INDONESIA
TAHUN 2013-2016
SKRIPSI
Disusun oleh:
311528695
YOGYAKARTA
2018
2
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
2016” sepenuhnya karya penulis dengan arahan dari pembimbing dan belum
asli dari penulis sendiri. Tidak terdapat bagian yang merupakan plagiat dari karya
orang lain dan penulis tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi ini kepada Sekolah
3
~ MOTTO ~
"Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya
yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri."
Ibu Kartini -------------------------------------------------------
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
5
PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2013-2016
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio keuangan seperti
earning per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan
price to book value (PBV) terhadap harga saham dengan price earning ratio
(PER) sebagai variabel moderasi pada perusahaan jasa sector keuangan di
Indonesia.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 64 perusahaan jasa sektor
keuangan pada tahun 2013 hingga tahun 2016 yang telah dipilih dengan metode
purposive sampling. Hipotesis diuji menggunakan model persamaan Structural
Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software WarpPLS versi 6.0
untuk windows.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel EPS, NPM, dan PBV
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
harga saham. Sedangkan hanya variable ROE yang memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel
PER tidak terbukti sebagai variabel moderasi karena tidak didukung dengan data
penelitian.
Kata kunci:
Earning per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), price
to book value (PBV), price earning ratio (PER), moderating, harga saham.
6
THE INFLUENCE OF FINANCIAL RATIO TO STOCK PRICE, WITH
PRICE EARNING RATIO AS A MODERATING VARIABLE, IN FINANCIAL
SECTOR COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2013-2016
ABSTRACT
The objective of this research is to test the influence of financial ratios such as
earnings per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), and
price to book value (PBV) on stock prices with price earnings ratio (PER) as
moderating variables in financial sector companies in Indonesia.
Total sample in this research are 64 companies in 2013 to 2016 that
have been selected by purposive sampling method. The hypotheses are tested by
Structural Equation Modeling (SEM) using WarpPLS version 6.0 software for
windows.
The results of this research showed that EPS, NPM, and PBV, together
have a positive and significant effect on stock prices. While only the variable ROE
that has an insignificant influence on stock prices. This study also found that PER
is not proved as moderating variable because it is not supported by research data.
Keywords:
Earnings per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), price
to book value (PBV), price earnings ratio (PER), moderating, stock prices.
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatnya serta bantuan lahir dan batin, sehingga penulis dapat
kuliah. Proses pelaksanaan dan penyelesaian skripsi tidak terlepas dari dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin
dengan sabar dan teliti telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan
8
5. Para dosen dan staf, serta karyawan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN
skripsi.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas kekurangan-
kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
DAFTAR ISI
9
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
MOTTO.................................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
10
2.3.2 Pengaruh ROE terhadap harga saham........................................................40
2.3.5 Pengaruh PER sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara EPS,
CR, NPM, PBV terhadap harga saham...................................................... 44
11
3.6.1.3 Analisis Partial Least Square.....................................................................60
4.3 Pembahasan......................................................................................................90
12
4.3.3 Pengaruh Net Profit Margin terhadap harga saham...................................... 93
4.3.5 Pengaruh Price Earning Ratio yang memoderasi Return on Equity, Earnig
per Share, Net Profit Margin, dan Price to Book Value terhadap harga terhadap
harga saham............................................................................................................95
BAB V PENUTUP.................................................................................................97
5.1 Kesimpulan................................................................................................97
5.3 Saran...........................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................100
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
13
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini, investasi mempunyai peran yang penting
modal saat ini menjadi salah satu cara berinvestasi yang banyak diminati oleh para
tersendiri bagi para investor, karena menjanjikan dua keuntungan dalam investasi
saham pada perusahaan yang go public, yaitu pendapatan dividend dan capital
gain. Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham atas
Saham (RUPS). Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga jual
masa kini, yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau gain pada masa
yang akan datang. Investasi juga dibedakan menjadi dua, yaitu investasi langsung
langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari suatu perusahaan
baik melalui perantara atau dengan cara yang lain, contoh dari investasi langsung
adalah investasi langsung di pasar modal. Investasi langsung juga dapat dilakukan
1
dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva
Definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar
konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan pihak
yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.
Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang
berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari
satu tahun) dan merupakan pasar yang abstrak. Instrumen pasar uang biasanya
terdiri dari berbagai jenis surat berharga jangka pendek, seperti sertifikat deposito,
commercial papper, sertifikat bank indonesi (SBI), dan surat berharga pasar uang
Menurut Law dan Tjun (2011), dalam memulai aktivitas investasi, para
2
kualitatif, yang nantinya akan membantu para investor untuk mengambil
menanamkan modalnya.
laporan keuangan, yaitu berupa data keuangan yang dapat digunakan untuk
menilai kondisi dan kinerja perusahaan dalam periode tertentu, dan dapat
akan datang.
baik di bidang politik, ekonomi, budaya, moneter, dan peraturan yang berlaku di
naik turunnya harga saham yang memberikan dampak positif ataupun dampak
yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu, investor maupun calon investor
asset dan kewajiban perusahaan, besarnya laba yang diperoleh perusahaan, jumlah
saham perusahaan yang beredar, dividen yang dibagikan, arus kas operasi, dan hal
3
yang berkonsentrasi pada hukum supply and demand, yang menyebabkan
kondisi makro ekonomi, maupun informasi lain yang terkait dalam analisis
lain sebagainya. Apabila investor menginginkan analisis yang lebih dalam dan
tuntas, maka harus melibatkan pekerja yang besar dan dilakukan secara kolosal.
Dengan laba tersebut maka dapat dihitung harga saham yang layak. Oleh karena
keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba setelah pajak
(Kurnianto, 2013).
4
ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan
kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa
membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan
sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan
seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan
yang akan datang dari sudut pandang investor adalah dengan melihat sejauh mana
dan meningkatkan laba. Semakin besar keuntungan (laba) maka semakin besar
Menurut Tryfini (2009), price earning ratio (PER) merupakan rasio yang
menunjukkan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih untuk setiap
lembar saham yang beredar. Selain itu PER digunakan untuk menghitung tingkat
kemampuan suatu saham dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini,
Sebaliknya, jika perusahaan memiliki nilai PER yang rendah, maka tinggat
pertumbuhannya dianggap rendah atau kurang bagus, dan PER tidak ada artinya
jika perusahaan memiliki keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami
kerugian. Disamping itu PER yang semakin besar mengindikasikan harga saham
5
perusahaan tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham.
Misalkan suatu saham memiliki PER 10 kali, dapat diartikan harga saham tersebut
10 kali lipat dari EPSnya. Suatu saham yang memiliki PER kecil bagi para
pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut mempunyai harga yang
semakin murah.
Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2002), data laba per saham (EPS)
seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas
perusahaan. EPS menunjukan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham
biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan untuk saham biasa. Karena pentingnya
melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. EPS adalah rasio keuangan
yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham biasa yang beredar, dimana
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka
Rasio ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh sari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
6
mnyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang
mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal
mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable
atau tidak.
market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor
dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai
dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan gambaran potensi pergerakan
harga saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV
pasar) dibagi dengan book value (harga/nilai buku). Jika pada analisis book value
investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, investor dapat
membandingkan langsung book value dengan market value. Melalui rasio PBV
investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham
dihargai dari book value. Setelah mengetahui rasio PBV, investor dapat
bergerak di sektor usaha yang sama. Dengan demikian investor akan mendapat
gambaran mengenai harga saham, apakah market value saham tersebut sudah
saham telah dilakukan oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan bahwa EPS
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Return on Equity (ROE) dan
7
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
harga saham. Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap harga saham. Selain itu dengan analisis Moderated Regression Analysis
Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR)
dengan harga saham. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Aprilia, Ronny, dan Wahono (2016), yang menyimpulkan bahwa Return on Equity
(ROE) berpengaruh positif terhadap harga saham, dan Price Earnings Ratio
(PER) mampu memoderasi hubungan antara Earning per Share (EPS), Return on
Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) dengan harga
saham.
Kurniamto (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, Ronny, dan
Wahono (2016), peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
mengganti variable DER dengan PBV, dan menggunakan metode analisi yang
berbeda, yaitu menggunakan Partial Least Square (PLS) dalam penelitian ini serta
sektor keuangan, dengan menambah rentang tahun yang lebih panjang yaitu 2013-
2016. Oleh karena itu penulis mengambil judul untuk penelitian ini adalah
8
1.2 PERMASALAHAN PENELITIAN
Seperti telah diketahui bahwa harga saham selalu berubah-ubah, oleh karena
yang akan terjadi dengan suatu ukuran kinerja yang dapat menjelaskan nilai dan
Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price Book
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price
to Book Value (PBV) terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor
9
1.3 TUJUAN PENELITIAN
harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh Earning per Share (EPS) perusahaan
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di
Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value
(PBV) terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang
1. Bagi peneliti
10
2. Bagi investor dan calon investor
kepada investor dan calon investor mengenai alat ukur yang dapat
menanamkan modal.
3. Bagi perusahaan
nantinya para investor dan calon investor akan tertarik untuk menanamkan
modalnya.
pembaca, dan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
11
1.5 KONTRIBUSI PENELITIAN
dan Aprilia, Rony, dan Wahono (2016), yang meneliti tentang pengaruh rasio
keuangan terhadap harga saham dengan price earning ratio (PER) sebagai
variabel moderasi. Namun hasil dari kedua penelitian tersebut berbeda. Kurnianto
BAB II
KAJIAN TEORI
12
2.1 LANDASAN TEORI
perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan
informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin,
2005).
Menurut Brigham dan Houston (2001), isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang
pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang
13
Menurut Jogiyanto (2000), informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan
tepat waktu sangat dibutuhkan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis
Earning per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Price to Book Value, Price
Earning Ratio, maupun rasio-rasio lain akan sangat bermanfaat bagi investor
maupun calon investor sebagai salah satu dasar analisis dalam berinvestasi.
akan memberikan sinyal dengan menyajikan laporan keuangan dengan baik agar
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu
informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news).
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka
14
perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan
(expeted rate of return) untuk tingkat risiko tertentu atau meminimumkan tingkat
risiko untuk suatu tingkat hasil tertentu. Portofolio saham-saham semacam itu
disebut efisien. Jadi yang penting bagi investor adalah dampak dari sekumpulan
saham dan bukan expeted performance dari suatu saham tertentu. Oleh karena itu
pengukuran risiko yang relevan bukan total variability dari suatu saham
portofolio tersebut. Ini berarti bahwa dua jenis saham yang masing-masing
mungkin mempunyai risiko yang tinggi, tetapi kalau digabungkan dalam satu
portofolio total, risiko akan menjadi lebih kecil apabila variabilitas dari kedua
sistematik (systematic risk) dan risiko yang tidak sistematik (nonsystematic risk).
dengan harga-harga saham secara umum. Karena risiko yang tidak sistematik
dapat dihilangkan melalui diversifikasi, maka risiko yang sistematik ini sajalah
yang relevan dalam pemilihan portofolio. Ini tentunya tidak berarti bahwa
pengukuran risiko yang tidak sistematik tidak penting bagi beberapa investor yang
15
sekalipun pasar saham tidak akan memberikan imbalan kepada investor yang
positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemodal.
Karena pemodal bersifat tidak menyukai risiko maka mereka baru bersedia
1996).
Hal ini disebabkan karena σ menunjukan seberapa jauh kemungkinan nilai yang
diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (expeted value). Semakin besar
nilai σ semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan,
yang berarti semakin besar risikonya. Sedangkan nilai yang diharapkan tidak lain
kita, maka risiko (σ) portofolio tersebut akan makin banyak bergantung pada beta
semakin tinggi beta, semakin berisiko investasi tersebut, dan semakin besar
16
tingkat keuntungan yang diminta atau disyaratkan oleh para pemodal (Husnan,
1996).
supply and demand, yang akan menyebabkan pergerakan harga. Contoh: laporan
ekonomi, kekuatan politik, kekuatan sosial, dan lain sebagainya. Apabila investor
menginginkan analisis yang lebih dalam dan tuntas, maka harus melibatkan
pekerja yang besar dan dilakukan secara kolosal. Namun dengan adanya internet,
berdasar pada bisnis yang dijalankan emiten. Tujuannya untuk memprediksi laba
yang akan dihasilkan perusahaan publik. Dengan laba tersebut maka dapat
dihitung harga saham yang layak. Oleh karena itu investor sebelum melakukan
investasi, perlu mengetahui kinerja bisnis perusahaan yang dituju dan cara
17
Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering
praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak terlalu rumit, mudah
nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio
approach).
masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya
bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut dimasa
menghasilkan arus kas dimasa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat
ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) dimasa depan
18
Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung
nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan laba
nilai earning untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER (price
earning artio) atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier. PER
menunjukan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukan
berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.
Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukan bahwa harga saham
digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk
dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukan lama investasi pembelian
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis
berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
19
beberapa pihak diluar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan
melaporkan apa yang telah terjadi, tetapi profitabilitas di waktu lalu mungkin
dapat digunakan sebagai indikator profitabilitas dimasa yang akan datang. Dengan
demikian calon pemodal mungkin akan lebih tertarik pada informasi yang terdapat
pada laporan laba rugi. Sedangkan bagi para kreditur, mereka akan lebih
lancar dan proporsi hutang perusahaan. Karena itu analisis keuangan dapat
Menurut Sugiri (2001), pada dasarnya laporan keuangan yang utama terdiri
dari:
terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang, dan modal.
2. Laporan Rugi Laba, merupakan suatu laporan keuangan yang
tertentu. Laporan rugi laba berisi tentang penghasilan, biaya, dan rugi laba
20
3. Laporan Perubahan Modal, merupakan laporan keuangan yang
perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu
pada saat jatuh tempo dan berjaga-jaga terhadap kebutuhan kas yang tidak
terduga. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio, Quick Ratio, dan Net
Working Capital.
2. Rasio Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini terbagi menjadi Debt Ratio,
Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio ini terbagi menjadi Total Asset
21
Margin, Net Profit Margin, Operating Return on Assets, Return on Equity, dan
Operating Ratio.
5. Rasio Pasar, digunakan untuk melihat perkembangan nilai
perusahaan secara relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio ini terbagi
menjadi Dividend Yield, Dividend per Share, Dividend Payout Ratio, Price
Earnings Ratio, Earning per Share, Book Value per Share, dan Price to Book
Value.
Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dalam penelitian ini adalah:
Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2002), data laba per saham
telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor potensial dalam
oleh setiap lembar saham biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan untuk saham
biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian
perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. EPS
adalah rasio keuangan yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham biasa
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki
dengan harapan akan memperoleh pendapatan dividen atau capital gain. Laba
22
biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham
di masa mendatang (Prastowo, 2002). Oleh karena itu, para pemegang saham
tahun, akan tetapi juga dapat menggunakan laporan keuangan pertengahan tahun.
Dalam implementasinya, laba per lembar saham dihitung dengan membagi laba
bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang dari jumlah lembar saham biasa yang
jumlah saham yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap (Kurnianto,
sebagai berikut:
2. Return on Equity
Return on Equity selanjutnya disingkat ROE disebut juga dengan istilah
dimaksud adalah keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba
para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa
membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan
23
sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan
seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan
ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar presentase ROE yang
dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan
berikut:
laba bersi h
ROE=
total modal
Bastian dan Suhardjono (2006) net profit margin yang selanjutnya disingkat
NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar
perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih
yang diperoleh sari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap
Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualana bersih menunjukan
untuk mnyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Hasil dari perhitungan
mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal
24
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable
Price to book value yang selanjutnya disingkat PBV adalah perhitungan atau
perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio
PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value
suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan
secara tidak langsung rasio PBV juga memberikan pengaruh terhadap harga
saham. Jika pada analisis book value investor hanya mengetahui kapasitas per
lembar dari nilai saham, investor dapat membandingkan langsung book value
dengan market value. Melalui rasio PBV investor dapat mengetahui langsung
sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value. Setelah
apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah
(Tryfino, 2009).
dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau
25
lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk membandingkannya,
kedua perusahaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang
harga yang sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata
historisnya,
2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini
Berdasarkan tujuan yang pertama, sebuah harga saham dikatakan sudah terlalu
mahal jika PBV saham tersebut melebihi rata-rata PBV historisnya, dan
sebaliknya. Sebuah saham dikatakan murah atau wajar apabila PBV saham
tersebut saat ini tidak melebihi atau sama dengan rata-rata PBV historisnya.
mahal atau murah berdasarkan perkiraan harga wajarnya. Perhitungan harag wajar
kedepan jauh lebih baik dari sekarang, maka rata-rata PBV yang digunakan
sulit diprediksi atau dalam kondisi moderat (biasa-biasa saja), maka rata-rata
26
3. Asumsi pesimis, jika kita menganggap kondisi ekonomi kedepan
jauh lebih buruk dari sekarang, maka rata-rata PBV yang digunakan adalah
Price earning ratio yang selanjutnya disingkat PER adalah rasio yang
menunjukan hubungan antara harga pasar saham dengan EPS perusahaan. PER
menghasilkan laba (Darmadji, 2001). Semakin tinggi rasio ini, maka perusahaan
dianggap memiliki tinggkat pertumbuhan yang tinggi, dan PER tidak ada artinya
jika perusahaan memiliki keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami
kerugian. Disamping itu PER yang semakin besar mengindikasikan harga saham
perusahaan tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham.
Misalkan suatu saham memiliki PER 10 kali, dapat diartikan harga saham tersebut
10 kali lipat dari EPSnya. Suatu saham yang memiliki PER kecil bagi para
pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut mempunyai harga yang
semakin murah.
hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. Semakin besar PER suatu saham
maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per
27
2002). Menurut Simamora (2000), penghitungan PER dinyatakan dengan
6. Harga Saham
Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama,
yaitu mencari keuntungan atas investasi tersebut. Salah satu keuntungan investasi
saham yaitu mendapatkan capital gain yang berasal dari selisih harga saat
membeli saham dengan harga saat menjual saham, dimana harga saham saat dijual
lebih tinggi dibanding harga saham saat dibeli. Harga saham dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran terhadap saham itu sendiri di pasaran, sehingga harga
saham memiliki keterkaitan dengan pasar suatu saham. Semakin banyak investor
ingin menjual saham tersebut (penawaran) maka harga saham tersebut akan
semakin tinggi. Sebaliknya jika semakin tinggi investor ingin menjual saham
saham (permintaan) maka akan berdampak pada turunnya harga saham (Suharno,
2016).
saham perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin
tinggi laba usaha yang akan diperoleh dan pemegang saham turut menikmati
memiliki saham perusahaan tersebut dan harga saham akan naik (Suharno, 2016).
28
Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan
dalam aktivitas pasar modal, harga saham juga diperhatikan oleh investor atau
calon investor dalam melaksanakan investasi. Semakin kecil nilai harga saham
maka bisa dikatakan bahwa semakin kecil pula nilai suatu perusahaan, sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai harga saham, semakin tinggi pula nilai
suatu perusahaan tersebut (widagdo, 2016). Harga saham yang tinggi juga
capital gain dan keuntungan bagi perusahaan yang memperoleh nama baik di mata
para investor.
Kekuatan pasar sangat menentukan harga suatu saham, karena harga saham
dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Kondisi ini akan membuat harga
saham menjadi tidak tentu, permintaan dan penawaran setiap hari terus berubah.
Jika permintaan saham suatu perusahaan lebih besar, maka harga saham akan
cenderung naik, sedangkan jika penawaran saham lebih besar maka harga saham
sesi 1 perdagangan.
3. Highest price adalah harga tertinggi suatu saham yang pernah terjadi
29
4. Lowest price adalah harga terendah suatu saham yang pernah terjadi
Change price adalah harga yang menunjukan selisih antara opening price dan
last parice.
saham adalah:
emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin baik
emiten dalam posisi baik atau buruk, kita bisa melakukan pendekatan analisis
rasio keuangan.
Faktor hukum permintaan dan penawaran berada pada urutan kedua setelah
Suku bunga ini penting untuk diperhitungkan, karena pada umumnya investor
saham selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Perubahan suku
30
bunga akan mempengaruhi kondisi fundamental perusahaan, karena hampir
4. Valuta asing
Dalam perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satu pun negara
valuta asing, khususnya terhadap US dollar. Ketika dolar naik para investor
Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada kecenderungan
keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi, dan menjadi ukuran kenaikan
Yang dimaksud news and rumors disini adalah semua berita yang beredar di
tengah masyarakat.
31
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
Net Profit Margin, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio terhadap harga
Tabel 2.2.1
Penelitian Terdahulu
32
di Bursa Efek Ratio
Indonesia berpengaruh
signifikan
Return on
Assets
berpengaruh
paling
signifikan
2013 Lidya Pengaruh Return Independen: Return on Asset,
Agustina on Asset (ROA), Return on Asset Earning per
33
dan Sany Earning per Share (ROA), Earning Share
Noviri (EPS), dan tingkat per Share (EPS), berpengaruh
suku bunga SBI dan tingkat suku signifikan
terhadap harga bunga SBI
saham pada Tingkat suku
perusahaan LQ45 Dependen: bunga SBI tidak
yang terdaftar di Harga saham berpengaruh
BEI
2013 Ajeng Dewi Analisi pengaruh Independen: EPS
Kurnianto EPS, ROE, dan CR EPS, ROE, CR berpengaruh
terhadap harga positif dan
saham dengan PER Moderating: signifikan
sebagai variabel PER
moderating pada ROE dan CR
perusahaan LQ45 Dependen: berpengaruh
yang terdaftar di Harga saham negative namun
BEI tidak signifikan
PER bukan
merupakan
variabel
moderating
2015 Wisnu Jana Analisis pengaruh Independen: EVA dan MVA
Prawira rasio Financial, Current Ratio berpengaruh
Economic Value (CR), Debt to positif dan
Added dan Market Equity Ratio signifikan
Value Added pada (DER), Total
harga saham Asset Turnover DER
perusahaan- (TATO), Return berpengaruh
perusahaan yang on Asset (ROA), negatif dan
terdaftar di indeks Economic Value signifikan
LQ45 Added (EVA),
dan Market CR berpengaruh
34
Value Added positif namun
(MVA) tidak signifikan
PER
memoderasi
hubungan
variabel
independen
dengan
dependen
2016 Ida Ayu Pengaruh Earning Independen: Earnings per
Made per Share (EPS), Earnings per Share, Price
Aletheari Price Earnings Share, Price Earnings Ratio,
dan I Ketut Ratio (PER), dan Earnings Ratio, dan Book Value
Jati Book Value per dan Book Value per Share
35
Share (BVPS) per Share berpengaruh
terhadap harga positif
saham pada Dependen:
perusahaan Harga saham
property yang
terdaftar di BEI
2016 Suharno Pengaruh rasio Independen: ROA, TATO,
keuangan terhadap Current Ratio dan PER
harga saham (CR), Debt to berpengaruh
perusahaan fasmasi Equity Ratio signifikan
yang terdaftar di (DER), Return
BEI on Assets CR, dan DER
(ROA), Total tidak
Assets Turnover berpengaruh
(TATO), dan signifikan
Price Earnings
Ratio (PER)
Dependen:
Harga saham
2016 Canda Nur Pengaruh Current Independen: Current Ratio
Widagdo Ratio, Return on Current Ratio, dan Return on
Assets, dan Debt to Return on Assets
Equity Ratio Assets, dan Debt mempunyai
terhadap harga to Equity Ratio pengaruh
saham sektor
infrastruktur, Dependen: Debt to Equity
utilitas, dan Harga saham Ratio tidak
transportrasi yang mempunyai
terdaftar di BEI pengaruh
2017 Giri Wahyu Analisis pengaruh Independen: ROA, EPS, dan
Priambada kinerja keuangan Return on Asset PBV
terhadap harga (ROA), Return mempunyai
36
saham pada on Equity pengaruh positif
perusahaan sektor (ROE), Current yang signifikan
Teknologi di Ratio (CR),
NASDAQ Earning per ROE
Share (EPS), mempunyai
Price Earning pengaruh
Ratio (PER), negatif yang
dan Price to signifikan
Book Value
(PBV) CR dan PER
tidak
Dependen: mempunyai
Harga saham pengaruh yang
signifikan
2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS / KERANGKA PIKIRAN
bermanfaat bagi para pengambil keputusan bagi investor yang akan menanamkan
dananya di pasar modal. Dalam pasar modal, surat berharga yang sering diperjual
belikan adalah saham. Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan
saham tersebut merupakan bagian dari pemilik perusahaan tersebut juga. Dengan
demikian bila seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau
dua macam, yaitu investasi jangka panjang dan trading. Jika investor memilih
untuk berinvestasi jangka panjang maka keuntungan yang akan di dapatkan oleh
37
investor ini adalah pembagian atas sebagian laba perusahaan (dividen). Sedangkan
jika investor memilih investasi untuk trading, maka investor akan memperoleh
return dari saham berupa capital gain atau loss, dimana nilai gain atau loss ini
didapat dari selisih antara harga beli dengan harga jual. Jika harga beli saham
lebih murah dari harga jualnya, maka akan terjadi gain (laba), begitu juga
sebaliknya jika harga beli saham lebih besar dari harga jualnya, maka akan terjadi
loss (rugi), dan biasanya investor jenis ini lebih berkonsentrasi terhadap faktor-
Untuk itu sebelum memulai investasi, baik investasi jangka panjang maupun
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menilai
laporan keuangan suatu perusahaan, antara lain: Earning per Share (EPS), Return
on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV), dan
Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2002), data laba per saham
seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas
perusahaan. Earning per share selanjutnya disingkat EPS, menunjukan laba yang
dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan
untuk saham biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka
38
sebagian perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba
rugi.
menyatakan bahwa dengan sinyal yang diberikan perusahaan maka investor dapat
yang tercermin dalam rasio EPS menunjukkan peningkatan maka minat investor
saham naik (Kurnianto, 2013). Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Setiawan dan Tjun (2010), Law dan Tjun (2011), Kurnianto
(2013), Agustina dan Noviri (2013), Aletheari dan Jati (2016) yang menemukan
bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan
teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
harga saham.
pemilik modal. Menurut Kurnianto (2013) ROE juga merupakan rasio yang
pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE artinya tingkat pengembalian yang
diharapkan investor juga besar, disamping itu dengan semakin besarnya ROE
39
perusahaan dianggap semakin menguntungkan, sehingga akan menambah minat
memberikan sinyal atau informasi kepada pasar maupun kepada para investor.
perusahaan mana yang memiliki kualitas yang baik atau buruk. Pernyataan
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Choiriah, Malavia, dan Wahono (2016)
yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif terhadap harga saham. Namun
harga saham. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Primbada
(2017) yang menunjukan hasil ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
harga saha. Berdasarkan uraian diatas dan adanya ketidak konsistenan yang terjadi
antara penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
harga saham.
40
meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan
tersebut.
cukup berhasil untuk mnyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar
bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Para investor
Dengan mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai apakah perusahaan itu
Hal tersebut sesuai dengan teori portofolio yang menyatakan bahwa dalam
risiko dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemodal. Karena pemodal
bersifat tidak menyukai risiko maka mereka baru bersedia mengambil suatu
memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi, salah satunya dapat dilihat
akan menambah return yang diterima para investor, baik return yang berupa
dividen maupun berupa capital gain. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suciyati (2011), yang menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh
penelitian ini ingin menguji kembali pengaruh NPM terhadap harga saham,
sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
41
H3 : Net profit margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
Mengapa ketiga hal tersebut perlu ditanyakan terutama untuk pertanyaan yang
pertama?
berinvestasi, ada yang ditujukan untuk tabungan jangka panjang, ada pula yang
jangka panjang, maka analisis fundamental yang dilakukan tidak perlu terlalu
spesifik, melainkan hanya melihat pada perusahaan yang memiliki penjualan dan
laba bersih yang selalu meningkat, sedangkan bagi investor yang ingin melakukan
diinvestasikan, maka para investor dapat melihata atau memilih perusahaan yang
yang ketiga, para investor, terutama yang ingin melakukan perdagangan saham
diskon atau tidak, salah satunya dapat menggunakan indikator Price to Book
42
Value yang selanjutnya disingkat PBV. PBV adalah perhitungan atau
perbandingan antara market value dengan book value suatu saham, dimana
1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagankan di harga yang
sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya
2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan
saham, apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah.
Berdasarkan uaraian yang telah dijabarkan diatas, maka hipotesis yang diajukan
harga saham.
harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan
bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Besarnya nilai PER terkadang
menunjukkan seberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan
43
dari earning. Kurnianto (2013) menyatakan semakin tinggi PER maka semakin
tinggi pula harga saham. Harga saham memiliki hubungan dengan PER.
hubungan EPS, ROE, DER, CR terhadap harga saham. Namun berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan bahwa
hubungan antara ROE, DER, dan CR dengan harga saham. Melihat ketidak
share (EPS), Return on Equity (ROE), net profit margin (NPM), price to
Gambar 2.2.2
Kerangka Pemikiran
EPS (X1)
H1
H2
ROE (X2)
H5
PER (Z) H3 HGS (η)
H4
NPM (X3) 44
PBV (X4)
Keterangan gambar 2.2.2:
: Indikator
η : Harga Saham
HA1 = Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
HA2 = Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham.
HA3 = Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
HA4 = Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
45
HA5 = Price Earning Ratio (PER) memoderasi hubungan antara Earning per
Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to
BAB III
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada uji pengruh Earning per Share
(EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Price to Book
Value (PBV) terhadap harga saham. Kemudian penelitian ini juga menguji apakah
Price Earnings Ratio (PER) memoderasi hubungan antara EPS, CR, NPM, dan
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa sektor keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2013 hingga tahun 2016.
46
berkewajiban untuk mempublikasi laporan tahunan yang telah diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik kepada berbagai pihak diluar perusahaan, sehingga data tesebut
tersebut, anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi sampel (Indriantoro dan Supomo, 1999). Metode pemilihan sampel non-
probabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Convenience Sampling dan
Purposive Sampling.
peneliti. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
47
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam penyusunan
Data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokan mejadi tiga jenis, yaitu:
data subyek, data fisik, dan data dokumenter (Indriantoro dan Supomo, 1999).
Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, yaitu jenis data penelitian
yang antara lain berupa: faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau
dalam bentuk laporan program. Dalam penelitian ini, data dokumenter berupa
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 1999). Tipe data sekunder dalam penelitian ini adalah
data eksternal yang dipublikasikan, dimana data ini umumnya disusun oleh suatu
entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Menurut Indriantoro dan
48
Supomo (1999) data sekunder eksternal berdasarkan tipe data yang
dipublikasikan, antara lain dapat berupa: indeks atau pedoman referensi, data
sesnsus, data statistik, data pasar, data industri, direktori perusahaan, dan data
investasi.
Dalam penelitian ini jenis data sekunder eksternal yang digunakan adalah
direktori perusahaan, yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia
laporan tahunan (annual report) yang telah diaudit dan yang dipublikasikan oleh
perusahaan sampel selama tahun 2013 hingga tahun 2016 melalui situs resmi BEI
penelitian.
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Nilai
variabel dapat berupa angka atau atribut yang menggunakan ukuran atau skala
lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
49
mengembangkan cara pengukuran yang lebih baik (Indriantoro dan Supomo,
1999).
laten atau konstrak yang harus diukur dengan indikator atau manifest (Sholohin
dan Ratmono, 2013). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah
variabel laten, karena semua variabel harus diukur dengan indikator tertentu.
Menurut Sholihin dan Ratmono (2013), variabel laten dibagi menjadi dua, yaitu
variabel laten eksogen dan variabel laten endogen. Disamping itu, dalam
Variabel laten eksogen adalah variabel laten yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain diluar model (tidak dikenai anak panah) (Sholihin dan Ratmono,
mempengaruhi operasi dalam suatu model ekonomi dan variabel tersebut tidak
dipengaruhi oleh setiap hubungan yang digambarkan oleh model tersebut. Dalam
penelitian ini yang termasuk dalam variabel eksogen antara lain: Earning per
Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Price to
50
lembar saham (Earning Per Share selanjutnya disingkat EPS). EPS merupakan
salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar
kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. EPS menunjukan laba yang
dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan
untuk saham biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka
rugi.
dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa
mendatang (Prastowo, 2002). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya
tahun, akan tetapi juga dapat menggunakan laporan keuangan pertengahan tahun.
jumlah rata-rata tertimbang dari jumlah lembar saham biasa yang beredar
saham yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap (Kurnianto, 2013).
51
Return on Equity selanjutnya disingkat ROE disebut juga dengan istilah
dimaksud adalah keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba
kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa
membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan
sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan
seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan
ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar presentase ROE yang
dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan
berikut:
l a ba bersi h
ROE=
total modal
52
Bastian dan Suhardjono (2006) net profit margin selanjutnya disingkat
NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar
perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih
untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai
apakah perusahaan itu profitable atau tidak. NPM dapat dirumuskan sebagai
berikut:
perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio
PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value
suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan
secara tidak langsung rasio PBV juga memberikan pengaruh terhadap harga
saham.
PBV dengan saham-saham di industrinya atau yang bergerak di sektor usaha yang
53
sama. Dengan demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga
saham, apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah
h arga pasar sa h am
P BV =
nilai buku sa h am
variabel lain didalam model (dikenai anak panah) (Sholihin dan Ratmono, 2013).
dipengaruhi oleh variabel eksogen. Dalam penelitian ini harga saham merupakan
variabel endogen.
Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan
dalam aktivitas pasar modal, harga saham juga diperhatikan oleh investor atau
calon investor dalam melaksanakan investasi. Semakin kecil nilai harga saham
maka bisa dikatakan bahwa semakin kecil pula nilai suatu perusahaan, sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai harga saham, semakin tinggi pula nilai
saham perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin
tinggi laba usaha yang akan diperoleh dan pemegang saham turut menikmati
54
keuntungan dari penghasilan perusahaan, sehingga banyak investor yang ingin
memiliki saham perusahaan tersebut dan harga saham akan naik (Suharno, 2016).
Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga per lembar
saham biasa perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada saat
terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau hubungan antara
positif atau negative, dalam hal ini tergantung pada variabel moderating. Oleh
mengubah kekuatan atau bahkan arah hubungan dua variabel lain dalam model.
Terdapat dua jenis hubungan moderasi, yaitu kontinu dan kategorikal. Pengaruh
continuous moderating effect dalam model SEM biasanya dilakukan dengan efek
interaksi antar variabel laten predictor dan pemoderasi (Sholihin dan Ratmono,
2013).
55
variabel pemoderasi tersebut berperan sebagai variabel pengelompok (grouping
analysis). Tujuannya adalah membandingkan model yang sama antar sampel yang
hubungan antara harga pasar saham dengan earning per share perusahaan.
Rasio PER ini menunjukan berapa besar investor menilai harga dari saham
terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini
semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga
(Hartono, 2013).
sehingga dalam penelitian ini PER dirumuskan sebagai variabel moderating yang
56
h arga pasar per lembar sa h ambiasa
P ER=
laba per lembar sa h am
Statistika dibagi menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif.
dan penyajian atas suatu kelompok data agar diperoleh informasi yang
yang diperlukan untuk memahami karakteristik data, seperti nilai maksimum, nilai
minimum, nilai rata-rata, ukuran variabilitas data, dan ukuran untuk mengetahui
informasi yang diperoleh dari sampel. Berdasarkan sifat distribusi data yang
Algifari, 2011). Salah satu contoh dari statstik parametik adalah analisis regresi.
mensyaratkan data yang dianalisis berdistribusi tertentu. Dengan kata lain statistik
bebas. Contoh dari statistika nonparametik adalah uji tanda, Wilcoxon rank-sum
57
3.6.1 Analisis Data
3.6.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013). Statistik diskriptif pada dasarnya
ringkasan, pengaturan, atau penyusunan data dalam tabel numerik atau grafik
karakteristik data sampel dari earning per share, return on equity, net provit
margin, price to book value, price earning ratio, dan harga saham. Uji statistik
selanjutnya disingkat MRA merupakan cara umum yang digunakan dalam analisis
58
antara dua variabel independen sebagai variabel moderating, selain itu MRA juga
menghendaki data yang berdistribusi normal dan harus memenuhi syarat uji
asumsi klasik. Hal ini akan menimbulkan hubungan nonlinear sehingga kesalahan
pengukuran dari koefisien estimasi MRA jika mengunakan variabel laten menjadi
tidak konsisten dan bias. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
(Ghozali, 2014).
yang powerfull dan sering disebut juga sebagai soft modeling karena meniadakan
asusi-asumsi OLS (ordinary least square) regresi, seperti data harus terdistribusi
variabel laten. PLS digunakan untuk menguji teori yang lemah dan data yang
lemah seperti jumlah sampel yang kecil atau adanya masalah normalitas data.
variabel laten, PLS juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori. Sebagai
teknik prediksi, PLS mengasumsikan ukuran varian adalah varian yang berguna
59
PLS menggunakan literasi algorithm yang terdiri dari seri OLS (ordinary
least square) sehingga persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk
model yang mempunyai satu arah kausalitas dan menghindarkan masalah untuk
model yang bersifat timbal balik, yang dapat diselesaikan oleh SEM berbasis
covariance. Alogaritma PLS ingin mendapatkan the best weight estimate untuk
setiap blok indikator dari setiap variabel laten. Hasil komponen skor setiap
(Ghozali, 2014).
prediksi. Selain itu tujuan yang hampir sama dengan regresi OLS tersebut, tujuan
Oleh karena itu PLS-SEM dapat dipandang sebagai gabungan regresi dan analisis
sampel kecil dan penyimpangan dari asumsi normalitas multivariat (Sholihin dan
Ratmono, 2013).
Analisis PLS-SEM terdiri dari dua sub model yaitu model pengukuran atau
sering disebut outer model dan model struktural atau sering disebut inner model.
60
Dalam penelitian ini, analisis PLS-SEM dilakukan dengan menggunakan
software Warp Partial Least Square selanjutnya disingkat WarpPLS versi 6.0.
Alasan dipilihnya model analisis PLS terutama WarpPLS dalam peneitian ini
analisis PLS juga tidak menyaratkan adanya jumlah sampel yang banyak, serta
dapat digunakan pada indikator reflektif dan normatif terhadap variabel latennya.
jika terjadi multikolinearitas yang cukup tinggi, dan tersedianya output nilai
kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau
variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga
parameter konstanta dapat dihilangkan dari model. Pada PLS perancangan inner
model dapat menggunakan teori, hasil studi empiris, analogi (hubungan antar
61
variabel pada bidang ilmu lain), maupun normative (misalnya peraturan
yang dapat bersifat reflektif maupun formatif dan berdasarkan teori, hasil studi
Gambar 3.1
Konstruksi Diagram Jalur
: Indikator
62
: Pengaruh variabel
η : Harga Saham
dengan menyusun inner model dan outer model gambar 3.1 dapat disusun dengan
adalah vektor variabel laten exogen, dan ς adalah vektor variabel residual
maka hubungan antara variabel laten, setiap variabel laten dependen η, atau
sering disebut casual chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan
sebagai berikut:
ηj = Ʃi βji ηj + Ʃi γjb ξb + ςj
Dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan
prediktor endogen dan variabel laten exogen ξ dan ς sepanjang range indeks I
63
b. Inner model dengan variabel moderating
η = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5Z + β6 [{X1*Z}] + β7 [{X2*Z}] + β8
[{X3*Z}] + β9 [{X4*Z}] + e
berikut:
x = Ʌxξ + εx
y = Ʌyη + εy
Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel
noise. Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
ξ = Πξx + δξ
η = Πηy + δη
Dimana ξ, η, x dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan
variabel laten dan blok indikator dan δx dan δy adalah residual dari regresi.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan outer model, karena semua
64
indikator atau proxy untuk mengukur variabel tersebut, melainkan dapat
dihitung secara langsung dan diinterpretasikan dengan angka yang pasti serta
estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok
indikatornya (loading), kategori ketiga adalah berkaitan dengan means dan lokasi
parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk
memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan
estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model,
dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta) (Ghozali,
2014).
dengan data penelitian. Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi
atau outer model dengan indikator refleksi dievaluasi dengan convergent dan
65
indikator. Sedangkan outer model dengan format indikator dievaluasi berdasarkan
melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut. Model struktural atau inner
ukuran Stone-Geisser Q Square test dan juga melihat besarnya koefisien jalur
1. Multikolinieritas
adalah, jika nilai AVIF < 5, idealnya < 3,3 maka dapat disimpulkan bahwa
Inner model yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural
pengujian dalam model ini yaitu R-square pada konstruk dependen, dan
66
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-squared untuk
dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam
menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-squared untuk
0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural
2014).
mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga
2014).
67
criterion. Effect size dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu
lemah (0,02), medium (0,15), dan besar (0,35) (Sholihin dan Ratmono,
2013).
AVIF, R-squared, Q-squared, dan effect size adalah dengan melihat average path
adalah jika nilai P-values dari APC < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model
penerimaan kecocokan yang sama dengan APC, yaitu jika nilai P-values dari ARS
< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model cocok dengan data (Ghozali, 2014).
Uji hipotesis adalah suatu alat analisis statistik untuk menguji hipotesis
(dugaan) tentang besaran parameter populasi. Dalam uji hipotesis akan dilakukan
dengan pengujian hipotesis terhadap rata-rata populasi, dan proporsi populasi. Uji
teoritis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang
dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data (Indriantor dan Supomo,
1999).
68
Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS, tanpa
harus memperhatikan beberapa asumsi seperti dalam uji statistik dengan yang
lain, yaitu data tidak harus berdistribusi normal, dan tidak mengasumsikan data
harus dengan skala pengukuran tertentu (Ghozali, 2014). Hipotesis akan didukung
apabila:
dependen memiliki P-values < 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa pengaruh
tambahan satu variabel independen pasti akan meningkatkan nilai R 2, tidak peduli
variabel dependen. Oleh karena itu terdapat kemungkinan bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukan ke dalam model regresi. Sementara itu nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
kedalam model regresi. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk
69
yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapati nilai
adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol (Ghozali, 2016).
0,05, maka model regresi layak atau dengan katalain H0 ditolak dan menerima
HA. Hal tersebut berarti secara individual satu variabel laten eksogen berpengaruh
BAB IV
jasa sektor keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2013 hingga tahun 2016.
Tabel 4.1
70
Penarikan sampel penelitian
Tidak Memenuhi
No Kriteria Akumulasi
Kriteria
Perusahaan jasa sektor keuangan yang
terdaftar di BEI hingga 31 Desember 85
2016.
Perusahaan jasa sektor keuangan yang
1 terdaftar di BEI 2013-2016 yang telah 1
delisting.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan
2 laporan keuangan yang telah diaudit di 0
BEI periode 2013-2016.
Perusahaan yang tidak menggunakan
3 mata uang Rupiah dalam penyusunan 0
laporan keuangannya.
Perusahaan yang informasi untuk
4 menghitung rasio-rasio dalam penelitian 5
ini kurang/atau tidak lengkap.
Perusahaan yang melakukan Initial
5 15
Public Overing (IPO) diatas tahun 2013.
Jumlah perusahaan jasa sektor keuangan
21
yang tidak memenuhi kriteria sampel
Jumlah perusahaan sampel 64
Sampel yang digunakan tahun 2013-2016 256
Data outlier 12
Sampel yang digunakan setelah outlier 244
Sumber: Indonesia Stock Exchange yang diolah, 2017
tahun, sehingga terdapat 256 data. Namun terdapat data outlier sebanyak 12 data,
71
4.2.1 Analisis Data
Berikut ini dijelaskan gambaran atau diskripsi dari seluruh data variabel yang
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
HARGA Valid N
EPS ROE NPM PBV PER
SAHAM (listwise)
N Statistic 244 244 244 244 244 244 244
Range Statistic 1226.1172 1.7594 6.8000 18.7297 386.6298 5.7366
Minimum Statistic -233.5210 -1.4590 -4.3988 -6.0811 -82.9924 3.9120
Maximum Statistic 992.5962 .3004 2.4012 12.6486 303.6374 9.6486
Sum Statistic 27450.5655 19.0297 34.3334 328.0637 6329.4269 1557.811
Mean Statistic 112.502318 .077991 .140711 1.344523 25.940274 6.384471
Std.
12.0447008 .0096296 .0300649 .0915588 2.8290540 .0879567
Error
Std.
Statistic 188.144241 .1504192 .4696290 1.430195 44.191236 1.373928
Deviation
Variance Statistic 35398.255 .023 .221 2.045 1952.865 1.888
Skewness Statistic 2.266 -5.789 -4.293 2.362 2.720 .296
Std.
.156 .156 .156 .156 .156 .156
Error
Kurtosis Statistic 5.451 49.630 43.779 21.132 10.769 -.675
Std.
.310 .310 .310 .310 .310 .310
Error
Sumber: Output SPSS, 2017
72
Banyaknya data (N) adalah 244 yang terdiri dari 65 perusahaan jasa sektor
EPS yang terbesar (maksimum) sebesar 992,5962 yang dimiliki oleh Bank Rakyat
Indonesia Persero pada tahun 2013 dengan laba bersih sebesar 24.241.650 (dalam
jutaan rupiah) dan dengan jumlah lembar saham yang beredar sebesar
yang dimiliki oleh Bank Permata Tbk pada tahun 2016 dengan rugi sebesar
6.483.084 (dalam jutaan rupiah) dan dengan jumlah lembar saham yang beredar
dengan nilai minimum (range) untuk variabel EPS adalah 1.226,1172. Data
seluruh rasio EPS dari 244 data tersebut berjumlah (sum) 27.450,5655 dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 112,5023 dan standar deviasi sebesar 188,1442.
Nilai standar deviasi yang lebih besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan
bahwa sebaran data kecil, sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar antara
Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Jika rasio kemencengan berkisar antara -2 samapai dengan +2 maka secara
demikian dapat disimpulkan 244 data EPS tidak berdistribusi normal. Besarnya
73
koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah 5,451 dengan kesalahan standar
standar keruncingan. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Jika rasio keruncingan berkisar antara -2 samapai
17,5839 berada jauh ditas 2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data EPS
Data ROE yang terbesar (maksimum) sebesar 0,3004 yang dimiliki oleh
Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk pada tahun 2013 dengan laba bersih sebesar
90,692 (dalam jutaan rupiah) dan dengan total modal 321,901 (dalam jutaan
rupiah). Data ROE yang terkecil (minimum) sebesar -1,4590 yang dimiliki oleh
Onix Capital Tbk pada tahun 2013 dengan rugi sebesar 29.552.307.690 dan
dengan total modal sebesar 20.254.610.933, dengan demikian selisish antara nilai
maksimum dengan nilai minimum (range) untuk variabel ROE adalah 1,7594.
Data seluruh rasio ROE dari 244 data tersebut berjumlah (sum) 19,0297, dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0779 dan standar deviasi sebesar 0,1504. Nilai
standar deviasi yang lebih besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa
sebaran data kecil, sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar antara nilai
74
kemencengan ROE adalah -5,789/0,156 = -37,1090. Besarnya rasio kemencengan
-37,1090 berada jauh dibawah -2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data
adalah 49,630 dengan kesalahan standar keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah
berada jauh ditas 2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data ROE tidak
berdistribusi normal.
Data NPM yang terbesar (maksimum) sebesar 2,4012 yang dimiliki oleh
Danasupra Erapacific Tbk pada tahun 2016 dengan laba bersih setelah pajak
sebesar 8.844.480.929 dan total penjualan 3.683.399.800. Data NPM yang terkecil
(minimum) sebesar -4,3988 yang dimiliki oleh Onix Capital Tbk pada tahun 2013
dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai minimum (range)
untuk variable NPM adalah 6,8000. Data seluruh rasio NPM dari 244 data
tersebut berjumlah (sum) 34,3334, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1407
dan standar deviasi sebesar 0,4696. Nilai standar deviasi yang lebih besar daripada
kesenjangan yang cukup besar antara nilai NPM terendah dengan yang tertinggi.
-27,5192. Besarnya rasio kemencengan -27,5192 berada jauh dibawah -2. Dengan
demikian dapat disimpulkan 244 data NPM tidak berdistribusi normal. Besarnya
75
koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah 43,779 dengan kesalahan standar
Data PBV yang terbesar (maksimum) sebesar 12,6486 yang dimiliki oleh
Kresna Graha Investama Tbk pada tahun 2016 dengan harga saham penutupan
sebesar 468 dan nilai buku perusahaan akhir tahun (sebesar total ekuitasnya)
dimiliki oleh Onix Capital Tbk pada tahun 2013 dengan harga saham penutupan
sebesar 450 dan nilai buku perusahaan akhir tahun (sebesar total ekuitasnya)
minimum (range) untuk variabel PBV adalah 18,7297. Data seluruh rasio PBV
dari 244 data tersebut berjumlah (sum) 328,0637 dengan nilai rata-rata (mean)
sebesar 1,3445 dan standar deviasi sebesar 1,4302. Nilai standar deviasi yang
lebih besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data kecil,
sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar antara nilai PBV terendah
2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data PBV tidak berdistribusi normal.
76
perhitungan tersebut, besarnya rasio Keruncingan PBV adalah 21,132/0,310 =
Data PER yang terbesar (maksimum) sebesar 303,6374 yang dimiliki oleh
Pacific Strategic Financial Tbk pada tahun 2015 dengan harga saham penutupan
sebesar 660 dan nilai EPS nya sebesar 2,1736. Data PER yang terkecil (minimum)
sebesar -82,9924 yang dimiliki oleh Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2015
dengan harga saham penutupan sebesar 2.050 dan nilai EPS nya sebesar -43,3172,
dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai minimum (range)
untuk variabel PER adalah 386,6298. Data seluruh rasio PER dari 244 data
25,9403 dan standar deviasi sebesar 44,1912. Nilai standar deviasi yang lebih
besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data kecil, sehingga
terdapat kesenjangan yang cukup besar antara nilai PER terendah dengan yang
2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data PER tidak berdistribusi normal.
77
Harga saham yang terbesar (maksimum) sebesar 9,6486 yang dimiliki oleh
Bank Central Asia Tbk pada tahun 2016 dengan harga saham penutupan sebesar
15.500. Harga saham yang terkecil (minimum) sebesar 3,9120 yang dimiliki oleh
HD Capital Tbk pada tahun 2016 dengan harga saham penutupan sebesar 50,
dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai minimum (range)
untuk variabel harga saham adalah 5,7366. Data seluruh harga saham dari 244
data tersebut berjumlah (sum) 1.557,8110 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
6,3845 dan standar deviasi sebesar 1,3739. Nilai standar deviasi yang lebih kecil
daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data besar, sehingga tidak
terdapat kesenjangan yang cukup besar antara harga saham terendah dengan yang
-2 dan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data harga saham
diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data harga saham
berdistribusi normal.
78
Program WarpPLS dapat mengidentifikasi hubungan nonlinier antara
variabel laten dan mengkoreksi nilai koefisien jalur berdasar hubungan tersebut.
dalam analisis SEM. Oleh karena itu, sering koefisien jalur yang berhubungan
dengan efek nyata yang kuat dapat menjadi lebih tinggi daripada yang diestimasi
oleh software SEM lain. Bahkan dalam beberapa kasus dari tidak signifikan
mejadi signifikan pada nilai p kurang dari 1% (Solihin dan Ratmono, 2013).
tidak diperlukan. Model evaluasi PLS bedasarkan pada pengukuran prediksi yang
WarpPLS adalah mode pengukuran atau outer model dan model struktural atau
1. Multikolinieritas
average block variaance inflation factor yang selanjutnya disingkat AVIF. Jika
79
nilai AVIF lebih kecil dari 5, idealnya 3,3 menandakan tidak adanya
Tabel 4.3
Coefficient
Average blok VIF 1,683
Sumber: Output WarpPLS, 2017
Dari tabel 4,3 dapat diketahui bahwa nilai dari AVIF sebesar 1,683, yang
berarti lebih kecil dari 5 mapun 3,3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas antar variabel laten eksogen,
Menilai inner model adalah melihat hubungan antara konstruk laten dengan
inner model.
Dalam menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-squared
sebesar 0,67; 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model
80
struktural mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, “lemah”
(Ghozali, 2014). Berikut ini adalah hasil dari kontribusi R-squared yang
Tabel 4.4
R-squared contributions
Coefficients P-values
R-squared 0,721 <0,001
Sumber: Output WarpPLS, 2017
model penelitian ini adalah sebesar 0,721 (baik). Nilai R-squared dapat
equity, net profit margin, dan price to book value sebesar 72,1% dan
sisanya sebesar 27,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam
penelitian ini.
dipengaruhi (Sholihin dan Ratmono, 2013). Berikut adalah hasil dari nilai
81
Tabel 4.5
Coeffcients
Q-squared 0,701
Sumber: Output WarpPLS, 2017
Berdasarkan data dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Q-squared
sebesar 0,701 yang lebih besar dari nol sehingga dapat disimpulkan
yang lemah (0,02), medium (0,15), atau besar (0,35) pada tingkat
struktural. Nilai dari effect size dalam penelitian ini disajikan dalam tabel
4.6 berikut.
Table 4.6
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai effect size untuk
variabel EPS sebesar 0,494 > 0,35 sehingga dapat disimpulkan bahwa EPS
82
setiap variabel laten prediktor pada nilai R-squared variabel kriterion.
Untuk variabel ROE memiliki nilai effect size 0,043 < 0,15. Dapat
nilai effect size sebesar 0,024 < 0,15 yang diartikan mempunyai nilai
variabel PBV yang memiliki nilai effect size tergolong medium yaitu
sebesar 0,153 > 0,15. Namun untuk hasil effect size variabel PER, ROE,
menunjukan adanya kontribusi yang lemah karena memiliki effect size <
dalam mengukur goodness fit suatu model penelitian, bisa juga menggunakan
APC dan average R-squared selanjutnya disingkat ARS yang memiliki keriteria
kecocokan model yang sama, yaitu jika nilai P-values dari APC dan ARS < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa model cocok dengan data. Nilai dari APC dan
ARS dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7
83
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai P-values APC dan ARS masing-
masing sebesar 0,003 dan < 0,001. Kedua angka tersebut masih dibawah 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini cocok dengan data
yang digunakan.
Tabel 4.8
Nilai adjusted R2 yang tercantum dalam tabel 4.8 Adalah 0,712. Hal tersebut
menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dapat menjelaskan besarnya pengaruh earning per share, return on equity, net
profit margin, dan price to book value terhadap harga saham dengan price
84
earning ratio sebagai variabel moderasi adalah 71,2%, sedangkan sisanya 28,8%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak ada dalam model regresi.
earning per share, return on equity, net profit margin, dan price to book value
terhadap harga saham dengan cara membandingkan P-values dari setiap variabel
laten eksogen maupun moderasi terhadap variabel laten endogen. Nilai dari P-
values setiap variabel laten dapat dilihat pada gambar 4.2.2.2.1 dan tabel 4.9.
Gambar 4.2.2.2.1
85
Tabel 4.9
Path coefficients
PER* PER* PER* PER*
EPS ROE NPM PBV
EPS ROE NPM PBV
HG.SH
0,641 0,075 0,126 0,303 -0,038 0,039 -0,008 0,007
M
P-values
PER* PER* PER* PER*
EPS ROE NPM PBV
EPS ROE NPM PBV
HG.SH
<0,001 0,117 0,023 <0,001 0,276 0,271 0,453 0,459
M
Sumber: Output WarpPLS, 2017
H01 = Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan tidak signifikan
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai Path coefficients variabel
EPS sebesar 0,641 dengan P-values adalah < 0,001 lebih kecil dari nilai
coefficients yang bernilai positif dan memiliki P-values < dari tingkat
signifikansi sebesar 0,05. Karena P-values variabel EPS < 0,05 maka H1
yang menyatakan bahwa Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan
86
b. Pengaruh return on equity terhadap harga saham
values dari variabel ROE terhadap harga saham adalah 0,117 lebih besar
dari nilai signifikansi sebesar 0,05. Karena P-values > 0,05 maka H2
H03 = Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan tidak signifikan
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa nilai Path coefficients variabel NPM
sebesar 0,126 yang menunjukan nilai positif, dengan nilai P-values sebesar
0,023 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05. Karena P-values <
87
H04 = Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan tidak
variabel PBV sebesar 0,303 yang menunjukan nilai positif, dengan nilai P-
values sebesar < 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05.
Karena P-values < 0,05 maka H4 yang menyatakan bahwa Price to Book
diterima.
HA5 = Price Earning Ratio (PER) memoderasi hubungan antara Earning per
Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price
per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),
Berdasarkan pada tabel 4.9 diketahui bahwa nilai P-values dari masing-
yaitu PER, semuanya menghasilkan nilai P-values yang lebih besar dari nilai
variabel laten eksogen yang telah dimoderasi > 0,05 maka H5 ditolak dan
menerima H0, dan dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio (PER) tidak
88
(ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV) terhadap harga
saham.
4.3 Pembahasan
parsial untuk hubungan variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen
hanya variabel return on equity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Sementara itu hubungan antara variabel laten eksogen yang telah
semuanya menunjukan hasil P-values yang lebih besar dari tingkat signifikansi,
terhadap harga saham. Oleh karena itu H1 yang menyatakan bahwa earning per
share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima.
perusahaan, yang tercermin pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi,
maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah
berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik. Jadi semakin
setiap lembar saham juga akan semakin besar, keuntungan yang besar menarik
89
minat investor untuk memiliki saham tersebut. Permintaan yang besar terhadap
oleh Setiawan dan Tjun (2010), Suciyati (2011), Sia dan Tjun (2011), Agustina
dan Noviri (2013), Kurnianto (2013), Aprilia, Rony, dan Wahono (2016), dan
Priambada (2017) yang menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu H2 yang menyatakan bahwa
return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham ditolak.
seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata
lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Rasio ini
dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas. Semakin tinggi hasil
pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya,
semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
90
Secara kasat mata memang return on equity memperlihatkan efesiensi
hutang besar akan luput dari indikator ini. Oleh karena itu banyak investor pula
yang tidak menggunakan ROE dan menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai
dilakukan oleh Aprilia, Rony, dan Wahono (2016) dan Suciyati (2011) yang
saham. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang
negatif namun tidak signifikan terhadap harga saham, dan penelitian yang
signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, H3 yang menyatakan bahwa net
profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima.
besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan
membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung
sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban
91
pajak penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum beban pajak penghasilan
disini adalah laba operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu
dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain. Semakin tinggi marjin laba bersih
berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal
semakin rendah marjin laba bersih berarti semakin rendah pula laba bersih yang
dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini disebabkan karena rendahnya laba
dilakukan oleh Suciyati (2011), yang menyatakan bahwa net profit margin tidak
terhadap harga saham. Oleh karena itu, H4 yang menyatakan bahwa price to book
Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa
kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Book value atau nilai
buku adalah nilai dari ekuitas dibagi jumlah saham yang ada. Bisa dikatakan book
value adalah nilai ekuitas per saham. Ekuitas itu sendiri didapatkan dari selisih
jumlah aset dikurangi liabilitas. Secara teori ini adalah nilai yang akan didapatkan
oleh pemilik saham bila perusahaan dilikuidasikan. Jadi nilai book value sangat
berarti untuk melihat imbal hasil dari investasi. Setelah mengetahui rasio PBV,
92
industrinya atau yang bergerak di sektor usaha yang sama. Dengan demikian
investor akan mendapat gambaran mengenai harga saham, apakah market value
saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah (Tryfino, 2009).
Saham yang memiliki rasio PBV yang besar bisa dikatakan memiliki valuasi
memiliki valuasi yang rendah alias (undervalue). Pada dasarnya ketika kita
membeli suatu saham yang nilai PBVnya kurang dari 1,0 kita untung ketika
membelinya karena kita membeli saham yang nilai ekuitasnya lebih besar
daripada yang kita bayarkan yang berarti kita mendapatkan diskon dari nilai
realnya.
dilakukan oleh Priambada (2017) yang menyatakan bahwa price to book value
Equity, Earning per Share, Net Provit Margin, dan Price to Book Value
variabel yang memoderasi antara variabel laten eksogen terhadap variabel laten
endogen, hal ini dikarenakan data penelitian pada perusahaan jasa sektor
rentang tahun 2013 hingga tahun 2016 banyak yang mengalami kerugian, padahal
teori menyebutkan bahwa PER tidak ada artinya jika perusahaan memiliki
93
keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami kerugian. Berbeda jika
yang memiliki kinerja yang paling baik sehingga sudah pasti menghasilkan laba
yang tinggi. Oleh karena itu H5 yang menyatakan bahwa price earning ratio yang
memoderasi return on equity, earning per share, net provit margin, dan price to
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER tidak ada artinya jika
kerugian. Disamping itu PER yang semakin besar mengindikasikan harga saham
perusahaan tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham.
Misalkan suatu saham memiliki PER 10 kali, dapat diartikan harga saham tersebut
10 kali lipat dari EPSnya. Suatu saham yang memiliki PER kecil bagi para
pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut mempunyai harga yang
semakin murah.
oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan bahwa variabel PER bukan merupakan
terhadap harga saham. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Aprilia, Rony, dan Wahono (2016) yang
variabel dependen.
94
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
saham.
harga saham.
saham.
saham
Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),
95
5.2 Keterbatasan Penelitian
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar diperoleh hasil yang lebih baik.
terhadap harga saham, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan empat
variabel laten eksogen yaitu earning per share, return on equity, net profit
margin, price to book value, satu variabel laten endogen yaitu harga saham
dan satu variabel yang dirumuskan sebagai variabel moderating yaitu price
earning ratio.
5.3 Saran
penelitian ini, maka hasil penelitian ini memberikan saran-saran agar peneliti
selanjutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Saran-saran tersebut antara lain:
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham adalah earning per share,
96
2. Bagi perusahaan, perusahaan perlu meningkatkan kinerja keuangannya
agar dapat meningkatkan harga saham, dengan cara menggunakan biaya dan
selain earning per share, return on equity, net profit margin, price to book
value sebagai variabel independen dan price earning ratio sebagai variabel
(TATO), Return on Asset (ROA), Economic Value Added (EVA), dan Market
Value Added (MVA) dan lain sebagainya yang secara teori terbukti memiliki
dari penelitin ini agar diperoleh variasi data yang lebih banyak. Penelitian
97
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Lidya dan Sany Noviri. 2013. Pengaruh Return on Asset (ROA),
Earning per Share (EPS), dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. Bandung: Universitas Kristen
Maranatha.
Aletheari, Ida Ayu Made dan I Ketut Jati. 2016. Pengaruh Earning per Share
(EPS), Price Earnings Ratio (PER), dan Book Value per Share (BVPS)
terhadap harga saham pada perusahaan property yang terdaftar di BEI. Bali:
Universitas Udayana.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Astutik, Esti Puji. 2005. Pengaruh Erning per Share, Price Earning Ratio, dan
Debt to Equity ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti yang
Terdaftar di BEJ. Semarang: UNS.
98
Bastian, Indra, dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Choiriah, Aprilia Nur dkk. 2016. Analisis pengaruh EPS, ROE, DER, dan CR
terhadap harga saham dengan PER sebagai variabel moderating pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. Malang: UNISMA.
Kurnianto, Ajeng Dewi. 2013. Analisis Pengaruh EPS, ROE, DER, dan CR
terhadap Harga Saham dengan PER sebagai Variabel Moderating.
Semarang: UNDIP
Habib, Arief. 2011. Teori dan Aplikasi Analisis Teknikal. Jawa Tengah: Naked
Investasi.
Hery. 2017. Kajian Riset Akuntansi, Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini
dalam Bidang Akuntansi dan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.
99
Husnan, Saud. 2015. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Prawira, Wisnu Jana. 2015. Analisis pengaruh rasio Financial, Economic Value
Added dan Market Value Added pada harga saham perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di indeks LQ45. Yogyakarta: STIE YKPN.
Setiawan, Alvin dan Lauw Tjun Tjun. 2010. Pengaruh Earnings per Share (EPS),
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Arus Kas Operasi terhadap harga saham
emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Bandung: Universitas Kristen
Maranatha.
Sholihin, Mahfud dan Dwi Ratmono. 2013. Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS
3.0. Yogyakarta: Andi.
Sihombing, Gregorius. 2008. “Kaya dan Pinter Jadi Trader & Investor Saham”.
Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas.
Sia, Vice law Ren dan Lauw Tjun Tjun. 2011. Pengaruh Current Ratio (CR),
Earnings per Share (EPS), dan Price Earnings Ratio (PER) terhadap harga
saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Bandung:
Universitas Kristen Maranatha.
100
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II.
Jakarta: Salemba Empat.
Suciyati, Tri. 2011. Pengaruh ROA, ROE, NPM, dan EVA Terhadap Harga Saham
Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Tjun, Lauw Tjun dan Vice Law Ren Sia. 2011. Pengaruh Current Ratio, Earning
per Share, dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham. Bandung:
Universitas Kristen Maranatha.
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Widigdo, Nur, Candra. 2016. Pengaruh Current Ratio, Return on Assets, dan Debt
to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan
Transportasi yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Yogyakarta: STIE
YKPN.
Zaenal Arifin, 2005. Teori Keuangan dan Pasar modal. Yogyakarta: Ekonisia.
101
102