Dela Aprianda
XI Elektronika 1
Sensor suhu adalah temperature atau suhu disekitar komponen tersebut dan menghasilkan
perubahan elektrik sesuai dengan perubahan suhu atau temperature yang direspon komponen
tersebut. Sensor suhu banyak digunakan dalam kehidupan kita, sebagai contoh alat yang
menggunakan sensor suhu adalah termometer digital.
Thermocouple (T/C)
Thermistor
IC Sensor Suhu
Simbol Thermocouple
Kelebihan Thermocouple
Self Powered
Sederhana
Murah
Kekurangan Thermcouple
Tidak linier
Kurang Stabil
Kurang Sensitif
Karakteristik Thermocouple
dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar
sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi.
2. Resistance Temperature Detector (RTD)
Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari
logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan
tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang
sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.
3. Thermistor
Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien
suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini
sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu
yang kecil.
Simbol Thermistor
Kelebihan Thermistor
Kekurangan Termistor
Tidak linier
Rentan rusak
Karakteristik Termistor
Contoh sensor suhu yang termasuk termistor adalah NTC (Negative Temperature
Coefficient). NTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi hambatan. NTC
dibuat dari campuran bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan hambatan intrinsik yang
akan berubah terhadap temperatur.
4. IC Sensor Suhu
IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk
kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear.
Harga murah
Konfigurasi terbatas
Salah satu jenis IC sensor suhu adalah IC sensor suhu tipe LM35.IC sensor suhu LM 35 ini
memiliki output yang linier dan bekerja dengan tegangan 5 volt DC. IC sensor suhu LM 35
sering digunakan sebagai pengindera temperature atau suhu ruangan.
Dalam menentukan sensor suhu sebaiknya kita tau objek atau medan/tempat sensor suhu bekerja
sehingga kita dapat menentukan ukuran fisik dan jenis sensor suhu yang tepat.
Koefisien temperatur dari termistor PTC akan positif hanya antara daerah temperatur
tertentu. Diluar daerah temperatur ini, koefisien temperaturnya bisa nol ataupun negatif.
Harga koefisien temperatur mutlak dari termistor PTC, hampir dalam seluruh kejadian
jauh lebih besar daripada yang dimiliki oleh termistor NTC.
Jangan memberikan tegangan diatas tegangan dibolehkan dari suatu PTC, karena hal ini bisa
mengakibatkan rusaknya termistor. Jangan menghubungkan termistor dalam rangkaian seri untuk
memperoleh tegangan atau daya yang besar ; sebab hal ini bisa memungkinkan kerusakan pada
PTC yang terpanaskan lebih dahulu dibandingkan yang lainnya, yang diakibatkan oleh tegangan
jatuh yang berlebihan yang ada padanya.
Menguji PTC (Positive Temperatur Coefficient)
Mengukur PTC untuk mengetahui kondisi PTC baik atau rusak dapat dilakukan menggunakan
multimeter. Berdasarkan karakteristik PTC yang memiliki resistansi akan berubah semakin kecil
pada saat suhu semakin rendah maka kita dapat mengukur PTC menggunakan multimeter dengan
seting Ohm meter.
Rangkaian NTC
Rangkaian Pengontrol Ruangan Pemanas. Bagi suatu kepentingan seringkali suhu
ruangan atau suhu kamar harus bisa dikontrol sehingga benda yang berada di ruangan tersebut
bisa berfungsi atau hidup dengan baik. Pengaturan suhu ruangan ini biasanya digunakan dalam
mesin penetas, ruangan lab, dan lain sebagainya. Dengan adanya kontrol suhu ruangan
diharapkan pula bisa mempertahankan kinerja suatu benda. Untuk mengetahui kondisi suhu
kamar atau suhu ruangan maka orang menggunakan thermostat.
Dalam dunia kedokteran, keberadaan ruangan pemanas sangat berguna bagi eksperimen mereka.
Beberapa percobaan acapkali memerlukan perlakuan suhu ruang yang berbeda. Dan untuk
mengontrolnya Anda bisa merakit Rangkaian Pengontrol Ruangan Pemanas. Di bawah ini kami
lampirkan buat Anda gambar skemanya. Silakan lihat dan pelajari!
Jika suhu ruangan naik sedikit saja, perlawanan dari NTC akan turun sedikit. Penurunan
kecil dalam tegangan basis-emitor akan membuat transistor bekerja kurang lancar secara
dramatis sehingga TRIAC akan menyala lama kemudian dalam siklus, sangat mengurangi daya
pemanas. Jika suhu naik cukup, misalnya dengan matahari bersinar ke jendela, kapasitor tidak
akan dikenakan biaya untuk 32 Volt, TRIAC tidak pernah akan menyala, dan pemanas akan tetap
benar-benar off.
Pada siklus berikutnya kapasitor akan mengisi secara positif maupun negatif, tidak
pernah mengumpulkan tegangan cukup untuk menyalakan DIAC. Pada suhu yang lebih rendah,
transistor akan jenuh, menembakkan TRIAC segera setelah gelombang mencapai level 42 Volt.
Ini memberi sekitar 95% dari daya pemanas.
Mengukur NTC
Mengukur NTC dengan multimeter bertujuan untuk mengetahui kondisi baik tidaknya
NTC tersebut. NTC yang masih dalam kondisi baik dan dapat digunakan adalah NTC yang dapat
merspon perubahan suhu dengan memberikan perubahan resistansi pada kedua terminal NTC
tersebut. Berikut cara mengukur NTC dengan multimeter
Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat gambar dibawah ini :
Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama,
maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah NOL
atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu
panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua
persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding
dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada
umumnya sekitar 1 V 70V pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian
dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan
pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.
Jenis-jenis Termokopel (Thermocouple)
Termokopel tersedia dalam berbagai ragam rentang suhu dan jenis bahan. Pada dasarnya,
gabungan jenis-jenis logam konduktor yang berbeda akan menghasilkan rentang suhu
operasional yang berbeda pula. Berikut ini adalah Jenis-jenis atau tipe Termokopel yang umum
digunakan berdasarkan Standar Internasional.
Termokopel Tipe E
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200C 900C
Termokopel Tipe J
Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : 0C 750C
Termokopel Tipe K
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium
Rentang Suhu : -200C 1250C
Termokopel Tipe N
Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil
Rentang Suhu : 0C 1250C
Termokopel Tipe T
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200C 350C
Termokopel Tipe U (kompensasi Tipe S dan Tipe R)
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel
Rentang Suhu : 0C 1450C
Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan
kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 A hal ini berarti LM35
mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C .
Berikut Ini Adalah Karakteristik Dari Sensor Suhu LM35.
Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/
C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C pada
udara diam.
Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
Pada rangkaian Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35 diatas R1 digunakan untuk
seting nilai maksimal suhu yang diinginkan. Sehingga apabila suhu baterai yang sedang di
charge tersebut mulai naik dan mencapai suhu yang diseting maka rangkaian ini akan memutus
arus pengisian baterai.
Rangkaian Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35 pada gambar diatas dapat
dioperasikan dengan sumber tegangan + 5 volt DC. Output dari rangkaian Sensor Suhu Baterai
Pada Charger Dengan IC LM35 diatas dapat diberikan ke driver relay untuk memutuskan arus
pengisian pada baterai.
IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya
sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Jangka sensor mulai dari
55C sampai dengan 150C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol
dari indicator tampilan catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga
panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di dalam suhu ruangan.
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin
LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber
tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout
dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor
LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar
10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni
10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53
derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi
sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti
rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang
tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang
sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor
belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya
naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya
benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat
dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak
ada perubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan.
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/C,
sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C seperti terlihat pada
gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C pada udara
diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan.
Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan 100C setara dengan 1 volt.
Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self heating) kurang dari 0,1C, dapat dioperasikan
dengan menggunakan power supply tunggal dan dapat dihubungkan antar muka (interface)
rangkaian control yang sangat mudah.
IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit
(IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini
berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien
sebesar 10 mV /C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan
sebesar 10 mV.
Range +2 C 150 C.
LM35DZ adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92). Komponen
yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad Celcius. Dengan
tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad
Celcius, maka komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai teman eksperimen kita, atau
bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin pasteurisasi, atau
termometer badan digital.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan 60
mikroampere, memiliki tingkat efek self-heating yang rendah (0,08 derajad Celcius),
By the way, self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya arus
yang bekerja melewatinya. Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus dipertimbangkan
dan diupakara atau di-handle dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran. Seperti sensor suhu jenis RTD PT100 atau PT1000 misalnya, komponen ini tidak
boleh dieksitasi oleh arus melebihi 1 miliampere, jika melebihi, maka sensor akan mengalami
self-heating yang menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih tinggi dibandingkan suhu
yang sebenarnya.
Rangkaian sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear
terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu
terukur adalah 53 derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal
seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti rangkaian
pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang
tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang
sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor
belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya
naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya
benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat
dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak
ada perubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan.
Suhu lingkungan ini diubah menjadi tegangan listrik oleh rangkaian di dalam IC, dimana
perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan output.
Kelebihan:
a. Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai +150 oC
b. Low self-heating, sebesar 0.08 oC
c. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V
d. Rangkaian tidak rumit
e. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal
Kekurangan:
Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi
5. Kesimpulan
LM35 adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92).
Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad
Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10
milivolt per 1 derajad Celcius, maka komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai
teman eksperimen kita, atau bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang
digital, mesin pasteurisasi, atau termometer badan digital.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan
60 mikroampere.