Anda di halaman 1dari 115

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM

DENGAN PRICE EARNING RATIO SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN DI BURSA EFEK

INDONESIA

TAHUN 2013-2016

SKRIPSI

Disusun oleh:

AHMAD WAHYU PRASETYO

311528695

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA

YOGYAKARTA

2018
2
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan Ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “PENGARUH RASIO

KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN PRICE EARNING

RATIO SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN

JASA SEKTOR KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-

2016” sepenuhnya karya penulis dengan arahan dari pembimbing dan belum

pernah diajukan kepada perguruan tinggi manapun dan instansi manapun.

Penulis skripsi didasrkan pada hasil penelitian, pemikiran, dan pemaparan

asli dari penulis sendiri. Tidak terdapat bagian yang merupakan plagiat dari karya

orang lain dan penulis tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi ini kepada Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta.

Yogyakarta, 31 Januari 2018

Ahmad Wahyu Prasetyo


NIM: 311528695

3
~ MOTTO ~
"Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya
yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri."
Ibu Kartini -------------------------------------------------------

"Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena


mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena
mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu
untuk menunggu inspirasi."
Ernest Newman
--------------------------------------------------

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka


melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang
harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak."
Aldus Huxley -----------------------------------------------------

"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut


dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan
keyakinan yang teguh."
Andrew Jackson -------------------------------------------------

"Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat


kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada
sebelumnya."
Alexander Pope -------------------------------------------------

"Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi


tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri."
Muhammad Ali --------------------------------------------------

4
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orangtua, yaitu Ibu Atik

Nuryani, S.pd, ibu Indrawati dan Bapak Asmuri yang dengan

sabar dan tulus memberikan doa, kasih sayang, motivasi, serta

bantuan finansiala maupun non finansial kepada penulis,

khususnya selama proses penyusunan skripsi.

Kakak saya Ahmad Agus Arifin yang telah memberikan doa

dan bantuan selama penulis menyusun skripsi.

Sahabat-sahabat saya di alih jalur yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu-persatu, yang telah saling memberikan dukungan

moral selama penulis menyususn skripsi.

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM


DENGAN PRICE EARNING RATIO SEBAGAI VARIABEL MODERATING

5
PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR KEUANGAN DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2013-2016

Ahmad Wahyu Prasetyo


Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rasio keuangan seperti
earning per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), dan
price to book value (PBV) terhadap harga saham dengan price earning ratio
(PER) sebagai variabel moderasi pada perusahaan jasa sector keuangan di
Indonesia.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 64 perusahaan jasa sektor
keuangan pada tahun 2013 hingga tahun 2016 yang telah dipilih dengan metode
purposive sampling. Hipotesis diuji menggunakan model persamaan Structural
Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software WarpPLS versi 6.0
untuk windows.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel EPS, NPM, dan PBV
secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
harga saham. Sedangkan hanya variable ROE yang memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel
PER tidak terbukti sebagai variabel moderasi karena tidak didukung dengan data
penelitian.

Kata kunci:
Earning per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), price
to book value (PBV), price earning ratio (PER), moderating, harga saham.

6
THE INFLUENCE OF FINANCIAL RATIO TO STOCK PRICE, WITH
PRICE EARNING RATIO AS A MODERATING VARIABLE, IN FINANCIAL
SECTOR COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2013-2016

Ahmad Wahyu Prasetyo


Program Studi Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta

ABSTRACT
The objective of this research is to test the influence of financial ratios such as
earnings per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), and
price to book value (PBV) on stock prices with price earnings ratio (PER) as
moderating variables in financial sector companies in Indonesia.
Total sample in this research are 64 companies in 2013 to 2016 that
have been selected by purposive sampling method. The hypotheses are tested by
Structural Equation Modeling (SEM) using WarpPLS version 6.0 software for
windows.
The results of this research showed that EPS, NPM, and PBV, together
have a positive and significant effect on stock prices. While only the variable ROE
that has an insignificant influence on stock prices. This study also found that PER
is not proved as moderating variable because it is not supported by research data.

Keywords:
Earnings per share (EPS), return on equity (ROE), net profit margin (NPM), price
to book value (PBV), price earnings ratio (PER), moderating, stock prices.

7
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmatnya serta bantuan lahir dan batin, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi “PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP

HARGA SAHAM DENGAN PRICE EARNING RATIO SEBAGAI

VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN JASA SEKTOR

KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2016” dengan

baik dan lancar.

Skripsi ini merupakan bagian implementasi ilmu yang diperoleh selama

kuliah. Proses pelaksanaan dan penyelesaian skripsi tidak terlepas dari dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan termakasih kepada:

1. Bapak Haryono Subiyakto, Dr, M.Si. Selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ekonomi YKPN Yogyakarta.


2. Bapak Baldric Siregar, Dr, MBA, CMA, Ak, CA. Selaku dosen wali yang

telah memberikan arahan mengenai prosedur pemilihan mata kuliah skripsi

serta mempermudah prosedural hingga ujian pendadaran selesai.


3. Ibu Theresia Trisanti, Dr, MBA, Ak. Selaku pembimbing skripsi yang

dengan sabar dan teliti telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan

motivasi, meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga kepada penulis sehingga

skripsi dapat diselesaikan tepat waktu.


4. Ibu Prima Rosita Arini S, SE, M.Si, AK. Yang telah membimbing dan

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8
5. Para dosen dan staf, serta karyawan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN

Yogyakarta yang telah membimbing dan membantu dalam proses belajar.


6. Teman-teman alih jalur angkatan 2015 Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN

Yogyakarta yang telah memberikan dukungan selama proses penyusunan

skripsi.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf atas kekurangan-

kekurangan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun bagi seluruh pembaca.

Yogyakarta, 31 Januari 2018

Ahmad Wahyu Prasetyo


NIM: 311528695

DAFTAR ISI

9
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................. iii

MOTTO.................................................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v

ABSTRAK..............................................................................................................vi

ABSTRACT...........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................viii

DAFTAR ISI............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN................................... Error: Reference source not found

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Permasalahan Penelitian...............................................................................9

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................10

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................11

1.5 Kontribusi Penelitian..................................................................................12

BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................13

2.1 LANDASAN TEORI.................................................................................13

2.1.1 Signaling Theory........................................................................................13

2.1.2 Teori Portofolio.......................................................................................... 15

2.1.3 Analisis Fundamental.................................................................................17

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan........................................................................... 19

2.2 Penelitian Terdahulu...................................................................................32

2.3 Pengembangan Hipotesis/Kerangka Berpikir............................................ 38

2.3.1 Pengaruh EPS terhadap harga saham.........................................................39

10
2.3.2 Pengaruh ROE terhadap harga saham........................................................40

2.3.3 Pengaruh NPM terhadap harga saham....................................................... 41

2.3.4 Pengaruh PBV terhadap harga saham........................................................ 42

2.3.5 Pengaruh PER sebagai variabel yang memoderasi hubungan antara EPS,
CR, NPM, PBV terhadap harga saham...................................................... 44

2.4 Ringkasan Hipotesis...................................................................................46

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 47

3.1 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................47

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian................................................................. 47

3.2.1 Populasi Penelitian.....................................................................................47

3.2.2 Sampel Penelitian.......................................................................................48

3.3 Jenis dan Sumber Data...............................................................................49

3.4 Metode Pengumpulan Data........................................................................50

3.5 Variabel Penelitian dan Divinisi Operasional Variabel.............................. 50

3.5.1 Variabel Laten Eksogen..............................................................................51

3.5.1.1 Earning per Share (EPS)............................................................................51

3.5.1.2 Return on Equity (ROE).............................................................................52

3.5.1.3 Net Profit Margin (NPM)...........................................................................53

3.5.1.4 Price to Book Value (PBV)........................................................................ 54

3.5.2 Variabel Laten Endogen............................................................................. 55

3.5.3 Variabel Moderating...................................................................................56

3.6 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis......................................... 58

3.6.1 Analisis Data..............................................................................................59

3.6.1.1 Analisis Statistik Deskriptif....................................................................... 59

3.6.1.2 Analisis Statistik Induktif...........................................................................59

11
3.6.1.3 Analisis Partial Least Square.....................................................................60

3.6.1.4 Teknik Analisis Data.................................................................................. 62

3.6.1.4.1 Merancang Model Struktural (inner model)........................................... 62

3.6.1.4.2 Merancang Model Pengukuran (outer model)........................................63

3.6.1.4.3 Mengkonstruksi Diagram Jalur...............................................................63

3.6.1.4.4 Mengkonversi Diagram Jalur ke Persamaan...........................................64

3.6.1.4.5 Melakukan Estimasi................................................................................66

3.6.1.4.6 Evaluasi Goodness Fit Model................................................................. 67

3.6.2 Uji Hipotesis...............................................................................................70

3.6.2.1 Adjusted Koefisien Determinasi.................................................................71

3.6.2.2 Uji Signifikansi Parameter Individual........................................................71

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.........................................................72

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian........................................................................72

4.2 Analsis Data dan Pengujina Hipotesis....................................................... 73

4.2.1 Analsisi Data..............................................................................................73

4.2.1.1 Analsisi Statistik Deskriptif....................................................................... 73

4.2.1.2 Analsisi Statistik Induktif...........................................................................80

4.2.1.2.1 Analsisi dengan WarpPLS.......................................................................80

4.2.1.2.1.1 Evaluasi Goodness Fit Model.............................................................. 81

4.2.2 Pengujian Hipotesis.......................................................................................86

4.2.2.1 Adjusted Koefisien Determinasi.................................................................86

4.2.2.2 Uji Signifikansi Parameter Individual........................................................86

4.3 Pembahasan......................................................................................................90

4.3.1 Pengaruh Earning per Share terhadap harga saham..................................... 91

4.3.2 Pengaruh Return on Equity terhadap harga saham....................................... 92

12
4.3.3 Pengaruh Net Profit Margin terhadap harga saham...................................... 93

4.3.4 Pengaruh Price to Book Value terhadap harga saham...................................94

4.3.5 Pengaruh Price Earning Ratio yang memoderasi Return on Equity, Earnig
per Share, Net Profit Margin, dan Price to Book Value terhadap harga terhadap
harga saham............................................................................................................95

BAB V PENUTUP.................................................................................................97

5.1 Kesimpulan................................................................................................97

5.2 Keterbatasan Penelitian..............................................................................97

5.3 Saran...........................................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................100

LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4

13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi saat ini, investasi mempunyai peran yang penting

dalam keberlangsungan kegiatan ekonomi, karena investasi merupakan salah satu

sumber modal yang dapat menggerakan kegiatan ekonomi. Investasi di pasar

modal saat ini menjadi salah satu cara berinvestasi yang banyak diminati oleh para

investor di Indonesia. Investasi saham di pasar modal memiliki daya Tarik

tersendiri bagi para investor, karena menjanjikan dua keuntungan dalam investasi

saham pada perusahaan yang go public, yaitu pendapatan dividend dan capital

gain. Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham atas

persetujuan pemegang saham yang lainnya melalui Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS). Sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga jual

saham dengan harga beli saham tersebut.

Investasi adalah pengalihan dana untuk menunda berbagai konsumsi pada

masa kini, yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau gain pada masa

yang akan datang. Investasi juga dibedakan menjadi dua, yaitu investasi langsung

dan tidak langsung. Investasi langsung dapat diartikan sebagai pembelian

langsung terhadap aktiva keuangan suatu perusahaan, sedangkan investasi

langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari suatu perusahaan

baik melalui perantara atau dengan cara yang lain, contoh dari investasi langsung

adalah investasi langsung di pasar modal. Investasi langsung juga dapat dilakukan

1
dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. Aktiva

keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan biasanya diperoleh melalui bank

komersial. Aktiva-aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat

deposito. Sedangkan investasi tidak langsung adalah pembelian saham dari

perusahaan investasi yang yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan

dari perusahan-perusahaan lain. Investasi tidak langsung dilakukan dengan

membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi

adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual

sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan

kedalam portofolionya (Hartono, 2003).

Definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar

konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan pihak

yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.

Umumnya yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuransi, dana

pensiun, dan bank-bank tabungan, sedangkan yang termasuk peminta adalah

pengusaha, pemerintah, dan masyarakat umum.

Pasar modal berbeda dengan pasar uang (money market). Pasar uang

berkaitan dengan instrument keuangan jangka pendek (jatuh tempo kurang dari

satu tahun) dan merupakan pasar yang abstrak. Instrumen pasar uang biasanya

terdiri dari berbagai jenis surat berharga jangka pendek, seperti sertifikat deposito,

commercial papper, sertifikat bank indonesi (SBI), dan surat berharga pasar uang

(SBPU) (Trindaru dan Budisantoso, 2006)

Menurut Law dan Tjun (2011), dalam memulai aktivitas investasi, para

investor membutuhkan banyak informasi baik yang bersifat kuantitatif maupun

2
kualitatif, yang nantinya akan membantu para investor untuk mengambil

keputusan dalam menentukan perusahaan mana yang akan dipilih untuk

menanamkan modalnya.

Informasi yang bersifat kuantitatif adalah informasi yang berasal dari

laporan keuangan, yaitu berupa data keuangan yang dapat digunakan untuk

menilai kondisi dan kinerja perusahaan dalam periode tertentu, dan dapat

digunakan untuk memperkirakan perkembangan suatu perusahaan di masa yang

akan datang.

Sedangkan informasi yang bersifat kualitatif merupakan informasi yang

tidak dapat dicerminkan melalui laporan keuangan emiten, misalnya informasi

mengenai kondisi pasar di Bursa Efek serta perubahan-perubahan yang terjadi,

baik di bidang politik, ekonomi, budaya, moneter, dan peraturan yang berlaku di

dalam maupun di luar negeri. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi

naik turunnya harga saham yang memberikan dampak positif ataupun dampak

negatif bagi para investor.

Investor maupun calon investor harus memperhatikan dan mempelajari

informasi-informasi yang diperolehnya, terutama informasi laporan keuangan

yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selain itu, investor maupun calon investor

harus meninjau prospek perusahaan di masa mendatang, melakukan penilaian atas

asset dan kewajiban perusahaan, besarnya laba yang diperoleh perusahaan, jumlah

saham perusahaan yang beredar, dividen yang dibagikan, arus kas operasi, dan hal

lain yang dapat mempengaruhi harga saham.

Dalam melakukan analisa harga saham, investor dapat menggunakan

analisis fundamental. Menurut Habib (2011), analisis fundamental adalah analisis

3
yang berkonsentrasi pada hukum supply and demand, yang menyebabkan

pergerakan harga. Contoh: laporan keuangan, informasi penting dari emiten,

kondisi makro ekonomi, maupun informasi lain yang terkait dalam analisis

fundamental, termasuk kekuatan ekonomi, kekuatan politik, kekuatan sosial, dan

lain sebagainya. Apabila investor menginginkan analisis yang lebih dalam dan

tuntas, maka harus melibatkan pekerja yang besar dan dilakukan secara kolosal.

Namun dengan adanya internet, pekerjaan tersebut dapat diminimalisir. Analisis

fundamental saham, diambil berdasar pada bisnis yang dijalankan emiten.

Tujuannya untuk memprediksi laba yang akan dihasilkan perusahaan publik.

Dengan laba tersebut maka dapat dihitung harga saham yang layak. Oleh karena

itu investor sebelum melakukan investasi, perlu mengetahui kinerja bisnis

perusahaan yang dituju dan cara memperoleh keuntungan. Analisis tersebut

terlihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.

Ukuran yang sering digunakan dalam analisis fundamental adalah rasio

keuangan. Dalam laporan keuangan sebuah perusahaan akan terdapat rasio-rasio

yang akan menjadi pertimbangan para investor untuk berinvestasi. Rasio

keuangan tersebut adalah likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan nilai

pasar. Analisis rasio keuangan perusahaan digunakan karena dianggap dapat

memberikan gambaran terhadap kinerja perusahaan.

Return on Equity (ROE) disebut juga dengan istilah rentabilitas modal

sendiri, merupakan merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan modal

sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang dimaksud adalah

keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba setelah pajak

(Kurnianto, 2013).

4
ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan

kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa

keberhasilan bagi perusahaan, yang mengakibatkan tingginya harga saham dan

membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan

memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang

sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan

seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan

pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya (Walsh 2003).

Salah satu indikator terpenting untuk menilai prospek perusahaan dimasa

yang akan datang dari sudut pandang investor adalah dengan melihat sejauh mana

pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROE mencerminkan

semakin optimal perusahaan menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan

dan meningkatkan laba. Semakin besar keuntungan (laba) maka semakin besar

pula minat investor untuk menginvestasikan dananya dalam saham tersebut.

Menurut Tryfini (2009), price earning ratio (PER) merupakan rasio yang

menunjukkan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih untuk setiap

lembar saham yang beredar. Selain itu PER digunakan untuk menghitung tingkat

pengembalian modal yang diinvestasikan pada suatu saham atau menghitung

kemampuan suatu saham dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini,

maka perusahaan dianggap memiliki tinggkat pertumbuhan yang tinggi.

Sebaliknya, jika perusahaan memiliki nilai PER yang rendah, maka tinggat

pertumbuhannya dianggap rendah atau kurang bagus, dan PER tidak ada artinya

jika perusahaan memiliki keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami

kerugian. Disamping itu PER yang semakin besar mengindikasikan harga saham

5
perusahaan tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham.

Misalkan suatu saham memiliki PER 10 kali, dapat diartikan harga saham tersebut

10 kali lipat dari EPSnya. Suatu saham yang memiliki PER kecil bagi para

pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut mempunyai harga yang

semakin murah.

Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2002), data laba per saham (EPS)

seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas

oleh pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas

perusahaan. EPS menunjukan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham

biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan untuk saham biasa. Karena pentingnya

informasi tentang laba per saham, maka sebagian perusahaan diwajibkan

melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. EPS adalah rasio keuangan

yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham biasa yang beredar, dimana

membandingkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan

jumlah saham yang beredar.

Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin (NPM) adalah

perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka

kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan

kepercayaan investor untuk mennamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Rasio ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh sari

setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara

laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukan kemampuan

manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk

6
mnyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang

telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan

mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal

perlu engetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan

mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable

atau tidak.

Price to book value (PBV) adalah perhitungan atau perbandingan antara

market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor

dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai

dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan gambaran potensi pergerakan

harga saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV

juga memberikan pengaruh terhadap harga saham. Market value (harga/nilai

pasar) dibagi dengan book value (harga/nilai buku). Jika pada analisis book value

investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, investor dapat

membandingkan langsung book value dengan market value. Melalui rasio PBV

investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham

dihargai dari book value. Setelah mengetahui rasio PBV, investor dapat

membandingkan langsung PBV dengan saham-saham di industrinya atau yang

bergerak di sektor usaha yang sama. Dengan demikian investor akan mendapat

gambaran mengenai harga saham, apakah market value saham tersebut sudah

relatif mahal atau masih murah (Tryfino, 2009).

Penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga

saham telah dilakukan oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan bahwa EPS

berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Return on Equity (ROE) dan

7
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

harga saham. Current Ratio (CR) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap harga saham. Selain itu dengan analisis Moderated Regression Analysis

(MRA) menunjukkan bahwa Price Earnings Ratio (PER) bukan merupakan

variable moderating yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara

Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR)

dengan harga saham. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aprilia, Ronny, dan Wahono (2016), yang menyimpulkan bahwa Return on Equity

(ROE) berpengaruh positif terhadap harga saham, dan Price Earnings Ratio

(PER) mampu memoderasi hubungan antara Earning per Share (EPS), Return on

Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), dan Current Ratio (CR) dengan harga

saham.

Berdasarkan ketidak konsistennan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kurniamto (2013) dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, Ronny, dan

Wahono (2016), peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan

mengganti beberapa variable, yaitu mengganti variable CR dengan NPM,

mengganti variable DER dengan PBV, dan menggunakan metode analisi yang

berbeda, yaitu menggunakan Partial Least Square (PLS) dalam penelitian ini serta

menggunakan data perusahaan di sektor yang berbeda, yaitu perusahaan jasa

sektor keuangan, dengan menambah rentang tahun yang lebih panjang yaitu 2013-

2016. Oleh karena itu penulis mengambil judul untuk penelitian ini adalah

“Pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham, dengan Price Earning

Ratio sebagai variabel moderating, pada perusahaan jasa sektor keuangan di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016”.

8
1.2 PERMASALAHAN PENELITIAN

Seperti telah diketahui bahwa harga saham selalu berubah-ubah, oleh karena

itu sebelum menanamkan modalnya, investor perlu untuk memprediksi fluktuasi

yang akan terjadi dengan suatu ukuran kinerja yang dapat menjelaskan nilai dan

kondisi keuangan perusahaan maupun faktor-faktor fundamental seperti Return on

Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price Book

Value (PBV), dan Price Earning ratio (PER).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pokok-pokok

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?


2. Apakah Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?


3. Apakah Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?


4. Apakah Price Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?


5. Apakah Price Earning ratio (PER) memoderasi hubungan antara Return

on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price

to Book Value (PBV) terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor

keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

9
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Return on Equity (ROE) perusahaan terhadap

harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh Earning per Share (EPS) perusahaan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.


3. Untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin (NPM) perusahaan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.


4. Untuk mengetahui pengaruh Price to Book Value (PBV) perusahaan

terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.


5. Untuk mengetahui apakah Price Earning ratio (PER) menjadi variabel

moderating, yang memoderasi hubungan antara Return on Equity (ROE),

Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value

(PBV) terhadap harga saham pada perusahaan jasa sektor keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan wawasan dan

pemahaman mendalam tentang pasar modal, khususnya mengenai rasio

keuangan terhadap harga saham.

10
2. Bagi investor dan calon investor

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi

kepada investor dan calon investor mengenai alat ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, maupun

memprediksi harga saham, sehingga informasi ini akan sangat membantu

para investor maupun calon investor untuk pengambilan keputusan dalam

menentukan perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempatnya

menanamkan modal.

3. Bagi perusahaan

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan pertimbangan,

terutama untuk jenis perusahaan jasa sektor keuangan, yang nantinya

diharapkan lebih memperhatikan kondisi-kondisi dan komponen-komponen

yang ada didalam keuangannya, yang tercermin melalui rasio-rasio

keuangan yang diteliti, sehingga kedepannya kondisi keuangan perusahaan

yang tercermin dari rasio-rasio tersebut menjadi lebih baik, sehingga

nantinya para investor dan calon investor akan tertarik untuk menanamkan

modalnya.

4. Bagi pembaca dan pe neliti selanjutnya

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan

pembaca, dan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan referensi bagi beberapa penelitian dengan objek ysng sejenis.

11
1.5 KONTRIBUSI PENELITIAN

Terdapat dua penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurnianto (2013)

dan Aprilia, Rony, dan Wahono (2016), yang meneliti tentang pengaruh rasio

keuangan terhadap harga saham dengan price earning ratio (PER) sebagai

variabel moderasi. Namun hasil dari kedua penelitian tersebut berbeda. Kurnianto

(2013) menyimpulkan bahwa PER bukan merupakan variabel moderasi,

sedangkan penelitian yang dilakukan Aprilia, Rony, dan Wahono menyimpulkan

PER merupakan variabel moderasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk untuk

menguji kembali apakah variabel PER merupakan variabel moderasi.

BAB II

KAJIAN TEORI

12
2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Teori Signal (Signalling Theory)

Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan

untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara

perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai

perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan

kreditur). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan

menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang

rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi

informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar (Arifin,

2005).

Menurut Brigham dan Houston (2001), isyarat atau signal adalah suatu

tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi

pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku

bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau

gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang

bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.

13
Menurut Jogiyanto (2000), informasi yang lengkap, relevan, akurat, dan

tepat waktu sangat dibutuhkan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis

untuk mengambil keputusan investasi. Ratio-ratio dari laporan keuangan seperti

Earning per Share, Current Ratio, Net Profit Margin, Price to Book Value, Price

Earning Ratio, maupun rasio-rasio lain akan sangat bermanfaat bagi investor

maupun calon investor sebagai salah satu dasar analisis dalam berinvestasi.

Teori sinyal menjelaskan bahwa perusahaan melaporkan secara suka rela ke

pasar modal agar investor mau menginvestasikan dananya, kemudian manajer

akan memberikan sinyal dengan menyajikan laporan keuangan dengan baik agar

nilai saham meningkat.

Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan

memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika

pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan

bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu

informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi

tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis

informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news).

Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka

terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham (jogiyanto, 2010).

Signaling Theory dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik

(Principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan

menghasilkan kualitas pelaporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang

berkepentingan meyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak

14
perusahaan, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan

pendapat tentang laporan keuangan (Kurnianto, 2013).

2.1.2 Teori Portofolio

Teori portofolio menyatakan bahwa investor yang rasional akan memilih

suatu kumpulan (portofolio) saham-saham yang dapat memaksimumkan hasil

(expeted rate of return) untuk tingkat risiko tertentu atau meminimumkan tingkat

risiko untuk suatu tingkat hasil tertentu. Portofolio saham-saham semacam itu

disebut efisien. Jadi yang penting bagi investor adalah dampak dari sekumpulan

saham dan bukan expeted performance dari suatu saham tertentu. Oleh karena itu

pengukuran risiko yang relevan bukan total variability dari suatu saham

melainkan covariability dari suatu saham terhadap saham-saham lainnya dalam

portofolio tersebut. Ini berarti bahwa dua jenis saham yang masing-masing

mungkin mempunyai risiko yang tinggi, tetapi kalau digabungkan dalam satu

portofolio total, risiko akan menjadi lebih kecil apabila variabilitas dari kedua

jenis saham tersebut berbanding terbalik (Tuanakotta, 1983).

Teori portofolio ini menunjukan adanya pemisahan antara risiko yang

sistematik (systematic risk) dan risiko yang tidak sistematik (nonsystematic risk).

Risiko yang sistematik adalah variabilitas hasil dari saham-saham berkenaan

dengan harga-harga saham secara umum. Karena risiko yang tidak sistematik

dapat dihilangkan melalui diversifikasi, maka risiko yang sistematik ini sajalah

yang relevan dalam pemilihan portofolio. Ini tentunya tidak berarti bahwa

pengukuran risiko yang tidak sistematik tidak penting bagi beberapa investor yang

memilih untuk tidak melakukan atau tidak tepat melakukan diversifikasi,

15
sekalipun pasar saham tidak akan memberikan imbalan kepada investor yang

ingin menanggung risiko yang tidak sistematik itu (Tuanakotta, 1983).

Dalam penilaian sekuritas dipergunakan konsep adanya hubungan yang

positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemodal.

Karena pemodal bersifat tidak menyukai risiko maka mereka baru bersedia

mengambil suatu kesempatan investasi yang lebih berisiko kalau mereka

mengharapkan akan memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Husnan,

1996).

Teori portofolio mendasarkan diri atas pengamatan bahwa para pemodal di

bursa melakukan diversifikasi. Dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Pemodal melakukan diversifikasi karena mereka ingin mengurangi risiko. Risiko

dalam portofolio didefinisikan sebagai deviasi standar tingkat keuntungan (= σ).

Hal ini disebabkan karena σ menunjukan seberapa jauh kemungkinan nilai yang

diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan (expeted value). Semakin besar

nilai σ semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan,

yang berarti semakin besar risikonya. Sedangkan nilai yang diharapkan tidak lain

merupakan rata-rata atau mean (Husnan, 1996).

Teori portofolio menjelaskan mengapa diversifikasi dapat mengurangi

risiko. Faktor penyebabnya adalah koefisien korelasi antara tingkat keuntungan.

Semakin rendah koefisien korelasi tersebut, semakin efektif pengurangan

risikonya. Apabila kita memperbanyak sekuritas yang terdapat dalam portofolio

kita, maka risiko (σ) portofolio tersebut akan makin banyak bergantung pada beta

sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Dengan demikian

semakin tinggi beta, semakin berisiko investasi tersebut, dan semakin besar

16
tingkat keuntungan yang diminta atau disyaratkan oleh para pemodal (Husnan,

1996).

2.1.3 Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah analisis yang berkonsentrasi pada hukum

supply and demand, yang akan menyebabkan pergerakan harga. Contoh: laporan

keuangan, informasi penting dari emiten, kondisi makro ekonomi, maupun

informasi lain yang terkait dalam analisis fundamental, termasuk kekuatan

ekonomi, kekuatan politik, kekuatan sosial, dan lain sebagainya. Apabila investor

menginginkan analisis yang lebih dalam dan tuntas, maka harus melibatkan

pekerja yang besar dan dilakukan secara kolosal. Namun dengan adanya internet,

pekerjaan tersebut dapat diminimalisir. Analisis fundamental saham, diambil

berdasar pada bisnis yang dijalankan emiten. Tujuannya untuk memprediksi laba

yang akan dihasilkan perusahaan publik. Dengan laba tersebut maka dapat

dihitung harga saham yang layak. Oleh karena itu investor sebelum melakukan

investasi, perlu mengetahui kinerja bisnis perusahaan yang dituju dan cara

memperoleh keuntungan. Analisis tersebut terlihat dalam laporan keuangan yang

dipublikasikan, Habib (2011).

Menurut Husnan (2015), analisis fundamental mencoba memperkirakan

harga saham dimasa yang akan datang dengan:

1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi

harga saham dimasa yang akan datang,


2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga

diperoleh taksiran harga saham.

17
Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model, dan sering

dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas.

Dalam membuat model peramalan harga saham tersebut, langkah yang

penting adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental (seperti penjualan,

pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan dividen, dan sebagainya) yang

diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Setelah itu bagaimana membuat

suatu model dengan memasukan faktor-faktor tersebut dalam analisis. Para

praktisi cenderung menyukai penggunaan model yang tidak terlalu rumit, mudah

dipahami, dan mendasarkan diri pada informasi akuntansi, Husnan (2015).

Sedangkan menurut Hartono (2013), analisis fundamental atau analisis

perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan

menggunakan data keuangan perusahaan. Untuk analisis fundamental ada dua

pendekatan untuk menghitung nialai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan

nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio

approach).

Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba

(capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai

masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Jika investor percaya

bahwa nilai dari perusahaan tergantung dari prospek perusahaan tersebut dimasa

mendatang dan prospek ini merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan arus kas dimasa depan, maka nilai perusahaan tersebut dapat

ditentukan dengan mendiskontokan nilai-nilai arus kas (cash flow) dimasa depan

menjadi nilai sekarang (Hartono, 2013).

18
Alternatif selain menggunakan arus kas atau arus dividen dalam menghitung

nilai fundamental atau nilai intrinsik saham adalah dengan menggunakan laba

perusahaan (earnings). Salah satu pendekatan yang popular yang menggunakan

nilai earning untuk mengestimasi nilai intrinsik adalah pendekatan PER (price

earning artio) atau disebut juga dengan pendekatan earning multiplier. PER

menunjukan rasio dari harga saham terhadap earnings. Ratio ini menunjukan

berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.

Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukan bahwa harga saham

merupakan kelipatan dari 5 kali earnings perusahaan. Misalnya earnings yang

digunakan adalah earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk

dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga menunjukan lama investasi pembelian

saham akan kembali selama 5 tahun (Hartono, 2013).

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis

berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada

penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan

terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio

pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2000).

Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan keuangan, ia perlu

memahami kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan disajikan

dalam laporan keuangan perusahaan. Pihak yang memerlukan informasi keuangan

perusahaan bukan hanya manajer keuangan saja. Disamping manajer keuangan,

19
beberapa pihak diluar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan

perusahaan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah para calon pemodal, dan

kreditur. Kepentingan mereka mungkin berbeda, tetapi mereka mengharapkan

memperoleh informasi dari laporan keuangan perusahaan, (Husnan, 1997).

Calon pemodal akan lebih berkepentingan dengan prospek profitabilitas

perusahaan dimasa yang akan datang. Meskipun laporan keuangan memang

melaporkan apa yang telah terjadi, tetapi profitabilitas di waktu lalu mungkin

dapat digunakan sebagai indikator profitabilitas dimasa yang akan datang. Dengan

demikian calon pemodal mungkin akan lebih tertarik pada informasi yang terdapat

pada laporan laba rugi. Sedangkan bagi para kreditur, mereka akan lebih

berkepentingan dengan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban

finansialnya. Karena itu disamping keuntungan yang diperkirakan akan mampu

diperoleh oleh perusahaan, mereka juga berkepentingan dengan tersedianya aktiva

lancar dan proporsi hutang perusahaan. Karena itu analisis keuangan dapat

dilakukan oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluan, (Husnan, 1997).

Menurut Sugiri (2001), pada dasarnya laporan keuangan yang utama terdiri

dari:

1. Neraca, adalah laporan keuangan yang secara sistematis

menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Neraca

terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang, dan modal.
2. Laporan Rugi Laba, merupakan suatu laporan keuangan yang

secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu

tertentu. Laporan rugi laba berisi tentang penghasilan, biaya, dan rugi laba

yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.

20
3. Laporan Perubahan Modal, merupakan laporan keuangan yang

secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal

perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu

periode akuntansi tertentu.


4. Laporan arus kas, merupakan laporan keuangan yang menyajikan

secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama

suatu periode tertentu.

Menurut Ang (1997), rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi 5 jenis

berdasrkan ruang lingkupnya yaitu:

1. Rasio Likuiditas, yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Simamora (2000), likuiditas

(liquidity) berarti mempunyai cukup dana di tangan untuk membayar tagihan

pada saat jatuh tempo dan berjaga-jaga terhadap kebutuhan kas yang tidak

terduga. Rasio ini terbagi menjadi Current Ratio, Quick Ratio, dan Net

Working Capital.
2. Rasio Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio ini terbagi menjadi Debt Ratio,

Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to

Capitalization Ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage,

Cash Flow to Net Income, dan Cash Return on Sales.


3. Rasio Aktivitas, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio ini terbagi menjadi Total Asset

Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory

Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.


4. Rasio Rentabilitas, menunjukkan kemampuan dari perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini terbagi menjadi Gross Profit

21
Margin, Net Profit Margin, Operating Return on Assets, Return on Equity, dan

Operating Ratio.
5. Rasio Pasar, digunakan untuk melihat perkembangan nilai

perusahaan secara relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio ini terbagi

menjadi Dividend Yield, Dividend per Share, Dividend Payout Ratio, Price

Earnings Ratio, Earning per Share, Book Value per Share, dan Price to Book

Value.

Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dalam penelitian ini adalah:

1. Earnings per Share

Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2002), data laba per saham

selanjutnya disingkat EPS seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan

telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor potensial dalam

mengevaluasi profitabilitas perusahaan. EPS menunjukan laba yang dihasilkan

oleh setiap lembar saham biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan untuk saham

biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian

perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba rugi. EPS

adalah rasio keuangan yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham biasa

yang beredar, dimana membandingkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang

saham biasa dengan jumlah saham yang beredar.

Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang

diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian

keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki

suatu saham (Chandradewi, 2000)

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan

dengan harapan akan memperoleh pendapatan dividen atau capital gain. Laba

22
biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham

di masa mendatang (Prastowo, 2002). Oleh karena itu, para pemegang saham

biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan.

Pada umumnya perhitungan EPS menggunakan data laporan keuangan akhir

tahun, akan tetapi juga dapat menggunakan laporan keuangan pertengahan tahun.

Dalam implementasinya, laba per lembar saham dihitung dengan membagi laba

bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang dari jumlah lembar saham biasa yang

beredar sepanjang tahun. Jumlah rata-rata diperlukan dalam perhitungan karena

jumlah saham yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap (Kurnianto,

2013). Menurut Simamora (2000), penghitungan EPS dinyatakan dalam formula

sebagai berikut:

lababersi h−dividen sa h am preferen


EPS=
rata−rata tertimbang jumla hlembar sa h ambiasa yg beredar

2. Return on Equity
Return on Equity selanjutnya disingkat ROE disebut juga dengan istilah

rentabilitas modal sendiri, merupakan merupakan kemampuan suatu perusahaan

dengan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang

dimaksud adalah keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba

setelah pajak (Kurnianto, 2013).


ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada

para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa

keberhasilan bagi perusahaan, yang mengakibatkan tingginya harga saham dan

membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan

memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang

23
sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan

seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan

pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya (Walsh 2003).

ROE bertujuan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar presentase ROE yang

dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan

dalam menghasilkan laba. ROE dapat dihitung menggunakan rumus sebgai

berikut:

laba bersi h
ROE=
total modal

3. Net Profit Margin

Bastian dan Suhardjono (2006) net profit margin yang selanjutnya disingkat

NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar

NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan

meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih

yang diperoleh sari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap

semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.

Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualana bersih menunjukan

kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil

untuk mnyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik

yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Hasil dari perhitungan

mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal

24
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan

mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable

atau tidak. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut:

lababersi h setela h pajak


NPM= ×100
total penjualan

4. Price to Book Value

Price to book value yang selanjutnya disingkat PBV adalah perhitungan atau

perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio

PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value

suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan

gambaran potensi pergerakan harga saham sehingga dari gambaran tersebut,

secara tidak langsung rasio PBV juga memberikan pengaruh terhadap harga

saham. Jika pada analisis book value investor hanya mengetahui kapasitas per

lembar dari nilai saham, investor dapat membandingkan langsung book value

dengan market value. Melalui rasio PBV investor dapat mengetahui langsung

sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value. Setelah

mengetahui rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung PBV dengan

saham-saham di industrinya atau yang bergerak di sektor usaha yang sama.

Dengan demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga saham,

apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah

(Tryfino, 2009).

Sihombing (2008) berpendapat bahwa PBV merupakan suatu nilai yang

dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau

25
lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk membandingkannya,

kedua perusahaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang

sama. PBV mempunyai dua fungsi, yaitu:

1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagankan di

harga yang sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata

historisnya,
2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini

berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode satu tahun mendatang.

Berdasarkan tujuan yang pertama, sebuah harga saham dikatakan sudah terlalu

mahal jika PBV saham tersebut melebihi rata-rata PBV historisnya, dan

sebaliknya. Sebuah saham dikatakan murah atau wajar apabila PBV saham

tersebut saat ini tidak melebihi atau sama dengan rata-rata PBV historisnya.

Sedangkan berdasarkan tujuan yang kedua, sebuah saham akan dianggap

mahal atau murah berdasarkan perkiraan harga wajarnya. Perhitungan harag wajar

dapat dilakukan dengan dua acara berikut:

1. Rata-rata PBV historis,


2. Estimasi PBV untuk periode satu tahun mendatang.

Rata-rata PBV historis untuk perhitungan harga wajar ditentukan berdasarkan

asumsi yang terdiri dari:

1. Asumsi optimis, artinya jika kita menganggap kondisi ekonomi

kedepan jauh lebih baik dari sekarang, maka rata-rata PBV yang digunakan

adalah rata-rata PBV + Standar Deviasi.


2. Asumsi netral, jika kita menganggap kondisi ekonomi ke depan

sulit diprediksi atau dalam kondisi moderat (biasa-biasa saja), maka rata-rata

PBV yang digunakan adalah rata-rata PBV historisnya.

26
3. Asumsi pesimis, jika kita menganggap kondisi ekonomi kedepan

jauh lebih buruk dari sekarang, maka rata-rata PBV yang digunakan adalah

rata-rata PBV - Standar Deviasi. PBV dapat dihitung dengan cara:

h arga pasar sa h am penutupan


PBV =
nilai buku sa h am ak hir tah un

5. Price Earnings Ratio

Price earning ratio yang selanjutnya disingkat PER adalah rasio yang

menunjukan hubungan antara harga pasar saham dengan EPS perusahaan. PER

menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba (Darmadji, 2001). Semakin tinggi rasio ini, maka perusahaan

dianggap memiliki tinggkat pertumbuhan yang tinggi, dan PER tidak ada artinya

jika perusahaan memiliki keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami

kerugian. Disamping itu PER yang semakin besar mengindikasikan harga saham

perusahaan tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham.

Misalkan suatu saham memiliki PER 10 kali, dapat diartikan harga saham tersebut

10 kali lipat dari EPSnya. Suatu saham yang memiliki PER kecil bagi para

pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut mempunyai harga yang

semakin murah.

Manfaat PER ialah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja

perusahaan. Kinerja perusahaan dicerminkan oleh EPSnya. PER menjelaskan

hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. Semakin besar PER suatu saham

maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per

sahamnya. Rasio PER dipakai pemegang saham untuk memprediksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba diperiode yang akan datang (Prastowo,

27
2002). Menurut Simamora (2000), penghitungan PER dinyatakan dengan

formulasi sebagai berikut:

h arga pasar per lembar sa h am biasa


PER=
lab a per lembar sa h am

6. Harga Saham

Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama,

yaitu mencari keuntungan atas investasi tersebut. Salah satu keuntungan investasi

saham yaitu mendapatkan capital gain yang berasal dari selisih harga saat

membeli saham dengan harga saat menjual saham, dimana harga saham saat dijual

lebih tinggi dibanding harga saham saat dibeli. Harga saham dipengaruhi oleh

permintaan dan penawaran terhadap saham itu sendiri di pasaran, sehingga harga

saham memiliki keterkaitan dengan pasar suatu saham. Semakin banyak investor

yang membeli saham suatu perusahaan (permintaan), sedangkna sedikit investor

ingin menjual saham tersebut (penawaran) maka harga saham tersebut akan

semakin tinggi. Sebaliknya jika semakin tinggi investor ingin menjual saham

tersebut (penawaran), sedangkan semakin sedikit investor yang ingin membeli

saham (permintaan) maka akan berdampak pada turunnya harga saham (Suharno,

2016).

Pada umumnya kinerja sebuah perusahaan akan berpengaruh pada harga

saham perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin

tinggi laba usaha yang akan diperoleh dan pemegang saham turut menikmati

keuntungan dari penghasilan perusahaan, sehingga banyak investor yang ingin

memiliki saham perusahaan tersebut dan harga saham akan naik (Suharno, 2016).

28
Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan

pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan terhadap keuntungan

perusahaan (Susilawati, 2012). Harga saham merupakan faktor yang penting

dalam aktivitas pasar modal, harga saham juga diperhatikan oleh investor atau

calon investor dalam melaksanakan investasi. Semakin kecil nilai harga saham

maka bisa dikatakan bahwa semakin kecil pula nilai suatu perusahaan, sehingga

dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai harga saham, semakin tinggi pula nilai

suatu perusahaan tersebut (widagdo, 2016). Harga saham yang tinggi juga

memberikan keuntungan, yaitu keuntungan bagi investor yang didapatkan dari

capital gain dan keuntungan bagi perusahaan yang memperoleh nama baik di mata

para investor.

Kekuatan pasar sangat menentukan harga suatu saham, karena harga saham

dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Kondisi ini akan membuat harga

saham menjadi tidak tentu, permintaan dan penawaran setiap hari terus berubah.

Jika permintaan saham suatu perusahaan lebih besar, maka harga saham akan

cenderung naik, sedangkan jika penawaran saham lebih besar maka harga saham

akan menurun (Saptadi, 2007).

Darmadji dan Fakhrudin (2001) mengelompokan harga saham di pasar

modal menjadi 7 (tujuh) macam. Macam-macam harga saham tersebut yaitu:

1. Previous price adalah harga suatu saham pada penutupan hari

sebelumnya di pasar saham.


2. Opening price adalah harga saham pertama kali di saat pembukaan

sesi 1 perdagangan.
3. Highest price adalah harga tertinggi suatu saham yang pernah terjadi

dalam periode perdagangan hari tersebut.

29
4. Lowest price adalah harga terendah suatu saham yang pernah terjadi

sepanjang periode perdagangan hari tersebut.


5. Last price adalah harga terakhir yang terjadi atas suatu saham.

Change price adalah harga yang menunjukan selisih antara opening price dan

last parice.

Menurut Arifin (2007), faktor-faktor yang menjadi pemicu fluktuasinya harga

saham adalah:

1. Kondisi fundamental emiten

Faktor fundamental, adalah faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja

emiten itu sendiri. Semakin baik kinerja emiten maka semakin baik

pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham. Untuk mengetahui kondisi

emiten dalam posisi baik atau buruk, kita bisa melakukan pendekatan analisis

rasio keuangan.

2. Hukum permintaan dan penawaran

Faktor hukum permintaan dan penawaran berada pada urutan kedua setelah

faktor fundamental, karena begitu investor tahu kondisi fundamental

perusahaan, tentunya mereka akan melakukan transaksi baik menjual atau

membeli saham perusahaan tersebut. Transaksi inilah yang akan

mempengaruhi fluktuaktif harga saham.

3. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI)

Suku bunga ini penting untuk diperhitungkan, karena pada umumnya investor

saham selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar. Perubahan suku

30
bunga akan mempengaruhi kondisi fundamental perusahaan, karena hampir

semua perusahaan yang terdaftar di bursa mempunyai pinjaman bank.

4. Valuta asing

Dalam perekonomian global dewasa ini, hampir tidak ada satu pun negara

yang dapat menghindari perekonomian negaranya dari pengaruh pergerakan

valuta asing, khususnya terhadap US dollar. Ketika dolar naik para investor

akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank

dalam bentuk dolar, otomatis harga saham akan menurun.

5. Dana asing di bursa

Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing maka ada kecenderungan

transaksi saham sedikit banyak bergantung pada investor asing tersebut.

6. Indeks harga saham gabungan (IHSG)

Sebenarnya indeks harga saham gabungan lebih mencerminkan kondisi

keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi, dan menjadi ukuran kenaikan

atau penurunan harga saham.

7. News and rumors

Yang dimaksud news and rumors disini adalah semua berita yang beredar di

tengah masyarakat.

31
2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian mengenai hubungan antara Earning per Share, Return on Equity,

Net Profit Margin, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio terhadap harga

saham menunjukan hasil yang beragam. Berikut merupakan ringkasan dari

penelitian terdahulu yang disajikan kedalam tabel.

Tabel 2.2.1

Penelitian Terdahulu

Tahun Nama Judul Penelitian Variabel yang Hasil


Peneliti Diteliti Penelitian
2010 Alvin Pengaruh Earnings Independen: Earnings per
Setiawan per Share (EPS), Earnings per Share, dan
dan Lauw Loan to Deposit Share, Loan to Loan to Deposit
Tjun Tjun Ratio (LDR), dan Deposit Ratio, Ratio
Arus Kas Operasi dan Arus Kas berpengaruh
terhadap harga Operasi signifikan
saham emiten
Perbankan di Bursa Dependen: Arus kas
Efek Indonesia Harga saham operasi tidak
berpengaruh
secara
signifikan
2011 Vice Law Pengaruh Current Independen: Current Ratio
Ren Sia dan Ratio (CR), Current Ratio, tidak
Lauw Tjun Earnings per Share Earnings per berpengaruh
Tjun (EPS), dan Price Share, dan Price signifikan
Earnings Ratio Earnings Ratio
(PER) terhadap Earnings per
harga saham pada Dependen: Share, dan
perusahaan LQ45 Harga saham Price Earnings

32
di Bursa Efek Ratio
Indonesia berpengaruh
signifikan

2011 Tri Suciyati Pengaruh ROA, Independen: ROA, ROE, dan


ROE, NPM, EPS ROA, ROE, NPM tidak
dan EVA terhadap NPM, EPS, dan berpengaruh
Harga Saham EVA secara
Perusahaan sektor signifikan
Pertambangan yang Dependen:
terdaftar di BEI Harga saham EPS dan EVA
berpengaruh
secara
signifikan
2012 Christin Dwi Analisis Independen: Debt Equity
Karya perbandingan Current Ratio Ratio
Susilawati pengaruh (CR), Debt berpengaruh
Likuiditas, Equity Ratio signifikan,
Solvabilitas, dan (DER), dan hanya saja
Profitabilitas Return on pengaruhnya
terhadap harga Assets (ROA) kecil
saham pada
perusahaan LQ45 Dependen: Current Ratio
yang terdaftar di Harga saham berpengaruh
BEI tidak signifikan

Return on
Assets
berpengaruh
paling
signifikan
2013 Lidya Pengaruh Return Independen: Return on Asset,
Agustina on Asset (ROA), Return on Asset Earning per

33
dan Sany Earning per Share (ROA), Earning Share
Noviri (EPS), dan tingkat per Share (EPS), berpengaruh
suku bunga SBI dan tingkat suku signifikan
terhadap harga bunga SBI
saham pada Tingkat suku
perusahaan LQ45 Dependen: bunga SBI tidak
yang terdaftar di Harga saham berpengaruh
BEI
2013 Ajeng Dewi Analisi pengaruh Independen: EPS
Kurnianto EPS, ROE, dan CR EPS, ROE, CR berpengaruh
terhadap harga positif dan
saham dengan PER Moderating: signifikan
sebagai variabel PER
moderating pada ROE dan CR
perusahaan LQ45 Dependen: berpengaruh
yang terdaftar di Harga saham negative namun
BEI tidak signifikan

PER bukan
merupakan
variabel
moderating
2015 Wisnu Jana Analisis pengaruh Independen: EVA dan MVA
Prawira rasio Financial, Current Ratio berpengaruh
Economic Value (CR), Debt to positif dan
Added dan Market Equity Ratio signifikan
Value Added pada (DER), Total
harga saham Asset Turnover DER
perusahaan- (TATO), Return berpengaruh
perusahaan yang on Asset (ROA), negatif dan
terdaftar di indeks Economic Value signifikan
LQ45 Added (EVA),
dan Market CR berpengaruh

34
Value Added positif namun
(MVA) tidak signifikan

Dependen: TATO dan ROA


Harga saham berpengauh
negatif tidak
signifikan
2016 Aprilia Nur Analisis pengaruh Independen: EPS
Choiriah, EPS, ROE, DER, EPS, ROE, berpengaruh
Rony dan CR terhadap DER, dan CR positif dan
Malavia M, harga saham signifikan
dan Budi dengan PER Moderating:
Wahono sebagai variabel PER ROE dan CR
moderating pada berpengaruh
perusahaan LQ45 Dependen: positif
yang terdaftar di Harga saham
BEI DER
berpengaruh
negatif terhadap
harga saham

PER
memoderasi
hubungan
variabel
independen
dengan
dependen
2016 Ida Ayu Pengaruh Earning Independen: Earnings per
Made per Share (EPS), Earnings per Share, Price
Aletheari Price Earnings Share, Price Earnings Ratio,
dan I Ketut Ratio (PER), dan Earnings Ratio, dan Book Value
Jati Book Value per dan Book Value per Share

35
Share (BVPS) per Share berpengaruh
terhadap harga positif
saham pada Dependen:
perusahaan Harga saham
property yang
terdaftar di BEI
2016 Suharno Pengaruh rasio Independen: ROA, TATO,
keuangan terhadap Current Ratio dan PER
harga saham (CR), Debt to berpengaruh
perusahaan fasmasi Equity Ratio signifikan
yang terdaftar di (DER), Return
BEI on Assets CR, dan DER
(ROA), Total tidak
Assets Turnover berpengaruh
(TATO), dan signifikan
Price Earnings
Ratio (PER)

Dependen:
Harga saham
2016 Canda Nur Pengaruh Current Independen: Current Ratio
Widagdo Ratio, Return on Current Ratio, dan Return on
Assets, dan Debt to Return on Assets
Equity Ratio Assets, dan Debt mempunyai
terhadap harga to Equity Ratio pengaruh
saham sektor
infrastruktur, Dependen: Debt to Equity
utilitas, dan Harga saham Ratio tidak
transportrasi yang mempunyai
terdaftar di BEI pengaruh
2017 Giri Wahyu Analisis pengaruh Independen: ROA, EPS, dan
Priambada kinerja keuangan Return on Asset PBV
terhadap harga (ROA), Return mempunyai

36
saham pada on Equity pengaruh positif
perusahaan sektor (ROE), Current yang signifikan
Teknologi di Ratio (CR),
NASDAQ Earning per ROE
Share (EPS), mempunyai
Price Earning pengaruh
Ratio (PER), negatif yang
dan Price to signifikan
Book Value
(PBV) CR dan PER
tidak
Dependen: mempunyai
Harga saham pengaruh yang
signifikan
2.3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS / KERANGKA PIKIRAN

Kinerja perusahaan dapat ditunjukkan dalam laporan perusahaan yang

bermanfaat bagi para pengambil keputusan bagi investor yang akan menanamkan

dananya di pasar modal. Dalam pasar modal, surat berharga yang sering diperjual

belikan adalah saham. Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan

atau kepemilikan individu maupun intuisi yang dikeluarkan oleh sebuah

perusahaan yang terbentuk perseroan terbatas. Saham menyatakan bahwa pemilik

saham tersebut merupakan bagian dari pemilik perusahaan tersebut juga. Dengan

demikian bila seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau

merupakan bagian dari pemegang saham perusahaan.

Investasi melalui surat berharga berupa saham, dapat digolongkan menjadi

dua macam, yaitu investasi jangka panjang dan trading. Jika investor memilih

untuk berinvestasi jangka panjang maka keuntungan yang akan di dapatkan oleh

37
investor ini adalah pembagian atas sebagian laba perusahaan (dividen). Sedangkan

jika investor memilih investasi untuk trading, maka investor akan memperoleh

return dari saham berupa capital gain atau loss, dimana nilai gain atau loss ini

didapat dari selisih antara harga beli dengan harga jual. Jika harga beli saham

lebih murah dari harga jualnya, maka akan terjadi gain (laba), begitu juga

sebaliknya jika harga beli saham lebih besar dari harga jualnya, maka akan terjadi

loss (rugi), dan biasanya investor jenis ini lebih berkonsentrasi terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi harga saham.

Untuk itu sebelum memulai investasi, baik investasi jangka panjang maupun

investasi untuk trading, harus memperhatikan kondisi keuangan perusahaan yang

tercermin dari laporan keuangannya, yang akan mempengaruhi harga saham

perusahaan. Berikut ini adalah beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menilai

laporan keuangan suatu perusahaan, antara lain: Earning per Share (EPS), Return

on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV), dan

Price Earnings Ratio (PER)

2.3.1 Pengaruh Earning per Share Terhadap Harga Saham

Menurut Keiso, Weygant, dan Warfield (2002), data laba per saham

seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas

oleh pemegang saham dan investor potensial dalam mengevaluasi profitabilitas

perusahaan. Earning per share selanjutnya disingkat EPS, menunjukan laba yang

dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan

untuk saham biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka

38
sebagian perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba

rugi.

Hal tersebut sesuai dengan Signaling Theory (Teori Sinyal), yang

menyatakan bahwa dengan sinyal yang diberikan perusahaan maka investor dapat

mengetahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan, apabila kondisi keuangan

yang tercermin dalam rasio EPS menunjukkan peningkatan maka minat investor

untuk menanamkan modalnya akan semakin besar sehingga menyebabkan harga

saham naik (Kurnianto, 2013). Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan oleh Setiawan dan Tjun (2010), Law dan Tjun (2011), Kurnianto

(2013), Agustina dan Noviri (2013), Aletheari dan Jati (2016) yang menemukan

bahwa EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan

teori dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : Earnings per share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

2.3.2 Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham

Return on equity selanjutnya disingkat ROE, merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak

pemilik modal. Menurut Kurnianto (2013) ROE juga merupakan rasio yang

memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat

pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan dalam

menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE artinya tingkat pengembalian yang

diharapkan investor juga besar, disamping itu dengan semakin besarnya ROE

39
perusahaan dianggap semakin menguntungkan, sehingga akan menambah minat

investor untuk menanamkan modalnya keperusahaan tersebut.

Hal tersebut sesuai dengan Signaling Theory (Teori Sinyal), yang

menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik, akan dengan sengaja

memberikan sinyal atau informasi kepada pasar maupun kepada para investor.

Dengan demikian pasar maupun para investor diharapkan dapat membedakan

perusahaan mana yang memiliki kualitas yang baik atau buruk. Pernyataan

tersebut sejalan dengan hasil penelitian Choiriah, Malavia, dan Wahono (2016)

yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif terhadap harga saham. Namun

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto (2013) yang

menyatakan bahwa ROE berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap

harga saham. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Primbada

(2017) yang menunjukan hasil ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

harga saha. Berdasarkan uraian diatas dan adanya ketidak konsistenan yang terjadi

antara penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H2 : Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

2.3.3 Pengaruh Net Profit Mrgin Terhadap Harga Saham

Net profit margin selanjutnya disingkat NPM, merupakan rasio yang

mengambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar

rasio ini, maka perusahaan dianggap semakin produktif, sehingga akan

40
meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan

tersebut.

Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualana bersih

menunjukan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara

cukup berhasil untuk mnyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar

bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu risiko. Para investor

pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Dengan mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai apakah perusahaan itu

profitable atau tidak.

Hal tersebut sesuai dengan teori portofolio yang menyatakan bahwa dalam

penilaian sekuritas dipergunakan konsep adanya hubungan yang positif antara

risiko dengan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemodal. Karena pemodal

bersifat tidak menyukai risiko maka mereka baru bersedia mengambil suatu

kesempatan investasi yang lebih berisiko kalau mereka mengharapkan akan

memperoleh tingkat keuntungan yang lebih tinggi, salah satunya dapat dilihat

melalui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sehingga nantinya

diharapkan dengan tingginya kemampuan perushaan dalam menghasilkan laba,

akan menambah return yang diterima para investor, baik return yang berupa

dividen maupun berupa capital gain. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suciyati (2011), yang menyatakan bahwa NPM tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan adanya perbedaan antara teori dengan penelitian tersebut, maka

penelitian ini ingin menguji kembali pengaruh NPM terhadap harga saham,

sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

41
H3 : Net profit margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

2.3.4 Pengaruh Price to Book Value Terhadap Harga Saham

Sebelum memulai berinvestasi, para investor perlu menjawab tiga

pertanyaan ini terlebih dahulu, yaitu:

1. Untuk apa para investor melakukan investasi saham?


2. Berinvestasi diperusahaan apa?
3. Membeli atau masuk diharga berapa?

Mengapa ketiga hal tersebut perlu ditanyakan terutama untuk pertanyaan yang

pertama?

Karena setiap investor memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam

berinvestasi, ada yang ditujukan untuk tabungan jangka panjang, ada pula yang

bertujuan untuk diperdagangkan (trading). Jika investor bertujuan untuk investasi

jangka panjang, maka analisis fundamental yang dilakukan tidak perlu terlalu

spesifik, melainkan hanya melihat pada perusahaan yang memiliki penjualan dan

laba bersih yang selalu meningkat, sedangkan bagi investor yang ingin melakukan

perdagangan saham (trading) perlu melakukan analisis finansial secara spesifik.

Dalam hal investor kebingungan memilih perusahaan yang akan

diinvestasikan, maka para investor dapat melihata atau memilih perusahaan yang

masuk kedalam 20 besar market capital. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan

yang ketiga, para investor, terutama yang ingin melakukan perdagangan saham

(trading) sebaiknya membeli atau masuk pada harga diskon.

Untuk mengetahui harga saham suatu perusahaan berada dalam harga

diskon atau tidak, salah satunya dapat menggunakan indikator Price to Book

42
Value yang selanjutnya disingkat PBV. PBV adalah perhitungan atau

perbandingan antara market value dengan book value suatu saham, dimana

indikator ini memiliki dua fungsi, yaitu:

1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagankan di harga yang

sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya
2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan

perkiraan harga wajar untuk periode satu tahun mendatang.

Setelah mengetahui rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung PBV

dengan saham-saham di industrinya atau yang bergerak di sektor usaha yang

sama. Dengan demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga

saham, apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah.

Berdasarkan uaraian yang telah dijabarkan diatas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4 : Price to book value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

2.3.5 Pengaruh Price Earnings Ratio sebagai variabel moderasi dalam

hubungan antara Earning per Share, Return on Equity, Net Provit

Margin, Price to Book Value terhadap harga saham.

Price Earning Ratio selanjutnya disingkat PER, menunjukkan rasio antara

harga saham per lembar yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan

bersih yang tersedia bagi pemegang saham. Besarnya nilai PER terkadang

berkaitan dengan rasio-rasio yang sering digunakan dalam perusahaan seperti

profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. PER merupakan rasio yang

menunjukkan seberapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan

43
dari earning. Kurnianto (2013) menyatakan semakin tinggi PER maka semakin

tinggi pula harga saham. Harga saham memiliki hubungan dengan PER.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Choiriah, Malavia,

Wahono dan Rahmawati (2017) yang menemukan bahwa PER memoderasi

hubungan EPS, ROE, DER, CR terhadap harga saham. Namun berbeda dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan bahwa

PER bukan merupakan variabel moderating yang memperkuat atau memperlemah

hubungan antara ROE, DER, dan CR dengan harga saham. Melihat ketidak

konsistenan tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Price earning ratio (PER) memoderasi hubungan antara earning per

share (EPS), Return on Equity (ROE), net profit margin (NPM), price to

book value (PBV) terhadap harga saham.

Berdasarkan hasil telaah pustaka diatas, maka kerangka pemikiran yang

mendasari penelitian ini dapat digabungkan sebagai berikut:

Gambar 2.2.2

Kerangka Pemikiran

EPS (X1)
H1

H2
ROE (X2)

H5
PER (Z) H3 HGS (η)
H4

NPM (X3) 44

PBV (X4)
Keterangan gambar 2.2.2:

: Indikator

: Pengaruh hubungan langsung

: Pengaruh hubungan moderasi

X1 : Earning per Share (EPS)

X2 : Return on Equity (ROE)

X3 : Net Provit Margin (NPM)

X4 : Price to Book Value (PBV)

Z : Price Earning Ratio (PER)

η : Harga Saham

2.4 Ringkasan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, maka ringkasan hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

HA1 = Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

HA2 = Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham.

HA3 = Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

HA4 = Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

harga saham.

45
HA5 = Price Earning Ratio (PER) memoderasi hubungan antara Earning per

Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to

Book Value (PBV) terhadap harga saham.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada uji pengruh Earning per Share

(EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Price to Book

Value (PBV) terhadap harga saham. Kemudian penelitian ini juga menguji apakah

Price Earnings Ratio (PER) memoderasi hubungan antara EPS, CR, NPM, dan

PBV terhadap harga saham tersebut.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa sektor keuangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2013 hingga tahun 2016.

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI atau disebut juga perusahaan-

perusahaan yang go public digunakan sebagai populasi penelitian karena

46
berkewajiban untuk mempublikasi laporan tahunan yang telah diaudit oleh Kantor

Akuntan Publik kepada berbagai pihak diluar perusahaan, sehingga data tesebut

lebih mudah diperoleh dan lebih dapat diandalkan.

Periode pengamatan dipilih tahun 2013 sampai dengan 2016 karena

merupakan data terbaru yang dapat diperoleh, sehingga diharapkan dapat

memberikan hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya saat ini.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari anggota-anggota populasi. Peneliti

perlu menggunakan prosedur pemilihan sampel yang sistematis agar diperoleh

sampel yang representatif. Penelitian ini menggunakan metode pemilihan sampel

non-probabilitas atau pemilihan sampel secara tidak acak. Dengan metode

tersebut, anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih

menjadi sampel (Indriantoro dan Supomo, 1999). Metode pemilihan sampel non-

probabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Convenience Sampling dan

Purposive Sampling.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel secara sengaja sesuai

persyaratan sampel yang diperlukan. Dengan metode tersebut, sampel diambil

berdasarkan kriteria-kriteria atau karakteristik-karakteristik yang ditetapkan oleh

peneliti. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Difokuskan pada perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di BEI

secara konsisten pada tahun 2013-2016, dan belum pernah delisting.


2. Perusahaan yang laporan keuangannya telah dipublikasikan di BEI adalah

laporan keuangan yang telah diaudit.

47
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam penyusunan

laporan keuangan yang telah diaudit.


4. Perusahaan yang laporan keuangannya harus memiliki rasio keuangan atau

faktor-faktor untuk menghitung rasio keuangan yang lengkap, sehingga

perusahaan yang tidak memiliki rasio atau faktor-faktor untuk menghitung

rasio keuangan yang lengkap dikeluarkan dari sampel.


5. Perusahaan yang melakukan Initial Publik Overing (IPO) dibawah atau

sama dengan 2013.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokan mejadi tiga jenis, yaitu:

data subyek, data fisik, dan data dokumenter (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, yaitu jenis data penelitian

yang antara lain berupa: faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau

dalam bentuk laporan program. Dalam penelitian ini, data dokumenter berupa

laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan jasa sektor keuangan tahun

2013-2016 yang telah diaudit.

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari

data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain). Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

(Indriantoro dan Supomo, 1999). Tipe data sekunder dalam penelitian ini adalah

data eksternal yang dipublikasikan, dimana data ini umumnya disusun oleh suatu

entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Menurut Indriantoro dan

48
Supomo (1999) data sekunder eksternal berdasarkan tipe data yang

dipublikasikan, antara lain dapat berupa: indeks atau pedoman referensi, data

sesnsus, data statistik, data pasar, data industri, direktori perusahaan, dan data

investasi.

Dalam penelitian ini jenis data sekunder eksternal yang digunakan adalah

direktori perusahaan, yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia

(BEI), yaitu www.idx.co.id.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan

laporan tahunan (annual report) yang telah diaudit dan yang dipublikasikan oleh

perusahaan sampel selama tahun 2013 hingga tahun 2016 melalui situs resmi BEI

serta menelusuri dan mencatat data yang berkaitan dengan variabel-variabel

penelitian.

3.5 Variabel Penelitian dan Divinisi Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Nilai

variabel dapat berupa angka atau atribut yang menggunakan ukuran atau skala

dalam suatu kisaran nilai (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Definisi operasional adalah penentuan variabel agar dapat diukur. Definisi

operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalisasikan variabel, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang

lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

49
mengembangkan cara pengukuran yang lebih baik (Indriantoro dan Supomo,

1999).

Variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dalam terminologi

Structural Equation Modeling yang selanjutnya disingkat SEM, disebut variabel

laten atau konstrak yang harus diukur dengan indikator atau manifest (Sholohin

dan Ratmono, 2013). Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah

variabel laten, karena semua variabel harus diukur dengan indikator tertentu.

Menurut Sholihin dan Ratmono (2013), variabel laten dibagi menjadi dua, yaitu

variabel laten eksogen dan variabel laten endogen. Disamping itu, dalam

penelitian ini juga merumuskan adanya variabel moderating.

3.5.1 Variabel Laten Eksogen

Variabel laten eksogen adalah variabel laten yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain diluar model (tidak dikenai anak panah) (Sholihin dan Ratmono,

2013). Dengan kata lain variabel eksogen merupakan variabel yang

mempengaruhi operasi dalam suatu model ekonomi dan variabel tersebut tidak

dipengaruhi oleh setiap hubungan yang digambarkan oleh model tersebut. Dalam

penelitian ini yang termasuk dalam variabel eksogen antara lain: Earning per

Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Price to

Book Value (PBV).

3.5.1.1 Earning per Share

Menurut Nachrowi (2006) dalam berinvestasi di bursa efek, investor akan

memperlihatkan berbagai aspek, yang salah satunya adalah penghasilan per

50
lembar saham (Earning Per Share selanjutnya disingkat EPS). EPS merupakan

salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar

kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. EPS menunjukan laba yang

dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi laba persaham hanya dilaporkan

untuk saham biasa. Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka

sebagian perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba

rugi.

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan

dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya

menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa

mendatang (Prastowo, 2002). Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya

tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan.

Pada umumnya perhitungan EPS menggunakan data laporan keuangan akhir

tahun, akan tetapi juga dapat menggunakan laporan keuangan pertengahan tahun.

Dalam implementasinya, EPS dihitung dengan membagi laba bersih dengan

jumlah rata-rata tertimbang dari jumlah lembar saham biasa yang beredar

sepanjang tahun. Jumlah rata-rata diperlukan dalam perhitungan karena jumlah

saham yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap (Kurnianto, 2013).

Penghitungan EPS dinyatakan dalam formula sebagai berikut:

lababersi h−dividen sa h am preferen


E PS=
rata−rata tertimbang jumla hlembar sa h ambiasa yg beredar

3.5.1.2 Return on Equity

51
Return on Equity selanjutnya disingkat ROE disebut juga dengan istilah

rentabilitas modal sendiri, merupakan merupakan kemampuan suatu perusahaan

dengan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang

dimaksud adalah keuntungan yang tersedia untuk para pemegang saham atau laba

setelah pajak (Kurnianto, 2013).

ROE mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan

kepada para pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa

keberhasilan bagi perusahaan, yang mengakibatkan tingginya harga saham dan

membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan

memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang

sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar, dan

seterusnya. Semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan

pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya (Walsh 2003).

ROE bertujuan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar presentase ROE yang

dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan

dalam menghasilkan laba. ROE dapat dihitung menggunakan rumus sebgai

berikut:

l a ba bersi h
ROE=
total modal

3.5.1.3 Net Profit Margin

52
Bastian dan Suhardjono (2006) net profit margin selanjutnya disingkat

NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar

NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan

meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada

perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar persentase laba bersih

yang diperoleh dari setiap penjualan.

Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan bersih per rupiah

penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut, investor dapat menilai

apakah perusahaan itu profitable atau tidak. NPM dapat dirumuskan sebagai

berikut:

lababersi h setela h pajak


N PM = ×100
total penjualan

3.5.1.4 Price to Book Value

Price to book value selanjutnya disingkat PBV adalah perhitungan atau

perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Dengan rasio

PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value

suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio PBV dapat memberikan

gambaran potensi pergerakan harga saham sehingga dari gambaran tersebut,

secara tidak langsung rasio PBV juga memberikan pengaruh terhadap harga

saham.

Setelah mengetahui rasio PBV, investor dapat membandingkan langsung

PBV dengan saham-saham di industrinya atau yang bergerak di sektor usaha yang

53
sama. Dengan demikian investor akan mendapat gambaran mengenai harga

saham, apakah market value saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah

(Tryfino, 2009). PBV dapat dihitung dengan cara:

h arga pasar sa h am
P BV =
nilai buku sa h am

3.5.2 Variabel Laten Endogen

Variabel endogen adalah variabel laten yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain didalam model (dikenai anak panah) (Sholihin dan Ratmono, 2013).

Atau dapat dikatakan bahwa variabel endogen merupakan variabel yang

dipengaruhi oleh variabel eksogen. Dalam penelitian ini harga saham merupakan

variabel endogen.

Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual dan

pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan terhadap keuntungan

perusahaan (Susilawati, 2012). Harga saham merupakan faktor yang penting

dalam aktivitas pasar modal, harga saham juga diperhatikan oleh investor atau

calon investor dalam melaksanakan investasi. Semakin kecil nilai harga saham

maka bisa dikatakan bahwa semakin kecil pula nilai suatu perusahaan, sehingga

dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai harga saham, semakin tinggi pula nilai

suatu perusahaan tersebut.

Pada umumnya kinerja sebuah perusahaan akan berpengaruh pada harga

saham perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja suatu perusahaan maka semakin

tinggi laba usaha yang akan diperoleh dan pemegang saham turut menikmati

54
keuntungan dari penghasilan perusahaan, sehingga banyak investor yang ingin

memiliki saham perusahaan tersebut dan harga saham akan naik (Suharno, 2016).

Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga per lembar

saham biasa perusahaan jasa sektor keuangan yang terdaftar di BEI pada saat

penutupan (closing price) akhir tahun 2013 sampai 2016.

3.5.3 Variabel Moderating

Variabel moderating merupakan tipe variabel yang mempunyai pengaruh

terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel. Sifat atau hubungan antara

variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen kemungkinan

positif atau negative, dalam hal ini tergantung pada variabel moderating. Oleh

karena itu, variabel moderating dinamakan pula dengan variabel contingency

(Indriantoro dan Supomo, 1999).

Pengaruh moderasi (moderating effect) terjadi ketika sebuah variabel

mengubah kekuatan atau bahkan arah hubungan dua variabel lain dalam model.

Terdapat dua jenis hubungan moderasi, yaitu kontinu dan kategorikal. Pengaruh

moderasi kontinu (continuous moderating effect) terjadi ketika variabel

pemoderasi diukur dengan skala metrik (interval atau rasio). Pengujian

continuous moderating effect dalam model SEM biasanya dilakukan dengan efek

interaksi antar variabel laten predictor dan pemoderasi (Sholihin dan Ratmono,

2013).

Jenis moderasi kedua adalah efek moderasi kategorikal (categorical

moderating effect) yaitu ketika variabel pemoderasi berupa kategorikal seperti

gender. Ketika sebuah variabel pemoderasi diukur secara kategorikal, maka

55
variabel pemoderasi tersebut berperan sebagai variabel pengelompok (grouping

variabel) yang membagi data menjadi subsampel. Selanjutnya peneliti

menganalisis apakah terdapat perbedaan signifikan hasil estimasi model antara

subsampel tersebut. Pengujian seperti ini disebut analisis multigrup (multigroup

analysis). Tujuannya adalah membandingkan model yang sama antar sampel yang

berbeda (Sholihin dan Ratmono, 2013).

Dalam penelitian ini Price Earning Ratio selanjutnya disingkat PER

diperkirakan sebagai variabel continuous moderating effect. PER menunjukan

hubungan antara harga pasar saham dengan earning per share perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini, maka perusahaan dianggap memiliki tinggkat

pertumbuhan yang tinggi, dan sebaliknya.

Rasio PER ini menunjukan berapa besar investor menilai harga dari saham

terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini

menunjukan bahwa harga saham merupakan kelipatan dari 5 kali earnings

perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah earnings tahunan dan

semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai PER sebesar 5 juga

menunjukan lama investasi pembelian saham akan kembali selama 5 tahun

(Hartono, 2013).

Besarnya PER terkadang berkaitan dengan rasio-rasio yang sering

digunakan dalam perusahaan seperti profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas,

sehingga dalam penelitian ini PER dirumuskan sebagai variabel moderating yang

memoderasi hubungan antara variabel laten eksogen dengan variabel laten

endogen. PER dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

56
h arga pasar per lembar sa h ambiasa
P ER=
laba per lembar sa h am

3.6 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Statistika dibagi menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik induktif.

Statistik deskriptif adalah metode statistik yang berkaitan dengan pengumpulan

dan penyajian atas suatu kelompok data agar diperoleh informasi yang

bermanfaat. Dalam statistik deskriptif dapat diperoleh informasi tentang ukuran

yang diperlukan untuk memahami karakteristik data, seperti nilai maksimum, nilai

minimum, nilai rata-rata, ukuran variabilitas data, dan ukuran untuk mengetahui

distribusi data (Subiyakto dan Algifari, 2011).

Sedangkan statistik induktif adalah metode statistik yang dapat digunakan

untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan

informasi yang diperoleh dari sampel. Berdasarkan sifat distribusi data yang

dianalisis, statistik induktif dikelompokan menjadi dua, yaitu statistik parametik

dan statistik nonparametik. Statistik parametik adalah metode statistika induktif

yang mensyaratkan data yang dianalisis berdistribusi normal (Subiyakto dan

Algifari, 2011). Salah satu contoh dari statstik parametik adalah analisis regresi.

Statistik nonparametik adalah metode statistika induktif yang tidak

mensyaratkan data yang dianalisis berdistribusi tertentu. Dengan kata lain statistik

nonparametik ini dapat digunakan untuk menganalisis data yang distribusinya

bebas. Contoh dari statistika nonparametik adalah uji tanda, Wilcoxon rank-sum

test, kruskal-wallis test, dan spearman rank-order correlation.

57
3.6.1 Analisis Data
3.6.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau diskripsi data yang dilihat

dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,

range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2013). Statistik diskriptif pada dasarnya

merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga

mudah dipahami dan diinterpretasikan oleh pengguna. Tabulasi menyajikan

ringkasan, pengaturan, atau penyusunan data dalam tabel numerik atau grafik

(Indrianto dan Soepomo, 1999).

Pada penelitian ini statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan

karakteristik data sampel dari earning per share, return on equity, net provit

margin, price to book value, price earning ratio, dan harga saham. Uji statistik

deskriptif tersebut dilakukan dengan software Statistical Package for Social

Sciences (SPSS) versi 15.0.

3.6.1.2 Analisis Statistik Induktif

Dalam penelitian ini dirumuskan terdapat variabel moderating, dimana

varibel ini merupakan tipe variabel yang memperlemah atau memperkuat

hubungan antara varibel laten eksogen dengan variabel laten endogen.

Seperti yang telah diketahui bahwa Moderated Regression Analysis

selanjutnya disingkat MRA merupakan cara umum yang digunakan dalam analisis

regresi linear berganda dengan memasukan variabel ke tiga berupa perkalian

58
antara dua variabel independen sebagai variabel moderating, selain itu MRA juga

menghendaki data yang berdistribusi normal dan harus memenuhi syarat uji

asumsi klasik. Hal ini akan menimbulkan hubungan nonlinear sehingga kesalahan

pengukuran dari koefisien estimasi MRA jika mengunakan variabel laten menjadi

tidak konsisten dan bias. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan

menggunakan Structural Equation Modeling selanjutnya disingkat SEM dimana

SEM dapat mengoreksi kesalahan ini dengan memasukan pengaruh interaksi

kedalam model. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model

persamaan struktural SEM dengan menggunakan Partial Least Squares (PLS)

(Ghozali, 2014).

3.6.1.3 Analisis dengan Partial Least Square

Partial Least Square selanjutnya disingkat PLS, merupakan metode analisis

yang powerfull dan sering disebut juga sebagai soft modeling karena meniadakan

asusi-asumsi OLS (ordinary least square) regresi, seperti data harus terdistribusi

normal secara multivariate dan tidak adanya problem multikolonieritas antara

variabel laten. PLS digunakan untuk menguji teori yang lemah dan data yang

lemah seperti jumlah sampel yang kecil atau adanya masalah normalitas data.

Walapun PLS digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara

variabel laten, PLS juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori. Sebagai

teknik prediksi, PLS mengasumsikan ukuran varian adalah varian yang berguna

untuk dijelaskan, sehingga pendekatan variabel laten dianggap kombinasi linear

dari indikator (Ghozali, 2014).

59
PLS menggunakan literasi algorithm yang terdiri dari seri OLS (ordinary

least square) sehingga persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk

model yang mempunyai satu arah kausalitas dan menghindarkan masalah untuk

model yang bersifat timbal balik, yang dapat diselesaikan oleh SEM berbasis

covariance. Alogaritma PLS ingin mendapatkan the best weight estimate untuk

setiap blok indikator dari setiap variabel laten. Hasil komponen skor setiap

variabel laten didasarkan pada estimasi indikator weight yang memaksimumkan

variance explained untuk variabel dependen (latent, observe, atau keduanya)

(Ghozali, 2014).

Secara konseptual PLS-SEM mirip dengan analisis regresi ordinary least

square (OLS) karena bertujuan memaksimalkan variansi variabel dependen yang

dapat terjelaskan dalam model. Dengan kata lain tujuannya adalah

memaksimalkan nilai R-squared dan meminimalkan residual atau kesalahan

prediksi. Selain itu tujuan yang hampir sama dengan regresi OLS tersebut, tujuan

lain PLS-SEM adalah mengevaluasi kualitas data berdasarkan model pengukuran.

Oleh karena itu PLS-SEM dapat dipandang sebagai gabungan regresi dan analisis

faktor. PLS-SEM tetap dapat menghasilkan estimasi meskipun untuk ukuran

sampel kecil dan penyimpangan dari asumsi normalitas multivariat (Sholihin dan

Ratmono, 2013).

Analisis PLS-SEM terdiri dari dua sub model yaitu model pengukuran atau

sering disebut outer model dan model struktural atau sering disebut inner model.

Model pengukuran menunjukan bagaimana variabel dependen mempresentasikan

variabel independen untuk diukur, sedangkan model struktural menunjukan

kekuatan estimasi antara variabel independen atau konstruk (Ghozali, 2014).

60
Dalam penelitian ini, analisis PLS-SEM dilakukan dengan menggunakan

software Warp Partial Least Square selanjutnya disingkat WarpPLS versi 6.0.

Alasan dipilihnya model analisis PLS terutama WarpPLS dalam peneitian ini

karena informasi yang dihasilkan efisiensi dan mudah diinterpretasikan, model

analisis PLS juga tidak menyaratkan adanya jumlah sampel yang banyak, serta

dapat digunakan pada indikator reflektif dan normatif terhadap variabel latennya.

WarpPLS juga langsung menampilkan nilai signifikansi, sehingga memudahkan

peneliti untuk langsung mengetahui hasilnya, WarpPLS dapat memberi peringatan

jika terjadi multikolinearitas yang cukup tinggi, dan tersedianya output nilai

pengaruh tidak langsung/pemediasi (Solihin dan Ratmono, 2013).

3.6.1.4 Teknik Analsisi Data

Teknik analisis dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan

aplikasi WarpPLS yang disusun berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

3.6.1.4.1 Merancang Model Struktural (inner model)

Inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan

pada substantive theory (Ghozali, 2014). Perancangan model struktur hubungan

antarvariabel laten didasarkan pada rumusan masalah dan hipotesis. Tanpa

kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau

variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama dengan satu, sehingga

parameter konstanta dapat dihilangkan dari model. Pada PLS perancangan inner

model dapat menggunakan teori, hasil studi empiris, analogi (hubungan antar

61
variabel pada bidang ilmu lain), maupun normative (misalnya peraturan

pemerintah, undang-undang dan sebagainya).

3.6.1.4.2 Merancang Model Pengukuran (outer model)

Outer model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan

dengan variabel latennya (Ghozali, 2014). Perancangan model pengukuran

dilakukan dengan menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten

yang dapat bersifat reflektif maupun formatif dan berdasarkan teori, hasil studi

empiris, rasional dan definisi operasional variable.

3.6.1.4.3 Mengkonstruksi Diagram Jalur

Konstruksi diagram jalur dalam penelitian ini berdasarkan kerangka

konseptual, dan disajikan pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1
Konstruksi Diagram Jalur

Keterangan gambar 3.1:

: Indikator

62
: Pengaruh variabel

X1 : Earning per Share (EPS)

X2 : Return on Equity (ROE)

X3 : Net Provit Margin (NPM)

X4 : Price to Book Value (PBV)

Z : Price Earning Ratio (PER)

η : Harga Saham

3.6.1.4.4 Mengkonversi Diagram Jalur ke Persamaan

Menurut Ghozali (2014), konversi diagram jalur ke persamaan dilakukan

dengan menyusun inner model dan outer model gambar 3.1 dapat disusun dengan

dua persamaan berikut:

1. Persamaan inner model


η = β0 + βη + γξ + ς
Dimana η menggambarkan vektor endogen (depeden) variabel laten, ξ

adalah vektor variabel laten exogen, dan ς adalah vektor variabel residual

(unexplained variance). Oleh karena PLS didesain untuk model recursive,

maka hubungan antara variabel laten, setiap variabel laten dependen η, atau

sering disebut casual chain system dari variabel laten dapat dispesifikasikan

sebagai berikut:
ηj = Ʃi βji ηj + Ʃi γjb ξb + ςj
Dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan

prediktor endogen dan variabel laten exogen ξ dan ς sepanjang range indeks I

dan b, dan ςj adalah inner residual variabel. Berdasarkan penjelasan diatas,

persamaan inner model dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


a. Inner model tanpa variabel moderating
η = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

63
b. Inner model dengan variabel moderating
η = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5Z + β6 [{X1*Z}] + β7 [{X2*Z}] + β8

[{X3*Z}] + β9 [{X4*Z}] + e

η merupakan variabel laten endogen, sedangkan β1 - β9 merupakan

estimasi koefisien jalur dari masing-masing variabel laten, X1-X4 merupakan

variabel laten eksogen dan e merupakan vektor variabel residual (unexplained

variance). Disamping itu pada inner model dengan adanya variabel

moderating X1*Z, X2*Z, X3*Z, X4*Z menggambarkan hubungan antara

masing-masing variabel laten eksogen dengan variabel moderating.

2. Persamaan outer model


Outer model sering juga disebut (outer relaton atau measurement

model) mendefinisikan setiap blok indikator berhubungan dengan variabel

latennya. Blok dengan indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai

berikut:
x = Ʌxξ + εx
y = Ʌyη + εy
Dimana x dan y adalah indikator atau manifest variabel untuk variabel

laten exogen dan endogen ξ dan η, sedangkan Ʌx dan Ʌy merupakan matrik

loading yang menggambarkan koefisien regresi sederhana yang

menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur

dengan εx dan εy dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau

noise. Blok dengan indikator formatif dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
ξ = Πξx + δξ
η = Πηy + δη
Dimana ξ, η, x dan y sama dengan yang digunakan pada persamaan

outer model sebelumnya. Πx dan Πy adalah koefisien regresi berganda dari

variabel laten dan blok indikator dan δx dan δy adalah residual dari regresi.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan outer model, karena semua

variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak memerlukan suatu

64
indikator atau proxy untuk mengukur variabel tersebut, melainkan dapat

dihitung secara langsung dan diinterpretasikan dengan angka yang pasti serta

rumus yang baku.

3.6.1.4.5 Melakukan Estimasi

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi

tiga. Kategori pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk

menciptakan skor variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path

estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok

indikatornya (loading), kategori ketiga adalah berkaitan dengan means dan lokasi

parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk

memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan

setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight

estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model,

dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstanta) (Ghozali,

2014).

3.6.1.4.6 Evaluasi goodness fit model

Goodness fit digunakan untuk melihat apakah model penelitian cocok

dengan data penelitian. Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi

tertentu untuk estimasi parameter, maka teknik parametik untuk menguji

signifikansi parameter tidak diperlukan. Model evaluasi PLS bedasarkan pada

pengukuran prediksi yang mempunyai sifat nonparametik. Model pengukuran

atau outer model dengan indikator refleksi dievaluasi dengan convergent dan

discriminant validity dari indikatornya dan composite reability untuk blok

65
indikator. Sedangkan outer model dengan format indikator dievaluasi berdasarkan

pada substantive contentnya yaitu membandingkan besarnya relatif weight dan

melihat signifikansi dari ukuran weight tersebut. Model struktural atau inner

model dievaluasi dengan melihat prosentase variance yang dijelaskan yaitu

dengan melihat nilai R2 untuk konstruk laten dependen dengan menggunakan

ukuran Stone-Geisser Q Square test dan juga melihat besarnya koefisien jalur

strukturalnya. Stabilitas dari estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t-

statistik (Ghozali, 2014).

1. Multikolinieritas

Menurut Sholihin dan Ratmono (2013) dalam pengujian model moderasi

average block variaance inflation factor selanjutnya disingkat AVIF harus

menjadi fokus kita karena dalam WarpPLS menggunakan interaksi antar

variabel (moderated regression analysis) yang kemungkinan dapat terjadi

multikolinieritas diantara variabel independen. Kriteria dalam pengujian ini

adalah, jika nilai AVIF < 5, idealnya < 3,3 maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.

2. Model Struktural (inner model)

Inner model yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural

model dan substantive theory) menggambarkan antar variabel laten

berdasarkan pada substantive theory (Ghozali, 2014). Terdapat beberapa

pengujian dalam model ini yaitu R-square pada konstruk dependen, dan

estimate for path coeffisients.

a. Nilai Koefisien Determinasi

66
Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-squared untuk

konstruk dependen Stone-geiiser Q-square test untuk predictive relevance

dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Dalam

menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-squared untuk

setiap variabel dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi pada

regresi. Perubahan nilai pada R-squared dapat digunakan untuk menilai

pengaruh variabel independen tertentu terhadap variabel dependen apakah

mempunyai pengaruh yang substantive. Hasil R-squared sebesar 0,67;

0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model struktural

mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, “lemah” (Ghozali,

2014).

b. Relevansi Prediktif (predictive relevance)

Disamping melihat nilai R-square, model PLS juga dievaluasi dengan

melihat Q-squared predictive relevance untuk model konstruk. Q-squared

mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga

estimasi parameternya. Nilai Q-squared > 0 menunjukan bahwa model

mempunyai nilai predictive relevance, sedangkan nilai Q-squared < 0

menunjukan bahwa model kurang memiliki predictive relevance (Ghozali,

2014).

c. Ukuran Efek (effect size)

Ukuran efek (effect size) dihitung sebagai nilai absolut kontribusi

individual setiap variabel laten predictor pada nilai R-squared variabel

67
criterion. Effect size dapat dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu

lemah (0,02), medium (0,15), dan besar (0,35) (Sholihin dan Ratmono,

2013).

Indikator yang digunakan untuk melihat goodness fit selain menggunakan

AVIF, R-squared, Q-squared, dan effect size adalah dengan melihat average path

coefficient selanjutnya disingkat APC. Kriteria kecocokan model dengan data

adalah jika nilai P-values dari APC < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model

cocok dengan data. Disamping menggunakan APC, juga bisa menggunakan

average R-squared selanjutnya disingkat ARS, dimana memiliki kriteria

penerimaan kecocokan yang sama dengan APC, yaitu jika nilai P-values dari ARS

< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model cocok dengan data (Ghozali, 2014).

3.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah suatu alat analisis statistik untuk menguji hipotesis

(dugaan) tentang besaran parameter populasi. Dalam uji hipotesis akan dilakukan

dengan pengujian hipotesis terhadap rata-rata populasi, dan proporsi populasi. Uji

hipotesis rata-rata merupakan alat analisis yang termasuk kedalam statistik

parametik, sehingga data yang dianalisis harus berdistribusi normal (Subiyakto

dan Algifari, 2011).

Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk menentukan apakah jawaban

teoritis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang

dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data (Indriantor dan Supomo,

1999).

68
Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS, tanpa

harus memperhatikan beberapa asumsi seperti dalam uji statistik dengan yang

lain, yaitu data tidak harus berdistribusi normal, dan tidak mengasumsikan data

harus dengan skala pengukuran tertentu (Ghozali, 2014). Hipotesis akan didukung

apabila:

1. Koefisien jalur yang menghubungkan variabel independen dengan variabel

dependen memiliki P-values < 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa pengaruh

hubungan variabel independen terhadap variabel dependen adalah signifikan.


2. Koefisien jalur yang memoderasi antara variabel independen dengan

variabel moderating terhadap variabel dependen memiliki P-values < 0,05,

dan dapat disimpulkan bahwa variabel moderaing, memoderasi hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen secara signifikan.

3.6.2.1 Adjusted Koefisien Determinasi

Adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Apabila menggunakan R2, setiap

tambahan satu variabel independen pasti akan meningkatkan nilai R 2, tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen. Oleh karena itu terdapat kemungkinan bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukan ke dalam model regresi. Sementara itu nilai

Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan

kedalam model regresi. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi

terbaik. Dalam kenyataannya nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun

69
yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapati nilai

adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol (Ghozali, 2016).

3.6.2.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaurh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2016).

Untuk menguji hipotesisi ini dugunakan statistik t dengan kriteria pengambilan

keputusan menggunakan derajat kepercayaan (α) 5%. Apabila nilai signifikansi ≤

0,05, maka model regresi layak atau dengan katalain H0 ditolak dan menerima

HA. Hal tersebut berarti secara individual satu variabel laten eksogen berpengaruh

signifikan terhadap variabel laten endogen.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian (populasi) dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

jasa sektor keuangan yang terdaftar di BEI selama tahun 2013 hingga tahun 2016.

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan sebelumnya,

akhirnya terpilih 64 perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian.

Pengambilan sampel penelitian digambarkan pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1

70
Penarikan sampel penelitian

Tidak Memenuhi
No Kriteria Akumulasi
Kriteria
Perusahaan jasa sektor keuangan yang
terdaftar di BEI hingga 31 Desember 85
2016.
Perusahaan jasa sektor keuangan yang
1 terdaftar di BEI 2013-2016 yang telah 1
delisting.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan
2 laporan keuangan yang telah diaudit di 0
BEI periode 2013-2016.
Perusahaan yang tidak menggunakan
3 mata uang Rupiah dalam penyusunan 0
laporan keuangannya.
Perusahaan yang informasi untuk
4 menghitung rasio-rasio dalam penelitian 5
ini kurang/atau tidak lengkap.
Perusahaan yang melakukan Initial
5 15
Public Overing (IPO) diatas tahun 2013.
Jumlah perusahaan jasa sektor keuangan
21
yang tidak memenuhi kriteria sampel
Jumlah perusahaan sampel 64
Sampel yang digunakan tahun 2013-2016 256
Data outlier 12
Sampel yang digunakan setelah outlier 244
Sumber: Indonesia Stock Exchange yang diolah, 2017

Berdasarkan kriteria tersebut maka didapatkan perusahaan sampel yang

memenuhi persyaratan sebanyak 64 perusahaan dengan tahun pengamatan 4

tahun, sehingga terdapat 256 data. Namun terdapat data outlier sebanyak 12 data,

sehingga sampel yang digunakan sebesar 244 data.

4.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

71
4.2.1 Analisis Data

4.2.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Berikut ini dijelaskan gambaran atau diskripsi dari seluruh data variabel yang

akan dilibatkan didalam model penelitian:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Statistik Deskriptif dengan SPSS

Descriptive Statistics

HARGA Valid N
EPS ROE NPM PBV PER
SAHAM (listwise)
N Statistic 244 244 244 244 244 244 244
Range Statistic 1226.1172 1.7594 6.8000 18.7297 386.6298 5.7366
Minimum Statistic -233.5210 -1.4590 -4.3988 -6.0811 -82.9924 3.9120
Maximum Statistic 992.5962 .3004 2.4012 12.6486 303.6374 9.6486
Sum Statistic 27450.5655 19.0297 34.3334 328.0637 6329.4269 1557.811
Mean Statistic 112.502318 .077991 .140711 1.344523 25.940274 6.384471
Std.
12.0447008 .0096296 .0300649 .0915588 2.8290540 .0879567
Error
Std.
Statistic 188.144241 .1504192 .4696290 1.430195 44.191236 1.373928
Deviation
Variance Statistic 35398.255 .023 .221 2.045 1952.865 1.888
Skewness Statistic 2.266 -5.789 -4.293 2.362 2.720 .296
Std.
.156 .156 .156 .156 .156 .156
Error
Kurtosis Statistic 5.451 49.630 43.779 21.132 10.769 -.675
Std.
.310 .310 .310 .310 .310 .310
Error
Sumber: Output SPSS, 2017

72
Banyaknya data (N) adalah 244 yang terdiri dari 65 perusahaan jasa sektor

keuangan masing-masing pada tahun 2013-2016 sebagai sampel penelitian. Data

EPS yang terbesar (maksimum) sebesar 992,5962 yang dimiliki oleh Bank Rakyat

Indonesia Persero pada tahun 2013 dengan laba bersih sebesar 24.241.650 (dalam

jutaan rupiah) dan dengan jumlah lembar saham yang beredar sebesar

24.422.470.300 lembar. Data EPS yang terkecil (minimum) sebesar -233,5210

yang dimiliki oleh Bank Permata Tbk pada tahun 2016 dengan rugi sebesar

6.483.084 (dalam jutaan rupiah) dan dengan jumlah lembar saham yang beredar

sebesar 27.762.311.800 lembar, dengan demikian selisish antara nilai maksimum

dengan nilai minimum (range) untuk variabel EPS adalah 1.226,1172. Data

seluruh rasio EPS dari 244 data tersebut berjumlah (sum) 27.450,5655 dengan

nilai rata-rata (mean) sebesar 112,5023 dan standar deviasi sebesar 188,1442.

Nilai standar deviasi yang lebih besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan

bahwa sebaran data kecil, sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar antara

nilai EPS terendah dengan yang tertinggi. Besarnya koefisien kemencengan

(Skewness) adalah 2,266 dengan kesalahan standar kemencengan (Std. Error of

Skewness) adalah 0,156. Rasio kemencengan (ratio of Skewnees) dapat diperoleh

dari membagi koefisien kemencengan dengan kesalahan standar kemencengan.

Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau

tidak. Jika rasio kemencengan berkisar antara -2 samapai dengan +2 maka secara

statistik dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio kemencengan EPS adalah 2,266/0,156 =

14,5256. Besarnya rasio kemencengan 14,5256 berada jauh ditas 2. Dengan

demikian dapat disimpulkan 244 data EPS tidak berdistribusi normal. Besarnya

73
koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah 5,451 dengan kesalahan standar

keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah 0,310. Rasio keruncingan (ratio of

Kurtosis) dapat diperoleh dari membagi koefisien keruncingan dengan kesalahan

standar keruncingan. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau tidak. Jika rasio keruncingan berkisar antara -2 samapai

dengan +2 maka secara statisti k dapat disimpulkan bahwa data tersebut

berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio

Keruncingan EPS adalah 5,451/0,310 = 17,5839. Besarnya rasio kemencengan

17,5839 berada jauh ditas 2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data EPS

tidak berdistribusi normal.

Data ROE yang terbesar (maksimum) sebesar 0,3004 yang dimiliki oleh

Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk pada tahun 2013 dengan laba bersih sebesar

90,692 (dalam jutaan rupiah) dan dengan total modal 321,901 (dalam jutaan

rupiah). Data ROE yang terkecil (minimum) sebesar -1,4590 yang dimiliki oleh

Onix Capital Tbk pada tahun 2013 dengan rugi sebesar 29.552.307.690 dan

dengan total modal sebesar 20.254.610.933, dengan demikian selisish antara nilai

maksimum dengan nilai minimum (range) untuk variabel ROE adalah 1,7594.

Data seluruh rasio ROE dari 244 data tersebut berjumlah (sum) 19,0297, dengan

nilai rata-rata (mean) sebesar 0,0779 dan standar deviasi sebesar 0,1504. Nilai

standar deviasi yang lebih besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa

sebaran data kecil, sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar antara nilai

ROE terendah dengan yang tertinggi. Besarnya koefisien kemencengan

(Skewness) adalah -5,789 dengan kesalahan standar kemencengan (Std. Error of

Skewness) adalah 0,156. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio

74
kemencengan ROE adalah -5,789/0,156 = -37,1090. Besarnya rasio kemencengan

-37,1090 berada jauh dibawah -2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data

ROE tidak berdistribusi normal. Besarnya koefisien keruncingan (Kurtosis)

adalah 49,630 dengan kesalahan standar keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah

0,310. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio Keruncingan return

on equity adalah 49,630/0,310 = 160,0968. Besarnya rasio kemencengan 160,0968

berada jauh ditas 2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data ROE tidak

berdistribusi normal.

Data NPM yang terbesar (maksimum) sebesar 2,4012 yang dimiliki oleh

Danasupra Erapacific Tbk pada tahun 2016 dengan laba bersih setelah pajak

sebesar 8.844.480.929 dan total penjualan 3.683.399.800. Data NPM yang terkecil

(minimum) sebesar -4,3988 yang dimiliki oleh Onix Capital Tbk pada tahun 2013

dengan rugi sebesar 29.552.308.355 dan total penjualan sebesar 6.718.328.183,

dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai minimum (range)

untuk variable NPM adalah 6,8000. Data seluruh rasio NPM dari 244 data

tersebut berjumlah (sum) 34,3334, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,1407

dan standar deviasi sebesar 0,4696. Nilai standar deviasi yang lebih besar daripada

nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data kecil, sehingga terdapat

kesenjangan yang cukup besar antara nilai NPM terendah dengan yang tertinggi.

Besarnya koefisien kemencengan (Skewness) adalah -4,293 dengan kesalahan

standar kemencengan (Std. Error of Skewness) adalah 0,156. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut, besarnya rasio kemencengan NPM adalah -4,293/0,156 =

-27,5192. Besarnya rasio kemencengan -27,5192 berada jauh dibawah -2. Dengan

demikian dapat disimpulkan 244 data NPM tidak berdistribusi normal. Besarnya

75
koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah 43,779 dengan kesalahan standar

keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah 0,310. Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut, besarnya rasio Keruncingan NPM adalah 43,779/0,310 = 141,2226.

Besarnya rasio kemencengan 141,2226 berada jauh ditas 2. Dengan demikian

dapat disimpulkan 244 data NPM tidak berdistribusi normal.

Data PBV yang terbesar (maksimum) sebesar 12,6486 yang dimiliki oleh

Kresna Graha Investama Tbk pada tahun 2016 dengan harga saham penutupan

sebesar 468 dan nilai buku perusahaan akhir tahun (sebesar total ekuitasnya)

680.486.074.515. Data PBV yang terkecil (minimum) sebesar -6,0811 yang

dimiliki oleh Onix Capital Tbk pada tahun 2013 dengan harga saham penutupan

sebesar 450 dan nilai buku perusahaan akhir tahun (sebesar total ekuitasnya)

20.254.610.933, dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai

minimum (range) untuk variabel PBV adalah 18,7297. Data seluruh rasio PBV

dari 244 data tersebut berjumlah (sum) 328,0637 dengan nilai rata-rata (mean)

sebesar 1,3445 dan standar deviasi sebesar 1,4302. Nilai standar deviasi yang

lebih besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data kecil,

sehingga terdapat kesenjangan yang cukup besar antara nilai PBV terendah

dengan yang tertinggi. Besarnya koefisien kemencengan (Skewness) adalah 2,362

dengan kesalahan standar kemencengan (Std. Error of Skewness) adalah 0,156.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio kemencengan PBV adalah

2,362/0,156 = 15,1410. Besarnya rasio kemencengan 15,1410 berada jauh diatas

2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data PBV tidak berdistribusi normal.

Besarnya koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah 21,132 dengan kesalahan

standar keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah 0,310. Berdasarkan hasil

76
perhitungan tersebut, besarnya rasio Keruncingan PBV adalah 21,132/0,310 =

68,1677. Besarnya rasio kemencengan 68,1677 berada jauh ditas 2. Dengan

demikian dapat disimpulkan 244 data PBV tidak berdistribusi normal.

Data PER yang terbesar (maksimum) sebesar 303,6374 yang dimiliki oleh

Pacific Strategic Financial Tbk pada tahun 2015 dengan harga saham penutupan

sebesar 660 dan nilai EPS nya sebesar 2,1736. Data PER yang terkecil (minimum)

sebesar -82,9924 yang dimiliki oleh Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2015

dengan harga saham penutupan sebesar 2.050 dan nilai EPS nya sebesar -43,3172,

dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai minimum (range)

untuk variabel PER adalah 386,6298. Data seluruh rasio PER dari 244 data

tersebut berjumlah (sum) 6.329,4269 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

25,9403 dan standar deviasi sebesar 44,1912. Nilai standar deviasi yang lebih

besar daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data kecil, sehingga

terdapat kesenjangan yang cukup besar antara nilai PER terendah dengan yang

tertinggi. Besarnya koefisien kemencengan (Skewness) adalah 2,720 dengan

kesalahan standar kemencengan (Std. Error of Skewness) adalah 0,156.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio kemencengan PER adalah

2,720/0,156 = 17,4359. Besarnya rasio kemencengan 17,4359 berada jauh diatas

2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data PER tidak berdistribusi normal.

Besarnya koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah 10,769 dengan kesalahan

standar keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah 0,310. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut, besarnya rasio Keruncingan PER adalah 10,769/0,310 =

34,7387. Besarnya rasio kemencengan 34,7387 berada jauh ditas 2. Dengan

demikian dapat disimpulkan 244 data PER tidak berdistribusi normal.

77
Harga saham yang terbesar (maksimum) sebesar 9,6486 yang dimiliki oleh

Bank Central Asia Tbk pada tahun 2016 dengan harga saham penutupan sebesar

15.500. Harga saham yang terkecil (minimum) sebesar 3,9120 yang dimiliki oleh

HD Capital Tbk pada tahun 2016 dengan harga saham penutupan sebesar 50,

dengan demikian selisish antara nilai maksimum dengan nilai minimum (range)

untuk variabel harga saham adalah 5,7366. Data seluruh harga saham dari 244

data tersebut berjumlah (sum) 1.557,8110 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

6,3845 dan standar deviasi sebesar 1,3739. Nilai standar deviasi yang lebih kecil

daripada nilai rata-rata mengindikasikan bahwa sebaran data besar, sehingga tidak

terdapat kesenjangan yang cukup besar antara harga saham terendah dengan yang

tertinggi. Besarnya koefisien kemencengan (Skewness) adalah 0,296 dengan

kesalahan standar kemencengan (Std. Error of Skewness) adalah 0,156.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio kemencengan harga saham

adalah 0,296/0,156 = 1,8974. Besarnya rasio kemencengan 1,8974 berada diantara

-2 dan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data harga saham

berdistribusi normal. Besarnya koefisien keruncingan (Kurtosis) adalah -0,675

dengan kesalahan standar keruncingan (Std. Error Kurtosis) adalah 0,310.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, besarnya rasio Keruncingan harga saham

adalah -0,675/0,310 = -2,1774. Besarnya rasio kemencengan -2,1774 berada

diantara -2 dan +2. Dengan demikian dapat disimpulkan 244 data harga saham

berdistribusi normal.

4.2.1.2 Analisis Induktif

4.2.1.2.1 Analisis dengan WarpPLS

78
Program WarpPLS dapat mengidentifikasi hubungan nonlinier antara

variabel laten dan mengkoreksi nilai koefisien jalur berdasar hubungan tersebut.

Karena kebanyakan hubungan antar variabel adalah nonlinier, maka WarpPLS

dapat menemukan hubungan sebenarnya (real relationship) antar variabel laten

dalam analisis SEM. Oleh karena itu, sering koefisien jalur yang berhubungan

dengan efek nyata yang kuat dapat menjadi lebih tinggi daripada yang diestimasi

oleh software SEM lain. Bahkan dalam beberapa kasus dari tidak signifikan

mejadi signifikan pada nilai p kurang dari 1% (Solihin dan Ratmono, 2013).

4.2.1.2.1.1Evaluasi goodness fit model

Oleh karena PLS tidak mengasumsikan adanya distribusi tertentu untuk

estimasi parameter, maka teknik parametik untuk menguji signifikansi parameter

tidak diperlukan. Model evaluasi PLS bedasarkan pada pengukuran prediksi yang

mempunyai sifat nonparametik (Ghozali, 2014). Model yang dievaluasi dalam

WarpPLS adalah mode pengukuran atau outer model dan model struktural atau

inner model. Berikut adalah evaluasi terhadap kedua model tersebut.

1. Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model penelitian

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model penelitian yang

baik seharusnya tidak terjadi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal

(Ghozali, 2007). Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari

average block variaance inflation factor yang selanjutnya disingkat AVIF. Jika

79
nilai AVIF lebih kecil dari 5, idealnya 3,3 menandakan tidak adanya

multikolinieritas antar variabel laten eksogen. Hasil dari uji multikolinieritas

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3

Model fit and quality indices

Coefficient
Average blok VIF 1,683
Sumber: Output WarpPLS, 2017

Dari tabel 4,3 dapat diketahui bahwa nilai dari AVIF sebesar 1,683, yang

berarti lebih kecil dari 5 mapun 3,3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas antar variabel laten eksogen,

atau dengan kata lain uji multikolinieritas terpenuhi.

2. Model Struktural (inner model)

Menilai inner model adalah melihat hubungan antara konstruk laten dengan

melihat hasil estimasi koefisien parameter path dan tingkat signifikansinya

(Ghozali, 2014). Berikut beberapa ukuran yang digunakan dalam menilai

inner model.

a. Nilai Koefisien Determinasi

Dalam menilai model dengan PLS kita mulai dengan melihat R-squared

untuk setiap variabel dependen. Interpretasinya sama dengan interpretasi

pada regresi. Perubahan nilai pada R-squared dapat digunakan untuk

menilai pengaruh variabel independen tertentu terhadap variabel

dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantiv. Hasil R-squared

sebesar 0,67; 0,33 dan 0,19 untuk variabel laten endogen dalam model

80
struktural mengindikasikan bahwa model “baik”, “moderat”, “lemah”

(Ghozali, 2014). Berikut ini adalah hasil dari kontribusi R-squared yang

disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4

R-squared contributions

Coefficients P-values
R-squared 0,721 <0,001
Sumber: Output WarpPLS, 2017

Berdasarkan pada tabel 4.4, diketahui bahwa nilai R-squared dari

model penelitian ini adalah sebesar 0,721 (baik). Nilai R-squared dapat

diinterpretasikan bahwa variabel laten endogen yaitu harga saham, dapat

dijelaskan variabel laten eksogen seperti earning per share, return on

equity, net profit margin, dan price to book value sebesar 72,1% dan

sisanya sebesar 27,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam

penelitian ini.

b. Relevansi Prediktif (predictive relevance)

Disamping melihat nilai R-square, model PLS juga dievaluasi dengan

melihat Q-squared predictive relevance untuk model konstruk. Nilai Q-

squared lebih besar dari nol mengindikasikan bahwa variabel laten

eksogen mempunyai relevansi prediktif pada variabel laten endogen yang

dipengaruhi (Sholihin dan Ratmono, 2013). Berikut adalah hasil dari nilai

Q-squared yang disajikan dalam tabel 4.5.

81
Tabel 4.5

Latent variabel coeffcients

Coeffcients
Q-squared 0,701
Sumber: Output WarpPLS, 2017

Berdasarkan data dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Q-squared

sebesar 0,701 yang lebih besar dari nol sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel laten eksogen mempunyai relevansi prediktif pada

variabel laten endogen yang dipengaruhi.

c. Ukuran Efek (effect size)

Menurut Ghozali (2014), pengujian effect size digunakan untuk

menginterpretasikan apakah prediktor variabel laten mempunyai pengaruh

yang lemah (0,02), medium (0,15), atau besar (0,35) pada tingkat

struktural. Nilai dari effect size dalam penelitian ini disajikan dalam tabel

4.6 berikut.

Table 4.6

Indirect and total effect

PER* PER* PER* PER*


EPS ROE NPM PBV
EPS ROE NPM PBV
HGS 0,494 0,043 0,024 0,153 0,015 0,009 0,001 0,001
Sumber: Output WarpPLS, 2017

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai effect size untuk

variabel EPS sebesar 0,494 > 0,35 sehingga dapat disimpulkan bahwa EPS

memiliki nilai absolut kontribusi individual yang tergolong besar pada

82
setiap variabel laten prediktor pada nilai R-squared variabel kriterion.

Untuk variabel ROE memiliki nilai effect size 0,043 < 0,15. Dapat

diartikan bahwa ROE memiliki nilai absolut kontribusi individual yang

tergolong lemah. Samahalnya dengan variabel NPM yang memperoleh

nilai effect size sebesar 0,024 < 0,15 yang diartikan mempunyai nilai

absolut kontribusi individual yang tergolong lemah. Berbeda dengan

variabel PBV yang memiliki nilai effect size tergolong medium yaitu

sebesar 0,153 > 0,15. Namun untuk hasil effect size variabel PER, ROE,

NPM, PBV yang dimoderasi oleh variabel moderating yaitu PER,

menunjukan adanya kontribusi yang lemah karena memiliki effect size <

0,02 dengan nilai masing-masing effect size sebesar 0,015 (PER*EPS);

0,009 (PER*ROE); 0,001 (PER*NPM); 0,001 (PER*PBV).

Selain menggunakan indikator AVIF, R-squared, Q-squared, dan effect size

dalam mengukur goodness fit suatu model penelitian, bisa juga menggunakan

indikator-indikator berikut, seperti average path coefficient selanjutnya disingkat

APC dan average R-squared selanjutnya disingkat ARS yang memiliki keriteria

kecocokan model yang sama, yaitu jika nilai P-values dari APC dan ARS < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa model cocok dengan data. Nilai dari APC dan

ARS dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.

Tabel 4.7

Model fit and quality indices

Average path coefficient Average R-squared


P-values 0,003 < 0,001
Sumber: Output WarpPLS, 2017

83
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai P-values APC dan ARS masing-

masing sebesar 0,003 dan < 0,001. Kedua angka tersebut masih dibawah 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian ini cocok dengan data

yang digunakan.

4.2.2 Pengujian Hipotesis

4.2.2.1 Adjusted Koefisien Determinasi

Adjusted koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel laten

endogen. Adjusted R2 dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8

Hasil Adjusted Koefisien Determinasi

Adjusted R Square P Values


0,712 <0,001
Sumber: Output WarpPLS, 2017

Nilai adjusted R2 yang tercantum dalam tabel 4.8 Adalah 0,712. Hal tersebut

menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dapat menjelaskan besarnya pengaruh earning per share, return on equity, net

profit margin, dan price to book value terhadap harga saham dengan price

84
earning ratio sebagai variabel moderasi adalah 71,2%, sedangkan sisanya 28,8%

dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak ada dalam model regresi.

4.2.2.2 Uji signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

earning per share, return on equity, net profit margin, dan price to book value

terhadap harga saham dengan cara membandingkan P-values dari setiap variabel

laten eksogen maupun moderasi terhadap variabel laten endogen. Nilai dari P-

values setiap variabel laten dapat dilihat pada gambar 4.2.2.2.1 dan tabel 4.9.

Gambar 4.2.2.2.1

Output diagram jalur WarpPLS

85
Tabel 4.9

Path coefficient and P-values

Path coefficients
PER* PER* PER* PER*
EPS ROE NPM PBV
EPS ROE NPM PBV
HG.SH
0,641 0,075 0,126 0,303 -0,038 0,039 -0,008 0,007
M
P-values
PER* PER* PER* PER*
EPS ROE NPM PBV
EPS ROE NPM PBV
HG.SH
<0,001 0,117 0,023 <0,001 0,276 0,271 0,453 0,459
M
Sumber: Output WarpPLS, 2017

Berikut adalah pembahasan hipotesis dalam penelitian ini:

1. Variabel laten eksogen terhadap endogen

a. Pengaruh earning per share terhadap harga saham

HA1 = Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham.

H01 = Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap harga saham.

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai Path coefficients variabel

EPS sebesar 0,641 dengan P-values adalah < 0,001 lebih kecil dari nilai

signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis pada

penelitian ini, yaitu hipotesisi akan diterima jika memiliki Path

coefficients yang bernilai positif dan memiliki P-values < dari tingkat

signifikansi sebesar 0,05. Karena P-values variabel EPS < 0,05 maka H1

yang menyatakan bahwa Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham diterima.

86
b. Pengaruh return on equity terhadap harga saham

HA2 = Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham.

H02 = Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap harga saham.

Berdasarkan pada tabel 4.9 diketahui bahwa nilai Path coefficients

variabel ROE sebesar 0,075 yang menunjukan nilai positif, dengan P-

values dari variabel ROE terhadap harga saham adalah 0,117 lebih besar

dari nilai signifikansi sebesar 0,05. Karena P-values > 0,05 maka H2

ditolak, sehingga H0 yang menyatakan bahwa Return on Equity (ROE)

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham diterima.

c. Pengaruh net profit margin terhadap harga saham

HA3 = Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham.

H03 = Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap harga saham.

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa nilai Path coefficients variabel NPM

sebesar 0,126 yang menunjukan nilai positif, dengan nilai P-values sebesar

0,023 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05. Karena P-values <

0,05 maka H3 yang menyatakan bahwa Net Profit Margin (NPM)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima.

d. Pengaruh price to book value terhadap harga saham

HA4 = Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham.

87
H04 = Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan pada tabel 4.9 diketahui bahwa nilai Path coefficients

variabel PBV sebesar 0,303 yang menunjukan nilai positif, dengan nilai P-

values sebesar < 0,001 lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05.

Karena P-values < 0,05 maka H4 yang menyatakan bahwa Price to Book

Value (PBV) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham

diterima.

2. Variabel laten eksogen dan moderasi terhadap endogen

HA5 = Price Earning Ratio (PER) memoderasi hubungan antara Earning per

Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price

to Book Value (PBV) terhadap harga saham.


H05 = Price Earning Ratio (PER) tidak memoderasi hubungan antara Earning

per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),

Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham.

Berdasarkan pada tabel 4.9 diketahui bahwa nilai P-values dari masing-

masing variabel laten eksogen yang telah dimoderasi variabel moderating

yaitu PER, semuanya menghasilkan nilai P-values yang lebih besar dari nilai

signifikansi sebesar 0,05 yaitu 0,276 (PER*EPS), 0,271 (PER*ROE), 0,453

(PER*NPM), dan 0,459 (PER*PBV). Karena P-values dari masing-masing

variabel laten eksogen yang telah dimoderasi > 0,05 maka H5 ditolak dan

menerima H0, dan dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio (PER) tidak

memoderasi hubungan antara Earning per Share (EPS), Return on Equity

88
(ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV) terhadap harga

saham.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, maka dapat diketahui bahwa secara

parsial untuk hubungan variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen

hanya variabel return on equity yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga

saham. Sementara itu hubungan antara variabel laten eksogen yang telah

dimoderasi variabel moderating terhadap variabel laten endogen secara parsial

semuanya menunjukan hasil P-values yang lebih besar dari tingkat signifikansi,

sehingga variabel moderating yang dirumuskan dalam penelitian ini bukan

merupakan variabel moderasi.

4.3.1 Pengaruh Earning per Share terhadap Harga Saham

Hasil penelitian menunjukan bahwa EPS berpengauh positif dan signifikan

terhadap harga saham. Oleh karena itu H1 yang menyatakan bahwa earning per

share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima.

Menurut Mohammad (2006) membeli saham berarti membeli prospek

perusahaan, yang tercermin pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi,

maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah

berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik. Jadi semakin

besar EPS maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari

setiap lembar saham juga akan semakin besar, keuntungan yang besar menarik

89
minat investor untuk memiliki saham tersebut. Permintaan yang besar terhadap

saham tersebut nantinya akan meningkatkan harga saham.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan

oleh Setiawan dan Tjun (2010), Suciyati (2011), Sia dan Tjun (2011), Agustina

dan Noviri (2013), Kurnianto (2013), Aprilia, Rony, dan Wahono (2016), dan

Priambada (2017) yang menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif

dan signifikan terhadap harga saham.

4.3.2 Pengaruh Return on Equity terhadap Harga Saham

Hasil penelitian menunjukan bahwa ROE berpengaruh positif namun tidak

signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu H2 yang menyatakan bahwa

return on equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham ditolak.

Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukan

seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata

lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang

akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Rasio ini

dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas. Semakin tinggi hasil

pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang

dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya,

semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula

jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam

ekuitas (Hery, 2017).

90
Secara kasat mata memang return on equity memperlihatkan efesiensi

perusahaan dalam menggunakan modalnya namun ROE tidak memasukkan

hutang terhadap perhitungan efisiensi tersebut sehingga perusahaan yang memiliki

hutang besar akan luput dari indikator ini. Oleh karena itu banyak investor pula

yang tidak menggunakan ROE dan menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai

indikator karena ROA memperlihatkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan

seluruh asetnya dan termasuk hutang-hutangnya.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Aprilia, Rony, dan Wahono (2016) dan Suciyati (2011) yang

menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan ROE berpengaruh

negatif namun tidak signifikan terhadap harga saham, dan penelitian yang

dilakukan oleh Priambada (2017) yang menyatkan bahwa ROE mempunyai

pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap harga saham.

4.3.3 Pengaruh Net Profit Margin terhadap Harga Saham

Hasil penelitian menunjukan bahwa NPM berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham. Oleh karena itu, H3 yang menyatakan bahwa net

profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima.

Marjin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung dengan

membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih sendiri dihitung

sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak penghasilan dengan beban

91
pajak penghasilan. Yang dimaksud dengan laba sebelum beban pajak penghasilan

disini adalah laba operasional ditambah pendapatan dan keuntungan lain-lain, lalu

dikurangi dengan beban dan kerugian lain-lain. Semakin tinggi marjin laba bersih

berarti semakin tinggi pula laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Hal

ini disebabkan karena tingginya laba sebelum pajak penghasilan. Sebaliknya,

semakin rendah marjin laba bersih berarti semakin rendah pula laba bersih yang

dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini disebabkan karena rendahnya laba

sebelum pajak penghasilan (Hery, 2017).

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Suciyati (2011), yang menyatakan bahwa net profit margin tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

4.3.4 Pengaruh Price to Book Value terhadap Harga Saham

Hasil penelitian menunjukan bahwa PBV berpengaruh positif dan signifikan

terhadap harga saham. Oleh karena itu, H4 yang menyatakan bahwa price to book

value berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham diterima.

Dengan rasio PBV ini, investor dapat mengetahui langsung sudah berapa

kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Book value atau nilai

buku adalah nilai dari ekuitas dibagi jumlah saham yang ada. Bisa dikatakan book

value adalah nilai ekuitas per saham. Ekuitas itu sendiri didapatkan dari selisih

jumlah aset dikurangi liabilitas. Secara teori ini adalah nilai yang akan didapatkan

oleh pemilik saham bila perusahaan dilikuidasikan. Jadi nilai book value sangat

berarti untuk melihat imbal hasil dari investasi. Setelah mengetahui rasio PBV,

investor dapat membandingkan langsung PBV dengan saham-saham di

92
industrinya atau yang bergerak di sektor usaha yang sama. Dengan demikian

investor akan mendapat gambaran mengenai harga saham, apakah market value

saham tersebut sudah relatif mahal atau masih murah (Tryfino, 2009).

Saham yang memiliki rasio PBV yang besar bisa dikatakan memiliki valuasi

yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang memiliki PBV dibawah 1

memiliki valuasi yang rendah alias (undervalue). Pada dasarnya ketika kita

membeli suatu saham yang nilai PBVnya kurang dari 1,0 kita untung ketika

membelinya karena kita membeli saham yang nilai ekuitasnya lebih besar

daripada yang kita bayarkan yang berarti kita mendapatkan diskon dari nilai

realnya.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan oleh Priambada (2017) yang menyatakan bahwa price to book value

berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

4.3.5 Pengaruh Price Earning Ratio yang memoderasi Return on

Equity, Earning per Share, Net Provit Margin, dan Price to Book Value

terhadap Harga Saham.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel PER tidak terbukti sebagai

variabel yang memoderasi antara variabel laten eksogen terhadap variabel laten

endogen, hal ini dikarenakan data penelitian pada perusahaan jasa sektor

keuangan yang tidak mendukung. Tidak mendukungnya data perusahaan jasa

sektor keuangan, disebabkan karena sebagian besar perusahaan tersebut pada

rentang tahun 2013 hingga tahun 2016 banyak yang mengalami kerugian, padahal

teori menyebutkan bahwa PER tidak ada artinya jika perusahaan memiliki

93
keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami kerugian. Berbeda jika

menggunakan jenis perusahaan yang termasuk dalam LQ45 seperti penelitian

terdahulu, dimana perusahaan yang tergabung di LQ45 merupakan perusahaan

yang memiliki kinerja yang paling baik sehingga sudah pasti menghasilkan laba

yang tinggi. Oleh karena itu H5 yang menyatakan bahwa price earning ratio yang

memoderasi return on equity, earning per share, net provit margin, dan price to

book alue terhadap Harga Saham ditolak.

Darmadji (2001), PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER tidak ada artinya jika

perusahaan memiliki keuntungan yang sangat rendah atau bahkan mengalami

kerugian. Disamping itu PER yang semakin besar mengindikasikan harga saham

perusahaan tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per saham.

Misalkan suatu saham memiliki PER 10 kali, dapat diartikan harga saham tersebut

10 kali lipat dari EPSnya. Suatu saham yang memiliki PER kecil bagi para

pemodal akan semakin bagus, karena saham tersebut mempunyai harga yang

semakin murah.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Kurnianto (2013) yang menyatakan bahwa variabel PER bukan merupakan

variabel moderating yang memoderasi hubungan antara variabel EPS, ROE, CR

terhadap harga saham. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak mendukung hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Aprilia, Rony, dan Wahono (2016) yang

menyatakan bahwa PER memoderasi hubungan variabel independen dengan

variabel dependen.

94
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Earnign per share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham.

2. Return on equity berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

harga saham.

3. Net profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham.

4. Price to book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga

saham

5. Price Earning Ratio (PER) tidak terbukti memoderasi hubungan antara

Earning per Share (EPS), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM),

Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham.

95
5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan-perusahaan jasa sektor

keuangan yang terdaftar di BEI dan fokus pada tahun 2013-2016.

2. Banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk diteliti pengaruhnya

terhadap harga saham, namun dalam penelitian ini hanya menggunakan empat

variabel laten eksogen yaitu earning per share, return on equity, net profit

margin, price to book value, satu variabel laten endogen yaitu harga saham

dan satu variabel yang dirumuskan sebagai variabel moderating yaitu price

earning ratio.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan, kesimpulan dan keterbatasan dalam

penelitian ini, maka hasil penelitian ini memberikan saran-saran agar peneliti

selanjutnya memperoleh hasil yang lebih baik. Saran-saran tersebut antara lain:

1. Bagi investor, dalam mengambil keputusan berinvestasi saham pada

perusahaan jasa sektor keuangan, dapat memperhatikan kinerja keuangan

perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan penelitian ini rasio-rasio yang

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham adalah earning per share,

net profit margin, price to book value.

96
2. Bagi perusahaan, perusahaan perlu meningkatkan kinerja keuangannya

agar dapat meningkatkan harga saham, dengan cara menggunakan biaya dan

asset perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan secara

efektif dan efisien.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel-variabel

selain earning per share, return on equity, net profit margin, price to book

value sebagai variabel independen dan price earning ratio sebagai variabel

moderating dalam pengaruhnya terhadap harga saham atau menggunakan

jenis varibael baru seperti variabel intervening. Variabel-variabel lain yang

diduga berpengaruh terhadap harga saham seperti Total Asset Turnover

(TATO), Return on Asset (ROA), Economic Value Added (EVA), dan Market

Value Added (MVA) dan lain sebagainya yang secara teori terbukti memiliki

pengaruh terhadap harga saham.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan perusahan yang berbeda

dari penelitin ini agar diperoleh variasi data yang lebih banyak. Penelitian

selanjutnya juga diharapkan menggunakan jumlah tahun pengamatan yang

lebih panjang agar hasilnya semakin mendekati kondisi yang sebenarnya.

97
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Lidya dan Sany Noviri. 2013. Pengaruh Return on Asset (ROA),
Earning per Share (EPS), dan tingkat suku bunga SBI terhadap harga saham
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. Bandung: Universitas Kristen
Maranatha.

Aletheari, Ida Ayu Made dan I Ketut Jati. 2016. Pengaruh Earning per Share
(EPS), Price Earnings Ratio (PER), dan Book Value per Share (BVPS)
terhadap harga saham pada perusahaan property yang terdaftar di BEI. Bali:
Universitas Udayana.

Ali, Arifin. 2007. Membaca Saham (Paduan Dasar Seni Berinvestasi).


Yogyakarta: PT. Andi.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Astutik, Esti Puji. 2005. Pengaruh Erning per Share, Price Earning Ratio, dan
Debt to Equity ratio Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti yang
Terdaftar di BEJ. Semarang: UNS.

98
Bastian, Indra, dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta:
Salemba Empat.

Chandradewi, Susanna. 2000. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Penentuan


Harga Pasar Saham Perusahaan Sesudah Penawaran Umum Perdana”.
Perspektif Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi. Vol.
5, No.1, Juni 2000.

Choiriah, Aprilia Nur dkk. 2016. Analisis pengaruh EPS, ROE, DER, dan CR
terhadap harga saham dengan PER sebagai variabel moderating pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. Malang: UNISMA.

Darmadji, Tjiptono. 2001. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab.


Jakarta: Salemba Empat.

Eungene F. Brigham dan Joel F. Houaton. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:


Erlangga.

Ghozali, Imam. 2014. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan


Partial Least Square (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam dan Hengky Latan. 2013. Partial Least Square, Konsep, Teknik
dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 3.0. Semarang: UNDIP.

Kurnianto, Ajeng Dewi. 2013. Analisis Pengaruh EPS, ROE, DER, dan CR
terhadap Harga Saham dengan PER sebagai Variabel Moderating.
Semarang: UNDIP

Habib, Arief. 2011. Teori dan Aplikasi Analisis Teknikal. Jawa Tengah: Naked
Investasi.

Hartono, Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:


BPFE.

Hery. 2017. Kajian Riset Akuntansi, Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini
dalam Bidang Akuntansi dan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.

99
Husnan, Saud. 2015. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Keiso, Weygant, dan Warfield. 2002. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.

Munawir. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Nachrowi, D Nachrowi., dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan


Praktis EKONOMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta:
LP FE Universitas Indonesia.

Prawira, Wisnu Jana. 2015. Analisis pengaruh rasio Financial, Economic Value
Added dan Market Value Added pada harga saham perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di indeks LQ45. Yogyakarta: STIE YKPN.

Prastowo, Dwi. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.


Yogyakarta: YKPN.

Priambada, Giri Wahyu. 2017. Analalisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap


Harga Saham Perusahaan Sektor Teknologi di NASDAQ Periode 2014-
2016. Yogyakarta: STIE YKPN.

Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal Dan Manajemen Portofolio. Erlangga.


Jakarta.

Saptadi, A. 2007. Pengaruh Return on Investment (ROI), Price Earnings Ratio


(PER), dan Earnings Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Setiawan, Alvin dan Lauw Tjun Tjun. 2010. Pengaruh Earnings per Share (EPS),
Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Arus Kas Operasi terhadap harga saham
emiten Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Bandung: Universitas Kristen
Maranatha.

Sholihin, Mahfud dan Dwi Ratmono. 2013. Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS
3.0. Yogyakarta: Andi.

Sihombing, Gregorius. 2008. “Kaya dan Pinter Jadi Trader & Investor Saham”.
Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas.

Sia, Vice law Ren dan Lauw Tjun Tjun. 2011. Pengaruh Current Ratio (CR),
Earnings per Share (EPS), dan Price Earnings Ratio (PER) terhadap harga
saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Bandung:
Universitas Kristen Maranatha.

100
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Jilid II.
Jakarta: Salemba Empat.

Suciyati, Tri. 2011. Pengaruh ROA, ROE, NPM, dan EVA Terhadap Harga Saham
Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI. Jakarta:
Universitas Gunadarma.

Sugiri, Slamet. 2001. Akuntansi Pengantar 1. Yogyakarta: YKPN.

Suharno. 2016. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan


Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014. Yogyakarta: UNY.

Susilawati, Christin Dwi Karya. 2012. Analisis perbandingan pengaruh Likuiditas,


Solvabilitas, dan Profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan LQ45
yang terdaftar di BEI. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Tjipto Darmaji dan M. Henry Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia.


Jakarta: Salemba Empat.

Tjun, Lauw Tjun dan Vice Law Ren Sia. 2011. Pengaruh Current Ratio, Earning
per Share, dan Price Earning Ratio Terhadap Harga Saham. Bandung:
Universitas Kristen Maranatha.

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Tryfino. 2009. Cara Cerdas Berinvestasi Saham. Jakarta: Transmedia Pustaka

Tuanakotta M. Theodorus. 1984. Teori Akuntansi. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Walsh, Ciaran. 2004. Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali


Bisnis. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Widigdo, Nur, Candra. 2016. Pengaruh Current Ratio, Return on Assets, dan Debt
to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan
Transportasi yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2013. Yogyakarta: STIE
YKPN.

Zaenal Arifin, 2005. Teori Keuangan dan Pasar modal. Yogyakarta: Ekonisia.

101
102

Anda mungkin juga menyukai