Anda di halaman 1dari 10

1.

HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan pembuatan fikosianin dengan berbagai macam perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pembuatan Fikosianin
Kel
Berat
biomassa
kering (g)
Jumlah aquades
yang ditambah
(ml)
Total filtrat
yang diperoleh
(ml)
OD
615
OD
652

KF
(mg/ml)
Yield
(mg/g)
Warna
Sebelum Sesudah
B1 8 100 50 0.0720 0.0258 0.011 0.069 + +
B2 8 100 50 0.0726 0.0256 0.011 0.069 ++ +
B3 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ +
B4 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ +
B5 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 ++ +
B6 8 100 50 0.0726 0.0253 0.011 0.069 + +
Keterangan:
Warna:
+ :Biru muda
++ :Biru tua
+++ :Biru sangat tua


Pada tabel hasil pembuatan fikosianin digunakan biomassa kering seanyak 8 gram dengan aquades 100 ml yang memiliki total fiiltrat
setiap kelompok 50 ml. Terdapat 2 panjang gelombang yang digunakan yaitu 615 nm dan 652 nm. Pada panjang gelombang 615 dapat
diketahui hasil yang diperoleh kelompok B1 sebesar 0.0720 dan kelompok B2 hingga B6 memiliki hasil yang sama yaitu sebesar
0.0726. Pada panjang gelombang 652 nm diperoleh hasil 0,0258 untuk kelompok B1, 0,0256 untuk kelompok B2, 0,0255 untuk
kelompok B3 hingga B5, dan 0,0253 untuk kelompok B6. Kadar fikosianin yang diperoleh untuk semua kelompok sebesar 0,011
mg/ml. Jumlah yield yang diperoleh sebesar 0,069 mg/g untuk seluruh kelompok. Hasil sensoris warna sebelum diberi dekstrin antara
lain biru muda intuk kelompok B1 dan B6, biru tua untuk B2 dan B5, serta biru sangat tua untuk B3 dan B4. Hasil sensoris setelah
ditambah dekstrin dan telah dilakukan pengeringan dihasilakan warna biru muda untuk semua kelompok.
2. PEMBAHASAN

Praktikum dengan materi fikosianin dilakukan untuk membuat pewarna alami dengan
mengambil pigment yang berasal dari blue green mikroalga yang berasal dari spirulina. Menurut
Agustini (2012) pigmen yang terdapat pada Spirulina platensis merupakan fikobiliprotein terdiri
dari pigmen fikosianin dan allofikosianin. Pigmen fikosianin lebih dominan dalam alga tersebut
sehingga digolongkan sebagai mikroalga biru-hijau (Cyanophyta). Pigmen fikobiliprotein yang
mempunyai struktur mirip dengan bilirubin diketahui mempunyai efek meredam beberapa
spesies oksigen reaktif secara in vivo. Berdasarkan jurnal tersebut makan dapat diketahui bahwa
spirulina dapat menghasilkan warna biru yang digunakan sebagai biopigment.

Proses pengambilan pigmen dilakukan dalam beberapa tahap. Diawali dengan memasukkan
biomassa spirulina ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan menggunakan aqua destilata
dengan perbandingan 2:25 dengan diaduk dengan menggunakan stirer selama 2 jam. Menurut
Farha dan Kusumawati (2012) bahan yang telah diaduk distirer selama 2 jam supaya homogen.
Setelah homogen, larutan kemudian di setrifuge hingga diperoleh endapan dan cairan fikosianin.
Sesuai dengan pernyataan Langga et al. (2012) proses sentrifuge dilakukan untuk mendapatkan
supernatan. Supernatan yang diperoleh diukur kadar fikosianinnya dengan menggunakan
spektrofotometer. Menurut Agustini (2012) identifikasi pigmen fikobiliprotein yang berupa
fikosianin dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang 300 700 nm. Nilai panjang
gelombang maksimal yang didapat yaitu sebesar 615 nm sesuai dengan panjang gelombang
maksimal menurut pustaka yaitu 610-620 nm sehingga dapat dinyatakan sebagai bukti
pendukung bahwa pigmen tersebut merupakan pigmen fikobiliprotein yang mengandung pigmen
fikosianin (Awakairt S., 2007). Sedangkan serapan maksimum terdapat pada panjang gelombang
650 nm, sehingga dapat dihitung kadar fikosianin dalam larutan.

Setelah diukur kadar fikosininnya, supernatan kemudian ditambah dengan dekstrin dengan
perbandingan antara supernatan dengan dekstrin 1:1,25. Menurut Wijana et al. (2012) dekstrin
merupakan bahan pengisi. Dekstrin merupakan senyawa hidrofilik yang memiliki kemampuan
mengikat air. Supernatan yang telah tercampur rata dengan dekstrin dituangkan diatas loyang
untuk mengalami proses pengeringan. Loyang yang berisi campuran supernatan dan dekstrin
dimasukkan kedalam oven dengan suhu 45
o
C hingga kering dengan kadar air
+
7%.

Menurut
Igfar (2012) pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga mikroorganisme
dan kegiatan enzim yang menyebabkan pembusukan dapat dihambat. Hal ini dapat menyebabkan
bahan dapat disimpan dalam waktu yang lama. Setelah dikeringkan fikosianin dihancurkan
hingga berbentuk powder.

Biomassa kering dari spirulina yang digunakan sebanyak 8 gram dilarutkan dengan aquades
sebanyak 100 ml yang memiliki total filtrat setiap kelompok 50 ml. Tujuan dilakukan
penambahan aquades sebanyak 100 ml adalah supaya mendapatkan larutan yang tidak terlalu
pekat, sehingga larutan tersebut dapat dilakukan pengukuran protein dengan panjang gelombang
dengan range tertentu. Protein akan memantulkan cahaya sehingga menghasilkan nilai OD.
Terdapat 2 panjang gelombang yang digunakan yaitu 615 nm dan 652 nm. Pada panjang
gelombang 615 dapat diketahui hasil yang diperoleh kelompok B1 sebesar 0.0720 dan kelompok
B2 hingga B6 memiliki hasil yang sama yaitu sebesar 0.0726. Pada panjang gelombang 652 nm
diperoleh hasil 0,0258 untuk kelompok B1, 0,0256 untuk kelompok B2, 0,0255 untuk kelompok
B3 hingga B5, dan 0,0253 untuk kelompok B6. Dari hasil pengamatan ini dapat diketahui bahwa
pada panjang gelombang 615 nm diperoleh penyerapan yang lebih tinggi daripada penggunakan
panjang gelombang 652. Namun pada pangjang gelombang 652 nm masih dapat dilakukan
pengukuran. Panjang gelombang maksimal yang dapat digunakan untuk mengukur penyerapan
fikosianin adalah 652 nm. Semakin tinggi angka absorbansi maka semakin banyak protein yang
ada maka semakin banyak fikosianin yang berhasil diekstrak.

Kadar fikosianin yang diperoleh untuk semua kelompok sebesar 0,011 mg/ml. Jumlah yield
yang diperoleh sebesar 0,069 mg/g untuk seluruh kelompok. Hasil sensoris warna sebelum diberi
dekstrin antara lain biru muda intuk kelompok B1 dan B6, biru tua untuk B2 dan B5, serta biru
sangat tua untuk B3 dan B4. Hasil sensoris setelah ditambah dekstrin dan telah dilakukan
pengeringan dihasilakan warna biru muda untuk semua kelompok. Hal ini sesuai dengan yang
telah dinyatakaan sebelumnya kandungan pigment fikosianin pada spirulina mengakibatkan
spirulina dapat digunakan sebagai pewarna alami yang menghasilkan warna biru.

Menurut Mohammad (2007) Spirulina merupakan biopigmen yang dapat dicampurkan dengan
makan dan minuman tanpa menghasilkan racun. Mikroalgaa ini sangat mudah didapatkan karena
mudah dalam memproduksinya dimana tidak tergantung dengan cuaca. Mikroalga ini mampu
menghasilkan fikosianin dimana fikosianin ini mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Spirulina juga mengandung protein, karbo, asam lemak, kalium, kalsium, vitamin dan mineral.
Fikosianin merupakan bagian dari klorofil a yang juga sebagai pigment fotosintesis dan juga
sebgai protein yang terkandung dalam Spirulina. Fikosianin termasuk dalam fikobiliprotein
dimana menyerap warna merah terang dan memancarkan wara biru terang yang dapat diabsorbsi
secara maksimal pada panjang gelombang 620 nm. Berikut struktur pigmen fikosianin:


Pada jurnal pertama menurut Tiwari dan Pandey (2010) menyatakan bahwa Spirulina maxima
digunakan dalam segala aspek meliputi kesehatan, makanan dan kosmetik. Manipulasi kondisi
lingkungan pertumbuhan alga meningkatkan produksi biomassanya. Kandungan klorofil dalam
biomassa sebesar 63.8% pada pH 9. Spirulina sp. merupakan mikroalga yang mampu melakukan
fotosintesis dimana termasuk dalam golongan cyanobacterium berserabut dan mudah tumbuh
pada lingkungan tropis dan badan subtropics. Spirulina memiliki angka gizi yang tinggi karena
mengandung banyak nutrisi penting yaitu provitamin, mineral, protein dan lemak tak jenuh
ganda asam seperti asam gamma-linolenat. Dari jurnal ini dapat diketahui bahwa Spirulina
meniliki kandungan klorofil yang tinggi maka dengan mengambil pigmen dari spirulina dapa
dijadikan sebagai zat pewarna alami.

Pada jurnal kedua menurut Chauhan dan Pathak (2010) menyatakan bahwa Spirulina yang
merupakan golongan cyanobacteria adalah sumber alternatif pewarna karena memiliki pigmen
klorofil yang dapat digunakaan dalam dunia makanan. Dari Spirulina adakn didapaatkan
beberapa pigmen seperti klorofil, fikosianin, dan karotenoid. Klorofil a yang terdapat pada
spirulina bersifat lebih stabil sehingga sering digunakan sebagai zat pewarna.Selain itu terdapat
fikosianin sebagaai pigment berwarna biru yang digunakan sebagai solusi pewarna biru pada
makan dan minuman di Jepang. Penyataan dari jurnal ini sangat sesuai dengan tujuan praktikum
yaitu membuat pewarna alami yaitu warna biru yan berasal dari pigment fikosianin yang
terdapaat pada spirulina.

Pada jurnal ketiga menurut Chojnacka (2007) menyatakan bahwa mikroalga Spirulina sp.
memiliki pigment yang berwarna biru hijau yang dapat dihunakan sebagai bioabssorben yang
baik bagi logam seperti Cr (III), Cd (II) dan Cu (II). Hal ini sangat berfungsi sekali dalam
menurunnkan kadar logam pada limbah yang dihasilkan oleh peleburan tembaga. Sehingga
selain digunakaan sebagai pewarna, karenaa Spirulina sp. dapat dikonsumsi oleh manusia,
spirulina mampu menurunkan kadar logam dalam tubuh yang telah terakumulasi.

Pada jurnal keempat menurut Kumar dan Murthy (2011) meneliti mengenai pengaruh
konsentrasi Spirulina sebagai ganggang hijau biru dengan ragi Saccharomyches cereviciae pada
kuantitatif parameter kokon. Potein dan vitamin larut air seperti B2, B6, dan C ditemukan dalam
spirulina dan sangat berfungsi dalam membantu pertumbuhan serta berat larva. Dosis spirulina
dan ragi yang digunakan sebesar 300 ppm berisi asam amino dengan jumlah yang maksimal.


3. KESIMPULAN
Spirulina merupakan mikroalga alga hijau biru (blue-green algae) golongan cyano
bakteria.
Spirulina mengandung mengandung beberapa pigmen dimana salah satunya fikosianin
Fikosianin merupakan bagian dari pigment klorofil a yang yang juga digunakan untuk
fotosintesis
Selain merupakan sebuah pigmen fikosianin merupakan protein dalam spirulina
Warna yang dihasilkan dari fikosianin adalah biru
Dengan panjang gelombang 620 nm, fikosianin menyerap warna merah cerah
Untuk mendapatkan supernatan dai spirulina maka dilakukan sentrifugasi
Dekstrin digunakan sebagai filler yang meningkatkan rendemen dan juga untuk
memudahkan dalam penyerapan air
Hasil absorbansi maksimal terdapat pada panjang gelombang 615 nm
Semakin tinggi angka absorbansi maka semakin banyak protein yang ada maka semakin
banyak fikosianin yang berhasil diekstrak.

Semarang, 2 Oktober 2014 Asisten Dosen :
- Agita Mustikadini

(Destya Pisita)
12.70.0170
4. DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Ni Wayan Sri. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Hayati Pigment
Fikobiliprotein dari Ekstrak Spirulina plantesis. Pusat Penelitian Bioteknologi. Bogor.
Chauhan, UK and Neeraj Pathak. 2010. Effect of different conditions on the production of
Chlorophyll by Spirulina platensis. Journal of Algal Biomass Utilization. India.
Chojnacka, Katarzyna. 2007. Bioaccumulation of Cr(III) ions by Blue-Green alga Spirulina sp.
Part I. A Comparison with Biosorption. Sciences Publications. Poland.

Farha, Indah dan Nita Kusumawati. 2012. Pengaruh PVATerhadap Morfologi da Kinerja
Membran Kitosan dalam Pemisahan Pewarna Rodamin B. Universitas Negeri Surabaya.

Igfar, Ahmad. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning (Cucurbita mostacha) dan
Tepung Terigu dalam Pembuatan Biskuit. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Langga, Indah fajarwati, Muh. Restu, dan Tutik Kuswinanti. 2012. Optimalisasi Suhu dan lama
Inkubasi dalam Ekstraksi DNA Tanaman Bitti serta Analisis Keragaman Genetik dengan Teknik
RAPD-PCR. Jurnal Sains dan Teknologi. Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makasar.

Mohammad, Johan. 2007. Produksi dan Karakterisasi Biopigmen Fikosianin dari Spirulina
fusimoris serta Aplikasinya sebagai Pewarna Minuman. IPB. Bogor.

Murthy, CV Narasimha, K. Masthan and T. Raj Kumar. 2011. Beneficial Effects of Blue Green
Algae Spirulina and Yeast Saccharomyces cerevisiae on cocoon Quantitaive Parameters oF
Silkworm Bombyxmori L.Asian Jr. of Microbiol. Biotech. Env. Sc. Vol. 13. India.

Pandey, Jai Prakash and Amit Tiwari. 2010. Optimization of Biomass Production of Spirulina
maxima. Journal of Algal Biomass Utilization. Rewa.
Wijana, Sasinggih, Siti Asmaul Mustaniroh dan Indha Wahyuningrum. 2012. Utilization of Used
Frying Oil in the Making of Soap: Effect of Saponification Time and a Dextrin Concentration.
Universitas Brawijaya. Malang.



5. LAMPIRAN
5.1. Perhitungan
Perhitungan Fikosianin

)




Kelompok B1


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B2


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B3


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g




Kelompok B4


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B5


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B6


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

5.2. Foto Fikosianin
Foto 1. B2, B4, B6
Foto 2. B5, B3, B1
Foto 3. Fikosianin Bubuk
5.3. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai