Anda di halaman 1dari 31

Disusun oleh :

Nur Padilla Lubis

Dela Aprianda

XI Elektronika 1

Sensor suhu adalah temperature atau suhu disekitar komponen tersebut dan menghasilkan
perubahan elektrik sesuai dengan perubahan suhu atau temperature yang direspon komponen
tersebut. Sensor suhu banyak digunakan dalam kehidupan kita, sebagai contoh alat yang
menggunakan sensor suhu adalah termometer digital.

Jenis-Jenis Sensor Suhu


Sensor suhu dibagi dalam 4 golongan utama, dari tiap jenis sensor suhu ini memiliki
beberapa tipe dan bentuk yang berbeda. Berikut adalah 4 jenis utama sensor suhu.

Thermocouple (T/C)

Resistance Temperature Detector (RTD)

Thermistor

IC Sensor Suhu

Karakteristik Sensor Suhu


1. Thermocouple (T/C)
Thermocouple pada intinya terdiri dari sepasang transduser panas dan dingin yang
disambungkan dan dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara sambungan
tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi sebagai pembanding.

Simbol Thermocouple
Kelebihan Thermocouple

Self Powered

Sederhana

Murah

Bentuk yang beragam

Range respon suhu yang luas

Kekurangan Thermcouple

Tidak linier

Tegangan output rendah

Memerlukan tegangan referensi

Kurang Stabil

Kurang Sensitif

Karakteristik Thermocouple

Salah satu contoh thermocouple adalah J-TC


Thermocouple. JTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dimana
sensor ini dibuat dari sambungan dua bahan metallic yang berlainan jenis. Sambungan ini

dikomposisikan dengan campuran kimia tertentu, sehingga dihasilkan beda potensial antar
sambungan yang akan berubah terhadap suhu yang dideteksi.
2. Resistance Temperature Detector (RTD)
Resistance Temperature Detector (RTD) memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari
logam yang bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah presisi dengan
tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang
sering digunakan karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan reproduksibilitas.

Simbol Resistance Temperature Detector (RTD)


Kelebihan Resistance Temperature Detector (RTD)

Stabilitas kerja yang tinggi

Memiliki akurasi pengukuran yang tinggi

Lebih linier daripada thermocouple

Kekurangan Resistance Temperature Detector (RTD)

Harga RTD mahal

Memerlukan supply daya

Resistansi yang rendah

Tahanan absolut yang rendah

Mengalami self heating

Karakteristik Resistance Temperature Detector (RTD)

3. Thermistor
Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang biasanya mempunyai koefisien
suhu negatif, karena saat suhu meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini
sangat peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi perubahan suhu
yang kecil.

Simbol Thermistor
Kelebihan Thermistor

Level perubahan output yang tinggi

Respon terhadap perubahan suhu yang cepat

Perubahan resistansi pada kedua terminal (pin)

Kekurangan Termistor

Tidak linier

Range pengukuran suhu yang sempit

Rentan rusak

Memerlukan supply daya

Mengalami self heating

Karakteristik Termistor

Contoh sensor suhu yang termasuk termistor adalah NTC (Negative Temperature
Coefficient). NTC merupakan sensor yang mengubah besaran suhu menjadi hambatan. NTC
dibuat dari campuran bahan semikonduktor yang dapat menghasilkan hambatan intrinsik yang
akan berubah terhadap temperatur.
4. IC Sensor Suhu
IC Sensor adalah sensor suhu dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk
kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan dan arus yang sangat linear.

Simbol IC Sensor Suhu

Kelebihan IC Sensor Suhu

Output paling linier

Perubahan level output yang tinggi

Harga murah

Kekurangan IC Sensor Suhu

Temperatur kerja dibawah 200 0C (T < 200 0C)

Memerlukan supply daya

Respon time yang lambat

Mengalami self heating

Konfigurasi terbatas

Karakteristik IC Sensor Suhu

Salah satu jenis IC sensor suhu adalah IC sensor suhu tipe LM35.IC sensor suhu LM 35 ini
memiliki output yang linier dan bekerja dengan tegangan 5 volt DC. IC sensor suhu LM 35
sering digunakan sebagai pengindera temperature atau suhu ruangan.
Dalam menentukan sensor suhu sebaiknya kita tau objek atau medan/tempat sensor suhu bekerja
sehingga kita dapat menentukan ukuran fisik dan jenis sensor suhu yang tepat.

1. Perubahan resistansi pada PTC dan NTC serta RANGKAIAN


CONTROL SUHU SEDERHANANYA.
a. PTC (Positive Temperatur Coefficient)
Komponen termistor PTC (Positive Temperatur Coefficient) adalah suatu resistor yang
mempunyai koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Dimana nilai resistansi PTC akan
semakin tinggi pada saat perubahan suhu disekitar PTC semakin tinggi. PTC memiliki sifat yang
berkebalikan dengan NTC. PTC akan memeberikan perubahan resistansi semakin rendah pada
saat suhu disekitar body PTC semakin dingin.

Karakeristik PTC (Positive Temperatur Coefficient)


Dalam beberapa hal PTC ini berbeda dengan NTC seperti yang dituliskan berikut ini :

Koefisien temperatur dari termistor PTC akan positif hanya antara daerah temperatur
tertentu. Diluar daerah temperatur ini, koefisien temperaturnya bisa nol ataupun negatif.

Harga koefisien temperatur mutlak dari termistor PTC, hampir dalam seluruh kejadian
jauh lebih besar daripada yang dimiliki oleh termistor NTC.

Fisik dan simbol PTC

Grafik Karakteristik PTC


Perlu dicatat bahwa skala resistansi adalah dalam logaritmik dan resistansinya berubah mulai
dari beberapa ratus ohm pada temperatur 75 oC dan beberapa ratus kilo ohm pada temperatur
150 oC.
Termistor PTC terbuat dari BaTiO3 , cairan zat padat dari BaTiO3 dan SrTiO3 adalah analog
dengan metode yang digunakan untuk persiapan membuat termistor NTC. Sejumlah ekstra
tertentu pada ion-ion Ti dibangkitkan dengan memasukkan ion-ion lain yang mempunyai valensi
yang berbeda.
Karakteristik arus dan tegangan statis menarik karena kurva ini bisa menunjukkan dengan jelas
kemampuan arus limit dari termistor PTC.
Sampai level tegangan tertentu , karakteristik arus dan tegangannya merupakan garis lurus dan
mengikuti hukum ohm, tetapi begitu PTC terpanasi dengan arus yang besar yaitu temperatur
sudah sampai pada daerah switching , disini resistansi membesar.Kejadian ini bisa dilihat pada
gambar berikut.

Karakteristik Tegangan dan Arus dari Termistor PTC


Tentu saja karakteristik tegangan dan arus ini bergantung pada temperatur sekitarnya, dan juga
bergantung pada koefisien transfer panas yang ada disekelilingnya.
PTC dengan variasi resistansi yang sangat tinggi dalam daerah temperatur yang agak terbatas,
pada dasarnya digunakan sebagai Threshold detector.
Rangkaian Aplikasi PTC (Positive Temperatur Coefficient)
PTC merupakan komponen non polar sehingga dalam pemasangan pada rangkaian elektronika
tidak perlu memperhatikan polaritas, sehingga dapat dipasang bolak-balik. Pada gambar-gambar
diabawah diperlihatkan beberapa contoh pemakaian dari termistor tersebut.
1. PTC Untuk Membatasi Arus Puncak Saat Start

2. Aplikasi PTC Sebagai Pengukuran Tenperatur

3. Aplikasi PTC Sebagai Pengaman Beban Lebih Atau Hubung Singkat

4. Aplikasi PTC Sebagai Penunda Waktu

Jangan memberikan tegangan diatas tegangan dibolehkan dari suatu PTC, karena hal ini bisa
mengakibatkan rusaknya termistor. Jangan menghubungkan termistor dalam rangkaian seri untuk
memperoleh tegangan atau daya yang besar ; sebab hal ini bisa memungkinkan kerusakan pada
PTC yang terpanaskan lebih dahulu dibandingkan yang lainnya, yang diakibatkan oleh tegangan
jatuh yang berlebihan yang ada padanya.
Menguji PTC (Positive Temperatur Coefficient)
Mengukur PTC untuk mengetahui kondisi PTC baik atau rusak dapat dilakukan menggunakan
multimeter. Berdasarkan karakteristik PTC yang memiliki resistansi akan berubah semakin kecil
pada saat suhu semakin rendah maka kita dapat mengukur PTC menggunakan multimeter dengan
seting Ohm meter.

Cara Mengukur PTC Menggunakan Multimeter


1. Seting multimeter sebagai ohm meter
2. Hubungkan kedua probe multimeter pada kaki PTC, multimeter harus menunjuk sutu
nilai resistansi sesui dengan nilai resistansi PTC yang tertera pada body PTC.
3. Berikan perubahan suhu menggunakan solder pada body PTC dan amati perubahan
resistansinya. Dengan memberikan perubahan suhu semakin panas maka resistansi kedua
kaki PTC harus bertambah semakin besar.
Hasil pengukuran PTC menggunakan multimeter tersebut, dikatakan PTC dalam kondisi baik
bila PTC mampu memberikan perubahan resistansi semakin besar pada saat suhu PTC semakin
tinggi. Pada langkah ke 2 apabila nilai resistansi yang ditunjuk multimeter adalah 0 Ohm
maka PTC rusak (short) dan apabila menunjuk nilai tidak berhingga maka PTC rusak(open).

b. NTC (Negative Temperatur Coefficient)


Pengertian termistor NTC (Negative Temperature Coefisien) adalah resistor dengan
koefisien temperatur negatif yang sangat tinggi. Termistor jenis ini dibuat dari oksida dari
kelompok elemen transisi besi ( misalnya FE2O3, NiO CoO dan bahan NTC yang lain).

NTC (Negative Coefisien Temperature)


Oksida oksida ini mempunyai resistivitas yang sangat tinggi dalam zat murni, tetapi bisa
ditransformasikan kedalam semi konduktor dengan jalan menambahkan sedikit ion ion lain
yang valensinya berbeda. Harga nominal biasanya ditetapkan pada temperatur 25 oC. Perubahan
resistansi yang diakibatkan oleh non linieritasnya ditunjukkan dalam bentuk diagram resistansi
dengan temperatur, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

a. Bentuk fisik NTC


b. Simbol NTC
c. Grafik nilai tahanan NTC akibat suhu
Karakteristik NTC (Negative Coefisien Temperature)
Bilamana memungkinkan untuk menemukan termistor NTC untuk memenuhi seluruh harga NTC
yang dibutuhkan, kadang kadang jauh lebih ekonomis bila beberapa NTC digabung atau
diadaptasikan harga-harga resistansi yang sudah ada dalam rangkaian dengan salah satu atau
lebih termistor NTC yang kita punyai.
Kadang-kadang, dengan menambah resistor seri dan paralel dengan NTC, dan kita bisa
memperoleh harga termistor NTC standart yang kita perlukan. Seandainya tidak bisa maka kita
perlu mencari type termistor NTC khusus yang kita butuhkan.
Jadi seandainya dari seluruh kombinasi resistor yang telah kita lakukan kita tidak mendapat
harga NTC standart yang kita butuhkan, maka dalam hal ini kita perlu mencari NTC sesuai
dengan spesifikasi yang kita butuhkan. Dalam suatu rangkaian dimana terdapat suatu NTC, maka
rangkaian resistor tambahan seringkali banyak manfaatnya.
Contoh berikut ini akan menunjukkan dan menjelaskan suatu hasil kombinasi antara NTC
dengan resistor biasa .Anggap saja sekarang kita sedang membutuhkan termistor NTC dengan
harga yang berkisar antara 50 pada 30 oC dan 10 pada 100 oC . Tentunya type standart yang
mempunyai karakteristik demikian tidak terdapat dalam program kita . Sekalipun demikian , kita
tak perlu cemas sebab masalah ini bisa kita atasi dengan satu buah NTC standart dan dua buah
resistansi biasa .
Seandainya sekarang yang terdapat sebuah NTC dengan tahanan dingin sebesar 130 , lalu coba
kita pasang dengan kombinasi seri dan paralel dengan sebuah resistor biasa sebesar 6 dan resistor
lain sebesar 95 , seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut.

Rangkaian Karakteristik Deviasi NTC


Dari kombinasi ini , kebutuhan kita akan resistansi pada temperatur 30 oC dan pada temperatur
100 oC akan bisa terpenuhi .
Untuk lebih jelasnya coba bandingkan gambar grafik NTC standart dengan kurva hasil
kombinasi NTC standart dengan dua buah resistansi biasa pada gambar diatas.
Suatu adaptasi dari kombinasi ini harus dihitung pada setiap kejadian. Tentunya perlu diingat
bahwa kombinasi dari koefisien temperatur akan selalu lebih kecil daripada yang tercantum
untuk harga NTC itu sendiri bila dipasang sendirian, Kejadian ini bisa dilihat dengan nyata pada
gambar dibawah.

Grafik resistansi fungsi temperatur


Dalam gambar diatas bisa kita lihat grafik dari perubahan resistansi akibat perubahan temperatur
untuk berbagai harga dari kombinasi dalam seri dan paralel .
Gambar diatas merupakan grafik temperatur dengan resistansi dari hasil kombinasi seri paralel
sebuah NTC dengan resistor biasa. NTC pada dasarnya digunakan untuk pengaturan dan
penggukuran. NTC dengan variasi resistansi yang sangat tinggi dalam daerah temperatur yang
agak terbatas, pada dasarnya digunakan sebagai Threshold detector.

Rangkaian Aplikasi NTC


Pada gambar di bawah ini. diperlihatkan beberapa contoh pemakaian dari termistor tersebut.

NTC Untuk membatasi Arus Puncak Saat Start

NTC sebagai Pengukur Temperatur


Namun jangan menggunakan termistor termistor dengan cara memasang paralel untuk
mendapatkan disipasi panas yang lebih tinggi. Karena salah satu termistor bisa terpanasi dan
mengalir padanya seluruh arus, sedangkan yang lain tetap dingin.
Jangan menggunakan termistor tanpa pelindung dalam cairan yang bisa mengalirkan arus listrik
atau dalam gas gas yang keras, sebab hal ini bisa merusak karakteristik termistor NTC.
Untuk penggukuran temperatur, janganlah menggunakan tegangan yang terlalu tinggi pada
termistor NTC sebab ia bisa terlampau panas dan akibatnya hasil pembacaan tidak benar.
Konstanta disipasi adalah suatu indikasi untuk pemakaian daya maksimun yang diperbolehkan
untuk NTC.

Rangkaian NTC
Rangkaian Pengontrol Ruangan Pemanas. Bagi suatu kepentingan seringkali suhu
ruangan atau suhu kamar harus bisa dikontrol sehingga benda yang berada di ruangan tersebut
bisa berfungsi atau hidup dengan baik. Pengaturan suhu ruangan ini biasanya digunakan dalam
mesin penetas, ruangan lab, dan lain sebagainya. Dengan adanya kontrol suhu ruangan

diharapkan pula bisa mempertahankan kinerja suatu benda. Untuk mengetahui kondisi suhu
kamar atau suhu ruangan maka orang menggunakan thermostat.
Dalam dunia kedokteran, keberadaan ruangan pemanas sangat berguna bagi eksperimen mereka.
Beberapa percobaan acapkali memerlukan perlakuan suhu ruang yang berbeda. Dan untuk
mengontrolnya Anda bisa merakit Rangkaian Pengontrol Ruangan Pemanas. Di bawah ini kami
lampirkan buat Anda gambar skemanya. Silakan lihat dan pelajari!

Jika suhu ruangan naik sedikit saja, perlawanan dari NTC akan turun sedikit. Penurunan
kecil dalam tegangan basis-emitor akan membuat transistor bekerja kurang lancar secara
dramatis sehingga TRIAC akan menyala lama kemudian dalam siklus, sangat mengurangi daya
pemanas. Jika suhu naik cukup, misalnya dengan matahari bersinar ke jendela, kapasitor tidak
akan dikenakan biaya untuk 32 Volt, TRIAC tidak pernah akan menyala, dan pemanas akan tetap
benar-benar off.
Pada siklus berikutnya kapasitor akan mengisi secara positif maupun negatif, tidak
pernah mengumpulkan tegangan cukup untuk menyalakan DIAC. Pada suhu yang lebih rendah,
transistor akan jenuh, menembakkan TRIAC segera setelah gelombang mencapai level 42 Volt.
Ini memberi sekitar 95% dari daya pemanas.
Mengukur NTC
Mengukur NTC dengan multimeter bertujuan untuk mengetahui kondisi baik tidaknya
NTC tersebut. NTC yang masih dalam kondisi baik dan dapat digunakan adalah NTC yang dapat
merspon perubahan suhu dengan memberikan perubahan resistansi pada kedua terminal NTC
tersebut. Berikut cara mengukur NTC dengan multimeter

Cara Mengukur NTC Dengan Multimeter


1. Atur atau posisikan multimeter sebagai Ohm meter
2. Hubungkan kedua terminal NTC dengan probe multimeter
3. Amati jarum atau display pada multimeter harus menunjuk suatu nilai resistansi sesuai
nilai yang tertera pada NTC tersebut (misal 10 KOhm)
4. Berikan perubahan suhu pada multimeter dengan benda panas seperti solder pada body
NTC, amati perubahan resistansinya. NTC yang baik maka akan memberikan respon
perubahan nilai resistansi yang ditunjukan multimeter akan turun kurang dari 10 KOhm
hingga beberapa Ohm.
Apabila pada langkah 3 tersebut multimeter menunjuk pada 0 Ohm dengan kondisi pada
suhu ruangan maka NTC tersebut rusak (short circuit) dan apabila multi meter tidak menunjuk
atau jarum tidak bergerak maka NTC tersebut rusak dengan kondisi open circuit. Kemudian
apabila pada langkah 4 multimeter tidak memberikan respon perubahan resistansi pada saat NTC
diberikan perubahan suhu maka NTC rusak dan tidak layak pakai.

2. PERUBAHAN TEGANGAN THERMOCOUPLE

Pengertian Termokopel (Thermocouple) dan Prinsip Kerjanya Termokopel


(Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk mendeteksi atau mengukur suhu
melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang digabung pada ujungnya sehingga
menimbulkan efek Thermo-electric. EfekThermo-electric pada Termokopel ini ditemukan
oleh seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana
sebuah logam konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan
tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua persimpangan (junction) ini dinamakan
dengan Efek Seeback.
Termokopel merupakan salah satu jenis sensor suhu yang paling populer dan sering digunakan
dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Suhu
(Temperature). Beberapa kelebihan Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah
responnya yang cepat terhadap perubahaan suhu dan juga rentang suhu operasionalnya yang luas
yaitu berkisar diantara -200C hingga 2000C. Selain respon yang cepat dan rentang suhu yang
luas, Termokopel juga tahan terhadap goncangan/getaran dan mudah digunakan.
Prinsip Kerja Termokopel (Thermocouple)
Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri
dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis
logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu
konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas.

Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat gambar dibawah ini :

Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama,
maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah NOL
atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu
panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua
persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding
dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada
umumnya sekitar 1 V 70V pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian
dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan
pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.
Jenis-jenis Termokopel (Thermocouple)
Termokopel tersedia dalam berbagai ragam rentang suhu dan jenis bahan. Pada dasarnya,
gabungan jenis-jenis logam konduktor yang berbeda akan menghasilkan rentang suhu
operasional yang berbeda pula. Berikut ini adalah Jenis-jenis atau tipe Termokopel yang umum
digunakan berdasarkan Standar Internasional.

Termokopel Tipe E
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200C 900C
Termokopel Tipe J
Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : 0C 750C
Termokopel Tipe K
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium
Rentang Suhu : -200C 1250C
Termokopel Tipe N
Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil
Rentang Suhu : 0C 1250C
Termokopel Tipe T
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200C 350C
Termokopel Tipe U (kompensasi Tipe S dan Tipe R)
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel
Rentang Suhu : 0C 1450C

3. PERUBAHAN ARUS PADA IC LM35


Sensor suhu LM35 merupakan komponen elektronik dalam bentuk chip IC dengan 3
kaki (3 pin) yang berfungsi untuk mengubah besaran fisis, berupa suhu atau temperature
sekitarsensor menjadi besaran elektris dalam bentuk perubahan tegangan. Sensor suhu LM35
memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1 C tegangan keluarannya naik sebesar 10 mV
dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5 V pada suhu 150 C. Misalnya pada
perancangan menggunakan sensor suhu LM35 kita tentukan keluaran adc mencapai full scale
pada saat suhu 100 C, sehingga saat suhu 100 C tegangan keluaran transduser(10mV/C x 100
C) = 1V.
Bentuk Fisik Sensor Suhu LM35

Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan
kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 A hal ini berarti LM35
mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C .
Berikut Ini Adalah Karakteristik Dari Sensor Suhu LM35.

Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/
C, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.

Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5 C pada suhu 25 C .

Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.

Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.

Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.

Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C pada
udara diam.

Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.

RANGKAIAN LM35 PADA SISTEM CONTROL SEDERHANA


Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35
Rangkaian Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35 ini berfungsi untuk
melindungi baterai yang dicharge dari kondisi over heat agar baterai tidak meletus pada saat
dicharge. Secara prinsisp Sensor suhu baterai dengan LM35 pada charger digunakan untuk
memonitor suhu baterai yang sedang di charge. Sensor suhu baterai sangat diperlukan karena
suhu baterai akan naik pada waktu di charge. Sensor suhu baterai dengan sensor suhu lm35
memiliki akurasi yang tinggi dalam memonitor suhu baterai, hal ini karena sensor suhu lm35
merupakan sensor suhu yang dapat mengkonversikan perubahan suhu menjadi perubahan
tegangan yang linier.
Perlunya Memonitor Suhu Baterai Dengan Sensor Suhu LM35
Pada saat proses charge suatu baterai akan mengalami perubahan suhu, dimana suhu
baterai akan mulai naik pada saat kondisi baterai mulai penuh. Untuk menghindari over heat
pada baterai, maka sensor suhu baterai dengan sensor suhu lm35 diperlukan untuk melakukan
pemutusan arus pengisian baterai untuk menghindari panas yang berlebihan.
Rangkaian Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35

Pada rangkaian Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35 diatas R1 digunakan untuk
seting nilai maksimal suhu yang diinginkan. Sehingga apabila suhu baterai yang sedang di
charge tersebut mulai naik dan mencapai suhu yang diseting maka rangkaian ini akan memutus
arus pengisian baterai.
Rangkaian Sensor Suhu Baterai Pada Charger Dengan IC LM35 pada gambar diatas dapat
dioperasikan dengan sumber tegangan + 5 volt DC. Output dari rangkaian Sensor Suhu Baterai
Pada Charger Dengan IC LM35 diatas dapat diberikan ke driver relay untuk memutuskan arus
pengisian pada baterai.

Sensor Suhu IC LM35


Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat dikalibrasikan langsung
dalam , LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor seperti pada gambar

Gambar 2.1.1 LM 35 basic temperature sensor


IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana
output tegangan keluaran sangat linear berpadanan dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi
sebagai pengubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10
mV /C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.

IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya
sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Jangka sensor mulai dari
55C sampai dengan 150C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol
dari indicator tampilan catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga
panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 C di dalam suhu ruangan.

Gambar 2.1.2 Rangkaian pengukur suhu

Gambar 2. 1.3 Bentuk Fisik LM 35


Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi
besaran elektri tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1C tegangan
keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor adalah 1,5V pada suhu
150C. Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat suhu 100C,
sehingga tegangan keluaran tranduser (10mV/C x 100C) = 1V. Pengukuran secara langsung saat
suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3V (300mV). Tengan ini diolah dengan mengunakan rangkaian
pengkondisi sinyal agar sesuai dangan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelibihan kelebihan
sebagai berikut:
1. Di kalibrasi langsung dalam celcius
2. Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/C
3. Memiliki ketetapan 0,5C pada suhu 25C
4. Jangkauan maksimal suhu antara -55C sampai 150C
5. Cocok untuk applikasi jarak jauh
6. Harganya cukup murah
7. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30Volt
8. Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp
9. Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating)
10. 0,08C diudara diam
11. Ketidak linearanya hanya sekitar C
12. Memiliki Impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1 mAmp.

SENSOR SUHU LM35


Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah
besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai
dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National
Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika
dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang
rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian
kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang diberikan
kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan
ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 A hal ini berarti LM35
mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan
kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 C pada suhu 25 C .

2. Struktur Sensor LM35

Gambar Sensor Suhu LM35

Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah. 3 pin
LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber
tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout
dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor
LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar
10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

VLM35 = Suhu* 10 mV

Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear terhadap suhu terukur, yakni
10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu terukur adalah 53
derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi
sinyal seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti
rangkaian pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.
Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang
tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang
sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor
belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya
naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya
benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat
dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak
ada perubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan.

3. Karakteristik Sensor LM35.

1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/C,
sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5C pada suhu 25 C seperti terlihat pada
gambar 2.2.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 C sampai +150 C.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 A.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 C pada udara
diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar C.

Grafik akurasi LM35 terhadap suhu

Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan.
Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan 100C setara dengan 1 volt.
Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self heating) kurang dari 0,1C, dapat dioperasikan
dengan menggunakan power supply tunggal dan dapat dihubungkan antar muka (interface)
rangkaian control yang sangat mudah.
IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit
(IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini
berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien
sebesar 10 mV /C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan
sebesar 10 mV.

Gambar Rangkaian Sensor LM35


IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena
ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature ruang. Jangka
sensor mulai dari 55C sampai dengan 150C, IC LM35 penggunaannya sangat mudah,
difungsikan sebagai kontrol dari indicator tampilan catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri
arus 60 A dari supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0
C di dalam suhu ruangan.
Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM35 yang dapat dikalibrasikan
langsung dalam C (celcius), LM35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor.
Adapun keistimewaan dari IC LM 35 adalah :

Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.

Lineritas +10 mV/ C.

Akurasi 0,5 C pada suhu ruang.

Range +2 C 150 C.

Dioperasikan pada catu daya 4 V 30 V.

Rangkaian Sensor Suhu LM35

LM35DZ adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92). Komponen
yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad Celcius. Dengan
tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad
Celcius, maka komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai teman eksperimen kita, atau
bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang digital, mesin pasteurisasi, atau
termometer badan digital.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan 60
mikroampere, memiliki tingkat efek self-heating yang rendah (0,08 derajad Celcius),
By the way, self-heating adalah efek pemanasan oleh komponen itu sendiri akibat adanya arus
yang bekerja melewatinya. Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus dipertimbangkan
dan diupakara atau di-handle dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran. Seperti sensor suhu jenis RTD PT100 atau PT1000 misalnya, komponen ini tidak
boleh dieksitasi oleh arus melebihi 1 miliampere, jika melebihi, maka sensor akan mengalami
self-heating yang menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih tinggi dibandingkan suhu
yang sebenarnya.
Rangkaian sederhana dan praktis. Vout adalah tegangan keluaran sensor yang terskala linear
terhadap suhu terukur, yakni 10 milivolt per 1 derajad celcius. Jadi jika Vout = 530mV, maka suhu
terukur adalah 53 derajad Celcius.Dan jika Vout = 320mV, maka suhu terukur adalah 32 derajad Celcius.
Tegangan keluaran ini bisa langsung diumpankan sebagai masukan ke rangkaian pengkondisi sinyal
seperti rangkaian penguat operasional dan rangkaian filter, atau rangkaian lain seperti rangkaian
pembanding tegangan dan rangkaian Analog-to-Digital Converter.

Rangkaian dasar tersebut cukup untuk sekedar bereksperimen atau untuk aplikasi yang
tidak memerlukan akurasi pengukuran yang sempurna. Akan tetapi tidak untuk aplikasi yang
sesungguhnya. Terbukti dari eksperimen yang telah saya lakukan, tegangan keluaran sensor
belumlah stabil. Pada kondisi suhu yang relatif sama, jika tegangan suplai saya ubah-ubah (saya
naikkan atau turunkan), maka Vout juga ikut berubah. Memang secara logika hal ini sepertinya
benar, tapi untuk instrumentasi hal ini tidaklah diperkenankan. Dibandingkan dengan tingkat
kepresisian, maka tingkat akurasi alat ukur lebih utama karena alat ukur seyogyanya dapat
dijadikan patokan bagi penggunanya. Jika nilainya berubah-ubah untuk kondisi yang relatif tidak
ada perubahan, maka alat ukur yang demikian ini tidak dapat digunakan.

3. Prinsip Kerja Sensor LM35


Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap
suhu 1 C akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat
ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan
sedikit berkurang sekitar 0,01 C karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara
seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor
LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh
lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara
disekitarnya .
Jarak yang jauh diperlukan penghubung yang tidak terpengaruh oleh interferensi dari
luar, dengan demikian digunakan kabel selubung yang ditanahkan sehingga dapat bertindak
sebagai suatu antenna penerima dan simpangan didalamnya, juga dapat bertindak sebagai perata
arus yang mengkoreksi pada kasus yang sedemikian, dengan mengunakan metode bypass
kapasitor dari Vin untuk ditanahkan.

Maka dapat disimpulkan prinsip kerja sensor LM35 sebagai berikut:

Suhu lingkungan di deteksi menggunakan bagian IC yang peka terhadap suhu

Suhu lingkungan ini diubah menjadi tegangan listrik oleh rangkaian di dalam IC, dimana
perubahan suhu berbanding lurus dengan perubahan tegangan output.

Pada seri LM35


Vout=10 mV/oC
Tiap perubahan 1oC akan menghasilkan perubahan tegangan output sebesar 10mV

4. Kelebihan dan Kelemahan Sensors LM35

Kelebihan:
a. Rentang suhu yang jauh, antara -55 sampai +150 oC
b. Low self-heating, sebesar 0.08 oC
c. Beroperasi pada tegangan 4 sampai 30 V
d. Rangkaian tidak rumit
e. Tidak memerlukan pengkondisian sinyal

Kekurangan:
Membutuhkan sumber tegangan untuk beroperasi

5. Kesimpulan
LM35 adalah komponen sensor suhu berukuran kecil seperti transistor (TO-92).
Komponen yang sangat mudah digunakan ini mampu mengukur suhu hingga 100 derajad
Celcius. Dengan tegangan keluaran yang terskala linear dengan suhu terukur, yakni 10
milivolt per 1 derajad Celcius, maka komponen ini sangat cocok untuk digunakan sebagai
teman eksperimen kita, atau bahkan untuk aplikasi-aplikasi seperti termometer ruang
digital, mesin pasteurisasi, atau termometer badan digital.
LM35 dapat disuplai dengan tegangan mulai 4V-30V DC dengan arus pengurasan
60 mikroampere.

Anda mungkin juga menyukai