PEMBAHASAN
Fikosianin merupakan pigmen yang memberikan warna biru pada ganggang hijau-biru
atau Cyanophyta. Fikosianin banyak terdapat pada mikroalga spirulina. Fikosianin
dapat digolongkan pada kelompok biliprotein atau fikobiliprotein. Pigmen fikosianin
berguna untuk membantu proses penyerapan cahaya matahari oleh ganggang untuk
fotosintesis didalam air (Hall & Rao, 1999). Ekstrak fikosianin dalam bidang pangan
sering digunakan sebagai pewarna makanan yang memiliki warna biru. Fikosianin juga
mmeiliki fungsi dalam bidang medis, yaitu sebagai nutraceutical dan untuk aplikasi
diagnosa sistem imun (Duangsee et al, 2009). Manfaat lain spirulina adalah sebagai
makanan sehat, karena menurut penelitian Zahroojian et al (2013), spirulina dapat
dimanfaatkan untuk menurunkan lemak dan kolesterol pada manusia. Komponen lain
yang terkandung oleh spirulina adalah 50-70% protein, selain itu juga terkandung
karbohidrat seperti rhamnose, fruktosa, ribosa, manosa, dan mineral seperti tembaga,
magnesium, zinc, kalium, dan zat besi, dan beberapa pigemen seperti fikosianin yang
dapat berperan sebagai antikosidan yang baik untuk menurunkan radikal bebas pada
tubuh (Sudha & Kavimani, 2011).
Cyanobacteria atau blue-green algae memiliki struktur sel yang sederhana sehingga
masuk dalam golongan prokariotik. Ganggang hijau-biru dapat masuk dalam kingdom
plantae dan dapat juga masuk dalam kingdom hewan, karena ganggang hijau-biru dapat
berfotosintesis dan memiliki diding sel seperti tanaman, dan pada sel membrannya
mengandung senyawa gula kompleks seperti glikogen pada hewan. Ganggang hijau-biru
dapat dikonsumsi oleh manusia, seperti pada spesies Nostoc, Spirulina, dan
Aphanizomenon (Saranraj & Sivasakthi, 2014).
Pada praktikum ini menggunakan spirulina sebagai bahan baku utama dalam ekstraksi
fikosianin. Spirulina merupakan organisme yang tergolong didalam kelompok bluegreen algae atau ganggang hijau biru. Tubuh spirulina banyak mengandung filamenfilamen yang berwarna hijau-biru yang tidak bercabang (Richmond, 1988). Spirulina
mengandung banyak pigmen fotosintesis, karena pigmen fotosintesis yang terkandung
dalam spirulina sebanyak 20% dari berat keringnya yang terdiri dari klorofil,
betakaroten, xantofil, dan fikosianin (Marrez et al, 2013). Pigmen yang paling dominan
pada spirulina adalah fikosianin, karena menyusun 0,4-14% berat kering spirulina
(Duangsee et al, 2009). Spirulina yang sering digunakan dalam ekstraksi fikosianin
adalah spesies Spirulina plantensis (Saranraj & Savaskthi, 2014). Menurut Marrez et al
(2013), Spirulina plantensis sering digunakan dalam industri pangan atau dalam
penelitian
karena
Spirulina
plantensis
sangat
mudah
untuk
diperoleh
dan
menggunakan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm, karena warna larutan yang
dihasilkan adalah hijau-biru.
Nilai absorbansi yang didapatkan memiliki nilai sebanding dengan kadar fikosianin.
Kadar atau konsentrasi fikosianin didapatkan melalui perhitungan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
Konsentrasi Fikosianin=
10
terlalu tinggi yaitu 450C bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada fikosianin
akibat proses pemanasan yang terlalu tinggi, karena fikosianin mudah terdegradasi
dalam suhu tinggi (Desmorieux & Decaen, 2006). Oleh karena fikosianin tidak tahan
panas, maka fungsi utama lain dari penambahan dekstrin adalah untuk menjaga
fikosianin agar tidak rusak pada saat proses pengeringan. Hal ini dapat terjadi karena
pada dektrin bersifat tahan terhadap panas, sehingga fikosianin yang dirangkap oleh
dektrin dapat dipertahankan (Suparti, 2000). Proses pengeringan bertujuan agar kadar
air didalam fikosianin dan dektrin tersebut menguap, sehingga terbentuk padatan, dan
dapat dibuat menjadi bubuk dengan cara penghalusan. Bubuk fikosianin yang
didapatkan kemudian diamati warna sebelum dan sesudah pengeringan.
Pengamatan yang dilakukan meliputi konsentrasi fikosianin dalam mg/ml, dan yield
dalam mg/g yang didapatkan dengan rumus perhitungan dengan menggunakan berat
biomassa kering sebesar 8 gram dan volume filtrat sebenyak 56 ml, dan hasil nilai
absorbansi pada panjang gelombang 615 nm dan 652 nm, serta pengamatan sensori
yang menggunakan panelis dengan melihat warna fikosianin sebelum dan sesudah
dikeringkan. Pada hasil pengamatan warna didapatkan bahwa warna yang dihasilkan
pada E3 dan E4 tidak terjadi perubahan warna sebelum dan sesudah pengeringan, yaitu
berwarna biru muda yang merupakan warna yang paling muda sehingga tidak dapat
menurun lagi warnanya, sedangkan pada hasil pengamatan E1, E2, dan E5 terjadi
penurunan warna. Penurunan warna dari dari biru sangat tua menjadi biru muda, atau
biru tua menjadi biru muda, terjadi akibat dari degradasi warna pigmen fikosianin.
Degradasi pigmen tersebut terjadi akibat dari proses pengeringan (Gaman &
Sherrington, 1994).
Pada hasil pengamatan E5 memiliki warna yang paling tua bila dibandingkan dengan
hasil pengamatan kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan pada kelompok E5
menggunakan perbandingan fikosianin : dekstrin sebesar 1:1, sehingga warna yang
dihasilkan menjadi lebih tua dibandingkan dengan kelompok E1, E2, dan E3 yang
menggukan perbandingan fikosianin yang lebih rendah yaitu 8 fikosianin berbanding 9
dekstrin. Kadar dekstrin mempengaruhi warna fikosianin karena dekstrin memiliki
warna putih, sehingga warna biru pada fikosianin menjadi menurun (Reynold, 1982).
Penurun warna yang terjadi pada kelompok E5 tidak terlalu derastis, yaitu dari biru
sangat tua menjadi biru tua. Hal ini membuktikan pernyataan Suparti (2000), bahwa
11
12
dan suhu. Hal ini dikarenakan pigmen fikosianin mudah terdegradasi oleh adanya
cahaya dan suhu yang terlalu tinggi (Arylza, 2005). Oleh karena itu proses pengeringan
dilakukan pada suhu rendah (Desmorieux & Decaen, 2006).
4. KESIMPULAN
konsentrasi fikosianin.
Konsentrasi fikosianin berbanding lurus dengan yield.
Fungsi penggunaan dekstrin adalah untuk sebagai agen pengisi dan untuk
pengeringan.
Proses pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dalam campuran,
13
Praktikan,
Asisten Dosen
-
Deanna Sutoro
Ferdyanto Juwono
Sylvester Agathon
13.70.0040
Kelompok E5
5. DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N & S. Koswara. 1992. Kimia Vitamin. CV Rajawali. Jakarta.
Arief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas
Gajahmada Press. Yogyakarta.
Arlyza, I. S. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin dari Mikroalga Spirulina platensis.
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No. 38 : 79-92. ISSN 0125-9830.
Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Bennett, A.; Bogorad, L.; and J. Cell. Biol. 1973, 58, 419.
Boussiba S. and Richmond A. 1980. c-Phycocianin as a storage protein in the bluegreen alga Spirulina plantesis. Archives of Microbiology 125, 143-147.
Desmorieux H. Decaen N. 2006. Convective drying of Spirulina in thin layer. Journal
Of Food Engineering, 77:64-70.
Duangsee, R; Phoopat, N & Ningsanond, S. 2009. Phycocyanin extraction from
Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperature. Asian
Journal of Food Agro- Industry. Thailand. Diakses pada tanggal 02 November
2015.
Ewing, G. W. 1976. Instrumental Method of Chemical Analysis. Mc Growhill Book
Company. USA.
Fennema, O.R. 1976. Principles of Foods Science. Marcel Dekker. Inc. New York.
Gaman, P. M dan K. B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan,
Nutrisi dan Mikrobiologi. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.
Hadi, S. 1986. Analisa Kuantitatif. Gramedia. Jakarta.
14
15
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus :
Konsentrasi Fikosianin (mg/ml)=
Yield (mg/g)=
5,34
faktor pengenceran
KF vol(total filtrat )
g (berat biomassa)
E1
0,05510,474 ( 0,0164 )
1
2
5,34
10
Konsentrasi Fikosianin =
= 0,886 mg/ml
Yield
0,886 56
8
6,202 mg/g
E2
0,05750,474 ( 0,0164 )
1
2
5,34
10
Konsentrasi Fikosianin =
= 0,931 mg/ml
Yield
0,931 56
8
6,517 mg/g
E3
0,06470,474 ( 0,0159 )
1
2
5,34
10
Konsentrasi Fikosianin =
= 1,070 mg/ml
Yield
1,070 56
8
16
7,493 mg/g
E4
0,06130,474 ( 0,0144 )
1
2
5,34
10
Konsentrasi Fikosianin =
= 1,020 mg/ml
Yield
1,020 56
8
7,140 mg/g
E5
0,06130,474 ( 0,0176 )
1
2
5,34
10
Konsentrasi Fikosianin =
= 1,012mg /ml
Yield
1,012 56
8
7,084 mg/ g
6.2. Jurnal
6.3. Diagram Alir
6.4. Laporan Sementara