Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK FISIK MIKROKAPSUL FIKOSIANIN SPIRULINA

PADA KONSENTRASI BAHAN PENYALUT YANG BERBEDA

PHYSICAL CHARACTERISTICS OF SPIRULINA PHYCOCYANIN MICROCAPSULES


USING DIFFERENT CONCENTRATION OF COATING MATERIALS

Lukita Purnamayati1), Eko Nurcahya Dewi1), Retno Ayu Kurniasih1)


1)
Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jl.Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Telp/Fax. (024) 7474698 Semarang-50275
Email : lukita_anandito@yahoo.com

ABSTRACT

Phycocyanin is a bright blue pigment in Spirulina sp. Microencapsulation can protect phycocyanin from
environmental influences such as temperature, light, and pH. The aim of this study was to investigate the physical
characteristics of phycocyanin microcapsules using maltodextrin and carrageenan as coating materials.
Microcapsules were prepared with five variations different concentration of carrageenan and maltodextrin
treatments i.e. 10% : 0%; 9,75% : 0.25 %; 9,5% : 0.5 %; 9,25% : 0.75 %, and 9% : 1.0 % (w/w). Results indicated
that phycocyanin microcapsules with carrageenan 1.0% produced the most blue color, the lowest soluble solid
about 3.19% and the longest release time compared to other samples

Keywords: Phycocyanin, Microencapsulation, Physical characteristic

ABSTRAK

Fikosianin merupakan pigmen biru Spirulina sp. Mikroenkapsulasi dapat melindungi fikosianin dari
pengaruh lingkungan seperti suhu, cahaya, dan pH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik fisik mikrokapsul fikosianin menggunakan maltodekstrin dan karagenan sebagai bahan penyalut.
Mikrokapsul fikosianin dibuat dengan lima variasi konsentrasi maltodekstrin dan karagenan yaitu 10% : 0%;
9,75% : 0,25%; 9,5% : 0,5%; 9,25% : 0,75%; dan 9% : 1% (b/b). Hasil menyatakan bahwa mikrokapsul fikosianin
dengan perbandingan bahan penyalut maltodekstrin dan karagenan 9% : 1% (b/b) menghasilkan warna yang
paling biru, zat padat terlarut yang paling rendah yaitu 3,19% dan waktu release yang paling lama dibanding
formula yang lain yaitu lebih dari 3 menit.

Kata Kunci : Fikosianin, Mikroenkapsulasi, Sifat fisik

PENDAHULUAN terbatas. Hal ini dikarenakan fikosianin tidak


stabil terhadap suhu dan pH. Fikosianin stabil
Fikosianin merupakan salah satu pada kisaran pH 5,5 – 6 dan akan menurun
pigmen yang terdapat pada Spirulina sp. stabilitasnya apabila disimpan pada suhu di
Fikosianin merupakan pigmen polar, yang atas 47oC (Chaiklahan et.al., 2012). Selain itu,
keberadaannya dalam Spirulina sp. bersama fikosianin juga tidak stabil terhadap cahaya
dengan allofikosianin dan fikoeritrin. dan kelembaban. Fikosianin stabil pada
Fikosianin berpotensi sebagai pewarna biru kondisi penyimpanan yang gelap dengan
alami, karena dapat menghasilkan warna biru kelembaban yang rendah (Yan et.al., 2014).
yang cerah. Selain itu, juga dapat Salah satu cara untuk mengatasi
dikembangkan sebagai zat aditif sebagai permasalahan tersebut adalah dengan
nutrisi fungsional dan tidak beracun (Sedjati memproses fikosianin menjadi bubuk dengan
dkk., 2012). Fikosianin memiliki kemampuan teknologi mikroenkapsulasi.
sebagai antioksidan, yang mampu Mikroenkapsulasi merupakan suatu
menghambat peroksidasi lipid pada tikus proses yang mengubah bahan padat maupun
(Bertolin et.al., 2011). cair menjadi bentuk kapsul dalam ukuran
Penggunaan fikosianin dalam bahan mikro (0,2 – 5000 µm). Proses ini bertujuan
pangan sebagai pewarna alami sangat untuk melindungi dan mempertahankan

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016 1


komponen aktif dari pengaruh lingkungan. Penelitian ini menggunakan bahan penyalut
Metode mikroenkapsulasi yang sering maltodekstrin yang dikombinasikan dengan
digunakan yaitu dengan spray drying karena karagenan untuk meningkatkan kualitas
biayanya lebih rendah dan peralatannya yang mikrokapsul. Penambahan karagenan
mudah dijumpai. Pembentukkan kapsul diharapkan mampu membentuk emulsi yang
dalam ukuran mikro dibutuhkan material lain baik pada campuran maltodekstrin, karagenan
sebagai material pelapis atau yang sering dan ekstrak fikosianin sehingga mampu
disebut dengan bahan penyalut. memerangkap dan melindungi fikosianin saat
Bahan penyalut yang digunakan dalam dilakukan pengeringan dengan spray dryer.
mikroenkapsulasi harus bersifat emulsifier, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dapat membentuk lapisan film, dan dapat pengaruh penggunaan maltodekstrin dan
membuat bahan aktif menjadi a free flowing karagenan terhadap karakteristik fisik
powder, sehingga mudah ditambahkan dalam mikrokapsul fikosianin.
bahan pangan. Komposisi material pelapis
yang digunakan akan menentukan
karakteristik fisik mikrokapsul seperti zat METODE PENELITIAN
padat terlarut dan waktu release.
Salah satu bahan penyalut yang sering Bahan
digunakan adalah maltodekstrin. Bahan yang digunakan adalah
Maltodekstrin merupakan produk hidrolisa fikosianin yang berasal dari Spirulina sp.
pati yang mempunyai DE kurang dari 20. bubuk yang diperoleh dari PT. Neoalga,
Maltodekstrin mempunyai sifat mudah larut Sukoharjo, Indonesia. Sebagai bahan
dalam air, dapat membentuk body, mampu penyalut digunakan Maltodekstrin DE 10
membentuk film, mempunyai daya ikat yang diperoleh dari CV. Multi Kimia Raya,
kuat dan tidak berasa (Srihari dkk., 2010). Semarang, Indonesia. κ-Karagenan diperoleh
Akan tetapi, maltodekstrin lemah dalam dari PT. Selalu Lancar Maju Karya, Jakarta,
pembentukkan emulsi. Oleh karena itu, dalam Indonesia.
penelitian ini, maltodekstrin dikombinasikan
dengan karagenan. Alat
Karagenan merupakan senyawa Alat yang digunakan stirrer, hot plate
hidrokoloid yang diperoleh dengan cara (Daihan Lab Tech.co.Ltd), centrifuge (Wina
mengekstrak rumput laut merah seperti Instruments, Indonesia), spray dryer
Euchema cottonii. Penambahan karagenan (LabPlant Spray Dryer SD-05), timbangan
dalam produk mampu meningkatkan analitik, gelas ukur, gelas beaker, dan
kestabilan emulsi. Rojas-Nery et.al., (2015) chromameter (CR-200 Minolta).
menyatakan bahwa penambahan karagenan
mampu membentuk emulsi yang kental dan Tahapan Penelitian
stabil selama proses koagulasi rennet. Ektraksi fikosianin berdasarkan
Karagenan terbagi menjadi κ-karagenan, ‫׀‬- Chaiklahan et.al., (2011) dengan modifikasi
karagenan dan λ-karagenan. Dari ketiga jenis pada pelarut dan waktu pengadukan.
karagenan tersebut, κ-karagenan yang Ekstraksi dilakukan dengan rasio spirulina :
mempunyai sifat gel yang baik (Setijawati aquades (1:100) (w/v) dengan kecepatan
dkk, 2011). Kemampuan κ-karagenan dalam homogenisasi 300 rpm pada suhu ruang
membentuk gel inilah yang berhubungan selama 4 jam. Selanjutnya dilakukan proses
dengan kemampuannya sebagai bahan pemisahan dengan menggunakan sentrifus
penyalut. pada 4800 g selama 15 menit. Filtrat yang
Penelitian mengenai mikroenkapsulasi merupakan ekstrak fikosianin dipisahkan dari
kebanyakan menggunakan maltodekstrin endapan dengan dekantasi.
sebagai bahan penyalut (Supriyadi dan Rujita, Ekstrak fikosianin dienkapsulasi
2013; Wariyah, 2014; Utami et.al., 2015). dengan menggunakan maltodekstrin dan

2 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016


karagenan. Perbandingan konsentrasi Analisis Statistik
maltodekstrin dan karagenan yang digunakan Penelitian ini menggunakan Rancangan
adalah 10% : 0% (A); 9,75% : 0,25% (B); Acak Lengkap dengan satu faktor perlakuan,
9,5% : 0,5% (C); 9,25% : 0,75% (D); dan yaitu berbagai perbandingan konsentrasi
9% : 1% (E) (b/b). Selanjutnya suspensi maltodekstrin-karagenan, dimana setiap
dikeringkan dengan menggunakan spray perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Data
dryer dengan suhu inlet 80˚C dan suhu outlet yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam
56˚C. Mikrokapsul fikosianin yang dihasilkan atau Analysis of Varians (ANOVA). Jika
diuji karakteristik fisik meliputi : terdapat perbedaan antar perlakuan maka diuji
1. Warna dengan chromameter lanjut dengan Uji Tukey pada α=0,05 untuk
Warna mikrokapsul fikosianin dianalisa mengetahui perlakuan mana yang berbeda.
dengan menggunakan chromameter CR-200 Analisis dilakukan dengan SPSS 17.
(Minolta). Analisis ini mengukur nilai L, a, b
dimana semakin tinggi nilai L maka semakin
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengarah ke warna putih. Semakin negatif
nilai a maka semakin mengarah pada warna Hasil rendemen ekstrak fikosianin pada
hijau. Semakin positif nilai a maka semakin penelitian ini diperoleh adalah 93,36%. Hasil
mengarah ke warna merah. Sedangkan yang berbeda diperoleh oleh Sivasankari
semakin besar nilai negatif b maka semakin et.al., (2014) yang mengekstrak fikosianin
mengarah pada warna biru, dan semakin dari Spirulina dengan sodium buffer fosfat
positif nilai b maka semakin mengarah ke dengan inkubasi selama 48 jam menghasilkan
warna kuning. fikosianin sebanyak 25%. Supu dkk., (2013)
2. Zat Padat Terlarut (AOAC, 2005) juga melakukan ekstraksi fikosianin dari
Analisa zat padat terlarut menggunakan biomassa Spirulina menggunakan buffer
metode thermogravimetri dengan cara fosfat dengan perbandingan biomassa dan
memasukkan 0,5 g sampel bubuk dan aquades buffer fosfat 0,04 g/ml. Ekstrak fikosianin
6 mL ke dalam labu takar 100 mL. yang diperole kemudian dikeringkan dengan
Selanjutnya digojog dan dipanaskan dalam freeze dryer. Dari 80 liter campuran biomassa
penangas air mendidih sampai 5 menit.
dan buffer fosfat, dihasilkan 5,5 g fikosianin
Setelah didinginkan, ditambah aquades bubuk.
sampai sampai batas labu takar kemudian Fikosianin merupakan pigmen polar
disaring. Filtrat yang diperoleh diambil 5 mL sehingga dapat larut pada pelarut polar pula,
dan dituangkan ke dalam cawan porselin yang seperti air dan buffer daripada pelarut non
telah diketahui beratnya (A) g. Selanjutnya polar. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini
filtrat diuapkan di atas penangas air mendidih lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
sampai kering. Selanjutnya dikeringkan lagi ekstraksi dimana pada penelitian ini
dalam oven pada suhu 105ºC sampai dilakukan pengadukan untuk homogenisasi
diperoleh berat konstan (B) g. Kadar zat padat Spirulina bubuk dengan aquades. Pengadukan
terlarut dihitung sebagai berikut : menyebabkan kontak antara Spirulina dan
ZPT (% db) = (B-A)/Berat kering sampel x pelarut semakin besar sehingga fikosianin
10/0,5 x 100% yang terekstrak juga semakin banyak. Selain
3. Waktu release itu, volume pelarut juga mempengaruhi
Waktu release fikosianin dilakukan rendemen ekstraksi. Hal ini sesuai dengan
dengan memodifikasi metode Belscak- Yuniwati dkk., (2012) yang mengekstrak zat
Cvitanovic et al. (2011), yaitu mikrokapsul warna pada daun suji dengan pelarut etanol,
fikosianin 1% (w/v) dalam aquades diaduk menyatakan bahwa ekstraksi dengan
secara berkelanjutan. Selanjutnya larutan kecepatan pengadukan 300 rpm dengan rasio
diambil 1 Ml setiap 30 detik untuk dilakukan daun suji 5 gr dalam 200 ml pelarut
analisis kadar fikosianin. menghasilkan rendemen ekstrak paling besar.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016 3


Warna Berdasarkan Purnomo dkk., (2014)
yang melakukan mikroenkapsulasi ekstrak
Hasil pengukuran warna mikrokapsul
daun jati dengan maltodekstrin dan
fikosianin dengan chromameter disajikan
karagenan, menghasilkan warna merah
pada Tabel 1, dimana kelima formula
mikrokapsul yang lebih rendah dibandingkan
mikrokapsul fikosianin mempunyai warna L
dengan ekstrak daun jati tanpa penyalut. Hal
(+), yang menunjukkan bahwa tingkat
ini menandakan bahwa penggunaan
kecerahan warna yang tinggi. Nilai a (-),
maltodekstrin dan karagenan sebagai bahan
menunjukkan bahwa warna mengarah ke
penyalut mampu mempertahankan dan
hijau dan nilai b (-) menunjukkan bahwa
melindungi bahan yang disalutnya selama
warna mengarah ke biru.
proses pengeringan dengan spray dryer.
Mikrokapsul fikosianin dengan
Maltodekstrin sebagai bahan penyalut
perbandingan maltodekstrin dan karagenan
memiliki sifat browning yang rendah (Srihari
9%:1% (E) mempunyai warna paling biru
dkk., 2010), sehingga pada saat proses
dibanding formula yang lain. Warna biru
mikroenkapsulasi tidak mempengaruhi warna
menunjukkan banyaknya kandungan
mikrokapsul yang dihasilkan. Sedangkan
fikosianin. Fikosianin merupakan pigmen
karagenan memiliki kemampuan untuk
biru alami yang terdapat pada Spirulina sp.
membentuk gel dimana mampu mengubah
(Sedjati dkk., 2012) yang mempunyai sifat
bahan cair menjadi bentuk padat. Karagenan
sebagai antioksidan. Berdasarkan
mempunyai titik leleh pada suhu 41oC - 43oC
penangkapan radikal bebas dengan DPPH,
dan mulai membentuk gel pada titik jendal
fikosianin mampu menurunkan 83% radikal
30oC – 33oC (Wenno dkk., 2012).
bebas oksigen (Seo et.al., 2013).
Berdasarkan analisis gugus fungsi dengan
Kemampuan antioksidan fikosianin juga diuji
FTIR, karagenan mengandung 3,6
dengan penangkapan radikal bebas
anhydrogalactose dan galactose 4 sulphate
menggunakan asam nitrat, menghasilkan
yang diidentifikasi sebagai κ-karagenan ,
penghambatan sebesar 92,58% (Kamble
dimana κ-karagenan mempunyai sifat
et.al., 2013). Namun, fikosianin tidak tahan
mampu membentuk gel yang kuat (Dewi
terhadap suhu (Chaiklahan et.al., 2012; Yan
et.al., 2012). Setijawati (2014) melakukan
et.al., 2014).
enkapsulasi Lactobacillus acidophilus
Perbedaan intensitas warna biru ini
menggunakan karagenan karena
dipengaruhi oleh perbedaan rasio bahan
kemampuannya dalam membentuk gel.
penyalut. Hal ini dapat dilihat pada Formula
Kappa karagenan yang digunakan dalam
A, B, C, dan D memiliki warna biru yang
penelitian ini, mampu memerangkap
pudar, ditunjukkan pada tingginya nilai L dan
fikosianin dan melindungi fikosianin selama
rendahnya nilai b dibanding Formula E.
proses mikroenkapsulasi.

Tabel 1. Nilai Warna Mikrokapsul Fikosianin


No. Sampel L a b
ab a b
1. A 80,72 ±1,32 -6,72 ±0,20 -9,79 ±0,29
2. B 81,42a±0,74 -5,71c±0,13 -9,08a±0,16
3. C 81,31a±0,74 -5,96b±0,02 -10,41c±0,17
4. D 79,20b±0,83 -4,55d±0,06 -11,21d±0,15
5. E 75,52c±1,22 -3,98e±0,02 -11,68e±0,29
Keterangan: A = Mikrokapsul dengan perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan karagenan 10%:0%; B = Mikrokapsul dengan
perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan karagenan 9,75%:0,25%; C = Mikrokapsul dengan perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan
karagenan 9,5%:0,5%; D = Mikrokapsul dengan perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan karagenan 9,25%:0,75%; E = Mikrokapsul
dengan perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan karagenan 9%:1%. Data ± standar deviasi. Superscript yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf α 0,05

4 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016


Gambar 1. Mikrokapsul Fikosianin Formula A, B, C, D, dan E

Zat Padat Terlarut padat terlarut pada Formula E disebabkan


Analisa zat padat terlarut mikrokapsul karagenan cenderung membentuk gel setelah
fikosianin dimaksudkan untuk mengetahui dipanaskan dan didinginkan pada suhu kamar,
kemampuan produk mikrokapsul fikosianin sehingga pada saat pengambilan filtrat,
yang dihasilkan dapat larut dalam air. Hasil karagenan telah membentuk gel. Pada
analisis zat padat terlarut dapat dilihat pada dasarnya pengukuran zat padat terlarut
Tabel 2. dengan metode thermogravimetri adalah
melarutkan sampel dalam air dan
Tabel 2. Nilai zat padat terlarut mikrokapsul memanaskan sampai mendidih dan
No. Sampel ZPT (%) didinginkan, filtrat diambil dan dipanaskan
1. A 7,62a±0,37 dalam cawan kemudian dioven. Sifat
2. B 6,91ab±1,49 karagenan adalah membentuk jendalan atau
3. C 5,14bc±0,07 gel pada saat didiamkan atau sering disebut
4. D 4,90bc±0,10 dengan sifat thermoreversible.
5. E 3,19c±0,72
Keterangan: A = Mikrokapsul dengan perbandingan konsentrasi Waktu Release
maltodekstrin dan karagenan 10%:0%; B = Mikrokapsul dengan
perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan karagenan Waktu release fikosianin dari
9,75%:0,25%; C = Mikrokapsul dengan perbandingan konsentrasi
maltodekstrin dan karagenan 9,5%:0,5%; D = Mikrokapsul dengan mikrokapsul fikosianin dapat dilihat pada
perbandingan konsentrasi maltodekstrin dan karagenan Gambar 2.
9,25%:0,75%; E = Mikrokapsul dengan perbandingan konsentrasi
maltodekstrin dan karagenan 9%:1%. Data ± standar deviasi.
Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata pada taraf α 0,05.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa


semakin rendah konsentrasi maltodekstrin
dan semakin tinggi konsentrasi karagenan
sebagai bahan penyalut menyebabkan
penurunan zat padat terlarut. Semakin tinggi
konsentrasi maltodekstrin dapat
meningkatkan zat padat terlarut karena
maltodekstrin memiliki sifat kelarutan dalam
air yang baik. Kanpairo et.al., (2012)
menyatakan bahwa penambahan
maltodekstrin dapat meningkatkan zat padat
Gambar 2. Waktu Release Fikosianin
terlarut pada tuna precooking concentrate.
Berdasarkan waktu release fikosianin,
Peningkatan konsentrasi karagenan
dapat diketahui bahwa semakin tinggi
menyebabkan penurunan zat padat terlarut.
konsentrasi karagenan sebagai bahan
Hal ini disebabkan oleh sifat karagenan yang
penyalut, maka semakin lama waktu release
tidak larut dalam air dingin. Rendahnya zat
fikosianin. Waktu release berhubungan

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016 5


dengan pelepasan bahan inti dalam media Penulis mengucapkan terimakasih
cair. Mehrad et.al., (2015) menyatakan bahwa kepada Universitas Diponegoro yang telah
ikatan polimer yang bersifat hidrofilik pada membiayai penelitian ini melalui dana PNBP
bahan penyalut akan menyebabkan relaksasi pada tahun 2015.
yang menyebabkan bahan inti akan terlepas
dari matriks. DAFTAR PUSTAKA
Mikrokapsul fikosianin dengan
konsentrasi karagenan 0%, 0,25%, 0,5%, dan Assosiation of Official Analytical Chemist.
0,75% memiliki waktu release berkisar antara (2005). Official Methods of Analysis.
0,5 – 1,0 menit. Waktu release fikosianin AOAC. Washington, United States.
dengan konsentrasi karagenan 1% adalah Belscak-Cvitanovic, A., Stojanovic, R.,
lebih dari 3 menit. Hal ini terlihat dari kadar Manojlovic, V., Komes, D., Cindric,
fikosianin yang masih menunjukkan I.J., Nedovic, V., and Bugarski, B.
peningkatan setelah waktu 3 menit. Semakin (2011). Encapsulation of Polyphenolic
lamanya waktu release menunjukkan adanya Antioxidants from Medical Plant
interaksi maltodekstrin, karagenan, dan Extracts in Alginate-Chitosan System
fikosianin yang semakin kuat. Semakin lama Enhanced with Ascorbic Acid by
waktu release fikosianin juga menunjukkan Electrostatic Extrusion. Food Research
bahwa sifat fisik mikrokapsul semakin stabil. International, 44:1094-1101.
Hal ini juga berhubungan dengan kelarutan
karagenan yang rendah pada suhu kamar, Bertolin, T.E., Farias, D., Guarienti, C., Petry,
sehingga mampu mengikat dengan kuat F.T.S., Colla, L.M., and Costa, J.A.V.
fikosianin dalam mikrokapsul. Karagenan (2011). Antioxidant Effect of
sebagai bahan penyalut dapat melindungi dan Phycocyanin on Oxidative Stress
mempertahankan fikosianin yang berada di Induced with Monosodium Glutamate
dalam mikrokapsul. Mehrad et.al., (2015) in Rats. Brazilian Archives of Biology
yang mengenkapsulasi minyak ikan and Technology 54(4) : 733-738.
Menhaden dengan bahan penyalut yang Chaiklahan, R., Chirasuwan, N., Loha, V.,
berbeda, menyatakan bahwa minyak ikan Tia, S., and Bunnag, B. (2011).
Menhaden yang disalut dengan karagenan dan Separation and purification of
maltodekstrin dapat release sempurna dalam phycocyanin from Spirulina sp. using a
waktu tiga jam. membrane process. Bioresource
Technology, 102:7159–7164.
KESIMPULAN
Chaiklahan, R., Chirasuwan, N., and Bunnag,
Penggunaan bahan penyalut terbaik B. (2012). Stability of phycocyanin
dalam mikroenkapsulasi fikosianin extracted from Spirulina sp. : influence
berdasarkan sifat fisiknya ditunjukkan pada of temperature, pH and preservatives.
Formula E, yaitu menghasilkan warna yang Process Biochemical, 47:659–664.
paling biru, zat padat terlarut yang rendah dan Dewi, E.N., Darmanto, Y.S., and
waktu release yang paling lama dibanding Ambariyanto. (2012). Characterization
formula yang lain. Hal ini menunjukkan and Quality of Semi Refined
bahwa maltodekstrin dan karagenan Carrageenan (SCR) Products from
merupakan perpaduan yang baik dalam proses Different Coastal Waters Based on
mikroenkapsulasi fikosianin, dengan Fourier Transform Infrared Technique.
konsentrasi karagenan 1%. Journal of Coastal Development 16(1) :
25-31.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kamble, S.P., Gaikar, R.B., Padalia, R.B., and
Shinde, K.D. (2013). Extraction and

6 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016


Purification of C-Phycocyanin from Setijawati, D. (2014). Carrageenan from
Dry Spirulina Powder and Evaluating Euchema sp and Concentration
It’s Antioxidant, Anticoagulation and Difference as Encapsulation Material
Prevention of DNA Damage Activity. Toward Lactobacillus acidophilus
Journal of Applied Pharmaceutical Viability at Simulation GI Tract pH
Science 3(8) : 149-153. Condition. J. Basic. Appl. Sci. Res 4(6)
: 261-268.
Kanpairo, K; Usawakesmanee, W;
Sirivongpaisal, P; and Setijawati, D., Wijana, S., Aulaniam., dan
Siripongvutikorn, S. (2012). The Santosa, I. (2011). Viabilitas dan
Compositions and Properties of Spray Struktur Mikrokapsul L. acidophilus
Dried Tuna Flavor Powder Produced dengan Bahan Penyalut Karaginan
from Tuna Precooking Juice. Semi Murni Jenis Eucheuma cottonii.
International Food Research Journal Jurnal Teknologi Pangan 2(1) : 50-67.
19(3) : 893-899. Sivasankari, S., Naganandhini., and
Mehrad, B., Shabanpour, B., Jafari, S.M., and Ravindran, D. (2014). Comparison of
Pourashouri, P. (2015). Different Extraction Methods for
Characterization of Dried Fish Oil from Phycocyanin Extraction and Yield from
Menhaden Encapsulated by Spray Spirulina platensis. International
Drying. Aquaculture, Aquarium, Journal of Current Microbiology and
Conservation & Legislation Applied Sciences 3(8) : 904-909.
International Journal of The Bioflux Srihari, E., Lingganingrum, F.S., Hervita, R.,
Society 8(1) : 57-69. dan Wijaya S, H. (2010). Pengaruh
Purnomo, W., Khasanah, L.U., dan Anandito, Penambahan Maltodekstrin pada
R.B.K. (2014). Pengaruh Ratio Pembuatan Santan Kelapa Bubuk.
Kombinasi Maltodekstrin, Karagenan, Seminar Rekayasa Kimia dan Proses.
dan Whey Terhadap Karakteristik Jurusan Teknik Kimia Universitas
Mikrobahan penyalut Pewarna Alami Diponegoro. Hal 1-7.
Daun Jati (Tectona grandis L.f.). Jurnal Supriyadi dan Rujita, A.S. (2013).
Aplikasi Teknologi Pangan 3 (3) : 121- Karakteristik Mikrokapsul Minyak
129. Atsiri Lengkuas dengan Maltodekstrin
Rojas-Nery, E., Garcia-Martinez, I., and sebagai Enkapsulan. J. Teknol. dan
Totosaus, A. (2015). Effect of Industri Pangan 24(2) : 201-208.
Emulsified Soy Oil with Different Supu, I., Akhiruddin., dan Setyaningsih, I.
Carrageenans in Rennet-Coagulated (2013). Studi Fluoresens Fikosianin
Milk Gels. International Food dari Mikroalga Spirulina platensis dan
Research Journal 22(2) : 606-612. Fotosensitisasi Nanopartikel TiO2
Sedjati, S., Yudiati, E., dan Suryono. (2012). Anatase. Jurnal Biofisika 9(1) : 37-47.
Profil Pigmen Polar dan Non Polar Utami, D.A.S; Widanarni; and Suprayudi,
Mikroalga Laut Spirulina sp. dan M.A. (2015). Administration of
Potensinya Sebagai Pewarna Alami. Microencapsulated Probiotic at
Jurnal Ilmu Kelautan, 17 (3):176 – 181. Different Doses to Control
Seo, Y. C., Choi, W. S., Park, J. H., Park, J. Streptococcosis in Tilapia
O., Jung, K. H., and Lee, H. Y. (2013). (Oreochromis niloticus). Microbiology
Stable Isolation of Phycocyanin from Indonesia 9(1) : 17-24.
Spirulina platensis Associated with Wariyah, C. (2014). Sifat Fisik Instan Lidah
High-Pressure Extraction Process. Int. Buaya (Aloe vera var. chinensis) dan
J. Mol. Sci., 14:1778-1787. Rendemen Hasil Mikroenkapsulasi

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016 7


Menggunakan Spray Dryer. Prosiding Food and Bioproducts Processing,
SNKP. Hal. 111-116. 92:89-97.
Wenno, M.R., Thenu, J.L., dan Lopulalan, Yuniwati, M; Kusuma, A.W; dan Yunanto, F.
C.G.C. (2012). Karakteristik Kappa (2012). Optimasi Kondisi Proses
Karaginan dari Kappaphycus alvarezii Ekstraksi Zat Pewarna dalam Daun Suji
pada Berbagai Umur Panen. JPB dengan Pelarut Etanol. Prosiding
Perikanan 7(1) : 61-67. Seminar Nasional Aplikasi Sains &
Teknologi (SNAST) Periode III. Hal
Yan, M., Liu, B., Jiao, X., and Qin, S. (2014).
257-263.
Preparation of phycocyanin
microcapsules and it’s properties. J.

8 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. IX, No. 1, Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai