaporan dan Penyampaian SPT

Masa PPN 1111

a. Batas Waktu Penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM

1) PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus

disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan

sebelum SPT Masa PPN 1111 disampaikan.

2) Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur

termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dapat dilakukan pada

hari kerja berikutnya.

b. Batas Waktu Pelaporan SPT Masa PPN 1111

1) SPT Masa PPN 1111 harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya

setelah berakhirnya Masa Pajak.

2) Dalam hal batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari

Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan SPT Masa PPN 1111 dapat dilakukan

pada hari kerja berikutnya.

(Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada PER-29/PJ/2015 beserta

Lampirannya, karena ada contohnya juga lhoo)

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 116


PERTEMUAN 3-4

A. Ekspor

Dasar Hukum :

PMK-145/PMK.04/2014 Perubahan Kedua Atas PMK-145/PMK.04/2007 Tentang

Ketentuan Kepabeanan Di Bidang Ekspor

Pengertian :

1. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.

2. Barang Ekspor adalah barang yang telah diajukan pemberitahuan pabean untuk

diekspor dan telah mendapatkan nomor pendaftaran.

3. Pemberitahuan Pabean Untuk Diekspor yang selanjutnya disebut Pemberitahuan

Pabean Ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka

melaksanakan kewajiban kepabeanan di bidang ekspor dalam bentuk tulisan di atas

formulir atau data elektronik.

B. Pemberitahuan Pabean

Dasar Hukum :

PMK - 226/PMK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 Tentang Perubahan Atas PMK-

155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan Pabean

Pengertian :

Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka

melaksanakan kewajiban pabean.

meliputi Pemberitahuan Pabean dalam rangka:

1. pengangkutan barang impor, ekspor dan/atau barang asal Daerah Pabean yang

diangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean melalui luar Daerah Pabean;

2. impor barang;

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 117


3. ekspor barang;

4. pemasukan barang dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke tempat yang berada

dibawah pengawasan DJBC;

5. pengangkutan barang dan/atau pengiriman barang tertentu asal Daerah Pabean yang

diangkut ke tempat lain dalam Daerah Pabean.

NEGATIF LIST

Kewajiban untuk menyampaikan Pemberitahuan Pabean Ekspor tidak berlaku atas ekspor

barang berupa:

1. barang pribadi penumpang;

2. barang awak sarana pengangkut;

3. barang pelintas batas; atau

4. barang kiriman melalui pos dengan berat tidak melebihi 100 (seratus) kilogram

C. Tahapan Ekspor

PELABUHAN
PENGIRIMAN 11B NEGARA
TUJUAN

16

EKSPORTIR 1 IMPORTIR
6
9
2
11A

Menyiapkan 5 13 12 3 15
Barang DINAS / SUDIN
7 PERINDAG
8
10 4
BANK DEVISA BANK IMPORTIR
14
BEA CUKAI

EMKL / PERUSAHAAN
EXPENDITUR PELAYARAN

Keterangan :

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 118


1. Ekportir melakukan korespondensi dengan Importir di LN (mutu, harga, delivery dll)

2. Eksportir & Importir mengadakan kontrak jual beli

3. Importir membuka L/C ke Bank Korespondensinya

4. Bank Koresponden Importir meneruskan L/C ke Bank Devisa Eksportir

5. Bank Devisa meneruskan L/C ke Eksportir

6. Eksportir menyiapkan barang-barangnya

7. Eksportir mendaftarkan PEB ke Bea Cukai

8. Eksportir memesankan ruang kapal

9. Eksportir sendiri/ melalui EMKL mengirimkan barang

Eksportir atau PPJK menyampaikan PEB ke Kantor Pabean pemuatan: paling cepat 7

(tujuh) hari sebelum tanggal perkiraan ekspor; dan paling lambat sebelum barang

dimasukkan ke Kawasan Pabean tempat pemuatan. Atas ekspor barang curah,

Eksportir atau PPJK dapat menyampaikan PEB sebelum keberangkatan sarana

pengangkut.

10. Eksportir sendiri/ melalui EMKL memfiatmuatkan barang

11A. EMKL memberitahukan pengiriman barang

11B. Pengiriman barang keluar Daerah Pabean menuju Importir

12. Eksportir mengajukan SKA kepada Dinas/Sudin (bila perlu). SKA = Surat Keterangan

Asal, (Rules of Origin). Setiap negara wajib mencegah illegal

transshipment/circumvention akibat kebijakan anti dumping suatu negara

13. Eksportir melakukan pencairan uang muka ke Bank Devisa

14. –

15. Bank Devisa Importir mengirimkan Dokumen Ekspor kepada Importir

16. Importir mengambil barang di Pelabuhan

D. Terjadinya Ekspor

Dalam Penjelasan Pasal 2 Undang-undang Kepabeanan dinyatakan bahwa secara

nyata ekspor terjadi pada saat barang melintasi daerah pabean, namun mengingat dari

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 119


segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di

sepanjang perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang

ekspor. Maka secara yuridis ekspor dianggap telah terjadi pada saat barang tersebut telah

dimuat di sarana pengangkut yang akan berangkat ke luar daerah pabean.

Sarana Pengangkut

1. sarana pengangkut yaitu setiap kendaraan, pesawat udara, kapal laut, atau

sarana lain yang digunakan untuk mengangkut barang atau orang.

2. Yang dimaksud dimuat yaitu dimasukkannya barang ke dalam sarana pengangkut

dan telah diajukan pemberitahuan pabean termasuk dipenuhinya pembayaran bea

keluar.

Pernyataan ini memberikan penegasan bahwa walaupun barang tersebut telah dimuat di

sarana pengangkut yang akan berangkat keluar daerah pabean, jika dapat dibuktikan

barang tersebut akan dibongkar dalam daerah pabean dengan menyerahkan suatu

pemberitahuan pabean , barang tersebut tidak dianggap sebagai barang ekspor.

E. Dokumen Terkait Kegiatan Ekspor BKP

1. PEB yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat DJBC yang berwenang dan

dilampiri dengan faktur penjualan yang merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan PEB tersebut.

2. Instruksi pengangkutan (melalui darat, udara atau laut), ocean B/L atau Master B/L

atau Airway Bill (dalam hal ocean B/L atau Master B/L tidak ada, maka B/L harus

dilampiri dengan fotokopi ocean B/L atau Master B/L yang telah dilegalisasi oleh pihak

yang menerbitkannya), dan packing list;

3. Fotokopi wesel ekspor atau bukti penerimaan uang lainnya dari bank, yang telah

dilegalisasi oleh bank yang bersangkutan atau fotokopi L/C yang telah dilegalisasi oleh

bank koresponden, dalam hal ekspor menggunakan L/C;

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 120


4. Asli atau fotokopi yang telah dilegalisasi polis asuransi BKP yang dieskpor, dalam hal

BKP yang diekspor diasuransikan; dan

5. Sertifikasi dari instansi tertentu seperti Departemen Perindustrian, Departemen

Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, atau badan lain seperti

kedutaan besar negara tujuan, sepanjang diwajibkan adanya sertifikasi

F. Ekspor JKP dan BKPTB

Dasar Hukum : PMK-30/PMK.03/2011 tanggal 28 Pebruari 2011 tentang Perubahan Atas

PMK-70/PMK.03/2010 Tentang Batasan Kegiatan dan Jenis JKP Yang Atas Ekspornya

Dikenai PPN

Kewajiban Membuat Pemberitahuan Ekspor

1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Jasa Kena Pajak wajib membuat

Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak pada saat Ekspor Jasa Kena Pajak

2. Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak dilampiri dengan invoice sebagai satu

kesatuan yang tidak terpisahkan adalah dokumen tertentu yang kedudukannya

dipersamakan dengan Faktur Pajak

3. menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PMK-

70/PMK.03/2010.

Pengertian Jasa

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan

hukum yang menyebabkan suatu

1. barang,

2. fasilitas,

3. kemudahan, atau

4. hak tersedia untuk dipakai,

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 121


5. termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau

permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan

Pengertian Jasa Maklon

Jasa Maklon adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang

tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan),

dan pengguna jasa menetapkan spesifikasi, serta menyediakan bahan baku dan/atau

barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian

atau seluruhnya, dengan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa. (PMK-

30/PMK.03/2011)

Ekspor Jasa Maklon

Atas kegiatan ekspor Barang Kena Pajak yang dihasilkan dari kegiatan ekspor Jasa

Maklon oleh Pengusaha Kena Pajak eksportir Jasa Maklon dilaporkan sebagai ekspor

Barang Kena Pajak dalam SPTM PPN. (PMK-30/PMK.03/2011)

Pajak Pertambahan Nilai atas:

1. perolehan Barang Kena Pajak;

2. perolehan Jasa Kena Pajak;

3. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean;

4. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean; dan/atau

5. impor Barang Kena Pajak,

merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

(PMK-30/PMK.03/2011)

Batasan Kegiatan Ekspor Jasa Maklon

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 122


1. pemesan atau penerima JKP berada di luar Daerah Pabean dan merupakan WPLN

serta tidak mempunyai Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebagaimana dimaksud dalam UU

PPh;

2. spesifikasi dan bahan disediakan oleh pemesan atau penerima JKP;

3. bahan adalah bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau bahan penolong/pembantu

yang akan diproses menjadi BKP yang dihasilkan;

4. kepemilikan atas barang jadi berada pada pemesan atau penerima JKP;

danpengusaha Jasa Maklon mengirim barang hasil pekerjaannya berdasarkan

permintaan pemesan atau penerima JKP ke luar Daerah Pabean.

Batasan Kegiatan Ekspor Selain Jasa Maklon

Jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang bergerak yang dimanfaatkan di luar

Daerah Pabean :

1. jasa perbaikan dan perawatan

2. jasa konstruksi, yaitu :

a. layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,

b. layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan

c. layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi

Saat Terutang PPN adalah Saat Ekspor Jasa

Saat Ekspor Jasa Kena Pajak adalah pada saat Penggantian atas jasa yang diekspor

tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.

G. Impor Barang

Dasar Hukum :

PMK-226/PMK.04/2015 tanggal 16 Desember 2015 Perubahan Atas PMK-

155/PMK.04/2008 Tentang Pemberitahuan Pabean

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 123


PERTEMUAN 5-6

H. Faktur Pajak

Peraturan Terkait :

1. PMK-151/PMK.03/2013, tentang tata cara pembuatan dan tata cara pembetulan atau

penggantian Faktur Pajak

2. PER-17/PJ/2014, tentang perubahan atas PER-24/PJ/2012 tentang bentuk, ukuran,

prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan, tata cara pengisian

keterangan, pembetulan atau penggantian, dan pembatalan Faktur Pajak

3. SE-26/PJ/2015 tentang Penegasan Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak dan Tata

Cara Pembuatan Faktur Pajak

Pengertian

Faktur Pajak secara sederhana dapat disebut sebagai suatu dokumen bukti pemungutan

PPN yang diterbitkan oleh PKP yang menyerahkan BKP/JKP kepada pihak yang

menerima/memperoleh manfaat.

Syarat Formal Faktur Pajak

Faktur pajak harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak

(BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) yang paling sedikit memuat keterangan berikut ini:

1. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pihak yang menyerahkan BKP/JKP.

2. Nama, alamat, dan NPWP pihak pembeli BKP atau penerima JKP.

3. Jenis jasa/barang, jumlah penggantian atau harga jual serta potongan harga.

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 124


4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut.

5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dipungut.

6. Tanggal Pembuatan faktur pajak, nomor seri dan kode.

7. Nama dan tanda tangan pihak yang berhak menandatangani faktur pajak. Untuk Faktur

Pajak berbentuk elektronik, tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik.

Syarat Material Faktur Pajak

Berdasarkan pasal 13 ayat 9 UU PPN, faktur pajak dianggap memenuhi persyaratan

material apabila berisi keterangan sesungguhnya mengenai penyerahan BKP/JKP, ekspor

BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP atau pemanfaatan

JKP dan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah

pabean.

Faktur Pajak wajib harus diisi secara lengkap, jelas, dan benar serta ditandatangani oleh

PKP atau pegawai yang ditunjuk. Jika Faktur tidak memenuhi ketentuan maka disebut

Faktur Pajak Tidak Lengkap.

Saat Penerbitan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:

1. saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf a dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

2. saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

huruf c Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

3. saat ekspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat

(1) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

4. saat ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal

4 ayat (1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/atau

5. saat ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h

Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 125


Faktur Pajak juga harus dibuat pada kondisi sebagai berikut:

1. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP;

2. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;

atau

3. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

I. TATA CARA PENGHITUNGAN, PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

PPN ATAS PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD DAN/ATAU JKP DARI LUAR

DAERAH PABEAN

Peraturan Terkait :

PMK 40/PMK.03/2010 SMB 1 April 2010 SE-147/PJ/2010 22 Desember 2010

Saat Terutang :

terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau

Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut.

1. BKP TB dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang

memanfaatkannya

2. harga perolehan BPK TB dan/atau JKP tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak

yang memanfaatkannya;

3. saat harga jual BKP TB dan/atau penggantian JKP tersebut ditagih oleh pihak yang

menyerahkannya; atau

4. saat harga perolehan BKPTB dan/atau JKP tersebut dibayar baik sebagian atau

seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya.

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 126


Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan BKP TB dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean

tidak diketahui, maka saat terutang terjadi pada saat dimulainya pemanfaatan adalah

tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Pajak.

Pemungutan PPN menggunakan SSP

Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak antara lain

adalah:

Surat Setoran Pajak untuk pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan

Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean

1. wajib dipungut dan disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau

Bank Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

Kode Akun Pajak 411211 dengan kode jenis setoran:

a. 101 = Setoran PPN BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

b. 102 = Setoran PPN JKP dari luar Daerah Pabean

2. oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud

dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.

3. paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.

Contoh :

PT A (NPWP 01.234.567.8-011.000) adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak di

bidang industri perlengkapan olahraga, seperti sepatu, bola, dan lain-lain. PT A dalam

salah satu produksinya menggunakan desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd yang

berasal dari Amerika Serikat

1. Pada tanggal 10 Januari 2011 ditandatangani kontrak dengan kesepakatan bahwa

royalti yang akan dibayarkan kepada B Ltd. adalah sebesar US$ 5 per pasang sepatu

yang diproduksi dan diekspor

2. 25 Februari 2011 Sepatu yang didasarkan pada desain model sepatu dari B Ltd mulai

diproduksi.

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 127


3. 10 Mei 2011 Dilakukan ekspor 40.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$

4,000,000.00.

4. 20 Juni 2011 Dilakukan ekspor 60.000 pasang sepatu ke Eropa senilai US$

6,000,000.00.

5. 30 Juni 2011 Dilakukan pembayaran atas pemanfaatan desain model sepatu dengan

nilai US$ 500,000.00.

Perhitungan :

Saat terutang PPN atas penggunaan desain model sepatu tersebut adalah:

1. Tanggal 10 Mei 2010, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd.

dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 40.000 pasang sepatu;

a. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 10 Mei 2011 adalah

US$ 5 X 40.000 = US$200,000.00.

b. Besarnya PPN terutang yang disetorkan pada tanggal 15 Juni 2011 adalah 10% X

US$200,000.00 X Rp 10.000,00 = Rp 200.000.000,00

2. Tanggal 20 Juni 2010, yaitu pada desain model sepatu yang diperoleh dari B Ltd.

dimanfaatkan oleh PT A untuk memproduksi dan mengekspor 60.000 pasang sepatu.

a. DPP PPN terutang untuk royalti atas penjualan ekspor tanggal 20 Juni 2011 adalah

US$ 5 X 60.000 = US$300,000.00

b. Besarnya PPN terutang yang disetorkan pada tanggal 15 Juli 2011 adalah 10% X

US$300,000.00 X Rp 9.500,00 = Rp 285.000.000,00.

SSP yang harus diisi oleh PT A

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 128


Administrasi Perpajakan

1. Bagi Pengusaha Kena Pajak, PPN yang telah disetor dilaporkan dalam SPTM PPN

bulan terutangnya pajak atau dan dapat dilaporkan pada masa pajak berikutnya paling

lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan.

2. Orang pribadi atau badan yang melakukan penyetoran PPN setelah melewati batas

waktu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

3. PPN atas pemanfaatan BKP TB atau JKP dari luar Daerah Pabean yang terlambat

disetor tersebut tetap dapat dikreditkan pada Masa Pajak saat terutangnya PPN atau

pada Masa Pajak yang tidak sama, sesuai dengan ketentuan pengkreditan Pajak

Masukan yang berlaku

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 129


4. Dalam hal pengisian Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN yang terutang atas

pemanfaatan BKP TB atau JKP dari luar Daerah Pabean oleh Wajib Pajak tidak

memenuhi ketentuan, maka pembayaran PPN tersebut tidak dapat dikreditkan.

PERTEMUAN 7

J. Pengkreditan Pajak Masukan Bagi PKP Yang Melakukan Penyerahan Yang

Terutang Pajak dan Penyerahan Yang Tidak Terutang Pajak

1. PKP yang melakukan kegiatan usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang

pajak dan sebagian lainnya tidak terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan

yang Terutang Pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah PM yang dapat

dikreditkan untuk Penyerahan yang Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan

pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

2. Pengusaha Kena Pajak yang telah mengkreditkan Pajak Masukan dengan

menggunakan pedoman penghitungan, harus menghitung kembali besarnya Pajak

Masukan yang dapat dikreditkan

3. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali diperhitungkan

dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, palin

g lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku.

Rumus
𝑃𝑀
𝑃= 𝑇
𝑥𝑍

P = jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 tahun buku

T = masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut :

1. untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;

2. untuk BKP selain tanah dan bangunan dan Jasa Kena Pajak adalah 4 (empat)

tahun

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 130


PM = jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak

Z = persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap

seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku.

ConSo :

PT NIKI MAWON PKP pabrik sepatu membeli generator listrik senilai Rp2.750 milyar.

Generator siap digunakan mulai 1 Januari 2014. Adapun data dan informasi yang tersedia

adalah:

a. Penggunaan listrik dalam kilowatt

No Data dan Informasi penggunaan kilowatt

1 Ruang manajemen pemasaran 20 30 50 88

2 Gudang produksi dan penyimpanan 250 300 580 943

3 Fasilitas olahraga dan ibadah 30 45 70 80

b. Skedul pengkreditan

Tahun
No. Deskripsi
2014 2015 2016 2017

1 Alokasi PM per tahun 62,5 M 62,5 M 62,5 M 62,5 M

2 Hasil penghitungan
56,25 M 55 M 56,25 M 57,99955 M
kembali

3 Jumlah yg tidak dapat


6,25 M 7,5 M 6,25 M 4,50045 M
dikreditkan

Perhitungan
10
PPN = 110 x Rp2.750 milyar = Rp250 milyar

250 𝑚𝑖𝑙𝑦𝑎𝑟
1. Alokasi per tahun = 4 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 62,5 milyar

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 131


2. Hasil perhitungan kembali:
20𝑘𝑤+250𝑘𝑤
a. Tahun 2014 = 20𝑘𝑤+250𝑘𝑤+30𝑘𝑤 x 62,5 milyar

270𝑘𝑤
= x 62,5 milyar
300𝑘𝑤

= 56,25 milyar
30𝑘𝑤+300𝑘𝑤
b. Tahun 2015 = 30𝑘𝑤+300𝑘𝑤+45𝑘𝑤 x 62,5 milyar

330𝑘𝑤
= 375𝑘𝑤 x 62,5 milyar

= 55 milyar
50𝑘𝑤+580𝑘𝑤
c. Tahun 2016 = x 62,5 milyar
50𝑘𝑤+580𝑘𝑤+70𝑘𝑤

630𝑘𝑤
= 700𝑘𝑤 x 62,5 milyar

= 56,25 milyar

88𝑘𝑤+943𝑘𝑤
d. Tahun 2017 = 88𝑘𝑤+943𝑘𝑤+80𝑘𝑤 x 62,5 milyar

1031𝑘𝑤
= 1111𝑘𝑤 x 62,5 milyar

= 57,99955 milyar

3. Jumlah yang tidak dapat dikreditkan

a. Tahun 2014 = 62,5 M – 56,25 M = Rp 6,25 M

b. Tahun 2015 = 62,5 M – 55 M = 7,5 M

c. Tahun 2016 = 62,5 M – 56,25 M = Rp6,25 M

d. Tahun 2017 = 62,5 M - 57,99955 M = Rp4,50045 M

K. PPN dalam Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Dasar Hukum

PMK Nomor-163/PMK.03/2012

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 132


Pengertian

Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi

atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain tertentu termasuk

di dalamnya kegiatan membangun bangunan yang dilakukan melalui kontraktor atau

pemborong tetapi atas kegiatan membangun tersebut tidak dipungut Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) dan kontraktor atau pemborong tersebut bukan merupakan Pengusaha Kena

Pajak (PKP).

Syarat

1. Konstruksi utama dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenisnya

dan/atau baja.

2. Diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat usaha. Baik di atas tanah atau di

perairan.

3. Luas keseluruhan paling sedikit : 200 m2.

Saat Terutang

PPN terutang saat Kegiatan Membangun Sendiri tersebut dimulai sampai dengan

bangunan selesai.

Kegiatan yang dilakukan secara bertahap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang

tenggat waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun

PPN terutang di tempat bangunan tersebut didirikan.

Tarif PPN

10% x 20% x Biaya Bangun*

Biaya Bangun adalah :

Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun bengunan, tidak

termasuk harga perolehan tanah.

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 133


Pembayaran PPN

Disetorkan oleh dan atas nama pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri ke

Kantor Pos atau Bank Persepsi.

Dengan kode Jenis Pajak dan Kode Jenis Setor :

Kode Jenis Pajak : 411211

Kode Jenis Setor : 103

Pembayaran dilakukan setiap bulan, selama kegiatan membangun sendiri berlangsung

hingga selesainya proses pembangunan tersebut.

Pelaporan PPN

Batas waktu pelaporan adalah akhir bulan berikutnya stelah berakhirnya masa pajak.

ConSo

Tn. Nurhadi melakukan kegiatan membangun sendiri yang selama 4 bulan pertama

membutuhkan biaya-biaya sebagai berikut:

No. Bulan Biaya Material Biaya Tenaga Kerja

1 Mei Rp170.000.000 Rp77.500.000

2 Juni Rp135.500.000 Rp70.000.000

3 Juli Rp220.000.000 Rp95.250.000

4 Agustus Rp132.500.000 Rp57.750.000

Biaya-biaya di atas masih belum termasuk biaya pembebasan lahan utama sebesar

Rp560.000.000 di bulan Mei dan pembebasan lahan perluasan sebesar Rp280.000.000 di

bulan Agustus. Lalu, berapakah PPN terutangnya setiap bulan?

Jadi, DPP kegiatan membangun sendiri adalah sebesar 20% dari total biaya bulanan

selain pembebasan lahan. Nah berikut ini adalah rincian PPN 10% adalah sebagai berikut:

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 134


No. Bulan Biaya Material Biaya Biaya Bulanan DPP (20% x PPN yang

Tenaga Kerja biaya Terutang

bulanan) (10% x DPP)

1. Mei Rp170.000.000 Rp77.500.000 Rp247.500.000 Rp49.500.000 Rp4.950.000

2. Juni Rp135.500.000 Rp70.000.000 Rp205.500.000 Rp41.100.000 Rp4.110.000

3. Juli Rp220.000.000 Rp95.250.000 Rp315.250.000 Rp63.050.000 Rp6.305.000

4. Agustus Rp132.500.000 Rp57.750.000 Rp190.250.000 Rp38.050.000 Rp3.805.000

Lab PPN & PPnBm - KMP 2019 135


Akuntansi Biaya
Hendra (085313918253)

Minggu 1 : Manajemen, Kontroller, dan Akuntansi Biaya

Partisipasi Kontroler dalam Perencanaan dan Pengendalian

Kontroler adalah manajer eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi akuntansi. Kontroler

mengoordinasika partisipasi manajemen dalam perencanaan dan pengendalian pencapaian

tujuan, dalam menentukan efektivitas dari kebijakan dan dalam menciptakan struktur dan

proses organisasi.

Dengan menggunakan sistem akuntansi dan sistem sistem lainnya, kontroler menyediakan

informasi untuk merencanakan masa depan perusahaan dan mengendalikan aktivitas

aktivitasnya. Informasi ini biasanya dikomunikasikan kepada para pengguna eksternal.

Peranan Akuntansi

• Menentukan penentuan harga pokok atas suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh

perusahaan. Jangan sampai harga yang ditawarkan terlalu tinggi ataupun terlalu

rendah oleh konsumen. Penentuan harga pokok diperoleh dengan cara mencatat,

menggolongkan, memonitor, dan meringkas seluruh komponen biaya yang

berhubungan dengan proses produksi dari data histori yang dijadikan acuan pihak

manajemen dalam penentuan harga pokok produksi.

• Membuat anggaran biaya.

• Menciptakan costing methods yang memungkinkan untuk mengontrol aktivitas,

menekan biaya, dan meningkatkan kualitas.

• Mengontrol jumlah fisik inventory, menentukan cost produk dan jasa yang dihasilkan

untuk penentuan harga dan evaluasi kinerja produk atau divisi.

• Menentukan inventory akhir dan cost of goods sold untuk laporan keuangan.

• Memilih di antara dua alternatif atau lebih yang mempengaruhi revenue atau cost

Akuntansi Biaya - KMP 2019 136


Minggu 2: Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya

Biaya dan Beban

Biaya : Harga perolehan (pengorbanan) untuk mendapatkan manfaat.

Beban : Terdiri dari beberapa hal yaitu:

• Jumlah penurunan asset / kenaikkan liabilities berkaitan dengan penyediaan

barang/jasa.

• Arus keluar barang/jasa yang ditandingkan dengan revenue .

• Semua cost yang terpakai yang akan dikurangkan dari revenue.

Untuk membedakan antara biaya dan beban, bayangkan pembelian bahan baku secara tunai.

Karena asset bersih tidak terpengaruh, maka tidak ada beban yang diakui. Sumber daya

perusahaan hanya diubah dari kas menjadi persediaan bahan baku. Bahan baku tersebut

dibeli dengan biaya tertentu, tetapi belum menjadi beban. Ketika perusahaan kemudian

menjual barang jadi yang dibuat dari bahan baku tersebut, maka biaya dari bahan baku itu

dibukukan sebagai beban di laporan.

Contoh :

Membeli 2 buah buku Biaya : 2 × 1000 = 2000 Aset tidak berkurang

@1000 hanya berubah kas

menjadi buku

1 buah buku dijual Pendapatan :1.500 Beban 1000

seharga Rp 1.500 Aset :1.000

________________ -

Laba : 500

Setiap beban adalah biaya, tetapi tidak semua biaya dalah beban.

Objek Biaya, Suatu objek biaya, atau tujuan biaya, didefinisikan sebagai suatu item atau

aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Berikut adalah item item dan aktivitas –

Akuntansi Biaya - KMP 2019 137


aktivitas yang dapat menjadi objek biaya : Produk, Kontrak, Divisi, Batch, Proses, Proyek,

Order, Departemen, Tujuan Strategis

Objek Biaya Biaya

Meja (Produk) Kayu, paku, upah tukang, listrik

Pengadaan (Department) Gaji pegawai, kendaraan, depresiasi

gedung,

Pemotongan (Process / Department) upah tukang, listrik, alat pemotong,

depresiasi gedung

Perakitan (Process / Department) upah tukang, paku, palu, depresiasi

gedung

Penjualan (Departemen) gaji pegawai, iklan, kendaraan,

depresiasi gedung

Order Pembelian Biaya telepon

Klasifikasi Biaya, merupakan proses pengelompokan biaya berdasarkan tujuan dari

informasi biaya yang disajikan. Untuk memudahkan dalam melakukan pencatatan biaya dan

menyusun laporan keuangan, serta memberikan gambaran informasi yang akurat kepada

pihak manajemen, maka komponen biaya dikelompokan dalam beberapa akun dengan

klasifikasi sebagai berikut

1. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk

Total biaya yang berhubungan dengan produk dibagi menjadi 2 elemen : Biaya Manufaktur

(Pabrikasi) dan Beban Komersial (Penjualan)

Biaya manufaktur, didefinisikan sebagai jumlah dari 3 elemen biaya : bahan baku langsung,

Tenaga Kerja Langsung dan Overhead pabrik.

Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dan

produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari

Akuntansi Biaya - KMP 2019 138


bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk furniture dan minyak mentah yang

digunakan untuk membuat bensin

Tenaga Kerja Langsung, adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku

langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu

Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsun keduanya disebut biaya utama (prime cost).

Overhead Pabrik terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung

ke output tertentu. Overhead biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan

baku langsung dan tenaga kerja langsung. Overhead pabrik terdiri atas :

• Bahan baku tidak langsung, bahan baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu

produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku

tersebut tidak menjadi bagian dari produk.

• Tenaga kerja tidak langsung, tenaga kerja yang tidak secara langsung ditelusuri ke

konstruksi atau komposisi produk jadi. Tenaga kerja tidak langsung termasuk gaji

penyelia, klerek pabrik, pembantu umum, pekerja bagian pemeliharaan.

• Biaya tak langsung lainnya

Tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi.

Beban Komersial, Terdiri atas dua klasifikasi umum : beban pemasaran dan beban

administratif. Beban Pemasaran dimulai dari titik dimana biaya manufaktur terakhir. Yaitu

ketika proses manufaktur selesai dan produk dalam kondisi siap jual. Beban pemasaran

mencakup beban promosi, penjualan, dan pengiriman. Beban administrative termasuk beban

yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume produksi.

Beberapa jenis biaya bervariasi secara proporsional terhadap perubahan dalam volume

produksi output, sementara yang lainnya tetaprelatif konstan dalam jumlah. Berikut adalah

biaya biaya dalam hubungannya dengan volume produksi :

Akuntansi Biaya - KMP 2019 139


Biaya Variabel, Komponen biaya yang berubah-ubah sesuai dengan volume produksi yang

dihasilkan. Makin besar volume penjualan, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.

Contoh biaya overhead yang diklasifikasikan biaya variabel :

• Perlengkapan

• Bahan bakar

• Peralatan kecil

• Kerusakan, sisa, dan beban reklamasi

• Biaya penerimaan

• Royalti

• Biaya komunikasi

• Upah lembur

• Penanganan bahan baku

Biaya tetap, Biaya yang selalu konstan dan tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya

tetap memiliki dua karakteristik, yaitu biaya tidak berubah atau tidak dipengaruhi oleh periode

atau aktivitas terentu dan biaya per unitnya berbanding terbalik dengan perubahan volume.

Bila volumenya rendah maka fixed cost atau biaya tetap tinggi, sebaliknya pada volume yang

tinggi biaya tetap per unitnya rendah. Contohnya seperti, gaji karyawan toko komputer per

bulan adalah Rp800.000. Jika dalam satu bulan toko tersebut hanya melayani 10x pembelian

atau 30x, gaji karyawan tersebut tetap Rp800.000. Gaji tetap tersebut yang disebut sebagai

fixed cost atau biaya tetap. Berikut adalah biaya overhead pabrik yang biasanya

diklasifikasikan sebagai biaya tetap.

• Gaji eksekutif produksi

• Depresiasi

• Pajak property

• Amortisasi paten

• Gaji penyelia

Akuntansi Biaya - KMP 2019 140


• Asuransi – property dan kerugian

• Gaji satpam dan pegawai kebersihan

• Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan

• Sewa

Biaya semivariabel, beberap jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan variabel sehingga

disebut biaya semivariabel. Misalnya saja listrik yang digunakan untuk pencahayaan

cenderung menjadi tetap karena pencahayaan tetap diperlukan tanpa mempedulikan aktivitas,

sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoperasikan mesin akan

bervariasi tergantuk volemu dari produksinya. Berikut adalah contoh contoh lain dari biaya

overhead semivariabel :

• Inspeksi

• Jasa departemen biaya

• Jasa departemen penggajian

• Jasa departtemen personalia

• Jasa kantor pabrik

• Jasa bahan baku dan persediaan

• Air dan limbah

• Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik

• Asuransi kecelakaan

• Pajak penghasilan

• Pemanasan, listrik, dan generator

3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain

Perusahaan pabrik dapat dikelompokkan menjadi segmen-segmen dengan berbagai nama

seperti: departemen, kelompok biaya, pusat biaya, unit kerja, atau kerja yang dapat digunakan

dalam pengelompokkan biaya menjadi dua yaitu:

Akuntansi Biaya - KMP 2019 141


• Biaya langsung departemen adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke

departemen bersangkutan.

Contoh: gaji mandor pabrik yang digunakan oleh departemen bersangkutan.

• Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara

langsung ke departemen bersangkutan.

Contoh: biaya penyusutan dan biaya asuransi merupakan biaya yang manfaatnya

digunakan secara bersama oleh masing-masing departemen.

Biaya departemen jasa juga merupakan biaya tidak langsung untuk departemen lain. Ketika

semua biaya departemen jasa telah dialokasikan, maka biaya overhead dari setiap

departemen produksi akan terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung dari departemen itu

sendiri serta pembebanan yang diterima dari departemen jasa.

Biaya Bersama (Common Cost) adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau

jasa oleh dua operasi atau lebih. Biaya ini pada umumnya timbul dalam organisasi yang

mempunyai banyak departemen atau segmen. Contohnya; gaji dari wakil presiden direktur

pemasaran, yang memberikan jasanya ke beberapa segmen dalam suatu perusahaan.

Biaya Gabungan (Joint Cost) adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan

lebih dari satu produk. Contohnya; industri minyak dan gas, pengepakan daging.

4. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi

Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, meningkatkan efisiensi

operasional dan kapasitas produktif aktiva tetap, serta memperpanjang masa manfaat aktiva

tetap. Contohnya mesin pabrik yang memiliki penyusutan selama 5 tahun.

Pengeluaran Penghasilan (Revenue Expenditure)

Akuntansi Biaya - KMP 2019 142


Biaya-biaya yang hanya akan memberi manfaat dalam periode berjalan, sehingga biaya-biaya

yang dikeluarkan tidak akan dikapitalisasi sebagai aktiva tetap di neraca, melainkan akan

langsung dibebankan sebagai beban dalam laporan laba rugi periode berjalan di mana biaya

tersebut terjadi (dikeluarkan).

5. Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi

Biaya Diferensial (Differential Cost), Seringkali disebut dengan biaya marginal atau biaya

inkremental. Biaya tersebut adalah biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak

alternatif.

Biaya Tunai (Out-Of-Pocket-Cost), Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila satu alternatif

tertentu diambil, maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan

dengan alternatif itu.

Biaya Kesempatan (Opportunity Cost), Adalah sejumlah pendapatan atau manfaat lain

yang mungkin hilang bila alternatif tertentu diambil.

Biaya Tertanam (Sunk Cost), Adalah suatu biaya yang telah dikeluarkan dan kemudian

ternyata tidak relevan dengan keputusan yang diambil.

Minggu 3 : Cost Behavior Analysis

1. Klasifikasi Biaya

Fixed Cost Adalah biaya yang tidak berubah walaupun ada penurunan atau kenaikan

aktivitas dalam relevant range.

Variable Cost Adalah biaya yang berubah sejalan dengan perubahan aktivitas dalam

relevant range.

Semivariable Cost Memiliki karakteristik fixed dan variable. Penyebab:

▪ Adanya jumlah minimum yang dipertahankan (contoh: supplies).

Akuntansi Biaya - KMP 2019 143


▪ Pengklasifikasian akuntansi, contoh listrik untuk penerangan (tetap) digabung

dengan listrik untuk produksi (variable)

2. Memisahakan Fixed Cost dan Variable Cost

Mengapa perlu menetapkan fixed dan variable cost? Untuk merencanakan, mengontrol,

mengukur atau mengevaluasi aktivitas pada berbagai tingkat biaya (flexible budget) harus

dipisahkan antara biaya fixed dan variable.

• Data yang digunakan: data histories

• Buang: data yang abnormal

• Koreksi: perbedaan kondisi antar periode (contoh: mesin baru, inflasi)

Langkah-langkah Mengestimasi Fungsi Biaya Menggunakan Analisis Kuantitatif

1. Pilih variabel dependen (biaya yang akan diprediksi)

2. Identifikasi variabel independen atau pemicu biaya

3. Mengumpulkan data dari variabel dependen dan pemicu biaya

4. Memplot data

5. Mengestimasi fungsi biaya menggunakan Metode Tinggi-Rendah atau Analisis

Regresi

6. Mengevaluasi pemicu biaya dari fungsi biaya yang diestimasi

Contoh data :

Data biaya listrik dan jam kerja

Bulan Jam Kerja Biaya Listrik Keterangan

Januari 34.000 $ 640

Februari 30.000 $ 620

Maret 34.000 $ 620

April 39.000 $ 590

Akuntansi Biaya - KMP 2019 144


Mei 42.000 $ 500

Juni 32.000 $ 530

Juli 26.000 $ 500 Terendah

Agustus 26.000 $ 500 Terendah

September 31.000 $ 530

Oktober 35.000 $ 550

November 43.000 $ 580

Desember 48.000 $ 680 Tertinggi

Total 420.000 $ 6.840

Rata-rata 35.000 $ 570

❖ High and Low Points Method

➢ Menggunakan aktivitas tertinggi dan terendah.

➢ Tidak selalu cost yang tertinggi dan terendah.

➢ Asumsi: data lain terletak antara poin tertinggi dan terendah secara garis lurus.

➢ Hasil kurang akurat.

Cost Tingkat Kegiatan

High $ 680 48.000

Low $ 500 26.000

Selisih $ 180 22.000

Tarif biaya variable: $180 / 22.000 jam = $0.00818 per jam kerja.

F + 48.000 V = $ 680

F + 26.000 V = $ 500

------------------------- -

Akuntansi Biaya - KMP 2019 145


22.000 V = $180

V = $180 / 22.000 = $0.00818 per jam kerja

High Low

Total cost $ 680 $ 500

Variabel cost $393 $ 213

Fixed cost $ 287 $ 287

( 393 = 0.00818 x 680 )

❖ Scattergraph Method

➢ Cost yang dianalisa (dependent variable) ditempatkan pada sumbu vertical (sb y).

➢ Aktivitas yang terkait (independent variable) ditempatkan pada sb horizontal (sb x).

➢ Lebih baik daripada high and low point method karena menggunakan lebih banyak

data.

➢ Masih bisa bias karena penarikan garis untuk menetapkan fixed cost berdasarkan

interpretasi.

➢ Bisa mengetahui apakah ada hubungan linear antara biaya dan aktivitas.

➢ Bisa mendeteksi data yang abnormal

Rata-rata biaya – fixed element = rata-rata variable element

$570 - $440 = $130

Variable cost = rata-rata variable element / rata-rata jam kerja

$130 / 35.000 jam = $0,0037 per jam

❖ Method of Least Square

Didasarkan pada persamaan garis lurus y = a + bx

Simbol Mewakili Simbol Mewakili

Akuntansi Biaya - KMP 2019 146


Y Biaya b Variabls cost per

unit

a Fixed Cost X Volume

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Bulan Biaya yi – y̅ Jam (xi) xi –x̅ (xi –x̅)2 (yi – y̅) (xi – (yi – y̅)2

(yi) x̅)2

Januari 640 70 34.000 (1.000) 1.000.000 (70.000) 4.900

Februari 620 50 30.000 (5.000) 25.000.000 (250.000) 2.500

Maret 620 50 34.000 (1.000) 1.000.000 (50.000) 2.500

April 590 20 39.000 4.000 16.000.000 80.000 400

Mei 500 (70) 42.000 7.000 49.000.000 (490.000) 4.900

Juni 530 (40) 32.000 (3.000) 9.000.000 120.000 1.600

Juli 500 (70) 26.000 (9.000) 81.000.000 630.000 4.900

Agustus 500 (70) 26.000 (9.000) 81.000.000 630.000 4.900

September 530 (40) 31.000 (4.000) 16.000.000 160.000 1.600

Oktober 550 (20) 35.000 - 400

November 580 10 43.000 8.000 64.000.000 80.000 100

December 680 110 48.000 13.000 169.000.000 1.430.000 12.100

Total 6.840 0 420.000 0 512.000.000 2.270.000 40.800

Rata rata 570 35.000

b = Σ(yi – y̅) (xi –x̅)2/Σ(xi –x̅)2

= Total kolom 6 / total kolom 5

= $2.270.000/512.000.000

Akuntansi Biaya - KMP 2019 147


= $0.0044 per jam kerja

y̅ = a + bx̅

$570 = a + ($0,0044) (35.000)

a = $416

❖ Menetapkan Korelasi

Dengan scattergraph apabila terdapat korelasi yang sempurna, maka semua titik menempel

pada garis.

❖ Koefisien korelasi (correlation coefficien) = r

Mengukur hubungan antara dua variable, seberapa besar perubahan x mempengaruhi

perubahan y. Semakin mendekati 1/-1 hubungannya semakin kuat.

❖ Koefisien determinasi (coefficient of determination) = r2

Menunjukkan persentase perubahan variable dependent dipengaruhi oleh perubahan variable

independent.

❖ Standard Error of the Estimate = s’

Merupakan ukuran seberapa jauh angka-angka biaya aktual menyimpang dari estimasi biaya.

Standar error kecil berarti baik. Apabila r2 = 1 maka standard error = 0. Manajemen dapat

menggunakan konsep ini untuk menetapkan tingkat keyakinan untuk tingkat penyimpangan

biaya aktual yang perlu mendapat tindak lanjut.

Minggu ke 4 : Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan

Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing), biaya produksi

diakumulasikan setiap pesanan (Job) yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang

Akuntansi Biaya - KMP 2019 148


dinyatakan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau dapat dikatakan output dari

pesanan tersebut sebagai inventory yang diisi kembali.

Untuk memudahkan perhitungan biaya secara pesanan, maka pesanan antara pelanggan satu

dan pelanggan yang lain harus dipisah dan setelah mengetahui biaya setiap pesanan dari

sana kita bisa mengetahui biaya yang akan kita masukkan dalam inventory.

Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan (Job cost sheet), yang

dapat berbentuk kertas atau elektronik. Berikut adalah contoh dari Kartu Biaya Pesanan.

Secret Admirer Company Job Order No.

FOR: Tomitak Construction Co. DATE ORDERED : 10/1

PRODUCT: Papan Pengering No 14 DATE STARTED : 14/1

SPECIFICATION: 12’ x 20” x 1” DATE WANTED : 22/1

QUANTITY: 10 DATE COMPLETED : 18/1

DIRECT MATERIALS

DATE REQ. NO AMOUNT TOTAL

14/1 516 $1.410

15/1 531 1.100

$2.510

DIRECT LABOR

DATE HOURS COST

14/1 98 $784

15/1 98 784

196 $1.568

FACTORY OVERHEAD APPLIED

DATE MACHINE HOURS COST

14/1 16,2 $648

15/1 13,2 528

Akuntansi Biaya - KMP 2019 149


29,4 x $40 $1.176

Direct Materials $2.510 Selling $7.860

Direct Labor 1.568 Price $5.254

FOH Applied 1.176 Factory 776

Total Factory $5.254 Cost 420

Cost Marketing $6.450

Administ $1.410

Profit

Dalam kartu pesanan bagian atas disediakan untuk nomor pesanan, nama pelanggan,

kuantitas, item yang akan diproduksi, dan tanggal mulai dan menyelesaikannya pesanan

tersebut. Bagian berikutnya merincikan pesanan tersebut dalam hal biaya.

Perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian saling

berhubungan.

1) Akuntansi bahan baku

Memelihara catatan bahan baku, membebankan bahan baku langsung ke pesanan, dan

membebankan bahan baku ke overhead.

2) Akuntansi Tenaga Kerja

Memelihara akun akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja

langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke overhead.

3) Akuntansi Overhead.

Mengakumulasi biaya overhead, memelihara catatan terinci atas overhead, dan

membebankan sebagian dari overhead ke setiap pesanan.

Akuntansi Biaya - KMP 2019 150


Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal

akuntansi, satu untuk setiap item berikut :

1. Pembelian bahan baku

2. Pengakuan biaya tenaga kerja pabrik

3. Pengakuan biaya overhead pabrik

4. Penggunaan bahan baku

5. Distribusi beban gaji tenaga kerja

6. Pembebanan estimasi biaya overhead

7. Penyelesaian pesanan

8. Penjualan produk

Akuntansi Untuk Bahan Baku

• Pembelian Bahan Baku (dibeli menggunakan utang usaha) :

Bahan Baku (Material) xxx

Utang Usaha (Account Payable) xxx

• Penggunaan Bahan Baku :

Barang dalam proses ( Work in Process) xxx

Bahan baku (Material) xxx

Namun ada saatnya bahan baku tersebut merupakan bahan baku yang tidak langsung atau

perlengkapan, dalam bab sebelum sebelumnya sudah disampaikan jika bahan baku tidak

langsung itu akan masuk ke dalam biaya overhead sehingga akuntansi untuk biaya bahan

baku tidak langsung adalah :

Pengendali overhead pabrik ( FOH Control) xxx

Bahan baku (Material) xxx

Akuntansi Biaya - KMP 2019 151


Rincian dari biaya overhead juga diposting kea kun buku pembantu overhead, yang bisa

berupa kertas kerja yang disebut Kertas kerja analisis pabrik (Factory Overhead analysis

Sheet) (Ntar dibahas di bab 12 sama 13)

Akuntansi Tenaga Kerja

Untuk mengetahui biaya tenaga kerja yang dikeluarkan secara langsung maupun tidak

langsung setiap karyawan menggunakan kartu jam kerja, sehingga dengan kartu jam kerja ini

kita dapat mengetahui berapa jam seorang karyawan bekerja, Dari berapa jam itu kita dapat

menghitung berapa jam yang langsung berkaitan dengan produk maupun yang tidak langsung

berkaitan dengan produk yang dibutuhkan. Dari waktu (jam) yang dihabiskan untuk membuat

produk tersebut dapat dipilah pilah yang mana berkaitan langsung dan yang tidak langsung

dengan produk tersebut, pemilahan ini dilakukan karena perlakuan yang berbeda antara 2

biaya tersebut.

Biaya tenaga kerja yang terjadi :

Umumnya perusahaan menggaji karyawannya perbulan oleh karena itu pencatatan untuk

biaya tenaga kerja yang terjadi, dicatat sebagai beban dulu. Nanti saat akhir bulan atau saat

penyesuaian akan didistribusikan sebagai barang dalam proses atau overhead.

Contoh: dalam satu bulan secret admire Company membayar gaji tenaga kerja pabrik hanya

sekali dalam sebulan sebesar xxxyyy maka jurnalnya adalah

Beban Gaji xxxyyy

Beban Gaji yang Masih Harus Dibayar xxxyyy

Biaya Tenaga kerja yang didistribusikan :

Apabila terdapat biaya tenaga kerja tidak langsung dalam pembayaran gaji akan

didistribusikan berdasarkan kartu jam kerja karyawan.

Contoh : STAN Secret Admirer Company membayar beban gaji selama sebulan untuk pekerja

pabrik sebesar xxx dan membayar tenaga kerja administrasi sebesar yyy maka jurnalnya

Akuntansi Biaya - KMP 2019 152


adalah, di bab sebelumnya beban gaji karyawan yang langsung berkaitan dengan produk akan

dimasukkan ke dalam Work In Proses dan yang tidak langsung akan di masukkan ke dalam

Factory Overhead maka jurnalnya adalah :

WIP xxx

Beban gaji xxx

Factory Overhead Control xxx

Beban Gaji xxx

Akuntansi Untuk Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead adalah biaya yang sangat sulit untuk ditelusuri langsung ke produksi ( di luar

administrasi dan pemasaran ). Bayangkan saja ketika kita membuat produk biaya overhead

akan termasuk biaya biaya tak langsung seperti pajak atas bangunan, listrik yang kita

gunakan, peralatan untuk membersihkan alat, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu biaya

overhead diakumulasikan tanpa mengacu ke pesanan tertentu, dan total biaya overhead

kemudian dialokasikan ke semua pesanan.

Biaya Overhead Aktual

Beberapa biaya actual, seperti bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung,

dicatat saat terjadinya atau melalui ayat jurnal periodic, seperti yang diilustrasikan

sebelumnya. Namun untuk akun akun seperti penyusutn dan asuransi jatuh tempo dicatat saat

penyesuaian. Contoh

Factory Overhead Control xxx

Accumulated depr – machine xxx

Factory Overhead Control xxx

Akuntansi Biaya - KMP 2019 153


Prepaid Insurance xxx

Estimasi Biaya Overhead yang Dialokasikan

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa untuk menulusuri biaya overhead dalam suatu produk

sangatlah sulit sehingga yang dapat dilakukan menggunakan estimasi. Untuk

mengestimasikan biaya ini harus menggunakan dasar alokasi overhead. Dasar alokasi

overhead yang dipilih sebaiknya merupakan aktivitas yang paling besar dampaknya terhadap

overhead, yaitu :

1. Jam tenaga kerja bekerja

2. Jam mesin bekerja

3. Biaya tenaga kerja langsung

Total overhead tadi akan dibagi dengan total dasar alokasi, dan rasio yang akan dihasilkan

adalah tariff overhead. Tariff ini akan dikalikan dengan jumlah dasar alokasi yang digunakan

oleh suatu pesanan, dan hasilnya adalah beban overhead untuk pesanan tersebut.

Oleh karena biaya overhead hanya diketahui di akhir tahun maka muncullah yang namanya

predetermined overhead rate atau yang kita kenal dengan overhead yang telah ditentukan

sebelumnya yang mana merupakan rasio dari estimasi total overhead terhadap estimasi total

dasar alokasi overhead.

Oke daripadi makin pusing baca penjelasannya semoga ngak pusing baca contohnya,

Diceritaken sebuah pabrik tekstil PT Mencari Cinta Sejati memiliki estimasi jam kerja mesin

sebesar 7500 jam dan estimasi overhead sebesar $300.000, untuk tahun itu dan diketahui

bahwa alokasi dasar menggunakan jam kerja mesin karena yang benar benar mempengaruhi

biaya overhead adalah jam kerja mesin. Dalam pesanan nomor 524 jam kerja mesin sebesar

120 jam kerja mesin.

Pertama kita mencari predetermined overhead rate

300000 : 7500 = $40/Jam kerja mesin

Akuntansi Biaya - KMP 2019 154


Maka overhead yang dibiayakan dalam pesanan tersebut adalah 120 x $40 = $4800 hanya

untuk satu pesanan tersebut. Maka jurnal yang akan kita catat adalah

WIP 4800

Overhead yang dibebankan 4800

Overhead Pabrik yang dibebankan biasanya ditutup ke Pengendali Overhead Pabrik pada

akhir tahun, asumsikan bahwa overhead ditutup tiap bulan. Apabila ayat jurnal sebelumnya

sebesar $4800 merupakan satu satunya overhead yang terjadi di bulan itu. Maka jurnal yang

akan muncul adalah :

Factory Overhead Control 4800

Overhead yang dibebankan 4800

Ketika akhir tahun dan biaya overhead telah diketahui, akan terjadi over estimated overhead

atau under estimated overhead (hal itu akan dibahas di bab 12.. sabar yah). Namun biasanya

jika yang diestimasikannya rendah maka dialokasikan ke Harga Pokok Penjualan.

Akuntansi Untuk Barang Jadi dan Produk yang dijual

Saat pesanan diselesaikan, kartu biaya pesanannya dipindahkan dari kategori WIP ke barang

jadi atau ke HPP, tergantung apakah barang yang telah jadi tersebut langsung dikirimkan ke

pelanggan yang memesan atau ditransfer untuk mengisi pesediaan. Contoh,

PT Mencari Cinta Sejati memiliki 2 pesanan bernomor No 4545 dan No 4654. Pesanan nomor

4545 memiliki biaya sebesar 3000 dan pesanan No 4654 memiliki total biaya 10000. Pesanan

Nomor 4545 dikirimkan langsung ke pelanggan yang memesan yaitu PT Feel Koplo dan

Pesanan nomor 4654 ditransfer ke persediaan barang jadi, maka ayat jurnalnya,

Pesanan No 4545

Akuntansi Biaya - KMP 2019 155


HPP 3000

WIP 3000

Account Receivable 5000

Sales Revenue 5000

Pesanan Nomor 4654

Finished Goods 10000

WIP 10000

Minggu 5:the Cost of Quality And Accounting for Production Losses (job order)

Kerugian Produksi dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan mencakup :

1. Biaya Bahan Baku Sisa

2. Biaya Barang Cacat

3. Biaya Pengerjaan Kembali atas barang cacat

Akuntansi untuk Bahan Baku Sisa (Scrap)

Bahan Baku sisa terdiri atas :

1. Serbuk Sisa sisa Keikhlasan yang tak diikhlaskan yang tertinggal setelah bahan baku

diproses

2. Bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok

3. Bagian – bagian yang rusak akibat kecerobohan karyawan atau kegagalan mesin.

Bahan baku sisa ini kadangkala masih memiliki nilai ekonomis, tetapi ada juga yang sudah

tidak dapat dimanfaatkan sedikitpun. Meskipun demikian suatu catatan atas jumlah atau nilai

bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya tidak ada biaya yang

Akuntansi Biaya - KMP 2019 156


dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa tersebut. Jumlah bahan baku sisa

sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut

terjadi karena penggunaan bahan baku yang tidak efisien dan apakah inefisiensi ini dapat

dihilangkan sebagian ataupun seluruhnya.

Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual dari bahan baku sisa

tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa dapat

dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif yang dipilih digunakan

secara konsisten di setiap periodenya.

Apabila harga jual bahan baku sisa tidak signifikan biasanya tidak dilakukan pencatatan

sampai saat penjualan. Berikut perlakuan beserta ayat jurnalnya apabila bahan baku sisa

tersebut dapat terjual.

1. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba rugi

dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan lain-lain.

Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

Kas/ Piutang usaha 500

Penjualan bahan baku sisa/ Pendapatan lain-lain 500

2. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga pokok

penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan

penjualan untuk periode tersebut.

Mengurangi harga pokok penjualan menyebabkan peningkatan laba untuk periode

tersebut yang sama halnya dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai

penjualan bahan baku sisa atau pendapatan lain-lain.

Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

Akuntansi Biaya - KMP 2019 157


Kas/ Piutang usaha 500

Harga pokok penjualan 500

3. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke pengendali

overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode

tersebut.

Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan sebelumnya untuk

dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai realisasi bersih dari bahan baku

sisa yang diperkirakan untuk periode tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari

estimasi biaya overhead pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila

tidak dilakukan maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi.

Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

Cash / Piutang usaha 500

Pengendali overhead pabrik 500

4. Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan,

jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan

sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut.

Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku sisa. Ayat

jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

Cash / Piutang usaha 500

Barang dalam proses 500

Akuntansi Biaya - KMP 2019 158


5. Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signifikan, maka bahan baku

sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada saat bahan

baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang sampai menunggu

untuk dijual.

Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian-bagian yang

rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal yang seharusnya dapat

dikurangi atau dihilangkan. Bahan baku sisa jenis ini harus ditentukan dan dilaporkan

ke manajemen.

Akuntansi untuk Biaya Barang Cacat

Barang cacat adalah unit yang selesai atau separuh selesai namun cacat dalam

hal tertentu. Barang cacat tidak dapat diperbaiki, baik secara teknis maupun

ekonomis.

Barang Cacat berbeda dengan Bahan Baku Sisa Barang cacat adalah unit yang selesai atau

separuh selesai namun cacat dalam hal tertentu. Barang cacat tidak dapat diperbaiki, baik

secara teknis maupun ekonomis. Terdapat 2 tipe barang cacat

1. Barang Cacat disebabkan oleh Pelanggan

Jika barang cacat terjadi karena kesalahan pelanggan (seperti penggantian spesifikasi

atau penambahan komponen yang diminta pelanggan), maka hal tersebut tidak boleh

dianggap sebagai biaya mutu. Pelanggan yang sebaiknya membayar jenis barang cacat

seperti ini. Biaya yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke

pesanan tersebut.

Contoh: PT OWO memproduksi 1.000 kursi atas pesanan PT OWI berdasarkan nomor

pesanan 102 . Setelah selesai membuat 100 kursi, PT OWI merubah desain sehingga

kursi ini tidak dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. PT OWO dapat menjual 100

Akuntansi Biaya - KMP 2019 159


kursi tersebut dengan harga $ 10 per kursi. Biaya untuk memproduksi 100 kursi

ditambahkan pada pesanan nomor 102 sehingga total biaya untuk 1.100 kursi adalah $

38.500 (bahan baku $ 22.000, tenaga kerja langsung $ 5.500 dan overhead pabrik $

11.000). Saat produk selesai dan dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya adalah sebagai

berikut:

Spoiled goods inventory 1.000

Cost of goods sold 37.500

Work in process 38.500

Saat perusahaan menjual produknya dengan harga 150% dari cost maka ayat jurnalnya

adalah sebagai berikut:

Account receivable 56.250

Sales Revenue 56.250

Saat spoiled goods dijual maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

Account receivable 1.000

Spoiled goods inventory 1.000

2. Barang Cacat disebabkan oleh kegagalan Internal

Jika barang cacat terjadi karena kegagalan internal (seperti kecerobohan karyawan), biaya

yang tidak tertutup dari penjualan barang cacat sebaiknya dibebankan ke pengendali

overhead pabrik dan dilaporkan secara periodik kepada manajemen. Jika biaya dari

barang cacat cukup besar sehingga dapat mendistorsi biaya produksi yang dilaporkan,

maka sebaiknya dilaporkan secara terpisah sebagai kerugian di laporan laba rugi.

(langsung ke contoh soal aja yah)

Contoh: sama seperti contoh di atas, hanya saja 100 kursi yang spoiled

Akuntansi Biaya - KMP 2019 160


diakibatkan kegagalan plastic mood.

Saat produk selesai dan dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya adalah

sebagai berikut:

Dr. Spoiled goods inventory 1.000

Dr. FOH control 2.500

Dr. Cost of goods sold 35.000

Cr. Work in process 38.500

Saat perusahaan menjual produknya dengan harga 150% dari cost maka ayat

jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr. Cash/ Account receivable 52.500

Cr. Sales 52.500

Saat spoiled goods dijual maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

Dr. Cash/ Account receivable 1.000

Cr. Spoiled goods inventory 1.000

Contoh: sama seperti contoh di atas, hanya saja 100 kursi yang spoiled diakibatkan karena

karyawan magang yang belum terlatih merusak banyak kursi. Saat produk selesai dan

dikirim ke pelanggan maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

Spoiled goods inventory 1.000

FOH control 2.500*

Cost of goods sold 35.000

Work in process 38.500

*2500 = 3500 (Harga satu kursi(38500 : 1100) – 1000 (Harga barang yang cacat dijual)

Saat perusahaan menjual produknya dengan harga 150% dari cost maka ayat jurnalnya

adalah sebagai berikut:

Account receivable 52.500

Akuntansi Biaya - KMP 2019 161


Sales Revenue 52.500

Saat spoiled goods dijual maka ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

Account receivable 1.000

Spoiled goods inventory 1.000

Akuntansi Untuk Biaya Pengerjaan Kembali

Pengerjaan kembali adalah proses untuk membetulkan barang cacat. Perlakuan biaya

pengerjaan kembali barang cacat sangat tergantung pada penyebab terjadinya barang cacat

tersebut. Jika disebabkan oleh kesalahan pelanggan, biaya pengerjaan kembali dibebankan

ke pesanan yang bersangkutan dan idealnya ditutup oleh peningkatan harga jual. Contoh:

PT Ricardo memproduksi 200 trailer dengan nomor pesanan 609 atas pesanan PT Milos.

Biaya-Biaya yang dibebankan pada pesanan nomor 609 adalah Rp 200.000, yang terdiri dari:

Bahan baku = Rp 100.000

Tenaga kerja langsung = 200 trailer x 10 jam x Rp 10 per jam = Rp 20.000

Factory overhead applied = 200 trailer x 10 jam x Rp 40 per jam = Rp 80.000

Sebelum dikirim pelanggan ingin menambahkan spring pada tiap-tiap trailer. Biaya spring per

trailer adalah Rp 40 dan butuh waktu ½ jam per trailer untuk memasangnya. Biaya rework

untuk pesanan nomor 609 adalah sebesar Rp 13.000, yang terdiri dari:

Bahan baku = Rp 40 x 200 trailer = Rp 8.000

Tenaga kerja langsung = ½ jam x 200 trailer x Rp 10 per jam = Rp 1.000

Factory overhead applied = ½ jam x 200 trailer x Rp 40 per jam = Rp 4.000

Untuk mencatat biaya rework:

Work in process 13.000

Akuntansi Biaya - KMP 2019 162


Material 8.000

Payroll 1.000

Factory overhead applied 4.000

Jika disebabkan oleh hal yang bersifat normal atau kegagalan internal, biaya pengerjaan

kembali dibebankan pada seluruh produksi dengan cara memperhitungkan biaya pengerjaan

kembali ke dalam tarif biaya overhead pabrik dan secara periodik dilaporkan ke manajemen.

Contoh:

Sama seperti contoh di atas, hanya saja pemasangan spring disebabkan karena kesalahan

karyawan dengan biaya rework yang sama.

Untuk mencatat biaya rework:

Factory overhead control 13.000

Material 8.000

Payroll 1.000

Factory overhead applied 4.000

4. Bahan baku sisa ini

5. kadangkala masih memiliki nilai ekonomis, tetapi ada juga yang sudah tidak

6. dapat dimanfaatkan sedikitpun. Meskipun demikian suatu catatan atas jumlah

7. atau nilai bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya

8. tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa tersebut.

9. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis

10. untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan baku

11. yang tidak e sien dan apakah ine siensi ini dapat dihilangkan sebagian ataupun

12. seluruhnya.

13. Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual dari

14. bahan baku sisa tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku

Akuntansi Biaya - KMP 2019 163


15. sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif yang

16. dipilih digunakan secara konsisten di setiap periodenya. Apabila harga jual

17. AKUNTANSI BIAYA

18. 96

19. bahan baku sisa tidak signi kan biasanya tidak dilakukan pencatatan sampai saat

20. penjualan.

21. a) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba

22. rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan

23. lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai

24. berikut:

2 5 . Dr. Kas/ Piutang usaha 500

26. Cr. Penjualan bahan baku sisa/ Pendapatan lain-lain 500

27. b) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga pokok

28. penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan

29. penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok penjualan

30. menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang sama halnya

31. dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai penjualan bahan baku

32. sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

33. sisa adalah sebagai berikut:

34. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

35. Cr. Harga pokok penjualan 500

36. c) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke pengendali

37. overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode

38. tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan

39. sebelumnya untuk dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai

40. realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan untuk periode

41. tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi biaya overhead

42. pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila tidak dilakukan

Akuntansi Biaya - KMP 2019 164


43. maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal

44. pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

45. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

46. Cr. Pengendali overhead pabrik 500

47. d) Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan,

48. jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan

49. sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut.

50. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku

51. sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

52. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

53. Cr. Barang dalam proses 500

54. Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signi kan, maka bahan

55. baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada

56. saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang

57. sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

58. sisa adalah sebagai berikut:

59. BAB 11 :

60. THE COST OF QUALITY

61. 97

62. Dr. Persediaan bahan baku sisa xx

63. Cr. Barang dalam proses xx

64. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian-

65. bagian yang rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal

66. yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Bahan baku sisa jenis

67. ini harus ditentukan dan dilaporkan ke manajemen. Manajemen sebaiknya

68. mengambil langkah-langkah untuk mengidenti kasikan penyebabnya.

69. Bahan baku sisa ini

70. kadangkala masih memiliki nilai ekonomis, tetapi ada juga yang sudah tidak

Akuntansi Biaya - KMP 2019 165


71. dapat dimanfaatkan sedikitpun. Meskipun demikian suatu catatan atas jumlah

72. atau nilai bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya

73. tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa tersebut.

74. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis

75. untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan baku

76. yang tidak e sien dan apakah ine siensi ini dapat dihilangkan sebagian ataupun

77. seluruhnya.

78. Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual dari

79. bahan baku sisa tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku

80. sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif yang

81. dipilih digunakan secara konsisten di setiap periodenya. Apabila harga jual

82. AKUNTANSI BIAYA

83. 96

84. bahan baku sisa tidak signi kan biasanya tidak dilakukan pencatatan sampai saat

85. penjualan.

86. a) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba

87. rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan

88. lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai

89. berikut:

9 0 . Dr. Kas/ Piutang usaha 500

91. Cr. Penjualan bahan baku sisa/ Pendapatan lain-lain 500

92. b) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga pokok

93. penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan

94. penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok penjualan

95. menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang sama halnya

96. dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai penjualan bahan baku

97. sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

98. sisa adalah sebagai berikut:

Akuntansi Biaya - KMP 2019 166


99. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

100. Cr. Harga pokok penjualan 500

101. c) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke

pengendali

102. overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode

103. tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan

104. sebelumnya untuk dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai

105. realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan untuk periode

106. tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi biaya overhead

107. pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila tidak dilakukan

108. maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal

109. pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

110. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

111. Cr. Pengendali overhead pabrik 500

112. d) Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing

pesanan,

113. jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan

114. sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut.

115. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku

116. sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

117. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

118. Cr. Barang dalam proses 500

119. Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signi kan, maka bahan

120. baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada

121. saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang

122. sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

123. sisa adalah sebagai berikut:

124. BAB 11 :

Akuntansi Biaya - KMP 2019 167


125. THE COST OF QUALITY

126. 97

127. Dr. Persediaan bahan baku sisa xx

128. Cr. Barang dalam proses xx

129. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian-

130. bagian yang rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal

131. yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Bahan baku sisa jenis

132. ini harus ditentukan dan dilaporkan ke manajemen. Manajemen sebaiknya

133. mengambil langkah-langkah untuk mengidenti kasikan penyebabnya.

134. Bahan baku sisa ini

135. kadangkala masih memiliki nilai ekonomis, tetapi ada juga yang sudah tidak

136. dapat dimanfaatkan sedikitpun. Meskipun demikian suatu catatan atas jumlah

137. atau nilai bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya

138. tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa

tersebut.

139. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis

140. untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan

baku

141. yang tidak e sien dan apakah ine siensi ini dapat dihilangkan sebagian

ataupun

142. seluruhnya.

143. Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual dari

144. bahan baku sisa tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku

145. sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif

yang

146. dipilih digunakan secara konsisten di setiap periodenya. Apabila harga jual

147. AKUNTANSI BIAYA

148. 96

Akuntansi Biaya - KMP 2019 168


149. bahan baku sisa tidak signi kan biasanya tidak dilakukan pencatatan sampai

saat

150. penjualan.

151. a) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba

152. rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan

153. lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai

154. berikut:

1 5 5 . Dr. Kas/ Piutang usaha 500

156. Cr. Penjualan bahan baku sisa/ Pendapatan lain-lain 500

157. b) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga

pokok

158. penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan

159. penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok penjualan

160. menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang sama halnya

161. dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai penjualan bahan baku

162. sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

163. sisa adalah sebagai berikut:

164. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

165. Cr. Harga pokok penjualan 500

166. c) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke

pengendali

167. overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode

168. tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan

169. sebelumnya untuk dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai

170. realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan untuk periode

171. tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi biaya overhead

172. pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila tidak dilakukan

173. maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal

Akuntansi Biaya - KMP 2019 169


174. pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

175. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

176. Cr. Pengendali overhead pabrik 500

177. d) Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing

pesanan,

178. jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan

179. sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut.

180. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku

181. sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

182. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

183. Cr. Barang dalam proses 500

184. Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signi kan, maka bahan

185. baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada

186. saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang

187. sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

188. sisa adalah sebagai berikut:

189. BAB 11 :

190. THE COST OF QUALITY

191. 97

192. Dr. Persediaan bahan baku sisa xx

193. Cr. Barang dalam proses xx

194. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian-

195. bagian yang rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal

196. yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Bahan baku sisa jenis

197. ini harus ditentukan dan dilaporkan ke manajemen. Manajemen sebaiknya

198. mengambil langkah-langkah untuk mengidenti kasikan penyebabnya.

199. Bahan baku sisa ini

200. kadangkala masih memiliki nilai ekonomis, tetapi ada juga yang sudah tidak

Akuntansi Biaya - KMP 2019 170


201. dapat dimanfaatkan sedikitpun. Meskipun demikian suatu catatan atas jumlah

202. atau nilai bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya

203. tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa

tersebut.

204. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis

205. untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan

baku

206. yang tidak e sien dan apakah ine siensi ini dapat dihilangkan sebagian

ataupun

207. seluruhnya.

208. Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual dari

209. bahan baku sisa tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku

210. sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif

yang

211. dipilih digunakan secara konsisten di setiap periodenya. Apabila harga jual

212. AKUNTANSI BIAYA

213. 96

214. bahan baku sisa tidak signi kan biasanya tidak dilakukan pencatatan sampai

saat

215. penjualan.

216. a) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba

217. rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan

218. lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai

219. berikut:

2 2 0 . Dr. Kas/ Piutang usaha 500

221. Cr. Penjualan bahan baku sisa/ Pendapatan lain-lain 500

222. b) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga

pokok

Akuntansi Biaya - KMP 2019 171


223. penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan

224. penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok penjualan

225. menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang sama halnya

226. dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai penjualan bahan baku

227. sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

228. sisa adalah sebagai berikut:

229. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

230. Cr. Harga pokok penjualan 500

231. c) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke

pengendali

232. overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode

233. tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan

234. sebelumnya untuk dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai

235. realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan untuk periode

236. tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi biaya overhead

237. pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila tidak dilakukan

238. maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal

239. pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

240. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

241. Cr. Pengendali overhead pabrik 500

242. d) Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing

pesanan,

243. jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan

244. sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut.

245. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku

246. sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

247. Dr. Kas/ Piutang usaha 500

248. Cr. Barang dalam proses 500

Akuntansi Biaya - KMP 2019 172


249. Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signi kan, maka bahan

250. baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada

251. saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang

252. sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku

253. sisa adalah sebagai berikut:

254. BAB 11 :

255. THE COST OF QUALITY

256. 97

257. Dr. Persediaan bahan baku sisa xx

258. Cr. Barang dalam proses xx

259. Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian-

260. bagian yang rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal

261. yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Bahan baku sisa jenis

262. ini harus ditentukan dan dilaporkan ke manajemen. Manajemen sebaiknya

263. mengambil langkah-langkah untuk mengidenti kasikan penyebabnya.

264. eskipun demikian suatu catatan atas jumlah

265. atau nilai bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya

266. tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa

tersebut.

267. Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis

268. untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan

baku

269. yang tidak e sien dan apakah ine siensi ini dapat dihil

Minggu ke 6-7 : Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses

Tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah menentukan biaya dari barang

atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam Sistem perhitungan biaya berdasarkan

proses digunakan untuk produk produk yang homogen atau sama, pencatatan biaya dengan

Akuntansi Biaya - KMP 2019 173


batch yang berbeda tidak lagi diperlukan. Dalam sistem ini bahan baku, tenaga kerja, dan

overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan

dengan cara membagi total unit yang dibebankan ke pusat biaya tersebut dengan total unit

yang diproduksi. Pusat biaya adalah departemen, tapi bisa juga pemrosesn terjadi hanya

dalam 1 departemen.

Perhitungan Biaya per Departemen

Setiap departemen melakukan suatu operasi tertentu yang mengarah pada penyelesaian

produk, dan setiap biaya dari departemen tersebut di transfer ke departemen selanjutnya

begitu seterusnya sampai menjadi barang jadi. Contoh :

Supreme Klaten Inc, adalah perusahaan yang memproduksi mainan edukatif memiliki tiga

departemen yaitu departemen pembentukan, di mana plastik dipotong menjadi bentuk- bentuk

yang diinginkan; departemen perakitan dimana plastik dirakit dan bahan pelengkap seperti

alat pengunci ditambahkan. Mainan yang sudah jadi dikirim ke departemen pengemasan,

dimana mainan dimasukkan ke dalam kotak.

Dengan mengetahui biaya per departemen untuk barang yang di dimasukkan dan

barang yang dikeluarkan di departemen tersebut memudahkan untuk mencari biaya per

unit dari setiap produk karena dalam sistem proses barang yang dihasilkan sama /

serupa.

Aliran Produk Secara Fisik

Suatu produk dapat berpindah di pabrik dengan tiga format alur fisik produksi. Tiga format alur

fisik produksi yang berkaitan dengan perhitungan biaya berdasarkan proses antara lain

adalah:

a) Aliran Produk Berurutan (Sequential Product Flow)

Akuntansi Biaya - KMP 2019 174


Yaitu proses produksi melalui usaha yang bersambungan/ berurutan secara terus-

menerus.

Contoh: perusahaan garmen/ konveksi.

b) Aliran Produk Paralel (Parallel Product Flow) Yaitu proses produksi melalui usaha

dimana bagian/ departemen perusahaan tertentu dikerjakan secara bersama-sama,

baru kemudian digabung dalam satu proses berikutnya.

Contoh: perusahaan perakitan

c) Aliran Produk Selektif (Selective Product Flow) Yaitu proses produksi melalui usaha

dimana produk suatu departemen mungkin ditransfer ke departemen yang berbeda,

tergantung pada hasil yang diinginkan. Contoh: proses pemotongan hewan.

Akuntansi untuk Biaya Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Overhead

Pada intinya penentuan biaya antara sistem pesanan dan sistem proses sama saja, mencari

total biaya yang digunakan untuk mencari biaya per unit. Namun bedanya dalam sistem

perhitungan biaya berdasarkan proses, biaya di bebankan di departemen (atau pusat biaya)

dan bukannya ke pesanan.

Bahan Baku

Ayat Jurnal Supreme Klaten Inc ketika ingin memasukkan bahan baku ke departemen

pertama:

Barang Dalam Proses – Departemen Pembentukan xxx

Bahan Baku xxx

Apabila bahan baku tersebut memasuki 2 departemen sekaligus maka ayat jurnal yang akan

ditulis :

Barang Dalam Proses – Departemen Pembentukan xxx

Akuntansi Biaya - KMP 2019 175


Barang Dalam Proses – Departemen Perakitan yyy

Bahan Baku xxx+yyy

Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja dibebankan pada departemen, bukan perorangan. Jurnal untuk mencatat

biaya tenaga kerja di Departemen Perakitan Supreme Klaten Inc, adalah:

Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan xxx

Utang upah dan gaji xxx

Biaya Overhead

Untuk biaya overhead sama seperti sistem pesanan, sistem proses juga memakai

predetermined overhead rate yang didapatkan dari total estimasi overhead dibagi dengan

estimasi alokasi dasar. Perlakuan untuk overstated dan understated akan dibahas di bab 12.

Barang Dalam Proses-Departemen Perakitan xxx

Overhead yang dibebankan xxx

Unit Ekuivalen

Masalah yang timbul dalam process costing adalah umumnya suatu departemen memiliki

persediaan akhir barang dalam proses. Oleh karena itu perlu dikonversi secara matematis

barang setengah jadi tersebut ke jumlah ekuivalen dari unit barang yang telah selesai. Unit

ekuivalen adalah jumlah unit selesai yang seharusnya diperoleh dari bahan dan usaha yang

digunakan untuk menghasilkan barang jadi.

Terdapat 2 metode dalam menentuka unit ekuivalen :

• Rata rata tertimbang (Weighted Average)

• FIFO

Metode Rata Rata Tertimbang

Akuntansi Biaya - KMP 2019 176


Metode yang menggabungkan unit dan biaya dari periode sekarang dengan unit dan biaya

periode sebelumnya

Unit ekuivalen produksi = Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya atau barang jadi +

Unit ekuivalen dalam persediaan akhir barang dalam proses

Contoh soal :

Departemen Pemotongan dan Penggilingan di Perusahaan Double Diamond. Departemen ini

menggunakan mesin yang berkomputer untuk membentuk inti kayu dan lembaran logam yang

akan digunakan sebagai kerangka sepatu ski. Aktivitas berikut terjadi di departemen tersebut

pada bulan Mei

Presentase penyelesaian

Unit Bahan Baku Konversi

Barang Dalam Proses 1 Mei 200 55% 30%

Jumlah unit yang masuk selama bulan Mei 5000

Unit yang diselesaikan selama bulan Mei 4800 100% 100%

dan dikirimkan ke departemen berikutnya

Barang dalam Proses, 31Mei 400 40%* 25%**

Jika kita menggunakan Rata Rata Tertimbang, tidak perlu melihat presentase

penyelesaian yang berada di persediaan awal.

*= bahwa dalam biaya produk tersbut hanya 40% dari unit persediaan akhir yang akan

dimasukkan sebagai biaya

**= bahwa dalam biaya produk tersbut hanya 25% dari unit persediaan akhir yang akan

dimasukkan sebagai biaya

Bahan Baku Konversi

Akuntansi Biaya - KMP 2019 177


Unit yang ditransfer ke departemen selanjutnya 4.800 4.800

Barang Dalam Proses, 31 Mei:

400 unit x 40% 160

400 unit x 25% 100

Unit ekuivalen produksi 4.960 4.900

Laporan Produksi

Merupakan dokumen pengendali dalam process costing.

• Tujuan: meringkas semua aktivitas yang dilakukan dan dimasukkan dalam BDP setiap

departemen untuk periode tertentu.

• Komponen laporan produksi:

o Skedul kuantitas yang menunjukkan aliran unit melalui departemen dan

perhitungan unit ekuivalen

o Perhitungan biaya per unit ekuivalen

o Rekonsiliasi seluruh biaya yang masuk dan keluar dari departemen selama

periode tertentu

Data Diamond

Departemen Pemotongan dan Penggilingan

Barang dalam proses, awal:

Unit yang masih dalam proses 200

Tingkat penyelesaian bahan 55%

Tingkat penyelesaian konversi 30%

Biaya persediaan awal:

Biaya bahan 9600

Biaya konversi 5575

Akuntansi Biaya - KMP 2019 178


Total biaya dalam proses 15175

Unit yang masuk ke produksi selama Mei 5000

Unit selesai & ditransfer ke dept. berikutnya 4800

Biaya ditambahkan ke produksi selama Mei

Biaya bahan 368600

Biaya konversi 350900

Total biaya ditambahkan ke dept. tersebut 719500

Barang dalam proses, akhir

Unit yang masih dalam proses 400

Tingkat penyelesaian bahan 40%

Tingkat penyelesaian konversi 25%

1. Laporan Skedul Kuantitas

Akuntansi Biaya - KMP 2019 179


*40% x400 unit =160 UE; **25%x400 unit =100 unit UE

2.

Skedul Kuantitas

Unit diperhitungkan untuk:

BDP, 1 Mei (55% bahan; 30% konversi) 200

Masuk ke produksi 5000

Total unit 5200

Unit ekuivalen

bahan Konversi

Unit produksi dihitung sbb:

Dikirimkan ke departemen berikutnya 4800 4800 4800

BDP, 31 Mei (40% bahan; 25%

konversi) 400 160* 100**

Total unit dan unit ekuivalen produksi 5200 4960 4900

Biaya per unit ekuivalen

Akuntansi Biaya - KMP 2019 180


3. Rekonsiliasi Biaya

Akuntansi Biaya - KMP 2019 181


AKSK
Siti Nur Khalimatissa’diyah (087705441001)

Minggu Ke-1 : Jenis Audit, Tujuan Audit, Laporan Audit, Standar Audit, Kode

Profesi

Pengertian auditing:

a. proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

b. tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi

c. yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen

d. untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksu

dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Pengertian akuntansi:

a. proses pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran

b. kejadian-kejadian ekonomi

c. dalam bentuk yang teratur dan logis

d. dengan tujuan menyajikan informasi keuangan

e. yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.

Akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan

keputusan, sedangkan dalam auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi kriteria

untuk membandingkan kesesuaian informasi.

Jenis audit:

1) Audit laporan keuangan, bertujuan menentukan apakah laporan keuangan

telah disajikan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2) Audit operasional, bertujuan untuk menelaah prosedur dan operasi suatu

organisasi untuk menilai efisiensi an efektifitasnya.

3) Audit ketaatan, bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee telah

mengikuti prosedur atau aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki

otoritas.

AKSK - KMP 2019 182


Jenis auditor:

1) Akuntan publik terdaftar (Certified Public Accountant), auditor yang

mempunyai tanggung jawab atas kinerja audit laporan keuangan bagi

semua perusahaan publik, perusahaan besar, perusahaan kecil, dan

perusahaan nirlaba.

2) Auditor pemerintah (General Accounting Office Auditors),yaitu auditor yang

mempunyai tanggung jawab mengevaluasi efisiensi, efektifitas, dan

keekonomisan dari program/proyek pemerintah. Contoh: BPK, BPKP, Itjen.

3) Auditor pajak (Internal Revenue Agents), yaitu auditor yang bertanggung

jawab melaksanakan pemeriksaan atas tercapainya penerimaan negara dari

sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan perpajakan.

Contoh: KPP dan KARIKPA dari DJP.

4) Auditor intern (Internal Auditor), yaitu auditor yang bekerja di suatu

perusahaan untuk melaksanakan audit bagi kepentingan manajemen

perusahaan. Contoh: unit SPI.

Mengapa Audit Dibutuhkan?

Untuk mengurangi risiko informasi antara pembuat laporan (manajemen)

dengan pengguna laporan (user). Semakin kompleksnya kondisi masyarakat

memungkinkan pengambil keputusan memperoleh informasi yang tidak dapat

dipercaya dan tidak dapat diandalkan.

Hal-hal yang menyebabkan risiko informasi:

a. hubungan yang tidak dekat antara pemberi dan penerima informasi.

b. sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi.

c. data yang berlebihan.

d. transaksi pertukaran yang kompleks.

Hal-hal yang dilakukan untuk menanggulangi risiko informasi:

1) verifikasi informasi oleh pengguna.

2) risiko ditanggung bersama antara pengguna dan pembuat.

AKSK - KMP 2019 183


3) audit atas laporan keuangan.

Syarat Akuntan Publik Terdaftar (Certified Public Accountant):

a. pesyaratan pendidikan: sarjana ekonomi jurusan akuntansi dari universitas

negeri yang telah mendapat persetujuan dari panitia ahli persamaan ijazah

akuntan.

b. ujian negara akuntansi untuk sarjana swasta atau negeri yang belum diakui.

c. ujian sertifikasi akuntan publik.

d. pernyataan pengalaman kerja pada KAP atau BPKP minimal 3 tahun.

Aktifitas KAP:

a. jasa atestasi: KAP mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan

kesimpulan atas keanalan peryataan tertulis yang telah dibuat dan

dipertanggungjawabkan oleh pihak lain. (audit laporan keuangan historis,

penelaahan laporan keuangan historis, jasa atestasi lainnya).

b. jasa perpajakan, perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan lainnya.

c. konsultasi manajemen.

d. jasa akuntansi dan pembukuan.

Struktur KAP:

1) rekan/partner

2) manajer

3) penyelia

4) senior

5) asisten

Setiap jenjang harus bekerja selama 2-3 tahun sebelum mencapai kedudukan

sebagai rekan. Tugas AICPA (American Institute of Certified Public Accountant)

atau IAI (Ikatan Akuntan Indonesia):

1. Penetapan standar dan aturan (Standar audit, Standar kompilasi dan

penelaahan laporan keuangan, Standar atestasi lainnya, Kode etik

profesi).

AKSK - KMP 2019 184


2. Penelitian dan publikasi (menghasilkan jurnal).

3. Pelaksanaan ujian sertifikasi akuntan publik.

4. Pendidikan lanjutan.

Standar Auditing yang Berlaku Umum (General Accepted Auditing

Standard) merupakan pedoman bagi auditor dalam melaksanakan tanggung

jawab profesionalnya.

• Standar umum (general standard)

1. Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai.

2. Independensi dalam sikap mental.

3. Kemahiran profesional yang cermat dan seksama.

• Standar Pekerjaan Lapangan (operasional standard)

1. Perencanaan dan supervisi audit.

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern.

3. Bukti audit yang cukup dan kompeten.

• Standar Pelaporan (reporting standard)

1. Peryataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

2. Pernyataan mengenai ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi

yang berlaku umum.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan

4. Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.

Pengendalian Mutu adalah prosedur yang digunakan KAP untuk membantu

menaati standar secara konsisten dalam setiap kontrak kerja yang mengikatnya.

• Sembilan elemen mutu pengendalian mutu menurut IAI:

1. Independensi

2. Penugasan para auditor

3. Konsultasi

4. Supervisi

5. Pengangkatan auditor

AKSK - KMP 2019 185


6. Pengembangan profesional

7. Promosi

8. Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan klien

9. Inspeksi

• Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh KAP (menurut AICPA dan IAI):

1. Taat pada standar pengendalian mutu.

2. Peer review dari KAP lain.

3. Pendidikan lanjutan.

4. Rotasi partner.

5. Review oleh partner lain.

6. Larangan pemberian atas jasa tertentu.

7. Pelaporan ketidaksepakatan.

8. Pelaporan atas jasa konsultasi.

Peer Review (review sejawat) atau review mutu merupakan tinjauan yang

dilakukan oleh akuntan publik terhadap sistem pengendalian mutu KAP lain.

Tujuannya adalah untuk menilai apakah KAP tersebut telah memiliki kebijakan dan

prosedur yang layak untuk melaksanakan sembilan elemen pengendalian mutu

dan apakah KAP tersebut telah melaksanakannya dengan baik.

LAPORAN AUDIT

Pembuatan laporan merupakan langkah terakhir dari keseluruhan proses

audit. Pelaporan harus dilakukan berdasar 4 standar pelaporan dan harus ada

keseragaman. Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar

dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.Lebih dari 90% laporan audit

menggunakan bentuk ini. Kondisi untuk laporan wajar tanpa pengecualian:

1) Semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, saldo laba, dan laporan

arus kas) sudah tercakup di dalam laporan keuangan.

2) Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.

AKSK - KMP 2019 186


3) Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah

melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk

menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.

4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf

penjelasan atau modifikasi katakata dalam laporan.

• Bagian-bagian dari laporan audit:

1) Judul laporan: harus memuat kata independen.

2) Alamat yang dituju laporan audit: kepada siapa laporan audit ditujukan.

3) Paragraf pendahuluan: menunjukkan bahwa KAP ybs telah melaksanakan

suatu audit, mencantumkan laporan keuangan yang diaudit termasuk tgl dan

periodenya, menyatakan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab

manajemen sedangkan tanggung jawab auditor adalah menyatakan suatu

pendapat atas laporan keuangan tersebut berdasarkan audit.

4) Paragraf lingkup audit: merupakan peryataan faktual mengenai apa yang

dilakukan dalam audit dan menyatakan bahwa audit dirancang untuk dapat

memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji

material.

5) Paragraf pendapat: merupakan opini auditor terhadap penyajian laporan

keuangan. Tanda tangan dan nama akuntan publik: menunjukkan nama

partner yang akan bertanggung jawab secara hukum dan jabatan atas mutu

audit menurut standar profesional.

6) Tanggal laporan audit: tanggal saat auditor telah menyelesaikan bagian

terpenting dari proses audit di lapangan.

• Kondisi yang menyebabkan pengecualian dari laporan audit standar:

a. Laporan yang menyimpang dari laporan wajar tanpa pengecualian,

disebabkan oleh:

- Pembatasan lingkup audit.

- Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

AKSK - KMP 2019 187


- Auditor tidak independen.

b. Laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau

modifikasi kata/kalimat.

• Jenis-jenis laporan audit dan kesimpulan auditor:

1) Wajar tanpa pengecualian (Unqualified):auditor menyimpulkan bahwa laporan

keuangan disajikan secara wajar.

2) Wajar dengan pengecualian (Qualified):auditor menyimpulkan bahwa laporan

keuangan disajikan secara wajar, kecuali untuk pos tertentu.

3) Tidak wajar (Adverse): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak

disajikan secara wajar.

4) Tidak memberikan pendapat (Disclaimer):auditor tidak menyimpulkan apakah

laporan keuangan disajikan secara wajar.

Materialitas adalah faktor penting dalam mempertimbangkan jenis laporan

yang tepat untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Suatu salah saji dalam laporan

keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji tersebut dapat

mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional.

• Tiga tingkatan materialitas:

1) Jumlahnya tidak material.

2) Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara

keseluruhan.

Tingkat Materialitas Pengaruh terhadap Keputusan yang Jenis Pendapat

Diambil

Tidak material Keputusan biasanya tidak terpengaruh. Wajar tanpa pengecualian

Material Keputusan biasanya terpengaruh jika Wajar dengan pengecualian

informasi penting terhadap keputusan

AKSK - KMP 2019 188


yang akan diambil. Laporan keuangan

keseluruhan dianggap disajikan secara

wajar.

Sangat material Sebagian besar dari seluruh keputusan Pernyataan tidak memberi

yang didasarkan pada laporan keuangan pendapat atau pendapat tidak

akan sangat terpengaruh. wajar

3) Jumlahnya sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga

kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan.

• Hal-hal yang dipertimbangkan untuk menentukan materialitas:

1) jumlah rupiah dibandingkan dengan tolak ukur tertentu dalam bentuk

prosentase.

2) daya ukur, ada tidaknya pengaruh dalam pengambilan keputusan.

3) hakikat kesalahan, dapat mempengaruhi laporan keuangan dan pendapat

auditor . misal: transaksi melanggar hukum, sesuatu yang menimbulkan

konsekuensi penting terhadap kewajiban kontrak.

ETIKA PROFESI

Etika adalah perangkat prinsip moral atau nilai. Perangkat nilai tersebut

antara lain: kejujuran, integritas, mematuhi janji, loyalitas, keadilan, kepeulian

kepaa orang lain, menghargai orang lain, menjadi warga yang bertanggung jawab,

mencapai yang terbaik, ketanggunggugatan. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang

berbeda dari yang harus dilakukan.

• Alasannya:

1) standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum.

2) seseorang memilih bertindak semaunya.

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai

perilaku yang layak harus dibuat.

• Rasionalisasi yang biasa digunakan dalam perilaku tidak beretika:

1) semua orang melakukannya.

AKSK - KMP 2019 189


2) jika itu legal, maka itu beretika.

3) kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya.

• Kerangka formal untuk memecahkan dilema etika:

1. mendapatkan fakta-fakta yang relevan.

2. menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.

3. menentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok dipengaruhi oleh

dilema.

4. menentukan alternatif yang tersedia bagi orang yang harus memecahkan

dilema.

5. menentukan konsekuensi yang mungkin dari setiap alternatif.

6. menetapkan tindakan yang tepat.

Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap

profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang

diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Cara akuntan

publik mewujudkan perilaku profesional antara lain dengan adanya pernyataan

standar auditing yang berlaku umum, pengendalian mutu, peer review, BAPEPAM,

pembentukan divisi dalam kantor akuntan publik, dan pendidikan profesi

berkelanjutan, serta Kode Etik Akuntan Indonesia yang ditetapkan oleh IAI.

➢ Kode Perilaku Akuntan Indonesia

Cara untuk mendorong para akuntan publik agar berperilaku benar untuk

melaksanakan audit dan jasa-jasa yang berkaitan dengan profesinya dengan

standar mutu yang tinggi yaitu dengan menetapkan kode perilaku profesional,

yaitu ketentuan umum mengenai perilaku yang ideal atau peraturan khusus yang

menguraikan berbagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Menurut AICPA, kode

perilaku profesional terdiri dari:

1) Prinsip-prinsip, yaitu standar ideal dari perilaku etis yang dapat dicapai dalam

terminologi filosofi. Terdiri dari: tanggung jawab, kepentingan masyarakat,

integritas, objektivitas & independensi, keseksamaan, lingkup & sifat jasa.

AKSK - KMP 2019 190


2) Peraturan perilaku, standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai

peraturan khusus dan merupakan keharusan.

3) Interpretasi,bukan merupakan keharusan, namun harus dipahami.

4) Ketetapan etika, penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan peraturan perilaku yang iajukan oleh para praktisi dan

lainnya yang tertarik paa persyaratan etika. Bukan merupakan keharusan,

namun harus dipahami.

➢ Pernyataan Etika Profesi

Komite kode etik IAI telah merumuskan enam pernyataan etika profesi yang

disahkan kongres IAI bulan September 1994 berdasarkan kesepakatan komite yang

beranggotakan unsur-unsur akuntan publik, akuntan manajemen, akuntan

pemerintah, dan akuntan pendidik. Pernyataan tersebut antara lain:

1) integritas, objektivitas, dan independensi.

2) kecakapan profesional.

3) pengungkapan informasi rahasia klien dalam hubungannya dengan informasi

rahasia klien.

4) iklan bagi kantor akuntan publik.

5) komunikasi antar akuntan publik.

6) perpindahan staf/partner dari satu kantor akuntan ke kantor akuntan lain.

Independensi Adalah cara pandang yang tidak memihak dalam pelaksanaan

pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit.

Macam independensi:

1. independensi dalam kenyataan (independence in fact), bila dalam

kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak

sepanjang pelaksanaan auditnya.

2. independensi dalam penampilan (independence in appearence), adalah hasil

interpretasi pihak lain mengenai independensi ini.

Benturan independensi:

AKSK - KMP 2019 191


1. Hubungan keuangan dengan klien: partner atau pemegang saham kontra

nonpartner atau nonpemegang saham, kepentingan keuangan langsung dan

tidak langsung, material dan tidak material.

2. Masalah kepentingan keuangan yang terkait: mantan praktisi, prosedur

peminjaman, kepentingan keuangan pada hubungan keluarga, hubungan

investor dengan klien, peran ganda akuntan public sekaligus sebagai

komisaris, direksi, manajemen, atau pegawai perusahaan.

3. Litigasi antara KAP dengan klien: jika terdapat tuntutan hukum atau maksu

untuk mengadakan tuntutan hukum antara KAP dengan kliennya, maka

kemampuan KAP tersebut dan kliennya untuk tetap obyektif diragukan.

4. Jasa pembukuan dan audit unruk klien yang sama.

5. Penugasan dan pembayaran imbal jasa audit oleh manajemen: sebaiknya

digunakan auditor pemerintah atau yang ditunjuk oleh pemerintah.

Upaya memelihara independensi:

1. Kewajiban hukum: hukuman dijatuhkan pengadilan jika seorang akuntan

publik tiak independen dan berat akibatnya, termasuk tindakan kriminal.

2. Dinyatakan dalam peraturan (peraturan 101 di US, interpretasi dan ketentuan

yang ada membatasi akuntan publik dalam hal hubungan keuangan dan

bisnisnya dengan klien.

3. Standar auditing yang berlaku umum (standar umum kedua).

4. Standar pengendalian mutu: KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur

guna memberikan jaminan bahwa semua pegawainya independen.

5. Pendivisian perusahaan.

6. Komite audit: yaitu sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang

bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan

independensinya dari manjemen.

7. Komunikasi dengan auditor pendahulu.

8. Menjajagi pendapat mengenai penerapan prinsip akuntansi.

9. Pengesahan auditor oleh pemegang saham.

AKSK - KMP 2019 192


Integritas dan Objektivitas Dengan integritas, auditor akan bertindak jujur, tegas,

tanpa pretensi. Dengan objektivitas, auditor akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi

tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.

➢ Standar-Standar Teknis

Setiap anggota AICPA harus menaati standar-standar yang diatur dalam

peraturan 201-203,antara lain:

a. Standar Umum (peraturan 201), meliputi: kompetensi profesional,

kemahiran profesional, perencanaan dan pengawasan, data relevan yang

mencukupi.

b. Ketaatan pada standar (peraturan 202), anggota yang melaksanakan audit,

review, kompilasi, bantuan manajemen, perpajakan, atau jasa profesional

lainnya harus taat pada standar yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang

ditetapkan oleh dewan.

c. Prinsip akuntansi (peraturan 203), anggota tiak dibenarkan menyatakan

laporan keuangan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi yang berlaku

umum atau menyatakan tidak mengetahui modifikasi yang material terhadap

laporan keuangan jika laporan keuangan tersebut menyimpang dari prinsip

akuntansi yang ditetapkan oleh badan perumus yang ditunjuk oleh dewan

untuk menyusun prinsip yang mempunyai dampak material terhadap

keseluruhan laporan.

Kerahasiaan Anggota dalam praktik publik tidak dibenarkan mengungkapkan semua

informasi rahasia klien tanpa izin khusus klien, kecuali:

a. Kewajiban sehubungan dengan standar teknis: 3 bulan setelah laporan

audit wajar tanpa pengecualian dikeluarkan, auditor menemukan bahwa

laporan keuangan bersangkutan salah saji secara material.

b. Dakwaan pengadilan.

c. Peer review.

d. Tanggapan kepada divisi etik.

AKSK - KMP 2019 193


Imbal Jasa Bersyarat Anggota dalam praktik tidak boleh membuat imbal jasa

bersyarat untuk setiap jasa profesional atau menerima ongkos dari klien yang anggota

atau perusahaannya juga melakukan:

1) audit atau review laporan keuangan.

2) kompilasi laporan keuangan.

3) pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.

Tidakan yang Mendatangkan Aib Anggota tidak akan melakukan tindakan yang

mendatangkan aib bagi profesinya, seperti:

1. menahan catatan klien setelah mereka meminta.

2. diskriminasi ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, umur, ataupun asal

kebangsaan.

3. jika melakukan audit atas badan pemerintah yang memerlukan prosedur audit

yang berbeda dari standar auditing yang berlaku umum.

Periklanan dan Penawaran Anggota tidak dibenarkan untuk mencari klien dengan

memasang iklan atau mengajukan penawaran lainnya yang bersifat mendustai,

menyesatkan, atau menipu. Penawaran yang menggunakan pemaksaan, desakan

yang berlebihan, atau hasutan dilarang oleh etika perilaku.

Komisi dan Imbal Jasa Perujukan/Referral Fees Anggota dalam praktik publik tidak

diperkenankan merekomendasikan atau mereferensi produk jasa pihak lain bagi klien

demi untuk memperoleh komisi, atau merekomendasikan produk atau jasa yang

disediakan oleh klien demi memperoleh komisi.

Bentuk dan Nama Praktik Anggota apat membuka praktik akuntansi publik hanya

dalam bentuk perusahaan perorangan, persekutuan, atau perseroan profesional

yang ciri-cirinya sesuai dengan ketentuan dewan. Anggota tiak diperkenankan

membuka praktik akuntan publik dengan nama yang menyesatkan. Anggota tidak

boleh menyebut dirinya sebagai anggota AICPA kecuali kalau semua partner atau

pemegang sahamnya anggota ari lembaga tersebut.

TUJUAN AUDIT

AKSK - KMP 2019 194


Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah

untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

• Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:

1) Laporan keuangan

2) Siklus laporan keuangan

3) asersi manajemen atas akun-akun

4) tujuan umum audit untuk golongan transaksi dan saldo akun

5) tujuan spesifik audit untuk golongan transaksi dan saldo akun

• Tanggung jawab manajemen: menentukan kebijakan akuntansi yang sehat,

menjalankan sistem pengendalian intern yang baik, membuat penyajian yang

wajar dalam laporan keuangan.

• Tanggung jawab auditor: melakukan verifikasi atas laporan keuangan,

menemukan kekeliruan,ketidakberesan, dan unsur pelanggaran hukum yang

material.

✓ Kekeliruan (errors): salah saji yang tidak disengaja.

✓ Ketidakberesan (irregularities): salah saji yang disengaja.

✓ Kecurangan manajemen dapat berupa: penghilangan transaksi atau

pengungkapan, penghilangan angka, atau salah saji angka yang dicatat.

• Kecurangan manajemen sulit diungkapkan karena:

1) ada kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen

mengabaikan pengendalian intern.

2) adanya usaha manajemen untuk menyembunyikan salah saji tersebut.

✓ Kecurangan pegawai dapat berupa: persekongkolan beberapa karyawan

yang menyangkut pemalsuan dokumen.

Unsur pelanggaran hukum (PSA 31/SA37): pelanggaran hukum atau peraturan

perundangundangan selain ketidakberesan. Contoh:

1) pelanggaran terhadap undang-undang pajak.

AKSK - KMP 2019 195


2) pelanggaran terhadap undang-undang lingkungan hidup.

Audit dilakukan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen atau

komponen yang lebih kecil, untuk memudahkan pelaksanaan audit dan membantu

pembagian tugas kepada anggota tim audit. Cara lebih umum dalam segmentasi audit

adalah pendekatan siklus, yaitu menempatkan jenis-jenis transaksi dan saldo akun

yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya dalam segmen yang sama,

kemudian mengaitkan siklus-siklus tersebut.

Auditor melakukan audit sesuai dengan pendekatan siklus dengan melaksanakan

pengujian audit atas transaksi yang membentuk saldo akhir dan juga melaksanakan

pengujian audit atas saldo akun itu sendiri. Cara yang paling efisien untuk melakukan

audit adalah mendapatkan keyakinan gabungan untuk setiap golongan transaksi dan

saldo akhir dari akun terkait. Untuk jenis transaksi tertentu, terdapat beberapa tujuan

audit yang harus dipenuhi sebelum auditor menyimpulkan bahwa jumlah total telah

disajikan secara wajar (tujuan audit berkait-transaksi/transaction-related audit

objectives) Dan terdapat beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi untuk setiap

saldo akun (tujuan audit berkaitsaldo/balance-related audit objectives).

Asersi Manajemen Adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan

jelas oleh manajemen mengenai jenis transaksi dan akun terkait dalam laporan

keuangan.

PSA 07 (SA 326) menggolongkan lima kategori asersi:

1) Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian. berkaitan dengan apakah

aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benarbenar ada

pada tanggal neraca serta apakah pendapatan dan beban yang tercantum

dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama periode akuntansi.

2) Asersi mengenai kelengkapan apakah semua transaksi dan akun yang

seharusnya ada dalam laporan keuangan dimasukkan. Asersi kelengkapan

berlawanan dengan asersi eksistensi (keberadaan) atau keterjadian. Asersi

kelengkapan berkaitan dengan kemungkinan hilangnya hal-hal yang harus

dicantumkan alam laporan keuangan, sedangkan asersi eksistensi atau

AKSK - KMP 2019 196


keterjadian berkaitan dengan penyebutan angka yang seharusnya tidak

dimasukkan.

3) Asersi mengenai hak dan kewajiban. Berhubungan dengan apakah aktiva

memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban

perusahaan pada tanggal tertentu.

4) Asersi mengenai penilaian dan alokasi. Menyangkut masalah apakah aktiva,

kewajiban, ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam

laporan keuangan dengan angka-angka yang wajar.

5) Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan. Menyangkut masalah

apakah komponen-komponen dalam laporan keuangan diklasifikasikan,

dijelaskan, dan diungkapkan dengan sepantasnya.

Tujuan audit umum berkait-transaksi Berfungsi sebagai kerangka kerja bagi auditor

dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup dibutuhkan oleh standar

pekerjaan lapangan ketiga dan memutuskan bahan bukti yang pantas untuk

dikumpulkan sesuai dengan penugasan.

• Enam tujuan audit umum berkait-transaksi:

1) Eksistensi-transaksi yang tercatat memang eksis.

2) Kelengkapan-transaksi yang ada telah dicatat semuanya.

3) Akurasi-transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar.

4) Klasifikasi-transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan

tepat.

5) Saat pencatatan-transaksi dicatat pada tanggal yang benar.

6) Posting pengikhtisaran-transaksi yang tercatat secara tepat dimasukkan

dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.

Tujuan audit spesifik berkait-transaksi Yaitu penerapan tujuan audit umum berkait-

transaksi ke setiap jenis golongan transaksi yang material dalam audit, seperti

penjualan, penerimaan kas, perolehan barang dan jasa, penggajian, dsb.

AKSK - KMP 2019 197


Tujuan audit umum berkait-saldo Tujuan ini mengikuti asersi manajemen dan

memberikan kerangka kerja untuk membantu auditor mengumpulkan bahan bukti

kompeten yang cukup. Sembilan tujuan audit umum berkait-saldo:

1) Eksistensi: angka-angka yang dicantumkan memang eksis.

2) Kelengkapan: angka-angka yang ada telah dimasukkan seluruhnya.

3) Akurasi: jumlah yang ada disajikan pada jumlah yang benar.

4) Klasifikasi: angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan

dengan tepat.

5) Pisah batas: transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat

dalam periode yang tepat.

6) Kecocokkan rincian: rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka

buku besar tambahan, dijumlah ke bawah benar dalam saldo akun, dan sesuai

dengan jumlah dalam buku besar.

7) Nilai realisasi: aktiva dinyatakan pada jumlah yang diestimasi dapat direalisasi.

8) Hak dan kewajiban: aktiva harus dipunyai sebelum dapat dicantumkan dalam

laporan keuangan, dan kewajiban harus sudah menjadi milik entitas.

9) Penyajian dan pengungkapan: saldo akun dan persyaratan pengungkapan

yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan keuangan.

Tujuan audit spesifik berkait-saldo Setelah tujuan audit umum berkait-saldo

dipahami, perlu dikembangkan tujuan audit spesifik berkaitsaldo.

Tujuan audit berkait-saldo Tujuan audit berkait transaksi

Diterapkan pada saldo akun, yaitu saldo Diterapkan pada jenis atau golongan

akhir di akunakun neraca seperti transaksi.

piutang usaha, persediaan,

hutang wesel.

Terdapat 6 tujuan audit berkait- Terdapat 9 tujuan audit berkait-saldo.

transaksi.

AKSK - KMP 2019 198


Bagaimana Tujuan Audit Dicapai? Pada saat auditor memutuskan tujuan

spesifik audit untuk setiap komponen dalam laporan keuangan, proses pengumpulan

bahan bukti dapat dimulai

Minggu Ke – 2 : Materialitas, Risiko, Bukti Audit, Internal Control

Pengertian Bahan Bukti: Informasi yang digunakan auditor untuk menentukan

apakah informasi kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Cakupan Bahan Bukti:

1) Bahan bukti mencakup informasi yang meyakinkan seperti perhitungan auditor

atas efek-efek (marketable securities)

2) Informasi yang kurang meyakinkan seperti jawaban pegawai perusahaan atas

pertanyaan yang diajukan.

Keputusan Bahan Bukti Audit: Keputusan utama yang dihadapi auditor adalah

penentuan jenis dan jumlah bahan bukti yang memadai yang harus dikumpulkan

untuk memastikan bahwa komponen laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan

telah disajikan dengan wajar. Keputusan auditor dlm pengumpulan bahan bukti:

1) Prosedur audit yang digunakan.

2) Besarnya sampel.

3) Pos/unsur yang dipilih dari populasi.

4) Waktu pelaksanaan prosedur.

Gambaran rinci atas hasil dari keempat keputusan disebut program audit, yang berisi

daftar dari prosedur audit.

Bahan Bukti yang Menyimpulkanmemenuhi empat faktor:

1) Relevansi, harus berkaitan dengan tujuan audit.

2) Kompetensi/keandalan, derajat dapat dipercayanya suatu bahan bukti. Dapat

dicapai dengan: independensi penyedia data, efektivitas struktur

pengendalian intern, pengetahuan auditor, kualifikasi penyedia informasi,

tingkat obyektifitas.

3) Kecukupan, besar sampel dan pos yang diuji.

AKSK - KMP 2019 199


4) Ketepatan waktu, periode audit.

Bahan bukti yang menyimpulkan dapat dievaluasi hanya setelah mempertimbangkan

gabungan dari relevansi, kompetensi, kecukupan, dan tepat waktu.

• Jenis Bahan Bukti Audit:

1) pemeriksaan fisik.

2) Konfirmasi.

3) Dokumentasi.

4) Pengamatan.

5) Tanya jawab dengan klien.

6) Pelaksanaan ulang (reperformance).

7) Prosedur analitis.

Efektifitas struktur pengendalian intern klien mempunyai pengaruh yang besar

pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti. Jenis bahan bukti tertentu jarang

mencukupi sendirian untuk memberikan

• Istilah yang dipakai dalam Prosedur Audit:

1) Periksa/examine: dokumentasi

2) Telaah sekilas/scan: prosedur analitis

3) Baca/read: dokumentasi

4) Hitung/compute: prosedur analitis

5) Hitung ulang/recompute: pelaksanaan ulang

6) Hitung penjumlahan ke bawah/foot: pelaksanaan ulang

Pengertian Prosedur Analitis (PSA 22/SA 329) Yaitu evaluasi atas informasi

keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan

dan non keuangan ... meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan

ekspektasi auditor.

• Tujuan Prosedur Analitis:

1) memahami bidang usaha klien.

2) penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

AKSK - KMP 2019 200


3) indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.

4) mengurangi pengujian audit yang terinci.

• Saat Pelaksanaan Prosedur Analitis:

1) pada tahap perencanaan: membantu auditor mengidentifikasi hal-hal penting

yang membutuhkan pertimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan.

2) Selama tahap pengujian: bersama-sama dengan prosedur lainnya.

3) Pada tahap penyelesaian audit: sebagai penelaahan akhir untuk menemukan

salah saji masalah keuangan yang material dan membantu auditor

mengambil pandangan obyektif terakhir atas laporan keuangan yang telah

diaudit.

• Jenis Prosedur Analitis:

1) membandingkan data klien dengan industri (horisontal).

2) membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode

sebelumnya (vertikal).

a. Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu.

b. Membandingkan rincian total saldo dengan rincian serupa pada tahun

sebelumnya.

c. Membandingkan rasio dan hubungan persentase dengan tahun

sebelumnya.

3) membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien.

4) membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.

5) membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data

nonkeuangan.

• Prosedur analitis yang dilakukan oleh auditor seringkali mencakup

pemanfaatan rasio keuangan yang lazim selama perencanaan dan

penelaahan akhir laporan keuangan yang diaudit.

1. Kemampuan Melunasi Utang Jangka Pendek.

a. Rasio Lancar (current ratio) = aktiva lancer / kewajiban lancer

b. Quick ratio = kas + efek-efek + piutang usaha bersih / kewajiban lancer

c. Rasio kas = kas + efek-efek / kewajiban lancer

AKSK - KMP 2019 201


2. Likuiditas Jangka Pendek.

a. Perputaran piutang usaha rata-rata (Average A/R turnover) = penjualan

bersih / piutang usaha kotor rata-rata

b. Jumlah hari rata-rata penagihan (Average days to collect) = piutang

usaha kotor rata-rata x 360 / penjualan bersih

c. Perputaran persediaan rata-rata (Average inventory turnover) = harga

pokok penjualan / persediaan rata-rata

d. Jumlah hari rata-rata penjualan (Average days to sell) = persediaan

rata-rata x 360 / harga pokok penjualan

e. Jumlah hari rata-rata untuk mengkonversi persediaan menjadi uang

tunai = Jumlah hari rata-rata penjualan + Jumlah hari rata-rata

penagihan

3. Kemampuam Memenuhi Kewajiban Pinjaman Jangka Panjang dan Dividen

Preferen.

a. Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to equity ratio) = total kewajiban /

total ekuitas

b. Rasio aktiva berwujud bersih terhadap ekuitas = total ekuitas – aktiva

tak berwujud / total ekuitas

c. Kemampuan membayar bunga (Time interest earned) = laba operasi

/ beban bunga

d. Kemampuan menbayar bunga dan dividen preferen (Time interest and

prefered dividends earned) = laba operasi / (beban bunga + (dividen

preferen/1 – tarif pajak))

4. Rasio Operasi dan Kinerja.

a. Rasio efisiensi = penjualan bersih / aktiva operasi berwujud

b. Rasio marjin laba = laba bersih / penjualan bersih

c. Rasio prifitabilitas = laba operasi / aktiva operasi berwujud

d. Rasio hasil pengembalian atas total aktiva = (laba sebelum pajak + pajak

)/ Total aktiva

AKSK - KMP 2019 202


e. Rasio hasil pengembalian ekuitas biasa (Return on stockholders equity) =

laba sebelum pajak- (dividen preferen/1 – tarif pajak) / ekuitas biasa

f. Rasio pengungkit (dihitung terpisah untuk setiap sumber modal selain

modal dasar, seperti utang jangka pendek, utang jangka panjang, pajak

yang ditangguhkan) = (RTA x jumlah sumber) – biaya arus sumber /

ekuitas biaya

g. Nilai buku per saham biasa = ekuitas biasa / saham biasa

Pengertian

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penetapan laporan auditor yang

layak. FASB No. 2 mendefinisikan materialitas sebagai: jumlah atau besarnya

kekeliruan salah saji dalam informasi akuntansi yang mungkin akan membuat

pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau

terpengaruh oleh salah saji tersebut.

Tujuan Penetapan Materialitas Untuk membantu auditor merencanakan

pengumpulan bahan bukti yang cukup.

• Faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Jumlah Materialitas:

1) Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolut salah saji dalam

jumlah: salah saji dalam jumlah tertentu dianggap material oleh perusahaan

kecil tapi tidak material bagi perusahaan besar.

2) Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas, misal laba

sebelum pajak.

3) Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas: beberapa salah saji

tertentu akan lebih penting daripada yang lain, walaupun jumlahnya sama.

Misal: salah saji yang disengaja dalam persediaan akan dianggap lebih

penting dari kekeliruan klerikal walaupun jumlahnya sama.

• Langkah-langkah Penetapan Materialitas

1) Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas, yaitu jumlah maksimum

suatu salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak

mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai.

AKSK - KMP 2019 203


2) Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam segmen

3) Estimasikan total salah saji dalam segmen

4) Estimasikan salah saji gabungan

5) Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai

materialitas

Pengertian Risiko Adalah suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan

audit. Model Risiko Audit Digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam

menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.

Rumusnya:

AAR
PDR = IR x CR

PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk), adalah risiko

bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji

yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, apabila salah saji semacam itu timbul.

AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk), adalah ukuran

ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara

material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah

diberikan.

IR = Risiko bawaan (Inherent Risk), adalah penetapan auditor akan kemungkinan

adanya salah saji alam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum

memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern. Risiko bawaan merupakan

faktor kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material, dengan

asumsi tidak ada pengendalian intern.

CR = Risiko pengendalian (Control Risk),adalah ukuran penetapan auditor akan

kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas

toleransi,yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien.

Risiko usaha adalah tingkat risiko bahwa KAP akan menderita kerugian yang

diakibatkan oleh hubungannya dengan klien, walaupun laporan keuangan yang

diberikan suah pantas. Apabila pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada

AKSK - KMP 2019 204


laporan keuangan, risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang dapat dijadikan petunjuk

tingkat ketergantungan pemakai pada suatu laporan keuangan:

1) ukuran perusahaan klien

2) distribusi kepemilikan

3) jamlah dan sifat kewajiban perusahaan

Risiko Bawaan Adalah perkiraan salah saji sebelum mempertimbangkan pengaruh

pengendalian intern. Risiko bawaan berbanding terbalik dengan risiko penemuan,

berbanding lurus dengan bahan bukti.

• Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan:

1) sifat bidang usaha klien

2) integritas manajemen

3) motivasi klien

4) hasil audit sebelumnya

5) penugasan pertama atau penugasan ulang

6) hubungan istimewa

7) transaksi tidak rutin

8) pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi

secara benar

9) kerentanan terhadap kecurangan

10) unsur-unsur populasi

INTERNAL CONTROL

Sistem terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang

dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan

sasaran yang penting bagi satuan usaha dapat dicapai. Kebijakan atau prosedur ini

sering disebut pengendalian, dan bersama-sama membentuk struktur pengendalian

intern suatu satuan usaha. Sistem pengendalian harus cost beneficial. Dalam

perancangan sistem pengendalian, dibutuhkan kepentingan yang sama antara

manajemen dengan auditor.

AKSK - KMP 2019 205


• Kepentingan klien dalam merancang struktur pengendalian intern yang efektif:

1) Keandalan laporan keuangan.

2) Mendorong efisiensi dan efektifitas operasional.

3) Ketaatan pada hukum dan peraturan.

• Kepentingan auditor:

1) Keandalan laporan keuangan.

2) Penekanan pada pengendalian atas golongan transaksi.

Konsep dasar yang mendasari penilaian atas struktur pengendalian intern dan

penetapan risiko pengendalian:

1) Tanggung jawab manajemen: yaitu menetapkan dan melakukan

pengendalian satuan usaha tersebut, konsisten dengan tanggung jawab

manajemen dalam menyajikan laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi

yang berlaku umum.

2) Keyakinan memadai: perusahaan mengembangkan struktur pengendalian

intern yang memberikan keyakinan memadai, bukan absolut bahwa laporan

keuangan disajikan wajar.

3) Keterbatasan bawaan: struktur pengendalian intern tidak dapat dikatakan

sangat efektif, walaupun disertai kehati-hatian dalam perancangan dan

implementasinya, masih tergantung pada kompetensi dan ketergantungan

orang yang menggunakannya.

• Elemen Struktur Pengendalian:

1) Lingkungan pengendalian. Terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur

yang mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan

komisaris, dan pemilik suatu satuan usaha terhadap pengendalian dan

pentingnya terhadap satuan usaha tersebut. Subelemen yang harus

dipertimbangkan oleh auditor antara lain:

a) Integritas dan nilai-nilai etika.

b) Komitmen terhadap kompetensi.

c) Falsafah manajemen dan gaya operasi.

d) Struktur organisasi.

AKSK - KMP 2019 206


e) Dewan komisaris atau komite audit.

f) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab.

g) Kebijakan dan prosedur kepegawaian.

2) Penetapan risiko manajemen.

3) Sistem informasi dan komunikasi akuntansi.

4) Aktifitas pengendalian.

5) Pemantauan.

Penetapan Risiko oleh Manajemen Adalah identifikasi dan analisis oleh manajemen

atas risiko-risiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan yang sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Manajemen menetapkan risiko

sebagai bagian dari perancangan dan pengoperasian struktur pengendalian intern

untuk meminimalkan salah sajian ketidakberesan. Auditor menetapkan risiko untuk

memutuskan bahan bukti yang dibutuhkan dalam audit. Jika manajemen secara

efektif menilai dan bereaksi terhadap risiko, auditor mengumpulkan lebih sedikit bahan

bukti dibandingkan jika manajemen tidak dapat mengidentifikasi atau bereaksi

terhadap risiko yang signifikan.

Sistem Akuntansi Digunakan untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,

mengklasifikasikan, menganalisa, mencatat, dan melaporkan transaksi suatu satuan

usaha, dan untuk mengelola akuntabilitas atas aktiva terkait.

Prosedur Pengendalian

1) Pemisahan tugas yang cukup.

Pedoman umum pemisahan tugas untuk mencegah salah saji:

a) Pemisahan pemegang (costody) aktiva dari akuntansi.

b) Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang bersangkutan.

c) Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pembukuan.

d) Pemisahan tugas dalam PDE antara analis sistem, programmer, operator

komputer, pustakawan, dan kelompok pengendali data.

2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas.

AKSK - KMP 2019 207


Jenis otorisasi:

a) Otorisasi umum: manajemen menyusun kebijakan bagi organisasi untuk

ditaati. Contoh: penerbitan daftar harga pasti untuk penjualan barang.

b) Otorisasi khusus: dilakukan terhadap transaksi inividual. Contoh: otorisasi

tramsaksi oleh manajer penjualan atas mobil perusahaan yang telah dipakai.

Otorisasi (authorization) adalah keputusan tentang kebijakan baik untuk transaksi

yang bersifat umum maupun khusus. Persetujuan (approval) adalah implementasi

dari keputusan otorisasi umum manajemen.

3) Dokumen dan catatan yang memadai.

Adalah obyek fisik dengan mana transaksi dimasukkan dan diikhtisarkan,

berfungsi sebagai penghantar informasi ke seluruh bagian organisasi klien

dan antara organisasi yang berbeda. Contoh: faktur penjualan, permintaan

pembelian, buku tambahan, jurnal penjualan, kartu absen. Prinsip-prinsip

relevan dalam membuat rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan

yang pantas:

a) Berseri dan prenumbered.

b) Disiapkan pada saat terjadi transaksi, atau segera sesudahnya.

c) Cukup sederhana.

d) Dirancang sedapat mungkin untuk multiguna, shg meminimalkan bentuk yang

berbeda-beda.

e) Dirancang dalam bentuk yang mendorong penyajian yang benar.

4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.

Perlindungan untuk mengamankan aktiva dan catatan yang paling utama

adalah dengan tindakan pencegahan secara fisik.

• Pengendalian berkenaan dengan berkas data PDE:

a) pengendalian fisik (physical control).

b) pengenalian akses (access control).

c) prosedur cadangan dan pemulihan (backup and recovery procedure).

AKSK - KMP 2019 208


5) Pengecekkan independen atas pelaksanaan. Yaitu penelaahan yang hati-hati

dan berkesinambungan atas keempat proseur yang lain. Cara yang paling

murah dilakukan dengan pemisahan tugas.

Pemantauan Pemantauan berkaitan dengan penilaian efektifitas rancangan dan

operasi struktur pengendalian intern secara periodik dan terus menerus oleh

manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah

diperbaiki sesuai dengan keadaan. Fungsi audit intern perlu dibuat dalam suatu

satuan usaha untuk memantau efektifitas kebijakan dan prosedur lain yang berkaitan

dengan pengendalian. Sifat struktur pengendalian intern dan pengendalian spesifik

dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran perusahaan.

PSA 23 (SA 319) menghendaki auditor untuk memperoleh pemahaman terhadap

struktur pengendalian intern klien dalam setiap audit, untuk merencanakan

pemeriksaan yang memadai.

1) Auditability: mendapat informasi yang cukup mengenai integritas manajemen

serta sifat dan luas catatan akuntansi.

2) Potensi salah saji yang material: mengidentifikasi jenis-jenis kekeliruan dan

ketidakberesan yang potensial serta menetapkan risiko.

3) Risiko penemuan: menetapkan risiko pengendalian bagi setiap tujuan

pengendalian, yang selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang

direncanakan.

4) Perancangan pengujian: informasi yang diperoleh digunakan untuk

merancang pengujian terinci atas transaksi maupun saldo, prosedur analitis,

pengujian substantif.

• Untuk memahami elemen struktur pengendalian intern, auditor harus

mempertimbangkan 2 aspek:

1) Rancangan berbagai kebijakan dan prosedur dalam masing-masing elemen

struktur pengendalian.

2) Memastikan bahwa elemen-elemen tersebut telah ditempatkan alam operasi.

Penetapan dan Keputusan

AKSK - KMP 2019 209


Setelah memahami struktur pengendalian intern, dilakukan penetapan khusus:

1) Menetapkan apakah laporan keuangan dapat diaudit.

2) Menetapkan tingkat risiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang

diperoleh.

3) Menetapkan apakah diharapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah

dapat didukung.

4) Memutuskan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang pantas untuk

digunakan.

Pengujian atas Pengendalian (Test of Control) Yaitu prosedur untuk menguji

efektifitas yang mendukung pengurangan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.

Apabila hasil pengujian atas pengendalian mendukung rancangan kebijakan dan

prosedur pengendalian seperti yang diharapkan, auditor dapat terus menggunakan

tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan seperti yang direncanakan. Bila tidak,

tingkat risiko pengendalian tersebut harus dipertimbangkan kembali.

• Prosedur untuk pengujian atas pengendalian:

1) Tanya jawab dengan pegawai suatu satuan usaha yang tepat.

2) Pemeriksaan dokumen, catatan, dan laporan.

3) Pengamatan aktifitas berkenaan dengan pengendalian.

4) Pelaksanaan ulang prosedur klien.

• Luas Penerapan Pengujian Pengendalian tergantung pada tingkat risiko

pengendalian yang ditetapkan yang dikehendaki. Jika tingkat risiko yang

ditetapkan rendah, digunakan lebih banyak pengujian pengendalian baik

jumlah pengendalian yang diuji maupun luas pengujian atas setiap

pengendalian.

Risiko Penemuan dan Rencana Pengujian atas Saldo Laporan Keuangan Jika

tingkat risiko pengendalian di bawah maksimum, akan didukung oleh pengujian atas

pengendalian yang spesifik, kemudian dikaitkan dengan tujuan spesifik audit untuk

akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi utama.

• Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman

AKSK - KMP 2019 210


1) Mendapatkan pemahaman lingkungan pengendalian, prosedur penetapan

risiko, sistem komunikasi dan informasi akuntansi, serta metode pemantauan

pada tingkat kerincian yang wajar.

2) Mengidentifikasi pengendalian spesifik yang akan mengurangi risiko

pengendalian dan melakukan penetapan risiko pengendalian.

3) Menguji efektifitas pengendalian.

Tugas auditor dalam perolehan pemahaman struktur pengendalian intern adalah

untuk menemukan elemen struktur pengenalian intern, melihat apakah telah

itempatkan dalam operasi, mendokumentasikan informasi yang diperoleh dengan

cara yang baik.

• Prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan penempatan dalam

operasi:

1) Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha tersebut.

2) Tanya jawab dengan pegawai klien.

3) Kebijakan dan pedoman sistem klien.

4) Inspeksi dokumen dan catatan.

5) Pengamanan atas aktivitas dan operasi satuan usaha.

• Dokumentasi dari Pemahaman:

1) Deskripsi naratif.

2) Bagan arus.

3) Kuesioner pengendalian intern.

Penetapan Risiko Pengendalian Setelah auditor mendapatkan informasi deskriptif

dan bahan bukti dalam mendukung rancangan dan operasi struktur pengendalian

intern, maka dibuat penetapan risiko pengendalian untuk masing-masing jenis

transaksi dalam masing-masing siklus transaksi.

• Langkah-langkah Penetapan Risiko Pengendalian:

1) Identifikasi tujuan audit berkait transaksi: penetapan tujuan rinci pengendalian

intern bagi masingmasing jenis transaksi utama suatu satuan usaha.

AKSK - KMP 2019 211


2) Identifikasi pengendalian spesifik: mengidentifikasi kebijakan dan prosedur

yang berperan dalam pencapaian masing-masing tujuan.

3) Identifikasi dan evaluasi kelemahan, dengan cara:

a) Identifikasi pengendalian yang ada.

b) Identifikasi ketiadaan pengendalian kunci.

c) Tentukan salah saji yang besar dan potensial yang mungkin dihasilkan.

d) Pertimbangkan kemungkinan pengendalian pengganti.

4) Matriks risiko pengendalian: untuk membantu mengidentifikasi pengendalian

dan kelemahan, serta risiko pengendalian.

5) Menetapkan risiko pengendalian: berdasarkan matriks risiko pengendalian.

6) Mengkomunikasikan kondisi yang dapat dilaporkan dan masalah terkait:

ilakukan melalui komunikasi komite audit dan surat kepada manajemen

(management letters). Kondisi yang dapat dilaporkan (reportable condition)

adalah informasi yang berkaitan dengan kelemahan atau kekurangan yang

besar dalam rancangan atau operasi struktur pengendalian intern.

Minggu ke – 3 : Perencanaan Audit, Prosedur Analitis, Program Audit,

Penyelesaian Audit

Jenis pengujian dasar yang dipakai dalam menentukan apakah laporan

keuangan telah disajikan secara wajar:

1) Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern.

Selama tahap ini, auditor harus memusatkan perhatiannya pada rancangan dan

operasi dari aspek-aspek struktur pengendalian intern sampai seluas yang

diperlukan untuk dapat merencanakan audit dengan efektif.

2) Pengujian atas pengendalian intern. Pengujian diarahkan pada efektifitas

pengendalian, baik dalam rancangan maupun operasinya.

3) Pengujian substantif atas transaksi. Adalah prosedur yang dirancang untuk

menguji kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung

mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan.

• Jenis pengujian substantif:

AKSK - KMP 2019 212


a) pengujian atas transaksi.

b) prosedur analitis.

c) pengujian terinci atas saldo.

4) Prosedur analitis. Mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan

ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor.

5) Pengujian terinci atas saldo. Memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk

akun-akun neraca maupun laba rugi, tetapi penekanan utama pada kebanyakan

pengujian tirinci atas saldo aalah neraca.

• Hubungan antara Pengujian dan Bahan Bukti

Jenis pengujian dari yang termurah hingga termahal:

1) Prosedur analitis: relatif murah untuk membuat perhitungan dan

perbandingan.

2) Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern

dan pengujian atas pengendalian: seringkali pengujian atas pengendalian

dapat dilakukan dalam sejumlah besar pos atau unsur dalam beberapa menit.

3) Pengujian substantif atas transaksi: seringkali diperlukan penghitungan

kembali dan penelusuran.

4) Pengujian terinci atas saldo: dibutuhkan biaya untuk mengirim konfirmasi dan

menghitung aktiva.

• Hubungan antara pengujian atas pengendalian dengan pengujian substantif

Penyimpangan dalam pengujian atas pengendalian adalah indikasi kemungkinan

kekeliruan atau ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah laporan keuangan.

Sedangkan penyimpangan dalam pengujian substantif adalah salah saji laporan

keuangan.

Hubungan antara Jenis Pengujian dan Bahan Bukti:

AKSK - KMP 2019 213


Bauran Bahan Bukti:

Perancangan Program Audit

1) Pengujian atas transaksi

Mencakup bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh

mengenai struktur pengendalian intern, gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk

memahaminya, dan rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.

2) Prosedur analitis.

Dilakukan dalam tahap perencanaan untuk membantu auditor menentukan bahan

bukti lain yang diperlukan untuk memenuhi risiko audit yang diinginkan, selama

pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaksi an pengujian

terinci atas saldo, mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan

akhir.

3) Pengujian terinci atas saldo.

AKSK - KMP 2019 214


Rancangan pengujian ini biasanya merupakan bagian paling sukar dalam

keseluruhan proses perencanaan. Perancangan prosedur tersebut bersifat subyektif

dan memerlukan pertimbangan profesional.

Langkah-langkah alam melaksanakan pengujian terinci atas saldo:

a) Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko

bawaan.

b) Tetapkan risiko pengendalian.

c) Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis.

d) Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.

Hubungan Tujuan Pengendalian Intern dengan Tujuan Audit

Meskipun seluruh tujuan pengendalian intern telah dipenuhi, auditor akan tetap

mengandalkan terutama kepada tujuan pengendalian substantif untuk memenuhi

tujuan kepemilikan dan pengungkapan, tujuan penilaian untuk penurunan dalam

nilai, dan tujuan klasifikasi untuk penyajian laporan keuangan

Ikhtisar Proses Audit

Tahap I: Perencanaan dan perancangan pendekatan audit.

a) Perencanaan awal.

b) Dapatkan informasi mengenai latar belakang.

c) Dapatkan informasi tentang kewajiban hukum klien.

d) Laksanakan prosedur analitis penahuluan.

e) Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko

bawaan.

f) Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian.

g) Kembangkan rencana dan program audit menyeluruh.

Tahap II: Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

Merencanakan untuk mengurangi tingkat tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan:

a) Lakukan pengujian atas pengujian.

AKSK - KMP 2019 215


b) Lakukan pengujian substantif atas transaksi.

c) Tetapkan kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.

Tahap III: Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.

a) Lakukan prosedur analitis.

b) Lakukan pengujian atas pos-pos kunci.

c) Lakukan pengujian terinci tambahan.

Tahap IV: Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit.

a) Telaah kewajiban bersyarat.

b) Telaah peristiwa kemudian.

c) Kumpulkan bahan bukti akhir.

d) Evaluasi hasil.

e) Terbitkan laporan audit.

f) Bicarakan dengan komite audit dan manajemen.

Minggu ke 4 : Audit Siklus Penjualan dan Penerimaan Kas

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

Siklus penjualan dan penerimaan kas meliputi keputusan dan proses yang diperlukan

untuk mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual

kepada pelanggan.

• Fungsi-Fungsi Usaha Dalam Siklus dan Dokumen dan Catatan Terkait.

Pemahaman atas fungsi yang ada bermanfaat untuk memahami bagaimana

pelaksanaan audit dalam ini. Fungsi dalam siklus penjualan dan penerimaan kas:

1. Pemrosesan Order Pelanggan

Permintaan barang oleh pelanggan merupakan titik awal keseluruhan siklus.

Order penjualan adalah permintaan barang dagangan oleh pelanggan. Dokumen

yang digunakan untuk mencatat deskripsi, jumlah dan informasi yang terkait adalah

Order Penjualan (sales order).

AKSK - KMP 2019 216


2. Persetujuan Penjualan secara Kredit

Praktik yang lemah dalam persetujuan penjualan secara kredit seringkali

menyebabkan besarnya

piutang tak tertagih dan piutang usaha menjadi tak tertagih.

3. Pengiriman Barang

Merupakan titik awal penyerahan aktiva perusahaan dan kebanyakan

perusahaan mengakui penjualan pada saat barang dikirimkan. Dokumen pengiriman

adalah dokumen yang dibuat untuk mengirimkan barang yang berisi deskripsi atas

barang dagangan, jumlah yang dikirim, dan data lain yang relevan.

4. Penagihan ke Pelanggan dan Pencatatan Penjualan

Penagihan ke pelanggan merupakan alat pemberitahuan ke pelanggan

mengenai jumlah yang ditagih atas barang tersebut, dan penagihan harus

dilaksanakan dengan benar dan tepat waktu. Aspek penting dari penagihan adalah

meyakinkan bahwa semua pengiriman telah tertagih, tidak ada pengiriman lebih dari

sekali, dan penagihan dengan jumlah yang benar.

5. Pemrosesan dan Pencatatan Penerimaan Kas

Pertimbangan utama adalah kemungkinan aset dicuri, pencurian dapat terjadi

sebelum penerimaan atau sesudahnya. Nota Pembayaran adalah dokumen yang

menyertai faktur penjualan yang dikirim ke pelanggan dan dikembalikan ke penjual

dengan pembayaran tunai.

6. Pemrosesan dan Pencatatan Retur dan Pengurangan Harga Penjualan

Nota kredit adalah dokumen yang berisi pengurangan jumlah yang ditagih

dari pelanggan karena ada pengembalian barang atau pengurangan harga. Jurnal

retur dan pengurang harga penjualan: jurnal untuk mencatat retur dan pengurang

harga penjualan.

7. Penghapusan Piutang tak Tertagih: biasanya terjadi setelah pelanggan pailit atau

piutan dialihkan ke agen penagihan.

AKSK - KMP 2019 217


8. Penyisihan Piutang tak Tertagih: menggambarkan nilai sisa, hasil dari penyesuaian

akhir periode oleh manajemen atas perhitungan piutang tak tertagih.

Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif

atas transaksi untuk penjualan.

1 Pahami struktur pengendalian intern.

2 Tetapkan risiko pengendalian yang direncanakan penjualan.

3 Evaluasi biaya manfaat dari menguji pengendalian.

4 Rancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian subtantif atas

transaksi penjualan untuk memenuhi tujuan audit berkait transaksi.

a) prosedur audit.

b) besar sampel.

c) pos atau unsur yang dipilih.

Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif

atas transaksi

untuk penjualan.

1. Memahami struktur pengendalian intern-penjualan

2. Menaksir risiko pengendalian yang direncanakan penjualan

Empat langkah menaksir risiko pengendalian:

a. Auditor membutuhkan kerangka acuan untuk menaksir risiko pengendalian.

b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian intern kunci.

c. Setelah mengidentifikasikan pengendalian dan kelemahannya, auditor

memadukan dengan tujuan.

d. Auditor menaksir risiko pengendalian untuk setiap dengan mengevaluasi

kelemahan dan pengendalian untuk setiap tujuan.

Beberapa pengendalian intern kunci:

a. Pemisahan tugas yang memadai

b. Otorisasi yang semestinya

AKSK - KMP 2019 218


c. Dokumen dan catatan yang memadai

d. Dokumen yang prenumbered

e. Pengiriman rekening bulanan

f. Prosedur verifikasi intern

3. Evaluasi untung rugi pengujian atas pengendalian: memutuskan apakah

pengujian substantif akan dikurangi secukupnya guna mempertimbangkan

“cost” untuk melakukan pengujian atas pengendalian.

4. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan: memeriksa

berbagai jenis dokumen, seperti salinan faktur penjualan, mengamati nomor

atau faktur yang hilang atau ganda atau diluar urutan normal.

5. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan

a. Penjualan yang dicatat benar-benar ada. Dua kemungkinan salah

saji: penjualan tercatat untuk pengiriman yang tidak dilakukan dan

pengiriman dilakukan ke pelanggan fiktif.

b. Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat (kelengkapan). Titik

awal pengujian eksistensi adalah jurnal.

c. Penjualan dicatat secara akurat. Keakuratan pencatatan transaksi

penjualan berkenaan dengan pengiriman jumlah barang yang

dipesan, kebenaran penagihan atas jumlah yang dikirim dan

kebenaran pencatatan jumlah yang ditagih dalam catatan

akuntansi.

d. Penjualan yang dicatat telah diklasifikasi dengan semestinya.

Auditor memeriksa dokumen pendukung untuk menentukan

memadainya klasifikasi transaksi tertentu.

e. Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat.

f. Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya dan di berkas

induk dan ikhtisarkan dengan benar.

Tujuan audit berkait transaksi untuk penjualan.

a. Keberadaan: Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang

dilakukan kepada pelanggan non fiktif

AKSK - KMP 2019 219


b. Kelengkapan: Penjualan yang ada telah dicatat

c. Akurasi: Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim dan

ditagih dan dicatat dengan benar.

d. Klasifikasi: Transaksi penjualan diklasifikasi dengan pantas.

e. Tepat Waktu: Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat.

f. Posting dan Pengikhtisaran: Transaksi penjualan dimasukan dengan pantas

berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.

Tujuan audit berkait transaksi untuk Penerimaan Kas

a. Keberadaan: penerimaan kas yang dicatat adalah dana yang secara aktual

diterima oleh perusahaan.

b. Kelengkapan: kas yang diterima telah dicatat dalam jurnal penerimaan kas.

c. Akurasi: penerimaan kas yang dicatat telah disetor dan dicatat pada nilai yang

diterima.

d. Klasifikasi: penerimaan kas diklasifikasikan dengan pantas.

e. Tepat Waktu: penerimaan kas dicatat dalam waktu yang sesuai.

f. Posting dan Pengikhtisaran: penerimaan kas dimasukan dengan semestinya

dalam berkas induk dan diiktisarkan dengan benar.

Format Rancangan dan Format Pelaksanaan

Dalam mengubah dari satu format rencangan menjadi format pelaksanaan,

prosedur-prosedur tersebut digabungkan. Ini akan:

1. Menghilangkan prosedur ganda.

2. Meyakinkan bahwa kalau suatu dokumen diuji, seluruh prosedur yang

berhubungan dengan dokumen tersebut dilakukan pada saat yang sama.

3. Memungkinkan auditor untuk menjalankan prosedur dengan cara yang paling

efektif.

Pengendalian Intern, Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif

atas Transaksi untuk Penerimaan Kas.

Metodologi dalam merancang pengujian atas transaksi penerimaan kas:

1. Tujuan audit berkait transaksi ditentukan.

2. Pengendalian intern kunci bagi tiap tujuan ditentukan.

AKSK - KMP 2019 220


3. Pengujian atas pengendalian dikembangkan untuk masing-masing tujuan.

4. Dikembangkan pengujian substantif atas transaksi bagi kekeliruan moneter

dikaitkan dengan tiap tujuan.

Bagian penting dari tanggung jawab auditor di dalam audit penerimaan kas adalah

identifikasi kelemahan stuktur pengendalian intern yang meningkatkan kemungkinan

kecurangan.

1. Mementukan apakah kas yang diterima telah dicatat: menelusuri dari nota

pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke dalam jurnal

penerimaan kas dan buku tambahan piutang sebagai pengujian substantif atas

pencatatan kas yang benar-benar diterima.

2. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas: bermanfaat untuk menguji

apakah seluruh

penerimaan kas telah disetor ke rekening bank dan menemukan penerimaan

kas yang tidak

dicatat ke jurnal atau selang waktu dalam melakukan setoran, tetapi akan

membantu dalam

membongkar penerimaan kas yang belum disetor, setoran yang tidak dicatat.

3. Pengujian untuk menentukan lapping piutang usaha.

Lapping adalah menangguhkan pencatatan penerimaan piutang untuk

menyembunyikan adanya kekurangan kas. Hal ini dapat dicegah melalui

pemisahan tugas.

Pengujian Audit atas Piutang tak Tertagih

Perhatian utama dalam menguji penghapusan piutang tak tertagih adalad

kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi dengan menghapus piutang yang telah

tertagih. Pengendalian untuk mencegah kekeliruan ini adalah otorisasi yang pantas

atas penghapusan piutang oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan, hanya

setelah penyelidikan menyuluruh tentang alasan mengapa pelanggan tidak dapat

membayar.

Pengendalian Intern Tambahan atas Transaksi-Transaksi Neraca

AKSK - KMP 2019 221


Nilai yang dapat direalisasi (realizable value): tujuan audit berkait transaksi

untuk piutang dagang yang penting karena kolektibilitas piutang seringkali merupakan

pos utama dalam laporan keuangan, dan merupakan permasalahan pada sejumlah

kasus tentang tanggungjawab akuntan. Pengendalian yang lazim untuk tujuan

“realizable value”

• Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang.

• Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur secara periodik untuk

direview dan ditindaklanjuti oleh personel manajemen yang berwenang.

• Suatu kebijakan penghapusan atas piutang yang tidak tertagih bilaman

piutang tidak akan dapat ditagih lagi.

Dampak dari Hasil Pengujian atas Transaksi

Bagian audit yang sangat dipengaruhi oleh pengujian atas transaksi siklus

penjualan dan penerimaan kas adalah saldo-saldo piutang usaha, kas, beban piutang

tak tertagih dan penyisihan piutang tak tertagih. Dampak paling besar dari hasil

pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus

penjualan dan penerimaan kas adalah terhadap konfirmasi piutang usaha. Jenis

konfirmasi, ukuran sample, dan saat pelaksanaanpengujian dipengaruhi baik oleh

pengujian atas pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi.

Sampling Audit untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

atas Transaksi

Setelah auditor memutuskan prosedur yang dipilih dan kapan harus dilaksanakan,

perlu dilakukan penentuan jumlah pos atau unsur yang memadai sebagai sampel dari

populasi dam unsur mana yang dipilih.

Sampel yang Representatif

Tujuan auditor memilih sampel suatu populasi aalah untuk mendapatkan sampel yang

representatif, yaitu sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi.

Dalam praktik, auditor tidak dapat mengetahui apakah suatu sampel representatif,

bahkan setelah semua pengujian telah selesai. Untuk meningkatkan kemungkinan

AKSK - KMP 2019 222


suatu sampel menjai representative dengan menggunakan kecermatan dalam

merancang, menyeleksi, dan mengevaluasinya.

Hal yang dapat mengakibatkan hasil sampel menjadi tidak representatif:

1. Kekeliruan nonsampling (nonsampling error)

2. Kekeliruan sampling (sampling error)

Risiko terjadinya hal tersebut disebut risiko nonsampling dan risiko sampling.

1. Risiko nonsampling: terjai apabila pengujian audit tidak mengungkapkan

adanya pengecualian dalam sampel akibat kegagalan auitor untuk mengetahui

adanya pengecualian dan prosedur audit yang tidak memadai atau tidak

efektif.

2. Risiko sampling: merupakan bagian yang melekat pada sampling yang

disebabkan pengujian yang lebih kecil dari keseluruhan populasi.

Cara mengurangi risiko sampling:

1. meningkatkan ukuran sampel.

2. menggunakan metode seleksi pos atau unsur sampel dari populasi yang memadai.

Sampling Statistik Kontra NonStatistik

Metode sampling audit:

1. Metode statistik.

2. Metode nonstatistik.

Persamaannya adalah ada 4 bagian dalam metode statistik dan nonstatistik

1. Perencanaan sampel, tujuannya untuk menjamin bahwa pengujian audit

dilaksanakan dengan cara yang sesuai untuk memberikan risiko sampling

yang diinginkan untuk meminimalkan kekeliruan nonsampling.

2. Seleksi sampel, meliputi keputusan bagaimana memilih unsur sampel dari

populasi.

3. Pelaksanaan pengujian, adalah pemeriksaan dokumen dan melakukan

pengujian audit lainnya.

4. Evaluasi hasil, mencakup penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.

Perbedaan Metode Statistik dan Nonstatistik

Metode Metode Nonstatistik

AKSK - KMP 2019 223


Statistik

Penggunaan teknik-teknik pengukuran Pemilihan unsur-unsur sampel yang diyakini

matematis untuk menghitung hasil statistik dapat memberikan informasi yang berguna

formal. pada populasi.

Manfaat utamanya adalah kuantifikasi risiko Kesimpulan yang diambil lebih didasarkan

sampling pada perencanaan sampel dan pada pertimbangan (judgemental sampling).

evaluasi langkah

Metode pemilihan sampel : Metode pemilihan sampel:

1. acak-sederhana (simple random) 9. terarah (direct)

2. sistematis (systematic) 10. blok (block)

3. probabilitas-proporsional dengan ukuran 11. sembarang (haphazard)

(probability-proportional to size)

4. stratifikasi (stratified)

Metode Seleksi Sampel NonProbabilitas

Adalah metode seleksi sampel dengan tidak didasarkan pada probabilitas matematis,

melainkan didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan auditor dalam menerapkan

pertimbangan profesional, sehingga representatif tidaknya sampel mungkin sulit

ditentukan.

Terdiri dari:

1. Seleksi sampel terarah (direct sample direction): pemilihan sampel

berdasarkan kriteria pertimbangan profesional yang dibuat oleh auditor

dengan memilih unsur yang akan disampel menurut kriterianya, seperti unsur

yang paling mungkin mengandung salah saji, unsur yang mengandung

karakteristik populasi terpilih, jumlah rupiah terbesar yang tercakup.

2. Sampling blok : seleksi beberapa unsur secara berurutan. Penggunaan

metode ini dapat diterima hanya jika digunakan jumlah blok yang cukup.

3. Seleksi sembarangan: auditor mengamati suatu populasi dan memilih unsur

untuk sampel tanpa memperhatikan ukuran, sumber, atau karakteristik lain

yang membedakan, auitor berupaya untuk menyeleksi tanpa memihak.

AKSK - KMP 2019 224


Kelemahannya adalah kesulitan auditor untuk sama sekali tidak memihak

dalam memilih unsur yang menjadi sampel.

Metode Seleksi Sampel Probabilitas

Langkah yang harus dilakukan:

1. Population of interest harus diterapkan. Populasi harus ditetapkan konsisten

dengan tujuan audit dan sampling yang mendasari sampel yang diambil.

2. Sampling harus ditetapkan.

Metode yang digunakan untuk memperoleh sampel probabilitas:

1. Seleksi sampel acak sederhana.

Adalah sampel di mana setiap kombinasi yang mungkin dari unsur-unsur dalam

populasi yang memiliki kesempatan sama untuk menjadi sampel.

2. Seleksi sampel sistematis.

Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih unsur sampel secara

metodis berdasarkan besarnya interval.

3. Probabilitas proporsional dengan ukuran.

Pengambilan sampel di mana probabilitas untuk memilih item populasi tunggal adalah

proporsional terhadap jumlah yang dicatat.

4. Seleksi sampel tersratifikasi

Sampling Atribut (Attributes Sampling)

Adalah metode statistik yang digunakan untuk mengestimasi proporsi unsur-unsur dalam

satu populasi yang mengandung karakteristik atau atribut yang menjadi kepentingan.

Proporsi ini disebut tingkat keterjadian (occurance rate) dan merupakan rasio dari unsur

yang mengandung atribut khusus terhadap jumlah unsur populasi.

Auditor berkepentingan dengan terjadinya beberapa jenis pengecualian dalam populasi data

akuntansi berikut:

1. Deviasi terhadap prosedur pengendalian yang dibuat klien.

2. Kekeliruan atau penyimpangan moneter dalam populasi data transaksi.

3. Kekeliruan atau penyimpangan moneter alam populasi rincian saldo akun.

Tingkat keterjadian atau pengecualian dalam sampling acak atau sistematik adalah

merupakan ukuran yang tidak bias atas/dari tingkat pengecualian dalam keseluruhan

AKSK - KMP 2019 225


populasi.

Dalam menggunakan sampling atribut, auditor terutama berkepentingan untuk mengetahui

tingkat deviasi yang paling mungkin. Jadi, auditor mengarahkan pada upper limit teratas

dari estimasi interval. Batas ini disebut computed upper exception rate (CUER) atau tingkat

deviasi tertinggi yang dihitung dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas

transaksi.

Distribusi Sampling

Adalah suatu frekuensi distribusi dari hasil-hasil atas seluruh sampel yang mungkin dari

suatu ukuran tertentu yang dapat diperoleh dari populasi yang berisi beberapa parameter

spesifik.

Estimasi atribut didasarkan pada distribusi binomial, yaitu distribusii dari seluruh sampel

yang mungkin di mana unsur-unsur populasi masing-masing memiliki satu atau dua

pernyataan yang mungkin.

Penggunaan Sampling Atribut dalam Audit

Langkah-langkah:

1. Perencanaan sampel.

a. Nyatakan tujuan dari pengujian audit: biasanya untuk menguji

pengendalian dalam satu siklus tertentu.

b. Definisikan atribut dan kondisi deviasi.

c. Definisikan populasi.

d. Definisikan unit sampling: dibuat konsisten dengan tujuan pengujian audit.

e. Tentukan tingkat deviasi yang dapat ditoleransi.

f. Tentukan risiko pengendalian lebih yang dapat diterima.

g. Estimasikan tingkat deviasi populasi.

h. Tentukan ukuran sampel awal.

2. Seleksi sampel dan pelaksanaan pengujian.

i. Pilih sampel secara acak.

j. Laksanakan proseur audit.

AKSK - KMP 2019 226


3. Evaluasi hasil.

k. Generalisasikan dari sampel untuk populasi.

l. Analisa deviasi.

m. Putuskan akseptabilitas populasi tersebut.

Pertimbangan Lain

Beberapa pertimbangan penting yang berkaitan dengan pemilihan ukuran sampel yang

pantas dan penarikan kesimpulan atas hasil-hasilnya:

1. Seleksi acak kontra pengukuran statistik: seleksi acak merupakan bagian dari

sampling statistik.

2. Dokumentasi yang memadai: untuk mengevaluasi hasil gabungan dari seluruh

pengujian dan sebagai dasar untuk mempertahankan hasil pelaksanaan audit

apabila dibutuhkan.

3. Kebutuhan akan pertimbangan profesional: evaluasi akhir atas kecukupan

penerapan keseluruhan sampling atribut, termasuk kecukupan ukuran sampel,

juga harus didasarkan atas pertimbangan profesional pada tingkat yang tinggi.

Menyelesaikan Pengujian dalam Siklus Penjualan dan Penagihan

Piutang Usaha

Tujuan audit terkait dengan saldo piutang usaha

1. Piutang usaha pada neraca saldo menurut umur cocok dengan jumlah pada

file master dan jumlah total telah ditambahkan dengan tepat dan cocok dengan

buku besar (detail tie-in).

2. Piutang usaha yang dicatat adalah ada (existence).

3. Piutang usaha yang ada telah dimasukkan semuanya (completeness).

4. Piutang usaha secara mekanis adalah akurat (accuracy).

5. Piutang usaha diklasifikasikan dengan tepat (classification).

6. Piutang usaha dicatat dalam periode yang sesuai (cut off).

7. Piutang usaha dinilai dengan memadai pada nilai yang dapat direalisir

(realizable value).

8. Piutang usaha benar-benar sah dimiliki klien (rights).

AKSK - KMP 2019 227


9. Penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah memadai (presentation &

disclosure).

Metodologi Perancangan Pengujian Terinci atas Saldo untuk Piutang Usaha

1. Tentukan materialitas an tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko

bawaan untuk piutang usaha.

2. Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penerimaan kas.

3. Rancang dan laksanakan pengujian atas pengendalian, pengujian substantif

atas transaksi, dan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penerimaan

kas.

4. Rancang dan laksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.

5. Rancang pengujian terinci atas piutang usaha untuk memenuhi tujuan spesifik

audit:

a. Prosedur audit.

b. Besar sampel.

c. Pus/unsur yang dipilih.

d. Saat pelaksanaan.

Pengujian Terinci atas Saldo

Pengujian terinci atas saldo untuk semua siklus langsung diarahkan pada akun-akun

neraca, akun laba rugi tidak diabaikan tetapi akan diverifikasi sebagai hasil sampingan

dengan pengujian neraca.

Konfir

masi piutang usaha merupakan pengujian terinci atas piutang usaha yang paling penting.

Pengujian terinci atas saldo piutang usaha ditekankan pada tujuan audit saldo piutang

usaha (seperti dijelaskan di atas).

Konfirmasi Piutang Usaha

Tujuannya adalah untuk memenuhi tujuan keabsahanpenilaian, dan cut off.

AKSK - KMP 2019 228


AICPA mensyaratkan dilakukannya konfirmasi atas piutang usaha kecuali jika jumlahnya

tiak material, konfirmasi yang diterima lambat an diragukan keandalannya, serta bila risiko

bawaan an risiko pengendalian rendah sehingga dapat digunakan prosedur alternatif

pengumpulan bukti.

Konfirmasi yang dikirim klien harus diawasi oleh auditor dan hasil konfirmasinya

langsung dikirim kepada auditor.

Keputusan Konfirmasi

Dalam melaksanakan prosedur konfirmasi, auditor harus memutuskan jenis konfirmasi

yang akan digunakan, saat pelaksanaan prosedur, ukuran sampel, dan unsur individual

yang akan dipilih.

1. Jenis konfirmasi: positif (konfirmasi yang dialamatkan kepada debitur yang

meminta konfirmasi darinya secara langsung apakak saldo yang dinyatakan alam

permintaan konfirmasi adalah benar atau tidak), atau negatif (konfirmasi dialamatkan

kepada debitur tetapi hanya meminta jawaban apabila dia tiak sepakat dengan jumlah

yang dinyatakan)

Konfirmasi negatif dapat diterima hanya jika semua kondisi berikut terpenuhi:

a. Piutang usaha terdiri dari sejumlah besar saldo akun yang kecil.

b. Gabungan risiko pengendalian yang ditetapkan dan risiko bawaan adalah

rendah.

c. Tidak ada alasan konfirmasi tersebut tidak akan diperhatikan.

2. Saat pelaksanaan: bahan bukti yang paling andal dari konfirmasi diperoleh

apabila dikirimkan sedekat mungkin dengan tanggal neraca.

3. Ukuran sampel yang akan dikonfirmasi: tergantung pada salah saji yang

ditolerir, risiko bawaan, risiko pengendalian, risiko deteksi, dan jenis

konfirmasi.

4. Seleksi unsur untuk pengujian: biasanya dilakukan dengan stratifikasi.

Apabila konfirmasi positif tidak ditanggapi, auditor perlu menguji lagi penerimaan kas

setelah tanggal konfirmasi, memastikan tidak ada sales invoice ganda, menelusuri

dokumen pengiriman, dan berkorespondensi dengan klien.

AKSK - KMP 2019 229


Tindak Lanjut atas Konfirmasi

Setelah unsur-unsur yang dikonfirmasi dipilih, auditor harus mempertahankan kendali atas

konfirmasi sampai konfirmasi tersebut kembali dari pelanggan. Apabila konfirmasi yang

dikirim tidak dikembalikan oleh pelanggan, perlu dilakukan tindak lanjut dengan prosedur

alternatif. Tujuannya adalah untuk menentukan dengan cara selain konfirmasi, apakah

piutang tersebut absah dan disajikan dengan memadai pada tanggal konfirmasi. Untuk

setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, dokumenasi berikut dapat diperiksa

guna memverifikasi keabsahan dan penilaian transaksi penjualan individual yang

membentuk saldo akhir piutang usaha:

1. Penerimaan kas kemudian (penerimaan kas setelah tanggal konfirmasi).

2. Salinan faktur penjualan.

3. Dokumen pengiriman.

4. Korespondensi dengan klien.

Analisis Perbedaan

Konfirmasi yang diterima dan terdapat perbedaan perlu ditindaklanjuti. Perbedaan

tersebut mungkin timbul karena perbedaan waktu antara catatan klien dengan catatan

pelanggan, seperti:

1. Pembayaran telah dilakukan: pelanggan telah membayar sebelum tanggal

konfirmasi, tetapi klien belum menerimanya untuk dicatat.

2. Barang belum diterima: klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman

sedangkan pelanggan mencatat pembelian saat barang diterima.

3. Barang telah dikembalikan: kelalaian klien mencatat nota kredit, seperti

perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan

yang tidak memadai.

4. Kekeliruan klerikal dan jumlah yang diperselisihkan: pelanggan menyatakan

bahwa terdapat kekeliruan dalam harga yang dibebankan untuk barang,

barang rusak, kuantitas barang yang benar belum diterima, dsb.

Sampling Audit untuk Pengujian atas Rincian Saldo

AKSK - KMP 2019 230


Dalam pengujian atas transaksi, perhatian utama diberikan terhadap pengujian efektivitas

pengendalian intern dengan menggunakan pengujian atas pengendalian. Dalam pengujian

terinci atas saldo perhatian utama adalah baik mengenai efektifitas pengendalian dan

ketepatan moneter dalam sistem akuntansi.

Sifat dari Permasalahan untuk Pengujian Terinci atas Saldo

Tujuan auditor mengambil sample: untuk menentukan apakah saldo akun yang diaudit

disajikan secara wajar. Tiga keputusan utama yang harus dibuat oleh auditor dalam proses

sampling:

1. Menentukan ukuran sample.

Dengan menggunakan model risiko audit (risiko deteksi = risiko audit/risiko bawaan

x risiko pengendalian), masing-masing faktor dalam model ditambah materialitas,

akan mempengaruhi ukuran sample yang memadai.

2. Seleksi unsur-unsur populasi.

Sampling terstratifikasi merupakan suatu metode sampling dimana seluruh unsur

dalam populasi dibagi menjadi dua atau lebih subpopulasi, sampling dilakukan untuk

masing-masing strata. Tujuan stratifikasi adalah untuk memungkinkan auditor

memberikan penekanan lebih terhadap unsur populasi tertentu dan kurang terhadap

lainnya.

3. Mengevaluasi hasil sampling.

Sampling statistik: jumlah kemungkinan perbedaan antara estimasi titik dan salah saji

populasi yang sebenarnya disebut presisi statistik, dapat diukur secara formal.

Sampling non statistik: tidak dapat secara formal mengukur presisi estimasi titik dan

harus secara subjektif mempertimbangkan kemungkinan bahwa salah saji populasi

yang sebenarnya melebihi jumlah yang ditolelir.

AKSK - KMP 2019 231


Sampling Unit Mata Uang

Langkah Sampling Unit Mata Uang Langkah Sampling Atribut

Perencanaan Sample Perencanaan Sample

1. Nyatakan tujuan dan pengujian audit 1. Nyatakan tujuan dari pengujian audit

2. Definisikan kondisi kekeliruan. 2. Definisikan atribut dan kondisi evaluasi

3. Definisikan populasi 3. Definisikan unit populasi

4. Definisikan unit sampling 4. Definisikan unit sampling

5. Tentukan salah saji yang dapat 5. Tentukan tingkat deviasi yang

ditoleransi dapat ditoleransi.

6. Tentukan risiko salah penerimaan 6. Tentukan risiko pengandalan lebih

yang dapat diterima. yang dapat diterima.

7. Estimasikan timgkat kekeliruan dan 7. Estimasikan tingkat deviasi populasi.

populasi 8. Tentukan ukuran sample awal.

8. Tentukan ukuran sample awal

Seleksi Sample dan Pelaksanaan Seleksi Sample dan Pelaksanaan

Pengujian Pengujian

9. Pilih sample secara acak. 9. Pilih sample secara acak

10. Laksanakan prosedur audit 10. Laksanakan prosedur audit

Evaluasi Hasil Evaluasi Hasil

11. Generalisasikan dari sample ke 11. Generalisasikan dari sample ke

populasi. populasi

AKSK - KMP 2019 232


12. analisa kekeliruan 12. Analisa deviasi

13. putuskan akseptabilitas populasi. 13. Putuskan akseptabilitas populasi

Sampling unit mata uang juga disebut sampling unit moneter, sampling jumlah moneter

kumulatif, dan sampling dengan probabilitas yang proporsional dengan ukuran. Metode

sampling ini digunakan untuk menjelaskan penentuan ukuran sample, seleksi sample dan

evaluasi hasil untuk pengujian terinci atas saldo.

AKSK - KMP 2019 233


Langkah Sampling Unit Mata Uang

1. Nyatakan tujuan dari pengujian Audit

Tujuan sampling unit mata uang adalah untuk menentukan estimasi kekeliruan di dalam

populasi yang diaudit dan untuk memutuskan apakah populasi dinyatakan secara wajar. Nilai

dari estimasi kekeliruan dalam sampling unit mata uang disebut batas kekeliruan.

2. Definisikan Kondisi Kekeliruan

Populasi (sampling unit mata uang) didefinisikan sebagai populasi rupiah yang tercatat. Auditor

kemudian mengevaluasi apakah populasi tercatat lebih saji atau kurang saji.

3. Definisikan Unit Sampling

Ciri penting dari sampling unit mata uang adalah:

a. Definisi dari unit sampling sebagai rupiah individual dalam suatu saldo akun.

b. Penekanan otomatis atas unit-unit fisik dengan nilai saldo rupiah tercatat yang

terbesar. Karena sample acak dipilih berdasarkan rupiah individual, suatu akun

dengan saldo besar memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dipilih daripada

akun dengan saldo kecil.

4. Tentukan Salah Saji yang Dapat ditoleransi

Aspek khusus dari sampling unit mata uang adalah dalam hal pertimbangan penggunaan

pertimbangan awal mengenai materialitas. Kebanyakan teknik sampling mengharuskan auditor

untuk menentukan salah saji yang dapat ditoleransi dengan mengalokasikan hasil pertimbangan

awal mengenai materialitas, hal ini tidak diperlukan kalau sampling unit mata uang digunakan.

Terdapat hubungan terbalik antara ukuran salah saji yang dapat ditoleransi dengan ukuran

sample yang diperlukan.

5. Tentukan Risiko Salah Penerimaan yang dapat Diterima

Acceptable Risk of Incorrect Acceptance (ARIA) merupakan risiko yang bersedia diambil oleh

auditor untuk menerima suatu saldo adalah benar kalau kekeliruan sesungguhnya dalam saldo

AKSK - KMP 2019 234


tersebut sama atau lebih besar dari salah saji yang dapat ditoleransi. Terdapat hubungan terbalik

antara ARIA dan ukuran sample yang diperlukan.

Faktor utama yang mempengaruhi keputusan auditor mengenai ARIA adalah risiko

pengendalian dalam model risiko audit, yang merupakan tingkat dimana auditor mengandalkan

pengendalian intern. Jika pengendalian intern efektif, risiko pengendalian dapat dikurangi, yang

memungkinkan auditor untuk meningkatkan ARIA, yang pada gilirannya mengurangi ukuran

sample yang diperlukan.

6. Estimasikan Tingkat Kekeliruan dalam Populasi

Sampling unit mata uang secara normal digunakan kalau auditor percaya bahwa terdapat

kemungkinan tidak ada kekeliruan yang signifikan dalam populasi. Sampling unit mata uang

cenderung tidak efisien untuk tingkat kekeliruan yang tinggi atau sedang. Oleh karena itu suatu

estimasi tingkat kekeliruan nol atau 1% adalah biasa jika sampling mata uang yang digunakan.

7. Pilih Sample secara Acak

Untuk memilih rupiah unit sampel adalah terlebih dahulu memilih suatu sample acak dari unit

mata uang tersebut. Juga perlu untuk mengidentifikasi unit fisik yang berhubungan dengan

masing- masing unit mata uang. Unit mata uang diperlukan untuk menghitung hasil statistik,

sedangkan unit fisik diperlukan untuk melakukan pengujian.

8. Laksanakan Prosedur Audit

Terlebih dulu auditor memilih sample atas dasar unit rupiah dan mengidentifikasikan unit fisik

yang berisikan unit rupiah. Kemudian auditor menerapkan prosedur audit yang tepat untuk

menentukan apakah masing-masing unit fisik berisi kekeliruan atau tidak.

9. Generalisasikan dari Sample ke Populasi

Empat aspek penting dalam melakukan generalisasi dari sample ke populasi dengan

menggunakan sampling unit mata uang:

a. Tabel sampling atribut digunakan untuk menghitung hasil.

b. Hasil sampling atribut harus dikonversikan menjadi unit rupiah.

c. Auditor harus membuat suatu asumsi mengenai persentase kekeliruan untuk

AKSK - KMP 2019 235


masing-masing unsur populasi yang keliru.

d. Hasil-hasil statistik kalau sampling unit mata uang digunakan disebut batas

kekeliruan.

10. Melakukan generalisasi kalau Ditemukan Kekeliruan

a. Kekeliruan lebih saji dan kuran saji diperlukan secara terpisah dan kemudian

digabungkan.

b. Satu asumsi kekeliruan yang berbeda dibuat untuk masing-masing kekeliruan,

termasuk kekeliruan nol.

c. Berdasarkan data salah saji aktual. Asumsi ini mengharuskan auditor untuk

menghitung rata- rata bahwa masing-masing unsur dalam sampel keliru.

d. Auditor harus berhadapan dengan lapisan (layer) dari tingkat deviasi tertinggi yang

dihitung dari tabel atribut. Layer dihitung dengan terlebih dahulu menentukan

tingkat deviasi tertinggi yang dihitung dari tabel untuk masing-masing kekeliruan

dan kemudian menghitung masing- masing layer.

e. Asumsi kekeliruan harus dihubungkan dengan setiap layer. Metode yang lazim

digunakan adalah dengan menghubungkan persentase kekeliruan rupiah terbesar

dengan lapisan layer terbesar.

Penyesuaian kekeliruan yang saling menutupi dilakukan dengan cara:

a. Estimasi titik dari kekeliruan dihitung baik untuk kekeliruan lebih saji maupun kuran

saji.

b. Masing-masing batas dikurangi dengan estimasi titik yang berlawanan.

Estimasi titik untuk lebih saji dihitung dengan mengalikan kekeliruan lebih saji rata-rata dalam

unit rupiah yang diaudit dengan nilai tercatat.

Tujuh langkah untuk menghitung batas kekeliruan yang disesuaikan:

a. Tentukan kekeliruan untuk masing-masing unsur dengan memperlakukan lebih saji

dan kurang saji secara terpisah.

b. Hitung kekeliruan per unit rupiah pada setiap unsur sample.

c. Layer kekeliruan per unit rupiah dari yang tertinggi sampai terendah, termasuk

AKSK - KMP 2019 236


persentase asumsi kekeliruan untuk unsur-unsur sample yang tidak keliru.

d. Tentukan limit ketepatan atas untuk sampling atribut dan tentukan persentase

batas kekeliruan untuk masing-masing kekeliruan (layer).

e. Hitung batas atas dan batas bawah kekeliruan awal untuk masing-masing layer dan

total.

f. Hitung estimasi titik untuk lebih saji dan kurang saji.

g. Hitung batas atas dan batas bawah yang disesuaikan.

11. Analisa Kekeliruan

Bagian penting dari analisa kekeliruan adalah dalam memutuskan apakah setiap modifikasi

terhadap model risiko audit diperlukan.

12. Putuskan Akseptabilitas Populasi

Setiap saat metode statistik digunakan, aturan keputusan diperlukan untuk menentukan apakah

populasi dapat diterima.

13. Tindakan kalau Populasi Ditolak.

a. Perluas pengujian audit dalam area tertentu.

b. Tingkatkan ukuran sampel.

c. Menyesuaiakan saldo akun.

d. Memintan klien untuk mengkoreksi populasi.

e. Menolak untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.

14. Menentukan Ukuran Sample

Lima hal yang harus dipahami dan ditentukan dalam menentukan ukuran sample:

a. Materialitas. Pertimbangan awal mengenai materialitas merupakan dasar untuk

menentukan jumlah salah saji yang dapat ditoleransi yang digunakan.

b. Asumsi mengenai persentase rata-rata kekeliruan untuk unsur populasi yang

berisikan kekeliruan.

c. Risiko salah penerimaan yang dapat diterima.

d. Nilai populasi tercatat. Nilai rupiah dari populasi diambil dari buku besar klien dan

total lainnya yang akan diaudit.

AKSK - KMP 2019 237


e. Estimasi tingkat kekeliruan dalam populasi. Biasanya estimasi tingkat kekeliruan

dalam populasi untuk sampling unit mata uang adalah nol.

15. Penggunaan Audit Sampling Unit Mata Uang

Alasan ketertarikan auditor terhadap audit sampling unit mata uang adalah:

a. Metode ini secara otomatis meningkatkan kemungkinan terpilihnya unsur dengan

nilai rupiah yang besar dari populasi yang akan diperiksa.

b. Metode ini dapat mengurangi biaya pengujian audit sebab beberapa unsur sample

diuji sekaligus.

c. Mudah untuk diterapkan.

d. Sampling unit mata uang selalu memberikan kesimpulan statistik dalam jumlah

rupiah.

Kelemahan utama dari sampling unit mata uang:

a. Batas kekeliruan total yang timbul kalau kekeliruan ditemukan mungkin terlalu

tinggi untuk berguna bagi auditor.

b. Merupakan hal yang tidak praktis untuk memilih sample unit rupiah dari populasi

yang besar tanpa bantuan komputer

Minggu ke 5 : Audit Siklus Pembelian dan Pembayaran Kas

Audit atas Siklus Akuisisi dan Pembayaran

Siklus perolehan dan pembayaran meliputi golongan transaksi:

1. perolehan barang dan jasa.

2. pengeluaran kas untuk perolehan tersebut.

3. retur pembelian dan pengurangan harga (tetapi untuk kebanyakan perusahaan jumlahnya tidak

material).

Siklus Perolehan:

a. Akun-akun : Persediaan, properti pabrik dan peralatan, beban dibayar di

muka,leasehold improvements, hutang usaha, beban manufaktur, beban penjualan,

AKSK - KMP 2019 238


beban administrasi.

b. Fungsi usaha :Pemrosesan order pembelian, penerimaan barang dan jasa,

pengakuan kewajiban.

c. Dokumen dan catatan : Permintaan pembelian, order pembelian, laporan

penerimaan, jurnalperolehan, laporan ikhtisar perolehan, faktur dari pemasok, nota

debit, surat bukti/bon, berkas induk hutang usaha, neraca salo hutang usaha, rekening

pemasok.

Siklus Pengeluaran Kas:

a. Akun-akun : Kas di bank, hutang usaha, potongan pembelian.

b. Fungsi usaha : Pemrosesan dan pencatatan, pengeluaran kas.

c. Dokumen dan catatan : Cek, jurnal pengeluaran kas.

Pemrosesan order pembelian:

1. Permintaan pembelian: permintaan akan barang dan jasa oleh pegawai yang

berwenang.

2. Order pembelian: dokumen yang mencatat deskripsi, jumlah, dan informasi yang

berkaitan dengan berang dan jasa yang hendak dibeli perusahaan, dan berfungsi

sebagai otorisasi untuk mendapatkan barang dan jasa.

3. Pengendalian intern untuk perolehan.

Otorisasi yang memadai merupakan bagian utama sebab dengan otorisasi:

a. akan menjamin bahwa setiap barang dan jasa yang dibeli memang sesuai dengan

kepentingan perusahaan.

b. akan mencegah pembelian yang berlebihan atau barang yang tidak diperlukan.

Penerimaan Barang dan Jasa

Merupakan titik kritis karena pada saat inilah kewajiban sehubungan dengan perolehan tersebut

diakui. Bentuk pengendalian saat penenrimaan barang dan jasa: dilakukan penelitian atas deskripsi,

jumlah, saat kedatangan, serta kondisi barang.

Laporan penerimaan barang (receiving report): dokumen yang dibuat pada saat barang berwujud

AKSK - KMP 2019 239


diterima yang menunjukkan deskripsi tentang barang, jumlah yang diterima, tanggal penerimaan,

dan data lain yang relevan.

Pengendalian intern:

a. Biasanya perusahaan mempunyai bagian penerimaan barang yang bertugas membuat

laporan penerimaan sebagai bahan bukti bahwa barang sudah diterima dan diperiksa.

b. Rangkapan dokumen dikirim ke bagian gudang dan rangkapan lain dikirim ke bagian

hutang usaha.

c. Untuk mencegah terjadinya pencurian dan penyalahgunaan, barang diawasi secara

fisik sejak saat penerimaan sampai penggunaannya.

d. Pegawai bagian penerimaan harus independen dari bagian gudang dan bagian

akuntansi.

Pengakuan Kewajiban

Pengakuan dan pencatatan harus dilakukan dengan akurat dan tepat karena mempunyai dampak

yang sangat penting bagi laporan keuangan dan pengeluaran kas aktual.

1. Jurnal perolehan (acquisition journal): jurnal untuk mencatat rincian masing-masing

transaksi perolehan.

2. laporan ikhtisar perolehan (summary acquisition report): dokumen yang dihasilkan

komputer yang mengikhtisarkan perolehan untuk satu periode.

3. Faktur pemasok (vendor invoice): dokumen yang menunjukkan hal-hal seperti

deskripsi dan jumlah barang dan jasa yang diterima, harga termasuk ongkos angkut,

syarat potongan tunai, dan tanggal penerimaan kas.

4. Nota debet (debet note): dokumen yang menunjukkan pengurangan jumlah hak

pemasok karena pengembalian barang atau pengurangan harga.

5. Voucher: dokumen yang seringkali digunakan oleh berbagai organisasi sebagai sarana

formal pencatatan dan pengendalian perolehan.

6. Berkas induk hutang usaha (account payable master file): berkas untuk mencatat

perolehan individual, pengeluaran kas, serta retur an pengurangan harga perolehan

AKSK - KMP 2019 240


untuk masing-masing pemasok.

7. Neraca saldo hutang usaha (account payable trial balance): daftar yang menjadi

jumlah hak masing-masing pemasok pada saat tertentu.

8. Laporan pemasok (vendor statement): laporan yang disiapkan setiap bulan oleh

pemasok yang menunjukkan saldo awal, perolehan, retur dan pengurangan harga,

pembayaran kepada pemasok, dan saldo akhir.

Pengendalian intern:

Bagian hutang usaha memverifikasi kepatutan setiap perolehan dengan membandingkan rincian

dalam order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur pemasok.

Pengendalian pada bagian hutang usaha dan PDE adalah pegawai yang mencatat perolehan tidak

mempunyai akse ke kas, efek-efek, dan aktiva lainnya.

Pemrosesan dan Pencatatan Kas

1. Cek (Check): alat pembayaran untuk setiap perolehan saat pembayaran jatuh tempo.

Canceled chek: cek yang sudah diuangkan oleh penjual dan dikliring oleh bank pihak

klien.

2. Jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal): jurnal untuk mencatat transaksi

pengeluaran kas.

Pengendalian intern:

a. Penandatanganan setiap setiap cek oleh orang dengan otorisasi memadai.

b. Pemisahan tanggung jawab antara penanda tangan cek dengan pelaksanaan fungsi

hutang usaha.

c. Adanya pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penanda tangan cek

pada saat cek ditanda tangan.

d. Cek dibuat prenumbered dan dicetak di atas kertas khusus.

Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

1. Pengujian atas perolehan (test of acquisition): pemrosesan order pembelian,

penerimaan barang dan jasa, dan pengakuan kewajiban.

AKSK - KMP 2019 241


2. Pengujian atas pembayaran (test of payment): pemrosesan dan pencatatan

pengeluaran kas.

Verifikasi Perolehan:

a. Perolehan yang dicatat adalah untuk barang dan jasa yang diterima, sesuai dengan

kepentingan terbaik klien (existence & occurence).

b. Setiap perolehan yang terjadi telah dicatat (completeness).

c. Perolehan yang terjadi dinilai dengan benar (accuracy).

d. Perolehan diklasifikasikan dengan benar (classification).

Verifikasi Pengeluaran Kas

a. Pengeluaran kas yang dicatat adalah untuk barang dan jasa yang secara aktual

diterima (exixtence & occurence).

b. Transaksi pengeluaran kas yang ada telah dicatat (completeness).

c. Transaksi pengeluaran kas telah dicatat dengan benar (accuracy).

d. Transaksi pengeluaran kas diklasifikasikan dengan semestinya (classification).

e. Transaksi pengeluaran kas dicatat dengan tepat waktu (timelines).

f. Transaksi pengeluaran kas dimasukkan dengan semestinya dalam berkas induk

hutang usaha dan diikhtisarkan dengan semestinya (posting and summarizing).

Hutang usaha

Adalah kewajiban yang belum dibayarkan untuk barang dan jasa yang diterima dalam kegiatan

usaha normal perusahaan. Akun hutang usaha mencakup kewajiban karena perolehan bahan baku,

peralatan, prasarana, perbaikan, dan lain-lain jenis barang dan jasa yang telah diterima sebelum

akhir tahun.

Tujuan Audit untuk Pengujian Terinci Atas Saldo

Tujuannya adalah untuk menentukan apakah hutang usaha disajikan secara wajar dan diungkapkan

dengan memadai.

Metodologi untuk Merancang Pengujian Terinci Atas Saldo Hutang Usaha

AKSK - KMP 2019 242


1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima serta risiko bawaan

untuk hutang usaha.

2. Tetapkan risiko pengendalian untuk hutang usaha.

3. Rancang dan laksanakan pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas

transaksi, untuk siklus perolehan dan pembayaran.

4. Rancang dan laksanakan proseur analitis untuk siklus perolehan dan pembayaran.

5. Rancang pengujian terinci atas saldo akun hutang usaha untuk memenuhi tujuan

spesifik audit (prosedur audit, ukuran sampel, pos/unsur yang dipilih, saat

pelaksanaan).

Prosedur Analitis untuk Siklus Perolehan dan Pembayaran

Berguna untuk menemukan area yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Salah satu

langkahnya yang paling penting adalah membandingkan total beban tahun berjalan dengan tahun

lalu.

1. Bandingkan saldo akun beban terkait dengan tahun lalu.

2. Telaah daftar hutang usaha untuk hutang yang tidak biasa, hutang ke bukan pemasok,

dan hutang berbunga.

3. Bandingkan hutang usaha individual dengan tahun lalu.

4. Hitung rasio seperti pembelian ibagi hutang usaha, dan hutang usaha dibagi kewajiban

lancar.

Prosedur Pengujian Kewajiban Suah Lewat Waktu:

1. Memeriksa dokumentasi yang mendasari setiap pengeluaran kas setelah tanggal

neraca.

2. Memeriksa dokumen yang mendasari setiap tagihan yang belum dibayarkan beberapa

minggu setelah akhir tahun.

3. Menelusuri laporan penerimaan barang yang dibuat sebelum akhir tahun ke faktur

pemasoknya.

4. menelusuri rekening tagihan pemasok yang menunjukkan saldo terhutang ke neraca

AKSK - KMP 2019 243


saldo.

5. Mengirim konfirmasi ke pemasok yang melakukan bisnis dengan klien.

Minggu ke 6: Audit Aktiva Tetap, Persediaan, dan Kas

Audit Siklus Persediaan dan Pergudangan

Audit atas persediaan kompleks dan menghabiskan waktu dalam audit karena:

1. Persediaan adalah bagian utama dalam neraca, seringkali merupakan akun terbesar

melibatkan modal kerja.

2. Persediaan dapat tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan penghitungan dan

pengendalian fisik.

3. Bermacam-ragam persediaan menyulitkan auditor.

4. Penilaian persediaan dipersulit oleh faktor keusangan dan perlunya mengalokasikan

biaya manufaktur ke persediaan.

5. Ada beberapa metode penilaian persediaan, namun harus dipakai secara konsisten.

Tujuan audit atas siklus persediaan dan pergudangan:

Untuk menentukan apakah persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi telah

disajikan secara wajar dalam laporan keuangan.

Siklus persediaan dan pergudangan merupakan paduan dari dua sistem yang terpisah namun erat

berhubungan:

1. Arus barang secara fisik.

2. Biaya yang terkait.

Fungsi-Fungsi yang Membentuk Siklus Persediaan dan Pergudangan:

1. Memproses order pembelian.

Permintaan pembelian digunakan untuk meminta bagian pembelian untuk meng-order barang

persediaan. Pengendalian atas permintaan pembelian dan order pembelian yang terkait harus

dievaluasi dan diuji sebagai bagian dari siklus perolehan dan pembayaran.

AKSK - KMP 2019 244


2. Menerima bahan baku baru.

Barang yang diterima diperiksa kuantitas dan kualitasnya, dibuat laporan penerimaan barang.

Barang dikirim ke gudang, dokumen dikirim ke bagian pembelian, guang, dan hutang usaha.

3. Menyimpan bahan baku.

Barang disimpan hingga saatnya dibutuhkan, dikeluarkan dari gudang apabila ada permintaan

yang diotorisasi, perintah kerja, dokumen yang menyebutkan jenis dan jumlah barang yang

diminta.

4. Memproses barang.

Jumlah barang yang diproduksi tergantung order pelanggan, ramalan penjualan, tingkat

persediaan barang jadi, ekonomis tidaknya proses produksi. Bagian produksi membuat laporan

produksi dan barang rusak sehingga catatan akuntansi dapat mencerminkan pergerakan barang

dan biaya produksi yang akurat.

Struktur pengendalian intern akuntansi biaya yang baik penting dalam fungsi proses barang.

5. Menyimpan barang jadi.

Setelah barang selesai diproses di bagian produksi, penyimpanan dilakukan di gudang

menunggu pengiriman. Penyimpanan dipisahkan dalam beberapa area dengan akses terbatas.

6. Mengirim barang jadi.

Pengiriman barang harus didukung dengan dokumen pengiriman yang telah diotorisasi.

Berkas induk persediaan perpetual

Yaitu catatan yang memuat informasi mengenai jumlah unit persediaan yang dibeli, dijual, dan

yang tersimpan, atau informasi mengenai biaya perunit.

Bagian-bagian dari Audit Atas Persediaan

1. Memperoleh dan mencatat bahan baku, biaya buruh, dan overhead.

Terdiri dari pemrosesan order pembelian, penerimaan bahan baku, dan penyimpanan bahan

baku. Internal control fungsi ini dipahami dan diuji sebagai pengujian atas pengendalian dan

pengujian substantif atas transaksi dalam siklus perolehan dan pembayaran, penggajian, dan

kepegawaian.

AKSK - KMP 2019 245


2. Transfer aktiva dan biaya.

Mencakup fungsi pemrosesan barang dan penyimpanan barang jadi. Pengujiannya dilakukan

dalam siklus persediaan dan pergudangan.

3. Pengiriman barang serta pencatatan pendapatan dan biaya.

Mencakup pencatatan pengiriman barang. Pengujiannya dilakukan dalam siklus penjualan dan

penerimaan kas.

4. Pengamatan fisik persediaan.

Untuk menentukan apakah persediaan yang tercatat benar-benar ada pada tanggal neraca dan

dihitung dengan benar oleh klien.

5. Menilai harga dan mengkompilasi persediaan.

a. Pengujian harga (price test): untuk menentukan apakah klien telah menggunakan

suatu metode persediaan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum dengan benar dan dilaksanakan secara konsisten.

b. Pengujian kompilasi (compilation test): apakah hasil perhitungan fisik telah

diikhtisarkan dengan benar, jumlah persediaan dan harganya dicatat, dan

dijumlahkan dengan benar.

Audit Atas Akuntansi Biaya Pengendalian Akuntansi Biaya

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan persediaan fisik dan biaya yang terkait dari titik di mana

bahan baku diminta peng-orderannya sampai titik di mana barang jadi selesai diproduksi dan

dipindahkan ke gudang.

Pengendalian akuntansi biaya dibagi dalam dua kategori:

1. Pengendalian fisik atas persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

a. penggunaan gudang yang terpisah-pisah dengan akses terbatas.

b. penugasan pegawai tertentu yang bertanggung jawab secara spesifik pada

persediaan.

c. persetujuan melalui dokumen yang prenumbered untuk otorisasi pemindahan

persediaan.

AKSK - KMP 2019 246


d. berkas induk persediaan perpetual.

2. Pengendalian atas biaya yang terkait.

a. catatan atas biaya yang memadai untuk alat bantu manajemen untuk penentuan

harga, pengendalian biaya, dan costing perusahaan.

Pengujian atas Akuntansi Biaya

Dalam mengaudit akuntansi biaya, auditor berkepentingan dengan empat aspek:

1. Pengendalian fisik atas persediaan.

Pengujian dibatasi pada pengamatan dan tanya jawab. Jika auditor menyimpulkan bahwa

pengendalian persediaan demikian tidak memadai, auditor harus memperluas pengamatannya

atas pengujian persediaan fisik.

2. Dokumen dan pencatatan pemindahan barang.

Perhatian utama auditor dalam hal pemindahan persediaan dari satu lokasi ke lokasi lain adalah

apakah pemindahan yang dicatat benar terjadi, pemindahan yang terjadi telah dicatat, jumlah,

deskripsi, dan tanggal transaksi dicatat dengan tepat. Langkahnya adalah dengan pemahaman

internal control, kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap catatan dan dokumen.

3. Berkas induk perpetual persediaan.

Pengujian atas berkas induk persediaan perpetual memungkinkan auditor untuk mengurangi

pengujian fisik persediaan atau mengubah saat pelaksanaannya dilakukan dengan pemeriksaan

dokumen, yaitu dokumen untuk verifikasi pembelian bahan baku, yang mendukung

pengurangan persediaan bahan baku untuk produksi dan peningkatan persediaan barang jadi,

pengurangan persediaan barang jadi.

4. Harga perunit.

Pencatatan akuntansi biaya yang memadai harus diintegrasikan dengan catatan produksi dan

catatan akuntansi lain untuk mendapatkan biaya yang akurat untuk semua produk. Auditor harus

memahami internal control, dan pengujian dilakukan sebagai bagian dari pengujian terhadap

perolehan, penjualan, dan penggajian. Auditor menelusuri unit dan harga perunit bahan baku ke

berkas induk persediaan perpetual, dan total biaya ke catatan akuntansi biaya, menelusuri biaya

AKSK - KMP 2019 247


dari laporan gaji ke catatan biaya pekerjaan.

Prosedur Analitis:

1. Bandingkan persentase margin bruto dengan tahun lalu.

2. Bandingkan perputaran persediaan dengan tahun lalu.

3. Bandingkan biaya perunit persediaan dengan tahun lalu.

4. Bandingkan nilai persediaan dengan tahun lalu.

5. Bandingkan biaya manufaktur tahun berjalan dengan tahun lalu.

Pengujian Terinci untuk Persediaan

Dipengaruhi oleh hasil pengujian beberapa siklus lainnya, yaitu siklus persediaan dan pergudangan,

penjualan dan penerimaan kas, perolehan dan pembayaran, penggajian dan kepegawaian. Pengujian

terinci dibahas dalam dua aspek:

1. pengamatan fisik.

2. penetapan harga dan kompilasi.

Pengamatan Fisik Persediaan

Tanggung jawab auditor adalah mengevaluasi dan mengamati persediaan fisik klien dan mengambil

kesimpulan mengenai keberadaan persediaan fisik. Ketentuan pemeriksaan fisik tidak dapat

diterapkan kalau persediaan berada dalam gudang umum.

1. Pengendalian intern.

a. Petunjuk yang jelas mengenai penghitungan fisik.

b. Verifikasi intern yang independen atas penghitungan.

c. Rekonsiliasi independen antara hasil penghitungan dengan berkas induk

persediaan perpetual.

d. Pengendalian yang cukup atas kartu atau kertas kerja hasil penghitungan.

2. Keputusan audit.

a. Memilih prosedur audit.

b. Saat pelaksanaan.

c. Ukuran sampel.

AKSK - KMP 2019 248


d. Pemilihan pos atau unsur yang akan diuji.

3. Pengujian pengamatan fisik.

a. Hadir saat penghitungan fisik.

b. Pemahaman yang memadai mengenai jenis usaha klien.

c. Menelusuri semua bagian di mana persediaan digudangkan.

d. Membandingkan persediaan bernilai tinggi ke angka penghitungan tahun

sebelumnya dan ke berkas induk persediaan perpetual.

Audit Atas Penetapan Harga dan Kompilasi

Penetapan harga mencakup semua pengujian atas biaya perunit apakah sudah tepat. Sedangkan

kompilasi mencakup seluruh pengujian atas pengikhtisaran penghitungan fisik, perkalian harga

dengan kuantitas, penjumlahan ikhtisar persediaan, dan penelusuran saldo ke buku besar.

1. Pengendalian penetapan harga dan kompilasi.

a. Penggunaan biaya standar.

b. Penelaahan kelayakan biaya perunit oleh orang yang independen.

c. Penelaahan dan pelaporan formal persediaan yang rusak, usang, perputarannya

lambat, atau lebih saji.

d. Dokumen dan catatan yang memadai dari penghitungan fisik.

e. Verifikasi intern oleh personel yang cakap dan independen.

f. Kartu persediaan prenumbered.

2. Prosedur penetapan harga dan kompilasi.

Kerangka acuannya adalah daftar persediaan yang didapat dari klien, yang terdiri dari deskripsi

jenis persediaan menurut bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi yang disusun

terpisah, di mana jumlahnya harus sama dengan angka pada buku besar.

3. Penilaian persediaan.

Metode penetapan harga harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, konsisten

dari tahun ke tahun, dan mempertimbangkan nilai pasar dengan nilai penggantian.

Memadukan Pengujian

AKSK - KMP 2019 249


1. Pengujian atas siklus perolehan dan pembayaran.

Saat verifikasi perolehan, bahan bukti dikumpulkan mengenai akurasi pembelian bahan baku, dan

semua biaya overhead pabrik, kecuali upah.

2. Pengujian atas siklus penggajian dan kepegawaian.

Untuk menguji pencatatan biaya akuntansi untuk upah buruh langsung dan tidak langsung.

3. Pengujian atas siklus penjualan dan penerimaan kas.

Audit untuk penyimpanan barang jadi, pengiriman barang, dan pencatatan penjualan. Juga

dapat diterapkan untuk pengujian HPP standar.

4. Pengujian atas akuntansi biaya.

Dimaksukan untuk verifikasi pengendalian yang mempengaruhi persediaan tetapi tidak

diverifikasi dalam tiga siklus di atas, seperti pengendalian fisik, pemindahan biaya bahan baku

ke barang dalam proses, pemindahan biaya barang yang selesai ke barang jadi.

5. Persediaan fisik, kompilasi, penetapan harga.

Kekeliruan pada salah satu menyebabkan salah saji persediaan dan HPP.

Audit Siklus Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali

Akun-akun utama dalam siklus perolehan dan pembayaran kembali modal: wesel bayar, hutang

kontrak, hipotek, hutang obligasi, beban bunga, bunga yang masih harus dibayar, kas di bank,

modal- saham biasa, modal saham preferen, modal disetor atas nilai pari, modal donasi, dll.

Empat ciri khas siklus perolehan dan pembayaran kembali modal sangat mempengaruhi audit

terhadap akun-akun di atas:

1. Relatif sedikit transaksi yang mempengaruhi saldo-saldo akun di atas tetapi setiap

transaksi jumlahnya material.

2. Tidak dimasukanya satu transaksi tunggal yang mungkin material (pengabaian suatu

transaksi merupakan masalah audit yang utama).

3. Terdapat hubungan hukum antara entitas usaha klien dan pemegang saham, obligasi

atau dokumen-dokumen pemilikan yang serupa.

4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan dividen dengan hutang dan modal.

AKSK - KMP 2019 250


WESEL BAYAR

Wesel bayar adalah kewajiban hukum terhadap kreditur yang mungkin dijamin oleh aktiva atau

sama sekali tidak dijamin.

Tujuan pemeriksaan auditor atas wesel bayar adalah untuk menentukan apakah:

1. Struktur pengendalian intern terhadap wesel bayar cukup memadai.

2. Transaksi-transaksi yang terkait telah diotorisasi secara memadai dan telah dicatat

sesuai dengan keenam tujuan spesifik audit atas transaksi yang telah ditetapkan.

3. Hutang atas wesel bayar dan beban bunga dan kewajiban yang masih harus dibayar

yang berhubungan, telah dinyatakan dengan wajar sesuai dengan 8 dari 9 tujuan

spesifik audit atas rincian saldo. (detail tie in, eksistensi, accuracy, evaluation,

classification, cut off, realizable value, right and obligation, presentation and disclosure)

Pengendalian Intern yang penting atas wesel bayar:

1. Otorisasi yang memadai atas penerbitan wesel baru (tanggungjawab penerbitan ada

pada dewan direksi atau manajemen puncak).

2. Pengendalian yang mencukupi atas pembayaran pokok pinjaman dan bunga.

3. Dokumen dan catatan-catatan yang memadai.

4. Verifikasi independen secara periodik.

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi

Pengujian terhadap transaksi wesel bayar meliputi penerbitan wesel bayar dan pembayaran kembali

pokok pinjaman serta bunga. Pengujian transaksi wesel bayar dan bunganya harus lebih

menekankan terhadap empat pengendalian intern terpenting dan harus ada penekanan terhadap

ketepatan jumlah penerimaan dan pembayarannya.

Prosedur Analitis

Prosedur analitais merupakan hal yang esensial untuk wesel bayar karena pengujian terinci atas

beban bunga dan bunga terhutang seringkali dapat dieliminasi bila hasilnya menguntungkan.

Prosedur Analitis Kemungkinan Kekeliruan

AKSK - KMP 2019 251


Hitung kembali taksiran beban Salah saji beban bunga atau bunga

bunga terhutang, atau pengabaian wesel bayar

yang beredar.

Bandingkan wesel bayar yang Pengabaian atas salah saji wesel

beredar bayar

dengan tahun sebelumnya

Bandingkan saldo wesel bayar, Salah saji beban bunga, bunga terhutang

beban bunga, dan bunga terhutang atau wesel bayar sebelumnya.

dengan tahun

sebelumnya.

Pengujian Rincian atas Saldo

1. Langkah awal yang umum dilakukan dalam audit wesel bayar adalah penggunaan

skedul wesel bayar dan bunga terhutang yang diperoleh dari klien. Skedul ini memuat

keterangan rinci dari semua transaksi yang terjadi selama tahun berjalan secara

keseluruhan baik untuk periode pinjaman maupun bunga, salso awal dan saldo akhir

wesel bayar dan hutang bunga, serta informasi yang jelas dan rinci mengenai wesel.

2. Bila selama tahun berjalan terdapat banyak transaksi yang melibatkan wesel bayar,

auditor dapat meminta klien untuk mempersiapkan skedul wesel-wesel yang pada

akhir tahun masih mempunyai saldo belum dilunasi.

Tujuan Spesifik Audit atas

Saldo

Detail tie in Wesel bayar dalam skedul wesel bayar cocok dengan berkas induk

atau register wesel bayar klien, dan jumlah telah ditambahkan

dengan tepat dan cocok

dengan bukti besar.

Eksistensi Wesel bayar yang ada dalam skedul benar-benar ada.

AKSK - KMP 2019 252


Kelengkapan Seluruh wesel bayar yang ada telah dimasukan dalam skedul wesel

bayar.

Ketepatan Wesel bayar dan bunga yang masih harus dibayar yang terdapat

dalam skedul

telah dihitung dengan tepat.

Cut off Wesel bayar telah dicatat pada periode yang tepat.

Kewajiban Perusahaan berkewajiban untuk membayar wesel bayar.

Presentation Wesel bayar, beban bunga, dan bunga masih harus dibayar telah

and disajikan dan

disclosure diungkapkan dengan memadai.

Tiga tujuan terpenting dalam audit atas wesel bayar adalah:

1. Completeness, penting karena bila terjadi kesalahan, maka nilainya material.

2. Accuracy

3. Presentation and disclosure prisip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan

adanya catatan kaki yang memberi keterangan tentang jangka waktu wesel yang

belum jatuh tempo dan aktiva yang dijaminkan.

EKUITAS PEMILIK

Transaksi-transaksi ekuitas pemilik yang mungkin terjadi adalah perubahan ekuitas pemilik

disebabkan oleh laba atau rugi tahunan serta pembagian dividen.

Tujuan dari pemeriksaan auditor terhadap ekuitas pemilik adalah untuk menentukan apakah:

1. Struktur pengendalian intern terhadap modal saham dan dividen yang berkaitan

mencukupi.

2. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik telah dicatat sesuai dengan keenam tujuan spesifik

audit.

3. Saldo-saldo ekitas pemilik telah disajikan dan diungkapkan sesuai dengan tujuan

spesifik audit rincian saldo.

Pengendalian Intern yang penting dan diutamakan oleh auditor:

AKSK - KMP 2019 253


1. Otorisasi yang memadai untuk transaksi (transaksi material dan harus disetujui oleh

dewan direksi).

2. Pencatatan yang baik dan pemisahan fungsi.

3. Petugas dan agen pemindahan saham yang independen. Perusahaan yang

mengeluarkan sahamnya di pasar modal, diharuskan menggunakan petugas catat

bebas sebagai suatu alat pengendalian untuk mencegah pengeluaran sertifikat saham

yang tidak sah.

Empat hal yang penting dalam audit terhadap modal saham dan tambahan modal disetor di

atas nilai pari:

1. Seluruh transaksi modal saham yang ada telah dicatat (kelengkapan).

Tujuan ini dapat dicapai jika digunakan jasa pencatat atau agen pemindahan saham. Auditor

dapat meminta konfirmasi mengenai transaksi modal saham dan mengenai nilai transaksi

tersebut.

2. Transaksi-transaksi saham yang dicatat telah diotorisasi dan nilainya tepat

(keberadaan dan keakuratan). Keberadaan biasanya diuji dengan memeriksa notulen

rapat dewan direksi. Ketepatan nilai transaksi saham yang dilakukan secara tunai

dapat diverifikasi dengan meminta konfirmasi tentang jumlahnya kepada agen

pemindahan saham dan menelusuri jumlah transaksi saham yang ada ke dalam

penerimaan uang.

3. Modal saham dinilai dengan benar (akurasi). Saldo akhir dalam akun modal diverifikasi,

mula-mula dengan menentukan jumlah saham yang beredar pada tanggal neraca.

Konfirmasi dari agen pemindahan merupakan cara verifikasi termudah. Jika tidak ada

agen pemindahan maka auditor mengandalkan pada pemeriksaan atas catatan saham

dan menghitung seluruh saham yang beredar dalam buku sertifikasi saham, meneliti

sertifikat yang dibatalkan dan menghitung sertifikat kosong.

4. Modal saham disajikan dan diungkapkan secara memadai (presentation and

disclosure). Sumber informasi yang digunakan mengenai pengungkapan yang

AKSK - KMP 2019 254


memadai adalah akte pendirian perusahaan, notulen rapat dewan direksi, dan analisis

auditor terhadap transaksi-transaksi modal saham.

Audit Atas Dividen

Penekanan pada audit atas dividen adalah pada transaksinya dan bukan saldo akhir, kecuali jika

ada hutang dividen. Keenam tujuan spesifik audit atas transaksi relevan untuk dividen.

Tujuan terpenting dari kontrol terhadap dividen, termasuk yang berkaitan dengan hutang

dividen:

1. Dividen yang dicatat benar ada (eksistensi).

2. Dividen yang ada seluruhnya telah dicatat (kelengkapan).

3. Dividen telah dicatat dengan benar (accuracy).Dividen yang dibayar kepada pemegang

saham adalah benar ada (eksistensi)

4. Hutang dividen telah dicatat (kelengkapan).

5. Hutang dividen telah dicatat dengan benar (keakuratan).

Keberadaan dapat dicek dengan meneliti notulen rapat dewan direksi mengenai jumlah dividen per

lembar saham dan tanggal pembayaran dividen. Ketepatan penilaiian suatu pengumuman

pembayaran dividen dapat diaudit dengan menghitung kembali jumlahnya berdasarkan dividen

setiap saham dan jumlah saham beredar. Pengujian untuk melihat apakah pembayaran dilakukan

kepada pemegang saham yang memiliki saham tersebut pada tanggal pencatatan dividen adalah

dengan memilih suatu sample pembayaran dividen yang dicatat dan menelusuri nama penerima

uang pada cancelled check pada catatan dividen, untuk meyakinkan bahwa penerima uang memang

berhak.

Audit Atas Laba Ditahan

1. Titik awal audit terhadap laba ditahan adalah analisis terhadap laba ditahan untuk

seluruh tahun yang bersangkutan (meliputi keterangan tentang setiap transaksi yang

mempengaruhi laba ditahan).

2. Audit terhadap pengkreditan atas laba ditahan yang berasal dari laba tahun yang

bersangkutan dilakukan dengan menelusuri jurnal dalam laba ditahan ke dalam laba

AKSK - KMP 2019 255


bersih pada penghitungan laba rugi. Prosedur ini dilakukan pada saat-saar terakhir

audit seluruh ayat jurnal penyesuaian yang mempengaruhi laba bersih disesuaikan.

3. Setelah auditor yakin bahwa transaksi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai transaksi

laba ditahan, langkah berikutnya adalah menentukan apakah nilai transaksi tersebut

benar.

4. Pertimbangan penting lainnya dalam audit laba ditahan adalah menilai apakah ada

transaksi yang seharusnya dimasukan tetapi belum dicacat.

5. Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan dengan benar dalam

neraca adalah keberadaan pembatasan-pembatasan terhadap pembayaran dividen.

Pembatasan- pembatasan ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan

keuangan.

Audit Saldo Kas

JENIS-JENIS AKUN KAS

1. Akun Kas Umum: merupakan hal penting bagi sebagian besar organisasi karena

sebenarnya penerimaan dan pengeluaran kas melalui akun ini pada suatu waktu.

2. Akun Gaji Impres: akun tersendiri yang dibentuk untuk melakukan pembayaran gaji

dan upah kepada karyawan dan dalam akun ini ditentukan suatu jumlah tetap.

3. Akun Bank Cabang: serupa dengan akun kas umum, tetapi pada tingkat cabang, dan

dapat digunakan untuk menunjang pengendalian atas penerimaan dan pengeluaran.

4. Dana kas Kecil Impres: digunakan untuk melakukan pembelian tunai yang kecil-kecil

yang dapat dibayar lebih mudah dan lebih cepat dengan kas daripada menggunakan

cek.

5. Setara Kas: termasuk dalam laporan keuangan sebagai bagian dari akun kas hanya

jika bersifat investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas dalam jangka

pendek dan tidak ada risiko perubahan nilai dan perubahan suku bunga yang

signifikan.

KAS DI BANK DAN SIKLUS-SIKLUS TRANSAKSI

AKSK - KMP 2019 256


Dalam audit kas, harus dibuat perbedaan antara verifikasi rekonsiliasi klien atas saldo rekening

koran dengan saldo buku besar dan verifikasi apakah kas yang tercatat di buku besar telah

mencerminkan dengan benar semua transaksi kas yang dilaksanakan selama tahun tersebut.

Kesalahan berikut akan mengakibatkan kesalahan pembayaran atau penerimaan kas, dan tidak

terungkap sebagai bagian dari audit atas rekonsiliasi bank:

1. Kesalahan penagihan ke pelanggan

2. Menagih pelanggan dengan harga yang lebih rendah daripada yang ditetapkan oleh

kebijakan perusahaan.

3. Penggelapan kas dengan jalan menahan hasil penerimaan kas dari pelanggan

sebelum dicatat. Jika kesalahan tersebut tidak ditemukan dalam audit,seharusnya dapat

ditemukan pada bagian audit atas siklus penjualan dan penerimaan kas.

AUDIT ATAS AKUN KAS UMUM

Dalam pengujian akhir tahun akun kas umum, auditor harus mengumpulkan bahan bukti yang cukup

untuk mengevaluasi apakah kas yang dinyatakan dalam neraca, telah dinyatakan secara wajar dan

diungkapkan secara layak.

Metodologi untuk auditing kas akhir tahun:

1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima, dan risiko bawaan

untuk kas di bank.

2. Tetapkan risiko pengendalian untuk kas di bank.

3. Rancang dan laksanakan pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur analitis

untuk beberapa siklus.

4. Rancang dan laksanakan prosedur analitis bagi saldo kas di bank.

5. Rancang pengujian rinci atas persediaan guna memenuhi tujuan spesifik audit

(prosedur audit, ukuran sample, pos yang dipilih, dan saat pelaksanaan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi audit kas akhir tahun:

AKSK - KMP 2019 257


1. Kas dipengaruhi oleh sebagian besar siklus lainnya, yang berarti bahwa dalam hal ini

banyak peluang terjadinya kesalahan.

2. Meskipun saldo kas itu sendiri tidak besar, jumlah rupiah debet dan kredit yang

mempengaruhi saldo tersebut pada umumnya lebih besar daripada akun lainnya

(materialitas).

3. Kas adalah harta yang paling disukai untuk dicuri (risiko inheren).

Pengendalian Intern

Pengendalian intern dibagi menjadi 2 kategori yaitu pengendalian atas siklus transaksi yang

mempengaruhi pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dan rekonsiliasi bank secara

independen. Rekonsiliasi penting karena digunakan untuk memastikan bahwa buku mencerminkan

saldo kas yang sama dengan jumlah kas sebenarnya yang ada di bank setelah memperhitungkan pos-

pos rekonsiliasi. Rekonsiliasi independen akan membuka peluang khusus untuk verifikasi intern

atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Jika rekening koran diterima dalam keadaan tertutup

oleh petugas yang merekonsiliasi dan pengendalian fisik diselenggarakan atas laporan tersebut

sampai rekeonsiliasi tersebut diselesaikan, cancelled check, duplikasi slip-slip setoran, dan

dokumen-dokumen lain yang tercakup dalam laporan tersebut dapat diuji tanpa adanya

kekhawatiran terhadap kemungkinan pengubahan, penghapusan, atau penambahan.

Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah dengan menunjuk dan menetapkan seorang

karyawan yang bertanggungjawab untuk menelaah rekonsiliasi bulanan segera setelah rekonsiliasi

bulanan segera setelah rekonsiliasi diselesaikan.

Prosedur Analitis

Rekonsiliasi bank akhir tahun dilakukan dengan dasar 100% pengujian kelayakan saldo kas. Oleh

karenanya kurang penting jika dibandingkan sebagian besar bidang audit lainnya.

1. Membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan, cek-

cek yang masih beredar, dan pos-pos rekonsiliasi lainnya dengan rekonsiliasi tahun

sebelumnya.

2. Membandingkan saldo akhir kas dengan bulan sebelumnya.

AKSK - KMP 2019 258


Prosedur-Prosedur Audit atas Saldo Kas Akhir Tahun

1. Penerimaan konfirmasi bank.

Jika bank tidak menanggapi permintaan konfirmasi, auditor harus mengirim permintaan kedua

atau meminta klien untuk menelepon bank tersebut. Setelah konfirmasi bank diterima, saldo

rekening bank ditegaskan oleh bank harus ditelusuri ke jumlah yang tercantum dalam

rekonsiliasi bank. Demikian pula, semua informasi lainnya pada rekonsiliasi harus ditelusuri ke

kertas kerja audit yang relevan. Jika informasi tersebut tidak cocok, harus dilakukan

penyelidikan atas perbedaan itu.

2. Penerimaan suatu rekening koran bank pada titik pisah batas.

Suatu laporan bank pisah batas adalah suatu laporan bank untuk periode sebagian dan cancelled

check yang bersangkutan, dupliksi slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam laporan

bank, yang dikirim secara langsung oleh bank ke kantor akuntan publik.

Tujuan rekening koran pisah batas adalah untuk memverifikasi pos-pos rekonsiliasi pada

rekonsiliasi bank klien akhir tahun dengan bahan bukti yang tidak dapat diakses oleh klien.

3. Pengujian atas rekonsiliasi bank.

Alasan pengujian rekonsiliasi bank adalah untuk verifikasi apakah saldo bank klien yang tercatat

berjumlah sama dengan jumlah kas sebenarnya yang ada di bank kecuali untuk setoran dalam

perjalanan, cek yang beredar, dan pos penyesuaian lain.

Prosedur utama pelaksanaan tes berdasarkan rekening koran bank pisah batas:

a. Verifikasi perhitungan matematis rekonsiliasi bank oleh klien apakah sudah tepat.

b. Telusuri saldo rekening koran pisah batas menurut bank pada rekonsiliasi bank,

rekonsiliasi tidak terlaksana sebelum dua jumlah itu sama.

c. Telusuri cek-cek yang termasuk dalam laporan bank pisah batas terhadap daftar

cek-cek yang beredar pada rekonsiliasi bank dan terhadap buku pengeluaran kas.

d. Selidiki semua cek-cek dengan jumlah signifikan yang termasuk dalam cek dalam

peredaran yang belum dikliring pada laporan pisah batas.

e. Telusuri setoran dalam perjalanan sampai ke laporan berikutnya.

AKSK - KMP 2019 259


f. Hitung semua pos rekonsiliasi lainnya dalam rekening koran bank dan rekonsiliasi

bank.

Prosedur Berorientasi Fraud

Prosedur-prosedur pengungkapan kecurangan:

1. Pengujian yang diperluas atas rekonsiliasi bank.

Tujuan perluasan ini adalah untuk memverifikasi apakah semua transaksi yang dimasukan

dalam buku untuk bulan terakhir tahun yang bersangkutan telah dimasukan atau dikeluarkan

dari rekonsiliasi bank dan untuk memverifikasi apakah semua pos pada rekonsiliasi telah

dimasukkan dengan benar. Auditor juga harus melaksanakan prosedur-prosedur setelah akhir

tahun dengan menggunakan laporan bank pisah batas.

2. Pembuktian kas.

Auditor seringkali menyiapkan suatu pembuktian kas, jika pengendalian intern atas kas

dianggap tidak memadai. Pembuktian kas mencakup:

a. Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar periode pembuktian

kas.

b. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetor dengan buku penerimaan kas untuk

suatu periode tertentu.

c. Rekonsiliasi cancelled check dengan jurnal pengeluaran kas untuk periode tertentu.

d. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode

pembuktian kas. Auditor menggunakan pembuktian kas guna menetapkan apakah:

a. Semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.

b. Semua setoran di bank dicatat dalam pembukuan.

c. Semua pengeluaran kas yang tercatat dibayarkan oleh bank.

d. Semua jumlah yang dibayar oleh bank telah dicatat.

Keperluan penyusunan pembuktian kas suatu bulan tertentu tidak terkait dengan penyesuaian

saldo-saldo akun, tetapi dengan rekonsiliasi jumlah menurut buku dan bank. Jika auditor

melaksanakan pembuktian kas, berarti dilakukan kombinasi pengujian transaksi dan pengujian

AKSK - KMP 2019 260


rincian atas saldo.

3. Pengujian untuk Kitting.

Kitting adalah penyelewengan kas yang dilakukan dengan mentransfer uang dari satu bank ke

bank lain dan mencatat transaksi secara tidak tepat. Pendekatan yang bermanfaat untuk menguji

kitting, dan juga kesalahan-kesalahan yang tak disengaja dalam pencatatan transfer bank adalah

dengan mencatat semua transfer bank yang dilakukan beberapa hari sebelum dan sesudah

tanggal neraca dan menelusuri masing-masing ke catatan akuntansi untuk dicatat dengan

semestinya.

AUDIT ATAS AKUN BANK PENGGAJIAN

Pengujian rekonsiliasi bank gaji dan upah dapat dilaksanakan hanya dalam beberapa menit jika

ada rekening gaji dan upah impres dan rekonsiliasi yang independen atas akun bank. Pos yang

direkonsiliasi adalah cek-cek yang beredar. Dalam pengujian saldo rekening bank gaji dan upah,

perlu diperoleh rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, dan suatu laporan bank pisah batas. Prosedur

terpenting untuk verifikasi gaji dan upah adalah pengujian atas pengendalian dan pengujian

substantif atas transaksi. Kesalahan gaji dan upah yang mungkin terjadi akan terungkap dengan

menggunakan prosedur-prosedur tersebut, bukan melalui pengecekan saldo rekening bank impres.

AUDIT ATAS KAS KECIL

Kas kecil merupakan akun yang unik, karena seringkali jumlahnya tidak material, tapi selalu

diperiksa dalam audit. Akun itu diverifikasi terutama karena adanya kemungkinan kecurangan dan

adanya permintaan klien akan suatu penelaahan audit.

1. Pengendalian Intern atas Kas Kecil

Pengendalian intern terpenting adalah:

a. Penggunaan dana impres yang merupakan tanggungjawan satu orang.

b. Dana kas kecil tidak boleh dicampur dengan penerimaan lain, dan dana itu harus

dipisahkan dari aktivitas lainnya.

AKSK - KMP 2019 261


c. Harus ada batasan atas jumlah suatu pengeluaran dari kas kecil.

d. Jenis pengeluaran yang dapat dilakukan dari transaksi kas harus didefinisikan

dengan tegas melalui kebijakan perusahaan.

2. Pengujian Audit atas Kas

Kecil Prosedur pengujian kas

kecil adalah:

Menetapkan prosedur-prosedur untuk menangani, dan dilakukan dengan membahas struktur

pengendalian intern bersama pengelola kas dan memeriksa dokumentasi beberapa transaksi.

Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif tergantung pada jumlah dan besar

penggantian kas kecil dan pengendalian serta tingkat risiko pengendalian yang dinilai auditor.

Pengujian kas kecil dilakukan dengan menghitung saldo kas kecil dan melaksanakan pengujian

terinci atas satu atau dua transaksi penggantian

Minggu ke 7 : Audit atas Siklus Penggajian dan Kepegawaian

Payroll and personnel cycle meliputi penggunaan tenaga kerja dan pembayaran ke semua pegawai,

tanpa memperhatikan klasifikasi metode penentuan kompensasi. Siklus ini menjadi penting karena

berbagai alasan:

1. Gaji, upah dan pajak penghasilan pegawai, dan beban pegawai lainnya merupakan

komponen utama pada kebanyakan perusahaan.

2. Beban tenaga kerja merupakan pertimbangan penting dalam penilaian persediaan

pada perusahaan manufaktur dan konstruksi, dimana klasifikasi dan alokasi beban

upah yang tidak semestinya dapat menyebabkan salah saji laba bersih secara material.

3. Penggajian merupakan bidang yang menyebabkan pemborosan sejumlah sumber

daya perusahaan karena inefisiensi atau pencurian melalui fraud.

Audit atas siklus penggajian dan kepegawaian meliputi:

1. Perolehan pemahaman atas struktur pengendalian intern.

2. Penetapan risiko pengendalian.

3. Pengujian atas pengendalian.

AKSK - KMP 2019 262


4. Pengujian substantif .

5. Prosedur analistis dan pengujian terinci atas saldo.

Perbedaan penting antara siklus penggajian & kepegawaian dengan siklus lain pada audit yang umum:

1. Hanya ada satu golongan transaksi untuk penggajian.

2. Transaksi-transaksi lebih signifikan daripada akun-akun neraca terkait.

3. Pengendalian intern atas penggajian pada kebanyakan perusahaan umumnya efektif

meskipun pada perusahaan kecil.

Tujuan Audit atas Transaksi untuk Penggajian

1. Keberadaan: pembayaran gaji yang dicatat adalah untuk pekerjaan yang secara aktual

dilaksanakan oleh pegawai non fiktif.

2. Kelengkapan: transaksi penggajian yang ada telah dicatat.

3. Akurasi: transaksi penggajian yang dicatat adalah jumlah waktu kerja aktual dan tingkat

upah yang semestinya, pemotongan dihitung dengan semestinya.

4. Klasifikasi: transaksi penggajian diklasifikasi dengan memadai.

5. Tepat waktu: transaksi penggajian dicatat pada waktu yang tepat.

6. Posting dan pengikhtisaran: transaksi penggajian dimasukkan dalam berkas induk

penggajian dengan semestinya dan diikhtisarkan dengan semestinya.

Fungsi-fungsi dalam siklus, dokumen dan catatan terkait, dan pengendalian intern.

Siklus penggajian dan kepegawaian dimulai denga merekrut pegawai dan berakhir dengan

pembayaran kepada pegawai atas jasa yang diberikan dan kepada pemerintah dan lembaga lainnya

atas pajak penghasilan dan kenikmatan pegawai yang terhutang.

Pengendalian intern yang paling penting dalam kepegawaian meliputi metode formal dalam

memberitahu petugas pengelola waktu dan penyiapan pembayaran gaji atas pegawai baru, otorisasi

perubahan awal dan periodik atas tarif pembayaran, dan tanggal pemutusan hubungan kerja. Wujud

pengendalian intern: pemisahan tugas dan penyelidikan yang memadai atas kompetensi dan

kejujuran pegawai baru.

1. Pengelolaan waktu dan penyiapan pembayaran gaji.

AKSK - KMP 2019 263


Fungsi ini memiliki kepentingan utama dalam audit atas penggajian karena langsung

mempengaruhi beban gaji untuk periode tersebut. Tugas fungsi ini meliputi penyiapan:

a. Kartu absen: menunjukan jam berapa pegawai mulai dan selesai kerja.

b. Tiket waktu kerja: menunjukan pekerjaan khusus yang dilakukan pekerja pabrik

untuk waktu tertentu.

c. Laporan ikhtisar penggajian: dokumen yang dihasilkan oleh komputer yang

mengikhtisarkan penggajian untuk satu periode..

d. Jurnal penggajian: digunakan untuk mencatat cek gaji,

e. Buku induk penggajian: digunakan untuk mencatat setiap transaksi penggajian

untuk masing- masing pegawai.

f. Pengendalian intern: pengendalian yang memadai atas waktu dalam kartu absen

mencakup penggunaan pencatat waktu atau metode lain untuk menjamin bahwa

pegawai dibayar menurut jam kerja aktual.

2. Pembayaran Gaji

Penandatanganan dan distribusi cek aktual harus ditandatangani semestinya untuk mencegah

pencurian.

a. Cek gaji: jumlah cek= gaji kotor-pajak dan potongan lain (cancelled check).

b. Pengendalian intern: pengendalian atas cek mencakup pembatasan otorisasi

penandatanganan cek oleh pegawai yang berwenang yang tidak mempunyai akses

terhadap pengelolaan waktu atau penyiapan pembayaran gaji, distribusi

pembayaran gaji oleh seorang yang tidak terlibat dalam fungsi penggajian lainnya,

dan penyetoran kembali gaji yang tidak diambil.

3. Penyiapan Surat Pemberitahuan dan Pembayaran Pajak

Penyiapan SPT yang cermat dan tepat waktu diperlukan untuk menghindari sanksi dan

tuntutan pidana terhadap perusahaan.

a. SPT: formulir yang dikirim ke KPP untuk melaporkan jumlah PPh pegawai yang

telah dipotong selama setahun.

b. Pengendalian intern: dilakukan melalui seperangkat kebijakan yang didefinisikan

AKSK - KMP 2019 264


dengan baik yang mengindikasikan kapan setiap formulir harus diarsip.

Pengujian Pengendalian dan Pengujian atas Transaksi

Penggajian memiliki risiko salah saji material yang minimum meskipun penggajian seringkali

merupakan bagian yang signifikan dari total beban , dengan alasan:

1. Pegawai akan mengeluh kepada manajemen kalau kurang dibayar.

2. Seluruh transaksi penggajian seringkali seragam dan tidak komplek.

3. Di AS, transaksi penggajian secara ekstensif diaudit oleh pemerintah untuk

pemotongan PPh, jaminan sosial, dan pajak pengangguran.

Pengendalian Intern, Pengujian atas Pengendalian, dan Pengujian Substantif atas

Transaksi.

Penekanan pengujian atas pengendalian adalah karena:

1. Ketiadaan bahan bukti dari pihak ketiga yang independen.

2. Dalam kebanyakan audit, akun neraca untuk ini bersaldo kecil dan dapat diverifikasi

dengan relatif mudah kalau auditor yakin bahwa transaksi penggajian dimasukan

dengan benar ke komputer dan SPT disiapkan dengan semestinya.

Pertimbangan-Pertimbangan mengenai Persediaan dan Penggajian Fiktif

Auditor memperluas prosedurnya dalam audit atas penggajian dalam kondisi dan situasi sbb:

1. Kalau penggajian secara signifikan mempengaruhi penilaian persediaan

2. Kalau auditor berkepentingan mengenai kemungkinan transaksi penggajian yang

curang secara material akibat struktur pengendalian intern yang lemah.

Pertimbangan lain: penyiapan Surat pemberitahuan pajak, pembayaran potongan pajak dan potomgan

lainnya dengan tepat waktu, dan pengisian kembali akun gaji kecil.

Prosedur Analitis

Prosedur analitis diperlukan untuk membongkar bidang yang memerlukan tambahan penyelidikan.

Prosedur analitis untuk penggajian dan kepegawaian:

Prosedur Kekeliruan yang Mungkin

AKSK - KMP 2019 265


Analitis

Bandingkan saldo akun beban gaji dengan tahun Salah saji dari akun beban gaji

lalu.

Bandingkan tenaga kerja langsung sebagai Salah saji dari tenaga kerja

persentase langsung

dari penjualan dengan tahun lalu

Bandingkan beban pajak ditanggung perusahaan Salah saji dalam beban pajak

sebagai ditanggung

persentase dari gaji dan upah dengan tahun lalu perusahaan

Bandingkan akun hutang PPh pegawai dengan Salah saji dalam hutang PPh

tahun lalu pegawai.

Pengujian Terinci atas Saldo untuk Akun Kewajiban dan Beban

Dua tujuan utama dalam pengujian kewajiban yang berkaitan dengan penggajian (beban gaji yang

masih harus dibayar) adalah:

1. Akrual dalam neraca saldo dinilai dengan memadai dan transaksi dalam siklus

penggajian dan kepegawaian dicatat pada periode yang sesuai.

2. Untuk menjamin bahwa tidak terjadi kurang saji atau penghilangan akrual.

AKSK - KMP 2019 266


Pajak Internasional
Baiq Indria (087864400120)

Minggu ke-1

INTERNATIONAL TAX POLICY

Pajak internasional adalah pajak yang dikenakan atas transaksi internasional. Perpajakan

internasional berkaitan dengan pajak langsung (seperti Pajak penghasilan) dan pajak tidak

langsung (seperti Pajak Pertambahan Nilai).

Perjanjian yang diterima secara umum dibawah hukum internasional yaitu, walaupun sebuah

negara bebas untuk memungut pajak bagaimanapun yang dia inginkan, negara tersebut tidak

bisa memaksakan klaim pajaknya di teritorial negara lain. Dengan kata lain, hukum

perpajakannya tidak bisa meluas untuk diterapkan pada objek pajak yang muncul di negara

lain. Contohnya : Perancis tidak bisa memungut pajak pada orang Jerman yang memperoleh

seluruh penghasilannya dari Jerman. Oleh karena itu, biasanya hukum perpajakan sebuah

negara terbatas untuk subjek dan objek pajak yang ada hubungannya dengan negaranya.

Hukum perpajakan yang seperti itu biasanya mencakup 2 jenis aktivitas:

1. Aktivitas penduduk negaranya di luar negeri

2. Aktivitas bukan penduduk di negaranya

Tujuan Hukum Pajak Internasional

1. Maksimalisasi kekayaan nasional

Maksimalisasi kekayaan nasional artinya suatu negara mencoba untuk memastikan

dia mendapatkan pembagian pendapatan yang adil dari transaksi antar batas wilayah

untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya, dan dengan demikian menguatkan

basis pajak domestiknya.

2. Keadilan pajak

Pajak Internasional - KMP 2019 267


pembebanan besar pajak yang sama kepada wajib pajak yang memiliki penghasilan

atau kemampuan membayar yang sama tanpa melihat sumber atau jenis penghasilan

tersebut dan legalitas darimana penghasilan tersebut diperoleh.

3. Efisiensi ekonomi

Efisiensi ekonomi berkaitan dengan peningkatan daya saing ekonomi domestic, yang

idealnya dengan memastikan bahwa pajak tidak memberikan hambatan untuk

pengambilan keputusan investasi yang optimal. Ini berarti, karena investor akan

membuat keputusan investasi yang menghasilkan pengembalian yang maksimal untuk

mereka, pajak yang dibebankan pada pengembalian investasi sebelum pajak tersebut

tidak boleh mengubah pengembalian investasi setelah pajak dan membuat bias dalam

proses pengambilan keputusan investor. Untuk hasil tidak bias yang ingin dicapai,

pembebanan pajak harus netral antara opsi investasi luar negeri dan dalam negeri

yang dihadapi inestor.

Perpajakan investasi ke dalam - netralitas impor modal

Bagaimana aturan sebuah investasi dikenakan pajak di suatu negara akan mempengaruhi

perilaku investor asing dan domestik. Jika investor asing di suatu negara dikenai pajak dengan

cara berbeda dari investor lokal yang melakukan investasi yang sama di negara tersebut,

sistem pajak akan menjadi tidak adil dan mendistorsi perilaku investasi.

Dengan demikian, netralitas impor modal berarti bahwa semua investor di suatu negara (baik

investor asing maupun domestik) menghadapi tingkat pajak efektif yang sama atas

pendapatan untuk investasi mereka, yang bersumber dari negara tersebut. Jelas, netralitas

impor modal tidak terjadi ketika suatu negara mengenakan tarif pajak yang berbeda

tergantung pada apakah wajib pajak adalah investor lokal atau asing. Untuk pajak, investor

lokal akan mengeluh bahwa tidak adil mereka harus membayar pajak ketika orang asing yang

mendapatkan penghasilan yang sama dari jenis investasi yang sama tidak diharuskan

Pajak Internasional - KMP 2019 268


membayar pajak, khususnya jika modal investor lokal dalam bentuk tidak bergerak . Investor

lokal dari modal bergerak akan mengatur urusan mereka sedemikian rupa sehingga modal

dialihkan ke entitas asing dan diinvestasikan kembali ke negara itu dari luar negeri.

Perpajakan investasi ke dalam - pertimbangan kebijakan lain

orang asing umumnya dikenakan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari suatu negara

jika pendapatan tersebut memiliki sumber di negara tersebut. Biasanya, setelah undang-

undang domestik mengidentifikasi sumber pendapatan berasal dari dalam negeri, pendapatan

yang timbul dari pajak tersebut dikenakan pajak dengan salah satu dari dua cara. Pertama,

orang asing diminta untuk mengajukan pengembalian pajak dengan cara yang sama seperti

penduduk negara tersebut (biasanya secara tahunan) dan membayar pajak atas penghasilan

bersih yang diperoleh orang asing tersebut dari negara tersebut. Atau, orang asing itu mungkin

diminta untuk membayar sumber pajak witholding.

Withholding Tax – Bukan Penduduk

Merupakan pemotongan pajak terhadap warga negara asing yang mendapat penghasilan

dalam suatu negara. Normalnya pemotongan pajak ini dikenakan pada nilai kotor pendapatan

seseorang. Karena prinsipnya yang dikenakan atas pendapatan kotor, maka tarifnya pun

relatif lebih rendah dibanding dengan pajak pendapatan normal yang dikenakan atas

pendapatan bersih seseorang.

Keuntungan dari Pemotongan Pajak non Penduduk ini, diantaranya:

- Wajib pajak menghindari kerumitan dan biaya pengadministrasian

- Pemungutan pajak yang cepat

- Memastikan bahwa pajak benar-benar dipungut, karena dapat mengantisipasi tax

avoiding atau tax evasion

Perpajakan Investasi Keluar – Netralitas Ekspor Modal

Pajak Internasional - KMP 2019 269


Netralitas Ekspor Modal berarti bahwa suatu negara mengenakan tarif pajak yang sama atas

investor-investor lokal yang ingin menanamkan modalnya ke luar negeri maupun dalam negeri

tidak melihat kemana mereka akan berinvestasi. Hal ini memberikan kebebasan terhadap

investor untuk memilih apakah dirinya akan memberikan modalnya ke dalam negeri atau luar

negeri. Dengan adanya tarif pajak yang sama, maka tidak akan membuat bias mterhadap

keputusan seorang investor.

Perpajakan diluar Investasi – Petimbangan kebijakan lainnya

Pemerintah biasanya ingin memajaki pendapatan yang investor local peroleh dari investasi

yang mereka buat di luar negeri (world wide income). Pebisnis yang rational melihat adanya

pajak adalah suatu biaya yang dilakukan dari suatu bisni dan investasi. Dan berusaha mencari

cara untuk meminimalkan biaya nya (pajak) yang mungkin dapat dilakukan sacara sah. Cara

mereka menghindari pajak di negaranya dari pendapatan luar negeri adalah membagun badan

hukum yang terpisah entitasnya (perusahaan) pada negera lain yang memilki hukum pajak

rendah atau pun pajak nihil. Insentif untuk investor untuk berbuat dengan cara ini ditekankan

ketika Negara asalnya menerapkan tari pajak tinggi. Pemerintah di sisi lain butuh

mempertahankan basis pajak nya. Untuk itu, peraturan pajak domestic sering mengandung

ketentuan untuk mencakup pengaturan semacam ini. Hukum ini secara esensial berarti

peraturan anti-penghindaran.

Minggu ke-2

DOUBLE TAXATION

Juridical Double Taxation adalah kondisi dimana orang yang sama dikenakan pajak dua kali

pada pendapatan yang sama di lebih dari satu Negara.

Terdapat dua platform yang fundamental dari hokum pajak internasional :

a. Source jurisdiction

Pajak Internasional - KMP 2019 270


Suatu Negara mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber dari negara itu

tanpa memandang dari status Subjek Pajak dari si penerima penghasilan.

b. Residence jurisdiction

Resident suatu Negara dikenai pajak atas seluruh pendapatan baik yang diperoleh di

negaranya sendiri dan juga di luar negeri (worldwide income).

Juridical Double Taxation dapat timbul karena :

1. Souce-source conflict

Dua negara mengklaim pendapatan yang sama

2. Residence-residence conflict

Dua negara sama-sama mengklaim seseorang sebagai penduduknya

3. Souce-residence conflict

Kondisi dimana negara A memajaki seseorang karena orang tersebut merupakan

penduduknya dan negara B juga memajaki orang tersebut karena pendapatannya

berasal dari negara B.

3 Metode yang dapat dilakukan subjek pajak agar terhindar dari double taxation :

1. Exemption method

Negara domisili memberikan pengecualian atas penghasilan yang diperoleh dari luar

negeri sebagai penghasilan kena pajak.

a. Full exemption

Dalam menghitung pajak di negara R, negara R tidak memasukkan pendapatan

penduduknya dari luar negeri sebagai dasar pengenaan pajaknya. Jadi, tariff pajak

negara R hanya dikenakan pada pendapatan penduduknya yang berasal dari

dalam negeri saja.

b. Exemption with progression

Tarif pajak yang dikenakan bersifat progresif dengan bertambahnya level

pendapatan. Untuk menentukan tariff yang digunakan, pendapatan dari luar negeri

Pajak Internasional - KMP 2019 271


akan dimasukkan (!! pendapatan dari luar negeri dimasukkan hanya untuk

menentukan tariff!!). Contoh :

Tarif pajak negara R adalah 35% untuk penghasilan sampai dengan 50 dan 45%

untuk penghasilan dari 50 sampai 100. Tuan A mempunyai penghasilan 50 dari

negara R dan 50 dari negara S (sehingga totalnya 100). Tarif pajak yang digunakan

di negara R adalah yang 45% namun tax base nya adalah 50 (pendapatan dari

negara R).

2. Tax credit method

Dalam metode ini, tax base negara R adalah pendapatan dari dalam negeri dan luar

negeri, tetapi atas pajaknya nanti boleh dikurangkan dengan pajak yang telah

dibayarkan di luar negeri.

a. Full credit

Negara X memperbolehkan wajib pajaknya untuk mengkreditkan semua pajak

yang dibayarkan di luar negeri.

Contoh Mr.John seorang penduduk negara R memperoleh penghasilan di negara

R $50, dan penghasilan dari LN (negara S) $50

Tarif pajak negara R (DN) = 35%. .

Tarif Pajak negara S (LN) = 40%.

Penghasilan dari DN- negara R = $50

Penghasilan dari LN- negara S = $50

Total Worlwide Income (di Negara R) = $100

Pajak terutang atas penghasilan dari DN (35% x $100) = $35

Kurang:

Pajak di LN (40% x $50) = ($20)

Total Pajak terutang (Negara R) =$15

b. Ordinary credit

Pajak Internasional - KMP 2019 272


Negara X memperbolehkan wajib pajaknya untuk mengkreditkan pajak yang

dibayar di luar negeri secara proporsional dan ada batas maksimum yang boleh

dikreditkan, kemudian dipilih mana yang lebih rendah.

Batas maksimum = (foreign income/total income) x domestic income tax

3. Deduction method

Dalam metode ini, wajib pajak diperbolehkan mengurangi penghasilan dari dalam dan

luar negeri dengan pajak yang dibayar diluar negeri. Namun, metode ini belum

membebaskan wajib pajak dari pajak berganda.

Contoh :

Economic Double Taxation

Economic double taxation adalah pendapatan ekonomi yang sama yang diterima oleh subjek

pajak yang berbeda dikenakan pajak pada masing-masing pihak yang menerima pendapatan

tersebut.

Contoh : Laba perusahaan dikenakan pajak pada level korporasi atau badan. Pada saat

pembagian dividen, dividen tersebut akan dikenakan pajak kembali kepada penerima dividen

(pengenaan pajak pada lever pemegang saham)

Pajak Internasional - KMP 2019 273


Ada beberapa kebijakan public untuk megatasi efek dari economic double taxation :

a. Exemption at corporate level

Pengenaan pajak di tingkat perusahaan ditiadakan. Hanya ada satu kali pengenaan

pajak yaitu pada saat pembayaran dividen.

b. Exemption at the shareholder level

Pengenaan pajak di tingkat pemegang saham ditiadakan. Pajak hanya dikeakan atas

laba perusahaan pada tingkat korporasi.

c. Full integration of corporate profits and shareholder income

Pendapatan yang diterima perusahaan hanya dikenakan pajak pada saat berada di

tangan pemegang saham. Contoh :

d. Full imputation of corporate profits to shareholder

Pengenaan pajak ada di tingkat perusahaan dan individu, namun pemegang saham

diperbolehkan mengkreditkan pajak atas sahamnya yang dibayar perusahaan.

Pajak Internasional - KMP 2019 274


Terdapat dua cara yang dapat suatu negara lakukan untuk mencapai capital import neutrality

dan menghilangkan economic double taxation

1. Exemption at the shareholder level

2. Memberikan tax credit kepada WP badan yang membayar dividen kepada pemegang

saham luar negeri (foreign investor tax credit)

Minggu ke-3

DOUBLE TAX TREATIES

Double Tax Agreement (DTA) atau double tax treaty atau double tax convention atau tax treaty

adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan kesepakatan antara dua (atau lebih) negara

untuk menghindari pajak berganda.

Tujuan :

1. Menghindari pajak berganda yang timbul dari transaksi internasional atau negara yang

berbeda mengenakan pajak atas pendapatan yang sama.

Pajak Internasional - KMP 2019 275


2. Mengalokasikan pajak yang dikenakan antara pemerintah yang merupakan pihak-

pihak dari DTA

3. Mencegah penghindaran pajak atas transaksi internasional

Sejarah

Perjanjian Pajak Berganda telah ada sejak lama. Mereka pertama kali muncul di wilayah yang

sekarang dikenal sebagai Jerman, yang berbentuk perjanjian antara negara-negara yang ada

di dalam kerajaan Prussia. Perjanjian Pajak Berganda Bilateral pertama kali berlaku pada

tahun 1899 antara Prussia dengan Austria. Selanjutnya, Perjanjian Pajak Berganda juga

dihasilkan pada tahun 1909 antara negara Austria dan Hungaria. Walaupun demikian, terdapat

sedikit Perjanjian Pajak Berganda yang dibuat dari masa itu (1909) hingga tahun 1920, ketika,

setelah Perang Dunia pertama, Jerman menyelesaikan Perjanjian Pajak Berganda dengan

beberapa Negara tetangganya. Juga pada masa itu, Liga Bangsa Bangsa memulai

menginvestigasi permasalahan-permasalahan dari Pajak berganda, sebagai respon dari hasil

Konferensi Finansial Internasional di Brussel, Belgia pada tahun 1920. Pada tahun 1923,

sebuah “laporan terhadap Pajak Berganda” (a Report on Double Taxation) yang disiapkan

oleh ahli-ahli ekonomis ternama pada saat itu diserahkan kepada Komisi Ekonomi dan

Keuangan dari Liga Bangsa Bangsa. Laporan itu menjadi basis dari draft model Perjanjian

Pajak Berganda, yang dipublikasikan pada tahun 1928. Model ini mendukung hak

mengenakan pajak terhadap transaksi Internasional kepada negara tempat tinggal dari

pembayar pajak (Country of Residence).

Model konvensi bilateral

a. Liga Bangsa-Bangsa (League of Nation)

- Komisi fiscal menyiapkan draft perjanjian pajak berganda pada tahun 1933

namun model tersebut tidak pernah diadopsi oleh pihak manapun.

Pajak Internasional - KMP 2019 276


- Komisi fiscal pada periode selanjutnya menghasilkan draft perjanjian pajak

berganda yang dikenal dengan “Mexico Draft” dimana yuridiksi perpajakan

primer ada pada negara sumber penghasilan.

- “Mexico Draft” di review ulang dan menghasilkan “London Draft” yang mana

hak perpajakan kembali kepada negara tempat tinggal dari pembayar pajak.

- Antara tahun 1946-1955, lebih dari 70 perjanjian pajak berganda bilateral di

seluruh dunia, walaupun tidak semua perjanjian diterima.

- PBB menggantikan LBB pada tahun 1945 dan Dewan Ekonomi Sosial

mereview kembali dan mengembangkan “London Draft” namun hingga 1954

gagal untuk memperoleh model perjanjian pajak berganda.

- Pengerjaan model perjanjian ajak berganda diambil alih oleh OEEC

(Organisation for European Economic Cooperation)

b. Model perjanjian pajak berganda OECD

- OEEC bertransformasi menjadi OECD (Organisation for Economic Cooperation

and Development) pada tahun 1960. OECD mengeluarkan draft perjanjian

pajak berganda yang sangat berpihak pada negara-negara anggota OECD

(negara maju, negara industry) yang memberikan hak perpajakan kepada

negara dimana pembayar pajak tinggal (1963)

- Draft tahun 1963 direvisi kembali pada tahun 1977. Model ini menjadi standar

dari perjanjian pajak berganda bilateral.

- Namun dengan model tersebut, negara berkembang tidak puas karena apabila

negara berkembang membuat perjanjian pajak berganda dengan negara maju,

peranjian tersebut hanya memihak kepada negara maju.

c. Model perjanjian pajak berganda United Nation

- Negara berkembang meminta PBB untuk mengembangkan model perjanjian

pajak berganda yang merefleksikan kepentingan mereka.

Pajak Internasional - KMP 2019 277


- Model perjanjian pajak berganda pertama PBB :UN Model Double Tax

Convention →memberikan hak pajak yang lebih besar kepada negara sumber

penghasilan

- Dianut oleh sebagian besar negara berkembang

Status perjanjian pajak berganda model OECD dan UN

Perkembangan model perjanjian pajak berganda disebabkan oleh 2 faktor :

1. Adanya ketidaksepakatan antara negara-negara mengenai ketentuan yang tepat untuk

dimasukkan ke dalam perjanjian (isi kesepakatan)

2. Adanya ambiguitas dari bahasa yang digunakan di dalam perjanjian

Tujuan dari model perjanjian pajak berganda adalah sebagai panduan untuk meminimalisir

kompleksitas dan biaya pemenuhan hokum pajak. Model tersebut merupakan “starting

point” bagi negosiasi antar negara. Artinya model perjanjian pajak berganda tidak wajib diikuti

oleh suatu negara, hanya berperan sebagai panduan atau pedoman saja.

Model lainnya

- Amerika Serikat :The United States Model Income Tax Convention (1996).

Sebagai negara pengekspor modal, Amerika ingin memajaki penduduknya atas

pendapatan dari seluruh dunia, kadang-kadang sampai merugikan negara

sumber pendapatan.

- Negara lainnya : Kroasia (1994), Malaysia (2000), Meksiko (2000), Peru (2001),

dan Swedia (2008)

Multilateral Double Tax Treaties

Pajak Internasional - KMP 2019 278


Contohnya : negara-negara berada di regional yang sama atau mempunyai kepentingan

ekonomi/ sosial yang sama membuat suatu perjanjian pajak berganda. Roma (1957)

membentuk EEC (sekarang European Union)

- Nordic Convention

Negara : Denmark, Kepulauan Faroe, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia.

Perjanjian pajak bergandanya sebagian besar mengikuti model OECD.

- CARICOM Agreement

Negara : Antigua dan Barbuda, Belize, Dominika, Grenada, Guyana, Jamaika,

Monsterrat, St Kitts dan Nevis, St Lucia , St Vincent dan Grenadnes, Trinidad

dan Tobago

Negara sumber memiliki hak untuk mengenakan pajak dan tidak mengenal

worldwide income (setidaknya pendapatan yang diterima dari partner

perjanjian) sehingga tidak muncul pajak berganda.

Ada juga dua model DTA multilateral:

- The Andrean Pact Model, Capital and Wealth Tax Convention (1971); dan

- The Intra ASEAN Model Double Tax Convention (1987)

Kedudukan Hukum Tax Treaty

Terdapat Dua Aliran Dalam Menerapkan P3B Di Dalam Negeri:

▪ Monistic Principle:

o Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Menjadi Hukum Domestik Dan

Hukum Nasional Tunduk Kepada Hukum Internasional (”Doctrine Of

Incorporation”),

o Treaty Yang Telah Disepakati Dapat Segera Diberlakukan (”Self

Executing”),

Pajak Internasional - KMP 2019 279


o Treaty Secara Otomatis Menjadi Bagian Hukum Domestik,

o Tidak Perlu Diundang-undangkan

o Negara-negara Yang Menerapkan, Seperti: Perancis, Jepang, Luxemburg,

Belanda, Portugal, Spanyol, Switzerland.

o Beberapa Negara Mensyaratkan Prosedur Formal Di Tingkat Eksekutif,

Contoh: Indonesia, Austria, Belgia, Jerman, Usa.

▪ Dualistic Principle.

o Hukum Internasional Terpisah Dari Hukum Nasional,

o Agar Dapat Diberlakukan Treaty Harus Dijadikan Hukum Domestik Terlebih

Dulu Melalui Proses Legislasi (”Doctrine Of Transformation”),

o Beberapa Negara Yang Menerapkan: Australia, Canada, Denmark, India,

Israel, New Zealand, Norwegia, Swedia, UK

Pasal 32A UU PPh:

Pemerintah Berwenang Untuk Melakukan Perjanjian Dengan Pemerintah Negara Lain Dalam

Rangka Penghindaran Pajak Berganda Dan Pencegahan Pengelakan Pajak.“

Kedudukan Tax Treaty: Lex Specialist Dari UU PPh.

Bila Terjadi Konflik, Karena Perbedaan Pengaturan Menurut UU PPh Dan Tax Treaty, Maka

Ketentuan Dalam Tax Treaty Yang Berlaku Untuk Diterapkan.

Minggu Ke-4

STRUCTURE OF DOUBLE TAX TREATIES

Ketentuan-ketentuan di dalam P3B dapat dikelompokkan menjadi:

• Ruang Lingkup (Scope)

• Definisi

• Substansi (pembagian hak pemajakan atas penghasilan)

Pajak Internasional - KMP 2019 280


• Anti Penghindaran Pajak

• Metode menghilangkan pajak berganda

• Lain-lain

Structure P3B OECD vs UN

OECD Model UN Model

Chapter 1 Chapter 1

Scope of The Convention Scope of The Convention

Art 1 Person Covered Art 1 Person Covered

Art 2 Taxes Covered Art 2 Taxes Covered

Chapter 2 Chapter 2

Definitions Definitions

Art 3 General Definitions Art 3 General Definitions

Art 4 Resident Art 4 Resident

Art 5 Permanent Establishment Art 5 Permanent Establishment

Chapter 3 Chapter 3

Taxation of Income Taxation of Income

Art 6 Income from Immovable Property Art 6 Income from Immovable Property

Art 7 Business profits Art 7 Business profits

Art 8 Shipping, inland waterways transports Art 8 Shipping, inland waterways transports

and air transport and air transport

Art 9 Associated enterprises Art 9 Associated enterprises

Art 10 Dividends Art 10 Dividends

Art 11 Interest Art 11 Interest

Art 12 Royalties Art 12 Royalties

Pajak Internasional - KMP 2019 281


Art 13 Capital Gains Art 13 Capital Gains

Art 14 (Deleted) Art 14 Independent Personal Services

Art 15 Income from employment Art 15 Dependent Personal Services

Art 16 Directors’ fees Art 16 Directors’ fees and remuneration of

Art 17 Entertainers and sportsperson top-level managerial officials

Art 18 Pensions Art 17 Artistes and sportsperson

Art 19 Government services Art 18 Pensions and social security

Art 20 Students payments

Art 21 Other Income Art 19 Government services

Art 20 Students

Art 21 Other Income

Chapter 4 Chapter 4

Taxation of Capital Taxation of Capital

Art 22 Capital Art 22 Capital

Chapter 5 Chapter 5

Methods for Eliminations of Double Methods for Eliminations of Double

Taxation Taxation

Art 23A Exemption method Art 23A Exemption method

Art 23B Credit method Art 23B Credit method

Chapter 6 Chapter 6

Special Provisions Special Provisions

Art 24 Non discrimination Art 24 Non discrimination

Art 25 Mutual agreement procedure Art 25 Mutual agreement procedure

Art 26 Exchange of information Art 26 Exchange of information

Art 27 Assistance in the collection of taxes Art 27 Assistance in the collection of taxes

Pajak Internasional - KMP 2019 282


Art 28 Members of diplomatic missions and Art 28 Members of diplomatic missions and

consular posts consular posts

Art 29 Entitlement to benefits

Art 30 Territorial Extension

Chapter 7 Chapter 7

Final Provisions Final Provisions

Art 31 Entry into force Art 29 Entry into force

Art 32 Termination Art 30 Termination

Perbedaan UN Model dan OECD Model

• Hak Pemajakan

OECD Model berfokus pada negara domisili, UN Model berfokus pada negara

sumber

• Tujuan P3B

OECD bertujuan meningkatkan perdagangan antar negara-negara yang

menandatangani P3B dengan cara menghilangkan pajak berganda secara

internasional

UN bertujuan meningkatkan investasi asing ke negara-negara berkembang

• Pengaturan Substansi Pasal-Pasal, misal pengaturan BUT

Pembahasan

❖ Subjek Pajak (Persons Covered)

▪ Article 1:

Pajak Internasional - KMP 2019 283


• Berlaku untuk “person” yang merupakan penduduk dari salah satu

atau kedua negara berkontrak

▪ Article 4 memberikan definisi dari penduduk:

• Siapaun yang berada di bawah hokum nasional yang ditentukan

dengan domisilinya, tempat tinggalnya, tempat perusahaannya, tempat

kantor manajemen, dan criteria lainnya yang sejenis

• Termasuk sub-sub daerah dari suatu negara (negara bagian, provinsi,

dll)

• Not include any persons who is liable to tax in that state in respect only

of income/capital from sources/situated in that state.

❖ Objek Perjanjian (Taxes Covered)

▪ Article 2:

o Pajak atas penghasilan dan modal yang dikenakan pada negara berkontrak,

termasuk sub-sub daerah

o Daftar pajak di setiap negara

o Termasuk pajak yang ditetapkan setelah penandatangan perjanjian, baik

pajak baru maupun yang menggantikan (amandemen). Dengan syarat

mewajibkan untuk memberitahukan hal tersebut kepada partner perjanjian

Aturan distributive

Dalam kondisi di mana substansi dari UU pajak dari tiap-tiap negara saling bersinggungan,

negara yang melakukan perjanjian menentukan mana dari mereka yang akan terikat atau

berhak menarik pajak. Dengan kata lain, pasal pada kategori ini memberitahu kita negara

mana yang memiliki hak memungut pajak dari suatu penghasilan yang sama atau negara

mana yang memiliki prioritas pada pajaknya.

Shall be Taxable Only

Pajak Internasional - KMP 2019 284


o Memiliki hak eksklusif untuk mengenakan pajak

o Pajak hanya dikenakan di negara domisili (OECD Model)

o Hak pemajakan atas suatu penghasilan hanya diberikan kepada satu negara

saja. Biasanya hak tersebut diberikan kepada negara dimana Subjek Pajak

tersebut terdaftar sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri.

May be Taxed

Terdiri dari

• Without limitation (berlaku ketentuan domestik)

• With limitation (tarif ditentukan dalam Tax Treaty)

Note: Negara domisili mengenakan pajak sesuai ketentuan domestiknya,

dengan kewajiban untuk menghilangkan pengenaan pajak berganda dengan

mekanisme yang diatur dalam Tax Treaty

• Pajak boleh dikenakan di negara sumber (model OECD)

• Hak pemajakan atas suatu penghasilan diberikan kepada negara domisili dan

negara sumber.

• Negara domisili dan negara sumber boleh melakukan pemungutan pajak atas

penghasilan tersebut. Untuk menghindari adanya pajak berganda, negara

domisili diwajibkan untuk memberikan keringanan pajak berganda melalui

metode pembebasan (exemption method) atau metode kredit (credit method).

Kemudian secara prosedur, DTA memfasilitasi penghindaran pengenaan pajak berganda

dengan mengklasifikasikan jenis pendapatan (misal: keuntungan dari bisnis, dividen, bunga)

serta menetapkan hak untuk memajaki mereka berdasarkan klasifikasi kepada salah satu

atau kedua negara yang berkontrak. Pengklasifikasian penghasilan ditetapkan oleh DTA dan

tidak boleh berlainan dengan penghasilan yang diatur dalam peraturan dalam negeri

Pajak Internasional - KMP 2019 285


negara tersebut. Pasal yang termasuk ke dalam bagian aturan distributif ini bisa di pandang

secara luas karena berurusan dengan penghasilan aktif dan pasif.

❖ Kelompok Jenis-Jenis Penghasilan yang diatur Pembagian Hak Pemajakannya:

▪ Penghasilan dari Immovable Property

▪ Penghasilan dari Business Profit

▪ Penghasilan dari International Aircraft and Shipping

▪ Penghasilan dari Modal/Passive Income (Dividen, Bunga dan Royalties)

▪ Penghasilan dari Capital Gain

▪ [Penghasilan Pekerjaan Bebas]

▪ Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan

▪ Penghasilan Direktur

▪ Penghasilan Artis dan Olahragawan

▪ Penghasilan dari Pensiun

▪ Penghasilan dari Tugas Pemerintahan

▪ Penghasilan Pelajar

▪ Penghasilan Lainnya

❖ May be taxed (without limitation)

• Income from Immovable property

• Business Profit subject to Permanent Establishment requirement

• Sebagian penghasilan dari Capital Gain

• Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan bebas dengan syarat ada fixed

base atau lewat time test

Pajak Internasional - KMP 2019 286


• Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

• Penghasilan Direktur

• Penghasilan Artis dan Olahragawan

• Penghasilan dari government services dengan syarat tertentu

• Penghasilan dari pensiun menurut UN Model

• Penghasilan lainnya menurut UN Model

• Penghasilan dari Modal (passive income):

o Dividen

o Bunga

o Royalty menurut UN Model

❖ Shall be taxable

• Business profit (without the existence of PE)

• Income from International Shipping and Aircraft

• Royalty menurut OECD Model

• Sebagian penghasilan dari Capital Gain

• Penghasilan pekerjaan bebas (tanpa ada fixed base atau tidak melewati time

test)

• Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dengan persyaratan tertentu

• Pensiun menurut OECD Model

• Penghasilan dari Government Services

• Penghasilan lainnya menurut OECD Model

Ketentuan Penghilangan Pajak Berganda

Article 23 : Exemption Method or Credit Method.

Article 25 Mutual Agreement Procedure (MAP)

Pencegahan penghindaran pajak dan penghindaran fiscal

Article 9 Associated Enterprise:

Pajak Internasional - KMP 2019 287


o Terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam manajemen, control, atau modal

suatu perusahaan di negara yang berkontrak lainnya

o Orang yang sama terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam manajemen,

control, atau modal suatu perusahaan di negara yang berkontrak lainnya

o Transaction at no arms length price

Article 26 Exchange of Information

o Memungkinkan administrasi perpajakan di negara bagian yang berkontrak untuk

saling bertukar informasi untuk melaksanakan ketentuan DTA atau undang-undang

domestik negara bagian.

Ketentuan Lain-Lain

Article 24 Non Discrimination

o Melarang negara kontrak dari diskriminasi dalam perlakuan pajak antara warga

negaranya sendiri dan warga negara dari negara kontrak lainnya.

Article 27, Diplomatic Mission

o Aturan umum hukum internasional tentang ketentuan perjanjian khusus sehubungan

dengan hak istimewa fiskal anggota misi diplomatik atau pos konsuler

mengesampingkan ketentuan DTA.

Tahap-tahap dalam Penghindaran Pajak Berganda

1. Negosiasi

Negosiasi awal DTA biasanya dilakukan oleh perwakilan kementerian keuangan,

perbendaharaan atau otoritas pendapatan dari kedua negara yang bersangkutan.

2. Inisiasi

Begitu syarat DTA disetujui oleh ketentuan negosiasi dari kedua negara, kemudian

diparaf dan diajukan untuk disetujui di tingkat politik di setiap negara oleh menteri

keuangan, kabinet atau dewan menteri masing-masing negara.

Pajak Internasional - KMP 2019 288


3. Penandatanganan

Ketika DTA disetujui oleh kedua pemerintahan, maka selanjutnya di tanda tangani

secara resmi oleh masing-masing Menteri Keuangan atau perwakilan mereka.

4. Ratifikasi

Ratifikasi adalah proses terakhir dari persetujuan. Ratifikasi biasanya melibatkan

perwujudan dari DTA ke dalam hukum domestik masing-masing negara dengan cara

persetujuan parlemen atau disahkannya peraturan yang memberdayakan. Jika ini

telah dilakukan di satu negara, negara lainnya harus diberi tahu. Negara-negara

bagian kontrak kemudian bertukar instrumen ratifikasi masing-masing.

5. Pemberlakuan

DTA mulai diberlakukan sejak hal tersebut menjadi kewajiban hukum yang mengikat

kedua Negara. Penandatanganan sendiri tidak langsung membuat DTA diberlakukan.

Biasanya DTA mulai diberlakukan secara otomatis pada akhir batas waktu yang telah

ditentukan pada saat penandatanganan.

6. Tanggal Efektif

Meskipun telah diberlakukan, belum tentu efektif. Tanggal efektif DTA adalah saat

DTA membuat pengaruh, biasanya pada awal tahun pajak Negara yang

bersangkutan. Tidak tertutup kemungkinan untuk tanggal efektif DTA adalah sebelum

pemberlakuan DTA. Tanggal efektif biasanya tertuang dalam DTA itu sendiri.

Minggu Ke-5

Treaty Relief from Juridical Double Taxation

Pasal 23 model OECD perjanjian pajak berganda menawarkan metode pengecualian

(exemption method) atau metode kredit pajak (credit method) sebagai model-model tax

relief.

1. Exemption method

Pajak Internasional - KMP 2019 289


Negara domisili memberikan pengecualian atas penghasilan yang diperoleh dari luar

negeri sebagai penghasilan kena pajak.

1. Full exemption

Dalam menghitung pajak di negara R, negara R tidak memasukkan pendapatan

penduduknya dari luar negeri sebagai dasar pengenaan pajaknya. Jadi, tariff

pajak negara R hanya dikenakan pada pendapatan penduduknya yang berasal

dari dalam negeri saja.

2. Exemption with progression

Tarif pajak yang dikenakan bersifat progresif dengan bertambahnya level

pendapatan. Untuk menentukan tariff yang digunakan, pendapatan dari luar

negeri akan dimasukkan (!! pendapatan dari luar negeri dimasukkan hanya untuk

menentukan tariff!!). Contoh :

Tarif pajak negara R adalah 35% untuk penghasilan sampai dengan 50 dan 45%

untuk penghasilan dari 50 sampai 100. Tuan A mempunyai penghasilan 50 dari

negara R dan 50 dari negara S (sehingga totalnya 100). Tarif pajak yang

digunakan di negara R adalah yang 45% namun tax base nya adalah 50

(pendapatan dari negara R).

2. Tax Credit Method

Dalam metode ini, tax base negara R adalah pendapatan dari dalam negeri dan luar

negeri, tetapi atas pajaknya nanti boleh dikurangkan dengan pajak yang telah

dibayarkan di luar negeri.

c. Full credit

Negara R memperbolehkan wajib pajaknya untuk mengkreditkan semua pajak

yang dibayarkan di luar negeri (Country S).

Contoh Mr.John seorang penduduk negara R memperoleh penghasilan di negara

R $50, dan penghasilan dari LN (negara S) $50

Tarif pajak negara R (DN) = 35%. .

Tarif Pajak negara S (LN) = 40%.

Pajak Internasional - KMP 2019 290


Penghasilan dari DN- negara R = $50

Penghasilan dari LN- negara S = $50

Total Worlwide Income (di Negara R) = $100

Pajak terutang atas penghasilan dari DN (35% x $100) = $35

Kurang:

Pajak di LN (40% x $50) = ($20)

Total Pajak terutang (Negara R) =$15

d. Ordinary credit

Negara R memperbolehkan wajib pajaknya untuk mengkreditkan pajak yang

dibayar di luar negeri secara proporsional dan ada batas maksimum yang boleh

dikreditkan, kemudian dipilih mana yang lebih rendah.

Batas maksimum = (foreign income/total income) x domestic income tax

• Kredit pajak dihitung untuk tiap-tiap negara sumber

• Pengkreditan dilakukan di tagun pajak saat penghasilan luar negeri digabungkan

dengan penghasilan luar negeri

• LB karena PPh Pasal 24 :

- Tidak bisa di kompensasikan

- Tidak dapat dibebankan sebagai biaya

- Tidak bisa direstitusi

• Wajib Pajak diwajibkan melakukan pembetulan SPT Tahunan jika terdapat perbedaan

atau perubahan pajak yang dibayar atau terutang di LN.

Jika Pembetulan SPT berakibat:

o PPh Kurang Bayar →atas kekurangan bayar tidak dikenakan STP

o PPh Lebih Bayar → atas kelebihan bayar dapat diminta restitusi setelah

diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

Tax Sparing Credit

Pajak Internasional - KMP 2019 291


Tax sparing credit adalah jenis kredit pajak yang biasanya dicantumkan dalam tax treaty agar

di negara domisili, WP diperkenankan mengkreditkan pajak yang seolah-olah dikenakan

atas penghasilan dari negara sumber. Sesungguhnya, negara sumber tidak mengenakan

pajak, misalnya karena kebijakan insentif perpajakan atau investasi untuk mengundang

investasi asing.

Tujuan Tax Sparing Credit: agar pemberian insentif di negara sumber dapat dinikmati oleh

investor dengan berkurangnya beban pajak global.

Contoh : Beni, penduduk negara A, berinvestasi di negara B dan memperoleh penghasilan

dividen $ 1000. Negara B menerapkan insentif perpajakan, sehingga penghasilan dividen

yang diperoleh investor asing tidak dikenakan pajak. Tarif pajak di negara A 30%, worldwide

income, dan terdapat metode kredit pajak. Di Negara B, tarif withholding atas dividen yang

dibayar ke luar negeri (sebelum insentif) 20%.

Hitunglah beban pajak yang ditanggung Beni apabila dalam P3B A dan B:

(i) tidak terdapat tax sparing credit,

(ii) terdapat tax sparing credit.

Sebelum ada Setelah ada kebijakan insentif

kebijakan perpajakan

insentif
Tidak ada tax Ada tax sparing
perpajakan
sparing credit credit

Negara Negara Negara Negara Negara Negara

B A B A B A

Penghasilan 1000 1000 1000 1000 1000 1000

Dividen

Pajak Internasional - KMP 2019 292


Pajak Dividen 200 -- --

Pajak 300 300 300

terutang

(-) KPLN 200 -- 200

Pajak di B 100 300 100

Total Pajak 300 300 100

Minggu ke – 6

Personal and Material Scope of Double Tax Treaties

Ruang lingkup personal dan material DTA :

• Siapa yang dapat memperoleh manfaat dari konsesi yang ditawarkan oleh DTA;

• ruang lingkup teritorial DTA; dan

• pajak apa yang dicakup oleh DTA

Rung Lingkup Personal

Pasal 1 (Persons covered) dari model DTA OECD menyebutkan DTA "akan berlaku untuk

persons yang merupakan penduduk dari salah satu atau kedua negara yang melakukan

kontrak". Persons dalam pasal 3(1) didefinisikan sebagai individu, perusahaan, atau badan

lainnya. Definisi ini tidak eksklusif, di mana definisi orang hanya disebutkan dalam tiga

komponen. Bisa dibayangkan bahwa entitas lain (bukan salah satu dari yang disebutkan)

dapat dimasukkan sebagai definisi orang, meskipun tidak disebutkan dalam definisi.

Perusahaan didefinisikan sebagai korporasi atau entitas apapun yang diperlakukan sebagai

badan hokum untuk tujuan pajak. Pasal 4 mendefinisikan penduduk lebih luas, di mana

Pajak Internasional - KMP 2019 293


orang adalah penduduk di bawah hukum nasional dari salah satu negara bagian, akan

menjadi penduduk sesuai Pasal 1.

Atribsi Pendapatan

Penentuan subjek untuk tujuan menerapkan DTA (Double Tax Agreement) sangat penting

untuk memastikan kepada siapa pendapatan akan dikaitkan. Pendapatan harus dikaitkan

dengan seseorang untuk menentukan siapa yang dapat dikenai pajak , yang berhak atas

kredit untuk pajak luar negeri yang dibayarkan dan siapa yang dapat mengklaim manfaat

DTA lainnya sehubungan dengan pendapatan.

Kesulitan dalam atribusi pendapatan timbul jika jumlah hutang pajak penghasilan dihitung

dengan referensi ke keadaan satu orang, tetapi yang membayar pajak ternyata adalah orang

yang berbeda. Misalnya dalam hal trust income dimana pendapat dialokasikan untuk trustee

dan beneficiaries (penerima manfaat), tetapi yang membayar pajak atas semua pendapatan

adalah trustee. Hal tersebut masih diperdebatkan dan oleh karena itu diatur dalam DTA.

Contoh dalam DTA antara New Zealand-Afrika Selatan. DTA tersebut menjelaskan apabila

beneficiary owner merupakan penduduk (misalnya New Zealand) mendapatkan bagian laba

dari sebuah trustee di Afrika Selatan melalui BUT, laba dari BUT di Afrika Selatan tersebut

melekat pada penduduk New Zealand tersebut (beneficial owner).

Lain halnya yang diatur dalam DTA Australia-Papua Nugini. Apabila penduduk salah satu

negara berkontrak mendapatkan bagian laba dari negara berkontrak lainnya melaui BUT

baik secara langsung maupun tidak langsung, yang dianggap sebagai beneficiary owner

adalah yang menjalankan usaha yaitu BUT, oleh karena itu pendapatan tersebut melekat

pada BUT (permanent establishment).

Konflik dalam attribution income dapat muncul apabila negara-negara menerapkan prinsip

yang berbeda. Misalnya, satu negara mungkin berfokus pada hak legal atas pendapatan

sementara yang lain berfokus pada hak ekonomi atas pendapatan. Beberapa negara

memperlakukan partnership sebagai entitas kena pajak sementara negara lain mengadopsi

Pajak Internasional - KMP 2019 294


pendekatan transparansi fiskal, mengabaikan partnerships dan memperlakukan masing-

masing partner sebagai pembayar pajak atas bagian mereka masing-masing dari

pendapatan kemitraan.

Ruang Lingkup Teritorial

Perjanjian pajak berganda bilateral dan multilateral biasanya mendefinisikan negara yang

berkontrak dan wilayah territorial mereka di mana perjanjian pajak berganda akan

diterapkan. Misalnya DTA antara Russia-Switzerland (1995), Switzerland didefinisikan

sebagai konfederasi Swiss dikarenakan wilayah swiss dikelilingi daratan yang teritorialnya

merupakan akibat dari masa colonial. Sedangkan Russia didefinisikan secara geografis,

yaitu wilaya Russia termasuk air dan laut territorial, ruang udara diatasnya, ZEE, dan

landasan kontien di mana federasi Rusia menjalankan hak berdaulat dan yurisdiksi sesuai

dengan federal dan hokum internasional.

Pencantuman landas kontinen dalam definisi pajak perjanjian berganda suatu negara adalah

penting khususnya sehubungan dengan pengidentifikasian kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi minyak dan gas lepas pantai oleh BUT, yang dapat menghasilkan laba dan dapat

dikenakan pajak di negara tersebut.

Cakupan Pajak (Tax Covered)

Seperti yang telah dipelajari pada bab-bab sebelumnya, standar DTA mengacu pada pajak

atas penghasilan dan modal. Pasal 2 dari model OECD DTA menyatakan DTA berlaku untuk

berbagai jenis pajak berarti bahwa:

1. Konvensi ini berlaku untuk pajak atas penghasilan dan modal yang dikenakan atas

nama negara berkontrak atau bagian ketatanegaraannya atau pemerintah setempat.

2. Akan dianggap sebagai pajak atas penghasilan dan modal, semua pajak yang

dikenakan pada total pendapatan, pada modal total, atau pada elemen pendapatan

atau modal, termasuk pajak atas keuntungan dari pemindahtanganan properti

Pajak Internasional - KMP 2019 295


bergerak atau tidak bergerak, pajak atas total jumlah upah atau gaji yang dibayarkan

oleh perusahaan. serta pajak atas apresiasi modal.

3. Pajak-pajak yang sudah ada di negara A/B akan diterapkan pada Konvensi:

a. (di Negara A): ..........................................

b. (di Negara B): ..........................................

4. Konvensi akan berlaku juga untuk setiap pajak yang identik atau pada dasarnya

serupa yang dikenakan setelah tanggal penandatanganan Konvensi sebagai

tambahan, atau menggantikan, pajak yang ada. Otoritas yang berkompeten dari

negara-negara berkontrak harus memberitahukan satu sama lain tentang setiap

perubahan signifikan yang telah dibuat dalam undang-undang perpajakan mereka.

Minggu ke-7

Residence

Pengujian Hukum Domestik Tempat Tinggal

A. Individu

Banyak Negara menggunakan sebuah kombinasi dari pengujian objektif dan subjektif

untuk temat tinggal seseorang terhadap hokum domestik mereka. Pengujian objektif

berdasar pada minimum periode tetap dari waktu dimana seseorang tersebut secara

fisik berada dalam suatu Negara. Contoh, seseorang dikatakan berada dalam suatu

Negara, dalam tujuan pajak, jika berada dalam Negara tersebut dalam 183 hari

dalam satu tahun kalender atau dalam periode 12 bulan.

Time Test: Pengujian untuk mengetahui signifikansi keberadaan Subjek Pajak di

Indonesia dengan berdasarkan ukuran waktu dalam suatu periode, Signifikansi

tersebut untuk menentukan materialitas hubungan faktual/ekonomi antara Negara

dengan Subjek Pajak.

Dua jenis time test dalam UU PPh:

• Apakah lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan?

Pajak Internasional - KMP 2019 296


Untuk penentuan status SP Orang Pribadi (Apakah SPDN atau SPLN)

• Apakah lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan?

Untuk penentuan keberadaan BUT dari SPLN (orang/badan) yang

memberikan jasa di Indonesia.

Pengujian objek yang jelas lainnya terhadap tempat tinggal meliputi :

• Visa dan status imigrasi dari seseorang. Contoh, memegang perizinan tempat

tinggal dari sebuah Negara,yaitu jika anda memegang ijin tempat tinggal

dalam hokum domestic tentang imigrasi, anda otomatis adalah penduduk dari

Negara tersebut dalam tujuan pajak.

• Kebangsaan, yaitu jika anda adalah bangsa dari Negara dalam hokum

imigrasi dari Negara tersebut, anda otomatis adalah penduduk dari Negara

tersebut dalam tujuan pajak.

• Kewarganegaraan, yaitu jika anda adalah warga dari sebuah Negara, anda

otomatis adalah penduduk dari Negara tersebut dalam tujuan pajak.

Pengujian fakta dan keadaan memperhatikan factor-faktor berikut sebagai indicia

atas tempat tinggal dalam sebuah Negara :

• Apakah seseorang memiliki rumah permanen atau tempat tinggal dalam

sebuah Negara

• Apakah tempat ekonomi dan social interest dari orang tersebut ada di dalam

Negara, yaitu memeriksa seperti lokasi dari datangnya pendapatan seseorang

tersebut, investasi, asosiasi professional, keluarga, minat pribadi, dan lain-

lain.

B. Perusahaan

Pengujian dari tempat tinggal perusahaan juga bergantung pada kategori objektif dan

subjektif. Untuk menentukan tempat tinggal perusahaan dalam basis tempat

incorporation atau kedudukan legalnya yaitu secara umum didaftarkan sebagai

Pajak Internasional - KMP 2019 297


kantor. Kekurangan dari tes ini adalah jika ada sebuah perusahaan ingin menghindar

untuk menjadi penduduk di Negara R itu dapat digabungkan pada Negara lain,

meskipun secara fisik nyata dan kehadiran ekonomik ada di Negara R.

Karena itu, banyak Negara juga mengikutkan factor subjektif dalam definisi mereka

atas kependudukan subjektif perusahaan yang menunjukkan tempat dari operasi

nyata dari perusahaan. Untuk menentukan apakan perusahaan adalah penduduk dari

suatu Negara, kita menanyakan :

▪ Dimana tempat managemen dari perusahaan tersebut?

▪ Dimana manajemen sehari-hari perusahaan dilakukan?

▪ Dimana kepala kantor perusahaan?

▪ Dimana jajaran direktur rapat?

▪ Dimana pusat manajemen dan pengendalian dari perusahaan berada?

▪ Dimana tempat manajemen efektif dari perusaaan?

▪ Dimana pusat manajemen administrative perusahaan tersebut berad?

▪ Dimana kantor manajemen perusahaan tersebut?

▪ Dimana aktivitas utama dari perusahaan tersebut?

▪ Dimana bisnis utama perusahaan tersebut dilakukan

▪ Dimana pengambilan suara para pemangku kepentingan dilakukan?

Konsep tempat tinggal pada Perjanjian Pajak Berganda.

Istilah "penduduk suatu negara yang berkontrak" Padal Pasal 1 DTA model OECD berarti

setiap orang yang, di bawah hukum Negara tersebut, bertanggung jawab untuk mengenakan

pajak di dalamnya karena alasan domisili, tempat tinggal, tempat manajemen atau kriteria

lain yang bersifat serupa, dan juga termasuk Negara dan subdivisi politik atau otoritas

lokalnya.

Pajak Internasional - KMP 2019 298


Oleh karena itu, definisi ini mengharuskan kita untuk kembali ke undang-undang domestik

negara yang dianggap menentukan, di bawah undang-undang itu, seseorang adalah

seorang penduduk.

Dual Resident Tie-Breaker Rules

Dalam rangka mencapai tujuannya untuk menghindari yuridis pemanajakn berganda, sebuah

Perjanjian Pajak Berganda perlu berisi ketentuan “perusak keterikatan” untuk memastikan

bahwa seorang adalah penduduk jika hanya salah satu Negara yang mengklain status

kependudukannya, dan dengan demikian menetapkan tempat tinggal berdasarkan hak

pemajakan di Negara tersebut.

1. Individual

Artikel 4(2) menetapkan sebuah tes yang diaplikasikan secara progresif hingga

tempat tinggal individu dapat ditentukan :

1. Ia harus dianggap sebagai penduduk di negara ia memiliki tempat tinggal

permanen, apabila ia memiliki di kedua negara, dia dianggap penduduk di negara

dimana ia memiliki pusat kepentingan dimana dilihat dari personal dan ekonomis

2. Apabila negara dengan pusat kepentingan tidak dapat ditentukan, dan ia tidak

memiliki tempat tinggal permanen, dia dianggap penduduk dari negara dimana ia

biasa bertempat tinggal

3. Apabila ia biasa tinggal di kedua negara tersebut, maka ia dianggap penduduk

dari negara dimana ia berasal (kebangsaan)

4. Apabila dia memiliki dua kebangsaan atau tidak ada sama sekali, maka pihak

perwakilan dari kedua negara harus mengatur hal tersebut.

Contoh : Helene, seorang warga Prancis, bekerja sebagai CR di Jerman dari tahun

2004. Dia tetap memiliki rumah dan perekonomian di Prancis, namun ia menyewa

kantor di Jerman dari tahun 2005. Mulai 2006, ia juga menyewa apartemen di Jerman

dan tinggal selama 6,5 bulan setiap tahun.

Pajak Internasional - KMP 2019 299


Dibawah hukum Prancis, warga negara adalah orang yang memiliki rumah atau

tempat tinggal di Prancis, atau melakukan pekerjaan atau pelayanan independen

atau memiliki pusat perekonomian di Prancis

Dibawah hukum Jerman, warga negara adalah orang yang berdomisili atau tempat

kebiasaan tinggal di Jerman. Domisili adalah tempat dimana ia menepati rumah

dalam keadaan dimana ia akan bertahan dan menggunakan rumah tersebut. Tempat

kebiasaan tinggal adalah tempat ia saat ini dengan keadaan yang menandakan

bahwa ia tidak hanya sementara. Tempat kebiasaan rumah tinggal muncul apabila

individu secara berlanjut tinggal di Jerman dalam waktu lebih dari 6 bulan. Apabila

terdapat jeda, maka jeda itu masuk ke dalam hitungan 6 bulan keseluruhan.

Kehadiran selama kurang dari 6 bulan juga masih bisa apabila hal itu bersifat

sementara. Jika kehadiran seseorang di Jerman khusus untuk berkunjung ,

penyembuhan atau berobat, tempat kebiasaan tinggal muncul apabila kehadiran

orang tersebut di Jerman melebihi 1 tahun

Dimana kependudukan Helene dilihat dari DTA Prancis-Jerman?

Dibawah hukum Prancis, Helene adalah penduduk Prancis di 2004 dan 2005.

Rumahnya, tempat tinggal utama dan pusat perekonomiannya ada di Prancis selama

tahun tersebut.

Mulai dari 2006, Helene adalah penduduk kedua negara Prancis dan Jerman dengan

dasar hukum domestic kedua negara tersebut. Ia tetap memiliki rumah, tempat

tinggal utama pusat perekonomian di Prancis, tetapi ia juga memiliki tempat

kebiasaan tinggal dan kemungkinan rumah jangka panjang di Jerman. Kita harus

mengacu ke peraturan khusus di DTA Prancis-Jerman (1959) untuk menentukan

negara mana yang bisa menetapkan Helena sebagai penduduk untuk keperluan

DTA. (*kebetulan DTA Perancis-Jerman penyelesaiannya sama seperti Tie-

Breaker Rule Pasal 4(2) DTA Model OECD)

Pajak Internasional - KMP 2019 300


Penyelesaian

Jika apartemen Helena di Jerman bukan merupakan tempat tinggal permanen di

2006, mengacu pada dari DTA Prancis-Jermanjawabannya: tempat tinggal permanen

Helena di Prancis

Jika rumahnya di Prancis dan apartemennya di Jerman merupakan tempat tinggal

permanennya, kita harus memastikan dimana pusat kepentingannya. Sepertinya hal

itu tidak terlihat di Prancis. Bagaimanapun, jika di 2006 tidak bisa ditentukan, kita

harus melihat dimana kebiasaan tinggal Helena. Dalam hal ini, Helena memang

tinggal di kedua negara, 6,5 bulan di Jerman dan 5,5 bulan di Prancis. Jadi tes ini

tidak akurat. Karena itu kita lanjut ke tes selanjutnya. Kependudukan seseorang

dilihat dari asal kebangsaannya. Karena Helene berasal dari Prancis, ia merupakan

penduduk Prancis, dan juga, penduduk Prancis dalam hubungan DTA Prancis-

Jerman.

2. Perusahaan

Pasal 4(3) Model DTA OECD menginterpretasikan tempat manajemen efektif yaitu

“Tempat dimana kunci dari manajemen dan keputusan komersial yang penting untuk

kelangsungan bisnis perusahaan dibuat. Tempat manajemen efektif biasanya adalah

tempat dimana sekelompok pihak (biasanya direksi) membuat keputusan, tempat

dimana sebuah tindakan untuk perusahaan ditentukan, bagaimanapun, tidak ada

aturan terperinci yang diberikan mengenai fakta dan keadaan untuk menentukan

tempat manajemen efektif.”

Contoh : Blair Company Limited (Blairco) didirikan di Inggris. Blairco adalah anak

perusahaan dari Bush Corporation Inc, dimana terdapat di Amerika Serikat. Blairco

memiliki enam manajer, empat tinggal di Amerika dan dua di Irlandia. Salah satu

direktur dari Irlandia adalah Managing Directors, yang kerja di Dublin (Ibukota

Irlandia) dan bertanggung jawab atas keputusan sehari-hari, dan memiliki

Pajak Internasional - KMP 2019 301


kewenangan mengambil tindakan, atas nama Blairco. Rapat dari semua direktur dan

manajer eksekutif diadakan di Dublin.

Dibawah hukum Inggris, perusahaan disebut penduduk Inggris apabila:

1. Berlokasi di Inggris

2. Pusat manajemen dan kendali berada di Inggris

Dibawah hukum Irlandia, perusahaan disebut penduduk Irlandia apabila:

1. Berlokasi di Irlandia, atau

2. Pusat manajemen dan kendali berada di Irlandia

Konsep kependudukan korporasi tidak digunakan di hukum AS, sebagai gantinya,

status korporasi sebagai domestic atau asing, berdasarkan tempat lokasi

perusahaan, menentukan bagaimana perusahaan dikenai pajak di AS. Perusahaan

domestic dikenai pajak atas Worldwide Income. Perusahaan asing menjadi subjek

pajak AS hanya jika mereka terikat bisnis di AS atau memperoleh income khusus

(umumnya passive) yang berasal dari Amerika Serikat. Perusahaan domestic adalah

perusahaan yang beroperasi dibawah hukum AS atau District of Columbia.

Perusahaan asing adalah perusahaan yang beroperasi dibawah yurisdiksi hukum

asing.

Karena blairco berlokasi di Inggris, maka Blairco adalah penduduk Inggris. Lalu induk

perusahaan Blairco, Bushco, yang berlokasi di AS tidak boleh memberi tanggung

jawab Blairco untuk membayar pajak atas Worldwide Income. Blairco sendiri adalah

bukan perusahaan domestik AS, demikian pula keempat manajer Blairco yang tinggal

di AS tidak bisa membuat Blairco dikenai pajak atas Worldwide Incomenya. Tempat

tinggal manajer bukanlah syarat untuk menentukan kewajiban perpajakan di AS.

Blairco akan menjadi penduduk Irlandia dibawah hukum Irlandia apabila pusat

manajemen dan kontrolnya berada di Irlandia. Kedua manajer itu (dari enam manajer

total) yang berlokasi di Irlandia tidak bisa menjadi bukti bahwa Blairco dikelola dan

Pajak Internasional - KMP 2019 302


dikontrol (oleh kedua manajer) di Irlandia. Selanjutnya, salah satu manajer itu

bertanggung jawab atas keputusan perusahaan sehari-hari dan berwenang

mengambil tindakan atas nama Blairco, itu juga tidak cukup untuk membuat Blairco

sebagai perusahaan dari Irlandia dibawah hukum Irlandia. Pusat manajemen dan

kontrol di hukum tersebut tidak menganggap manajemen dan kontrol sehari-hari.

Namun, pusat manajemen dan kontrol di Hukum Irlandia fokus dimana para direktur

bertemu untuk mengatur kebijakan perusahaan. Dalam kasus Blairco, ketika

jajaran direktur bertemu dan membuat kebijakan di Irlandia, maka Blairco bisa

dikategorikan sebagai perusahaan Irlandia berdasarkan hukum Irlandia.

Oleh karena itu, Blairco adalah merupakan perusahaan yang berkependudukan di

Inggris maupun Irlandia (namun bukan AS) dibawah peraturan pajak negara yang

berlaku. Kita dapat mengacu ke peraturan khusus di DTA Inggris-Irlandia untuk

menentukan dimana tepatnya Blairco berkependudukan mengacu pada DTA

tersebut.

Artikel 4(3) dari DTA Irlandia-Inggris (1976) identic dengan artikel 4(3) dari

OECD model DTA. Oleh karena itu, kita harus melihat dari tempat manajemen efektif

dari Blairco untuk menyelesaikan masalah ini. Dari interpretasi tempat manajemen

efektif dalam penjelasan OECD, dapat dinyatakan bahwa direktur manajemen

melaksanakan manajemen kunci dan keputusan komersial ketika ia diharuskan untuk

membuat keputusan sehari hari dan memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan

atas nama perusahaan dan merupakan tempat dimana tindakan perusahaan diambil

sebagai sebuah kesatuan dan ditentukan. Dari alasan tersebut, karena direktur

manajemen tinggal di Dublin, maka tempat manajemen efektif Blairco berada di

irlandia, oleh karena itu, untuk DTA Irlandia-Inggris Blairco merupakan perusahaan

yang berkependudukan di Irlandia, bukan di Inggris

Pajak Internasional - KMP 2019 303


Alternatifnya, anda bisa melihat focus dari penjelasan OECD dimana jajaran direktur

membuat keputusan. Disitu dinyatakan di Dublin, dimana hasilnya yaitu tempat manajemen

efektif Blairco berada di Irlandia dan oleh karena itu Blairco merupakan perusahaan

berkependudukan di Irlandia untuk keperluan DTA.

Pajak Internasional - KMP 2019 304


Pendidikan Anti Korupsi
Mayu Nasaka (082167827601)

PERTEMUAN 1

PENGENALAN KORUPSI

Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak manusia pertama kali

mengenal tata kelola administrasi. Pada kebanyakan kasus korupsi yang dipublikasikan

media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari kekuasaan, birokrasi, ataupun

pemerintahan. Korupsi juga sering dikaitkan pemaknaannya dengan politik. Sekalipun sudah

dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar hukum, pengertian korupsi dipisahkan dari

bentuk pelanggaran hukum lainnya. Selain mengkaitkan korupsi dengan politik, korupsi juga

dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional, kesejahteraan

sosial, dan pembangunan nasional. Begitu luasnya aspek-aspek yang terkait dengan korupsi

hingga organisasi internasional seperti PPB memiliki badan khusus yang memantau korupsi

dunia.

A. Definisi Korupsi

Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum yang

berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar biasa.

Melihat realita tersebut timbul public judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya

bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun sampai saat

ini hasilnya masih tetap belum sesuai dengan harapan masyarakat. Dasar atau landasan

untuk memberantas dan menanggulangi korupsi adalah memahami pengertian korupsi itu

sendiri.

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) atau

“corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio”

berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 305


kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan

“corruptie/korruptie” (Belanda).

Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,

dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.

Beberapa definisi menurut para ahli :

o Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud corruptie adalah

korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan

negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973).

o Baharudin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi

dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang

berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang

kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “financial manipulations

and deliction injurious to the economy are often labeled corrupt” (Evi Hartanti: 2008).

Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan (Muhammad Ali : 1998) :

1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk

kepentingan sendiri dan sebagainya;

2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan

sebagainya; dan

3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak,

berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat

amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,

penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan

politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan

jabatan.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 306


Bentuk-Bentuk Korupsi

1.Kerugian Keuangan Negara 5.Perbuatan Curang

2.Suap Menyuap 6.Benturan Kepentingan dlm Pengadaan

3.Penggelapan Dalam Jabatan 7.Gratifikasi

4.Pemerasan

B. Pentingnya Mempelajari PAK

B.1. Mengapa Memberikan Pendidikan Anti-Korupsi?

Sejauh gerakan melawan korupsi dijalankan di berbagai belahan dunia, bisa diidentifikasi 4

(empat) pendekatan yang paling banyak diadopsi oleh berbagai kalangan (Wijayanto, 2010)

yaitu:

1. Pendekatan Pengacara (Lawyer approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah memberantas dan mencegah korupsi melalui

penegakan hukum, dengan aturan-aturan hukum yang berpotensi menutup celah-celah tindak

koruptif serta aparat hukum yang lebih bertanggungjawab. Pendekatan ini biasanya

berdampak cepat (quick impact) berupa pembongkaran kasus dan penangkapan para

koruptor, namun memerlukan biaya besar (high costly), meskipun di Indonesia misalnya,

tantangan terbesar justru berasal dari para aparat hukum (kepolisian dan pengadilan) itu

sendiri.

2. Pendekatan Bisnis (Business approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah mencegah terjadinya korupsi melalui pemberian

insentif bagi karyawan melalui kompetisi dalam kinerja. Dengan kompetisi yang sehat dan

insentif yang optimal maka diharapkan orang tidak perlu melakukan korupsi untuk

mendapatkan keuntungan.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 307


3. Pendekatan Pasar atau Ekonomi (Market or Economist approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah menciptakan kompetisi antar agen (sesama

pegawai pemerintah misalnya) dan sesama klien sehingga semua berlomba menunjukkan

kinerja yang baik (tidak korup) supaya dipilih pelayanannya.

4. Pendekatan Budaya (Cultural approach)

Dalam pendekatan ini yang dilakukan adalah membangun dan memperkuat sikap anti-korupsi

individu melalui pendidikan dalam berbagai cara dan bentuk. Pendekatan ini cenderung

membutuhkan waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya, biaya tidak besar (low costly),

namun hasilnya akan berdampak jangka panjang (long lasting).

B.2. Korupsi dan Anti-Korupsi dalam Berbagai Perspektif Keilmuan

Korupsi dan anti-korupsi itu sendiri merupakan sebuah fenomena yang kompleks, bisa dilihat

dari berbagai perspektif yang pada hakikatnya saling melengkapi seperti sebuah puzzle.

Kepingan-kepingan perspektif tersebut kemudian dieksplorasi dalam bermacam matakuliah.

Berikut adalah beberapa pengalaman praktik yang sudah terjadi di Indonesia:

1 Perspektif hukum memandang bahwa korupsi merupakan kejahatan (crime), koruptor adalah

penjahat dan oleh karenanya yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menindak para

koruptor dengan jerat-jerat hukum serta memberantas korupsi dengan memperkuat

perangkat hukum seperti undang-undang dan aparat hukum. Perspektif ini kemudian

melahirkan matakuliah semacam Hukum Pidana Korupsi pada sejumlah Fakultas Hukum.

2 Perspektif politik memandang bahwa korupsi cenderung terjadi di ranah politik, khususnya

korupsi besar (grand corruption) dilakukan oleh para politisi yang menyalahgunakan

kekuasaan mereka dalam birokrasi. Perspektif ini kemudian melahirkan matakuliah

semacam Korupsi Birokrasi atau Korupsi Politik pada sejumlah fakultas Ilmu Politik.

3 Perspektif sosiologi memandang bahwa korupsi adalah sebuah masalah sosial, masalah

institusional dan masalah struktural. Korupsi terjadi di semua sektor dan dilakukan oleh

sebagian besar lapisan masyarakat, maka dianggap sebagai penyakit sosial. Perspektif ini

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 308


kemudian melahirkan antara lain matakuliah Sosiologi Korupsi di sejumlah program studi

Sosiologi atau Fakultas Ilmu Sosial.

4 Perspektif agama memandang bahwa korupsi terjadi sebagai dampak dari lemahnya nilai-

nilai agama dalam diri individu, dan oleh karenanya upaya yang harus dilakukan adalah

memperkokoh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam diri individu dan masyarakat untuk

mencegah tindak korupsi kecil (petty corruption), apalagi korupsi besar (grand corruption).

Perspektif ini kemudian melahirkan antara lain matakuliah Korupsi dan Agama pada

sejumlah Fakultas Falsafah dan Agama.

5 Beberapa perspektif lain yang menggarisbawahi fenomena korupsi dari sudut pandang

tertentu dapat menjadi fokus dari sebuah matakuliah.

B.3. Tujuan Matakuliah Anti-Korupsi

Matakuliah Anti-korupsi ini tidak berlandaskan pada salah satu perspektif keilmuan secara

khusus. Berlandaskan pada fenomena permasalahan serta pendekatan budaya yang telah

diuraikan diatas, matakuliah ini lebih menekankan pada pembangunan karakter anti-korupsi

(anti-corruption character building) pada diri individu mahasiswa.

1. Mahasiswa mampu mencegah dirinya sendiri agar tidak melakukan tindak korupsi

(individual competence).

2. Mahasiswa mampu mencegah orang lain agar tidak melakukan tindak korupsi dengan cara

memberikan peringatan orang tersebut.

3. Mahasiswa mampu mendeteksi adanya tindak korupsi (dan melaporkannya kepada

penegak hukum).

Dengan demikian tujuan dari matakuliah Anti-korupsi adalah membentuk kepribadian anti-

korupsi pada diri pribadi mahasiswa serta membangun semangat dan kompetensinya sebagai

agent of change bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari

ancaman korupsi.

PERTEMUAN 2

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 309


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Korupsi sebagai “masalah keserakahan elite” telah mencoreng citra bangsa di mata

internasional. Sangatlah wajar apabila kampanye anti keserakahan dijadikan sebagai salah

satu upaya memberantas korupsi. Banyak faktor penyebab terjadinya korupsi, namun faktor

tersebut berpusat pada satu hal yakni “toleransi terhadap korupsi”. Kita lebih banyak wicara

dan upacara ketimbang aksi. Mencermati faktor penyebab korupsi sangat tepat sebagai

langkah awal bergerak menuju pemberantasan korupsi yang riil.

A.Secara Umum

Secara umum faktor penyebab korupsi dapat terjadi karena faktor politik, hukum dan ekonomi,

sebagaimana dalam buku berjudul Peran Parlemen dalam Membasmi Korupsi (ICW : 2000)

yang mengidentifikasikan empat faktor penyebab korupsi yaitu faktor politik, faktor hukum,

faktor ekonomi dan birokrasi serta faktor transnasional

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi

instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan

mempertahankan kekuasaan. Politik uang (money politics) merupakan tingkah laku negatif karena

uang digunakan untuk membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai supaya

memenangkan pemilu si pemberi uang. Penyimpangan pemberian kredit atau penarikan pajak pada

pengusaha, kongsi antara penguasa dengan pengusaha, kasus-kasus pejabat Bank Indonesia dan

Menteri di bidang ekonomi pada rezim lalu dan pemberian cek melancong yang sering dibicarakan

merupakan sederet kasus yang menggambarkan aspek politik yang dapat menyebabkan korupsi

(Handoyo : 2009).

2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi lain

lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam

aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa)

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 310


sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat

maupun yang lebih tinggi). Sanksi yang tidak equivalen dengan perbuatan yang dilarang

sehingga tidak tepat sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat; penggunaan konsep

yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan suatu peraturan tidak

kompatibel dengan realitas yang ada sehingga tidak fungsional atau tidak produktif dan

mengalami resistensi.

3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat

dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak

mutlak benar karena dalam teori kebutuhan Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro,

korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling

bawah dan logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan yang

bertahan hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi

(Sulistyantoro : 2004).

Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa

kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Pernyataan demikian tidak benar sepenuhnya,

sebab banyak korupsi yang dilakukan oleh pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka tidak

tergolong orang miskin. Dengan demikian korupsi bukan disebabkan oleh kemiskinan, tapi

justru sebaliknya, “kemiskinan disebabkan oleh korupsi”.

4. Faktor organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem

pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di

mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang

atau kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal 2000). Bilamana organisasi tersebut tidak

membuka peluang sedikitpun bagi seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 311


akan terjadi. Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini

meliputi:

(a) kurang adanya teladan dari pimpinan,

(b) tidak adanya kultur organisasi yang benar,

(c) sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai,

(d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasinya.

B. Dalam Perspektif Teoretis

1. Cultural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika mempelajari penyebab

terjadinya korupsi. Sebagaimana ungkapan Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa

penjelasan kultural praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti

kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.

2. Means-ends scheme bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang

diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.

Lebih jauh Handoyo mengelaborasi bahwa setiap sistem sosial memiliki tujuan dan

manusia berusaha untuk mencapainya melalui cara-cara (means) yang telah

disepakati.

3. Solidaritas Sosial memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan

dikendalikan oleh masyarakatnya.

4. GONE Theory -> faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan atau korupsi

yang meliputi Greeds (keserakahan),

a. Opportunities (kesempatan) : sistem yang memberi peluang untuk melakukan

korupsi, yang bisa diperluas keadaan organisasi atau masyarakat yang

sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk

melakukan kecurangan.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 312


b. Needs (kebutuhan) : yaitu sikap mental yang tidak pernah merasa cukup, selalu

sarat dengan kebutuhan yang tidak pernah usai.

c. Exposure (pengungkapan) : hukuman yang dijatuhkan kepada para pelaku

korupsi yang tidak memberi efek jera pelaku maupun orang lain

d. Greed : keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi.

5. Fraud Triangle

a. Pressure

Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud,

contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan

narkoba, dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau

masalah finansial. Tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan.

b. Opportunity

Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan

karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau

penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan

elemen yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses,

prosedur, dan control dan upaya deteksi dini terhadap fraud.

c. Rationalization

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari

pembenaran atas tindakannya, misalnya:

1. Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang

dicintainya.

2. Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan

lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi,dll.)

3. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak

mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

C. Faktor Internal Dan Eksternal

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 313


C.1. Faktor Internal

1. Aspek Perilaku Individu

a. Sifat tamak/rakus manusia.

b. Moral yang kurang kuat

c. Gaya hidup yang konsumtif

2. Aspek Sosial

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan bahwa

lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan

mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam

hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia

menyalahgunakan kekuasaannya

C.2. Faktor eksternal

1. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi

a. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.

b. Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah

masyarakat sendiri.

c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.

d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan

diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan

pemberantasan.

2. Aspek ekonomi

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan.

3. Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan

untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan

masyarakat.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 314


4. Aspek Organisasi

a. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan

b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar

c. Kurang memadainya sistem akuntabilitas

d. Kelemahan sistim pengendalian manajemen

e. Lemahnya pengawasan

PERTEMUAN 3

SEJARAH PEMBERANTASAN TPK DI INDONESIA

Korupsi di Indonesia sudah ‘membudaya’ sejak dulu, sebelum dan sesudah kemerdekaan, di

era Orde Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era Reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan

untuk memberantas korupsi, namun hasilnya masih jauh panggang dari api. Periodisasi

korupsi di Indonesia secara umum dapat dibagi dua, yaitu periode pra kemerdekaan dan

pasca kemerdekaan (Amin Rahayu).

A. Korupsi di Zaman Kerajaan-Kerajaan

Pada zaman dulu kerajaan-kerajaan menarik upeti (pajak) dari rakyatnya. Dalam penarikan

upeti tersebut, banyak pejabat pemerintahan yang tidak jujur. Salah satunya dengan cara

menggelapkan pajak yang harusnya sampai ke kerajaan. Bentuk korupsi yang lain, adalah

dengan memberikan janji atau upah pada seseorang untuk membunuh musuh-musuhnya.

Sebenarnya kehancuran kerajaan-kerajaan besar (Sriwijaya, Majapahit dan Mataram) adalah

karena perilaku korup dari sebagian besar para bangsawannya. Sriwijaya diketahui berakhir

karena tidak adanya pengganti atau penerus kerajaan sepeninggal Bala-putra Dewa.

Majapahit diketahui hancur karena adanya perang saudara (perang paregreg) sepeninggal

Maha Patih Gajah Mada. Sedangkan Mataram lemah dan semakin tidak punya gigi karena

dipecah belah dan dipreteli gigi taringnya oleh Belanda. Hal menarik lainnya pada fase zaman

kerajaan ini adalah, mulai terbangunnya watak opurtunisme bangsa Indonesia. Salah satu

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 315


contohnya adalah posisi orang suruhan dalam kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan “abdi

dalem”. Abdi dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini, cenderung selalu bersikap manis untuk

menarik simpati raja atau sultan. Hal tersebut pula yang menjadi embrio lahirnya kalangan

opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa yang korup yang begitu besar dalam

tatanan pemerintahan kita dikmudian hari.

B. Korupsi di Zaman Penjajahan

Datangnya penjajah ke Indonesia mempunyai peran penting dalam proses kehancuran

kerajaan-kerajaan di Indonesia. Perselisihan di dalam kerajaan menjadi semakin parah

dengan campur tangan penjajah. Misalnya, di Banten (perselisihan antara Sultan Ageng

Tirtayasa dengan anaknya Sultan Haji), Cirebon (yang akhirnya terpecah menjadi Keraton

Kasepuhan dan Kanoman), maupun Mataram (terpecah menjadi Kasultanan Yogyakarta dan

Surakarta).

Budaya korupsi ini berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut

politik oleh penjajah, untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu, semisal demang

(lurah), tumenggung (setingkat kabupaten atau provinsi), dan pejabat-pejabat lainnya yang

notabene merupakan orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi

daerah territorial tertentu. Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk

memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda untuk memperkaya

diri dengan menghisap hak dan kehidupan rakyat Indonesia. Secara eksplisit, sesungguhnya

budaya penjajah yang mempraktekkan hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang

Indonesia juga tak segan menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek korupsi-nya.

Bukan hanya kaum pribumi, penjajah yang datang ke Indonesia, seperti Belanda, Spanyol,

dan Portugis ternyata juga memiliki mental korupsi, dengan menggelapkan harta milik

pemerintah. Hancurnya Kongsi Perdagangan Belanda (VOC) pun disebabkan korupsi para

pejabat di kongsi tersebut. Dari pada melaporkan keuntungan yang didapat di tanah jajahan,

para pejabat di sana melaporkan “beban hutang” yang harus ditanggung. Jadi, hasil bumi

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 316


dalam bentuk rempah-rempah, tidak dikirimkan ke tanah pusat tetapi diselundupkan ke tempat

lain untuk memperkaya diri.

Penindasan yang dilakukan oleh penjajah tidak sepenuhnya dilakukan oleh penjajah sendiri.

Misalnya dalam pelaksanaan Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Cultuurstelsel adalah

peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes Van Den Bosch pada tahun

1830. Dalam sistem tanam paksa ini ada ketentuan sebagai berikut :

o Setiap petani menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi

ekspor, khususnya kopi, tebu, dan tarum (nila).

o Wilayah yang digunakan untuk praktik cultuurstelstel pun tetap dikenakan

pajak.

o Warga yang tidak memiliki lahan pertanian wajib bekerja selama setahun penuh

di lahan pertanian.

Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para petani dipaksa untuk menyediakan

tanahnya lebih dari 1/5. Dan celakanya, pelaku pemaksaan itu adalah orang pribumi sendiri

yang bekerja pada penjajah Belanda. Tanah yang seharusnya sudah bebas dari pajak, dalam

kenyaatannya tetap dikenai pajak.Kesepakatan yang lain, jika ada kelebihan hasil panen,

maka akan dikembalikan ke petani. Kenyataannya, kelebihan hasil panen tersebut diambil

oleh para pengepul, yang jelas orang pribumi sendiri.

Dari peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksaan cultur stelsel, terdapat

berbagai indikasi korupsi. Misalnya pengambilan pajak yang tidak semestinya, penggelapan

pajak itu sendiri, penggelapan sisa hasil panen, maupun tindakan menjilat para penghianat

bangsa terhadap penjajah.

C. Korupsi di Indonesia Pasca-Kemerdekaan

ORDE LAMA

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 317


o Dibentuk Badan Pemberantasan Korupsi, Panitia Retooling Aparatur Negara (PARAN)

dibentuk berdasarkan UU Keadaan Bahaya, dipimpin oleh A.H. Nasution dan dibantu

oleh dua orang anggota yakni Prof M Yamin dan Roeslan Abdulgani. Namun ternyata

pemerintah pada waktu itu setengah hati menjalankannya.

o Pejabat pemerintah diharuskan mengisi formulir yang disediakan istilah sekarang :

daftar kekayaan pejabat negara. Dalam perkembangannya kemudian ternyata

kewajiban pengisian formulir tersebut mendapat reaksi keras dari para pejabat. Mereka

berdalih agar formulir itu tidak diserahkan kepada PARAN tetapi langsung kepada

Presiden. Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden No. 275.

o Tahun 1963, upaya pemberantasan korupsi kembali digalakkan. A.H. Nasution yang

saat itu menjabat sebagai Menkohankam/ Kasab dibantu oleh Wiryono

Prodjodikusumo. Tugasnya yaitu meneruskan kasus kasus korupsi ke meja

Pengadilan. Lembaga ini di kemudian hari dikenal dengan istilah “Operasi Budhi”.

Sasarannya adalah perusahaan-perusahaan negara serta lembaga-lembaga negara

lainnya yang dianggap rawan praktik korupsi dan kolusi. Operasi Budhi ternyata juga

mengalami hambatan.

o Soebandrio mengumumkan pembubaran PARAN/Operasi Budhi yang kemudian

diganti namanya menjadi Kotrar (Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi) di

mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen

Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat pemberantasan korupsi pada masa itu

akhirnya mengalami stagnasi. - Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi

dijalankan, keuangan negara dapat diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar,

jumlah yang cukup signifikan untuk kurun waktu itu. Karena dianggap mengganggu

prestise Presiden, akhirnya Operasi Budhi dihentikan.

ORDE BARU

o Dibentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai Jaksa Agung.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 318


o Tahun 1970, terdorong oleh ketidakseriusan TPK dalam memberantas korupsi seperti

komitmen Soeharto, mahasiswa dan pelajar melakukan unjuk rasa memprotes

keberadaan TPK.

o Perusahaan-perusahaan negara seperti Bulog, Pertamina, Departemen Kehutanan

banyak disorot masyarakat karena dianggap sebagai sarang korupsi. Maraknya

gelombang protes dan unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa, akhirnya ditanggapi

Soeharto.

o Dibentuk Komite Empat beranggotakan tokoh tokoh tua yang dianggap bersih dan

berwibawa seperti Prof Johannes, I.J Kasimo, Mr Wilopo dan A Tjokroaminoto.

Tugasnya yang utama adalah membersihkan antara lain Departemen Agama, Bulog,

CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina. Namun kornite ini hanya “macan

ompong” karena hasil temuannya tentang dugaan korupsi di Pertamina tak direspon

pemerintah.

o Ketika Laksamana Sudomo diangkat sebagai Pangkopkamtib, dibentuklah Opstib

(Operasi Tertib) dengan tugas antara lain juga memberantas korupsi. Kebijakan ini

hanya melahirkan sinisme di masyarakat. Tak lama setelah Opstib terbentuk, suatu

ketika timbul perbedaan pendapat yang cukup tajam antara Sudomo dengan Nasution.

Hal itu menyangkut pemilihan metode atau cara pemberantasan korupsi, Nasution

berpendapat apabila ingin berhasil dalam memberantas korupsi, harus dimulai dari

atas. Nasution juga menyarankan kepada Laksamana Sudomo agar memulai dari

dirinya. Seiring dengan berjalannya waktu, Opstib pun hilang tanpa bekas sama sekali.

REFORMASI

o Pada Era Reformasi hampir seluruh elemen penyelenggara negara sudah terjangkit

“Virus Korupsi” yang sangat ganas.

o Presiden BJ Habibie mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN berikut pembentukan

berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN, KPPU atau lembaga Ombudsman.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 319


o Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi (TGPTPK) dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000

Namun di tengah semangat menggebu-gebu untuk rnemberantas korupsi dari anggota

tim, melalui suatu judicial review Mahkamah Agung, TGPTPK akhirnya dibubarkan.

Sejak itu, Indonesia mengalami kemunduran dalam upaya pemberantasan KKN.

o Di samping membubarkan TGPTPK, Presiden Gus Dur juga dianggap tidak bisa

menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya pemberantasan korupsi.

o Proses pemeriksaan kasus dugaan korupsi yang melibatkan konglomerat Sofyan

Wanandi dihentikan dengan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dari Jaksa

Agung Marzuki Darusman. Akhirnya, Gus Dur didera kasus Buloggate.

o Di masa pemerintahan Megawati, wibawa hukum semakin merosot, di mana yang

menonjol adalah otoritas kekuasaan.

o Konglomerat bermasalah bisa mengecoh aparat hukum dengan alasan berobat ke luar

negeri. Pemberian SP3 untuk Prajogo Pangestu, Marimutu Sinivasan, Sjamsul

Nursalim, The Nien King, lolosnya Samadikun Hartono dari jeratan eksekusi putusan

MA, pemberian fasilitas MSAA kepada konglomerat yang utangnya macet, menjadi

bukti kuat bahwa elit pemerintahan tidak serius dalam upaya memberantas korupsi.

Masyarakat menilai bahwa pemerintah masih memberi perlindungan kepada para

pengusaha besar yang notabene memberi andil bagi kebangkrutan perekonomian

nasional. Pemerintah semakin lama semakin kehilangan wibawa. Belakangan kasus-

kasus korupsi merebak pula di sejumlah DPRD era Reformasi.

o Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi yang

dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi

di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

o Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, dilantik menjadi Ketua KPK.

KPK hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi aparat dan

institusi lain untuk terciptanya jalannya sebuah “good and clean governance”

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 320


(pemerintahan baik dan bersih) di Republik Indonesia. Taufiequrachman walaupun

konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan tebang pilih

pemberantasan korupsi.

Lembaga Anti Korupsi yang Pernah Ada di Indonesia

Indonesia telah melakukan upaya untuk menangani korupsi sejak orde lama. Salah satunya

adalah membentuk sebuah lembaga yang khusus menangani pemberantasan korupsi.

1. Tim Pemberantas Korupsi (TPK) yang diketuai oleh Jaksa Agung Sugih pada tahun

1967

2. Komisi Anti Korupsi (KAK). Komisi ini beranggotakan beberapa aktivis angkatan 66,

salah satunya adalah Akbar Tandjung pada tahun 1970

3. Komisi Empat yang diketuai oleh Wilopo dibentuk pada tahun 1070

4. Operasi Tertib (Opstib) yang beranggotakan Menpan, Pangkopkamtib, Jaksa Agung

yang dibantu pejabat daerah dan Kapolri yang dibentuk pada tahun 1977

5. Tim Pemberantas Korupsi (TPK) diketuai oleh Tim dijabat MA Mudjono pada tahun

1982

6. Komisi Pemeriksa Kekayaaan Penyelenggara Negara (KPKPN). Sebagai ketua komisi

diangkat Yusuf Syakir. Komisi ini muncul ketika Habibie menggantikan Soeharto

menjadi Presiden RI pada tahun 1999

7. Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau disingkat TGPTPK yang

diketuai oleh Adi Andojo Soetjipto, seorang hakim agung di Mahkamah Agung.

Dibentuk pada tahun 1999 pada era Presiden Abdurrahman Wahid

8. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 203

Jadi, KPK bukan satu-satunya komisi pemberantas korupsi. Karena sebelum KPK

lahir, sudah dibentuk tim dan komisi yang tugasnya khusus memberantas korupsi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 321


Dasar hukum pembentukan KPK yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK diberi amanat melakukan pemberantasan

korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara

yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari

kekuasaan manapun.

KPK dibentuk bukan untuk mengambil alih tugas pemberantasan korupsi dari lembaga-

lembaga yang ada sebelumnya, namun untuk mendorong atau sebagai stimulus agar upaya

pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah ada sebelumnya menjadi lebih

efektif dan efisien. Adapun tugas KPK antara lain:

1. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi (TPK).

2. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan TPK.

3. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap TPK.

4. melakukan tindakan-tindakan pencegahan TPK.

5. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:

• Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;

• Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;

• Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada

instansi yang terkait;

• Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan

• Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Untuk pelaksanaannya tugas dan fungsinya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu:

kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proposionalitas. KPK

bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala,

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 322


DPR, dan BPK kepada presiden. KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima

orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota.

Kelima pimpinan KPK tersebut merupakan pejabat negara, yang berasal dari unsur

pemerintahan dan unsur masyarakat. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun

dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan,

pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.

Pimpinan KPK membawahkan empat bidang, yang terdiri atas bidang Pencegahan,

Penindakan, Informasi dan Data, serta Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.

Masing-masing bidang tersebut dipimpin oleh seorang deputi. KPK juga dibantu Sekretariat

Jenderal yang dipimpin seorang Sekretaris Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden Republik Indonesia, namun bertanggung jawab kepada pimpinan KPK. Ketentuan

mengenai struktur organisasi KPK diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan

masyarakat luas tetap dapat berpartisipasi dalam aktivitas dan langkah-langkah yang

dilakukan KPK. Dalam pelaksanaan operasional, KPK mengangkat pegawai yang direkrut

sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.

PERTEMUAN 4

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN NEGARA

YANG BERSIH DARI KKN

A. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Seiring dengan gerakan reformasi yang timbul dari ketidakpuasan rakyat atas kekuasaan Orde

baru selama hampir 32 tahun, keinginan untuk menyusun tatanan kehidupan baru menuju

masyarakat madani berkembang di Indonesia. Keinginan untuk menyusun tatanan baru yang

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 323


lebih mengedepankan civil society itu dimulai dengan disusunnya seperangkat peraturan

perundang-undangan yang dianggap lebih mengedepankan kepentingan rakyat sebagaimana

tuntutan reformasi yang telah melengserkan Soeharto dari kursi kepresidenan.

Melalui penyelenggaraan Sidang Umum Istimewa MPR, disusunlah TAP No.

XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme. TAP MPR ini di dalamnya memuat banyak amanat untuk membentuk perundang-

undangan yang akan mengawal pembangunan orde reformasi, termasuk amanat untuk

menyelesaikan masalah hukum atas diri mantan Presiden Soeharto beserta kroni-kroninya.

Berikut pasal-pasal nya :

Pasal 1

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia berketetapan untuk memfungsikan

secara proporsional dan benar lembaga Tertinggi Negara, lembaga Kepresidenan, dan

Lembaga-lembaga Tinggi Negara lainnya, sehingga penyelenggaraan negara berlangsung

sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 2

(1) Penyelenggara negara pada lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus

melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab kepada masyarakat,

bangsa, dan negara.

(2) Untuk menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut, penyelenggara negara harus jujur, adil,

terbuka, dan terpercaya serta mampu membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi, dan

nepotisme.

Pasal 3

(1) Untuk menghindarkan praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, seseorang yang

dipercaya menjabat suatu jabatan dalam penyelenggaraan negara harus bersumpah sesuai

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 324


dengan agamanya, harus mengumumkan dan bersedia diperiksa kekayaannya sebelum dan

setelah menjabat.

(2) Pemeriksaan atas kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas dilakukan oleh

suatu lembaga yang dibentuk oleh Kepala Negara yang keanggotaannya terdiri dari

pemerintah dan masyarakat.

(3) Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi dilakukan secara tegas dengan

melaksanakan secara konsisten undang-undang tindak pidana korupsi.

Pasal 4

Upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme harus dilakukan secara tegas terhadap

siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, keluarga, dan kroninya maupun

pihak swasta/konglomerat termasuk mantan Presiden Soeharto dengan tetap memperhatikan

prinsip praduga tak bersalah dan hak-hak asasi manusia.

Pasal 5

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ketetapan ini diatur lebih lanjut dengan Undang-

undang.

Pasal 6

Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

B. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan

Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Undang-undang Nomor 28 tahun 1999 mempunyai judul yang sama dengan TAP MPR No.

XI/MPR/1998 yaitu tentang Penyelenggara negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme. Lahirnya undang-undang ini memperkenalkan suatu terminologi tindak pidana

baru atau kriminalisasi atas pengertian Kolusi dan Nepotisme.Dalam undang-undang ini diatur

pengertian kolusi sebagai tindak pidana, yaitu adalah permufakatan atau kerja sama secara

melawan hukum antar penyelenggara negara, atau antara penyelenggara negara dan pihak

lain, yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara. Sedangkan tindak pidana

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 325


nepotisme didefinisikan sebagai adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara

melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas

kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dalam perjalanannya, undang-undang ini tidak banyak digunakan. Beberapa alasan tidak

populernya undang-undang ini adalah terlalu luasnya ketentuan tindak pidana yang diatur di

dalamnya serta adanya kebutuhan untuk menggunakan ketentuan undang-undang yang lebih

spesifik dan tegas, yaitu undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai

pemberantasan korupsi.

PERTEMUAN 5

JENIS DAN DELIK KORUPSI

A.Sejarah Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Berbagai upaya pemberantasan korupsi dilakukan oleh pemerintah sejak kemerdekaan, baik

dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada maupun dengan membentuk

peraturan perundang-undangan baru yang secara khusus mengatur mengenai pem-

berantasan tindak pidana korupsi. Di antara peraturan perundang-undangan yang pernah

digunakan untuk memberantas tindak pidana korupsi adalah:

1. Delik korupsi dalam KUHP.

2.Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950.

3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi.

4.Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5.TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

6.Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

7.Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 326


8.Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

9.Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

10.Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against

Corruption (UNCAC) 2003.

11.Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian

Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

12.Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

B. Latar Belakang Lahirnya Delik Korupsi Dalam Perundang-Undangan Korupsi

Untuk memahami delik korupsi yang diatur dalam undang-undang tentang pemberantasan

korupsi perlu meninjau latar belakang lahirnya ketentuan-ketentuan delik tersebut mengingat

munculnya undang-undang korupsi yang lebih baru adalah untuk memperbaiki kekurangan

yang ada pada undang-undang sebelumnya, termasuk adanya kelemahan pengaturan

mengenai rumusan delik. Secara umum, lahirnya delik-delik korupsi di dalam perundang-

undangan korupsi dapat dibagi ke dalam 2 (dua) bagian utama, yaitu:

1. Delik korupsi yang dirumuskan oleh pembuat undang-undang.

Delik korupsi yang dirumuskan oleh pembuat undang-undang adalah delik-delik yang memang

dibuat dan dirumuskan secara khusus sebagai delik korupsi oleh para pembuat undang-

undang. Menurut berbagai literatur, delik korupsi yang dirumuskan oleh pembuat undang-

undang hanya meliputi 4 pasal saja yaitu sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 2, Pasal 3,

Pasal 13, dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

2. Delik korupsi yang diambil dari KUHP, delik mana dapat kita bagi menjadi dua bagian,

yaitu:

a. Delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari KUHP.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 327


Yang dimaksud dengan delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari KUHP adalah delik-delik

yang diambil dari KUHP yang diadopsi menjadi delik korupsi sehingga delik tersebut di dalam

KUHP menjadi tidak berlaku lagi. Dengan demikian sebagai konsekuensi diambilnya delik

tersebut dari KUHP adalah ketentuan delik tersebut di dalam KUHP menjadi tidak berlaku lagi.

Atau dengan kata lain, apabila perbuatan seseorang memenuhi rumusan delik itu maka

kepadanya akan diancamkan delik korupsi sebagaimana diatur dalam UU pemberantasan

tindak pidana korupsi dan bukan lagi sebagaimana delik itu di dalam KUHP. .Secara lebih

terinci penarikan delik korupsi secara mutlak dari KUHP adalah sebagai berikut:

b. Delik korupsi yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP.

Pengertian : delik-delik yang diambil dari KUHP yang, dengan syarat keadaan tertentu yaitu

berkaitan dengan pemeriksaan tindak pidana korupsi, diadopsi menjadi delik korupsi namun

dalam keadaan lain tetap menjadi delik sebagaimana diatur di dalam KUHP. Delik korupsi

yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP terdapat di dalam Pasal 23 Undang-undangNomor

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 328


31 tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu diambil dari Pasal 220, Pasal

231, Pasal 421, Pasal 422, Pasal 429, dan Pasal 430 KUHP.

3. Delik Korupsi Menurut Uu No. 31 Tahun 1999 Jo. Uu No. 20 Tahun 2001

Berdasarkan undang-undang, kita dapat membedakan 30 perbuatan yang masuk kategori

sebagai delik korupsi. 30 perbuatan korupsi itu diatur dalam 13 pasal. Untuk mempermudah

pemahaman, penjelasan atas delik-delik korupsi dalam undang-undang.

• Pasal 2

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonornian

negara.

• Pasal 3

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan kouangan negara atau perekonomian

negara.

• Pasal 13

Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat

kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi

hadiah atau janji dianggap, melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.

• Pasal 15

Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantua,n atau permufakatan jahat untuk

melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2. Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

• Pasal 5 - Suap

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 329


a.memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau

tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau

berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak

dilakukan dalam jabatannya.

• Pasal 11

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana. “pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima

hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut

diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau

yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan

dengan jabatannya.kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau

yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan

dengan jabatannya.”

• Pasal 12

‘Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal

420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal

diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang

bertentangan dengan kewajibannya;

b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui

atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan

karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu alam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya;

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 330


c. hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa

hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang

diserahkan kepadanya untuk diadili;

d. seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi

advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal

diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat

atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada

pengadilan untuk diadili;

e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri

sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan

kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima

pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

f. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

meminta, menerima, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri

atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang

kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

g. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas,

meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan

utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

h. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, telah

menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seoah-olah sesuai

dengan peraturan perundangundangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal

diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan

perundangundangan; atau

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 331


i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan

sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat

dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau

mengawasinya. (UU No. 20 Tahun 2001).

• Pasal 6

a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi

putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili; atau

b. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan

dengan maksud untuk mempengaruhi nasehat atau pendapat yag akan diberikan berhubung

dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

• Pasal 7

“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387 atau

Pasal 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan

bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan

curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan

negara dalam keadaan perang;

b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan

bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam

huruf a;

c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional

Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan

curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau

d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara

Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 332


d. Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana

dimaksud dalam huruf c.

• Pasal 8 - Penggelapan dalam jabatan.

“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana.

pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan

umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan

uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat

berharga tersebut diambilatau digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan

perbuatan tersebut.

• Pasal 9

“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana

pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan

umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-

buku atau daftardaftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.

Pasal 10

“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana.

“pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu

jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja:

a. menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,

akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka

pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau

b. membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak

dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; atau

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 333


c. membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak

dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut.”

PERTEMUAN 6

GRATIFIKASI DAN PENGENDALIAN NYA

1.Pengertian Gratifikasi

Black’s Law Dictionary memberikan pengertian Gratifikasi atau Gratification: “a voluntarily

given reward or recompense for a service or benefit” (gratifikasi adalah “sebuah pemberian

yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan”).

2.Bentuk Gratifikasi

a. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan niat yang tulus dari seseorang

kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian dalam bentuk “tanda kasih” tanpa

mengharapkan balasan apapun.

b. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian

jenis ini yang telah membudaya dikalangan birokrat maupun pengusaha karena adanya

interaksi kepentingan.

Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak selalu mempunyai arti jelek, namun harus

dilihat dari kepentingan gratifikasi. Akan tetapi dalam praktik seseorang memberikan sesuatu

tidak mungkin dapat dihindari tanpa adanya pamrih.

3.Gratifikasi menurut UU No. 20 Tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan penjelasannya didefinisikan sebagai

pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat atau diskon, komisi,

pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan

cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan bahwa “Setiap gratifikasi kepada pegawai

negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan

jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya”. Apabila seorang pegawai

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 334


negeri atau penyelenggara negara menerima suatu pemberian, maka ia mempunyai

kewajiban untuk melaporkan kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12 C UU No 20

Tahun 2001, yaitu :

a. Ketentuan pada Pasal 12 B ayat (1) mengenai gratifikasi dianggap sebagai pemberian suap

dan tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK;

b. Laporan penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal

gratifikasi diterima;

c. Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan laporan, KPK

wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara;

d. Tata cara penyampaian laporan dan penentuan status gratifikasi diatur menurut Undang-

undang tentang KPK.

4.Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi, antara lain :

a. Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;

b. Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat pada saat perkawinan

anaknya;

c. Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya untuk

keperluan pribadi secara cuma-cuma;

d. Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/pegawai negeri untuk pembelian barang

atau jasa dari rekanan;

e. Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada pejabat/pegawai negeri;

f. Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan;

g. Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai negeri pada saat kunjungan kerja;

h. Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri pada saat hari raya

keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 335


i. Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal ini dapat memengaruhi legislasi

dan implementasinya oleh eksekutif;

j. Cideramata bagi guru (PNS) setelah pembagian rapor/kelulusan;

k. Pungutan liar di jalan raya dan tidak disertai tanda bukti dengan tujuan sumbangan tidak

jelas, oknum yang terlibat bisa jadi dari petugas kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas

pendapatan daerah), LLAJR dan masyarakat (preman). Apabila kasus ini terjadi KPK

menyarankan agar laporan dipublikasikan oleh media massa dan dilakukan penindakan

tegas terhadap pelaku;

l. Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai proyek.

m. Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang dilakukan oleh Instansi Pelabuhan,

Dinas Perhubungan, dan Dinas Pendapatan Daerah;

n. Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari pengusaha ke pejabat;

o. Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir jabatan;

p. Pembangunan tempat ibadah di kantor pemerintah (karena biasanya sudah tersedia

anggaran untuk pembangunan tempat ibadah dimana anggaran tersebut harus dipergunakan

sesuai dengan pos anggaran dan keperluan tambahan dana dapat menggunakan kotak amal);

q. Hadiah pernikahan untuk keluarga PNS yang melewati batas kewajaran;

r. Pengurusan KTP/SIM/Paspor yang “dipercepat” dengan uang tambahan;

s. Mensponsori konferensi internasional tanpa menyebutkan biaya perjalanan yang transparan

dan kegunaannya, adanya penerimaan ganda, dengan jumlah tidak masuk akal;

t. Pengurusan izin yang dipersulit.

Dengan demikian pemberian yang dapat dikategorikan sebagai gratifikasi adalah pemberian

atau janji yang mempunyai kaitan dengan hubungan kerja atau kedinasan dan/atau semata-

mata karena keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan pejabat/pegawai negeri dengan si

pemberi.

Pengendalian Gratifikasi

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 336


Pemerintah dengan perjanjian kerja dan pegawai lainnya yang digaji bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja negara, dilarang menerima dan memberikan segala

sesuatu bentuk Gratifikasi yang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya. Setiap bentuk penerimaan Gratifikasi yang berhubungan dengan

jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya wajib dilaporkan.

Penerimaan Gratifikasi tersebut dilaporkan kepada TPG disertai penjelasan taksiran

harga dan dokumentasi penyerahannya. Dalam melaksanakan pengendalian Gratifikasi,

Kepala Badan POM membentuk TPG yang dituangkan dalam Keputusan Kepala Badan POM

No. HK.04.1.6.04.15.2063 Tahun 2015 tentang Pembentukan Struktur Tim Pengendalian

Gratifikasi di Lingkungan Badan POM. Pegawai melaporkan secara tertulis penerimaan

Gratifikasi kepada KPK melalui TPG. TPG dapat melaporkan penerimaan gratifikasi secara

berkala melalui subsite ini dan melaporkannya kepada Inspektorat secara online.

Penerimaan Gratifikasi yang tidak wajib dilaporkan antara lain:

o Penerimaan Gratifikasi yang terkait dengan tugas kedinasan, meliputi: seminar kits,

sertifikat, cinderamata, plakat, vandel, goody bag, gimmick, dan penerimaan lainnya

yang diperoleh dari kegiatan resmi kedinasan seperti seminar, lokakarya, pelatihan,

rapat, workshop, konferensi atau kegiatan lain sejenis yang diterima berdasarkan

penunjukan atau penugasan resmi; fasilitas transportasi, akomodasi, uang saku/uang

harian, hidangan atau sajian atau jamuan makanan atau minuman, dan penerimaan

lainnya yang diperoleh secara resmi kedinasan berdasarkan penunjukan atau

penugasan resmi serta berlaku umum;

o hadiah pada waktu kegiatan kontes atau kompetisi terbuka yang diselenggarakan oleh

Pemberi berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi; dan penerimaan honor,

insentif, transportasi, akomodasi atau penerimaan lain sejenis sebagaimana diatur

pada standar biaya yang berlaku di pihak

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 337


o Penerimaan Gratifikasi berupa barang yang mudah busuk atau rusak seperti bingkisan

makanan, minuman, oleh-oleh, dan buah dapat langsung disalurkan ke panti asuhan

atau panti jompo atau pihak-pihak lainnya yang membutuhkan.

o dan sebagainya.

PERTEMUAN 7

KASUS TPK YANG TERJADI DI INDONESIA

Daftar dibawah ini merupakan beberapa dari banyak sekali kasus korupsi yang telah terjadi di

Indonesia.

1.Kasus Korupsi Bank Century

Dalam laporan BPK ketika itu menunjukkan beberapa pelanggaran yang dilakukan Bank

Century sebelum diambil alih. BPK mengungkap sembilan temuan pelanggaran yang terjadi.

Bank Indonesia (BI) saat itu dipimpin oleh Boediono–sekarang wapres–dianggap tidak tegas

pada pelanggaran Bank Century yang terjadi dalam kurun waktu 2005-2008.BI, diduga

mengubah persyaratan CAR. Dengan maksud, Bank Century bisa mendapatkan Fasilitas

Pendanaan Jangka Pendek (FPJP). Kemudian, soal keputusan Komite Stabilitas Sistem

Keuangan (KKSK)–saat itu diketuai Menkeu Sri Mulyani–dalam menangani Bank Century,

tidak didasari data yang lengkap. Pada saat penyerahan Bank Century, 21 November 2008,

belum dibentuk berdasar UU.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga diduga melakukan rekayasa peraturan agar

Bank Century mendapat tambahan dana. Beberapa hal kemudian terungkap pula, saat Bank

Century dalam pengawasan khusus, ada penarikan dana sebesar Rp 938 miliar yang tentu

saja, menurut BPK, melanggar peraturan BI. Pendek kata, terungkap beberapa praktik

perbankan yang tidak sehat.

2.Kasus Korupsi BLBI

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)

Kasus BLBI pertama kali mencuat ketika Badan Pemeriksa Keuangan mengungkapkan hasil

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 338


auditnya pada Agustus 2000. Laporan itu menyebut adanya penyimpangan penyaluran dana

BLBI Rp 138,4 triliun dari total dana senilai Rp 144,5 triliun.

Di samping itu, disebutkan adanya penyelewengan penggunaan dana BLBI yang

diterima 48 bank sebesar Rp 80,4 triliun. Bekas Gubernur Bank Indonesia Soedradjad

Djiwandono dianggap bertanggung jawab dalam pengucuran BLBI. Sebelumnya, mantan

pejabat BI lainnya yang terlibat pengucuran BLBI Hendrobudiyanto, Paul Sutopo, dan Heru

Soepraptomo telah dijatuhi hukuman masing-masing tiga, dua setengah, dan tiga tahun

penjara, yang dianggap terlalu ringan oleh para pengamat. Ketiganya kini sedang naik

banding. Bersama tiga petinggi BI itu, pemilik-komisaris dari 48 bank yang terlibat BLBI, hanya

beberapa yang telah diproses secara hukum. Antara lain: Hendrawan Haryono (Bank Aspac),

David Nusa Widjaja (Bank Servitia), Hendra Rahardja (Bank Harapan Santosa), Sjamsul

Nursalim (BDNI), dan Samadikun Hartono (Bank Modern).

Yang jelas, hingga akhir 2002, dari 52 kasus BLBI, baru 20 dalam proses penyelidikan dan

penyidikan. Sedangkan yang sudah dilimpahkan ke pengadilan hanya enam kasus Abdullah

Puteh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam yang kini non aktif ini menjadi tersangka korupsi

APBD dalam pembelian helikopter dan genset listrik, dengan dugaan kerugian Rp 30 miliar.

3.Kasus Korupsi PLTU PAITON I Probolinggo

Kasus pidana Paiton I sudah tersedia bukti permulaan yang kuat yakni hasil audit investigasi

BPKP . Kasus dugaan korupsi pengadaan listrik swasta Paiton I di Probolinggo bermula dari

Lmarkup terhadap capital cost sebesar 48 persen dari seluruh nilai proyek yang sebesar Rp

7,015 triliun. Sebenarnya, Paiton I telah diaudit BPKP dan due diligence SNC-Lavalin. Kedua

lembaga tersebut jelas-jelas menyatakan ada mark up dan rekayasa besar-besaran pada sisi

proses penyiapan listrik swasta dan proses investasinya. Dalam Laporannya, BPKP

membedah secara gamblang proses Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang terjadi, mulai dari

perencanaan, proses mendapatkan Surat Ijin Prinsip, pembiayaan, pelaksanaan, produksi,

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 339


distribusi, konsumsi, pembayaran dan berbagai previlege yang didapat dengan merugikan

keuangan negara sekitar

Penyelidikan kasus Paiton I dihentikan Kejaksaan Agung (Kejagung) pada 2001. Pada

akhir 2002, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memerintahkan Kejakgung melanjutkan proses

penyidikan kasus PLTU Paiton I dalam sidang praperadilan yang diajukan oleh kelompok

masyarakat. Namun, Kejagung tidak bertindak. Pada akhir 2004, sebuah organisasi non-

pemerintah juga telah melaporkan kasus Paiton I ke KPK, namun anehnya hingga sekarang

lembaga pemberantas korupsi itu tidak melakukan tindakan apapun.

5.Kasus Korupsi HPH Dan Dana Reboisasi

Hasil audit Ernst & Young pada 31 Juli 2000 tentang penggunaan dana reboisasi

mengungkapkan ada 51 kasus korupsi dengan kerugian negara Rp 15 triliun (versi Masyarakat

Transparansi Indonesia). Yang terlibat dalam kasus tersebut, antara lain, Bob Hasan, Prajogo

Pangestu, sejumlah pejabat Departemen Kehutanan, dan Tommy Soeharto. Bob Hasan telah

divonis enam tahun penjaradi LP Nusakambangan, Jawa Tengah. Prajogo Pangestu diseret

sebagai tersangka kasus korupsi dana reboisasi proyek hutan tanaman industri (HTI) PT Musi

Hutan Persada, yang diduga merugikan negara Rp 331 miliar. Dalam pemeriksaan, Prajogo,

yang dikenal dekat dengan bekas presiden Soeharto, membantah keras tuduhan korupsi.

Sampai sekarang nasib kasus ini tak jelas kelanjutannya

6.Kasus Korupsi Eddy Tansil / PT. Golden Key

Eddy Tansil (lahir tahun 1954) adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang

keberadaanya kini tidak diketahui. Ia melarikan diri dari penjara Cipinang, Jakarta, pada

tanggal 4 Mei 1996 saat tengah menjalani hukuman 20 tahun penjara karena terbukti

menggelapkan uang sebesar 565 juta dolar Amerika (sekitar 1,5 triliun rupiah dengan kurs

saat itu) yang didapatnya melalui kredit Bank Bapindo melalui grup perusahaan Golden Key

Group.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 340


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menghukum Eddy Tansil 20 tahun penjara, denda

Rp 30 juta, membayar uang pengganti Rp 500 miliar, dan membayar kerugian negara Rp 1,3

triliun. Sekitar 20-an petugas penjara Cipinang diperiksa atas dasar kecurigaan bahwa mereka

membantu Eddy Tansil untuk melarikan diri.

Kasus – kasus diatas hanya sebagai contoh dan wawasan, utk kasus lainnya silakan

disesuaikan dengan materi di kelas.

Pendidikan Anti Korupsi - KMP 2019 341

Anda mungkin juga menyukai