Anda di halaman 1dari 15

Komponen termistor PTC (Positive Temperatur Coefficient) adalah suatu resistor yang

mempunyai koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Dimana nilai resistansi PTC
akan semakin tinggi pada saat perubahan suhu disekitar PTC semakin tinggi. PTC
memiliki sifat yang berkebalikan dengan NTC. PTC akan memeberikan perubahan
resistansi semakin rendah pada saat suhu disekitar body PTC semakin dingin.

Karakeristik PTC (Positive Temperatur Coefficient)

Dalam beberapa hal PTC ini berbeda dengan NTC seperti yang dituliskan berikut ini :

 Koefisien temperatur dari termistor PTC akan positif hanya antara daerah temperatur
tertentu. Diluar daerah temperatur ini, koefisien temperaturnya bisa nol ataupun
negatif.
 Harga koefisien temperatur mutlak dari termistor PTC, hampir dalam seluruh
kejadian jauh lebih besar daripada yang dimiliki oleh termistor NTC.

Fisik dan simbol PTC

Grafik Karakteristik PTC

Perlu dicatat bahwa skala resistansi adalah dalam logaritmik dan resistansinya berubah
mulai dari beberapa ratus ohm pada temperatur 75 oC dan beberapa ratus kilo ohm pada
temperatur 150 oC.
Termistor PTC terbuat dari BaTiO3 , cairan zat padat dari BaTiO3 dan SrTiO3 adalah
analog dengan metode yang digunakan untuk persiapan membuat termistor NTC. Sejumlah
ekstra tertentu pada ion-ion Ti dibangkitkan dengan memasukkan ion-ion lain yang mempunyai
valensi yang berbeda. Karakteristik arus dan tegangan statis menarik karena kurva ini bisa
menunjukkan dengan jelas kemampuan arus limit dari termistor PTC.

Sampai level tegangan tertentu , karakteristik arus dan tegangannya merupakan garis
lurus dan mengikuti hukum ohm, tetapi begitu PTC terpanasi dengan arus yang besar yaitu
temperatur sudah sampai pada daerah switching , disini resistansi membesar.Kejadian ini bisa
dilihat pada gambar berikut.

Karakteristik Tegangan dan Arus dari Termistor PTC

Tentu saja karakteristik tegangan dan arus ini bergantung pada temperatur sekitarnya, dan
juga bergantung pada koefisien transfer panas yang ada disekelilingnya. PTC dengan variasi
resistansi yang sangat tinggi dalam daerah temperatur yang agak terbatas, pada dasarnya
digunakan sebagai “Threshold detector“.

Rangkaian Aplikasi PTC (Positive Temperatur Coefficient)

PTC merupakan komponen non polar sehingga dalam pemasangan pada rangkaian
elektronika tidak perlu memperhatikan polaritas, sehingga dapat dipasang bolak-balik. Pada
gambar-gambar diabawah diperlihatkan beberapa contoh pemakaian dari termistor tersebut.

1. PTC untuk membatasi arus puncak saat start


2. Aplikasi PTC sebagai Pengukuran tenperatur

3. Aplikasi PTC sebagai Pengaman beban lebih atau hubung singkat

4. Aplikasi PTC sebagai Penunda Waktu

Jangan memberikan tegangan diatas tegangan dibolehkan dari suatu PTC, karena hal ini bisa
mengakibatkan rusaknya termistor. Jangan menghubungkan termistor dalam rangkaian seri
untuk memperoleh tegangan atau daya yang besar ; sebab hal ini bisa memungkinkan kerusakan
pada PTC yang terpanaskan lebih dahulu dibandingkan yang lainnya, yang diakibatkan oleh
tegangan jatuh yang berlebihan yang ada padanya.

Menguji PTC (Positive Temperatur Coefficient)

Mengukur PTC untuk mengetahui kondisi PTC baik atau rusak dapat dilakukan menggunakan
multimeter. Berdasarkan karakteristik PTC yang memiliki resistansi akan berubah semakin kecil
pada saat suhu semakin rendah maka kita dapat mengukur PTC menggunakan multimeter
dengan seting Ohm meter.
Cara Mengukur PTC Menggunakan Multimeter

1. Seting multimeter sebagai ohm meter


2. Hubungkan kedua probe multimeter pada kaki PTC, multimeter harus menunjuk sutu
nilai resistansi sesui dengan nilai resistansi PTC yang tertera pada body PTC.

3. Berikan perubahan suhu menggunakan solder pada body PTC dan amati perubahan
resistansinya. Dengan memberikan perubahan suhu semakin panas maka resistansi kedua
kaki PTC harus bertambah semakin besar.

Hasil pengukuran PTC menggunakan multimeter tersebut, dikatakan PTC dalam kondisi baik
bila PTC mampu memberikan perubahan resistansi semakin besar pada saat suhu PTC semakin
tinggi. Pada langkah ke 2 apabila nilai resistansi yang ditunjuk multimeter adalah 0 Ohm maka
PTC rusak (short) dan apabila menunjuk nilai tidak berhingga maka PTC rusak (open).
NTC (Negative Temperature Coefisien)

A. PENGERTIAN NTC

Yaitu resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
temperatur terhadapnya. Jika temperaturnya makin tinggi maka nilai resistansinya
kecil dan sebaliknya bila temperaturnya makin rendah maka nilai resistansinya
semakin besar.

Simbol NTC DAN PTC

PENGERTIAN TERMISTOR NTC (NEGATIVE TEMPERATURE COEFISIEN)

Pengertian termistor NTC (Negative Temperature Coefisien) adalah resistor dengan


koefisien temperatur negatif yang sangat tinggi. Termistor jenis ini dibuat dari oksida dari
kelompok elemen transisi besi ( misalnya FE2O3, NiO CoO dan bahan NTC yang lain).

NTC (Negative Coefisien Temperature)

Oksida – oksida ini mempunyai resistivitas yang sangat tinggi dalam zat murni, tetapi
bisa ditransformasikan kedalam semi konduktor dengan jalan menambahkan sedikit ion –
ion lain yang valensinya berbeda. Harga nominal biasanya ditetapkan pada temperatur 25
o
C. Perubahan resistansi yang diakibatkan oleh non linieritasnya ditunjukkan dalam
bentuk diagram resistansi dengan temperatur, seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut ini.

a. Bentuk fisik NTC


b. Simbol NTC

c. Grafik nilai tahanan NTC akibat suhu


Karakteristik NTC (Negative Coefisien Temperature)

Bilamana memungkinkan untuk menemukan termistor NTC untuk memenuhi seluruh


harga NTC yang dibutuhkan, kadang – kadang jauh lebih ekonomis bila beberapa NTC
digabung atau diadaptasikan harga-harga resistansi yang sudah ada dalam rangkaian
dengan salah satu atau lebih termistor NTC yang kita punyai. Kadang-kadang, dengan
menambah resistor seri dan paralel dengan NTC, dan kita bisa memperoleh harga
termistor NTC standart yang kita perlukan. Seandainya tidak bisa maka kita perlu
mencari type termistor NTC khusus yang kita butuhkan.

Jadi seandainya dari seluruh kombinasi resistor yang telah kita lakukan kita tidak
mendapat harga NTC standart yang kita butuhkan, maka dalam hal ini kita perlu mencari
NTC sesuai dengan spesifikasi yang kita butuhkan. Dalam suatu rangkaian dimana
terdapat suatu NTC, maka rangkaian resistor tambahan seringkali banyak manfaatnya.

Contoh berikut ini akan menunjukkan dan menjelaskan suatu hasil kombinasi antara
NTC dengan resistor biasa .Anggap saja sekarang kita sedang membutuhkan termistor
NTC dengan harga yang berkisar antara 50Ω pada 30 oC dan 10 Ωpada 100 oC . Tentunya
type standart yang mempunyai karakteristik demikian tidak terdapat dalam program kita .
Sekalipun demikian , kita tak perlu cemas sebab masalah ini bisa kita atasi dengan satu
buah NTC standart dan dua buah resistansi biasa .

Seandainya sekarang yang terdapat sebuah NTC dengan tahanan dingin sebesar 130 Ω,
lalu coba kita pasang dengan kombinasi seri dan paralel dengan sebuah resistor biasa
sebesar 6 dan resistor lain sebesar 95 , seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut.

Rangkaian Karakteristik Deviasi NTC

Dari kombinasi ini , kebutuhan kita akan resistansi pada temperatur 30 oC dan pada
temperatur 100 oC akan bisa terpenuhi . Untuk lebih jelasnya coba bandingkan gambar
grafik NTC standart dengan kurva hasil kombinasi NTC standart dengan dua buah
resistansi biasa pada gambar diatas.

Suatu adaptasi dari kombinasi ini harus dihitung pada setiap kejadian. Tentunya perlu
diingat bahwa kombinasi dari koefisien temperatur akan selalu lebih kecil daripada yang
tercantum untuk harga NTC itu sendiri bila dipasang sendirian, Kejadian ini bisa dilihat
dengan nyata pada gambar dibawah.
Grafik r

Dalam gambar diatas bisa kita lihat grafik dari perubahan resistansi akibat perubahan
temperatur untuk berbagai harga dari kombinasi dalam seri dan paralel .

Gambar diatas merupakan grafik temperatur dengan resistansi dari hasil kombinasi seri –
paralel sebuah NTC dengan resistor biasa. NTC pada dasarnya digunakan untuk
pengaturan dan penggukuran. NTC dengan variasi resistansi yang sangat tinggi dalam
daerah temperatur yang agak terbatas, pada dasarnya digunakan sebagai “Threshold
detector“.

Rangkaian Aplikasi NTC

Pada gambar di bawah ini. diperlihatkan beberapa contoh pemakaian dari termistor
tersebut.

NTC Untuk membatasi Arus Puncak Saat Start

NTC sebagai Pengukur Temperatur


Namun jangan menggunakan termistor – termistor dengan cara memasang paralel untuk
mendapatkan disipasi panas yang lebih tinggi. Karena salah satu termistor bisa terpanasi
dan mengalir padanya seluruh arus, sedangkan yang lain tetap dingin.

Jangan menggunakan termistor tanpa pelindung dalam cairan yang bisa mengalirkan arus
listrik atau dalam gas – gas yang keras, sebab hal ini bisa merusak karakteristik termistor
NTC. Untuk penggukuran temperatur, janganlah menggunakan tegangan yang terlalu
tinggi pada termistor NTC sebab ia bisa terlampau panas dan akibatnya hasil pembacaan
tidak benar. Konstanta disipasi adalah suatu indikasi untuk pemakaian daya maksimun
yang diperbolehkan untuk NTC.

Mengukur NTC

Mengukur NTC dengan multimeter bertujuan untuk mengetahui kondisi baik tidaknya
NTC tersebut. NTC yang masih dalam kondisi baik dan dapat digunakan adalah NTC
yang dapat merspon perubahan suhu dengan memberikan perubahan resistansi pada
kedua terminal NTC tersebut. Berikut cara mengukur NTC dengan multimeter

Cara Mengukur NTC Dengan Multimeter

1. Atur atau posisikan multimeter sebagai Ohm meter


2. Hubungkan kedua terminal NTC dengan probe multimeter
3. Amati jarum atau display pada multimeter harus menunjuk suatu nilai resistansi sesuai
nilai yang tertera pada NTC tersebut (misal 10 KOhm)
4. Berikan perubahan suhu pada multimeter dengan benda panas seperti solder pada body
NTC, amati perubahan resistansinya. NTC yang baik maka akan memberikan respon
perubahan nilai resistansi yang ditunjukan multimeter akan turun kurang dari 10 KOhm
hingga beberapa Ohm.

Apabila pada langkah 3 tersebut multimeter menunjuk pada 0 Ohm dengan kondisi pada suhu
ruangan maka NTC tersebut rusak (short circuit) dan apabila multi meter tidak menunjuk atau
jarum tidak bergerak maka NTC tersebut rusak dengan kondisi open circuit. Kemudian apabila
pada langkah 4 multimeter tidak memberikan respon perubahan resistansi pada saat NTC
diberikan perubahan suhu maka NTC rusak dan tidak layak pakai.
Pengertian LDR (Light Dependent Resistor) dan Cara Mengukurnya

1. Pengertian LDR (Light Dependent Resistor) dan Cara Mengukurnya

Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai
hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya.
Nilai Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai Hambatannya
akan menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light
Dependent Resistor) adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah
intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.
Naik turunnya nilai Hambatan akan sebanding dengan jumlah cahaya yang diterimanya.
Pada umumnya, Nilai Hambatan LDR akan mencapai 200 Kilo Ohm (kΩ) pada kondisi
gelap dan menurun menjadi 500 Ohm (Ω) pada Kondisi Cahaya Terang.

LDR (Light Dependent Resistor) yang merupakan Komponen Elektronika peka cahaya
ini sering digunakan atau diaplikasikan dalam Rangkaian Elektronika sebagai sensor
pada Lampu Penerang Jalan, Lampu Kamar Tidur, Rangkaian Anti Maling, Shutter
Kamera, Alarm dan lain sebagainya.

Bentuk dan Simbol LDR

Cara Mengukur LDR (Light Dependent Resistor) dengan Multimeter

Alat Ukur yang digunakan untuk mengukur nilai hambatan LDR adalah
Multimeter dengan fungsi pengukuran Ohm (Ω). Agar Pengukuran LDR akurat, kita
perlu membuat 2 kondisi pencahayaan yaitu pengukuran pada saat kondisi gelap dan
kondisi terang. Dengan demikian kita dapat mengetahui apakah Komponen LDR tersebut
masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak.

Mengukur LDR pada Kondisi Terang


1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada posisi Ohm
2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter pada kedua kaki LDR (tidak
ada polaritas)
3. Berikan cahaya terang pada LDR
4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter. Nilai Resistansi LDR pada kondisi
terang akan berkisar sekitar 500 Ohm.
Mengukur LDR pada Kondisi Gelap
1. Atur posisi skala selektor Multimeter pada posisi Ohm
2. Hubungkan Probe Merah dan Probe Hitam Multimeter pada kedua kaki LDR (tidak
ada polaritas)
3. Tutup bagian permukaan LDR atau pastikan LDR tidak mendapatkan cahaya
4. Baca nilai resistansi pada Display Multimeter. Nilai Resistansi LDR di kondisi gelap
akan berkisar sekitar 200 KOhm.

Catatan :

 Hasil Pengukuran akan berubah tergantung pada tingkat intesitas cahaya yang diterima
oleh LDR itu sendiri.
 Satuan terang cahaya atau Iluminasi (Illumination) adalah lux

Sebutan lain untuk LDR (Light Dependent Resistor) adalah Photo Resistor, Photo Conduction
ataupun Photocell.

2. Karakteristik LDR

A. Laju Recovery

Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan
cahayatertentu kedalam suatu ruangan yang gelap sekali, maka bisa kita amati
bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada
keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai
harga dikegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. dan suatu kenaikan
nilai resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K Ω /detik. untuk LDR
type arus harganya lebih besar dari 200 K Ω /detik (selama 20 menitpertama mulai
dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arahsebaliknya,
yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktukurang
dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
B. Respon Spektral

LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang


gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan
sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.Dari
kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak digunakan
karena mempunyai daya hantar yang baik.Sensor ini sebagai pengindera yang
merupakan eleman yang pertama – tama menerima energi dari media untuk
memberi keluaran berupa perubahan energi.Sensor terdiri berbagai macam jenis serta
media yang digunakan untuk melakukan perubahan. Media yang digunakan
misalnya: panas, cahaya, air, angin, tekanan, dan lain sebagainya. Sedangkan pada
rangkaian ini menggunakan sensor LDR yang menggunakan intensitas cahaya, selain
LDR dioda foto juga menggunakan intensitas cahaya atau yang peka terhadap cahaya
( photoconductivecell).Pada rangkaian elektronika, sensor harus dapat mengubah bentuk
– bentuk energi cahaya ke energi listrik, sinyal listrik ini harus sebanding dengan
besar energi sumbernya. Gambar dibawah ini merupakan karakteristik dari sensor
LDR .

Pada karakteristik diatas dapat dilihat bila cahaya mengenai sensor itu maka harga
tahanan akan berkurang. Perubahan yang dihasilkan ini tergantung dari bahan yang
digunakan serta dari cahaya yang mengenainya.

C. Op Amp

Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang


terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan noninverting
dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk
mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier (Op-
Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp) merupakan suatu penguat
diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-amp ini digunakan untuk membentuk
fungsi-fungsi linier yang bermacam-mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-
operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. Penguat
operasional (Op-Amp) merupakan komponen elektronika analog yang berfungsi sebagai
amplifier multiguna dalam bentuk IC.

Prinsip kerja sebuah operasional Amplifier (Op-Amp) adalah membandingkan nilai


kedua input (input inverting dan input non-inverting), apabila kedua input bernilai sama
maka output Op-amp tidak ada (nol) dan apabila terdapat perbedaan nilai input keduanya
maka output Op-amp akan memberikan tegangan output. Operasional amplifier (Op-
Amp) dibuat dari penguat diferensial dengan 2 input. Sebagai penguat operasional ideal ,
operasional amplifier (Op-Amp) memiliki karakteristik sebagai berikut : Impedansi Input
(Zi) besar = ∞ Impedansi Output (Z0) kecil= 0 Penguatan
Tegangan (Av) tinggi = ∞ Band Width respon frekuensi lebar = ∞ V0 = 0 apabila V1 =
V2 dan tidak tergantung pada besarnya V1. Karakteristik operasional amplifier (OpAmp)
tidak tergantung temperatur / suhu.

2. Light Dependent Resistor (LDR) beserta Contoh Penerapannya

Light Dependent Resistor


Resistor adalah salah satu komponen yang sangat mendasar dari bagian elektronika.
Akan tetapi banyak sekali jenis-jenis dari resistor itu sendiri.
Salah satunya adalah resistor yang nilai resistansi/tahanannya dapat berubah oleh sinar
atau sebuah cahaya, Yaitu Light Dependent Resistor.

Light Dependent Resistor, atau yang biasa disebut LDR adalah suatu komponen
elektronika yang termasuk dalam keluarga besar dari komponen Resistor.
Bedanya dengan resistor biasa, LDR ini dapat berubah resistansinya sesuai dengan
cahaya yang menyinari badan LDR tersebut. Dengan alasan tersebut, LDR bisa juga
disebut dengan Input Element, atau Sensor.

Keadaan ini juga yang dimanfaatkan oleh sejumlah alat elektronik dengan menjadikan
sebuah
LDR menjadi sebuah Sensor. Contohnya, Lampu otomatis (lampu yang akan hidup bila
keadaan sekitar kurang cahaya, dan akan mati bila keadaan sekitarnya terang), Pintu
gerbang otomatis (pintu akan terbuka bila ada sesuatu yang ingin melewatinya, dan akan
tertutup kembali dengan otomatis), dan masih
banyak lagi.
3. Sistem Kerja LDR

LDR akan berkurang nilai resistasinya apabila badan LDR terkena sinar, dan akan
bertambah resistansinya bila badan LDR kurang terkena cahaya atau gelap.
Atau dengan kata lain, LDR akan menjadi resistor yang bertahanan tinggi apabila dalam
keadaan gelap, dan akan menjadi resistor yang rendah tahanannya bila dalam keadaan
terang.
Kita bisa menggunakan LDR sebagai sensor cahaya. Berikut adalah gambar
rangkaiannya.
Cara kerja LDR (Sensor Cahaya)

Gambar LDR ukuran besar

Light Dependent resistor (LDR) merupakan sebuah resistor yang nilai resistansinya
berubah seiring perubahan initensitas cahaya yang mengenainya. Dalam kondisi gelap,
resistansi LDR sekitar 10MΩ, tapi dalam kondisi terang resistansi LDR menurun hingga
1KΩ atau bahkan lebih kecil lagi. LDR terbuat dari sebuah cakram semikonduktor
seperti kadmium sulfida dengan dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat
intensitas cahaya yang mengenai LDR sedikit, bahan dari cakram LDR tersebut
menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada
sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya saat intensitas cahaya yang
mengenai LDR sedikit maka LDR akan memiliki resistansi yang besar.
Sedangkan pada saat kondisi terang, maka intensitas yang mengenai LDR banyak. Maka
energi cahaya yang diserap akan membuat elektron bergerak cepat sehingga lepas dari
atom bahan semikonduktor tersebut. Dengan banyaknya elektron bebas, maka muatan
listrik lebih mudah untuk dialirkan. Artinya saat intensitas cahaya yang mengenai LDR banyak
maka LDR akan memiliki resistansi yang kecil dan menjadi konduktor yang baik.
Resistansi LDR pada kondisi terang (1.85 K ohm)

Resistansi LDR pada kondisi agak gelap (24.9 K ohm)

Gambar di atas adalah resistansi pada LDR dalam kondisi terang dan kondisi gelap.
Dalam kondisi terang, resistansi masih kisaran 1K ohm, dan ketika cahaya sedikit
terhalangi sehingga agak gelap, maka resistansi meningkat hingga puluhan kilo ohm.
Karakteristik inilah yang bisa kita manfaatkan untuk mengaktifkan relay dan
menghidupkan lampu.
Skema LDR / Rangkaian LDR untuk Lampu Otomatis
Untuk membuat lampu otomatis, setidaknya kita butuh 5 komponen sebagai berikut:

 LDR, berfungsi untuk mendeteksi cahaya. Rencananya : jika siang maka lampu mati,
jika malam lampu menyala.
 Potensiometer, berfungsi untuk kalibrasi intensitas cahaya untuk menyalakan atau
mematikan lampu.
 Transistor jenis NPN, berfungsi sebagai sakelar elektrik untuk menghidupkan relay.
 Resistor, sebagai pengaman arus yang masuk ke transistor.
 Relay, berfungsi sebagai sakelar untuk menghidupkan lampu.
Setidaknya, kita hanya butuh 5 komponen untuk membuat sakelar cahaya untuk
menghidupkan lampu. Kelima komponen tersebut belum termasuk kabel dan peralatan
tambahan seperti tang untuk memotong, selotip (jika perlu), serta solder dan timahnya.
Dalam percobaan kali ini, kami akan men-simulasikan rangkaian sakelar cahaya atau
sensor cahaya untuk menghidupkan led dengan sumber daya dari baterai. Berikut skema
lengkap dari sensor cahaya tersebut.
Cara kerja skema sakelar cahaya di atas yaitu : ketika cahaya terang, maka resistansi pada LDR
akan berkurang sehingga tegangan antara basis dan emitor yang diwakili oleh resistor 330,
sebagian resistansi VR, dan resistansi LDR lebih kecil daripada resistansi pada VR sebelah atas
(antara basis ke positif). Sehingga transistor dalam keadaan tidak bekerja dan relay dalam
kondisi terbuka.
Tapi ketika cahaya berkurang, maka resistansi meningkat dan sekaligus meningkat pula tegangan
antara basis dan emitor. Kondisi ini membuat transistor aktif dan mengalirkan arus dari kolektor
ke emitor. Karena arus yang mengalir melalui kolektor di seri dengan relay, maka relay akan ikut
aktif. Aktifnya relay bisa kita manfaatkan untuk menghidupkan lampu dari PLN, atau dalam
simulasi yang kami lakukan yaitu untuk menghidupkan led dengan baterai.

Anda mungkin juga menyukai