Anda di halaman 1dari 14

FIKOSIANIN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL


LAUT


Disusun Oleh:
Yohana Christin N.
12.70.0051
Kelompok B1













PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG

2014

1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan fikosianin dapat dilihat pada tabel 1.
Kel
Berat
biomassa
kering (g)
Jumlah aquades
yang ditambah
(ml)
Total filtrat
yang diperoleh
(ml)
OD
615
OD
652

KF
(mg/ml)
Yield
(mg/g)
Warna
Sebelum Sesudah
B1 8 100 50 0.0720 0.0258 0.011 0.069 + +
B2 8 100 50 0.0726 0.0256 0.011 0.069 ++ +
B3 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ +
B4 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 +++ +
B5 8 100 50 0.0726 0.0255 0.011 0.069 ++ +
B6 8 100 50 0.0726 0.0253 0.011 0.069 + +
Dari tabel diatas diperoleh kadar fikosianin pada semua kelompok adalah 0,011 mg/ml, dan yield 0,069 mg/g. Warna sebelum dikeringkan pada
kelompok B1 dan B6 adalah biru muda. Pada kelompok B2 dan B4 didapatkan hasil berwarna biru tua. Dan pada kelompok B3 dan B4 warna
yang didapat adalah biru sangat tua. Sedangkan warna setelah pengeringan pada semua kelompok adalah biru muda.

Keterangan:
Warna:
+ : Biru muda
++ : Biru tua
+++ : Biru sangat tua
2. PEMBAHASAN
Uji sensoris yang paling diutamakan adalah warna yang biasanya sangat diperhatikan oleh
para konsumen. Warna dari makanan dapat diperoleh secara alami maupun sintetis (Winarno
dan Rahayu, 1994). Pewarna alami biasanya didapat dari tumbuhan dan buah-buahan.
Pewarna sintetis biasanya kurang aman untuk dikonsumsi, sehingga hanya digunakan dalam
hal yang sangat mendesak (DeMan, 1997). Warna biru pada makanan merupakan suatu hal
yang baru, untuk mendapat warna biru ini secara alami maupun sintetis. Untuk pewarna
sintetis warna biru yaitu brilliant blue dan indigo carmine. Sementara untuk pewarna biru
alami biasanya berasal dari bunga telang (Downham dan Collin, 2006). Selain dari bunga
telang, pewarna alami biru juga bisa didapat dari mikroalga spirulina yang merupakan alga
hijau biru yang mempunyai pigmen warna fikosianin, yaitu pewarna biru. Pigmen warna ini
dapat larut dalam pelarut polar (Richmond, 1988). Namun pewarna fikosianin ini sensitif
terhadap cahaya, tidak stabil terhadap pH asam, sensitif terhadap panas, dan tidak stabil
dalam larutan yang di-treatment dengan cahaya dan pemanasan. Namun kelebihan dari
fikosianin adalah bersifat antioksidatif, aman, dan dapat menetralisir radikal bebas (Estrada et
al., 2001).

Spirulina platensis merupakan spesies mikroalga bersel tunggal yang mengandung senyawa
kimia dengan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Spirulina termasuk dalam
golongan cyanobacterium mikroskopik berfilamen. Spirulina ini mengandung asam lemak
esensial, protein, vitamin, mineral, serta pigmen warna fikobiliprotein. Spirulina bermanfaat
sebagai antivirus serta antioksidan, dan dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah dan
menurunkan tekanan darah. Kandungan senyawa kimia pada spirulina juga dapat
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta mempertahankan daya imunitas tubuh karena
mengandung senyawa betakaroten (Spolaore et al., 2006). Spirulina ini mempunyai
kandungan asam amino yang tinggi yaitu 62% (Estrada et al., 2001).

Pigmen fikobiliprotein hampir sama dengan struktur bilirubin sehingga mempunyai aktivitas
antioksidan. Pigmen fikosianin pada spirulina ini termasuk dalam mikroalga biru-hijau
(Hirata T., et.al., 2000). Fikosianin berasal dari kata fiko yang berarti alga dan sianin yang
berarti biru dalam bahasa yunani. Fikosianin ini mempunyai rantai tetraphyrroles terbuka
yang berfungsi menangkap radikal oksigen. Struktur rantai ini mirip dengan struktur bilirubin
yang juga bersifat antioksidan (Arlyza, 2005). Kandungan fikosianin tertinggi dalam spirulina
sp. Biasanya mencapai 1-10% dari berat kering spirulina (Burtin, 2003). Pigmen biru
fikosianin dalam spirulina ini sudah memenuhi syarat sebagai pewarna alami setelah melalui
pengujian pengendapan dan pemurnian (Hemlata et al., 2011).

Dekstrin merupakan polisakarida yang berasal dari hidrolisis pati oleh enzim tertentu yang
mempunyai warna putih hingga kuning (Reynold, 1982). Dekstrin mempunyai viskositas
yang rendah. Dekstrin ini dapat mengurangi kehilangan komponen volatil selama proses
pengolahan (Arief, 1987). Dekstrin ini berfungsi membawa bahan pangan aktif seperti flavor
dan pewarna yang membutuhkan sifat yang mudah larut dalam air karena berperan dalam
meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk. Dekstrin juga stabil terhadap suhu panas
sehingga mencegah senyawa volatil hilang (Ribut dan Kumalaningsih, 2004).

Biomasa spirulina dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu dilarutkan dengan aquadestilata
dengan perbandingan 2:25. Dilakukan pengadukan dengan menggunakan stirrer selama
kurang lebih 2 jam. Pengadukan ini bertujuan untuk menghomogenkan senyawa spirulina
dengan akuades sehingga terjadi proses ekstraksi, ekstraksi dengan pelarut polar dapat
mengekstrak senyawa fikobilin dan protein-protein larut air, dan senyawa ini dapat dideteksi
melalui spektrofotometer dengan panjang gelombang berkisar 500-730 nm (arlyza, 2005).
Komponen utama dari pigmen polar fikobilin yaitu fikosianin, allofikosianin, dan fikoeritrin.
Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai daya serapan maksimum yang berbeda-
beda, pada fikosianin berkisar pada panjang gelombang 610 nm 620 nm, pada
allofikosianin 650-652 nm, dan pada fikoeritin panjang gelombang maksimum 540-570 nm
(Prasanna et al., 2010). Kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10
menit. Sentrifugasi ini bertujuan untuk memisahkan senyawa fikosianin hasil ekstraksi dari
solid spirulina, yang juga sesuai dengan prinsip sentrifugasi oleh Kimball (1992).
Supernantan yang diperoleh diukur kadar fikosianinnya dengan menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Hal ini sesuai dengan teori
Eriksen (2008) yaitu untuk pengukuran absorbansi fikosianin dilakukan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Dengan kedua range spektrofotometer ini
kita dapat mengetahui kelarutan serta kemurnian dari fikosianin (Rogers, 1986). Supernantan
itulah yang merupakan ekstrak dari pigmen fikosianin. Lalu supernantan ditambah dengan
dekstrin dengan perbandingan 1:1,25. Setelah tercampur rata, dituangkan ke dalam wadah
untuk dioven. Sesuai dengan teori Estrada et al (2001) yang menyatakan bahwa senyawa
fikosianin tidak tahan terhadap panas sehingga dilakukan penambahan dekstrin untuk
menstabilkan senyawa fikosianin selama pemanasan. Lalu dimasukkan ke dalam oven suhu
45C hingga kering kurang lebih mencapai kadar air sekitar 7%. Setelah dikeringkan maka
akan membentuk adonan kering yang gempal dan dihancurkan dengan alat penumbuk hingga
berbentuk powder.

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh nilai optical density (OD
615
dan OD
652
),
konsentrasi fikosianin, yield fikosianin dan warna dapat dihitung dengan rumus berikut :
Konsentrasi fikosianin (mg/ml) =


Yield =



Hasil yang diperoleh kadar fikosianin pada semua kelompok adalah 0,011 mg/ml, dan yield
0,069 mg/g. Menurut fox (1991), semakin keruh dan pekat larutan yang diabsorbansi,
semakin tinggi angka absorbansi yang dihasilkan. dalam hasil diatas pada semua kelompok
dihasilkan nilai absorbansi yang sama karena sampel spirulina yang sama pada semua
kelompok dan proses ekstraksi fikosianin yang bersamaan untuk semua kelompok. Semakin
keruh sampel, semakin tinggi nilai OD yang diperoleh. Sehingga dapat disimpulkan, jika
konsentrasi fikosianin mengalami peningkatan maka yield juga akan mengalami peningkatan,
yang berarti konsentrasi fikosianin dan yield berbanding lurus dan saling berhubungan.

Warna sebelum dikeringkan pada kelompok B1 dan B6 adalah biru muda. Pada kelompok B2
dan B4 didapatkan hasil berwarna biru tua. Dan pada kelompok B3 dan B4 warna yang
didapat adalah biru sangat tua. Sedangkan warna setelah pengeringan pada semua kelompok
adalah biru muda. Dekstrin berpengarung terhadap warna yang dihasilkan, semakin tinggi
konsentrasi dekstrin yang ditambahkan maka warna fikosianin yang dihasilkan juga akan
semakin pudar. Pada hasil akhir setelah pengeringan, warna fikosianin pada semua kelompok
adalah biru muda, hal ini sesuai dengan teori Arylza (2003) yang menyebutkan bahwa
fikosianin yang dikeringkan akan terjadi pemudaran warna dari warna fikosianin awal
menjadi lebih muda/ lebih pucat.

Menurut jurnal beneficial effects of blue green algae spirulina and yeast saccharomyces
cerevisiae on cocoon quantitative parameters of silkworm bombyx mori l., penambahan
spirulina berpengaruh terhadap berat tunggal kokon (kepompong). Pada konsentrasi 100 ppm,
200 ppm dan 300 ppm mempunyai hasil yang sangat signifikan terhadap kepompong. Pada
konsentrasi spirulina 300 ppm menghasilkan kepompong dengan kualitas yang paling optimal
dengan karakteristik yang paling baik. Dalam spirulina ini diketahui mengandung vitamin C,
B2 dan B6 (Etebari, 2004). Dalam treatment ulat sutera menggunakan spirulina yang
mengandung vitamin dan asam amino, larva yang dihasilkan mengalami peningkatan berat,
serta pada kepompong, cangkang (shell), dan panjang filamen (Govindan et al., 1988).
Sehingga disarankan penambahan 300 ppm spirulina pada pangan ternak ulat sutera. Hal ini
sesuai dengan teori Spolaore et al. (2006) yang menyebutkan bahwa spirulina kaya akan
vitamin dan asam amino.

Dalam jurnal Bioaccumulation of Cr(III) ions by Blue-Green alga Spirulina sp. Part I. A
Comparison with Biosorption membahas bahwa spirulina merupakan bioabsorben yang
baik bagi ion metal, Cr (III), Cd (II) dan Cu (II) (Chojnacka et al., 2004) Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji kinetika dan kesetimbangan bioakumulasi Cr (III) ion
dengan menumbuhkan alga biru-hijau Spirulina sp. Dan didapatkan hasil yaitu dalam proses
bioakumulasi dilakukan untuk menyelidiki penerapan potensi pengolahan air limbah, serta
dalam produksi biologis suplemen pakan mineral. bioakumulasi merupakan metode yang
perspektif, yang dapat digunakan sebagai tahap akhir pengobatan limbah industri yang
tercemar ion logam berat. Bioakumulasi dapat juga digunakan dalam pengayaan biomassa
dengan mikro, untuk menghasilkan bentuk yang sangat terkonsentrasi yang terikat dengan
biomassa dari mikroalga Spirulina (Chojnacka et al., 2001).

Dalam jurnal Effect of different conditions on the production of chlorophyll by Spirulina
platensis membahas mengenai Cyanobacterium Spirulina platensis yang merupakan sumber
alternatif yang menarik dari klorofil pigmen, yang digunakan sebagai warna alami dalam
produk makanan, kosmetik, dan farmasi. Spirulina merupakan sumber protein, vitamin, asam
amino esensial, dan asam lemak (Ciferri dan Tiboni, 1985). Spirulina platensis juga dapat
menjadi sumber alternatif protein untuk keperluan makanan dan pakan. Selain itu, dapat juga
untuk memperoleh pigmen seperti karotenoid, fikosianin dan klorofil (Henrikson, 1989). S.
platensis membutuhkan lebih banyak cahaya untuk fotosintesis dan pertumbuhan sel dari
cyanobacteria lain, karena tumbuh di bawah salinitas dan pH kondisi tinggi (Kebede, et al.,
1996). Dari jurnal ini dapat disimpulkan bahwa spirulina mengandung banyak komponen
yang dapat dimanfaatkan dalam produk kosmetik, farmasi maupun pangan seperti halnya
pewarna biru fikosianin.

Dalam jurnal Production of biomass and nutraceutical compounds by Spirulina platensis
under diVerent temperature and nitrogen regimes membahas bahwa Cyanobacterium
Spirulina platensis telah digunakan oleh manusia karena nutrisinya yang tinggi sebagai obat.
Pada jurnal ini dilakukan evaluasi pengaruh suhu dan konsentrasi nitrogen dalam medium
pada produksi biomassa oleh cyanobacterium ini dan komposisi biomassa senyawa protein,
lipid dan fenolik. Spirulina platensis merupakan plankton cyanobacterium Wlamentous yang
membentuk populasi besar-besaran di tubuh tropis dan subtropis yang memiliki tingkat
karbonat dan bikarbonat dan pH basa nilai hingga 11 (Vonshak, 1997).

Dan pada jurnal yang terakhir yaitu Optimization of Biomass Production of Spirulina
maxima membahas mengenai Spirulina maxima yang diketahui bermanfaat bagi manusia di
hampir semua aspek kehidupan termasuk kesehatan, makanan dan kosmetik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana kombinasi satu set parameter, yaitu suhu,
intensitas cahaya, pH dan agitasi, mempengaruhi produksi maksimum biomassa, klorofil a
dan protein. Melalui memanipulasi kondisi lingkungan dari pertumbuhan alga, seseorang
dapat memodifikasi produksi biomassa. Aerasi merupakan faktor yang sangat penting untuk
produksi Spirulina. Budaya Spirulina maxima dalam labu kerucut memiliki keterbatasan
dalam menyediakan informasi yang lengkap berkaitan dengan pertumbuhan, pengembangan
dan produksi nilai tambah bahan kimia yaitu vitamin, asam amino, asam lemak, protein dan
polisakarida baik secara kuantitas maupun kualitas dan membuang karbon dioksida salah satu
penyebab utama pemanasan global (Capone et al., 1997). Penelitian yang ekstensif telah
dilakukan pada produksi Spirulina maxima hidup di danau garam di daerah tropis (Costa et
al., 2004).
3. KESIMPULAN
Warna dari makanan dapat diperoleh secara alami maupun sintetis
Pewarna alami biasanya didapat dari tumbuhan dan buah-buahan
Untuk pewarna sintetis warna biru yaitu brilliant blue dan indigo carmine
Pewarna biru alami biasanya berasal dari bunga telang
Selain dari bunga telang, pewarna alami biru juga bisa didapat dari mikroalga spirulina
yang merupakan alga hijau biru yang mempunyai pigmen warna fikosianin, yaitu pewarna
biru
Pigmen fikosianin dapat larut dalam pelarut polar
Fikosianin sensitif terhadap cahaya, tidak stabil terhadap ph asam, sensitif terhadap panas,
dan tidak stabil dalam larutan yang di-treatment dengan cahaya dan pemanasan
Kelebihan dari fikosianin adalah bersifat antioksidatif, aman, dan dapat menetralisir
radikal bebas
Spirulina platensis merupakan spesies mikroalga bersel tunggal yang mengandung
senyawa kimia dengan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Spirulina mengandung asam lemak esensial, protein, vitamin, mineral, serta pigmen warna
fikobiliprotein.
Spirulina bermanfaat sebagai antivirus serta antioksidan, dan dapat menurunkan kadar
kolestrol dalam darah dan menurunkan tekanan darah
Kandungan senyawa kimia pada spirulina juga dapat memperbaiki sel-sel tubuh yang
rusak, serta mempertahankan daya imunitas tubuh karena mengandung senyawa
betakaroten
Spirulina mempunyai kandungan asam amino yang tinggi yaitu 62%
Fikosianin berasal dari kata fiko yang berarti alga dan sianin yang berarti biru dalam
bahasa yunani
Fikosianin ini mempunyai rantai tetraphyrroles terbuka yang berfungsi menangkap radikal
oksigen
Kandungan fikosianin tertinggi dalam spirulina sp. Biasanya mencapai 1-10% dari berat
kering spirulina
Dekstrin merupakan polisakarida yang berasal dari hidrolisis pati oleh enzim tertentu yang
mempunyai warna putih hingga kuning
Dekstrin mempunyai viskositas yang rendah
Dekstrin stabil terhadap suhu panas sehingga ini dapat mengurangi kehilangan komponen
volatil selama proses pengolahan
Komponen utama dari pigmen polar fikobilin yaitu fikosianin, allofikosianin, dan
fikoeritrin. Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai daya serapan maksimum
yang berbeda-beda, pada fikosianin berkisar pada panjang gelombang 610 nm 620 nm,
pada allofikosianin 650-652 nm, dan pada fikoeritin panjang gelombang maksimum 540-
570 nm
Untuk pengukuran absorbansi fikosianin dilakukan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 615 nm dan 652 nm. Dengan kedua range spektrofotometer ini kita dapat
mengetahui kelarutan serta kemurnian dari fikosianin
Fikosianin yang dikeringkan akan terjadi pemudaran warna dari warna fikosianin awal
menjadi lebih muda/ lebih pucat
Dekstrin berpengarung terhadap warna yang dihasilkan, semakin tinggi konsentrasi
dekstrin yang ditambahkan maka warna fikosianin yang dihasilkan juga akan semakin
pudar

Semarang, 2 Oktober 2014
Praktikan, Asisten dosen:
- Agita Mustikahandini

Yohana Christin N
12.70.0051
4. DAFTAR PUSTAKA
Arief,M.(1987).Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek.Universitas Gajahmada
Press. Yogyakarta
Arlyza, I.S. 2005. Isolasi pigmen biru phycocyanin dari mikroalga Spirulina platensis.
Oseanol. Limnol. Indonesia
Arylza, IS. (2003). Isolasi pigmen biru fikosianin dari mikroalga Spirulina plantesis. Journal
Oseanologi dan Limnologi di Indonesia
Burtin, P. 2003. Nutritional value of seaweeds. EJEAFChe.
Capone, D.J., Zehr, J.P., Paerl, H.W., Bergman, B. and Carpenter, E.J., 1997.
Trichodesmium, a globally significant marine cyanobacterium.
Chojnacka, K. and A. Noworyta, 2001. Mechanism of heavy metal ions biosorption by a
blue-green alga Spirulina sp. Inz Chem. Procesowa,
Chojnacka, K., A. Chojnacki and H. Grecka, 2004. Biosorption of Cr3+, Cd2+ and Cu2+
ions by blue-green algae Spirulina sp., kinetics, equilibrium and the mechanism of the
process. Chemosphere,
Costa, J.A., Colla, L M. and Duarte, F.P.E., 2004. Improving S. Platensis biomass yield using
a fed-batch process. Bioresour. Technology.
Deman, J.M., 1997, Kimia Makanan, Bandung : Penerbit ITB
Downham, A. & P. Collin. 2006. Coloring of Our Foods in the Last and Next Millennium.
Intl. J. Food Sci.
Eriksen, N.T. 2008. Production of Phycocyanin-a Pigment with Application in Biology,
Biotecnology, Food and Medicine (abstract). J. Appl. Microbiol. Biotechnol. 80 (1): 1-14.
Estrada JEP, Bermejo Bescos P, Villar del Fresno AM. 2001. Antioxidant activity of
different fractions of Spirulina platensis protean extract. Il Farmaco 56
Etebari K., Ebadi R. and Matindoost L. 2004. Effect of feeding mulberry enriched leaves
with ascorbic acid on some biological, biochemical and economical characteristics of
silkworm Bombyx mori L. Int. J. Indust. Entomol.
Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.
Hemlata, G. Pandey, F. Bano. & T. Fatma. 2011. Studies of Anabaena sp. NCCU-9 with
special reference to phycocyanin. J. Algae Biomass Utln.
Hirata, T., Tanaka, M., Ooike, M., Tsunomura, T., Sakaguchi, M. (2000). Antioxidant
activities of phycocyanobilin prepared from Spirulina platensis. Journal of Applied
Phycology.
Kimball JW. 1992. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga
Reynolds, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth.
The Pharmacentical Press. London.
Ribut, S. dan S. Kumalaningsih, 2004. Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku
pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan
Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta.
Richmond, R.B. (1988). Competency and dispersal of planullae larvae of a spawning versus a
brooding coral. Proc. 6th Int. Coral Reef Symp.
Spolaore P., C. Joannis-Cassan, E. Duran, A. Isambet. 2006. Commercial Application of
Microalgae. J. Biosci. Bioeng.
Vonshak, A., 1997. Spirulina platensis (Arthrospira). Physiology, Cellbiology and
Biotechnology. Taylor & Francis, London. ISBN 0-2035- 8670-0.
Winarno, F.G. dan T.S. Rahayu, 1994. Bahan Makanan Tambahan untuk Makanan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
12



5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan Fikosianin

)




Kelompok B1


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B2


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B3


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g




Kelompok B4
13





= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B5


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g

Kelompok B6


= 0,011 mg/ml


= 0,069 mg/g


5.2. Foto

Fikosianin B2, B4, B6 (samping) Fikosianin B2, B4, B6
14




Fikosianin B5, B3, B1 (samping) Fikosianin B5, B3, B1

Fikosianin bubuk
5.3. Laporan sementara
5.4. Diagram alir

Anda mungkin juga menyukai